perkembangan peserta didik

34
PERKEMBANGAN KOGNITIF PESERTA DIDIK Disusun oleh: Kelompok 6 Fajar Nugroho (1110016200015) Erika Ristiyani (1110016200017) Yuniati (1110016200031) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

Upload: erika-ristiyani

Post on 22-Dec-2015

32 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

perkembangan kognitif

TRANSCRIPT

Page 1: Perkembangan peserta didik

PERKEMBANGAN KOGNITIF

PESERTA DIDIK

Disusun oleh:

Kelompok 6

Fajar Nugroho (1110016200015)

Erika Ristiyani (1110016200017)

Yuniati (1110016200031)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2012

Page 2: Perkembangan peserta didik

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kognisi merupakan tahapan yang paling penting dalam perkembangan anak-anak,

karena pada fasa ini lah anank-anak mulai mengubah pola pikir mereka dan berusaha

mengembangkannya dengan cara; mengelompokkan benda-benda yang sejenis,

mengelompokkan bentuk, membedakan rasa, membedakan bau, membedakan warna,

menyebutkan, dan mengenal bilangan, rasa ingin tahu yang tinggi dan imajinatif.

Kognisi merupakan konsep yang luas dan inklusi yang berhubungan dengan

kegiatan mental dalam memperoleh, mengolah, mengorganisasi, dan menggunakan

pengetahuan. Proses utama yang termasuk di dalam istilah kognisi mencangkup

mendeteksi, menginterpretasi, mengklasifikasi dan mengingat informasi,

mengevaluasi gagasan, menyaring prinsip, dan menarik kesimpulan dari aturan ;

membayangkan kemungkinan, mengatur strategi, berfantasi, dan bermimpi. Teori

Perkembangan Kognitif Jean Piaget (Cognitive Development Theory).

Menurut Piaget pengetahuan (knowledge) adalah interksi yang terus-menerus

antara individu dengan lingkungan. Fokus perkembangan kognitif Piaget adalah

perkembangan secara alami fikiran pembelajar mulai anak-anak sampai dewasa.

Konsepsi perkembangan kognitif Piaget, diturunkan dari analisa perkembangan

biologi organisme tertentu. Menurut Piaget, intelegen (IQ=kecerdasan) adalah seperti

sistem kehidupan lainnya, yaitu proses adaptasi.1

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja karakteristik perkembangan kognitif anak?

2. Bagaimana tahap-tahap perkembangan kognitif anak?

3. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan aspek kognitif?

1 Anonim, “Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan”

http://permasalahananakkita.blogspot.com/2011/02/faktor-yang-mempengaruhi-perkembangan.html

2

Page 3: Perkembangan peserta didik

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui apa saja karakteristik perkembangan kognitif anak.

2. Untuk mengetahui bagaimana tahap-tahap perkembangan kognitif anak.

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan aspek

kognitif.

D. METODE PENELITIAN

Penulisan makalah ini menggunakan metode studi pustaka dan pengambilan

informasi dari internet.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan makalah ini meliputi:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode

penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II: PEMBAHASAN

Bab ini membahas perkembangan kognitif peserta didik

BAB III: PENUTUP

Bab ini meliputi kesimpulan penulisan dan saran

3

Page 4: Perkembangan peserta didik

BAB II

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Perkembangan Kognitif Anak

Karakteristik perkembangan anak dapat diketahui melalui tahap-tahapan berikut:

Proses-proses apa saja yang digunakan anak-anak saat mereka membangun

pengetahuan mereka tentang dunia? Piaget yakin bahwa proses-proses penting tersebut

meliputi skema, asimilasi, akomodasi,organisasi, keseimbangan dan penyeimbangan.

1. Skema

Piaget(1954) mengatakan bahwa ketika seorang anak mulai membangun

pemahamannya tentang dunia, otak yang berkembang pun membentuk skema. Ini

merupakan tindakan-tindakan atau representasi-reoresentasi mental yang

mengorganisasikan pengetahuan. Dalam teori Piaget, skema-skema prilaku (aktivitas-

aktivitas fisik) mencirikan bahasa bayi dan skema-skema mental (aktivitas-akivitas

kognitif) berkembang pada masa kanak-kanak (Lamb, Bornstein, dan Teti 2002). Skema-

skema bayi disusun oleh oleh tindakan-tindakan sederhana yang diterapkan pada objek-

objek tertentu, contohnya tindakan menyusu, melihat dan menggenggam. Anak-anak

yang lebih tua memiliki skema-skema yang meliputi berbagai strategi dan perencanaan

untuk mengatasi persoalan. Sebagai contoh, seorang anak yang berusia 5 tahun meungkin

telah memiliki suatu skema yang meliputi strategi mengklasifikasikan objek-objek sesuai

ukuran, bentuk, atau warna. Saat kita mencapai masa dewasa kita telah menyusun

beragam skema dalam jumlah amat besar, mulai dari bagaimana mengendarai mobil,

bagaimana menyeimbangkan anggaran, hingga bagaimana menerapkan konsep keadilan.2

2. Asimilasi dan akomodasi

2 Santrock, John W. Perkembangan Anak Edisi Kesebelas Jilid 1. Jakarta: Erlangga hlm. 243

4

Page 5: Perkembangan peserta didik

Untuk menjelaskan bagaimana anak-anak menggunakan skema-skema sambil

beradaptasi, Piaget menawarkan dua konsep yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi

terjadi ketika anak-anak memasukkan informasi baru kedalam skema-skema yang ada.

Akomodasi terjadi ketika anak-anak menyesuaikan skema-skema mereka dengan

informasi dan pengalaman-pengalaman baru.3

Bayangkan seorang anak yang telah mempelajari kata “mobil” untuk

mengidentifikasikan mobil keluarga. Anak tersebut mungkin akan menyebut semua

kendaraan yang bergerak dijalan sebagai “mobil”, termasuk sepeda motor; anak tersebut

telah mengasimilasikan objek-objek tersebut kedalam skema yang ada pada nya. Akan

tetapi, anak tersebut akansegera mempelajari bahwa sepeda motor dan truk bukan mobil

dan ia akan menyesuaikan skemanya dengan menyingkirkan ‘motor’ dan ‘truk’ dari

kategori ‘mobil’.4

Asimilasi dan akomodasi berlaku bahkan untuk bayi-bayi yang masih sangat

kecil. Bayi-bayi yang baru lahir secara refleks akan menghisap setiap benda

yangmneyentuh bibir mereka; mereka mengasimilasikan semua benda kedalam menyusu

mereka. Dengan menghisap objek-objek yang berbeda, mereka mempelajari hal-hal

seperti rasa, tekstur dan bentuk. Setelah memiliki pengalama beberapa bulan, mereka

membetuk pemahaman yang berbeda terhadap dunia. Beberapa objek seperti jari-jemari

dan payudara ibunya, dapat dihisap, dan yang lainnya seperti selimut yang lembut, tidak

dapat. Dengan kata lain, mereka menyesuaikan skema menyusu mereka.5

3. Organisasi

Agar dapat memahami dunia mereka, kata Piaget, anak-anak secara sadar

mengorganisasikan pengalaman-pengalaman mereka. Dalam teori Piaget, organisasi

adalah pengelompokkan perilaku-perilaku dan pemikiran-pemikiran yang terisolasi ke

dalam system yang lebih teratur dan lebih tinggi. Perbaikan organisasi ini secara terus-

menerus merupakan bagian tak terpisahkan dari perkembangannya. Seorang anak laki-

3 Santrock, John W. Perkembangan Anak Edisi Kesebelas Jilid 1. Jakarta: Erlangga hlm. 244

4 Ibid, hlm. 2445 Ibid, hlm. 244

5

Page 6: Perkembangan peserta didik

laki yang memiliki pemikiran samar tentang menggunaka sebuah palu mungkin saja

memiliki pemikiran samar terhadap alat-alat pertukangan yang lain. Setelah mempelajari

bagaimana menggunaka salah satu, ia menhubungkan penggunaan-penggunaan ini,

mengorganisasikan pengetahuannya.6

4. Penyeimbangan dan tahapan-tahapan perkembangan penyeimbangan

Equilibration adalah suatu meknisme yang diajukkan oleh Piaget untuk

menjelaskan bagaimana anak-anak dapat berpindah dari satu tahapan pemikiran ke

tahapan pemikiran berikutnya. Perpindahan ini tejadi karena anka mengalami konflik

kognitif, dalam usahanya memahami dunia. Pada akhirnya, mereka akan menyelesaikan

konflik tersebut dan mencapai suatu keseimbangan pemikiran. Piaget menyakini adanya

pergerakan besar antara berbagai tahapan dan ketidakseimbanangan kognitif terhadap

proses asimilasi dan akomodasi berlangsung bersama-sama untuk menghasilkan

perubahan kognitif. Contohnya, jika seorang anak yakin bahwa jumlah cairan berubah

saat cairan tersebut dituang ke dalam wadah yang berbeda –contohnya dari wadah yang

lebar dan pendek ke wadah yang tinggi dan sempit- anak itu mungkin dibingungkan oleh

datangnya cairan “tambahan” dan ia mungkin bertanya-tanya dari mana asal cairan

tersebut. Anak tersebut pada akhirnya akan mengerti persoalan tersebut seiring

perkembangan pemikirannya. Dalam kehidupan sehari-hari anak tersebut secara terus-

