perkawinan di bawah tangan di desa...

147
PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA WIBAWA MULYA KECAMATAN CIBARUSAH KABUPATEN BEKASI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh : AHMAD BUHORI MUSLIM NIM: 1110044200023 KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H /2014 M

Upload: hoangque

Post on 25-Apr-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA WIBAWA

MULYA KECAMATAN CIBARUSAH KABUPATEN BEKASI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi

Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh :

AHMAD BUHORI MUSLIM

NIM: 1110044200023

KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H /2014 M

Page 2: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

i

Page 3: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

ii

Page 4: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

iii

Page 5: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

iv

ABSTRAK

AHMAD BUHORI MUSLIM. NIM: 1110044200023. Perkawinan Di

Bawah Tangan Di Desa Wibawa Mulya Kecamatan Cibarusah Kabupaten Bekasi.

Program Studi Hukum Keluarga Islam Konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam,

Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

1435 H/2014 M. x +70 halaman dan lampiran.

Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor apa yang menyebabkan

masyarakat desa Wibawa Mulya melakukan perkawinan di bawah tangan dan

dampak apa saja yang dirasakan masyarakat yang tidak melakukan pencatatan

perkawinan. Dilihat dari segi penyusunannya, penelitian ini menggunakan metode

kualitatif, penelitian kualitatif yaitu suatu analisis data dimana penulis menjabarkan

data-data yang diperoleh dari hasil penelitian.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa banyak masyarakat yang melakukan

perkawinan di bawah tangan yang tidak mencatatkan perkwinannya. Dikarenakan

berbagai faktor, salah satunya ketidak pahaman masyakarakat tentang pentingnya

Pencatatan Perkawinan karena kurangnya pengetahuan dan rendahnya pendidikan.

Padahal dalam Undang-Undang Perkawinan tentang Pencatatan Perkawinan pasal 2

ayat (2), yang berbunyi: “Tiap-tiap Perkawinan dicatat menurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku”, dan juga telah diatur dalam Kompilasi Hukum

Islam Pasal 5 mengenai pencatatan perkawinan mengungkapkan beberapa garis

hukum sebagai berikut : Pasal 5 (1) Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi

masyarakat Islam, setiap perkawinan harus dicatat, sudah jelas undang-undang

mengharuskan pencatatan perkawinan, namun masih banyak masyarakat yang tidak

melakukan pencatatan dan beranggapan pencatatan perkawinan itu tidak penting

hanya memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit.

Kata Kunci : Perkawinan, bawah tangan, pencatatan, dampak, faktor.

Pembimbing : Prof. Dr. H. Ahmad Sutarmadi

Daftar Pustaka : Tahun 1970 s.d 2012

Page 6: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

v

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya, Berkat Ridho-Nya sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Sholawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Baginda Besar Nabi

Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabatnya, yang telah mendidik

umatnya dengan tarbiyah tentang keimanan, kesabaran, keramah-tamahan, ilmu

pengetahuan serta akhlaqul karimah, dan kita sebagai umatnya yang terus istiqomah

mengikuti ajaran dan sunahnya dalam setiap sendi kehidupan.

Alhamdulillah, akhirnya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai

syarat memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

hidayatullah Jakarta. Dengan kesadaran hati penulis menyadari bahwa skripsi ini

masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna, mengingat terbatasnya

pengetahuan dan pengalaman penulis miliki. Namun demikian, Penulis sudah

berusaha keras dengan kemampuan tersebut dan berbagai macam upaya untuk dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan semaksimal mungkin. Tidak sedikit

hambatan, cobaan dan kesulitan yang ditemui dalam penulisan skripsi ini. Skripsi ini

tidak mungkin selesai tanpa bantuan orang-orang disekitar Penulis, yang selalu

memberikan masukan, nasehat, bimbingan bahkan dorongan dan semangat sehingga

dapat terselesaikannya skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu.

Page 7: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

vi

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada

bapak/ ibu, terutama:

1. Ibunda dan Ayahanda (Alm) Tercinta yang selalu memberikan dorongan dan

motivasi baik moril maupun materil, serta yang telah tulus mendoakan setiap

hari dan ikhlas mendidik dari buaian sampai sekarang kepada Penulis.

2. Dr. H. JM. Muslimin, MA Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum serta

seluruh para Pembantu Dekan Fakultas Syariahdan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MA, dan Ibu Hj. Rosdiana, MA selaku Ketua dan

Sekertaris Prodi Al-Ahwal Asy-Syakhsyiyyah yang selalu memberikan

bimbingan, nasehat dan dorongan kepada Penulis dalam menyelesaikan kuliah

di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan penuh

tanggung jawab.

4. Prof. Dr. H. Ahmad Sutarmadi, selaku dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu dan membagi ilmunya selama Penulis menyusun skripsi

ini. Dan kesabaran yang penuh dalam memberikan nasehat-nasehat dan

bimbingan kepada Penulis merupakan suatu kehormatan dan kebanggaan

tersendiri Penulis bisa berada di bawah bimbingan Beliau dalam menyusun

skripsi ini.

5. Dr. Moh. Ali Wafa, S.Ag, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan

segenap Dosen yang telah memberikan sebagian ilmunya, terutama ilmu

Page 8: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

vii

Hukum Keluarga secara umumnya dan ilmu Administrasi Keperdataan Islam

secara khusus, dan staf tata usaha FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. K.H Zainal Abiddin S.Ag. selaku Pimpinan Pondok Pesantren AR-RIDWAN

dan Keluarganya, dan tidak lupa pula kepada seluruh pengurus Ikatan

Keluarga Besar Alumni Ar-Ridwan (IKRAR) yang telah memberikan

pengarahan dan motivasi dalam mengerjakan skripsi penulis.

7. Jhoni Hermansyah selaku Sekertaris desa Wibawa Mulya dan staf desa

Wibawa Mulya dan bapak Agus Salim, S.Ag., selaku Kepala KUA

Kecamatan Cibarusah beserta staf KUA Kecamatan Cibarusah yang telah

memberikan izin kepada Penulis untuk melakukan penelitian dan wawancara

serta meluangkan waktu dan memberikan kemudahan bagi Penulis dalam

melaksanakan penelitian guna menyelesaikan tugas skripsi ini.

8. Kakak-kakakku tercinta, mpo Ncop, bang Dani, bang Komal, teh Mumut,

mpo Piyah, bang Fauzan, bang Nurdin, teh Nur, mpo Aas, bang Sodiq, bang

Opik, teh Nurhayati, mpo Nyai, bang Juli. Dan keponakan-keponakan

tercinta, fahe, dede, lulu, fairus, firda, fariza, tazkiya, kenici, salsa. Keluarga

besar Nce haji, mamang, bang Dadang, Ade, dafa, lubis beserta keluarga Ende

Eni dan semua keluarga yang ada di sempu cikarang.

9. Terima kasih sahabat-sahabatku teman kelas Administrasi Keperdataan Islam

angkatan 2010 Syukron selaku ketua kelas, Mirza, Adiguna, Adnan, Lukman,

Rian, Ibnu, Oji, Azhar, Iqbal, Nukin, Khoerun, Nizam, Agung, Agan, Ical,

Akbar, Sasa, Amel, Wiwin, Nita, Dira, Dhea, Syawal, Alifah, Salmi, Dini,

Page 9: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

viii

Novita, Ade, Romlah, Dian, Emil, Ika, Fitri, dan juga untuk teman kosan, pak

aji Usman, Sopri, bang Jaki, Rifqi, Maftuh, yang telah memberikan dorongan

semangat dan motivasi Penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Untuk orang yang Penulis kagumi Dea Rizqi Amalia yang merupakan

motivasi bagi penulis dan memberikan dorongan untuk menyelesaikan skripsi

ini.

11. Keluarga besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang telah

berbagi ilmu yang tidak ternilai, hingga penulis dapat menyelesaikan studi di

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

12. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun telah

memberikan kontribusi yang cukup besar dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai

rujukan penyusunan skripsi lainnya di masa mendatang. Penulis pun sangat

menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena itu penulis

mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini selanjutnya.

Jakarta, 12 Mei 2014

Ahmad Buhori Musli

Page 10: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

ix

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………………………… i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ……………………………………… ii

LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………………... iii

ABSTRAK …………………………………………………………………….. iv

KATA PENGANTAR ………………………………………………………... v

DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. ix

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………..

A. Latar Belakang Masalah ……………………..................

B. Identifikasi Masalah ……………………………………

C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ……………….....

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian …………………..........

E. Metode Penelitian ………………………………………

F. Kerangka Teori …………………………………………

G. Riview Studi Terdahulu ……………………………......

H. Sistematika Penulisan …………………………………..

1

1

9

9

11

12

14

15

17

BAB II PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN

PENCATATAN PERKAWINAN ……………………………

A. Pengertian Perkawinan Di Bawah Tangan Dan

Pencatatan Perkawinan …………………...……………..

B. Dasar Hukum Pencatatan Perkawinan ………………….

C. Prosedur Pencatatan Perkawinan ……………………….

D. Faktor-Faktor Terjadinya Perkawinan Di Bawah Tangan

E. Dampak Perkawinan Di Bawah Tangan Meurut Undang-

19

19

22

29

32

Page 11: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

x

Undang Di Indonesia ……………………………….… 34

BAB III PROFIL DESA WIBAWA MULYA ………………………...

A. Sejarah Singkat Desa Wibawa Mulya …………………..

B. Letak Geografis dan Demografi Desa Wibawa Mulya ....

C. Kondisi Sosial Desa Wibawa Mulya ………………...…

38

38

39

42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS …………………….

A. Pandangan Masyarakat Desa Wibawa Mulya tentang

Perkawinan di Bawah Tangan ……………………….....

B. Wawancara Masyarakat Pelaku Perkawinan di Bawah

Tangan dan Tokoh Masyarakat Desa Wibawa Mulya .....

C. Analisis Penulis …………………….……………...……

50

50

55

59

BAB V PENUTUP ……………………………………………………..

A. Kesimpulan ……………………………………………..

B. Saran-saran …………………………………………..…

66

66

67

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 69

LAMPIRAN - LAMPIRAN ………………………………………………….

1. Surat Bimbingan Skripsi ………………………………..

2. Surat Pengambilan Data Dan Wawancara Untuk Kantor

Urusan Agama Kecamatan Cibarusah …………...……...

3. Surat Pengambilan Data Dan Wawancara Untuk Desa

Wibawa Mulya ………………………………………….

4. Surat Keterangan Observasi Dan Interview Kantor

Urusan Agama Kecamatan Cibarusah ……………...…...

5. Surat Keterangan Observasi Dan Interview Desa

72

72

73

74

75

Page 12: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

xi

Wibawa Mulya ………………………………………….

6. Data Jumlah Perkawinan Di Kantor Urusan Agama

Kecamatan Cibarusah Tahun 2013 ……...……………...

7. Data Jumlah Perkawinan Di Desa Wibawa Mulya Tahun

2013 ……………………………………………………..

8. Pedoman Wawancara …………………………………...

9. Contoh Surat Pernyataan ………………………………..

10. Hasil Wawancara ………………………………………..

76

77

79

80

84

85

Page 13: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain,

Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang

diinginkannya. Di dalam proses ini terdapat beberapa aturan yang harus diperhatikan

agar terciptanya keharmonisan dalam berkeluarga dan bermasyarakat serta

keseimbangan antara satu dengan yang lain, Salah satu aturan tersebut ialah

perkawinan. Perkawinan adalah ikatan dua hati, tujuannya yaitu saling membantu

dalam segala aspek hidup dan kehidupan.1

Perkawinan umumnya dilakukan oleh orang dewasa dengan tidak memandang

profesi, agama, suku, bangsa, miskin atau kaya. Perkawinan sangat dibutuhkan dalam

kehidupan bermasyarakat guna melangsungkan kehidupan umat manusia serta untuk

mempertahankan eksistensi kemanusiaan di muka bumi ini, dan perkawinan juga

disenangi oleh setiap pribadi manusia dan merupakan hal yang fitrah bagi setiap

makhluk tuhan.2

1 Al-Thahir Al-Hadad, Wanita Dalam Syariah Dan Masyarakat, (Jakarta :Pustaka Firdaus

1993), h 199

2 Syaikh Abdul Aziz bin Abdurrahman Al-Musnad, Perkawinan Dan Masalahnya, (Jakarta

Pustaka Al-Kautsar 1993), h 14

Page 14: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

2

Dalam kehidupan dunia fana ini, semua makhluk hidup baik manusia,

binatang, maupun tumbuh-tumbuhan tidak bisa lepas dari perkawinan. Ini merupakan

sunnatullah (hukum alam) untuk kelangsungan hidup umat manusia,

berkembangbiaknya binatang-binatang dan untuk melestarikan lingkungan alam

semesta. Hukum alam semacam ini dijelaskan dalam firman Allah Swt:3

Allah SWT berfirman di dalam al-Qur’an surat Adz-Dzariyaat ayat 49:

“Dan segala sesuatu Allah ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat

akan kebesaran Allah” (QS. Adz-Dzariyaat: 49).4

Kita semua mengetahui bahwa manusia diciptakan berpasang-pasangan, ada

yang diciptakan sebagai laki-laki dan ada pula yang diciptakan sebagai perempuan.

Al-Qur'an sebagai kitab suci yang diyakini bersumber dari Allah pun menyatakan

demikian. Allah memberitahukan kepada kita bahwa semuanya diciptakan secara

berpasangan.

Manusia menyadari bahwa hubungan yang dalam dan dekat dengan pihak lain

akan membantunya mendapatan kekuatan dan membuatnya lebih mampu

mengahadapi tantangan. Cinta yang bergejolak di dalam hati dan diliputi oleh

3Mohammad Asmawi, Nikah “Dalam Perbincangan dan Perbedaan”, (Yogyakarta :

Darussalam 2004), h 18

4Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran Dan Terjemahannya, (Jakarta :

MAHKOTA 1989), h 862

Page 15: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

3

ketidakpastian, yang mengantar kepada kecemasan akan membuahkan sakinah atau

ketenangan dan ketentraman hati bila dilanjutkan dengan perkawinan.

Karena alasan-alasan inilah sehingga manusia kawin, berkeluarga, bahkan

bermasyarakat dan berbangsa. Tetapi harus diingat, bahwa berpasangan, manusia

bukan hanya didorong oleh desakan naruli seksual, tetapi lebih daripada itu, ia adalah

dorongan kebutuhan jiwanya untuk meraih ketenangan.5

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita

sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

serta kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.6Allah SWT telah menetapkan

tali pernikahan sebagai sunnah ilahi guna menyemarakan kehidupan alam semesta,

sekaligus menjadikannya sebagai tanda-tanda kekuasaan-Nya yang maha jelas.

Hal tersebut terdapat dalam firman Allah SWT surat Ar-Ruum ayat 21 :

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu

isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram

kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya

pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang

berfikir.(Ar-Rum ayat : 21).

5 Huzaimah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer, (Bogor : Ghalia Indonesia

2010), Hal 177

6 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika 2006), Cetakan

Pertama, Hal 7

Page 16: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

4

Dari ayat di atas kita bisa mengambil sedikit kesimpulan, bahwa tujuan

perkawinan itu untuk mencintai dan dicintai, rasa kasih sayang, rasa aman,

terlindungi, rasa dihargai, diperhatikan. perkawinan disunahkan bagi orang yang

membutuhkan dan bagi orang yang sudah mampu menafkahi secara lahir dan batin.7

Memang benar, bagi orang yang berfikir, pasti akan mengetahui bahwa suatu

jalinan hubungan harus dibina atas dasar kasih sayang. Apabila rasa kasih sayang dan

saling mencintai telah terbina maka sepasang suami isteri akan menentukan

kebahagiaan yang sempurna, menemukan kecocokan yang abadi, sehingga tercapai

hidup yang bahagia dan sejahtera. Sesuatu yang didasari rasa cinta menyebabkan

yang kurang menjadi sempurna, yang cacat akan tertutup dan yang jelek terasa

menjadi bagus dan indah.8

Perkawinan mempunyai dampak yang luas, baik dalam hubungan

kekeluargaan pada khususnya, maupun pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara

pada umumnya. Untuk itu diperlukan peran serta dan perhatian serius dari semua

pihak, baik pribadi, masyarakat maupun negara. Selain itu, untuk mendukung

keseriusan tadi, ada hal yang penting sebagai keniscayaan jaman dan kebutuhan

legalitas hukum adalah adanya pencatatan perkawinan.9

7 Syaikh Muhammad bin Khaasim Algozii, Fathul Qorib Mujib, h 43

8Syaikh Abdul Aziz bin Abdurrahman Al-Musnad, Perkawinan Dan Masalahnya, (Jakarta

Pustaka Al-Kautsar 1993), h 20

9Yayan Sopyan, Islam-Negara “Transformasi Hukum Perkawinan Islam Dalam Hukum

Nasional”, (Jakarta : Penerbit UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), h 128

Page 17: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

5

Pencatatan perkawinan bertujuan untuk mewujudkan ketertiban perkawinan

dalam masyarakat. Ini merupakan suatu upaya yang diatur dalam perundang-

undangan, untuk melindungi martabat dan kesucian (misaq al-galid) perkawinan.10

Dalam hal pencatatan perkawinan ini, bagi mereka yang menganut agama Islam

dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah sebagaimana dimaksud Undang-Undang No.

32 tahun 1954 tentang Pencatatan Perkawinan, Talak dan Rujuk.

Apabila perkawinan telah dicatatkan, maka perkawinan mereka telah

dinyatakan sebagai perkawinan yang sah dan harus dilindungi oleh hukum.

Perkawinan yang tidak dicatat sering disebut “perkawinan di bawah tangan” atau

dalam bahasa fikih disebut az-zawaj al-urfi. Perkawinan di bawah tangan adalah

perkawinan yang tidak dicatatkan pada Petugas Pencatat Nikah dan tidak terdaftar di

Kantor Urusan Agama (KUA).11

Pencatatan perkawinan pada dasarnya tidak disyari’atkan dalam agama Islam,

Al-Quran dan Alhadits tidak mengatur secara rinci mengenai pencatatan perkawinan.

Namun dirasakan oleh masyarakat mengenai pentingnya hal itu, sehingga diatur

dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 maupun melalui Komiplsi Hukum

Islam, dan juga jika dilihat dari segi manfaatnya pencatatan perkawinan ini sangat

diperlukan di masyarakat.

10

Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada 2002), h 107

11

Mardani, Hukum Perkawinan Islam Di Dunia Islam Moderen, ( Yogyakarta : Graha Ilmu

2011), h 17

Page 18: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

6

Kita melihat suatu kenyataan, bahwa suatu perkawinan tidak selalu langgeng,

tidak sedikit terjadi perceraian yang penyelesaiannya berakhir di pengadilan. Apabila

perkawinan itu terdaftar di Kantor Urusan Agama (KUA) dan disamping itu juga

mendapat akte nikah, maka untuk menyelesaikan kasus itu lebih mudah

mengurusinya,12

Apabila tidak tercatat dan tidak ada akte nikah, maka pengadilan agama sulit

untuk mengurusinya karena perkawinan itu dianggap tidak pernah terjadi. Sekiranya

hal semacam ini dibiarkan, maka banyak orang yang melakukan akad nikah di bawah

tangan sebagai resikonya, apaila terjadi perselisihan tidak dapat diajukan kepada

pengadilan agama, tetapi dapat saja dilakukan secara kekeluargaan, baik sepihak atau

pun kedua belah pihak.

Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No 22 tahun 1946 itu menentukan : “Nikah

yang dilakukan menurut agama Islam diawasi oleh pegawai pencatat nikah yang

diangkat oleh Menteri Agama atau oleh pegawai yang ditunjuk olehnya”.13

Lalu

dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 2, yaitu “Tiap-

tiap perkawinan harus dicatat”.

Kompilasi Hukum Islam menjelaskan dalam pasal 5 : ayat (1) Agar terjamin

ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap perkawinan harus dicatatkan,

12

M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga Dalam Islam, (Jakarta : Prenada Media

2003), h 123

13

Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, (Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia

1974), h 71

Page 19: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

7

ayat (2) Pencatatan perkawinan tesebut pada ayat (1), dilakukan oleh Pegawai

Pencatat Nikah sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1946

jo Undang-Undang No 32. Tahun 1954.

