perkembangan budidaya bandeng di pantai · pdf filesebagai umpan hidup dalam penangkapan tuna...

15
123 Perkembangan budidaya bandeng di pantai utara Jawa Tengah (Anjang Bangun Prasetio) ABSTRAK Penelitian dilakukan di Jawa Tengah yang merupakan salah satu sentra budidaya bandeng di Indonesia. Khususnya di wilayah pantai utara yaitu Kendal, Pati dan Pekalongan. Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan melakukan desk study dan survai lapangan. Desk study dilakukan dengan mengkompilasi dan mensintesa data-data sekunder yang terkait untuk menjawab tujuan studi. Survai lapangan meliputi wawancara mendalam dengan responden kunci dan observasi kondisi tambak bandeng. Semua data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif untuk menentukan opsi kebijakan pengembangan budidaya bandeng ke depan. Lahan yang berpotensi untuk budidaya tambak di wilayah ini mencapai 12.726 ha dan yang layak untuk budidaya sekitar 6.975 ha. Data Ditjen Perikanan Budidaya menunjukkan bahwa produksi bandeng tahun 2009 untuk Jawa Tengah sekitar 86.000 ton dan mengalami kenaikan sebesar 14,54% per tahun kurun waktu tahun 2005-2009. Demikian juga produksi nasional untuk komoditas bandeng tahun 2009 mencapai 475.000 ton dan mengalami kenaikan rata-rata 13,66% dari tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun yang sama, kebutuhan bandeng untuk konsumsi dalam negeri sekitar 470.250 ton. Dengan demikian produksi bandeng saat ini masih terbatas untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Tulisan ini memberikan informasi tentang permasalahan yang berkaitan dengan budidaya bandeng di pantai utara Jawa Tengah serta opsi kebijakan pengembangan budidayanya. KATA KUNCI: budidaya, bandeng, kendala, opsi kebijakan PENDAHULUAN Bandeng merupakan salah satu jenis ikan laut konsumsi yang paling banyak diproduksi dan dikonsumsi di Indonesia. Berkembangnya teknologi budidaya bandeng di masyarakat, tidak terlepas dari keunggulan komparatif dan strategisnya karena dapat dibudidayakan di air payau, laut, air tawar, toleran terhadap perubahan mutu lingkungan, teknologi pembesaran dan pembenihannya telah dikuasai masyarakat, serta tahan terhadap serangan penyakit. Selain itu, bandeng digunakan sebagai umpan hidup dalam penangkapan tuna dan cakalang, dan telah pula menjadi komoditas ekspor (Kordi, 2009). Adanya diversifikasi bandeng olahan, menjadikan pangsa pasar dalam maupun luar negeri semakin besar. Permintaan pasar dalam negeri di enam kota besar Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Semarang, Kerawang, dan Bekasi mencapai 30.809 ton/tahun. Demikian juga permintaan dari Jepang dan Timur Tengah terus mengalir. Akan tetapi kita belum dapat memenuhi permintaan tersebut karena daya simpan bandeng olahan yang terlalu singkat, hal ini menjadikan kendala untuk sampai ke negara tujuan ekspor (Anonim, 2007a). Selain diversifikasi olahan, bandeng dapat juga dikembangkan sebagai komoditas ekspor untuk umpan hidup pada penangkapan tuna maupun cakalang (tuna longliner), karena kualitasnya lebih baik dibandingkan dengan beberapa jenis ikan umpan lainnya. Eropa, Jepang, dan Korea merupakan negara yang dapat dijadikan tujuan ekspor untuk bandeng umpan. Namun hingga kini masih sangat sedikit budidaya bandeng yang memproduksi bandeng untuk tujuan umpan, padahal waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi bandeng umpan relatif singkat dibanding bandeng untuk konsumsi. Sampai saat ini sebagian besar budidaya bandeng masih dikelola dengan teknologi yang relatif sederhana sehingga tingkat produktivitasnya relatif rendah. Jika dikelola dengan sistem yang lebih intensif, maka produktivitas ikan ini dapat ditingkatkan hingga tiga kali lipatnya. Teknologi budidaya bandeng yang sudah berkembang antara lain budidaya tradisional, tradisional plus, semi intensif, dan intensif serta sistem keramba jaring apung (KJA). Terkait dengan tahap budidaya, teknologi yang digunakan dan pola pemeliharaannya maka terdapat berbagai variasi budidaya yang dapat dipilih. PERKEMBANGAN BUDIDAYA BANDENG DI PANTAI UTARA JAWA TENGAH (Studi kasus: Kendal, Pati, dan Pekalongan ) Anjang Bangun Prasetio, Hatim Albasri, dan Rasidi Pusat Riset Perikanan Budidaya Jl. Ragunan No. 20, Pasar Minggu, Jakarta Selatan E-mail: [email protected]

Upload: nguyenngoc

Post on 06-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERKEMBANGAN BUDIDAYA BANDENG DI PANTAI · PDF filesebagai umpan hidup dalam penangkapan tuna dan cakalang, dan telah pula menjadi komoditas ... Polikultur bandeng, ikan mas dan nilem

123 Perkembangan budidaya bandeng di pantai utara Jawa Tengah (Anjang Bangun Prasetio)

ABSTRAK

Penelitian dilakukan di Jawa Tengah yang merupakan salah satu sentra budidaya bandeng di Indonesia.Khususnya di wilayah pantai utara yaitu Kendal, Pati dan Pekalongan. Pengumpulan data dan informasidilakukan dengan melakukan desk study dan survai lapangan. Desk study dilakukan dengan mengkompilasidan mensintesa data-data sekunder yang terkait untuk menjawab tujuan studi. Survai lapangan meliputiwawancara mendalam dengan responden kunci dan observasi kondisi tambak bandeng. Semua data yangdiperoleh dianalisis secara deskriptif untuk menentukan opsi kebijakan pengembangan budidaya bandengke depan. Lahan yang berpotensi untuk budidaya tambak di wilayah ini mencapai 12.726 ha dan yang layakuntuk budidaya sekitar 6.975 ha. Data Ditjen Perikanan Budidaya menunjukkan bahwa produksi bandengtahun 2009 untuk Jawa Tengah sekitar 86.000 ton dan mengalami kenaikan sebesar 14,54% per tahunkurun waktu tahun 2005-2009. Demikian juga produksi nasional untuk komoditas bandeng tahun 2009mencapai 475.000 ton dan mengalami kenaikan rata-rata 13,66% dari tahun-tahun sebelumnya. Padatahun yang sama, kebutuhan bandeng untuk konsumsi dalam negeri sekitar 470.250 ton. Dengan demikianproduksi bandeng saat ini masih terbatas untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Tulisan ini memberikaninformasi tentang permasalahan yang berkaitan dengan budidaya bandeng di pantai utara Jawa Tengahserta opsi kebijakan pengembangan budidayanya.

KATA KUNCI: budidaya, bandeng, kendala, opsi kebijakan

PENDAHULUAN

Bandeng merupakan salah satu jenis ikan laut konsumsi yang paling banyak diproduksi dandikonsumsi di Indonesia. Berkembangnya teknologi budidaya bandeng di masyarakat, tidak terlepasdari keunggulan komparatif dan strategisnya karena dapat dibudidayakan di air payau, laut, airtawar, toleran terhadap perubahan mutu lingkungan, teknologi pembesaran dan pembenihannyatelah dikuasai masyarakat, serta tahan terhadap serangan penyakit. Selain itu, bandeng digunakansebagai umpan hidup dalam penangkapan tuna dan cakalang, dan telah pula menjadi komoditasekspor (Kordi, 2009).

Adanya diversifikasi bandeng olahan, menjadikan pangsa pasar dalam maupun luar negeri semakinbesar. Permintaan pasar dalam negeri di enam kota besar Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Semarang,Kerawang, dan Bekasi mencapai 30.809 ton/tahun. Demikian juga permintaan dari Jepang dan TimurTengah terus mengalir. Akan tetapi kita belum dapat memenuhi permintaan tersebut karena dayasimpan bandeng olahan yang terlalu singkat, hal ini menjadikan kendala untuk sampai ke negaratujuan ekspor (Anonim, 2007a). Selain diversifikasi olahan, bandeng dapat juga dikembangkan sebagaikomoditas ekspor untuk umpan hidup pada penangkapan tuna maupun cakalang (tuna longliner),karena kualitasnya lebih baik dibandingkan dengan beberapa jenis ikan umpan lainnya. Eropa, Jepang,dan Korea merupakan negara yang dapat dijadikan tujuan ekspor untuk bandeng umpan. Namunhingga kini masih sangat sedikit budidaya bandeng yang memproduksi bandeng untuk tujuan umpan,padahal waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi bandeng umpan relatif singkat dibandingbandeng untuk konsumsi.

Sampai saat ini sebagian besar budidaya bandeng masih dikelola dengan teknologi yang relatifsederhana sehingga tingkat produktivitasnya relatif rendah. Jika dikelola dengan sistem yang lebihintensif, maka produktivitas ikan ini dapat ditingkatkan hingga tiga kali lipatnya. Teknologi budidayabandeng yang sudah berkembang antara lain budidaya tradisional, tradisional plus, semi intensif,dan intensif serta sistem keramba jaring apung (KJA). Terkait dengan tahap budidaya, teknologi yangdigunakan dan pola pemeliharaannya maka terdapat berbagai variasi budidaya yang dapat dipilih.

