perkembangan majelis ta’lim dan pengaruhnya...
TRANSCRIPT
PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DI
KELURAHAN BATU AMPAR CONDET JAKARTA TIMUR TAHUN
1965-2010
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab Dan Humaniora untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)
Oleh :
ANDINI RACHMAHLIA
1112022000082
PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M/1438 H
I
ABSTRAK
Skripsi ini meneliti tentang perkembangan dan pengaruh majelis ta‟lim di Condet
Kelurahan Batu Ampar dari tahun 1965 sampai 2010, dengan melihat sejarah
awal berdirinya mejelis ta‟lim di Condet Kelurahan Batu Ampar, hingga
berkembangnya majelis ta‟lim dan memberikan pengaruh bagi masyarakat Condet
Kelurahan Batu Ampar. Majelis ta‟lim sebagai suatu lembaga pendidikan Islam
nonformal, merupakan tempat pengajian yang diselenggarakan atas dasar
kebutuhan untuk memahami Islam di sela-sela kesibukan bekerja dan aktivitas
lainnya atau kegiatan untuk mengisi waktu bagi ibu-ibu rumah tangga. Majelis
ta‟lim di Kelurahan Batu Ampar tidak terbatas pada masjid akan tetapi
masyarakat mendirikan majelis ta‟lim di rumahnya sendiri. Berdasarkan asumsi
tersebut maka, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan majelis
ta‟lim di Kelurahan Batu Ampar Condet, serta membahas bagaimana pengaruh
majelis ta‟lim bagi masyarakat Batu Ampar Condet. Dalam penelitiannya penulis
menggunakan metode kepustakaan (Library Research), riset lapangan (Field
Research), melakukan observasi langsung ke lokasi dan wawancara (Interview)
langsung kepada sumber-sumbernya. Setelah dilakukan kajian dan penelitian
dengan metode tersebut, dapat diketahui bahwa perkembangan majelis ta‟lim di
Kelurahan Batu Ampar Condet telah menjadi kegiatan yang rutin dilakukan baik
dari ibu-ibu, bapak-bapak, remaja sampai anak-anak. Perkembangan tersebut
membawa pengaruh bagi masyarakatnya dari aspek pendidikan, keagamaan,
pembinaan akhlak, sosial-budaya, dan ekonomi.
Kata Kunci: Majelis Ta‟lim, Masyarakat Condet, Pengaruh Majelis Ta‟lim
II
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan Salam senantiasa tercurahkan pada junjungan baginda Nabi
Muhammad SAW, serta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya. Akhirnya
Skripsi ini selesai dengan tema tentang Perkembangan Majelis Ta’lim dan
Pengaruhnya di Kelurahan Batu Ampar Condet Jakarta Timur Tahun 1965-
2010. Tentunya dalam menyelesaikan skripsi ini penulis tidak semata-mata
berhasil dengan tenaga dan upaya sendiri namun banyak pihak yang telah
berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini, baik yang bersifat moril maupun
materil, maka dengan ini sepatutnya penulis menyampaikan terima kasih atas
motivasinya. Rasa terima kasih yang begitu tinggi saya sampaikan kepada :
1. Prof. Dr. Syukron Kamil, M.A selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Nurhasan, M.A selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam dan
Shalikatus Sa‟diyah M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan
Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Teruntuk Drs. M. Ma‟ruf Misbah, M.A selaku dosen pembimbing
Akademik sekaligus dosen pembimbing skripsi yang banyak membantu
dengan sabar serta selalu memotivasi dalam mengarahkan proses
penelitian ini.
4. Dosen-dosen di Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam yang memberikan
ilmu dan pengalamannya.
5. Terimakasih kepada Bapak Lurah dan Sekertaris Lurah Kelurahan Batu
Ampar yang telah membantu penulis dalam memberikan masukan dan
data seputar masyarakat Kelurahan Batu Ampar.
III
6. Terimakasih kepada Mpok Wirda dan Kak Lala yang telah menemani
penulis mendatangi majelis-majelis ta‟lim yang ada di Kelurahan Batu
Ampar.
7. Terimakasih kepada Ibu Arini, Umi Zahra, Ustadz Ahmad Fuadi yang mau
berbagi dan bercerita tentang pengajian-pengajian yang ada di Kelurahan
Batu Ampar.
8. Teruntuk mamah dan papah yang tidak pernah putus berdo‟a untuk
kesuksesan anak-anaknya dan yang setiap hari bertanya kapan lulus. Dari
situ, penulis selalu termotivasi untuk menyelesaikan penelitian ini.
9. Penulis pun mengucapkan terimakasih kepada Muhammad Ilham Pratama
yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan dukungan serta
meluangkan waktu untuk menemani penulis ketika penelitian.
10. Sahabat-sahabat yang selalu mengingatkan agar cepat menyelesaikan
skripsi ini Merindu Fitriani S.Hum, Nursilam S.Hum, Titi Maria Ulfah,
Dede Delfia, Duratul Muazah, Zainudin, Abdul Kholil, Rosita, Maria
Angelina, Mardiyah, Agidia Oktavia, Diah Nur Afifah S.Hum, Rizki
Nurdia Astuti.
11. Terimakasih juga untuk M. Nur Arief Budiman yang selalu memberikan
semangat dan dukungan untuk mengerjakan skripsi dan mengirimkan buku
untuk penulis.
Sekali lagi penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan mendukung serta membimbing penulis hingga selesai. Penulis
sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Semoga skripsi ini bermanfaat
untuk pembaca sekalian.
IV
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK………………………………….,………………………...... I
KATA PENGANTAR……………………………………………....... II
DAFTAR ISI………………………………………….……………....... IV
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR………......................................... VI
DAFTAR ISTILAH…………………………………………….…….... VII
DAFTAR SINGKATAN………………………………………………. IX
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................
B. Identifikasi Masalah.........................................................
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..............................
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………….........
E. Tinjauan Pustaka…………………………………...........
F. Kerangka Teori.................................................................
G. Metode Penelitian ............................................................
H. Sistematika Penulisan.........................................................
1
8
8
9
9
11
13
15
V
BAB II
GAMBARAN UMUM KELURAHAN BATU AMPAR
CONDET JAKARTA TIMUR
A. Letak Geografis Kelurahan Batu Ampar.................................
B. Kondisi Sosial Keagamaan......................................................
C. Kondisi Pendidikan.................................................................
D. Kondisi Ekonomi ....................................................................
16
20
23
25
BAB III PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DI
KELURAHAN BATU AMPAR CONDET JAKARTA
TIMUR
A. Asal-usul Berdirinya Majelis Ta‟lim di Kelurahan Batu
Ampar Condet .......................................................................
B. Kuantitas Perkembangan Majelis Ta‟lim di Kelurahan Batu
Ampar Condet ......................................................................
C. Bentuk-bentuk Majelis Ta‟lim di Kelurahan Batu Ampar
Condet ...................................................................................
30
34
39
BAB IV PENGARUH MAJELIS TA’LIM BAGI MASYARAKAT
KELURAHAN BATU AMPAR CONDET JAKARTA
TIMUR
A. Aspek Pendidikan Keagamaan…………..…………….........
B. Aspek Pembinaan Akhlak……………….…………..............
C. Aspek Sosial dan Budaya………………………....................
D. Aspek Ekonomi ......................................................................
46
49
53
56
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................
B. Saran........................................................................................
.
60
63
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
LAMPIRAN.................................................................................................
64
68
VI
DAFTAR TABEL
Batas-batas Wilayah Kelurahan Batu Ampar ....................................................... 17
Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin .................................... 18
Jumlah Murid Laki-laki dan Perempuan ............................................................... 25
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ............................................... 26
Jenis-jenis Usaha yang ada di Kelurahan Batu Ampar Condet............................. 27
Data Majelis Ta‟lim Kelurahan Batu Ampar Condet dari tahun 1955-2015 ........ 36
DAFTAR GRAFIK
Perkembangan Majelis Ta‟lim di Kelurahan Batu Ampar Tahun 1955-2015 ...... 38
VII
DAFTAR ISTILAH
Pribumi : Orang yang lahir di suatu tempat, wilayah
atau negara dan
menetap disana dengan status orisinal atau asli
Vreemde Orsterlingan : Orang Timur asing
Batavia : Ibu kota Hindia Belanda yang dibangun sejak
menjadi lokasi markas besar perdagangan
Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) serta
menjadi kota yang telah berkembang pesat oleh J.P
Coen tahun 1619.
Etnis : Suatu golongan manusia yang anggota-anggotanya
mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya,
biasanya berdasarkan garis keturunan yang
dianggap sama.
Asimilasi : Pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan
hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga
membentuk kebudayaan baru.
Cagar Budaya : Warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda
cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur
cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan
cagar budaya di darat atau di air yang perlu
dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai
penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,
pendidikan, agama, dan atau kebudayaan melalui
proses penetapan.
Halaqoh : Sekelompok kecil Muslim yang secara rutin
mengkaji ajaran Islam.
Kitab Kuning : Kitab-kitab tradisional yang berisi pelajaran-
pelajaran agama Islam.
VIII
Dependency Ratio : Perbandingan antara jumlah penduduk berumur
0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65
tahun keatas dibandingkan dengan jumlah
penduduk usia 15-64 tahun.
Sayyid : Gelar kehormatan yang diberikan kepada orang-
orang yang merupakan keturunan Nabi
Muhammad SAW melalui para cucunya.
Habaib : Gelar bangsawan Timur Tengah yang merupakan
kerabat Nabi Muhammad (Bani Hasyim) dan
secara khusus dinisbatkan terhadap keturunan Nabi
Muhammad melalui Fatimah az-Zahra (yang
berputera Husain dan Hasan) dan Ali bin Abi
Thalib.
Trend : Suatu hal yang sedang berkembang di dikenal oleh
banyak masyarakat.
Ukhuwah Islamiyah : Persaudaraan Islam.
Kurikulum : Perangkat mata pelajaran dan program pendidikan
yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara
pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang
akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu
periode jenjang pendidikan.
Wirid : Suatu Kebiasaan yang di lakukan saat telah
melakukan ibadah (Shalat) oleh orang Islam.
Religius : Suatu sikap yang taat akan agama yang
dipeluknya.
IX
DAFTAR SINGKATAN
RT : Rukun Tetangga
RW : Rukun Warga
UPKMK : Usaha Pemberdayaan Kecamatan Masyarakat Kelurahan
Ha : Hektar
SK : Surat Keputusan
DKI : Daerah Khusus Ibukota
WNA : Warga Negara Asing
WNI : Warga Negara Indonesia
UKM : Usaha Kecil Menengah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyebaran Islam di Nusantara telah terjadi berabad-abad silam.
Tersebarnya Islam di Nusantara tidak semata-mata dibawa oleh orang Arab yang
kemudian diterima oleh masyarakat pribumi. Akan tetapi, ada beberapa faktor
yang menyebabkan Islam dapat diterima dengan baik di Nusantara. Ada faktor
perdagangan, pernikahan, ajaran tasawuf, pesantren, kesenian, dan politik.
Pendapat Azyumardi Azra dalam bukunya Islam Nusantara: Jaringan Global dan
Lokal menyatakan bahwa “Islam di Nusantara dibawa langsung dari Tanah Arab
pada abad ke-7 yang diperkenalkan langsung oleh para guru atau juru dakwah dan
orang yang pertama kali masuk Islam adalah para penguasa.”1 Pendapat lain
mengatakan bahwa masuknya Islam ke Nusantara yaitu pada sekitar abad ke-9
dimulai dengan datangnya orang Arab Hadramaut yang hijrah ke seluruh belahan
dunia hingga sampai ke Nusantara.2 Kebanyakan orang Arab yang bermukim di
Nusantara berasal dari Hadramaut, dan sebagian lagi ada yang berasal dari
Muskat, Tepian Teluk Persia, Yaman, Hijaz, Mesir, atau dari pantai Timur
Afrika.3
Masuknya Islam yang dibawa oleh padagang-pedagang Arab, yang pada
awalnya datang untuk membeli rempah-rempah yang diperlukan untuk dijual
kembali di negara mereka, menjadikan orang Arab di Nusantara banyak yang
berprofesi sebagai pedagang perantara, pedagang kecil, pemilik toko, dan
penyedia barang dan jasa yang tidak dilakukan pendatang dari Eropa.
Di samping melakukan perdagangan, para pedagang Muslim tersebut juga
memperkenalkan ajaran Islam kepada penduduk setempat. Artinya, sambil
1 Azyumardi Azra, Islam Nusantara : Jaringan Global dan Lokal, (Bandung : Mizan,
2002), h. 31 2 Abdul Qadir Umar Mauladdawilah, 17 Habaib Berpengaruh di Indonesia, cet. VII,
(Malang: Pustaka Bayan, 2010), h. 5 3 L. W. C. van den Berg, Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara, (Jakarta: INIS, 1989),
h. 67
2
berdagang mereka mengajarkan syariat Islam, hingga ada di antara mereka yang
melakukan perkawinan dengan perempuan pribumi yang sudah lebih dahulu
memeluk Islam. Interaksi unsur agama Islam melalui perkawinan oleh penduduk
lokal maupun bangsawan dan elite kerajaan ini pada gilirannya membentuk inti
masyarakat Muslim yang hingga saat ini menjadi titik tolak perkembangan Islam
yang semakin lama semakin meluas di kalangan masyarakat setempat.4 Dengan
banyaknya masyarakat pribumi yang mengubah keyakinannya kepada Islam,
maka para penguasa pribumi Nusantara dapat berpartisipasi secara lebih luas dan
menguntungkan dalam perdagangan internasional, dan para pedagang Muslim
mendapat kemudahan untuk mendapatkan ekspor dan impor komoditas yang
diperlukan pasaran dunia.5
Komunitas Arab sudah menetap di Jakarta sejak berabad-abad lamanya.
Selain orang Arab ada juga komunitas Cina, di zaman kolonial kedua ras ini
disebut sebagai Timur Asing atau Vreemde Osterlingan.6 Akan tetapi, jumlah
penduduk keturunan Arab lebih sedikit dibanding dengan keturunan Cina.
Kelompok Arab di Batavia, telah menjadi kelompok yang besar di Nusantara
meskipun baru berumur setengah abad, sehingga pemerintah Belanda
mengharuskan adanya kepala kelompok, karena sebelumnya orang Arab masih
dalam kelompok-kelompok kecil yang menetap di wilayah pribumi, terutama di
wilayah yang ditinggali orang Benggali yang dalam bahasa Melayu disebut
Pekojan, artinya “tempat orang koja”.7 Lama kelamaan orang Benggali digantikan
oleh orang Arab. Di Pekojan hanya terdapat beberapa orang Cina dan sebagian
besar pribumi. Pendatang Arab di Batavia lebih dari seratus setiap tahunnya, dan
sebagian pendatang ini kemudian menetap. Jadi, kelompok Arab di Batavia telah
berkembang dan jumlah anggotanya melampaui kelompok-kelompok yang lain.8
4 Esa Damar Pinuluh, Pesona Majapahit, (Yogyakarta: BUKUBIRU, 2010), h. 132
5Esa Damar Pinuluh, Pesona Majapahit, ... h. 130
6Firman Lubis, Jakarta 1960-an: Kenangan Semasa Mahasiswa, (Jakarta: Masup Jakarta,
2008), h. 59 7Dalam bahasa Melayu, kojah dari bahasa Persia Khawajah berarti „Benggali‟, atau lebih
tepat „penduduk asli Hindustan‟. 8L. W. C. van den Berg, Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara..., h. 73
3
Ada tiga fase yang menunjukkan eksistensi Islam di Batavia. Pertama, saat
Sunda Kelapa berhasil ditaklukkan oleh Fatahillah. Pada fase itu seluruh
kehidupan sosial, ekonomi, politik di Jayakarta didasari pada ajaran Islam dan
mendapat pengawasan langsung dari Kesultanan Cirebon.9 Kedua, sejak
banyaknya masjid dan pusat-pusat kegiatan Islam yang didirikan pada abad ke-
18.10
Selain menggambarkan perkembangan Islam di Batavia, masjid-masjid itu
juga menggambarkan adanya percampuran berbagai kelompok etnis yang menjadi
landasan bagi munculnya kelompok etnis baru yang kemudian
mengidentifikasikan diri mereka sebagai orang Islam di Batavia.11
Langkah mendirikan bangunan masjid memang memiliki peran. Di
antaranya adalah peran sebagai tempat kaum Muslimin untuk beribadah dan
mendekatkan diri kepada Allah SWT, beri‟tikaf, membersihkan diri, tempat
bermusyawarah kaum Muslimin untuk memecahkan persoalan-persoalan yang
timbul dalam masyarakat, tempat berkonsultasi, tempat membina keutuhan ikatan
jama‟ah dan kegotong-royongan di dalam mewujudkan kesejahteraan bersama,
tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader pimpinan umat, dan tempat
pengaturan dan kegiatan sosial.
Ketiga, semakin berkembangnya penggunaan bahasa Melayu Betawi pada
abad ke-19, yang disebabkan karena menghilangnya pengaruh bahasa Portugis.
Bahasa Melayu Betawi itu 93% merupakan kosa kata bahasa Indonesia dan 7%
berasal dari bahasa Jawa, Sunda, Bali, dan Cina. Jadi, secara linguistis bahasa
Betawi adalah bahasa Melayu.12
Perbedaan dialek antara Melayu Betawi dari
bahasa Indonesia yaitu banyaknya vokal „e‟ pada kosakata bahasa Betawi, seperti
ape, ade, aye, dan sebagainya. Sepertinya penggunaan bahasa Melayu Betawi ini
9Muhammad Zafar Iqbal, Islam di Jakarta Studi Sejarah Islam dan Budaya Betawi, (Jakarta
: Disertasi Program Pasca Sarjana IAIN, tidak diterbitkan 2002), h. iii 10
Abdul Azis, Islam dan Masyarakat Betawi, (Jakarta: LP3S, 2002), h. 45 11
Masjid pertama yang didirikan adalah masjid Al-Mansur di Kampung Sawah, Jembatan
Lima pada tahun 1777, lalu masjid Pekojan yang didirikan di Perkampungan Arab pada tahun
1755, pada tahun 1761 berdiri masjid Kampung Angke di perkampungan orang-orang Bali,
kemudian masjid Kebon Jeruk yang didirikan oleh peranakan Cina Islam tahun 1786, dan masjid
yang didirikan orang-orang Banda di Kampung Banda tahun 1789. 12
Muhadjir, Bahasa Betawi: Sejarah dan Perkembangannya, (Jakarta: Puslitbang
Kemasyarakatan dan Kebudayaan (PMB-LIPI) dengan The Ford Foundation, 2000), H. 61
4
berkaitan erat dengan proses Islamisasi orang Betawi. Mereka bukan saja
menggunakan bahasa Melayu menjadi bahasa komunikasi sehari-hari masyarakat
Betawi, akan tetapi mereka juga telah menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.
Adapun penyebaran Islam yang dibawa oleh para ulama Betawi yang
belajar di Makkah, sangat menentukan corak pendidikan yang mereka
sebarluaskan di kalangan orang Betawi. Ciri utama dalam corak ini ialah
kecenderungan yang kuat dalam mempertahankan tradisi pemahaman Islam
melalui khazanah intelektual sebagaimana terkandung dalam kitab-kitab klasik
berbahasa Arab (Kitab Kuning).13
Seperti pengalaman belajar mereka di tanah
suci yang umumnya berbentuk halaqah di masjid, model belajar dan materi yang
mereka terapkan kepada murid-murid mereka di tanah air juga tidak jauh berbeda.
Jadi dapat dikatakan bahwa corak pendidikan seperti majelis ta‟lim sudah
dikembangankan oleh para ulama betawi abad ke-19, yang menerapkan model
halaqah dalam penyebaran ilmu agama Islam kepada masyarakat Betawi.
Tradisi keagaman yang dibawa oleh orang-orang Timur Tengah memang
tidak sedikit di Indonesia. Di antaranya, adalah tradisi pesantren yang mempunyai
akar dari Timur Tengah seperti pelajaran yang menggunakan kitab-kitab
berbahasa Arab (Kitab Kuning) dan pengajaran model halaqoh. Hal ini sesuai
dengan yang dinyatakan oleh Martin Van Bruinessen bahwa dalam waktu hampir
dua abad lamanya, para “ulama Jawi” telah menyerap tradisi dari kawasan Timur
Tengah itu, untuk dijadikan standar baku bagi kawasan Nusantara.14
Adapun jasa ulama Arab telah memainkan peranan penting dalam proses
dan perkembangan Islam di kalangan masyarakat Betawi, ditandai tersebarnya
majelis-majelis ta‟lim yang telah diikuti oleh masyarakat pribumi (Betawi). Jasa
lain yang sesuai pengamatan terakhir, bahwa keturunan Arab di Nusantara
cenderung berasimilasi dengan masyarakat pribumi,15
sehingga melahirkan
13
Abdul Aziz, Islam dan Masyarakat Betawi..., h. 62 14
Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di
Indonesia, (Bandung: Mizan, 1999), h. 13 15
L. W. C. van den Berg, Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara..., h. 72
5
kebudayaan Betawi yang bernapaskan Islam seperti yang terlihat pada
masyarakat Kelurahan Batu Ampar Condet.