Lalu pasal 6 Kompilasi Hukum Islam menjelaskan : ayat (1) Untuk memenuhi

ketentuan dalam pasal 5, setiap perkawinan harus dilangsungkan dihadapan dan di

bawah pengawasan Pegawai Pencatat Nikah. Ayat (2). Perkawinan yang dilakukan

di luar pengawasan Pegawai Pencatat Nikah tidak mempunyai kekuatan hukum.14

Disini kita lihat bahwa pegawai pencatatan nikah itu hanya bertugas

mengawasi terlaksananya perkawinan, agar perkawinan itu berlangsung menurut

ketentuan-ketentuan agama Islam. Meskipun perkawinan yang tidak dicatatkan

adalah sah, baik menurut pandangan agama maupun adat istiadat, namun di mata

masyarakat yang mengerti hukum tidak memiliki kekuatan hukum.15

Hal ini mungkin sebagian masyarakat muslim masih ada yang berpegang

teguh kepada perspektif fiqih tradisional, menurut pemahaman sebagian masyarakat

bahwa perkawinan sudah sah apabila ketentuan-ketentuan yang tersebut dalam kitab-

kitab fikih sudah terpenuhi, tidak perlu ada pencatatan perkawinan di Kantor Urusan

Agama dan tidak perlu surat nikah. Sebagai akibat dari pemikiran tersebut di atas,

14

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta : CV. Akademika Pressindo

2007), h 114

15

Muhammad Zain dan Muhkhtar Alshodiq, Membangun Keluarga Harmonis “Counter

Legal Draft Kompilasi Hukum Islam yang Kontroversial itu”, (Jakarta Grahacipta 2005), h 38

Page 20: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

8

banyak timbul perkawinan di bawah tangan tanpa melibatkan pegawai pencatat nikah

sebagai petugas resmi mengenai urusan perkawinan.16

Bahwa dari uraian di atas, perkawinan di bawah tangan adalah tidak sah

dimata masyarakat yang mengerti hukum, tetapi pada kenyataannya masih saja

hingga saat ini para pelaku perkawinan di bawah tangan masih berlanjut tanpa ada

hentinya dan masih banyak orang-orang yang melakukan perkawinan di bawah

tangan.

Seperti yang terjadi dilingkungan desa Wibawa Mulya Kecamatan Cibarusah

Kabupaten Bekasi, sering ditemukan banyaknya perkawinan yang dilaksanakan tanpa

adanya pencatatan didalamnya, padahal sudah jelas-jelas melanggar undang-undang.

Bila dikaitkan dengan akibat hukum dari perkawinan di bawah tangan itu

yang tidak menggambarkan adanya kepastian hukum bagi generasi penerus.

Demikian juga Undang-Undang No 1 Tahun 1974 telah merupakan ijma’ para ulama

yang wajib diikuti oleh umat Islam demi menjamin kepastian hukum dan

kemaslahatan umum.17

Berawal dari latar belakang ini, penulis melihat dan mengamati kehidupan

masyarakat Desa Wibawa Mulya Kecamatan Cibarusah Kabupaten Bekasi dalam hal

perkawinan diantara mereka masih banyak yang tidak mencatatkan perkawinan, kalau

16

Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta : Kencana

Prenada Media Group 2006), h 47

17

Moh. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Acara Peradilan

Agama Dan Zakat Menurut Hukum Islam, (Jakarta : Sinar Grafika 2006), h 23

Page 21: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

9

tidak disosialisasikan kepada masyarakat tentang pentingnya pencatatan perkawinan,

maka akan semakin banyak orang yang melakukan perkawinan di bawah tangan.

Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin sekali mengadakan penelitian

terhadap perkawinan di bawah tangan, dan hasilnya akan dituangkan dalam skripsi

dengan judul ”PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA WIBAWA

MULYA KECAMATAN CIBARUSAH KABUPATEN BEKASI”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi permasalahan

yang berkaitan dengan perkawinan di bawah tangan, antara lain:

1. Apakah perkawinan di bawah tangan yang dilakukan oleh masyarakat Desa

Wibawa Mulya Kecamatan Cibarusah Kabupaten Bekasi menjadi kebiasaan?

2. Apakah setiap masyarakat Desa Wibawa Mulya Kecamatan Cibarusah

Kabupaten Bekasi melakukan perkawinan di bawah tangan?

3. Bagaimanakah bentuk perkawinan di bawah tangan di Desa Wibawa Mulya

Kecamatan Cibarusah Kabupaten Bekasi?

C. Batasan Masalah dan Perumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Pembatasan masalah berisikan uraian tentang cakupan wilayah masalah yang

akan diteliti. Pembatasan masalah dimaksudkan agar masalah lebih terfokus dan

Page 22: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

10

spesifik, serta untuk menghindari kemungkinan tumpuk tindih dengan masalah lain di

luar wilayah penelitian.18

Maka dari itu, agar tidak menyimpang dari apa yang di inginkan penulis dan

penelitian tidak terlalu melebar dan terarah, maka penulis membatasi dan menitik

beratkan pada permasalahan, bagaimanakah bentuk Perkawinan di Bawah Tangan di

Desa Wibawa Mulya Kecamatan Cibarusah Kabupaten Bekasi.

2. Perumusan Masalah

Menurut Undang-Udang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan “Tiap-tiap

perkawinan harus dicatat”. Kenyataannya di desa Wibawa Mulya masih banyak

orang yang melakukan perkawinan yang tidak dicatatkan atau melakukan pernikahan

di bawah tangan, dan itu jelas sudah melanggar undang-undang. Melihat

permasalahan di atas maka penulis memberikan beberapa pertanyaan perumusan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk perkawinan di bawah tangan yang di laksanakan oleh

masyarakat Desa Wibawa Mulya Kecamatan Cibarusah Kabupaten Bekasi?

2. Apa yang melatarbelakangi masyarakat Desa Wibawa Mulya Kecamatan

Cibarusah Kabupaten Bekasi melakukan perkawinan di bawah tangan?

3. Bagaimana dampak perkawinan di bawah tangan terhadap keluarga?

4. Apa pandangan masyarakat terhadap perkawinan di bawah tangan?

18

Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta 2012. (Jakarta : Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM) 2012 ). Hal 21

Page 23: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

11

D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh penulis,

yaitu:

1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk perkawinan di bawah tangan yang di

laksanakan oleh masyarakat Desa Wibawa Mulya Kecamatan Cibarusah

Kabupaten Bekasi.

2. Untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi masyarakat Desa Wibawa

Mulya Kecamatan Cibarusah Kabupaten Bekasi melakukan perkawinan di

bawah tangan.

3. Untuk mengetahui bagaimana dampak perkawinan di bawah tangan terhadap

keluarga.

4. Untuk mengetahui apa pandangan masyarakat terhadap perkawinan di bawah

tangan.

2. Manfaat Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyimpulkan beberapa manfaat atau

kegunaan yang dapat diperoleh, diantaranya:

1. Membuka wawasan kepada masyarakat mengenai pentingnya pencatatan

perkawinan dalam rumah tangga, dan dimaksud agar masyarakat dapat

Page 24: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

12

menyadari bahwa perkawinan di bawah tangan yang selama ini dilakukan

mempunyai pengaruh dalam kehidupan sosial masyarakat.

2. Pengembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum, khususnya menyangkut

bidang perkawinan.

3. Hasil pembahasan skripsi ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi peneliti

selanjutnya.

4. Menambah literature kepustakaan.

E. Metode Penelitian

1. Obyek Penelitian

Dalam obyek penelitian ini, penulis mengambil lokasi sesuai dengan judul

dari skripsi penulis diatas, yaitu study kasus di desa Wibawa Mulya Kecamatan

Cibarusah Kabupaten Bekasi. Jadi berdasarkan skripsi ini maka yang diambil lokasi

untuk study kasus adalah desa Wibawa Mulya.

2. Jenis Penelitian

Dilihat dari segi penyusunannya, penelitian ini menggunakan metode

kualitatif, penelitian kualitatif yaitu suatu analisis data dimana penulis menjabarkan

data-data yang diperoleh dari hasil penelitian.

3. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan penulis yaitu :

a) Data Primer

Page 25: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

13

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat desa

Wibawa Mulya. Data ini meliputi interview dengan beberapa pelaku perkawinan di

bawah tangan, Kepala Desa Wibawa Mulya, kepala KUA Kecamatan Cibarusah,

tokoh masyarakat setempat dan orang-orang yang dianggap berperan dalam

menikahkan para pelaku perkawinan di bawah tangan.

b) Data Skunder

Data skunder adalah data yang diperoleh dengan cara membandingkan atas

dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diajukan, dokumen-

dokumen yang dimaksud adalah Al-Qur’an, Hadis, buku-buku ilmiyah, Undang-

Undang Perkawinan, Kopilasi Hukum Islam (KHI), serta peraturan-peraturan lainnya

yang erat kaitannya dengan masalah ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis, karena

tujuan dari penelitian mendapatkan data. Bila dilihat dari sumber datanya, maka

pengumpulan data mengunakan :

a) Observasi

Mengenai hal-hal yang berkaitan dengan skripsi ini, penulis melakukan

observasi atau pengamatan langsung ke objek peneliti yang dituju untuk mengetahui

kebenaran secara langsung.

Page 26: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

14

b) Wawancara

Untuk memperoleh data dan informasi yang lengkap mengenai perkawinan di

bawah tangan, maka penulis melakukan wawancara langsung dengan para nara

sumber yang ada di desa Wibawa Mulya maupun di Kantor Urusan Agama

Kecamatan Cibarusah.

5. Analisis Data

Seluruh data yang diperoleh kemudian di analisis. Analisis data adalah proses

mencari dan menyusun secara sistematik data yang diperoleh dari hasil wawancara,

catatan lapangan dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami, dan

temuannya dapat diinformaikannya kepada orang lain.

F. Kerangka Teori

Perkawinan merupakan kebutuhan hidup manusia sejak jaman dulu, sekarang,

dan masa akan datang. Islam memandang perkawinan sebagai ikatan yang kuat

(mitsaqan ghalida) ikatan yang suci, suatu ikatan yang bukan saja hubungan atau

kontrak keperdataan biasa, tetapi juga hubungan menghalakan terjadinya hubungan

badan antara suami isteri.

Karena suatu perkawinan merupakan perbuatan hukum, maka tentu saja ia

akan menimbulkan akibat hukum. Pribadi dan masyarakat menganggap bahwa

perkawinan itu masalah serius, masalah yang sakral, masalah ibadah, dan mempunyai

makna magis, tidak boleh main-main. Selain itu, untuk mendukung keseriusan tadi,

Page 27: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

15

ada hal yang penting sebagai keniscayaan jaman dan kebutuhan legislasi hukum

adalah adanya pencatatan perkawinan. Kalau kita telusuri isi kandungan al-Qur’an,

sunnah maupun pendapat ulama dalam kitab-kitab fikih klasik, secara eksplisit belum

kita dapatkan ketentuan dari hukum pencatatan perkawinan. Situasi, kondisi dan

kebutuhan jaman sudah berubah. Apa yang dahulu tidak penting, sekarang menjadi

penting.

Apa yang dahulu sia-sia, mungkin sekarang menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Kalau jaman dulu pencatatan perkawinan tidak terlalu penting untuk diadakan, ketika

jaman sudah berubah justru pencatatan perkawinan merupakan hal yang penting yang

harus dilakukan.19

Perkawinan di bawah tangan adalah perkawinan yang tidak dicatatkan, ketika

melakukan pernikahan tidak medatangkan pegawai pencatat nikah dan

perkawinannya tidak mempunyai kekuatan hukum. Karena dari itulah perkawinan di

bawah tangan dilarang oleh undang-undang, bahkan menurut ulama-ulama

kontemporerpun jika disitu terdapat kemudharatan, maka perkawinan tersebut

dianggap tidak sah.

G. Review Study Terdahulu

Review study terdahulu perlu dilakukan untuk menguasai teori yang relevan

dengan topik atau masalah penelitian dan rencana model analisis yang akan dipakai.

19

Yayan Sopyan, Islam-Negara “Transformasi Hukum Perkawinan Islam Dalam Hukum

Nasional”, (Jakarta : Penerbit UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Hal 127-134

Page 28: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

16

Idealnya penulis dapat mengetahui hal-hal apa yang telah diteliti dan yang belum

diteliti, sehingga tidak terjadi duplikasi atau plagiat penelitian.

Pertama, judul skripsi tentang “Kesadaran Hukum Masyarakat Kelurahan

Cipedak Kecamatan Jagakarsa Terhadap Pencatatan Perkawinan. Oleh: Nur

Fauzi (Nim : 107044100531) Tahun1432 H/ 2011 M. Pada skripsi tersebut membahas

tentang kesadaran masyarakat tentang hukum pencatatan perkawinan, bahwa

pencatatan perkawinan itu sangat penting, apalagi bagi keluarga. Dan ada

persamaannya dengan yang di singgung oleh penulis, yaitu mengenai pencatatan

perkawinan, studi kasus yang diambil dari skripsi ini adalah Kelurahan Cipedak

Kecamatan Jagakarsa.

Kedua, judul skripsi “Pengaruh dan Implikasi Perkawinan Di Bawah

Tangan Di Kelurahan Kenanga Kecamatan Cipondoh Tangerang”. Oleh :

Sahfudin (Nim : 204044103058) Tahun 1429 H/ 2008 M. Pada skripsi ini lebih

menitikberatkan pada pengaruh perkainan di bawah tangan itu sendiri, tidak terfokus

atau menjelaskan ke masalah lainnya.

Ketiga, judul skripsi “Efektivitas Nikah Masal Terhadap Pencegahan

Nikah Di Bawah Tangan (Study Kantor Uruan Agama Kecamatan Kalideres

Jakara Barat)”. Oleh: Afif (Nim : 107044102123) Tahun 1433 H/ 2012 M. Jadi,

dalam skripsi ini bahwa nikah masal itu bisa mencegah terjadinya perkawinan di

Page 29: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

17

bawah tangan. Dan tempat yang di ambil oleh penulis adalah Kantor Urusan Agama

kecamatan Kalideres.

Dari tiga skripsi diatas, satu membahas tentang pencatatan perkawinan dan

dua lagi sebenarnya sama-sama membahas tentang perkawinan di bawah tangan,

hanya saja yang membedakan dengan penulis adalah tempat penelitiannya dan

masalahnya saja yang berbeda.

Penulis lebih mempermasalahkan kepada masalah-masalah perkawinan di

bawah tangan di desa Wibawa Mulya Kecamatan Cibarusah Kabupaten Bekasi),

mengenai latar belakang, faktor-faktor, dan dampak perkwian di bawah tangan, agar

masyarakat sadar akan pentingnya pencatatan perkawinan dan tidak ada lagi

perkawinan di bawah tangan.

H. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penyusunan ini, yaitu:

BAB I : Berisi tentang PENDAHULUAN yang mencakup latar

belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, metode dan tekhnik penulisan, tinjauan

pustaka terdahulu dan sistematika penulisan.

BAB II : Berisi tentang TEORI pengertian perkawinan di bawah tangan

dan pencatatan perkawinan, prosedur pencatatan perkawinan,

Page 30: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

18

dasar hukumnya dan faktor-faktor terjadinya perkawinan di

bawah tangan serta dampaknya.

BAB III : Gambaran umum tentang Desa Wibawa Mulya Kecamatan

Cibarusah Kabupaten Bekasi yang terdiri dari, sejarah desa,

letak geografis desa, kondisi demografi sosial masyarakatnya.

BAB IV : Berisi tentang hasil penelitian serta analisis penulis.

BAB V : PENUTUP, Meliputi kesimpulan dan saran-saran yang

dikemukakan oleh penulis.

Page 31: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

19

BAB II

PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN PENCATATAN PERKAWINAN

A. Pengertian Perkawinan di Bawah Tangan dan Pencatatan Perkawinan

1. Pengertian Perkawinan di Bawah Tangan

Perkawinan sangatlah dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat guna

melangsungkan kehidupan umat manusia serta untuk mempertahankan eksistensi

kemanusiaan di muka bumi ini.1 Menurut Syaikh Imam Al-Qoyubi Humairah, dalam

kitab karangannya Al-Mahalli, perkawinan disunahkan bagi orang yang

membutuhkan dan bagi orang yang sudah mampu, pengertian mampu disini adalah

mampu dalam hal lahir bantin untuk menuju ke jenjang perkawinan.2

Perkawinan merupakan salah satu perintah agama kepada yang mampu untuk

segera melaksanakannya. Karena dengan perkawinan dapat mengurangi kemaksiatan

penglihatan, memelihara diri dari perbuatan zina. Karena suatu perkawinan

merupakan perbuatan hukum, maka tentu saja ia akan menimbulkan akibat hukum.

Yang tadinya antara seorang laki-laki dan perempuan haram berhubungan badan,

setelah perkawinan menjadi halal.

Perkawinan di bawah tangan adalah perkawinan yang tidak dicatatkan, dan

saat melangsungkan perkawinan tidak dihadiri oleh Pegawai Pencatat Nikah.

1 Syaikh Abdul Aziz bin Abdurrahman Al-Musnad, Perkawinan Dan Masalahnya, (Jakarta

Pustaka Al-Kautsar 1993), h 14

2 Syaikh Imam Al-Qoyubi Humairah, Al-Mahalli, h 207

Page 32: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

20

Menurut Ma‟ruf Amin, forum Ijtima‟ Ulama Komisi Fatwa sengaja memakai istilah

perkawinan di bawah tangan, istilah ini lebih sesuai dengan ketentuan agama Islam.

Perkawinan di bawah tangan yang dimaksud dalam fatwa ini adalah perkawian yang

terpenuhi semua rukun dan syarat yang ditetapkan dalam fikih atau hukum Islam.

Namun, perkawinan ini tanpa pencatatan resmi di instansi berwenang sebagaimana

diatur dalam Perundang-undangan No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Perkawinan di bawah tangan, yang tidak dicatatkan dipandang tidak

memenuhi ketetntuan peraturan perundang-undangan dan sering kali menimbulkan

dampak negatif terhadap isteri dan anak yang dilahirkannya terkait dengan hak-hak

mereka seperti nafkah, hak waris dan lain sebagainya. Tuntutan pemenuhan hak-hak

tersebut manakala terjadi sengketa akan sulit dipenuhi akibat tidak adanya bukti

catatan resmi perkawinan yang sah.

Terkait dengan masalah haram jika ada kemudharatan, Ma‟ruf Amin

menegaskan bahwa hukum perkawinan yang awalnya sah memenuhi syarat dan

rukunnya, menjadi haram karena ada yang menjadi korban. Dengan demikian,

haramnya itu datangnya belakangan, perkawinannya sendiri tidak batal, tapi menjadi

berdosa karena ada orang yang terlantarkan, sehingga dia berdosa karena

mengorbankan isteri atau anaknya. Sah tapi haram kalau sampai terjadi korban.3

3 Asrorun Ni‟am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan Dan Keluarga, (Jakarta :

GRAHA PARAMUDA 2008), h 147

Page 33: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

21

2. Pengertian Pencatatan Perkawinan

Pencatatan perkawinan adalah suatu pencatatan yang dilakukan oleh pejabat

negara terhadap peristiwa perkawinan. Dalam hal ini Pegawai Pencatat Nikah yang

melakukan pencatatan, ketika akan melangsungkan suatu akad perkawinan antara

calon suami dan calon isteri.4

Pencatatan perkawinan bertujuan untuk mewujudkan ketertiban perkawinan

dalam masyarakat. Ini merupakan suatu upaya yang diatur melalui perundang-

undangan, untuk melindungi martabat dan kesucian (misaq al-galid) perkawinan, dan

lebih khusus lagi perempuan dalam kehidupan rumah tangga. Melalui pencatatan

perkawinan yang di buktikan dengan Akta Nikah, yang masing-masing suami isteri

mendapat salinannya. Akta nikah atau akta Perkawinan yaitu suatu akta yang

dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama sebagai bukti bahwa telah terjadi suatu akad

perkawinan berdasarkan laopran Pegawai Pencatat Nikah.

Menurut Ahmad Rofiq dengan dicatatkannya perkawinan seseorang itu sangat

penting, misalnya saja apabila terjadi perselisihan atau percekcokan di antara mereka,

atau salah satu tidak bertanggung jawab, maka yang lain dapat melakukan upaya

hukum guna mempertahankan atau memperoleh hak-hak masing-masing. Karena

dengan akta tersebut, suami isteri memiliki bukti otentik atas perbuatan hukum yang

telah mereka lakukan.

4 Muhammad Zain dan Mukhtar Alshodiq, Membangun Keluarga Humanis “Counter Legal

Draft Kompilasi Hukum Islam yang Kontroversial itu”, (Jakarta : Grahacipta 2005), h 38

Page 34: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

22

Kiranya dapatlah dikatakan bahwa pencatatan perkawinan itu bertujuan untuk

menjadikan peristiwa perkawinan itu menjadi jelas, baik bagi yang bersangkutan

maupun bagi orang lain dan masyarakat, karena dapat dibaca dalam suatu surat yang

bersifat resmi dan termuat pula dalam suatu daftar yang khusus disediakan untuk itu,

sehingga sewaktu-waktu dapat dipergunakan jika diperlukan, terutama sebagai suatu

alat bukti tertulis, dengan adanya surat bukti itu dapatlah dibenarkan atau dicegah

suatu perbuatan lain.5

B. Dasar Hukum Pencatatan Perkawinan

1. Dasar Hukum Menurut Hukum Islam

Pencatatan perkawinan pada dasarnya tidak disyariatkan dalam agama Islam,

namun dilihat dari segi manfaatnya, pencatatan perkawinan sangat diperlukan.6

Alquran dan Alhadis tidak mengatur secara rinci mengenai pencatatan perkawinan,

akan tetapi dirasakan oleh masyarakat mengenai pentingnya pencatatan perkawinan.7

Apabila kita perhatikan surah al-Baqarah (ayat : 282) mengisyaratkan bahwa adanya

bukti otentik sangat diperlukan untuk menjaga kepastian hukum. Bahkan redaksinya

dengan tegas menggambarkan bahwa pencatatan didahulukan dari pada kesaksian,

yang dalam perkawinan, menjadi salah satu rukun.

