perkawinan sejenis - mnj.my.id · 1. bunyamin, drs., m. h., sebagai dosen matakuliah hukum islam i...

21
PERKAWINAN SEJENIS Tugas ke-2 Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Hukum Islam I dari Bunyamin, Drs., M. H. Disusun oleh: MUHAMMAD NUR JAMALUDDIN NPM. 151000126 UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG FAKULTAS HUKUM Jalan Lengkong Besar No. 68, No. Telepon (022) 4262194, Bandung, Jawa Barat 40261 TAHUN 2016

Upload: dinhliem

Post on 03-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERKAWINAN SEJENIS - mnj.my.id · 1. Bunyamin, Drs., M. H., sebagai dosen matakuliah Hukum Islam I yang telah memberikan tugas ini kepada penulis. 2. Orangtua penulis yang telah memberikan

PERKAWINAN SEJENIS

Tugas ke-2

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Hukum Islam I

dari Bunyamin, Drs., M. H.

Disusun oleh:

MUHAMMAD NUR JAMALUDDIN

NPM. 151000126

UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG

FAKULTAS HUKUM

Jalan Lengkong Besar No. 68, No. Telepon (022) 4262194, Bandung,

Jawa Barat 40261

TAHUN 2016

Page 2: PERKAWINAN SEJENIS - mnj.my.id · 1. Bunyamin, Drs., M. H., sebagai dosen matakuliah Hukum Islam I yang telah memberikan tugas ini kepada penulis. 2. Orangtua penulis yang telah memberikan

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan

hidayah yang dikaruniakanNya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas ini yang berjudul

Perkawinan Sejenis. Sesuai dengan namanya, sebuah tugas memang tidak dimaksudkan sebagai

buku materi atau buku panduan, melainkan didalamnya terdapat pembahasan dan rincian-

rincian mengenai hasil dari beberapa sumber yang telah penulis dapatkan.

Penyusunan tugas ini penulis mendapatkan berbagai kesulitan, baik dalam penyusunan,

pengumpulan data dan dalam hal yang lainnya. Akan tetapi, berkat pertolonganNyalah akhirnya

tugas ini dapat penulis selesaikan sesuai yang diharapkan. Adapun penyusunan tugas ini

berdasarkan pada rincian-rincian data yang telah penulis dapatkan dari berbagai sumber.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bunyamin, Drs., M. H., sebagai dosen matakuliah Hukum Islam I yang telah

memberikan tugas ini kepada penulis.

2. Orangtua penulis yang telah memberikan dukungan, dorongan, bantuan, serta

memberikan doa restunya sehingga terselesaikannya tugas ini.

3. Saudara-saudara dan rekan-rekan penulis, yang senantiasa memberikan support

semangatnya kepada penulis untuk menyelesaikan tugas ini.

Penulis memahami dan menyadari bahwa tugas ini jauh dari sempurna. Namun, penulis

telah berusaha menyusun tugas dengan usaha terbaik yang penulis miliki. Akhirnya penulis

menyampaikan terima kasih kepada segenap yang telah mendukung terselesaikannya tugas ini.

Mudah-mudahan tugas ini sesuai dengan yang diharapkan. Amiin Ya Allah Ya Rabbal Alamiin

Ya Mujibas Sailin.

Bandung, 12 Maret 2016

Penulis

Page 3: PERKAWINAN SEJENIS - mnj.my.id · 1. Bunyamin, Drs., M. H., sebagai dosen matakuliah Hukum Islam I yang telah memberikan tugas ini kepada penulis. 2. Orangtua penulis yang telah memberikan

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................. ii

A. Definisi Judul .................................................................................................... 1

B. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1

C. Menurut Al-quran ............................................................................................ 2

D. Menurut Al-hadits ............................................................................................ 7

E. Menurut Pendapat Para Pakar Hukum Islam .............................................. 9

1. Pakar Klasik ................................................................................................ 9

2. Pakar Kontemporer ................................................................................... 12

F. Menurut Hukum Positif ................................................................................... 14

G. Kesimpulan ....................................................................................................... 17

H. Daftar Pustaka .................................................................................................. 18

Page 4: PERKAWINAN SEJENIS - mnj.my.id · 1. Bunyamin, Drs., M. H., sebagai dosen matakuliah Hukum Islam I yang telah memberikan tugas ini kepada penulis. 2. Orangtua penulis yang telah memberikan

