perizinan sebagaiinstrumen vuridis dalam …repository.unair.ac.id/71258/1/kkb kk pg-33-11 dja...
TRANSCRIPT
, .v
PERIZINAN SEBAGAIINSTRUMEN VURIDIS DALAM PELAVANAN PUBLIK
M LI K 1 PERPUST,~,K.~AN
'U 'n - ' -r'AS/I 'IAN I .... 'L.:' :..." :"1 • .:: ~ GGA i ~ u R A B'\YA I
Pidato
Disampaikan pada Pengukuhan J abatan GUr-U Besar dalam Bidang Hukum Administrasi
pada Fakultas Hukum Universitas Ai.rlangga
di Surabaya ,pada hari Sabtu Tanggal 24 N ovembe.r 2007
Oleh
TATIEK SRI DJATMIATI
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI
PERIZINAN SEBAGAIINSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK
Pidato
rv'« A v<~ -
~h , 3~/l\ ~J" f
Disampaikan pada Pengukuhan J abatan Guru Besar
da1am Bidang Hukum Administrasi
pada Faku1tas Hukum Universitas Airlangga
di Surabaya pada hari Sabtu Tangga124 November 2007
01eh
TATIEK SRI DJATMIATI
J,1 J L J K PF . rTJ~T / r.;~ .-' AN
U ~ , 1",' d' ~ I AS / .lr.. LAT ~GGA
S UR A l> , YA
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI
Dicetak' A' I . Ir angg U ' lsi di luar I a nlVersily Press
anggung jawab AUP
Bismillahirrahmanirrahim,
Yang terhormat,
Ketua dan Anggota Majelis Wali Amanat Universitas Airlangga,
Ketua dan Anggota Senat Akademik Universitas Airlangga,
Rektor dan Wakil Rektor Universitas Airlangga,
Para Guru Besar Universitas Airlangga dan Guru Besar Tamu,
Para Dekan dan Wakil Dekan di Lingkungan Universitas Airlangga,
Para Ketua Lembaga dan Unit di Lingkungan Universitas Airlangga,
'Guru-Guru saya, Teman Sejawat, Mahasiswa, segenap Sivitas
Akademika Universitas Airlangga,
Para Pejabat dan Hadirin sekalian,
Very Reverend Prof. mr. dr. G.H. Addink, Faculty of Law, Utrecht
University
Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh,
Selamat pagi,
Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya menyampaikan orasi
inaugurasi dengan judul:
PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK
Judul tersebut beranjak dari ranah Hukum Administrasi yang menyangkut penggunaan wewenang pemerintahan dalam
menerbitkan perizinan, tanggung jawab dan tanggung gugat pejabat
dalam pelaksanaan perizinan.
Karakter yuridis izin adalah konstitutif, artinya hak dan kewajiban
lahir dari izin.
Aktivitas tertentu hanya mungkin dilakukan kalau sudah ada
izin. Saat ini perizinan t elah menjadi polemik berkepanjangan,
l'd ILIK PFI f'l.1~TAU AN
U:\' IVr:r-1 .. ~ITAS .\ 1..LANGGA S I.J , Y A
1
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI
menyangkut tujuan pemberian izin. Hampir semua aspek
kegiatan kita sarat dengan nuansa perizinan. Dapat dikatakan RI
adalah negara penuh izin. Tidak ada aktivitas yang tanpa izin.
Realita ini mencapai puncak ketika Pemerintah Pusat menerapkan pemb' t . S
. . enan 0 onoml daerah yang seluas-luasnya. lSI negatif sistem otono " . .
b b· ml ml membenkan peluang yang sangat
esar agl daerah karen d tuk
a engan wewenang yang ada Iebih leluasa menen anb b . er agaI macam p " . . enzman.
Izm dlharuskan tidak d 1 Administra . t. . a am rangka fungsi izin menurut Hukum
SI, apl sebagaI s b . kita simak a tu. Urn er pendapatan, oleh karen a itu marl
pa ~uan perizina . n menurut Hukum Administrasl.
TUJUAN PERIZINAN
Indonesia sungguh d 'k' hutan dan Iauta d k eml Ian kaya, dengan hamparan gunung,
. n an ekayaan 1 Tldak berlebihanI h k' a am yang terkandung di dalamnya.
a lranya kIp . mengatakan bah k a au residen R.I Pertama, Soekarno
wa ekayaan b . . ratna mutu manikam Uml pertiwi ini laksana untalan
Namun sungguh tu······: bak zamrud katulistiwa. . d pa t disa k g m ah dan kekay yang an, bahwa di negara kita yan
aan alam . macam pencemar d yang berlimpah telah terjadi berbagaI · K an an peng k' .
asus-kasus Per' . rUsa an kekayaan alam IndoneSIa. 1 " lZman di tin k . 1 oglng, Illegal fishin '11 g at pusat dan daerah seperti Illega k h'd g, 1 egal m' . 'k e 1 upan kita. Demikia mmg seolah lekat dalam din amI a
mulai p '. n Pula berba . . d rah erlzman rekl gal problem perizinan dl ae dan 1 " arne 1MB k am-lamnya. ' , sampai izin tower yang lagi mara Kondisi tersebut fun .. menUnjukk
gSllzin disalah an bahwa tujuan karakter dan I . gunakan t ' zm adalah salah . a au diabaikan.
Ad . . satu mst mmlstrasi. Pemerintah rumen yang digunakan dalam FIuku~
untuk meng t . menggun k '. ridlS ~ bngkah 1 k a an lzm sebagai sarana yU
1 a U Warga N.M Spelt dan 1.B rnasyarakat.1
De Vergunnina . ·1.M. ten Berge I hanteert de v b .IS een van de ' nleiding Ver .
ergunnlllg als een juri~eest gebruikte inst~unnlllgen Recht, 1995, h. 2. besttlurs 2 seh mlddel om d b menten III het admin istratief recht. Het
e urgers te sturen.
Konsep di atas menunjukkan bahwa izin merupakan norma
pengatur atau norma pengendali agar masyarakat dalam melakukan suatu kegiatan tertentu seperti "business" maupun
kegiatan lainnya haruslah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Oleh karena itulah izin merupakan suatu "preventieve
instrumenten", yang tujuan utamanya adalah mencegah perilaku menyimpang dari masyarakat agar memenuhi ketentuan-ketentuan
hukum yang berlaku dan bukan sekedar sumber pendapatan
semata. Keluhan masyarakat saat ini adalah, di samping izin sebagai
biang berbagai macam perusakan dan pencemaran, maka perizinan di Indonesia juga menghambat investasi. Alternatif dan solusi saat ini antara lain dengan pola pelayanan satu atap (one stop service) dan pola pelayanan satu pintu.
Hadirin yang saya hormati,
Apakah yang digunakan pola pelayanan satu atap atau
apakah dengan pola pelayanan satu pintu, yang terpenting adalah
melaksanakan pola pelayanan dengan integrasi prosedur
dalam pelayanan perizinan.
Keluhan masyarakat (termasuk para investor) tentang rumitnya birokrasi perizinan harus segera direspon dengan baik jika hendak menjaring investor demi meningkatkan perekonomian nasional.