5 K. Wantjik Shaleh, Hukum Perkawinan Di Indonesia, (Jakarta : Ghalia Indonesia 1978,. h

17

6 M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga Dalam Islam, (Jakarta : Prenada Media

2003), h 123

7 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika 2006), Cetakan

Pertama, h 26

Page 35: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

23

Allah berfirman dalam surath al-baqarah ayat 282 :

…..

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah

tidak secara tunai untuk waktu yang tidak ditentukan, hendaklah kamu

menuliskannya. Hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan

benar dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah

mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang

itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada

Allah Tuhannya dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya…...

Belum ditemukan sumber-sumber fiqih yang menyebutkan mengapa dalam

hal pencatatan perkawinan dan pembuktiannya dengan akta nikah, tidak dianalogikan

kepada ayat tersebut. Dalam kaidah hukum Islam, pencatatan perkawinan dan

membuktikannya dengan akta, sangat jelas mendatangkan maslahat bagi tegaknya

rumah tangga. Sejalan dengan prinsip :

فاسذ هقذم علي جلب الوصالحدرأ الو

Menolak kemudharata lebih didahulukan daripada memperoleh kemaslahatan

تصرف الاهام علي الرعيت هنوط بالوصلحت

Suatu tindakan (peraturan) pemerintah, berintikan terjaminnya kepentingan

dan kemaslahatan.8

8 Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada 2003), h 121

Page 36: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

24

Meninjau pencatatan perkawinan di zaman Nabi, sahabat dan tabi‟in secara

detail tidak ditemukan, karena memang landasan hukum yang mengatur tentang

pencatatan perkawinan dilihat pada sumber hukum Islam yaitu al-Qur‟an, Hadist serta

ijtihad secara eksplisit tidak mengatur atau menyinggung terkait pencatatan

perkawinan. Terdapat beberapa keadaan kenapa pencatatan tidak ditemukan di zaman

itu, diantaranya pada zaman Nabi masyarakatnya lebih mengandalkan hafalan atau

ingatan.

Memang pada masa-masa awal Islam pencatatan belum dibutuhkan, selain itu

walimat al-„urusy walaupun dengan seekor kambing merupakan saksi di samping

saksi syar‟i tentang sebuah perkawinan, dalam hadis diterangkan tentang adanya

tuntunan untuk mempublikasikan pelaksanan perkawinan, melalui resepsi walimah,

sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW ketika mengetahui salah satu sahabatnya,

Abdurrahman ibn „Auf menikah :

قال رسول اللو صلي اللو عليو وسلن أولن ولو بشاة )رواه البخارى و هسلن(

“Selenggarakanlah walimah meski hanya dengan menyembelih satu ekor

kambing”. (HR. Bukhari dan Muslim).9

Perintah melakukan publikasi perkawinan dimaksudkan agar orang lain

mengetahui adanya perawinan, untuk memperjelas status, serta agar tidak

9 Asrorun Ni‟am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan Dan Keluarga, (Jakarta :

GRAHA PARAMUDA 2008), h 149

Page 37: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

25

memungkinkan terjadinya penyimpangan.10

Ada kesan perkawinan yang berlangsung

pada masa-masa awal Islam belum terjadi antar wilayah yang berbeda di mana calon

suami dan calon istri berada dalam suatu wilayah tersebut juga, sehingga alat bukti

perkawinan selain saksi belum dibutuhkan.

Disamping perlunya walimah, maka harus ada pemberian kasih sayang, yaitu

mahar. Mahar atau mas kawin merupakan satu di antara rukun nikah yang harus ada

dan wajib diberikan oleh seorang mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan

dengan jumlah tergantung kesepakatan kedua mempelai berdasarkan kemampuan

ekonomi laki-laki dan kerelaan pihak perempuan.11

Islam membolehkan mahar untuk menghormati dan memuliakan isteri, namun

bukan berarti mesti dilakukan dengan berlebihan. Islam menekankan kemudahan

mahar, sehingga cukup dalam bentuk sang suami mengajar sang isteri sebuah surah

dari al-Quran atau sebuah hadiah sederhana, atau bahkan memberinya sebuah cincin

sederhana walaupun terbuat dari besi.12

Ketika Rasulullah SAW hendak menikahkan

seorang sahabat dengan perempuan yang menyerahkan dirinya kepada beliau, ia

bersabda :

10

Asrorun Ni‟am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan Dan Keluarga, (Jakarta :

GRAHA PARAMUDA 2008), h 150

11

Muhammad bin Alwi Al-Maliki, Etika Islam Tentang Sistem Keluarga, (Surabaya :

Mutiara Ilmu 1995), h 73

12

Imam Muhammad Syirazi, Dengan Siapa Kita Menikah?: Panduan Islami dalam Memilih

Jodoh & Membangun Keluarga Sakinah, (Jakarta: Pustaka Zahra 2004), h 48

Page 38: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

26

التوس ولو خاتوا هن حذيذ

“Carilah (mahar) sekalipun cincin yang terbuat dari besi”. (Riwayat Al-Bukhari).13

Sejalan dengan perkembangan zaman dengan dinamika masyarakat yang terus

berubah maka banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi. Pergeseran kultur

lisan kepada kultur tulis sebagai ciri masyarakat modern, menuntut adanya catatan

akta, surat sebagai bukti autentik.

Saksi hidup tidak lagi bisa diandalkan tidak saja karena bias hilang dengan

sebab kematian, manusia dapat juga mengalami kelupaan dan kehilapan. Atas dasar

ini diperlukan sebuah bukti yang abadi itulah yang disebut akta.14

Demikian lah

pendapat menurut Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan mengenai

pembaharuan hukum Islam mengenai pencatatan perkawinan.

Penulis lebih setuju bila perkawinan itu dicatatkan, dengan demikian salah

satu bentuk pembaharuan hukum kekeluargaan Islam adalah dimuatnya pencatatan

perkawinan sebagai salah satu ketentuan perkawinan yang harus dipenuhi, meskipun

secara detail tidak ditemukan di dalam Alquran, Alhadis dan kitab-kitab fikih maupun

fatwa-fatwa ulama. Hal ini mungkin yang mejadi landasan hukum fatwa-fatwa ulama

atau Majelis Ulama Indonesia (MUI) tidak mewajibkan pencatatan.

13

Asrorun Ni‟am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan Dan Keluarga, (Jakarta :

GRAHA PARAMUDA 2008), h 158

14

Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia “Studi

Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih UU No 1/1974 sampai KHI”, (Jakarta : Kencana 2004),

Cetakat ke-3, h 121

Page 39: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

27

2. Dasar Hukum Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

Dari penjelasan di atas, dapat dimengerti bahwa fikih tidak membicarakan

pencatatan perkawinan. Hal ini tentu berbeda dengan ketentuan Undang-Undang No

1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, tidak saja menempatkan pencatatan perkawinan

sebagai sesuatu hal yang penting, tetapi juga menjelaskan mekanisme bagaimana

pencatatan perkawinan itu dilaksanakan.

Undang-undang Perkawinan menempatkan pencatatan perkawinan pada suatu

tempat yang penting sebagai pembuktian telah diadakannya perkawinan. Hal tersebut

diatur oleh Undang-Undang Perkawinan tentang Pencatatan Perkawinan pasal 2 ayat

(2), yang berbunyi : (2). Tiap-tiap Perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku.15

Pada pasal 2 ayat (2) ini, di dalam penjelasannya tidak ada

uraian yang lebih rinci, perbuatan pencatatan itu harus sudah jelas menetukan sahnya

suatu perkawinan. pasal itu menyatakan bahwa peristiwa perkawinan itu memang ada

dan terjadi, jadi semata-mata bersifat administratif.

Sedangkan soal sahnya perkawinan Undang-undang Perkawinan dengan tegas

menyatakan pada pasal 2 ayat (1), yang berbunyi (1). Perkawinan adalah sah,

apabila dilakukan menurut masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu.16

15

Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, (Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia

1974), h 71

16

K. Wantjik Shaleh, Hukum Perkawinan Di Indonesia, (Jakarta : Ghalia Indonesia 1978), h

17

Page 40: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

28

Dengan demikian, pencatatan perkawinan ini berada pada pasal 2 sebagai

kelanjutan dari pasal 1 di dalam Undang-undang Perkawinan, menurut salah satu ayat

kelanjutannya masalah pencatatan ini sangat dominan. Ini akan tampak dengan jelas

menyangkut berhubungan dengan pencatatan, yakni perkawinan harus sah dan harus

dicatat. Tidaklah berlebihan jika ada sementara pakar hukum yang menempatkannya

sebagai syarat administratif yang juga menentukan sah tidaknya sebuah perkawinan.

Pola pemikiran demikian menurut penulis termasuk maslahah mursalah, artinya

dengan pencatatan perkawinan akan lebih maslahat.

3. Dasar Hukum Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Pencatatan perkawinan seperti diatur dalam Undang-undang Tahun 1974

tentang Perkawinan pasal 2 ayat (2), meskipun telah disosialisasikan selama 26 tahun

lebih, sampai saat ini masih dirasakan adanya kendala-kendala, namun masyarakat

dianggap sudah tahu karena sudah dimasukan dalam Undang-undang No 52 tahun

2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pengembangan Keluarga (Lembaran

Negara Republik Inonesia tahun 2009). Upaya ini perlu dilakukan sosialisasi oleh

umat Islam secara berkesinambungan di Negara Republik Indonesia.

Dalam masyarakat sudah ada pemahaman fikih Imam Syafi‟i yang sudah

membudaya. Menurut paham mereka, perkawinan telah dianggap cukup bila syarat

dan rukunnya sudah terpenuhi, tanpa diikuti oleh pencatatan. Kondisi seperti ini

terjadi dalam masyarakat sehingga masih ditemukan perkawinan di bawah tangan,

Page 41: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

29

kenyataan dalam masyarakat seperti ini merupakan hambatan pelaksanaan Undang-

Undang Perkawinan.17

Dalam Instruksi Presiden RI No 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum

Islam Pasal 5 dan 6 Kompilasi Hukum Islam mengenai pencatatan perkawinan

mengungkapkan beberapa garis hukum sebagai berikut : pasal 5 ayat (1) Agar

terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam, setiap perkawinan harus

dicatat, ayat (2) Pencatatan perkawinan tetrsebut pada ayat (1) dilakukan oleh

Pegawai Pencatat Nikah sebagaimana yang diatur dalam Undanng-undang No.22

Tahun 1946 jo. Undang-undang No.32 Tahun 1954.

Selajutnya pada pasal 6 dijelaskan: ayat (1) Untuk memenuhi ketentuan dalam

pasal 5, setiap perkawinan harus dilangsungkan di hadapan dan di bawah

pengawasan Pegawai Pencatat Nikah, pasal 6 ayat (2) Perkawinan yang dilakukan

di luar penngawasan Pegawai Pencatat Nikah tidak mempunyai kekuatan hukum.18

C. Prosedur Pencatatan Perkawinan

Secara singkat, apa yang sudah disebutkan dari buku pedoman Kantor Urusan

Agama sudah mudah di cerna oleh masyarakat, maka saya kutip secara keseluruhan

dan singkat tentang prosedur pencatatan perkawinan, yaitu :

17

Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika 2006),

Cetakan Pertama, h 27

18

Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia “Studi

Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih UU No 1/1974 sampai KHI”, (Jakarta : Kencana 2004),

Cetakat ke-3, h 124

Page 42: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

30

a) Persyaratan Umum

1. Calon Pengantin Beragama Islam.

2. Umur minimal berusia 19 tahun tuntuk pria, dan 16 tahum untuk wanita.

3. Ada persetujuan kedua calon pengantin.

4. Tidak ada hubungan saudara yang dilarang agama antara kedua calon

pengantin.

5. Calon pengantin wanita tidak sedang terikat perkawinan dengan orang lain.

6. Duda atau Janda harus sudah habis masa iddahnya.

7. Wali dan saksi harus beragama islam, dan minimal usianya dalaha 19 tahun.

8. Calon pengantin, wali dan saksi sehat akal.

b) Persyaratan Administrasi

1. Foto copy KTP (Kartu Tanda Penduduk) yang sah.

2. Foto copy KK (Kartu Keluarga) yang masih berlaku.

3. Foto copy Ijazah atau Akte Kelahiran.

4. Foto copy Buku Nikah orang tua, bagi wanita.

5. Pas foto berwarna (Latar biru) ukuran 2x3 = 4 lembar.

6. Surat Keterangan Model N1, N2, N4 ditandatangani Kepala Desa atau

Kelurahan.

7. Surat Persetujuan mempelai (Model N3).

8. Izin Orang Tua (Model N5) jika umur kurang dari 21 tahun.

9. Surat Pernyataan Jejaka/Perawan, bagi calon pengantin berumur 25 tahun ke

atas, bermaterai Rp 6000,-.

10. Surat Rekomendasi Nikah / Numpang Nikah bagi calon pengantin dari luar

wilayah.

11. Izin Pengadilan Agama jika pria berumur kurang dari 19 tahun, dan wanita

kurang dari 16 tahun.

12. Izin Pengadilan Agama bagi yang berpoligami.

13. Rekomendasi Camat untuk pendaftaran kurang 10 hari.

14. Surat Kematian Suami/Isteri bagi Janda/Duda cerai mati dan model N6

ditandatangani Kepala Desa atau Kelurahan.

15. Akta Cerai beserta Salinan Putusan/ Penetapan dari Pengadilan yang

mengeluarkan Akta Cerai.

16. Bukti Imunisasi TT dari Puskesmas.19

c) Pemberitahuan Kehendak Nikah

Setelah dipenuhinya tata cara dan syarat-syarat pemberitahuan serta tiada

sesuatu halangan perkawinan, maka tahap berikutnya adalah pegawai pencatat

19

Wawancara Pribadi dengan bapak Agus Salim Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan

Cibarusah, (Kamis, 10 April 2014 pukul 10:30). Di Kantor Urusan Agama Kecamatan Cibarusah.

Page 43: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

31

perkawinan menyelenggarakan pengumuman pemberitahuan kehendak nikah.

Berdasarkan pasal 8 PP No. 9 tahun 1975 pengumuman tentang adanya kehendak

melangsungkann perkawinan.

Adapun menenai caranya, surat pengumuman tersebut ditempelkan menurut

formulir yang ditetapkan pada kantor catatan perkawinan pada suatu tempat yang

sudah ditentukan dan mudah dibaca oleh umum.20

1. Kehendak Nikah diberitahukan oleh Wali atau Calon Pengantin kepada

Kantor Urusan Agama dengan membawa persyaratan yang telah ditentukan.

2. Mengisi Formulir Pendaftaran Nikah pada Lembar Model NB yang

disediakan Kantor Urusan Agama.

3. Penulisan NB menggunakan tinta hitam, huruf balok.

4. Pendaftaran harus sudah diterima Kantor Urusan Agama sekurang-kurangnya

10 hari kerja sebelum akad nikah dilangsungkan.

5. Membayar Biaya Pencatatan Nikah.

d) Pemeriksaan Dan Pembinaan Calon Pengantin

1. Setelah Pendaftaran diterima oleh Kantor Urusan Agama, kedua calon

pengantin dan Wali Nikah, mengikuti Pembinaan dan Kursus Calon

Pengantin.

2. Penghulu atau Kepala Kantor Urusan Agama melakukan pemeriksaan tentang

ada tidaknya halangan untuk menikah, dan memberikan bimbingan keluarga

sakinah dan tatacara ijab qobul.

3. Penghulu atau Kepala Kantor Urusan Agama dilarang melangsungkan, atau

membantu melangsungkan, atau mencatat atau menyaksikan pernikahan yang

tidak memenuhi persyaratan.

e) Penolakan Kehendak Nikah

1. Kepala Kantor Urusan Agama diharuskan menolak kehendak nikah yang tidak

memenuhi persyaratan.

2. Terhadap penolakan tersebut, yang bersangkutan dapat mengajukan keberatan

kepada Pengadilan Agama.

20

Amiur Nurddin Dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia : Studi

Kritis Perkembangan Hukum Islam Dari Fikih, UU No. 1/1974 Samapi KHI”, (Jakarta : Kencana

Prenada Media Group 2004), h 128

Page 44: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

32

Disini keberanian para Hakim Peradilan Agama sangat diharapkan untuk

membatalkan perkawinan atau penolakan kehendak nikah yang tidak dicatat itu

apabila diajukan oleh pihak-pihak yang merasa dirugikan kepadanya.21

f) Pelaksanaan Akad Nikah

1. Akad Nikah dilangsungkan dihadapan Penghulu tau Petugas Kantor Urusan

Agama.

2. Jika dilakukan oleh Wali Nikah sendiri.

3. Wali Nikah dapat mewakilkan ijab kepada orang lain yang memenuhi

persyaratan, atau kepada Penghulu.

4. Akad Nikah dilangsungkan di Kantor Urusan Agama (Balai Nikah).

5. Atas permintaan yang bersangkutan dan mendapat Persetujuan dari Kepala

Kantor Urusan Agama, Akad Nikah dapat dilangsungkan di Luar balai Nikah.

6. Biaya pemanggilan, transportasi, dan akomodasi Penghulu atau Petugas

Kantor Urusan Agama untuk menghindari akad nikah di luar balai nikah

dibebankan kepada yang mengundang.

g) Pencatatan Nikah

1. Pencatatan Nikah dilakukan oleh Penghulu atau Kepala Kantor Urusan agama

setelah nikah dilangsungksn dengan benar, pada Akta Nikah (Register Model

N).

2. Kepada kedua pengantin diberikan Kutipan Akta Nikah berupa Buku Nikah,

(Model NA).

Akta Nikah selain merupakan bukti otentik suatu perkawinan, ia memiliki

manfaat sebagai “jaminan hukum” apabila salah seoarang suami atau isteri

melakukan suatu tindakan yang menyimpang.22

D. Faktor-Faktor Terjadinya Perkawinan di Bawah Tangan

Setiap warga negara hendaknya melaksanakan setiap peraturan yang telah

ditetapkan oleh pemerintah, sebab semua peraturan pada hakekatnya adalah bertujuan

untuk kepentingan masyarakat demikian juga dalam hal perkawinan.

21

Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta : Kencana

Prenada Media Group 2006), h 53 22

Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada 2002), h 116

Page 45: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

33

Undang-undang No 1 tahun 1974 tantang Perkawinan tidak mensahkan

perkawinan di bawah tangan, karena sebagai warga negara Indonesia, umat Islam

juga dituntut untuk menjadi warga negara yang baik , dengan menuruti perundang-

undangan yang berlaku.23

Masih terdapat di anggota masyarakat yang perkawinannya dilaksanakan

tanpa sepengetahuan Pegawai Pencatat Nikah adakalanya mencukupkan hadirnya

seorang kiyai atau pemuka agama, merasa tanpa kehadiran aparat yang berwenang

dianggap sudah sah, menurut hukum agama Islam pencatatan itu dianggap sah yang

sifatnya administratif saja. Tidak tercatatnya perkawinan tersebut, mungkin karena

mereka tidak mencatatkan perkawinan itu kepada petugas yang berwenang, sekalipun

dilakukan sesuai dengan ketentuan agamanya, atau karena perkawinan itu dianggap

tidak/belum memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditentukan dalam Undang-

undang No 1 tahun 1974. Diantaranya terdapat berbagai alasan yang mendasari

perkawinan di bawah tangan adalah :

1. Tidak terpenuhinya syarat-syarat untuk berpoligami terutama tidak adanya

persetujuan dari isteri sebelumnya, maka orang terebut melaksanakan

perkawinan di bawah tangan, cukup dihadapan pemuka agama.

2. Dengan adanya PP No. 10 Tahun 1983 jo PP No. 45 Tahun 1990, dalam pasal

4 ayat (1) diantaranya menyebutkan, bahwa pria yang berstatus Pegawai

23

A. Zuhdi Muhdlor, Memahami Hukum Perkawinan, (Bandung : AL-BAYAN 1994),

Cetakat ke-I, h 22

Page 46: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

34

Negeri Sipil tidak boleh beristeri lebih dari seorang. Mereka beranggapan

bahwa dengan sulitnya persyaratan untuk poligami, maka terdapat (walaupun

sedikit) pegawai negeri yang melaksanakan perkawinan dengan tidak melalui

prosedur yang sebenarnya.

3. Dikarenakan banyak masyarakat yang masih awam, adanya perasaan takut

untuk berhadapan dengan pejabat Kantor Urusan Agama dan menganggap

mereka lebih baik perkawinannya dilaksanakan di depan pemuka agama.

