perjanjian lisensi untuk hak intelektual
DESCRIPTION
Makalah Perjanjian Lisensi Untuk Hak IntelektualTugas Mata Kuliah Hukum BisnisTRANSCRIPT
PERJANJIAN LISENSI UNTUK HAK INTELEKTUAL
Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Bisnis
Disusun oleh :
Nama : Kartika Kusumawardani
NIM :12030114060063
PROGRAM STUDI D III AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah “ Perjanjian Lisensi
Untuk Hak Intelektual “ ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga
saya berterima kasih pada Ibu Siti Mahmudah ,SH, M.H selaku dosen mata kuliah Hukum
Bisnis yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Perjanjian Lisensi Untuk Hak Intelektual. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh
dari apa yang saya harapkan. Untuk itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Semarang, 14 September 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hak kekayaan intelektual khususnya rahasia dagang, desain industri, desain tata letak
sirkuit terpadu, paten, merek, dan hak cipta, seperti diketahui merupakan kekayaan
intelektual yang mempunyai manfaat ekonomi. Karena bermanfaat ekonomi maka suatu
kekeyaan intelektual dapat menjadi asset perusahaan. Berdasarkan suatu perjanjian, suatu
perusahaan dapat memberikan hak (bukan pengalihan hak) untuk menikmati manfaat
ekonomi kekayaan intelektual yang dimiliki kepada perusahaan lain.
Pemberian izin oleh pemilik lisensi kepada penerima lisensi untuk memanfaatkan
atau menggunakan (bukan mengalihkan hak) suatu kekayaan intelektual yang dipunyai
pemilik lisensi berdasarkan syarat-syarat tertentu dalam jangka waktu tertentu yang
umumnya disertai dengan imbalan berupa royalty.
Lisensi bisa merupakan suatu tidakan hukum berdasarkan kesukarelaan atau
kewajiban. Lisensi sukarela adalah suatu cara pemegang HaKI memilih atau memberikan hak
berdasarkan perjanjian keperdataan hak-hak ekonomi hak kekayaan intelektual kepada pihak
lain sebagai pemegang hak lisensi untuk mengeksploitasi. Lisensi merupakan cara pemberian
hak ekonomi yang diharuskan perundang-undangan, tanpa memperhatikan apakah pemilik
menghendakinya atau tidak.
Umumnya pemegang lisensi akan bernegoisasi dan mengadakan mufakat tentang
pemberian pemanfaatan ekonomi HaKI dalam cangkupan lisensi. Cangkupan lisensi yaitu
batasan mengenai apa yang dapat atau tidak dapat dilakukan pemegang lisensi terhadap HaKI
yang dialihkan dan biasanya diuraikan dalam perjanjian lisensi. Perjanjian lisensi bisa
merupakan kontrak-kontrak yang sederhana, pendek, atau panjang sangat detail bagaikan
sebuah buku. Seringkali perjanjian lisensi merupakan perjanjian standar dimana pemilik
HaKI (lisensor) menguasai isi dari kontrak dan tidak ada kemungkinan tawar menawar bagi
penerima lisensi.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perjanjian Lisensi
Perjanjian lisensi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, yang mana satu pihak
yaitu pemegang hak bertindak sebagai pihak yang memberikan lisensi, sedangkan pihak yang
lain bertindak sebagai pihak yang menerima lisensi.
Pengertian lisensi itu sendiri adalah izin untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu
obyek yang dilindungi HKI untuk jangka waktu tertentu. Sebagai imbalan atas pemberian
lisensi tersebut, penerima lisensi wajib membayar royalti dalam jumlah tertentu dan untuk
jangka waktu tertentu. Mengingat hak ekonomis yang terkandung dalam setiap hak eksklusif
adalah banyak macamnya, maka perjanjian lisensi pun dapat memiliki banyak variasi. Ada
perjanjian lisensi yang memberikan izin kepada penerima lisensi untuk menikmati seluruh
hak eksklusif yang ada, tetapi ada pula perjanjian lisensi yang hanya memberikan izin untuk
sebagian hak eksklusif saja, misalnya lisensi untuk produksi saja, atau lisensi untuk penjualan
saja.
Perjanjian lisensi untuk hak milik intelektual, telah diatur dalam undang – undang
tentang :
1. Lisensi Merek diatur dalam Undang – Undang tentang Merek.
2. Lisensi Paten diatur dalam Undang – Undang tentang Paten.
3. Lisensi Hak Cipta diatur dalam Undang – Undang tentang Hak Cipta.
2.2 LISENSI PATEN
Bahwa tentang lisensi paten ini, di samping beragam pengalaman dalam praktek,
sehingga dapat menjadi acuan karena merupakan “common trade usage“, tetapi bahkan telah
pula mendapat pengaturannya dalam Undang – Undang Paten.