Penyederhanaan perizinan sebetulnya sudah dilakukan, antara lain: 1. Paket kebijaksanaan 24 Desember 1987, berisi ketentuan
ketentuan yang menghapuskan berbagai ketentuan perizinan yang menghambat dunia usaha, seperti H.O. , 1MB yang diharuskan tidak berbelit-belit.
2. Intruksi Presiden No. 23 Tahun 1998 tentang penghapusan
ketentuan kewajiban memiliki surat persetujuan prinsip dalam
pelaksanaan realisasi penanaman modal di daerah, namun
tahun 1999 keluar Keputusan Menteri Investasi/Kepala BKPU
3
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI
no. 37/1999 tentang kewajiban adanya Persetujuan Prinsip yang berlaku sebagai izin usaha sementara.
3. Instruksi Presiden No.5 Tahun 1984 tentang Penyederhanaan
Perizinan, substansi Instruksi Presiden ini adalah mengurangi jumlah perizinan.
4. Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2006 tentang Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi. Dalam Instruksi ini dilakukan
penyederhanaan perizinan dengan pola pelayanan satu pintu untuk. meningkatkan kualitas pelayanan.
Dalam Pasal 1 butir 10 dinyatakan: yang dimaksud dengan
penyederhanaan pelayanan adalah upaya untuk penyingkatan waktu, prosedur dan biaya perizinan.
~~rba~ upaya hukum yang ingin menyederhanakan pelayanan penzman ltu pun belum b· . . . lsa mengatasl hambatan penzman.
Pola "One stop s . "b k . . . erVlce u an bermakna sekedar integraSl aktlvltas dengan b b . .
. er agal meJa yang harus dilalui pemohon, dengan berbag . k
al ewenangan yang demikian banyak namun memerlukan integrasi d ' 1-~ 1-0
. prose Uf. Dalam integrasi prosedur, lang~" yang dltempuh adalah .
tuk. . mengurangl atau memangkas wewenang un menerbltkan izin i· d ~...., sehin h . . - Zln an rekomendasi yang sangat berag~'
gga anya lzm' 1" . . . m . In 1 saJa yang harns ditempuh. Tidak dipungkir1
emang ada resIst . d . bertaha ha en~l arl unit terkait, tetapi hal itu secara
: rus dapat dihindari. Darl segi norman k de
nonnstellin ( ya, arakter izin adalah suatu gele P g norma berhubungan) 2
eraturan hukum yan di· . . an adalah lemsl . d g gunakan sebagai landasan perlzln
e& aSl an regul . . It pola kewenan aSI yang saling berhubungan menunJu
gan, prosedu b kan hukumnya D r, su stansi maupun penega .
. engan d 'k' 1 eml Ian perumusan legislasi dan regulaS
2 J.BJ.M ten Berge B Nonnstellin '. est?uren Door De Overh '. 55.
stellm· g I·S g geschledt DIet allen in fase eld, W.EJ TJenk Willink Deventer, 1997, h. r ... . een regelco I n, vaak op I . . ' de no .. .
zijn en dus ond ~p ex met verschillende" I ~o gend m de tljd, maar het resultaat van haaJd ergeschlkt zijn &an andere h ge edmgen", waarvan sommige geledingen aange
, ogere geledingen.
4
yang benar, sangat diperlukan, untuk menghindari terjadinya konflik norma yang sering kali terjadi.
Hadirin yang saya hormati,
Seperti telah dikemukakan karakter izin adalah konstitutif. Izin adalah suatu keputusan tata usaha negara yang berkarakter konstitutif Cmelahirkan hak dan kewajiban). Karakter konstitutif suatu izin memberikan hak bagi seseorang untuk melakukan suatu kegiatan tertentu, a contrario tanpa izin seseorang tidak
diperkenankan melakukan kegiatan tertentu. Dengan karakter
izin tersebut, tidak heran kalau di negara kita hampir dapat dikatakan tidak ada kegiatan tanpa syarat izin.
Membandingkan karakter izin di Belanda, izin bisa bersifat konstitutif dan bisa deklaratur. Dengan dua karakter tadi, izin mutlak diperlukan jika nyata-nyata akan menggangu. Hal ini sesuai dengan prinsip "freedom to do". Orang bebas melakukan
kegiatan yang diinginkan, namun jika menimbulkan suatu gangguan maka disini izin sangat diperlukan, yang fungsinya
sebagai preventieve instrumenten.
PERGESERAN TUJUAN PEMBERIAN IZIN
Dalam perkembangan perizinan di Indonesia, telah terjadi
pergeseran tujuan pemberian izin. Tujuan izin sebagai instrumen yuridis untuk mengendalikan kehidupan masyarakat, beralih menjadi instrumen sumber pendapatan, tidak hanya bagi perizinan Pusat tetapi juga Daerah.
Dari sudut Hukum Administrasi izin adalah public service dan
oleh karena itu tidak layak dipungut biaya. Berdasarkan ketentuan Undang-Undang No. 18 Tahun 1997 Jo. Undang-Undang No. 34
Tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, yang dilaksanakan
dengan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah, terdapat tiga jenis retribusi, yang terdiri atas retribusi umum, retribusi jasa, dan retribusi atas pelayanan izin tertentu.
5
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI
Berkaitan dengan retribusi jenis ke tiga ini, pada dasarnya tidak
setiap izin bisa dikenakan retribusi maupun biaya tertentu karen a hakikat izin adalah pelay d ., anan pa a masyarakat (publIc servIce).
Pasal 4 ayat ( 1 ) Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1997 menentukan :
Pada dasarnya pembe' ". . h nan Izm yang dilakukan oleh Pemermta Daerah tidak harus d' t . . h Ipungu retnbusI, namun demikian ole karena da1am me1aksa k f . . na an ungs1 tersebut memer1ukan b1aya, maka terhadap perizina t t t k . n er en u dapat dipungut retribusi untu menutup1 se1uruh atau b . b' .. se ag1an mya proses pemberian izin-Izlll tersebut.
Prinsip bahwa pelay . . 1 . anan penzman tidak dipungut biaya sudah ama dIanut oleh ED (D . E
J d ill ropa) sebagaimana dikatakan oleh Brian ones an Katharine Th 1 u1 ompson tentang izin : As a genera rea government bod cond ·t· y may not require any payment as a
I Ion precedent to th . . . provided f; e ISsue of the license, unless thIS IS
. or expressly by statute. 3
Dan aspek tujuan T B.. .. izin adalah:4 ' en e1 ge menJe1askan motivasi pembenan
1. Keinginan untuk aktivitas t t ~engarahkan (mengendalikan aktivitas-
2. Mencegahebr
hentu
, m1salnya izin bangunan). a aya bagi lin k '" .
3. Keinginan unt k . g ungan (lzm-1zm lingkungan). u mehndunD"i b k b g izin memb k b" 0 ye -obyek tertentu (izin te an ,
ong ar pada mo 4. Hendak memb . b nument-monument).
ag1 enda-benda' 'k't (izin penghunian daer h yang Jum1ahnya sed1 1
5. Mengarahk a padat penduduk). an deng .
berdasarkan D k an menye1eksi aktivitas-aktivitas (izIll
ran -en Horeca t h rUs memenuhi pers we , yang mana pen guruS a
yaratan tertentu).
