perjudian

62
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah perjudian sendiri sudah ada beribu-ribu tahun lalu, yaitu sejak dikenalnya manusia dan perjudian timbul di kalangan masyarakat itu sendiri. Meski pada hakekatnya perjudian merupakan perbuatan yang bertentangan dengan norma agama, moral, kesusilaan maupun hukum. Namun perjudian masih menunjukkan eksistensinya, dulunya hanya terjadi di kalangan orang dewasa pria. Sekarang sudah menjalar ke berbagai elemen masyarakat anak-anak dan remaja yang tidak lagi memandang baik pria maupun wanita. Berbagai cara telah dilakukan dalam penanganan perjudian yang saat ini tetap hidup dalam masyarakat. Dalam pergaulan sehari-hari, manusia tidak bisa lepas dari norma dan aturan yang berlaku di masyarakat. Apabila semua anggota masyarakat mentaati norma dan aturan tersebut, niscaya kehidupan masyarakat akan tenteram, aman, dan damai. Namun dalam kenyataannya, sebagian dari anggota masyarakat ada yang melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap norma dan aturan tersebut. Pelanggaran terhadap norma dan aturan yang berlaku dalam masyarakat dikenal dengan istilah penyimpangan sosial atau istilah yang 1

Upload: kurniawan

Post on 14-Nov-2015

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hukum pidana

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangSejarah perjudian sendiri sudah ada beribu-ribu tahun lalu, yaitu sejak dikenalnya manusia dan perjudian timbul di kalangan masyarakat itu sendiri. Meski pada hakekatnya perjudian merupakan perbuatan yang bertentangan dengan norma agama, moral, kesusilaan maupun hukum. Namun perjudian masih menunjukkan eksistensinya, dulunya hanya terjadi di kalangan orang dewasa pria. Sekarang sudah menjalar ke berbagai elemen masyarakat anak-anak dan remaja yang tidak lagi memandang baik pria maupun wanita. Berbagai cara telah dilakukan dalam penanganan perjudian yang saat ini tetap hidup dalam masyarakat. Dalam pergaulan sehari-hari, manusia tidak bisa lepas dari norma dan aturan yang berlaku di masyarakat. Apabila semua anggota masyarakat mentaati norma dan aturan tersebut, niscaya kehidupan masyarakat akan tenteram, aman, dan damai. Namun dalam kenyataannya, sebagian dari anggota masyarakat ada yang melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap norma dan aturan tersebut. Pelanggaran terhadap norma dan aturan yang berlaku dalam masyarakat dikenal dengan istilah penyimpangan sosial atau istilah yang sering digunakan dalam perspektif psikologi adalah patologi sosial (social pathology). Akibat penyimpangan sosial ini, memunculkan berbagai permasalahan kehidupan masyarakat yang selanjutnya dikenal dengan penyakit sosial.Penyimpangan sosial dari sekelompok masyarakat atau individu akan mengakibatkan masalah sosial, menurut Kartini (2003) kejadian tersebut terjadi karena adanya interaksi sosial antar individu, individu dengan kelompok, dan antar kelompok. Interaksi sosial berkisar pada ukuran nilai adat-istiadat, tradisi dan ideologi yang ditandai dengan proses sosial yang diasosiatif. Adanya penyimpangan perilaku dari mereka terhadap pranata sosial masyarakat. Ketidaksesuaian antar unsur-unsur kebudayaan masyarakat dapat membahayakan kelompok sosial kondisi ini berimplikasi pada disfungsional ikatan sosial. Pelanggaran terhadap norma dan aturan masyarakat inilah yang kemudian dikenal dengan penyimpangan sosial. Perjudian adalah penyimpangan perilaku sosial dan perjudian sebagai salah satu bentuk penyakit masyarakat, satu bentuk patologi sosial.[footnoteRef:1] [1: Kartini Kartono, Patologi Sosial, jilid I, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005. hlm. 57]

Perjudian merupakan ancaman yang nyata terhadap norma-norma sosial yang dapat menimbulkan ketegangan individual maupun ketegangan-ketegangan sosial. Perjudian merupakan ancaman riil atau potensial bagi berlangsungnya ketertiban sosial.[footnoteRef:2] [2: Saparinah Sadli, dalam Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Cet. II, Penerbit Alumni, Bandung, 1998. hlm. 148]

Perjudian telah menjadi masalah sosial yang telah ada sejak zaman dahulu. Perjudian ini semakin marak ketika terjadi perubahan keadaan sosial politik serta krisis ekonomi yang melanda negara ini, dimana orang semakin sulit untuk mendapatkan uang dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu orang menginginkan cara yang paling cepat untuk mendapatkan uang yang salah satunya dilakukan dengan cara berjudi.Penggunaan upaya hukum termasuk hukum pidana, merupakan salah satu upaya mengatasi masalah sosial termasuk dalam bidang kebijakan penegakan hukum. Disamping itu karena tujuannya adalah untuk mencapai kesejahteraan masyarakat pada umumnya, maka kebijakan penegakan hukum tersebut termasuk dalam bidang kebijakan sosial, yaitu segala usaha yang rasional untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.[footnoteRef:3] [3: Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, (Bandung: Alumni, 1992), hlm. 119.]

Penggunaan hukum pidana ini sesuai dengan fungsi hukum sebagai (social control) atau pengendalian sosial yaitu suatu proses yang telah direncanakan lebih dahulu dan bertujuan untuk menganjurkan, mengajak, menyuruh atau bahkan memaksa anggota-anggota masyarakat agar mematuhi norma-norma hukum atau tata tertib hukum yang sedang berlaku. Untuk mencegah pengaruh-pengaruh negatif tersebut, maka pemerintah seharusnya memandang perlu untuk mengambil tindakan-tindakan, baik itu tindakan preventif atau tindakan penegakan hukum dan tindakan represif atau tindakan pengawasan bagi setiap pelanggar perjudian pada ruang lingkup yang sekecil-kecilnya, sekaligus memberikan rehabilitasi terhadap para pelanggar pelaku perjudian tersebut dengan memperberat ancaman hukumannya. Dengan demikian pemerintah berusaha membatasi ruang lingkup perjudian pada ruang lingkup yang sekecil-kecilnya.B. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang masalah, maka agar dapat menjelaskan permasalahan serta dapat mencapai tujuan sesuai yang dikaji, perlu adanya suatu perumusan masalah. Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut:Bagaimanakah aspek yuridis dan sosiologis terhadap tindak pidana dan perjudian serta upaya-upaya penanggulangannya?C. TujuanUntuk mengetahui aspek yuridis dan sosiologis terhadap tindak pidana dan perjudian serta upaya-upaya penanggulangannya.D. Kajian Pustaka1. Pengertian Tindak PidanaPembentuk Undang-Undang kita telah menggunakan perkataan strafbaarfeit untuk menyebutkan apa yang kita kenal sebagai tindak pidana di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tanpa memberikan sesuatu penjelasan mengenai apa yang sebenarnya yang dimaksud dengan perkataan strafbaarfeit.Oleh karena itu banyak timbul istilah-istilah yang dipakai oleh para ahli hukum untuk mengalihbahasakan dan menyebut istilah dalam bahasa Belanda Strafbaarfeit tersebut. Merupakan suatu hal yang penting untuk memahami pengertian tindak pidana, namun adalah cukup sukar untuk mendefinisikan pengertian tindak pidana. Hal ini disebabkan karena banyaknya pengertian yang diciptakan oleh para ahli hukum.Strafbaarfeit sebagai perbuatan pidana dengan memberikan pengertian sebagai berikut: perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh suatu aturan hukum dilarang dan diancam pidana asal saja dalam pidana itu diingat bahwa larangan ditujukan kepada perbuatan (yaitu suatu keadaan atau kejadian yang ditimbulkan oleh kelakuan orang), sedangkan ancaman pidananya ditujukan kepada orang yang menimbulkan kejadian itu.[footnoteRef:4] [4: Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta. 2000. hal. 54]

Namun lain halnya yang diketemukan oleh Pompe, bahwa, perkataan Strafbaarfeit itu secara teoritis dapat dirumuskan sebagai suatu pelanggaran norma (gangguan terhadap tertib hukum) yang dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja telah dilakukan oleh seorang pelaku tersebut adalah perlu demi terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya kepentingan umum.[footnoteRef:5] [5: Lamintang, Delik Khusus Tindak Pidana Kesusilaan. Mandar Madju, Bandung, 1984. hal. 173]

