perlak klas

Upload: melisa-sudiashri-ii

Post on 10-Feb-2018

262 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Perlak Klas

    1/20

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Dalam perkembangan dunia industri terutama yang berhubungan dengan

    masalah pemilihan bahan dan penggunaannya. Untuk penggunaan sebagai bahan

    industri sifat-sifat khas dari material logam harus diketahui, sebab logam tersebut

    akan digunakan untuk berbagai macam keperluan dan berbagai macam keadaan.

    Sifat logam tersebut meliputi sifat mekaniknya, sifat termal, sifat kimia,

    kemampuan di mesin, kemampuan kekerasan dan lain-lain. Adapun dalam

    percobaan ini yang akan diuji adalah sifat mekanik dari logam terutama sifat

    kekerasannya.

    Kekerasan didefinisikan sebagai ketahanan yang dilakukan oleh bahan

    terhadap desakan kedalam yang tetap yang disebabkan oleh sebuah alat pendesak

    dengan bentuk tertentu di bawah pengaruh gaya tertentu., suat hasil desakan yang

    kecil menunjukkan kekerasan yang besar. Dengan mengetahui tingkat kekerasan

    logam maka dapat diketahui suatu logam yang memiliki nilai ekonomis yang

    tinggi atau nilai ekonomis yang rendah, dalam industri juga sangat diperlukan

    untuk menghemat biaya pemeliharaan bahan atau penggantian bahan.

    Kekerasan suatu bahan erat hubungannya dengan kekuatan bahan.

    Hubungan keduanya yaitu semakin keras suatu bahan tersebut akan semakin kuat,

    demikian pula sebaliknya. Untuk mengetahui suatu kekerasan bahan atau logam

    sebagai ukuran ketahanan logam tersebut terhada deformasi plastik maka

    dilakukanlah suatu pengujian kekerasan yang ditunjukkan dengan angka Brinell,

    Rockwel, dan Vickers.Sedangkan untuk mengetahui kemampuan pengerasan

    logam (baja) dengan menentukan ketebalan dan distribusi kekerasan yang dicapai

    bila diberikan perlakuan panas tertentu, maka dilakukanlah pengujian Jominy test.

    I. 2 Tujuan PercobaanAdapun tujuan dari praktikum Heat Treatment ini adaalah

    1. Mengetahui hardenability baja VCL 140 dengan metode Jominy2. Mengetahui struktur mikro yang terdapat pada baja VCL 140

  • 7/22/2019 Perlak Klas

    2/20

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II. 1 Perlakuan Panas

    Perlakuan panas atau heat treatment dapat didefinisikan sebagai kombinasi

    antara operasi pemanasan dan pendinginan terhadap logam dalam keadaan padat

    dengan waktu tertentu dengan maksud memperoleh sifat tertentu. Langkah

    pertama dalam setiap perlakuan panas adalh memanaskan logam itu sampai ke

    suatu temperatur tertentu, lalu menahan beberapa saat pada temperatur tersebut,

    dan kemudian mendinginkannya dengan laju pendinginan tertentu. Selama

    pemanasan dan pendinginan ini akan terjadi beberapa perubahan struktur mikro,

    dapat juga peruterjadi perubahan fase dan atau bentuk atau ukuran butiran

    kristalnya. ( Wahid Suherman, 2001)

    Tujuan dari proses perlakuan panas ini pada umumnya ialah untuk

    memperbaiki sifat mekanik dari suatu material, misalnya untuk menaikkan

    kekuatan dan kekerasan pada logam. Selain untuk menaikkan kekerasan dan

    kekuatan, proses perlakuan panas juga ditujukan untuk menghilangkan tegangan

    sisa pada suatu logam akibat proses produksi yang telah dialami, misalnya proses

    rolling.

    II.2.2 Diagram Transformasi

    Diagram fase memang suatu dasar yang sangat penting bagi proses

    perlakuan panas. Akan tetapi diagram tersebut hanya menunjukkan perubahan

    fase pada saat kondisi yang equilibrium atau pada saat proses pemanasan atau

    pendinginan dari suatu baja tersebut berjalan secara sangat lambat sehingga

    dimungkinkan suatu pendinginan yang setimbang. Sedangkan untuk proses

    perlakuan panas yang digunakan menggunakan suatu proses pendinginan yangcepat atau dapat dikatakan pendinginan yang terjadi merupakan pendinginan non-

    equilibrium. Oleh karena itu dibuatlah diagram lain yang dapat

    merepresentatifkan suatu perubahan non equilibrium. Diagram ini dinamkan

    diagran transformasi, diagram ini menunjukkan perkembangan transformasi

    terhadap waktu dan temperatur.