38 . f1 an Jones and K II .
th E a leflne Th . e uropean Union its IV ompSon dalalll Rene S . a'" of
Ultgevers Antwerpen ' G leUlber States and the U . erden and Frits Stroink. Ad ministrative L, ntia 4 N M S I - ronJngen, 2002, h. 216 Ulted States, A Comparative Analisys. IntcrSe
. . pe t en 1 8J.M. ten 8 . erge, loc. cit, h. 5.
6 -------------------------r: 1 i J J K . r I ' :.~, 'c. r.', : . . ' .. i.I
UNIV: ' ' 1' ~,' '1 " ~\'·,~G ,.\ - ... . i-....) ,'" ,"~L ' '' .~'-'
S U i ' r\ lJ :\ Y i\
Da1am kaitan itu patut disimak kajian Brian dan Khatarine
Thompson yang menggambarkan adanya aktivitas tertentu yang
harus mendapat pengawasan Pemerintah melalui izin.5
PERIZINAN DAN PELAYANAN PUBLIK (PUBLIC SE;RVICE)
Pembaharuan konsep pelayanan publik muncul pertama kali di
Inggris, berkaitan dengan keinginan Pemerintah untuk memberikan
pelayanan terbaik.
Perizinan pada dasarnya mempunyai fungsi pe1ayanan pub1ik,
dan oleh karena itu pe1ayanan perizinan harus mendapat perhatian
dan perlindungan. Hal ini dikarenakan pe1ayanan publik merupakan
hak-hak so sial dasar dari masyarakat (social rights).
Social Rights merupakan the rights to receive, hak-hak
untuk menerima dari Pemerintah seperti pendidikan, jaminan
sosial dan sebagainya. (Pasal 34 Dndang-Dndang Dasar 1945). Oleh
karena itu Pemerintah berkewajiban untuk memberikan pe1ayanan
yang terbaik kepada masyarakat. Peno1akan atas pe1ayanan publik
di bidang perizinan tanpa a1asan ada1ah bertentangan dengan hak
so sial dan dengan demikian bertentangan dengan hak-hak dasar. Pemerintah hendaknya tidak berlindung dengan ungkapan
populis John F. Kennedy pada Inaugurasinya sebagai Presiden Amerika Serikat yang ke-35 tahun 1961, karen a ungkapan tersebut
pada dasarnya adalah untuk menggugah seman gat patriotisme
warga Amerika.
" .. .... . And so, my fellow Americans: ask not what your country
can do for you - ask what you can do for your country. (Jangan
anda tanya apa yang anda terima dari Negara, tapi tanyakan apa
yang sudah anda berikan pada Negara )".6
5 Brian Jones and Katherine Thompson loc. cit, h. 215 .
(, John F. Kennedy, An Unfinnished Life, USA, 2003, h. 324.
7
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI
Konsep baru public service eli Inggris berawal dari tahun 1991,
elidasarkan atas citizen's charter yang dipelopori oleh Perdana Menteri Inggris, sebagai kristalisasi tentang proses trasformasi
Negara dalam hubungan dengan warga Negara, yang
dengan cepat berkembang ke arah negara kesejahteraan, sehingga
menciptakan struktur manajemen bagi pelaksanaan public service. Citizen's Charter menegaskan prinsip-prinsip tentang Public
Service:7
1. The setting and improvement of standards (perumusan dan perbaikan standar pelayanan).
2. The creation of greater openness and the provision of public
information (pembentukan keterbukaan yang luas dan peraturan tentang informasi publik).
3. The provision of choise by the public sector whenever practicable (pilihan aturan hukum yang dapat eliterapkan). .
4. The Observance of the non discrimination principle (prinsip ketaatan pada asas tanpa ada diskriminasi).
5. Accessibility of services (akses pelayanan). 6. The charter requir bl'· . d
es pu IC serVice providers to gIve a goo explanation, or an apology When things go wrong, and to have a well bli' d
. pu ClSe and readily available complaints procedure. (Plagam tersebut mengharuskan untuk memberikan penjelasan atau. me~inta maaf apabila ada kekeliruan dan menyediakan pubhkasl yang baik d ' h)
. . an suatu prosedur pengaduan yang muda . Prlnslp 't' ' . d k Cl Izen s charter tersebut kemudian merubah pola
pen e atan Hukum Ad . . t n k k mlnistrasi di Inggris dari pendeka a
e luash.akan ke arah pendekatan hak asasi (righ~s based approach),
me a lr an The Pro ° I principles of Pro InclP . e . of Proper administration (Due adm ° °str to per admlnlstrasion) dan the Principles of
....... ..u1n..ul a Ive behaviour.
7 Rodney Austin dalarn Peter Leyland • Old Constraints and New Horizons BI ~d Terry Woods, Administrative Law Facing tbe Future •
, ac tone Press Limited, London, 1997, h. 20-21. 8
ASAS-ASAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAlK (AUPB)
Prancis mengenal norma tersebut dengan istilah Les Principes Generaux Du Droi yang dikembangkan oleh Conseil d'Etat sebagai parameter untuk mengukur tindakan Pemerintah Oegalitas) termasuk pelayanan perizinan. Prinsip itu meliputi larangan : L'inexistence, incompetence, Vice de forme, violation de la loi, detournement de pouvoir.8
Belanda menggunakan istilah Algemene Beginselen van Behoorlijk Bestuur (Asas Umum Pemerintahan Yang Baik), dan menempatkan didalam Undang-undang Umum Hukum Administrasi (Algemene wet Bestuursrecht) yang meliputi Prosedural Norms dan Substantive Norms.g
Algemene Beginselen van Behoorlijk Bestuur (general principles of proper administration) di atas menjadi ukuran tindakan dalam menerbitkan atau memberikan perizinan eli Belanda.
Sistem Hukum Inggris mengenal doktrin Sovereignty of
Parlemen atau supremasi parlemen yang membatasi wewenang badan-badan pemerintah dan menguji keabsahan tindakan Qegality) badan pemerintah dengan bertumpu pada doktrin ultra vires.
Hal ini terjadi karen a wewenang yang diberikan kepada badan-badan pemerintah itu diciptakan oleh undang-undang yang elibuat oleh parlemen, dan peran pengadilan ditetapkan untuk memastikan dan menguji kewenangan tersebut dalam batas yang
ditentukan oleh parlemen. Dengan demikian doktrin IDtra Vires mensyaratkan pengadilan
untuk menaruh perhatian pada prinsip demokrasi.
. d J h S B II French Administrative Law, Clarendon Press - Oxford, 1998, 8 L. Neville Brown an 0 n . e,
h.240-245. A E S h'lder A Survey of Dutch Administrative Law, Ars Aequi Libri, 9 J.G Brouwer dan ., C 1 ,
Nijmegen, 1998, h. 34-46.
9
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI
Dalam perkembangannya Lord Diploek mensyaratkan doktrin
Ultra Vires dipakai sebagai dasar pengujian atas tiga hal utama
yaitu : illegality, irrationality, dan procedural impropriety.IO
Illegality berkaitan dengan hal bahwa pembuat keputusan
tidak berwenang atau ada cacat wewenang (discretionary power atau abuse of discretion).