Simons telah merumuskan strafbaarfeit itu sebagai suatu tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan yang oleh Undang-Undang telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum. Alasan dari Simons apa sebabnya strafbaarfeit itu harus dirumuskan seperti di atas adalah karena: a. Untuk adanya suatu strafbaarfeit itu disyaratkan bahwa di situ harus terdapat suatu tindakan yang dilarang ataupun yang diwajibkan oleh undang-undang, dimana pelanggaran terhadap larangan atau kewajiban semacam itu telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum. b. Agar sesuatu tindakan itu dapat dihukum, maka tindakan tersebut harus memenuhi semua unsur dari delik seperti yang dirumuskan di dalam undang-undang. c. Setiap strafbaarfeit sebagai pelanggaran terhadap larangan atau kewajiban menurut undang-undang itu, pada hakekatnya merupakan suatu tindakan melawan hukum.[footnoteRef:6] [6: Ibid, hal 176]

2. Unsur-unsur Tindak PidanaUnsur-unsur yang harus ada dalam suatu tindak pidana adalah sangat penting agar dapat membedakan bahwa suatu perbuatan termasuk tindak pidana atau bukan. Sebagaimana persoalan mengenai istilah dari pengertian tindak pidana maka mengenai unsur-unsur dari para ahli hukum juga tidak ada kesatuan pendapat. Namun pada dasarnya suatu tindak pidana mengandung beberapa unsur sebagai berikut:a. Unsur perbuatan/tindakan Suatu perbuatan atau tindakan adalah merupakan titik hubungan untuk terjadinya tindak pidana. Perkataan ini meliputi perbuatan berbuat ataupun tidak berbuat sesuatu. Contoh mengenai hal ini adalah Pasal 340 dan Pasal 304 KUHP yang berbunyi:Pasal 340: Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun. Pasal 304: Barang siapa dengan sengaja menempatkan atau membiarkan seorang dalam keadaan sengsara, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan dia wajib memberi kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang itu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.Pasal 340 tersebut di atas merupakan contoh pengertian berbuat sesuatu dari unsur perbuatan/tindakan. Jadi untuk melakukan perbuatan pembunuhan diperlukan suatu perbuatan/tindakan aktif, yaitu merampas nyawa orang lain.Adapun Pasal 304 merupakan contoh pengertian tidak berbuat sesuatu dari unsur perbuatan/tindakan, lebih jelas dengan ada kata membiarkan, suatu misal seseorang tidak mau atau membiarkan bayinya dengan jalan tidak mau menyusuinya padahal secara hukum dia jelas mempunyai kewajiban memberikan kehidupan, perawatan dan pemeliharaan. Di sini terdapat perbuatan atau tindak pidana yang dilakukan dengan sikap pasif, membiarkan/ tidak menyusui bayinya.b. Unsur bersifat melawan hukum Pada dasarnya dalam hukum pidana yang menjadi perhatian adalah perbuatan yang melawan hukum saja, sebab perbuatan inilah yang sesungguhnya dilarang dan diancam dengan pidana. Adapun sifat melawan hukum ini masih diartikan sebagai suatu perbuatan atau tindakan yang tidak sesuai dan bertentangan dengan hukum.Unsur kedua dari tindak pidana ini merupakan suatu penilaian yang obyektif terhadap perbuatannya bukan terhadap si pembuat pidananya. Mengenai unsur melawan hukum ini terdapat dua ajaran yaitu ajaran melawan hukum formil (yang disebut melawan hukum adalah yang bertentangan dengan hukum tertulis saja) dan ajaran melawan hukum materiil (disebut melawan hukum karena bertentangan dengan hukum tertulis dan bertentangan dengan hukum tidak tertulis)c. Unsur kesalahan Dipidananya seseorang adalah tidak cukup apabila ia sekedar melakukan tindak pidana, tetapi unsur kesalahan pada orang tersebut juga harus ada. Inilah inti dari ajaran hukum pidana kita bahwa tiada pidana tanpa kesalahan. Kesalahan menurut Jonkers, pengertiannya meliputi tiga bagian, yaitu:1) Kesengajaan dan kealpaan 2) Meliputi juga sifat melawan hukum 3) Kemampuan bertanggung jawab.[footnoteRef:7] [7: Samidja, Hukum Acara Pidana, Alumni, Bandung. 1985. hal. 100.]

Jadi menurut Jonkers untuk dapat dikatakan ada suatu kesalahan dalam perbuatan pidana, jika ketiga unsur tersebut di atas meliputinya. sehingga orang dapat dipidana.Unsur kemampuan bertanggungjawab Dalam KUHP masalah kemampuan bertanggung jawab pengertiannya tidak dirumuskan secara jelas dan terang-terangan, tetapi ada satu pasal yang berhubungan dengan masalah ini, yaitu Pasal 44 ayat 1 KUHP yang menyatakan bahwa:Barang siapa yang melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, disebabkan karena jiwanya cacat dalam tubuhnya (grebekkigeontwikkeling) atau terganggu karena penyakit (ziekelijke storing), tidak dipidana.Dalam pasal yang berhubungan dengan masalah bertanggungjawab ini, sebenarnya secara tidak langsung telah memuat apa yang dimaksud dengan kemampuan bertanggung jawab. Di pasal ini dimuat ulasan yang terdapat pada diri si pembuat, yang menjadi alasan sehingga perbuatan yang dilakukannya itu tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya.Unsur memenuhi rumusan Undang-undang Unsur yang tidak kalah pentingnya apabila dibanding dengan unsur-unsur yang lain adalah unsur-unsur memenuhi rumusan undang-undang, yang dengan kata lain dapatlah dipahami bahwa untuk dapat dikatakan ada tindak pidana. jika Undang-Undang sendiri telah mengatur sebelum perbuatan itu sendiri dilakukan.Hal ini akan jelas, jika kita menengok kembali Pasal 1 ayat (1) yaitu: Tiada suatu perbuatan yang dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perundang-undangan yang telah ada, sebelum perbuatan dilakukan Dengan penjelasan pasal di atas, sudah jelas mengenai maksud dan bagaimana seharusnya pemakaian dalam praktek. Tetapi ilmu hukum adalah ilmu sosial yang selalu berkembang mengikuti perkembangan masyarakat. Ternyata suatu perbuatan / tindak pidana itu terkadang lebih cepat ada dan berkembang dibanding dengan undang-undang pidana lainnya. Selanjutnya kejahatan jenis baru apakah harus dibiarkan hanya karena tidak ada dasar kekuatan hukumnya untuk menindak. Dalam hal ini tergantung kebijaksanaan hakim dan hakim memiliki fungsi juga untuk membuat hukum.3. Pengertian PerjudianPerjudian adalah kegiatan yang merupakan segala bentuk perilaku yang melibatkan taruhan kekayaan seseorang atau uang, tidak peduli seberapa ringan atau besar, di mana hasilnya tidak pasti atau tergantung pada keberuntungan. Oleh karena itu dapat didefinisikan sebagai permainan adu untung, dengan setiap transaksi berdasarkan keuntungan di satu pihak dan kerugian pihak lain. [footnoteRef:8] [8: The Church of England: Ethical Investment Advisory Group, Gambling or Gaming Entertainment or Exploitation?, The Church of England, hlm. 4]

Pengertian lain dari judi atau perjudian menurut Fockema Andreae[footnoteRef:9] menyebutkan Hazardspel atau kata lain dari kansspel, Yaitu permainan judi, permainan untung-untungan yang dapat dihukum berdasarkan peraturan yang ada. [9: Fokema Andrea, dalam buku Kartini Kartono, Patologi Sosial, Jilid 1, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,1981, hlm. 58]

Pengertian perjudian menurut Dali Mutiara[footnoteRef:10] adalah permainan judi berarti harus diartikan dengan artian yang luas juga termasuk segala pertaruhan tentang kalah menangnya suatu pacuan kuda atau lain-lain pertandingan, atau segala pertaruhan, dalam perlombaan-perlombaan itu, misalnya totalisator dan lain- lain. [10: Dali Mutiara, dalam buku Kartini Kartono, Patologi Sosial, Jilid 1, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,1981, hlm. 58]

Perjudian menurut Kartini Kartono perjudian adalah pertaruhan dengan sengaja yaitu mempertaruhkan suatu nilai atau sesuatu yang dianggap bernilai dengan menyadari adanya resiko dan harapanharapan tertentu pada peristiwa-peristiwa permainan, pertandingan, perlombaan dan kejadian-kejadian yang tidak/belum pasti hasilnya.[footnoteRef:11] [11: Kartini Kartono, Ibid.]