2.2.1 Lisensi Paten dan Know – How Transfer
Differensiasi antara lisensi paten dengan know – how transfer terletak pada tujuan
dari masing – masing pranata tersebut. Dalam lisensi paten terdapat pemberian izin dari
pemilik kepada pemegang lisensi , dengan suatu imbalan untuk menggunakan sesuatu yang
sebelumnya tidak boleh digunakannya. Dan dengan know – how transfer, juga terdapat
semacam pemberian izin ( jadi sebenarnya bukan transfer dalam arti menjual), juga dengan
suatu imbalan untuk menggunakan sesuatu , yang sebelumnya pihak yang menerima transfer
tidak mengetahui bagaimana cara menggunakannya, dan yang dengan alasan – alasan praktis
tidak bermaksud mengembangkannya sendiri. Jadi, yang dimaksud dengan transfer tersebut
sebenarnya sejenis lisensi juga.
2.2.2 Lisensi Sebagai Suatu Cara Pengalihan Paten
Pemilik paten, seperti juga pemilik properti lainnya, dapat memberikan persetujuan
terhadap orang lain untuk membuat, menjual, menyewakan, menyerahkan, memakai,
menyediakan untuk disewakan atau dijual dan sebagianya. Paten dapat beralih misalnya
karena pewarisan dan dapat juga dialihkan. Apabila yang dialihkan itu pemilikannya, cara
yang ditempuh adalah melalui :
Hibah
Wasiat
Perjanjian
Sedangkan apabila yang ditransfer itu pemakaiannya ( sebagian atau seluruhnya),
maka dapat misalnya dilakukan dengan lisensi. Jadi, pada prinsipnya dengan lisensi ini, yang
dialihkan hanyalah hak untuk menikmati manfaat ekonomi dari paten.
2.2.3 Pendaftaran
Bukan hanya hak patennya sendiri, melainkan pengalihan termasuk lisensi juga
terkena wajib daftar,dalam Daftar Umum Paten.
2.2.4 Lisensi Wajib ( Nonvoluntary Licence / Compulsory Licence )
Dalam rangka mendorong kemungkinan pemakai paten secara luas dan manfaat yang
optimum kepada masyarakat maka dibukalah kesempatan bagi seseorang untuk memperoleh
6
lisensi wajib atas paten orang lain. Pemberian lisensi wajib ini dilakukan oleh Pengadilan
Negeri setelah mendengar pemegang paten dan pihak lain yang memintanya.
Menurut Undang – Undang Paten , seseorang dapat mengajukan permohonan lisensi
wajib kepada Pengadilan Negeri untuk melaksanakan paten tersebut setelah lewat waktu 36
(tiga puluh enam) bulan terhitung sejak tanggal pemberian paten. Alasan permohonan lisensi
wajib adalah bahwa paten yang bersangkutan tidak dilaksanakan di Indonesia oleh pemegang
paten, padahal kesempatan untuk itu ada. Karena itu, permohonan lisensi wajib harus
menunjukkan bukti yang meyakinkan terhadap :
a. Harus diajukan permohonan oleh yang ingin memperoleh lisensi wajib.
b. Harus membayarkan royalty kepada pemegang paten.
c. Diajukan setelah lewat jangka waktu 36 (tiga puluh enam) bulan sejak tanggal
pemberian paten.
d. Jika paten yang bersangkutan atau tidak sepenuhnya dilaksanakan di Indonesia, atau
dilaksanakan dengan cara yang merugikan kepentingan masyarakat di Indonesia oleh
pemegang paten atau pemegang lisensi paten.
e. Kemampuan untuk melaksanakan sendiri paten yang bersangkutan secara full, dan
f. Mempunyai sendiri fasilitas untuk melaksanakan paten yang bersangkutan.
g. Harus diajukan permohonan oleh yang ingin memperoleh lisensi wajib.
h. Jika paten yang bersangkutan atau tidak sepenuhnya dilaksanakan di Indonesia, atau
dilaksanakan dengan cara yang merugikan kepentingan masyarakat di Indonesia oleh
pemegang paten atau pemegang lisensi paten.
Pemberi lisensi wajib ini dimaksudkan untuk menghindari eksploitasi terhadap
permohonan lisensi wajib untuk tujuan yang bersifat kompetisi tidak fair.
Terhadap lisensi wajib, juga dikenal adanya royalty yang harus dibayar oleh
pemegangnya kepada pemiliknya. Besarnya royalty tersebut akan ditetapkanb oleh
pengadilan yang bersangkutan dengan memperhatikan kelaziman dalam praktek
pemberian lisensi sukarela.