Irrasionality terjadi bila pembuat keputusan telah menetapkan faktor-faktor yang tidak layak atau relevan dalam pertimbangannya, atau tidak proporsional dan bertentangan dengan Artikel 8 of the
European Convention on Human Rights (respect of correspondence).
Prosedural impropriety menyangkut violating important statutory procedur, bias, lack of a fair hearing failure to give reasons for decision. '
Belgia menerapkan The Principles of Proper Administration yan dib d k
' g e a an atas Formal Principles of Proper Administration dan Mate . I . . I . I
. rIa prmclp es of proper administratIOn. I
1. The Formal Pnn· . 1 clples of Proper Administration
Prinsip formal be k . t d k . . r al an engan prosedur pembuatan suatu
epuTtusan (Izm adalah suatu keputusan pemerintah) yang meliputi: he duty to hear th dd .
d '. e a resse of a decision, berkaltan engan Jarnman untuk did b' 'b t
dal . engar agI setiap orang yang terh a am pernbenan keputusan.
~ri~~~r k d . P Ocess of law menyangkut hak untu
men apat perlindungan hukum.
The principle of· d yang berw In ependence, menentukan bahwa pejabat
enang rnernbuat k t - d' . tan t k . epu us an rnenurut pendapat sen IrI, pa e anan darl luar.
The principle of im .. yang berwenang tidak b 1 partl~hty, menentukan bahwa pejabat
o eh memlhak.
10 Lord Diplock dalam John Alder '. London, 2005, h. 360-362. ' ConstitutIOnal and Administrative Law Palgrave Macmillan,
II . , Sablen Lust, loc cit, h. 28.
10
2. Material Principles of Proper Administration
Prinsip ini berkaitan dengan substansi keputusan, terdiri atas:
The equality, bahwa semmi orang dalam situasi yang sarna
harus diperlakukan sarna.
The proportionality, rnenentukan adanya keseimbangan
antara beban dan kepentingan yang dituju oleh keputusan. The principle of due care, memiliki dua makna : pejabat yang
berwenang dalam mengarnbil keputusan harus mempertimbangkan faktor yang relevan dan adanya keseimbangan bagi pihak-pihak
yang berkepentingan. The principle of reasonableness, mengukur batas
"discretionary power" (kebijakan) dari pejabat yang berwenang.
Pejabat Pemerintah memiliki kebebasan yang luas untuk bertindak, melalui berbagai cara dengan pertimbangan yang rational, tanpa
melakukan "illegality" .. The principle of legal. security, yang menentukan bahwa
semua peraturan hukum harus dipublikasikan oleh pemerintah, dan
karena itu keputusan pejabat yang berwenang tidak boleh berlaku
surut (principle of non retroactive of acts of administration), kecuali
ada perkecualian, dengan putusan pengadilan. The principle of good faith menentukan bahwa pejabat yang
berwenang harus menghargai harapan (legitimate expectations)
yang telah diberikan kepada para pihak yang terlibat. Pertanyaannya: apakah prinsip ini bisa diterapkan pada fakta
contra legem.12
Uni Eropa menggunakan prinsip umum pemerintahan sebagai
I . I·ples of community, seperti disebut Artikel 220 genera princ . EC. The general principles dikembangkan melalUl case law ~leh Mahkamah Internasional Uni Eropa (European Court of Justice),
d· b'I t u disemangati oleh hukum negara-negara anggota, yang lam I a a . d't k n dalam Art. 288 EC: "even explicitly prescribes sepertI 1 egas a
12 Sabien Lust, ibid, h. 29-31.
11
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI
that a community principle must be in accordance with general principles common to the law of the member states."
Penerapan prinsip umum oleh ECJ yang disemangati hukum
negara-negara anggota tidak terlalu aneh, pertimbangannya karena
Para Hakim di ECJ, murni diambil dari negara-negara anggota,
sehingga Prinsip Umum Pemerintahan di Uni Eropa sama dengan
prinsip-prinsip umum pemerintahan di negara anggota, yang
~eliputi : the principle of equality, the principle of proportionality, the
rIght of defence, the principle of legitimate expectations, the principle of legal certainty and the duty to state reasons.
General principle ofEC mengikat negara-negara anggota, namun problem muncul dalam hal . . t b . . . .
prmslp erse ut menYlmpang dan prmslp hukum nasional. Bila prinsip Hukum Nasional tidak sesuai dengan prinsip hukum EC pel b t .
, .,a a pemerlntah dari negara anggota bisa memilih keduanya dengan perbedaan: a Bila EC . . 1
' . " prmclp es menawarkan untuk lebih melindungi mdlvldu daripada p' . H k
. . nnslp u urn Nasional, oleh karena p~mslp supremacy of EC law, maka prinsip hukum EC yang dlterapkan.
b. EC principles kurang . '. menaruh perhatian pada indivldu
dlbandmgkan dengan . persamaan prinsip Hukum N asional ,
maka sesual dengan p. . . . rInSlp otonomi procedural maka
prmslp Hukum Nasional d' ' . yang lterapkan, sepanjang persyaratan
persamaan dan efekbvitas ditem . 13 Ul.
Dengan uraian singkat te t menuniukk nang AUPB di berbagai Negara,
~ an asas-asas tersebut Negara A k . . sangat penting dalam pemerintahan
. sas emandlrIan k t b keseimbangan k ' e er ukaan, kepastian hukum, asas
, epercayaan ke . . utam d 1 . , cermatan mempunyai priontas
a a am menerbltkan ke t B . I d . pu usan atas perizinan.
agl n onesla, penerapa A Yang Baik d ' l ' d n sas-Asas Umum Pemerintahan lawa 1 engan pe
nerapan Undang-Undang No. 5 Tahun
13 Rob Widdershoven, Ibid, h. 278-279
12 ,,4 I L I T{
rr~ r T_' . 1".:\ 1( AA N U. ·l', 1 .. ~ :.lrAS .. \};' L/H GOA
S I I P .. \ 0 ., \.f A
1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negarajo Undang-Undang No.9
Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-Undang No. 5 Tahun 1986.
Pasal 53 ayat (2) Undang-Undang No.9 Tahun 2004 menentukan
alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan adalah
bertentangan dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik.
Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara
Negara yang Bebas dari KKN, mengatur mengenai asas-asas
penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas KKN, seperti yang
termaktub dalam ketentuan Pasal 3.
Walau telah ada persyaratan tentang AUPB, dalam realita masih
sangat banyak pejabat pemerintah tidak mempertimbangkan atau
cenderung mengabaikan AUPB, dalam penerbitan keputusan
tentang perizinan.
Berbagai contoh konkrit pemberian izin-izin di Indonesia juga
bermunculan, sedangkan penerbitan perizinan tersebut nyata
nyata menimbulkan gangguan.
Penegakan hukum atas kasus-kasus yang muncullemah, karena
perangkat hukum yang tersedia juga masih banyak kelemahan.
Hadirin yang saya harmati,
Kita boleh merasa bangga dengan upaya-upaya Pemerintah
yang diprakarsai oleh Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara (PAN), yang telah menyusun RUU tentang
Administrasi Pemerintahan. Dalam RUU tersebut asas-asas
umum pemerintahan yang baik merupakan titik sentral dasar
hubungan antara Pemerintah dan rakyat. RUU Administrasi
Pemerintahan digagaskan sebagai Tonggak Reformasi Birokrasi
Pemerintahan di Indonesia.