Judi atau permainan judi atau perjudian menurut Kamus besar Bahasa Indonesia adalah Permainan dengan memakai uang sebagai taruhan.[footnoteRef:12] Berjudi ialah Mempertaruhkan sejumlah uang atau harta dalam permainan tebakan berdasarkan kebetulan, dengan tujuan mendapatkan sejumlah uang atau harta yang lebih besar daripada jumlah uang atau harta semula.[footnoteRef:13] [12: Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, Jakarta, 1995, hlm. 419.] [13: Ibid]

Sedangkan perjudian menurut KUHP dalam Pasal 303 ayat (3) yang dirubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian disebutkan bahwa: Yang disebut permainan judi, adalah tiap-tiap permainan, di mana pada umumnya kemungkinan mendapatkan untung tergantung pada peruntungan belaka, juga karena permainannya lebih terlatih atau lebih mahir. Di situ termasuk segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain-lainnya, yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya.Perjudian adalah pertaruhan dengan sengaja; yaitu mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu yang dianggap bernilai, dengan menyadari adanya resiko dan harapan-harapan tertentu pada peristiwa-peristiwa permainan, pertandingan, perlombaan dan kejadian-kejadian yang belum pasti hasilnya. Dalam arti kata luas yang termasuk permainan judi juga segala permainan yang umumnya kemungkinan untuk menang tergantung pada secara kebetulan atau nasib, biarpun kemungkinan untuk menang itu bisa bertambah besar pula karena latihan atau kepandaian pemain. Selain dari pada itu termasuk permainan judi juga segala pertaruhan dalam pacuan kuda, perlombaan sepak bola, pertaruhan antara orang-orang yang tidak ikut sendiri dalam perlombaan itu, dan sebagainya.4. Unsur-Unsur Tindak Pidana Perjudian Di dalam ketentuan Pidana yang diatur dalam Pasal 303 ayat (1) angka 1 dan 2 KUHP, Undang-Undang melarang dilakukannya dua macam perbuatan, yakni: a. Kesengajaan melakukan sebagai usaha yakni pembuatan-pembuatan menawarkan atau memberikan kesempatan untuk bermain judi; b. Kesengajaan turut serta sebagai usaha dalam menawarkan atau memberikan kesempatan untuk bermain judi.Tindak pidana yang dimaksudkan di dalam ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal 303 ayat (1) angka 1 huruf a KUHP itu terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut: a. Unsur Subjektif: dengan sengaja b. Unsur-unsur Objektif: 1) Barang siapa2) Tanpa mempunyai hak untuk itu 3) Menawarkan atau memberikan kesempatan 4) Melakukan sebagai usaha 5) Untuk bermain judi.Untuk dapat menyatakan pelaku terbukti memenuhi kesengajaan tersebut, maka di sidang pengadilan yang memeriksa dan mengadili perkara, hakim harus dapat membuktikan tentang:Untuk dapat menyatakan pelaku terbukti memenuhi kesengajaan tersebut, maka di sidang pengadilan yang memeriksa dan mengadili perkara, hakim harus dapat membuktikan tentang: a. Adanya kehendak atau maksud pelaku untuk menjadikan kesengajaan menawarkan atau memberikan kesempatan untuk bermain judi itu sebagai suatu usaha; b. Adanya kehendak atau maksud pelaku untuk menawarkan atau memberikan kesempatan untuk bermain judi; c. Adanya pengetahuan pelaku bahwa yang ia tawarkan atau kesempatan yang ia berikan itu adalah untuk bermain judi.[footnoteRef:14] [14: Lamintang, Op. Cit. hal. 320.]

Tindak Pidana kedua yang dimaksudkan di dalam ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal 303 (ayat 1) angka 1 KUHP itu terdiri dari unsur-unsur:a. Unsur subjektif: Dengan sengajab. Unsur objektif: 1) Barang 2) Tanpa mempunyai hak 3) Turut serta dengan melakukan sesuatu 4) Dalam usaha orang lain tanpa hak menawarkan atau memberikan kesempatan untuk bermain judiTindak Pidana yang dimaksudkan di dalam ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal 303 (ayat 1) angka 2 KUHP itu terdiri dari unsur-unsur:a. Unsur subjektif: Dengan sengajab. Unsur objektif: 1) Dengan sengaja2) Barang siapa3) Menawarkan atau memberikan kesempatan untuk bermain judi kepada khalayak ramai.Tindak Pidana yang dimaksudkan di dalam ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal 303 (ayat 1) angka 3, terdiri dari unsur-unsur objektif saja, yaitu:a. Barang siapa,b. Tanpa mempunyai hak,c. Turut serta,d. Sebagai suatu usaha,e. Dalam permainanWalaupun pembentuk Undang-Undang tidak mensyaratkan suatu unsur subjektif di dalam rumusan tindak pidana tersebut merupakan suatu delik yang harus dilakukan dengan sengaja.[footnoteRef:15] [15: Ibid. Hal. 329]

Tindak pidana yang dimaksudkan di dalam ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal 303 bis ayat (1) angka 1 KUHP terdiri dari unsur-unsur objektif: a. Barang siapa; b. Memakai kesempatan yang terbukti untuk berjudi;c. Yang sifatnya bertentangan dengan salah satu dari ketentuan yang diatur dalam Pasal 303 KUHP. Unsur objektif pertama menunjukkan orang yang apabila terbukti memenuhi unsur-unsur selebihnya dari tindak pidana yang dimaksudkan di dalam ketentuan pidana yang diatur disebut sebagai pelaku tindak pidana tersebut. Unsur objektif kedua maksudnya bukan setiap pemakaian kesempatan yang terbuka karena ada orang yang memberikan kesempatan untuk berjudi, misalnya dengan berjualan di tempat di mana kesempatan untuk berjudi telah diberikan oleh seseorang melainkan hanya pemakaian kesempatan dengan berjudi atau main judi.Unsur objektif ketiga maksudnya bukan bertindak sebagai orang yang memberikan kesempatan untuk berjudi melainkan sebagai orang yang diatur dalam Pasal 303 bis ayat (1) angka 2 KUHP terdiri dari unsur-unsur:a. Barang siapa b. Turut serta berjudi c. Di atas atau di tepi jalan atau di suatu tempat yang terbuka untuk umum.Unsur objektif pertama menunjukkan orang yang apabila orang tersebut memenuhi unsur-unsur selebihnya dari tindak pidana yang dimaksudkan di atas, dan penyelenggaraan perjudian itu ternyata tidak mendapat ijin dari kekuasaan yang berwenang, maka ia disebut sebagai pelaku tindak pidana tersebut.Unsur objektif kedua, kata turut serta jangan diartikan keturutsertaan atau deelneming seperti yang dimaksudkan di dalam Pasal 55 dan 56 KUHP, melainkan harus diartikan dalam pengertian yang umum menurut bahasa sehari-hari hingga orang yang in concreto berjudi itu juga dapat disebut sebagai telah turut serta berjudi. Unsur objektif ketiga, yang dimaksudkan dengan jalan umum itu ialah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.

BAB IIPEMBAHASAN

Analisis Yuridis dan Sosiologis terhadap Tindak Pidana Perjudian dan Upaya Penanggulangannya

A. Penyimpangan SosialHal pokok dari kehidupan sosial adalah bahwa kehidupan sosial memiliki seperangkat norma yang mengatur perilaku anggota individu. Semua masyarakat menyediakan standar tertentu perilaku manusia. Standar-standar perilaku ini, disebut norma. Tapi tidak ada masyarakat yang benar-benar berhasil menjadikan semua anggotanya untuk berperilaku sesuai dengan norma-norma sosial.[footnoteRef:16] [16: Shelly Shah, Values and Norms of Society: Conformity, Conflict and Deviation in Norms,http://www.sociologydiscussion.com/society/values-and-norms-of-society-conformity-conflict-and-deviation-in-norms/2292]

Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain. Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.Perjudian adalah salah bentuk dari penyimpangan sosial dan merupakan sebuah penyakit sosial yang ada di kalangan masyarakat. Penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk sosial.Perjudian (gambling) adalah bentuk kegiatan yang pemainnya bertaruh atau memasang taruhan. sesuatu yang dipertaruhkan dapat berupa uang, dan lain-lain yang dianggap nilai tinggi dalam suatu komunitas. Seseorang yang telah terjerumus di meja judi seringkali terdorong untuk melakukan pencurian, perampokan, dan bentuk kejahatan yang lain. Mereka melakukan semua itu demi uang, maka perjudian dianggap sebagai bentuk penyimpangan sosial.Terkait dengan perjudian banyak negara yang melarang perjudian sampai taraf tertentu, Karena perjudian mempunyai konsekwensi sosial kurang baik, dan mengatur batas yurisdiksi paling sah tentang undang-undang berjudi sampai taraf tertentu. Terutama beberapa negara-negara Islam melarang perjudian dan hampir semua negara-negara mengatur itu. Kebanyakan hukum negara tidak mengatur tentang perjudian, dan memandang sebagai akibat konsekuensi masing-masing, dan tak dapat dilaksanakan oleh proses yang sah sebagai undang-undang.Merasakan kemenangan ketika berhasil meraup keuntungan membuat eskalasi kegembiraan (euforia) sangat tinggi dan mengantar keinginan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar lagi faktor ini sebagai pencetus (driven) yang dapat merusak. Simak saja perilaku para penjudi, akan mempertaruhkan segala sesuatu yang dianggap sebagai harta untuk diserahkan ditempat perjudian. Abat dari perilaku tersebut akan berefek kepada tindakan-tindakan yang menyimpang lainnya (dysfunctional behavior), tidak lagi mematuhi pranata-pranata sosial, norma, nilai, dan hukum positif sehingga akan menimbulkan virus dalam masyarakat, bila tidak diselesaikan secara komprehensif, baik secara persuasif dan preventif maka akan menimbulkan penyakit sosial masyarakat.Penyakit sosial akan sulit diobati bilamana didukung perilaku yang menetap telah dilakukan oleh sebagian masyarakat pada generasi sebelumnya yang terus-menerus masih dilestarikan seperti perilaku sabung ayam dan sejenisnya yang di dalamnya ada unsur judi. Terdapat pula pemahaman yang keliru oleh sebagian masyarakat bahwa perilaku-perilaku yang cenderung beraroma judi dianggap sebagai permainan dan filantropi (kerelaan memberikan sumbangan kepada pihak lain) namun semua itu jelas menggambarkan model judi yang dimodifikasi.Ada beberapa klasifikasi gaya perjudian. Tetapi penulis hanya membatasi hanya pada tiga tipe penjudi atau perjudian dan berusaha meringkas apa yang dianggap perlu:1. Social GamblerBerjudi untuk rekreasi, sosialisasi dan hiburan. Bagi mereka, perjudian mungkin menjadi selingan atau bentuk relaksasi. Perjudian tidak mengganggu keluarga, sosial atau kewajiban pekerjaan. [footnoteRef:17] [17: Dr. Eric Geffner's Individual Outpatient Gambling Treatment Program: Types of Gamblers, http://stopgamblingnow.com/general_information/types_of_gamblers]

2. Problem GamblerIstilah Problem Gambler telah digunakan oleh banyak peneliti, badan, dan organisasi, untuk menggambarkan pejudi/perjudian yang membahayakan, mengganggu atau merusak keluarga, pekerjaan, kegiatan pribadi atau ketenangan.[footnoteRef:18] Juga didefinisikan sebagai perilaku yang berada di luar kendali dan mengganggu pribadi, keluarga, hubungan keuangan dan pekerjaan. Hal ini terkait dengan masalah keuangan seperti hutang dan kebangkrutan, perceraian, produktivitas yang hilang, kejahatan (seperti pencurian dan penipuan), depresi dan bunuh diri. [footnoteRef:19] [18: Dr. Mark Griffiths, Problem gambling in Great Britain: A brief review, Report prepared for the Association of British Bookmakers (July 2014), Nottingham Trent University, hlm. 7] [19: Dr Gerda Reith, Research On The Social Impacts Of Gambling, Scottish Executive Social Research (20060, hlm. 19-20]

Para psikiatri mengklasifikasikan dan mengukur perilaku didasarkan pada asumsi bahwa masalah judi adalah gangguan psikologis klinis.[footnoteRef:20] [20: Ibid]

3. Pathological GamblerPenjudi tingkat ketiga disebut sebagai penjudi patologi atau pathological gambler atau compulsive gambler. Ciri-ciri penjudi tipe ini adalah ketidakmampuannya melepaskan diri dari dorongan-dorongan untuk berjudi. Mereka sangat terobsesi untuk berjudi dan secara terus-menerus terjadi peningkatan frekuensi berjudi dan jumlah taruhan, tanpa dapat mempertimbangkan akibat-akibat negatif yang ditimbulkan oleh perilaku tersebut, baik terhadap dirinya sendiri, keluarga, karir, hubungan sosial atau lingkungan di sekitarnya. Pathological Gambling terjadi ketika seseorang terdorong untuk berjudi sedemikian rupa dimana taruhan memiliki efek negatif yang parah terhadap pekerjaannya, hubungan, kesehatan mental, atau aspek penting lainnya dalam kehidupannya. Bahan setelah mereka mendapatkan masalah sosial, ekonomi, interpersonal, atau hukum akibat perjudian, orang tersebut mungkin terus berjudi.[footnoteRef:21] [21: Encyclopedia of Mental Disorders, Pathological gambling disorder, http://www.minddisorders.com/Ob-Ps/Pathological-gambling-disorder.html]

Judi merupakan penyakit masyarakat dan mempunyai gejala-gejala sebagai berikut: a. Banyak waktu terbuang sia-sia. b. Kemiskinan, kesengsaraan terhadap diri dan keluarga c. Bersikap tidak jujur dan selalu berhutang. d. Kepentingan kerja selalu diabaikan. e. Tidak menghiraukan kesehatan, makan dan minum tidak teratur. f. Bersikap tamak dan menggunakan apa saja untuk kepentingannya. g. Selalu mengalami kerugian karena tidak dapat apa-apa dengan berjudi.h. Sanggup melakukan apa saja asalkan dapat berjudi. i. Kemungkinan besar pemain judi akan ditangkap dan didakwa di pengadilan j. Pemain judi tidak menjadi kaya melalui perjudian.B. Dampak PerjudianDisadari atau tidak sebenarnya perjudian mempunyai akibat buruk bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat. Akibat-akibat yang kurang baik bagi diri penjudi adalah antara lain akan berpengaruh pada:

1. PerekonomianApabila perjudian itu dilakukan oleh masyarakat yang mempunyai penghasilan dan uang yang dipakai untuk berjudi adalah uang yang dipakai untuk kebutuhan sehari-hari, akan mengakibatkan timbulnya keadaan yang tidak menentu. Apalagi dalam setiap permainan selalu mengalami kekalahan tidak menutup kemungkinan mereka akan menjual segala miliknya dan bahkan apabila semua miliknya sudah habis, tidak segan-segan mencari hutang. Bagi mereka beranggapan mungkin pada kesempatan lain akan menang. Timbulnya harapan-harapan akan kemenangan inilah yang menyebabkan sukar bagi mereka untuk meninggalkan meja judi.2. PekerjaanPekerjaan akan terbengkalai, apabila waktunya akan di habiskan hanya untuk bermain judi, dan akibatnya segala urusan tidak dapat di selesaikan pada batas waktunya.3. Hubungan KeluargaTimbul kerenggangan dalam keluarga, antara istri, anak dan orang tua. Dimana pada saat-saat anak membutuhkan perhatian, tetapi waktu-waktu yang demikian dihabiskan di meja judi. Di samping itu juga mempengaruhi perkembangan si anak, karena anak akan mencontoh kelakuan atau perbuatan orang tuanya, akibatnya timbul bibit penjudi. Selain itu hubungan antara istri dan suami mudah terganggu, sedikit saja ada perbedaan akan berakibat buruk pada keharmonisan rumah tangga.4. Sikap mentalAdapun harapan-harapan untuk menang, memacu keinginan-keinginan untuk terus bermain judi, keadaan yang demikian itu menimbulkan suatu ketergantungan psikologis (semacam kecanduan) yang berbentuk kebiasaan untuk selalu mengulangi perbuatannya bermain judi. Bagi mereka yang sudah kecanduan terhadap perjudian adalah sangat sukar untuk kembali ke jalan yang benar namun ada juga yang melakukan permainan secara iseng-iseng saja. Mereka berjudi hanya sekedar untuk menghabiskan waktu saja atau mungkin rileks, dan juga yang berjudi untuk hiburan setelah melakukan pekerjaan di kantor maupun di perusahaan. Tetapi kesempatan demi kesempatan akan membina mereka menjadi suatu kebiasaan.Begitu besarnya pengaruh perjudian terhadap diri penjudi menimbulkan kesukaran untuk meninggalkan permainan judi, terutama mereka yang sudah tergolong penjudi berat. Setelah penulis uraikan di atas mengenai pengaruh perjudian pada diri penjudi, di bawah ini akan diuraikan mengenai pengaruhnya terutama akibat-akibat yang ditimbulkan pada masyarakat itu sendiri.Akibat-akibat itu antara lain:1. Keamanan dan ketertibanPermainan judi apabila dilakukan terus menerus akan menimbulkan keinginan untuk mencari modal guna pemenuhan nafsu judi, akibatnya mereka melakukan perbuatan-perbuatan criminal. Bagaimanapun caranya orang sudah kecanduan judi akan berusaha untuk mendapatkan uang sebagai modal, bahkan ada orang yang terlalu dingin berjudi datang ke tempat perjudian tidak membawa uang, kemudian ditempat perjudian tersebut membuat keributan sehingga akan menimbulkan korban, di samping itu bagi mereka yang kalah dengan jalan mabuk-mabukan di jalan atau membuat keonaran yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat.2. Perekonomian MasyarakatTimbulnya kegoncangan di bidang ekonomi di dalam masyarakat bisa juga disebabkan karena adanya sekelompok orang-orang yang cenderung untuk melakukan perjudian. Apabila hal itu di biarkan terus akan dapat mengganggu perekonomian di dalam masyarakat itu sendiri, sehingga di sini akan berpengaruh juga pada perekonomian bangsa sebagai kelompok yang lebih luas. Bagi mereka yang sudah terlanjur terjun ke perjudian menganggap bahwa mereka berjudi sama dengan bekerja, bahkan ada yang berpendirian bekerja juga untuk mencari uang begitu pula dengan berjudi akan mendapatkan uang. Suatu akibat yang paling dirasakan pada perekonomian masyarakat adalah timbulnya perasaan yang tidak sehat dalam masyarakat, hal ini dapat dibuktikan misalnya bagi orang-orang yang kalah dalam perjudian, apabila mereka membutuhkan modal untuk bermain mereka bisa menjual atau menggadaikan barang apa saja yang mereka punyai. Disini penjudi orang yang membutuhkan modal agar memperoleh untung dengan cepat, mereka akan menawarkan harga yang murah di pasaran.3. LingkunganPerjudian juga dapat berakibat buruk pada lingkungan di mana orang-orang yang gemar bermain judi itu tinggal, karena pada umumnya orang-orang yang gemar berjudi kurang memperhatikan apakah perjudian yang mereka lakukan itu dapat ditiru atau tidak oleh anak-anak yang belum cukup umur. Masyarakat akan lebih mudah meniru sesuatu yang kurang baik dari pada melakukan sesuatu yang berguna bagi orang banyak. Judi juga menimbulkan akses-akses negative terhadap lingkungan seperti timbulnya warung atau depot minuman keras.4. PsikologisJudi mempunyai pengaruh psikologis bagi mereka yang berjudi akan menimbulkan khayalan yang sedikit banyak mempengaruhi jiwa mereka. Kekalahan dalam berjudi akan menimbulkan kekacauan pikiran.C. Faktor-faktor Penyebab PerjudianFaktor-faktor penyebab kejahatan, dalam hal ini yang lebih khusus pada perjudian, menurut Abdulsyani dapat bersumber dari dalam individu itu sendiri (intern) maupun faktor-faktor yang berasal dari luar individu tersebut (extern). Diantaranya dapat dijelaskan sebagai berikut:1. Faktor yang Berasal dari Dalam Individu (Intern) a. Daya emosional Masalah emosional dapat mendorong seseorang dalam berbuat menyimpang, perbuatan menyimpang ini dapat mengarah kepada perbuatan kriminal jika seseorang tidak mampu mencapai emosi dan kehendak masyarakat. b. Rendahnya Mental dan Tingkat Pendidikan Tingkatan mental dan tingkat pendidikan berhubungan dengan daya inteligensia. Seseorang yang mempunyai inteligensia yang tinggi dapat menilai realitas maka dengan mudah menyesuaikan dengan masyarakat. Sebaliknya jika seseorang mempunyai daya inteligensia yang rendah maka ia tidak sanggup berbuat sesuatu, takut salah dan tidak mampu menyelesaikan diri dengan masyarakat 2. Faktor yang bersumber dari luar individu (extern): a. Faktor Ekonomi Masalah ekonomi sangat mempengaruhi pola-pola kehidupan masyarakat dan mempengaruhi cara-cara kehidupan seseorang karena tekanan ekonomi, seperti orang-orang yang menyimpang dari norma-norma yang tumbuh di masyarakat dengan melakukan perjudian. b. Pengangguran Rendahnya tingkat ekonomi yang disebabkan oleh sulitnya lapangan pekerjaan dan pertambahan penduduk sehingga hal ini dapat mengakibatkan semakin banyaknya pengangguran.c. Faktor Agama Norma-norma yang terkandung dalam agama mempunyai nilai yang tinggi dalam hidup manusia, norma-norma ini menunjukkan hal-hal yang diharuskan dan hal-hal yang dilarang, mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga jika manusia benar-benar mendalami dan mengerti isi ajaran agamanya maka ia akan menjadi manusia yang baik dan tidak melakukan kejahatan d. Keluarga Keluarga dapat dipandang sebagai peletak dasar kepribadian manusia yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap pertumbuhan kepribadian manusia, bermodalkan pengalaman dan cara bertindak dalam masyarakat karena dari keluargalah dimana kepribadian dibentuk dan dicontohkan.[footnoteRef:22] [22: Itca Toys Alyamabra, 2014, Disparitas Putusan Hakim terhadap Tindak Pidana Perjudian (Studi di Pengadilan Negeri Malang), Artikel Ilmiah, Malang: Universitas Brawijaya, hlm. 10]

D. Dasar-dasar Yuridis Sosiologis tentang Disparitas Putusan Hakim terhadap Tindak Pidana PerjudianPerjudian sendiri dirumuskan pada pasal 303 ayat 3 KUHP sebagai tiap-tiap permainan, dimana pada umumnya kemungkinan mendapat untung tergantung pada peruntungan belaka, juga karena pemainnya lebih terlatih atau lebih mahir. Di situ termasuk segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain-lainnya yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya. Bandar, Pengepul dan pengecer dapat diancam Pasal 303 ayat (1) dan (2) KUHP yang berbunyi sebagai berikut: (1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun atau pidana denda paling banyak dua puluh lima ribu rupiah, barang siapa tanpa mendapat izin: (Perubahan sanksi berdasarkan UU Penertiban Perjudian) 1. dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan untuk permainan judi dan menjadikannya sebagai pencarian, atau dengan sengaja turut serta dalam suatu perusahaan untuk itu ; 2. dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan kepada khalayak umum untuk bermain judi atau dengan sengaja turut serta dalam perusahaan untuk itu, dengan tidak peduli apakah untuk menggunakan kesempatan adanya sesuatu syarat atau dipenuhinya sesuatu tata-cara; 3. menjadikan turut serta pada permainan judi sebagai pencarian. (2) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencariannya, maka dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencarian itu.Berdasarkan pasal 303 ayat (1) dan (2) Hakim Pengadilan Negeri Malang menggunakan pasal tersebut sebagai dasar pertimbangan dalam menjatuhkan putusan terhadap pelaku tindak pidana perjudian. Bandar, Pengepul dan pengecer diancam pasal 303 ayat (1) dan (2) karena mereka dengan sengaja memberikan kesempatan bermain judi dan menjadikannya mata pencaharian dan dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan kepada khalayak umum untuk bermain judi.Penjudi sendiri diancam pidana yang diatur dalam Pasal 303 bis yang merupakan pasal pengganti daripada pasal 542 yang diubah berdasarkan UU Penertiban Perjudian, dirumuskan sebagai berikut:(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak sepuluh juta rupiah: 1. barang siapa menggunakan kesempatan main judi, yang diadakan dengan melanggar ketentuan Pasal 303 2. barang siapa ikut serta main judi di jalan umum atau di pinggir jalan umum atau di tempat yang dapat dikunjungi umum, kecuali kalau ada izin dari penguasa yang berwenang yang telah memberi izin untuk mengadakan perjudian itu. (2) Jika ketika melakukan pelanggaran belum lewat dua tahun sejak ada pemidanaan yang menjadi tetap karena salah satu dari pelanggaran ini, dapat dikenakan pidana penjara paling lama enam tahun atau pidana denda paling banyak lima belas juta rupiah.Judi di KUHP diatur pada pasal 303 dan pasal 303 bis yang berbunyi:(1) Diancam dengan pidana paling lama dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak enam ribu rupiah, barang siapa tanpa mendapat izin: (berdasarkan UU Penertiban Perjudian, jumlah pidana penjara telah diubah menjadi sepuluh tahun dan denda menjadi dua puluh lima juta rupiah). 1. dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan untuk permainan judi dan menjadikannya sebagai pencarian, atau dengan sengaja turut serta dalam suatu perusahaan untuk itu ;2. dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan kepada khalayak umum untuk bermain judi atau dengan sengaja turut serta dalam perusahaan untuk itu, dengan tidak peduli apakah untuk menggunakan kesempatan adanya sesuatu syarat atau dipenuhinya sesuatu tata-cara;Sementara pasal 303 bis KUHP merumuskan sebagai berikut:(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak sepuluh juta rupiah:1. barang siapa menggunakan kesempatan main judi, yang diadakan dengan melanggar ketentuan Pasal 303 2. barang siapa ikut serta main judi di jalan umum atau di pinggir jalan umum atau di tempat yang dapat dikunjungi umum, kecuali kalau ada izin dari penguasa yang berwenang yang telah memberi izin untuk mengadakan perjudian itu.(2) Jika ketika melakukan pelanggaran belum lewat dua tahun sejak ada pemidanaan yang menjadi tetap karena salah satu dari pelanggaran ini, dapat dikenakan pidana penjara paling lama enam tahun atau pidana denda paling banyak Rp 15.000.000,-E. Dasar Yuridis Sosiologis Pertimbangan Hakim Menentukan Berat atau Ringan Putusan Tindak Pidana Perjudian Terkait kajian pustaka secara keseluruhan sudah terdapat di dalam sistem Peradilan. Disparitas putusan tidak hanya terjadi pada tindak pidana perjudian saja, melainkan tindak pidana lainnya. Dengan adanya perbedaan putusan hakim terhadap tindak pidana perjudian, maka pada kenyataannya mengenai ruang lingkup tumbuhnya disparitas ini menimbulkan inkonsistensi di lingkungan peradilan. Sehubungan dengan tindak pidana perjudian secara umum, maka Pengadilan menggunakan dasar yuridis putusan hakim melalui berat atau ringannya hukuman berdasarkan tindakan karena berat atau ringannya hukuman tersebut pasti akan terjadi disparitas putusan hakim. Hakim menjadi patokan utama dalam setiap keputusan yang dijatuhkannya. Dalam tindak pidana perjudian sendiri terdapat banyak hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan putusan tersebut. Hal tersebut ditinjau dari: 1. Pasal Pasal yang menyangkut tindak pidana perjudian yaitu pasal 303 KUHP memuat tentang tindak pidana perjudian pada umumnya. Sedangkan pasal 303 bis tindak pidana perjudian yang digunakan pelaku tindak pidana sebagai mata pencaharian (perjudian yang diperberat). Maka dengan adanya perbedaan pasal yang mengatur tindak pidana perjudian hal itu dapat menyebabkan disparitas putusan. Pengadilan Negeri memberikan sanksi tindak pidana perjudian berdasarkan KUHP namun putusan tersebut tindak menyimpang dari UU Penertiban Perjudian. UU Penertiban Perjudian oleh Pengadilan Negeri hanya digunakan untuk pelaksanaannya saja, supaya tindak pidana perjudian diperberat sanksinya maka menggunakan KUHP karena tanpa adanya UU Penertiban Perjudian, pasal di dalam KUHP yang mengatur tentang perjudian tersebut sudah bersifat dinamis atau mengikuti modernisasi.2. Jenis Tindak Pidana Perjudian Jenis tindak pidana perjudian seperti judi kartu, judi bola, judi dadu dan togel (pasal 303 KUHP). Dari macam-macam jenis tindak pidana perjudian tersebut walaupun mengacu pada 1 (satu) tindak pidana perjudian dalam KUHP namun hakim dapat menjatuhkan putusan yang berbeda. 3. Omset Hal ini menjelaskan tentang kedudukan peran dari pelaku kejahatan tindak pidana perjudian. Dalam semua jenis perjudian peran dari pelaku pada umumnya meliputi bandar, pengepul, pengecer dan pembeli. Kemampuan ekonomi dari pelaku itu sendiri juga dapat menyebabkan perbedaan putusan hakim. Semakin besar omset yang dimiliki pelaku maka semakin berat pula sanksi hukum yang diberikan.

4. Recidivist (Pelaku Kambuhan)Recidivist atau tidaknya pelaku tindak pidana perjudian mempengaruhi berat atau ringannya sanksi. Misalnya pelaku pertama atau pelaku yang belum pernah melakukan tindak pidana dihukum selama 3 bulan, namun pelaku recidivist tidak mungkin menjatuhkan hukuman pidana di bawah hukuman pertama (bisa jadi tambah hukuman yang pertama) walaupun pasalnya sama.F. Usaha-usaha yang Dilakukan Aparat Penegak Hukum Serta Hambatannya dalam Menanggulangi Perjudian. Dalam melakukan upaya pencegahan terhadap perjudian Aparat Penagak Hukum menjalankan beberapa kegiatan antara lain: patroli, pemantauan, penyuluhan, penangkapan serta memberikan sanksi yang berat bagi pelaku perjudian.1. Melaksanakan Operasi Rutin dan Operasi Khusus yang dilakukan oleh Pihak Kepolisian.Operasi atau razia kepolisian yang berkesinambungan oleh Aparat Keamanan/Aparat Penegak Hukum terhadap penyakit masyarakat (pekat) besar artinya. Berkesinambungan dimaksudkan selain menghilangkan harapan para oknum untuk memperoleh untung dari permainan judi tersebut juga untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa akan memberantas penyakit masyarakat tersebut.Tampaknya Aparat Penyidik dalam menangani masalah hasil-hasil razia tersebut masih lamban, karena terpengaruh terhadap hal-hal formil yang dikhawatirkannya. Jika tidak demikian, akan tidak diterima penuntut umum atau pengadilan akan membebaskan tersangka. Permasalahan dalam hal ini terletak pada pemahaman terhadap alat bukti yang memadai. dengan barang-barang hasil razia dan Berita Acara Pelaksanaan Razia/Berita Acara.Pasal 13 Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia Tugas Pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia:

a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakatb. Menegakkan hukum.c. Memberi perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.Pasal 14 (1) melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 13 Undang-Undang No. 2 tahun 2002:a. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan.b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas di jalan.c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan.d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional.e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum.f. Melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil dan bentuk-bentuk arsa.2. Peranan Penyuluhan Aparat Penegak Hukum di dalam MasyarakatPada umumnya di negara-negara berkembang, sebagian masyarakat masih dikategorikan miskin dimana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari makan/minum secara memadai, mengalami kesulitan. Suatu keganjilan dalam pemikiran maupun benar sanubari bahwa golongan masyarakat ini, umumnya memiliki anak lebih dari dua bahkan ada yang melebihi setengah lusin. Keganjilan lain adalah adanya pria dari golongan ini yang beristri dua atau tiga. Kemungkinan hal ini terjadi karena, yang bersangkutan mencari kepuasan pengganti, menurut istilah Calvins Hall. Mengenai kebutuhan manusia, Prof. Dr. Mirat mengatakan, antara lain sebagai berikut: Mula-mula kebutuhan itu hanya bersifat kebutuhan biologis semata-mata yaitu, makan, minum dan seks saja. Selanjutnya kebutuhan ini ditambah dengan kebutuhan sosial, mengembangkan diri dan untuk dicintai dan mencintai serta kebutuhan fisik misalnya agama dan ideologi[footnoteRef:23] [23: Arif Gosita, Masalah Korban Kejahatan, Akademika Pressindo, Jakarta, 1993, hal. 7-8.]

Pada era globalisasi ini, tampaknya nilai kebendaan lebih menonjol dari nilai budi/norma/akhlak. Hal ini memerlukan perhatian agar nilai kebendaan dan nilai budi/rohani selalu serasi. Keserasian tersebut seyogianya ditumbuhkan dan dikembangkan sejak dini, sejak anak-anak.Perkembangan anak-anak di daerah pedalaman/perkampungan masih memerlukan perhatian. Masih banyak orang tua yang belum memahami perkembangan dan pertumbuhan jiwa anak. Dengan demikian, terasa sangat penting informasi-informasi kepada orang tua berkenan dengan hal-hal yang dapat menghambat pembangunan jiwa anak/remaja/pemuda/pemudi agar kelak menjadi pemuda/pemudi yang berbudi dan terhindar dari kejahatan terhadap kesusilaan. Sebagai anak/remaja/pemuda/pemudi, adalah hal yang wajar tidak diliputi oleh kekurangan-kekurangan khususnya dalam bertingkah laku dan menanggapi nilai-nilai tertentu. Keinginan tahu/mengetahui masih sangat tinggi. Dalam hal mengisi kekurangan tersebut, perlu diberikan penyuluhan atau informasi, baik untuk menghindarkan hal-hal yang membahayakan perkembangan budidaya maupun terhadap bahaya-bahaya yang mungkin akan dialaminya. 3. Tindakan Kepolisian berdasarkan Undang-Undang No. 2 Tahun 2002, tentang Kepolisian Republik Indonesia.Pasal 13 Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia, Tugas Pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia:a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakatb. Menegakkan hukum.c. Memberi perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.Pasal 14 (1) melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 13 Undang-Undang No. 2 tahun 2002:a. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan.b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas di jalan.c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan.d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional.e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;f. Melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.g. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya.[footnoteRef:24] [24: Martiman Prodjohamidjojo, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Edisi 2, Pradnya Paramitha, Jakarta 1996, Hal. 31.]

Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian:a. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;b. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang.c. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian, sertad. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Pasal 15 (1) Undang-Undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian RI e. Menerima laporan dan/atau pengaduan.c. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum.d. Mencegah dan menanggulangi timbulnya penyakit masyarakat.e. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.f. Mengeluarkan peraturan kepolisian lingkup kewenangan administrasi kepolisian.g. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan.h. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian.i. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang.j. Mencari keterangan dan barang bukti.k. Menyelenggarakan pusat informasi kriminal nasional.l. Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat.m. Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat.n. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.Pasal 16 (1) Undang-Undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian RI:a. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeladahan dan penyitaan.b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan.c. Membawa dan menghadapkan orang kepada peyidik dalam rangka penyidikan.d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri.e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara.h. Mengadakan penghentian penyidikan.i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum.j. Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana.k. Memberi petunjuk dan bantuan peyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum, danl. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.Pasal 17 Undang-Undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian RI:Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia menjalankan tugas dan wewenangnya di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia, khususnya di daerah pejabat yang bersangkutan ditugaskan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Pasal 18 Undang-Undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian RI:a. Untuk kepentingan umum Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat bertindak menurut penilaiannya sendiri.b. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan dalam keadaan yang sangat perlu dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan, serta Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Indonesia.Pasal 19 Undang-Undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian RI:a. Dalam melakasanakan tugas dan wewenangnya, pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia senantiasa bertindak berdasarkan norma hukum dan mengindahkan norma agama, kesopanan, kesusilaan, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia.b. Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Kepolisian Negara Republik Indonesia mengutamakan tindakan pencegahan.Berdasarkan penjelasan yang didapatkan dari Polres Metro Bekasi yang dilakukan Aparat Kepolisian untuk menanggulangi VCD porno, adalah:a. PenyuluhanPenyuluhan Aparat Kepolisian misalnya melakukan penyuluhan pengetahuan dan pendidikan sosial, pendidikan moral, agama dan sebagainya, guna mengembangkan tanggung jawab warga masyarakat terhadap kejahatan.b. PatroliPatroli Aparat Kepolisian mengontrol semua aktivitas kegiatan masyarakat.c. Melakukan PenyelidikanMelakukan penyidikan untuk mencari informasi suatu peristiwa atau barang bukti perjudian.d. Melakukan PenyidikanMelakukan penyidikan serangkaian tugas penyelidikan.e. Operasi KhususOperasi Khusus adalah Aparat Kepolisian melakukan razia mencari barang-barang bukti atau secara terang-terangan.f. Melakukan PenangkapanMelakukan penangkapan, aparat kepolisian melakukan penangkapan penjual togel.g. Melakukan PenahananMelakukan penahanan sesudah melakukan penangkapan, Aparat Kepolisian melakukan penahanan.h. Menyerahkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Barang Bukti dan Tersangka ke Jaksa Penuntut Umum.Sesudah melakukan penahanan Aparat Kepolisian menyerahkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) barang bukti dan tersangka ke Jaksa Penuntut Umum.Setelah penerimaan BAP barang bukti togel dan tersangka, kejaksaan melakukan pemeriksaan dan penelitian untuk membuat surat dakwaan terhadap kasus tersebut. Mengenai penangkapan dan penahanan untuk kepentingan penyidikan yang dilakukan oleh kepolisian diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).4. Peranan Polisi Mitra MasyarakatKepolisian yang mempunyai fungsi dan tugas sebagai Aparat Penegak Hukum yang melindungi dan mengayomi masyarakatnya, dengan melakukan berbagai upaya dan tindakan, pencegahan maupun penanggulangannya agar anggota masyarakat dapat terhindar dari judi dan akibat perjudian yang terjadi dalam masyarakat.Berbagai tindakan dilakukan antara lain dengan melakukan penyuluhan, dan penerangan kepada anggota masyarakat mengenai akibat judi secara sosial dan secara hukum. Tindakan secara sosial atau yang bersifat non-hukum dilakukan melalui upaya pendekatan dan penyuluhan mengenai bahaya judi bagi masyarakat.Disamping itu dilakukan upaya penindakan seperti penggerebekan lokasi perjudian dilakukan karena kegiatan itu melanggar hukum dan norma-norma lainnya yang dianut dalam masyarakat. Mengingat judi sekarang marak dilakukan dalam masyarakat, dengan berbagai bentuk dan caranya masing-masing, pihak yang menjadi korban dari segala macam perjudian ini adalah masyarakat golongan bawah yang harus memenuhi kebutuhan hidup yang semakin sulit, tetapi mereka justru melakukan hal yang salah dengan melakukan judi dan perjudian, menyandarkan kehidupannya dari judi. Mereka itu antara lain dari kalangan pedagang rokok, penjual makanan dan minuman, pengelola tempat parkir dan sebagainya.Tampaknya para penjudi tidak jera atau belum jera atas hukuman yang diberikan kepada mereka. Hukuman yang diberikan dapat berupa penindakan dengan memberi pengarahan, agar tidak melakukan lagi judi dan perjudian. Demikian pula sampai kepada proses peradilan dan menjatuhkan sanksi kepada para pelaku perjudian. Namun demikian, tampaknya belum dapat menjerakan para penjudi. Selama ini sanksi yang dijatuhkan terhadap pelaku dan penyedia tempat judi masih sangat ringan sehingga memungkinkan mereka melakukan kembali perjudian karena bagi penyedia sarana perjudian judi dapat memberikan keuntungan bagi mereka, tetapi ada korban di pihak masyarakat kecil lainnya yang juga menginginkan mendapat keuntungan.Pihak Aparat Kepolisian dengan berbagai cara telah berupaya untuk memberantas perjudian, yaitu melalui cara diantaranya melakukan penangkapan dan penggerebekan tempat judi, tetapi hasil yang dicapai belum memuaskan dan sampai saat ini perjudian masih marak di mana-mana. Sehubungan dengan hal itu, perlu dicarikan lagi cara yang dapat dipakai untuk mencegah dan menanggulangi perjudian yang terjadi dalam masyarakat. Di samping itu, untuk mencegah agar judi tidak menyebar dan meluas di kalangan masyarakat, yang akibatnya dapat menyengsarakan masyarakat.

BAB IVKESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan1. Penyebab Perjudian di masyarakatKeadaan perekonomian masyarakat yang sulit dan memperihatinkan merupakan salah satu penyebab rendahnya tingkat penghasilan masyarakat yang merupakan beban yang dialami sebagian besar mesyarakat. Saat ini.berbagai hal tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan judi di masyarakat kerena mereka berusaha untuk menutupi kekurangan uang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Berbagai cara ditempuh baik yang sah atau legal menurut hukum maupun yang illegal atau bertentangan dengan hukum. Salah satu cara yang banyak ditempuh adalah melalui permainan judi, walaupun mereka mengetahui bahwa judi dilarang dan akan mengakibatkan berurusan dengan pihak yang berwajib, mereka tetap melakukannya, dengan harapan kalau menang dapat menutupi kebutuan hidup mereka. Perjudian menjadi salah satu pilihan yang dianggap sangat menjanjikan keuntungan tanpa harus bersusah payah bekerja, judi dianggap sebagai pilihan yang tepat bagi rakyat kecil untuk mencari uang dengan lebih mudah. Mereka kurang menyadari bahwa akibat judi jauh lebih berbahaya dan merugikan dari keuntungan yang akan diperolehnya dan yang sangat jarang dapat diperolehnya. Perjudian banyak ditemui di berbagai tempat atau lokasi, yang diperkirakan tidak dapat diketahui oleh pihak berwajib, bahkan dekat pemukiman pun judi sering ditemukan dan dilakukan. demikian pula di masyarakat itu sendiri sering dan banyak ditemukan judi dengan jenis. Berbagai permainan judi yang sering ditemukan dalam masyarakat adalah judi dengan menggunakan kartu remi ataupun roulette, domino dan sebagainya. Walaupun judi dilarang dan diancam dengan hukuman, masih saja banyak yang melakukannya.itu antara lain karena manusia mempunyai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, sedangkan di sisi lain tidak setiap orang dapat memenuhi hal itu karena berbagai sebab misalnya karena tidak mempunyai pekerjaan atau mempunyai penghasilan lain untuk memenuhi kebutuhan mereka. Atau dapat juga mempunyai pekerjaan tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka. Pilihan mereka untuk menambah kekurangan kebutuhan tersebut adalah antara lain pilihannya adalah melakukan judi dan perjudian, judi menjadi alternatif yang terpaksa dilakukan meskipun mereka tahu risikonya, untuk mencukupi kebutuhannya dan keluarganya.Di samping untuk memenuhi kebutuhannya ada juga anggota masyarakat yang melakukan perjudian karena kesenangan atau kegemarannya akan judi. Meskipun keadaan mereka secara ekonomis cukup baik dan bahkan seringkali sudah dapat memenuhi kebutuhannya dengan baik, tetap saja mereka melakukan judi karena kegemarannya untuk melakukan judi. Walaupun mereka sudah mapan secara ekonomi mereka tetap berjudi, kegemarannya dilakukan pada saat-saat santai atau ditengah kesibukannya bekerja. 2. Sikap MasyarakatAkibat dari perjudian diketahui terjadi dalam masyarakat, judi senantiasa membawa akibat buruk bagi masyarakat. Oleh kerena itu, sikap masyarakat pada dasarnya sangat setuju diberantasnya judi secara berlanjut, tegas tanpa pandang bulu terhadap para pelaku sehingga timbul tampak jera dan sadar bahwa judi adalah penyakit masyarakat, masyarakat yang sudah berada dalam keadaan sengsara dan serba kesulitan akan diperparah lagi dengan adanya permainan judi yang banyak terdapat di kalangan masyarakat tertentu. Judi yang menyengsarakan masyarakat harus dicegah dan diberantas, atau diupayakan agar tidak dilakukan, mengingat akibatnya pada masyarakat.3. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Judi Kepolisian yang mempunyai fungsi dan tugas sebagai pelindung pengayom dan pelayan masyarakat harus melindungi dan mengayomi masyarakatnya, dengan melakukan berbagai upaya dan tindakan, pencegahan maupun penanggulangannya agar anggota masyarakat dapat terhindar dari judi dan akibat yang terjadi dalam masyarakat.Tindakan dilakukan antara lain dengan melakukan penyuluhan, dan penerangan kepada anggota masyarakat mengenai akibat judi secara sosial dan secara hukum, harus dilakukan.Upaya penindakan seperti penggerebekan lokasi perjudian dilakukan karena kegiatan itu melanggar hukum dan norma-norma lainnya yang dianut dalam masyarakat. Mengingat judi sekarang marak dilakukan dalam masyarakat, dengan berbagai bentuk dan caranya masing-masing seperti kupon togel. Pihak yang menjadi korban dari segala macam perjudian ini adalah masyarakat golongan bawah yang harus memenuhi kebutuhan hidup yang semakin sulit, tetapi mereka justru melakukan hal yang salah dengan melakukan judi dan perjudian, menyandarkan kehidupannya dari judi, hal itu perlu diatasi dengan melalui penyuluhan dan penerangan agar menjauhi judi.Di samping itu tampaknya para penjudi tidak jera atau belum jera atas hukuman yang diberikan kepada mereka melalui proses peradilan dengan menjatuhkan sanksi kepada para pelaku perjudian. Namun demikian, tampaknya belum dapat menjerakan mereka. Selama ini sanksi yang dijatuhkan terhadap pelaku dan penyedia tempat judi masih sangat ringan sehingga tampaknya tidak membuat jera para pelaku perjudian. Keuntungan dari perjudian memungkinkan mereka melakukan kembali perjudian karena bagi penyedia sarana perjudian judi dapat memberikan keuntungan bagi mereka, tetapi ada korban di pihak masyarakat kecil lainnya yang juga menginginkan mendapat keuntungan. B. Saran1. Dalam upaya pencegahan dan penanggulangan perjudian selain dilakukan tindakan kepolisian juga perlu ditempuh berbagai cara yang bersifat persuasive dan juga melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi mengatasi maraknya perjudian yang terjadi dengan melaporkan kepada pihak berwajib kalau mengetahui adanya perjudian.2. Sebaiknya dalam pelaksanaan tugas masing-masing aparat penegak hukum diadakannya Koordinasi dan kerjasama dalam melaksanakan kegiatan, untuk tercapainya penegakkan hukum yang baik3. Pemerintah dan instansi terkait diharapkan agar memperhatikan dan memberikan sarana dan prasarana yang lengkap serta anggaran yang cukup untuk melakukan suatu kegiatan operasi atau terhadap tindak pidana perjudian.

DAFTAR PUSTAKAArif Gosita, Masalah Korban Kejahatan, Akademika Pressindo, Jakarta, 1993.Dali Mutiara, dalam buku Kartini Kartono, Patologi Sosial, Jilid 1, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,1981.Dr Gerda Reith, Research On The Social Impacts Of Gambling, Scottish Executive Social Research (2006).Dr. Eric Geffner's Individual Outpatient Gambling Treatment Program: Types of Gamblers, http://stopgamblingnow.com/general_information/types_of_gamblersDr. Mark Griffiths, Problem gambling in Great Britain: A brief review, Report prepared for the Association of British Bookmakers (July 2014), Nottingham Trent University.Encyclopedia of Mental Disorders, Pathological gambling disorder, http://www.minddisorders.com/Ob-Ps/Pathological-gambling-disorder.htmlFokema Andrea, dalam buku Kartini Kartono, Patologi Sosial, Jilid 1, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,1981.Itca Toys Alyamabra, 2014, Disparitas Putusan Hakim terhadap Tindak Pidana Perjudian (Studi di Pengadilan Negeri Malang), Artikel Ilmiah, Malang: Universitas Brawijaya.Kartini Kartono, Patologi Sosial, jilid I, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005. Lamintang, Delik Khusus Tindak Pidana Kesusilaan. Mandar Madju, Bandung, 1984.Martiman Prodjohamidjojo, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Edisi 2, Pradnya Paramitha, Jakarta 1996.Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta. 2000.Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, (Bandung: Alumni, 1992).Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, Jakarta, 1995.Samidja, Hukum Acara Pidana, Alumni, Bandung. 1985..Saparinah Sadli, dalam Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Cet. II, Penerbit Alumni, Bandung, 1998. Shelly Shah, Values and Norms of Society: Conformity, Conflict and Deviation in Norms,http://www.sociologydiscussion.com/society/values-and-norms-of-society-conformity-conflict-and-deviation-in-norms/2292The Church of England: Ethical Investment Advisory Group, Gambling or Gaming Entertainment or Exploitation?, The Church of England.

39