PERKEMBANGAN BUDIDAYA BANDENG DI PANTAI UTARA JAWA TENGAH(Studi kasus: Kendal, Pati, dan Pekalongan )

Anjang Bangun Prasetio, Hatim Albasri, dan Rasidi

Pusat Riset Perikanan BudidayaJl. Ragunan No. 20, Pasar Minggu, Jakarta Selatan

E-mail: [email protected]

Page 2: PERKEMBANGAN BUDIDAYA BANDENG DI PANTAI · PDF filesebagai umpan hidup dalam penangkapan tuna dan cakalang, dan telah pula menjadi komoditas ... Polikultur bandeng, ikan mas dan nilem

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 124

Pola pemeliharaan tradisional umumnya dilakukan secara monokultur dan polikultur untuk berbagaitahap pemeliharaan. Pola pemeliharaan secara intensif dan semi intensif pada umumnya dilakukansecara monokultur, tetapi ditemukan juga pengelolaan secara polikultur. Kabupaten Pemalangmerupakan salah satu contoh polikultur antara bandeng dengan rumput laut jenis Gracilaria verrucosa.Demikian juga polikultur bandeng dengan udang windu juga banyak berkembang di Pati.

Jawa Tengah merupakan salah satu sentra budidaya bandeng di Indonesia. Khususnya di wilayahpantai utara Jawa yaitu Kendal, Pati, dan Pekalongan. Sistem budidayanya dilakukan denganmemanfaatkan perairan payau dan pertambakan. Data Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Tengahmenyebutkan bahwa lahan yang potensial untuk kegiatan budidaya laut di Daerah Pantura diperkirakanmencapai 12.726 ha. Dari potensi tersebut yang layak untuk budidaya bandeng adalah 6.975 ha.

Data produksi bandeng tahun 2009 sekitar 86.000 ton dan mengalami kenaikan sebesar 14,54%/tahun selama kurun waktu lima tahun (2005-2009). Sedangkan pada tahun 2008 produksinya sekitar73.000 ton. Demikian juga untuk produksi nasional bandeng tahun 2009 mencapai 475.000 tondan mengalami kenaikan rata-rata 13,66% dari tahun-tahun sebelumnya. Namun pada tahun yangsama kebutuhan bandeng untuk konsumsi dalam negeri sekitar 470.250 ton (Anonim, 2006b). Datadi atas menunjukkan bahwa produksi ikan bandeng saat ini masih terbatas untuk memenuhipermintaan dalam negeri, namun melihat potensi dan prospek yang ada, tidak tertutup kemungkinanuntuk dikembangkan sebagai komoditas ekspor, sehingga akan menambah pendapatan negara, yangpada akhirnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Tulisan ini memberikan informasi tentang permasalahan yang berkaitan dengan budidaya bandengdi pantai utara Jawa Tengah serta opsi kebijakan pengembangan budidayanya.

METODOLOGI

Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2009, dengan lokasi survai di wilayah Kabupaten Kendal,Kabupaten Pati, dan Kabupaten Pekalongan. Daerah tersebut merupakan daerah sentra budidayabandeng untuk wilayah pantai utara Jawa Tengah.

Metode pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan melakukan desk study dan survailapangan. Desk study dilakukan dengan mengkopilasi dan mensintesa data-data sekunder terkait,untuk menjawab tujuan studi. Survai lapangan meliputi wawancara mendalam dengan respondenkunci dan observasi kondisi tambak. Beberapa karakter yang digunakan dalam penilaian yaitu kondisilahan, ketersediaan sumber air serta kondisi tambak.

Kondisi tambak dievaluasi dari karakter teknologi yang diterapkan, yang meliputi sistempengelolaan air sebelum dan sesudah digunakan, konstruksi tambak, pengelolaan tambak (persiapantambak, kualitas air, sistem pemeliharaan), permodalan, kelembagaan, produksi, serta pemasaran.

KERAGAAN BUDIDAYA BANDENG PANTAI UTARA JAWA TENGAH

Keragaan Pertambakan

Wilayah

Wilayah potensial pertambakan pantai utara Jawa Tengah memanjang dari Barat (KabupatenBrebes) sampai Timur (Kabupaten Rembang) dengan luas 40.000 ha, areal tambak yangdioperasionalkan sekitar 37.600 ha. Sedangkan potensi tambak yang dikembangkan sekitar 2.399ha. Tambak-tambak di Jawa Tengah tersebar di beberapa Kabupaten yaitu Brebes, Tegal, Pekalongan,Pemalang, Batang, Kendal, Semarang, Demak, Jepara, Pati, dan Rembang. Dari kabupaten tersebutyang memiliki tambak terluas yaitu Kabupaten Pati, dengan luas 10.353 ha (Anonim, 2008c).

Kondisi dan Pemanfaatan Lahan Budidaya

Ketersediaan perairan pantai untuk pengembangan lahan budidaya air payau merupakan halyang penting, oleh karena itu, perlu dikelola secara tepat karena dapat menimbulkan konflikkepentingan antar pengguna, meningkatnya biaya operasional, dan terlantarnya lahan yang mengarahpada kerusakan lingkungan pantai secara luas.

Page 3: PERKEMBANGAN BUDIDAYA BANDENG DI PANTAI · PDF filesebagai umpan hidup dalam penangkapan tuna dan cakalang, dan telah pula menjadi komoditas ... Polikultur bandeng, ikan mas dan nilem

125 Perkembangan budidaya bandeng di pantai utara Jawa Tengah (Anjang Bangun Prasetio)

Secara umum kualitas tanah di wilayah Pantura Jawa Tengah cukup ideal untuk pengembangantambak. Kondisi tanah yang ada secara umum memiliki tekstur liat berpasir atau liat berlumpur.Kedua jenis tanah tersebut cukup baik untuk rancang bangun tambak karena bersifat kedap air sertasesuai untuk pertumbuhan pakan alami. Hal ini sesuai yang dikemukakkan Suwidah (2001) bahwatanah pertambakan yang ideal) adalah tanah yang memiliki tekstur liat berpasir (sandy loam) atau liatberlumpur (silty loam).

Dalam pemanfaatan lahan tambak, masyarakat menggunakan lahannya sekitar 70% untuk tambakdan 30% sisanya untuk pematang dan peruntukan lainnya. Sebagai contoh dari luas tambak 20.000m2 dibagi menjadi empat petak tambak, masing-masing dengan luas tiap petaknya 5.000 m2.Peruntukannya yaitu satu petak digunakan untuk pendederan dan 15.000 m2 lainnya untuk tambakpembesaran.

Sumber Air

Umumnya air yang digunakan sebagai sumber pengairan tambak wilayah pantai utara Jawa Tengahmemiliki kualitas yang kurang baik, karena sebagian besar sumber air tawar pada wilayah-wilayahtersebut merupakan air irigasi untuk lahan pertanian yang umumnya memiliki unsur anorganik tinggi,terkontaminasi residu pestisida, dan limbah beberapa industri serta limbah domestik yang berada dibagian hulu. Sebagai contoh wilayah tambak di Kabupaten Pati masih banyak ditemukan letak saluranmasuk dan saluran buang sangat berdekatan, sehingga air buang belum sampai ke laut lepas sudahtersedot kembali masuk ke petak tambak, atau kedua saluran sungai tersebut bermuara pada satusaluran sungai sehingga menimbulkan akibat yang sama.

Adanya kondisi pendangkalan dan penyempitan juga semakin memperparah kondisi saluranpertambakan. Oleh karena itu, perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah setempat.Kondisi ini akan menyulitkan pembudidaya untuk memperoleh air yang berkualitas, karena air buanganbergerak lambat, sebelum sampai ke laut lepas, sudah terbawa lagi ke areal pertambakan bersamaarus pasang. Demikian halnya dengan jumlah saluran irigasi juga masih minim dan tidak sebandingdengan beban air yang ke luar masuk dari areal pertambakan, serta pengairan hanya mengandalkanpasang surut dan sungai, mengakibatkan pasok maupun air buangan hanya berputar di wilayahtersebut. Untuk mengatasi masalah pendangkalan dan penyempitan saluran air, beberapa daerah diwilayah Kabupaten Pati berinisiatif memanfaatkan perahu bekas dan mendesainnya sebagai alatpengeruk tanah akibat pendangkalan. Meskipun demikian alat tersebut belum sepenuhnya dapatmengatasi masalah tersebut, karena jumlah alat pengeruk yang tersedia tidak sebanding denganjumlah saluran air yang ada.

Kabupaten Kendal

Budidaya bandeng di Kabupaten Kendal dimulai tahun 1990-an dengan membuka kawasan man-grove secara besar-besaran dan melakukan penebangan secara liar. Sehingga selama sepuluh tahunterakhir ini, terjadi kerusakan yang cukup parah. Di pantai sepanjang 41 km tersebut hanya tersisa31,7 ha. Cakupan hutan bakau hanya berkisar 1% dari luas tambak di Kabupaten Kendal (3.531,542ha). Padahal idealnya luas kawasan mangrove adalah 20% dari luasan tambak. Hutan bakau yangmasih tersisa di wilayah Kecamatan Kaliwungu, Kendal, Brangsong, Kangkung, Patebon, Cepiring,dan Rowosari. Hutan bakau terluas di Kecamatan Patebon (Anonim, 2004d).

