perkecambahan biji tanaman

9
METODE PERKECAMBAHAN BIJI BUDIDAYA TANAMAN SEHAT ( 3 PRINSIP IPM ) Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Tanaman Dosen: Dr.Ir.Soleh Avivi, M.SI Oleh: Suci Rahayu 131510601125 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL

Upload: thesyuricen

Post on 30-Dec-2015

33 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perkecambahan Biji tanaman

METODE PERKECAMBAHANBIJI

BUDIDAYA TANAMAN SEHAT( 3 PRINSIP IPM )

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Tanaman

Dosen:

Dr.Ir.Soleh Avivi, M.SI

Oleh:

Suci Rahayu

131510601125

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL

UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

SEPTEMBER 2013

Page 2: Perkecambahan Biji tanaman

PERKECAMBAHAN BIJI

Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Embrio di dalam biji sebagian besar berada dalam keadaan dorman. Biji memerlukan waktu tertentu untuk istirahat sebelum berkecambah.Biji mampu menyerap air pada kondisi lembab sehingga embrio yang ada di dalamnya akan aktif dan berkembang menjadi kecambah kecil. Perkecambahan adalah pertumbuhan embrio yang dimulai setelah penyerapan air (ambibisi). Esau (1977)Perkecambahan diawali dengan penyerapan air oleh biji(imbibisi).Sel-sel embriomemanjang, mendorong ujung akar luar kulit biji.Air masuk kedalam kedalam biji memacu aktivitas hormon Giberalin untuk memacu butir-butir aleuron untuk mensintesis enzim alfa amilase dan protease. Terbentuknya kedua enzim tersebut akan memacu pemecahan amilum dan protein dalam endosperm menajdi glukosa dan asam amino yang akan menajadi substrat untuk metabolisme (respirasi). Tersedianya substrat yang cukup banyak akan mendorong peningkatan respirasi untuk menghasilkan energi (ATP) sehingga tersedia energi yang cukup untuk pembelahan sel embrio di dalam biji secara mitosis. Hal itu menyebabkan biji pecah dan terjadilah proses perkecambahan yang ditandai dengan munculnya plantula dari dalam biji. TIPE - TIPE PERKECAMBAHAN

Proses perkecambahan berdasarkan gerak kotiledon dibedakan menjadi dua tipe (Esau, 1997) :1. Perkecambahan hipogeal

Perkecambahan dimana kotiledon tidak dapat terangkat ke atas permukaan tanah sehingga hipokotil tidak tampak di atas permukaan tanah. Contoh : kacang kapri, jagung, kacang tanah,padi, dll.

Page 3: Perkecambahan Biji tanaman

2. Perkecambahan epigeal

Perkecambahan yang ditandai dengan terangkatnya kotiledon ke atas permukaan tanah sehingga bagian hipokotil dapat terlihat di atas permukaan tanah. Contoh : kacang hijau,kacang merah,lombok,jambu biji,dll

KONDISI UNTUK PERKECAMBAHANFaktor – faktor yang mempengaruhi perkecambahan biji antara lain :

1. Air Diperlukan untuk mengaktifkan enzim – enzim yang berada di dalam biji, melarutkan garam, dan substansi organik di dalam kotiledon atau endosperma, memfasilitasi prubahan kimiawi dan membantu embrio keluar dengan mudah (pandev,1995)

2. Temperatur Biji beberapa spesies berkecambah pada kisaran temperatur tertentu. Temperatur sangat rendah dan sangat tinggi mencegah perkecambahan. Temperatur mempengaruhi kerja enzim di dalam biji. Enzim bekerja pada suhu yang optimal.

3. Oksigen Biji dalam lapisan tanah memerlukan oksigen untuk respirasi. Biji siap berkecambah ketika tanah di bolak-balik atau dibajak supaya aerasinya baik.

4. Cahaya Faktor sangat penting bagi perkecambahan biji. Biji akan berkecambah jika kondisi gelap sesuai dengan kondisi di dalam tanah. Beberapa biji jenis rerumputan berkecambah jika terpapar oleh cahaya. Beberapa biji lain, cahaya dapat menghambat perkecambahan. Misal : nigela, allium, dan golongan liliaceae (pandey, 1995)

BAGIAN – BAGIAN EMBRIO (lembaga tumbuhan) Embrio atau lembaga tumbuhan mempunyai 3 bagian yaitu radikula (akar

lembaga), kotiledon (daun lembaga), dan kaulikulus (batang lembaga). Pada perkembangan embrio saat berkecambah, bagian plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang, sedangkan radikula menjadi akar.

Page 4: Perkecambahan Biji tanaman

BUDIDAYA TANAMAN SEHAT( 3 PRINSIP IPM (integrated pest management) )

KONSEP PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)

Pada budidaya tanaman umumnya, OPT( Organisasi Pengganganggu Tanaman) merupakan salah satu kendala yang perlu diperhatikan.Organisme pengganggu tanaman adalah semua organisme yang dapat menyebabkan penurunan potensi hasil yang secara langsung karena menimbulkan kerusakan fisik, gangguan fisiologi dan biokimia, atau kompetisi hara terhadap tanaman budidaya. Organisme Pengganggu tanaman dikelompokan menjadi 3 kelompok utama yaitu:a.)Hama Tanaman, Hama adalah semua organisme atau agens biotik yang merusak tanaman dengan cara yang bertentangan dengan kepentingan manusia (Smith, 1983). Dilihat dari jenis atau status hama di lapangan, hama terbagi atas :1. Hama Utama (Main Pest). merupakan spesies hama yang selalu menyerang pada

suatu tempat, dengan intensitas serangan yang berat dalam daerah yang luas sehingga memerlukan usaha pengendalian.

1. Hama Minor/hama kadangkala/hama kedua (secondary pest) adalah hama yang pada keadaan normal akan menyebabkan kerusakan yang kurang berarti tetapi kemungkinan adanya perubahan ekosistem akan meningkatkan populasi sehingga intensitas serangan sangat merugikan.

1. Hama Potensil (Potensial pest) merupakan sebagian besar jenis serangga herbivora yang saling berkompetisi dalam memperoleh makanan.

2. Hama Migran (Migratory pest), merupakan hama yang tidak berasal dari agroekosistem setempat. Kelompok hama ini datang dari luar, dan sifatnya berpindah-pindah (migran).

b.)Penyakit Tumbuhan, Penyakit Tumbuhan adalah gangguan secara fisiologis pada tumbuhan yang bersifat terus-menerus yang diekspresikan dengan gejala penyakit seperti pertumbuhan yang abnormal, diantaranya yaitu :1. Tanaman Inang

Page 5: Perkecambahan Biji tanaman

Pengaruh tanaman inang terhadapnya timbulnya suatu penyakit tergantung dari jenis tanaman inang, kerentanan tanaman, bentuk dan tingkat pertumbuhan tanaman, struktur dan kerapatan populasi,serta kesehatan tanaman dan ketahanan inang.2.Patogen

Patogen adalah organisme hidup yang mayoritas bersifat mikro dan mampu untuk dapat menimbulkan penyakit pada tanaman atau tumbuhan. Mikroorganisme tersebut antara lain fungi, bakteri, virus, nematoda, mikoplasma, spiroplasma, dan riketsia serta tumbuhan tingkat tinggi.3.Lingkungan

Faktor lingkungan berupa suhu udara, intensitas dan lama curah hujan, intensitas dan lama embun, suhu tanah, kandungan air tanah, kesuburan tanah, kandungan bahan organik, angin, api, dan pencemaran air.4.Manusia

Manusia mempengaruhi ketiga faktor yang lain (tanaman inang, patogen, dan lingkungan) baik secara langsung maupun tidak langsung..c.) Gulma, Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi. Keberadaan gulma mengganggu tanaman budidaya karena adanya kompetisi penyerapan unsur hara, air, dan ruang.Metode Pengendalian Hama Terpadu sebagai berikut :a. Pengendalian secara Biologi

Pengendalian secara Biologi yaitu dengan melakukan pelestarian dan pemanfaatan Agens Pengendali Hayati (Agen Biokontrol). Agen Biokontrol diantaranya adalah musuh alami seperti Predator (laba-laba), Parasitoid (Trichogramma sp), Cendawan Entomopatogen (Beauveria bassiana, Metarhizium anisopliae), Bakteti entomopatogen (Bacillus thuringiensis), Nematoda entomopatogen (Famili Steinernematidae dan Heterorhabditidae) (Adam & Nguyen, 2002), b.  Pemanfaatkan tumbuhan yang berpotensi sebagai biopestisida (Pestisida Nabati). Famili tumbuhan yang dianggap merupakan sumber potensial pestisida nabati adalah  Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae dan Rutaceae (Arnason et al., 1993; Isman, 1995). Adapun contoh tumbuhan yang berpotensi sebagai pestisida nabati adalah P. Retrofractum, Chrysanthemum cenerariaefolium (piretrin), Nicotiana tabacum (nikotin), dan Derris spp. (rotenon), Azadirachta indica, Tithonia diversifolia (daun paitan), Piper betle Linn. (daun sirih), Philodendron martianum (akar philodendron), Philodendron bipinnatifidum (akar philodendron jari), Monstera deliciosa (akar monstera), dan Derris elliptica (akar tuba).c.    Penggunaan feromon,

yaitu senyawa pemikat untuk mengundang serangga datang ke suatu tempat yang selanjutnya dijebak dan dibunuh juga termasuk kedalam aspek pengendalian ramah lingkungan (Furlong & Pell, 1995). d.  Pengendalian secara Fisik dan Kultur Teknis.

Pengendalian secara fisik dapat dilakukan dengan membunuh/mengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan secara manual, sedangkan secara kultur teknis dapat dilakukan dengan pengelolaan ekosistem melalui usaha bercocok tanam. Beberapa teknik bercocok tanam antara lain :1. Budidaya tanaman sehat (varietas toleran)

Page 6: Perkecambahan Biji tanaman

Yaitu penanaman varietas tahan yaitu dengan melakukan penanaman benih sehat, melakukan pergiliran tanaman dan varietas,

1. Sanitasi Lingkungan, salah satunya dengan pengendalian gulma. Hal ini dikarenakan gulma dapat menjadi inang alternatif bagi hama dan penyakit tumbuhan.

1. Penetapan masa tanam1. Tanam serentak dan pengaturan jarak tanam1. Penanaman tanaman perangkap/penolak1. Penanaman tumpang sari (diversifikasi tanaman) dan rotasi tanaman1. Pengelolaan tanah dan air1. Pemupukan berimbang sesuai rekomendasi, 2. Penggunaan pestisida sebagai alternatif pengendalian terakhir secara selektif.Pengendalian Penyakit Tanaman secara Terpadu

Kegiatan pengendalian penyakit tanaman berdasarkan prinsip Pengelolaan Hama Terpadu. (PHT) dimulai dari masa pra-tanam sampai panen, bahkan rekomendasi pengendalian pada beberapa jenis tanaman juga menyangkut pascapanen. Dalam pelaksanaan pengendalian terjadi pada setiap fase tumbuh tanaman dengan melakukan pengamatan dan monitoring terhadap penyakit yang menyerang. Adapun prinsip pengelolaan terhadap penyakit tumbuhan adalah dengan strategi sebagai berikut :1. Strategi untuk mengurangi inokulum awal2.  Strategi untuk mengurangi laju infeksi, dan 3. Strategi untuk mengurangi lamanya epidemi.

Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (PHT), memiliki peranan yang sangat penting dalam mendukung adanya pertanian Berkelanjutan. Hal ini dikarenakan dalam PHT memperhatikan cara-cara pengendalian yang memperhatikan kesehatan lingkungan selaras dengan konsep dalam pertanian berkelanjutan. Namun Sistem PHT mengharuskan adanya suatu organisasi yang efisien dan efektif, yang dapat bekerja secara cepat dan tepat dalam menanggapi setiap perubahan yang terjadi pada agroekosistem, dimana Organisasi PHT tersusun oleh komponen monitoring, pengambil keputusan, program tindakan, dan penyuluhan pada petani.  

Sumber Referensi :http://www.google.comhttp://keajaibanwebsite.com/miswantohttp://videoanimasipembelajaran.blogspot.com/2012/02/perkecambahan.htmlBewley, J. D. “Seed Germination and Dormancy.” The Plant Cell 9 (1997): 1055–66.and M. Black. Seeds: Physiology of Development and Germination, 2nd ed. NewYork: Plenum Press, 1994.Mayer, A. M., and A. Poljakoff-Mayber. The Germination of Seeds. Oxford: Pergamon