4. Mahalnya biaya pencatatan perkawinan, karena oknum-oknum tertentu.

5. Agama sering dijadikan dalil untuk melegitimasi keinginan-keinginan tertentu

yang subjektif. Padahal aturan agama juga sama jelasnya, bahwa Undang-

Undang No. 1 Tahun 1974 berlaku untuk semua masyarakat.24

Sebab-sebab itulah yang menjadi dasar perkawinan di bawah tangan di

samping faktor sosial, budaya, ekonomi, agama dan juga tingkat pendidikan yang

masih rendah.

E. Dampak Perkawinan di Bawah Tangan Meurut Undang-Undang Di

Indonesia

Akibat hukum dari perkawinan di bawah tangan, meski secara agama

dianggap sah, namun perkawinan yang dilakukan diluar pengetahuan dan

pengawasan pegawai pencatat nikah tidak memiliki kekuatan hukum yang tetap dan

24

Suparman Usman., Perkawinan Antar Agama Dan Problematika Hukum Perkawinan Di

Indonesia, (Serang : Saudara Serang 1995), h 142

Page 47: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

35

dianggap tidak sah di mata hukum negara. Akibat hukum perkawinan tersebut adalah

berdampak negatif sangat merugikan bagi isteri dan perempuan umumnya, baik

secara hukum maupun sosial, serta bagi anak yang dilahirkan.

Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) di Indonesia disebutkan, tujuan

pencatatan perkawinan yang dilakukan di hadapan dan di bawah pengawasan

pegawai pencatat nikah adalah untuk terjaminnya ketertiban perkawinan. Namun

ditegaskan, perkawinan yang dilakukan di luar pegawai pencatat nikah tidak

mempunyai kekuatan hukum.25

Secara hukum, perempuan tidak dianggap sebagai isteri sah. Ia tidak berhak

atas nafkah dan warisan dari suami jika dicerai hidup atau ditinggal mati. Selain itu

sang isteri tidak berhak atas harta gono-gini atau harta bersama jika terjadi

perpisahan, karena secara hukum perkawinan tersebut dianggap tidak pernah terjadi.

Secara sosial sang isteri akan sulit bersosialisasi, karena perempuan yang

melakukan perkawinan di bawah tangan, sering dianggap telah tinggal serumah

dengan laki-laki tanpa ikatan perkawinan atau dianggap menjadi isteri sampingan

atau simpanan. Tidak sahnya perkawinan di bawah tangan menurut hukum negara,

memiliki dampak negatif bagi status anak yang dilahirkan di mata hukum. Status

anak yang dilahirkan sebagai anak tidak sah. Konsekuensinya, anak yang dilahirkan

hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibu dan keluarga ibu.

25

Khoiruddin Nasution, Status Wanita Di Asia Tenggara : Studi Terhadap Perundang-

undangan Perkawinan Muslim Kontemporer Di Indonesia Dan Malaysia, (Jakarta : INIS 2002), h 149

Page 48: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

36

Keterangan berupa status sebagai anak luar nikah dan tidak tercantumnya

nama si ayah, akan berdampak sangat mendalam secara social dan psikologis bagi si

anak dan ibunya. Bisa saja, suatu waktu ayahnya menyangkal bahwa anak tersebut

bukan anak kandungnya, atau bila suami/ayahnya meninggal dunia dalam hal

pembagian harta warisnya oleh pengadilan agama, karena tidak ada bukti bahwa ia itu

isteri dari suami yang meninggal dunia atau ia anak dari ayah yang meninggal

dunia.26

Anak tidak berhak atas biaya kehidupan dan pendidikan, nafkah dan warisan

dari ayahnya. Perkawinan di bawah tangan berdampak menyakitkan dan merugikan,

kecuali jika kemudian perempuan tersebut dapat mengusahakan perkawinan yang

sah. Anak hasil perkawinan di bawah tangan dianggap anak tidak sah, apabila terjadi

perkawinan sah, maka anak dapat diakui. Sedangkan anak yang lahir di dalam

perkawinan di bawah tangan dikatakan anak yang disahkan karena hanya ada

pengakuan dari ayah anak tersebut dan harus disertai putusan pengadilan.

Ada beberapa dampak perkawian di bawah tagan menurut undang-undang yaitu :

1) Perkawinan dianggap tidak sah meski perkawinan dilakukan menurut agama

dan kepercayaan, namun di mata negara perkawinan tersebut dianggap tidak

sah jika belum dicatat oleh Kantor Uusan Agama atau Kantor Catatan Sipil.

26

Mardani, Hukum Perkawinan Islam Di Dunia Islam Moderen, (Yogyakarta : Graha Ilmu

2011), h 17

Page 49: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

37

2) Anak hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibu dan keluarga ibu. Anak

yang dilahirkn di luar perkawinan atau perkawinan tidak tercatat, selain

dianggap anak tidak sah, juga hanya mempunyai hubungan perdata dengan

ibu atau keluarga ibu.

3) Anak dan ibu nya tidak berhak atas nafkah dan warisan, dan baik isteri

maupun anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut, tidak berhak

menuntut nafkah ataupun warisan dari ayahnya. Harta yang didapat dalam

perkawinan dibawah tangan hanya dimiliki oleh masing-masing yang

menghasilkannya, karena tidak adanya harta gono-gini atau harta bersama.27

27

Asrorun Ni‟am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan Dan Keluarga, (Jakarta :

GRAHA PARAMUDA 2008), h 151

Page 50: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

38

BAB III

PROFIL DESA WIBAWA MULYA

A. Sejarah Singkat Desa Wibawa Mulya

Pada jaman dahulu, yaitu sebelum tahun 1978 Desa Wibawa Mulya

Kecamatan Cibarusah Kabupaten Bekasi, masih satu desa dengan desa

Sindangmulya, dan dipimipin oleh seorang Lurah bernama H. Maskudi (alm).

Selanjutnya pada tahun 1978 Desa Sindangmulya di bagi menjadi dua Desa yaitu

Desa Sindangmulya dan Desa Wibawa Mulya yang dipimpin oleh :

1. Lurah Endin memimpin wilayah Desa Sindangmulya

2. Lurah Udin Saepudin memimpin Wilayah Desa Wibawa Mulya.

Pada periode 1983 S/d 1991 di bawah kendali Kepemimipinan Bpk. Lurah

Udin Saepudin Memimpin Desa Wibawa Mulya selama + 6 tahun, dan mulai menata

desa Wibawa Mulya dengan membuat sarana-sarana sosial atau umum secara gotong

royong dengan masyarakat. Bukti dari semua itu maka desa Wibawa Mulya dijadikan

sebagai Desa Percontohan, trand setter dan Icon se Kabupaten Bekasi, dalam bidang

Pertanian. Sebelum masa jabatannya habis beliau meninggal dunia bersama istri

tercintanya di Mekkah ( Tragedi Mina ) dalam rangka menunaikan ibadah Haji.1

1 Wawancara pribadi dengan Bapak Soleh Hidayat bagian Kaur Pemerintahan Desa Wibawa

Mulya di balai desa (Minggu, 30 Maret 2014 pukul 09:30).

Page 51: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

39

Lalu pada tahun berikutnya dipimpin oleh Bpk. M. Kosim (alm) 1991 S/d

1999, pada masa kepemimpinan beliau, beliau meneruskan berbagai program

pembangunan yang telah dirintis sebelumnya dengan cara gotong-royong/kerja bakti.

beliau juga mengembangkan sektor pertanian dan peternakan. Seiring perkembangan

jaman pada masa kepemimpinan beliau, banyak lahan persawahan yang gagal panen,

ternak banyak yang mati hingga akhirnya desa Wibawa Mulya masuk dalam kategori

Desa IDT, hingga akhirnya pun beliau berhenti karena masa jabatannya habis, dan

seterusnya silih berganti kepemimpinan hingga sekarang.2

B. Letak Geografis dan Demografi Desa Wibawa Mulya

Desa Wibawa Mulya Kecamatan Cibarusah Kabupaten Bekasi adalah suatu

wilayah desa yang berbatasan dengan desa Sindangmulya. Berdasarkan data

monografi desa, desa Wibawa Mulya memiliki luas wilayah 515 Ha.3 Luas wilayah

desa Wibawa Mulya, menurut jenis tanah sebagian besar adalah tanah darat

diantaranya yaitu :

Tabel Jenis Tanah

No Jenis Tanah Ha

1. Sawah Tadah Hujan 161 Ha

2 Wawancara pribadi dengan Bapak Soleh Hidayat bagian Kaur Pemerintahan Desa Wibawa

Mulya di balai desa (Minggu, 30 Maret 2014 pukul 09:30).

3 Data monografi desa wibawa mulya kec. Cibarusah Bekasi tahun 2013.

Page 52: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

40

2. Ladang 5 Ha

3. Pemukiman 315 Ha

4. Tanah Kas Desa 13 Ha

5. Lapangan 3 Ha

6. Perkantoran Pemerintahan 1 Ha

7. Makam 2 Ha

8. Situ Cipalahlar 15 Ha

Batas Wilayah Desa

No Letak Batas Desa/Kelurahan Kecamatan

1. Sebelah Utara Desa Sukaragam Kecamatan Serang Baru

2. Sebelah Selatan Desa Sirnajati Kecamatan Cibarusah

3. Sebelah Barat Desa Sindang Mulya Kecamatan Cibarusah

4. Sebelah Timur Desa Sirnajaya Kecamatan Serang Baru

Sedangkan orbitrasi (jarak dari pusat pemerintah desa) terhadap pusat-pusat fasilitas

kota :

No Orbitrasi KM

1. Jarak Ibukota Kecamatan 9 Km

Page 53: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

41

2. Jarak Ibukota Kabupaten 56 Km

3. Jarak Ibukota Provinsi 247 Km

Jumlah Penduduk Secara Umum/KK

No. Kependudukan Jumlah Ket

1. Jumlah Penduduk 6.729 Orang

2. Jumlah Kepala Keluarga 1.797 Orang

Jumlah Penduduk menurut kewarganegaraan

No. Kewarganegaraan Jumlah Keterangan

1. WNI Laki-laki 3.457 Orang

2. WNI Perempuan 3.272 Orang

Jumlah Penduduk Menurut Usia

No Usia Jumlah Ket

1. 0-4 Tahun 517 Orang

2. 5-19 Tahun 1251 Orang

Page 54: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

42

3. 20-59 Tahun 4.674 Orang

4. 60 Tahun Keatas 287 Orang

Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan

No Pendidikan Jumlah Ket

1. TK ( Paud ) 123 Orang

2. SD/ Sederajat 900 Orang

3. SMP/ Sederajat 402 Orang

4. SMA/ Sederajat 116 Orang

5. Perguruan Tinggi 18 Orang

6. Buta Huruf - Orang

C. Kondisi Sosial Desa Wibawa Mulya

Kondisi sosial masyarakat Desa Wibawa Mulya masih memegang teguh pada

adat istiadat daerah dengan cirri-ciri budaya sunda yang terlihat masih kental dengan

kegotong-royongan, sabanda sariksa, kesopanan dan budaya-budaya luhur sunda

lainnya. Kondisi sosial inilah yang selalu dijadikan dasar dan modal dalam

Page 55: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

43

melakukan setiap proses pembangunan yang senantiasa dijaga, dipelihara dan

dikembangkan.

1. Keadaan Ekonomi

Kondisi ekonomi masyarakat Desa Wibawa Mulya terbagi beberapa bidang,

namun masih rendah, sehingga secara umum masih tergolong masyarakat yang masih

belum sejahtera.

Selain itu pada bidang lain seperti usaha mikro masyarakat masih

memanfaatkan bantuan pinjaman dari bantuan permodalan pemerintah ataupun

bantuan pinjaman permodalan dari pihak-pihak lain.

2. Pola penggunaan tanah

Pola penggunaan tanah yang ada masih sebatas pertanian itupun pada musim

hujan saja, sedangkan pada musim kemarau ada sebagian petani yang mengolah

tanahnya untuk menanam sayur-sayuran dan yang lainya itupun yang dekat dengan

sumber air.

3. Pemilik Ternak

Untuk peternakan di Desa Wibawa Mulya masih jauh atau belum adanya

program bantuan ternak yang sifatnya pemberdayaan masyarakat, walaupun adanya

masyarakat yang memiliki ternak masih bersifat konvensional.

Page 56: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

44

4. Sarana Pendidikan

Dari hasil wawancara pribadi dengan sekertaris desa Wibawa Mulya dengan

bapak Jhoni Hermansyah mengenai pendidikan, beliau mengemukakan bahwa

pendidikan didesa ini lumayan sudah bagus, banyak sekali sudah ada sekolah-

sekolah SMP maupun SMK ataupun Madrasah Aliah dan Tsanawiyah.

Akan tetapi ada saja masyarakat yang tidak sekolah, karena salah satu faktor

utama lemahnya pendidikan adalah dikarenakan masyarakat belum sadar dan

mengerti akan pentingnya pendidikan. Mungkin kalau di desa ini alhamdulilah rata-

rata SD, SMP dan SMA pada sekolah kebanyakan, walaupun hanya sebagian kecil

yang tidak sekolah, ujar kata bapak Jony Hermansyah.4

Tabel sarana pendididan desa wibawa mulya

No Sarana Pendidikan Banyak

1. TK / PAUD 5 Unit

2. SD / sederajat 2 Unit

3. SLTP / sederajat 2 Unit

4. SLTA / sederajat 2 Unit

5. Yayasan Pendidikan Islam 3 Unit

6. Pondok Pesantren 1 Unit

4 Wawancara pribadi dengan Bapak Jhoni Hermansyah Sekertaris Desa Wibawa Mulya di

balai desa (Minggu, 30 Maret 2014 pukul 11:30).

Page 57: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

45

5. Sarana Ibadah

Mayoritas di desa ini hampir semuanya pemeluk agama islam, hanya 1%

pemeluk agama Kristen, sehingga hampir seluruhnya kegiatan-kegiatan yang

dilakukan masyarakat tersebut lebih mengarah kepada unsur keagamaan, setiap tahun

itu masyarakat di sanah mengadakan kegiatan agama seperti Maulud dan Rajaban,

setiap acara itu selalu dihadiri oleh banyak masyarakat.

Ada juga pengajian-pengajian ibu-ibu dan bapak-bapak, kalau pengajian

bapak-bapak di masjid An-Nur itu setiap malem senin, tapi kebanyakan pengajian

ibu-ibu, hampir setiap minggu nya ada 6 pengajian di desa Wibawa Mulya.5

Jumlah Penduduk menurut Keagamaan

No Agama Jumlah Ket

1. Islam 6.717 Orang

2 Kristen 12 Orang

Prasarana dan peribadatan di desa ini jumlah masjid 4 (Empat) dan jumlah

langgar atau mushola 14 (Empat Belas) bangunan. Kebanyakan masyarakat di desa

ini memahami islam dengan pemahaman kalsik, seperti orang dulu.

5 Wawancara pribadi dengan Bapak Soleh Hidayat bagian Kaur Pemerintahan Desa Wibawa

Mulya di balai desa (Minggu, 30 Maret 2014 pukul 09:30).

Page 58: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

46

6. Mata Pencaharian

Sebagian besar warga desa Wibawa Mulya adalah petani dan kuli muat batu

bata, pengrajin idustri rumah tangga, dan pengusaha kecil menengah, sedangkan

sisanya yaitu wiraswasta, pedagang, supir angkot, dan lain-lain.

Tabel Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah Ket

1. Petani Pemilik tanah 2315 Orang

2. Buruh Tani 36 Orang

3. Pedagang 413 Orang

4. Pengusaha Batu-bata 280 Orang

5. Pengusaha angkutan 72 Orang

6. Karyawan Swasta 415 Orang

7. Wiraswasta 179 Orang

8. Buruh 625 Orang

9. PNS 60 Orang

10. TNI/POLRI 10 Orang

Page 59: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

47

11. Pensiunan PNS/TNI/POLRI 5 Orang

12. Peternak 11 Orang

Melalui tabel diatas kita bisa mengetahui kegiatan ekonomi masyarakat di

desa Wibawa Mulya ini masih sangat lemah, Desa Wibawa mulya ini adalah desa

yang sebagian masyarakatnya rata-rata yang usia 25 tahun keatas itu bekerja petani

dan kuli muat batu bata, dan umur dibawah 25 tahun itu rata-rata kerja dipabrik-

pabrik industry, seperti pabrik-pabrik yang berada didaerah cikarang.

7. Sarana Kebutuhan Sosial Masyarakat

Sarana Kebutuhan masyarakat yang sedang diupayakan pembangunannya

yaitu pembangunan jalan lingkungan ( Jaling ) baik dengan mengandalkan dana

APBD Kab.Bekasi melalui aspirasi Dewan, Musrenbang dan APB Desa.

Sedangkan ditinjau dari sarana angkutannya, dari Desa Wibawa Mulya sudah

ada angkot K35 dari jam 6 pagi hingga jam 3 sore, tetapi mayoritas daerah di

Kecamatan Cibarusah dapat dijangkau dengan ojeg motor. Kondisi lalu lintas di desa

Wibawa Mulya relatif sepi, hanya ramai pada waktu puncak dan pada daerah tertentu

yang memiliki aktivitas ekonomi tinggi seperti Desa Cibarusah Kota dan Sindang

Mulya.

Page 60: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

48

Masalah-masalah yang selama ini masih dihadapi atau menjadi kendala bagi

masyarakat Desa Wibawa Mulya secara umum adalah diantaranya sebagai berikut :

- Dengan banyaknya jumlah penduduk dan kurangnya sumber daya

pengetahuan ataupun rendahnya tingkat pendidikan hal tersebut menjadikan

banyak masyarakat desa Wibawa Mulya yang tidak memiliki pekerjaan.

- Masih Lemahnya kualitas Sumber Daya manusia yang ada dikarenakan Faktor

pengetahuan/tingkat pendidikan masyarakat secara keseluruhan.

- Tidak adanya Modal untuk melakukan pengembangan atau pengolahan

terhadap potensi-potensi yang ada.

- Masih kurangnya sarana dan prasarana umum seperti sarana pendidikan,

puskesmas, posyandu ( Sarana Kesehatan ), pasar, sarana air dan MCK yang

layak, sebagai Fasilitas masyarakat, dan walaupun ada sarana tersebut masih

belum memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, bahkan jauh dari

tempat tinggal masyarakat sebagian sehingga hal tersebut membuat

masyarakat harus meluangkan waktu yang lama atau mengeluarkan biaya

yang cukup besar untuk mampu mencapai hal tersebut.

- Rusaknya atas sarana prasarana umum (Transportasi, sarana pengairan, sarana

pendidikan, sarana kesehatan dan lain-lain ) yang ada dikarenakan usia dari

sarana prasarana tersebut yang sudah lama sehingga manghambat pada

kemajuan tingkat ekonomi masyarakat. Ditambah dengan lemahnya

pengetahuan terhadap pengembangan kelembagaan masyarakat

Page 61: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

49

Sarana dan prasarana yang masih belum ada yaitu pengadaan Sarana Balai

Latihan Kerja dan MCK, juga untuk membantu para petani dalam pengadaan pupuk,

bibit, dan obat-obatan guna meningkatkan hasil panen yang lebih optimal dan

memuaskan.

Page 62: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

50

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Pandangan Masyarakat Desa Wibawa Mulya tentang Perkawinan di Bawah

Tangan

Apabila memperhatikan ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur tentang

pencatatan perkawinan, sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang No 1

Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 1 ayat (1) yang berbunyi : “Perkawinan

adalah sah, apabila dilakukan menurut masing-masing agamanya dan

kepercayaannya” dan ayat (2), yaitu “Tiap-tiap perkawinan harus dicatat”, dapat di

pahami bahwa perkawinan yang sah adalah menurut agama dan undang-undang harus

dicatatkan.

Ahmad Rofiq berpendapat, artinya perkawinan tetap sah, karena standar sah

dan tidaknya perkawinan ditentukan oleh norma-norma agama dari pihak-pihak yang

melangsungkan perkawinan. Pencatatan perkawinan diatur karena tanpa pencatatan,

suatu perkawinan tidak mempunyai kekuatan hukum. Akibat yang timbul adalah,

apabila salah satu pihak melalaikan kewajibannya, maka pihak lain tidak dapat

melakukan upaya hukum, karena tidak memiliki bukti-bukti yang sah dan otentik dari

perkawinan yang dilangsungkannya.1

1 Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada 2003), h 110

Page 63: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

51

Menurut penulis, Pencatatan perkawinan memegang peran yang sangat

menentukan diakuinya perkawinan tersebut oleh undang-undang. Bila suatu

perkawinan tidak dicatat, maka perkawinan tersebut tidak diakui oleh undang-

undang, begitu pula sebagai akibat yang timbul dari perkawinan tersebut, dampaknya

sangat meruginkan bagi isteri dan anaknya.