13
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI
MALADMINISTRASI
Dalam pelayanan publik (termasuk perizinan), di samping
norma pemerintahan juga diakui norma-norma perilaku yang baik.
Rumusan negatif norma perilaku aparat dikenal dengan istilah
Maladministrasi. Konsep maladministrasi diintrodusir tahun
1967, ketika Pemerintah Inggris membentuk parliamentary commission for administration (the ombudsman).
The commission menyatakan: bad decisions are bad
administration and bad administration is maladministration .... , bad decision goes the bad rule, fallacy statutory regulation.14
Kasus maladministrasi yang sangat menarik dijumpai misalnya
tentang pencabutan izin-izin televisi (revocation of television licenses)
tahun 1975. Departemen Dalam Negeri mencabut izin-izin tersebut sebelum habis mas a berlakunya (before their current licenses
expired), agar supaya memperbarui izin-izin tersebut, dan mereka
menyebut yg dilakukan adalah legally, dan sebelumnya menaikkan
uang yang harus dibayar. Banyak keluhan diajukan tentang hal itu
dan setelah diadakan pemeriksaan yang serius, kantor pemerintah dalam negeri tidak memberikan suatu public proper warning, bahkan mengatakan hal itu adalah illogically; dan mengulangi hal yang sarna dengan mencabut 36.000 licenses.15
Pada akhirnya court of appeal memutuskan bahwa pencabutan izin-izin tersebut adalah melawan hukum, dan telah menggunakan
w~wenangnya untuk tujuan lain (abuse of power).
Tidak adanya public proper warning mengenai pencabutan izin-izin
ters~but di a~as juga bertentangan dengan prinsip-prinsip pelayanan pubhk sepertl yang ditentukan dalam The Citizen's Charter.16
14 Sir william Wade QC LLD LITTD (H a1) LLB PhD (Cantab). Adminis'trati~e La~ Oxfi d UO~), F~A dan Christopher Forsyth, B Sc LLB <!'iat G H Addink, Principles of Good Gove~ance~~. 14~lverslty Press, New York, 2000, h. 97., bandmgkan .
IS Sir William Wade, loc. cit. h. 98. 16 B k'
er altan dengan public proper warnin dal erl unya elemen natural justice dan fairness Ad . . g . am pencabutan izin, P.P. Craig menyatakan P 2003, h. 448. ' mlDlstrative Law, Thompson Sweet & Maxwell, London
14
Menelaah arti kata maladministrasi, berasal dari bahasa latin malum yang artinya jahat (jelek). Istilah administrasi sendiri dari bahasa latin administrare yang berarti melayani. Kalau dipadukan kedua istilah tadi berarti pelayanan yang jelek, sedangkan pelayanan
itu dilakukan oleh pejabat publik.17
E.I Sykes mengemukakan maladministrasi sebagai :
"The most appropriate general descripsion is that his work is
directed at the correction of case of maladministration a term which
has been described as including bias, neglect, delay, inattention,
incompetence, ineptitude, perversity, turpitude, and arbitrariness."18
Berkaitan dengan maladministrasi, Ombudsman Eropa
menetapkan code of good administrative behavior (kode
etik perilaku), namun sesuai dengan ketentuan konstitusi Eropa, Pasal 195 ayat (1) Mahkamah Eropa (Court of Justice) hanya memiliki wewenang menyelesaikan sengketa setelah pengadilan yang berwenang dari negara-negara anggota tidak berhasil untuk
menyelesaikan sengketa maladministrasi.
Di Belanda ide pengawasan terhadap perilaku aparat oleh
.badan independence dilakukan setelah terbentuknya the national
ombudsman tahun 1981, namun kriteria maladministrasi belum banyak dibicarakan. Dalam pengawasan pelayanan publik, Belanda lebih menekankan asas rechtmatigheid yang ditujukan untuk pengawasan penggunaan wewenang. Di sisi lain maladministra.si dengan titik berat pengawasan adalah perilaku aparat (overheid
gedrag), jadi ditujukan pada personnya. Untuk melakukan
rat harus mengindahkan norma-norma umum pengawasan apa . . b 'k (algemene normen van goed overheld penlaku yang al . d) bersumber dari yurisprudensl dan laporan ge rag yang
ombudsman.
. d . . t asi sebagai dasar penilaian perilaku administrasi, makalah, 17 Philipus M. HadJon, Mala mlOIS r
2004, h. 6--7. d (M Ib) tal General Principles of Admininistrative Law, Third Ed, 18 E.l. Sykes BA (Qld) LL e e .
Butterworth, Sydney, 1989, h. 379.
15
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI
Berkaitan dengan asas-asas perilaku yang baik tersebut menurut ten Berge19 meliputi :
1. Dienstbaarheid (sikap melayani);
2. Betrouwbaarheid (terpercaya) yang terdiri atas : - Openheid (keterbukaan);
- Nauwgezetheid (kehati-hatian, kecermatan); Integriteit (integritas);
- Soberheid (kesederhanaan);
- Eerlijkheid (kehormatan).
Di Indonesia Komisi 0 b d . , m u sman NaslOnal dalam laporan tahunan merinci berba . t' d k . gal m a an maladministrasi antara lam: penundaan berlarut t' d k . . ' I a menangam, persengkongkolan, pemalsuan, dl luar kom et . t'd . p enSI, I ak cakap, penyalahgunaan wewenang bertmdak se .' wenang-wenang, permintaan imbalan (kkn) , fen~mpangan prosedur, melalaikan kewajiban, bertindak tidak aya ,penggelapan barang bukti tidak d'l . k
nyata-nyata ber ih' ' . a I, penguasaan tanpa ha ,
Perbuat 1 p ak, mtervensl, pelanggaran Undang-undang, an me awan hukum.20
Norma-norma pemerintahan d demikian b k b . an norma perilaku aparat telah
er em ang dl berb . penerapan no agal negara. Di Indonesia upaya
rma-norma terseb t d'l k UU Administ . p' U I a ukan dengan membentuk
rasl emermtahan draft RUU yang sekarang masih dalam tahap
, namun dalam RUU 'h mendapat perhati . ' masl banyak norma yang perlu
an sepertI AUPB '. . . rugi, pemberian sanksi. ' prmslp penlaku yang baik, gantl
Cacat yuridis maupun cacat e' . jabatan maupun t . p nlaku melahlrkan tanggung jawab
anggung Jawab prib d' t jabatan maupun pribadi (R . " a 1, serta tanggung guga
esponslblhty dan Liability).
19 J.B.J.M. ten Berge De Persoon' H ' In et Best
20 CFa Sunaryati Hartono d t' uursrecht, Makalah, 2004, h. 2. Omb d N' ' an 1m, Panduan I .
1I sman asIOnal, Jakarta, 2003, h. 17-21. nvestIgasi untuk Om budsman Indonesia, Komis i
16
RESPONSIBILITY DAN LIABILITY
Sering dua konsep diatas disamaratakan yang nyata-nyata berbeda dalam kajian Hukum Administrasi.