2.2.5 Argumentasi untuk Memberikan / Tidak Memberikan Lisensi
Alasan yang mendukung pemberian lisensi adalah :
a. Menghasilkan uang;
b. Lisensi dapat memperluas pasar (karena jarak, hambatan dari peraturan pemerintah,
dan sebagainya)
c. Dari segi teknis, lisensi merupakan cakrawala tukar – menukar pengetahuan;
d. Dan lain-lain.
Sedangkan alasan yang menentang pemberian lisensi antara orang lain :
a. Lisensi justru membantu competitor
b. Kerap kali biaya yang terlibat dalam pemberian lisensi cukup besar, sehingga kadang
– kadang bahkan dianggap tidak membawa profit.
c. Resiko didiskreditkannya reputasi pemberi lisensi oleh penerima lisensi.
2.2.6 Pembayaran
Metode pembayaran royalti dari pemegang lisensi kepada pemilik pateb minimal
dikenal 6 (enam) metode pembayaran, yaitu sebagai berikut :
a. Pembayaran suatu jumlah sekaligus;
b. Presentase harga jual;
c. Pembayaran jumlah tertentu dihitung tiap masing – masing komponen yang dibuat;
d. Presentase dari profit;
e. Partisipasi pihak pemberi lesensi dalam perusahaan penerima lisensi melalui
pemilikan saham;
f. Membayarnya dengan barang (timbal jual) atau dengan jasa, seperti jasa melakukan
riset, dan sebagainya.
Jika pembayaran dengan jumlah tertentu dan dilaksanakan sekaligus sering disebut
dengan sebutan “lump-sum” atau “paid-up licence”. Sedangkan apabila jumlah tertentu juga
dibayar sebagian lebih dahulu disebut dengan down-payment. Pembayaran sekaligus ini
mengandung beberapa nilai plus, baik terhadap penerimaan lisensi maupun terhadap
pemberinya.
Terhadap penerima lisensi, keuntungannya adalah :
a. Mengetahui sejak semula berapa persisnya yang harus dibayar, sehingga dapat
dikalkulasikan untuk investasi dan harga.
b. Omzetnya tidak perlu dipertanggungjawabkan
Sedangkan terhadap pemberi lisensi keuntungannya sebagai berikut :
a. Tahu dengan pasti berapa pemasukannya.
b. Kepastian pembayaran, walaupun misalnya nanti timbul sengketa antara mereka.
8
Apabila pembayaran itu dilakukan dengan presentase tertentu, ini sering disebut royalty,
walaupun dalam praktek terhadap kata royalty digunakan untuk segala jenis pembayaran.
Ada beberapa keuntungan dan pembayaran secara presentase ini, yaitu sebagai berikut :
1. Kepada pemberi lisensi akan diterima keuntungan apabila lisensi tersebut sukses,
sehingga mendapatpembayaran tinggidan penerima lisensi bersedia melakukan
kontrak lisensi dalam jangka waktu yang lebih lama.
2. Bagi pemberi lisensi juga mendapat keuntungan, karena dalam rangka persaingan dia
akan mengetahui dengan baik omzet penerima lisensi.
3. Bagi penerima lisensi, pembayaran dengan presentase ini juga menguntungakan,
karena dia tidak membayar sebelum bisa mendapatkan hasil dari objek lisensi. Dan
jika usaha tidak berjalan dengan baik, dia malahan tidak perlu membaayar.
Yang sering jadi masalah dalam praktek adalah oleh karena pemberi lisensi sering
menuduh kesalahan / kurang uletnya pihak penerima lisensi dalam berusaha menyebabkan
usahanya tidak jalan.
Dalam kontrak lisensi sering juga ditemukan apa yang dinamakan klausula hardship.
Dalam hal ini ditentukan bahwa terhadap pembayaran, baik secara presentase ataupun secara
tetap, akan ditinjau lagi dengan perlindungan suatu masa ketika kontrak sedang berjalan.
Terhadap pembayaran dan / atau penyerahan dokumen sehubungan dengan pembayaran
tersebut, sering pula dilakukan melalui garansi Bank. Bentuk performance guarantee dari
Bank dalam hal ini sering dilakukan. Tentu tidak tertutup kemungkinan adanya “personal
guarantee” atau “corporate guarantee”
2.2.7 Tidak Boleh Membuka Rahasia
Dalam suatu lisensi sering kali terdapat kewajiban menyimpan rahasia oleh si penerima
lisensi dan kewajiban ini dapat direstriksi untuk waktu tertentu aja. Sering juga larangan ini
disertai dengan denda bagi si pelanggar.
Bahkan, untuk menghindari larangan membuka rahasia ini, juga dalam praktek sering
ditambah dengan kewajibanuntuk menyerahkan kembali dokumen – dokumen yang
bersangkutan kepada pemberi lisensi, misalnya setelah melewati jangka waktu tertentu.
2.3 LISENSI MEREK
2.3.1 Pengembangan Ketentuan tentang Lisensi Merek
Berbeda dengan lisensi paten, lisensi merek di Indonesia tidak direkayasa oleh
peraturan, tetapi pertama sekali direkayasa oleh praktek dan yurisprudensi. Salah satu
keputusan Mahkamah Agung yang memperkuat posisi lesensi merek adalah keputusan
Mahkamah Agung Indonesia Nomor 3051 K/Sip/1981, tanggal 28 Desember 1983 yang
dikenal dengan perkara merek Gold Bond. Keputusan ini mengakui hak pemegang lisensi
merek. Dan Alasan non-use dari pemegang lisensi tidak dapat ditterima oleh pengadilan.
Akan tetapi, sekarang ini ketebtuan tentang lisensi merek sudah diatur dalam Undang –
Undang Merek, yang antara lain menentukan bahwa perjanjian lisensi wajib dicatat dalam
Daftar Umum Merek pada departemen yang berwenang dan mengumumkannya dalam berita
resmi merek.
2.3.2 Doktrine of Exhaustion
Doktrine of Exhaustion (uitputtingsregel) adalah doktrin yang mengajarkan bahwa
sekali lisensi merek sudah diberikan oleh licencor, maka dia tidak bisa lagi membatalkan atau
merestriksi pemakaian merek tersebut oleh licensee, kecuali dalam keadaan – keadaan terentu.
Restriksi pemakaian disini berarti oleh licensor dicegah licensee atau pihak ketiga untuk
memasarkan serta menggunakan merek tersebut dalam mempromosikan barangnya. Keadaan –
keadaan tertentu yang dikecualikan misalnya apabila barang yang dimereki diubah atau
dimodifikasi sehingga merugikan terhadap reputasi merek yang bersangkutan.
2.3.3 Penerima Lisensi Merek Bertikad Baik
Terhadap penerima lisensi yang bertikad baik, tetapi kemudian merek tersebut
dibatalkan atas dasar adanya persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek
lain yang terdaftar, tetap berhak melaksanakan pe3rjanjian lisensi tersebut sampai habis masa
berlakunya lisensitersebut. Dalam hal ini penerima lisensi tidak lagi wajib membayar royalty
kepada pemilik merek yang dibatalkan. Jika pembayaran royalty telah dilaksanakan sekaligus,
maka pemilik merek yang telah dibatalkan wajib mengembalikan royalty kepada pemilik
merek yang tidak dibatalkan dengan jumlah yang sebanding dengan sisa jangka waktunya.
10
2.4 LISENSI HAK CIPTA
Pemegang hak cipta dapat juga memberi lisensi kepada pihak lain untuk
memanfaatkan, baik seluruh atau sebagian dari hak cipta tersebut. Dan agar mempunyai
kekuatan hukum bagi pihak ketiga, maka perjanjiaan lisensi wajib dicatat di Kantor Hak
Cipta.
Tentang ketentuan hukum dan lisensi hak cipta ini diatur dalam Undang – Undang
tentang Hak Cipta.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Lisensi adalah izin untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu obyek yang
dilindungi HaKI untuk jangka waktu tertentu. Sebagai imbalan atas pemberian lisensi
tersebut, penerima lisensi wajib membayar royalti dalam jumlah tertentu dan untuk jangka
waktu tertentu. Mengingat hak ekonomis yang terkandung dalam setiap hak eksklusif adalah
banyak macamnya, maka perjanjian lisensi pun dapat memiliki banyak variasi. Ada
perjanjian lisensi yang memberikan izin kepada penerima lisensi untuk menikmati seluruh
hak eksklusif yang ada, tetapi ada pula perjanjian lisensi yang hanya memberikan izin untuk
sebagian hak eksklusif
saja, misalnya lisensi untuk produksi saja, atau lisensi untuk penjualan saja.
3.2 KRTIK DAN SARAN
Demikian makalah kami, kami berterimakasih karena pembaca telah membaca
makalah kami.bila ada kesalahan kelompok kami mohon agar pembaca yang budiman dapat
menyampaikan kritik dan saran, agar di lain waktu kelompok kami bisa membuat makalah
dengan lebih baik. Semoga makalah kami dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca
12