  • 7/22/2019 Perlak Klas

    3/20

    Gambar 2.3 Diagram Isotermal Transformation untuk Baja Eutektoid

    (Callister, 2007)

    Diagram di atas merupakan isothermal transformation diagram atau biasa

    disebut juga time-temperature-transformation diagram (TTT diagram). Dapat

    dilihat pada diagram tersebut bahwa seiring dengan perlakuan yang diterima, baja

    akan mengalami perubahan struktur. Selanjutnya akan dibahas struktur apa saja

    yang akan terbentuk dan bagaimana mekanisme pembentukannya sesuai dengan

    diagram transformasi di atas.

    II.2.2.1 Pembentukan Pearlite

    Bila austenit didinginkan di bawah temperatur A1 maka setelah beberapa

    saat austenit akan mengalami tranformasi. Pembentukan perlite dimulai dengan

    inti sementit di batas butir austenit. Atom karbon dari austenit di sekitar inti

    sementit akan berdifusi keluar dengan inti sementit yang sudah terbentuk. Dengan

    keluarnya atom karbon dari austenit maka kadar karbon austenit yang berada

    disekitar sementit akan sangat sedikit sehingga austenit akan bertransformasi

    menjadi ferit. Keluarnya karbon dari austenit ini berlangsung secara terus menerus

    sehingga diperoleh struktur yang berlapis-lapis (lamelar) yang terdiri dari lamel-

    lamel ferit dan sementit. (Wahid Suherman, 2001)

  • 7/22/2019 Perlak Klas

    4/20

    Gambar. 2.4Mekanisme Transformasi Austenit Menjadi Pearlite (Callister,2007)

    Dari gambar 2.4 dapat dilihat bahwa dengan pendinginan agak cepat,

    strultur pearlite yang akan dihasilkan adalah perlite dengan ketebalan lamel yang

    cukup tebal (Coarse Pearlite). Hal ini dapat terjadi karena dengan pendinginan

    yang agak lambat maka waktu untuk karbon berdifusi akan semakin lama yang

    mengakibatkan lamel-lamel pearlite akan menjadi tebal. Apabila pendinginannyaagak dipercepat maka yang akan terbentuk adalah lamel-lamel pearlite yang

    cukup tipis (fine pearlite).

    Gambar 2.5 (a) Coarse Pearlite, (b)Fine Pearlite (Callister, 2007)

  • 7/22/2019 Perlak Klas

    5/20

    II.2.2 Pembentukan Martensite

    Struktur martensit dapat terbentuk karena proses pendinginan yang sangat

    cepat pada austenit. Pada diagram transformasi pada gambar 2.3 dapat dilihat

    apabila pendinginan dilakukan sangat cepat dan mencapai temperatur Ms maka

    martensit akan mulai terbentuk.

    Pendinginan yang sangat cepat pada austenit ini akan menyeabkan austenit

    akan mengalami driving force yang sangat besar untuk berubah dari FCC menjadi

    BCC. Driving force ini akan menimbulkan shear stress terhadap atomatom pada

    FCC. Shear force ini yang menyebabkan atom-atom FCC akan sedikit tergeser

    berupaya untuk membentuk BCC, akan tetapi karena didalam sistem kristal

    tersebut masih banyak karbon yang seharusnya berdifusi keluar akan tetapi sudah

    tidak bisa berdifusi karena temperatur sudah terlalu rendah maka struktur BCC

    tidak akan bisa tercapai, salah satu rusuh dari sel tersebut akan lebih panjang dari

    pada yang lain. Sel tersebut akan menjadi BCT (Body Centered Tetragonal).

    Gambar 2.7 Struktur BCT dari Martensit (Callister, 2007)

    Struktur BCT yang terbentuk akan sangat tegang akibat dari perubahan

    struktur yang terjadi secara dipaksakan. Karena strukturnya sangat tegang inilah

    yang menyebabkan martensit menjadi sangat keras, kuat, dan getas. Di bawah

    mikroskop optik martensit tampak seperti jarum-jarum yang tersebar.