Abdulkadir Muhammad memberikan keterangan: “Pada saat ini status hukum

seseorang sangalah penting karena dengan pastinya status hukum seseorang maka ia

akan mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajibannya. Dengan memiliki status

hukum yang jelas, maka seseorang akan tahu apa yang boleh dilakukan. Dengan

memiliki status hukum yang baru, maka seseorang dapat dengan mudah untuk

melakukan kegiatan sehari-hari tanpa harus melakukan suatu pelanggaran.

Seseorang yang telah menikah dan mencatatkan perkawinannya pada pegawai

pencatat nikah, maka ia mempunya status hukum yang baru. Dengan status hukum

yang baru tersebut maka hak dan kewajibannya pun akan berubah pula atau tidak

sama sekali seperti waktu ia belum menikah”.2

Praktek perkawinan di bawah tangan hingga kini masih banyak terjadi,

padahal perkawinan di bawah tangan berdampak sangat merugikan bagi perempuan

serta tidak melindungi hak-hak kaum perempuan, dan juga hak anak.

2 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata di Indonesia, (Bandung : PT. Citra Adtya Bakti,

2003), hal. 48

Page 64: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

52

Sistem hukum Indonesia tidak mengenal istilah “perkawinan di bawah

tangan” dan semacamnya dan tidak mengatur secara khusus dalam sebuah peraturan.

Namun secara sosiologis, istilah ini diberikan bagi perkawinan yang tidak dicatatkan

dan dianggap dilakukan tanpa memenuhi ketentuan undang-undang yang berlaku,

khususnya tentang pencatatan perkawinan yang diatur dalam Undang-undang No.1

tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 2 ayat (2).3

Pada kenyataannya banyak masyarakat yang belum mengetahui tetang

Undang-undang No. 1 tahun 1974 ini, khususnya tentang pencatatan perkawinan.

Maka undang-undang ini harus disosialisasikan kepada masyarakat, hal itu

sependapat dengan Zainuddin Ali, penacatatan perkawinan yang tercantum dalam

pasal 2 ayat (2) Undang-undang No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan, sangat tepat

diterapkan di tengah-tengah masyarakat.

Hal ini karena dengan semakin berkembangnya kehidupan masyarakat, maka

segala sesuatu yang dilakukan harus lah memerlukan suatu kepastian hukum.4

Dengan mencatatkan perkawinannya berarti ia mempunyai akta perkawinan yang

dapat dijadikan bukti apabila dikemudian hari ia menghadapi masalah yang

3 Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan Dan Keluarga, (Jakarta :

GRAHA PARAMUDA 2008), h 150

4 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika 2006), h 26

Page 65: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

53

berhubungan dengan perkawinan. Akta perkawinan merupakan bukti yang autentik

untuk membuktikan bahwa seseorang itu telah menikah.5

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu masyarakat yang ada

di desa Wibawa Mulya, penulis melakukan wawancara dengan ibu Sofiah, menurut

ibu Sofiah perkawinan di bawah tangan itu sama aja seperti halnya perkawinan

lainnya. Ia menuturkan bahwa perkawinan di bawah tangan itu yang membedakan

adalah tidak mendapatkan buku nikah, dan perkawinannya juga sah, karena menurut

agama juga sudah sah. Ketika ada saudara ibu Sofiah menikah, saudaranya tidak

mendapatkan buku nikah, dan ditawarkan oleh bapak amil jika dia ingin mempunyai

buku nikah prosesnya lama dan harus membayar lima ratus ribu rupiah, ia merasakan

terlalu mahal, maka ia tidak mau, lebih baik uangnya digunakan untuk yang lain, dari

pada harus membeli buku nikah, dan ia juga tidak tahu akan pentingnya pencatatan

perkawinan, ujar ibu Sofiah. Karena saudara ibu Sofiah tidak mau, sodaranya

menikah sesuai yang di syariatkan oleh agama Islam saja, dan hanya dihadiri oleh

tokoh masyarakat dan sodara-sodara terdekat saja. 6

Selanjutnya penulis mewawancarai Ibu Ela, ia mengatakan kalau perkawinan

di bawah tangan itu sah-sah saja, dan warga yang melakukan perkawinan di bawah

tangan tidak akan dianggap aneh atau berbeda, dan ketika ada seorang warga yang

5 Ahmad Rofiq, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada 2003),

h 116

6 Wawancara Pribadi dengan Ibu Sofiah, (Selasa, 25 Maret 2014 pukul 16:30), Di depan

rumah ibu Sofiah.

Page 66: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

54

menikah di bawah tangan atau tidak mendatangkan Pegawai Pencatat Nikah,

mungkin dia itu tidak punya biaya, cukuplah dengan syariat islam perkawinannya

sudah sah, kata ibu Ela.7

Melihat realita dari ibu Sofiah dan ibu Ela ini sangat jelas tidak tahunya

tentang pentingnya pencatatan perkawinan, masalah pencatatan ini jelas tidak dapat

dilepaskan dari kesadaran hukum masyarakat. Ketentuan mengenai pencatatan

perkawinan tidak akan efektif akibat kurangnya kesadaran dari hukum masyarakat

sendiri.

Menurut Bapak Ahyad selaku RT 05 desa Wibawa Mulya, faktor-faktor yang

menyebabkan ketidaktahuan masyarakat akan pentingnya pencatatan itu karena

rendahnya pendidikan, jadi mereka beranggapan bahwa pencatatan perkawinan itu

tidak terlalu penting dan hanya memakan waktu dan dirasakan sangat mahal diatas

ketentuan Peraturan Pemerintah No . 51 tahun 2001 mengenai Biaya Pencatatan

Perkawinan sebesar Rp; 30.000 ribu rupiah, dan juga masih kentalnya budaya agama

dan adat sunda yang ada di desa Wibawa Mulya ini, kalau perkawinan sudah

terpenuhi syarat dan rukunnya maka perkawinannya pun sudah dianggap sah.8

Melihat pandangan masyarakat tentang perkawinan di bawah tangan,

kebanyakan dari mereka tidak mengetahui akan pentingnya pencatatan perkawinan,

7 Wawancara Pribadi dengan Ibu Ela, (Selasa, 25 Maret 2014 pukul 17:00). Di depan rumah

ibu Ela

8 Wawancara pribadi dengan bapak Ahyad RT 05, (Minggu, 30 Maret 2014 pukul 09:00). Di

rumah bapak RT Ahyad

Page 67: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

55

mereka beranggapan perkawinan di bawah tangan itu sah, tetapi karena tidak

mengetahui sahnya menurut perundang-undangan, ketika ada seorang masyarakat

baik itu tetangganya atau bukan, masyarakat memandang bahwa perkawinan itu

sebagaimana mestinya dan tidak ada yang aneh atau berbeda baik orang yang

melakukan perkawinan di bawah tangan maupun perkawinan yang sah sebagaimana

yang di atur oleh peraturan perundang-undangan. Sebagian besar pola pemikiran

masyarakat desa Wibawa Mulya tentang perkawinan di bawah tangan sama, yaitu

tidak membeda-bedakan perkawinan di bawah tangan dan perkawinan yang sah atau

perkawinan yang dicatatkan.

B. Wawancara Masyarakat Pelaku Perkawinan di Bawah Tangan dan Tokoh

Masyarakat Desa Wibawa Mulya

Perkawinan di bawah tangan terbukti telah merusak sendi-sendi

bermasyarakat karena pada perkawinan di bawah tangan itu biasanya ada sesuatu

yang tidak beres, seperti main-main, dan mudah digunakan sebagai alasan dari

sesuatu yang tidak benar. seperti yang diatur dalam Undang-Undang No 1 Tahun

1974 Tentang Perkawinan Pasal 1 ayat (2), yaitu “Tiap-tiap perkawinan harus

dicatat”. Jadi, perkawinan yang dilakukan di luar pengetahuan dan pengawasan

pegawai pencatat nikah, tidak memiliki kekuatan hukum dan dianggap tidak sah di

mata masyarakat yang mengerti hukum .

Page 68: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

56

Praktek perkawinan di bawah tangan hingga kini masih saja banyak terjadi,

padahal perkawinan di bawah tangan berdampak sangat merugikan bagi perempuan

serta tidak melindungi hak-hak kaum perempuan dan juga hak anak. Secara social,

pasangan suami isteri pelaku perkawinan di bawah tangan ternyata pada kasus di

masyarakat cenderung sulit bersosialisasi karena biasanya dianggap sebagai isteri

simpanan atau isteri tidak sah.9 demikian lah menurut Asrorun Ni’am Sholeh pada

umumnya ada kesulitan.

Akan tetapi perkawinan di bawah tangan yang seperti itu tidak berlaku untuk

warga desa Wibawa Mulya, bagi masyarakat yang melakukan perkawinan di bawah

tangan tidak cenderung sulit bersosialisasi dengan tetangga atau masyarakat lainnya,

karna tidak ada orang yang beranggapan yang melakukan perkawinan di bawah

tangan itu sebagai isteri simpanan, tempat persinggahan dan lain-lain. Permasalahan

kenapa mereka melakukan perkawinan di bawah tangan kebanyakan dari mereka

adalah masalah biaya pencatatan perkawinan yang tidak sedikit atau mahal, seperti

disebutkan di depan.

Berdasarkan hasil wawancara penulis lakukan dengan ibu Iis Suryani sebagai

pelaku perkawinan di bawah tangan, ia menjelaskan ketika perkawinannya sudah

memenuhi syarat dan rukunnnya menurut agama Islam, dikarenakan tidak adanya

biaya dan suaminya hanya pekerja kuli batu-bata yang penghasilannya sedikit, maka

9 Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan Dan Keluarga, (Jakarta :

GRAHA PARAMUDA 2008), h 151

Page 69: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

57

tidak dicatatkan perkawinan itu. Perkawinan ibu Iis dilakukan dirumahnya sendiri dan

dinikahkan oleh K.H. Ma’mur Ghazali (alm) hanya mengundang saudara dan tokoh

masyarakat saja. Pandangan mayarakat dapat menerima perkwinan di bawah

tangan.10

Tidak jauh berbeda dengan ibu Holidah, sebagai pelaku perkawinan di bawah

tangan juga, ia menjelaskan ketika perkawinannya dilakukan di rumahnya sendiri,

tidak mencatatkan perkawinannya karena dia tidak tahu sama sekali masalah

perkawinanya, yang mengurus itu semua adalah orang tuanya. Dan dia tidak tahu

akan pentingnya pencatatan perkawinan, bagi dia perkawinan yang dicatatkan atau

tidak dicatatkan sama saja yang terpenting adalah sah menurut agama Islam.11

Peran tokoh masyarakat sangat berperngaruh dalam menekan tingginya

perkawinan di bawah tangan di desa Wibawa Mulya, menurut K.H. M. Emuh (selaku

kiyai dan tokoh masyarakat), tentang perkawinan di bawah tangan yang terjadi di

desa Wibawa Mulya ini karena banyaknya faktor-faktor tertentu, beliau sering

menikahkan orang yang tidak tercatat atau tidak mendatangkan pegawai pencatat

nikah. Terkadang ada orang yang ingin dinikahkan namun tidak mempunyai biaya,

ada yang umurnya belum memenuhi persyaratan Undang-undang, dia sudah ingin

menikah, padahal Undang-undang telah mengatur tentang batasan usia perkawinan,

10

Wawancara Pribadi dengan Ibu Iis Suryani, (Selasa, 25 Maret 2014 pukul 13:20). Di depan

rumah ibu Iis

11

Wawancara Pribadi dengan Ibu Holidah, (Rabu, 26 Maret 2014 pukul 13:00). Di depan

rumah ibu Holidah

Page 70: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

58

seperti yang telah diatur dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan Pasal 7 ayat (1) yaitu menyatakan “Perkawinan hanya diizinkan pihak

pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16

tahun”.

Kalau ia berpendapat, dari pada mereka harus berbuat zinah, dengan terpaksa

dinikahkan dan mendapat restu dari orang tuanya, walaupun tidak mengadakan

walimah ketika menikah dan asalkan sudah terpenuhi rukun dan syaratnya menurut

agama Islam. Dan ada juga dari pihak orang tua yang meminta kepada beliau ingin

menikahkan anaknya yang sudah hamil duluan, karena faktor pergaulan yang bebas

dan kurangnya pengawasan dari orang tua.12

Menurut bapak H. Hasan dikenal dengan sebutan bapak Amil (orang yang

sering mengurus pendaftaran perkawinan ke Kantor Urusan Agama), perkawinan

sekarang dengan dulu sudah berbeda. Orang-orang yang menikah dulu kebanyakan

dari mereka belum mengetahui sama sekali tentang pentingnya pencatatan

perkawinan, karena rendahnya pendidikan mereka, jadi tidak perduli perkawinannya

itu tercatat atau tidak, yang penting menikah.

Jika sekarang kebanyakan masyarakat yang muda sudah mengetahui akan

pentingnya pencatatan perkawinan, maka mereka mau menikah dengan pencatatan,

12

Wawancara Pribadi dengan bapak K.H M. Emuh, (Minggu, 30 Maret 2014 pukul 11:00).

Di rumah bapak K.H M. Emuh

Page 71: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

59

dan sebagian masyarakat desa Wibawa Mulya ada yang sudah mengetahui akan

pentingnya pencatatan perkawinan, maka melakukan pencatatan.13

Berbeda profesi, berbeda pula pendapat dari para tokoh masyarakat yang ada

di desa Wibawa Mulya ini. Begitu lah perbedaan pendapat yang dikatakan oleh bapak

Jhoni Hermawan selaku sekertaris desa Wibawa Mulya, menurut ia mengapa masih

banyak orang yang melakukan perkawinan di bawah tangan di desa Wibawa Mulya

ini karena masyarakat sama sekali tidak tahu akan pentingnya pencatatan perkawinan,

mereka menganggap perkawinan yang mereka lakukan itu sudah sah, apalagi jika

agama sudah mengatakan sah. Dan mereka juga beranggapan tidak penting

dicatatakan. Mengapa mereka beranggapan demikian, karena kurangnya pengetahuan

pendidikan, mayoritas di desa ini bapak-bapak dan ibu-ibu tingkatan sekolahnya

hanya sampai tingkat SD (sekolah dasar), begitulah yang dikatakan bapak Jhoni

Hermawan selaku sekertaris desa Wibawa Mulya.14

C. Analisis Penulis

Pencatatan perkawinan memegang peran yang sangat menentukan dalam

suatu perkawinan karena penctatan perkawinan merupakan suatu syarat diakui dan

tidaknya perkawinan oleh peraturan perundang-undangan. Bila suatu perkawinan

tidak dicatat, maka perkawinan tersebut tidak diakui oleh peraturan perundang-

13

Wawancara Pribadi dengan bapak M. Hasan, (Minggu, 30 Maret 2014 pukul 17:00). Di

rumah bapak M. Hasan

14

Wawancara Pribadi dengan bapak Jhoni Hermawan sekertaris desa Wibawa Mulya, (Rabu,

2 April 2014 pukul 09:30). Di balai desa Wibawa Mulya.

Page 72: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

60

undangan, begitu pula sebagai akibat yang timbul dari perkawinan tersebut. Dengan

demikian, dengan dicatatkannya perkawinan akan memberikan perlindungan hukum

kepada kedua belah pihak dan akan memudahkan pembuktian akan adanya

perkawinan.

Mengenai praktek pelaksanaan perkawinan yang terjadi di desa Wibawa

Mulya, ada sebagian masyarataknya tidak melakukan pencatatan perkawinan

sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang No 1 tahun 1974 tentang

Perkawinan pasal 2 ayat (2) tentang Pencatatan Perkawinan, yang berbunyi : “Tiap-

tiap Perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”,

kebanyakan masyaakat di desa Wibawa Mulya tidak melakukan pencatatan

perkawinan dikarenakan pencatatan bagi mereka tidak penting. Bagi mereka dengan

memenuhi syarat dan rukun perkawinan menurut agama Islam sudah dianggap sah.

Meskipun demikian, di desa Wibawa Mulya tidak terlalu menaruh perhatian

atas adanya pencatatan perkawinan. padahal dengan adanya pencatatan perkawinan

dianggap sah secara hukum menurut perundang-undangan. Dengan adanya

pencatatan dimaksud bagi yang melakukan perkawinan, apabila terjadi suatu sengketa

perkawinan yang tidak bisa diselesaikan secara damai, maka perkawinan bisa putus

dengan jalan perceraian di Pengadilan Agama dengan menunjukan adanya akta nikah

yang telah di catat oleh pegawai pencatat nikah.

Page 73: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

61

Namun, hal ini tentu sangatlah jauh jika melihat sudut pandang sebagian besar

di desa Wibawa Mulya terhadap hal tersebut. Bagi sebagian mereka yang ada di desa

Wibawa Mulya, apabila terjadi adanya konflik dalam rumah tangga, cukup dilakukan

secara kekeluargaan tanpa harus di bawa ke Pengadilan Agama.

Dari hasil wawancara dengan bapak M. Hasan (Amil desa wibawa Mulya)

dan bapak Agus Salim (Kepala KUA Kecamatan Cibarusah), penulis

membandingkan angka perkawinan yang terjadi di desa Wibawa Mulya dan di Kantor

Urusan Agama Kecamatan Cibarusah, berikut tabelnya :

Tabel Perbandingan Data Perkawinan Tahun 2013

No Bulan Perkawinan yang

Tercatat di KUA

Perkawinan yang

Tercatat di Desa

01 Januari 9 12

02 Febuari 5 5

03 Maret 9 11

04 April 13 15

05 Mei 9 9

06 Juni 11 12

07 Juli 10 15

08 Agustus 7 10

09 September 7 9

Page 74: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

62

10 Oktober 8 8

11 November 18 20

12 Desember 8 11

Jumlah 114 Perkawinan 137 Perkawinan

Dari tabel diatas, bisa dilihat bahwa angka perkawinan yang tercatat di desa

dan di KUA lebih banyak yang tercatat di desa, jadi masih banyak masyarakat di desa

Wibawa Mulya yang tidak melakukan pencatatan perkawinan. Dan hasil wawancara

penulis dengan tokoh masyarakat di desa Wibawa Mulya mengatakan bahwa banyak

faktor yang menjadikan masyarakat melakukan perkawinan di bawah tangan,

diantaranya yaitu :

1. Rendahnya Pendidikan Karena Kesulitan Ekonomi

Alasan ini merupakan alasan yang paling mendasar yang biasa saja

dimaklumi. Atas dasar alasan inilah biasanya masyarakat golongan menengah bawah

yang tidak memiliki harta banyak sehingga tidak sanggup untuk mengurus proses

perkawinan secara resmi dan dicatat melalui pejabat yang berwenang. Bagi mereka

yang terpenting adalah perkawinannya secara syariat agama bisa dilangsungkan, tidak

lagi dianggap sebagai kumpul kebo oleh masyarakat. Mereka berpikiran seperti itu

Page 75: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

63

karena kurangnya pengetahuan dan rendahnya pendidikan, ekonimi yang menengaah

kebawah rata-rata pendidikannya paling tinggi hanya sampai SD (Sekolah Dasar)15

.

2. Karena Pergaulan Bebas

Kurangnya pengawasan dari orang tua menjadikan seorang anak bebas

bergaul dengan siapa saja, kapan saja dan dimana saja, hingga terjadi perbuatan zina

dan mengandung seorang anak di luar perkawinan. Dari pada harus menanggung

malu, maka dengan segera orang tua menikahkan anaknya dan tidak mencatatkan

perkawinan anaknya karena takut aib anaknya diketahui oleh masyarakat.

3. Mahalnya Biaya Pencatatan Perkawinan

Mahalnya biaya pencatatan perkawinan yang terjadi di desa Wibawa Mulya

menjadikan masyarakat enggan untuk mencatatkan perkawinannya di Kantor Urusan

Agama. Adanya oknum-oknum tertentu yang menjadikan pencatata perkawinan

sangat mahal diatas ketentuan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2001 tentang Biaya

Pencatatan Perkawinan sebesar Rp; 30.000 ribu rupiah.

Keterangan diatas merupakan faktor yang paling melekat dimana perkawinan

di desa Wibawa Mulya tidak mengharuskan perkawinan dicatat. Padahal undang-

undang perkawinan menentukan selain harus mengikuti hukum agamanya itu, juga

harus memenuhi syarat-syarat perkawinan menurut Undang-undang No. 1 tahun 1974

15

Wawancara Pribadi dengan bapak Soleh Hidayat Kaur Pemerintahan desa Wibawa Mulya,

(Rabu, 2 April 2014 pukul 10:30). Di balai desa Wibawa Mulya.

Page 76: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

64

tentang Perkawinan. Untuk kondisi desa Wibawa Mulya, pencatatan perkawinan

belum dipandang sebagai sesuatu yang sangat urgen, padahal menyangkut banyak

kepentingan.

Adanya faktor-faktor tertentu yang mengaruskan seseorang yang ingin

menikah tidak mencatatkan perkawinannya dan tidak mempunyai kepastian hukum.

Bila tidak tercatat maka tidak dapat diselesaikan urusannya ke Pengadilan Agama.

Karena perkawinan tidak dicatatkan dan tidak mempunyai kekuatan hukum, maka

dampaknya pun dirasakan oleh masyarkat.

Penulis menyimpulkan hasil wawancara pelaku perkawinan di bawah tangan

tentang dampak yang dirasakan oleh masyarakat, diantaranya yaitu ;

1. Tidak mempunyai akta kelahiran bagi anak.

2. Tidak bisa membuat Kartu Keluarga (KK) karena tidak adanya akta nikah.

3. Tidak mendapatkan harta waris bagi isteri dan anak jika suami telah

meninggal atau ditinggal cerai.

Untuk dampak waris hanya sebagian kecil saja masyarakat desa Wibawa

Mulya yang meraskan dampaknya, karena mengenai waris biasanya diselesaikan

secara kekeluargaan, baik dari pihak keluarga suami maupun dari pihak keluarga

isteri, tanpa harus ke Pengadilan Agama.

Sesungguhnya setiap orang pasti ingin mempunyai keluarga yang harmonis

dan kekal dan perkawinannya tercatat, itulah keinginan dari setiap orang yang ingin

Page 77: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

65

melanjutkan hidupnya kejenjang perkawinan. Sesungguhnya dalam perkawinan

mencakup seluruh segi kehidupan manusia baik dari segi ibadah, sosial dan

masyarakat, sehingga ikatan perkawinan menjadi lebih kuat, dan tidak menimbulkan

ketidakjelasan hukum yang mengaturnya.

Page 78: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

66

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai akhir dari pembahasan skripsi ini maka penulis memaparkan

kesimpulan dari permasalahan yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya sebagai

berikut:

1. Perkawinan di bawah tangan yang terjadi di desa Wibawa Mulya adalah

perkawinan yang sah menurut agama Islam, hanya saja perkawinannya yang

dilakukan masyarakat tidak mendatangkan pegawai pencatat nikah dan pasti

perkawinannya itu tidak di catatkan. Jadi, perkawinan di bawah tangan yang

terjadi di desa Wibawa Mulya bukan perkawinan sirri, perkawinannya adalah

sah, ada saksinya ada walinya, ada calon pengantinnya dan ada maharnya,

semuanya memenuhi rukun dan syarat perkawinan menurut agama Islam.

2. Yang melatarbelakangi masyarakat Desa Wibawa Mulya melakukan

perkawinan di bawah tangan adalah karena kurangnya pengetahuan

masyarakat tentang hukum, rendahnya pendidikan mereka, dan juga mahalnya

biaya pencatatan perkawinan. dan dari pemerintahan desa juga belum ada

sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya pencatatan perkawinan.

Page 79: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

67

3. Dampak yang terjadi, ialah anak dan ibunya tidak berhak atas nafkah dan

warisan, dan tidak bisa membuat akta kelahiran untuk anak dan tidak bisa

membuat kartu keluarga (KK).

4. Pandangan masyarakat terhadap perkawinan di bawah tangan yang terjadi di

desa Wibawa Mulya dianggap biasa saja seperti perkawinan pada umumnya,

dan menganggap perkawinan tersebut tidak aneh atau berbeda.

B. Saran-saran

Dalam hal menanggulangi terjadinya perkawinan di bawah tangan maka

penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Karena kurang tahunya masyarakat tentang pentingnya pencatatan

perkawinan maka pemerintah desa, dari pihak Kantor Urusan Agama dan

para tokoh masyarakat perlu mensosialisasikan tentang pentingnya

pencatatan perkawinan melalui seminar-seminar yang diselenggarakan di

balai desa atau di Kantor Urusan Agama dan juga melalui acara-acara

yang diselenggarakan Kementrian Agama dan juga instansi yang berada di

bawahya, sehingga pencatatan perkawinan bisa lebih disosialisasikan lagi,

agar masyarakat tahu tentang pentingnya pencatatan perkawinan.

2. Kurangnya sosialisasi tentang hukum kepada masyarakat, maka

pemerintah desa dan para tokoh masyarakat perlu meningkatkan

sosialsisasinya kepada masyarakat melalui pengajian, khotbah jumat, dan

ceramah-ceramah agama dan lain sebagainya, agar masyarakat tahu betul

Page 80: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

68

bahwa pentingnya pencatatan perkawinan dan berapa biaya perkawinan

menurut undang-undang, agar tidak ada orang yang beranggapan

pencatatan perawinan itu mahal, dan mahalnya itu karena oknum-oknum

tertentu.

3. Bagi masyarakat harusnya peduli dengan status perkawinan, karena hal ini

berdampak bagi keberlangsungan kehidupan juga anak cucunya dengan

merasakan betapa pentingnya pencatatan perkawinan dan memiliki akta

nikah sebagai bukti yang otentik dalam setiap urusan.

4. Alangkah baiknya pola pemikiran masyarakat dirubah mengenai

pemahaman tentang perbedaan antara perkawinan yang dicatatkan di

Kantor Urusan Agama dan mana yang tidak dicatatkan, karena pencatatan

perkawinan sangat penting.

Page 81: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

69

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman., Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia. Jakarta : CV. Akademika

Pressindo 2007.

Abbas, Ahmad Sudirman, Pengantar Pernikahan (Analisis Perbandingan Antar

Mazhab). Jakarta : PT. Prima Heza Lestari.

Al-Hadad, Al-Thahir, Wanita Dalam Syariah Dan Masyarakat. Jakarta :Pustaka

Firdaus 1993.

Ali, Zainuddin, Hukum Perdata Islam Di Indonesia. Jakarta :SinarGrafika 2006.

Al-gozii, Syekh Muhammad bin Khaasim, Fathul Qorib Mujib.

Al-Maliki, Muhammad bin Alwi, Etika Islam Tentang Sistem Keluarga. Surabaya :

Mutiara Ilmu 1995.

Al-Musnad, Syaikh Abdul Aziz bin Abdurrahman, Perkawinan Dan Masalahnya.

Jakarta Pustaka Al-Kautsar 1993.

Asmawi, Mohammad, Nikah (Dalam Perbincangan dan Perbedaan). Yogyakarta :

Darussalam 2004.

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran Dan Terjemahannya. Jakarta :

MAHKOTA 1989.

Hasan, M. Ali, Pedoman Hidup Berumah Tangga Dalam Islam. Jakarta : Prenada

Media 2003.

Humairah, Syekh Imam Al-Qoyubi, Al-Mahalli

Manan, Abdul, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia. Jakarta :

Kencana Prenada Media Group 2006.

Mardani, Hukum Perkawinan Islam Di Dunia Islam Moderen. Yogyakarta : Graha

Ilmu 2011.

Muhdlor, A. Zuhdi, Memahami Hukum Perkawinan. Bandung : AL-BAYAN 1994.

Page 82: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

70

Muhammad, Abdulkadir, Hukum Perdata di Indonesia. Bandung : PT. Citra Adtya

Bakti, 2003.

Nasution, Khoiruddin, Status Wanita Di Asia Tenggara : Studi Terhadap Perundang-

undangan Perkawinan Muslim Kontemporer Di Indonesia Dan Malaysia, .

Jakarta : INIS 2002.

Pedoman Penulisan Skripsi. Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta 2012. Jakarta : Pusat Peningkatan dan Jaminan

Mutu (PPJM) 2012.

Ramulyo, Moh. Idris, Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Acara

Peradilan Agama Dan Zakat Menurut Hukum Islam. Jakarta : Sinar Grafika

2006.

Rofiq, Ahmad, Hukum Islam Di Indonesia. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada 2002.

Saleh, K. Wantjik, Hukum Perkawinan Indonesia. Jakarta :Ghalia Indonesia 1976.

Shihab, M. Quraish, Islam Mazhab Indonesia (Fatwa-Fatwa dan Perubahan Sosial).

Jakarta : TERAJU 2002.

Sholeh, Asrorun Ni’am, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan Dan Keluarga. Jakarta :

GRAHA PARAMUDA 2008.

Sopyan, Yayan, Islam-Negara (Transformasi Hukum Perkawinan Islam Dalam

Hukum Nasional). Jakarta : Penerbit UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Syirazi, Imam Muhammad, Dengan Siapa Kita Menikah?: Panduan Islami dalam

Memilih Jodoh & Membangun Keluarga Sakinah. Jakarta: Pustaka Zahra

2004.

Tarigan, Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal, Hukum Perdata Islam di Indonesia

(Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih UU No 1/1974 sampai

KHI). Jakarta : Kencana 2004.

Thalib, Sayuti, Hukum Kekeluargaan Indonesia. Jakarta : Penerbit Universitas

Indonesia 1974.

Usman, Suparman, Perkawinan Antar Agama Dan Problematika Hukum Perkawinan

Di Indonesia. Serang : Saudara Serang 1995.

Page 83: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

71

Yanggo, Huzaimah Tahido, Fikih Perempuan Kontemporer. Bogor : Ghalia

Indonesia 2010.

Zain, Muhammad dan Muhkhtar Alshodiq, Membangun Keluarga Harmonis

“Counter Legal Draft Kompilasi Hukum Islam yang Kontroversial itu”,

(Jakarta Grahacipta 2005).

Page 84: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

72

Page 85: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

73

Page 86: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

74

Page 87: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

75

Page 88: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

76

Page 89: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

77

Page 90: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

78

Page 91: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

79

Page 92: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

80

PEDOMAN WAWANCARA

Wawancara Kepala Kantor Urusan Agama (KUA)

1. Kapan KUA Kecamatan Cibarusah Berdiri?

2. Selain Mengurusi perkawinan, pelayanan apa saja yang dilakukan KUA

kepada masyarakat?

3. Bagaimana pendapat bapak mengenai perkawinan di bawah tangan,

khususnya yang ada di Kecamatan Cibarusah?

4. Menurut bapak bagaimana perkawinan di bawah tangan itu, sah atau tidak?

5. Bagaimana kedudukan perkawinan tersebut dari sudut pandang hukum Islam

dan hukum positif?

6. Menurut bapak, jika dilihat dari berbagai kasus yang terjadi, apa yang

melatarbelakangi adanya perkawinan di bawah tangan?

7. Berapa biaya pencatatan perkawinan?

8. Apakah dari pihak KUA pernah mengadakan sosialisasi kepada masyarakat

tentang pentingnya pencatatan perkawinan?

9. Apakah ada solusi yang diberikaan KUA bagi anak yang memiliki orang tua

yang menikah di bawah tangan dan tidak mempunyai akta nikah?

10. Apakah KUA memiliki kebijakan sendiri dalam mengatasi problematika

tersebut?

Page 93: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

81

Wawancara Sekertaris Desa Wibawa Mulya

1. Bagaimana pendapat bapak mengenai perkawinan di bawah tangan?

2. Menurut bapak bagaimana perkawinan di bawah tangan itu, sah atau tidak?

3. Bagaimana kedudukan Perkawinan tersebut dari sudut pandang hukum Islam

dan hukum positif?

4. Mengapa masih banyak orang yang melakukan perkawinan di bawah tangan,

faktor-faktor apa yang melatarbelakangi mereka sehingga melakukan

perkawinan di bawah tangan?

5. Apakah masyarakat tahu tentang pentingnya pencatatan perkawinan?

6. Pernahkah dari pihak desa bekerja sama dengan pihak KUA dalam

mensosialisasikan tentang pentingnya pencatatan perkawinan?

7. Apakah ada solusi yang diberikaan pihak desa bagi anak yang memiliki orang

tua yang menikah di bawah tangan dan tidak mempunyai akta nikah?

Page 94: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

82

Wawancara Masyarakat dan Tokoh Masyarakat

1. Bagaimana pendapat anda mengenai perkawinan di bawah tangan,

perkawinan itu sah atau tidak?

2. Bagaimana kedudukan perkawinan tersebut dari sudut pandang hukum Islam

dan hukum positif?

3. Faktor-faktor apa saja yang menjadikan masyarakat melakukan perkawinan

di bawah tangan?

4. Apakah anda tahu berapa biaya pencatatan perkawinan menurut undang-

undang?

5. Apakah masyarakat tahu tentang pentingnya pencatatan perkawinan?

6. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap orang yang melakukan

perkawinan di bawah tangan?

Page 95: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

83

Wawancara Pelaku Perkawinan di Bawah Tangan

1. Pada usia berapakah anda menikah?

2. Sudah berapa lama anda menikah?

3. Di mana anda melakukan perkawinan?

4. Siapa saja saksi yang menghdiri perkawinan anda?

5. Apakah anda tahu mengenai Kantor Urusan Agama, dan apa fungsingnya?

6. Apakah perkawinan anda tercatat dan mempunyai akta nikah?

7. Apa yang menyebabkan anda melakukan perkawinan di bawah tangan?

8. Apakah anda tahu perkawinan yang anda lakukan itu tidak diakui oleh

negara?

9. Setahu anda apakah KUA dan pihak desa pernah mengadakan

sosialisasi/penyuluhan tentang perkawinan atau tentang pentingnya pencatatan

perkawinan di daerah sini?

10. Apakah Anda tahu berapa biaya pencatatan perkawinan menurut undang-

undang?

11. Bagaimana pandangan lingkungan sekitar mengenai perkawinan yang anda

lakukan?

12. Apa dampak yang anda rasakan dari perkawinan anda?

Page 96: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

84

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama :

Usia :

Pekerjaan :

Dengan ini saya memberikan pernyataan, bahwa saya telah di wawancarai sebagai

nara sumber untuk memenuhi atau melengkapi data yang dibutuhkan penulis, saya

telah memberikan jawaban-jawaban yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan seperti

yang telah saya alami dan ketahui kepada saudara :

Nama : Ahmad Buhori Muslim

NIM : 1110044200023

Jurusan/Konsentrasi : SAS/AKI

Fakultas : Syariah dan Hukum

Universitas : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Wawancara ini di lakukan pada :

Hari/Tanggal :

Pukul :

Tempat :

Demikian surat pernyataan ini, sebagai bukti yang bersangkutan benar-benar telah

mewawancarai saya.

Bekasi, , , 2014

(………………………….)

Page 97: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

85

HASIL WAWANCARA

Nama : Agus Salim, S.Ag.

Jabatan : Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Cibarusah

Tempat : Kantor Urusan Agma Kecamatan Cibarusah

Waktu : 10 April 2014

Pukul : 10:30 WIB

………………………………………………………………………………………….

1. Kapan KUA kecamatan cibarusah Berdiri?

Kantor Urusan Agama berdisi sejak tahun 1930, sebelum kemerdekaan KUA di

kecamatan cibarusah sudah ada, dan kalau dulu dari beberapa kecamatan

menikahkannya ke KAU Cibarusah.

2. Selain Mengurusi perkawinan, pelayanan apa saja yang dilakukan KUA

kepada masyarakat?

Selain mengurusi perkawinan, Kantor Urusan Agama Kecamatan Cibarusah juga

mengurusi tentang zakat, wakaf, ibadah social, dan manasiq haji. Tapi banyak

dikalangan masyarakat yang beranggapan bahwa Kantor Urusan Agama itu hanya

mengurusi perkawinan saja.

3. Bagaimana pendapat bapak mengenai perkawinan di bawah tangan,

khususnya yang ada di kecamatan cibarusah?

Perkawinan di bawah tangan itu sama halnya dengan perkawinan yang normal, ada

saksinya, walinya, dan maharnya juga ada. Bedanya perkwinan itu tidak dicatatkan

saja,.

Page 98: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

86

4. Menurut bapak bagaimana perkawinan di bawah tangan itu, sah atau tidak?

Menurut saya perkawinan di bawah tangan itu sah, karena sudah memenuhi rukun

dan syaratnya menurut hukum Islam.

5. Bagaimana kedudukan Perkawinan tersebut dari sudut pandang hukum

Islam dan hukum positif?

Menurut hukum Islam sah, asalkan terpenuhi rukun dan syaratnya, kalau menurut

hukum positif perkawinan itu tidak sah, karena tidak di catatkan dan tidak

mempunyai kekuatan hukum, sesuai yang di atur oleh Undang-undang No. 1 tahun

1974 tentang Perkawinan pasal 2 bahwa “setiap perkawinan harus dicatatkan”.

6. Menurut bapak, jika dilihat dari berbagai kasus yang terjadi, apa yang

melatarbelakangi adanya perkawinan di bawah tangan?

Banyaknya faktor-faktor menjadikan masyarakat tidak melakukan perkawinan di

bawah tangan, pendidikan yang rendah menjadikan kurangnya pengetahuan

masyarakat akan pentingnya pencatatan perkawinan, pergaulan bebas menjadikan

anak hamil di luar nikah, dan orng tua yang menikahkan anaknya di bawah umur.

7. Berapa biaya pencatatan perkawinan?

Biaya pencatatan perkawinan sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah No . 51 tahun

2001 mengenai Biaya Pencatatan Perkawinan sebesar Rp; 30.000 ribu rupiah. Dan

pencatatan perkawinannya dilakukan di KUA, bukan di luar KUA.

8. Apakah dari pihak KUA pernah mengadakan sosialisasi kepada masyarakat

tentang pentingnya pencatatan perkawinan?

Page 99: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

87

Sebenarnya tidak dari pihak KUA yang langsung terjun kemasyarakat dan

mensosialisasikan langsung, karena terbatasnya pegawai yang berada di KUA,

setiap hari rabu kita mengadakan rapat Triminggon sekecamatan bahkan se-

Kabupaten Bekasi. Dan bekerja sama dengan para kepala desa untuk

mensosialisasikan kepada masyarakat tentang masalah-masalah yang ada di KUA,

terutama masalah pentingnya setiap perkawinan untuk dicatatkan.

9. Apakah ada solusi yang diberikaan KUA bagi anak yang memiliki orang tua

yang menikah di bawah tangan dan tidak mempunyai akta nikah?

Solusi dari KUA sendiri adalah melakukan isbat nikah ke Pengadilan Agama,

penetapan perkawinannya ditetapkan melakui isbat nikah. Apabila pengadilan

sudah memberikan surat keterangan tentang dikabulkannya isbat nikah, maka dari

pihak KUA bisa membuatkan Akta Nikah.

10. Apakah KUA memiliki kebijakan sendiri dalam mengatasi problematika

tersebut?

Kami dari pihak KUA sendiri tidak bisa berbuat banyak, karena tidak ada

peraturan yang tegas bagi siapa yang melakukan perkawinan di bawah tangan

atau tidak melakukan pencatatan perkawinan. dari saya pribadi sebagai kepala

KUA Kecamatan Cibarusah berharap ada peraturan yang tegas tentang hal ini.

Paling tidak ada sanksi bagi yang melakukan perkawinan di bawah tangan dan

yang tidak melakukan pencatatan perkawinan, agar setiap orang yang melakukan

perkawinan memiliki bukti yang otentik dan mempunyai kekuatan hukum.

Page 100: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

88

HASIL WAWANCARA

Nama : Jhoni Hermansyah

Jabatan : Sekertaris Desa Wibawa Mulya

Tempat : Balai Desa Wibawa Mulya

Waktu : 02 April 2014

Pukul : 90:30 WIB

………………………………………………………………………………………….

1. Bagaimana pendapat bapak mengenai perkawinan di bawah tangan?

Perkawinan di bawah tangan itu menurut saya hampir sama seperti perkawinan

normal lainnya, bedanya dia tidak dicatatkan saja. Memang setiap orang

mengharapkan perkawinannya itu di catatkan di Kantor Urusan Agama (KUA),

tapi karna ada beberapa faktor-faktor yang menjadikan ada orang-orang yang

melakukan perkawinan di bawah tangan.

2. Menurut bapak bagaimana perkawinan di bawah tangan itu, sah atau tidak?

Menurut saya pribadi sah-sah saja perkawinan tersebut.

3. Bagaimana kedudukan Perkawinan tersebut dari sudut pandang hukum

Islam dan hukum positif?

Kalau menurut hukum agama yang sudah memenuhi rukun dan syarat itu sah, tapi

kan ada juga perkawinan yang diam-diam dan tanpa dihadiri wali juga, nah yang

seperti itu tidak sah. Kalo menurut undang-undang negara atau hukum positif pasti

tidak sah dan tidak diakui perkwinan tersebut.

Page 101: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

89

4. Mengapa masih banyak orang yang melakukan perkawinan di bawah

tangan, faktor-faktor apa yang melatarbelakangi mereka sehingga

melakukan perkawinan di bawah tangan?

Mengapa masih banyak yang melakukan perkawinan di bawah tangan di desa

wibawa mulya ini, yak arena keterpaksaan. Karna faktor-faktor tertentu, contohnya

saja faktor usia dan karna hamil di luar nikah. Faktor usia terkadang itu kesalahan

dari orang tua juga, anaknya yang belum berusia di bawah 16 tahun saja sudah

dinikahkan oleh orang tuanya. Lalu faktor tentang hamil diluar nikah, ini karena

pergaulan dari anak-anak remaja zaman sekarang, yang pacarannya kelewatan

hingga anak orang hamil, kan mau gamau anak yang menghamilinya harus

bertanggung jawab dan harus di nikahkan segera.