Identifikasi orang Betawi terhadap Islam dalam berbagai aspek
kehidupannya termasuk tradisi keagamaan di Kelurahan Batu Ampar Condet,
agaknya sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Clifford Geertz bahwa agama
eksis dan termanifestasikan dalam setiap aktivitas kemanusiaan. Dengan demikian
agama tidak bisa dilepaskan dari segala aspek kemanusiaan dan segala perubahan
yang bersifat alami atau manusiawi”.16
Di tengah arus globalisasi seperti saat ini, majelis ta‟lim tampak seperti
sebuah fenomena. Majelis ta‟lim yang terdiri atas dua kata yaitu “majelis” yang
berarti pertemuan (kumpulan) orang banyak dan “ta‟lim” berarti pengajaran
agama atau pengajian.17
Maka majelis ta‟lim dapat diartikan sebagai gambaran
sebuah suasana di mana para Muslim berkumpul untuk melakukan kegiatan yang
tidak terikat seperti “pengajian”. Sebagai forum pengajian, maka majelis ta‟lim
menjadi lembaga yang menampung jama‟ah dari berbagai latar belakang dan
lapisan.18
Pengajian Nabi Muhammad SAW yang diadakan secara sembunyi di
rumah sahabat Arqam bin Abil Arqam r.a. di Makkah saat itu, tidak disebut
majelis ta‟lim. Akan tetapi, dalam pengertian sekarang pengajian tersebut dapat
dianggap sebagai majelis ta‟lim. Setelah Allah SWT menurunkan perintah untuk
menyiarkan Islam secara terang-terangan, pengajian seperti itu berkembang di
tempat-tempat lain yang menyelenggarakan pengajiannya secara terbuka.
Selanjutnya di zaman Kerajaan Samudra Pasai yang dipimpin oleh Raja Malik
Az-Zahir, sebagai raja yang terkenal sangat alim dalam ilmu agama, raja
16
Zakiyudin Baidhawy, Agama dan Pluralitas Budaya Lokal, (Surakarta: Pusat Studi
Budaya dan Perubahan Sosial , UMS, 2003), h. 3 17
Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah Di Lingkungan Majelis Taklim, (Bandung : Mizan,
1997), h. 5 18
Khozin, Jejak-jejak Pendidikan Islam di Indonesia, (Malang: Universitas
Muhammadiyah, 2006), h. 240
6
mengadakan pengajian sampai waktu ashar.19
Materi yang diajarkan yaitu
pelajaran agama dalam bidang syari‟at yaitu fikih mazhab Syafi‟i, dan sistem
pengajarannya berupa majelis ta‟lim dan halaqoh.
Perkembangan majelis ta‟lim telah meluas pada kegiatan–kegiatan modern
seperti seminar, tour dakwah, peningkatan dan pendalaman wawasan, kunjungan
ke pusat–pusat kegiataan penting masyarakat, serta pertemuan dengan para
pejabat tinggi negara dan tokoh masyarakat. Pada umumnya majelis ta‟lim adalah
lembaga swadaya masyarakat.20
Majelis ta‟lim didirikan, dikelola dan
dikembangkan atas dukungan anggotanya. Oleh karena itu majelis ta‟lim
merupakan wadah masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Daerah Condet sendiri merupakan salah satu kota yang ada di Jakarta,
kawasan Condet meliputi 3 kelurahan, yaitu Kelurahan Batu Ampar, Kampung
Tengah (Kampung Gedong) dan Bale Kambang, termasuk wilayah Kecamatan
Kramat Jati, Kotamadya Jakarta Timur. Nama Condet berasal dari sebuah anak
sungai Ci Liwung, yaitu Ci Ondet.21
Wilayah ini tadinya merupakan tebing,
karena terdapat sungai Ciliwung yang melintasi Condet. Di sana pohon-pohon
salak hampir menutupi rumah-rumah yang sebagian di antaranya masih dihiasi
ukiran dan pola bergaya Betawi kuno. Pada sisi lain, Condet merupakan
kecamatan yang melestarikan budaya Betawi yang berada di pinggiran kota. Sejak
dinyatakan sebagai kawasan cagar budaya pada tahun 1976, penduduk Condet
mengeluhkan peraturan yang dimaksudkan untuk menghambat gelombang
pembangunan yang ada di sekeliling mereka.22
Di Condet pada umumnya dan kelurahan Batu Ampar pada khusunya
majelis ta‟lim telah menjadi kegiatan rutin ibu-ibu yang ingin memanfaatkan
waktunya untuk menambah wawasan tentang ilmu agama. Banyaknya masyarakat
19
Sofyan Rofi, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Deepublish, 2016), h.
6 20
Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah Di Lingkungan Majelis Taklim..., h. 75 21
Rachmat Ruchiat, Asal-usul Nama Tempat di Jakarta, (Jakarta: Masup Jakarta, 2012), h.
49 22
Susan Blackburn, Jakarta: Sejarah 400 Tahun, (Jakarta: Masup Jakarta, 2011), h. 350
7
asli Betawi yang beragama Islam telah mendominasi wilayah ini, menjadikan
majelis ta‟lim dapat berkembang di masyarakatnya.23
Masyarakat Condet
mengalami asimilasi dari latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda, di mana
Condet menjadi tempat yang banyak didatangi oleh masyarakat keturunan Arab.
Oleh karena itu, di Condet banyak tersebar majelis-majelis ta‟lim yang didirikan
oleh masyarakat keturunan Arab maupun pribumi. Di Kelurahan Batu Ampar
Condet, majelis ta‟lim lebih banyak didirikan oleh masyarakat pribumi dan ada
pula beberapa majelis ta‟lim yang didirikan oleh masyarakat keturunan Arab.
Pemilihan objek Perkembangan dan Pengaruh Majlis Ta‟lim di Kelurahan
Condet Batu Ampar didasari oleh beberapa faktor. Pertama, majelis ta‟lim
merupakan salah satu tempat pendidikan non formal yang banyak didirikan di
Condet Batu Ampar. Majelis ta‟lim yang ada tidak hanya untuk kaum ibu-ibu.
Ada juga pengajian bapak-bapak, remaja dan anak-anak. Kedua, pendirian majelis
ta‟lim semakin lama terus berkembang dan banyak, sehingga setiap RT (Rukun
Tetangga) dari kelurahan Condet Batu Ampar memiliki sedikitnya satu majelis
ta‟lim di lingkungannya. Ketiga, majelis ta‟lim memberikan pengaruh bagi para
jama‟ah dari aspek pendidikan, keagamaan, pembinaan akhlak, sosial-budaya, dan
ekonomi.
Berdasarkan beberapa sumber, penulis berkesimpulan bahwa masyarakat
Muslim telah menjadi mayoritas di kelurahan Condet Batu Ampar. Dengan
banyaknya majelis ta‟lim yang ada, telah menjadikan masyarakat Condet Batu
Ampar masyarakat yang religius, hal ini dapat dilihat dari antusias masyarakat
terhadap pengajian agama yang diadakan mulai dari anak-anak sampai orang tua.
Perbedaan pengajaran antara majelis ta‟lim yang didirikan oleh pribumi dan
majelis ta‟lim yang didirikan oleh orang keturunan Arab. Kemudian, dengan
adanya respon masyarakat terhadap majelis ta‟lim dapat dinilai, masyarakat lebih
antusias untuk datang ke majelis ta‟lim yang didirikan oleh pribumi atau majelis
23
Berdasarkan hasil wawancara dengan Hj. Maryam sebagai tokoh masyarakat pribumi
Condet, beliau mengatakan bahwa masyakarat Condet khususnya Kelurahan Batu Ampar
kebanyakan orang Betawi asli jadi, dari tahun 1970-an sudah banyak yang mendirikan pengajian-
pengajian.
8
yang didirikan oleh orang keturunan Arab. Kesenjangan antara majelis ta‟lim
yang banyak dan jama‟ahnya yang sedikit pun menjadi satu hal yang menarik
dikaji dalam skripsi ini.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas penulis menduga bahwa kedatangan orang Arab
di Indonesia, hingga masuk dan berbaur dengan masyarakat Betawi khususnya
masyarakat Condet, turut mempengaruhi tradisi keagamaan di daerah tersebut.
Pengaruh-pengaruh tentang ajaran Islam yang dibawa oleh masyarakat keturunan
Arab dapat dibuktikan, seperti banyaknya majelis ta‟lim yang telah didirikan oleh
masyrakat Condet sendiri, khususnya masyarakat kelurahan Condet Batu Ampar.
Banyak majelis ta‟lim yang didirikan dan dikembangkan secara turun-temurun.
Terdapat beberapa fenomena yang berhasil diidentifikasi penulis, di antaranya
adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh tradisi keagamaan terhadap masyarakat Condet.
2. Ketidak seimbangan Majelis ta‟lim dengan jumlah jama‟ah.
3. Majelis ta‟lim sebagai warisan yang turun-temurun.
4. Perkembangan majelis ta‟lim di Kelurahan Condet Batu Ampar setiap
tahun.
5. Majelis ta‟lim mempunyai pengaruh bagi kehidupan masyarakat
Condet Batu Ampar.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dari lima permasalahan yang penulis berhasil identifikasi, akhirnya
penulis membatasi permasalahan dalam skripsi ini pada permasalahan seputar
perkembangan majlis ta‟lim di kelurahan Condet Batu Ampar, serta pengaruh
majlis ta‟lim bagi masyarakat kelurahan Condet Batu Ampar. Batas tahun yang
digunakan ialah pada tahun 1965-2010. Ada tiga rumusan masalah, yaitu:
1. Bagaimanakah gambaran umum kelurahan Condet Batu Ampar?
2. Bagaimanakah perkembangan majelis Ta‟lim di kelurahan Condet
Batu Ampar?
9
3. Apakah pengaruh Majelis Ta‟lim bagi masyarakat kelurahan Condet
Batu Ampar?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Menjelaskan gambaran umum tentang kelurahan Condet Batu Ampar,
dari segi kondisi sosial, keagamaan, pendidikan dan ekonomi.
2. Menjelaskan perkembangan jumlah majelis ta‟lim di kelurahan Condet
Batu Ampar.
3. Menjelaskan pengaruh majelis ta‟lim bagi masyarakat kelurahan
Condet Batu Ampar, dalam aspek pendidikan, aspek keagamaan, aspek
pembinaan akhlak, aspek sosial-budaya, dan aspek ekonomi.
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Meningkatkan minat penelitian dan pengkajian terkait perkembangan
majelis ta‟lim yang berada di tengah-tengah kota Jakarta khususnya
majelis ta‟lim di kalangan masyarakat Kelurahan Batu Ampar Condet,
yang sebelumnya pembahasan ini tidak banyak menjadi sorotan,
terutama oleh mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Menjawab permasalahan sejarah secara mendetail dengan
menggunakan metode sejarah yang ilmiah. Agar penelitian ini dapat
memeberikan sumbangan yang berarti terhadap pengkajian tradisi
keagamaan yang terdapat di Asia Tenggara, khususnya bagi mereka
yang menaruh perhatian terhadap perkembangan majelis-majelis
Ta‟lim yang terdapat di kelurahan Condet Batu Ampar, serta pengaruh
majelis ta‟lim terhadap masyarakat Condet Batu Ampar.
E. Tinjauan Pustaka
Sejauh yang penulis temukan, literatur tentang perkembangan majelis
ta‟lim dan pengaruhnya di Batu Ampar, yang terkait dengan tradisi keagamaan
yang dibawa oleh orang Arab dan para ulama Betawi yang telah menyelesaikan
10
belajarnya dari Timur Tengah, yaitu memberikan pelajaran dalam bentuk
halaqah-halaqah pengajian yang umumnya disebut majelis ta‟lim, belum ada
yang ditulis secara sfesifik yang terkait dengan pembahasan majelis ta‟lim yang
berkembang di kelurahan Batu Ampar serta pengaruhnya bagi masyarakat.
Berikut literatur yang dijadikan tinjauan pustaka:
Buku yang berjudul Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara merupakan
karya L. W. C. van den Berg. Dalam buku ini dijelaskan sejarah kedatangan
bangsa Arab ke Nusantara yang akhirnya menetap di Indonesia dan membentuk
komunitas-komunitas Arab. Buku ini membantu penulis untuk menjelaskan asal
mula terbentuknya majelis ta‟lim yang berada di Condet, yang dibawa oleh orang
Arab Hadramaut. Kemudian, penjelasan tentang tradisi keagamaan dijelaskan
secara umum. Perbedaan buku ini dengan skripsi penulis adalah bahwa, penulis
mengambil spesifikasi wilayah yaitu majelis ta‟lim di kelurahan Condet Batu
Ampar, serta menjelaskan perkembangan majelis ta‟lim serta pengaruhnya di
Condet Batu Ampar.
Buku yang berjudul Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim ditulis
oleh Tutty Alawiyah. Buku ini sangat membantu penulis dalam menjelaskan
tentang majelis ta‟lim, mulai dari strategi-strategi dakwah di majelis ta‟lim,
mengembangkan kelembagaan yang ada di majelis ta‟lim dan cara
mengembangkan majelis ta‟lim. Perbedaan skripsi penulis dengan buku ini adalah
bahwa majelis ta‟lim yang dikaji berbeda tempat walaupun masih dalam satu
lingkup Ibukota. Kemudian, buku ini tidak membahas tentang perkembangan dan
pengaruh majelis ta‟lim akan tetapi lebih kepada cara-cara berdakwah di
lingkungan majelis ta‟lim.
Skripsi yang berjudul Asimilasi Sosial-Budaya Komunitas Keturunan Arab
di kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur ditulis oleh Titin Widarti yang
merupakan mahasiswa UIN Jakarta Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Dalam
skripsinya, Titin lebih menjelaskan tentang terjadinya asimilasi antara komunitas
Arab dan masyarakat Condet antara perkawinan dan budaya. Skripsi ini juga
11
membatu penulis dalam memilih budaya apa saja yang telah bercampur antara
komunitas Arab dan masyarakat Condet, seperti majelis ta‟lim yang dibawa oleh
orang Arab yang datang ke Nusantara. Kemudian, persamaan tempat kajian dapat
membantu penulis dalam menjelaskan hal yang terkait tentang Condet.
Selain itu buku Abdul Azis, Islam dan Masyarakat Betawi, memang
menjelaskan bagaimana Islam menjadi faktor pembeda antara etnis Betawi dengan
etnis lain di Jakarta pada masa kolonial, akan tetapi buku ini tidak menjelaskan
tentang majelis ta‟lim. Pulangnya ulama-ulama Betawi dari Timur Tengah,
membawa corak pendidikan agama yang berbentuk halaqah yang dalam
perjalanannya berganti menjadi majelis ta‟lim.
Dari referensi yang penulis temukan di atas, penulis belum menemukan
buku-buku, jurnal maupun hasil penelitian yang menjelaskan tentang
perkembangan majelis ta‟lim dan pengaruhnya di Kelurahan Condet Batu Ampar.
Penulis merasa bahwa tema yang penulis kembangkan ini akan menjadi karya
sejarah yang berbeda dan tidak sama dengan karya sejarah lainnya.
F. Kerangka Teori
Dalam penelitian perkembangan majelis ta‟lim dan pengaruhnya di
Kelurahan Batu Ampar Condet, penulis menggunakan teori fungsionalisme
struktural yang dikembangkan oleh Robert K. Merton yang dianggap relevan
dalam kaitannya dengan analisa fungsi majelis ta‟lim melalui pendekatan
sosiologi. Menurut Robert K. Merton analisis struktural memusatkan perhatian
pada kelompok sosial, organisasi, masyarakat dan kebudayaan. Teori
fungsionalisme struktural memandang masyarakat sebagai suatau sistem yang
teratur dan terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain,
yang di mana bagian yang satu tidak dapat berfungsi tanpa ada hubungan dengan
bagian lain. Jika terjadi perubahan di satu bagian maka akan menyebabkan
ketidakseimbangan bahkan menyebabkan perubahan pada bagian lainnya.
Adapun teori fungsionalisme strukural Robert K. Merton adalah
menekankan kepada keteraturan dan mengabaikan perubahan-perubahan dalam
12
masyarakat. Konsep utamanya adalah fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi
manifes dan keseimbangan.24
Teori tersebut menjelaskan bahwa masyarakat
merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian yang saling
berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Masyarakat yang terdiri dari
kumpulan individu-individu membentuk kelompok sosial, organisasi, dan
lembaga, yaitu untuk mencapai keseimbangan sosial.
Menurut Robert K. Merton, fungsi adalah akibat yang dapat diamati yang
dapat menuju adaptasi atau penyesuain diri dalam suatu sistem.25
Majelis ta‟lim
merupakan bagian dari kultur sosial yang dapat diamati oleh anggota majelis
ta‟lim. Tugas sebagai anggota majelis ta‟lim adalah menerapkan ilmu yang telah
didapat dari setiap pengajian. Majelis ta‟lim sebagai wadah menuntut ilmu di
lingkungan masyarakat, menjadikan anggotanya harus menjalankan fungsinya
sebagai penyebar ilmu di keluarga dan lingkungan sekitarnya. Adapun konsep
disfungsi yang merupakan salah satu cara untuk memperbaiki dan menutupi
kelemahan dalam teori fungsionalisme struktural. Definisi dari disfungsi sendiri
yaitu sebagai sebab negatif yang muncul dalam penyesuain sebuah sistem.
Robert K. Merton juga memperkenalkan konsep fungsi manifes yaitu
fungsi yang diharapkan, sedangkan fungsi laten yaitu fungsi yang tidak
diharapakan. Sebagai contoh, peran majelis ta‟lim terhadap peningkatan keilmuan
anggotanya baik keilmuan yang bersifat religi ataupun yang bersifat umum, tetapi
juga terkandung fungsi yang tersembunyi, dengan keadaan majelis ta‟lim yang
sederhana dan anggota yang mengikutinya. Setiap tindakan akan mempunyai
akibat, entah itu akibat yang diharapkan ataupun akibat yang tidak diharapkan.
Masyarakat memiliki banyak keanekaragaman, fungsi keanekaragaman ini
dapat dilihat dalam struktur sosial masyarakat. Struktur sosial merupakan
serangkaian hubungan sosial yang teratur yang dapat mempengaruhi anggota
masyarakat atau kelompok tertentu dengan berbagai macam cara.26
24
George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berpradigma Ganda, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2007), h. 21 25
Robert K. Merton, Manifes and Latent Function dalam R.K Merton Sosial Theory and
Sosial Structure, (New York: Free Press), h. 105 26
George Ritzer, Teori Sosiologi dari Teori Sosiologi Klasik sampai Perkembangan
Mutakhir Teori Sosial Post Modern, (Yogyakarta: Kreasi Wacana: 2012), h. 273
13
Dalam perkembangannya, majelis ta‟lim akan memproduk anggotanya
menjadi seseorang yang faham tentang norma, Islam, intelektual, dan menjadikan
anggotanya taat kepada Allah SWT. Keinginan majelis ta‟lim di atas, tersusun
dari sistem yang teratur dan sesuai dengan keinginan dan pengharapan hubungan
antara majelis ta‟lim dan anggotanya. Majelis ta‟lim dalam hal ini akan berfungsi
sebagaimana tujuan dan harapannya, sedangkan majelis ta‟lim dalam praktek
sosialnya yang bersifat fungsional bagi anggota majelis ta‟lim secara keseluruhan
pasti menunjukkan tingginya level integrasi anggota dalam majelis ta‟lim.