Tugas Hukum Islam I Tentang Perkawinan Sejenis 1

SISTEMATIKA PENULISAN

A. Definisi Judul

Perkawinan sejenis atau sekarang dikenal dengan istilah lebian, gay, biseksual, dan

transgender (LGBT) merupakan perkawinan antara dua orang yang memiliki jenis kelamin

dan/atau identitas gender. Perkawinan sejenis terdiri atas wanita dengan wanita dan atau

pria dengan pria. Pengakuan hukum perkawinan jenis atau kemungkinan untuk melakukan

perkawinan sejenis kadang-kadang disebut sebagai kesetaraan perkawinan atau perkawinan

setara, terutama oleh para pendukungnya.

B. Latar Belakang Masalah

Perkawinan yang di anggap wajar dalam masyarakat adalah perkawinan heteroseksual atau

nikah dengan lawan jenis. Maka tidaklah salah ketika perkawinan homoseksual atau nikah

dengan sesama jenis banyak mendapat kontroversi di masyarakat karena di anggap aneh,

menyimpang dari hukum syara, dan yang lebih ironis lagi di bilang sakit jiwa.

Dimulai pada penciptaan Nabi Adam AS yang disusul oleh kehadiran Siti Hawa dan jika

kita telaah sejarah peradaban manusia, sebenarnya fenomena penyimpangan seksual sudah

muncul jauh sebelum masa Nabi Muhammad SAW, tepatnya pada masa Nabi Luth AS yang

diutus untuk kaum Sadom. Hampir semua kitab tafsir mengabadikan kisah tersebut ketika

menyingkap kandungan ayat-ayat yang berkaitan dengan kisah Nabi Luth AS.

Namun demikian, yang terjadi pada dasawarsa dan masa modern terakhir di Indonesia

maupun dunia internasional dalam menyikapi nafsu seksual tersebut berbalik 180 derajat

dari peristiwa empiris pada Nabi Adam AS dan Siti Hawa seperti yang disebut di atas. Para

wanita tidak merasa malu lagi ketika berpakaian minim dan para pria tidak lagi merasa ragu-

ragu atas menggunakan jasa prostitusi. Bahkan, apa yang terjadi pada kaum Sodom (umat

Nabi Luth AS) yakni homoseksualitas (baik gay maupun lesbian), sudah menjadi hal yang

biasa.

Page 5: PERKAWINAN SEJENIS - mnj.my.id · 1. Bunyamin, Drs., M. H., sebagai dosen matakuliah Hukum Islam I yang telah memberikan tugas ini kepada penulis. 2. Orangtua penulis yang telah memberikan

Tugas Hukum Islam I Tentang Perkawinan Sejenis 2

Luar biasa anehnya lagi, di negara Belanda, perkawinan sejenis/homoseksual sudah

menjadi budaya mereka dengan dikeluarkannya hukum politik atas perkawinan antara para

kaum gay atau lesbian.

Perkawinan adalah ikatan yang suci antara seorang laki-laki dengan seorang wanita yang

dilandasi pada agama dan keyakinannya serta disaksikan oleh kedua orang tuanya serta

saksi-saksi yang dapat yang dianggap wajar dalam masyarakat. Maka tidaklah salah ketika

perkawinan sejenis/homoseksual (laki-laki dengan laki-laki) atau lesbian (wanita dengan

wanita) atau nikah dengan sesama jenis banyak mendapat kontroversi di masyarakat karena

dianggap aneh, menyimpang dari hukum syara, dan yang lebih ironis lagi di bilang sakit

jiwa.