    Gambar 2.8 Struktur Martensit yang Berbentuk Seperti Jarum

  • 7/22/2019 Perlak Klas

    6/20

    Kekerasan pada martensit bergantung pada kadar karbon yang berada pada

    autenitnya. Semakin tinggi kadar karbon karbon martensit yang terbentuk akan

    semakin keras. Kadar karbon juga mempengaruhi Ms dan Mf. Kadar karbon yang

    tinggi akn menyebabkan temperatur Ms dan Mf turun sehingga akan

    menyebabkan akan semakin banyak austenit sisa yang terbentuk.

    II.4 Pengujian Hardenabiliti Jominy

    Pengujian ini disebut juga end quench hardenability test karena pada pengujian ini

    digunakan spesimen yang berbentuk batang silindrik berdiameter 1 (25 mm)

    dengan panjang 4 (100 mm) yang didinginkan pada salah satu ujungnya. Unt uk

    test ini digunakan alat dengan lubang tempat spesimen pada puncaknya. Tepat di

    bawah spesimen terdapat nozzle berdiameter (12,5 mm) umtuk

    menyemprotkan air pendingin dengan tinggi pancaran bebas 2 (65 mm). Jarak

    antara ujung spesimen dengan nozzle sebesar (12,5 mm).

    Spesimen dipanaskan pada temperatur asutenisasinya dengan waktu tahan

    biasanya 20 menit, lalau diambil cepat dan dimasukkan ke dalam lubang jominy

    untuk dilakukan pengujian.

    Gambar 2.9 Standard Pengujian Jominy (Totten, 2006)

    Setalah dilakukan proses pendinginan sisi silinder diratakan laludiukur kekerasannya sepanjang sisi tersebut ( setipa jarak 1/16, titik

    jominy) dan hasilnya di plot pada grafik kekerasan jarak dari ujung

    jominy (Jominy Distance)

  • 7/22/2019 Perlak Klas

    7/20

    Gambar 2.10 Cara Memperoleh Kurva Jominy (Totten, 2006)

    Kurva Jominy dapat diperkirakan dengan perhitungan berdasarkankomposisi kimia. Field mengembangkan metoda berdasarkan asumsi

    bahwa: (1) kekerasan di titik jominy pertama (1/16 dari ujung),

    dinamakan initial hardness (IH), hanya tergantung pada kadar karbon,

    (2) kekerasan pada titik jominy selanjutnya, dinamakan Distance

    Hardness (DH), adalah fungsi dari DI, dan perbandingan IH/DH,

    dinamakan faktor pembagi (DF, harganya dicari dari gambar ), adalah

    fungsi konstan dari diameter kritis ideal.

    Untuk kekerasanJominy dengan jarak 0-6 mm :HRC20C60J 60

    Untu kekerasanJominy dengan jarak 6-80 mm :

    HRC13s9.0s12K8.0P96V39Si6Ni6Mn14Mo38Cr20Cs0028.0C95J

    2806

    dimana J =JominyHardness (HRC) S = JarakJominy(mm) K = ASTM grain size number Simbol unsur menunjukkan persentase kadar unsur tersebut. (Wahid

    Suherman, 2001)

  • 7/22/2019 Perlak Klas

    8/20

    BAB III

    METODOLOGI

    III.1 Diagram Alir Percobaan

    III.2 Alat dan Bahan Percobaan

    III.2.1 Alat-alat Percobaan

    Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah sebagai berikut :

    1. Alat pengujian Jominy 1 buah

    2. Baja VCL 140 2 buah

    3. Gerinda mesin 1 buah

    4. Polisher 1 buah

    5. Kikir 1 buah

    6.Kain bludru secukupnya

    Start

    Preparasi spesimen

    Spesimen diuji Jominy

    Spesimen diuji

    Hardness

    Rockwell C

    Struktur

    mikrospesimen diamati

    Hasil dibandingkan

    dengan perhitungan

    teori

    End

  • 7/22/2019 Perlak Klas

    9/20

    7. Hand grinding dengan grade 100, 200, 400, 600, 800, 1000, 1200, 1500, 2000

    8. Rockwell C 1 buah

    10. Mikroskop optik 1 buah

    III.1.2 Bahan percobaan

    Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan adalah sebagai berikut :

    1. Air secukupnya

    2. Alkohol 96% 96 ml

    3. HNO368% 4 ml

    4. Autosol mesin poles secukupnya

    5. Sodium Metabisulfat

    III.3 Prosedur Percobaan

    Langkah-langkah yang dilakukan dalam percobaan adalah sebagai berikut :

    1. Memotong specimen baja VCL 140 menjadi tiga (3) bagian yaitu spesimen

    yang digunakan untuk jominy3. Untuk spesimen yang digunakan untuk jominy

    berbentuk bantang silindrik berdiameter 25 mm dengan panjang 100 mm.

    4. Dalam jominy test, specimen dipanaskan hingga temperature 860 C, diholding

    selama 30 menit dan didinginkan dengan air.

    5. Meratakan sisi dari specimen yang telah diuji jominy dan memberi tanda

    sebanyak 22 titik untuk dilakukan uji hardness.

    6. Menguji kekerasan dengan mesin Hardness Rockwell C di setiap titik yang

    telah ditandai pada sisi specimen dan membuat grafik dari hasil uji kekerasan.

    8. Melakukan pengujian metalografi

  • 7/22/2019 Perlak Klas

    10/20

    BAB IV

    ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

    IV.1 Analisa Data

    Berikut tabel hardness untuk baja VCL 140;

    Pengujian Jarak dari

    Ujung (Inch)

    HRC

    1 1/16 57

    2 2/16 56,8

    3 3/16 55,1

    4 4/16 42,7

    5 5/16 33

    6 6/16 31

    7 7/16 30

    8 8/16 30

    9 9/16 29

    10 10/16 27

    11 11/16 27

    12 12/16 26

    13 13/16 22

    14 14/16 18

    15 15/16 15

    Dari hasil tabel hasil hardness untuk baja VCL 140, lalu di plot ke dalam grafik

    hubungan kekerasan terhadap jarak dari ujung quench :

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    0 0.2 0.4 0.6 0.8 1HardnessofNumber

    Distance of Quench End

  • 7/22/2019 Perlak Klas

    11/20

    Metode Pengujian Jominy

    Kurva Jominy dapat diperkirakan dengan perhitungan berdasarkan komposisi

    kimia. Untuk kekerasanJominy dengan jarak 0-6 mm :

    HRC20C60J 60

    Untuk kekerasanJominy dengan jarak 6-80 mm :

    HRC13s9.0s12K8.0

    P96V39Si6Ni6Mn14Mo38Cr20Cs0028.0C95J2

    806

    Perhitungan :

    Baja VCL 140 memiliki komposisi kimia sebagai berikut :

    C = 0.4 % Mn = 0.7% Si = 0.3% Cr = 1,1% Ni= 0.2% Mo=

    0.2%

    Perhitungan dengan metoda Just :

    Untuk jarak 1 mmJo = 60 x c + 20 HRC

    = 60 x+ 20 HRC = 57,8 HRc

    Untuk jarak 9.5 mmJ6-80 = 95 C 0.0028

    2

    s C +20 Cr + 38 Mo + 14 Mn + 6 Ni + 6

    Si + 38 V + 96 P0.8 K12 s + 0.9 s 13 HRC

    = 95 0.0028 (9.5)2+ 38(0,2) + 14 (0.7) + 6(0.2) + 6

    (0.3)12 9.5 + 0.9 (9.5) 13 HRC

    = 58,850.1592 + 7.6 + 9,8 + 1.2 +1.836.984 + 8.5513 HRC

    = 37,65 HRC

    Untukjarak 17.5 mmJ6-80 = 95 C 0.0028

    2

    s C +20 Cr + 38 Mo + 14 Mn + 6 Ni + 6

    Si + 38V +96 P0.8 K12 s + 0.9 s 13 HRC

    = 95 0.0028 (17.5)2+ 38(0,2) + 14 (0.7) + 6(0.2) + 6

    (0.3)12 + 0.9 (17.5) 13 HRC

  • 7/22/2019 Perlak Klas

    12/20

    =58,850,54 + 7,6 + 9,8 + 1,2 +1,850,19 + 15,7513 HRC

    = 31,27 HRC

    Untuk jarak 21.5 mmJ6-80 = 95 C 0.0028

    2

    s C +20 Cr + 38 Mo + 14 Mn + 6 Ni + 6

    Si + 38V +96 P0.8 K12 s + 0.9 s 13 HRC

    = 95 0.0028 (21.5)2+ 38(0,2) + 14 (0.7) + 6(0.2) + 6

    (0.3)12 + 0.9 (21.5) 13 HRC

    = 58,851,9243 + 7,6 + 9,8 + 1,2 +1,855,56 + 19,3513 HRC

    = 28,12 HRC

    Untuk jarak 32.5 mmJ6-80 = 95 C 0.0028

    2

    s C +20 Cr + 38 Mo + 14 Mn + 6 Ni + 6

    Si + 38V +96 P0.8 K12 s + 0.9 s 13 HRC

    = 95 0.0028 (32.5)2+ 38(0,2) + 14 (0.7) + 6(0.2) + 6

    (0.3)12 + 0.9 (32.5) 13 HRC

    =58,851,86 + 7,6 + 9,8 + 1,2 +1,8 68,4 + 29,25 13 HRC =

    =25,24 HRC

    Untuk jarak 39.5 mmJ6-80 = 95 C 0.0028

    2

    s C +20 Cr + 38 Mo + 14 Mn + 6 Ni + 6

    Si +

    38V +96 P0.8 K12 s + 0.9 s 13 HRC

    = 95 0.0028 (39.5)2+ 38(0,2) + 14 (0.7) + 6(0.2) + 6

    (0.3)12 + 0.9 (39.5) 13 HRC=58,852,75 + 7,6 + 9,8 + 1,2 +1,875,36 + 35,5513 HRC =

    = 23,69 HRC

    Untuk jarak 45.5 mmJ6-80 = 95 C 0.0028

    2

    s C +20 Cr + 38 Mo + 14 Mn + 6 Ni + 6

    Si + 38V +96 P0.8 K12 s + 0.9 s 13 HRC

  • 7/22/2019 Perlak Klas

    13/20

    = 95 0.0028 (45.5)2+ 38(0,2) + 14 (0.7) + 6(0.2) + 6

    (0.3)12 + 0.9 (45.5) 13 HRC

    =58,853,65+ 7,6 + 9,8 + 1,2 +1,881 + 40,9513 HRC

    = 22,55 HRC

    Gambar kurva hardenability dengan menggunakan jominy test

    Metode Pengujian Hardenabillity Grossman dan Field

    Pada metode grossman terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan

    untuk memperoleh besar nilai Ideal Critical diameter, namun secara garis besar

    diketahui bahwa hal mendasar pada penelusuran besar nilai diameter kritisnya

    adalah penggunaan tabel pengali untuk pengaruh masing-masing unsur paduan

    yang ada pada baja (spesimen) dan juga faktor pengali berupa nilai Ideal diameter

    akibat dari kadar karbon. Adapun langkah-langkahnya akan dijelaskan sebagaiberikut.

    Penelusuran data-data awal Kadar karbon (% C), berdasarkan referensi yang kami dapatkan

    diketahui bahwa kadar karbon pada baja AISI 1050 adalah sebesar

    0,5%

    Ukuran butir yang diperoleh pada pengujian ini ditampilkan padaanalisa data sebelumnya tentang ASTM Grain Size Number dengan

    20

    25

    30

    35

    40

    45

    50

    55

    60

    65

    70

    1 9.5 17.5 21.5 32.5 39.5 45.5

    HRc vs distance

    HRc

  • 7/22/2019 Perlak Klas

    14/20

    metode Heyn Intercept, dan diperoleh besarnya ASTM grain sizenya

    adalah 7.

    Nilai kadar dari unsur paduan diambil dari beberapa referensi.BajaAISI 4140/ VCL 140 memiliki komposisi kimia sebagai berikut :

    C = 0.4 % Mn = 0.7% Si = 0.3% Cr = 1,1% Ni= 0.2% Mo=

    0.2%

    Menentukan besar Ideal diameter dengan menggunakan hubungannilai kadar karbon dan ukuran ASTM grain size dari spesimen AISI

    4140/ VCL 140 yang kemudian memanfaatkan bantuan grafik.

    Gambar Hubungan antara Di, kadar karbon dan ukuran butir austenit

    Dari grafik tersebut dapat diperoleh besar ideal diameternya yakni 0,221

    Menentukan nilai faktor pengaliNilai faktor pengali dapat diperoleh dengan menggunakan bantuan grafik ini.

  • 7/22/2019 Perlak Klas

    15/20

    Gambar Hubungan antara Di, kadar karbon dan ukuran butir austenit dari baja

    karbon

    Maka diperoleh hasil sebagai berikut

    C = 0,216

    Mn = 3,333

    Si = 1,2

    Cr = 3,376

    Mo = 1,6

    Menentukan besar Ideal Critical Diameter (DI)Langkah terakhir ini dilakukan dengan melakukan perkalian ideal diameter

    dengan faktor pengali unsur paduan sehingga diperoleh hasil sebagai berikut.

    Diameter (DI) = 0,216 x 3,33 x 1,2 x 3,376 x 1,6

    = 4,66

    Maksimum Hardness

    0,41% Carbon 57 HRc

    J1=

    =

    = 57 HRc

    J6=

    =

    = 54,8 HRc

    J7=

    =

    = 53,7 HRc

    J8=

    =

    = 51,8 HRc

    J9=

    =

    = 50,9 HRc

    J10=

    =

    = 49,13 HRc

  • 7/22/2019 Perlak Klas

    16/20

    J12=

    =

    = 46,7 HRc

    J14=

    =

    = 44,53 HRc

    J16= =

    = 41,9 HRc

    J18=

    =

    = 40.7 HRc

    J20=

    =

    = 39,8 HRc

    J24=

    =

    = 38 HRc

    J28=

    =

    = 35,6 HRc

    J32= =

    = 33,9 HRc

    Gambar kurva hardenability berdasarkan perhitungan grossman

    STRUKTUR MIKRO

    20

    25

    30

    35

    40

    45

    50

    55

    60

    1 6 7 8 9 10 12 14 16 18 20 24 28 32

    HRc

    HRc

    FERIT

    PERLIT

    martensite

  • 7/22/2019 Perlak Klas

    17/20

    Dari serangkaian percobaan, proses etsa sangat menentukan hasil dari

    praktikum ini, karena keberhasilan dari proses etsa akan menjadikan foto mikro

    yang didapat menjadi bagus dan ketika proses etsa yang dilakukan tidak

    sempurna, maka hasil dari foto mikropun akan menjadi kurang baik. Percobaan

    ini dilakukan dengan menggunakan dua larutan etsa, yaitu : 1.Glyceregia dan

    2.Nital.

    Pembahasan yang pertama yaitu akan dibahas hasil fotomikro hasi etsa

    dengan nital. Pada Gambar 1 menunjukan adanya struktur ferit dan perlit,

    selainitu juga terdapat martensitakibat dari prose pendinginan dengan media air

    melalui jominy test

    Pembahasan yang kedua yaitu akan dibahas hasil fotomikro hasi etsa dengan

    Glyceregia. Pada Gambar 2 menunjukan adanya bintik hitam yang merupakan

    karbida chromium walaupun pada baja ini telah diberi heat treatment yaitu full

    annealed. Hal ini bisa terjadi dikarenakan adanya unsur Mn (mangan) yang juga

    berfungsi sebagai penstabil karbida (Wahid Suherman, Ilmu Logam II, 1999).

    IV. 2 Pembahasan

    Setelah menyelesaikan pengujian, data didapatkan dan dianalisa hasilnya.

    Dari hasil uji kekerasan setelah jominy, pada baja VCL 140 dapat diketahui

    bahwa nilai kekerasan tertinggi adalah 57 HRC dan kekerasan terendah adalah 15

    HRC. Dari hasil tersebut terlihat bahwa terjadi selisih yang cukup jauh antara

    kekerasan tertinggi dan terendah. Hal tersebut bila dibandingkan dengan teori

  • 7/22/2019 Perlak Klas

    18/20

    perhitungan hardenability dengan menggunakan metode perhitungan jominy,

    menunjukkan bahwa perbedaan antara teori dan hardenability yang didapatkan

    dengan eksperimen tidak begitu jauh. Baja VCL merupakan baja karbon medium

    yang memiliki sedikit unsure paduan, sehingga pada dasarnya baja ini memiliki

    kekerasan yang tidak begitu tinggi. Akan tetapi apabila diberikan perlakuan dapat

    menyebabkan hardenabilitynya meningkat tajam sampai membentuk martensit

    pada ujung quench jominy.

  • 7/22/2019 Perlak Klas

    19/20

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    V.I Kesimpulan

    Dari hasil pengujian dan analisa yang dilakukan terhadap percobaan

    Jominy Test baja VCL 140 / AISI 4140, maka dapat diambil kesimpulan sebagai

    berikut:

    nilai kekerasan tertinggi adalah 57 HRC dan kekerasan terendah adalah15 HRC.

    Hasil struktur mikro menunjukkanadanya struktur perlit, ferit, martensit

  • 7/22/2019 Perlak Klas

    20/20

    DAFTAR PUSTAKA

    Callister, D William, Material Science and Engineering An Introduction-7th

    ed.New York:John Wiley & Sons, Inc.2007

    Suherman, Ir. Wahid, Perlakuan Panas.Surabaya: Jurusan Teknik Mesin FTI-

    ITS.2001

    Totten, E George, Steel and Heat Treatment: Metallurgy and Technologies. New

    York: Taylor and Francais Group.2006