perkembangan politik partai masyumi pasca …eprints.uny.ac.id/35853/2/skripsi full...

124
PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA PEMILU 1955 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Aris Sumanto 11406244042 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016

Upload: phamdung

Post on 04-Feb-2018

233 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA PEMILU 1955

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Yogyakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

Aris Sumanto

11406244042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2016

Page 2: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

i

PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA PEMILU 1955

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Yogyakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

Aris Sumanto

11406244042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2016

Page 3: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat
Page 4: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat
Page 5: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

v

PERSEMBAHAN

Kupanjatkan Puji Syukur Alhamdullilah Kehadirat Allah SWT

Kupersembahkan Karya Skripsi ini Kepada

“Ibuku Umiyatun”

“Bapakku Sri Sumanto”

Kubingkiskan Karya Skripsi ini Untuk Saudaraku dan Saudariku

“Romadona Sucihapsari, Joko Nugroho, Yoga Singgih Nugroho, Galih Tegar Prayogi”

Page 6: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

vi

MOTTO

Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun. Karena yang menyukaimu tidak butuh

itu dan yang membencimu tidak percaya itu.

(Ali bin Abi Thalib)

Kalau hidup Sekedar hidup Babi di Hutan juga Hidup, Kalau bekerja sekedar bekarja Kera

juga bekerja.

(Buya Hamka)

Lakukan langkah kecil untuk membangun impian besarmu

(Penulis)

Page 7: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

vii

PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA PEMILU 1955

Oleh:

Aris Sumanto

NIM. 11406244042

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Latar belakang berdirinya

Partai Masyumi, (2) Gambaran perkembangan Partai Masyumi pada masa

Demokrasi Parlementer 1950-1955, (3) Perkembangan Partai Masyumi pasca

pemilu tahun 1955.

Penelitian ini menggunakan metode yang terdiri dari beberapa tahapan. Tahap

pertama, adalah heuristik atau pengumpulan sumber, sumber terbagi menjadi dua

yaitu sumber primer dan sekunder. Sumber primer buku karya A.G Pringgodigdo

yang berjudul Undang-Undang No.7 tahun 1953 tentang pemilihan umum dan

sumber sekunder buku karya Deliar Noer yang berjudul Partai Islam di Pentas

Nasional. tahap kedua adalah verifikasi atau kritik sumber, tahap ketiga adalah

interpretasi yaitu proses menafsirkan fakta-fakta sejarah dan tahap keempat adalah

historiografi atau penulisan sejarah.

Hasil dari penelitian ini sebagai berikut, (1) Latar belakang berdirinya Partai

Masyumi dimulai dari para tokoh-tokoh Islam yang memerlukan wadah partai

untuk berpolitik serta mencakup seluruh aspirasi umat Islam di Indonesia. Suasana

revolusi menurut para tokoh politik Islam sangat sesuai untuk mendirikan partai

ditambah lagi adanya maklumat presiden tanggal 3 November 1945 untuk

mendirikan partai. Pada tanggal 7-8 November 1945 berlangsung Kongres Umat

Islam di Yogyakarta serta memutuskan untuk mendirikan Partai Masyumi. (2)

Perkembangan politik partai Masyumi tahun 1945-1949 ditandai dengan eksistensi

partai dalam pemerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

terbentuk kabinet Amir, ia berhasil mendirikan kembali PSII (Partai Syarikat Islam

Indonesia) serta menyatakan diri keluar dari partai Masyumi. Pada tahun

1950-1955 Partai Masyumi mengalami jatuh bangun dalam kabinet pemerintah.

Partai juga mengalami keretakan saat terbentuknya kabinet Wilopo tahun 1952

dengan keluarnya NU (Nahdahtul Ulama). (3) Pasca pemilu 1955, pada tanggal 21

Februari 1957 muncul konsepsi presiden Soekarno yang salah satunya ingin

menyatukan empat pemenang hasil pemilihan umum 1955 yaitu PNI (Partai

Nasional Indonesia), Masyumi, NU dan PKI (Partai Komunis Indonesia), namum

Masyumi menolaknya. Akhirnya pada awal tahun 1958 tokoh partai Masyumi

seperti Natsir dan Sjarifudin Prawiranegara kemudian memimpin Pemberontakan

Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). PRRI sendiri merupakan jawaban

daerah atas tidak lancarnya kabinet yang terus menujukan jatuh bangun.

Keterlibatan tokoh partai pada PRRI akhirnya mendorong lahirnya Keppres Nomor

200 tahun 1960 yang menyatakan partai Masyumi harus membubarkan diri.

Akhirnya Partai membubarkan diri pada tanggal 13 September 1960.

Kata Kunci : Partai Masyumi, Pemilu 1955, Pembubaran Partai.

Page 8: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

rahmat serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Perkembangan Politik Partai Masyumi Pasca Pemilu 1955”.

Penelitian skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan bagi mahasiswa program S1 pada program

studi Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Yogyakarta.

Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga

pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa

hormat mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak

yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung

kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai, terutama kepada:

1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA selaku Rektor Universitas Negeri

Yogyakarta.

2. Prof. Dr. Ajat Sudrajat, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Yogyakarta.

3. Dr. Dyah Kumalasari, M.Pd., Ketua Prodi Pendidikan Sejarah Universitas

Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan izin penelitian.

4. Zulkarnain, M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan,

bimbingan, dan saran kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

5. Rhoma Dwi Aria Y, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan arahan dan semangat kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

Page 9: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

ix

6. Dewan Penguji Skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk menguji dan

memberikan masukan mengenai skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Sejarah yang telah memberikan

bekal kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

8. Kedua Orangtuaku serta saudara, saudariku yang telah memberi semangat,

motivasi, doa kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

9. Teman-teman dekatku, Aripin, Febrian yang telah sabar mengarahkan dan

memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Seluruh Keluarga Besar HNR 11 dan semua pihak yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

Terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu

persatu karena telah membantu saya baik secara langsung maupun tidak langsung

dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum

sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat

penulis butuhkan sebagai. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

peulis dan para pembaca. Terima kasih.

Yogyakarta, April 2016

Penulis

Aris Sumanto

Page 10: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................ v

HALAMAN MOTTO ........................................................................... vi

ABSTRAK ............................................................................................. vii

KATA PENGANTAR ............................................................................ viii

DAFTAR ISI .......................................................................................... x

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................ xii

DAFTAR ISTILAH ............................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Rumusan Masalah .................................................................. 10

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 10

D. Manfaat Penelitian ................................................................. 11

E. Kajian Pustaka ....................................................................... 12

F. Historiografi yang Relevan .................................................... 16

G. Metode Penelitian .................................................................. 17

H. Pendekatan Penelitian ............................................................ 23

Page 11: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

xi

I. Sistematika Pembahasan ......................................................... 25

BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA PARTAI MASYUMI 27

A. Berdirinya Partai Masyumi .................................................. 27

B. Tokoh Pendiri Partai Masyumi ............................................. 31

C. Tujuan Pembentukan Partai Masyumi ................................. 34

D. Sistem Anggota Partai Masyumi .......................................... 36

E. Program Politik Partai Masyumi .......................................... 39

BAB III PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PADA

MASA DEMOKRASI PARLEMENTER 1950-1955 ............. 44

A. Masa Awal Kemerdekaan 1945-1949 ................................... 44

B. Perkembangan Politik Masyumi Masa Demokrasi Parlementer

1950-1955 .......................................................................... 52

1. Kabinet Natsir ............................................................. 53

2. Kabinet Dr.Sukiman .................................................... 55

3. Kabinet Wilopo ........................................................... 58

4. Kabinet Ali Sastroamidjojo I ....................................... 61

5. Kabinet Burhanuddin Harahap .................................... 65

BAB IV PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA

PEMILU 1955 .......................................................................... 69

A. Pergolakan Politik Partai Masyumi 1956-1958 .................... 69

B. Pembubaran Partai Masyumi ............................................... 78

BAB V KESIMPULAN ......................................................................... 93

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 97

LAMPIRAN . ........................................................................................... 101

Page 12: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

xiv

DAFTAR ISTILAH

Demokrasi : Pemerintah yang seluruh rakyatnya turut serta memerintah

dengan perantaraan wakilnya.

Eksistensi : Keberadaan.

Fraksi : Bagian kecil: pecahan: kelompok dalam DPR atau parlemen

yang memberikan arahan dan tujuan.

Formatur : Orang atau sekelompok orang yang menyusun/membuat

sesuatu.

Furu Iyah : Perkara-perkara kecil.

Ideologi : Kumpulan konsep bersistem yang dijadikan atas pendapat

(kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk

kelangsungan hidup.

Imperialisme : Sistem politik yang bertujuan menjajah negeri lain untuk

mendapatkan kekuatan dan keuntungan yang lebih besar.

Kapitalisme : Sistem dan paham ekonomi yang modalnya bersumber pada

modal pribadi atau modal perusahaan swasta dengan ciri

persaingan dalam pasar bebas.

Koalisi : Kerjasama antara beberapa partai untuk memperoleh

kelebihan.

Kolonialisme : Paham tentang penguasaan oleh suatu negara atas daerah atau

bangsa lain dengan maksud untuk memperluas negara itu.

Page 13: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

xv

Komunisme : Paham atau ideology (di bidang politik) yang menganut ajaran

Karl Marx dan Freedrich Engels, yang hendak menghapus hak

milik perseorangan dan menggantikannya dengan hak milik

bersama yang dikontrol oleh negara.

Konstituante : Panitia atau dewan pembentuk undang-undang dasar.

Konstitusi : Segala ketentuan dan aturan tentang ketatanegaraan.

Legislatif : Berhak dan berwenang membuat undang-undang: badan yang

membuat undang-undang.

Legitimasi : Pernyataan yang diakui keabsahannya: pengesahan

Majelis Syuro : Dewan Penasehat.

Maklumat Presiden : Pengumuman yang dikeluarkan presiden.

Mosi : Keputusan rapat atau pernyataan pribadi.

Muktamar : Konferensi/ kongres/ rapat/ tandingan/ pertemuan.

Nasionalisme : Paham untuk mencintai bangsa dan negara sendiri.

Parlemen : Lembaga yang terdiri atas wakil-wakil rakyat yang dipilih dan

bertanggung jawab atas perundang-undangan dan pengendalian

anggaran keuangan negara: dewan perwakilan rakyat.

Partai : Perkumpulan (segolongan orang) yang seasa, sehaluan dan

setujuan ( terutama di bidang politik).

Reshuffle : Pergantian

Revolusi : Perubahan ketatanegaraan (pemerintah atau keadaan sosial)

Page 14: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

xvi

yang dilakukan dengan kekerasan seperti perlawanan

bersenjata.

Sekuralisme : Paham atau pandangan yang berpendirian bahwa moralitas

tidak perlu didasarkan pada ajaran agama.

Sosialis : Ajaran atau paham kenegaraan dan ekonomi yang berusaha

supaya harta, benda industry, dan perusahaan menjadi milik

negara.

Page 15: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Lambang Masyumi ............................................................ 101

Lampiran 2. Foto Mohammad Natsir ..................................................... 102

Lampiran 3. Foto tokoh Masyumi dan PRRI ......................................... 103

Lampiran 4. M.Natsir dan anggota PRRI............................................... 104

Lampiran 5. Sidang kabinet inti ............................................................. 105

Lampiran 6. Tokoh Masyumi dipanggil Presiden .................................. 106

Page 16: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

xii

Daftar Singkatan

AD/ART : Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga

DPAS : Dewan Pertimbangan Agung Sementara

DPR : Dewan Perwakilan Rakyat

DPRDGR : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gotong Royong

GASBIINDO : Gabungan Sarekat Buruh Indonesia

GPII : Gerakan Pemuda Islam Indonesia

HMI : Himpunan Mahasiswa Islam

IPKI : Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia

K.H : Kyai Haji

KSAD : Kepala Staff Angkatan Darat

KEPPRES : Keputusan Presiden

KNIP : Komite Nasional Indonesia Pusat

KMB : Konferensi Meja Bundar

KUII : Kongres Umat Islam Indonesia

MASYUMI : Majelis Syuro Muslimin Indonesia

MIAI : Madjelis Islam A’la Indonesia

MSA : Mutual Security Act

NU : Nahdlatul Ulama

PARKINDO : Partai Kristen Indonesia

PBB : Persatuan Bangsa Bangsa

PERTI : Partai Tarbiyah Islamiyah

PII : Pelajar Islam Indonesia

Page 17: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

xiii

PIR : Partai Indonesia Raya

PKI : Partai Komunis Indonesia

PKR : Partai Kedaulatan Rakyat

PNI : Partai Nasional Indonesia

PP : Penetapan Presiden

PPKI : Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia

PRRI : Pemberontakan Revolusioner Republik Indonesia

PSI : Partai Sosialis Indonesia

PSII : Partai Sarekat Islam Indonesia

RIS : Republik Indonesia Serikat

RUU : Rancangan Undang-Undang

SDI : Sarekat Dagang Islam

SDII : Sarekat Dagang Islam Indonesia

SI : Sarekat Islam

TNI : Tentara Nasional Indonesia

TT : Teritorial Tertinggi

UUD : Undang-Undang Dasar

UUDS : Undang-Undang Dasar Sementara

USDEK : UUD1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Ala Indonesia,

Ekonomi Terpimpin dan Keadilan Sosial

Page 18: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada awal abad 20 nasionalisme Indonesia mencapai titik puncak, yaitu

dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia. Indonesia dan negara-

negara Asia lain mengalami penjajahan dan secara serempak membangkitkan

nasionalismenya sendiri-sendiri sehingga menciptakan negara merdeka.

nasionalisme di Indonesia mulai muncul dan menumbuhkan pemikiran rasa

ingin lepas dari penjajahan. Bangkitnya nasionalisme mengarah ke kesadaran

politik. Sebelum kemerdekaan kesadaran politik muncul di abad 20 antara

tahun 1910-1930 pemikiran untuk mencari dasar kemerdekaan bangsa.

Kemunculan partai maupun organisasi karena merasa senasib dan rasa

ingin lepas dari penjajah sehingga muncul nasionalisme bangsa Indonesia.

Kehidupan partai di Indonesia dimulai sejak pemerintahan kolonial Belanda.

Hubungan yang terjadi antara penguasa kolonial beragama Kristen dan

pribumi yang beragama Islam menjadi latar belakang hubungan Belanda-

Indonesia, dalam hal ini keinginan untuk tetap menjajah mengakibatkan

pemerintah kolonial tidak mampu memperlakukan agama pribumi sesuai

dengan agama mereka. Latar belakang ini menjelaskan mengapa terjadi

kebijaksanaan yang berhubungan dengan agama, meskipun dinyatakan bahwa

pemerintah kolonial bersikap netral pada agama.1

1 H.Agus Suminto, Politik Islam Hindia Belanda (Jakarta: LP3ES, 1985),

hlm.15.

Page 19: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

2

Ketika pimpinan Islam semakin menyadari tentang keresahan,

penderitaan rakyat akibat kondisi kolonial dan pentingnya pengaruh politik

akhirnya mendorong para Kyai dan ulama untuk menghimpun kekuatan.

Landasan ideologi Islam digunakan sebagai perjuangan politik untuk

melawan kekuasaan kolonial, hal ini menjadikan Islam sebagai sarana untuk

mengangkat harga diri berhadapan dengan kekuasaan kolonial.2 Meskipun

demikian antara tahun 1910 sampai 1930 selain ideologi Islam timbul

ideologi lain seperti komunis maupun nasionalisme. Islam kemudian tumbuh

sebagai dasar pergerakan politik yang berkembang dengan terbentuknya satu

wadah bernama MIAI (Majelis Syuro A’la Indonesia).

Pada tanggal 21 September 1937 di Surabaya KH Mas Mansyur, KH

Abdulwahab Chasbullah dan KH Ahmad Dahlan berhasil mendirikan MIAI.3

MIAI berdiri atas dasar perlu dibentuknya wadah politik Islam di Indonesia,

hal ini dirasakan perlu dan didukung oleh segenap organisasi islam di

Indonesia.4

Berdirinya MIAI menjadi kekuatan yang mengguncang

pemerintah kolonial Belanda. MIAI memperlihatkan harapan besar bagi kaum

muslimin Indonesia untuk bergerak mencari kemerdekaan. Kegiatan MIAI

turut pula berperan aktif dalam masa pergerakan nasional.

2 Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2012), hlm. 34. 3Abdul Karim, Islam dan Kemerdekaan Indonesia (Yogyakarta: Sumbangsih

Press, 2005), hlm.50. 4 Ibid, hlm. 50.

Page 20: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

3

Kedatangan Jepang di Indonesia tahun 1942 mempengaruhi

perkembangan MIAI, keputusan Jepang seringkali bertentangan dengan

pemerintah Indonesia. Keputusan Jepang salah satunya adalah melarang

kegiatan kepartaian. Keputusan ini tentu saja menimbulkan masalah baru bagi

partai di Indonesia, tetapi tidak untuk MIAI. MIAI yang diperkenankan terus

berdiri dengan cara menyesuaikan nya dengan keinginan perang Asia Timur

Raya.5

MIAI pun dalam perkembangannya melakukan upaya untuk mengusir

penjajah dari tanah nusantara. Karena itu, pada bulan oktober 1943 Jepang

membubarkan MIAI. Alasannya pembubaran MIAI karena Jepang merasa

bahwa mereka membahayakan kedudukan Jepang serta perkembangan

mereka yang pesat. Apalagi pada waktu itu umat Islam sudah memiliki

pasukan militer yaitu Hizbulloh, pemuda-pemuda yang dididik militer oleh

mereka sendiri. 6

Pasca kemerdekaan 17 Agustus 1945, pada tanggal 7 November 1945,

mengadakan kongres pemimpin umat Islam di gedung Madrasah Mu’alimin

Yogyakarta tokoh-tokoh Islam bersepakat untuk mendirikan partai politik

Islam yang pertama yang diberi nama Masyumi atau kepanjangan dari

(Majelis Syuro Muslimin Indonesia).7 Tujuan didirikannya Partai Masyumi

5

Zulfikar Gazali dkk, Sejarah Politik Indonesia. (Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek

Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional,1989), hlm.7. 6 Ahmad Syafii Maarif. Islam dan Politik Teori belah bambu masa Demokrasi

terpimpin (1959-1965), (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), hlm.21-22.

Page 21: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

4

yakni “terlaksana ajaran dan hukum islam di dalam kehidupan individu,

masyarakat dan negara Republik Indonesia menuju keridhaan Illahi, tujuan

ini kemudian dijabarkan dalam Tafzir Azas Muhamadiyah yang

kedudukannya sebagai penjelas dari ideologi Islam yang dianut partai

Masyumi.8

Pasca pembentukan Masyumi 1945 selama kurun waktu 1949-1955,

partai Masyumi ikut serta duduk dalam kabinet. Kabinet Amir Sjarifuddin

berhasil menarik PSII (Partai Sarekat Islam Indonesia) untuk keluar dari

Masyumi. Peristiwa ini terjadi tahun 1947 sehingga menimbulkan keretakan

dalam kalangan Islam walaupun dampak dari keluarnya itu tidak begitu besar.

Keluarnya PSII disebabkan karena kekecewaan sebagian politisinya di

Masyumi yang tidak mendapatkan peran dan kedudukan kurang strategis

seperti Wondoamiseno dan Arundji Kartawinata.9

Pada tahun 1950-1955 menjadi tahun dimana pergolakan jatuh bangun

Masyumi dalam kabinet. Kabinet pertama diisi oleh Natsir (Masyumi) dan

selanjutnya setelah kabinet runtuh diganti dengan Sukiman (Masyumi).

Perdana menteri dari dua kabinet tersebut diisi oleh Masyumi sedangkan

tujuan dari kabinet tersebut sama yaitu: Program Kabinet Natsir antara lain:10

7 Syaifullah, Gerak Politik Muhamadiyah dalam Masyumi, (Jakarta: Pustaka

Utama Grafitti, 1997), hlm.141.

8 Zulfikar Gazali, loc.cit., hlm. 3.

9Ridho Al Hamdi. Partai Politik Islam Teori dan Praktik di Indonesia.

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hlm. 57. 10

C.s.T. Kansil. Susunan dan Program Kabinet Republik Indonesia. (Jakarta:

Pradnja Paramita, 1970), hlm. 12.

Page 22: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

5

Menjalankan tindakan tindakan yang tegas sebagai negara hukum untuk

menjamin kenyamanan dan ketentraman. Membuat dan merencanakan

rencana kemakmuran nasional dalam jangka pendek untuk mempertinggi

kehidupan sosial ekonomi rakyat. Mempercepat usaha penempatan bekas

pejuang dalam lapangan pembangunan. Menyelesaikan persiapan pemilihan

umum untuk membentuk Konstituante dan menyelenggarakan pemilihan

umum dalam waktu yang singkat. Menjalankan politik luar negeri yang bebas

aktif dan yang menuju perdamaian.

Pada tahun 1952 saat kabinet Sukiman berhenti dan digantikan oleh

kabinet Wilopo. Muncul masalah baru dalam internal partai yaitu keluarnya

NU dari tubuh partai Masyumi. Terpilihnya KH Fakih Usman (unsur

Muhamadiyah dalam Masyumi) menjadi Menteri Agama dalam kabinet

Wiloppo menyebabkan masalah yang besar hal ini dikarenakan, menteri

Agama dalam kabinet sebelumnya selalu dipegang NU dengan KH Hasyim

Wahab duduk sebagai menteri.11

NU ingin juga menunjukan bahwa kalangan

ulama berpendidikan tradisional sebenarnya juga mampu menegelola suatu

negara modern. maka dalam Mukhtamar NU di Palembang 1952, menyatakan

diri keluar dari Masyumi.

Partai Masyumi yang sudah ditinggal PSII dan NU terus maju hingga

pemilihan umum 1955. Perdana menteri Boerhanoedin Harahap (Masyumi)

berhasil mengadakan pemilu di tahun 1955. Pemilihan umum tepatnya 25

11

Bibid Suprapto. Perkembangan Kabinet dan Pemerintahan di Indonesia.

(Jakarta Timur: Ghalia Indonesia) 1985 hlm. 145.

Page 23: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

6

September 1955 untuk memilih anggota DPR dan 15 Desember 1955 untuk

memilih anggota Konstituante. Pemilihan umum waktu itu sangat menarik

karena setiap partai mempunyai pendukung fanatik masing-masing yang,

mereka yang muslim akan ke Masyumi, NU (Nahdahtul Ulama).

Pemilu 1955 memperlihatkan posisi partai Masyumi yang jaringan

pendukungnya luas menggambarkan bahwa partai ini merupakan partai

bersifat nasionalis di dalam sistem tersebut. Partai Masyumi diisi pendukung

berasal dari luar Jawa yang wilayah Islamnya kuat, seperti Sumatera sehingga

mampu meenduduki posisi ke dua hasil pemilu.12

Hasil pemilu 4 partai besar

yakni PNI, PKI, NU, dan Masyumi yang mengumpulkan suara 75% dari

keseluruhan pemilih pada pemilihan umum tahun 1955 dan pemilihan daerah

pada tahun 1957.13

Hasil ini membawa partai Masyumi menjadi bagian pilar

pemerintahan selain PNI.