Jadi secara fungsional majelis ta‟lim dapat mengokohkan landasan hidup
manusia dalam bidang mental spiritual keagamaan Islam dalam rangka
meningkatkan kualitas hidupnya secara keseluruhan, lahiriah dan batiniahnya,
duniawiah dan ukhrawiah secara bersamaan, sebagaimana ajaran agama Islam
yaitu iman dan takwa yang melandasi kehidupan duniawi dalam segala bidang
kegiatannya, fungsi demikian sesuai dengan pembangunan lingkungan
masyarakat.27
G. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis dengan pendekatan
sosial-keagamaan. Dengan menggunakan metode tersebut, penulisan sejarah
bertujuan untuk merekontrusksi peristiwa masa lampau yang bersifat
komprehensif, untuk mengetahui kronologi persitiwa, proses serta faktor-faktor
yang mempengaruhi masyarakat Condet Batu Ampar dalam perkembangan
majelis ta‟lim serta pengaruhnya.28
Adapun dalam penelitian ini penulis
mengunakan metode pengumpulan data yang meliputi 4 tahapan yaitu:29
Pertama, adalah tahapan heuristik, yaitu kegiatan mengumpulkan sumber
sejarah. Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa
sumber, yaitu : sumber primer yang bersifat tertulis, berupa sumber yang
diterbitkan seperti buku-buku, dokumen, naskah-naskah dan sumber yang tidak
27 H. M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi
Aksara, 1995). Cet. I, h. 120 28
Sartono Kartodirdjo, Pendekatan llmu Sosial dalam Metodelogi Sejarah, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 1992), h .4-5, 144-156 29
Muhamad Arif, Pengantar Kajian Sejarah, (Bandung: Yrama Widy, 2001), h. 32
14
diterbitkan seperti sumber tertulis di arsip, dokumen negara, kemudian wawancara
dan pengamatan langsung. Adapun sumber data sekunder seperti, buku-buku,
tesis, disertasi, majalah, surat kabar, jurnal serta sumber elektronik dari website
milik instansi resmi daerah maupun pemerintah.
Adapun pengumpulan data-data dilakukan dengan menggunakan metode
penelusuran kepustakaan (Library Research) dengan merujuk kepada sumber-
sumber yang berhubungan dengan tema skripsi ini. Dalam hal ini, penulis
mengunjungi beberapa lembaga yang memiliki koleksi buku maupun arsip terkait
tema penelitian ini, seperti Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) untuk
memperoleh data berupa arsip-arsip, Perpusatakaan Fakultas Adab dan
Humaniora, Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mencari
buku-buku maupun skrispi dengan tema serupa dan Perpustakaan Negara
Republik Indonesia (PNRI), Perpustakaan Daerah Jakarta Timur, Perpustakaan
Walikota Jakarta Timur serta mencari buku-buku terkait di beberapa toko buku
yang ada di wilayah Jakarta untuk memperkaya sumber-sumber bagi penulis.
Tahapan kedua, adalah kritik sumber. Penulis berusaha membandingkan,
menganalisis dan mengkritisi beberapa sumber yang telah penulis dapat, baik
sumber primer, sekunder maupun sumber elektronik guna mendapat sumber yang
valid dan relevan dengan tema kajian.
Tahapan ketiga adalah interpretasi data, yakni penulis melakukan analisa
sejarah untuk mengungkap masalah yang ada, dalam hal ini penulis berusaha
melihat fakta yang penulis dapat dari pengumpulan data dan kritik sumber,
sehingga memperoleh pemecahan atas masalah tersebut.
Keempat adalah tahapan historiografi yang merupakan cara penulisan,
pemaparan atau laporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan.30
Penulis
menuliskan hasil pemikiran dari penelitian serta memaparkan hasil dari penelitian
sejarah secara sistematik yang telah diatur dalam pedoman penulisan skripsi,
30
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, (Yogyakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999), h. 54
15
sehingga penelitian ini bukan hanya baik dari segi isi tetapi juga baik dalam
metode penulisannya.
H. Sistematika Penulisan
Secara keseluruhan skripsi ini terbagi menjadi lima bab dengan susunan
sebagai berikut:
Bab I berisi pendahulaun yang terdiri atas latar belakang masalah,
identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, kerangka teori, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II membahas mengenai gambaran umum kelurahan Condet Batu
Ampar yang meliputi penjelasan tentang letak geografis, kondisi sosial
keagamaan, kondisi pendidikan dan kondisi ekonomi masyarakat Condet Batu
Ampar.
Bab III membahas mengenai perkembangan majelis ta‟lim di Kelurahan
Condet Batu Ampar, yang meliputi asal-usul berdirinya majelis ta‟lim, penjelasan
tentang kuantitas perkembangan majelis ta‟lim, dan bentuk-bentuk majelis ta‟lim
dan respon masyarakat terhadap majelis ta‟lim yang ada di Kelurahan Condet
Batu Ampar.
Bab IV membahas mengenai pengaruh majlis ta‟lim di kelurahan Condet
Batu Ampar bagi masyarakat. Bab ini menjelaskan tentang aspek-aspek seperti,
aspek pendidikan, aspek keagamaan, aspek pembinaan akhlak, aspek sosial dan
budaya, dan aspek ekonomi.
Bab V berisi penutup yang terdiri atas kesimpulan jawaban dari
permasalahan penelitian ini, dan saran-saran yang menjadi masukan-masukan
untuk perbaikan penelitian selanjutnya.
16
BAB II
GAMBARAN UMUM MENGENAI KELURAHAN BATU AMPAR
CONDET JAKARTA TIMUR
A. Letak Geografis Kelurahan Batu Ampar
Condet merupakan salah satu kelurahan yang berada di Jakarta Timur,
wilayah Jakarta Timur dibentuk berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta No. Id
3/1/1/66 tanggal 12 Agustus 1966. SK tersebut mulai berlaku tanggal 1 September
1966.31
Jakarta Timur adalah salah satu wilayah di Jakarta yang dipimpin oleh
seorang Walikota. Berdasarkan data statistik, Jakarta Timur pada tahun 2004
memiliki luas wilayah 187.75 Km² dan menjadi wilayah kota terluas dengan
penduduk yang padat.32
Condet merupakan kelurahan yang saat ini berpecah menjadi 3
Kelurahan. Kota yang awalnya adalah perkebunan salak, kini menjadi kawasan
yang meliputi 3 kelurahan, yaitu Kelurahan Batu Ampar, Kampung Tengah
(Kampung Gedong) dan Bale Kambang. Kelurahan Batu Ampar yang berada di
Kecamatan Keramat Jati, Kotamadya Jakarta Timur, mempunyai batas-batas
wilayah sebagai berikut:33
Wilayah Batas-batas Wilayah
Utara Jalan Kumbang ( Kelurahan Cililitan )
Timur Kali Baru ( Kelurahan Kramat Jati )
Selatan Jalan Inerbang, Jalan Inpres
Kelurahan Tengah dan Jalan Damai
Kelurahan Gedong
31
Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, Dinas Kebudayaan, dan
Permusiuman, culture & Heritage, cet. Ke-II, (Ensiklopedia Jakarta : Dinas Kebudayaan, dan
Permusiuman, 2005), h. 17 32
Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, Dinas Kebudayaan, dan
Permusiuman..., h. 18 33
Laporan Tahunan Kelurahan Batu Ampar, Tentang Gambaran Umum Daerah,
(Jakarta: Februari, 2015), h. 2
17
Barat Jalan Condet Raya Kelurahan
Balekambang
Sumber data Kelurahan Batu Ampar Condet tahun 2015
Kelurahan Batu Ampar merupakan salah satu Kelurahan yang ditetapkan
sebagai Cagar Budaya dan buah-buahan sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur
KDKI Jakarta Nomor D.1-7903a/30/1975 tanggal 18 Desember 1975 tentang
penegasan "Penetapan Kelurahan Condet Batu Ampar, Kelurahan Condet
Balekambang dan Kelurahan Condet Kampung Tengah, Kecamatan Kramat Jati
Kota Administrasi Jakarta Timur sebagai daerah cagar buah-buahan”.34
Berdasarkan data sensus kependudukan yang dikeluarkan oleh Kelurahan
Batu Ampar, sampai bulan Februari 2015 ada sebanyak 14.778 Kepala Keluarga
(KK) terdiri dari KK laki-laki, 9.128 KK dan KK perempuan, 5.650 KK, dengan
keseluruhan penduduk berjumlah 51.740 jiwa yang terdiri dari laki-laki, 26.248
jiwa dan perempuan, 25.492 jiwa. Dalam tabel berikut bisa kita lihat keadaan
jumlah penduduk di Kelurahan Batu Ampar Condet.35
Kemudian, pada jumlah
masyarakat menurut agama yang dianut yaitu, Muslim sebanyak 47.083 jiwa
sedangkan agama selain Islam ada sebanyak 4.657 jiwa. Maka dapat dikatakan
bahwa penduduk Condet Batu Ampar mayoritas Muslim.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Umur WNI WNA Jumlah
LK PR LK PR WNA+WNI
0-4 1.174 1.101 0 0 3.449
5-9 1.262 1.150 0 0 3.412
10-14 1.390 1.405 0 0 2.795
34
Laporan Tahunan Kelurahan Batu Ampar, Tentang Gambaran Umum Daerah, (Jakarta:
Februari, 2015), h. 2 35
Laporan Tahunan Kelurahan Batu Ampar, Tentang jumlah penduduk berdasar umur
dan jenis kelamin, (Jakarta: Februari, 2015), h. 14
18
15-19 1.652 1.708 0 0 3.360
20 – 24 2.024 1.992 0 0 4.016
25 – 29 2.747 2.194 1 0 4.942
30 – 34 2.995 2.941 1 0 5.937
35 – 39 2.731 2.840 1 0 5.572
40 – 44 2.470 2.469 1 0 3.940
45 - 49 2.238 1.865 1 0 3.104
50 – 54 1.310 1.460 0 0 2.770
55 – 59 1.031 1.226 0 0 2.257
60 – 64 992 1.164 0 0 2.156
65 – 69 943 751 0 0 1.694
70 – 74 764 660 0 0 1.424
>75 525 566 0 0 1.591
Jumlah 26.248 25.492 5 0 51.745
Sumber data Kelurahan Batu Ampar Condet tahun 2015
Untuk mengetahui produktivitas penduduk di suatu wilayah, dapat
digunakan menggunakan Angka Beban Tanggungan atau Dependency Ratio.
Angka Beban Tanggungan sendiri adalah angka yang menyatakan perbandingan
antara banyaknya orang yang berumur tidak produktif (umur belum produktif itu
umur dibawah 15 tahun dan umur tidak produktif lagi yaitu usia 65 tahun ke atas)
dengan yang berumur produktif (umur 15-64 tahun).36
36
Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015, (Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2016), h.
5
19
Angka tersebut dapat digunakan sebagai indikator kasar yang
menunjukkan keadaan ekonomi suatu wilayah. Dilihat dari data penduduk
Kelurahan Condet Batu Ampar, orang yang berumur tidak produktif yaitu 9.656
orang berada di umur belum produktif dan 4.709 orang berada di umur tidak
produktif lagi. Jadi, jumlah orang yang berumur tidak produktif ada 14.365 orang.
Sedangkan orang yang berumur produktif berjumlah 38.054 orang. Jadi dapat
disimpulkan bahwa masyarakat Kelurahan Condet Batu Ampar masih dapat
menanggung dan membiayai hidup orang yang berumur belum produktif dan
tidak produktif lagi.
Adapun luas wilayah Kelurahan Batu Ampar adalah 255.025 Hektar,
terbagi menjadi 6 RW dan 86 RT. Dengan rincian luas wilayah per-RW sebagai
berikut: RW 01 mempunyai luas wilayah 5.743 Ha, RW 02 mempunyai luas
wilayah 32.661 Ha, RW 03 mempunyai luas wilayah 91.152 Ha, RW 04
mempunyai luas wilayah 41.719 Ha, RW 05 mempunyai luas wilayah 32.774 Ha,
dan RW 06 mempunyai luas wilayah 20.977 Ha.37
Dari sini dapat dilihat RW
yang paling luas yaitu RW 03. Penemuan penulis, RW 03 ini berada di paling
depan ketika akan masuk menuju Kelurahan Batu Ampar dari jalan raya Condet,
dan Kantor Kelurahan Batu Ampar sendiri itu terdapat di RW 03. Adapun status
tanah Kelurahan Condet Batu Ampar terdiri dari:
a. Tanah Negara: 50.190 Ha
b. Tanah Milik Adat: 202.592 Ha
c. Tanah Wakaf: 2.243 Ha
Dari jumlah keseluruhan luas wilayah Condet Batu Ampar, memiliki tanah yang
di peruntukkan sebagai:
a. Perumahan: 115.875 Ha
b. Perkebunan: 35.110 Ha
37
Laporan Tahunan Kelurahan Batu Ampar, Tentang Luas Wilayah, (Jakarta: Februari,
2015), h. 2
20
c. Fasilitas Umum: 57.500 Ha
d. Pemakaman: 4.700 Ha
e. Sarana Ibadah: 2.243 Ha
f. Irigasi dan lain-lain: 39.597 Ha
Adapun untuk masalah tanah wakaf yang berada di wilayah tersebut yang di
prosentasekan 2.243 Hektar, umumnya dipergunakan untuk bangunan masjid dan
musholla serta pemakaman umum. Sedangkan yang lainnya digunakan untuk
jalan dan kepentinngan lainnya seperti sekolah.
Pada umumnya keadaan geografis Kelurahan Batu Ampar Condet
merupakan tebing dengan kemiringan antara 15 sampai 30 derajat. Hal ini terjadi
akibat terdapat sungai Ciliwung yang melintasi Condet, dan lokasi ini umumnya
ditumbuhi pohon-pohon salak, duku, melinjo, kecapi dan lainnya, pohon-pohon
tersebut hampir menutupi sebagian rumah-rumah masyarakat, sehingga pada
tahun 1975 Kelurahan Batu Ampar ditetapkan sebagai kawasan cagar buah-
buahan khas Jakarta (Betawi) di Kelurahan Batu Ampar yang pengawasan dan
pembinaannya dilaksanakan oleh pemerintah DKI Jakarta.38
Pada sisi lain, Condet
merupakan kecamatan yang melestarikan budaya Betawi yang berada di pinggiran
kota. Sejak dinyatakan sebagai kawasan cagar budaya pada tahun 1976, penduduk
Condet mengeluhkan peraturan yang dimaksudkan untuk menghambat gelombang
pembangunan yang ada di sekeliling mereka.39
B. Kondisi Sosial Keagamaan
Sebagaimana telah diketahui, keberadaan orang-orang Arab di Jakarta
tidak semata-mata bertujuan untuk mencari kekayaan. Ada beberapa komponen
masyarakat Arab terutama dari kalangan ulama seperti Syaikh, Sayyid atau
38
Laporan Tahunan Kelurahan Batu Ampar, Tentang Gambaran Umum Daerah, (Jakarta:
Februari, 2015), h. 2 39
Susan Blackburn, Jakarta: Sejarah 400 Tahun, (Jakarta: Masup Jakarta, 2011), h. 350
21
Habaib datang secara khusus untuk mendakwahkan Islam kepada masyarakat
Jakarta.40
Pada tahun 1919 M ada penghapusan sistem pemukiman sebagian besar
orang Arab di Pekojan yang sebelumnya juga ada yang tinggal di Krukut,
Petamburan, dan Tanah Abang. Mereka menyebar ke daerah-daerah sekitarnya
seperti, Sawah Besar, Jatinegara, Tanah Tinggi dan Condet.
Seperti yang terlihat pada masyarakat Condet Batu Ampar, sebagian
masyarakatnya merupakan orang Arab yang tinggal dan menetap di Condet Batu
Ampar baik yang datang hanya untuk berdagang maupun yang datang untuk
tujuan lainnya. Adapun kalangan habaib kemudian berdakwah dan mendirikan
yayasan serta majelis-majelis ta‟lim untuk menyebarkan agama Islam di
masyarakat sekitar.
Adapun kelompok elit yang dikenal oleh masyarakat Betawi yaitu hanya
yang berkaitan dengan agama, seperti guru mengaji, para haji dan orang Arab
keturunan Nabi Muhammad SAW yang disebut Sayyid dan Habib.41
Penghormatan kepada setiap guru mengaji juga tidak sama, baik guru yang hanya
mengajar mengaji Al-Qur‟an dengan guru yang mengajar Al-Qur‟an serta
mengajar kitab kuning. Akan tetapi, penghormatan kepada setiap guru ngaji tetap
besar, baik dari kalangan masyarakat biasa ataupun dari sesama ulama. Begitu
juga yang terjadi dengan para haji, perlakuan masyarakat Betawi terhadap haji itu
cukup istimewa. Biasanya masyarakat memberikan penghormatan kepada haji
yang berkaitan dengan upacara keagamaan ataupun sosial. Kemudian, sebutan haji
juga akan selalu ada pada nama orang yang telah melaksanakan haji. Para Sayid
dan Habib juga sangat dihormati, hal ini karena mereka dipandang sebagai
40
Syaikh yang berarti orang tua. Istilah Syaikh sendiri sebenarnya hanya sebuah gelar
kehormatan bagi semua orang yang mengabdikan dirinya dalam ilmu pengetahuan, khususnya
dalam bidang keagamaan. Ada suku yang berhak menggunakan gelar Syaikh yaitu Suku Baraik
dan Suku Amudi. Adapun keluarga yang menggunakan gelar Syaikh di Indonesia adalah Bafadhel
(keturunan ahli hukum dan teologi terkenal), Bahmid, Baraja, Baharmi, Bawajir, Basyu‟aib,
Bahmuzahmi, Ba‟abbad, Bin Khathib, dan al-Zabda. Diambil dari tulisan G.F Pijper, Studien over
de Geschiedenis van de Islam in Indonesia 1900-1950, Terjemahan, Tudjimah dan Yessy
Augusdin, Beberapa Studi tentang Sejarah Islam di Indonesia 1900-1950, h. 21 41
Abdul Aziz, Islam dan Masyarakat Betawi ..., h. 38
22
keturunan Nabi yang sudah sepantasnya mereka mendapatkan penghormatan.
Selain itu, mengingat jasa mereka yang telah menyebarkan agama Islam,
mendirikan madrasah dan dari mereka pula banyak penerus para ulama yang
berkembang.
Ajaran yang mereka sampaikan pun beragam. Ada yang menggunakan
metode ceramah, pendekatan budaya, dan ada pula yang menggunakan metode
pengajaran salafiyah atau halaqah. Kebanyakan masyarakat Condet Batu Ampar
terbiasa menggunakan metode terakhir yaitu metode salafiyah atau halaqah,
karena dengan metode tersebut masyarakat dapat mendalami ilmu keagmaaan dan
terbuka bagi setiap kalangan. Dan sesuai dengan metode yang digunakan,
pengajaran yang mereka lakukan itu ada yang bersifat massal dan ada pula yang
bersifat khusus, bahkan ada yang mengajar secara privat.42
Agama yang dianut masyarakat kelurahan Batu Ampar di antaranya adalah
agama Islam dan Kristen. Kerukunan antar umat beragama selalu diupayakan di
lingkungan masyarakat Condet Batu Ampar agar terbina dan terlaksana
kesinambungan pembangunan yang kokoh serta persatuan dan kesatuan bangsa.
Hal tersebut merupakan usaha yang dapat membentengi diri dari dampak negatif
atas modernisasi dan globalisasi.43
Fungsi agama bagi kehidupan sosial adalah fungsi penentu, yang dimana
nilai-nilai agama dapat menciptakan suatu ikatan kebersamaan antara anggota-
anggota masyarakat maupun dalam hal kewajiban-kewajiban sosial yang dapat
mempersatukan masyarakat. Karena mayoritas masyarakat memeluk agama Islam,
maka dibentuklah kegiatan-kegiatan keagamaan untuk memenuhi hasrat untuk
mencari ilmu agama, di antaranya adalah kegiatan TPA, pengajian malam Jum‟at
serta kegiatan majelis ta‟lim.
Menurut informan Ibu Hj. Maryam, “Masyarakat Batu Ampar
kebanyakan orang Betawi asli jadi, dari tahun 1970-an sudah banyak pengajian”.
42
Abdul Aziz, Islam dan Masyarakat Betawi ..., h. 144 43
Uka Tjandrasasmita, Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-kota Muslim di Indonesia , (
Menara Kudus, 2000), h. 1-2
23
44 Dari pernyataan tersebut, dapat digambarkan bahwa mayoritas penduduk
Kelurahan Batu Ampar orang asli Betawi dan orang Betawi indentik dengan
Islam. Oleh karena itu perkembangan majelis ta‟lim begitu cepat di wilayah ini.
Islam telah dianut dari lahir oleh masyarakat kebanyakan.
Dapat dilihat juga bahwa masyarakat Condet merupakan masyarakat
yang agamis. Hal ini dikarenakan masyarakat Condet Batu Ampar dapat
mengikuti tradisi-tradisi yang dibawa oleh orang Arab yang datang ke
lingkungannya. Selain itu pengaruh dari habaib yang mendakwahkan Islam
kepada masyarakat Condet dapat menjadi faktor masyarakat Condet lebih agamis
dibandingkan masyarakat yg ada di luar Condet, seperti yang dikatakan oleh
Ustadz Ahmad Fuadi, “Masyarakat Condet itu agamis, karena masyarakat mau
mengikuti tradisi-tradisi orang Arab yang datang ke Condet ini”. 45
C. Kondisi Pendidikan
Pendidikan menjadi sebuah kebutuhan yang sangat penting bagi
masyarakat saat ini. Dengan pendidikan, masyarakat akan lebih berkualitas.
Begitu pula dengan masyarakat kelurahan Batu Ampar, yang mendapatkan
fasilitas program pendidikan yang diadakan oleh pemerintah, orang tua yang sadar
akan pentingnya pendidikan maka mereka akan membawa anak-anak mereka ke
sekolah-sekolah yang telah dibangun oleh pemerintah.
Masyarakat batu ampar rata-rata memiliki latar belakang pendidikan
hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) meskipun ada beberapa yang
memiliki latar belakang yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi, namun itu hanya
sebagian kecil. Hal ini disebabkan karena perekonomian mereka yang tidak
mencukupi biaya untuk sampai pada Pendidikan Perguruan Tinggi.
Mereka yang berpendidikan SLTA, mencoba membantu orang tua mereka
dengan bekerja. Kelurahan Batu Ampar sudah melakukan pendataan terhadap
44
Wawancara Pribadi dengan Ibu Hj. Maryam, Tokoh Masyarakat RW 06 Kelurahan
Batu Ampar Condet, pada tanggal 12 Agustus 2016. 45
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Fuadi, Pimpinan Majelis Ta‟lim Al-Fuadiyah yang
berada di RW 04 Kelurahan Batu Ampar Condet, pada tanggal 13 Oktober 2016.
24
jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan. Kondisi pendidikan di Kelurahan
Batu Ampar yaitu, adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Jumlah Murid laki-laki dan perempuan
NO Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Tidak Sekolah 2.178 2.212 4.390
2 Belum Sekolah 3.640 3.832 7.472
3 Tamat SD 4.121 4.918 9.039
4 Tamat SLTP 5.231 5.694 10.925
5 Tamat SLTA 6.773 5.712 12.485
6 Tamat Akademi/PT 4.679 3.461 8.140
Sumber data Kelurahan Batu Ampar Condet tahun 2015
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa tingkat kesadaran penduduk akan
pentingnya pendidikan cukup tinggi. Jumlah angka yang tidak sekolah lebih
sedikit dari pada jumlah angka yang bersekolah. Dengan demikian dapat ditarik
kesimpulan bahwa tingkat kesadaran masyarakat Condet Batu Ampar akan
pentingnya pendidikan cukup baik. Hal ini terlihat dari banyaknya murid-murid
yang mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Di wilayah Condet Batu Ampar
ini, remaja yang memiliki latar belakang pendidikan SLTA masih mendominasi
karena kebanyakan dari mereka setelah lulus SLTA tidak melanjutkan ke tingkat
perguruan tinggi, akan tetapi lebih banyak yang langsung melanjutkan hidupnya
dengan bekerja atau membantu orang tua mereka untuk berdagang, dan untuk
yang melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi itu kebanyakan berasal dari
kalangan anak-anak tokoh masyarakat yang nantinya akan menjadi penerus orang
tua dalam bidang pendidikan ataupun bidang dakwah. Jika ada di antara mereka
orang yang berasal dari kalangan biasa, maka itu hanya untuk mendaptakan
pekerjaan yang lebih baik
25
D. Kondisi Ekonomi
Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam
menentukan keberhasilan pembangunan suatu wilayah. Pengertian ilmu ekonomi
sendiri yaitu studi tentang perilaku masyarakat dalam menggunakan sumber daya
yang langka agar dapat memproduksi berbagai komoditi, dan kemudian
disalurkan kepada individu atau kelompok yang ada di masyarakat.46
Di
Kelurahan Condet Batu Ampar ini ada tiga macam jenis ekonomi yang dapat
menunjang perekonomian masyarakat Condet Batu Ampar, yaitu sebagai berikut:
1. Usaha Ekonomi Lemah
Penduduk wilayah Kelurahan Batu Ampar tidak hanya terdiri dari
masyarakat asli Jakarta atau dari daerah lain di Indonesia. Kini masyarakatnya
mulai berubah dengan adanya percampuran penduduk negara asing. Mereka
berasimilasi dengan masyarakat setempat baik dalam bidang sosial ataupun
budaya. Di wilayah Kelurahan Batu Ampar ini masyarakat keturunan Arab
sebagian besar beraktivitas sebagai pedagang.
Masyarakat Kelurahan Batu Ampar memiliki mata pencaharian yang
bermacam-macam, namun pada umumnya, perekonomian masyarakat Batu
Ampar merupakan kalangan menengah ke atas. Dalam laporan tahun 2015 jumlah
penduduk Condet Batu Ampar berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada
tabel berikut:47
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
PEKERJAAN Jumlah
Penduduk Jiwa
Karyawan Swasta / Pemerintah /
ABRI 8.491
46
Ari Sudarman, Pengertian Dasar Fungsi Pasar dan Harga, Teori Ekonomi Mikro 1,
ESPA4211/MODUL 1, h. 1.2 47
Laporan Tahunan Kelurahan Batu Ampar, Tentang Jumlah Berdasarkan Mata
Pencaharian, (Jakarta: Februari, 2015), h. 17
26
Pedagang 12.109
Buruh Tani 5.031
Pensiunan 6.131
Pertukangan 1.869
Fakir Miskin 7.820
Lain-lain 9.007
Sumber data Kelurahan Batu Ampar Condet tahun 2015
Mayoritas penduduk Condet Batu Ampar berprofesi sebagai pedagang
atau wiraswasta. Sekitar 8.491 orang dari penduduknya tercatat sebagai karyawan
swasta/TNI/POLRI, , 12.109 orang sebagai pedagang, 5.031 orang buruh tani,
6.131 orang sebagai pensiunan, 1.960 orang sebagai pertukangan, 7.820 orang
fakir miskin dan sisanya 9.007 orang, masuk kepada pekerjaan yang lain.
Adapun pengusaha yang ada di Wilayah Kelurahan Batu Ampar adalah
para pengusaha ekonomi lemah yaitu pengusaha yang belum mendapat suntikan
dana dari pemerintah. Akan tetapi, pengusaha kecil mempunyai peran yang
penting dalam pembangunan ekonomi. Perkembangan pengusaha kecil di
masyarakat dapat berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga
kerja.48
Dalam upaya untuk pengembangan usaha kecil, setiap bulan diadakan
pertemuan rutin untuk PPMK se-Kecamatan Kramat Jati secara bergantian yang
dihadiri oleh Ka. Subsi Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Batu Ampar dan
Anggota Lembaga Musyawarah Kelurahan Batu Ampar dan Usaha Pemberdayaan
Kecamatan Masyarakat Kelurahan (UPKMK). Berkembangnya usaha-usaha kecil
di masyarakat merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan
48
Mohammad Jafar Hafsah, Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM),
infokop Nomor 25 Tahun XX, 2004, h. 40
27
masyarakat. Adapun jenis-jenis usaha yang ada di Kelurahan Condet Batu Ampar,
yaitu:
No Jenis Usaha Lokasi RT/RW
1 Pengrajin Emping Melinjo 05/04, 12/02, 10/04
2 Pembuat Kue 05/01, 11/03, 07/05,14/05
3 Pengrajin Tas 13/02, 09/05
4 Bubutan 013/02, 04/02
5 Pengrajin Sepatu 17/02, 06/04, 04/02
6 Pengrajin tempe, tahu 05/02, 06/02, 06/02, 06/06, 05/06
7 Pengrajin boneka 11/05, 18/05
8 Pengerajin Smop/Bordir 07/05, 012/02
9 Perternakan ikan hias 09/01, 10/05, 17/05, 10/05, 04/01,
03/03, 09/05
10 Peternakan ikan lele 10/05, 17/05, 04/05, 01/05,
11 Ternak ayam kampong 008/05
12 Ternak kambing domba 007/05
Sumber data Kelurahan Batu Ampar Condet tahun 2015
Pada tabel di atas kita dapat melihat bahwa masyarakat Condet Batu
Ampar lebih banyak yang tertarik pada usaha peternakan ikan hias yang berada di
RT dan RW yang berbeda. Hal ini dikarenakan tempat tinggal mereka dekat
dengan pasar Kramat Jati. Jadi, ikan hias yang mereka ternak nantinya akan
mereka jual ke pasar yang akan menjadikan perputaran ekonomi mereka berjalan.
2. Industri Besar Menengah
Industri adalah suatu usaha untuk memproduksi barang jadi yang berasal
dari bahan baku atau bahan mentah melalui proses penggarapan dalam jumlah
besar, sehingga barang dapat diperoleh dengan harga satuan yang rendah dengan
28
mutu yang tinggi.49
Adapun skala industri dapat dibedakan menjadi 4 lapisan,
yang dilihat dari jumlah tenaga kerjanya, yaitu:50
1) Industri besar yaitu jumlah tenaga kerja antara 100 orang atau lebih.
2) Industri sedang yaitu jumlah tenaga kerja antara 20 orang sampai 99
orang.
3) Industri kecil yaitu jumlah tenaga kerja antara 5 orang sampai 19
orang.
4) Industri rumah tangga yaitu jumlah tenaga kerja antara 1 orang sampai
4 orang.
Sedangkan industri besar menengah yang terdapat di kelurahan Condet
Batu Ampar termasuk ke dalam jenis industri nonekstratif.51
Pada data sensus
2015 hanya ada dua yang masuk ke dalam industri besar menengah dengan jenis
nonekstratif, yaitu :
Industri Besar Tas Sekolah yang berlokasi di RT 012/RW 03.
Pabrik Tenun/Tekstil yang berlokasi di RT 01/RW 05.
3. Koperasi
Dalam rangka meningkatkan peran koperasi sebagai sokoguru
perekonomian dan pemberdayaan usaha kecil dan menengah ( UKM ),
Pemerintah Kelurahan Batu Ampar telah berupaya melakukan pembinaan
terhadap koperasi-koperasi dan UKM yang terdapat di wilayah Kelurahan Batu
Ampar. Pada dasarnya koperasi yang diterapkan di Indonesia mengacu pada
konsep koperasi negara berkembang. Konsep koperasi negara berkembang sendiri
masih ada campur tangan dari pemerintah dalam pembinaan dan
49
I Made Sandy, Republik Indonesia Geografi Regional, (Jakarta: Puri Margasari, 1985),
h. 154 50
Riky Eka Putra, Pengaruh Nilai Investasi, Nilai Upah, dan Nilai Produksi Terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Mebel di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang,
Economics Development Analysis Journal 1 (2) (2012), h. 49 51
Industri nonekstratif adalah jenis industri yang bahan bakunya didapat dari tempat lain,
selain alam sekitar atau bahannya disediakan oleh industri lain.
29
pengembangannya.52
Campur tangan ini terjadi karena apabila di suatu
masyarakat dengan modal yang terbatas mendirikan suatu koperasi maka koperasi
tersebut tidak akan tumbuh dan berkembang, maka dari itu ada campur tangan
pemerintah agar koperasi yang didirikan dapat berkembang. Tujuan koperasi
negara berkembang adalah untuk meningkatkan kondisi sosial ekonomi setiap
anggotanya.
Koperasi dibagi menjadi 2 jenis yaitu, 1) koperasi primer yaitu koperasi
yang didirikan dan beranggotakan orang perseorangan dan 2) koperasi sekunder
yaitu koperasi yang didirikan dan beranggotakan badan hukum koperasi.53
Dapat
disimpulkan bahwa koperasi yang ada di Kelurahan Condet Batu Ampar
merupakan koperasi dengan jenis primer yaitu koperasi simpan pinjam. Pada data
sensus Kelurahan Batu Ampar tahun 2015 tercatat ada 9 koperasi dengan jenis
simpan pinjam dan untuk anggotanya tercatat ada 450 anggota yang berkerja
untuk koperasi tersebut.
52
Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi : Teori dan Praktik, (Jakarta : Erlangga,
2001), h. 3 53
Orinton Purba, Panduan Praktis Mendirikan Berbagai Macam Usaha (PT, CV, Firma,
Yayasan, Koperasi), Cet. ke-1, (Jakarta: Raih Asa Sukses (Penebar Swadaya Grup), 2015), h. 39
30
BAB III
PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DI KELURAHAN BATU AMPAR
CONDET JAKARTA TIMUR
A. Asal-usul Berdirinya Majelis Ta’lim di Kelurahan Batu Ampar Condet
Sebutan majelis ta‟lim pada awalnya belum banyak diketahui masyarakat
Condet Batu Ampar. Majelis ta‟lim diperkenalkan oleh K.H. Abdullah Syafi‟ie
yang ketika itu beliau mengembangkan sebuah pengajian yang disebutnya majelis
ta‟lim, yang diperuntukan untuk kaum bapak maupun kaum ibu. Pada saat ini
istilah majelis ta‟lim menjadi trend dari pengajian K.H. Abdullah Syafi‟ie.
Padahal sebelumnya masyarakat jika ingin menghadiri pengajian tidak pernah
menyebut majelis ta‟lim, akan tetapi lebih suka menyebutnya dengan pengajian.54
Penamaan majelis ta‟lim pada akhirnya melahirkan identitas tersendiri
untuk membedakan dengan pengajian umum yang biasa, yaitu dengan sifatnya
yang tetap dan berkesinambungan. Dengan begitu, sebuah kegiatan majelis ta‟lim
dapat menjadi kebutuhan bagi masyarakat baik di kota-kota besar maupun di
desa-desa terpencil. Adanya majelis ta‟lim telah memberikan wadah yang tidak
terikat kepada masyarakat kecuali ikatan tanggung jawab untuk berdakwah dan
tanggung jawab persaudaraan.
Majelis ta‟lim mulai dari lahir sampai berkembang tidak
menggantungkan dirinya pada bantuan pihak lain. Sejak berdirinya majelis ta‟lim
merupakan organisasi swadaya masyarakat yang independen dalam
perkembangannya, kemudian membentuk badan yang lebih luas jangkauannya
yang dikenal dengan Badan Kontak Majelis Ta‟lim (BKMT). BKMT lahir dari
kebutuhan majelis ta‟lim untuk mengembangkan dirinya agar dapat menjalankan
54
Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Ta’lim..., h. 91
31
fungsinya secara efektif sebagai lembaga pendidikan non formal.55
BKMT
merupakan badan kontak atau forum utnuk bekomunikasi antara pengurus dan
para guru di setiap majelis ta‟lim. BKMT diharapkan dapat menciptakan forum
bersama, yang didalamnya mereka dapat bertukar pendapat dan bertukar
pengalaman.56
BKMT sendiri diresmikan pada 1 Januari 1981 dengan alasan
bahwa kegiatan majelis ta‟lim telah menjadi kebutuhan masyarakat baik di kota-
kota besar maupun di desa terpencil. Dengan kenyataan yang seperti ini, tumbuh
gagasan-gagasan untuk mengkoordinasikan mereka dalam satu wadah yang tidak
terikat. Akhirnya, dalam pertemuan yang diikuti 700 pimpinan majelis ta‟lim se-
Jabodetabek berdirilah organisasi kontak yang disebut Badan Kontak Majelis
Ta‟lim (BKMT).57
Dalam perjalanannya BKMT berpotensi untuk menjaring kekuatan massa
Islam di pemerintahan Orde Baru dalam perolehan suara bagi partai politik
tertentu. Dapat dilihat bahwa BKMT tidak lepas dari dukungan dan peran
pemerintah, dalam hal ini Menteri Agama Tarmizi Taher. Hal ini terlihat pada
tahun 1996 yang mengindikasikan adanya hubungan antara pemerintah dan umat
Islam yang direpresentasikan oleh BKMT.58
Kelompok BKMT merupakan
penyumbang suara yang potensial pada saat pemilu, maka pemerintah tidak
mengabaikan ormas wanita besar seperti BKMT untuk mendapatkan suara.
Pada tahun 1970 banyak warga yang mendirikan pengajian khususnya
untuk kaum ibu-ibu. Kebanyakan dari pengajian-pengajian tersebut dimulai
dengan pengajian yang diadakan di rumah salah seorang warga dan tidak ada
nama khusus untuk pengajiannya.59
Sama seperti yang dikatakan oleh Ahmad
Fuadi, awalnya majelis ta‟lim dimulai dari pengajian perorangan dan belum ada
55
Ninip Hanifah Kadir, Pemahaman Mubaligh Tentang Kepemimpinan Perempuan
Dalam Islam: Studi Kasus Majelis Ta’lim As-Syafi’iyah Pondok Gede), Tesis Program Kajian
Wanita, Universitas Indonesia, 2001), h. 70 56
Ninip Hanifah Kadir, Pemahaman Mubaligh Tentang Kepemimpinan Perempuan...., h.
71 57
Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah Di Lingkungan Majelis Taklim..., h. 92 58
Jajat Burhanudin, Ulama Perempuan Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2002), h. 212 59
Wawancara Pribadi dengan Hj. Maryam, Tokoh Masyarakat RW 06 Kelurahan Batu
Ampar Condet, pada tanggal 12 Agustus 2016.
32
nama dari pengajian tersebut, kemudian mulai berkembang lalu pendiri pengajian
mulai memberi identitas untuk pengajiannya berupa nama.60
Pada saat itu masyarakat belum menyebut pengajian dengan sebutan
majelis ta‟lim. Majelis ta‟lim yang terkenal pada waktu itu hanya ada di
Kelurahan Cililitan yaitu majelis ta‟lim Al-Hawi dan As-Sa‟adah. Biasanya para
pengajar yang mendirikan pengajian, akan mengikuti pengajian yang ada di kedua
majelis ta‟lim tersebut dengan berjalan kaki sampai ke majelis ta‟lim tersebut.
Kemudian pada tahun 1980 Kelurahan Batu Ampar memberi bantuan
dana untuk pembangunan fasilitas pada setiap pengajian yang membutuhkan
bangunan untuk tempat mengaji. Akhirnya pada tahun 1990 kelurahan meminta
kepada setiap pendiri pengajian agar pengajiannya diberi nama atau identitas. Hal
ini dilakukan agar pengajian-pengajian yang ada di setiap RT dan RW Kelurahan
Batu Ampar dapat terdata di kelurahan.61
Adapun awal mula terbentuknya majelis ta‟lim di setiap RW itu berbeda-
beda. Contohnya adalah di RW 01 dan RW 02. Majelis ta‟lim yang ada di kedua
RW ini masih ada yang belum menetap atau belum memiliki tempat khusus untuk
majelis ta‟limnya. Warga secara bergantian menggilir tempat pengajian dari
rumah satu ke rumah yang lainnya. Berbeda dengan majelis ta‟lim di RW 03 yang
telah memiliki tempat di setiap majelis ta‟lim yang digunakan khusus untuk acara
pengajian, tidak hanya telah memiliki tempat yang khusus, walaupun hanya teras-
teras rumah yang diperluas untuk mereka jadikan tempat mengaji, tetapi majelis
ta‟lim di RW 03 ini juga telah memberikan identitas atau nama untuk majelis
ta‟limnya.
Majelis ta‟lim di RW 04 yang pada awalnya dimulai dengan pengajian-
anak-anak, kemudian berlanjut pada pengajian Al-Qur‟an yang diadakan untuk
60
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Fuadi, Pimpinan Majelis Ta‟lim Al-
Fuadiyah RW 04 Kelurahan Batu Ampar Condet, pada tanggal 13 Oktober 2016. 61
Wawancara Pribadi dengan Ibu Hj. Sarpiah, Ketua Majelis Ta‟lim Az-Zuhriyah RW
02 Kelurahan Batu Ampar Condet, pada tanggal 13 Agustus 2016.
33
orang dewasa dengan materi pengajian tajwid dan tahsin.62
Akhirnya, seiring
berjalannya waktu, dengan jama‟ah yang ada, dibentuklah menjadi majelis ta‟lim,
dalam setiap pertemuannya akan membahas materi yang berkaitan dengan Al-
Qur‟an dan pelajaran lainnya di bidang ilmu agama.
Majelis ta‟lim yang ada di RW 05, berawal dari pengajian yang diadakan
oleh H. Ishak Nasir yang mengajarkan ta‟lim kepada masyarakat RW 05.
Pengajian tersebut diadakan di Musholla Al-Mujahidin. Di antara para jama‟ah
yang mengikuti pengajiannya, ada salah satu jama‟ah yang menonjol untuk
mengikuti jejaknya yaitu Hj. Salbiyah. Akhirnya Hj. Salbiyah mendirikan majelis
ta‟lim sendiri di rumahnya khusus untuk jama‟ah ibu-ibu, karena pengajian yang
ada di musholla saat itu masih bercampur dengan bapak-bapak.
Pengajian yang berada di masjid Al-Mujahidin masih berjalan, namun
dikhususkan untuk jama‟ah bapak-bapak. Sedangkan untuk jama‟ah ibu-ibu
pengajian bertempat di Majelis Ta‟lim Nurul Jannah pimpinan Hj. Salbiyah.
Tidak hanya mengajarkan kaum ibu untuk belajar agama, Majelis Ta‟lim Nurul
Jannah juga mengadakan pengkaderan bagi masyarakat yang ingin mendirikan
majelis ta‟lim di tempatnya. Pengajaran untuk pengkaderan lebih ditekankan pada
cara menyampaikan materi ketika berdakwah dan lebih banyak memberikan
materi keagamaan yang dapat diamalkan dan disebarkan kembali lewat para calon
pendiri majelis ta‟lim. Dapat dilihat saat ini bahwa di RW 05 telah banyak majelis
ta‟lim yang berdiri, dan pendiri majelis ta‟lim kebanyakan adalah murid dari Hj.
Salbiyah.63
Majelis ta‟lim di RW 06 awal mulanya dimulai dengan adanya majelis-
majelis dzikir. Majelis dzikir ini biasanya hanya diperuntukan untuk kaum laki-
62
Tahsin sering dikaitkan dengan aktivitas membaca Al-Qur‟an. Istilah tahsin muncul
sebagai sinomin dari kata tajwid, yang sering dipahami sebagai ilmu yang membahas tata cara
membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar, serta segala tuntutan kesempurnaannya. Tahsin
memiliki arti membaguskan, para ulama memberi batasan bagi istilah ini yaitu, mengeluarkan
huruf-huruf Al-Qur‟an dari tempat-tempat keluarnya (makharij huruf) dengan memberikan hak
dan mustahaknya. Lebih lengkap baca Suwarno, Tuntunan Tahsin Al-Qur’an, (Yogyakarta:
Deepublish, 2016). 63
Wawancara Pribadi dengan Ibu Miroroh, Ibu Ketua RT 011/RW 05 Kelurahan Batu
Ampar Condet, pada tanggal 17 Oktober 2016.
34
laki. Adapun pengajian yang ada untuk kaum ibu adalah pengajian Al-Qur‟an
saja.64
Dalam perkembangannya banyak majelis ta‟lim besar di RW 06, yang
terkenal di masyarakat Kelurahan Batu Ampar.
Dapat disimpulkan bahwa asal usul majelis ta‟lim di Kelurahan Batu
Ampar ini pada mulanya adalah pengajian yang didirikan oleh masyarakat, baik
pengajian untuk anak-anak, ibu-ibu maupun bapak-bapak. Namun, pengajian yang
ada belum diberi identitas atau nama oleh masing-masing pendirinya. Cara
membedakan antara pengajian yang satu dengan pengajian yang lain yaitu dengan
menyebut nama yang mendirikan atau mengajarkan pengajian tersebut, seperti
contoh pengajian Hj. Enong yang dipimpin oleh Hj. Enong itu sendiri.
Dalam perkembangannya, Kelurahan Batu Ampar mulai meminta agar
setiap pengajian memberikan identitas untuk pengajiannya, dan pada saat itu
masing-masing ketua atau pengurus mulai memberi nama untuk pengajiannya dan
membuat plang-plang yang menunjukan tempat majelis ta‟lim tersebut berada.
Akhirnya, masyarakat mulai menyebut setiap pengajian menjadi majelis ta‟lim,
terlebih lagi bagi majelis ta‟lim yang besar.
Perkembangan majelis ta‟lim yang ada di Kelurahan Batu Ampar,
berkembang seiring berjalannya waktu. Dengan keterbatasan tempat dan jama‟ah
majelis ta‟lim yang hadir di tengah-tengah masyarakat perkotaan, majelis ta‟lim
tetap memberikan manfaatnya bagi masyarakat sekitar yang ingin menuntut ilmu
agama dan memberikan ruang bagi masyarakat yang ingin mempererat rasa
ukhuwah islamiyah dengan sesama. Pesatnya perkembangan majelis ta‟lim juga
tidak terlepas dari peran yang dimainkan oleh para mubaligh.
B. Kuantitas Perkembangan Majelis Ta’lim di Kelurahan Batu Ampar
Condet
Majelis ta‟lim merupakan lembaga pendidikan luar sekolah yang bersifat
nonformal, karena tidak memakai kurikulum, waktu belajar yang tidak ditentukan
64
Wawancara Pribadi dengan Bapak M. Shidiq Ketua Majelis Ta‟lim Nahdatul
Mubtadiin RW 06 Kelurahan Batu Ampar Condet, pada tanggal 17 Oktober 2016.
35
lamanya, tidak ada raport dan ijazah seperti yang ada di lembaga pendidikan
formal seperti sekolah.65
Perkembangan majelis ta‟lim yang ada di Kelurahan
Batu Ampar, berjalan lambat. Pada awal tahun 1955 sampai tahun 1978, setiap 5
tahun baru ada majelis ta‟lim yang berdiri.
Dililhat dari data yang telah dikumpulkan penulis, majelis ta‟lim yang
paling tua di Condet Batu Ampar adalah Majelis Ta‟lim Al-Mujahidin yang
didirikan pada tahun 1955 dan masih ada sampai saat ini. Berikut adalah data
majelis ta‟lim yang ada di Condet Kelurahan Batu Ampar dimulai dari yang
paling lama berdirinya:
No Majelis Ta’lim RT/RW Tahun Tempat
1 Al-Mujahidin 09/05 1955 Aula yayasan
2 Nurul Huda 09/03 1960 Masjid
3 Nurul Jannah 07/05 1965 Majelis
4 Al-Barokah 17/05 1977 Masjid
5 Az-Zuhriyah 15/02 1978 Majelis
6 Raudhotul Jannah 08/05 1982 Musholla
7 Al-Ikhlas 05/02 1983 Majelis
8 Al-Faizin 02/04 1983 Majelis
9 Al-Ikhlas 06/06 1985 Aula yayasan
10 Al-Hikmah 12/05 1989 Musholla
11 Nurus Shobah 11/05 1990 Majelis
12 As-Syifa 08/06 1990 Rumah
13 Babut Taubah 02/01 1992 Majelis
14 Al-Awabin 06/06 1994 Musholla
15 Al-Barkah Tachmid 08/06 1995 Aula yayasan
16 Shirojuth Tholibiin 10/04 1998 Rumah
17 Darul Muhajirin 06/03 1999 Aula Yayasan
65
Nurul Huda, Pedoman Majelis Ta’lim, (Jakarta: Koordinasi Dakwah Islam (KODI),
1986/1987), h. 13
36
18 Pengajian Hj. Tri 10/02 2000 Majelis
19 Nurul Qadim 05/03 2002 Majelis
20 Babul Jannah 04/01 2006 Rumah
21 Al-Fuadiyah 09/04 2006 Majelis
22 Khairunnisa 09/05 2006 Rumah
23 Pengajian RW 06 06/06 2006 Kantor RW 06
24 Nurul Khairat 17/02 2007 Rumah
25 Nurul Maghfiroh 09/04 2007 Majelis
26 Nahdatul Mubtadiin 02/06 2007 Rumah
27 Babut Taubah 02/01 2008 Posyandu
28 Nurul Iman 02/02 2010 Rumah
29 Baiturrahman 03/02 2010 Rumah
30 Imam At-Turmudzi 04/02 2010 Majelis
31 Nurul Abror 06/03 2010 Rumah
32 Miftahul Jannah 04/03 2010 Rumah
33 Ad-Duratul Yatimah 04/03 2011 Rumah
34 Al-Muqorrobin 11/05 2011 Musholla
35 At-Taufiq 13/03 2012 Musholla
36 Al-Yaqin 07/02 2015 kantor Kelurahan
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa majelis ta‟lim di Condet Batu Ampar
telah ada sejak tahun 1955, yaitu Majelis Ta‟lim Al-Mujahidin yang berada di
RW 05. Majelis ta‟lim ini sudah ada sejak Masjid Al-Mujahidin masih menjadi
Musholla Al-Mujahidin. Majelis Ta‟lim Al-Mujahidin didirikan oleh H. Ishak
Nasir yang rumahnya tidak jauh dari bangunan musholla tersebut. Ia mengajarkan
jama‟ah membaca Al-Qur‟an dan memberikan materi-materi keagamaan dasar
tentang tauhid, akhlak, hadist dan tafsir.
Jumlah majelis ta‟lim yang ada di Kelurahan Batu Ampar ada 36 majelis
ta‟lim dengan rincian jumlah majelis ta‟lim per RW sebagai berikut:
37
1. RW 01 ada sebanyak 3 majelis ta‟lim
2. RW 02 ada sebanyak 8 majelis ta‟lim
3. RW 03 ada sebanyak 7 majelis ta‟lim
4. RW 04 ada sebanyak 5 majelis ta‟lim
5. RW 05 ada sebanyak 7 majelis ta‟lim
6. RW 06 ada sebanyak 6 majelis ta‟lim
Dari data di atas dapat dilihat bahwa majelis ta‟lim yang paling banyak
itu berada di RW 02 yang berjumlah 8 majelis ta‟lim. Sedangkan majelis ta‟lim
yang paling sedikit berada di RW 01. Hal ini disebabkan masyarakat yang ada di
RW 01 kebanyakan merupakan pendatang dari luar daerah Jakarta. Mereka
kebanyakan berprofesi sebagai pedagang. RW 01 berdekatan dengan pasar
Kramat Jati dan berada di pinggir jalan raya Kramat Jati.
Masyarakat yang tinggal dekat keramaian ibu kota memiliki perubahan
yang cukup besar. Sementara masyarakat yang tinggal di daerah terpencil hanya
sedikit mengalami perubahan.66
Dapat dilihat bahwa masyarakat yang tinggal
dekat dengan pasar, akan lebih tertarik pada hal-hal duniawi dan memperkaya diri
dari segi ekonomi. Sedangkan masyarakat yang tinggal agak ke dalam dan jauh
dari keramaian pasar, akan lebih memperkaya diri dari segi sosial seperti
membangun kegiatan yang melibatkan masyarakat sekitar, salah satunya
mengikuti kegiatan majelis ta‟lim.
66
Gunarso, P., Setyawati, T., Sunderland, T.C.H. dan Schakleton, C, Pengelolaan
Sumber Daya Hutan di Era Disentralisasi: Pelajaran yang diperoleh dari hutan penelitian
Malinau, Kalimantan Timur, Indonesia, (Bogor: CIFOR, 2009), h. 9
38
0
1
2
3
4
51
95
5
19
60
19
65
19
77
19
78
19
82
19
83
19
85
19
89
19
90
19
92
19
94
19
95
19
98
19
99
20
00
20
02
20
06
20
07
20
08
20
10
20
11
20
12
20
15
Grafik Perkembangan Majelis Ta'lim di Kelurahan Batu Ampar
Statistik
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa perkembangan majelis
ta‟lim mulai naik pada tahun 2000 dan puncak dari kenaikan perkembangan yang
paling banyak berada di tahun 2010 sebanyak 5 majelis ta‟lim yang bermunculan
di setiap RW, hal ini berkaitan dengan keadaan politik negara yang telah beralih
dari masa Orde Baru ke masa reformasi. Pada masa peralihan banyak perubahan
dan kemajuan utamanya pada unsur-unsur masyarakat seperti majelis ta‟lim,
yayasan, ormas-ormas Islam dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).67
Kemudian, perkembangan kembali normal di angka 2 dan 1 majelis ta‟lim di
Kelurahan Batu Ampar yang muncul pertahun sampai saat ini.
Hampir di setiap musholla dan masjid yang ada di Condet Batu Ampar
mengadakan pengajian, baik pengajian biasa maupun pengajian yang telah
terorganisasi dengan majelis ta‟lim. Di Condet Batu Ampar pengajian tidak
pernah libur. Setiap hari pasti ada pengajian dari pagi sampai pagi lagi, pasti ada
67
A. Chunaini Saleh, Penyelenggaraan Haji Era Reformasi Analisis Internal Kebijakan
Publik Departemen Agama, (Tangerang: Pustaka Alvabet, 2008), h. 51
39
pengajian.68
Walaupun dengan jama‟ah yang tidak banyak pengajian akan tetap
dilaksanakan sebagai kegiatan majelis ta‟lim di masjid-masjid dan musholla.
C. Bentuk-bentuk Majelis Ta’lim di Kelurahan Batu Ampar Condet
Perkembangan majelis ta‟lim di Condet Batu Ampar telah memberikan
wadah bagi masyaraktnya yang ingin memperdalam ilmu agama. Majelis ta‟lim
akan bermanfaat bagi jama‟ahnya ketika kebutuhan yang dicari oleh jama‟ah
terpenuhi. Akan tetapi tidak semua majelis ta‟lim dapat memberikan apa yang
jama‟ah butuhkan, karena majelis ta‟lim hanya memenuhi sesuai apa yang
dikuasai oleh guru dan memberikan fungsi majelis ta‟lim itu sendiri.
Majelis ta‟lim yang terdapat di Condet Batu Ampar memiliki perbedaan-
perbedaan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan lingkungan atau perbedaan dalam
segi materinya. Adapun bentuk-bentuk majelis ta‟lim yang dilihat dari berbagai
macam kelompok pengajiannya, yaitu:69
a. Majelis ta‟lim yang dilihat dari jama‟ahnya
Majelis ta‟lim pada dasarnya tidak ditujukan bagi jenis kelamin
tertentu,70
akan tetapi di Condet Batu Ampar majelis ta‟lim terbagi
dalam lima kategori, yaitu:
1. Majelis ta‟lim kaum ibu, yaitu majelis ta‟lim yang hanya dihadiri
oleh ibu-ibu dengan tenaga pengajar juga perempuan, syarifah atau
ustadzah.
2. Majelis ta‟lim kaum bapak, yaitu majelis ta‟lim yang hanya
dihadiri oleh bapak-bapak dengan tenaga pengajar seorang kiyai,
habaib atau ustadz.71
68
Wawancara Pribadi dengan Bpk. Agus, Pimpinan Yayasan Al-Muhajirin RW 05, pada
tanggal 23 Januari 2017. 69
Muhsin MK, Manajemen Majelis Taklim, (Jakarta: Pustaka Intermasa, 2009, cet. Ke-1),
h. 9-12, lihat juga Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Ta’lim..., h. 76-78 70
Dewan Redaksi Ensiklopedi, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,
1994), cet. Ke-4, jilid 3, h. 120 71
Istilah kiyai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, memiliki arti “sebutan bagi alim
ulama” atau “cerdik pandai di agama Islam” (Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), Edisi ke-III, h. 565)
40
3. Majelis ta‟lim kaum remaja, yaitu majelis ta‟lim yang hanya
dihadiri oleh remaja yang ada di lingkungan setempat.
4. Majelis ta‟lim campuran yaitu antara jama‟ah laki-laki, perempuan
atau kaum bapak dan ibu, yaitu majelis ta‟lim yang dihadiri oleh
bapak-bapak dan ibu-ibu.
Berdasarkan pemisahan pengajian diatas, hal ini dapat membawa
konsekuensi yang mendasar yaitu, adanya perbedaan pada pengajar
dan tema yang diajarkan. Meskipun begitu, semua bertujuan untuk
mengajarkan dan menyebarluaskan ajaran agama Islam di
masyarakat.
b. Majelis ta‟lim yang dilihat dari tempatnya
1. Majelis ta‟lim yang diadakan di masjid atau musholla.
Masjid pada umumnya mempunyai kegiatan majelis ta‟lim, majelis
ta‟lim yang berada antara masjid satu dengan masjid yang lainnya
tentu berbeda, karena beda masjid beda pula tipe kepengurusannya.
Masjid telah menjadi tempat yang memasyarakat bagi
penyelenggraan majelis ta‟lim, baik masjid-masjid di perkotaan,
maupun masjid-masjid di pedesaan.72
Majelis ta‟lim model ini seperti majelis ta‟lim musholla At-Taufiq,
majelis ta‟lim masjid Nurul Huda yang berada di RW 03, majelis
ta‟lim musholla Al-Hikmah, majelis ta‟lim musholla Raudhotul
Jannah, majelis ta‟lim musholla Al-Barokah, majelis ta‟lim
musholla Al-Ikhlas yang berada di RW 05, majelis ta‟lim musholla
Al-Awabin yang berada di RW 06.
2. Majelis ta‟lim yang diadakan di rumah.
Adapun rumah yang dijadikan majelis ta‟lim yaitu rumah guru,
guru menyediakan ruangan khusus untuk dipakai majelis ta‟lim,
ruangan khusus itu sebelumnya merupakan bagian dari rumah.
Kemudian rumah pengurus dari majelis ta‟lim baik secara tetap
atau berpindah-pindah. Seiring bertambahnya jama‟ah maka
72
Syahidin, Pemberdayaan Umat Berbasis Masjid, (Bandung: Alfabeta, 2003), h. 180
41
dibuatlah ruangan khusus di luar rumah, biaya pembangunan ruang
belajar semacam itu ditanggung oleh jama‟ah dengan cara amal
jariyah.
Majelis ta‟lim model seperti ini, seperti Majelis Ta‟lim Babul
Jannah yang berada di RW 01, Majelis Ta‟lim Nurul Khairot yang
berada di RW 02, Majelis Ta‟lim Nurul Abror dan Miftahul Jannah
yang berada di RW 03, Majelis Ta‟lim Shirojuth Tholibiin yang
berada di RW 04, Majelis Ta‟lim As-Syifa yang berada di RW 05
dan Majelis Ta‟lim Nahdatul Mubtadiin yang berada di RW 06.
3. Majelis ta‟lim yang diadakan di kantor.
Majelis ta‟lim yang diadakan di kantor, menggunakan aula kantor
untuk menyelenggrakan acaranya. Pengajiannya hanya
berlangsung 1x dalam sebulan. Model majelis ta‟lim seperti ini,
seperti Majelis Ta‟lim Al-Yaqin yang diadakan di kantor
Kelurahan Batu Ampar dan pengajian RW 06 yang diadakan di
kantor RW 06 Kelurahan Batu Ampar.
4. Majelis ta‟lim yang berbentuk yayasan.
Ruangan khusus yang ada di yayasan bisa dikembangkan menjadi
majelis ta‟lim, sehingga majelis ta‟lim diselenggarakan di yayasan.
Tetapi ada juga yang majelis ta‟lim yang lebih dulu ada, kemudian
dikembangkan menjadi yayasan. Majelis ta‟lim model ini, seperti
Majelis Ta‟lim Al-Mujahidin yang berada di RW 05, Majelis
Ta‟lim Al-Ikhlas dan Majelis Ta‟lim Al-Barkah yang berada di
RW 06.
Selain bentuk-bentuk majelis ta‟lim yang dilihat dari kelompok
pengajiannya, adapula bentuk-bentuk majelis ta‟lim yang dilihat dari jenis-jenis
materi yang diajarkan oleh majelis ta‟lim, di antaranya adalah:73
Pertama, majelis ta‟lim yang memberikan pelajarannya secara tidak
rutin. Majelis ta‟lim seperti ini hanya menjadi tempat berkumpul untuk
73
Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Ta’lim...., h. 79
42
mengajarkan shalawat, membaca salah satu surat dari Al-Qur‟an seperti Surat
Yasin, membaca kitab maulid, shalat sunnah berjama‟ah. Kemudian setiap
sebulan sekali pengurus majelis ta‟lim mengundang seorang guru untuk
berceramah. Kedua, majelis ta‟lim yang mengajarkan dasar ajaran agama seperti
mempelajari bacaan Al-Qur‟an baik tahsin dan tajwidnya atau penerangan ilmu
Fiqih, Tauhid, Tafsir, Hadist dan Akhlak. Pengetahuan agama disampaikan
dengan metode ceramah yang disertai dengan tanya-jawab. Ketiga, majelis ta‟lim
yang memberikan ceramah dan bahan pelajaran pokok kemudian pelajaran pokok
diberikan dengan teks tertulis kepada jama‟ah. Biasanya materi disesuaikan
dengan isu-isu hangat yang ada di tengah masyarakat, kemudian dikaitan dengan
agama. Artinya, ketika menyampaikan ceramah harus memunculkan dalil-dalil
yang berupa ayat Al-Qur‟an, hadist-hadist atau mengambil contoh-contoh dari
kehidupan Rasulullah.74
Materi yang dikaji oleh majelis ta‟lim adalah pengetahuan dasar ajaran
agama seperti belajar membaca Al-Qur‟an (Tajwid), Tafsir, Tauhid, Fiqih dan
Akhlak. Setiap majelis ta‟lim mempunyai metode pembelajaran yang berbeda-
beda. Ada beberapa metode yang digunakan oleh majelis ta‟lim, yaitu:75
a. Metode Ceramah, adalah metode dengan penerangan guru terhadap
materi ta‟lim kepada para jama‟ah majelis ta‟lim. Metode ini
biasa dipakai oleh setiap majelis ta‟lim yang ada di Kelurahan
Batu Ampar, karena metode ini dapat menyampaikan materi
yang sangat sederhana kepada jama‟ah.
b. Metode Tanya Jawab, adalah proses interaksi jama‟ah yang berisi
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan guru memberikan
jawaban-jawaban atas pertanyaan dari topik yang sedang dibahas,
untuk mencapai tujuan belajar.76
Metode ini dapat lebih
74
Nurul Huda, Pedoman Majelis Ta’lim...., h. 5 75 Dewan Redaksi Ensiklopedi, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,
1994), cet. Ke-4, jilid 3, h. 43-45 76
Eliza Herijulianti, Tati Svasti Indriani, dan Sri Artini, Pendidikan Kesehatan Gigi,
(Jakarta: EGC, 2001), h. 82
43
merangsang para jama‟ah untuk memperhatikan setiap materi
yang disampaikan oleh pengajar, karena ada kesempatan jama‟ah
untuk bertanya seputar meteri yang sedang dibahas.
c. Metode Latihan, adalah metode untuk melatih jama‟ah agar
memiliki keterampilan dalam berdakwah. Metode ini biasa
digunakan di majelis ta‟lim yang memberikan pelatihan bagi ibu-
ibu yang ingin memiliki keterampilan dalam berdakwah, yang
nantinya akan mendirikan majelis ta‟lim di lingkungan rumahnya.
Selain metode diatas majelis ta‟lim di Condet Batu Ampar memberikan
metode terpadu, dengan cara memberikan kesempatan kepada jama‟ah majelis
ta‟lim untuk membaca sendiri kitab yang telah ditentukan untuk menjadi bahan
pengajian, setelah diberi penjelasan lalu diadakan dialog interaktif.77
Metode ini
ternyata mampu menarik minat jama‟ah sehingga semakin lama jama‟ah terus
bertambah.
Adapun kitab-kitab yang dipakai oleh majelis ta‟lim yang ada di
Kelurahan Batu Ampar untuk memberikan materi di majelis ta‟lim yaitu, kitab
Safinatun Najah karya Syaikh Salim bin Sumair Al-Hadhromi. Kitab Safinatun
Najah ini merupakan kitab dasar dalam ilmu fiqih yang ringkas dan mudah
dipahami bagi pemula dan masyarakat umum, biasanya kitab ini menjadi kitab
wajib di pesantren untuk mengajarkan ilmu fiqih dasar kepada santrinya yang
sekelas Ibtida’iyyah atau setara dengan Sekolah Dasar.78
Banyak orang keliru
dengan pengarang kitab Safinatun Najah, antara Syaikh Salim atau Sayikh
Nawawi, padahal Syaikh Nawawi itu pengarang syarah kitab Safinatun Najah
yang kitabnya bernama Kasyifah As-Saja syarah Safinatun Najah.
Kitab Tanbihul Ghofilin karya Abi Laist As-Samarqondi, merupakan
kitab akhlak tuntunan kehidupan bagi manusia. Kitab Riyadus Sholihin karya
Syaikh Nawawi Al-Bantani, merupakan kitab yang berisi tentang hadist-hadist
77
Amelia Fauzia, dkk, Tentang Perempuan Islam Wacana dan Gerakan, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2004), h. 100 78
Abdul Ghoffir Muhaimin, The Islamic Traditions of Cirebon: Ibadat and Adat Among
Javanese Muslims, The Australian National University, published by ANU E Press, 1995, h. 101
44
dan ahkamul Qur’an yang diambil dari kitab yang shahih. Kitab Nurul Yaqin
karya Syaikh khudori Beik. Kitab Nurul Yaqin merupakan kitab yang membahas
tentang sejarah kehidupan Nabi Muhammad, tetapi yang banyak digunakan di
Indonesia adalah kitab ringkasannya yaitu Khulashoh Nurul Yaqin yang dikarang
oleh Syaikh Umar Abdul Jabar. Kitab Aqidatul Awam karya Syaikh Ahmad
Marzuki Al-Maliki, merupakan kitab yang menjelaskan tentang tauhid, seperti
membahas sifat-sifat Allah, sifat-sifat Rasul dan lainnya. Kitab Adabul Insan
karya Al-Habib Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya Al-Alawi, merupakan
kitab mengenai etika yang membahas mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, di
dalamnya termasuk etika makan dan minum.
Adapun kitab maulid yang biasa digunakan yaitu kitab maulid
Simtudduror karya Sayyid Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi, kitab
Diba’i karya Al- Imam Al-Jalil Abdurrahman Ad-Diba‟i dan kitab Barjanzi karya
Sayyid Ja‟far bin Husein bin Abdul Karim Al-Barzanji. Ketiga kitab maulid
tersebut adalah kitab maulid yang paling banyak dipakai pada majelis ta‟lim yang
ada di Condet Batu Ampar, pembacaan kitab maulid dibaca tidak hanya ketika
datang acara maulid. Akan tetapi, kitab maulid juga dibaca sebelum guru
menyampaikan ta‟limnya. Majelis ta‟lim yang seperti ini biasanya majelis ta‟lim
yang didirikan oleh orang keturunan Arab di Condet seperti Majelis Ta‟lim Ad-
Duratul Al-Yatimah dan Majelis Ta‟lim Nurul Abror yang berada di RW 03.
Tidak hanya pembacaan kitab maulid, majelis ta‟lim di Condet Batu
Ampar ada juga yang mengadakan pembacaan Qasidah Burdah karya Al-Bushiri.
Burdah merupakan syair-syair yang berisi puji-pujian kepada Rasulullah SAW
yang dibaca bersamaan dengan iringan alat musik hadroh. Pembacaan Burdah
telah menjadi wirid bagi masyarakat yang diyakini mujarab apabila ada hajat
tertentu, seperti menempati rumah baru atau ketika ada bencana.79
Selain pengajian, jama‟ah majelis ta‟lim dapat mengisi kegiatannya
dengan mengadakan santunan anak yatim, membantu anggota lain yang sedang
79
Muhammad Adib, Burdah: Antara Kasidah, Mistis dan Sejarah, (Yogyakarta: Pusaka
Pesantren, 2009), h. 27
45
dalam kesulitan atau terkena musibah dan mengadakan kegiatan koperasi yang
akan bermanfaat bagi masyarakat setempat. Majelis ta‟lim telah memberikan
ruang tidak hanya untuk ibu-ibu akan tetapi untuk seluruh lapisan masyarakat
Condet Batu Ampar untuk menjadikan dirinya lebih berkualitas dalam hal dunia
maupun dalam urusan akhirat.
46
BAB IV
PENGARUH MAJELIS TA’LIM BAGI MASYARAKAT KELURAHAN
BATU AMPAR CONDET JAKARTA TIMUR
Majelis ta‟lim tidak hanya menjadi tempat untuk menuntut ilmu. Tetapi
juga untuk pembinaan pendidikan keagamaan, sosial, akhlak dan ekonomi.
perkembangan majelis ta‟lim di Condet Batu Ampar telah membuktikan bahwa
majelis ta‟lim dapat menjadi tempat untuk masyarakat memenuhi kebutuhan ilmu
agama, berkehidupan sosial, dan mengembangkan perekonomian. Majelis ta‟lim
juga sangat potensial dan strategis untuk memulai suatu perubahan yang dimulai
dari berkumpulnya masyarakat, khususnya para ibu setelah belajar di majelis
ta‟lim kemudian kembali ke keluarganya, seorang ibu dapat menjadi benteng bagi
keluarga dan anak-anaknya dari pengaruh negatif.80
Perkembangan majelis ta‟lim
juga telah memberikan pengaruh dari berbagai aspek kehidupan bagi masyarakat
Condet Batu Ampar, di antaranya aspek pendidikan keagamaan, aspek pembinaan
akhlak, aspek sosial budaya dan aspek ekonomi.
A. Aspek Pendidikan Keagamaan
Adanya majelis ta‟lim telah membawa pengaruh baik bagi masyarakat
Condet Batu Ampar, salah satunya yaitu pengaruh dalam aspek pendidikan. Pada
saat ini, masih ada sebagian masyarakat yang hidup dalam sebuah kultur yang
menganggap perempuan masih mendapatkan posisi yang belum setara dengan
kaum pria, salah satunya dalam bidang pendidikan. Dalam bidang pendidikan,
perempuan mendapatkan fasilitas yang lebih rendah. Hal ini berakibat pada
meningkatnya buta aksara bagi kaum perempuan. Kenyataan seperti ini akan
berlanjut terhadap rendahnya pendidikan kaum ibu yang dapat mempengaruhi
perannya dalam mengasuh anak-anak dan menjaga keluarganya.
Dalam hal ini, majelis ta‟lim menjadi sangat dibutuhkan perannya
sebagai pembinaan masyarakat khususnya kaum ibu yang tidak mempunyai
kesempatan pendidikan atau terhenti karena perannya dalam tugas sebagai ibu
rumah tangga. Fungsi majelis ta‟lim memang masih terbatas pada pengajaran
80
Ibnu Watiniyah, Ibu Sekuat Seribu laki-laki, (Depok: Kaysa Media, 2015), h. 151-152
47
agama atau pemberian penyuluhan, tetapi bagi kaum ibu yang tidak lagi menjalani
pendidikan formal akan terbantu dalam penemuan jati dirinya sebagai seorang
yang memiliki jati diri dan tempat terhormat dalam sistem nilai agama yang
terhormat.81
Dengan begitu, kaum ibu akan merasa memiliki landasan moral dan
hukum yang meyakinkan. Hal itu menjadikan mereka tidak takut untuk ikut
berperan mengatur kehidupan rumah tangganya ataupun dalam kehidupan
bermasyarakat.
Upaya majelis ta‟lim dalam meningkatkan pendidikan bagi masyarakat
Condet Batu Ampar dapat dilihat dari jumlah masyarakat Muslim yang ada di
Kelurahan Batu Ampar sekitar 47.083 jiwa. Masyarakat yang mengenyam
pendidikan mulai dari SD, SLTP, SLTA sampai ke perguruan tinggi ada sekitar
34.500 jiwa. Dari sini dapat dilihat bahwa kesadaran akan pendidikan di
masyarakat Condet Batu Ampar hampir menyeluruh bagi masyarakat Muslim
yang ada di Condet. Majelis ta‟lim telah berpengaruh kepada para jama‟ah yang
sadar akan pendidikan berkelanjutan tidak hanya sampai pada tahap SLTA, akan
tetapi sampai pada tahap perguruan tinggi yang dimana terlihat sekali yang
banyak mendapatkan pendidikan sampai perguruan tinggi biasanya para guru atau
ustadzah yang memiliki majelis ta‟lim serta anak-anak keturunannya. Setelah itu
para jama‟ah yang rutin mengikuti majelis ta‟lim mulai meningkatan
pendidikannya dengan memberikan pendidikan yang lebih tinggi untuk anak-anak
mereka.
Salah satu fungsi dari majelis ta‟lim yaitu sebagai tempat memberi dan
memperoleh tambahan ilmu dan kemampuan. Majelis ta‟lim juga dapat menjadi
tepat menambah ilmu dan wawasan, bukan hanya ilmu agama seperti ilmu tajwid,
tauhid, aqidah, tafsir, hadist dan lain sebagainya, tetapi ilmu dunia juga akan
didapat.82
Selain tempat menambah ilmu, majelis ta‟lim juga dapat berpengaruh
menjadi tempat untuk memotivasi diri sendiri maupun orang lain agar mampu
81
Tutty Alawiyah, Strategi dakwah......, h. 116 82
Wawancara dengan Arini Syamsudin, Pimpinan Majelis Ta‟lim Nurul Jannah di RW
05 pada tanggal 3 Agustus 2016.
48
lebih giat dalam belajar, dengan saling berbagi pengalaman dan pengetahuan
tentang kehidupan ataupun hal lainnya.
Dengan bertambahnya ilmu agama yang telah didapatkan dari majelis
ta‟lim, jama‟ah dapat memperbaiki bacaan Al-Qur‟annya dengan mempelajari
ilmu tajwid atau tahsin dan tata cara ibadahnya dengan mempelajari ilmu fiqih,
yang sebelumnya mereka hanya mengerjakan sekedarnya. Jama‟ah akan
mempraktekkan ilmu yang telah didapat setelah mereka pulang ke rumah masing-
masing. Mereka akan mengerjakan setiap ibadah dengan ilmu dan akan mendidik
anak-anaknya dengan ilmu yang telah didapatkannya dari majelis ta‟lim.83
Agama adalah seperangkat aturan yang mengatur hubungan manusia
dengan Tuhan, lingkungan dan manusia lainnya.84
Keberadaan majelis ta‟lim
banyak memberikan manfaat bagi masyarakat Condet Kelurahan Batu Ampar,
khususnya kepada para jama‟ahnya. Manfaat tersebut lebih cenderung kepada
manfaat keagamaan, agar dapat memperbaiki dan meningkatkan nilai-nilai ajaran
agama Islam yang akan dijadikan bekal dalam mengarungi kehidupan beragama
di lingkungan masyarakat. Karena tidak semua masyarakat Condet Kelurahan
Batu Ampar faham dengan baik aturan-aturan atau nilai-nilai yang ada di dalam
agama Islam, maka masyarakat yang ikut-serta dalam majelis ta'lim akan
dibimbing serta diajarkan tentang aturan-aturan tersebut, setelah itu mereka akan
lebih berhati-hati dalam mempraktekkan setiap ibadah yang telah menjadi
kewajiban umat Muslim.
Banyaknya majelis ta‟lim yang ada di Condet Kelurahan Batu Ampar,
memberikan banyak ruang untuk menuntut ilmu, tidak saja untuk para ibu-ibu
akan tetapi juga ada untuk bapak-bapak dan remaja. Hal ini menunjukkan bahwa
majelis ta‟lim dapat memasuki setiap lapisan masyarakat yang ada di lingkungan
masyarakat. Kemudian, muncul antusias masyarakat terhadap acara keagamaan
seperti acara maulid Nabi Muhammad SAW yang sering diperingati oleh majelis-
83
Wawancara dengan Umi Zahra sebagai Pimpinan Majelis Ta‟lim Ad-Duratul Yatimah
pada tanggal 9 Agustus 2016. 84
Nur Syam, Tantangan Multikulturalisme Indonesia: Dari Radikalisme Menuju
Kebangsaan, (Yogyakarta: KANISIUS (Anggota IKAPI), 2009), h. 134
49
majelis ta‟lim khususnya majelis ta‟lim yang ada di Condet Kelurahan Batu
Ampar. Tidak hanya pada acara maulid akan tetapi pada acara keagamaan yang
lain pun masyarakat turut berpartisipasi baik secara materi atau pun tenaga.
Adapun isi acara dari peringatan maulid yang diadakan oleh masyarakat
Condet Kelurahan Batu Ampar yaitu, dimulai dengan membaca tawasul, yang
dilanjutkan dengan pembacaan surat Yasin dan pembacaan tahlil, setelah itu
membaca maulid dengan kitab maulid yang telah ditetapkan oleh penyelenggara
acara tersebut. Kemudian, masuk kepada acara puncak di mana penyelenggara
acara mengundang penceramah yang akan memberikan ceramah agama kepada
jama‟ah yang hadir. Biasanya penceramah bisa lebih dari satu orang. Jadi setiap
penceramah hanya diberikan waktu yang singkat untuk memberikan ceramah
agamanya. Setelah rangkaian acara berakhir, di beberapa majelis ta‟lim ada yang
menyiapkan makanan untuk dibagikan kepada jama‟ah atau makan bersama di
tempat dengan menggunakan nampan besar, kemudian para jama‟ah membentuk
kelompok-kelompok kecil untuk menghabiskan makanan yang sudah disediakan
oleh panitia penyelenggara.
B. Aspek Pembinaan Akhlak
Menurut kamus bahasa Indonesia, pembinaan yang asal katanya dari bina
atau membina berarti membangun atau mengusahakan supaya lebih baik atau
lebih maju.85
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab yang merupakan jamak dari
kata khuluqun atau khuluq yang artinya perangai, tabiat, watak dasar kebiasaan,
sopan dan santun.86
Pengertian lain dari kata akhlak menurut Al-Mu’jam Al-wasit
yaitu akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahir macam-
macam perbuatan baik dan buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan
pertimbangan.87
Jadi, akhlak merupakan sifat-sifat yang dibawa manusia sejak
lahir dan tertanam dalam jiwanya, dari sifat-sifat tersebut lahir berupa perbuatan
85
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Edisi ke-III, h. 152 86
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf Nilai-nilai Akhlak atau Budipekerti dalam Ibadah dan
Tasawuf, (Jakarta: CV Karya Mulia, 2005), h. 25-26 87
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), cet. Ke-
11, h. 2
50
baik yang disebut akhlak mulia dan perbuatan buruk yang disebut akhlak tercela
sesuai dengan bagaimana pembinaannya.
Dalam kehidupan sehari-hari akhlak sangat memiliki pengaruh yang
penting karena akhlak dapat mencerminkan seperti apa kepribadian orang
tersebut. Sikap keagamaan merupakan integritas yang kompleks antara
pengetahuan agama, perasaan agama serta tindak keagamaan dalam diri
seseorang.88
Islam sebagai suatu sistem tidak hanya dapat diwujudkan dalam
bentuk ibadah ritual saja, tapi bisa juga dalam bentuk aktifitas lainnya, salah
satunya mengikuti kegiatan keagamaan yang ada di lingkungan masyarakat.
Majelis ta'lim tidak hanya mengajarkan tentang bagaimana Islam namun
juga mengajarkan bagaimana tata cara hidup orang Islam yang baik dan benar.
Dalam hal ini, masyarakat Condet Batu Ampar masih banyak yang belum
menerapkan tata cara kehidupan yang baik. Sebagai contoh, ketika sedang makan,
bagaimana seorang Muslim beretika makan yang baik menurut Islam. Pada
kenyataannya masih banyak orang yang melakukan kesalahan ketika sedang
makan, seperti makan sambil berdiri. Kemudian, dalam adab berbicara kepada
sesama keluarga atau orang lain, masih banyak juga orang yang berbicara kasar,
berbicara dengan suara yang keras ataupun berbicara kotor.
Pembicaraan tentang akhlak atau sikap keagamaan seseorang berkaitan
dengan pengamalan ajaran agamanya, karena pengamalan ajaran agama dapat
mempengaruhi akhlak seseorang. Sifat keagamaan dapat mendorongnya untuk
berprilaku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Dari sini, ada tiga
aspek yang menjelaskan tentang membentuk kecenderungan untuk bertindak,
yaitu:89
1. Aspek kognisi, yang berhubungan dengan intelek jiwa manusia, di
mana akal pikiran merupakan potensi manusia yang dapat
88
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 199 89
Syahrul Mubarok, Peranan Majelis Ta’lim Gabungan Kaum Ibu Ad-Da’watul Islami
Dalam Membina Sikap Keagamaan Jamaah (Studi Kasus di Lingkungan Rt 13/12 Keluarahan
Sahabat Kecamatan Cengkareng Timur Jakarta Barat), Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam ,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, h. 16-17
51
dikembangkan untuk mendorong pada perbuatan yang baik dan
menghindar dari perbuatan buruk. Manusia yang berfikir dan
memahami perbuatan-perbuatannya, maka manusia membutuhkan
pegangan hidup yang disebut agama, sehingga diri manusia mengakui
adanya zat yang Mahakuasa sebagai tempat berlindung dan memohon
pertolongan.
2. Aspek afektif, yang berhubungan dengan emosional seperti perasaan
senang, tidak senang atau setuju dan tidak setuju. Jika seseorang
percaya bahwa agama adalah sesuatu yang baik dan benar, maka akan
timbul perasaan suka terhadap agama yang akan menimbulkan sikap
batin yang seimbang dalam menghayati kebenaran ajaran agama.
3. Aspek konasi merupakan wujud dari kognisi dan afeksi. Konasi
bererti bereaksi, berusaha, berkemauan dan berkehendak. Aspek ini
ditandai dengan tingkah laku yang bertujuan untuk berbuat. Konasi
disini dapat diartikan yang berhubungan dengan prilaku keagamaan.
Aspek ini dapat berfungsi untuk mendorong timbulnya perasaan
doktrin suatu ajaran agama untuk mengamalkan ajaran agama
tersebut dengan ikhlas di dalam hidupnya.
Ketiga aspek di atas dapat saling berkaitan dalam pelaksanaan
pengamalan ajaran agama. Aspek kognisi berperan menentukan kebenaran ajaran
agama berdasarkan pertimbangan intelektual seseorang. Aspek afektif berperan
untuk menyeimbangkan sikap batin dan positif dalam menghayati kebenaran
ajaran agama. Terakhir aspek konasi yang berperan dalam menimbulkan amalan-
amalan yang benar.
Dengan pembinaan akhlak yang diajarkan di majelis ta‟lim, sedikit demi
sedikit masyarakat mempunyai keinginan untuk merubahnya kemudian untuk
yang tidak mengikuti majelis ta‟lim akan mendapatkan teguran dari jama‟ah yang
mengkuti majelis ta‟lim, karena hal itu telah menjadi tanggung jawab jama‟ah
sebagai pendakwah di lingkungan keluarga maupun masyarakat di sekitar
52
rumahnya. Dengan begitu agama yang merupakan sebuah aturan akan terealisasi
dengan baik.
Dalam majelis ta‟lim tema-tema keagamaan yang berkembang dan
berkaitan dengan pembinaan akhlak berada di seputar peran kaum perempuan.
Seperti sikap-sikap keagamaan bagi perempuan yang secara umum yaitu
perempuan yang berlaku sopan, taat kepada suami, mampu mendidik anak serta
berbakti kepada suami dan masih banyak prilaku lainnya yang termasuk dalam
perannya di lingkungan keluarga.90
Padahal pembinaan akhlak tidak hanya
dikhususkan bagi kaum perempuan akan tetapi siapapun yang mengikuti majelis
ta‟lim seharusnya dapat memperbaiki akhlaknya setalah mendapatkan ilmu-ilmu
keagamaan.
Akhlak tidak hanya berarti tentang tabi'at, tingkah laku, atau budi pekerti
tapi juga tentang saling menghormati baik menghormati diri sendiri maupun
menghormati orang lain. Dalam majelis ta‟lim jama‟ah diajarkan tentang rasa
saling menghargai sesama jama‟ah dan sangat menekankan tentang menghargai
seorang pengajar atau guru. Jama‟ah yang telah mengikuti majelis ta‟lim akan
memulai untuk memperbaiki dirinya sedikit demi sedikit.91
Contoh menghormati diri sendiri yang telah dilakukan oleh jama‟ah
majelis ta‟lim yaitu jama‟ah terlihat berpakaian sopan meskipun ia berada di
dalam rumah. Dengan seperti itu, ia telah menghormati dirinya dengan
memberikan hal positif bagi dirinya sendiri. Dengan begitu orang lain yang
melihat akan lebih menghormatinya. Dari sini, majelis ta'lim di Condet Batu
Ampar mampu membawa pengaruh yang baik untuk masyarakatnya dalam aspek
pembinaan akhlak.
Selain untuk menuntut ilmu majelis ta‟lim juga berfungsi sebagai tempat
pembinaan dan pengembangan kemampuan kualitas sumber daya manusia
90
Amelia Fauzia, dkk, Tentang Perempuan Islam Wacana dan Gerakan, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2004), h. 101 91
Wawancara dengan Arini Syamsudin, Pimpinan Majelis Ta‟lim Nurul Jannah di RW
05 pada tanggal 3 Agustus 2016.
53
khususnya kaum perempuan dalam segala bidang yang sesuai dengan kodratnya,
seperti dalam bidang pembinaan akhlak yang akan dipakai untuk mengajarkan
keluarganya yang berdasarkan pada ajaran-ajaran Islam yang telah dipelajarinya
di majelis-majelis ta‟lim.92
C. Aspek Sosial dan Budaya
Mejelis ta‟lim merupakan sebuah komunitas yang ada di masyarakat.
Komunitas sendiri merupakan satu kesatuan masyarakat dengan lingkup yang
kecil, mempunyai hubungan dan keterkaitan yang kuat, memiliki kepentingan
bersama dan kesadaran sosial.93
Majelis ta‟lim merupakan komunitas primordial
yaitu komunitas yang diikat oleh persamaan agama.94
Majelis ta‟lim telah
berkembang menjadi satu bentuk gerakan sosial-keagamaan, dilihat dari gerakan
keagamaan majelis ta‟lim yang merupakan wujud dari pola gerakan perempuan.95
Pada dasarnya wanita harus memainkan peran aktif dalam menciptakan
kondisi masyarakat dan negara yang stabil, agar tecapai tujuan program
pembangunan. Di samping menjalankan peran sentralnya sebagai ibu rumah
tangga, mereka berusaha mencerdaskan kehidupan bangsa dan mentransformasi
nilai-nilai kehidupan yang baik. Hal itu dilakukan oleh para wanita agar mereka
dapat diperhitungkan dalam memainkan peran bagi negara dan bangsa yang
sedang membangun. Menurut Tutty Alawiyah wanita yang sadar akan arti
perkembangan kualitas diri, pasti dia akan berusaha untuk mengembangkannya,
seperti kegiatan di luar rumah untuk memperoleh perkembangan intektual,
spiritual ataupun fisikal. Pandangan tersebut secara tidak langsung tidak
menggambarkan wanita Betawi akan tetapi apa yang telah dijelaskan oleh Tutty
itu sangat dekat dengan adab dan aqidah Islam modern.96
92
Dakwah Menjelang Tahun 2000, (Jakarta: Koordinator Dakwah Islam, 1986), h. 65 93
Paulus Wirutomo, Sosiologi untuk Jakarta: Menuju Pembangunan Sosial-Budaya,
(Jakarta: Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Jakarta (LPMJ), 2012), h. 31-32 94
Paulus Wirutomo, Sosiologi untuk Jakarta: Menuju Pembangunan Sosial-Budaya..., h.
32 95
Amelia Fauzia, dkk, Tentang Perempuan Islam Wacana dan Gerakan, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2004), h. 100-101 96
Tutty Alawaiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Ta’lim..., h. 12-14
54
Dalam aspek sosial majelis ta‟lim memberikan pengaruh terhadap
jama‟ah dalam meningkatkan rasa kekeluargaan yang erat dengan sesama. Rasa
kekeluargaan ini digambarkan, seperti ketika ada salah satu jama‟ah yang sakit,
jama‟ah yang lain akan bersama-sama menjenguknya. Rasa kekeluargaan yang
lainnya, ketika ada yang pulang kampung, tetangganya akan bersedia untuk
menjaga rumahnya.97
Begitu juga ketika salah satu jama‟ah sedang mengadakan acara, jama‟ah
yang lain akan membantu satu sama lain, membantu dalam hal materi ataupun
tenaga. Dan ini tergambar pada acara maulid atau pengajian pada acara-acara hari
besar Islam, masyarakat biasanya menyumbang makanan dan minuman, untuk
dihidangkan pada acara tersebut, dan itu dilakukan secara sukarela. Walaupun ia
tidak hadir dalam acara tersebut, akan tetapi ada bantuan yang ia berikan langsung
kepada pengurus majelis ta‟lim yang bersangkutan.
Pada acara maulid Nabi Muhammad SAW banyak majelis yang
memberikan sajadah, mukena, ataupun santunan anak yatim.98
Hal ini dapat
mempererat hubungan sesama Muslim. Dengan begitu, kedekatan sosial di antara
masyarakat yang ada di Condet Batu Ampar dapat berjalan dengan baik. Majelis
ta‟lim memberikan tempat bagi masyarakat untuk saling bersilaturrahmi serta
mempererat hubungan persaudaraan mereka.
Pada awalnya majelis ta'lim hanya merupakan pengajian biasa yang ada
di tengah-tengah masyarakat yang awam akan ilmu agama. Dengan datangnya
orang Arab dan pulangnya para ulama-ulama Betawi yang telah menyelesaikan
studinya di Timur Tengah, kedatangan mereka memberikan warna baru bagi
pengajian-pengajian yang telah ada. Hal ini dapat terjadi karena banyaknya
masyarakat keturunan Arab yang tinggal di lingkungan Condet Batu Ampar,
kemudian kebudayaan orang-orang Arab dalam berdakwah dipakai oleh
masyarakat pribumi, sehingga jadilah suatu kebudayaan baru bagi masyarakat
97
Wawancara dengan Umi Zahra sebagai Pimpinan Majelis Ta‟lim Ad-Duratul Yatimah
pada tanggal 9 Agustus 2016. 98
Titin Wirdati, Asimilasi Sosial-Budaya Komunitas Keturunan Arab di Kelurahan
Condet Balekambang, Jakarta Timur, (Jakarta: Jurusan Sosiologi Agama, Fakultas Sosial dan
Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2010), h. 31
55
dalam memberikan corak bagi pengajian. Menurut Ki Hajar Dewantara budaya
mempunyai arti buah budi manusia yang merupakan hasil perjuangan manusia
terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat).99
Saat ini masyarakat mulai gemar dengan lagu-lagu shalawat yang sering
digunakan oleh majelis ta‟lim yang dipimpin oleh kalangan Habaib dan keturunan
Arab lainnya, seperti pembacaan rawi dan kitab maulid yang dibawakan dengan
diiringi alat musik berupa marawis, rebana, atau hadrah. Kemudian, kegiatan itu
mulai diadakan oleh majelis ta‟lim yang ada di Condet Batu Ampar agar dapat
dilakukan di majelis ta‟limnya sebelum memulai kajian, atau ketika datang bulan
maulid dan acara-acara besar Islam lainnya, group musik tersebut akan
ditampilkan sebagai hiburan bagi jama‟ah yang hadir.
Dari majelis ta‟lim, masyarakat tidak sekedar menuntut ilmu agama yang
wajib dilakukan bagi setiap umat Muslim, majelis ta‟lim juga memberikan
pengaruh dari aspek kebudayaan bagi masyarakat Condet Batu Ampar. Setalah
jama‟ah mempelajarinya di majelis ta‟lim, mereka membawa kebiasaan yang ada
di majelis ta‟lim sampai ke rumah. Seperti lagu-lagu qasidah yang mereka
hafalkan di majelis ta‟lim, mereka dapat gunakan sebagai kebiasaan untuk
dinyanyikan sebelum tidur kepada anak-anaknya.
Selain itu, ada wisata religius, seperti majelis ta‟lim mengadakan ziarah
ke makam ulama-ulama Islam yang telah berjuang menegakkan ajaran-ajaran
Islam, makam Wali Songo yang berada di Jawa, dimulai dari makam Sunan
Gunung Jati yang berada di Jawa Barat, dilanjutkan menuju makam Sunan
kalijaga, Sunan Kudus, dan Sunan Muria yang berada di Jawa Tengah, kemudian
makam Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Drajat, dan Sunan Bonang yang berada
di Jawa Timur, dan tempat-tempat bersejarah yang berkaitan dengan Islam.100
Makam dan tempat-tempat bersejarah lainnya sering menjadi tujuan majelis ta‟lim
pada kegiatan wisata religius. Hal ini dilakukan karena berziarah ke makam
99
Noorkasiani, Heryati, dan Rita Ismail, Sosiologi Keperawatan, (Jakarta: EGC, 2009), h.
12 100
Sjamsudduha, Wali Sanga Tidak Pernah Ada?: Menyingkap Misteri Para Wali dan
Perang Demak-Majapahit, (Surabaya: JP BOOKS, 2006), h. 1
56
orang-orang yang dianggap waliyullah telah menjadi tradisi masyarakat Islam
pada umumnya.
Kegiatan seperti ini biasanya diadakan setahun sekali, dengan sistem
pembayaran dapat dicicil setiap pertemuan ketika ada jadwal pengajian. Selain
mengadakan perjalanan religius, biasanya setelah selesai ziarah jama‟ah diajak
untuk menikmati keindahan alam atau refreshing. Hal ini dilakukan agar para
jama‟ah ketika kembali pada rutinitas sehari-hari akan lebih bersemangat dalam
menjalaninya.101
Kemudian, ada lagi kebudayaan yang terpengaruh dari orang-orang Arab
lewat majelis ta‟lim yaitu pakaian. Dewasa ini, masyarakat Condet Batu Ampar
banyak yang menggunakan gamis hitam atau sering disebut dengan abaya.
Pakaian ini biasa digunakan wanita-wanita Arab atau Timur Tengah dalam
kesehariannya.102
Dengan masuknya orang-orang Arab ke Indonesia dan
menyebar ke pelosok-pelosok daerah Jakarta khususnya Condet, masyarakat
Condet Batu Ampar terpengaruh dengan gaya busana yang mereka pakai. Hal ini
karena, abaya yang mereka pakai, sesuai dengan ajaran Islam bagi para wanita
yaitu dapat menutupi bentuk tubuhnya dan tidak terawang. Lama-kelamaan
busana ini banyak dipakai dan dicari oleh jama‟ah majelis ta‟lim untuk dipakai
ketika acara pengajian.
D. Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi dalam pengaruhnya di majelis ta‟lim agaknya terdengar
tidak biasa, akan tetapi fenomena yang terjadi saat ini adalah pengajian menjadi
tempat berjalannya perekonomian para jama‟ah dengan masyarakat lainnya.
Konsumen utamanya yaitu para jama‟ah yang hadir dalam majelis ta‟lim, dengan
menggunakan metode penjualan presentasi kepada konsumen atas barang yang
101
Wawancara dengan Arini Syamsudin, Pimpinan Majelis Ta‟lim Nurul Jannah di RW
05 pada tanggal 3 Agustus 2016. 102
Wawancara dengan Umi Zahra sebagai Pimpinan Majelis Ta‟lim Ad-Duratul Yatimah
pada tanggal 9 Agustus 2016
57
akan dijual, kemudian mendatangi setiap majelis ta‟lim yang sedang mengadakan
pengajian.103
Keadaan yang terlihat dari beberapa majelis ta‟lim yang ada di Condet
Batu Ampar yaitu adanya fasilitas bagi pedagang yang ingin berjualan ketika ada
acara-acara besar yang diadakan oleh majelis ta‟lim. Namun, ada juga para
pedagang yang langsung memenuhi lapak-lapak kosong yang ada di sekitar acara
majelis ta‟lim, tanpa izin terlebih dahulu dengan pengurus majelis ta‟lim terkait.
Kelurahan Batu Ampar mendukung usaha masyarakatnya dengan mengadakan
bazar dan memberikan fasilitas bagi pedagang. Ketika kantor Kelurahan Batu
Ampar mengadakan acara maulid, Isra Mi‟raj dan acara hari besar Islam lainnya.
Adanya aspek ekonomi dalam majelis ta‟lim ini dapat saling memudahkan, yaitu
apabila salah satu jama‟ah ada yang mempunyai usaha atau berdagang, dari situ
jama‟ah yang lain dapat membeli dengan keringanan yaitu boleh dibayar kredit
atau dicicil.
Berbicara majelis ta‟lim tidak jauh dengan berbicara tentang
perkumpulan ibu-ibu yang mempunyai satu tujuan yaitu meningkatkan kualitas
diri dalam hal keagamaan. Disamping itu, ada kegiatan lain yang dibuat oleh
majelis ta‟lim untuk mempererat hubungan antara jama‟ah dan masyarakat lain,
kegiatan itu disebut arisan. Arisan tersebut tidak saja diadakan untuk para jama‟ah
yang ikut dalam majelis ta‟lim, akan tetapi masyarakat luar yang tidak mengikuti
pengajian majelis ta‟lim juga boleh mengikutinya. Kegiatan seperti ini dapat
berdampak positif bagi masyarakat yang tinggal di sekitar majelis ta‟lim, agar
tidak ada rasa perpecahan atau perselisihan di antara masyarakat baik yang
mengikuti majelis ta‟lim dan yang tidak mengikuti majelis ta‟lim.
Arisan juga dapat berpengaruh kepada kondisi sosial masyarakat yaitu
menyatukan masyarakat dalam satu kegiatan tanpa melihat status sosialnya.
Majelis ta‟lim tidak melihat dari status sosialnya akan tetapi lebih kepada
hubungan persaudaraannya. Selain arisan, majelis ta‟lim juga mempunyai
103
Grant Steward, Sukses Manajemen Penjualan: Cara Membuat Tim Penjualan Anda
Menjadi yang Terbaik, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 4
58
kegiatan lain dalam aspek ekonomi seperti mengumpulkan uang kas. Dari uang
kas tersebut majelis ta‟lim dapat memberikan pinjaman bagi jama‟ah yang
membutuhkan seperti memberikan modal untuk membuka usaha kecil-kecilan,
dengan sistem pembayaran kredit atau cicilan sesuai perjanjian antara peminjam
dan pengurus majelis ta‟lim. Uang kas yang dikumpulkan dari para jama‟ah akan
kembali kepada jama‟ah lagi, ketika jama‟ah ada yang mengadakan acara, majelis
ta‟lim akan membatu dengan menggunakan uang kas tersebut. Ketika salah satu
jama‟ah ada yang terkena musibah, maka majelis ta‟lim dengan menggunakan
uang kas akan memberikan sumbangan kepada jama‟ah yang terkena musibah.
Majelis ta‟lim saat ini telah menjadi suatu proses umum yang
berkembang di wilayah metropolitan seperti Jakarta. Sebagai salah satu cara untuk
mendekatkan diri kepada agama Islam dengan cara yang modern.104
Para wanita
karir yang mempunyai pekerjaan kedua setelah menjadi ibu rumah tangga dalam
keluarganya, banyak yang mengikuti majelis ta‟lim. Faktor yang menjadikan
mereka ikut aktif dalam kegiatan majelis ta‟lim, salah satunya yaitu program haji
dan umroh yang diadakan oleh majelis ta‟lim tertentu.
Selain menambah ilmu agama bagi dirinya, ada keinginan lain yang
mereka dapatkan dengan mengikuti majelis ta‟lim. Saat ini majelis ta‟lim
memberikan banyak inovasi agar jama‟ah termotivasi untuk terus hadir pada
kegiatan majelis ta‟lim. Salah satunya mengadakan arisan atau tabungan yang
disepakati pada setiap pertemuannya, kemudian arisan atau tabungan tersebut
digunakan untuk membiayai haji atau umroh para jama‟ah yang mendapatkan
giliran.
Ada kegiatan tahunan ketika hari raya besar umat Islam yaitu kegiatan
pembagian zakat, di setiap masjid akan membuka tempat penyaluran zakat, dan
setelah terhimpun dana zakat akan di salurkan kepada mereka yang berhak
menerima zakat. Adanya manajemen zakat yang dikelola oleh pengurus masjid
dan majelis ta‟lim, akan lebih mempermudah untuk menjalankan fungsi zakat di
masyarakat. Zakat merupakan sebagian kekayaan yang dimiliki oleh seseorang,
104
Moeslim Abdurrahman, Bersujud di Baitullah: Ibadah Haji, Mencari Kesalehan
Hidup, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2009), h. 151
59
yang diberikan kepada golongan masyarakat tertentu dengan ketentuan yang
berlaku dalam Islam.105
Kelembagaan yang hadir melalui masjid akan dapat
meningkatkan kesadaran dari masyarakat dalam memberikan fungsinya. Hal itu
dapat dilihat dari pembentukan kelembagaan ekonomi di bawah manajemen
masjid.106
Pendataan nama-nama yang berhak menerima zakat akan di
musyawarahkan dengan majelis ta‟lim, setelah mendapatkan hasil atas siapa yang
berhak menerima zakat, barulah pengurus masjid dan majelis ta‟lim membagikan
zakat tersebut kepada yang berhak.107
Majelis ta‟lim telah banyak memberikan pengaruh dari beberapa aspek
kehidupan, tidak hanya aspek keagamaan yang dapat memberikan perkembangan
bagi diri manusia agar dapat hidup sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Akan
tetapi, majelis ta‟lim dapat memberikan pengaruh dari aspek ilmu pengetahuan
yang dapat menjadikan masyarakat berkembang dengan menjadi alat untuk
mencapai kesejahteraan hidup manusia dan juga pengaruh dari aspek sosial
seperti; aspek hidup kemasyarakatan yang dapat menjadikan masyarakat dapat
berlaku adil dan menciptakan kemakmuran; aspek hidup berkeluarga yang dapat
menjadikan masyarakat berkembang menjadi keluarga yang harmonis.108
105
Beni Kurniawan, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta:
GRASINDO, 2009), h. 58 106
Elfindri, dkk, Strategi Sukses Membangun daerah,(Gorga Media, 2008), h. 241 107
Elfindri, dkk, Strategi Sukses Membangun daerah,... h. 245 108
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 9
60
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari seluruh rangkaian proses penelitian yang penulis lakukan, dengan
berfokus pada judul yang diangkat yaitu Perkembangan Majelis Ta‟lim dan
Pengaruhnya di Kelurahan Batu Ampar Condet Jakarta Timur Tahun 1955-2015.
Condet merupakan wilayah Jakarta Timur, condet sendiri dibagi menjadi tiga
kelurahan, yaitu Kelurahan Batu Ampar, Kampung Tengah (Kampung Gedong),
dan Bale Kambang. Skripsi ini hanya mengambil satu kelurahan, yaitu Kelurahan
Batu Ampar. Di Kelurahan Batu Ampar, keseluruhan penduduk berjumlah 51.740
jiwa yang terdiri dari laki-laki, 26.248 jiwa dan perempuan 25.492 jiwa. Adapun
luas wilayah Kelurahan Batu Ampar adalah 255.025 Hektar, yang dibagi menjadi
6 RW dan 86 RT. Kondisi sosial keagamaan yang ada di Kelurahan Batu Ampar
tidak terlepas dari keberadaan orang-orang Arab di Jakarta. Adanya penghapusan
pemukiman orang Arab yang berada di Pekojan pada tahun 1919 M,
mengakibatkan menyebarnya orang-orang Arab ke daerah-daerah lain yang salah
satunya adalah Condet. Maka tidaklah heran jika saat ini, banyak orang Arab yang
tinggal di Condet, bahkan mereka sudah seperti tuan rumah di kampung orang.
Dari kalangan Habaib kebanyakan mereka berdakwah dan mendirikan yayasan
dan majelis-majelis ta‟lim untuk menyebarkan agama Islam di masyarakat. Dapat
dilihat juga dari kesehariannya, masyarakat Condet Batu Ampar ini agamis. Hal
ini disebabkan masyarakat mau mengikuti tradisi-tradisi orang Arab yang datang
ke Condet. Masyarakat Condet Batu Ampar memiliki tingkat kesadaran yang
cukup baik bagi pentingnya pendidikan. Hal ini dilihat dari jumlah angka yang
tidak sekolah lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah angka yang bersekolah.
Adapun kondisi ekonomi yang ada di Condet Batu Ampar adalah adanya usaha
ekonomi lemah, Industri besar Menengah dan Koperasi.
Hal menarik lainnya dapat dilihat dari pembahasan tentang
Perkembangan Majelis Ta‟lim di Kelurahan Batu Ampar yaitu perkembangannya
yang hingga saat ini masih mendapatkan antusias masyarakat, walaupun dengan
61
jama‟ah yang tidak banyak tetapi majelis ta‟lim tetap memberikan manfaatnya
kepada masyarakat yang ingin mengembangkan dan membekali dirinya dengan
ilmu agama. Kesenjangan ini disebabkan karena majelis ta‟lim masih identik
dengan orang tua, ibu rumah tangga, dan jama‟ah sholat di masjid atau musholla.
Pada akhirnya banyak majelis ta‟lim yang berdiri khusus hanya untuk ibu-ibu,
bapak-bapak, remaja bahkan anak-anak. Adapun perkembangan majelis ta‟lim di
Condet Batu Ampar, sebagai berikut:
1. Majelis ta‟lim yang awalnya hanya pengajian biasa yang diadakan di
masjid-masjid dan musholla-musholla, secara bertahap berkembang
dengan banyaknya minat masyarakat untuk menuntut ilmu agama di
majelis ta‟lim. Prosentase perkembangan yaitu dari tahun 1955-1999
berada di posisi angka 1, kemudian dari tahun 2000 sampai 2011
kenaikan perkembangan sampai di angka 2, 3, dan 4 hingga mencapai
angka 5 pada tahun 2010. Tidak hanya minat masyarakat yang banyak,
akan tetapi banyak juga masyarakat yang ingin mendirikan majelis
ta‟lim. Bagi masyarakat Condet Batu Ampar, berdakwah merupakan
hal yang tidak boleh dihilangkan dari masyarakat Betawi di Condet
Batu Ampar.
2. Dinamika perkembangan majelis ta‟lim di Kelurahan Batu Ampar
Condet, diketahui sangat baik. Banyak masyarakat yang peduli
terhadap pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan mereka dan
generasi di bawah mereka. Keberadaan majelis ta‟lim di tengah-tengah
masyarakat sangat berperan dalam menanamkan ajaran Islam di
lingkungan masyarakat perkotaan.
3. Majelis ta‟lim mengalami perkembangan yang perlahan namun pasti,
di Kelurahan Batu Ampar Condet. Dari tahun 1955 sampai 1999 setiap
tahun hanya ada satu majelis ta‟lim yang berdiri. Tapi tahun 1983 dan
1990 ada dua majelis ta‟lim yang berdiri. Dimulai dari tahun 2000
sampai 2011 kenaikan yang sangat signifikan pada pendirian majelis
ta‟lim di Kelurahan Condet Batu Ampar mulai terlihat. Jumlah
keseluruhan majelis ta‟lim yang ada di Kelurahan Condet Batu Ampar
62
sebanyak 36 majelis ta‟lim, dengan rincian majelis ta‟lim yang
diadakan di rumah sebanyak 11 majelis ta‟lim, diadakan di majelis
(tempat khusus) ada sebanyak 11 majelis ta‟lim, diadakan di
masjid/musholla ada sebanyak 7 majelis ta‟lim, diadakan di aula
yayasan ada sebanyak 4 majelis ta‟lim dan lainnya diadakan di
posyandu dan kantor Kelurahan atau RW ada sebanyak 3 majelis
ta‟lim.
4. Keberhasilan ini disebabkan adanya dukungan pengurus majelis ta‟lim
yang memberikan fasilitas yang dibutuhkan, memberikan semangat
dan motivasi kepada jama‟ah, dan juga metode atau cara penyampaian
materi yang sangat mudah untuk dipahami, sehingga menumbuhkan
semangat untuk terus menuntut ilmu, yang didasari dengan ketululusan
untuk menambah pengetahuan agama sehingga dapat tertanam aqidah
dan ibadah yang baik dan tercermin sikap keberagamaan yang baik.
Berkembangnya majelis ta‟lim bukan tanpa pengaruh bagi masyarakat
Condet Batu Ampar. Banyak pengaruh yang diberikan majelis ta‟lim kepada
jama‟ahnya di antaranya; pengaruh dari aspek pendidikan keagamaan, yaitu
majelis ta‟lim dapat menjadi tempat menuntu ilmu dan menambah wawasan,
bukan hanya ilmu agama, tetapi juga ilmu dunia; pengaruh dari aspek pembinaan
akhlak, yaitu memperoleh ilmu tentang tata cara hidup sebagai orang Islam yang
baik dan benar, yang kemudian diinterpretasikan dalam kehidupan sehari-hari
dalam mendidik anak dan keluarga; pengaruh dari aspek sosial budaya, yaitu
meningkatkan rasa kekeluargaan yang erat terhadap sesama, dan dari sisi budaya
masyarakat mulai gemar dengan lagu-lagu shalawat yang mereka baca di
pengajian. Terakhir pengaruh dari aspek ekonomi, yaitu adanya arisan, tabungan
dan praktek jual-beli dengan keringanan dalam membayarnya yaitu dengan sistem
kredit atau mencicil. Studi ini menemukan bahwa kegiatan majelis ta‟lim
mendapat respon sangat baik dari masyarakat.
63
B. SARAN
1. Perlu ada penelitian lebih lanjut terkait dengan perkembangan majelis ta‟lim
yang ada di Condet Kelurahan Batu Ampar untuk melengkapi dan
meneruskan penlitian ini.
2. Perlu dibuat daftar materi pengajian, agar materi yang nanti disampaikan oleh
ustadzah terprogram secara sistematis, bahkan dimungkinkan untuk
pembuatan buku ringkasan materi untuk jamaah.
3. Majelis Ta‟lim perlu memasangkan plang nama, spanduk atau tanda pengenal
lainnya di setiap majelis ta‟lim, agar memudahkan masyarakat baru yang
ingin mengikuti pengajian di majelis ta‟lim agar mengetahui majelis ta‟lim
yang dekat dengan tempat tinggalnya.
64
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdurrahman, Dudung. 1999. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Logos
Wacana Ilmu.
Abdurrahman, Moeslim. 2009. Bersujud di Baitullah: Ibadah Haji, Mencari
Kesalehan Hidup. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Adib, Muhammad. 2009. Burdah: Antara Kasidah, Mistis dan Sejarah.
Yogyakarta: Pusaka Pesantren.
Alawiyah, Tutty. 1997. Strategi Dakwah Di Lingkungan Majelis Taklim. Bandung
: Mizan.
Ardani, Moh. 2005. Akhlak Tasawuf Nilai-nilai Akhlak atau Budipekerti dalam
Ibadah dan Tasawuf. Jakarta: CV Karya Mulia.
Arif, Muhamad. 2001. Pengantar Kajian Sejarah. Bandung: Yrama Widy.
Arifin, M. 1995. Kapita Selekta Pendidikan Islam (Islam dan Umum). Jakarta:
Bumi Aksara.
Asmaran. 1994. Pengantar Studi Akhlak. Cet. Ke-11Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Aziz, Abdul. 2002. Islam dan Masyarakat Betawi. Jakarta: LP3S.
Azra, Azyumardi. 2002. Islam Nusantara : Jaringan Global dan Lokal. Bandung :
Mizan.
Baidhawy, Zakiyudin. 2003. Agama dan Pluralitas Budaya Lokal. Surakarta:
Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial , UMS.
Berg, L. W. C. van den. 1989. Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara. Jakarta:
INIS.
Blackburn, Susan. 2011. Jakarta: Sejarah 400 Tahun. Jakarta: Masup Jakarta.
Bruinessen, Martin Van. 1999. Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat: Tradisi-
tradisi Islam di Indonesia. Bandung: Mizan.
Burhanudin, Jajat. 2002. Ulama Perempuan Indonesia. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Dakwah Menjelang Tahun 2000. 1986. Jakarta: Koordinator Dakwah Islam.
65
Dewan Redaksi Ensiklopedi. 1994. Ensiklopedi Islam. Cet. Ke-4, jilid 3. Jakarta:
PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.
Elfindri, dkk. 2008. Strategi Sukses Membangun daerah. Gorga Media.
Fauzia, Amelia. Dkk. 2004. Tentang Perempuan Islam Wacana dan Gerakan.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Gunarso, P., Setyawati, T., Sunderland, T.C.H. dan Schakleton, C. 2009.
Pengelolaan Sumber Daya Hutan di Era Disentralisasi: Pelajaran yang
diperoleh dari hutan penelitian Malinau, Kalimantan Timur, Indonesia.
Bogor: CIFOR.
Herijulianti, Eliza, Tati Svasti Indriani, dan Sri Artini. 2001. Pendidikan
Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC.
Huda, Nurul. 1987. Pedoman Majelis Ta’lim. Jakarta: Koordinasi Dakwah Islam
(KODI).
Jalaludin. 2007. Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pendekatan llmu Sosial dalam Metodelogi Sejarah.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Khozin. 2006. Jejak-jejak Pendidikan Islam di Indonesia. Malang: Universitas
Muhammadiyah, 2006.
Kurniawan, Beni. 2009. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: GRASINDO.
Lubis, Firman. 2008. Jakarta 1960-an: Kenangan Semasa Mahasiswa. Jakarta:
Masup Jakarta.
Mauladdawilah, Abdul Qadir Umar. 2010. 17 Habaib Berpengaruh di Indonesia,
cet. VII. Malang: Pustaka Bayan.
Merton, Robert K. Manifes and Latent Function dalam R.K Merton Sosial Theory
and Sosial Structure. New York: Free Press.
MK, Muhsin. 2009. Manajemen Majelis Taklim. Jakarta: Pustaka Intermasa.
Muhadjir. 2000. Bahasa Betawi: Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta:
Puslitbang Kemasyarakatan dan Kebudayaan (PMB-LIPI) dengan The
Ford Foundation.
Noorkasiani, Heryati, dan Rita Ismail. 2009. Sosiologi Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, Dinas Kebudayaan, dan
Permusiuman, culture & Heritage. Cet. Ke-II. 2005. Ensiklopedia Jakarta :
Dinas Kebudayaan, dan Permusiuman.
Pinuluh, Esa Damar. 2010. Pesona Majapahit. Yogyakarta: BUKUBIRU.
Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI,
2016.
Purba, Orinton. 2015. Panduan Praktis Mendirikan Berbagai Macam Usaha (PT,
CV, Firma, Yayasan, Koperasi). Jakarta: Raih Asa Sukses (Penebar
Swadaya Grup).
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Edisi ke-III. Jakarta: Balai Pustaka.
Ritzer, George. 2007. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berpradigma Ganda. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
66
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi dari Teori Sosiologi Klasik sampai
Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Post Modern. Yogyakarta: Kreasi
Wacana.
Rofi, Sofyan. 2016. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Yogyakarta:
Deepublish.
Ruchiat, Rachmat. 2012. Asal-usul Nama Tempat di Jakarta. Jakarta: Masup
Jakarta.
Saleh, A. Chunaini. 2008. Penyelenggaraan Haji Era Reformasi Analisis Internal
Kebijakan Publik Departemen Agama. Tangerang: Pustaka Alvabet.
Sandy, I Made. 1985. Republik Indonesia Geografi Regional. Jakarta: Puri
Margasari.
Sitio, Arifin dan Halomoan Tamba. 2001. Koperasi : Teori dan Praktik. Jakarta :
Erlangga.
Sjamsudduha. 2006. Wali Sanga Tidak Pernah Ada?: Menyingkap Misteri Para
Wali dan Perang Demak-Majapahit. Surabaya: JP BOOKS.
Steward, Grant. 2006. Sukses Manajemen Penjualan: Cara Membuat Tim
Penjualan Anda Menjadi yang Terbaik. Jakarta: Erlangga.
Syahidin. 2003. Pemberdayaan Umat Berbasis Masjid. Bandung: Alfabeta.
Syam, Nur. 2009. Tantangan Multikulturalisme Indonesia: Dari Radikalisme
Menuju Kebangsaan. Yogyakarta: KANISIUS (Anggota IKAPI).
Tjandrasasmita, Uka. 2000. Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-kota Muslim
di Indonesia. Menara Kudus.
Uhbiyati, Nur. 1997. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Watiniyah, Ibnu. 2015. Ibu Sekuat Seribu laki-laki. Depok: Kaysa Media.
Wirutomo, Paulus. 2012. Sosiologi untuk Jakarta: Menuju Pembangunan Sosial-
Budaya. Jakarta: Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Jakarta (LPMJ).
Wawancara
Wawancara dengan Arini Syamsudin, Pimpinan Majelis Ta‟lim Nurul Jannah di
RW 05 pada tanggal 3 Agustus 2016.
Wawancara dengan Umi Zahra sebagai Pimpinan Majelis Ta‟lim Ad-Duratul
Yatimah pada tanggal 9 Agustus 2016.
Wawancara dengan Ibu Hj. Maryam Tokoh Masyarakat RW 06 Kelurahan Batu
Ampar Condet pada tanggal 12 Agustus 2016.
Wawancara dengan Ahmad Fuadi Pimpinan Majelis Ta‟lim Al-Fuadiyah yang
berada di RW 04 Kelurahan Batu Ampar Condet pada tanggal 13 Oktober
2016.
Wawancara dengan Ibu Hj. Sarpiah Ketua Majelis Ta‟lim Az-Zuhriyah RW 02
Kelurahan Batu Ampar Condet pada tanggal 13 Agustus 2016.
Wawancara dengan Ibu Miroroh sebagai Ibu Ketua RT 011/RW 05 Kelurahan
Batu Ampar Condet pada tanggal 17 Oktober 2016.
Wawancara dengan Bapak M. Shidiq Ketua Majelis Ta‟lim Nahdatul Mubtadiin
RW 06 Kelurahan Batu Ampar Condet pada tanggal 17 Oktober 2016.
Wawancara dengan Bpk. Agus Pimpinan Yayasan Al-Muhajirin RW 05 pada
tanggal 23 Januari 2017.
67
Laporan Tahunan Kelurahan Batu Ampar Condet
Tentang Gambaran Umum Daerah. Jakarta: Februari, 2015.
Tentang jumlah penduduk berdasar umur dan jenis kelamin. Jakarta: Februari,
2015.
Tentang Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian. Jakarta: Februari,
2015.
Tentang Luas Wilayah. Jakarta: Februari, 2015.
Jurnal dan Artikel
Hafsah, Mohammad Jafar. Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah
(UKM), infokop Nomor 25 Tahun XX. 2004.
Muhaimin, Abdul Ghoffir. 1995. The Islamic Traditions of Cirebon: Ibadat and
Adat Among Javanese Muslims. The Australian National University.
Published by ANU E Press.
Putra, Riky Eka. Pengaruh Nilai Investasi, Nilai Upah, dan Nilai Produksi
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Mebel di Kecamatan
Pedurungan Kota Semarang, Economics Development Analysis Journal 1
(2) (2012).
Sudarman, Ari. Pengertian Dasar Fungsi Pasar dan Harga, Teori Ekonomi Mikro
1, ESPA4211/MODUL 1.
Skripsi
Iqbal, Muhammad Zafar. 2002. Islam di Jakarta Studi Sejarah Islam dan Budaya
Betawi. Jakarta : Disertasi Program Pasca Sarjana IAIN.
Kadir, Ninip Hanifah. 2001. Pemahaman Mubaligh Tentang Kepemimpinan
Perempuan Dalam Islam: Studi Kasus Majelis Ta’lim As-Syafi’iyah
Pondok Gede). Tesis Program Kajian Wanita, Universitas Indonesia.
Mubarok, Syahrul. Peranan Majelis Ta’lim Gabungan Kaum Ibu Ad-Da’watul
Islami Dalam Membina Sikap Keagamaan Jamaah (Studi Kasus di
Lingkungan Rt 13/12 Keluarahan Sahabat Kecamatan Cengkareng Timur
Jakarta Barat). Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam , Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Wirdati, Titin. 2010. Asimilasi Sosial-Budaya Komunitas Keturunan Arab di
Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur. Jakarta: Jurusan
Sosiologi Agama, Fakultas Sosial dan Politik, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah.
68
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Gambar 1.1 Majelis Ta‟lim Al-Mujahidin sebagai majelis ta‟lim yang tertua di
Kelurahan Batu Ampar yang berdiri pada tahun 1955.
Gambar 2.1 Majelis Talim Babut Taubah menjadi majelis ta‟lim tertua di RW 01
yang berdiri pada tahun 1992.
69
LAMPIRAN 2
Gambar 1.2 Majelis Talim Al-Barkah At-Tachmid salah satu contoh majelis
ta‟lim yang berkembang menjadi yayasan berdiri pada tahun 1995.
Gambar 2.2 Majelis Ta‟lim Sirojuth Tholibin salah satu contoh majelis ta‟lim
yang memakai rumah pendiri atau guru sebagai tempat pengajiannya, berdiri pada
tahun 1998.
70
Gambar 3.2 Majelis Talim Nurul Jannah merupakan salah satu contoh majelis
ta‟lim yang bertempat di majelis untuk mengadakan pengajian, berdiri pada tahun
1965.
LAMPIRAN 3
Gambar 1.3 Suasana pengajian mingguan Majelis Ta‟lim As-Syifa yang diadakan
di salah satu rumah warga Kelurahan Batu Ampar.
71
Gambar 2.3 Sosialisasi LSM Puspaga (Pusat Pembelajaran Keluarga) di Majelis
Ta‟lim Babul Jannah.
Gambar 3.3 Pengajian bergilir dari rumah satu ke rumah yang lain pada
masyarakat Kelurahan Batu Ampar.
72
LAMPIRAN 4
Gambar 1.4 Majelis Talim Nurul Qadim dalam peringatan Isra Mi‟raj.
Gambar 2.4 Acara Isra Mi‟raj