Responsibility merupakan bentuk pertanggungjawaban
pemerintah pada parlemen sE;cara politis, yang meliputi collective and individual responsibility. Bentuk lain dari responsibility
adalah legal responbility dari menteri dan para pegawainya atas
tindakan-tindakan mereka. Political responsibility dilaksanakan melalui parlemen, legal
responsibility bisa dilaksanakan melalui pengadilan.21
Pada mulanya dalam sistem hukum Inggris, government
responsibility dilakukan oleh para menteri karena adanya ketentuan "The King Can Do No Wrong", namun tidak berarti sesuatu yang dilakukan atas nama raja selalu sesuai dengan hukum, karena itu raja mengusulkan agar para menteri mengukur suatu tindakan illegality. Dari sini berkembang responsibility yang dilaksanakan
oleh parlemen melalui Impeachment. Collective responsibility digunakan sebagai suatu varietas
politik yang membantu control pemerintahan atas peraturan
perundang-undangan dan belanja publik serta untuk mengisi ketidaksepahaman di antara departemen-departemen yang ada.
Doktrin collective responsibility dikemukakan oleh Lord
Salisbury:22 For all that passes in Cabinet every member of it who does not resign
is absolutely and irretrievably responsible in has no right afterwards
to say that he agreed in one case to accompromise, while in another
he was persuaded by his colleagues .... , that the joint responsiblility of
Ministers to Parliament can be upheld and one of the most essential
principles of Parliamentary responsibility established.
21 AW Brodley and KD Ewing, COllstitusional and Administrative Law. Pearson Education
Limited, London, 2003, h. \03.
22 Ibid h. \06.
17
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI
INDIVIDUAL RESPONSIBILITY
Hal ini dilakukan oleh para menteri pada parlemen atas keputusan-keputusan dan kebijakan-kebijakan mereka dan
efisiensi pemerintahan dari departemen mereka masing-masing.
Para pegawai selalu bertindak atas nama menteri, dan perhatian
kesalahan pada para pegawai tidak begitu jelas. Sehubungan dengan
maladministrasi tanggung jawab menteri dikaitkan dengan dua pertanyaan:23
1. Untuk apa perluasan tanggung jawab menteri dalam tindakan maladministrasi di departemen?
2. Bila maladministrasi yang serius terjadi, apakah tanggung jawab termasuk suatu kewajiban untuk mund ? ur.
STATE LIABILITY (GOVERMENTAL LIABILITY)
Ko~sep ini merupakan tanggung gugat kepada N egara atau Pemermtah dalam arti mer k h . .,
. . e a arus memberi kompensasl Jlka terJadi kerugian atau d . t
.. en a, secara langsung atau tidak langsung, materlll atau mental kepada wa rganya.
Kompensasi kerugi I h d . L'b . an 0 e negara dalam konsep di atas berasal an 1 ertanan teori yan k d' .
V·. .. . g emu Ian berkembang dalam teor! IcariouS LIabIlIty. Konse d' .
rn h' F k 2 P 1 atas antara lam dikemukakan oleh .lOS Iro u e: 4
The state should make com . in;ury l't h . d pensatlOn for Whatever loss and/or
., as or IS eemed to ha . . and materiall d' ve caused dIrectly and/or indIrectly
y an ,or mentally to its citiz Berbeda dengan responsibilit en.
jawaban pemerintah m I I' y, yang merupakan pertanggung-e a UI parlemen t "k 1
responsibility bisa sa . k a au Jl a menyangkut lega mpal e pengadilan, state liability menyangkut
23 Ibid h. "I.
24 Tashiro Fuke, dalam Yon Zh South East Asi KI gang, Comparative St d' d
a. uwer Law IntemasionaJ, The Ha Ue u les of Government Liability in East aD q - The Nederlands. 1999, h. 1.
:u.S
pertanggungjawaban pemerintah tentang ganti kerugian yang harus dilakukan melalui pengadilan. Dalam kasus-kasus perizinan yang berkaitan dengan legal
responsibility, diberbagai Negara Uni Eropa termasuk Inggris,
pengadilan menekankan pentingnya fair administrative procedure dari pejabat yang berwenang baik dalam hal permohonannya maupun pencabutannya, karena pengaruhnya pada hak-hak dan kebebasan warga negara.
Hal tersebut dikemukakan oleh Wade :25
It is recognized that licensing it a drastic power, greatly affecting the
rights and liberties of citizens, and in particular their livelihoods,
and that this alone demands fair administrative procedure ...... It
seems furthermore that no distinction is drawn in principle between initial applications for the grant of licenses and the revocation or nonrenewal of licenses already granted.
Dalam sistem hukum Prancis, Pemerintah bertanggung gugat
dalam beberapa situasi, bahkan dalam hal tidak adanya kesalahan
namun terjadi kerugian yang menimpa individu dalam pelayanan publik.26 Tanggung gugat ini terjadi karen a prinsip persamaan beban publik (equality before public burdens) seperti yang tercantum dalam Pasal13 Declaration of the Rights of Man of 1789.
Conseil d'Etat dengan pertimbangan tribunal de conflict menetapkan ukuran kesalahan untuk tanggung gugat atas kerugian yang ada, atas dua hal:
1. Kesalahan pribadi (faute personelle)
2. Kesalahan jabatan (faute de service)
25 Wade, lac. cit, h. 529. 26 L. Neville Brown and John S. Bell, French Administrative Law, Clarendon Press - Oxford, 1998,
h. 182.
19
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI
Kesalahan Pribadi (Faute Personelle)
. Dik.atakan telah terjadi suatu faute personelle bila ada kesalahan pnbadl seseorang yang merupakan bagl'an d' . t h . arl pemerln a an, kesalahan yang dilakukan menuniukk k I han
" " tI an e ema orang tersebut, kemgl~an-kemgman atau nafsunya dan kurang hati-hati atau kelalalannya Pegaw . b . al yang ersangkutan dapat digugat oleh seseorang yang dirugikan di .
" pengadIlan umum (ordinary court) selaku prlbadl dan bertang
gung gugat atas kesalahan sendiri.
Kesalahan Jabatan (Faute de Service)
Terjadi karena adanya kesalahan d I dan hanya b k't d a am penggunaan wewenang
er al an engan pelav B' di . k k p' 'J anan. Ila terjadi gugatan harus
aJu an e engadIlan Administrasi d Principes Generaux Du D 't H engan berpegang pada Les
rm. ukum adm' . t . P . . Administrative'd' tu·. lllIS raSI ranClS (DrOIt
'J 1 sa SISI memberik k dan di sisi lain mengemb . ka an ewenangan pemerintahan, . ang n prosedur untuk I' d . hak mdividu dan kebeba . eli . me m ungI hak-, san m vldu te h d . Conseil d' Etat memb 'k r a ap tmdakan pemerintah.
erl an karakt . t'k civils liberties (bent k b erls 1 sebagai bulwark of
eng e ebasan . d' 'd of administrative mora}'t 27 In IV! u) dan juga guardian
I y. Melengkapi tanggung gu t
Prancis juga mengemba k ga negara dalam pelayanan publik, ng an unsur k al h
lourde (gross faute) di sam . es a an yang disebut faute , PIng unSUr k I
fault. Faute Lourde dian esa ahan yang disebut simple '. ggap perlu bila tu
bIasa suhtnya atau sang t . . gas pelayanan publik luar a sensltIf da . .
suatu diskresi atau keb "akan ' n lllIlah yang memerlukan D· I Y.