C. Menurut Al-quran

Berdasarkan agama Islam, perkawinan antara sesama jenis secara tegas dilarang. Hal ini

dapat dilihat dalam ayat-ayat Al-quran sebagai berikut:

1. Menurut Al-quran Surat Al-Araaf Ayat 80 s.d. Ayat 84

[Qs. Al-Araaf (7): 80]

Page 6: PERKAWINAN SEJENIS - mnj.my.id · 1. Bunyamin, Drs., M. H., sebagai dosen matakuliah Hukum Islam I yang telah memberikan tugas ini kepada penulis. 2. Orangtua penulis yang telah memberikan

Tugas Hukum Islam I Tentang Perkawinan Sejenis 3

[Qs. Al-Araaf (7): 81]

[Qs. Al-Araaf (7): 82]

[Qs. Al-Araaf (7): 83]

Page 7: PERKAWINAN SEJENIS - mnj.my.id · 1. Bunyamin, Drs., M. H., sebagai dosen matakuliah Hukum Islam I yang telah memberikan tugas ini kepada penulis. 2. Orangtua penulis yang telah memberikan

Tugas Hukum Islam I Tentang Perkawinan Sejenis 4

[Qs. Al-Araaf (7): 84]

2. Menurut Al-quran Surat Al-Ankabut Ayat 28 s.d. Ayat 35

[Qs. Al-Ankabut (29): 28]

[Qs. Al-Ankabut (29): 29]

Page 8: PERKAWINAN SEJENIS - mnj.my.id · 1. Bunyamin, Drs., M. H., sebagai dosen matakuliah Hukum Islam I yang telah memberikan tugas ini kepada penulis. 2. Orangtua penulis yang telah memberikan

Tugas Hukum Islam I Tentang Perkawinan Sejenis 5

[Qs. Al-Ankabut (29): 30]

[Qs. Al-Ankabut (29): 31]

[Qs. Al-Ankabut (29): 32]

Page 9: PERKAWINAN SEJENIS - mnj.my.id · 1. Bunyamin, Drs., M. H., sebagai dosen matakuliah Hukum Islam I yang telah memberikan tugas ini kepada penulis. 2. Orangtua penulis yang telah memberikan

Tugas Hukum Islam I Tentang Perkawinan Sejenis 6

[Qs. Al-Ankabut (29): 33]

[Qs. Al-Ankabut (29): 34]

[Qs. Al-Ankabut (29): 35]

Page 10: PERKAWINAN SEJENIS - mnj.my.id · 1. Bunyamin, Drs., M. H., sebagai dosen matakuliah Hukum Islam I yang telah memberikan tugas ini kepada penulis. 2. Orangtua penulis yang telah memberikan

Tugas Hukum Islam I Tentang Perkawinan Sejenis 7

3. Menurut Al-quran Surat Hud Ayat 82

[Qs. Hud (11): 82]

D. Menurut Al-hadits

1. Hadits Riwayat Al Baihaqi

ه ، أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم لعن ثالث مر ات : ملعون ملعون ملعون ، من عمل عمل قوم لوط عن عمرو بن شعيب ، عن أبيه ، عن جد

Artinya:

“Dari Amr bin Syu’aib, dari bapaknya, dari kakeknya, bahwasannya Rasulullah SAW

telah melaknat tiga kali, sungguh orang yang dilaknat, sungguh orang yang dilaknat,

sungguh orang yang dilaknat (yaitu) orang yang mengerjakan amalannya kaum Luth

AS.” (HR. Baihaqi)

Page 11: PERKAWINAN SEJENIS - mnj.my.id · 1. Bunyamin, Drs., M. H., sebagai dosen matakuliah Hukum Islam I yang telah memberikan tugas ini kepada penulis. 2. Orangtua penulis yang telah memberikan

Tugas Hukum Islam I Tentang Perkawinan Sejenis 8

2. Hadits Riyawat Al Baihaqi, Ad Daruquthni dan Ibu Najar

Hadits itu menuturkan bahwa nubuwat Rasulullah sudah dapat dibuktikan. Di zaman

kita saat ini sudah ada perkawinan sejenis. Laki-laki mengawini laki-laki serta wanita

mengawini wanita. Perkawinan ini adalah hal yang dilaknat sekalian jadi sinyal akhir

zaman serta sinyal dekatnya kiamat. Mengenai maksud tak ada salat untuk mereka

tujuannya yaitu salatnya tak di terima. Kalimat itu sekalian menyampaikan kabar bahwa

ada diantara pelaku perkawinan sejenis yang dengan cara jati diri masih tetap beragama

Islam, tetapi Islam mereka baru kembali benar bila mereka bertaubat dengan taubat

nasuha, taubat yang sebenar-benarnya.