5. Apakah masyarakat tahu tentang pentingnya pencatatan perkawinan?

Masyarakat sama sekali tidak tahu akan pentingnya pencatatan perkawinan, karna

mereka fikir perkawinan yang mereka lakukan itu sudah sah, apalagi kalo agama

sudah mengatakan sah. Dan mereka juga beranggapan tidak penting dicatatakan

atau tidak. Mengapa mereka beranggapan demikian, karena kurangnya

pengetahuan pendidikan dan kurang nya SDM (sumber daya manusia), mayoritas

didesa ini bapak-bapak dan ibu-ibu itu tingkatan sekolahnya hanya sampai tingkat

SD (sekolah dasar).

6. Pernahkah dari pihak desa bekerja sama dengan pihak KUA dalam

mensosialisasikan tentang pentingnya pencatatan perkawinan?

Page 102: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

90

Bekerja sama dengan KUA dalam mensosialisasikan masalah perkawinan atau

tentang pentingnya pencatatan perkawina sama sekali belum pernah, tapi dari

pihak desa secara bertahap sudah mensosialisasikan dengan cara memberitahukan

bapak-bapak dan ibu-ibu di pengajian saja, selebihnya belum ada.

7. Apakah ada solusi yang diberikaan pihak desa bagi anak yang memiliki

orang tua yang menikah di bawah tangan dan tidak mempunyai akta nikah?

Solusi untuk mengatasi permasalahan banyaknya perkawinan di bawah tangan,

yaitu setiap tahun ada bantuan dari pemerintah, bagi warga yang tidak mampu

yang sudah terlanjur melakukan perkawinan di bawah tangan, lalu kita adakan

isbat nikah ke Pengadilan Agama. Ya walaupun tidak banyak dan hanya beberapa

kepala keluarga saja.

Page 103: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

91

HASIL WAWANCARA

Nama : Soleh Hidayat

Jabatan : Kaur Pemerintahan Desa Wibawa Mulya

Tempat : Balai Desa Wibawa Mulya

Waktu : 02 April 2014

Pukul : 10:30 WIB

………………………………………………………………………………………….

1. Bagaimana pendapat bapak mengenai perkawinan di bawah tangan,

perkawinan itu sah atau tidak?

Perkawinan di bawah tangan menurut saya pribadi sah-sah saja, itu kan sama saja

seperti perkawinan pada umumnya.

2. Bagaimana kedudukan perkawinan tersebut dari sudut pandang hukum

Islam dan hukum positif?

Menurut hukum Islam kalau terpenuhi rukun dan syaratnya maka sah, menurut

undang-undang tidak sah perkawinan itu, karena tidak dicatatkan. Yang

membedakan perkawinan di bawah tangan dan perkawinan pada umumnya adalah

masalah di pencatatannya saja.

3. Faktor-faktor apa saja yang menjadikan masyarakat melakukan perkawinan

di bawah tangan?

Menurut pengamatan saya masyarakat di desa Wibawa Mulya melakukan

perkawinan di bawah tangan karena banyak yang tidak tahu tentang pentingnya

pencatatan perkawinan, dan terkadang saya mendengar langsung alasan kenapa

Page 104: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

92

perkawinannya tidak di catatkan, kebanyakan mereka mengaku tidak sanggup

membayar biaya pencatatan perkawinan karena diminta dari pihak KUA diatas

lima ratus ribu rupiah.

4. Apakah bapak tahu berapa biaya pencatatan perkawinan menurut undang-

undang?

Menurut undang-undang ya hanya tiga puluh ribu rupiah, sebenarnya yang

membuat perkawinan itu mahal menurut saya karena kebanyakan masyarakat

meminta pencatatan perkawinannya di jam luar kerja para aparat KUA dan disuruh

dating kerumahnya. Belum uang transportnya, uang khutbah nikahnya, uang

ceramahnya dan sampai doa juga dari pihak KUA. Jadi wajar lah kalau dari pihak

KUA memberikan patokan harga seperti itu. Kecuali, masyarakat melakukan

pencatatan perkawinan di jam kerja aparat KUA dan di KUA itu sendiri

melakukan akad nikahnya, lalu dari pihak KUA memberkan patokan harga yang

tidak sedikit. Nah kalo yang seperti itu menurut saya yang tidak boleh.

5. Apakah masyarakat tahu tentang pentingnya pencatatan perkawinan?

Hanya sebagian masyarakat saja yang tahu tentang pentingnya pencatatan

perkawina, hanya orang-orang yang tingkan pendidikannya tinggi saja,

kebanyakan ibu-ibu dan bapak-bapak di desa ini pendidikannya hanya sampai SD,

tapi kalau anak muda sekarang sudah sampai SMA atau SMK karena sekarang

sudah ada Sekolah SMK di desa ini, tapi jarang yang sampai kuliah.

Page 105: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

93

6. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap orang yang melakukan

perkawinan di bawah tangan?

Pandangan masyarakat mengenai perkawinan di bawah tangan tidak ada bedanya,

masyarakat sini memandang bahwa perkawinan tersebut sah menurut agama dan

sudah memenuhi rukun dan syaratnya. Masyarakat juga sudah pahan dan dianggap

biasa kalau ada orang yang menikah dan tidak mendatangkan pegawai pencatatn

nikah atau tidak dicatatkan, perkawinan tersebut tidak ada bedanya seoerti

perkawinan pada umumnya.

Page 106: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

94

HASIL WAWANCARA

Nama : K.H M. Emuh

Jabatan : Kiyai / Tokoh Masyarakat

Tempat : Di Rumah K.H M. Emuh

Waktu : Minggu, 30 Maret 2014

Pukul : 11:00 WIB

………………………………………………………………………………………….

1. Bagaimana pendapat bapak mengenai perkawinan di bawah tangan,

Menurut bapak sah atau tidak?

Perkawinan di bawah tangan itu perkawinan yang sah, perkawinan yang wajar dan

normal, hanya karna tidak di catatkan, istilah namanya menjadi “di bawah tangan”.

2. Bagaimana kedudukan Perkawinan tersebut dari sudut pandang hukum

Islam dan hukum positif?

Menurut hukum Islam ya sudah pasti sah, karena sudah terpenuhi syarat dan

rukunnya, menurut hukum positif bukannya tidak sah perkawinannya tetapi

perkawinannya tidak diakui, dan tidak mempunyai kekuatan hukum.

3. Faktor-faktor apa saja yang menjadikan masyarakat melakukan perkawinan

di bawah tangan?

Faktor yang paling sering itu biasanya karena biaya pencatatannya mahal,

pergaulan bebas dari anak-anak muda, sampai ada yang hamil di luar nikah dan

faktor ekonomi. Ada orang tua yang meminta saya untuk menikahkan anaknya

yang masih relatif muda dan usia mereka belum mencapai 16 tahun tapi mereka

Page 107: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

95

sangat ingin menikah karena sudah berpacaran cukup lama, orang tuanya pun

menyetujuinya, dari pada mereka berbuat zinah lebih baik saya nikahkan, yang

terpenting terpenuhi syarat dan rukunnya.

4. Apakah bapak tahu berapa biaya pencatatan perkawinan menurut undang-

undang?

Biaya pencatatan perkawinan dari dulu sampai sekarang itu tetap Rp; 30.000 ribu

menurut undang-undang, akan tetapi ada saja oknum-oknum tertentu yang

menjadikan biaya pencatatan perkawinan sangat mahal.

5. Apakah masyarakat tahu tentang pentingnya pencatatan perkawinan?

Hanya sebagian beberapa masyarakat saja yang tahu akan pentingnya pencatatan

perkawinan, karena rendahnya pendidikan yang menjadikan masyarakat banyak

yang tidak tahu.

6. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap orang yang melakukan

perkawinan di bawah tangan?

Masyarakat memandangnya biasa saja, tidak ada hal yang aneh atau membedakan,

mungkin karena tidak tahu mana yang namanya perkawinan di bawah tangan atau

bukan. Bagi mereka perkawinan itu sama saja, yang terpenting sah menurut agama

Islam.

Page 108: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

96

HASIL WAWANCARA

Nama : Ahyad

Jabatan : RT 05 Desa Wibawa Mulya

Tempat : Di Rumah Bapak RT Ahyad

Waktu : Minggu, 30 Maret 2014

Pukul : 09:00 WIB

………………………………………………………………………………………….

1. Bagaimana pendapat bapak mengenai perkawinan di bawah tangan,

Menurut bapak bagaimana perkawinan di bawah tangan itu, sah atau tidak?

Perkawinan di bawah tangan itu perkawinan yang tidak di catatkan yang tidak

mempunyai buku nikah, menurut saya pribadi perkawinan itu sah karna.

2. Bagaimana kedudukan Perkawinan tersebut dari sudut pandang hukum

Islam dan hukum positif?

Kalau menurut hukum Islam perkawian di bawah tangan itu sah, karena syarat dan

rukunnya sudah terpenuhi, tapi kalau menuhuk hukum positif perkawinan itu tidak

sah, orang yang melakukan perkawinan di bawah tangan tidak mempunyai akte

nikah.

3. Faktor-faktor apa saja yang menjadikan masyarakat melakukan perkawinan

di bawah tangan?

Faktor-faktor yang paling sering terjadi di desa Wibawa Mulya yaitu karna tidak

punya biaya, pergaulan bebas menjadikan seseorang hamil diluar nikah dan mau

tidak mau harus dinikahkan, dan perkawinan yang masih di bawah umur 16 tahun.

Page 109: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

97

4. Apakah bapak tahu berapa biaya pencatatan perkawinan menurut undang-

undang?

Menurut undang-undang biaya pencatatan perkawinan itu Cuma Rp; 30.000 ribu

rupiah.

5. Apakah masyarakat tahu tentang pentingnya pencatatan perkawinan?

Kebanyakan masyarakat tidak tahu tentang pentingnya pencatatan perkawinan,

jadi mereka beranggapan bahwa penatatan perkawinan itu tidak terlalu penting dan

hanya memakan waktu dan dirasakan sangat mahal.

6. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap orang yang melakukan

perkawinan di bawah tangan?

Pandangan masyarakat di sini biasa saja tidak ada yang berbeda, paling kalau ada

orang yang hamil di luar nikah, biasanya sering di bicarakan oleh masyarakat. Tapi

kalo kelama-lamaan sudah terbiasa, dan tidak sering dibicarakan oleh masyarakat.

Page 110: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

98

HASIL WAWANCARA

Nama : M. Hasan

Jabatan : Penghulu (Amil) Desa Wibawa Mulya

Tempat : Di Rumah Bapak M. Hasan

Waktu : Minggu, 30 Maret 2014

Pukul : 17:00 WIB

………………………………………………………………………………………….

1. Bagaimana pendapat bapak mengenai perkawinan di bawah tangan?

Perkawinan di bawah tangan itu perkawinan yang tidak di catatkan, dan menurut

saya kurang efektif.

2. Menurut bapak bagaimana perkawinan di bawah tangan itu, sah atau tidak?

Perkaawinan di bawah tangan itu sah-sah saja, karena sudah memenuhi syarat dan

rukunnya.

3. Bagaimana kedudukan Perkawinan tersebut dari sudut pandang hukum

Islam dan hukum positif?

Kalau dari hukum Islam memandang perkawinan di bawah tangan itu sah, asalkan

sudah terpenuhi rukun dan syaratnya. Adanya calon pengantin, adanya wali,

adanya saksi dan mahar jadi bisa dikatakan sah. Kalau menurut hukum positif

perkawinan tersebut tidak sah dan tidak mendapatkan kekuatan hukum dan juga

tidak diakui oleh negara sebagai perkawinan yang benar karena tidak dicatatkan.

Page 111: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

99

4. Mengapa masih banyak orang yang melakukan perkawinan di bawah

tangan, faktor-faktor apa yang melatarbelakangi mereka sehingga

melakukan perkawinan di bawah tangan?

Banyak faktor-faktor yang menjadikan orang melakukan perkawinan di bawah

tangan, tetapi kebanyakan di desa wibawa mulya ini karena pergaulan bebas,

hamil duluan sebelum menikah dan juga ketidaktahuan orang tuanya menikahkan

anaknya dan tidak di catatkan

5. Apakah masyarakat tahu tentang pentingnya pencatatan perkawinan?

Kalau dulu di desa Wibawa Mulya kebanyakan masyarakatnya tidak tahu tentang

pentingnya pencatatan perkawinan, tetapi sekarang masyarakat sudah banyak yang

tahu, walaupun ada beberapa yang tidak tahu.

6. Pernahkah dari pihak desa bekerja sama dengan pihak KUA dalam

mensosialisasikan tentang pentingnya pencatatan perkawinan?

Secara garis besar mengatasnamakan desa belum pernah mengadakan kerja sama

dalam mensosialisasikan tentang pentingnya pencatatan, tapi saya pribadi sekalu

penghulu atau amil, sering memberitahukan tentang pentingnya pencatatan

perkawinan kepada setiap orang yang ingin menikah, dan tidak semua yang saya

beri tahu kepada masyarakat, masyarakat mau mendengarkan, terkadang ada juga

yang mengabaikan.

Page 112: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

100

7. Apakah ada solusi yang diberikaan pihak desa bagi anak yang memiliki

orang tua yang menikah di bawah tangan dan tidak mempunyai akta nikah?

Bagi orang tua yang sudah terlanjur melakukan perkawinan di bawah tangan,

maka harus mengajukan isbat nikah kepada Pengadilan Agama, tanpa harus

mengulang lagi pernikahannya.

Page 113: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

101

HASIL WAWANCARA

Nama : Ela Nurlela

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tempat : Di Depan Rumah Ibu Ela Nurlela

Waktu : Selasa, 25 Maret 2014

Pukul : 17:00 WIB

………………………………………………………………………………………….

1. Bagaimana pendapat ibu mengenai perkawinan di bawah tangan, Menurut

ibu perkawina itu sah atau tidak?

Perkawinan di bawah tangan menurut saya pribadi sah-sah saja, karena kan

perkawinan tersebut sudah memenuhi rukun dan syarat sesuai ketentuan agama

Islam.

2. Bagaimana kedudukan Perkawinan tersebut dari sudut pandang hukum

Islam dan hukum positif?

Kalau menurut hukum islam jelas itu sudah sah, syarat dan rukun sudah terpenuhi,

tapi menurut undang-undang perkawinan yang tidak dicatatkan tidak sah menurut

negara kita, setahu saya kalau undang-undang itu kan mengahruskan perkwinan itu

dicatatkan.

3. Faktor-faktor apa saja yang menjadikan masyarakat melakukan perkawinan

di bawah tangan?

Didesa Wibawa Mulya ini banyak sekali faktor-faktor kenapa masyarakat banyak

yang menikah tidak dicatatkan, tapi yang paling sering yaitu masalah biaya

Page 114: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

102

pencatatan perkawinannya yang sangat mahal, rata-rata diatas Rp; 500.000ribu,

ditambah lagi kondisi ekonomi yang rendah. Dan faktor pergaulan bebas anak-

anak mudah jaman sekarang, baru kelas 1 SMA saja sudah ada yang hamil,

umurnya masih muda tapi mau tidak mau harus dinikahkan oleh orang tuanya, tapi

tidak dicatatkan. Kebanyakan faktor-faktor itu yang menyebabkan masyarakat

tidak melakukan pencatatan perkaawinannya.

4. Apakah ibu tahu berapa biaya pencatatan perkawinan menurut undang-

undang?

Saya kurang tahu kalau menurut undang-undang berapa, biasanya warga di sini

kalau mau menikah dan dicatatkan itu bisa lima ratur ribu keatas biayanya.

5. Apakah masyarakat tahu tentang pentingnya pencatatan perkawinan?

Mungkin sekitar 40% saja masyarakat yang tahu tentang pentingnya pencatatan

perkawinan, ya karena faktor pendidikan yang rendah.

6. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap orang yang melakukan

perkawinan di bawah tangan?

Masyarakat yang melakukan perkawinan di bawah tangan atau peerkawinan yang

tidak dicatatkan itu dianggapnya biasa aja tidak ada hal yang aneh. Biasanya

orang-orang tau kalau pernikahannya itu tidak mendatangkan pegawai pencatat

nikah atau tidak mendatangkan amil dari KUA, biasanya dia tidak mempunyai

biaya, dan masyarakat sudah biasa meliah kasus perkawinan yang seperti itu.

Page 115: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

103

Page 116: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

104

HASIL WAWANCARA

Nama : Encop Sofiah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tempat : Di Depan Rumah Ibu Sofiah

Waktu : Selasa, 25 Maret 2014

Pukul : 16:30 WIB

………………………………………………………………………………………….

1. Bagaimana pendapat ibu mengenai perkawinann di bawah tangan,

perkawinan itu sah atau tidak?

Menurut saya perkawinan di bawah tangan itu sama saja dengan perkawina

normal lainnya, yang membedakan itu mendapat buku nikah dan tidak mendapat

buku nikah.

2. Bagaimana kedudukan Perkawinan tersebut dari sudut pandang hukum

Islam dan hukum positif?

Kalau menurut hukum Islam perkwinan di bawah tangan itu sah karna rukun dan

syaratnya sudah terpenuhi, tapi kalau menurut negara tidak sah karna tidak

dicatatkan dan tidak mendapatkan akte nikah.

3. Faktor-faktor apa saja yang menjadikan masyarakat melakukan perkawinan

di bawah tangan?

Yang paling sering saya dengar di desa ini yaitu masalah biaya pencatatan

perkawinannya yang sangat mahal, saudara saya saja ditawarkan ketika mau

menikah, kalau mau perkawinannya di catatkan harus membayar enam ratus ribu

Page 117: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

105

rupiah. Dulu ketika saya meniha tidak semahal itu dan prosesnya juga ga sulit,

kalau sekarang dipersulit, kalau mau cepet harus bayar lebih mahal lagi.

4. Apakah anda tahu berapa biaya pencatatan perkawinan menurut undang-

undang?

Saya kurang tahu berapa harga pencatatan perkawinan menurut undang-undang,

setahu saya kalau sekarang ini mau menikah dan perkawinannya itu mau

dicatatkan, minimal kita harus membayar lima ratus ribu rupiah.

5. Apakah masyarakat tahu tentang pentingnya pencatatan perkawinan?

Kebanyakan masyarakat tidak tahu, masyarakat menganggap bahwa pencatatan

perkawinan itu tidak terlalu penting hanya memakan waktu dan biaya yang tidak

sedikit.

6. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap orang yang melakukan

perkawinan di bawah tangan?

Pandangan masyarakat kepada orang yang melakukan perkawinan tidak dicatatkan

itu biasa-biasa saja, tidak ada yang berbeda, sama hal nya kebanyakan pernikahan

lainnya.

Page 118: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

106

Page 119: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

107

HASIL WAWANCARA

Nama : Jajuli

Pekerjaan : Wiraswasta

Tempat : Di Depan Ruko

Waktu : Rabu, 26 Maret 2014

Pukul : 16:30 WIB

………………………………………………………………………………………….

1. Bagaimana pendapat bapak mengenai perkawinan di bawah tangan,

perkawinan itu sah atau tidak?

Menurut saya pribadi sah-sah saja, bedanya kan dicatatkan dan tidak dicatatkannya

saja.

2. Bagaimana kedudukan perkawinan tersebut dari sudut pandang hukum

Islam dan hukum positif?

Menurut hukum Islam sah asalkan terpenuhi rukun dan syaratnya ketika

pernikahan dilakukan, tetapi kalau menurut hukum setahu saya tidak sah. Undang-

undangnya nomor berapanya saya kurang tahu, tapi yang pastinya kalau menurut

negara tidak sah.

3. Faktor-faktor apa saja yang menjadikan masyarakat melakukan perkawinan

di bawah tangan?

Karena saya orang pendatang di desa ini, kurang begitu paham. Tapi dengar-

dengar dari tetangga kebanyakan masalah biayanya mahal, dari pihak KUA

memberikan harga rata-rata diatas lima ratus ribu.

Page 120: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

108

4. Apakah bapak tahu berapa biaya pencatatan perkawinan menurut undang-

undang?

Saya kurang tahu kalau biaya asli pencatatan perkawinan menurut undang-undang.

5. Apakah masyarakat tahu tentang pentingnya pencatatan perkawinan?

Spertinya masyarakat di desa ini kebanyakan tidak tahu tentang pentingnya

pencatatan perkwinan.

6. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap orang yang melakukan

perkawinan di bawah tangan?

Pandangan masyarakat biasa-biasa saja, seperti perkawinan lain pada umumnya.

Masyarakat sebenarnya tidak tahu istilah “perkawinan di bawah tangan” itu, tahu

nya perkawinan itu sah menurut agama. Yang terpenting terpenuhi syarat dan

rukunnya.

Page 121: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

109

Page 122: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

110

HASIL WAWANCARA

Nama : Nurhayati

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tempat : Di Depan Ruko

Waktu : Rabu, 26 Maret 2014

Pukul : 14:00 WIB

………………………………………………………………………………………….

1. Bagaimana pendapat ibu mengenai perkawinan di bawah tangan,

perkawinan itu sah atau tidak?

Perkawinan di bawah tangan itu perkawinan yang tidak mendaftarkan waktu

pernikahannya di KUA, jadi menurut saya perkawinan di bawah tangan itu sah,

beda nya didaftarkan di KUA dan tidaknya saja.

2. Bagaimana kedudukan perkawinan tersebut dari sudut pandang hukum

Islam dan hukum positif?

Menurut hukum Islam sah, yang terpenting syarat dan rukunnya ada ketika

melaksanakan pernikahan. Menurut hukum di negara ini sepertinya tidak sah, lebih

jelasnya kuarang tahu juga saya kalau menurut negara.

3. Faktor-faktor apa saja yang menjadikan masyarakat melakukan perkawinan

di bawah tangan?

Masyarakat desa sini banyak yang tidak mencatatkan di KUA kebanyakan masalah

biaya sama pergaulan bebas anak muda jaman sekarang. Masalah biaya biasanya

dari piahk KUAnya yang memberi harga mahal untuk akta nikahnya, pergaulan

Page 123: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

111

bebas anak-anak sekolah yang pacarannya kelewatan sampai-sampai hamil

perempuannya, yam au gam au orang tuany menikahkan anaknya itu, nah biasanya

tidak mendaftarkan ke KUA, langsung saja hanya mengundang kiyai dan para

tokoh masyarakat saja.

4. Apakah ibu tahu berapa biaya pencatatan perkawinan menurut undang-

undang?

Kurang tahu juga saya biaya pencatatan perkawinan menurut undang-undang.

5. Apakah masyarakat tahu tentang pentingnya pencatatan perkawinan?

Sepertinya untuk masyarakat di desa ini tidak terlalu mementingkan pencatatan

perkawinan, kebanyakan beranggapan hanya memakan waktu dan biaya yang

tidak sedikit.

6. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap orang yang melakukan

perkawinan di bawah tangan?

Pandangan masyarakat di desa ini biasa-biasa saja, layaknya perkawinan biasanya.

Dan karena seringnya anak-anak muda yang hamil duluan, jadi kalau ada anak

muda yang hamil duluan dan langsung dinikahkan oleh orang tuanya itu juga

sudah menjadi hal yang biasa, sudah tidak aneh lagi kalau denger-denger ada anak

mudah yang hamil duluan baru dinikahkan. Walaupun tujuanya menutupi aibnya,

tapi tetap saja semua orang sudah tahu.

Page 124: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

112

Page 125: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

113

HASIL WAWANCARA

Nama : Taufik Hidayat

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Tempat : Di Depan Masjid

Waktu : Kamis, 27 Maret 2014

Pukul : 11:30 WIB

………………………………………………………………………………………….

1. Bagaimana pendapat bapak mengenai perkawinan di bawah tangan,

perkawinan itu sah atau tidak?

Pekawinan di bawah tangan itu kan yang tidak mencatatkannya pada KUA, tapi

sah menurut agama, menurut saya juga sah-sah saja perkawian tersebut.

2. Bagaimana kedudukan perkawinan tersebut dari sudut pandang hukum

Islam dan hukum positif?

Kalau menurut hukum Islam sah, asalkan terpenuhi rukun dan syaratnya. Menurut

negara sepertinya tidak sah, karena nantinya kalau punya anak tidak bisa membuat

akta kelahiran dan tidak bisa membuat kartu keluarga.

3. Faktor-faktor apa saja yang menjadikan masyarakat melakukan perkawinan

di bawah tangan?

Kebanyakan dari masyarakat desa Wibawa Mulya ini karena faktor pergaulan

bebas si biasanya, anak muda yang hamil duluan sebeum nikah, dan kalau sudah

ketahuan mau tidak mau dinikahkan oleh orang tuanya, tapi kebanyakan tidak

Page 126: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

114

dicatatkan. Dan juga masalah mahalnya biaya membuat akta nikah atau buku

nikahnya, dari pihak KUAnya mahal.

4. Apakah bapak tahu berapa biaya pencatatan perkawinan menurut undang-

undang?

Kalau biaya menurut undang-undang saya kurang tahu, tapi kalalu dari pihak KUA

rata-rata biayanya lebih dari lima ratus ribu rupiah.

5. Apakah masyarakat tahu tentang pentingnya pencatatan perkawinan?

Kebanyakan masyarakat tidak tahu tentang pentingnya pencatatan perkawinan,

hanya sebagian masyarakat saja yang tahu. Mungkin tang pendidikannya tinggi,

minimal sampai SMA, kebanyakan ibu-ibu atau bapak-bapak disini hanya sampai

SD pendidikannya.

6. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap orang yang melakukan

perkawinan di bawah tangan?

Pandangan masyarakat biasa-biasa saja, tidak ada yang berbeda apabila

perkawinannya tidak dicatatkan, mungkin karena faktor pengetahuan yang kurang.

Page 127: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

115

Page 128: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

116

HASIL WAWANCARA

Nama : Holidah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tempat : Di Depan Rumah Ibu Holidah

Waktu : Rabu, 26 Maret 2014

Pukul : 13:00 WIB

………………………………………………………………………………………….

1. Pada usia berapakah ibu menikah?

Saya menikah pada usia 21 tahun.

2. Sudah berapa lama ibu menikah?

Kira-kira sudah 9 tahun saya menikah.

3. Dimana ibu melakukan pernikahan?

Saya melakukan perkawinan di rumah sendiri.

4. Siapa saja saksi yang menghadiri pernikahan ibu?

Yang menjadi saksi kakak pertama saya dan adiknya ibu saya dan yang hadir

ketika itu dari tokoh-tokoh masyarakat seperti pak RT RW dan bpk K.H Emuh.

5. Apakah ibu tahu mengenai Kantor Urusan Agama, dan apa fungsingnya?

Setahu saya KUA itu untuk mendaftarkan calon-calon pengantin, orang yang ingin

menikah ke KUA. Untuk fungsi yang lain, saya belum tahu.

6. Apakah perkawinan ibu tercatat dan mempunyai akta nikah?

Perkawinan saya tidak di catatkan di KUA dan tidak mempunyai akta nikah.

Page 129: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

117

7. Apa yang menyebabkan ibu melakukan perkawinan di bawah tangan atau

tidak mencatatkan perkawinan ibu?

Karena biayanya yang sangat mahal, ketika saya mau mendaftarkan perkawinan

saya dan disuruh membayar enam ratus ribu, saya pikir buat apa cuma buku nikah

saja harganya sampai semahal itu, sedangkan pekerjaan suami saya hanya seorang

kuli muat batu-bata, jadinya saya tidak mencatatkan perkawinan saya di KUA.

8. Apakah ibu tahu perkawinan yang ibu lakukan itu tidak diakui oleh negara?

Saya tidak tahu untuk diakui atau tidaknya, setahu saya menurut agama sudah sah.

9. Setahu ibu apakah KUA dan pihak desa pernah mengadakan

sosialisasi/penyuluhan tentang perkawinan atau tentang pentingnya

pencatatan perkawinan di daerah sini?

Belum pernah ada sosialisasi dari pihak KUA maupun dari pihak desa tentang

pentingnya pencatatan perkawinan, lagi pula kalau ada penyuluhan pasti saya juga

akan bertanya kepada pihak KUA kenapa biaya pencatatan perkawinan atau ingin

mempunyai akta nikah sangat mahal.

10. Apakah ibu tahu berapa biaya pencatatan perkawinan menurut undang-

undang?

Kalau menurut undang-undang kurang tahu, yang saya tahu biaya pencatatan

perkawinan itu di atas lima ratus ribu rupiah.

11. Bagaimana pandangan masyarakat sekitar mengenai perkawinan yang

ibu lakukan?

Page 130: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

118

Pandangan masyarakat terhadap perkawinan yang saya lakukan biasa-biasa saja,

tidak ada masyarakat yang beranggapan berbeda atau aneh, karena setahu

masyarakat perkawinan yang saya lakukan juga sah-sah saja, yang penting syarat

dan rukunnya sudah terpenuhi, begitu si kalau menurut agama.

12. Apa dampak yang ibu rasakan dari perkawinan?

Saya tidak bisa membuat akta kelahiran untuk anak saya dan tidak bisa membuat

kartu keluarga karena tidak ada akta nikah. Pernah dari pihak desa menawarkan

membuat akta kelahiran untuk anak saya dan membuat kartu keluarga, tapi lagi-

lagi yang berbicara uang, saya harus membayar dengan uang yang tidak sedikit,

jadi saya tidak mau.

Page 131: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

119

Page 132: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

120

HASIL WAWANCARA

Nama : Iis Suryani

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tempat : Di Depan Rumah Iis

Waktu : Selasa, 25 Maret 2014

Pukul : 13:20 WIB

………………………………………………………………………………………….

1. Pada usia berapakah ibu menikah?

Saya menikah pada usia 20 tahun.

2. Sudah berapa lama ibu menikah?

Saya menikah sudah 10 tahun.

3. Dimana ibu melakukan pernikahan?

Ketika itu saya melakukan perkawinan di rumah saya sendiri.

4. Siapa saja saksi yang menghadiri pernikahan ibu?

Banyak dari tokoh-tokoh masysrakat dan yang menjadi saksi adalah kakak

kandung ibu saya dan adik kandung ibu saya.

5. Apakah ibu tahu mengenai Kantor Urusan Agama, dan apa

fungsingnya?

Yang saya tahu mengenai KUA itu tempat mendaftarkan calon pengantin

yang ingin menikah, fungsi selain itu saya kurang tahu.

6. Apakah perkawinan ibu tercatat dan mempunyai akta nikah?

Page 133: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

121

Perkawinan saya tidak di catatkan oleh pihak KUA dan tidak mempunyai akta

nikah atau buku nikah.

7. Apa yang menyebabkan ibu melakukan perkawinan di bawah tangan?

Karena biaya untuk mencatatkan di KUA sangat mahal, dulu saya disuruh

membayar lima ratus ribu rupiah, saya tidak mempunyai biaya lagi sedangkan

suami saya hanya kuli muat batu-bata, dari pada membayar untuk buku nikah

lebih baik uangnya saya gunakan untuk hal lain.

8. Apakah ibu tahu perkawinan yang ibu lakukan itu tidak diakui oleh

negara?

Pernah dengar dulu, kalau perkawinannya tidak dicatatkan maka tidak diakui

oleh negara, tapi saya tidak pedulu karena menurut saya sah walaupun tidak

dicatatkan di KUA. Asalkan memenuhi rukun dan syaratnya menurut agama.

9. Setahu ibu apakah KUA dan pihak desa pernah mengadakan

sosialisasi/penyuluhan tentang perkawinan atau tentang pentingnya

pencatatan perkawinan di daerah sini?

Sama sekali belum ada sosialisasi dari pihak KUA maupu dari desa.

10. Apakah ibu tahu berapa biaya pencatatan perkawinan menurut undang-

undang?

Saya kurang tahu berapa biaya pencatatan menurut undang-undang.

11. Bagaimana pandangan masyarakat sekitar mengenai perkawinan yang

ibu lakukan?

Page 134: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

122

Pandangan masyarakat biasa saja, perkawinan saya sama seperti perkawinan

orang-orang.

12. Apa dampak yang ibu rasakan dari perkawinan ibu?

Dampak yang saya rasakan tidak bisa membuat akta kelahiran untuk anak

saya.

Page 135: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

123

Page 136: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

124

HASIL WAWANCARA

Nama : Nemah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tempat : Di Depan Rumah Ibu Nemah

Waktu : Selasa, 25 Maret 2014

Pukul : 14:00 WIB

………………………………………………………………………………………….

1. Pada usia berapakah ibu menikah?

Saya menikah pada usia 16 tahun.

2. Sudah berapa lama ibu menikah?

Kurang lebih sudah 14 tahun saya menikah.

3. Dimana ibu melakukan pernikahan?

Saya melakukan pernikahan di rumah saya sendiri.

4. Siapa saja saksi yang menghadiri pernikahan ibu?

Paman saya dan kakak saya sendiri.

5. Apakah ibu tahu mengenai Kantor Urusan Agama, dan apa fungsingnya?

Setahu saya KUA itu kalo ada orang yang mau menikah ya kesitu. selain fungsi

yang lain saya kurang tahu.

6. Apakah perkawinan ibu tercatat dan mempunyai akta nikah?

Saya tidak mempunyai akta nikah atau buku nikah.

Page 137: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

125

7. Apa yang menyebabkan ibu melakukan perkawinan di bawah tangan?

Karena waktu dulu saya masih kecil dan belum tahu apa-apa, saya di jodohkan

oleh orang tua saya.

8. Apakah ibu tahu perkawinan yang ibu lakukan itu tidak diakui oleh negara?

Setahu saya perkawinan yang saya lakukan sah, karena sudah memenuhi syarat

dan rukunnya, menurut agama Islam kalau sudah terpenuhi syarat dan rukunnya,

ya perkawinannya sah. Kalau menurut negara tidak tahu diakui atau tidaknya.

9. Setahu ibu apakah KUA dan pihak desa pernah mengadakan

sosialisasi/penyuluhan tentang perkawinan atau tentang pentingnya

pencatatan perkawinan di daerah sini?

Semenjak saya berkeluarga belum pernah ada sosialisasi tentang perkawinan atau

masalah pencatatan perkawinan.

10. Apakah ibu tahu berapa biaya pencatatan perkawinan menurut undang-

undang?

Saya tidak tahu berapa biaya pencatatan menurut undang-undang. Kalau menuru

orang-orang KUA saya tahu nya mahal.

11. Bagaimana pandangan lingkungan sekitar mengenai perkawinan yang

ibu lakukan?

Pandangan masyarakat biasa-biasa saja, tidak ada yang berbeda atau aneh ketika

saya menikah, ya karna setahu saya perkawinan saya sah-sah saja seperti

perkawinan lainnya, bedanya hanya tidak dicatatkan saja.

Page 138: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

126

12. Apa dampak yang ibu rasakan dari perkawinan ibu?

Untuk dampak yang saya rasakan yaitu tidak bisa membuat akta kelahiran untuk

anak saya dan tidak bisa membuat kartu keluarga (KK)

Page 139: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

127

Page 140: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

128

HASIL WAWANCARA

Nama : Sapitri

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tempat : Di Depan Rumah Ibu Sapitri

Waktu : Kamis, 27 Maret 2014

Pukul : 10:30 WIB

………………………………………………………………………………………….

1. Pada usia berapakah ibu menikah?

Saya menikah pada usia 17 tahun. Karena saya tidak sekolah sampai SMA, dan

bekerja membantu orang tua saya di lio, jadi saya di jodohkan dengan kampung

sebelah.

2. Sudah berapa lama ibu menikah?

Saya menikah kurang lebih sudah 15 tahun.

3. Dimana ibu melakukan pernikahan?

Saya menikah dirumah saya sendiri.

4. Siapa saja saksi yang menghadiri pernikahan ibu?

Yang menjadi saksi pak RT dan sodara saya, dan yang hadir ketika pernikahan

saya banyak dari tokoh masyarakat.

5. Apakah ibu tahu mengenai Kantor Urusan Agama, dan apa fungsingnya?

Iya saya tahu KUA itu tempat untuk mendaftarkan calon pengantin, atau orang

yang mau menikah, harus ke KUA. Untuk fungsi KUA selain tempat untuk calon

pengantin saya kurang tahu.

Page 141: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

129

6. Apakah perkawinan ibu tercatat dan mempunyai akta nikah?

Perkawinan saya tidak mempunyai akta nikah, ketika saya menikah tidak di

catatkan oleh orang dari pihak KUA.

7. Apa yang menyebabkan ibu melakukan perkawinan di bawah tangan?

Karena biayanya mahal, sebenarnya saya sebelum menikah sudah datang ke KUA,

tapi setelah saya menanyakan biaya administrasinya ternyata sangat mahal,

akhirnya saya dan suami saya memutuskan untuk tidak mencatatkan perkawinan,

dari pada saya harus membayar hanya untuk akta nikah, leih baik saya gunakan

uang nya untuk hal lain.

8. Apakah ibu tahu perkawinan yang ibu lakukan itu tidak diakui oleh negara?

Saya kurang tahu untuk diakui atau tidak nya perkawinan saya. Yang tepenting

perkawinan saya sah menurut agama.

9. Setahu ibu apakah KUA dan pihak desa pernah mengadakan

sosialisasi/penyuluhan tentang perkawinan atau tentang pentingnya

pencatatan perkawinan di daerah sini?

Belum pernah sama sekali ada penyuluhan di desa ini, kalau misalnya ada

penyuluhan tentang pentingnya pencatatan perkawinan, mungkin saya juga

mencatatkan perkawinan saya dan akan menanyakan mengapa biaya pencatatan

perkawinannya itu mahal.

10. Apakah ibu tahu berapa biaya pencatatan perkawinan menurut undang-

undang?

Saya tidak tahu berapa biaya pencatatan perkawinan menurut undang-undang.

Page 142: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

130

11. Bagaimana pandangan lingkungan sekitar mengenai perkawinan yang

ibu lakukan?

Lingkungan sekitar mengenai perkawinan saya biasa-biasa saja tidak ada hal yang

berbeda atau aneh dimata masyarakat, karna menurut saya perkawinan yang saya

lakukan juga sudah sah dan memenuhi rukun dan syarat sesuai ketentuan agama.

12. Apa dampak yang ibu rasakan dari perkawinan ibu?

Untuk dampak yang saya rasakan, awalnya si saya agak kesulitan membuat akta

kelahiran untuk anak saya dan membuat kartu keluarga. Tetapi, ada pihak dari

desa yang menawarkan saya membuat akta kelahiran dankartu keluarga dengan

cara lain, ya walaupun ujung-ujungnya duit yang bicara dan lumayan mahal untuk

membayarnya, jadi saya mempunyai akta kelahiran anak saya.

Page 143: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

131

Page 144: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

132

HASIL WAWANCARA

Nama : Enap Napsiah

Pekerjaan : Karyawan

Tempat : Di Depan Rumah Ibu Enap

Waktu : Kamis, 27 Maret 2014

Pukul : 16:00 WIB

………………………………………………………………………………………….

1. Pada usia berapakah ibu menikah?

Saya menikah pada usia 20 tahun.

2. Sudah berapa lama ibu menikah?

Sekitar sembilan tahun lamanya saya menikah.

3. Dimana ibu melakukan pernikahan?

Saya melakukan perkawinan di rumah saya sendiri.

4. Siapa saja saksi yang menghadiri pernikahan ibu?

Yang menjadi saksi ketika pernikahan saya yaitu mamang saya dan pak RT, dan

dari tokoh masyarakat lainnnya juga datang.

5. Apakah ibu tahu mengenai Kantor Urusan Agama, dan apa fungsingnya?

Kantor Urusan Agama setahu saya tempat buat orang yang mau menikah.

6. Apakah perkawinan ibu tercatat dan mempunyai akta nikah?

Tidak, perkawinan saya tidak di catatkan oleh pihak KUA dan saya tidak

mempunyai akta nikah.

Page 145: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

133

7. Apa yang menyebabkan ibu melakukan perkawinan di bawah tangan?

Ketika saya mau melangsungkan perkawinan, saya tidak datang ke KUA, karena

biaya pencatatannya mahal, memakan waktu lama dan biaya yang tidak sedikit.

8. Apakah ibu tahu perkawinan yang ibu lakukan itu tidak diakui oleh negara?

Saya tidak tahu diakui atau tidak nya oleh negara, kalau saya tahu biaya menurut

undang-undang pasti saya juga protes kepada pihak KUA, kenapa biaya penatatan

perkawinan bisa semahal itu.

9. Setahu ibu apakah KUA dan pihak desa pernah mengadakan

sosialisasi/penyuluhan tentang perkawinan atau tentang pentingnya

pencatatan perkawinan di daerah sini?

Dari pihak desa atau pun dari pihak KUA belum pernah mengadakan sosialisasi

kepada masyarakat sinih. Jadi saya tidak tahu tentang pentingnya pencatatan

perkawinan.

10. Apakah ibu tahu berapa biaya pencatatan perkawinan menurut undang-

undang?

Saya tidak tahu berapa biaya pencatatan perkawinan menurut undang-undang. ka

11. Bagaimana pandangan lingkungan sekitar mengenai perkawinan yang

ibu lakukan?

Biaasa saja, tidak ada hal yang aneh ketika perkawinan saya berlangsung. Ya

mungkin karena emang perkawinan saya sah, sah menurut agama, jadi masyarakat

juga terlihatnya biasa aja layaknya perkawinan lain.

Page 146: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

134

12. Apa dampak yang ibu rasakan dari perkawinan ibu?

Untuk dampak yang saya rasakan untuk sekarang ini saya tidak bisa membaut akta

kelahiran untuk anak saya, dan tidak punya kartu keluarga. Bisa sebenarnya saya

membuat kata kelahiran anak saya dan membuat kartu keluarga, tetapi lagi-lagi

uang yang berbisara, karena kondisi ekonomi saya tidak seberapa jadi saya malas

untuk membuat dengan uang yang tidak sedikit.

Page 147: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24887...Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, Manusia dalam

135