Pasca pemilu partai Masyumi merupakan awal dari babak akhir partai.

Selama kurun waktu 1956 hingga 1958 terjadi masalah hingga membawa

partai bubar. Posisi mulai bergeser pada saat PKI bangkit kembali dan

mempengaruhi kebijakan Soekarno serta diakomodasi dalam pemerintah.

Masyumi sebagai partai Islam menolak paham komunisme PKI.

Pembentukan kabinet Ali-Roem-Idham setelah pemilu 1955, Soekarno

menginginkan PKI dilibatkan dalam kabinet karena menduduki hasil ke

empat hasil pemilu 1955. Keinginan tersebut tidak dipenuhi oleh Ali

12

Ichlasul Amal. Teori-Teori Mutakhir Partai Politik. (Yogyakarta: PT. Tiara

Wacana Yogya, 1988), hlm.134.

13 Ibid, hlm. 133.

Page 24: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

7

Sastroadmijoyo, Masyumi, NU menolak dan menentang keterlibatan PKI,

karena PKI dipandang tidak mengakui keberadaan Tuhan yang Maha Esa.

Pertentangan antara Soekarno dengan partai Masyumi semakin terbuka saat

penolakan konsepsi Soekarno tentang demokrasi terpimpin untuk

menggantikan demokrasi parlementer.

Akhir Oktober 1956 adanya keinginan Presiden untuk pembubaran

partai politik. Hal ini mendapat reaksi dari pimpinan partai. Presiden

Soekarno mengemukakan pikiran supaya pemimpin partai mengadakan

pertemuan dan musyawarah serta mengambil keputusan untuk dibubarkannya

partai-partai.14

Keputusan Presiden mendapat tanggapan dari Parkindo yang

sebaiknya partai-partai pendukung pemerintah bersama mengundurkan diri

dan membentuk kabinet baru dengan bantuan presiden dan wakil presiden.15

Hal ini menambah konsepsi presiden tentang pembubaran partai politik.

Gejolak kabinet serta adanya keputusan presiden akhirnya membawa

Masyumi kepada pilihan untuk menarik diri dari kabinet. Sidang awal Januari

1957 pemimpin partai Masyumi telah menarik kelima menterinya dari

kabinet yaitu Menteri Kehakiman Muljatno dan Menteri Pekerjaan Umum

dan Tenaga Pangeran Noor. Keputusan penarikan keanggotaan partai

Masyumi disesali Dewan sidang yang kecewa atas pernyataan partai

Masyumi. Penarikan juga dikemukakan pimpinan partai Masyumi, sejak

kabinet terbentuk pada Maret 1956 yang menggap partai Masyumi sudah

14 Pedoman Rakyat, “Presiden Anjurkan Dikuburkan Partai Partai”, 30

Oktober 1956.

15 Pedoman Rakyat, “ Parkindo setuju kabinet bubar”, 2 Januari 1957.

Page 25: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

8

turut serta membangun bangsa akan tetapi partai Masyumi harus konstan

dalam tindakan yang tidak selamanya memberi keyakinan jalan yang dituju

tidak ke arah menjaga keselamatan dan kesejahteraan bangsa dan negara.16

Penolakan juga dilakukan pada saat dibentuk kabinet karya yang tidak

memperhatikan kekuatan parlemen, yaitu kabinet Djuanda yang diumumkan

pada 8 April 1957 pasca mundurnya kabinet Ali Rhoem. Penolakan tersebut

bertentangan dengan kebijakan Presiden Soekarno yang hendak menyatukan

seluruh kekuatan bangsa.17

Partai lain yang semula menolak konsepsi

Soekarno seperti NU, akhirnya mulai akomodatif dengan menerima dan

mengirim wakil dalam Kabinet Juanda.

Posisi Partai Masyumi yang tidak masuk dalam kabinet serta

munculnya PRRI (Pemberontakan Revolusioner Republik Indonesia) yang

sebagian anggota Masyumi turut didalamnya akhirnya presiden Soekarno

mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang menyatakan kembali ke UUD

1945 dan pengambil-alihan oleh Presiden Soekarno seluruh kewenangan

pemerintah dalam tangannya.18

Pada tanggal 5 Juli 1960 dengan perintah

presiden nomor 13 tahun 1960 tentang pengakuan, pengawasan dan

pembubaran partai politik Presiden Soekarno menjalankan kebijakan

penyederhanaan partai partai politik sebagai pelaksanaan Penpres nomor 7

tahun 1959 tentang syarat syarat dan penyederhanaan partai. Pada 21 Juli

16 Pedoman Rakyat, “ Kesibukan Politik di Ibukota”, 11 Januari 1957.

17

Muchamad Ali Safa’at., loc.cit, hal. 164.

18

S.M. Amin, Indonesia Dibawah Rezim Demokrasi Terpimpin. (Jakarta:

Bulan Bintang, 1967). hlm 190.

Page 26: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

9

1960 soekarno memanggil pemimpin-pemimpin Masyumi dan PSI.

Memberikan waktu untuk mencukupi syarat kepartaian hingga 30 Desember

1960.

Partai Masyumi menyatakan bahwa Penpres nomor 7 tahun 1959

bertentangan dengan UUD 1945 yang tidak mengenal bentuk hukum

penetapan presiden. Jawaban pimpinan Masyumi dan PSI tidak memuaskan

Soekarno, pada tanggal 17 Agustus 1960 dikeluarkan keputusan presiden

nomor 200 tahun 1960 yang membubarkan Masyumi dan keputusan presiden

nomor 201 tahun 1960 yang membubarkan PSI.19

Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti merasa tertarik mengkaji lebih

dalam dengan judul “Perkembangan Politik Partai Masyumi Pasca Pemilu

1955”. Adapun penulis mengangkat permasalah ke dalam karya tulis ilmiah,

yaitu masih kurangnya penulisan sejarah perkembangan Partai Masyumi

khususnya periode 1955 hingga dibubarkan secara lebih mendalam.

Rentang waktu yang penulis teliti yaitu pada tahun berdirinya Partai

Masyumi 1945 hingga partai membubarkan diri pada tahun 1960. Pada tahun

1945 hingga tahun 1960 merupakan titik pergolakan sistem pemerintahan dari

UUD 1945 yang berganti menjadi UUDS 1950 hingga konsepsi Soekarno

untuk kembali menganut sistem UUD 1945. Sistem ini tidak akan lepas dari

partai-partai besar seperti Partai Masyumi, orientasi Partai Masyumi selain

menjaga kedaulatan Republik Indonesia juga menjalankan politik Islam.

Selama kurun waktu 15 tahun berdiri, Partai Masyumi selalu menjadi peranan

19

Muchamad Ali Safa’at,. op.cit, hlm. 169.

Page 27: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

10

penting dalam pemerintahan, terlebih ketika memasuki masa UUDS 1950

Kabinet dipegang Natsir dan selanjutnya dipegang Sukiman, puncaknya pada

pemilihan umum tahun 1955. Pemilu 1955 menjadi wujud kebesaran Partai

Masyumi, dimana partai menempati posisi ke dua setelah PNI. Lima tahun

kemudian yaitu tahun 1960, Partai Masyumi membubarkan, dengan alasan

menolak komunis duduk di pemerintahan yang berujung pada keterlibatan

beberapa tokoh Partai Masyumi dalam PRRI. Bubarnya partai Masyumi

mengakhiri semua aktifitas politik partai Masyumi. Selain itu masa

Demokrasi Parlementer tahun 1955 menjadi fanatik partai, Masyumi yang

ingin menjalankan syariat dan hukum Islam pada kenyataannya menimbulkan

masalah yang berdampak kompleks baik partai, politik, maupun sosial.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana latar belakang lahirnya Partai Masyumi ?

2. Bagaimana Perkembangan Partai Masyumi pada masa Demokrasi

Parlementer tahun 1950-1955 ?

3. Bagaimana Kondisi Partai Masyumi pasca Pemilihan Umum pada tahun

1955 ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu, tujuan umum dan tujuan

khusus. Adapun tujuan-tujuan tersebut sebagai berikut.

1. Tujuan Umum

a. Mengembangkan kemampuan berfikir secara ilmiah dalam

menganalisa peristiwa sejarah.

Page 28: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

11

b. Menerapkan teori dan metodologi sejarah dalam mengkaji

peristiwa.

c. Memberikan pemahaman bahwa perkembangan politik berperan

dalam perkembangan Indonesia.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui Latar belakang berdirinya Partai Masyumi.

b. Mengetahui gambaran tentang Perkembangan Partai Masyumi

pada masa Demokrasi Parlementer tahun 1950-1955.

c. Mengetahui perkembangan Partai Masyumi setelah pemilu tahun

1955 hingga dibubarkan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu bagi pembaca dan

penulis. Adapun manfaat-manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi Pembaca

a. Memberikan gambaran latar belakang berdirinya Partai Masyumi.

b. Mengerti perkembangan Partai Masyumi masa Demokrasi

Parlementer.

c. Mengetahui dan memperluas tentang keikutsertaan Partai Masyumi

dalam membangun Bangsa dan Negara hingga dibubarkan pada 1960.

2. Bagi Penulis

a. Menambah pengetahuan tentang Partai Masyumi.

b. Memacu untuk bisa berkarya dalam bidang karya ilmiah.

Page 29: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

12

E. Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan telaah atau teori yang menjadi landasan

pemikiran. Hal ini dimaksudkan supaya peneliti dapat memperoleh data-data

atau informasi yang lebih lengkap mengenai permasalahan yang akan dikaji.

Adapun literature yang digunakan penulis sebagai bahan kajian pustaka

sebagai berikut.

Buku yang pertama untuk menjawab rumusan masalah bab II mengenai

motif dan tujuan Masyumi. Buku ini berjudul Modernisasi dan

Fundamentalisme dalam Politik Islam karya Yuzril Ihza Mahendra. Buku ini

menjelasakan tentang perbandingan Partai Jama’at-i-Islami (Pakistan) dan

Partai Masyumi (Indonesia). Buku ini menjelaskan tentang tujuan

pembentukan Masyumi. Partai ini bertujuan mengakkan kedaulutan negara

Republik Indonesia dan agama Islam. Kedua melaksanakan cita-cita Islam

dalam urusan kenegaraan. Penjelasan ini termuat dalam dua naskah resmi

Masyumi, yaitu Pernyataan politik yang dikeluarkan pada 8 November 1945

dan program perjuangan Partai Masyumi yang diumumkan pada 17

Desember.

Pembentukan partai Masyumi sendiri dilakukan oleh beberapa tokoh

seperti Agus Salim, Prof. Abdul Kahar Muzakhar, Dr. Soekiman

Wirosandjojo, Ki Bagus Hadikusumo, Mohamad Mawardi, Abdul Wahid

Hasim, Muhammad Natsir. Keputusan didirikannya Masyumi oleh tokoh

tersebut bukan hanya sekedar keputusan biasa melainkan sebuah keputusan

dari seluruh umat muslim melalui wakil-wakilnya. Keterwakilan berbagai

Page 30: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

13

tokoh Islam mencerminkan partai Masyumi sebagai “partai tunggal Islam di

Indonesia”. Tidaklah mengherankan jika tokoh-tokoh tersebut mengambil

peranan penting dalam tubuh partai Masyumi.

Buku yang kedua berjudul Perkembangan Partai Islam di Pentas

Nasional 1945-1965 karya Deliar Noer. Buku ini digunakan untuk menjawab

rumusan masalah bab III dan sebagai penunjang menjawab rumusan masalah

bab IV. Bab III penulis gunakan saat partai Masyumi dalam kabinet periode

1945-1955. Partai Masyumi menunjukan eksistensi partai Islam untuk duduk

dalam kabinet. Selama kurun waktu 1950 hingga 1955 partai Masyumi jatuh

bangun dalam kabinet. Kabinet masa UUDS 1950 (Undang-Undang Dasar

Sementara) 1950, partai Masyumi memimpin menjadi perdana menteri dalam

kurun waktu 2 kabinet (Kabinet Natsir dan Kabinet Sukiman). Pasca kebinet

Sukiman, partai Masyumi mulai goyah dengan keluarnya NU dari Masyumi.

Keluarnya NU di tahun 1952, kemudian memutuskan menjadi fraksi sendiri.

Pemilu tahun 1955 kejutan mulai datang dengan hasil dimana NU mendapat

kursi no 3 di bawah partai Masyumi serta tampilnya PKI yang mendapat kursi

di no empat.

Bab IV penulis gunakan untuk mengetahui perkembangan partai

Masyumi pasca pemilu 1955. Pasca pemilihan umum masalah mulai muncul

ketika tahun 1958 anggota Masyumi terlibat dalam PRRI (Pemberontakan

Revolusioner Republik Indonesia). Meskipun konflik dengan PRRI segera

dapat diatasi pemerintah, namun ketika di tahun 1959 masalah ini berdampak

besar. Pada tanggal 21 Juli 1959 Presiden Soekarno memanggil pemimpin-

Page 31: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

14

pemimpin partai Masyumi dan (PSI) menyerahkan setumpuk daftar

pertanyaan yang harus dijawab oleh para pemimpin partai secara tertulis

dalam satu minggu. Salah satu pertanyaannya menanyakan keterlibatan

anggota partai dengan PRRI. Akhirnya pukulan terakhir dialami partai Islam

yang gigih mempertahankan prinsipnya dengan jawaban mereka. Pada

tanggal 17 Agustus 1960 akhirnya partai Masyumi mendapat surat yang

menyatakan Masyumi harus bubar. Pada tanggal 13 September 1960

pimpinan pusat partai Masyumi menyatakan partainya bubar.

Buku yang ketiga berjudul Indonesia Dibawah Rezim Demokrasi

Terpimpin buku karya Ichlasul Amal menjelaskan tentang partai politik yang

ternyata mengikuti garis-garis pengelompokan yang sudah ada, salah satunya

PKI, NU, PNI, banyak memperhatikan dan di inspirasi oleh kepentingan dan

pandangan hidup Jawa, sementara partai Masyumi berkembang di daerah

Islamnya kuat, yakni Sunda di Jawa barat. Penggunaan buku ini penulis akan

memfokuskan menggunakannya sebagai landasan menjawab rumusan

masalah pertama dan sebagai pendukung menjawab rumusan masalah kedua.

Buku yang keempat berjudul Pembubaran Partai Politik. buku karya

Muchamad Ali Safa’at yang menjelaskan pembubaran partai politik di

Indonesia. Buku ini menjelaskan Keberadaan partai politik pada masa

kemerdekaan dimulai dari adanya maklumat pemerintah 3 Nopember 1945

yang mendorong tumbuhnya banyak partai politik sesuai dengan keadaan

demokrasi yang dikembangkan untuk maksud mempertahankan kemerdekaan

Page 32: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

15

dan menjamin keamanan rakyat. Mulai saat itu partai politik mulai mewarnai

kehidupan berbangsa dan bernegara.

Buku yang kelima sama dengan judul Pembubaran Partai Politik karya

Dr. Muchamad Ali Safa’at menjelaskan pembubaran partai politik di

Indonesia. menjelaskan bagaimana PKI bangkit kembali dan mempengaruhi

kebijakan Soekarno serta diakomodasi dalam pemerintah. Di sisi lain,

Masyumi sebagai partai Islam menolak paham komunisme Atheis PKI. Pada

saat pembentukan kabinet Ali-Roem-Idham setelah pemilu 1955, Soekarno

menginginkan PKI dilibatkan dalam kabinet karena menduduki hasil ke

empat hasil pemilu 1955. Namun keinginan tersebut tidak dipenuhi oleh Ali

Sastroadmijoyo Masyumi dan NU menolak dan menentang keterlibatan PKI,

karena PKI dipandang tidak mengakui keberadaan Tuhan yang Maha Esa.

Pertentangan antara Soekarno dengan partai Masyumi semakin terbuka

saat penolakan konsepsi Soekarno tentang demokrasi terpimpin untuk

menggantikan demokrasi parlementer. Penolakan juga dilakukan pada saat

dibentuk kabinet karya yang tidak memperhatikan kekuatan parlemen, yaitu

kabinet Djuanda yang diumumkan pada 8 April 1957. Penolakan tersebut

bertentangan dengan kebijakan Presiden Soekarno yang hendak menyatukan

seluruh kekuatan bangsa.

Pada tanggal 17 Agustus 1960 hari proklamasi kemerdekaan Indonesia

dikeluarkan Keppres Nomor 200 tahun 1960 yang membubarkan partai

Masyumi dan Keppres Nomor 201 tahun 1961 yang membubarkan PSI.

Kepres Nomor 200 tahun 1960 menyatakan bahwa “Membubarkan Partai

Page 33: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

16

Politik Masyumi termasuk bagian-bagian atau cabang-cabang atau ranting-

rantingnya di seluruh wilayah negara Republik Indonesia. Demikian pula

dengan Keppres Nomor 201 tahun 1960 yang menyatakan “Membubarkan

Partai Sosialis Indonesia, termasuk bagian-bagian atau cabang-cabang atau

ranting-rantingnya di seluruh wilayah negara Republik Indonesia.

F. Historiografi Yang Relevan

Historiografi menjelaskan mengenai kajian-kajian historis dengan tema

atau topik yang sama, yang pernah dilakukan sebelumnya. Dalam bagian ini

juga dijelaskan apa yang membedakan dan kesamaan antara penelitian yang

dilakukan dengan penelitian yang mendahuluinya.

Skripsi pertama karya Nur Efri Setyadi mahassiswa Fakultas Ilmu Sosial

dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta yang berjudul “Eksistensi

Partai Masyumi pada Pemilihan Umum 1955”. Persamaan dengan penulis

yang kerjakan berupa latar belakang serta perjuangan partai masyumi dalam

politik nasional selama kurun waktu 1945-1955. Partai Masyumi merupakan

partai yang dibentuk oleh tokoh-tokoh Islam masa pergerakan. Partai

Masyumi merupakan perwujudan dari kalangan Islam untuk mewujudkan

cita-cita Islam dalam kehidupan bernegara.

Perbedaan dengan skripsi yang di bahas peneliti yaitu, peneliti

memfokuskan perkembangan politik yang dicapai partai Masyumi pasca

pemilihan umum 1955 hingga partai dibubarkan tahun 1960. Sementara

skripsi karya Nur Efri Setyadi memfokuskan pada eksistensi partai Masyumi

dalam pemilihan umum 1955. Hasil pemilihan umum 1955 muncul kejutan

Page 34: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

17

dan hasil yang memuaskan diantara beberapa partai peserta pemilihan umum.

Pasca pemilihan umum keterlibatan pemimpin partai Masyumi dalam PRRI,

menjadi satu alasan mengapa partai ini dibubarkan.

Skripsi kedua karya Togap Nauli Napitupulu mahasiswa Fakultas Ilmu

Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta yang berjudul “Soekarno

dalam Demokrasi Terpimpin lahirnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan

pengaruhnya terhadap kondisi politik di Indonesia tahun 1959”. Persamaan

dengan peneliti terletak pada Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Dekrit Presiden

Soekarno yang menyatakan kembali ke UUD 1945 dan pengambil-alihan

oleh Presiden Soekarno seluruh kewenangan pemerintah dalam tangannya

dan menggambarkan kondisi perpolitikan nasional. Wacana Soekarno tentang

penyederhanaan partai diikuti pula dengan keputusan Partai Masyumi

dibubarkan.

Perbedaan dengan skripsi yang penulis teliti yaitu, peneliti membahas

runtutan perkembangan politik partai Masyumi hingga menjadi salah satu

partai besar. Perkembangan pasca pemilu timbul konflik ketika Soekarno

mempunyai gagasan menyatukan empat partai hasil pemilu dalam satu

kabinet. Masyumi tidak menyetujui karena ada komunis di dalamnya.

Kondisi yang memanas akhirnya melalui dekrit Presiden partai Masyumi

dibubarkan.

G. Metodologi Penelitian dan PendeketanPenelitan

Metode sejarah merupakan proses menguji dan menganalisis secara kritis

rekaman dan peninggalan masa lampau berdasarkan data yang diperoleh

Page 35: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

18

dengan menempuh proses historiografi.20

Metode sejarah adalah seperangkat

cara dan petunjuk dalam melaksanakan penelitian sejarah. Metode sejarah

membantu penelitian dalam merekonstruksi peristiwa sejarah. Menurut Louis

Gottslack terdapat empat tahap dalam penelitian sejarah yaitu pengumpulan

data (heuristic), kritik sumber (verifikasi), penafsiran (interpretasi), dan

penulis sejarah (historiografi).

1. Heuristik

Menurut terminologinya heuristik (heuristic) berasal dari bahasa Yunani

heuristiken yang berart imengumpulkan atau menemukan sumber. Heuristik

merupakan kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data,

atau materi sejarahatauevidensisejarah.21

Sumber merupakan bagian penting

dalam penulisan sejarah karena sumber merupakan pembedaan atar fakta dan

opini.

Sumber sejarah disebut juga data sejarah. Versi bahasa Inggris datum

bentuk tunggal, data bentuk jamak. Sumber sejarah dalam bahasa Latin

datum berarti pemberian. Pengumpulan Sumber merupakan proses yang

dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah.

Sumber sejarah, menurutbahannya, dapat dibagi menjadi dua yaitu tertulis

dan tidak tertulis atau dokumen dan artifact.22

Dokumen dapat berupanaskah,

20

Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, (Jakarta: Universitas Indonesia Press,

2008), hlm. 39.

21

Helius Sjamsudin, Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Ombak, 2007), hlm.

86.

22 Kuntowidjoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Bentang, 2003), hlm.

95.

Page 36: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

19

piagam, babad, suratkabar, prasasti, dll. Sumber artefact misalnya kapak,

gerabah, perhiasan, manik-manik, candi, patung.

Sumber yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini diperoleh dari

berbagai perpustakaan antara lain yaitu PerpustakaanPusat UNY,

Laboratorium Sejarah UNY, Jogja Library Center, Perpustakaan ST. Kolase

Ignatius Yogyakarta. Sumber-sumber yang diperoleh kemudian dikategorikan

berdasarkan waktu dan asalnya sebagai berikut.

a. Sumber Primer

Louis Gottschalk mendefinisikan sumber primer sebagai kesaksian

seorang saksi dengan matakepala sendiri atau dengan panca indera atau

juga dengan alat mekanis yang selanjutnya disebut saksi pandangan

mata.23

Ada beberapa sumber primer yang menjadi acuan dalam

penelitian ini.

A. G Pringgodigdo. Undang-Undang No. 7 tahun 1953 tantang

Pemilihan Umum.

Mimbar Indonesia, No. 29. 1960.

Mimbar Indonesia, No.31. 1960.

Pedoman Rakyat “ Presiden Anjurkan Dikuburkan Partai Partai, 30

Oktober 1956.

Pedoman Rakyat “ Parkindo setuju kabinet bubar”, 2 Januari 1957.

Pedoman Rakyat “ Kesibukan Politik di Ibukota, 11 Januari 1957.

23

Louis Gottschalk, op.cit., hlm. 43.

Page 37: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

20

b. Sumber Sekunder

Sumber sekunder merupakan kesaksian dari siapapun yang bukan

merupakan saksi mata dan tidak mengalami peristiwa yang

dikisahkanya.24

Sumber sekunder yang penulis gunakan dalam penelitian

ini sebagai berikut:

Yusril Ihza Mahendra. 1999 Modernisasi dan Fundamentalisme dalam

Politik Islam Jakarta Selatan:Paramidana.

Deliar Noer. 1987 Partai Islam di Pentas Nasional Jakarta: PT Pustaka

Utama Grafiti,

Samsuri. 1967. Politik Anti Komunis. 2004 Yogyakarta:Safian Insani

Press.

Syaifullah. Gerak politik Muhamadiyah dalam Masyumi 1997 Jakarta:

Anem Kosong Anem.

2. Verifikasi

Verifikasi atau kritik sumber adalah upaya untuk mendapatkan

otentisitas dan kredibilitas sumber.25

Kritik sumber ini sangat diperlukan

dalam penulisan sejarah. Kritik sumber yang dilakukan peneliti harus

seobyektif mungkin, agar diperoleh data dan sumber yang benar-benar

sesuai dengan penelitiannya. Kredibilitas data hanya bisa diperoleh

dengan melakukan kritik sumber.

24

Ibid. hlm. 43. 25

Suhartono Wiryo Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2010), hlm. 35.

Page 38: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

21

Kritik sumber terdiri dari dua bagian meliputi kritik ekstern dan

kritik intern. Kritik ekstern biasanya digunakan para peneliti untuk

melihat keaslian dari sumber yang didapat seperti kecacatan pada sebuah

dokumen atau menguji otentisitas (keaslian) suatusumber. Sedangkan

kritik intern dalam penulisan sejarah biasanya digunakan untuk melihat

kebenaran dari sumber-sumber misalnya dokumen. Kritik internal

dimaksudkan untuk menguji kredibilitasdan realibilitassuatu sumber.

Kritik sumber terhadap sumber yang peneliti peroleh dilakukan

verifikasi baik secara fisik ataupun non fisik. Kritik sumber secara fisik

dapat dilihat dari tinta dan tulisan yang menunjukkan bahwa sumber

dapat digunakan sebagai sumber yang valid. Selanjutnya kritik sumber

secara non fisik dapat dilihat dari muatan yang disajikan. Melalui muatan

dapat dilihat tahun terbit, penulis, serta muatanisi yang disajikan

menunjukkan bahwa sumber dapat digunakan sebagai sumber yang

valid.

3. Interpretasi

Interpretasi berarti menafsirkan atau member makna kepada fakta-

fakta (fact) atau bukti-bukti sejarah (evidences).26

Interpretasi diperlukan

karena tidak semua sumber sejarah bisa menjelaskan secara utuh

peristiwa sejarah. Diperlukan interpretasi dari peneliti untuk

memunculkan fakta yang utuh dari suatu sumber sejarah. Untuk

menemukan fakta sejarah maka dilakukan sebuah analisis dan untuk

26 Ibid., hlm. 81.

Page 39: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

22

menyatukan hasil interpretasi penulis terhadap data yang diperoleh

dilakukan sintesis.

Ada dua macam interpretasi, yaitu analisis dan sintesis.Analisis

berarti menguraikan. Dalam analisis, beberapa kemungkinan yang

dikandung oleh suatu sumber sejarah dicoba untuk dilihat.Sintetis berarti

menyatukan. Dalams intetis, beberapa data yang ada dikelompokkan

menjadi satu dengan generalisasi konseptual.27

Peneliti menganggap Partai Masyumi memiliki peranan besar bagi

perkembangan Indonesia dan juga membawa arah baru bagi agama islam

di Indonesia.

4. Historiografi

Historiografi adalah penyajian hasil interpretasi fakta dalam bentuk

tulisan. Dapat dikatakan historiografi sebagai puncak dari rangkaian kerja

seorang sejarawan, dan dari tahapan inilah dapat diketahui “baik

buruknya” hasil kerja secara keseluruhan. Dukungan sumber-sumber

yang valid sertalengkap, akan membantu penelitian ini menjadi penulisan

yang dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan pula sebagai

referensi penelitian-penelitian selanjutnya. Dalam penulisan sejarah,

aspek kronologis sangat penting.28

Penyajian penulisan dalam bentuk

tulisan mempunyai tiga bagian: (1) pengantar, (2) hasil penelitian, (3)

simpulan.

27

Kuntowijoyo, op.cit., hlm. 102-103.

28 Ibid., hlm. 104.

Page 40: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

23

H. Pendekatan Penelitian

Proses rekonstruksi atau penggambaran peristiwa sejarah sangat

tergantung pada pendekatan yang dilakukan dalam penelitian.29

Pendekatan

dalam penulisan sejarah digunakan untuk mempermudah pengkajian.

Penelitian sejarah tidak hanya mencakup satu pendekatan saja melainkan

beberapa pendekatan. Hal ini disebabkan sebagai upaya pengkajian secara

multidimensional. Penelitian ini menggunakan beberapa pendekatan anatar

lain pendekatan politik dan sosial.

1. Pendekatan Politik

Politik merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan

negara dan pemerintahan. Pendekatan politik didefinisikan oleh Miriam

Budiardjo adalah sebagai macam kegiatan dalam suatu sistem politik

menyangkut proses menetukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan

melaksanakan tujuan-tujuan itu.30

Pendapat lainnya yang mencoba mendiskripsikan persoalan tentang

politik seperti Sartono Kartodirdjo. Menurutnya, pendekatan politik

adalah pendekatan yang mengarah pada struktur kekuasaan, jenis

kepemimpinan, hiererki sosial, pertentangan dan lain sebagainya.31

29

Hariyono, Mempelajari Sejarah secara Efektif. (Jakarta: Pustaka Jaya,

1995), hlm. 97-98.

30

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik. (Jakarta: Gramedia Pustaka,

2008), hlm. 8.

31

Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah,.

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), hlm. 144.

Page 41: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

24

Pendekatan politik digunakan untuk mengetahui kondisi politik

Partai Masyumi dimana kondisi setelah pemilu 1955 Masyumi

berkembang kemudian mulai hancur perlahan dengan adanya kebijakan

baru Presiden Soekarno sehingga tahun 1960 diibubarkan Presiden.

2. Pendekatan Sosial

Sosial adalah ilmu yang mempelajari perilaku dan aktifitas sosial

dalam kehidupan bersama, perkembangan metodologi sejarah menjadi

dekat dengan ilmu sosial sebab dalam sejarah penggunaan konsep-

konsep umum yang sering digunakan dalam ilmu sosial. Dengan catatan

selama penggunaan itu untuk ilmu kepentingan analisis sehingga

menambah kejelasan dalam eksplanasi serta interpretasi sejarah.

Konsepsi Presiden Soekarno tentang disatukannya partai pemenang

pemilu 1955 ternyata mendapat pro kontra dari berbagai kalangan partai.

Partai Masyumi secara organisasi melarang anggotanya turut serta dalam

kabinet. Menurut Masyumi prosedur yang ditempuh soekarno

bertentangan dengan UUD dan tidak dapat dipertanggung jawabkan.

Anggota Partai Masyumi yang masuk ke kabinet terpaksa dikeluarkan

seperti Pangeran Noor sebagai Menteri Pekerjaan Umum. Partai lain

yang semula menolak konsepsi Soekarno seperti NU yang mulai

akomodatif dengan menerima dan mengirim wakil dalam Kabinet

Juanda. Natsir bersama Sjarifuddin kemudian terbang ke Sumatera Barat

untuk memimpin PRRI yang didukung masyarakat Sumatera Barat.

Page 42: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

25

I. Sistematika Pembahasan

Guna memperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh mengenai

penulisan ini, sedikit penjelasan terhadap garis besar penulisan

“Perkembangan Politik Partai Masyumi Pasca Pemilu 1955”, yaitu :

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab pertama menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka dan historiografi yang

relevan, metode penelitian dan pendekatan penelitian serta sistematika

pembahasan.

BAB II. Latar belakang berdirinya Partai Masyumi.

a. Berdirinya Partai Masyumi

b. Tokoh Pendiri Partai Masyumi

c. Tujuan Pembentukan Partai Masyumi

d. Sistem Anggota Partai Masyumi

e. Program Politik Partai Masyumi

BAB III Bagaimana perkembangan Politik Partai Masyumi pada Demokrasi

Parlementer 1950-1955.

a. Masa Awal Kemerdekaan 1945-1949.

b. Perkembangan Politik Partai Masyumi Masa Demokrasi

Parlementer 1950-1955.

1. Kabinet Natsir.

2. Kabinet Dr.Sukiman.

3. Kabinet Wilopo

Page 43: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

26

4. Kabinet Ali Sastroamidjojo I

5. Kabinet Burhanuddin Harahap

BAB IV. Perkembangan Partai Masyumi pasca Pemilu 1955.

a. Pergolakan Politik Partai Masyumi 1956-1958.

b. Pembubaran Partai Masyumi 1960.

BAB V. Kesimpulan

Bab kelima berisi kesimpulan tetang apa yang sudah disampaikan

dalam penulisan. Kesimpulan ini merupakan jawaban dari

permasalahan pokok yang disajikan di dalam rumusan masalah.

Page 44: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

27

BAB II

LATAR BELAKANG BERDIRINYA PARTAI MASYUMI

A. Berdirinya Partai Masyumi

Negara Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritasnya

seorang muslim. Tidaklah mengherankan kiranya jika Indonesia dikatakan

sebagai ranah muslim diantara sekian banyak negara muslim di berbagai

penjuru dunia. Ironisnya, di dalam percaturan ekonomi dan politik nasional,

nasib umat Islam Indonesia berlawanan dengan jumlah penduduknya. Dalam

konteks ini, tidak dipungkiri bahwa pemikiran dan gerakan politik Islam yang

tumbuh dan berkembang di tanah airacapkali dipengaruhi oleh berbagai

pemikiran dan gerakan politik di tingkat global. Kesadaran politik di masa

kolonial membuktikan bahwa pemimpin muslim mengetahui apa yang

dirakan rakayat.

Ketika tokoh-tokohIslam semakin menyadari tentang keresahan,

penderitaan rakyat akibat kondisi kolonial dan pentingnya pengaruh politik

akhirnya mendorong para Kyai dan ulama untuk menghimpun

kekuatan.Landasan ideologi Islam digunakan sebagai perjuangan politik

untuk melawan kekuasaan colonial.Ideologi Islam terwujud sebagai sarana

untuk mengangkat harga diri berhadapan dengan kekuasaan

kolonial.1Mayoritas penduduk Indonesia merupakan muslim hingga para

1 Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2012), hlm.34.

Page 45: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

28

tokoh kemerdekaan sehingga secara tidak langsung pengaruh yang

diharapkan dalam ideologi Islam mampu tersampaikan.

Menurut Ahmad Syafii Maarif, menyadari dirinya sebagai yang dianut

dianut oleh mayoritas rakyat Indonesia, Islam melalui pemimpin-

pemimpinnya dalam sejarah kontemporer Indonesia menyatakan bahwa

negara (kekuasaan politik). Politik sangat diperlukan sebagai instrumen

untuk menjamin dan melaksanakan ajaran-ajarannya dalam kehidupan.2

Kondisi ini menantang para aktivis dan pemimpin muslim untuk membenahi

melalui perjuangan politik.

Pada tanggal 21 September 1937 K.H. Mas Mansyur, K.H.

Abdulwahab Chasbullah dan K.H. Ahmad Dahlan berhasil mendirikan MIAI

(Madjelis Islam A’la Indonesia), di Surabaya.3

Ada dua alasan pokok

mengapa MIAI didirikan. Pertama, usaha politik Islam pada waktu itu masih

belum maksimal, sehingga kesadaran mengadakan badan persatuan

dikalangan Islam supaya kedudukan Islam di Indonesia sepadan dengan

besarnya umat Islam. Kedua adalah landasan untuk membimbing pemimpin-

pemimpin umat dalam membentuk MIAI yang waktu itu dipandang cukup

strategis untuk menggalang persatuan diantara partai dan organisasi Islam.4

2

Ahmad Syaffi Maarif. (1988). Islam di masa Demokrasi Liberal dan

Demokrasi Terpimpin, Prisma, No. 5 Tahun XVII, hlm. 25.

3 Abdul Karim. Islam dan Kemerdekaan Indonesia, (Yogyakarta: Sumbangsih

Press, 2005), hlm.50.

4 Ahmad Syafii Maarif. Islam dan Politik Teori belah bambu masa Demokrasi

terpimpin (1959-1965)(Jakarta:Gema Insani Press, 1996), hlm.16.

Page 46: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

29

Terbentuknya MIAI menjadi kekuatan baru yang menggetarkan

pemerintahan kolonial Belanda, pemerintah kolonial merasa usahanya sia-sia

meskipun sudah melakukan pembuangan pemimpin nasional serta beberapa.

Justru kaum muslim malah menjadi lebih gigih dalam menata perjuangan

mereka. MIAI merupakan perwujudan kalangan elite tokoh politik Islam

untuk menyalurkan kekuatan menghadapi kolonial. MIAI kemudian

menjelma menjadi organasasi Islam tumbuh dari masa kolonial hingga ke

masa pendudukan Jepang.

Kedatangan Jepang pada Maret 1942, mempunyai pengaruh besar untuk

partai. Partai dilarang melaksanakan kegiatannya kecuali MIAI yang

dibiarkan berdiri kemudian diganti dengan Masyumi. MIAI terus dibiarkan

berdiri karena Jepang menganggap bahwa keuatan Indonesia merupakan

kekuatan muslim, Jepang menggunakan MIAI sebagai sarana mempersatukan

muslim di bawah Jepang. Kekuatan MIAI yang kuat akhirnya menyebabkan

Jepang mengambil sikap untuk memobilisir muslim.

Hal ini menunjukan pengaruh kekuatan umat yang kuat sehingga

Jepang merasa perlu menggunakan kekuatan Islam dibawah kaki tangannya

kemudian membentuk Masyumi sebagai ganti MIAI. Hingga akhirnya pasca

kemerdekaan 1945 terbentuk Masyumi baru murni Indonesia. Pada 1944

kekuatan umat Islam semakin berkembang dengan terbentuknya Hizbullah

sebagai kekukatan militer muslim. Kekuatan yang terhimpun merupakan

langkah positif yang harus diapresiasi ke dalam wujud kemerdekaan.

Page 47: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

30

Pada 17 Agustus 1945 Soekarno memproklamirkan kemerdekaan

Indonesia.Pasca kemerdekaan mulai tumbuh dan berkembang partai politik

terutama dimulai saat pemerintah mengeluarkan Maklumat Pemerintah No.

X tanggal 3 November 1945, pemerintah tentang anjuran mendirikan partai

politik maka partai-partai politik pun lahir. Dalam pembentukan partai politik

tampak jelas dari pengorganisiran yang terpengaruh ikatan agama, suku dan

kedaerahan.Hadirnya partai politik yang pada mulanya merupakan partai

yang berdiri sabagai partai lanjutan pada masa pergerakan nasional.

Maklumat tersebut menegaskan pemerintah akan anjuran pendirian partai,

partai tersebut antara lain Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia)

murni Indonesia (lihat lampiran 1 halaman 101).5

Partai Masyumi berdiri pada kongres tanggal 7-8 November 1945

sepenuhnya merupakan hasil karya pemimpin-pemimpin umat Islam dalam

sebuah Muktamar Islam Indonesia bertempat digedung Madrasah Mu’allimin

Muhamadiyah, Yogyakarta.6 Kongres tersebut juga mengikrarkan Masyumi

adalah salah satu partai politik Islam di Indonesia dan partai Masyumi-lah

yang akan memperjuangkan nasib umat Islam Indonesia. Partai Masyumi

muncul sebagai partai yang mengakar di masyarakat Indonesia, karena di isi

organisasi utama yaitu NU, Muhamadiyah, Perserikatan Umat Islam hingga

berkembang dengan masuknya organisasi baru. Apabila dikaitkan dengan

5 Lambang Partai Masyumi berwujud Bulan Bintang.

6Syaifullah. Gerak politik Muhamadiyah dalam Masyumi. (Jakarta: Anem

Kosong Anem, 1997), hlm.141.

Page 48: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

31

tahun 1945 maka pembentukan partai Masyumi merupakan aspirasi umat

Islam sebagai cerminan dan potensi yang kuat dan konkret.

Dipahami pula pembentukan partai Masyumi dipandang sebagai

jawaban positif umat muslim. Jawaban atas respon Maklumat Presiden 3

November 1945dengan mendirikan partai Masyumi (Majelis Syuro Muslimin

Indonesia) yang dianggap partai dengan berasaskan Islam waktu itu. Pasca

kemerdekaan merupakan perwujudan dari pemikiran politik. PNI (Partai

Nasionalis Indonesia) mewakili golongan Nasionalis, PKI (Partai Komunis

Indonesia) mewakili komunis sedangkan partai Masyumi mewakili golongan

agama Islam.Percaturan lebih nyata ketika pemilu 1955 dimana partai saling

memperjuangkan ideologinya masing-masing.

Menurut M. Natsir Partai Masyumi adalah seluruh daripada cita-cita

pandangan hidup dari ummat Muhammad yang telah ditanamkan benihnya di

Indonesia semenjak berabad-abad.Masyumi adalah Hasrat dari umat Islam

yang diwakili oleh para pemuka agama yang berasal dari seluruh

Indonesia.Cita cita dan pandangan hidup ini telah turut mengakar di bangsa

Indonesia.Perjuangan yang sudah dilakukan tokoh-tokoh Islam di masa lalu

membuktikan agama Islam yang menginginkan sebuah kemenangan serta

wujud kemenangan tanpa ada penindasan atas hak-hak mereka.7

B. Tokoh Pendiri Partai Masyumi

Masyumi didirikan oleh beberapa tokoh Islam, motif pembentukan

Masyumi dari para tokoh partai politik dan gerakan keagamaan Islam yang

7Herbert Feith dan Lance Castles, Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965,

(Jakarta: LP3ES, 1988), hlm. 211.

Page 49: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

32

sudah berkembang sejak zaman pergerkan nasional. Tokoh tersebut seperti

Agus Salim, Prof. Abdul Kahar Muzakhar, Dr. Soekiman Wirosandjojo, Ki

Bagus Hadikusumo, Mohamad Mawardi, Abdul Wahid Hasim, Muhammad

Natsir. Keputusan didirikannya Masyumi oleh tokoh tersebut bukan hanya

sekedar keputusan biasa melainkan sebuah keputusan dari seluruh umat

muslim melalui wakil-wakilnya. Hal ini jelas terbukti terlebih ketika para

wakil yang duduk di posisi partai Masyumi merupakan para tokoh pemimpin

muslim.8

Tokoh-tokoh tersebut mewakili kalangan dan merupakan para

pemimpin umat seperti Agus Salim merupakan bekas tokoh SI, Dr. Sukiman

mantan pemimpin SI, Abdul Kahar Muzzakir dan ki Bangun Hadikusumo

adalah tokoh modernis Muhamadiyah. Motif tokoh-tokoh karena didorong

oleh keinginan menyatukan politik Islam ke dalam satu wadah.9Suasana

setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, adalah suasana yang sesuai untuk

mendirikan partai.Zaman pergerakan partai dan organisasi Islam yang ada

dihimpun untuk menghadapi permasalah sosial sehingga perlu satu wadah

untuk mempersatukan mereka.

Keterwakilan berbagai tokoh Islam mencerminkan Masyumi sebagai

“partai tunggal Islam di Indonesia” menurut Yusril Ihza Mahendra di dorong

oleh pandangan modernisme yang positif dan optimis dalam memandang

pluralisme. Perbedaan pendapat antara sesama kelompok Islam, haruslah

8 Syaifulloh, op.cit, hlm. 142.

9 Yusril Ihza Mahendra, Modernisme dan Fundamentalisme dalam politik

sosial. (Jakarta Selatan: Paramadina, 1999), hlm. 62.

Page 50: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

33

dilihat sebagai rahmat dari Tuhan, karena perbedaan itu “tidak bersifat

fundamental, tetapi hanya berhubungan dengan masalah-masalah furu iyah

(perkara-perkara kecil).10

Tidaklah mengherankan jika tokoh-tokoh tersebut

mengambil peranan penting dalam Masyumi. Perkara-perkara besar suasana

politik dan sosial yang seharusnya disikapi menurut tokoh partai Masyumi

adalah suasana revolusi Indonesia dan suasana persaingan berbagai golongan

ideologi dalam masyarakat Indonesia.

Suasana setelah revolusi kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang

diproklamasikan Soekarno merupakan proses membentuk dan

mempertahankan negara yang diusahakan dengan cara revolusi,

memunculkan berbagai kelompok politik saling bersaing memperebutkan

kekuasaan dan pengaruh.11

Ideologi berupa komunis nasionalis dan agama

serta muncul ideologi baru sosialisme. Keberadaan persaingan ideologi mulai

muncul diawal kemerdekaan ketika tokoh dari golongan islam, komunis dan

sosialis terlibat perbedaan tentang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan

Indonesia) pada 21 Agustus 1945 yang menetapkan bahwa Indonesia

merdeka hanya ada satu partai tunggal yang dinamakan PNI.

Percaturan politik yang panas mulai timbul persaingan serta tekanan

dari luar yang saling menggelorakan ideologi masing-masing ada kala

peropaganda ideologi sering berlangsung. Jawaban atas respon yang

ditujukan kepada partai Masyumi adalah membentuk gagasan negara

10 Ibid, hlm. 65.

11 Ibid, hlm. 67.

Page 51: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

34

berdasarkan paham-paham Islam. Secara Eksplisit tidak ada sistematika

pendidikan politik yang diterapkan partai, upaya pendidikan politik yang

diperankan partai Masyumi tidak terlepas dari fungsi artikulasi kepentingan,

seleksi kepemimpinan, dan komunikasi politik. Secara implisit upaya

pendidikan politik partai Masyumi adalah usaha untuk mencapai tujuan yang

dengan cara menginsyafkan dan memperluaskan pengetahuan serta

kecakapan umat islam di Indonesia dalam perjuangan politik.12

Perjuangan politik partai Masyumi yang sangat kuat terjadi pasca

pemilu 1955 yaitu: perjuangan ideologis menghadapi komunisme yang

diperjuangkan PKI (Partai Komunis Indonesia). Propaganda PKI diyakini

oleh Masyumi sebagai propaganda ideologi yang disebarkan melalui media

cetak seperti buku Marxisme. Untuk mengantisipasi propaganda tersebut

Masyumi mengeluarkan kebijakan para anggota. Kebijakan itu adalah buku-

buku yang bertemakan sosialisme-religius atau lebih dikenal dengan buku

bacaan keluarga partai Masyumi.

C. Tujuan Pembentukan Partai Masyumi

Tujuan partai masa itu pada umumnya berhubungan dengan semangat

kebangsaan dalam usaha membentuk dan mempertahankan satu negara

bangsa yang bebas dari penjajahan.Semangat kebangsaan tahun 1945 muncul

berbagai macam ideologi, tetapi mereka sadar disamping ada perbedaan, ada

pula persamaan.Pandangan-pandangan dasar medernisme khususnya yang

12

Syamsuri. Politik Islam Anti Komunis. (Yogyakarta: Safirian Insani Press,

2004), hlm 96.

Page 52: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

35

menyangkut sikap bahwa ijtihad harus digalakan dalam menghadapi situasi

yang berubah dan pandangan yang positif dalam memandang

pluralisme.Tokoh-tokoh yang mengambil inisiatif pembentukan partai

Masyumi, acap kali bersifat kolektif, pada umumnya telah menganut

medernisme sejak sedia kala.13

Tokoh-tokoh yang mengambil inisiatif pembentukan partai Masyumi

berinisiatif mendirikan kongres yang dihadiri golongan Islam di Indonesia.

Berkat usaha dengan berbagai golongan Islam berhasil menyelenggrakan

Kongeres Umat Islam Indonesia (KUII), kongres yang berlangsung di

Yogyakarta selama dua hari yang dihadiri sekitar lima ratus utusan

organisasi-organisasi sosil-ekonomi, Islam, tokoh tokoh alim ulama dan

tokoh politik. Inisiatif ini diambil oleh keingian untuk menyatukan potensi

kekuatan politikIslam ke dalam satu wadah perjuangan yang besar kuat dan

berpengaruh. Tujuan Masyumi menurut Anggaran Dasar Masyumi yang

disahkan oleh KUII pada tahun 1945, adalah14

1. Menegakkan kedaulatan negara Republik Indonesia dan agama Islam.

2. Melaksanakan Cita-cita Islam dalam urusan kenegaraan.

Tujuan partai Masyumi diuraikan dalam dua naskah resmi Masyumi,

yaitu pernyataan politik yang dikeluarkan pada November 1945 dan Program

perjuangan partai Masyumi yang diumumkan pada 17 Desember 1945.

Masyumi percaya bahwa Islam menghendaki kesejahteraan masyarakat serta

13

Yusril Ihza Mahendra, loc.cit, hlm. 62.

14 Ibid, hlm. 71.

Page 53: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

36

penghidupan yang damai antara bangsa-bangsa di muka bumi ini.Pernyataan

politik tahun 1945 menjelaskan bahwa partai Masyumi sebagai respon

terhadap revolusi Indonesia yang bergolak yaitu tekad bangsa Indonesia

untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia. Tindakan Belanda

dan kelompok-kelompok kriminal adalah tegas membahayakan kedaulatan

Bangsa Indonesia

Imperialisme, apapun juga manifestasinya adalah suatu kezaliman yang

melanggar melanggar perikamanusiaan.Secara nyata diharamkan oleh Islam.

Program perjuangan yang diumumkan pada 17 Desember 1945 dikatakan

bahwa perjuangan partai Masyumi adalah untuk melenyapkan kolonialisme

dan imperialisme yang penuh kebuasan, kekejaman, dan kepalsuan. Tanah air

harus dibebaskan dari perlakuan sewenang-wenang yang dilakukan oleh

kolonialisme dan imperialisme.15

D. Sistem Anggota Partai Masyumi

Sejak awal pembentukannya partai Masyumi memiliki keinginan untuk

menjadi partai yang didukung kalangan muslim di Indonesia. Dalam

keanggotaan untuk menjadi partai Masyumi disesuaikan dengan tujuan partai.

Dalam konteks negara, perjuangan anggota itu akan dicapai melalui

pemilihan umum. Pemilihan umum menghendaki adanya anggota yang

banyak dan dukungan luas dalam memilih. Untuk mencapai tujuan anggota

Masyumi mempunyai sistem anggota dua macam yaitu:

15 Ibid, hlm. 72.

Page 54: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

37

1. Perseorangan: Anggota perseorangan minimum berumur 18 tahun atau

sudah kawin, tidak dibenarkan merangkap anggota lain dan setiap

anggota memiliki hak suara

2. Organisasi: mempunyai hak untuk memberi nasihat atau saran.

Ide dualisme keanggotaan didasari untuk memperbanyak anggota.

Alasan lain, agar Masyumi dapat dilihat sebagai wakil umat tanpa ada merasa

terwakili.16

Dalam sejarah kepartaian umat Islam di Indonesia di masa

kemerdekaan, keterkaitan seseorang dalam partai tersebut lebih sering

ditentukan oleh kedudukan partai tersebut di tengah pergolakan politik.Bila

kedudukan partai kuat partai itu menjadi pusat. Partai Masyumi merupakan

perwujudan dari organisasi seperti NU dan Muhamadiyah umumnya anggota

Muhamadiyah tergolong pada partai Masyumi sekurang-kurangnya

merupakan pendukungnya.

Awalnya hanya empat organisasi yang masuk partai Masyumi:

Muhamdiyah, NU, Perserikatan Umat Islam dan Persatuan Islam.

Muhamdiyah termasuk pembaharu, NU tradisional, kedua organisasi yang

lain bersifat tradisionalis dalam soal-soal agama, tetapi cenderung bersikap

modern dalam soal dunia sehingga memudahkannya untuk bekerja sama

dengan organisasi modernis. Persatuan Islam (Bandung) dan AL-Irsyad

bergabung dengan Masyumi disusul dengan Al-Jamiyatul Wasliyah, Al-

Ittihadiyah serta PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) menjadi anggota

16

Deliar Noer. Partai Islam di Pentas Nasional (Jakarta: PT Pustaka Utama

Grafiti, 1987), hlm. 48.

Page 55: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

38

Masyumi antara tahun 1948-1953. Suatu organisasi islam dapat menjadi

anggota Masyumi bila disetujuai oleh lebih dari separuh anggota istimewa

yang ada. Kecuali Ahmadiyah Lahore(aliran qadian) karena dianggap tidak

Ahlus Sunnah wal Jamaah.17

Eksisitensi Masyumi dalam percaturan politik nasional memang sangat

berpangaruh dengan hasil berbagai anggota yang duduk dalam kursi

pemerintahan. Pada awalnya partai Masyumi yang sangat solid dan mampu

menyatukan kekuatan organisasi Islam, namun ketika terjadi konflik dengan

Soekarno tentang masalah pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik

Indonesi (PRRI), sehingga anggota istimewa mulai melepaskan ikatan dengan

Masyumi. Kebijaksanaan ini diambil untuk menjaga kelancaran kegiatan

organisasi-organiasi yang bersangkutan dengan hambatan dalam geraknya.

Permasalahan dengan presiden membawa partai Masyumi dibubarkan oleh

presiden Soekarno tahun 1960.

Dalam masa revolusi dukungan Masyumi didapat dari Hizbullah yang

beranggotakan 50.000 orang dan jumlah ini berlipat ganda dengan proklamasi

kemerdekaan. Selain mempunyai 2 anggota utama partai Masyumi juga

mendirikan anak organisasi. Anak organisasi adalah organisasi yang

menghimpun anggota dengan latar belakang pekerjaan tertentu.Anak organasi

di bawah Masyumi bernama Muslimat (wanita), Sarekat Dagang Islam

Indonesia (SDII), Sarekat Tani Islam Indonesia (STII) yang semuanya

17 Ibid, hlm. 49-50.

Page 56: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

39

didirikan di masa Revolusi.18

Anak organisasi sebagai pendesak untuk

mencapai tujuan-tujuan Masyumi dan menjadi alat untuk menghadapi

organisasi maupun anak organisasi partai lain.

Pendukung partai Masyumi sendiri cukuplah banyak dan hampir

mencakup lingkup sosial maupun daerah.Organisasi pendukungnya yaitu

Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII), Himpunan Mahasiswa Islam

(HMI), dan Pelajar Islam Indonesia (PII).Selain itu ada pula Mathla’ul Anwar

(bergerak di daerah Banten), Al Khairat (bergerak di pulau Sulawesi,

Nahdahtul Watan (bergerak di daerah Lombok).19

Jumlah anggota pendukung

partai menunjukan kecenderungan akan aliran agama, sosial maupun kelas

pendidikan.

Organisasi yang dihimpun dengan latar belakang sosial mampu

menujukan pengaruh besar dalam tatanan masyarakat.Pengaruh agama sangat

luar biasa ketika dalam lingkup masyarakat kecil mampu dirangkul.Anggota

yang saling berkontribusi mengembangkan ideologi mampu mengokohkan

posisi partai. Sifat keanggotaan partai Masyumi yang mampu berkembang di

beberapa kelas dalam masyarakat merupakan wujud untuk menyalurkan

tujuan partai.

E. Program Politik Partai Masyumi

1. Politik

18 Ibid, hlm. 56.

19

Yuzril Ihza Mahendra, op.cit., hlm. 187-188.

Page 57: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

40

Rumusan partai Masyumi menyebutkan bahwa partai itu menghendaki

negara Indonesia menjadi suatu negara hukum yang berdasarkan ajaran-

ajaran Islam.Istilah Negara Islam yang diinginkan partai Masyumi, bukan

merupakan penamaan yang harus diadakan. Tetapi lebih pada bagaimana

“ajaran Islam itu dapat menjiwai kehidupan berbangsa dan bernegara

meskipun bukan sebagai negara Islam”. Rumusan ini bisa disebut dengan apa

saja yang sesuai. Bahkan kalaupun harus dinamakan dengan Pancasila yang

berasal dari bahasa Sansekerta diperbolehkan jika rakyat memang

menghendaki itu. Partai Masyumi lebih memandang esensi dari pada

penggunaan istilah.20

Negara hendaklah menjamin keselamatan jiwa dan benda tiap orang

dan kebebasan beragama.Partai Masyumi lebih menyukai terbentuknya

kabinet presindensiil dengan tanggung jawab kepala negara kepada dewan

perwakilan rakyat. DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) sebaiknya terdiri dari

dua badan: dewan berdasar pemilihan umum dengan perwakilan berimbang

dan senat sebagai wakil daerah yang juga berdasar pemilihan umum. Hak-hak

asasi manusi hendaknya dijamin dalam UUD (Undang-Undang Dasar).Hak-

hak politik, sosial dan ekonomi, kaum wanita sederajat dengan kaum pria.

2. Pendidikan dan Kebudayaan

Menurut rumusan draf UUD Republik Indonesia yang diusulkan oleh

Masyumi, sistem pendidikan nasional diarahkan untuk melahirkan manusia-

manusia yang menguasai ilmu pengetahuan, keterampilan, keimanan kepada

20

Ibid., hlm. 204-206.

Page 58: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

41

Tuhan dan akhlak yang mulia. Rumusan sistem pendidikan ini tidak

menyebutkan sistem Islam. Menurut tokoh-tokoh partai Masyumi rumusan-

rumusan umum telah mencerminkan kehendak islam, meskipun tidak

dinyatakan secara eksplisit. Partai Masyumi juga merencanakan pembentukan

Universitas negeri di setiap provinsi.21

Sekolah swasta agama perlu diberi subsidi. Pengajaran rendah

hendaknya juga menumbuhkan keterampilan anak, disamping pengetahuan.

Pendidikan agama di sekolah pemerintah ditujukan untuk pembentukan watak

dan kepribadian sehingga para pemuda menjadi anggota masyarakat yang

bertanggung jawab, berjiwa kemasyarakatan, berdisiplin, dan berkesusilaan.

Pendidikan agama harus harus diajarkan menurut agama yang dianut oleh

murid murid yang bersangkutan. Dalam bidang Kebudayaan, partai Masyumi

menyebutkan bahwa pemerintah yang berkewajiban untuk memajukan

kebudayaan dan kesenian sepanjang tidak bertentangan dengan asas-asas

islam.22

3. Ekonomi

Partai Masyumi berpendapat bahwa pembangunan ekonomi

memerlukan strategi pembangunan yang disusun menurut tahapan-tahapan

tertentu sejalan dengan potensi-potensi yang dimiliki negara. Perekonomian

hendaklah diatur menurut dasar ekonomi terpimpin.Perencanaan Produksi

dan distribusi penting untuk kesejahteraan rakyat seluas-luasnya.Monopoli

21

Ibid., hlm. 264-265.

22 Ibid., hlm. 268.

Page 59: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

42

oleh perusahaan swasta dilarang dan konkurensi hendaknya bersifat

membangun. Politik harga dan upah harus sesuai dengan keadaan

perekonomian dalam negeri. Koperasi harus dibangun dengan bantuan

pemerintah.23

Pemerintah juga harus harus membantu nelayan dan memberi

perlindungan kepada para petani dengan memberantas pemerasan terhadap

mereka, menghapuskan sistem tuan tanah menurut hukum dan membagi

tanahnya kepada petani. Pemerintah hendaknya juga memberi kemudahan

bagi golongan menengah Indonesia untuk berkembang dan memperkuat

kedudukannya.Pembentukan undang undang bank perlu diawasi

pemerintah.Sistem pajak yang berlangsung hendaknya disederhanakan, dan

tidak melampaui kekuatan masyarakat.

4. Politik Luar Negeri

Partai Masyumi menentang penjajahan dan membantu tiap usaha untuk

menghapuskannya. Politik luar negeri hendaklah bertujuan mempertahankan

perdamaian dunia dan mencari persahabatan dengan semua bangsa “terutama

dengan bangsa yang berasaskan ketuhanan dan demokrasi”. Kedudukan PBB

(Persatuan Bangsa-Bangsa) hendaklah diperkuat.Negara-negara harus saling

menghormati hak masing-masing dan menjunjung tinggi perjanjian-perjanjian

antar bangsa. Bantuan luar negeri digunakan untuk mempercepat

pembangunan negara, tanpa ikatan militer dan politik.24

23

Deliah Noer. op.cit., hlm. 141. 24 Ibid, hlm. 143.

Page 60: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

43

5. Irian Barat

Iran Barat yang belum masuk ke Indonesia masa kemerdekaan menjadi

bagian penting politik Indonesia untuk memperjuangkannya.Irian Barat tetap

merupakan tuntutan partai Masyumi selama belum masuk Indonesia. Ketika

Sukiman dipercaya untuk memimpin pemerintahan tahun 1951 ia

melanjutkan usaha untuk mendapatkan Irian Barat kembali dari pemerintahan

Belanda.Langkah yang dilakukan Sukiman dengan mengirimkan delegasi ke

Belanda dibawah pimpinan Supomo.Tetapi Supomo terpaksa kembali karena

tanpa hasil dengan pemerintahan Belanda. Kabinet Selanjunya Ali I

diharapkan lebih tegas dengan Belanda. Beliau berhasil menghimpun bangsa-

bangsa Asia-Afrika pada suatu konperensi di Bandung. Tetapi kabinet ini

gagal dalam merenggut Irian Barat dari Belanda. Sampai dengan Kabinet Ali

II masalah Irian Barat masih menjadi perjuangan.25

25 Ibid, hlm. 341.

Page 61: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

44

BAB III

PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PADA MASA

DEMOKRASI PARLEMENTER 1950-1955

A. Masa Awal kemerdekaan (1945-1950)

Kemerdekaan yang telah diraih bangsa Indonesia merupakan jerih

payah anak bangsa tanpa harus mempertanyakan agama apa, suku mana,

bahasa apa, daerah mana, atau hal yang tidak penting untuk dipertanyakan.

Semua adalah satu Indonesia dan semuanya bekerja keras demi kemakmuran

dan kesejahteraan bersama bangsa dan negara. Hanya saja komposisi

penduduk Indonesia yang mayoritas muslim. Memang betul jika kita adalah

satu nusa, satu bangsa dan satu tanah air. Kenyataan berbicara bahwa

keberagaman itu hanya terlingkup dalam nuansa budaya, tetapi bicara tentang

keberagaman pola pemikiran, idealisme, dan paham yang dipegang masing-

masing individu bangsa.

Kenyataan dalam abad 20 menurut Ahmad Syafii Maarif

mengkategorikan bentuk perbedaan dalam 3 jenis golongan. Golongan

tersebut antara lain Islam, Marxisme/Sosialisme, dan Nasionalisme. Ketiga

golongan muncul ke dalam wujud organisasi partai.1 Islam teraplikasi ke

dalam Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia), Marxisme/Sosialisme

teraplikasi ke dalam PKI (Partai Komunis Indonesia) sedangkan

Nasionalisme teraplikasi ke dalam PNI (Partai Nasionalis

1

Ahmad Syafii Maarif, Islam dan Masalah kenegaraan; Studi tentang

Perpecahan dalam Konstituante, (Jakarta: LP3ES, 1985), hlm. 122.

Page 62: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

45

Indonesia). Kebesaran pengaruh partai tersebut baru dapat dimengerti secara

nyata dengan pemilihan umum.

Ketika Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia yang mayoritas

muslim sangat disambut meriah berbagai elemen masyarakat. Dipandang dari

segi politik, kemerdekaan bagi umat Islam diharapkan sebagai titik awal

dalam ajaran Islambisa diterima dalam kehidupan bernegara. Ide ini

sebenarnya adalah kelanjutan dari apa yang pernah dilontarkan oleh tokoh-

tokoh SI (Sarekat Islam) pada akhir 1920-an. Sukiman Wiryosenjoyo dan

Suryopranoto telah menyebut-nyebut tentang pemerintahan Islam, sekalipun

mereka tidak menjelaskan lebih jauh sebenarnya yang dimaksud. Barangkali

yang mereka maksud ialah suatu pemerintahan yang dipegang oleh orang-

orang Islam dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran Islam.2

Pasca kemerdekaan untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan alat

perjuangan aspirasi berupa partai politik yang akan menyalurkan aspirasi

politik umat dengan cara-cara demokrasi. Untuk maksud ini pada bulan

November 1945 lewat kongres umat Islam di Yogyakarta dibentuklah partai

politik partai Masyumi. Partai Masyumi yang baru terbentuk sebagai

kelanjutan dari MIAI (Madjelis Islam A’la Indonesia) sejak 1937 dan usaha

Masyumi buatan Jepang 1943. Partai Masyumi kemudian berkembang

menjadi partai besar di Indonesia.

2

Ahmad Syafii Maarif, Potret Perkembangan Islam di Indonesia,

(Yogyakarta: Shalahuddin Press, 1983), hlm. 12.

Page 63: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

46

Walaupun mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, kedudukan

umat islam dalam masa permulaan revolusi tidak dapat disebut kuat. Hal ini

tercermin dalam kabinet dan keanggotaan KNIP. Hanya ada dua orang yang

mewakili golongan Islam dalam kabinet yang dibentuk pada bulan Agustus

1945 dan hanya 20 dari 137 anggota KNIP. Kedua menteri tersebut adalah

Wahid Hasjim (Menteri Negara) dan Abikusno Tjokrosujoso (Pekerjaan

Umum).

Dalam badan pekerja KNIP yang jumlahnya 15 orang, hanya ada dua

orang wakil umat muslim yang duduk (Wahid Hasjim dan Sjafruddin

Prawiranegara). Partai Masyumi sebagai perwujudan politik Islam waktu itu

tidak mendesakkan tuntunan perubahan apapun. Partai ini walaupun

menginginkan porsi kursi yang besar, tapi lebih mementingkan persatuan dan

kesatuan serta pertahanan kemerdekaan dari pada mengurusi kepentingan

kelompoknya. Oleh sebab itu, partai tidak setuju dengan perubahan sistem

kabinet presidensil ke kabinet Parlementer.3

Inisiatif perubahan ini datang dari Sjahrir dalam badan pekerja KNIP

(Komite Nasional Indonesia Pusat). Sistem partai dibenarkan, kemudian

diadakan perubahan sistem kabinet yang disetujui Presiden. Persetujuan

antara KNIP dan Presiden mempunyai kekuatan hukum, jadi diumumkan

kabinet Sjahrir yang pertama tanggal 14 November 1945. Posisi kabinet diisi

hanya seorang anggota partai Masyumi, yaitu Haji Mohammad Rasjidi yang

3Deliar Noer. Partai Islam di Pentas Nasional (Jakarta: PT Pustaka Utama

Grafiti, 1987), hlm. 152-153.

Page 64: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

47

ditugasi menghadapi soal soal agama. Pada tanggal 3 Januari 1946

Mohammad Natsir dari partai Masyumi diangkat sebagai Menteri Penerangan

dan ketika Departemen Agama diadakan 3 Januari 1946 Rasjidi

mengepalainya sebagai menteri Agama, tetapi Rasjidi maupun Natsir turut

serta dalam kabinet sebagai perseorangan bukan sebagai wakil partai.4

Kekecewaan partai Masyumi dikemukakan dalam sidang KNIP oleh

Natsir dalam sebuah manifesto. Partai Masyumi menekankan pendapatnya

bahwa sistem presidensil akan lebih menjamin stabilitas pemerintah dan

bahwa perubahan itu melanggar Undang-Undang Dasar. Alasan perubahan

sistem ini adalah untuk “membersihkan kalangan pemerintahan dari orang-

orang yang telah bekerja sama dengan Jepang dalam masa pendudukan”,

Masyumi tidak dapat menerimanya. Malah, menurut partai, sebagian besar

dalam kabinet Syahrir merupakan orang-orang yang bekerja sama dengan

Jepang dimasa pendudukan, dan dengan Belanda di masa penjajahan

Masyumi tidak hanya membatasi ketidaksetujuannya terhadap kabinet Sjahrir

karena soal pergantian sistem kabinet. Partai Masyumi pun menolak

kebijakan kabinet Syahrir yang lebih menggunakan upaya perundingan dari

pada sikap “radikal”. Disamping itu partai Masyumi menginginkan adanya

kabinet dengan sistem koalisi.5

Partai-partai lain umumnya setuju dengan apa yang dikemukakan oleh

partai Masyumi tentang pergantian sistem kabinet serta tuntutan kabinet

4 Ibid, hlm. 154

5 Ibid, hlm. 162-163.

Page 65: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

48

koalisi. Tekanan ini akhirnya berhasil dan Presiden Soekarno mengemukakan

Sjahrir telah mengembalikan mandatnya dalam sidang KNIP di Solo tanggal

28 Februari 1946, tetapi pada tanggal 2 Maret, Syahrir ditunjuk lagi sebagai

formatur kabinet suatu koalisi. Jadi hanya sebagian keinginan partai yang

terpenuhi. Partai Masyumi tetap menolak Syahrir dan menginginkan agar

Syahrir mengembalikan mandatnya ke presiden. Aspirasi partai Masyumi

semakin hari semakin kuat pada pemerintahan. Kuatnya pengajuan aspirasi

itu membuat hubungan pemerintah dengan pemimpin politik yang beroposisi

itu semakin buruk. Oleh karena mereka kurang diperhatikan, para pemimpin

persatuan perjuangan mulai bertindak.6

Suatu kericuhan terjadi di Solo, menyebabkan pemerintah

mengumumkan keadaan bahaya disana, yang kemudian diperluas ke seluruh

Jawa dan Madura. Perdana menteri Syahrir sendiri diculik pada tanggal 27

Juni di Solo dan baru dilepaskan tanggal 2 Juli. Pada saat yang hamipr sama,

pada tanggal 3 Juli, terjadi apa yang disebut perebutan kekuasaan. Presiden

dituntut untuk membubarkan kabinet Syahrir. Kabinet syahrir sendiri terdiri

dari 30 anggota termasuk 6 anggota Masyumi, yaitu Mohamad Roem

(Menteri Dalam Negeri), Jusuf Wibisono (Menteri Muda Kemakmuran,

Mohamad Natsir (Menteri Penerangan), Sjarifuddin Prawiranegara (Menteri

6 Persatuan perjuangan adalah organisasi yang dipimpin oleh Tan Malaka

yang didirikan di Purwokerto pada tanggal 4 Januari 1946. Masyumi sangat dekat

dengan organisasi ini, karena memiliki pemikiran yang sama yaitu menolak segala

bentuk kebijakan pemerintah. Apalagi pergantian sistem kabinet presidensial ke

sitem parlementer. Deliar Noer. Ibid, hlm. 164.

Page 66: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

49

Keuangan), Fathurrahman (Menteri Agama(, dan Wahid Hisjam (Menteri

Negara).7

Pembentukan Kabinet berikutnya menyebabkan perpecahan dalam

Masyumi.Pada tanggal 30 Juni 1947 presiden memberi mandat kepada Amir

Sjarifuddin (Sosialis), Sukiman (Masyumi), A.K. Gani (PNI) dan Setiadjit

(Buruh)untuk membentuk kabinet nasional. Partai Masyumi menuntut kursi

perdana menteri dan menteri pertahanan, menteri luar negeri dan dalam

negeri. Kemudian pada tanggal 2 Juli, tiga formatur yaitu Amir Sjarifuddin,

A.K. Gani, dan Setiadjit berhasil membentuk kabinet dengan Amir

Sjarifuddin menjadi perdana menteri. Amir Sjarifuddin juga mengumumkan

pula berdirinya PSII. Amir menyadari bahwa tanpa adanya golongan islam

dalam kabinetnya kurang kuat, karena sebelumnya tidak ada kesepakatan

dengan Masyumi mengenai komposisi kabinet.8

Keluarnya PSII (Partai Syarikat Islam Indonesia) menjadi pukulan telak

bagi Masyumi sehingga muncul keretakan dalam partai Islam. Keluarnya

PSII disebabkan karena kekecewaan sebagian politisinya di partai Masyumi

yang tidak mendapatkan peran dan kedudukan kurang strategis seperti

Wondoamiseno dan Arundji Kartawinata. Selain itu kemunduran sebagian

elite partai Masyumi disebabkan partai ini yang begitu lunak menghadapi

7 Ibid, hlm. 170-172.

8 Abdul Aziz Thara. Islam dan negara dalam politik orde baru.(Jakarta: Gema

Insani Press, 1996), hlm.160.

Page 67: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

50

Belanda untuk berunding dalam berbagai hal.9

Atas dasar itulah PSII

kemudian menjadi fraksi sendiri pada tahun 1947. Disamping itu orang lama

PSII mendesak pusat untuk mendirikan kembali PSII. Konfernsi partai di

Banjarnegara tanggal 13 Juli 1947 mendukung inisiatif untuk mendirikan

PSII.

Pihak Masyumi pasca berdirinya PSII masih bersedia membantu

pemerintahan, terlebih akan dimulainya perundingan terhadap Belanda lagi.

Partai Masyumi bersedia duduk dalam kabinet (13 November 1947) dengan

memperoleh 4 kursi: Wakil perdana Menteri I Samsudin, Menteri dalam

Negeri Moehammad Roem, Menteri Agama K.H Masjkur dan Menteri

Kehakiman Kasman Singodeimedjo. Namun hal ini tidak berlangsung lama,

karena perjanjian Renville yang ditandangani oleh Amir Sjarifuddin dinilai

kurang menguntungkan. Masyumi pun menarik menteri-menterinya dari

kabinet.10

Pada tanggal 23 Januari 1948 Amir menyerahkan mandatnya kepada

presiden setelah ditinggalkan para pendukungnya, yaitu Masyumi, PNI, dan

golongan Syahrir. Keadaan ini diselesaikan Presiden dengan menunjuk Hatta

sabgai formatir. Haata lebih banyak memilih tokoh lawan Amir yaitu

Masyumi dan PNI, masing-masing empat kursi. Keempat tokoh itu adalah

Sukiman Wirjosandjojo (Dalam Negeri), Sjarifuddin Prawiranegara

9 Ridho Al Hamdi. Partai Politik Islam Teori dan Praktik di Indonesia.

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hlm. 57.

10 Ibid.

Page 68: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

51

(Kemakmuran), K.H Masjkur (Agama) dan Mohammad Natsir (Penerangan).

Kabinet Hatta dalam masa revolusi merupakan kabinet dengan usia yang

terlama, yaitu sampai 27 Desember 1949. Dalam kabinet ini Sukiman

bersedia duduk dan bekerja sama, hal yang tidak dilakukan beliau ketika

pimpinan Syahrir dan Amir Sjarifuddin. 11

B. Masa Tahun 1950-1955

Pada bagian ini akan dijelaskan kontribusi Masyumi dalam kabinet

kurun waktu 1950-1955. Masa tahun 1950-1955, Masyumi mengalami

keretekan dengan keluarnya NU dari partai Masyumi.posisi kabinet sendiri

Masyumi menghadapi masa jatuh bangun, tetapi masih aktif dalam kurun

waktu tersebut. Penulis membatasi sampai direntang tahun 1955, karena di

bab IV akan dijelaskan perkembangan partai Masyumi pasca pemilihan

umum 1955 sebagai awal dari kehancuran partai Masyumi.

Perjuangan politik di Indonesia antara tahun 1950-an ditandai dengan

jatuh bangunya kabinet yang rata-rata kurang dari setahun. Hal ini disebabkan

oleh sulitnya terbentuk kabinet koalisi yang tak berumur panjang dan jumlah

partai dan fraksi di parlemen yang banyak, tidak punya dominasi. Partai yang

termasuk besar adalah PNI dan partai Masyumi yang mampu memberi

pengaruh besar dalam kabinet antara tahun 1950-an. Partai-partai kecil lain

umumnya hanya menempatkan diri dan memberi dukungan serta masukan

kepada parlemen.Akhir tahun 1949 mencatat partai Masyumi sebagai salah

satu partai besar. Indonesia kala itu merupakan negara Federasi Republik

11 Deliar Noer, loc.cit.hlm. 186-187.

Page 69: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

52

Indonesia Serikat (RIS) yang menerima pengembalian kedaulatan dari pihak

Belanda tanggal 27 Desember 1949. Soekarno kembali dipilih menjadi

Presiden oleh sidang bersama antara senat dan Dewan Perwakilan Rakyat RIS

tanggal 16 Desember 1949. Presiden mengangkat empat formatir kabinet,

Mohamad Hatta, Sultan Hamenkubuwono, Anak Agung Gede Agung dan

Sultan Hamid. Menteri dari partai Masyumi adalah Sjafruddin Prawiranegara

(Menteri Keungan), Abu Hanifah (Menteri Pendidikan), Wahid Hasjim (

Menteri Agama), dan Mohammad Roem (Kementerian Negara).12

Kabinet yang disetir Hatta kala itu dipandang sangat kuat. Hal ini

dikarenakan menteri-menteri yang bertugas pada waktu itu dengan latar

berbagai macam partai yang berbeda dapat bekerja sama dengan baik. Namun

bukan berarti pemerintahan Hatta dengan kedudukan yang kuat tanpa

timbulnya masalah negara. Masa pemerintahan Hatta merupakan masa yang

sulit, berkembangnya Gerakan Perang Ratu Adil yang dipimpin Westerling

berkeinginan untuk membubarkan RIS.13

Menghadapi polemik yang muncul, Natsir mengeluarkan mosi integral

di parlemen. Mosi integral Natsir pada intinya intinya merupakan pemikiran

dan anjuran untuk menggabungkan kembali negara yang terpecah ke dalam

federasi menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Natsir yang

mengeluarkan mosi ini dipercaya sebagai formatir kabinet untuk menyusun

kabinet pertama yang telah disetujui berbagai pihak. Pimpinan RI kembali

12 Ibid, hlm. 199.

13 Ibid, hlm. 201.

Page 70: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

53

dipercayakan kepada Soekarno sebagai presiden dan Hatta sebagai wakil

presiden.14

1. Kabinet Natsir

Pada tanggal 21 Agustus 1950 Presiden Soekarno mengangkat

Mohammad Natsir sebagai formatir (pembentuk) kabinet. Natsir dituntut

untuk menyatukan partai sebanyak-banyaknya dalam kabinet. Natsir secara

otomatis memegang jabatan sebagai Perdana Menteri, Natsir dalam

pembentukan kabinet dibantu oleh Sjarifuddin Prawiranegara dan Wahid

Hisjam berpendapatbahwa Partai Masyumi di kabinet harus mencerminkan

pengaruh lebih besar daripada partai-partai lain yang akan duduk dalam

kabinet, dan menentukan pula kursi-kursi dalam kursi kursi mana yang

hendak dibagi antara PNI dan Masyumi. PNI menghendaki agar ia dan

Masyumi masing-masing mempunyai empat kursi dan agar sepuluh kursi lain

disediakan untuk partai-partai yang lain. Formatir Natsir tidak dapat

memenuhi keingan PNI. Disamping itu, ada perbedaan lain terutama yang

menyangkut tipe-tipe tokoh yang akan diangkat. Dasar kepentingan dua partai

iniyang sulit dipertemukan.15

Kabinet Natsir memang tidak bisa merangkul PNI untuk duduk dalam

kabinet karena perbedaan-perbedaan yang ada. Pembentukan kabinet Natsir

juga mendapat kecaman dalam partai karena dianggap melanggar peraturan

partai karena menjabat sebagai ketua partai Masyumi sekaligus perdana

14 Ibid, hlm. 202.

15Anwar Harjono, dkk. Pemikiran dan Perjuangan Mohammad Natsir.

(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), hlm. 32-33.

Page 71: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

54

menteri. Kecaman pertama dihubungkan dengan keputusan kongres

Desember 1949 yang melarang ketua umum partai menjadi menteri. Maksud

kongres ialah agar ketua umum benar-benar mengkonsolidasi partai. Tetapi

keputusan kongres ini diubah oleh Dewan partai di Bogor 3-6 Juni 1950 dan

menetapkan bahwa “bila diperlukan,kita akan mengambil kepemimpinan

pemerintah di tangan kita. Konperensi juga menghendaki agar kursi-kursi

perdana menteri, dalam negeri dan pertahanan di pegang Masyumi, supaya

keputusan kongres tidak dilanggar, maka memutuskan Natsir nonaktif sebagai

ketua partai. Jusuf Wibisono menjadi penjabat ketua.16

Partai Islam lain tampaknya bersikap dingin terhadap formatir kabinet

Natsir, hanya PSII yang bersedia duduk dalam kabinet, meskipun kemudian

menarik dukungannya. Kabinet Natsir yang terbentuk tanggal 6 September

1950 akhirnya mengalami kegagalan. Kegagalan ini berawal berawal dari

perundingan dengan Belanda mengenai Irian Barat yang dinilai gagal, hingga

persoalan Mosi Hadikusumo untuk mencabut PP No 39 tahun 1950 tentang

pemilihan anggota-anggota daerah. Selain itu, kegagalan perundingan dengan

PNI untuk melakukan reshuffle kabinet berujung fatal. Partai lain, seperti PIR

menarik wakilnya yang dudukdalam kabinet. Natsir limpung dan kabinet tak

bisa lagi dijalankan. Ia harus menyerahkan mandatnya ke presiden pada

tanggal 21 Maret 1951.17

16

Deliar Noer. op.cit., hlm. 205.

17 Rhoma Dwi Aria Yuliantri. (2010). Catatan Singkat Soekiman, Basis, No.

03-04 Tahun 60, hlm. 54.

Page 72: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

55

Tajuk Suara Partai Masyumi, Maret/April 1951 tampak jelas dukungan

diberikan kepada Natsir. Hal ini diperkuat dengan keputusan sidang dewan

partai Masyumi ke-V Januari 1951 yang menyokong kabinet Natsir.

Pembentukan formatir yang baru juga disinggung dalam tajuk itu, pada

intinya Masyumi menyerahkan mandat kepada presiden untuk menunjuk

formatir. Masyumi sendiri akan menerima apabila ditunjuk sebagai formatur

asalkan syarat-syarat disetujui.18

2. Kabinet Soekiman

Pasca Natsir mengembalikan mandat kabinet ke Presiden Soekarno

segera setalah itu pembentukan kabinet diserahkan kepada PNI. Presiden

menunjuk Sartono, tetapi kemudian gagal karena tidak bisa menyatukan

koalisi dengan Partai Masyumi, terdapat perbedaan yang tajam dengan

partainya. Akhirnya mandat dikembalikan semula ke Presiden Soekarno.

Presiden kemudian menunjuk dua orang formatir kabinet, yaitu Sukiman

Wiryosanjoyo (Masyumi) dan Sidik Djojosukarto (PNI). Soekiman dan Sidik

diberi waktu lima hari untuk melaksanakan tugas, kemudian diperpanjang

delapan hari hingga 26 April 1951.

Perjalanan Sukiman dari awal memang tidak mudah karena partainya

sendiri tidak mendukung penuh. Hal ini dipicu dari sikap Soekiman yang

tidak terlalu menanggapi keputusan musyawarah dewan partai Masyumi, agar

batas lima hari untuk membentuk kabinet dipegang teguh dan mengembalikan

mandat bila tugas tidak selesai. Pasca lima hari, Soekiman terus maju bahkan

18 Ibid.

Page 73: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

56

ia tidak menghadiri rapat pimpinan partai untuk menentukan sikap tehadap

kabinet sedangkan Jusuf Wibisono yang menjadi calon menteri keuangan

hanya hadir sebentar. Rapat menunda sidangnya untuk menentukan sikap

terhadap kabinet secepat-cepatnya. Tetapi perkembangan keadaan hanya

memperlihatkan adanya dua sikap dan pendapat dalam lingkungan pusat

Masyumi.19

Perbedaan pandangan dalam tubuh partai pun mula menyeruak antara

pendukung Natsir dan Sukiman. Sementara partai kecil membentuk koalisi

bersama dan mengangap formatur Sukiman dan Sidik tidak memenuhi

program minimum persetujuan bersama badan permusyawaratan yang terdiri

dari PSII, Partai Rakyat Nasional, Partai Buruh, PERMAI, Perti, Partai

Indonesia Nasional, Partai Tani Indonesia, PKI, Parindra dan Partai

Murba.Setelah Kabinet Sukiman dilantik, Natsir mengambil langkah lain. Ia

berusaha berdamai dengan Sukiman untuk menutupi perbedaan pandangan

antara anggota partai Masyumi pendukung Natsir dan Sukiman. Menurut

Natsir, bahwa perbedaan pandangan anggota-anggota Masyumi mengenai

pembentukan kabinet adalah hal biasa. Keterangan tersebut barangkali

menjadi semacam upaya agar perbedaan dalam tubuh partai tidak semakin

dalam, meskipun Natsir tidak sepenuhnya sependapat dengan Sukiman.20

Kelebihan Soekiman adalah mampu mengandeng PNI untuk duduk

bersama dalam kabinet. Salah satu kebijakan penting pada masa kabinet

19

Deliar Noer. op.cit., hlm. 216.

20Rhoma Dwi Aria Yuliantri. op.cit., hlm. 55.

Page 74: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

57

Sukiman adalah keputusan menghandiri keonfernsi di San Fransisco tentang

perjanjian perdamaian dengan Jepang. Kabinet Sukiman memutuskan

undangan itu dan mengirim sebuah delegasi dengan dipimpin oleh menteri

Subardjo. Padatanggal 7 September 1951 kabinet menandatangani perjanjian

San Fransisco dan persetujuan MSA (Mutual Security Act). Kebijakan

politik luar negeri kabinet Sukiman tersebut menimbulka reaksi dari berbagai

partai politik. Polit biro PKI menyatakan bahwa penandatanganan perjanjian

tersebut merupakan gambaran kabinet Sukiman yang menjalankan politik

kolonial atas nama politik nasional. CC PKI juga menyerukan untuk

mencegah Amerikanisasi dan Japanisasi.21

Pihak Natsir juga berpendapat bahwa dengan demikian telah

meninggalkan politik bebas aktif yang memang semenjak 1945 berusaha

menegakannya. Tetapi pandangan Sukiman berbeda, menurutnya dari masa

Revolusi Indonesia berada dalam pengaruh Amerika Serikat. Oleh karena itu,

dalam menjalankan politik luar negeri yang bebas aktif, ia tidak dapat

melepaskan kecenderungan untuk berpihak kepada Amerika Serikat.22

Permasalah ini kemudian mempengaruhi kabinet, partai Masyumi

walaupun menolak kebijaksanaan Subardjo, tidak bermaksud menarik para

menterinya dari kabinet. Tetapi ketika partai-partai lain mulai keluar dari

kabinet, tidak ada jalan lain bagi Sukiman selain menyerahkan mandat kepada

Presiden tanggal 23 Februari 1952. Soekiman merasa kecewa tehadap

21 Ibid.

22 Deliar Noer. op.cit., hlm. 220.

Page 75: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

58

partainya yang dinilainya tidak memberi dukungan pada kabinetnya. Pasca

jatuhnya kabinet, Sukiman tidak pernah hadir dalam rapat pimpinan partai

Masyumi yang membicarakan pembentukan kabinet baru pengganti

sebelumnya.

3. Kabinet Wilopo

Kejatuhan kabinet Sukiman memberi perhatian kembali pada soal-soal

pembentukan pemerintahan baru..Pada tanggal 1 Maret Presiden menunjuk

Prawoto dan Sidik Djojosukarto dari PNI untuk membentuk suatu kabinet

yang kuat dengan dukungan yang luas dan dukungan di parlemen. Usaha

Prawoto dan Sidik juga belum berhasil. Pada tanggal 18 November kedua

formatir Prawoto dan Sidik terpaksa menyerahkan mandat kepada presiden

karen tidak memperoleh persesuaian pendapat.

Pada tanggal 19 Maret Presiden menunjuk Wilopo dari PNI sebagai

formatir membentuk kabinet. Wilopo berhasil membentuk kabinet dengan

kursi wakil perdanamenteri yang akan dipercaya kepada Partai Masyumi.

Partai kemudian menunjuk Prawoto mendampingi Wilopo.Pada tanggal 20

Maret 1952 NU menuntut kursi menteri agama.Prawoto sebagai wakil

perdana menteri meminta formatir Wilopo untuk menyerahkan keputusan

siapakah yang duduk di menteri agama.23

Keputusan Wilopo adalah menunjuk K.H. Fakih Usman (unsur

Muhamadiyah dalam partai Masyumi) sebagai menteri agama. Keputusan ini

akhirnya berujung menjadi mala petaka bagi Partai Masyumi. Pengurus besar

23 Ibid., hlm. 221-222.

Page 76: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

59

NU di Surabaya kemudian merapatkan hal ini sertamemperkuat keputusan

dengan kongres NU di Palembang yang menyatakan NU keluar dari Partai

Masyumi. Sukiman yang menghadiri kongres di Palembang menolak

keputusan ini dengan alasan NU adalah organisasi yang berdaulat dan

menyarankan sesama muslim unntuk bekerja sama. Keluarnya NU dari Partai

Masyumi sebenarnya sudah ada benih-benih sejak tahun 1947. Ketika PSII

dan Perti (Persatuan Tarbiyah Islamiyah) memboikottindakan Partai Masyumi,

yang tidak mau bekerjasama dengan Amir.24

NU merasa tidak puas ketika dalam pengurusan Partai Masyumi,

keanggotaan perorangan mempunyai nilai sejajar dengan keanggotaan

organisasi NU dalam partai. Parlemen KNIP sampai DPR, NKRI jumlah

anggota wakil dari wakil Partai Masyumi adalah 60 orang. Dari jumlah sekian

yang berasal dari NU hanya 8 orang saja: yaitu K.H. Wahab Hasbullah, K.H.

Muh. Ilyas, Muh. Saleh Suryaningprojo, Muh. Ali Prataningkusumo, A.A

Ahsien, K.H Idham Khalid, A. S Bahmat dan K.H. Zainul Arifin. Berarti

tidak ada unsur keseimbangan anggota NU yang banyak. Disamping itu

ketika Menteri Agama kabinet Sukiman yaitu K.H. Wahid Hasyim mendapat

interplasi secara terbuka dalam sidang parlemen oleh Almez(Masyumi)

tentang perjalanan haji yang mengalami kesulitan, hal ini secara tidak

langsung memunculkan keretakan dalam partai Masyumi sendiri.25

24

Bibid Suprapto. Perkembangan Kabinet dan Pemerintahan di Indonesia.

(Jakarta Timur: Ghalia Indonesia,1985), hlm. 145.

25 Ibid, hlm. 146.

Page 77: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

60

Kejengkelan dalam tubuh NU semakin memuncak ketika kabinet

Wilopo tidak ada yang berasal dari NU. Wilopo sendiri lebih dekat dengan

Natsir. Masyumi sendiri menyerahkan sepenuhnya kepada Wilopo untuk

menunjuk siapa yang akan menjadi menteri agama, namun memilih K.H.

Fakih Usman menjadi Menteri Agama dalam kabinet Wiloppo menyebabkan

masalah yang besar hal ini dikarenakan, menteri Agama dalam kabinet

sebelumnya selalu dipegang NU dengan K.H. HasyimWahab duduk sebagai

menteri.26

NU ingin juga menunjukan bahwa kalangan ulama berpendidikan

tradisional sebenarnya juga mampu menegelola suatu negara modern.maka

dalam Mukhtamar NU di Palembang 1952, menyatakan diri keluar dari

Masyumi.

Semenjak keluarnya NU, Partai Masyumi menjadi lemah. usaha-usaha

dilakukan agar partai Islam tidak terpecah belah pun dilakukan. Usaha

peretmuan yang dilakukan oleh Mohammad Natsir, Wahid Hasjim dan

Abikusno Tjokrosujosso pun juga gagal setelah Wahid Hisjam berpulang

pada tanggal 19 April 1953. Kedudukan partai dalam kabinet Wilopo juga

tidak beruntung,bukan karena kurangnya kerja sama antara menteri,

melainkan karena hubungan antara menteri dalam partainya di luar kabinet.

PNI dan partai Masyumi yang menjadi tulang punggung kabinet dalam

prakteknya kurang lancar.27

26

Ahmad Syafii Maarif. Islam dan Politik Teori belah bambu masa

Demokrasi terpimpin (1959-1965). (Jakarta:Gema Insani Press, 1996), hlm.40.

27 Deliar Noer. loc.cit., hlm. 225.

Page 78: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

61

Kurang lancarnya kerja kabinet yang bertumpu pada partai tercermin

dalam soal peristiwa Tanjung Morawa (Sumatera Barat).PNI memutuskan

untuk mendukung mosi ini. PNI mendesak partai Masyumi untuk

membubarkan kabinet, karena PNI menolak cara-cara pemerintah dalam

menyelesaikan masalah Tanjung Morawa. Sementara partai Masyumi setuju

dengan dengan kebijaksanaa menter dalam negeri Roem. Tampaknya tidak

ada jalan lain yang bisa merapatkan kedua partai PNI dan partai Masyumi.

Mosi ini akhirnya menyebabkan kabinet Wilopo mengembalikan mandatnya

kepada Presiden.28

4. Kabinet Ali Sastroadmijojo

Pasca jatuhnya kabinet Wilopo, presiden kemudian menunjuk Mukarto

bekas menteri luar negeri kabinet Wilopo sebagai pembentuk

kabinet.Mukarto sebagai formatir pun gagal membentuk kabinet. Kegagalan

Mukarto dikarenakan tidak adajalan temu dengan Partai Masyumi. Partai

mengusulkan untuk mengisi tawaran Mukarto tentang kursi dalam negeri

dengan Roem atau Abdul Hakim. PNI melihat ini sebagai desakan Partai

Masyumi untuk membenarkan terkait peristiwa Tanjung Morawa. PNI dalam

pernyataannya mengemukakan bahwa, kecuali Partai Masyumi hampir semua

partai yang akan diajak dalam kabinet sudah dapat menyetujui permintaan

formatir atas dasar program politik.29

28

P.N.H. Simanjutak. Kabinet-Kabinet Republik Indonesia dari Awal

Kemerdekaan Hingga Revolusi. (Jakarta: Djambatan, 2003), hlm. 132-133.

29 Ibid, hlm.135.

Page 79: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

62

Gagalnya Mukarto kemudian formatir berikutnya, Burhanuddin

Harahap dari Partai Masyumi. Pada tanggal 14 Juni persesuaian tercapai

antara PNI dan formatir kabinet tentang masalah program, tetapi PNI secara

tiba-tiba menuntut kursi Perdana menteri. Dengan demikian PNI melanggar

pendirian semula bahwa kursi perdana menteri harus dipercayakan kepada

formatir, siapapun orangnya. Partai Masyumi menolak tuntutan itukemudian

mandat dikembalikan kepada Soekarno tanggal 18 Juli. Formatir selanjutnya,

Wongsonegoro dari PIR (Partai Indonesia Raya).

Pada tanggal 27 Juli formatir mengemukakan bahwa mengenai kursi

perdana menteri dan wakil perdana menteri, agar diselesaikan PNI dan partai

Masyumi. Pada tanggal 28 Juli, partai Masyumi diperlihatkan posisi

rancangan susunan kabinet oleh formatir. Menurut rancangan tersebut

partaiakan menempati kursi wakil perdana menteri, dalam negeri,

perekonomian dan sosial, sedangkan PNI perdana menteri, luar negeri,

keuangan, pertanian dan perhubungan. Partai juga tidak bisa menerima

beberapa calon nama menteri seperti: Iwa Kusumasumantri, F.S Tobing , Ong

Eng Die, dan Arudji Kartawinata. Masyumi mencurigai orang-orang ini,

terutama Iwa dan Arundji, kiri.Arundji pada tahun 1947 merusak tekad umat

dengan mendirikan kembali PSII. Ong Eng Die pernah menjadi wakil menteri

keungan dalam kabinet Amir Syarifuddin (1947-1948) sebagai wakil Partai

Sosialis kemudian ia menyebarang ke PNI. Karena tidak adanya kesepakatan

dengan Partai Masyumi, akhirnya formatir meninggalkan partai Masyumi.30

30

Deliar Noer. loc.cit., hlm. 136-137.

Page 80: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

63

Pada tanggal 1 Agustus 1953, formatir mengemukakan komposisi

kabinet tanpa dukungan partai Masyumi. Pembentukan kabinet Ali

merupakan pukulan telak bagi Masyumi. untuk pertama kali sejak tahun 1950

Partai Masyumi tidak turut serta dalam kabinet. Menurut Jusuf Wibisono

dalam artikel Mimbar Indonesia no 32 tahun 1953 dengan berjudul “Kabinet

baru kita”. Kabinet Ali dinilainya sebagai “jauh berbeda” dengan kabinet

Wilopo, karena tidak menunjukan persatuan nasioanal dan beberapa menteri

yang tidak berbobot. Partai-partai kecil dan pemimpin-pemimpinnya yang

tidak berpengaruh akibat cekcok antara Masyumi dan PNI sampai mendapat

kesempatan untuk duduk berkuasa dalam pemerintahan.31

Partai Masyumi yang tidak duduk dalam kabinet dimanfaatkan

semaksimalkan mungkin oleh PKI untuk memecah konsentrasi pemerintah

tentang PNI-Masyumi, dan seterusnya untuk melumpuhkan partai Masyumi.

Partai Masyumi yang tidak duduk dalam kabinet, akhirnya menjadi oposisi

dan mengajukan beberapa mosi tidak percaya. Mosi pertama pada bula April

1953, K.H. Tjikwan melancarkan mosi tidak percaya terhadap menteri Iskaq

karena tidak berhasil merubah ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.

Mosi ini akhirnya dibicarakan dalam kabinet serta mengambil keputusan

dengan cara vooting. Mosi K.H. Tjikwan akhirnya ditolak dengan suara 101

lawan 60.

31

Soebagijo I.N. Jusuf Wibisono Karang di Tengah Gelombang. (Jakarta:

Gunung Agung, 1980), hlm. 128.

Page 81: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

64

Pada bulan Mei 1955 Jusuf Wibisono dengan Burhanuddin Harahap

mengajukan mosi untuk menasionaliskan semua tanah partikelir sebelum

tahun 1955 berakhir; untuk kemudian dibagi-bagikan kepada rakyat. PKI

waktu itu menentang mosi iu dengan alasan, bahwa nasionalisasi tanah-tanah

partikelir itu merugikan rakyat dan merupakan beban berat pemerintah dalam

bidang keuangan. PKI yang membela kabinet Ali, disikapi Jusuf Wibisono

dalam Suara Masyumi tahun XI/17, 27 Juni 1955 dan tahun XI/18, 1 Juli

1955. Lebih menyolok lagi betapa plinplannya politik yang dianut PKI ialah

sewaktu dalam kabinet Wilopo, Menteri Dalam Negeri Mohammad Roem

mengajukan rencana Undang-undang untuk membeli kembali tanah-tanah

partikelir, PKI justru menyetujui.32

Mosi yang dilancarkan oleh beberapa tokoh partai Masyumi tak

mendapati kabinet jatuh, meskipun pada tanggal 17 Oktober 1954 PIR

mendesak kabinet untuk bubar dengan ancaman akan menarik para

menterinya. Kecaman PIR ditujukan kepada kebijaksanaan ekonomi dan

keuangan pemerintah yang dilakukan oleh menteri-menteri PNI. Kejatuhan

kabinet disebabkan peristiwa Angkatan Darat karena pelantikan Bambang

Utojo.Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) waktu itu adalah Jenderal

Bambang Sugeng.Pada bulan Mei 1955 Bambang Sugeng memasuki pensiun

sehingga diangkatlah kolonel Bambang Utojo sebagai KSAD yang

baru.kolonel Zulkifli Lubis tidak setuju, sebab sewaktu Bambang menjadi

KSAD, Zulkifli sebagai wakil KSAD. Setelah Bambang pensiun maka

32 Ibid., hlm. 129-130.

Page 82: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

65

Zulkifli yang paling berhak menduduki KSAD. Zulkifli beranggapan ia

didiskreditasi oleh Kabinet Ali dengan pengangkatan Bambang Utojo. Maka

Zulkifli Lubis mempertahankan haknya dan bersama kawan-kawannya

memboikot pelantikan Bambang Utojo. Akibatnya pelantikan gagal dan

Kabinet Ali jatuh. NU memutuskan pula tanggal 20 Juli agar kabinet

menyerahkan mandatnya ke Presiden.33

5. Kabinet Burhanuddin Harahap

Kejadian pengangkatan Bambang Utojo sebagai KSAD menjadi

membuat wibawa pemerintah dalam kabinet jatuh terutama pada Angkatan

Darat dan mandat kembali dikembalikan Presiden. Presiden yang waktu itu

sedang pergi haji, sebagai gantinya masalah pembentukan cabinet dilakukan

Wakil Presiden Muh.Hatta. Hatta kemudian menunjuk Sukiman (Masyumi),

Wilopo (PNI), dan Assaat (non partai) yang diharap bisa menjembatani kedua

wakil partai Masyumi dan PNI. Pada tanggal 1 Agustus PNI menuntut secara

mutlak kursi perdana menteri. Hal ini tentu saja menimbulkan ketegangan

karena partai Masyumi belum diajak bekerja sama mengenai kursi dalam

kabinet. Assaat berusaha mengatasi dengan mengusulkan agar Hatta menjadi

perdana menteri, tetapi usaha Assaat sia sia, terlebih partai Masyumi

berpendapat agar Sukiman tidak perlu melanjutkan tugasnya. Akhirnya, pada

tanggal 3 Agustus 1955, ketiga formatir mengembalikan mandat kepada

Hatta.34

33

Deliar Noer. op.cit., hlm. 242.

34 P.N.H. Simanjuntak. lop.cit., hlm. 149.

Page 83: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

66

Hatta kemudian menunjuk Burhanuddin Harahap (Masyumi) menjadi

formatir kabinet. PNI mengusulkan mencalonkan Hardi, Sunario, dan

Rambitan sebagai wakil perdana menteri, menteri luar negeri dan menteri

pekerjaan umum. Usul kedua dari PNI mencalonkan A. K. Gani sebagai

wakil perdana menteri. Masyumi menolak usul yang diajukan PNI, disamping

itu PNI mengusulkan agar kursi pertahanan tidak diduduki partai Masyumi.

Atas dasar tersebut formatir kemudian meninggalkan PNI. partai Masyumi

beruntung karena NU dan PSII bersedia ikut bergabung dengan kabinet.

Masyumi juga dapat mencapai kerja sama dengan partai kecil lainnya seperti

PIR, Buruh, Demokrat dan Partai Rakyat Indonesia dengan meninggalkan

sebagian keinginannya mengenai kursipemerintahan.35

Kabinet segera mengambil tindakan terutama mengambil langkah-

langkah untuk menyelenggarakan pemilu.Sebelumnya muncul adanya

maklumatpemerintah Republik Indonesia tanggal 1 November 1945 bahwa

akan mengadakan pemilihan umum sebagai bukti bahwa cita-cita dan dasar

kerakyatan itu benar-benar dasar pedoman penghidupan masyarakat dan

negara. Pada bulan November 1952 Kabinet Wilopo berhasil menyusun

rancangan Undang-Undang tentang pemilihan umum (pemilu). Pada tanggal

4 April 1953 diterima pengesahan Undang-undang tentang pemilihan anggota

konstituante dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat.36

35

Delliar Noer. op.cit., hlm. 245.

36 A. G Pringgodigdo. Undang-Undang No. 7 tahun 1953 tentang Pemilihan

Umum. (Yogyakarta: U.P Indonesia N.V. 1953), hlm. 5 – 7.

Page 84: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

67

Pemilu 1955 tiap tokoh partai saling mencari simpatisan dan

menggelorakan ideologi mereka masing-masing hingga tokoh seperti Natsir

yang berjuang untuk partai(Lihat lampiran 2 halaman 102).37

Berikut Hasil

pemilihan umum pertama di Indonesia tahun 1955. Pemilu 5 besar

dimenangkan PNI dengan persentase yang sedikit. PNI 22,3% (8.434.653),

Partai Masyumi 20,9 % (7.903.886.), NU 18,4% (6.955.141), PKI 16,4%

(6.179.914), PSII 2.9% (1.0091.160). Pemilihan tersebut menimbulkan

beberapa kekecewaan dan kejutan. Beberapa pimpinan partai Masyumi

merasa bahwa kemajuan Islam menuju kekuasaan nasional kini terhalang

dengan hasil pemilihan umum yang menunjukan partai Islam saling

bersaing.38

Pasca pemilu PNI mengusulkan mengembalikan mandatnya kepada

Presiden. Pada awal 1956 masuk beberapa mosi diantaranya dari Sutardjo

Kartohadikusumo (PIR-Wongsonegoro) dan dari Achsien (NU) serta

Mangunsukarso dari PNI. Sutardjo mendesak kabinet dalam tempo singkat

menyerahkan mandat kepada presiden.Sedangkan Achsien dan Mangunkarso

menyatakan ketidakpercayaannya. Kemudian melalui rapat-rapat dibicarakan

oleh partai Masyumi, NU, PNI dengan maksud melicinkan jalan bagi

pembentukan kabinet baru. Masalah pokok lainnya adalah cara membubarkan

kabinet.39

37

Natsir sedang berkampanye untuk Partai Masyumi.

38 M.C Ricklefs. Sejarah Indonesia Modern. (Jakarta: PT. Serambil Ilmu

Semesta, 2008), hlm. 496.

39 Deliar Noer. loc.cit. hlm. 248.

Page 85: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

68

Pada tanggal 1 Maret 1956 pimpinan partai Masyumi menyampaikan,

sudah waktunya mengembalikan kabinet setelah hasil pemilihan umum

diumumkan. Pada tanggal 3 Maret 1956, akhirnya kabinet Boerhanoeddin

Harahap menggembalikan mandatnya ke presiden.

Page 86: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

69

BAB IV

PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA PEMILU 1955

A. Pergolakan Politik Partai Masyumi 1956-1958

Partai-partai yang ikut serta dalam pimilihan umum 1955 menjalankan

fungsi mengartikulasi aspirasi masyarakat untuk mempertahankan kemerdekaan

serta kinerja politik yang memunculkan tokoh-tokoh nasional sebagai wakil

rakyat maupun untuk mengisi jabatan pemerintah. Tak pelak karena keinginan

partai ataupun kubu internal partai muncul bebeapa gejolak maupun pandangan.

Gejolak dalam partai yang merujuk masalah pemerintahan selalu berimbas pada

kekuatan daerah pendukung partai. Gejala ini selalu berkesinambungan dalam

perpolitikan nasional.

Hasil pemilu 1955 ternyata tidak membawa perubahan ke arah yang lebih

baik bagi perjalanan politik nasional. Konflik antara golongan partai kian

menajam. Konflik di tingkat elite itu berakibat pula pada sulitnya membentuk

pemerintahan yang stabil. Persoalan bertambah pelik ketika beberapa daerah

melancarkan pemberontakan dengan rasa tidakpuasnya terhadap pemerintah

pusat. Kondisi semcam ini merangsang militer untuk mendesak Sukarno agar

segera mengumumkan Undang-undang Darurat Perang demi menjaga keutuhan

Negara Republik Indonesia.1

1 Zainal Abidin Amir. Peta Islam Politik Pasca Soeharto. (Jakarta: LP3ES, 2003),

hlm. 42.

Page 87: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

70

Pasca pemilu 1955 pelantikan kabinet dilakukan Sukarno dengan

menunjuk Ali-Rhoem-Idham yang dilantik pada tanggal 24 Maret 1956

menggantikan Burhanuddin Harahap. Pada masa kabinet Ali II ini perbedaan-

perbedaan terpusat pada kebijaksanaan kepegawaian, politik luar negeri, masalah

tentara, dan masalah daerah. Masalah-masalah ini menyebabkan timbulnya

ketegangan dalam hubungan antara partai Masyumi (Madjelis Syuro Muslimin

Indonesia) dan PNI (Partai Nasional Indonesia). Sementara di daerah-daerah di

Indonesia, daerah luar jawa umumnya daerah penghasil devisa untuk negara yang

penting untuk menjalankan roda pemerintahan. Tantangan datang dari PNI dan

partai Masyumi, sebagai pendukung kabinet. Tantangan lain dalam kabinet ini

ialah perpecahan Angkatan Darat yang mengakibatkan rusaknya hubungan

angkatan darat dari pusat ke daerah, yang kemudian bermuara ke peristiwa PRRI

(Pemberontakan Revolusioner Republik Indonesia). Keadaan seamakin parah

ketika Bung Hatta meletakkan jabatan kursi Wakil Presiden pada tahun 1956. 2

Pada tahun 1956 masalah daerah menjadi genting sedemikan rupa.

Perasaan tidak puas dengan gejolak politik kemudian melahirkan pembentukan

dewan dewan di berbagai daerah luar Jawa, yang merupakan pelaksanaan

pemerintah tersendiri pula. Lambat laun dewan-dewan mengambil kekuasaan

pemerintah daerah. Pada bulan Desember 1956 para perwira tentara di Sumatera

yang berhasil mendirikan Dewan Banteng yang berisi veteran-veteran dari bekas

2 Bibit Suprapto. Perkembangan Kabinet dan Pemerintahan di Indonesia. (Jakarta:

Ghalia Indonesia. 1985). hlm. 183-184.

Page 88: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

71

divisi Banteng dari masa revolusi. Pada tanggal 20 Desember, komandan resimen

di Sumatera Barat mengambil alih pemerintah sipil. Pada tanggal 22 Desember

kolonel Maludin Simbolon Panglima Divisi Bukit Barisan mengumumkan

pengambil alihan kekuasaan di Sumatera Utara.3

Kejadian ini disusul pula

terbentuknya dewan-dewan dalam tubuh Angkatan Darat di Sulawesi yang

bernama Dewan Manguni.

Perwira militer senior di Indonesia Timur, komandan TT (Teritorial

Tertinggi) -VII , Letnan Kolonel H.N.V (Ventje) Sumual telah menghadiri reuni

SSKAD (Sekolah Staf Komando Angkatan Darat) di Bandung pada November

1956. Keadaan disana TNI (Tentara Nasional Indonesia) dan negara

diperbincangkan serta ada seruan untuk persatuan TNI. Sumal rupanya sudah

berhubungan dengan kolonel-kolonel di Sumater seperti, Simbolon dan Husein

dan bersimpati pada mereka, tetapi merasa bahwa dia hanya mempunyai satu

batalyoan di bawah kekuasaan operasionalnya di Sulawesi Selatan, tempat

markas kedudukan besarnya. Panglima Sumual kemudian berangkat pula ke

Jakarta untuk meyakinkan pemerintah pusat tentang gawatnya di Indonesia

Timur dan menyongsong tuntutan Gubernur atas otonomi sipil. 4

Pertengahan Februari sebelumnya pemimpin-pemimpin sipil mengorganisir

diri ke dalam suatu perkumpulan. Perkumpulan tersebut bernama Konsentrasi

3 M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern (Jakarata: Serambi Ilmu, 2008), hlm.

503. 4

Barbara Sillars Harvey, Permesta Pemberontakan Setengah Hati (Jakarta:

Pustaka Utama Grafiti, 1989), hlm. 67.

Page 89: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

72

Tenaga untuk keselamatan rakyat Sulawesi. Pemimpinnya dari PKR (Partai

Kedaulatan Rakyat) Residen Andi Burhanuddin, wakil ketua J. Latumabina,

Sekretaris Henk Rondonuwu; pembantu-pembantu ditunjuk dari partai seperti A.

Tadjuddin PSI (Partai Sosialis Indonesia) dan Abdul Muluk Makatita Partai

Masyumi. Maksud mereka untuk bekerja sama dengan pemerintah daerah agar

mendapatkan pengertian yang lebih baik dari pemerintah pusat atas tuntutan

otonomi provinsi. Tujuan Otonomi mereka adalah untuk memajukan

kemakmuran rakyat Sulawesi, bukan untuk memisahkan mereka dari Republik

Indonesia.5

Himpitan situasi yang begitu berat tidak memungkinkan kabinet tidak

bertahan lama. Partai Masyumi lebih dahulu menarik mentei-menterinya dalam

kabinet. Soekarno mengganggap bahwa demokrasi parlementer tidak sesuai

dengan kepribadian bangsa Indonesia dan kemudain memperkenalkan apa yang

disebut musyawarah dalam mufakat. Sistem multipartai oleh tokoh politik

dinyatakan sebagai salah satu penyebab infektivitas pengambilan keputusan

karena masyarakat lebih didorong ke arah bentuk yang fragmatis.6

Pada tanggal 21 Februari 1957 Soekarano lalu mengemukakan tiga

konsepsinya yang pertama, kabinet akan didasarkan pada empat partai besar hasil

pemilu: PNI, partai Masyumi, NU dan untuk pertama kalinya PKI (Partai

5 Ibid, hlm 62.

6 Rusadi Kantraprawira, Sistem Politik Indonesia (Bandung: Sinar Baru, 1988),

hlm. 189.

Page 90: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

73

Komunis Indonesia). Kedua akan dibentuk suatu Dewan Nasional yang

ditetapkan presiden, terdiri dari wakil-wakil daerah dan kelompok-kelompok

fungsional, akan dibutuhkan untuk memberi nasihat pada kabinet. Sistem

Demokrasi Parlementar sudah tidak cocok, harus diganti dengan Demokrasi

Terpimpin. Pengucapan konsepsi itu adalah langkah yang pertama dalam proses

penerimaan Soekarno atas suatu perintah politik yang lebih aktif yang berpuncak

pada Juli 1959.7

Natsir dan partainya menolak konsepsi Presiden tentang sistem partai dan

demokrasi terpimpin. Natsir juga tidak setuju ketika PKI masuk dalam kabinet

karena di kabinet sebelumnya terjadi banyak perdebatan. Suasana semakin

tegang terlebih usaha-usaha untuk melaksanakan konsepsi Presiden mendapat

tantangan di daerah. Penolakan tersebut bertentangan dengan kebijakan Presiden

Soekarno yang hendak menyatukan seluruh kekuatan bangsa.8

Akibatnya,

keadaan dalam negeri menjadi gawat, sedang kabinet semakin lemah. Akhirnya

kabinet Ali II menyerahkan mandat ke Presiden Soekarno tanggal 14 Maret

1957.

Pasca jatuhnya kabinet Ali II yang disusul dengan pemberlakuan darurat

perang. Kemudian Soekarno menunjuk Ir. Juanda, komposisi dari kabinet Juanda

sendiri juga belum bisa dikatakan sebagai politik kaki empat, karena partai

7 Barbara, op.cit., hlm. 28.

8 M.Abdul Karim, Islam dan Kemerdekaan Indonesia (Yogyakarta: Sumbangsih

Press, 2005), hlm. 164.

Page 91: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

74

Masyumi pun tidak duduk dalam kabinet, walaupun ada dua orang anggota partai

yang masuk ke kabinet terpaksa dikeluarkan seperti Pangeran Noor sebagai

Menteri Pekerjaan Umum dan Muljadi yang diangkat menteri, berhenti dari

Masyumi atas inisiatif sendiri. Menurut partai Masyumi prosedur yang ditempuh

Soekarno bertentangan dengan UUD dan tidak dapat dipertanggung jawabkan.