Kegiatan budidaya bandeng dilakukan dalam bentuk penggelondongan dan pembesaran. Adapunsumber benih yang digunakan berasal dari Gondol dan Situbondo. Kegiatan budidaya air payau diKabupaten Kendal tersebar di tujuh kecamatan dengan luas yang bervariasi yaitu Kaliwungu 1.673.661ha; Brangsong 322.900 ha; Kendal 396.392 ha; Patebon 700.680 ha; Cepiring 174.909 ha; Kangkung183.000 ha; dan Kecamatan Rowosari dengan luas 80.000 ha. Sedangkan untuk budidaya bandengbanyak dilakukan di Daerah Kaliwungu.

Produksi bandeng di Kendal untuk sementara ini hanya mencukupi untuk kebutuhan lokal.Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kendal (2008) bahwa produksi bandengdua tahun terakhir mengalami kenaikan yang signifikan yaitu 3.782.964 kg menjadi 4.057.977 kgdengan nilai produksi Rp 25.480.748.000,- menjadi Rp 35.841.190.000,- (Tabel 1). Namun jika

Page 4: PERKEMBANGAN BUDIDAYA BANDENG DI PANTAI · PDF filesebagai umpan hidup dalam penangkapan tuna dan cakalang, dan telah pula menjadi komoditas ... Polikultur bandeng, ikan mas dan nilem

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 126

dibandingkan tahun 2009, produksi bandeng tidak mengalami kenaikan yang signifikan yaitu sekitar4.756.666 ton atau 17,22% (Anonim, 2008e).

Menurut informasi yang diperoleh, menurunnya produksi bandeng di wilayah ini, disebabkanoleh permasalahan yang banyak ditemukan di lapang, antara lain: masalah permodalan, adanyapenyakit berupa jamur pada bandeng, semakin berkurangnya luasan mangrove dalam kawasanbudidaya karena rencana pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang sedang diinisiasioleh Pemerintah Jawa Tengah dipusatkan di Kabupaten Kendal, kurangnya informasi teknologibudidaya bandeng hal ini di antaranya disebabkan minimnya tenaga penyuluh, sarana dan prasaranabudidaya yang belum memadai, belum adanya tata ruang dan tata wilayah yang jelas.

Kabupaten Pati

Hampir sebagian besar produksi bandeng dari Pati untuk memenuhi pasar lokal maupun nasional.Masuknya bandeng baik di pasar lokal maupun nasional ini, tentunya tidak terlepas dari wilayahJuana sebagai pusat tambak bandeng terbesar di Daerah Pati. Daerah lain yang juga mempunyaipotensi tambak bandeng yaitu tersebar di Kecamatan Batangan, Wedarijaksa, Trangkil, Margoyoso,Tayu, dan Dukuh sekti.

Teknologi budidaya yang berkembang di masyarakat lebih banyak tradisional. Dan kini masyarakattidak hanya mengembangkan budidaya bandeng di air payau, akan tetapi budidaya bandeng di airtawar juga telah berkembang di daerah ini. Polikultur bandeng, ikan mas dan nilem di air tawartelah dikembangkan sejak tahun 1998, terutama di Kecamatan Kajen dan Gabus. Luas lahan tambakbandeng air tawar mencapai sekitar 300 ha. Sejarah perkembangan budidaya bandeng di air tawardiawali dengan pembudidaya melakukan studi banding di Daerah Lamongan, Jawa Timur, kemudianuntuk selanjutnya dari teknologi yang diperoleh diterapkan di Daerah Pati. Demikian juga telahberkembang polikutur bandeng dengan udang windu di wilayah Tayu. Wilayah ini merupakan salahsatu yang mendapatkan dana pemerintah dari program INBUDKAN. Di wilayah ini pula parapembudidaya sudah menerapkan sistem tandon dalam petakan tambaknya. Pernah dilaporkan Abidinet al. (2005) bahwa tingkat produksi tambak polikultur udang dan bandeng selama kurun waktulima tahun yaitu 1996–2000, pada musim tanam pertama rata-rata 109.528 kg, sedangkan musimtanam kedua rata-rata 42.529 kg. Terjadi penurunan sebesar 61,17% atau sebesar 66,999.20 kg.

Kendala utama budidaya bandeng di air tawar adalah lahan yang digunakan merupakan lahanrawa yang dikonversi menjadi kolam bandeng. Tentunya dalam proses awal pembuatan kolammemerlukan alat berat karena sulitnya kondisi geografis lokasi potensial tersebut. Pemerolehan alatberat menjadikan kendala tersendiri selain harganya mahal, untuk daerah ini sulit diperoleh meskipununtuk sewa. Sehingga akan menambah biaya produksi.

Kondisi umum saluran irigasi tambak yang belum memadai, juga model saluran irigasi yang adabelum permanen. Kondisi saluran irigasi yang digunakan untuk tambak belum mencerminkanpersyaratan budidaya yang baik yaitu pintu saluran pemasukan dan pembuangan umumnyaberdekatan, akibatnya air buangan dapat tersedot kembali, bahkan digunakan oleh tambak sebelah.

Tabel 1. Produksi tambak Kabupaten Kendal tahun 2007-2008

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal (2008)

Produksi (kg)

Nilai produksi (Rp 000,-)

Produksi (kg)

Nilai produksi (Rp 000,-)

Bandeng 3.782.964 25.480.748 4.057.977 35.841.190Udang 1.854.689 55.640.670 1.603.911 37.501.043Rucah 942.37 5.183.035 989.732 10.647.396

Total 6.580.023 86.304.453 6.651.620 83.989.629

Tahun 2008Tahun 2007

Jenis ikan

Page 5: PERKEMBANGAN BUDIDAYA BANDENG DI PANTAI · PDF filesebagai umpan hidup dalam penangkapan tuna dan cakalang, dan telah pula menjadi komoditas ... Polikultur bandeng, ikan mas dan nilem

127 Perkembangan budidaya bandeng di pantai utara Jawa Tengah (Anjang Bangun Prasetio)

Kondisi seperti ini banyak kita jumpai di daerah ini. Padahal kondisi demikian cukup memudahkanterjadinya penyebaran penyakit di seluruh kawasan. Kendala lainnya yaitu perencanaan yang belumterpadu termasuk RUTR–nya, kuat dugaan bahwa daya dukung lahan tambak sudah dilampaui sertaditambah lagi dengan buruknya pengelolaan tambak, kurangnya pelaporan dan penanggulangankegagalan panen.

Kabupaten Pekalongan

Pada tahun 2008 pengusahan lahan tambak di Kabupaten Pekalongan tidak mengalamipeningkatan yang cukup berarti. Semula pada tahun 2006 luas lahan tambak yang diusahakan sekitar625,5 ha menjadi 628,7 ha (tahun 2008) dan demikian juga jumlah pembudidaya 665 orang menjadi896 orang. Tambak tersebar di Kecamatan Siwalan dan Wonokerto (Anonim, 2008f).

Sistem budidaya yang ada di daerah ini secara umum sama dengan wilayah pantura Jawa Tengahlainnya. Budidaya dengan sistem polikultur cukup berkembang di wilayah ini. Polikultur bandengdengan rumput laut maupun dengan udang, banyak memberikan kontribusi para pembudidaya,apalagi bila lebih memaksimalkan polikultur yang ada.

Berdasarkan informasi yang diperoleh, pada tahun 2009 ratusan hektar areal pertambakan disepanjang pesisir pantai utara Pekalongan khususnya wilayah Wonokerto, Wiradesa dan wilayahSiwalan, kini kondisinya rusak dan tidak lagi produktif. Menurut masyarakat setempat, kerusakantambak mereka karena air tambak telah tercemar limbah kimia. Limbah tersebut merupakan buangandari sejumlah pabrik tekstil yang mengalir melalui sungai. Demikian juga puluhan hektar tambakudang dan ikan bandeng di Desa Depok, tercemar limbah batik.

Dari beberapa informasi yang diperoleh, hasil tebar benih yang dilakukan hanya mampu bertahansekitar satu bulan dan mengalami kematian massal. Pada akhirnya kondisi tersebut, sejak setahunterakhir, banyak lahan tambak yang sengaja dibiarkan beberapa petak tambaknya tidak produksi.Dengan demikian pembudidaya mengalami kerugian cukup besar dibandingkan beberapa tahunsebelumnya. Kematian massal juga terjadi, yang disebabkan oleh sedimentasi pada saluran dibeberapa muara, yang mengakibatkan akses air baik masuk maupun keluar tambak tidak lancarsehingga kualitas air semakin menurun. Akibatnya ikan menjadi sulit tumbuh besar (kuntet) danberbagai penyakit dengan mudah menyerang. Kasus kematian massal, pertumbuhan bandeng yanglambat sehingga panen lebih dari tiga bulan, pada akhirnya menurunnya jumlah produksi.

Permasalahan tersendiri bagi pembudidaya adalah melonjaknya harga pakan ikan di pasaran,yang mengakibatkan puluhan hektar tambak ikan produktif yang berada di wilayah ini terancamgagal panen. Sehingga hal tersebut mengakibatkan meningkatnya biaya produksi.

Adanya banjir ROB mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit, banyak tambak yang telahmengalami abrasi yang disebabkan oleh rusaknya kawasan mangrove di daerah ini. Tambak yangdigunakan banyak yang berasal dari rawa-rawa sehingga kurang produktif, kurangnya informasiteknologi budidaya bandeng akibat minimnya tenaga penyuluh, sarana dan prasarana budidayayang belum memadai, belum adanya tata ruang dan tata wilayah, serta permodalan, merupakankondisi nyata yang terjadi di lapang dan segera untuk ditangani.

PERMASALAHAN DAN ANALISIS

Umum

Pembesaran bandeng di Jawa Tengah menghadapi beberapa masalah berakitan dengan peningkatanproduksi budidaya. Dengan kesediaan lahan tambak yang terbatas dan bahkan makin berkurang,belum lagi banyak tambak yang terkena abrasi, kondisi saluran tambak yang mengalami sedimentasi,tambak banyak yang beralih fungsi untuk kegiatan sentra bisnis, terutama daerah pantura sehinggaberpengaruh terhadap produksi bandeng yang relatif menurun. Menurut data Dinas Kelautan danPerikanan Provinsi Jateng (2007), terdapat pengurangan luasan tambak sekitar 4.245,8 ha, di manatahun 2006 jumlah luasan lahan tambak aktif di Jawa Tengah sekitar 42.119,70 ha dan berkurangmenjadi 37.873,90 ha di tahun 2007. Pengurangan luasan tambak ini diduga karena banjir ROB danabrasi sehingga banyak lahan tambak yang sudah tidak dapat dioperasikan lagi

Page 6: PERKEMBANGAN BUDIDAYA BANDENG DI PANTAI · PDF filesebagai umpan hidup dalam penangkapan tuna dan cakalang, dan telah pula menjadi komoditas ... Polikultur bandeng, ikan mas dan nilem

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 128

Adanya rencana pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang sedang diinisiasi olehPemerintah Jawa Tengah yang bertempat di Kabupaten Kendal, tentunya akan mereduksi lahan tambakyang ada di Kendal seluas 1.000 ha dan akan menekan secara signifikan produksi bandeng di Kendalpada khususnya dan Jawa Tengah pada umumnya. Selain itu, adanya migrasi para pembudidayayang tambaknya telah digunakan sebagai kawasan KEK tentunya akan mengurangi pekerja di sektorbudidaya bandeng, dan hal ini tentunya cukup berpengaruh terhadap peningkatan produksi bandengdi Jawa Tengah.

Lokasi lahan tambak yang pada umumnya berdampingan dengan persawahan menjadi permasalahlain bagi pencitraan budidaya bandeng di Jawa Tengah. Bahan pestisida berbahaya yang seringdigunakan untuk kawasan persawahan ini, dapat masuk ke dalam tambak, yaitu melalui penggunaanair secara bersama antara kawasan persawahan dengan pertambakan. Meskipun tidak dilaporkanadanya kematian massal akibat hal ini, namun bahan pestisida dapat mempengaruhi mutu ikan.Masalah ini sebagian sudah dapat terpecahkan dengan membangun saluran “gendong” yangmemisahkan pengairan untuk persawahan dan lahan tambak.

Namun tidak semua lahan tambak memiliki saluran ini, sehingga ancaman pencemaran terhadaplingkungan perairan sangat mungkin terjadi, dan dapat berakibat kematian massal. Permasalahanini semua pada akhirnya berpengaruh terhadap produktivitas tambak bandeng di Jawa Tengah.

Selain permasalahan umum tersebut di atas, dalam operasional budidaya bandeng, permasalahanlainnya yang bersifat teknis (pengelolaan lahan, saluran irigasi, pendederan/penggelondongan, teknikpembesaran, serta penanganan hama dan penyakit), juga permasalahan untuk aspek pendukungseperti permodalan, kelembagaan, produksi dan pemasarannya, serta data statistik, merupakanpermasalahan yang krusial untuk diperhatikan. Oleh karena itu, agar peningkatan produksi bandengdi Jawa Tengah dapat tercapai, diperlukan kebijakan pemerintah untuk mengatasi permasalahanyang ada.

Aspek Teknis

Pengolahan Lahan

Secara umum aktivitas budidaya di Jawa Tengah belum mengikuti kaidah budidaya yang baik(CBIB). Dalam hal pengolahan lahan, tidak semua pembudidaya melakukan pengeringan sebagaitahap awal dalam persiapan budidaya yang berguna untuk menghilangkan unsur-unsur toksik danpenyakit yang berasal dari material yang digunakan pada periode budidaya sebelumnya. Padahalmenurut Taukhid et al. (2002), sebaiknya sebelum dilakukan penebaran, perlu dilakukan langkah-langkah berikut: perbaikan pematang melalui keduk teplok, pencangkulan dasar tambak denganmembalik lapisan atas dan meratakannya kembali, dan dilanjutkan dengan pengapuran bila pHtanah kurang dari 7 yaitu dengan dosis 500–1000 kg/ha. Pemupukan lahan juga dilakukan, untuk 1ha diperlukan campuran pupuk urea 50 kg dan TSP 30 kg, setelah itu, dilanjutkan dengan pengisianair tambak secara bertahap hingga kedalam 60–80 cm dan dibiarkan sampai 7–14 hari sampai tumbuhplankton.

Beberapa alasan para pembudidaya belum melakukan pengolahan tambak dengan baik yaitu 1)lokasi tambak yang lebih rendah dari permukaan air laut sehingga tambak sangat sulit untukdikeringkan kecuali dengan menggunakan pompa air berkekuatan besar dan mahal, 2) adanya banjirROB tahunan dan abrasi pantai sebagai akibat dari hilangnya green belt mangrove di sepanjangpantai utara Jawa Tengah. Hal ini mengakibatkan konstruksi tambak secara terus-menerus mengalamipenggerusan dan kebocoran yang menyebabkan usaha pengeringan semakin sulit untuk dilakukan.Banjir ROB tahunan juga mengakibatkan kerugian yang sangat besar saat tambak siap panen ataubahkan tambak yang baru saja ditebar benih gelondongan tergenang air laut yang menyebabkanikan bandeng keluar dari tambak. Menurut responden di Kendal, total ikan bandeng yang hilangakibat banjir ROB dapat mencapai 70%–90% dan itu tidak termasuk dengan rusaknya konstruksipematang tambak.

Dari informasi yang diperoleh, sebagai akibat tidak adanya pengolahan tambak yang benar seringmunculnya serangan penyakit, selain itu juga, dilaporkan adanya bau lumpur pada bandeng. Kasus-

Page 7: PERKEMBANGAN BUDIDAYA BANDENG DI PANTAI · PDF filesebagai umpan hidup dalam penangkapan tuna dan cakalang, dan telah pula menjadi komoditas ... Polikultur bandeng, ikan mas dan nilem

129 Perkembangan budidaya bandeng di pantai utara Jawa Tengah (Anjang Bangun Prasetio)

kasus bandeng berbau lumpur ini terjadi pada tambak-tambak yang tidak dilakukan pengeringanseperti yang terjadi di Jepara, Pati, Brebes, Pekalongan, dan Juwana. Beberapa hasil penelitianmenyebutkan bahwa terjadinya bau lumpur pada Ikan yang dipelihara di tambak disebabkan olehgeosmin, yaitu senyawa metabolit yang berbau tanah yang disintesa oleh alga hijau jenis oscillatoriaspp. (Erungan, 1997). Keterangan lain menyebutkan bahwa ikan yang dipelihara di tambak, banyakmengeluarkan bau lumpur dibandingkan ikan yang dipelihara di KJA (Anonim, 2006g). Dengan adanyabau lumpur tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap menurunnya nilai jual bandeng dimasyarakat.

Pemberian pupuk yang tidak berlebihan menjadi masalah lain dalam pengelolaan lahan tambak.Hal demikian telah menjadi praktek umum yang dilakukan pembudidaya, untuk meningkatkanproduktivitas tambak secara instan. Kebiasaan yang ada yaitu untuk satu hektar tambak, pupuk yangdiberikan berkisar antara 400–700 kg, dengan perbandingan Urea dan TSP yaitu 2:1. Pemberianpupuk berlebihan ini tentu saja akan meningkatkan produksi klekap di lahan tambak, namun hanyabersifat sementara. Setelah itu, produksi klekap dan produktivitas tambak akan turun, yang padaakhirnya tambak tidak dapat digunakan karena mengalami proses toxikasi, sebagai akibat pemberianpupuk yang berlebihan.

Kesulitan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi menjadi salah satu hambatan dalam peningkatanproduksi tambak. Mahalnya harga pupuk non-subsidi, dan kelangkaan pupuk bersubsidi pada periodewaktu tertentu merupakan permasalahan yang dihadapi para pembudidaya. Akan tetapi dalamparkteknya para pembudidaya dalam penggunaan pupuk secara berlebihan. Alasan mereka adalahuntuk meningkatkan produktivitas tambak. Cara-cara demikian sudah umum dilakukan pada budidayatambak bandeng di Jawa Tengah. Walaupun demikian PPL (Petugas Penyuluh Lapangan) sudah mulaimemberikan penyuluhan ke petambak, agar mengurangi dosis yang berlebih dalam penggunaanpupuk anorganik (Urea, TSP, dan KCL), dan menganjurkan penggunaan pupuk organik seperti pupukkandang telah mulai diinisiasi oleh pembudidaya dan kini menunjukkan hasil yang signifikan.