3. Hadits Riwayat Al-Baihaqi

Yang artinya:

“Siapa saja yang kalian temukan melakukan perbuatan umat Nabi Luth AS, bunuhlah

mereka baik yang mensodomi maupun yang disodomi!” (HR. Ibnu Majah)

Page 12: PERKAWINAN SEJENIS - mnj.my.id · 1. Bunyamin, Drs., M. H., sebagai dosen matakuliah Hukum Islam I yang telah memberikan tugas ini kepada penulis. 2. Orangtua penulis yang telah memberikan

Tugas Hukum Islam I Tentang Perkawinan Sejenis 9

E. Menurut Pendapat Para Pakar Hukum Islam

1. Pakar Klasik

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa diantara landasan hukum yang mengharamkan

praktik perkawinan sejenis/homoseksual dan lesbian adalah Ijma. Untuk mengetahui

lebih jelas peran Ijma dalam menentukan suatu hukum adalah sebagai berikut:

a. Menurut Imam Abu Hanifah

Imam Abu Hanifah (pendiri mazhab Hanafi) berpendapat bahwa praktik perkawinan

sejenis/homoseksual tidak dikategorikan zina. Dengan alasan:

1) karena tidak adanya unsur (kriteria) kesamaan antara keduanya. Unsur menyia-

nyiakan anak dan ketidakjelasan nasab (keturunan) tidak didapatkan dalam

praktik homoseksual;

2) berbedanya jenis hukuman yang diberlakukan para sahabat (sebagaimana di

atas).

Berdasarkan kedua alasan ini, Abu Hanifah berpendapat bahwa hukuman terhadap

pelaku perkawinan sejenis/homoseksual adalah ta’zir (diserahkan kepada penguasa

atau pemerintah). [Al Hidayah Syarhul Bidayah7/194-196, Fathul Qadir juz: 11 hal:

445-449 dan Al Mabsuth juz: 11 hal : 78-81]

Page 13: PERKAWINAN SEJENIS - mnj.my.id · 1. Bunyamin, Drs., M. H., sebagai dosen matakuliah Hukum Islam I yang telah memberikan tugas ini kepada penulis. 2. Orangtua penulis yang telah memberikan

Tugas Hukum Islam I Tentang Perkawinan Sejenis 10

b. Menurut Muhammad Ibnu Al Hasan As Syaibani dan Abu Yusuf

Menurut Muhammad Ibnu Al Hasan As Syaibani dan Abu Yusuf (murid Abu

Hanifah) menyatakan bahwa praktik perkawinan sejenis/homoseksual

dikategorikan zina. Dengan alasan adanya beberapa unsur kesamaan antara

keduanya, seperti:

1) tersalurkannya syahwat pelaku;

2) tercapainya kenikmatan (karena penis dimasukkan ke lubang dubur);

3) tidak diperbolehkan dalam Islam;

4) menumpahkan (menya-nyiakan) air mani.

Berdasarkan alasan-alasan tersebut, Muhammad Ibnu Al Hasan dan Abu

Yusuf berpendapat bahwa hukuman terhadap pelaku perkawinan

sejenis/homoseksual sama seperti hukuman yang dikenakan kepada pezina, yaitu

kalau pelakunya muhshan (sudah menikah), maka dihukum rajam (dilempari

dengan batu sampai mati), kalau gair muhshan (perjaka), maka dihukuman cambuk

dan diasingkan selama satu tahun. [Dalam Al Hidayah Syarhul Bidayah 7/194-

196, Fathul Qadir juz: 11 hal: 445-449 dan Al Mabsuth juz: 11 hal: 78-81]

c. Menurut Imam Malik

Menurut Imam Malik praktik perkawinan sejenis/homoseksual dikategorikan zina

dan hukuman yang setimpal untuk pelakunya adalah dirajam, baik

pelakunya muhshan (sudah menikah) atau gair muhshan (perjaka). Ia sependapat

dengan Ishaq bin Rahawaih dan As Sya’bi. [Minahul Jalil, juz: 19 hal: 422-423]

Page 14: PERKAWINAN SEJENIS - mnj.my.id · 1. Bunyamin, Drs., M. H., sebagai dosen matakuliah Hukum Islam I yang telah memberikan tugas ini kepada penulis. 2. Orangtua penulis yang telah memberikan

Tugas Hukum Islam I Tentang Perkawinan Sejenis 11

d. Menurut Imam Syafi’i

Menurut Imam Syafi’i, praktik perkawinan sejenis/homoseksual tidak dikategorikan

zina, tetapi terdapat kesamaan, di mana keduanya sama-sama merupakan hubungan

seksual terlarang dalam Islam. Hukuman untuk pelakunya kalau

pelakunya muhshan (sudah menikah), maka dihukum rajam. Kalau gair

muhshan (perjaka), maka dihukum cambuk 100 kali dan diasingkan selama satu

tahun. Hal tersebut sama dengan pendapat Said bin Musayyib, Atha’ bin Abi Rabah,

An Nakha’I, Al Hasan dan Qatadah. [Al Majmu’ juz : 20 hal : 22-24 dan Al Hawi

Al Kabir, juz: 13 hal: 474-477]

e. Menurut Imam Hambali

Menurut Imam Hambali, praktik perkawinan sejenis/homoseksual dikategorikan

zina. Mengenai jenis hukuman yang dikenakan kepada pelakunya beliau

mempunyai caranya secara sederhana.

Page 15: PERKAWINAN SEJENIS - mnj.my.id · 1. Bunyamin, Drs., M. H., sebagai dosen matakuliah Hukum Islam I yang telah memberikan tugas ini kepada penulis. 2. Orangtua penulis yang telah memberikan

Tugas Hukum Islam I Tentang Perkawinan Sejenis 12

2. Pakar Kontemporer

a. Menurut Dr. Muhammad M. Abu Laila

Dr. Muhammad M. Abu Laila, profesor Studi Islam dan Perbandingan Agama di

Universitas Al-Azhar, mengatakan bahwa:

“Tindakan (pernikahan sejenis) adalah dosa buruk yang Allah telah larang dalam

semua agama (agama samawi), bahkan dalam kehidupan paling primitif sekalipun.

Ini bertentangan dengan peraturan Allah dan melawan hukum alam. Saya

heran bagaimana di masa kini, dimana ilmu pengetahuan teknologi telah maju, kita

membiarkan hal-hal seperti itu terjadi di masyarakat manusia, bagaimana seseorang

mengizinkan atau memberikan aturan hukum atas suatu tindakan luas yang

menimbulkan ancaman bagi seluruh umat manusia dan menghancurkan masyarakat

seperti kanker. Dalam kedua Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, semua nabi

Allah melarang kegiatan jahat seperti itu dan menghukum berat mereka yang

melakukannya.” [Muhammad Abu Laylah, “Gay Marriage: Islamic View]

b. Menurut K.H. Ma’ruf Amin

Ketua Komisi Fatwa MUI K.H. Ma'ruf Amin dengan tegas menyatakan bahwa

pernikahan sejenis adalah haram. Masa laki-laki sama laki-laki atau perempuan

sama perempuan. Hal ini merupakan perbuatan kaum Nabi Luth AS. Perbuatan ini

jelas lebih buruk daripada zina.

Ma'ruf tidak sepakat jika perkawinan sejenis dikaitkan dengan hak asasi manusia

(HAM) dan nilai-nilai demokrasi. Ini orang-orang yang memutar balikkan. Orang-

orang yang kawin sejenis adalah orang yang sakit jiwanya.

Page 16: PERKAWINAN SEJENIS - mnj.my.id · 1. Bunyamin, Drs., M. H., sebagai dosen matakuliah Hukum Islam I yang telah memberikan tugas ini kepada penulis. 2. Orangtua penulis yang telah memberikan

Tugas Hukum Islam I Tentang Perkawinan Sejenis 13

c. Menurut Farida Prihatini

Penolakan terhadap perkawinan sejenis juga dinyatakan oleh pengajar Hukum Islam

Universitas Indonesia, Farida Prihatini. Perkawinan sejenis itu tidak boleh. Dalam

Al-quran jelas perkawinan itu hanya antara laki-laki dan perempuan.

Menurut Farida, keharaman perkawinan sejenis sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Farida berharap agar mereka yang melakukan perkawinan sejenis disadarkan bahwa

hal tersebut tidak diperbolehkan.

d. Menurut Dr. Jimmy Z. Usfunan

Pakar hukum tata negara pada Universitas Udayana, Dr. Jimmy Z. Usfunan, menilai

perkawinan sejenis di Indonesia tidak sah menurut hukum atau ketentuan

perundang-undangan.

Jimmy menjelaskan, Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974

menyebutkan, perkawinan adalah ikatan lahir batin antara pria dan wanita.

"Artinya bahwa, ikatan perkawinan yang sah secara hukum adalah ikatan batin

antara pria dan wanita. Sedangkan ikatan perkawinan antara sesama jenis, yakni pria

dan pria atau wanita dan wanita, tidak sah karena tidak diatur dalam Undang-

Undang.

Menurut Jimmy, orang yang ingin melakukan pernikahan sejenis tak bisa berlindung

di balik alasan hak asasi manusia (HAM). Masih ada kekeliruan pemahaman

mengenai HAM dalam konteks perkawinan sejenis di Indonesia. Pemahaman HAM

harus dikaitkan dengan persoalan budaya, kepercayaan dan hukum yang berlaku di

Indonesia.

Page 17: PERKAWINAN SEJENIS - mnj.my.id · 1. Bunyamin, Drs., M. H., sebagai dosen matakuliah Hukum Islam I yang telah memberikan tugas ini kepada penulis. 2. Orangtua penulis yang telah memberikan

Tugas Hukum Islam I Tentang Perkawinan Sejenis 14

Ia menjelaskan, pemahaman HAM di luar negeri, misal, Amerika Serikat dan

Belanda (yang mengakui pernikahan sejenis) berbeda dengan di Indonesia.

Dalam konteks HAM di Indonesia, Jimmy menambahkan, bukan berarti sebebas-

bebasnya dengan mengabaikan aturan yang berlaku. Sepanjang aturan yang berlaku

di Indonesia tidak membolehkan, tidak ada legalitas dalam perkawinan sejenis itu.

F. Menurut Hukum Positif

1. Menurut Pasal 1 dan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan

Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan bahwa:

“Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang

wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)

yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”

Selain itu, di dalam Pasal 2 ayat (1) UU Perkawinan dikatakan juga bahwa perkawinan

adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan

kepercayaannya. Ini berarti selain negara hanya mengenal perkawinan antara wanita dan

pria, negara juga mengembalikan lagi hal tersebut kepada agama masing-masing.

2. Menurut Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang

Administrasi Kependudukan Beserta Penjelasannya

Mengenai perkawinan yang diakui oleh negara hanyalah perkawinan antara pria dan

wanita juga dapat kita lihat dalam Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun 2006

tentang Administrasi Kependudukan beserta penjelasannya.

Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan:

Page 18: PERKAWINAN SEJENIS - mnj.my.id · 1. Bunyamin, Drs., M. H., sebagai dosen matakuliah Hukum Islam I yang telah memberikan tugas ini kepada penulis. 2. Orangtua penulis yang telah memberikan

Tugas Hukum Islam I Tentang Perkawinan Sejenis 15

“Perkawinan yang sah berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan

wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana di tempat terjadinya

perkawinan paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak tanggal perkawinan.”

Penjelasan Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan:

Yang dimaksud dengan "perkawinan" adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan

seorang wanita sebagai suami istri berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-

undangan.

3. Menurut Pasal 45 ayat (1) Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 2 Tahun

2011 tentang Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil Beserta Penjelasannya

Mengenai perkawinan yang diakui oleh negara hanyalah perkawinan antara pria dan

wanita juga dapat kita lihat dalam Pasal 45 ayat (1) Peraturan Daerah Provinsi DKI

Jakarta No. 2 Tahun 2011 tentang Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil beserta

penjelasannya.

Pasal 45 ayat (1) Perda DKI Jakarta No. 2/2011:

“Setiap perkawinan di Daerah yang sah berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan, wajib dilaporkan oleh yang bersangkutan kepada Dinas di

tempat terjadinya perkawinan paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak tanggal

sahnya perkawinan.”

Penjelasan Pasal 45 ayat (1) Perda DKI Jakarta No. 2/2011:

Yang dimaksud dengan "perkawinan" adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan

seorang wanita sebagai suami istri sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Page 19: PERKAWINAN SEJENIS - mnj.my.id · 1. Bunyamin, Drs., M. H., sebagai dosen matakuliah Hukum Islam I yang telah memberikan tugas ini kepada penulis. 2. Orangtua penulis yang telah memberikan

Tugas Hukum Islam I Tentang Perkawinan Sejenis 16

4. Menurut Kompilasi Hukum Islam

Selain itu, Kompilasi Hukum Islam (KHI) juga secara tidak langsung hanya mengakui

perkawinan antara pria dan wanita, yang dapat kita lihat dari beberapa pasal-pasalnya

di bawah ini:

Pasal 1 huruf a KHI:

“Peminangan ialah kegiatan upaya ke arah terjadinya hubungan

perjodohan antara seorang pria dengan seorang wanita.”

Pasal 1 huruf d KHI:

“Mahar adalah pemberian dari calon mempelai pria kepada calon mempelai

wanita, baik berbentuk barang, uang, atau jasa yang tidak bertentangan dengan

hukum Islam.”

Pasal 29 ayat (3) KHI:

“Dalam hal calon mempelai wanita atau wali keberatan calon mempelai pria

diwakili, maka akad nikah tidak boleh dilangsungkan.”

Pasal 30 KHI:

“Calon mempelai pria wajib membayar mahar kepada calon mempelai wanita

dengan jumlah, bentuk dan jenisnya disepakati oleh kedua belah pihak.”

Page 20: PERKAWINAN SEJENIS - mnj.my.id · 1. Bunyamin, Drs., M. H., sebagai dosen matakuliah Hukum Islam I yang telah memberikan tugas ini kepada penulis. 2. Orangtua penulis yang telah memberikan

Tugas Hukum Islam I Tentang Perkawinan Sejenis 17

G. Kesimpulan

Jadi, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangan di Indonesia

perkawinan sesama jenis tidak dapat dilakukan karena menurut hukum, perkawinan adalah

antara seorang pria dan seorang wanita. Pada sisi lain, hukum agama Islam yang berdasar

pada Al-quran, Al-hadits dan Ijma (para pendapat pakar) secara tegas melarang perkawinan

sesama jenis.

Pernikahan sesama jenis tidak sesuai dengan konsep pernikahan dalam Islam, karena

pernikahan sesama jenis tidak akan membangun suatu keluarga dan hanya didasarkan pada

kenikmatan seksual saja.

Pernikahan sesama jenis, di sisi lain, memberikan ancaman serius bagi institusi keluarga,

permasalahan sosial, membahayakan kehidupan keluarga yang indah, dan tatanan sosial

masyarakat manusia.

Page 21: PERKAWINAN SEJENIS - mnj.my.id · 1. Bunyamin, Drs., M. H., sebagai dosen matakuliah Hukum Islam I yang telah memberikan tugas ini kepada penulis. 2. Orangtua penulis yang telah memberikan

Tugas Hukum Islam I Tentang Perkawinan Sejenis 18

H. Daftar Pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Perkawinan_sejenis

http://anggifarhan04.blogspot.co.id/2014/05/makalah-masail-fiqih-perkawinan-

sesama.html

http://www.dudung.net/quran-online/indonesia/8

https://rumahputihku.wordpress.com/2012/06/10/perkawinan-sejenis-wajarkah-tinjauan-

syari-tentang-hukum-perkawinan-sejenis/

https://meylisaraharjeng.wordpress.com/2015/06/29/pandangan-pernikahan-sesama-jenis-

dalam-islam/

http://nasional.news.viva.co.id/news/read/675638-pakar-hukum--larangan-pernikahan-

sejenis-tak-langgar-ham

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan

Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 2 Tahun 2011 tentang Pendaftaran Penduduk

dan Pencatatan Sipil

Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 tentang Penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam