perkembangan penduduk indonesia
TRANSCRIPT
PERKEMBANGAN PENDUDUK INDONESIA
Mata Kuliah : Pengantar Lingkungan
Oleh : HENDRICKSON
(13410221)
1. Landasan Perkembangan Penduduk Indonesia
Pertumbuhan atau perkembangan penduduk di suatu wilayah dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu:
1. Fertilitas Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. 2. Mortalitas Mortalitas atau kematian adalah peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. 3. Migrasi Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap di suatu tempat ke tempat lain melampui batas politik/negara ataupun batas administratif atau batas bagian dalam suatu negara. Jadi migrasi sering diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen di suatu daerah ke daerah lain.
Menurut Evereet S. Lee ada empat faktor yang menyebabkan orang mengambil keputusan untuk melakukan migrasi, yaitu:
1. Faktor – faktor yang terdapat di daerah asal 2. Faktor – faktor yang terdapat di tempat tujuan 3. Faktor – faktor yang menghambat 4. Faktor – faktor pribadi
Yang mendasari perkembangan penduduk di Indonesia adalah banyaknya masyarakat yang menikahkan anaknya yang masih muda. Dan gagalnya program keluarga berencana yang di usung oleh pemerintah untuk menekan jumlah penduduk. Karena faktor – faktor tersebut tidak berjalan dengan semestinya, maka penduduk Indonesia tidak terkendali dalam perkembangannya. Seharusnya dengan dua orang anak cukup, maka ini lebih dari dua orang dalam setiap suami istri.
Karena perkembangan penduduk yang sangat tidak terkendali, maka banyak terjadinya kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, gelandangan, anak jalanan, dan sebagainya. Dan masalah permukiman yang tidak efisien lagi. Banyaknya rumah yang lingkungannya kumuh dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. Oleh sebab itu, 50% penduduk Indonesia hidup dalam kemiskinan dan keterbelakangan pendidikan.
2. Pertambahan Penduduk dan Lingkungan Pemukiman
Tingkat pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali telah mengakibatkan munculnya kawasan-kawasan permukiman kumuh dan squatter (permukiman liar). Untuk mencapai upaya penanganan yang berkelanjutan tersebut, diperlukan penajaman tentang kriteria permukiman kumuh dan squatter dengan memperhatikan kondisi sosial ekonomi masyarakat serta lingkungannya. Pemahaman yang komprehensif kriteria tersebut akan memudahkan perumusan kebijakan penanganan serta penentuan indikator keberhasilannya.
3. Pertumbuhan Penduduk dan Tingkat Pendidikan
Pertumbuhan penduduk sangat mempengaruhi tinggi rendahnya pendidikan. Pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah tiap tahunnya, menimbulkan dampak yang kurang baik pada tingkat pendidikan suatu penduduk, mengapa demikian ? Coba kita perhatikan berapa juta anak yang masih di bawah standar pendidikannya. Dengan bertambahnya kependudukan setiap harinya semakin banyak penduduk di negara Indonesia ini yang tidak mampu mengenyam pendidikan yang layak. Faktor utama yang mempengaruhi hal ini, yaitu faktor ekonomi dimana semakin banyak penduduk miskin tidak mampu memberikan pendidikan yang layak kepada anaknya, karena biaya kehidupan yang makin tinggi juga biaya pendidikan yang mahal.
4. Pertumbuhan Penduduk dan Penyakit yang Berkaitan dengan
Lingkungan HidupSemakin meningkatnya tingkat pertumbuhan
penduduk akan menimbulkan masalah kesehatan atau penyakit yang melanda penduduk tersebut,
dikarenakan lingkungan yang kurang terawat ataupun pemukiman yang kumuh, seperti limbah
pabrik, selokan yang tidak terawat yang menyebabkan segala penyakit akan melanda para
penghuni wilayah tersebut yang mengakibatkan kematian dan terjadi pengurangan jumlah
penduduk.
5. Pertumbuhan Penduduk dan Kelaparan
Jumlah penduduk di suatu wilayah saat ini sangat mencemaskan selain bertambahnya jumlah penduduk maka semakin sempit pula bagi mereka yang untuk mendapatkan lapangan pekerjaan ataupun untuk mencari mata pencarian mereka untuk menjalani kebutuhan hidup,karena dapat menimbulkan angka kelaparan di bangsa ini akan bertambah yang disebabkan masalah tadi seperti sulitnya untuk berusaha mendapatkan kerja untuk mencukupi kebutuhan hidup karena semakin padatnya penduduk maka semakin sempit pula peluang mereka untuk mendapatkan kebutuhan yang mereka inginkan.
6. Kemiskinan dan KeterbelakanganKemiskinan dan keterbelakangan merupakan
fenomena sosial yang menjadi atribut negara-negara dunia ketiga. Fenomena ini juga merupakan
kebalikan dari kondisi yang dialami oleh negara-negara maju yang memiliki atribut sebagai “ model”.
Menurut Kuncoro (1997: 102–103), mengemukakan bahwa kemiskinan didefinisikan sebagai
ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup minimum.
Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan batas miskin dari besarnya rupiah yang dibelanjakan per kapita sebulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan digunakan patokan 2.100 kalori per hari. Adapun pengeluaran kebutuhan minimum bukan makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, sandang, serta aneka barang dan jasa.
Selama periode 1976 sampai 1993, telah terjadi peningkatan batas garis kemiskinan, yang disesuaikan dengan kenaikan harga barang-barang yang dikonsumsi oleh masyarakat. Batas garis kemiskinan ini dibedakan antara daerah perkotaan dan pedesaan.
Kemiskinan bersifat multidimensional, dalam arti berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, politik dan aspek lainnya (Sumodiningrat, 1989: 26).
Sedangkan Kartasasmita (1997: 234) mengatakan bahwa kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang ditandai dengan pengangguran dan keterbelakangan, yang kemudian meningkat menjadi ketimpangan. Masyarakat miskin pada umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya kepada kegiatan ekonomi sehingga tertinggal jauh dari masyarakat lainnya yang mempunyai potensi lebih tinggi(Kartasasmita, 1997: 234).
Hal tersebut senada dengan yang dikatakan Friedmann yang mengatakan bahwa kemiskinan sebagai akibat dari ketidak-samaan kesempatan untuk mengakumulasi basis kekuatan sosial (Friedmann , 1992: 123).
Namun menurut Brendley (dalam Ala, 1981: 4) kemiskinan adalah ketidaksanggupan untuk mendapatkan barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan sosial yang terbatas.
Hal ini diperkuat oleh Salim yang mengatakan bahwa kemiskinan biasanya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memperoleh kebutuhan hidup yang pokok(Salim dalam Ala, 1981: 1).
Sedangkan Lavitan mendefinisikan kemiskinan sebagai kekurangan barang-barang dan pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standar hidup yang layak.
SEKIAN & TERIMA KASIH
Semoga Bermanfaat….