Saluran Irigasi

Para pembudidaya juga mengeluhkan sistem irigasi yang tidak optimal diakibatkan oleh tingginyalaju sedimentasi pada saluran-saluran utama irigasi tambak. Sedimentasi pada saluran irigasi utamaini menyebabkan pemasukkan air bersih menjadi terhambat atau sama sekali tidak dapat dilakukan,yang berakibat menurunnya kualitas air tambak secara signifikan. Khususnya di Kabupaten Pati,saluran air utama dengan lebar sekitar 10–15 m dan kedalaman 4 m, dalam kurun waktu kurang dari6 bulan telah mengalami pendangkalan menjadi 1 m. Kurangnya dukungan teknis dari lembagaterkait menyebabkan pembudidaya di Pati melakukan inisiatif sendiri dengan swadaya memodifikasiperahu bermotor (Gambar 1). Fungsi perahu modifikasi ini adalah untuk mengaduk endapan lumpur

Gambar 1. Perahu modifikasi untuk pengeruk sedimen

Page 8: PERKEMBANGAN BUDIDAYA BANDENG DI PANTAI · PDF filesebagai umpan hidup dalam penangkapan tuna dan cakalang, dan telah pula menjadi komoditas ... Polikultur bandeng, ikan mas dan nilem

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 130

dengan memanfaatkan pergerakan pasang surut air laut. Lumpur yang teraduk akan menjaditersuspensi kembali dan akan terhempas ke laut ketika waktu air surut.

Aplikasi teknologi sederhana ini sangat membantu untuk mempertahankan kondisi saluran utamadi tambak agar tetap terjaga kedalamannya. Namun jumlah perahu pengeruk yang terbatas, tentunyatidak sebanding dengan jumlah tambak yang ada yaitu 10.604 ha, dengan demikian hanya sebagiankecil dari saluran utama yang dapat di layani oleh perahu modifikasi ini. Berbagai langkah usahauntuk mendapatkan bantuan jumlah perahu ini telah dilakukan, baik kepada pihak pemerintah mapunlembaga non pemerintah, namun sampai saat ini belum mendapatkan tanggapan yang positif.

Pendederan/Penggelondongan

Dalam rangkaian panjang budidaya ikan. Pemilihan benih merupakan hal yang perlu diperhatikan,yaitu benih harus memiliki kualitas baik, di antaranya sumber benih tersebut (strain induk), bentukmorfologi benih, fase/grade benih dan kesehatan benih. Variasi genetik benih yang tinggi, akanmenghasilkan pertumbuhan yang baik dan tahan penyakit. Permasalahan benih menjadi masalahyang belum tertangani. Belum adanya pengontrolan dari pemerintah tentunya menjadikan masalahlain pada penggunaan benih di tingkat pembudidaya. Benih yang diperoleh dari unit pembenihanrakyat (UPR) pada umumnya berasal dari induk yang kualitasnya belum diketahui. Masalah tersebutakan berpengaruh terhadap mutu benih yang dihasilkan. Tidak adanya keseragaman benih yangdigunakan menyebabkan pertumbuhan ikan yang tidak seragam.

Oleh karena itu, diperlukan pengalaman dalam pemilihan benih sangat diperlukan, hal ini untukmengetahui kualitas benih yang akan ditebar.

Pola usaha yang berkembang di masayarakat pada umunya usaha pendederan danpenggelondongan. Skala pendederan umumnya dilakukan secara intensif atau semi intensif. Hal inidimaksudkan agar dapat mengatur waktu panen, selain itu juga, untuk memenuhi permintaan tambakpembesaran.

Dalam usaha pendederan dimulai dari nener produksi hatcheri umumnya berumur 20–25 haridan panjang berkisar 9,1–10,9 mm. Dalam usaha produksi pendederan bandeng ukuran 13,6–19,5mm dibutuhkan waktu pemeliharaan 7–10 hari dan ukuran 25,6–29,8 mm selama 25–30 hari,sedangkan sintasannya berkisar antara 41,5%–94,8% dan 86,2%–89,8%. Secara fisik besar nener denganumur tersebut adalah seukuran jarum dan tubuhnya transparan dengan panjang sekitar 12–13 mm.

Nener terbiasa berada pada lingkungan terbatas (maksimal volume wadah pemeliharaan 30 ton)dan kadar garam yang relatif konstan (32–35 ppt). Sebelum dilakukan pendederan, nener dari hatcherimemerlukan aklimatisasi. Aklimatisasi pertama dilakukan dengan kantong plastik yang digunakandalam transportasi yaitu dengan membukannya supaya menyesuaikan tekanan, suhu, dan salinitas.Langkah kedua yaitu dilakukan dalam bak plastik yang diisi 10 L air laut dengan kedalaman 10–20cm dan ditebari nener sebanyak 10.000 ekor selama 24 jam. Selanjutnya diberi aerasi, sedangkanpakan yang diberikan adalah pelet atau telur rebus yang dihancurkan yaitu sebanyak 100% bobotbiomassa. Lakukan penyiponan 2 jam setelah pemberian pakan, untuk selanjutnya nener siapdiglondongkan.

Sistem pendederan selain dilakukan di tambak, banyak juga di bak beton. Luasan untuk pendederanyang dilakukan di petak hamparan cukup bervariasi, namun untuk mempermudah pemanenansebaiknya luas petakan kurang dari 200 m2. Dengan kedalaman air dipertahankan kurang dari 50cm. Hal ini dilakukan untuk memungkinkan klekap dan plankton tumbuh (Ahmad et al., 1998).Teknologinya untuk pendederan meliputi persiapan wadah, seleksi benih, penyediaan jenis pakandalam jumlah cukup, pengelolaan mutu air, pengendalian hama penyakit, serta cara panen. Beberapainformasi pembudidaya menyebutkan bahwa benih yang akan digelondongkan harus sehat, yaitudengan ciri-ciri: tubuh ramping, warna bening dan kelam, gerakan lincah dan ekor telah mengembang,bebas penyakit, serta mempunyai ukuran benih yang seragam.

Usaha penggelondongan adalah bagian proses budidaya bandeng yang relatif sangatmenguntungkan karena masa pemeliharaan nener yang singkat, dengan tingkat sintasan yangmencapai 70% memberikan marjin keuntungan sebesar 30%–40%. Di wilayah Pantura Jawa Tengah,

Page 9: PERKEMBANGAN BUDIDAYA BANDENG DI PANTAI · PDF filesebagai umpan hidup dalam penangkapan tuna dan cakalang, dan telah pula menjadi komoditas ... Polikultur bandeng, ikan mas dan nilem

131 Perkembangan budidaya bandeng di pantai utara Jawa Tengah (Anjang Bangun Prasetio)

gelondongan dijual dalam berbagai ukuran tergantung permintaan. Namun demikian usaha inimengalami beberapa kendala di antaranya adanya kualitas air yang cukup mengkhawatirkan, yaitutingginya tingkat kekeruhan air tambak walaupun sistem tandon sudah diterapkan dalam pengelolaantambak gelondongan. Serangan hama juga terjadi pada tambak gelondongan yaitu dengan kemunculangelembung lendir berjumlah banyak pada dasar tambak yang menyebabkan nener tidak leluasabergerak, sehingga mengalami kematian. Fluktuasi suhu air tambak yang cukup bervariasi jugamengakibatkan kematian nener namun belum mengkhawatirkan.

Pada usaha penggelondongan, nener biasanya sudah mencapai ukuran 7–10 cm, setelah masapemeliharaan 40–60 hari. Ukuran ini merupakan yang tepat sebagai gelondongan untuk penebaranberikutnya baik untuk tujuan bandeng umpan maupun konsumsi.

Teknik Pembesaran

Ukuran benih yang digunakan dalam pembesaran cukup bervariatif, yaitu ada dimulai dari tebarukuran nener, ada juga tebar dengan ukuran gelondongan bahkan dalam usaha pembesarannya adayang melakukan keduanya. Hal ini tergantung dengan banyak dan sedikitnya permintaan pasar ataujuga adanya permintaan pasar yang bersifat mendesak pada waktu tertentu.

Sementara ini, nener diperoleh dari hacheri Jawa dan Bali, biasanya berukuran rata-rata 4–7 cm.Sumber nener lainnya diperoleh dari hatcheri daerah Brebes, Pemalang, Wonokerto, Lamongan, Gresik,dan Gondol. Semakin jauh lokasi pengambilan benih tentunya akan menambah biaya, sehinggaharga benih pun relatif mahal. Mahalnya harga benih ini menjadikan masalah tersendiri bagipembudiaya. Apalagi adanya produktivitas tambak yang menurun dan biaya investasi yang semakinmahal pada siklus-siklus sebelumnya. Menjadikan para pembudidaya memerlukan subsidi benihdari pemerintah. Namun masalah tersebut hingga kini belum teratasi. Barangkali yang menjadi kendalaadalah tidak masuknya bandeng sebagai program komoditas unggulan DKP (Anonim, 2006h).Sehingga sampai saat ini subsidi benih untuk bandeng di masyarakat tidak dapat direalisasikan.

Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap penurunan produksi bandeng adalah penggunaanpupuk berlebihan sehingga menambah biaya produksi, padat tebar yang sering kali tidakmempertimbangkan luasan tambak. Menurut beberapa responden, praktek penebaran yang seringkalidilakukan oleh pembudidaya adalah dengan menebar sebanyak mungkin gelondongan denganharapan bahwa jumlah panen akan lebih banyak. Penyebab dari praktek pembesaran yang tidakefisien dan efektif ini adalah kurangnya informasi teknologi budidaya bandeng untuk sampai ditingkat pembudidaya serta kurangnya tenaga penyuluh perikanan yang ada di masing-masingkabupaten. Beberapa responden di Pekalongan juga menginginkan informasi dan teknologi barudalam budidaya bandeng dapat disampaikan kepada mereka melalui tambak percontohan yang dapatmenyediakan informasi real-time.

Penanganan Hama dan Penyakit

Secara umum, pengaruh hama dan penyakit pada produktivitas tambak bandeng tidak sebesaryang ditimbulkan oleh banjir ROB, abrasi, dan praktek-praktek pembesaran yang tidak efektif danefisien. Namun kerugian yang dialami oleh pembudidaya dari hama seperti Trisipan, ikan gabus, dannila yang memangsa benih gelondongan serta adanya serangan jamur pada ikan bandeng yangdipelihara, berpotensi menyebabkan kerugian yang signifikan. Penanganan hama Trisipan yangdilakukan oleh pembudidaya adalah dengan menggunakan pestisida dengan berbagai merek antaralain “Bintan atau Brestan” dengan konsentrasi 400 g/hektar, sedangkan untuk pemberantasan hamaikan gabus dan nila adalah dengan menggunakan pestisida “Dursban” dengan dosis 1,5 L/ha. Meskipunpenggunaan “Brestan” telah dilarang oleh pemerintah setempat, dan sebagai solusinya dianjurkanmenggunakan saponin (biji teh dan akar kastuba) yang lebih bersifat alami.

Namun demikian para pembudidaya masih saja ada yang menggunakan jenis pestisida ini karenasangat efektif untuk membasmi hama Trisipan. Jenis-jenis pestisida ini memang terbukti sangatmanjur namun akan sangat berdampak pada citra positif produk ikan bandeng Jawa Tengah, karenapenggunaan pestisida dengan kandungan kimiawi yang berbahaya bagi manusia. Pasar internasionaljuga akan menolak produk-produk ikan yang terkontaminasi bahan pestisida ini.

Page 10: PERKEMBANGAN BUDIDAYA BANDENG DI PANTAI · PDF filesebagai umpan hidup dalam penangkapan tuna dan cakalang, dan telah pula menjadi komoditas ... Polikultur bandeng, ikan mas dan nilem

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 132

Berkaitan dengan kasus di atas, maka hendaknya tidak hanya pemerintah pusat akan tetapipemerintah daerah juga ikut mengawasi mutu hasil perikanan mulai proses budidaya sampai pascapanen. Hal ini untuk menghindari terulangnya kasus-kasus Rapid Alert System (RAS) pada ekspor hasilperikanan Indonesia, yang menyebabkan produk perikanan kita diembargo di pasar Uni Eropa. Kasusitu antara lain ditemukannya kadar logam berat seperti Hg, Cd, dan Pb pada ikan ekspor Indonesia(Anonim, 2006i).

Dalam penanganan hama dan penyakit, pencegahan merupakan langkah yang lebih baik. Hal inidapat dilakukan dengan pemantauan secara teratur terhadap kesehatan ikan yang dipelihara. Sebelumditemukan gejala serangan penyakit, segera dapat diatasi dengan pengobatan yang tepat agar tidakmenyebar ke petakan lainnya. Selain itu, perlu monitoring dan evaluasi terhadap lingkungan, karenamunculnya penyakit erat kaitannya dengan lingkungan budidaya yang kurang mendukung.

Aspek Pendukung

Permodalan

Permodalan merupakan masalah klasik yang dihadapi oleh hampir setiap pembudidaya tradisionaldi Indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut, Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Tengah telah berupayaagar produktivitas bandeng Jawa Tengah terus meningkat, yaitu dengan melakukan pendampingansekaligus memberi solusi untuk mendapat bantuan permodalan. Di antaranya melalui dana penguatanmodal (DPM) bagi pembudidaya bandeng. Namun karena modal yang diberikan belum sebandingdengan tingginya biaya investasi untuk mempersiapkan lahan tambak karena tanah yang kritis/kurangsubur, mahalnya nener, pupuk, biaya operasional pemeliharaan sampai ikan siap panen dan biayapencegahan dan pemberantasan penyakit, maka upaya tersebut belum terlihat signifikanpeningkatannya. Sebagian besar pembudidaya bandeng menggunakan modal sendiri untuk memulaisatu siklus budidaya yaitu diperoleh dari keuntungan siklus sebelumnya.

Ketergantungan ini sedemikian besar, sehingga jika pembudidaya tidak mendapat keuntungandari proses budidaya sebelumnya, maka peluang untuk tidak melakukan proses budidaya selanjutnyasangat besar terjadi. Selain daripada itu, tidak mudahnya memperoleh kredit dari bank, karena masalahketiadaan agunan yang memadai, merupakan kendala pula di dalam mengembangkan usahanya.

Bank perkreditan rakyat yang beroperasi di Jawa Tengah tidak menetapkan perlakuan khususbagi pembudidaya dengan pemberian kredit non-komersial yang berbunga rendah untuk memacuproduktivitas. Kredit diberikan dengan standar bunga komersial dan syarat agunan berupa lahantambak ataupun bahkan hak milik pembudidaya termasuk rumah dan barang bergerak lainnya. Kondisiini sangat menyulitkan pembudidaya, karena insentif yang diperoleh dari pinjaman ini sangat tidaksebanding dengan risiko yang mereka harus terima. Sehingga hanya sejumlah pembudidaya yangdapat mengajukan permintaan kredit di bank sedangkan pembudidaya lainnya hanya menggunakandana yang terbatas untuk memulai proses budidaya.

Sebagai dampak karena minimnya modal, persiapan lahan dilakukan dengan tidak paripurna,termasuk penanganan hama dan penyakit dengan menggunakan bahan yang murah namun berbahayadan bibit yang digunakan berkualitas rendah serta padat penebaran yang tinggi.

Usaha pemerintah untuk meningkatkan produksi tambak telah dilakukan antara lain, kerja samapemerintah daerah bersama Pusat Pengembangan Penyuluhan - BPSDMKP telah memberikan bantuanlangsung berupa benih dan teknologi polikultur. Karena bantuan ini hanya berlangsung pada periodeyang singkat dan parsial dan bukan melalui scheme yang sustainable dengan penerapan metode re-volving fund, maka hasil dari kegiatan ini belum banyak memberikan dampak yang signifikan bagipara pembudidaya.

Kelembagaan dan Keterlibatan Pemerintah

Telah terbentuknya kelompok-kelompok pembudidaya, yang dicirikan dengan adanya pertemuanrutin bulanan dan iuran untuk mengatasi permasalahan yang muncul di tambak. Ini merupakanwujud adanya kelembagaan yang positif untuk mengatasi berbagai permasalahan berkaitan denganbudidaya. Kelompok-kelompok pembudidaya dibentuk oleh pemerintah daerah, dan beberapa

Page 11: PERKEMBANGAN BUDIDAYA BANDENG DI PANTAI · PDF filesebagai umpan hidup dalam penangkapan tuna dan cakalang, dan telah pula menjadi komoditas ... Polikultur bandeng, ikan mas dan nilem

133 Perkembangan budidaya bandeng di pantai utara Jawa Tengah (Anjang Bangun Prasetio)

kelompok lain yang terbentuk dari inisiatif para pembudidaya di daerah ini. Dengan terbentuknyakelembagaanyang ada akan lebih memudahkan pemerintah dalam melakukan kontrol dan pembinaansecara langsung kepada masyarakat pembudidaya. Salah satu contohnya adalah program “PrasastiMina” oleh Pusat Pengembangan Penyuluhan - BPSDMKP yang mendiseminasikan teknologi polikultur(Ikan bandeng air tawar dan ikan mas). Dan dalam prakteknya juga memudahkan dalam pembagianair irigasi antar pembudidaya, karena air melalui saluran utama. Dengan terbentuknya kelembagaanini semakin memudahkan dalam pemberantasan hama dan penyakit serta penanganan penyakitseperti gabus dan nila.

Keterlibatan pemerintah lainnya dalam peningkatan produksi bandeng adalah dalam bentuk ca-pacity building. Kegiatan pelatihan kelompok pembudidaya baik lokal maupun studi banding padadaerah lain yang dianggap berhasil dalam budidaya bandeng juga telah dilakukan antara lain diLamongan, Jawa Timur. Peningkatan kapasitas baik kuantitas maupun kualitas penyuluh perikananmerupakan salah satu aspek krusial dalam pengembangan budidaya bandeng. Hasil di lapangmenunjukkan adanya keterbatasan jumlah penyuluh perikanan dibanding dengan jumlahpembudidaya yang ada. Data Kabupten Pati menunjukkan jumlah pembudidaya sekitar 24.767 rumahtangga atau 10 kelompok pembudidaya, sedangkan jumlah penyuluh perikanan yang ada hanyasekitar 19 orang. Ketimpangan komposisi ini mengakibatkan proses alih ketrampilan dan teknologibudidaya yang tidak maksimal dilakukan.