menerus akan menghadapi berbagai inkonsistensi dan contoh-contoh membingungkan

seperti contoh di atas.7

Asimilasi dan akomodasi selalu membawa anak ke tingkat yang lebih tinggi. Bagi

Piaget, motivasi untuk berubah adalah encarian internal akan keseimbanang. Saat skem-

skema lama disesuaikan dan skema-skema baru dikembangkan, anak mengorganisasi dan

mereorganisasi skema-skema lama dan baru. Akhirnya, organisasi tersebut secara

fundamental berbeda dengan organisasi yang lama; inilah cara berpikir yang baru,

tahapan baru.8

6 Santrock, John W. Perkembangan Anak Edisi Kesebelas Jilid 1. Jakarta: Erlangga hlm. 244

7 Ibid, hlm 244-2458 Santrock, John W. Perkembangan Anak Edisi Kesebelas Jilid 1. Jakarta: Erlangga hlm. 245

6

Page 7: Perkembangan peserta didik

Table : Perkembangan Kognitif9

Kategori Konsep Bahasa

Bayi/infant 1. Mengeksplorasi benda menggunakan

panca indera (penglihatan, mulut,

menggenggam)

2. Gerak reflex

(menghisap,menggenggam, menangis)

3. Mulai tertarik berinteraksi dengan

orang dan benda (mengamati)

4. Meniru perilaku orang

5. Mengamati objek lebih lama

1. Bergumam

2. Dapat membedakan suara

ibu dan suara lainnya

3. Menanggapi suara ibunya

4. Bersuara dengan

bermakna (babbling)

5. Berbicara suku kata

(mam)

6. Mengerti bahwa gerakan

dan benda mewakili kata;

mengikuti kata perintah

“cium mama”

Toddler 1. Lebih banyak bermain fisik

2. Mulai bermain pura-pura

3. Membedakan objek tertentu di antara

objek-objek yang lain

4. Mengerti konsep ruang-ruang waktu

1. Mengerti penggunaan

kata, pola kata

2. Menggunakan kata yang

berbeda dengan orang

dewasa “memberikan label

benda sesuai dengan

imajinasinya”

3. Memberi nama warna

4. Mengerti dan mengulangi

sajak sederhana

Preschool 1. Tidak dapat membedakan antara

kenyataan dan fantasi

2. Dapat mengelompokkan berdasarkan

warna, ukuran, dan bentuk

3. Memasangkan benda: piring-sendok,

1. Mengerti hubungan kata

(di dalam, di bawah)

2. Menggunakan bahasa

untuk mengungkapkan ide

dan perasaan

9 Yus, Anita. Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kencana. Hlm.14-15

7

Page 8: Perkembangan peserta didik

baju-celana

4. Dapat menggunakan jam dan kelender

5. Dapat membuat perencanaan dan

memperkirakan perencanaan tersebut

6. Dapat menggunakan media dan alat-

alat untuk bermain drama

7. Menggunakan benda untuk

melambangkan sesuatu

3. Menguasai kosakata lebih

dari 1000 bahasa

Table: Dimensi dan Indikator Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini10

Dimensi 3-4 Tahun 4-5 Tahun 5-6 Tahun

linguistik/

bahasa

1. meniru suara dari

sumber di sekitarnya.

2. penguasaan kosa kata.

3. mulai banyak bercerita

dengan kalimat pendek (1-

2 kata).

4. melaksanakan 2

perintah sekaligus

5. menyebut nama benda

di sekitarnya.

6. meniru kembali kata-

kata dengan pengucapan

yang benar (termasuk

bahasa asing).

7. membaca dengan

menyebutkan objek

gambar.

1. membedakan suara dari

beberapa sumber.

2. bercerita dengan

menggunakan kalimat yang

terdiri dari 3-6 kata dengan

ekspresi.

3. melaksanakan 3-5

perintah sekaligus.

4. pembendaharaan kata

semakin meningkat.

5. mengajukan pertanyaan

dengan kata Tanya yang

lebih kompleks (mengapa

dan bagaimana).

6. membaca gambar

dengan susunan kalimat

yang benar.

7. mulai dapat berdialog

1. menentukan bunyi

dengan menggunakan

huruf (kring-r)

2. penggunaan kata

penguhubung

3. penggunaan

keterangan objek/subjek

4. penggunaan kata kerja

dasar (infinitif).

5. penggunaan kata

keterangan (adverb).

6. penggunaan kalimat

yang menunjukkan

tingkat perbandingan.

7. mendengarkan cerita

yang panjang.

8. mengajukan

pertanyaan sesuai

10 Yus, Anita. Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kencana. Hlm.23-27

8

Page 9: Perkembangan peserta didik

dan beragumentasi. dengan topik.

9. penggunaan kata kerja

bantu.

10. mulai membaca

tulisan.

11. mulai menulis kata

dan kalimat pendek.

Logika

Matematik

1. mengenal dua ciri dari

sendiri.

2. mengenal warna dasar (

merah, kuning, biru).

3. mengenal konsep

persamaan dan perbedaan.

4. mengelompokkan

benda menurut warna dan

bentuk.

5. mengenal macam-

macam rasa dan bau.

6. menentukan posisi luar-

dalam, atas-bawah.

7. mengenal bangun

geometri, seperti empat

persegi panjang, segitiga,

lingkaran.

8. mengenal ukuran

panjang-pendek, berat-

ringan.

9. mengenal waktu dengan

matahari, siang-malam.

1. mengenal lebih banyak

ciri diri sendiri.

2. mengenal persamaan

dan perbedaan ciri dengan

teman-temannya.

3. menghubungkan ukuran

dengan benda yang ada di

sekitarnya.

4. menghubungkan bentuk

geometri dengan benda

yang ada di sekitarnya.

5. mengenal warna

sekunder.

6. menghubungkan konsep

dan lambing bilangan 1-20.

7. memperkiraan ukuran

jumlah, panjang-pendek,

ringan-berat.

8. mengamati perubahan

bentuk cair, beku, uap,

embun.

9. mengurutkan benda

berdasarkan ukuran, warna

1. mengidentifikasi

warna benda-benda di

sekitarnya (perbot, daun,

batang, dan lain-lain).

2. memasangkan gambar

benda dengan

fungsi/kegunaannya.

3. mengidentifikasi

tubuh manusia.

4. mengidentifikasi arah.

5. memberi perhatian

terhadap segala sesuatu

di sekitarnya.

6. pemahaman konsep

objek yang telah

ditetepkan.

7. pemahaman konsep

persahabatan.

8. menjelaskan waktu

dalam rentang

seminggu.

9. merencanakan masa

depan.

9

Page 10: Perkembangan peserta didik

jenis permukaan.

10. menentukan posisi kiri-

kanan, depan-belakang.

11. menghubungkan

bentuk geometri dengan

benda di sekitarnya.

12. mengenalkan konsep

waktu berdasarkan

kegiatan.

10. membedakan

bentuk.

11. membedakan benda

berdasarkan ukuran,

warna jenis permukaan

dengan pola tertentu.

12. menghitung angka

satuan.

13. mengidentifikasi

bentuk-bentuk geometri

dalam satuan,

14. mengidentifikasi

perubahan benda dari

tawar menjadi manis,

asin, asam, dan lain-lain.

15. menentukan ukuran

benda yang ada di

sekitarnya.

Visual

Spasial

1. membuat garis lurus,

lengkung, silang, dan zig-

zag.

2. menyusun 3-4 benda

dalam satu ruangan.

3. menggambar objek

yang ada di lingkungan.

4. menyelesaikan maze

sederhana.

5. menjahit suatu bentuk.

6. mengisi pola sederhana.

1. membuat beberapa

bentuk yang diketahui.

2. menata › 4 benda-benda

dalam satu ruangan

(space).

3. menyelesaikan maze

yang kompleks.

4. mengisi pola yang

kompleks.

5. menggambar objek

sesuai dengan imajinasi.

6. menjahit bentuk yang

kompleks.

1. membuat gambar

dengan pesan tertentu.

2. memperoleh

informasi melalui media

seni.

3. menggunakan

berbagai peralatan seni

untuk membuat sesuatu.

4. mengatur unsur-unsur

dari suatu objek.

5. berkomunikasi

melalui bentuk seni

visual.

10

Page 11: Perkembangan peserta didik

7. menggunakan peralatan

seni sederhana.

6. menggambar objek

sesuai dengan imajinasi.

7. menempatkan benda

yang dikenal dalam

suatu ruangan sesuai

dengan fungsinya.

Kinestetis

Jasmani

1. Berjalan lurus ke

depan dengan

gerakan luwes

2. Berjalan mundur

dengan melihat

kebelakang

3. Naik turun tangga

4. Memanjat dengan

pijakan

5. Lompat (hopping)

6. Loncat (jumping)

7. Menyususn puzzle

sedrhana (3-4

potongan)

8. Melempar bola

9. Menangkap bola

10. Menggunting

11. Menempel,

menggambar dan

mewarnai

12. Menyepak bola

13. Mengikuti gerak

sederhana (berdiri,

membungkuk)

1. Berjalan lurus pada

satu garis

2. Berjalan mundur

tanpa melihat ke

belakang

3. Berlari

4. Naik turun tangga

dengan cepat

5. Memanjat dengan

menggunakan pijakan

6. Lompat (hopping)

7. Loncat (jumping)

8. Menyususn puzzle

sedrhana (3-4

potongan)

9. Melempar bola

10. Menangkap bola

11. Menggunting

12. Menempel,

menggambar dan

mewarnai di tempat

yang ditentukan

13. Menyepak bola

14. Mengikui gerak

sederhana (berdiri,

1. Bergerak sesuai

instruksi

2. Melempar bola ke

arah yang

ditetapkan

3. Menangkap dan

melempar bola

dengan cepat

4. Gerakan berpindah

dengan zig-zag

5. Menggunting pada

satu garis

6. Menempel,

menggambar,

mewarnai

7. Menyusun puzzle

dalam bentuk

kompleks (amazing)

8. Loncat (jumping)

jarak satu meter

9. Lompat (hopping)

setinggi 40 cm

10. Melompat untuk

menjangkau benda

ke atas atau ke

11

Page 12: Perkembangan peserta didik

membungkuk)

15. Menggunaka sepeda

roda tiga

16. Mengambil benda-

benda kecil di kotak

17. Menggunaka tangan

untuk membuka

lembar buku

18. Dapat mengambil 2

atau 3 buah benda

19. Mengambil lebih dari

6 buah benda

depan

11. Mengayuh sepeda

dengan cepat

12. Menyepak (kicking)

bola ke arah yang

ditentukan

13. Membuat tanda

dengan

menggunakan jari

14. Memotong makanan

yang mudah

dipotong dengan

pisau

15. Mengikat tali

16. Berlari dengan

seimbang dan dapat

berhenti secara tiba-

tiba

17. Mengancing baju

18. Menggunakan kuas,

pensil, crayon untuk

membuat coretan,

bentuk, gambar

Intraperso

nal

1. Mengenal 1-2 ciri diri

(fisik)

2. Mulai memahami

objek sederhana dari

sudut pandang

mereka sendiri

3. Mulai menikmati

kebersamaan dengan

1. Mengenal beberapa

ciri diri

2. Memahami objek

sederhana dari sudut

pandang mereka

sendiri

3. Menikmati

kebersamaan dengan

1. Mengenal ciri diri

lebih banyak

2. Membandingkan diri

sendiri dengan orang

lain

3. Memahami suatu

objek dari sudut

pandang mereka

12

Page 13: Perkembangan peserta didik

orang lain setelah

mengenal orang

tersebut

4. Menilai kemampuan

sendiri dengan isyarat

5. Bersopan santun

dalam prilaku

sedrhana setelah

diminta

6. Mulai mengarahkan

diri dengan lebih

mengendalikan diri

dalam suasana yang

menyenangkan

orang lain setelah

mengenal orang

tersebut

4. Menilai kemampuan

sendiri

5. Bersopan santun

dalam prilaku

sederhana

6. Mulai mengarahkan

diri dengan lebih

mengendalikan diri

7. Mulai menyadari

terhadap realita yang

menigkatkan rasa

takut

sendiri

4. Menikmati

kebersamaan dengan

orang lain

5. Mengarahkan diri

dengan lebih

mengendalikan diri

6. Mengikuti tata cara

dan kebiasaan sekitar

dengan sadar

(bersopan santun)

7. Tumbuh kesadaran

terhadap realita yang

meningkatkan rasa

takut

8. Menilai kemampuan

sendiri dengan tepat

dan teliti

9. Menyatakan

berkompeten

melakukan sesuatu

10. Berusaha bersikap

menyenangkan dan

berempatik dengan

orang lain

B. Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Anak

Menurut sebagian besar psikolog terutama ahli psikologi kognitif, berkeyakinan

bahwa proses perkembangan kognitif manusia mulai berlangsung sejak lahir.

13

Page 14: Perkembangan peserta didik

Pendayagunaan kapasitas ranah kognitif manusia sudah mulai berjalan sejak manusia itu

mulai mendayagunakan kapasitas motor dan sensorinya. Seorang pakar terkemuka dalam

disiplin psikologi kognitif dan psikologi anak, Jean Piaget, mengklasifikasikan

perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan.11

1. Tahap Sensori Motor

Perkembangan dalam periode sensori motor yang berlangsung sejak anak lahir

sampai usia 2 tahun. Inteligensi yang dimiliki anak tersebut masih berbentuk primitif

dalam arti masih didasarkan pada perilaku terbuka. Meskipun primitif dan terkesan

inteligensi dasar yang amat berarti karena ia menjadi fondasi untuk tipe-tipe

inteligensi tertentu yang akan dimiliki anak tersebut kelak.12

Inteligensi sensori-motor dipandang sebagai inteligensi praktis (practical

intelligence) yang berfaidah bagi anak usia 0-2 tahun untuk belajar berbuat terhadap

lingkungannya sebelum ia mampu berpikir mengenai hal yang sedang ia perbuat.

Anak pada periode ini belajar cara mengikuti dunia kebendaan secara praktis dan

belajar menimbulkan efek tertentu tanpa memahami hal yang sedang ia perbuat

kecuali hanya mencari cara melakukan perbuatan seperti di atas.13

Ketika seorang bayi berinteraksi dengan lingkungannya, ia akan

mengasimilasikan skema sensori-motor sedemikian rupa dengan mengerahkan

kemampuan akomodasi yang ia miliki hingga mencapai ekuilibrium yang

memuaskan kebutuhannya. Proses asimilasi dan akomodasi dalam mencapai

ekuilibrium seperti di atas selalu dilakukan bayi, baik ketika ia hendak memnuhi

dorongan lapar dan dahaganya maupun ketika bermain dengan benda-benda mainan

yang ada di sekitarnya.14

Setelah Piaget melakukan serangkaian eksperimen dan observasi terhadap subjek-

subjek bayi, termasuk anak perempuannya sendiri yang berusia 7 bulan, Jacquilence,

ia menyimpulkan bahwa bayi dibawah usia 18 bulan pada umumnya belum memiliki

pengenalan object permanence. Artinya, benda apapun yang tidak ia lihat, tidak ia

11 Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hlm. 65-6612 Ibid, hlm. 6713 Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hlm. 6714 Ibid, hlm. 68

14

Page 15: Perkembangan peserta didik

sentuh, atau tidak ia dengar selalu dianggap tidak ada meskipun sesungguhnya benda

itu ada di tempat lain.15

Pada dasarnya, bayi sudah mengenal bahkan memahami objek-objek di sekitarnya

termasuk susu ibunya, meskipun hanya dengan skema-sensori. Dengan skema

sensori-motor ini bayi mengenali benda-benda sebagai konfigurasi-konfigurasi

(gambaran bentuk sesuatu) sensoori yang stabil. Konfigurasi itu oleh Piaget disebut

“tableaux” atau “tableau” (sebut: teblow) yakni pemandangan tetap atau pertunjukan

bisu.16

Dalam rentang usia antara 18 hingga 24 bulan, barulah kemampuan mengenal

object permanence anak tersebut muncul secara bertahap dan sistematis. Sehingga,

benda-benda mainan dan orang-orang yang biasa berada di sekitarnya (seperti ibu dan

pengasuhnya) akan ia cari dengan sungguh-sungguh bila ia memerlukannya.17

2. Tahap Pra-operasional

Periode perkembangan kognitif pra-operasional terjadi dalam diri anak kektika

berumur 2 sampai 7 tahun. Perkembangan ini bermula pada saat anak telah memiliki

penguasaan sempurna mengenai object permanence. Artinya, anak tersebut sudah

memiliki kesadaran akan ‘tetap eksisnya’ suatu benda yang harus ada atau biasa ada,

walaupun benda tersebut sudah ia tinggalkan, atau sudah tak dilihat dan tak didengar

lagi.18

Perolehan kemampuan berupa kesadaran terhadap eksistensi object permanence

(ketetapan adanya benda) adalah hasil dari munculnya kapasitas kognitif baru yang

disebut representasi atau representasi mental. Representasi adalah sesuatu yang

mewakili atau menjadi simbol atau wujud sesuatu yang lainnya. Representasi mental

merupakan bagian penting dari skema kognitif yang memungkinkan anak berpikir

dan menyimpulkan eksistensi sebuah benda atau kejadian tertentu walaupun benda

15Ibid, hlm. 6816 Ibid, hlm. 6817 Ibid, hlm. 6818 Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hlm. 69

15

Page 16: Perkembangan peserta didik

atau kejadian itu berada di luar pendangan, pendengaran, atau jangkauan tangannya.

Representasi mental juga memungkinkan anak untuk mengembangkan deferred-

imitation (peniruan yang tertunda) yakni kapasitas meniru perilaku orang lain

khususnya orangtua dan guru.19

Selain kapasitas deferred-imitation, muncul pula gejala insight-learning, yakni

gejala belajar berdasarkan tilikan akal. Anak mulai mampu melihat situasi

problematik, yakni memahami bahwa sebuah keadaan mengandung masalah, lalu

berpikir sesaat. Setelah berpikir, ia memperoleh pemahaman atau ilham spontan

untuk memecahkan masalah versi anak-anak.20

Pada periode pra-operasional ini, kemampuan-kemampuan skema kognitif anak

dalam rentang usia 2-7 tahun memang masih sangat terbatas. Namun demikian,

secara kualitatif, fenomena perilaku-perilaku ranah ciptanya sudah sangat berbeda

dengan kemampuan intelegensi sensori-motor yang dimiliki anak ketika berusia 0-2

tahun.21

3. Tahap Konkret-perasional

Periode konkret-operasional berlangsung hingga usia menjelang remaja. Dalam

periode ini anak memperoleh tambahan kemampuan yang disebut system of

operations (satuan langkah berpikir). Dengan kemampuan ini, anak dapat

mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam sistem

pemikirannya sendiri.22

Satuan langkah berpikir anak kelak akan menjadi dasar terbentuknya intelegensi

intuitif. Intelegensi, menurut Piaget, bukan sifat yang biasanya digambarakan dengan

skor IQ. Intelegensi adalah proses, tahapan atau langkah operasional tertentu yang

mendasari semua pemikiran dan pengetahuan manusia, disamping merupakan proses

pembentukan pemahaman.23

19 Ibid, hlm. 6920 Ibid, hlm. 7021 Ibid, hlm. 7022 Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hlm. 7023 Ibid, hlm. 70

16

Page 17: Perkembangan peserta didik

Dalam intelegensi operasional anak yang berada pada tahap konkret-operasional

terdapat sistem operasi kognitif yang merupakan ciri khas perkembangan kognitif

anak berusia 7-11 tahun, yang meliputi:24

a. Conservation (konservasi/pengekalan)

Merupakan kemampuan anak dalam memahami aspek-aspek kumulatif

materi, seperti volume dan jumlah. Anak yang mampu mengenali sifat

kuantitatif sebuah benda akan tahu bahwa sifat kuantitatif benda tersebut tidak

akan berubah secara sembarangan. Jumlah cairan dalam sebuah bejana tidak

akan berubah meskipun dituangkan ke dalam bejana lainnya yang lebih besar

ataupun lebih kecil.25

b. Addition of classes (penambahan golongan benda)

Merupakan kemampuan anak dalam memahami cara mengkombinasikan

beberapa golongan benda yang dianggap berkelas lebih rendah, seperti

mawar, dan melati, dan menghubungkannya dengan golongan benda yang

berkelas lebih tinggi, seperti bunga.

c. Multiplication of classes (pelipatgandaan golongan benda)

Merupakan kemampuan yang melibatkan pengetahuan mengenai cara

mempertahankan dimensi-dimensi benda (seperti warna bunga dan tipe

bunga) untuk membentuk gabungan golongan benda (seperti mawar merah,

mawar putih, dan seterusnya). Selain itu, kemampuan ini juga meliputi

kemampuan memahami cara sebaliknya, yakni cara memisahkan gabungan

golongan benda menjadi dimensi-dimensi tersendiri, misalnya: warna bunga

mawar terdiri atas merah, putih, dan kuning.

Pada tahap ini masih ada keterbatasan-keterbatasan kapasitas anak dalam

mengkoordinasikan pemikirannya. Anak-anak dalam rentang usia 7-11 tahun baru

mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang

konkret. Inilah yang menjadi alasan perkembangan kognitif anak yang berusia 7-11

tahun tersebut dinamakan tahap konkret-operasional.26

24 Ibid, hlm. 7125 Ibid, hlm. 7126 Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hlm 72

17

Page 18: Perkembangan peserta didik

4. Tahap Formal-operasional

Pada tahap perkembangan formal-operasional, anak yang sudah menginjak masa

remaja, yakni usia 11-15 tahun, akan dapat mengatasi masalah keterbatasan

pemikiran konkret-operasional.27

Dalam perkembangan kognitif tahap akhir ini seorang remaja telah memiliki

kemampuan mengkoordinasikan baik secara serentak maupun berurutan dua ragam

kemampuan kognitif, yaitu: 1) kapasitas menggunakan hipotesis; 2) kapasitas

menggunakan prisip-prinsip abstrak. Dengan kapasitas menggunakan hipotesis

(anggapan dasar), seorang remaja akan mampu berpikir hipotesis, yakni berpikir

mengenai sesuatu khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan

anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respons. Sementara itu,

dengan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak, remaja tersebut akan mampu

mempelajari materi-materi pelajaran yang abstrak seperti ilmu agama, ilmu

matematika dan ilmu-ilmu abstrak lainnya dengan luas dan lebih dalam.28

Riset perkembangan berpendapat bahwa pencapaian kognitif dalam diri anak-

anak dan remaja mungkin paling tepat dikonseptualisasikan sebagai sesuatu yang khas

bidang (domain). Walaupun belahan otak kiri dan kanan tampaknya sama-sama

berpatisipasi dalam kebanyakan tugas kognitif, otak tidak seluruhnya merupakan

pemecah masalah umum yang beradaptasi dengan baik pada semua jenis tantangan yang

berbeda-beda yang mungkin ditemukan orang.29

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Aspek Kognitif

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kognitif dapat dijelaskan antara

lain sebagai berikut :

1. Faktor Hereditas/Keturunan

Teori hereditas atau nativisme pertama kali dipelopori oleh seorang ahli

filsafat. Dia berpendapat bahwa manusia lahir sudah membawa potensi-

potensi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi lingkungan. Berdasarkan

27 Ibid, hlm. 7228 Ibid, hlm.7229 Slavin, Robert E. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Edisi kesembilan Jilid I. Jakarta: PT Indeks. Hlm. 235

18

Page 19: Perkembangan peserta didik

teorinya, taraf intelegensi sudah ditentukan sejak anak dilahirkan, sejak faktor

lingkungan tak berarti pengaruhnya. Para ahli psikologi Loehlin, Lindzey dan

Spuhler berpendapat bahwa taraf intelegensi 75-80% merupakan warisan atau

faktor keturunan. Pembawaan ditentukan oleh ciri-ciri yang dibawa sejak lahir

(batasan kesanggupan).

2. Faktor Lingkungan

Teori lingkungan atau empirisme dipelopori oleh Jhon Locke. Dia

berpendapat bahwa manusia dilahirkan sebenarnya suci atau tabularasa.

Menurut pendapatnya, perkembangan manusia sangatlah ditentukan oleh

lingkungannya. Berdasarkan pendapat Jhon Locke tersebut perkembangan

taraf intelegensi sangatlah ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan yang

diperolehnya dari lingkungan hidupnya.

3. Kematangan

Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika telah

mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Kematangan

berhubungan erat dengan usia kronologis (usia kalender)

4. Pembentukan

Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang

mempengaruhi perkembangan intelegensi. Pembentukan dapat dibedakan

menjadi pembentukan sengaja (sekolah/formal) dan pembentukan tidak

sengaja (pengaruh alam sekitar/informal), sehingga manusia berbuat intelejen

karena untuk mempertahankan hidup ataupun dalam bentuk penyesuaian diri.

5. Minat Dan Bakat

Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan

bagi perbuatan itu. Apa yang menarik minat seseorang mendorngnya untuk

berbuat lebih giat dan lebih baik lagi. Sedangkan bakat diartikan sebagai

kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangan dan

19

Page 20: Perkembangan peserta didik

dilatih agar dapat terwujud. Bakat seseorang akan mempengaruhi tingkat

kecerdasannya. Artinya, seseorang yang memiliki bakat tertentu, maka akan

semakin mudah dan cepat mempelajari hal tersebut.

6. Kebebasan

Kebebasan yaitu kebebasan manusia berpikir divergen (menyebar) yang

berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang etrtentu dalam

memecahkan masalah-masalah, juga bebas dalam memilih masalah sesuai

kebutuhannya.30

BAB III

PENUTUP

30 Anonim, “Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan”,

http://permasalahananakkita.blogspot.com/2011/02/faktor-yang-mempengaruhi-perkembangan.html

20

Page 21: Perkembangan peserta didik

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

1. Perkembangan kognitif meliputi cara skema, asimilasi, akomodasi,organisasi,

keseimbangan dan penyeimbangan.

2. Perkembangan kognitif anak menjadi dibagi menjadi empat tahapan, yaitu tahap

sensori motor, pra-operasional, konkret-operasional, dan formal-operasional.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif pada anak, yaitu hereditas

(keturunan), lingkungan, dan kematangan

B. Saran

Sebaiknya, pembaca memperhatikan bagaimana perkembangan kognitif anak

didiknya karena dengan mengetahui perkembangan yang telah dicapai oleh anak

didiknya, maka tujuan dan tugas yang akan disampaikan dapat tercapai dengan baik.

Dengan mengetahui perkembangan dari anak didiknya, orang tua diharapkan mampu

menyesuaikan cara mendidik dan mengajarnya dengan tahapan yang telah dicapai oleh

seorang anak. Hal ini disebabkan karena tahap perkembangan yang telah dicapai dari

seorang anak akan berbeda dengan tahapan yang telah dicapai oleh anak yang lain

meskipun usianya sama. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

21

Page 22: Perkembangan peserta didik

Mussen, Paul Henry dkk. 1984. Perkembangan dan Kepribadian Anak Edisi keenam Jilid 1.

Jakarta: Erlangga.

Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak Edisi Kesebelas Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Slavin, Robert E. 2011. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Edisi kesembilan Jilid I. Jakarta:

PT Indeks.

Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Yus, Anita. 2010. Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta:

Kencana.

Anonim, “Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan”,

http://permasalahananakkita.blogspot.com/2011/02/faktor-yang-mempengaruhi-

perkembangan.html

22