Sementara itu ketika mempergunakan keadaan bahaya perang karena munculnya

pemberontakan dan pembentukan kabinet secara mutlak bertentangan dengan

pasal-pasal dalam undang-undang keadaan bahaya itu sendiri oleh sebab itu

maka partai islam ini melarang angggotanya untuk turut serta dalam kabinet,

meskipun NU duduk dalam kabinet.9

Kondisi dalam konstituante semakin memperburuk karena timbulnya

perbedaan dalam kabinet Juanda. Dalam kelompok konstituante terdapat

kelompok yang berbeda. Golongan Islam menghendaki Dasar Negara Islam,

Golongan Nasionalis menghendaki Dasar Negara Pancasila, sementara golongan

komunis menghendaki dasar negara Komunis. Ketiga kelompok ini sulit untuk

dikompromi, sehingga sidang konstituante. Presiden segera bertindak atas kisruh

yang ada. Amanat tanggal 22 April 1959 di muka sidang konstituante

mengharapkan agar kembali kepada UUD 1945. Langkah serius kemudian

dilakukan dengan mengadakan vooting pada tanggal 30 Mei 1959, dari 468

anggota yang hadir yang setuju kembali ke UUD 1945 ada 269 orang dan tidak

9

P.N.H. Simanjuntak, Kabinet-Kabinet Republik Indonesia dari awal

kemerdekaan hingga refformasi, (Jakarta: Djambatan, 2003), hlm. 183.

Page 92: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

75

setuju 199 orang. Berarti ini tidak Quarum 2/3, sebagaimana ketentuan untuk

menetapkan atau mengubah Undang Undang Dasar. Sekali lagi diadakan vooting

tanggal 1 dan 2 Juni 1959 tetapi masih gagal dalam Quarum. Keadaan semakin

sulit ketika para anggota sulit dikumpulkan karena kemelut yang berlangsung tak

kunjung usai. Keadaan ini akan membawa situasi dan kondisi yang tidak

menentu. Masyarakat merasa resah dan bertanya-tanya bagaimana kondisi politik

yang terjadi.10

Sebagai akhir kemelut, Presiden mengeluarkan Dekritnya tanggal 5 Juli

1959 yang terkenal dengan nama Dekrit Presiden (Lihat lampiran 5 halaman 105

).11

Dekrit adalah suatu keputusan dari penguasa tertinggi (Presiden atau Raja)

secara sepihak dan bertentangan atau mengubah perundang-undangan yang

berlaku bahkan Undang-undang Dasar, demi keselamatan bangsa dan negara.

Dekrit sendiri sudah memenuhi syarat dimana dikeluarkan presiden Soekarno

secara sepihak tanpa ada persetujuan dahulu dari Lembaga Legislatif. Demi

keselamatan bangsa dan negara, karena kesemrawutan yang terjadi membuaat

efek kurang baik bagi bangsa dan negara.12

10 Deliar Noer. Partai Islam di Pentas Nasional, (Jakarta: Pustaka Utama

Grafiti,1987). hlm. 200.

11

Sidang kabinet kabinet inti yang menghasilkan peraturan penyederhanaan partai

dan pengawasan partai-partai. (1960). Mimbar Indonesia, No. 29. hlm. 6.

12 Deliar Noer, op.cit., hlm. 201.

Page 93: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

76

Menurut Ahmad Syafii Maarif, Gejala semacam ini merupakan gejala yang

tidak sehat dalam politik. Kekecewaan Soekarno dengan keadaan, sebenarnya

juga berpangkal pada kegagalan kabinetnya mewujudkan kehendaknya:

membentuk kabinet gotong royong atau kabinet berkaki empat. Dewan nasional

kemudian dibentuk pada tangal 11 Juli 1957, yang diketuai oleh Soekarno.

Kemudian dibentuk Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) pada 22

Juli 1959 dibawah UUD 1945.13

Pembentukan Dewan Nasional memang tidak jelas dasar hukumnya. Oleh

karena itu Hatta, Natsir dan Sjahrir telah mengecam pembentuk dewan ini. Tapi

Soekarno mulai muncul dalam konstitusi. DPAS kemudian diserahkan oleh wakil

ketua Roeslan Abdulghani tokoh PNI. DPAS ini pulalah yang mengusulkan agar

pidato 17 Agustus 1959 dijadikan Manifesto Politik yang kemudian berkembang

menjadi Manifes politik USDEK (UUD1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi

ala Indonesia, Ekonomi Terpimpin dan Keadilan Sosial). Kesemuanya menjadi

landasan dasar bagi pelaksanaan Demokrasi Terpimpin. Pembentuk dewan-

dewan tersebut pada Maret 1960 ditambah dengan pembentukan DPRDGR(

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gotong Royong) sebgai ganti DPR (Dewan

Perwakilan Rakyat) pilihan rakyat yang dibubarkan, merupakan mekanisme

demokrasi terpimpin.14

13

Ahmad Syafii Maarif. Islam dan Politik Teori belah bambu masa Demokrasi

terpimpin (1959-1965). (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), hlm. 48-49.

14 Ibid, hlm. 50.

Page 94: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

77

Orang-orang yang duduk dalam dewan-dewan tersebut adalah mereka yang

disukai Soekarno. Oleh karena itu partai Masyumi dan PSII (Partai Syarikat

Islam Indonesia) yang menentang politik Soekarno harus tersingkir. Soekarno

dalam pidatonya pada 17 Agustus 1959 dengan judul penemuan kembali revolusi

kita menjelaskan prinsip-prinsip dasar Demokrasi Terpimpin dalam dua kategori:

1. Tiap-tiap orang diwajibkan untuk berbakti kepada kepentingan umum,

masyarakat dan negara.

2. Tiap-tiap orang berhak mendapat penghidupan layak dalam masyarakat,

bangsa dan negara.

Sebelum ada amanat 22 April 1959, Soekarno mengatakan bahwa

demokrasi terpimpin adalah demokrasi yang dipimpin atau dalam UUD 45

dikatakan demokrasi yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan. Sedangakan dalam kesempatan lain Soekarno

menjelaskan bahwa demokrasi terpimpin adalah demokrasi kekeluargaan tanpa

anarki liberalisme.

Demokrasi kekeluargaan adalah demokrasi yang mendasarkan sistem

pemerintahan kepada musyawarah dan mufakat dengan pimpinan satu kekuasaan

sentral ditangan pemimpin yang mengayomi. Menurutnya sistem semacam inilah

yang sesuai dengan UUD 1945 dan memancarkan kepribadian bangsa

Indonesia.15

Di mata partai Masyumi sistem demokrasi terpimpin akan

membawa bencana bagi Bangsa dan Negara, oleh karena itu harus dilawan.

15 Ibid, hlm. 52-53.

Page 95: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

78

Partai Masyumi sebagai cagar demokrasi tampaknya tidak punya pilihan selain

menghadapi Soekarno dan sistemnya, sekalipun dengan tenaga yang tak

seimbang. Harapan partai bahwa rakyat akan berpihak kepada demokrasi, tidak

kepada sistem otoriter. Sementara PKI sengat lihat memanipulasi politik

berpihak sepenuhnya kepada sistem Soekarno.

Tujuan taktik PKI adalah menghancurkan lawan politiknya dan yang

terbesar adalah partai Masyumi. Pembentukan DPRGR ternyata mempercepat

proses kristalisasi di kalangan umat Islam. Sebagai partai yang dikategorikan

menentang revolusi partai Masyumi dituduh sebagai partai turut mendalangi

pemberontakan Permesta PRRI, sekalipun secara hukum tuduhan ini tidak

beralasan. Nasib partai Masyumi dan PSI sudah dibayang kehancuran.

Pembahasan selanjutnya disini penulis akan menjelaskan tentang pembubaran

partai Masyumi.

B. Pembubaran Partai Masyumi

Pembuaran partai Masyumi pada tahun 1960 merupakan pukulan telak bagi

kalangan muslim di Indonesia. Awal pembentukan partai Masyumi merupakan

keterwakilan dari beberapa tokoh islam di Indonesia hingga tahun 1950 Masyumi

masih bertahan meskipun tanpa dukungan PSII karena partai tersebut keluar di

tahun 1947. Menjelang pemilu 1955 Masyumi menghadapi masalah baru dengan

keluarnya NU, keluarnya NU seakan menjadi pukulan telak bagi Masyumi

karena partai tersebut berpengaruh besar dalam kanca politik Masyumi.

Page 96: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

79

Pemilu 1955 Masyumi berhasil menduduki posisi ke dua sedangkan partai

lain NU di posisi ketiga. Pasca pemilu muncul konsepsi untuk pembubaran

partai, dalam hal ini Masyumi menjadi korban pembubaran tersebut. Konsepsi

tersebut walaupun ditentang banyak kalangan politisi Islam tetapi akhirnya

mereka terkena dampaknya pula. Petaka partai Masyumi dimulai sejak tahun

1956, ketika diproklamirkannya PRRI. Pemerintah berupaya dengan berbagai

usaha seperti yang dilakukan Moh.Hatta untuk tidak terjadinya pertumpahan

darah namun tak ada hasil.16

Masa demokrasi Terpimpin tahun 1957 mencatat Masyumi bukan saja

tambah renggang dan asing dari Soekarno tetapi juga tambah bertentangan secara

konfontatif dengan presiden. Natsir sebagai ketua umum partai, mempunyai garis

kepemimpinan yang tidak seluruhnya didukung kawan-kawan separtainya.

Perbedaan dengan kelompok Sukiman telah beberapa kali dikemukakan. Dalam

suatu kongres Masyumi di Bandung tahun 1956, para tokoh muda mengecam

Natsir yang dianggap lebih dekat dengan para pemimpin Barat ketimbang Islam

dan dengan demikian jauh dari tokoh tokoh yang lebih terikat dengan Islam.17

16

P.N.H. Simanjuntak. loc.cit., hlm. 190.

17

Para tokoh-tokoh muda tersebut tidak begitu berpengaruh dalam partai

mengguncang kedudukan Natsir karena mereka umumnya menjadi penghubung

pemimpin tertinggi di atas dengan orang awam dan simpatisan partai. Lihat Deliar Noer,

loc.cit, hlm. 369.

Page 97: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

80

Anggota-anggota istimewa Masyumi umumnya bersimpati dengan Natsir

walaupun Natsir sendiri turut daalm PRRI (Lihat lampiran 4 halaman 104 ).18

Satu

dua organisasi, seperti Al-Jamiyatul Wasliyah dan Muhamadiyah dalam masa

Demokrasi Terpimpin dipengaruhi oleh kebijakan Soekarno, mereka secara

bersikap akomodarif. Al-Jamiyatul Wasliyah, yang asalnya dari Sumatera Utara

mulai membersihakan diri dari keterlibatannya dalam pemberontakan PRRI

1958. Karena memang sebagian pemimpin dan anggotanya terlibat.

Muhamadiyah mulai renggang dengan Masyumi pasca pemilu. Hal ini mulai

terasa dalam sidang tanwir Muhamadiyah di Yogyakarta 1956 yang

menghasilkan empat corak pemikiran Muhamdiyah untuk Masyumi. Corak

pemikiran pertama menghendaki Muhamadiyah keluar dari Masyumi. Corak

pemikiran ini menggugat perolehan kursi bagi Muhamadiyah di Dewan dan

Majelis Konstituante yang tidak seimbang, juga posisi kunci di Dewan dan

Majelis konstituante yang tidak di tangan Masyumi. Corak pemikiran kedua

menghendaki pisahnya hubungan Masyumi dengan Muhamadiyah, dan

Muhamadiyah kembali pada tradisi sendiri, yaitu dakwah pada semua lapisan

masyarkat sedangkan untuk masalah politik diserahkan kepada masing-masing

anggota.19

18

Tampak Natsir sedang berjuang dalam PRRI. 19

Syaifullah, Gerak Politik Muhamadiyah dalam Masyumi, (Jakarta: Pustaka

Utama Grafitti, 1997), hlm. 194-196.

Page 98: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

81

Corak pemikiran ketiga menghendaki Muhamadiyah dengan partai

Masyumi pisah, Muhamadiyah menjadi partai politik, dan hubungan organisasi

kemasyarakatan dengan organisasi politik melalui federasi. Corak pemikiran ke

empat menghendaki hubungan Muhamadiyah dengan partai Masyumi

berlangsung. Corak pemikiran ini berdasar pada cita-cita yaitu memajukan dan

mengembirakan hidup sepanjang kemauan agama Islam; menegakkan dan

menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang

sebenar-benarnya. Dalam keputusan tersebut tampaknya aspirasi tidak

menginginkan Muhamadiyah menjadi partai politik Islam, Muhamadiyah tetap

sebagai gerakan Islam. 20

Satu organisasi yang erat mulanya didirikan partai Masyumi yaitu, Sarikat

Buruh Islam Indonesia yang berganti nama menjadi Gabungan Sarekat Buruh

Islam Indonesia (Gasbiindo) tahun 1960 dengan ketua Jusuf Wibisono, kemudian

melepaskan diri dari partai Masyumi. Gasbiindo merasa lebih tepat untuk berdiri

sendiri. Apalagi Jusuf Wibisono tidak setuju dengan kebijaksanaan partai

Masyumi menghadapi Soekarno dan PRRI. Partai Masyumi setuju dengan

lepasnya ikatan sarekat buruh ini. Jusuf Wibisono kemudian duduk dalam

DPRGR sebagai wakil Gasbiindo.21

20 Ibid, hlm. 197-198.

21

Deliar Noer, op.cit., hlm. 373.

Page 99: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

82

Tahun-tahun 1959-1960 merupakan tahun-tahun yang menimbulkan

ketegangan bagi partai Masyumi. Partai mengambil langkah untuk

menyelamatkan anggota istimewa, partai ini memutuskan untuk melepaskan

mereka dari partai termasuk dengan Muhamadiyah. Keputusan ini disetujui oleh

pemimpin partai dan seluruh anggota-anggota istimewa termasuk Muhamadiyah

dalam sebuah rapat tanggal 8 September 1959 di Jakarta. Keputusan ini

merupakan cara untuk menghadapi segala kemungkinan yang bisa terjadi

terhadap Masyumi. Suara-suara kemungkinan partai Masyumi dibubarkan

memang sudah terdengar.22

Ketegangan dijumpai dalam lingkungan pimpinan partai sendiri

sehubungan dengan bergabungnya beberapa di antara pemimpin tersebut dengan

PRRI. Permulaan tahun 1958 Natsir, Sjarifuddin Prawiranegara sedang berada di

Sumatera, masing-masing dengan keperluan dan acaranya. Natsir pergi ke

Sumatera Barat. Sjarifuddin Prawiranegara meninggalkan jabatan Gubernur

Bank Indonesia sewaktu dia di Palembang kemudian aktif menyusul Natsir untuk

menyusun kekuatan sosial politik dengan tujuan untuk menghadapi poltik

Sukarno di Jakarta. Tiga tokoh Masyumi yang kesemuanya pernah mengepalai

perdana menteri berkumpul di Sumater Barat dan turut dalam pembicaraan-

pembicaraan yang diadakan oleh wakil-wakil Dewan dan Komandan militer

22 Ibid, hlm. 376.

Page 100: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

83

berbagai daerah serta tokoh politik yang kesemuanya menolak kebijakan

pemerintah pusat.23

PRRI kemudian menunjuk Syarifuddin Prawiranegara sebagai orang yang

tepat untuk memimpin pemerintahan tandingan. Sebelum pemerintahan

tandingan ini berdir pada bulan Februari 1958, beberapa tokoh Masyumi di

Jakarta datang ke Padang dan Bukit Tinggi untuk bertemu rekan-rekannya dan

anggota daerah. Keterlibatan anggota partai Masyumi dalam PRRI menjadi

bahan diskusi dalam rapat pimpinan partai Masyumi. Pertama DPP harus

menentukan sikap terhadap persoalan tersebut dan diputuskan untuk

menemuinya ditunjuk Mohammad Roem untuk menemui Natsir dan Sjarifuddin.

guna mencari jalan penyelesaian pertikaian dengan pemerintah pusat.24

Laporan yang ada, Natsir telah mengusulkan agar namanya dipisahkan dari

partai Masyumi, sehingga dengan demikian partai tidak terbawa. Usul Natsir

tidak disetujui oleh anggota DPP, sebab mereka khawatir jangan-jangan

dikatakan “kurang setiakawan”. Jusuf Wibisono berkeyakinan bahwa seandainya

waktu itu partai dapat dan mau mengikuti nasehat Natsir, niscaya jalan sejarah

akan lain dari sekarang, sebab Bung Karno tidak berniat membubarkan Partai

Masyumi. Jusuf tidak berkata bahwa dia tidak dapat menyetujui Partai Masyumi

mendukung masa PRRI. Sebab PRRI dibentuk selain tanpa perundingan terlebih

23

Soebagijo. Jusuf Wibisono Karang di Tengah Gelombang., (Jakarta: Gunung

Agung, 1980). hlm. 230. 24 Ibid, hlm. 233.

Page 101: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

84

dahulu dari DPP Masyumi, menurut Jusuf cara beroposisi dengan kekerasan

senjata adalah tidak demokratis dan melawan hukum.25

Dengan perginya Natsir dari Jakarta dan terutama keterlibatannya dalam

PRRI, pimpinan Masyumi jatuh kepada Prawoto Mangkusasmito. Pimpinan

partai lebih mempercayakan kebijaksanaan partai kepada Prawoto

Mangkusasmito dan bukan kepada Sukiman. Pemimpin Masyumi pada

umumnya lebih mempercayakan lanjutan kebijaksanaan partai kepada Prawoto.

Soal pemikiran, Prawoto lebih dekat dengan Natsir. Pengangkatan Prawoto

sebagai pemimpin Masyumi dikokohkan oleh kongres Masyumi di Yogyakarta

pada bulan April 1959. 26

Pada tanggal 10 Februari 1958 pimpinan di Sumatera Barat dengan

dukungan militer daerah mengirim ultimatum ke pusat agar kabinet baru

dibentuk dengan pimpinan Mohammad Hatta dan Sultan Hamengku Buwono IX.

Ultimatum ini tidak dipenuhi oleh kabinet Juanda. Sebelum PRRI

diprokamasikan, Sjarifuddin pergi ke Palembang untuk melihat sejauh mana

tekad dan persiapan Dewan Garuda. Sjarifuddin tetap bersedia memimpin PRRI

dan diproklamasikan PRRI oleh Sjarifuddin Prawiranegara pada tanggal 15

Februari 1958, setalah pemerintah tidak memberi respons yang positif.

25

Ibid.

26 Deliar Noer. op.cit., hlm. 377.

Page 102: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

85

Bukittinggi menjadi tempat kedudukan PRRI (Lihat lampiran 3 halaman 103)27

Natsir menjadi juru bicara dan Boerhanoedin Harahap menjadi menteri

pertahanan kan kehakiman. Proklamasi PRRI itu mendapat dukungan dari

segenap lapisan masyarakat Sumatera Barat, sebagian Sumatera Utara, Sulawesi

Utara dan Selatan. Dukungan diberikan juga oleh cabang-cabang partai Islam,

IPKI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia), Parkindo (Partai Kristen

Indonesi) dan PSI (Partai Sosialis Indonesia).28

Pemerintah kemudian bertindak atas pendirian PRRI dengan jalan

kekerasan. Pada tanggal 16 Februari Nasution memecat semua pemimpin militer

pemberontak. Pemerintah selanjutnya pesawat pemerintah menyerang Padang,

Bukittinggi dan kota-kota lain di Sumatera di bom angkatan perang pemerintah,

demikian juga Manado dan beberapa kota Sulawesi. Pada tanggal 21 dan 22

Februari kemudian menghancurkan peralatan radio pemberontak dan merusak

alat komunikasi mereka yang utama. Hitungan bulan kekuatan PRRI telah

patah.29

Pada tanggal 23-27 April 1959 diadakan kongres partai Masyumi di

Yogyakarta ditengah ketegangan yang melanda, baik partai maupun umat islam

umumnya. Kongres masih memutuskan agar Dwitunggal Soekarno-Hatta

27

Para tokoh Masyumi dan PRRI. 28 Deliar. op.cit., hlm. 377. 29

Audrey Kahin. Dari Pemberontakan ke Integrasi, Sumatera Barat dan Politik

Indonesia 1926-1988. (Jakarta: Yayasan Obor, 2008). hlm. 329.

Page 103: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

86

dipulihkan untuk mengembalikan persatuan nasional. Hal ini menunjukan bahwa

partai tetap tidak setuju dengan penggunaan kekerasan oleh pemerintah terhadap

PRRI. Kongres juga berpendapat bahwa konstituante perlu diberi kesempatan

untuk menyelesaikan tugasnya. Jadi kongres tidak menyetujui keputusan

pemerintah bulan Februari 1959 untuk kembali kepada UUD 1945. Kongres juga

berkewajiban memelihara persatuan umat.30

Masalah Penpres (Penetapan Presiden) ini timbul terutama setelah Penpres

No. 7/1959 keluar yang mengatur sistem kepartaian dalam rangka

penyederhanaan sistem. Prawoto mengatakan bahwa penetapan-penetapan

presiden yang keluar sesudah dekrit presiden, dianggap tidak dimaksudkan

sebagai suatu pembinaan hukum tetapi sebagai penggarisan kebijaksanaan.

Prawoto juga menambahkan untuk masalah kepartaian bahwa pada dasarnya

Partai Masyumi menganggap perlu ada undang-undang kepartaian tersebut

sebagai langkah tindak lanjut dari Maklumat pemerintah tanggal 3 November

1945, yang menganjurkan pembentukan partai politik. Prawoto juga tidak setuju

dengan ketentuan dalam Penpres yang menuntut adanya jumlah tertentu tentang

cabang partai.31

30 Deliar Noer. op.cit., hlm. 381. 31

Zulfikar Ghazali dkk. Tokoh Pemikir Paham Kebangsaan Prawoto

Mangkusasmito, Wilopo, Ahmad Subardjo. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan RI. 1998). hlm. 16-17.

Page 104: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

87

Penpres tentang partai tampaknya lebih ditujukan kepada Masyumi dan

(PSI). Pasal 9 menyebut bahwa presiden, setelah mendengar pendapat

Mahkamah Agung, dapat melarang atau membubarkan partai yang sedang

melakukan pemberontakan karena pemimpin-pemimpinnya turut serta dalam

pemberontakan atau jelas memberikan bantuan, sedangkan partai tidak dengan

resmi menyalahkan perbuatan anggota-anggota itu.32

Beberapa tokoh Masyumi

dan (PSI) terlibat dalam PRRI, Masyumi tidak pernah secara resmi menyalahkan

mereka. Kenyataan selanjutnya memang menjadi kenyataan ketika beberapa

tokoh Masyumi dipanggil Presiden.

Pada tanggal 21 Juli Presiden Soekarno memanggil pemimpin-pemimpin

Masyumi dan (PSI) (Lihat lampiran 6 halaman 106).33

Pemimpin Masyumi yang

hadir adalah Prawoto Mangkusasmito dan M. Yunan Nasution. PSI yang hadir

adalah Sjahrir, Soebadio Sastrosatomo dan T.A Murat. Sukiman yang bermaksud

hadir sedang berada di Yogyakarta Pertemuan tersebut Presiden Soekarno

didampingi oleh staf ketiga angkatan, Kepala Polisi, Jaksa Agung, Kepala Staf

Komando Tertinggi, Sekretaris Milter Komando Tertinggi, Mneteri Penerangan

dan Direktur Kabinet. Presiden dalam pertemuannya menyerahkan setumpuk

32

Fathkhrohman. Pembubaran Partai Politik di Indonesia (Malang: Setara Press,

2010), hlm. 102-103. 33

Pada tanggal 21 Juli Presiden Soekarno memanggil pemimpin-pemimpin

Masyumi dan (PSI) dalam rangka melaksanakan penpres no. 7 tahun 1959 dan penpres

no. 13 tahun 1960. (1960). Mimbar Indonesia, No.31. hlm. 6.