Proses alih pengetahuan juga terjadi hanya sebatas di rapat-rapat kelompok pembudidaya.Pembinaan langsung kepada pembudidaya tidak mungkin dapat dilakukan, atau hanya sebagiankecil yang dapat dikunjungi oleh penyuluh perikanan. Penambahan jumlah tenaga penyuluhanperikanan melalui pengangkatan pegawai baru, atau kontrak kerja dengan sekolah tinggi perikananmaupun dengan model magang mahasiswa perikanan dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalahkekurangan tenaga penyuluh perikanan ini.

Produksi dan Pemasaran

Produksi perikanan budidaya di Jawa Tengah secara umum menunjukkan trend positif dari tahunke tahun. Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Tengah, memproyeksikan bahwa peningkatan hasilbudidaya mencapai 4,20% di mana tahun 2004 total produksi perikanan mencapai 84.797 ton dandiharapkan mencapai 100.646 ton. Namun produksi ikan bandeng Jawa Tengah menunjukkan halyang sedikit bertolak belakang. Produksi bandeng tahunan mulai dari tahun 2003 sampai tahun2005 mengalami penurunan. Dan produksinya mulai meningkat kembali di tahun 2004. Fluktuasiproduksi ini diduga disebabkan oleh perubahan jumlah pembudidaya dan luas lahan tambak yangdibuka atau yang beroperasional kembali (Tabel 2).

Dengan rata-rata padat tebar yang banyak dijumpai di lapang yaitu 80 ribu ekor gelondongan/ha,diperoleh hasil panen sekitar 700 kg untuk tambak tradisional dan 3 ton untuk tambak intensif,dengan lama pemeliharaan mencapai 3,5 bulan. Rata-rata sintasan selama waktu pemeliharaanmencapai 70%. Dari data di atas diperoleh angka produksi sekitar ±937 kg/ha/tahun atau hanya 469kg/ha/siklus, dengan asumsi bahwa dalam satu tahun hanya terdapat dua kali siklus budidaya. Jumlah

Tabel 2. Total produksi bandeng, jumlah pembudidaya, dan luastambak di Jawa Tengah

Sumber: DKP Provinsi Jawa Tengah (2008)

Produksi Pembudidaya

2003 36.569,89 24.358 34.973,102004 35.777,80 24.885 37.600,302005 33.649,00 23.239 38.910,702006 36.385,50 23.239 42.119,702007 36.428,40 24.767 37.873,90

JumlahTahun Luas tambak

Page 12: PERKEMBANGAN BUDIDAYA BANDENG DI PANTAI · PDF filesebagai umpan hidup dalam penangkapan tuna dan cakalang, dan telah pula menjadi komoditas ... Polikultur bandeng, ikan mas dan nilem

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 134

produksi bandengan ini menunjukkan produktivitas tambak yang rendah yang ada di Jawa Tengah.Dengan semakin meningkatnya abrasi, frekuensi banjir ROB, dan berkurangnya produktivitas tambakserta pengelolaan tambak yang tidak berkelanjutan maka produksi bandeng di Jawa Tengahdiperkirakan akan mengalami stagnasi dan bahkan penurunan yang signifikan di tahun-tahunmendatang.

Rantai pemasaran (Gambar 2), diawali dengan pemanenan di tingkat pembudidaya selanjutnyadi bawa ke TPI (untuk daerah Pati). Namun untuk daerah lain sistem penjualan dari pembudidayalangsung ke pedagang besar. Bahkan para pedagang besar langsung ke tambak, setelah adakesepakatan harga bandeng dapat langsung dipanen. Dari pedagang besar, bandeng langsung dipasarkan baik berupa bandeng umpan, bandeng mentah maupun badeng olahan (bandeng prestodan lain-lain), atau juga para pedagang besar menjual ke penampung atau dijual ke pedagang pengecerdi pasar ikan. Untuk para pedagang kecil atau pengecer, mereka menjualnya dalam bentuk segar/beku atau juga diolah terlebih dahulu secara tradisional.

Berdasarkan informasi yang diperoleh di lapang, produksi bandeng dari tambak di Jawa Tengahhanya di pasarkan secara lokal di pasar-pasar tradisional dalam bentuk olahan seperti bandeng prestodan cabut duri. Data Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Tengah (2008) memperlihatkan bahwa daritotal produksi budidaya termasuk bandeng yaitu sebesar 101.080 ton, dari total produksi yang adaberhasil menembus pasar ekspor hanya 20% atau 22.036 ton. Jumlah ekspor bandeng sangat kecilsekitar 35% dari total produksi perikanan budidaya Jawa Tengah.

Beberapa kendala dalam proses pemasaran bandeng yaitu berfluktuasinya jumlah hasil panenbandeng yang kemudian mempengaruhi harga jual di pasar lokal. Kebiasaan dari para pembudidayabandeng yang melakukan panen secara bersamaan menjadi penyebab utama menurun drastis hargajual bandeng. Saat dilakukan panen bersama, terjadi penurunan harga badeng yaitu Rp 5.000,-/kgsedangkan saat musim panen terpisah, harga mencapai Rp 13.000,-–Rp 15.000,-/kg. Penurunan hargaterjadi juga disebabkan oleh masuknya produk bandeng dari daerah lain ke pasar-pasar di JawaTengah. Kendala lain yang menyulitkan pemasaran bandeng di Jawa Tengah adalah diversifikasipasca panen produk bandeng yang terbatas yang hanya dalam bentuk bandeng presto, cabut duri,dan abon yang umumnya dilakukan secara tradisional (Gambar 3). Oleh karena itu, diperlukandiversifikasi berbagai olahan bandeng dengan tetap memperhatikan nilai gizi yang tinggi, menarik,dan aman dikonsumsi, sehingga akan lebih mempunyai daya tarik tersendiri bagi konsumen.

Kurangnya akses ke pasar internasional merupakan kendala yang cukup serius untuk dipecahkanoleh stakeholder budidaya bandeng di Jawa Tengah. Penguasaan jalur perdagangan bandeng baiklokal maupun nasional yang dikuasai oleh “pengusaha besar” juga menyebabkan makin sulitnya

Gambar 2. Rantai pemasaran bandeng di Jawa Tengah

Pembudidaya

TPI (Tempat Pelelangan Ikan)

Pedagang besar Pedagang eceran LokalLokal, daerah lain

dan ekspor

- Bandeng mentah- Bandeng umpan (hidup)- Produk olahan: bandeng

presto, dan lain-lain

Page 13: PERKEMBANGAN BUDIDAYA BANDENG DI PANTAI · PDF filesebagai umpan hidup dalam penangkapan tuna dan cakalang, dan telah pula menjadi komoditas ... Polikultur bandeng, ikan mas dan nilem

135 Perkembangan budidaya bandeng di pantai utara Jawa Tengah (Anjang Bangun Prasetio)

pengusaha tradisional dan kelompok pembudidaya tradisional untuk langsung mengakses pasarmancanegara. Akses ke pasar internasional juga dihambat oleh sulitnya untuk mendapatkan ukuranikan yang seragam dalam jumlah yang besar, suplai ikan yang tidak dapat dijamin, dan pembuatandokumen ekspor yang berbelit-belit. Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk produk bandeng siapekspor juga belum ada atau belum didapatkan oleh petani maupun pengusaha kecil di Jawa Tengah.Peningkatan jumlah ekspor bandeng dapat dilakukan jika masalah-masalah yang menghambat prosesekspor tersebut dapat dipecahkan oleh stakeholder yang ada di Jawa Tengah terutama campur tanganpemerintah sebagai institusi birokrasi.

Higienitas dan kualitas produk bandeng juga menjadi salah satu hambatan dalam ekspor hasilproduksi bandeng di Jawa Tengah. Apalagi meningkatnya tuntutan konsumen akan jaminan mutudan keamanan pangan mendorong pasar tunggal Uni Eropa memperketat ketentuan. Setiap produkperikanan yang mau diekspor harus mengacu pada SK Menteri Kelautan dan Perikanan No. 21/Men/2004 tentang Pengawasan Mutu Produk Perikanan yang Dipasarkan ke Uni Eropa. Oleh karena itu,penggunaan pestisida dalam penangangan penyakit dan hama bandeng menjadi ancaman seriusuntuk dapat membawa produksi bandeng Jawa Tengah ke pasar internasional. Penanganan pascapanen yang secara tradisional, selain akan mengurangi kualitas ikan bandeng, juga membuat citraburuk bandeng Jawa Tengah di pasar Internasional. Bahkan akan diembargo untuk dapat masuk kepasar internasional.

Data Statistik

Kondisi ketersediaan data statistik di daerah sangat bervariasi, namun umumnya data tersebuttersebar di berbagai instansi, sehingga dibutuhkan koordinasi dan kerja sama yang lebih intensifuntuk dapat mengakses data tersebut. Di beberapa kabupaten, bahkan masih terdapat beberapadata yang belum tersedia. Terutama data-data yang terkait budidaya, seperti data sumber benih,data produksi, data potensi lahan yang layak untuk budidaya. Demikian juga data pengolahan danpemasaran sangat terbatas. Hal ini dibenarkan Sugama (2005) bahwa data statistik dan informasipemanfaatan sumberdaya perairan dan data produksi dari sistem budidaya sangat langka dan kalaupunada akurasinya sangat rendah. Padahal data-data tersebut sangat diperlukan untuk penyusunankebijakan selanjutnya.

Dalam Rumusan Forum Statistik Nasional Kelautan dan Perikanan (2009) disebutkan bahwakeberhasilan penyelenggaraan pembangunan nasional dapat dicapai apabila proses perencanaanpembangunan disusun berdasarkan pada data dan informasi yang cukup dan akurat. Penggunaandata yang akurat dan up to date akan mendorong terlaksananya pembangunan yang efisien dan tepatsasaran. Dengan demikian, minimnya data statistik yang tersedia di daerah/kabupaten, merupakankendala dalam pengembangan budidaya bandeng di Jawa Tengah. Oleh karena itu, diperlukan

Gambar 3. Alat pembuat bandeng presto secara tradisional

Page 14: PERKEMBANGAN BUDIDAYA BANDENG DI PANTAI · PDF filesebagai umpan hidup dalam penangkapan tuna dan cakalang, dan telah pula menjadi komoditas ... Polikultur bandeng, ikan mas dan nilem

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 136

inventarisasi masalah dan kendala pengelolaan statistik perikanan budidaya, serta menyusun alternatifpemecahannya. Di samping itu juga, untuk mendapatkan konsistensi produk data statistik antarapusat dan daerah sebagai bahan pengambilan kebijakan bagi pembangunan perikanan.

KESIMPULAN

1. Tidak maksimalnya produksi bandeng di Jawa tengah Tengah disebabkan belum diterapkanbudidaya bandeng secara benar, seperti pengeringan lahan, pemupukan yang baik, sertapemberantasan hama dan penyakit,

2. Kurangnya tenaga penyuluh di tiap-tiap kabupaten merupakan kendala untuk dapat teraksesnyateknologi budidaya di masyarakat,

3. Saat ini telah terjadi pengurangan lahan tambak yang disebabkan oleh adanya kebijakan pemerintahsetempat untuk kepentingan pengembangan sentra kawasan bisnis daerah. Padahal lahan tersebutmerupakan sebagai sentra tambak yang cukup produktif.

4. Kurangnya modal para pembudidaya sehingga tidak dapat meningkat produksi secara maksimal.5. Sebagian besar produksi bandeng di Jawa Tengah hanya dipasarkan secara lokal di pasar-pasar

tradisional dan hanya sebagian kecil yang dapat dipasarkan secara nasional apalagi ekspor, yaitudalam bentuk olahan seperti bandeng presto dan cabut duri.

6. Kondisi ketersediaan data statistik di daerah sangat bervariasi, namun umumnya data tersebuttersebar di berbagai instansi, sehingga dibutuhkan koordinasi dan kerjasama yang lebih intensifuntuk dapat mengakses data tersebut. Bahkan beberapa kabupaten tidak tersedia data berkaitandengan pengembangan budidaya.

7. Banyak kendala yang terkait mengapa produk bandeng Indonesia khususnya Jawa Tengah tidakdapat menembus pasar internasional, antara lain:· Kurangnya akses ke pasar internasional merupakan kendala yang paling serius untuk dipecahkan

oleh stakeholder budidaya bandeng di Jawa Tengah.· Belum adanya SNI produk bandeng di tingkat pembudidaya· Sulitnya untuk mendapatkan ukuran produk bandeng yang seragam· Belum adanya suplai ikan dalam jumlah yang besar dan berkelanjutan, sehingga hal ini belum

dapat menjamin permintaan pasar ekspor· Serta rumitnya pengurusan dokumen ekspor sehingga hal ini menjadi penghambat dalam proses

ekspor.

Rekomendasi

Diperlukan langkah-langkah strategis untuk peningkatan produksi bandeng di Jawa Tengah, antaralain:1. Menerapkan teknik budidaya yang efisien dan efektif serta ramah lingkungan2. Revitalisasi lahan tambak yang ditinggalkan,3. Perlu dukungan scheme pendanaan yang fleksibel dan murah melalui pinjaman lunak non komersil

dari perbankan,4. Perlu peningkatan jumlah PPL, ini terkait dengan luasnya wilayah dan jumlah pembudidaya di

tiap-tiap kabupaten, sehingga teknologi budidaya dapat mudah diakses masyarakat,5. Perlu diseminasi teknologi dan informasi budidaya bandeng dengan memanfaatkan kelompok-

kelompok budidaya yang telah terbentuk.6. Penanggulangan banjir ROB/abrasi pantai dengan rehabilitasi jalur green belt mangrove serta

bimbingan secara kontinu kepada pembudidaya lewat peningkatan jumlah dan kualitas tenagapenyuluh perikanan yang ada di Jawa Tengah.

7. Perlu dibentuk kelembagaan unit data dan informasi baik di tingkat pusat maupun daerah, yangdiformulasikan secara nyata dengan kelengkapan fungsional organisasi perstatistikan yangmemadai, sehingga tanggung jawab terhadap kualitas data statistik menjadi lebih besar dansinkronisasi pusat dan daerah dengan mudah dilakukan.

Page 15: PERKEMBANGAN BUDIDAYA BANDENG DI PANTAI · PDF filesebagai umpan hidup dalam penangkapan tuna dan cakalang, dan telah pula menjadi komoditas ... Polikultur bandeng, ikan mas dan nilem

137 Perkembangan budidaya bandeng di pantai utara Jawa Tengah (Anjang Bangun Prasetio)

8. Serta perlu perhatian khusus agar produksi bandeng dapat menembus pasar internasional, yaitudengan mengatasi kendala-kendala yang ada.

DAFTAR ACUAN

Anonim. 2007a. Cara baru konsumsi bandeng. www.Trobos.com, diakses Tanggal 4 April 2010.————. 2006b. Rencana Strategis Perikanan Budidaya 2005-2009. Ditjen Budidaya. Departemen

Kelautan dan Perikanan, 96 hlm.————. 2008c. Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Tengah tahun 2008. Dinas Kelautan

dan Perikanan Jawa Tengah, 107 hlm.————. 2004d. www. Suara Merdeka, diakses tanggal 9 April 2010.————. 2008e. Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kendal tahun 2008. Dinas

Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kendal, 69 hlm.————. 2008f. Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pekalongan tahun 2008. Dinas

Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pekalongan, 63 hlm.————. 2006g. Mengenal ikan bandeng. www. AsianBrain.com, diakses Tanggal 4 April 2010.————. 2006h. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.02/2006. Tata cara penyediaan, pencairan

dan pertanggungjawaban dana subsidi benih ikan budidaya tahun anggaran 2006.————. 2006i. Menjawab ancaman embargo Uni Eropa.www.beritaindonesia.co.id, diakses Tanggal

9 April 2010.Ahmad, T., Yakob, M.J.R., Rohaniawan, D., Suparya, M., & Budiman. 1997. Sistem usaha perikanan

berbasis bandeng umpan. Laporan Hasil Penelitian ARMP 1996/97. Balai Penelitian Perikanan Pantai,Maros, 57 hlm.

Abidin, M.Z., Prayitno, S.B., & Soedarsono, P. 2006. Aplikasi teknologi tandon dalam peningkatanproduksi tambak polikultur (ub) di Desa Tunggulsari, Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati. J. PasirLaut, 1(2): 1-11.

Erungan, A.C. 1997. Geosmin sebagai penyebab citarasa pada lumpur serta kemungkinanpenanggulangannya. Buletin Teknologi Hasil Perikanan, 4(2).

Ismail, A., Poernomo, A., Sunyoto, P., Wedjatmiko, Dharmadi, & Budiman, R.A.L. 1994. Pedoman teknisusaha pembesaran ikan bandeng di Indonesia. Seri Pengembangan Hasil Penelitian No. 26/1993.Badan Litbang Pertanian, Jakarta, 73 hlm.

Kordi, G.M. 2009. Sukses memproduksi bandeng super untuk umpan, ekspor, dan indukan. Penerbit Andi.Jakarta, 148 hlm.

Rachmansyah, Tonnek, S., & Usman. 1997. Produksi ikan bandeng super dalam karamba jaring apungdi laut. Dipresentasikan pada Seminar Regional Hasil-Hasil Penelitian Berbasis Perikanan, Peternakandan Sistem- Sistem Usaha Tani Di Kawasan Timur Indonesia, Naibonat-Kupang, 28-30 Juli 1997, 22 hlm.

Subani, W. 1982. Ikan umpan hidup sebagai penunjang perikanan cakalang (Pengkajian hasil penelitianikan umpan hidup di perairan Indonesia Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Indonesia Barat). L. Pen.Perik. Laut, (24): 1-25.

Suwidah, Wedjatmiko, Azizi, A., & Rukyani, A. 2001. Pengembangan usaha tambak budidaya udangdi Kalimantan Selatan (Eds.). Analisis Kebijakan Pembangunan Perikanan 2001, hlm. 51-61.

Sugama, K. 2005. Status teknologi perikanan budidaya untuk mendukung perikanan berkelanjutan.Buku perikanan budidaya berkelanjutan, hlm. 1-5.

Taukhid, Suwidah, Sudradjat, A., Taufik, P., Hikmayani, Y., & Murniyati. 2002. Kebijakan pengeloaantambak udang di pantai utara dan selatan Jawa. Analisis Kebijakan Pembangunan Perikanan 2002.Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan.