perkembangan dan organisasi lsm

44
PERKEMBANGAN DAN ORGANISASI LSM PAPER diajukan guna melengkapi dan memenuhi tugas Matakuliah Akuntansi Sektor Publik Oleh: Kelompok 5 Annisa Aulia Rahmanti (130810301054) NurulFitriyah (130810301061) NindyaTyasHasanah (130810301083) PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI

Upload: anisrahmanti

Post on 02-Feb-2016

31 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Akuntansi Sektor Publik

TRANSCRIPT

Page 1: Perkembangan Dan Organisasi Lsm

PERKEMBANGAN DAN ORGANISASI LSM

PAPER

diajukan guna melengkapi dan memenuhi tugas Matakuliah Akuntansi Sektor Publik

Oleh:

Kelompok 5

Annisa Aulia Rahmanti (130810301054)NurulFitriyah (130810301061)NindyaTyasHasanah (130810301083)

PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSIJURUSAN AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 2: Perkembangan Dan Organisasi Lsm

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................i DAFTAR ISI.............................................................................................ii BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................1

BAB 2. PEMBAHASAN.........................................................................2

2.1 Paradigma Pembangunan dan Pertumbuhan Organisasi

di Masyarakat.............................................................................2

2.2 Filosofi Lahirnya Konsep Civil Society....................................4

2.3 Kategori Civil Society Organization.........................................6

2.3.1 Popular Organization (Organisasi Massa/Rakyat).........6

2.3.2 Organisasi Profesi...........................................................6

2.3.3 NGO/LSM......................................................................7

2.3.4  Organisasi Akar Rumput (Grass Root)..........................8

2.4 NGO Are The Heart of Civil Society.......................................8 

2.5 Perbedaan CSO dan NGO/LSM.............................................9

2.6 Pelayanan Publik: Antara Birokrasi, Mekanisme Pasar,

dan LSM...............................................................................10

2.7 Ciri-ciri LSM.........................................................................10

2.8 Bentuk-Bentuk LSM.............................................................10

2.9 Kilas Balik Sejarah LSM.......................................................12

2.10 Peran-Peran LSM.................................................................12

2.11 Faktor-Faktor Penunjang Peran LSM..................................13

2.12 Kategori LSM......................................................................13

2.13 Pengelolaan Organisasi LSM...............................................14

2.14 Sifat dan Karakteristik Akuntansi Lembaga Swadaya

Masyarakat...........................................................................17

2.15 Akuntansi LSM: Sebuah Jawaban Atas Tuntutan

Reformasi.............................................................................18

2.16 Sistem Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Biaya

LSM.....................................................................................19

2.17 Penerapan Sistem Akuntansi Biaya LSM..............................20

2.17.1 Definisi Akuntansi Biaya LSM.................................20

2.17.2 Siklus Akuntansi Biaya LSM...................................21

Page 3: Perkembangan Dan Organisasi Lsm

2.17.3 Klasifikasi biaya LSM...............................................21

2.17.4 Analsis Biaya LSM....................................................22

2.17.5 Laporan Biaya LSM..................................................23

BAB 3. KESIMPULAN........................................................................24

DAFTAR PUSTAKA............................................................................25

Page 4: Perkembangan Dan Organisasi Lsm

BAB 1. PENDAHULUAN

Permasalahan utama yang sangat mendasar dalam hal pemberdayaan masyarakat oleh LSM/NGO adalah stigma LSM/NGO yang tumbuh disebagian dibenak masyarakat yang masih menaruh curiga terhadap kehadiran dan aktivitas dari LSM/NGO. Pada satu sisi LSM/NGO dipersepsikan alat bagi neo liberalisme atau agen Negara Asing, hal ini dikarenakan sebagian besar dana kegiatan-kegiatan yang dilakukan LSM/NGO di Indonesia di danai oleh negara asing dan tentunya ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh NGO untuk memperoleh dana tersebut. Disisi lain, sampai saat ini tidak ada mekanisme pertanggungjawaban LSM/NGO terhadap masyarakat.

Apa yang kita lihat selama ini adalah banyak sekali LSM yang sangat lemah dalam mengadopsi sistem manajemen moderen, ketergantungannya pada pola-pola hubungan patron-client, dan dalam sumber daya manusia. LSM di Indonesia dalam praktiknya juga masih terkungkung dalam wacana pembangunanisme (developmentalisme) yang tidak kritis terhadap masalah-masalah ketimpangan struktural, kelangkaan partisipasi, dan ketergantungan terhadap kekuatan diluar.

Yang disebut belakangan ini berbentuk ketergantungan pada negara maupun founding agencies baik dalam bentuk dana, keahlian, dan kemampuan. Sehingga LSM-LSM yang seharusnya bersinergi dan menampilkan diri sebagai aktor-aktor dalam gerakan-gerakan sosial baru (New Social Movement) ternyata lebih sering menampakkan diri sebagai agen-agen subkontraktor pembangunan dari lembaga-lembaga milik pemerintah maupun swasta asing.

Page 5: Perkembangan Dan Organisasi Lsm

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Paradigma Pembangunan dan Pertumbuhan Organisasi di Masyarakat

Pengalaman masa lalu telah memberikan pelajaran berharga bagi bangsa

Indonesia. Pembangunan dimasa Orde Baru yang dilaksanakan dengan

pendekatan top-down dan sistem sentralitis terbukti tidak berhasil baik di bidang

sosial maupun politik meskipun dibidang ekonomi cukup menggembirakan.

Implementasi pendekatan dan sistem pembangunan tersebut lebih memobilisasi

masyarakat dalam pembangunan, bukan partisipasi. Oleh karena itu, masyarakat

semakin bergantung pada input pemerintah sehingga membuat masyarakat

menjadi kurang percaya diri, tidak kreatif, dan tidak inovatif.

Secara politik, dengan pendekatan top-down dan sistem sentralisasi  tersebut,

hak-hak masyarakat terserap kepentingan pemerintah. Pemikiran kritis dari

masyatrakat sebagai pengendali, kebijakan pemerintah diharapkan tidak muncul.

Dampak negatif kebijakan tersebut adalah memudarnya sejumlah lembaga

tradisional dan intrevensi pemerintah yang terlalu jauh pada berbagai aspek

kehidupan masyarakat.

Reaksi terhadap pendekatan pembangunan tersebut adalah munculnya diskusi

tentang Civil Society di kalangan perguruang tinggi maupun organisasi non

pemerintah (LSM). Wacana Civil Society ini tampaknya  mendorong para

penyelenggara negara untuk menerapkan pendekatan baru, yaitu kebijakan

pembangunan yang berpihak pada kebutuhan rakyat, terutama demokratisasi dan

hak asasi manusia. Berbagai seminar, semiloka, dan Workshoop dilaksanakan oleh

berbagai pihak untuk memutuskan model pembangunan yang berbasis konsep

Civil Society tersebut.