Page 105: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

88

daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh para pemimpin partai secara tertulis

dalam satu minggu.34

Pertanyaan pertama menanyakan apakah Masyumi bermaksud menentang

dasar dan tujuan negara. Pertanyaan kedua apakah Masyumi bermaksud

mengubah dasar dan tujuan negara. Masyumi dalam jawabannya menyangkalnya

dan mengatakan bahwa apa yang dianggap partai sebagai dasar dan tujuan negara

ialah seperti yang dicantumkan dalam Mukadimmah UUD dan tidak dalam

manipol. Partai Masyumi membandingkan dengan dasar dan tujuannya dan pada

kesimpulannya keduanya tidak bertentangan.35

Pertanyaan ketiga berhubungan dengan PRRI. Pertanyaan juga berkaitan

dengan Penpres 7/1959 pasal 9(1), yaitu tentang keterlibatan partai. Masyumi

menjawab bahwa ia tidak terlibat dalam pemberontakan PRRI. Masyumi juga

mengatakan bahwa penpres tersebut mulai berlaku tanggal 31 Desember 1959

ketika para pemimpin yang tergabung dalam PRRI telah memisahkan diri atau

keluar dari Masyumi. Pimpinan partai dipilih baru pada kongres bulan April

1959 yang tidak menyebutkan seorang pun dari orang PRRI. Masyumi juga

mengemukakan bahwa 9 September 1958 cabang-cabang partai di Tapanuli,

Sumatera Barat, Riau Daratan, Sulawesi Utara telah dibekukan oleh pemerintah

dan hubungan organisasi dengan pimpinan pusat Masyumi telah putus.

34

Deliar Noer. loc.cit., hlm. 385.

35

Ibid, hlm. 385.

Page 106: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

89

Pertanyaan keempat apakah Masyumi telah memenuhi persyaratan lain-lain

dalam Penpres 7/1959 (pasal 9(1)4), Masyumi menjawab bahwa masih cukup

waktu baginya untuk memenuhi syarat-syarat tersebut karena kesempatan masih

diberikan oleh Penpres tersebut sampai tanggal 31 Desember 1960. Jawabannya

Masyumi juga menanggapi soal kesahan Penpres. Partai ini mengakui bahwa

UUD 1945 memang didekritkan dan oleh sebab itu sudah menjadi kenyataan;

partai tidak menolak kenyataan ini. Pendekritan UUD 1945 juga merupakan

permulaan dari suatu sistem pemerintah yang mengganti UUDS 1950. Tetapi

menurut Masyumi, penggunaan keputusan Presiden dalam bentuk Penpres

semenjak Juli 1959 tidak sesuai dengan UUD 1945. Penpres merupakan

pelanggaran terhadap UUD. Partai Masyumi tidak setuju dengan isi surat

Presiden yang dikirim kepada ketua parlemen yang dikemukan bahwa

“Pemerintah memandang perlu mengadakan beberapa peraturan negara lainnya

yakni Penetapan Presiden” atau Penpres. UUD 1945 tidak mengenal hukum jenis

ini, Penpres malah bertentangan dengan jiwa proklamasi kemerdekaan

Indonesia.36

Karena jawaban pimpinan partai Masyumi dan PSI tidak memuaskan

Soekarno, akhirnya pukulan terakhir dialami partai pada tanggal 17 Agustus

1960 hari kemerdekaan Indonesia dengan dikeluarkannya Keppres Nomor 200

tahun 1960 yang membubarkan Masyumi dan Keppres Nomor 201 tahun 1961

36 Ibid, hlm. 386.

Page 107: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

90

yang membubarkan PSI. Kepres Nomor 200 tahun 1960 menyatakan bahwa

“Membubarkan Partai Politik Masyumi termasuk bagian-bagian atau cabang-

cabang atau ranting-rantingnya di seluruh wilayah negara Republik Indonesia.

Demikian pula dengan Keppres Nomor 201 tahun 1960 yang menyatakan

“Membubarkan Partai Sosialis Indonesia, termasuk bagian-bagian atau cabang-

cabang atau ranting-rantingnya di seluruh wilayah negara Republik Indonesia. 37

Kedua Keppres tersebut disampaikan kepada masing-masing partai dengan

pengantar dari Direktur Kabinet Presiden, Tamzil tetanggal 17 Agustus 1960.

Paragraf kedua dan ketiga surat Direktur kabinet presiden menyatakan dalam

waktu 30 hari terhitung sejak tanggal berlakunya Keputusan Presiden tersebut

yaitu tanggal 17 Agustus 1960, pimpinan Masyumi dan PSI diharuskan

menyatakan partainya bubar dengan memberitahukan kepada Presiden. Hal itu

sesuai dengan ketentuan Pasal 9 ayat (2) Penpres Nomor 7 tahun 1959 dan Pasal

8 ayat (2) Perpres Nomor 13 tahun 1960. Apabila dalam jangka waktu tersebut

tidak dibubarkan, maka akan dinyatakan sebagai partai terlarang sebagaimana

diatur di dalam Pasal 8 ayat (3) Perpres Nomor 13 tahun 1960.38

Keluarnya keppres no. 200/1960 itu membuat para pemimpin partai jatuh

kepada dilema. Dilema berujung antara membubarkan diri, yang berarti mereka

tidak dapat menyalurkan aspirasi politiknya melalui Partai Masyumi hasil

37

Muhamad Ali Safa’at. Pembubaran Partai Politik. (Jakarta: Raja Grafindo

Press, 2011), hlm. 169.

38 Ibid, hlm. 170.

Page 108: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

91

Mukhtamar Umat Islam di Yogyakarta dan bila tidak membubarkan diri akan

menjadi partai yang terlarang. Kalaupun menjadi partai terlarang dan para

anggota partai akan menjadi anggota partai terlarang, yang berarti bahwa mereka

tidak dapat hidup dengan tenang di Indonesia. Dilema yang berujung ini

kemudian diselesesaikan oleh Prawoto selaku ketua Partai Masyumi.39

Pada tanggal 13 September 1960 pimpinan pusat Partai Masyumi

menyatakan partainya bubar. Pernyataan ini tidak berarti bahwa Partai Masyumi

menyetujui Insturksi Presiden. Terhadap keputusan pembubaran Partai Masyumi,

pada tanggal 9 September Ketua Umum Partai Masyumi Prawoto

Mangunsasmito meminta rekannya Mohammad Roem mengajukan gugatan

kepada Pengadilan Negeri Istimewa Jakarta. Tuntutan yang diajukan dalam surat

yang ditulis Roem pada intinya berisi: Menyatakan bahwa penetapan Presiden

No. 7 Tahun 1957 dan Peraturan Presiden No. 13 tahun 1960 tidak mempunyai

kekuatan hukum. Membatalkan setidak-tidaknya menyatakan batal hukum

Keputusan Presiden No. 200 tahun tahun 1960. Menghukum tergugar membayar

ongkos perkara. Gugatan itu kemudian ditanggapi dengan pernyataan Ketua

Pengadilan Moh. Rochjani Soe’od pada 11 Oktober yang menyatakan bahwa

pengadilan tidak berwenang untuk memeriksa perkara tersebut.40

39

Silverio R.L. Aji Sampurno. Latar Belakang Keluarnya Keppres Nomor 200

Tahun 1960 Sekitar Pembubaran Masyumi. (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma,

1995). hlm. 27. 40

Lin Nur Insaniwati. Mohamad Roem Karier Politik dan Perjuangannya (1924-

1968). (Magelang: Indonesiatera, 2002). hlm. 113.

Page 109: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

92

Prawoto menawarkan kepada para pemimpin daerah untuk membubarkan

diri atau tidak. Penawaran Prawoto sebenarnya sudah membawa misi pimpinana

pusat partai yang menyatakan membubarkan partai. Walau ada beberapa

pimpinan daerah yang tetap ingin mendirikan partai dan bahkan ada yang

mengusulkan untuk memenuhi Soekarno untuk menyalahkan Natsir. Pengurus

partai Masyumi wilayah Yogyakarta tidak dapat langsung menerima pembubaran

partai, namun ketika pemimpin pusat dengan wilayah bertemu kemudian

memutuskan untuk membubarkan diri.41

Akhirnya tertanggal 13 November 1960

Prawoto menyatakan partai Masyumi bubar.

41

Silverio R.L. Aji Sampurno. op.cit., hlm. 28.

Page 110: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

93

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat penulis simpulkan sebagai berikut.

Pertama, latar belakang partai Masyumi adalah partai yang beraliran Islam

yang terbentuk pada susana revolusi. Partai Masyumi merupakan jawaban

umat Islam atas maklumat presiden tanggal 3 November 1945 yang berisi

tentang anjuran didirikannya partai politik. Pada tanggal 7 November 1945,

dalam Kongres Umat Islam di gedung Madrasah Mu’alimin Yogyakarta

tokoh-tokoh Islam bersepakat untuk mendirikan partai politik Islam yang

pertama yang diberi nama Masyumi atau kepanjangan dari Majelis Syuro

Muslimin Indonesia. Tujuan didirikannya Partai Masyumi yakni “terlaksana

ajaran dan hukum Islam di dalam kehidupan individu, masyarakat dan negara

Republik Indonesia menuju keridhaan Illahi. Pendiri partai merupakan para

tokoh-tokoh Islam seperti Sukiman, Natsir dll. Program partai mencakup

berbagai bidang seperti program pembebasan untuk Irian Barat yang waktu

itu masih di tangan pemerintah Belanda.

Kedua, perkembangan partai Masyumi pada masa demokrasi

parlementer 1950-1955 menunjukan jatuh bangun. Jatuh bangun partai

dimulai sejak masa kemerdekaan 1945-1949. Selama kurun waktu 1945-1949

anggota partai duduk di pemerintahan meskipun pada tahun 1947 Amir

Sjarifuddin sebagai formatir kabinet berhasil mendirikan PSII kembali.

Peristiwa ini menimbulkan keretakan dalam kalangan Masyumi walaupun

dampak dari keluarnya itu tidak begitu besar. Berdirinya PSII kembali

Page 111: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

94

disebabkan karena kekecewaan sebagian politisinya di Partai Masyumi yang

tidak mendapatkan peran dan kedudukan kurang strategis seperti

Wondoamiseno dan Arundji Kartawinata. Partai Masyumi akhirnya bersedia

ikut dalam kabinet, meskipun sebelumnya menolak kebijakan Amir.

Pada tahun 1950-1955 menunjukan pergolakan jatuh bangun Partai

Masyumi dalam kabinet. Pada tahun 1952 saat kabinet dipimpin Wilopo.

Muncul ketegangan dengan keluarnya NU dalam Masyumi. Keluarnya NU

ditandai dengan terpilihnya KH Fakih Usman (unsur Muhamadiyah dalam

NU) menjadi Menteri Agama dalam kabinet Wiloppo. Hal ini dikarenakan

menteri Agama dalam kabinet sebelumnya Sukiman, dipegang NU dengan

K.H. Hasyim Wahab duduk sebagai menteri. Masyumi yang sudah ditinggal

PSII dan NU terus maju hingga pemilihan umum 1955. Berikut hasil pemilu

5 besar yang dimenangkan PNI dengan persentase yang sedikit. PNI 22,3%

(8.434.653), Masyumi 20,9 % (7.903.886.), NU 18,4% (6.955.141), PKI

16,4% (6.179.914), PSII 2.9% (1.0091.160).

Ketiga, perkembangan politik partai Masyumi pasca pemilu 1955,

menunjukan pergolakan partai yang bermuara harus dibubarkannya partai

Masyumi. Pada tanggal 21 Februari 1957 muncul konsepsi presiden yang

salah satunya ingin menyatukan keempat pemenang hasil pemilu ke dalam

kabinet. Partai Masyumi, NU menolak dan menentang keterlibatan PKI,

karena di beberapa kabinet sebelumnya terjadi perdebatan dengan PKI seperti

masalah Tanjung Morawa. Akhirnya di awal tahun 1958 tokoh partai seperti

Natsir, Sjarifuddin Prawiranegara pergi ke Sumatera Barat memproklamirkan

Page 112: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

95

PRRI (Pemberontakan Revolusioner Republik Indonesia) tanggal 15 Februari

1958. PRRI sendiri merupakan jawaban daerah atas tidak lancarnya kabinet

yang terus menujukan jatuh bangun. PRRI mendapat dukungan dari segenap

lapisan masyarakat Sumatera Barat, sebagian Sumatera Utara, Sulawesi Utara

dan Selatan. Pemerintah kemudian mengambil jalan kekerasan untuk

menghentikan pemberontakan. Padang dan kota-kota lain di Sumatera Barat

di bom angkatan perang pemerintah, demikian juga Manado dan beberapa

kota Sulawesi. Kekuatan PRRI akhirnya padam.

Akhir kemelut ketidakharmonisan hubungan beberapa tokoh partai

Masyumi dan pemerintahan Sukarno terjadi saat dikeluarkaanya Dekrit

Presiden 5 Juli 1959. Presiden kemudian memanggil tokoh Masyumi untuk

mengajukan pertanyaan. Pertanyaan pertama dan kedua menanyakan apakah

Masyumi ingin menentang dan mengubah dasar negara. Masyumi dalam

jawabannya menyangkalnya dan mengatakan bahwa apa yang dianggap partai

sebagai dasar dan tujuan negara ialah seperti yang dicantumkan dalam

Mukadimmah UUD dan tidak dalam manipol. Pertanyaan ketiga

berhubungan dengan PRRI. Partai Masyumi menyangkal keterlibatan

beberapa tokohnya karena sebelumnya di kongres Masyumi tahun 1959,

mereka sudah menyatakan diri keluar. Pertanyaan keempat apakah Masyumi

telah memenuhi persyaratan dalam Penpres 7/1959 (pasal 9(1)4), Masyumi

menjawab bahwa masih cukup waktu baginya untuk memenuhi syarat-syarat

tersebut karena kesempatan masih diberikan oleh Penpres tersebut sampai

tanggal 31 Desember 1960.

Page 113: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

96

Akhirnya pukulan terakhir dialami partai Islam yang gigih

mempertahankan prinsipnya. Pada tanggal 17 Agustus 1960 hari

kemerdekaan Indonesia – pimpinan pusat Partai Masyumi menerima surat

dari Direktur Kabinet Presiden yang mengemukakan bahwa Masyumi harus

dibubarkan. Dalam waktu 30 hari sesudah tanggal keputusan ini, yaitu

tanggal 17 Agustus 1960, pimpinan partai Masyumi harus menyatakan

partainya bubar. Pembubaran ini harus diberitahukan kepada Presiden

secepatnya, kalau tidak partai Masyumi akan diumumkan sebagai “partai

terlarang”. Pada tanggal 13 September 1960 pimpinan pusat partai Masyumi

Prawoto Mangkusasmito menyatakan partainya bubar.

Page 114: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

97

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

A.G. Pringgodigdo. Undang-Undang No. 7 tahun 1953 tantang PemilihanUmum.

Yogyakarta: U.P Indonesia N.V.

Abdul Aziz tara. (1996). Islam dan Negara dalam Politik Orde

Baru.Jakarta:Gema Insani Press.

Abdul Karim. (2005). Islam danKemerdekaan Indonesia. Yogyakarta:

Sumbangsih Press.

Ahmad Syafii Maarif. (1985).Islam dan Masalah kenegaraan; Studi tentang

Perpecahan dalam Konstituante, Jakarta: LP3ES.

_______. (1983). Potret Perkembangan Islam di Indonesia. Yogyakarta:

Shalahuddin Press.

_______. (1996). Islam dan Politik Teori belah bambu masa Demokrasi terpimpin

(1959-1965). Jakarta:Gema Insani Press.

Artawijaya. (2014). Belajar dari Partai Masjumi. Jakarta Timur: Al-Kautsar.

Audrey Kahin. (2008). Dari Pembenrontakan ke Integrasi Sumatera Barat dan

Politik Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor.

Barbara Sillars Harvey. (1989). Permesta Pemberontakan Setengah Hati (Jakarta:

Pustaka Utama Grafiti.

Bibit Suprapto. (1985). Perkembangan Kabinet dan Pemerintahan di Indonesia.

Jakarta Timur: Ghalia Indonesia.

Deliar Noer. (1987).Partai Islam di Pentas Nasional. Jakarta: PT Pustaka Utama

Grafiti.

M.Abdul Karim. (2005).Islam dan Kemerdekaan

IndonesiaYogyakarta:Sumbangsih Press.

Ichlasul Amal. (1988). Teori-Teori Mutakhir Partai Politik. Yogyakarta:PT. Tiara

Wacana Yogya.

Fatkhuroman. (2010).Pembubaran Partai Politik di Indonesia. Malang: Setara

Press.

Page 115: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

98

Muhamad Ali Safaat. (2011). Perkembangan Pembubaran Partai Politik. Jakarta:

Raja Grafindo Press.

C.S.T Kansil. (1987). Sistem Pemerintahan Indonesia. Jakarta: Angkasa Baru.

H.Agus Suminto. (1985).Politik Islam Hindia Belanda. Jakarta: LP3ES.

Hariyono. (1995).Mempelajari Sejarah secara Efektif. Jakarta: Pustaka Jaya.

Helius Sjamsudin (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Herbert Feith dan Lance Castles. (1988)Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965.

Jakarta: LP3ES.

Khoirul Fathoni, Muh. Zen. (1992).NU pasca Khittah. Yogyakarta: Media Widya

Mandala.

Kuntowijoyo. (2013).Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.

_______. (2003). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang.

Lin Nur Insaniwati. (2002). Mohamad Roem Karier Politik dan Perjuangannya

(1924 – 1968). Magelang: Indonesiatera

Gottschalk Louis. (2008).Mengerti Sejarahterjemahan Nugroho Notosusanto.

Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Ricklefs. M.C (2008). Sejarah Indonesia Modern. Jakarta: PT. Serambil Ilmu

Semesta.

Miriam Budiardjo. (2008).Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka.

S.M. Amin. (1967). Indonesia Dibawah Rezim Demokrasi Terpimpin. Jakarta:

Bulan Bintang.

P.N.H. Simanjuntak. (2003). Kabinet Kabinet Republik Indonasia dari Awal

Kemerdekaan sampai Reformasi. Jakarta: Djambatan.

Musyrifah Sunanto. (2012).Sejarah Peradaban Islam di Indonesia. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada.

Ridho Al Hamdi. (2013). Partai Politik Islam Teori dan Praktik di

Indonesia.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rusadi Kantraprawira, (1988). Sistem Politik Indonesia. Bandung: Sinar Baru.

Page 116: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

99

Sartono Kartodirdjo. (1992). Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Silverio R.L. Aji Sampurno. (1995). Latar Belakang Keluarnya Keppres Nomor

200 Tahun 1960 Sekitar Pembubaran Masyumi. Yogyakarta: Universitas

Sanata Dharma.

Soebagijo I.N. (1980). Jusuf Wibisono Karang di Tengah Gelombang. Jakarta:

Gunung Agung.

Suhartono Wiryo Pranoto.(2010) Teori dan Metodologi Sejarah. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Syaifullah. (1997).Gerak Politik Muhamadiyah dalam Masyumi. Jakarta: Pustaka

Utama Grafitti.

Syamsuri. (2004). Politik Islam Anti Komunis. Yogyakarta: Safirian Insani Press.

Zainal Abidin Amir. (2003). PetaIslam Politik Pasca Soeharto. Jakarta: LP3ES.

Zulfikar Gazali dkk.(1989). Sejarah Politik Indonesia. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional

Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.

_______. (1998). Tokoh Pemikir Paham Kebangsaan Prawoto Mangkusasmito,

Wilopo, Ahmad Subarjo. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan

Dokumentasi Sejarah Nasional.

Yusril Ihza Mahendra. (1999).Modernisme dan Fundamentalisme dalam politik

sosial. Jakarta Selatan: Paramadina.

Majalah :

Rhoma Dwi Aria Yuliantri. (2011).“Catatan Kecil Soekiman: Sepuluh Bulan

Menjadi Perdana Menteri”. Basis, Nomor 03-04, hlm 53-56.

Ahmad Syafii Maarif. (1988). “Islam di Masa Demokrasi Liberal dan Demokrasi

Terpimpin”. Prisma, No. 5 Tahun XVII, hlm. 25.

Koran :

Mimbar Indonesia “Gambar”, No. 29, 16 Juli 1960.

Mimbar Indonesia“Gambar”, No.31.30 Juli 1960.

Page 117: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

100

Pedoman Rakyat, “Presiden Anjurkan Dikuburkan Partai Partai”, 30 Oktober

1956.

Pedoman Rakyat, “ Parkindo setuju kabinet bubar”, 2 Januari 1957.

Pedoman Rakyat, “ Kesibukan Politik di Ibukota”, 11 Januari 1957.

Internet :

Kopral Cepot. (2011).Cerita-amriki-di-prri-dan-cia-di-permesta. Tersedia pada

https://serbasejarah.wordpress.com. Diakses tanggal 20 april 2016.

Chaerolriezal (2014). Mengenang sejarah pembubaran partai. Tersedia pada

http://chaerolriezal.blogspot.co.id/. Diakses tanggal 20 April 2016.

Page 118: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat
Page 119: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

101

Lampiran 1 Lambang Partai Masyumi.

Sumber: http://chaerolriezal.blogspot.co.id/2014/02/mengenang-sejarah-

pembubaran-partai.html

Diakses tanggal 20 April 2016, jam 14.45 WIB.

Page 120: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

102

Lampiran 2 Foto Mohammad Natsir

Sumber: Artawijaya. (2014). Belajar dari Partai Masjumi. Jakarta Timur: Al-

Kautsar.

Page 121: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

103

Lampiran 3 Pemimpin Masyumi dan Anggota PRRI

Sumber: https://serbasejarah.wordpress.com/2011/03/20/cerita-amriki-di-prri-dan-

cia-di-permesta/

Diakses tanggal 20 april 2016, pukul 15.12 wib

Page 122: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

104

Lampiran 4 M.Natsit (tengah) saat berjuang di PRRI

Sumber: Artawijaya. (2014). Belajar dari Partai Masjumi. Jakarta Timur: Al-

Kautsar.

Page 123: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

105

Lampiran 5 Sidang kabinet Inti mengenai Penyederhanaan Partai.

Sumber: Majalah Mimbar Indonesia, No. 29, 16 Juli 1960. hlm. 6.

Page 124: PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PASCA …eprints.uny.ac.id/35853/2/Skripsi Full 11406244042.pdf · partai dalam p emerintahan meskipun muncul keretakan di tahun 1947 saat

106

Lampiran 6 Tokoh Masyumi dipanggil Presiden.

Sumber: Majalah Mimbar Indonesia, No.31, 30 Juli 1960. hlm. 6.