Terkait dengan wacana Civil Society, pemikiran bangsa yang demokratis

dimulai dari bawah atau dari masyarakat Akar Rumput. Berdasarkan pengalaman

masa lalu, masyarakat Akar Rumput tersebut telah melaksanakan praktek-praktek

demokrasi yang benar. Dengan demikian, apabila bangsa Indonesia menghendaki

terwujutnya pembangunan demokrasi, maka pembelajaran kembali tentang

kearifan lokal yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat Akar Rumput perlu

dilakukan.

Page 6: Perkembangan Dan Organisasi Lsm

Secara teoritis, konsep “pembangunan” memiliki banyak definisi,

pendekatan, dan pergeseran makna. Pendekatan “Economic Well Being”,

pendekatan “Minimum Acceptable Standard of Living”, serta pendekatan yang

disesuaikan dengan nilai yang dianut oleh para politisi dan cendikiawan suatu

negara pada waktu tertentu merupakan ragam pendekataan yang ada (Efendi,

1989). Namun semua pendeekatan tersebut gagal menghasilkan kondisi yang

dicita-citakan. Penyebabnya adalah orientasi pencapaian hasil, dalam waktu

sesingkat-singkatnya, kurang mengutamakan pada proses, serta orientasi

kepemimpinan publik dan manajemen pelayanan publik yang tidak beerorientasi

kepada rakyat.

Dari  sekian banyak kelemahan paraadigma pertumbuhan, pengabaian

aspirasi rakyat merupakan kelemahan dasar. Pertumbuhan ekonomi yang akan

dicapai diharapkan menetes perlahan-lahan kebawah. Namun hasil nyatanya

adalah ketimpangan (Efendi, 1989). Sejak awal tahun 1970-an, daftar kelemahan

paradigma pertumbuhan telah dirinci oleh para ahli politik ekonomi, dengan

menunjukkan bahwa pertumbuhan hanyalah bagian dari pembangunan.

Pembangunan harus berarti pemenuhan kebutuhan pokok, seperti kesempatan

kerja dan berusaha, pemberantasannkelaparan dan kekurangan gizi, pemeliharaan

kesehatan, serta penyediaan air bersih dan perumahan. Oleh karena itu, negara-

negara berkembang merekonendasikan untuk mengeser paradigma

pembangunannya ke “Paradigma Basic Needs”. Paradigma pembangunan model

ini,  memang lebih berorientasi pada kebutuhan pokok, padat karya, bersekala

kecil, bertumpu pada sumber regional, berpusat pada desa dan teknologi tepat

guna.

Pertumbuhan baru dinilai berhasil apabila hubungan antara manusia dengan

sumber-sumber tersebut menciptakan keharmonisan dalam kehidupan manusia itu

sendiri. Peran pemerintah tidak boleh lagi dominan. Pemerintah tidak boleh lagi

berperan sebagai pemborong yang aktif memupuk modal, sehingga semua

perencanaan dan kebijakan berasal dari bawah ke atas.

Sebaliknya, pemerintah haarus berperan sebagai enabler atau fasilitator

dalam mengajak masyarakat untuk bersama-sama hidup, bekerja dan belajar, serta

mendorong masyarakat kearah kemajuan dengan memberi contoh. Perencanaan

Page 7: Perkembangan Dan Organisasi Lsm

dan pembuatan kebijakan tidak lagi bersifat top-down atau Bottom-up, tetapi

bersifat Transactive planning, yaitu perencanaan pembangunan dilakukan melalui

kebijakan yang demokratis, dimana birokrasi melaksanaakan perencanaan itu

bersama-sama rakyat dan manajemen dipraktikkan dengan cara partisipatif.

Pada kenyataannya, Indonesia masih dalam tahap menuju transactive

planing, di mana di era otonomi ini partisipasi masyarakat mulai mendapatkan

tempat dalam arti yang sebenarnya. Ketika masih menggunakan pendekatan top-

down, masyarakat sulit untuk mengespresikan pedapatnya sehingga pertumbuhan

organisasi masyarakat tidak berkembang. Sedangkan pada pendekatan bottom-up,

partisipasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pengambilan kebijakan,

sehingga pertumbuhan organisasi dalam masyarakat semakin meningkat seiring

dengan pertumbuhan kesadaraan politik masyarakat tentang kontribusi terhadap

pembangunan.

2.2 Filosofi Lahirnya Konsep Civil Society

       “Civil Society” merupakan sebuah konsep yang luar biasa yang mempunyai

karakter ambiguitas atau elastisitas, sehingga aplikasinya harus didahukui dengan

pendefinisian konsep tersebut. Sering kali dengan cara yang mudah, “Civil

Society” di anggap sebagai “sektor ketiga” yang berbeda dengan pemerintah atau

perusahaan. Menurut pandanggan ini, “Civil Society” menunjuk pada sifat dasar

“intermediary institutions” atau lembaga perantara seperti asosiasi profesi,

kelompok religius, kelompok buruh, serta organisasi advokasi masyarakat dimana

beragamnya masyarakat akan meningkatkan partisipasi publik dalam kehidupan

demokratis.

       Namun, definisi tersebut belum memecahkan definisi ideal dari “Civil

Society”. Pers yang independen, merupakan elemen dasar dalam “Civil Society”.

Namun, terikat dengan hal tersebut, kebanyakan surat kabar dan stasiun TV

berjalan sebagai bisnis dan mencari keuntungan. Jadi pemilihan bagian “Civil

Society” atau “Sektor Ketiga” dengan bagian dunia komersial perlu ditampakkan.

       Permasalahan kedua terkait dengan konsep “Civil Society” adalah apakah

tujuan dan deskripsi yang tepat tentang “sektor ketiga organisasi masyarakat”.

Apakah konsep “Civil Society” terkait dengan nilai komitmen pada demokrasi dan

Page 8: Perkembangan Dan Organisasi Lsm

nilai kesetaraan bagi seluruh masyarakat di mata hukum atau, pertanyaan yang

lebih sulit dari pada nilai: Apakah idealitas “Civil Society” akan konsisten dengan

subtansi subsidi negara dalam jumlah yang besar keorganisasi tersebut, apakah

ada tipe dari “Civil Society” antara Amerika dan Eropa (atau Prancis, Swedia, dan

Jerman).

Konsep Civil Society di Negara Barat

Di Dunia Barat, pendefinisian “Civil Society” sangat beragam. David Held,

pakar sosiologi mendefinisikan “Civil Society” sebagai kumpulan karakter yang

berada dalam bidang kehidupan sosial di dunia domestik, lingkunagan ekonomi,

aktivitas budaya, dan interaksi politik yang di atur oleh pihak swasta atau sukarela

antara individu dan kelompok di luar kendali negara. Beberapa ahli menyatakan

bahwa sejumlah “Civil Society” yang terkait dengan interaksi secara politis tidak

bisa terbagi, bahkan bersifat khusus. Jurgen Habermas menyebut sebagai

“lingkungan publik”. Kedua, definisi politis yang secara normatif overlapping

dalam kerangka sosiologis, menyatakan bahwa lingkungan publik harus diperkuat

pembiayaannya. Pandangan ini secara konservatif, mempunyai penekanan pada

aspek legalitas, kepemilikan privat, pasar, dan kelompok kepentingan. Dengan

pemberdayaan kelompok, dugaan atau keegoisan elit atas dasar dapat dicegah.

Definisi ketiga adalah definisi klasik, St. Augustine menggambarkan “Civil

Society” sebagai kkumpulan orang yang mempunyai pengakuan umum tentang

hak dan kepentinagan suatu komunitas.

Di negara demokratis, yang modern, sebuah budaya politik atau ciri

kepribadian yang jelas sangat dibutuhkan keberadaannya. Terkait dengan hal ini,

orientasi atau kondisi lain, yang secara hipotesis akan dibutuhkan untuk

menghasilkan “Civility” telah dikembangkan. Masyarakat modern membutuhkan:

1. Pertimbangan homogenitas budaya.

2. Hubungan yang ramah dan terpercaya antar anggota masyarakat.

3. Kesadaran politik.

4. Asumsi realisasi nilai moral suci yang tergantung sebagian pada kinerja moral

politik.

5. Politik yang tidak dapat hanya berputar pada kisah masa lalu terikat kejayaan,

penderitaan, perjuangan, dan cita-cita saat ini.

Page 9: Perkembangan Dan Organisasi Lsm

6. Sudah terjalin prinsip pada gagasan akuntabilitas, yaitu sebuah gagasan umum

tentang “Civility”.

7. Akuntabilitas telah dijalankan dengan dasar legalitas Quentin Skinner yang

memperlihatkan kebagkitan Dunia Barat lima abad yang lalu.

8. Civility memerlukan apa yang Sunil Khilnani sebut dengan legitimasi politik,

“a terrain upon which competing claims may be advanced and justtified ”

Apabila konsep civility Barat berstandar pada pendekatan bottom-up,maka

konsep ini akan cenderung praktis. Gagasan ini dapat dikenali dari struktur

masyarakat zaman sekarang, yang disebut Hegel, sebagai kehidupan sosial yang

mundur dan perlu dibangun. Namun pada sisi lain struktur sosial ini tidak

sempurna secara moral.

2.3 Kategori Civil Society Organization

       Inti dari penafsiran definisi “Civil Society” adalah organisasi masyarakat yang

independen, tidak menjadi bagian formal, serta state apparatus sebagai

perwujudan dan atau pewadahan budaya dan hak masyarakat. Jadi masyarakat

sipil dapat diklasifikasikan sebagai popular organization (organisasi

massa/rakyat), organisasi profesi (pers dan lain-lain), NGO/LSM, dan organisasi

akar rumput yang berbasis pada ruang tertentu (spasial seperti RT, Desa, dan

sebagainya). Secara umum komunitas diatas dapat dikategorikan menjadi dua,

yaitukomunitas fungsional dan komunitas spasial. Komunitas fungsional ditandai

dengan hubungan-hubungan sosial tanpa dibatasi oleh ruang, sementara

komunitas spasial memiliki batas ruang yang jelas dan teradministrasi dengan

ketat.

2.3.1 Popular Organization (Organisasi Massa/Rakyat)

       Di Indonesia berbagai organisasi masyarakat atau organisasi rakyat lahir

disepanjang dekade, di mana yang terbesar adalah Muhamadiyah dan Nahdatul

Ulama. Menurut UU No.8/1985 mengenai Organisasi Kemasyarakatan (Ormas),

semua organisasi Kemasyarakatan harus melapor dan mendaftar pada DDN serta

harus berazaskan Pancasila, karena dasar negara ini telah diputuskan sebagai satu-

satunya azaz bagi organisasi kemasyarakatan dan organisasi sosial dan politik.

2.3.2 Organisasi Profesi

Page 10: Perkembangan Dan Organisasi Lsm

       Organisasi profesi merupakan sekumpulan individu yang bergabung

berdasarkan persamaan profesi. Keberadaan organisasi ini sangat banyak di

Indonesia, seperti organisasi advokat, Persatuan Guru Republik Indonesia, Ikatan

Akuntan Indonesia, dan Ikatan Dokter Indonesia.

2.3.3 NGO/LSM

Pengertian umum dari istilah NGO atau LSM pada dasarnya sama dengan

pengertian umum lembaga sukarela, PVOs (Private Voluntary Organizations) atau

ORNOP (Organisasi Non Pemerintah) yang berasal dari triminologo PBB, yaitu

NGO (Non Govermental Organization). Bank Dunia mendefinisikan NGO atau

LSM sebagai organisasi swasta yang kegiatannya ditujukan untuk membebaskan

penderitaan, memajukan kepentingan kaum miskin, melindungi lingkungan,

menyediakan pelayanan dasar masyarakat, atau mengenai pengembangan

masyarakat (Operational Directive 14.70). dalam arti luas LSM dapat diterapkan

pada organisasi nonprofit yang bebas dari pemerintah. LSM merupakan organisasi

yang berbasis nilai yang secara keseluruhan atau sebagian tergantung pada

lembaga donor dan pelayanan sukarela. Jadi, prinsip alturisme dan voluntarisme

diterapkan sebagai definisi karakter kuncinya. Karakteristik khusus LSM dalam

pengembangan visi dan misinya (Clark, 1995: 59-67) yaitu:

1. Memfokuskan pada kebutuhan masyarakat bawah dan berimplikasi terhadap

kebutuhan organisasi dalam penyaluran informasi (bottom up) dan

pemberdayaan masyarakat (empowering).

2. Membuka peluang bagi partisipasi kelompok sasaran dalam proses pencapaian

tujuan program, yaitu kemajuan dan pemberdayaan.

3. Memperkenalkan informasi yang bermanfaat dan memecahkan masalah

kelompok sasaran dengan biaya ringan dan mudah untuk diadaptasi, sesuai

kondisi masyarakat kelompok sasaran tersebut.

4. Skala program yang dilakukan LSM adalah skala kecil; hal ini dimaksudkan

untuk mempermudah pemantauan, pencapaian, dan ketepatan sasaran.

5. Tingkat komitmen pada pimpinan maupun staf LSM untuk merealisasikan apa

yang terjadi idealisme, baik visi maupun misi untuk memberdayakan dan

membantu kelompok sasaran yang miskin sangatlah tinggi. Komitmen dan

mitivasi inilah yang menjadi kekuatan pelaksanaan program.

Page 11: Perkembangan Dan Organisasi Lsm

6. Skala operasinya kecil sehingga semua biaya operasinya transparan, efektif

dan bebas dari kemungkinan tindakan korupsi.

2.3.4  Organisasi Akar Rumput (Grass Root)

       Akar rumput diciptakan untuk mengalih bahasakan grass roots ke dalam kosa

kata indonesia. Selain membuat kalimat tidak menjadi lebih jelas, pengertian

grass roots itu sudah aktual di dalam ungkapan yang telah dikenal: lapisan bawah

rakyat jelata. Jika ”orang biasa berada dalam organisasi” dirujuk maka

penggunaan ungkapan lapisan bawah atau kader lapisan bawah dilakukan. Jika

“rakyat biasa” dirujuk, maka kata rakyat, rakyat jelata, atau rakyat kecil dapat

digunakan.

       Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), kata rakyat berarti “penduduk

suatu negara”. Ungkapan rakyat jelata berarti “ rakyat biasa bukan bangsawan

atau hartawan, yaitu orang kebanyakan” dan ungkapan rakyat kecil berarti “orang

yang tingkat sosial ekonominya sangat rendah”. Organisasi akar rumput meliputi

organisasi di masyarakat pedesaan atau masyarkaat pinggiran, termasuk organisasi

berbasis sepasial seperti RT, RW, dan kelompok petani.

2.4 NGO Are The Heart of Civil Society 

       Dalam pengertian yang luas, istilah non goverment organization atau LSM

menunjuk pada organisasi yang :

1. Tidak berbasis pemerintah.

2. Tidak diciptakan untuk mencari keuntungan.

Definisi luas LSM menjelaskan cakupan dan lebarnya jaringan organisasi

tersebut secara struktural dan fungsional. Istilah luas ini menunjuk pada “apakah

sebuah organisasi atau bukan” dari pada “untuk apakah ini”.

Antusiasme masyarakat sipil merupakan sebuah daya, tarik tersendiri bagi

LSM, di mana kelompok advokasi tersebut mencurahkan perhatiannya demi

kepentingan publik, seperti dampak lingkungan, HAM, isu-isu perempuan,

memonitor pemilu, dan anti korupsi. Namun demikian, merupakan sebuah

kesalahan apabila menyamakan masyarakat dengan NGO atau LSM. Masyarakat

sipil merupakan konsep yang luas, yang mencakup seluruh organisasi dan asosiasi

yang berada di “luar” pemerintahan (termasuk partai politik) dan pasar. Berbagai

Page 12: Perkembangan Dan Organisasi Lsm

kelompok kepentingan dapat disebut sebagai LSM advokasi, serikat buruh,

asosiasi profesional, kamar dagang dan asosiasi etnis. Keragaman organisasi

masyarakat ini menunjukkan bahwa banyak asosiasi yang tidak bertujuan

memajukan agenda sosial dan politik secara khusus, seperti organisasi keagamaan,

kelompok siswa, organisasi budaya, klub olahraga,dan kelompok informal

masyarakat.

2.5 Perbedaan CSO dan NGO/LSM

       Istilah “Civil Society Organization” (CSO) menggambarkan organisasi

pembangunan masyarakat yang bukan merupakan bagian dari pemerintah atau

sektor bisnis. Di beberapa negara, CSO diartikan sebagai “amal”, “organisasi

sukarela swasta”, “organisasi sukarela” dan (biasanya) “NGO” atau LSM.

       Ketiga model sektor itu, dapat di interpresentasikan sebagai gabungan

pemerintah, pasar, dan warga negara. Pada prespektif ini, “Civil Society”

merupakan sektor ketiga, disamping negara dan perusahaan pencari untung. “Civil

Society” adalah organisasi suka rela yang didirikan oleh asosiasi individu formal

dalam mengejar tujuan nonprofit, seperti gerakan sosial, badan keagamaan,

organisasi perempuan dan pemuda, organisasi orang-orang pribumi, asosiasi

profesional, dan persekutuan.

       Banyak CSO telah berada pada garis depan prinsip-prinsip advokasi keadilan

sosial dan kesetaraan. Namun, ada pula organisasi dengan agenda dan nilai yang

tidak sesuai dengan sistem internasional, dalam hal ini PBB (Perserikatan Bangsa-

Bangsa). Dalam prakteknya, “Civil Society” merupakan sebuah arena kolaborasi

dan pendirian konfigurasi sesuai dengan sejarah pengaturan nasional.

       PBB mempunyai pandangan yang tuas tentang CSO, di mana NGO atau LSM

merupakan bagian pentingnya. LSM telah lama berasosiasi dengan pelayanan

yang dijanjikan dalam pengembangan barang atau jasa publik, dimana pemerintah

dan pasar enggan atau tidak mampu menyediakannya. Beberapa fungsi CSO dapat

dilakukan melalui aktivitas LSM seperti penelitian, analisis dan evaluasi proyek

ppembangunan, program-program, dan tujuan. Dengan artikulasi secara proaktif

pada kepentingan publik dan penciptaan kondisi yang kondusif, pembuatan

Page 13: Perkembangan Dan Organisasi Lsm

kebijakan pembangunan dan promosi perubahan kebijakan ditujukan untuk

pembangunan manusia berkelanjutan.

2.6 Pelayanan Publik: Antara Birokrasi, Mekanisme Pasar, dan LSM

Dalam mekanisme birokrasi, setiap kelompok menyumbagkan tenaga untuk

membentuk badan hukum yang akan menjembatani hubungan dengan

memberikan kompensasi secara adil sesuai dengan kontribusi yang diberikannya.

Sumber kelemahan birokrasi adalah tren untuk menghasilkan ketimpangan

kekuasaan dan memberi priveleges kepada kelompok tertentu dalam masyarakat.

2.7 Ciri-ciri LSM

Menurut Salamon dan Anheier definisi LSM adalah sbb:

1. Formal, yaitu secara organisasi bersifat permanen serta mempunyai kantor

dengan seperangkat aturan dan prosedur.

2. Swasta, yaitu kelembagaan yang berada di luar atau terpisah dari pemerintah.

3. Tidak mencari keuntungan, yaitu tidak memberikan keuntungan kepada

direktur dan pengurusnya.

4. Menjalankan organisasinya sendiri, yaitu tidak dikontrol oleh pihak luar.

5. Sukarela, yaitu menjalankan derajat kesukarelaan tertentu.

6. Nonreligius, yaitu tidak mempromosikan ajaran agama.

7. Nonpolitik, yaitu tidak ikut dalam pencalonan di pemilu.

2.8 Bentuk-Bentuk LSM

1. Hubungan Konsultatif: Sebuah lembaga yang didirikan untuk tujuan

konsultatif pada struktur PBB

2. Hubungan Konsultansi: sebuah badan konsultan non pemerintah yang

dilibatkan dalam sekretariat PBB

3. Program Informasi Publik: lembaga non pemerintah yang menyebarkan pesan

kepada publik

4. Partisipasi Konferensi: lembaga non pemerintah yang diundang dalam

konferensi

5. Perusahaan Transnasional: karena kemampuannya dalam menyediakan barang

dan jasa.

Page 14: Perkembangan Dan Organisasi Lsm

6. Pers dan Media: Media adalah LSM yang efektif

7. Pertemuan Konsultatif tentang Peran LSM: beberapa LSM yang melakukan

konsultasi

8. Dasar LSM Gerakan Masyarakat: gerakan masyarakat merupakan dasar

pembentukan LSM

9. LSM Kemanusiaan: biasanya menyediakan bantuan yang independen dari

system pemerintah

10. LSM Tingkat Bawah: dapat langsung berhadapan dengan kelompok

masyarakat yang didampinginya.

11. Organisasi Semiotonom: LSM yang menyediakan kantor dan mendapat

subsidi dari pemerintah

12. Staf Asosiasi Lembaga Intergovernmental: bentuk LSM yang mempunyai

bentuk khusus dan menjadi subjek resolusi

13. Asosiasi Sukarelawan Sektor ketiga: LSM yang berupa asosiasi sukarelawan.

14. Koperasi: LSM sebagai bantuan bersama masyarakat

15. Yayasan Filantropi: banyak diakui sebagai konsultasi atau pengaturan lain.

16. Asosiasi Perdagangan dan Kartel: LSM yang bertujuan mencari perlindungan

dan kepentingan sektor ekonomi lebih jauh

17. Lobi: LSM yag menjadi penggerak utama konsultasi bagi masyarakat luas

18. Partai Politik: sebuah LSM meskipun para perwakilannya ada yang duduk

dalam pemerintahan

19. Klub Elit: dapat terbentuk pada saat beberapa orang kunci mundur dari

jabatannya atau kehilangan posisi formalnya untuk kemudian bergabung dan

mempengaruhi kebijakan.

20. Masyarakat Khusus: masyarakat tertentu yang bersatu dalam sebuah wadah

dapat disebut juga sebagai LSM.

21. Kelompok Keagamaan dan Kepercayaan: agama dan kepercayaan dapat

bersatu atau berkelompok menjadi LSM

22. Lingkaran Kejahatan Internasional: Sekelompok penjahat yang berkelompok

dapat disebut sebagai LSM.

23. Kelompok Teroris dan Pergerakan Kebebasan: beberapa kelompok teroris dan

gerakan pembebasan telah didanai oleh LSM dan IGO

Page 15: Perkembangan Dan Organisasi Lsm

24. LSM Internasional: beberapa Negara di Eropa menyediakan status legal pada

pendirian LSM

25. Jaringan Organisasi Informal: dapat berfungsi baik dengan energy yang besar,

efektif, maupun berkelanjutan daripada kebanyaka organisasi lainnya.

26. Internet: sangat terlibat dalam pengoordinasian tanggapan atas bencana secara

internasional

27. Pergerakan Sosial Antarnegara: dapat melebihi focus organisasi konvensional.

28. Masyarakat internasional: biasanya terdiri dari orang-orang yang terlibat

dalam komunitas diplomatic, organisasi iinternasional, dan kegiatan budaya

internasional.

29. Organisasi Hibrid: kombinasi dari beberapa karakteristik yang bertentangan

dalam bentuk dimensi pemerintah dan badan non pemerintah.

30. Organisasi Berperingkat: dapat disebut dengan uni, federasi, komite, atau

istilah khusus lainnya.

2.9 Kilas Balik Sejarah LSM

Pembagian generasi LSM menurut Zaim Saidi, Generasi pertama, sebagai

generasi relief and welfare. Generasi kedua, sebagai generasi small scale, self

reliance local development. Generasi ketiga, sebagai generasi sustainable system

development. Generasi keempat, sebagai generasi people movement.

2.10 Peran-Peran LSM

Dalam melaksanakan programnya, LSM mempunyai peran sbb:

1. Motivator

LSM bertugas memberikan motivasi, menggali potensi, menumbuhkan

dan mengembangkan kesadaran anggota masyarakat akan masalah-

masalah yang dihadapi dirinya maupun lingkungannya.

2. Komunikator

Sebagai komunikator, tugas LSM:

a.      Mengamati, merekam, serta menyalurkan aspirasi dan kebutuhan

masyarakat agar dijadikan bahan rumusan kebijakan dan perencanaan

program pembangunan.

Page 16: Perkembangan Dan Organisasi Lsm

b.     Memonitor/mengawasi pelaksanaan program pembangunan

masyarakat.

c.      Memberikan penyuluhan dan menjelaskan program-program

pembangunan dengan bahasa yang akrab dan kerangka berpikir yang

mudah dipahami masyarakat sasaran.

d.     Membantu melancarkan hubungan dan kerjasama antarLSM yang

mempunyai kepentingan dan tujuan yang sama dalam masyarakat.

3. Dinamisator

LSM bertugas merintis strategi, mengembangkan metode program, dan

memperkenalkan inovasi di bidang teknologi serta pengelolaan orgaisasi

yang belum dikenal ke lingkungan masyarakat setempat untuk

pengembangan dan kemajuan masyarakat lokal.

4. Fasilitator

LSM bertugas memberikan batuan teknis dalam pelaksanaan program.

2.11 Faktor-Faktor Penunjang Peran LSM

1.      Sumber daya manusia (SDM)

SDM yang dimiliki oleh sebuah LSM tidak lain adalah staf atau relawan.

Factor SDM sangat penting karena SDM merupakan unsur inti dari suatu

organisasi.

2.      Material/bahan

Material sangat krusial bagi terselenggaranya implementasi program LSM.

3.      Dana

Suatu organisasi tidak mungkin mencapai tujuannya jika tidak mempunyai

sumber daya berupa dana yang sangat diperlukan untuk membelanjai operasi-

operasinya.

4.     Peralatan/teknologi

Teknologi yang semakin canggih ditandai dengan konsumsi energy yang besar

dan merusak ekologi.

2.12 Kategori LSM

1.      LSM Operasional

Page 17: Perkembangan Dan Organisasi Lsm

Diklasifikasikan LSM operasional ke dalam 3 kelompok utama:

a.       CBOs, yang melayani masyarakat khusus di dalam area geografis yang

sempit.

b.      National organization, yang beroperasi di individu negara berkembang

c.       International organization, yang mempunyai kantor pusat di Negara maju

dan melaksanakan operasinya di lebih dari satu negara berkembang.

2.      Tipologi LSM

Kekuatan LSM:

1.      Kuatnya jalinan dengan grassroots

2.      Keahlian pengembangan berdasarkan bidang

3.      Kemampuan berinovasi dan beradaptasi

4.      Pendekatannya berorientasi proses pengembangan

5.      Metodoligi partisipasi dan peralatan

6.      Komitmen jangka panjang dan menekankan keberlanjutan

7.      Efektifitas biaya.

Kelemahan LSM:

1.      Keterbatasan biaya dan keahlian pengelola organisasi

2.      Keterbatasan kapasitas kelembagaan

3.      Keberlanjutan diri rendah

4.      Kurangnya komunikasi antarorganisasi/koordinasi

5.      Intervensi dalam skala kecil

6.      Kurangnya pemahaman konteks social ekonomi secara luas.

Sebuah organisasi yang memiliki cakupan yang luas dapat disimpulkan

sebagai LSM pembangunan. Kelompok ini bias berubah signifikan terkait

dengan filosofi tujuan, keahlian, pendekatan program, dan lingkup kegiatan.

Perbedaan pentingnya dapat digambarkan sebagai

1.      LSM Operasional dan LSM Advokasi

2.      Tingkat Operasi

3.      Orientasi Kegiatan

2.13 Pengelolaan Organisasi LSM

1.      Pemecahan Masalah dan Pengembalian Keputusan

Page 18: Perkembangan Dan Organisasi Lsm

a.       Mendefinisikan Masalah

i.     Apa yang dapat dilihat yang menyebabkan berpikir di saa ada masalah?

ii.   Di mana hal itu terjadi?

iii.Bagaimana hal itu terjadi?

iv.Kapan hal itu terjadi?

v.   Mengapa hal itu terjadi?

vi.Tuliskan lima kalimat yang menggambarkan masalah tersebut.

b.      Lihatlah pada potensi yang menyebabkan masalah

c.       Mengidentifikasi pendekatan alternative dalam memecahkan masalah

d.      Menyeleksi pendekatan untuk memecahkan masalah

e.       Merencanakan penerapan alternative yang terbaik

f.       Memantau penerapan rencana

g.      Menguji apakah masalah telah terpecahkan atau belum

2.      Proses Perencanaan Organisasi

Alasan-alasan perlunya perencanaan

Manfaat perencanaan:

1.      Membantu pengelola organisasi untuk menyesuaikan diri dengan

perubahan-perubahan lingkungan

2.      Membantu kristalisasi penyesuaian pada masalah-masalah utama

3.      Memungkinkan pengelola organisasi memahami keseluruhan gambaran

operasi secara lebih jelas

4.      Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat

5.      Menyediakan cara pemberian perintah untuk beroperasi

6.      Memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian

organisasi

7.      Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami

8.      Meminimumkanpekerjaan yang tidak pasti

9.      Menghemat waktu, usaha dan dana.

Kelemahan perencanaan:

1.      Pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan mungkin berlebihan pada

kontribusi nyata

2.      Perencanaan cenderung menunda kegiatan

Page 19: Perkembangan Dan Organisasi Lsm

3.      Perencanaan mungkin terlalu membatasi pengelola organisasi untuk

berinisiatif dan berinovasi

4.      Kadang-kadang hasil yang paling baik didapatkan oleh penyelesaian

situasi individual dan penanganan atas setiap masalah pada saat terjadinya

5.      Ada rencana-rencana yang diikuti dengan tidak konsisten

Persiapan Perencanaan

1.      Mengembangkan suatu rencana kerja dalam sketsa siapa yang

bertanggungjawab atas setiap hasil dan kerangka waktu.

2.      Mempertimbangkan tingkat sumber daya yang memadai dan diperlukan

untuk melakukan suatu proses perencanaan yang tepat.

Dokumen Perencanaan Organisasi LSM

1.      Dokumen perencanaan program

2.      Dokumen perencanaan keuangan

Bentuk Rancangan Anggaran Organisasi LSM

1.      Tentukan workplan yang berisi jenis kegiatan yang akan dilaksanakan

2.      Tentukan jenis-jenis biaya tetap dan variable yang terdapat dalam

proyek.

3.      Tentukan standar biaya untuk tiap komponen biaya.

4.      Buatlah table rancangan anggaran biaya secara sistematis

5.      Isilah masing-masing kolom dalam tabel rencana anggaran denga poin

yang telah ditentukan sebelumnya.

3.      Pendelegasian Wewenang

Langkah-langkah umum untuk menyelesaikan pendelegasian:

1.      Delegasikan keseluruhan tugas kepada seseorang

2.      Menyeleksi orang yang tepat

3.      Secara jelas menetapkan hasil yang lebih disukai

4.      Delegasikan tanggungjawab dan kewenangan-menetapkan tugas, bukan

metode untuk menyelesaikan hal itu.

5.      Mintalah kepada staf untuk meringkas apa yang telah dilakukannya

6.      Dapatkan umpan balik nonintrusive secara terus menerus mengenai

peningkatan proyek tersebut.

7.      Mempertahankan komunikasi yang terbuka

Page 20: Perkembangan Dan Organisasi Lsm

8.      Jika tidak puas dengan kemajuan tersebut, jangan mengambil alih proyek

9.      Mengevaluasi dan menghargai kinerja

4.      Dasar-dasar Komunikasi Internal

Hal yang paling dasar untuk memastikan komunikasi internal yang kuat dan

terus-menerus:

1.      Sudahkah semua staf memberikan laporan tentang keadaan secara tertulis

tiap minggu kepada supervisor.

2.      Usahakan rapat bulanan dengan seluruh staff secara bersama-sama

3.      Usahakan rapat mingguan atau dwi-mingguan dengan seluruh staf secara

bersama-sama jika organisasi tersebut berukuran kecil, dan juga dengan

seluruh pengelola organisasi

4.      Sudahkah supervisor memeriksa laporan-laporan secara langsungdari para

staf pada rapat yang dilakukan tiap bulannya.

5.      Pengelola Organisasi Rapat

1.      Menyeleksi para peserta

2.      Pengembangan agenda

3.      Membuka rapat

4.      Menetapkan aturan dasar rapat

5.      Pengelola organisasi waktu

6.      Evaluasi proses rapat

7.      Evaluasi keseluruhan rapat

8.      Menutup rapat

6.      Pengembangan Program dan Evaluasi

1.      Evaluasi program

2.      Merencanaka evaluasi program

3.      Pertimbangan pokok

4.      Beberapa jenis evaluasi utama

2.14 Sifat dan Karakteristik Akuntansi Lembaga Swadaya Masyarakat

       Akuntansi merupakan suatu kegiatan yang akan mengarah pada pencapaian

hasil dalam tingkat tertentu dan bermanfaat bagi kehidupan LSM tersebut. Di

antara lembaga publik lainnya seperti lembaga pendidikan, lembaga kesehatan,

Page 21: Perkembangan Dan Organisasi Lsm

dan lain-lain, penerapan akuntansi dalam LSM sedikit berbeda. Perbedaan

tersebut muncul karena lingkungan yang mempengaruhi LSM berbeda.

       Perbedaan sifat dan karakteristikorganisasi LSM yang tergolong kedalam

organisasi nirlaba serta organisasi lainnya yang profit oriented dapat dilihat

dengan membandingkan tujuan organisasi, sumber pendanaan, pola

pertanggungjawaban, struktur keorganisasian, dan anggarannya.

       Setiap organisasi memiliki tujuan spesifik yang hendaak dicapai. Terlepas

dari konsep idealita dan realitany, organisasi LSM tidak bertujuan memperoleh

laba tetapi memberikan pelayanan dan menyelenggarakan seluruh aktivitas yang

terkait dengan pemberian dana oleh sebuah lembaga donor, yang dibutuhkan

maupun yang telah menjadi kegiatan rutin dalam LSM bersangkutan. Meskipun

tujuan utama LSM adalah pemberdayaaan masyarakat, namun tidak berarti bahwa

LSM sama sekali tidak memiliki tujuan keuangan. Hal ini tergantung pada kondisi

organisasi bersangkutan. Misalnya, apabila organisasi tidak mempunyai sumber

dana yang jelas dan pasti, maka kebutuhan akan daya dukung untuk melakukan

pemberdayaan berkembang selarasdengan target keuangan. Secara kebetulan,

keuangan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pemberdayaan

organisasi. Tujuan keuangan organisasi LSM ini berbeda secara filosofis,

konseptual, dan operasionalnya dengan organisasi profit swasta.

       Secara kelembagaan, organisasi LSM juga berbeda dengan organisasi lainnya,

walaupun sama-sama organisasi publik. Struktur organisasi ini tidak terlalu

formal, namun biasanya ada seseorang atau aktivis senior yang memimpin. Pihak

yang berpengaruh ini biasanya berpeluang sangat besar dalam mengarahkan

kebijakan dan pengelolaan organisasi. Tipologi pemimpin atau tokoh termasuk

pilihan dan orientasi kebijakannya, akan sangat berpengaruh dalam memilih

struktur organisasi.

2.15 Akuntansi LSM: Sebuah Jawaban Atas Tuntutan Reformasi

       Prinsip good governance atau tata pemerintah yang baik pada umumnya

diterapkan dalam organisasi sektor publik, khususnya pemerintahan. Prisip ini

sangat baik diterapkan karena cocok dengan tuntutan zaman dan agenda reformasi

yang sedang berjalan di Indonesia. Pengertian governance yang dimaksud di sini

Page 22: Perkembangan Dan Organisasi Lsm

adalah sebagai cara mengelola urusan-urusan publik. Dalam konteks LSM, kata

“publik” mengacu kepada masyarakat sebagai sasaran program LSM.

Pelaksanaaan good governance memiliki beberapa prinsip, yaitu:

1.      Akuntabilitas.

2.      Transparasi.

3.      Partisipasi.

4.      Penegakan hukum.

5.      Responsivitas/daya tanggap.

6.      Kesetaraan.

7.      Efisiensi.

8.      Efektivitas.

9.      Profesionalisme.

10.  Pengawasan.

Dari kesepuluh prisip tersebut, kesemuanya dapat diperankan oleh akuntansi

LSM.

Seperti dalam kehidupan sehari-hari, timbul sebuah fenomena mengenai

semakin menguatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas oleh organisasi secara

keseluruhan, termasuk organisasi LSM. Tuntutan akuntabilitas pada LSM ini

terkait dengan perlunya dilakukan transparasi dan pemberian informasi dalam

rangka pemenuhan hak-hak masyarakat.

Untuk menciptakan good public (masyarakaat) maupun good corporate

governance di LSM diperlukan perubahan pada organisasi penyelenggaranya.

Bentuk perubahan ini bukan hanya identik dengan format organisasi, tetapi lebih

pada alat-alat yang digunakan dalam mendukung berjalannya organisasi secara

efisien, efektif, transparan, dan akuntabel.

2.16 Sistem Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Biaya LSM

       Pendanaan LSM dapat diperoleh dari sumber lembaga donor baik nasional

maupun internasional, fundraising lembag, atau masyarakat. Penerimaan dan

penggunaan dana yang diperoleh dari pihak luar negeri diatur sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sementara itu, usaha untuk

Page 23: Perkembangan Dan Organisasi Lsm

meningkatkan penerimaan dana dari masyarakat harus didasarkan atas pola

prinsip tidak mencari keuntungan.

       Hubungan antara sistem akuntansi keuangan dan akuntansi biaya terletak

pada pengaruh siklus kegiatan lembaga yang bersangkutan. Siklus akuntansi biaya

dalam suatu lembag, sangat dipengaruhi oleh siklus kegiatan lembaga tersebut

atau transaksi-transaksi yang dilakukannya. Siklus kegiatan LSM dimulai dengan

pembelian barang sesuai kebutuhan program dan tanpa melalui pengolahan lebih

lanjut dan diahiri dengan penyediaan layanan bagi masyarakat sasarannya.

Transaksi-transaksi LSM tidak akan terlepas dari transaksi pembiayaan.

       Proses pencatatan, penggolongan,  peringkasan, dan penyajian, serta

penafsiran informasi biaya tergantung pada siapa proses tersebut diajukan. Proses

akuntansi biaya LSM dapat ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai di luar

organisasi. Dalam hal ini, proses akuntansi biaya harus memperhatikan

karakteristik akuntansi keuangan. Dengan demikian, akuntansi biaya berkaitan

erat dengan akuntansi keuangan.

2.17 Penerapan Sistem Akuntansi Biaya LSM

2.17.1 Definisi Akuntansi Biaya LSM

Akuntansi mendefinidikan biaya sebagai sumber daya yang dikorbankan

untuk mencapai tujuan tertentu. Proses akuntansi biaya di tunjukan untuk

memenuhi kebutuhan pemakai dalam organisasi LSM.

Proses akuntansi biaya harus memperhatikan karakteristik akuntansi

keuangan dan manajemen organisasi. Proses akuntansi biaya meliputi :

1.      Pihak luar (Eksternal), yaitu memenuhi karakteristik akuntansi keuangan yang

merupakan bagian dari akuntansi keuangan.

2.      Pihak dalam (Internal), yaitu memenuhi karakteristik akuntansi keuangan

yang merupakan bagian dari akuntansi keuangan.

Tujuan pembahasan sistem akuntansi biaya LSM ini adalah untuk :

1.      Mengefektifkan dan mengefesienkan penggunaan dana LSM,

2.      Mengetahui penyebab utama biaya yang terjadi di LSM,

3.      Memberikan informasi berupa laporan biaya yang akurat,

Page 24: Perkembangan Dan Organisasi Lsm

4.      Memberikan jaminan akuntabilitas dan transparansi atas penggunaan dana dan

pelaporannya

5.      Menghasilkan laporana biaya terkini (up to date) sebagai bahan pertimbangan

yang sangat penting terhadap keputusan pengelola LSM, terutama pada aspek

keuangan.

Komponen biaya LSM adalah :

1.      Gaji dan honorarium

2.      Telekomunikasi

3.      Pemakain bahan habis pakai

4.      Depresiasi perlengkapan dari berbagai aset yang ada

5.      Depresiasi perlengkapan kantor

6.      Sewa komputer

7.      Asuransi

8.      Biaya lainya

2.17.2 Siklus Akuntansi Biaya LSM

Siklus akuntansi biaya LSM sangat dipengaruhi oleh siklus kegiatan LSM

tersebut. Siklus kegiatan LSM dimulai dengan pemberian barang atau peralatan

dan jasa berdasarkan kegiatan program yang telah ditentukan. Tujuan akuntansi

biaya adalah untuk menyajikan informasikan biaya yang telah digunakan untuk

memberi barang atau peralatan serta pelaksanaan program LSM tersebut.

2.17.3 Klasifikasi biaya LSM

Proses dan sistematika Akuntansi biaya dapat dipecahkan melalui rincian

tahap sebagai berikut :

1.      Pemahaman mengenai pengertian biaya ;

2.      Klasifikasi dan identifikasi biaya yang terjadi di LSM ke dalam kategori

tertentu dengan pendekatan ABC system

3.      Pembuatan konsep perhitungan biaya baru yang akurat dan informatif

4.      Pensimulasian aplikasi model perhitungan biaya

Biaya diklasifikasikan ke dalam dua kategori:

1.      Biaya tetap : biaya yang jumlah totalnya tidak dipengaruhi oleh perubahan

kegiatan organsasi. Biaya tetap terbagi menjadi dua:

a.       Biaya yang tidak dipengaruhi oleh kebijakan manajemen

Page 25: Perkembangan Dan Organisasi Lsm

b.      Biaya yang dipengaruhi oleh kebijakan manajemen.

2.      Biaya variabel : biaya yang jumlah totalnya dipengaruhi oleh perubahan

kegiatan.

Biaya semi variabel : biaya yang eilik unsur tetap dan variabel di dalamnya.

Biaya langsung : biaya yang dipengaruhi secara langsung oleh adanya program

atau kegiatan yang direncanakan.

Biaya tidak langsung : biaya yang tidak dipengaruhi secara langsung oleh adanya

program atau kegiatan.

2.17.4 Analsis Biaya LSM

A. Anggaran LSM

Anggaran berfungsi sebagai berikut:

1.    Anggaran merupakan hasil akhir dari proses penyusunan rencana kerja

2.    Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan di masa

mendatang

3.    Anggaran sebagai alat komunikasi internal yang menghubungkan berbagai

unit kerja lembaga dan mekanisme kerja antarmanajemen dan pelaksana

program

4.    Anggaran sebagai alat pengendalian unit kerja lembaga

5.    Anggaran sebagai alat motivasi serta persuasi tindakan efktif dan efisien

dalam pencapaian visi organisasi

B. Prosedur rencana anggaran biaya

1.    Buatlah daftar rincian biaya dengan akurat

2.    Pisah-pisahkan menjadi

3.    Harus da perhitungan yang detail.

C. Biaya standar

Biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yaitu jumlah biaya yang

seharusnya dikeluarkan untuk membiayai kegitan tertentu dengan aumsi kondisi

ekonomi, efisiensi, dan faktor-faktor lainnya dipenuhi.

Manfaat biaya standar

Biaya standar dapat digolongkan atas dasar tingkat ketaatan atau kelonggaran

sbb:

1.    Standar teoretis : standar ideal yang dalam pelaksanaannya sulit dicapai.

Page 26: Perkembangan Dan Organisasi Lsm

2.    Rata-rata biaya waktu yang lalu : ditentukan dengan menghitung rata-rata

biaya periode yang telah lampau.

3.    Standar normal : di dasarkan pada rata-rata biaya di masa lalu dan

disesuaikan engan taksiran biaya di masa yang akan datang, dengan asumsi

keadaan ekonomi sedang normal.

4.    Pelaksanaan terbaik yang dapat dicapai : didasarkan pada tingkat

pelaksanaan terbaik dengan memeperhitungkan ketidakefisienan kegiatan

yang tidak dapat dihindari terjadinya.

D. Analisis biaya-volume-laba pada LSM

Analisis biaya-volume-laba pada LSM digunakan untuk membantu LSM agar

tidak mengalami masalah biaya dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan program.

1.    BEP

Adalah jumlah output di mana totalpendapatan sama dengan total biaya, atau

laba operasinya adalah nol.

2.    Analisis sensitivitas dan ketidaktentuan

a.       Teknik what if yang digunakan pengelola dalam menguji bagaimana

sebuah hasil akan berubah; jika data perkiraan asli tidak diraih, atau jika

sebuah asumsi dasarnya berubah.

b.      Analisis sensitivitas adalah suatu pendekatan untuk mengenalkan

ketidaktentuan yang memungkinkan jumlah aktual akan menyimpang dari

jumlah yang diperkirakan.

2.17.5 Laporan Biaya LSM

Bagian dari penetapan sistem pengendalian keuangan adalah untuk

memastikan bahwa dana telah dibelanjakan sesuai alokasinya. Laporan biaya

LSM dirancang untuk melaporkan “apa yang sedang terjadi”  dengan biaya

pelaksanaan kegiatan LSM. Informasi ini berisi laporan yang berasal dari catatan

akuntansi berupa penerimaan dan pembiayaan.

Page 27: Perkembangan Dan Organisasi Lsm

BAB 3. KESIMPULAN

Pembahasan mengenai “civil society” atau “masyarakat sipil” bukan

merupakan hal yang baru karena isu ini telah dibahas dalam filosofi politik,

sosiologi, dan teori sosial dalam satu tahun. Di Indonesia, sampai dengan tahun

2002 menurut Departemen Dalam Negeri (Depdagri), jumlah NGO atau LSM

adalah 13.500 organisasi dengan beragam misi, komitmen, dan bentuk kegiatan.

Akuntansi yang diterapkan pada LSM memiliki kaitan erat dengan penerapan dan

diperlakukan akuntansi pada domain publik. Domain publik yang dimaksud

adalah masyarakat yang didampingi oleh LSM terkait. Seperti halnya dengan

akuntansi organisasi publik lainnya, akuntansi LSM terkait dengan tiga hal pokok,

yakni penyediaan informasi, pengendalian pengelolaan, dan

akuntabilitas.Pendanaan LSM dapat diperoleh dari sumber lembaga donor baik

nasional maupun internasional, fundraising lembaga, atau masyarakat.

Penerimaan dan penggunaan dana yang diperoleh dari pihak luar negeri diatur

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 28: Perkembangan Dan Organisasi Lsm

DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra.2007. Akuntansi LSM dan Politik. Jakarta: Erlangga.