1 ndonesia dalam hal t . . . . erJadl gu t
perIzman, aturan hukum kit. ga an karen a pelayanan 'b di a tIdak memb d prl a atau karena kesal h . e akan unsur kesalahan
. a an Jabatan (£1 serVice). Undang-Udang N 5 T aute personelle dan faute de
o. ahun 198' . 6 JO Undang-Undang No.9
27 M.P. Jain, Administrative L h.39. aw of Malaysia and S'
IDgapore, Third Ed, Malayan Journal, 1997,
20
Tahun 2004 tentang PTUN hanya mengatur dalam Pasal 116 ayat (4) tentang upaya paksa bagi para pejabat.
Dalam undang-undang yang lain ada norma yang dianggap dapat menj~laskan mengenai kesalahan pribadi dan kesalahan jabatan,
misalnya Pasal 35 Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara jo Pasal 59 Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yang menetapkan bahwa : setiap kerugian negara yang diakibatkan oleh perbuatan melanggar hukum atau kelalaian harus membayar ganti kerugian.
Ketentuan yang hampir sarna tertuang dalam Peraturan
Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Ketentuan Pasal 63 dapat dijadikan landasan mengenai adanya sanksi apabila ada kesalahan dalam pelayanan publik. Pasal 45 ayat (1) menetapkan Kepala Kantor Pertanahan menolak untuk melakukan pendaftaran peralihan atau pembebanan hak jika
salah satu syarat tidak terpenuhi. Jika kepala Kantor Pertanahan tersebut tetap menerima
pendaftaran sedangkan persyaratannya tidak terpenuhi maka dapat
dikenakan sanksi administratif seperti yang diatur dalam Pasal 63. Dalam hal terjadi gugatan berkaitan dengan Pasal 45, maka Pemerintah tidak bertanggung gugat atas dasar kesalahan publik tetapi lebih tepat bahwa Kepala Kantor Pertanahan yang bertanggung gugat atas kesalahan pribadi (faute
personelle), Berkaitan dengan pelayanan perizinan seperti yang diatur dalam
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal
73 menentukan: (1) Setiap Pejabat Pemerintah yang berwenang menerbitkan
I'Z' t'd k . d gan rencana tata ruang seperti dimaksud In 1 a sesual en
dalam Pasal 37 ayat (7) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00.
21
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI
(2) Selain sanksi pidana t' d' . seper 1 Imaksud ayat (1) dapat d'k . pldana tambahan b 1 enal hormat d .. b t erupa pemberhentian seeara tidak dengan
an Ja a annya. Pasal 74 ayat (2) menentukan :
Selain pidana denda seperti d' k dijatuhi pidan t b h Ima sud pada ayat (1) korporasi dapat
a am a an berupa : .a. pencabutan izin usaha' dan/: t , a au b. pencabutan status badan huku m.
Ketentuan Pasal 73 (1) di t a as sangat t' dak' . Dalam Hukum Ad ". 1 raslOnal mengmgat:
mlmstrasl bila t d pejabat yang menerbl.tk .. er apat kesalahan pada
an lZln dib d k atas kesalahan pribad. d e a an tanggung gugat
1 an kesalah . b seeara langsung dik ak. an Ja atan, dan tidak
en an pldana pe . Dalam Pasal 73 ayat (2) llJara.
. pengaturan sa k . di Janggal dan menimbulkan tu . n SI dalamnya sangat
sua konfllk pemberhentian dengan t'dak h norma, oleh karena sanksi
1 ormat b . . kesalahan adalah sanks' elm' . agI peJabat yang melakukan
1 a lnIstratif a Undang-undang tersendi . y ng sudah diatur di dalam
rIo
Merujuk ketentuan Pasal 74 b ayat (2) t t .
erupa pencabutan . . en ang pldana tambahan lZIn usaha dan
usaha, sungguh sang~t k tr. pencabutan status badan on adlktif den
telah ada, misalnya Und U gan Undang-undang yang . . ang- ndan N
ParIWlsatajo Peraturan P . g O. 9 Tahun 1990 tentang emermtah N 6
Undang-Undang No.5 Tahun 198 O. 7 Tahun 1996 (Pasal113 ), U da N 4 tentangP . n ng 0.41 Tahun 1999 t ermdustrian Undang-
b . entang K h ' se agamya, seluruhnya mene k e utanan (Pasal 87) dan lain KTUN d I gas an bahwa a a ah merupakan . pencabutan izin sebagai
nksi P ·d sankSl Ad . . sa 1 ana. mlnlstratif dan bukan
Pencabutan izin adalah k sesu . d ewenanga d .
al engan azas eontrarius t n arl pejabat pemberi izin status bad h ae us D 'k' rn b an usa a sudah diatur d I . eml Ian pula pencabutan ~er atas. a am Dnda ng-Undang Perseroan
22
. Problem-problem konflik norma tidak diperkenankan meskipun dlkenal asas preferensi hukum dalam menyelesaikan konflik tersebut dengan berpedoman pada asas preferensi Lex Speeialis, Lex Generalis, dan Lex Posterior.28
UCAPAN TERlMA KASIH
Hadirin yang saya hormati,
Sebelum menutup orasi, saya ingin mengingatkan bangsa ini
bahwa hakekat izin adalah pelayanan pada masyarakat. Oleh karena
itu janganlah rakyat disengsarakan oleh sistem perizinan.
Mengakhiri orasi ini, saya sampaikan ucapan terima kasih kepada Pemerintah Indonesia, melalui Menteri Pendidikan Nasional , yang telah menyetujui pengangkatan saya sebagai Guru Besar
bidang Hukum Administrasi. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Ketua Senat
Akademik Universitas Airlangga, Prof. Sam Suharto, dr., Sp.MK dan Sekretaris Senat Akademik Prof. Dr. Frans Limahelu, SH.,
LLM untuk semua upaya dan dukungan untuk memangku jabatan
ini. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Rektor Universitas
Airlangga Prof. Dr. Fasiehul Lisan, Apt. dan para Wakil Rektor, yang membantu saya dan memberi saya kepercayaan untuk
memangku jabatan yang terhormat ini. Sebagai anggota Sivitas Akademika, saya berusaha untuk bekerja
sebaik-baiknya demi keharuman dan kebanggaan Almamater
tercinta Universitas Airlangga. Kepada Dekan Fakultas Hukum Universitas Airlangga Dr. M.
Zaidun, SH., Msi. dan para Wakil Dekan, saya ucapkan terima
kasih atas segal a bantuan dan dukungan sehingga terlaksana acara
ini.
2R P. W. Brouwer et aI., Coberence and ConOict in Law, W.E.1 Tjenk Willink, Kluwer, Zwolle, 1992,
h.217-223.
23
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI
Secara khusus saya sampaikan ucapan terima kasih kepada senior saya, Prof. Dr. Philipus M. Hadjon, SH dan Prof. Dr. Rudy Prasetya, SH, yang telah berkenan membimbing dan
memberi dukungan kepada saya dalam menyelesaikan disertasi, sehingga saya memegang jabatan terhormat ini.
Ucapan terima kasih saya sampaikan pula kepada guruguru saya, aIm. Prof. Koentjoro Purbopranoto, SH dan aIm.
Prof. Abdoel Gani, SH.MS., dan juga Prof. Hermien Hadiati
Koeswadji SH, Prof. Dr. Siti Sundari Rangkuti SH dan , , Prof. Dr. Soetojo Prawirohamidjojo, SH yang sangat mendukung saya dalam awal karier saya.
My gratitude to our Dutch Professors: Prof. J.B.J.M ten Berge, Prof. P.J.J. Van Buuren Prof dr T M HIP f ' .. om . 0, ro. mr. H.R.B.M. Kummeling, Prof. B. Russel P f R J G M , ro. mr ..... Widdershoven, and especially to Prof. mr. dr. G.H. Addink for your presence in m:y inauguration.
Hadirin yang saya hormati ,
Terima kasih saya: secara kh . . usus kepada para Profesor dan
Fakultas Hukum Umversitas Ut h . I' . . rec t karena kerja sarna yang
ter]a m selama ml, baik Sandwich P . . menikmati, Penataran RUku A ro~r~m, yang saya pnbadl
L · k m dnunlstrasi dan HukU11l lng ungan, serta terakhir Pe ..
Non Judicial Enf nehtIan Bersama tentang orcement on H
Governance dan har Uman Rights and Good , apan saya kira U·
Fakultas Hukum memb 'k nya illversitas Airlangga dan en an perhati k
yang telah kita bina selama ini. an husus terhadap kerjasama
Ucapan terima kasih saya . sampmka k
yang berkenan hadir dala ' . n epada Guru Besar Tamu macaralm
Ucapan terima kasih . , saya sam 'k
rekan saya di Bagian H k pal an pula kepada Rekan-U UllIAd ..
Negara Fakultas Hukum U. .nlInlstrasi dan Hukum Tata S d·· illversItas A' 1 umar JI, SH.MH dan Sd . Ir angga, terutama Sdr.
rt. Lann R h 24 Y amli, SH.MH, seluru
anggota panitia dan tim Paduan Suara Universitas Airlangga yang
telah membantu kelancaran acara ini. Tidak lupa ucapan terima kasih saya kepada aIm. Ibu saya
Ny. Kasmi dan Ayah saya Soenjono Wirjosoenjoto yang telah
mendidik saya, suami saya R. Hudoyoko Dharmawan, SH.,
kedua anak saya yang terkasih R. Adhimas Ardhiyoko, SH dan Rr. Ayumia Ardhlyati, S.Sos yang telah mengorbankan waktunya
bagi saya, serta semua keluarga yang datang mendampingi saya. Akhirnya kepada semua undangan yang telah berkenan
menghadiri erasi inaugurasi ini, saya ucapkan terima kasih, semoga
Allah SWT melimpahkan rahmat kepada kita semua.
Sekian, terima kasih.
Wassalamu' alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
25
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI
DAFTAR BACAAN
Addink, G.H., Principles of Good Governance, Faculteit
Rechtsgeleerdheid, Universiteit Utrecht, 2002.
Alder, John, Constitutional and Administrative Law, Palgrave
Macmillan, London, 2005.
Bradley, A.W, and KD Ewing, Constitutional and Administrative Law, Pearson Education Limited, London, 2003.
Brouwer, J.G., dan Schilder, A.E., A Survey of Dutch
Administrative Law, Ars Aequi Libri, Nijmegen, 1998.
Brouwer, P.W., et al., Coherence and Conflict in: Law, W.E.J Tjenk Willink, Kluwer, Zwolle, 1992.
Brown L Neville and John S. Bell, French Administrative Law, Clarendon Press - Oxford, 1998.
Craig, PP, Administrative Law, Thomson Sweet & Maxwell, Fifth Edition, London, 2003
Hadjon, P.M., MaJadministrasi sebagai Dasar Penilaian Perilaku Administrasi, Makalah, 2004.
Hartono, Sunaryati CFG dan tim Pand I t' , tuk , uan nves Igasl un Ombudsman Indonesia K " 0 . 1 , omiSI mbudsman N aSlOna , Jakarta, 2003.
Jain, M.P, Administrative Law f M I' , . 0 a aysla and SIngapore,
ThIrd Ed, Malayan Journal, 1997.
Kennedy, John F., An Unfinnished Life, USA 2003 Leyland, Peter, and Terr W ' ," ,
th F tOY oods, AdmInIstrative Law FaCIng
P e u
L. ~te:d LId Constraints and New Horizons Blackstone
ress Iml e, ondon, 1997.' ' Sykes, E.I, BA (Qld) LLd CM I
Admininistr t' L e. b) et al. General Principles of a Ive aw ThIrd Ed B
Serden, Rene and F 't S'. ,utterworth, Sydney. n s trolllk Ad ' be
European U ' ,mlnistrative Law of t nlOn, Its Memb ' d
States A C er States and the UnIte , omparative An I' ·s
Antwerpen _ Gron' a ISYs, Intersentia Uitgevel Ingen, 2002.
26
Spelt, N.M dan J .B.J.M. ten Berge, Inleiding Vergunningen
Recht, 1995. Ten Berge, J.B.J.M Bestuuren Door De Overheid, W.E.J Tjenk
Willink, Deventer, 1997.
--, De Persoon in Het Bestuursrecht, Makalah, 2004.
Zhang, Yang, Comparative Studies of Government Liability in East and South East Asia, Kluwer Law Internasional, the
Haque - the Nederlands, 1999.
27
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI
RIWAYAT HIDUP
BIODATA Nama
Tempat/Tanggal Lahir : Prof. Dr. Tatiek Sri Djatmiati, S.H., MS Nganjuk, 6 Maret 1950
Agama
Pekerjaan
NamaSuami
NamaAnak
Islam
Dosen Fakultas Hukum Universitas
Airlangga
R. Hoedoyoko Dharmawan, S.H.
1. R. Adimas Ardhiyoko, S.H.
2. Rr. Ayumia Ardhiyati, S.sos.
RIWAYAT PENDIDIKAN
1963 Lulus Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Nganjuk
1966 Lulus Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) di
Nganjuk 1969 Lulus Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Nganjuk
1979 Lulus Fakultas Hukum Universitas Airlangga 1994 Lulus Magister Hukum Universitas Airlangga 2002 Lulus Program Doktor (S3) di Pascasarjana Universitas
Airlangga
PENDIDIKAN TAMBAHAN
1982 : Penataran Ilmu Sosial Dasar (ISD) dan Ilmu Budaya Dasar
(IBD), untuk dosen-dosen pengasuh Mata Kuliah Dasar
Umum (MKDU) di Tawangmangu, Surakarta 1987 Penataran Peradilan Tata Usaha Negara, Kerja sarna
Belanda - Indonesia di Bandung 1987 Pelatihan Bahasa Inggris (Pre Departure English Training
Course), di Pascasarjana IKIP Malang
29
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI
1988 - Penataran administrasi akademik di Surabaya,
1992 - Program pendidikan akta V di Universitas Airlangga
- Penataran Hukum Administrasi, kerja sarna Belanda _ Indonesia di Surabaya
- Kursus Bahasa Belanda Program Sandwich
1990 Kursus Asj II (Aaanloopcursus Sandwich Juristen), di Erasmus, ~urabaya
2000 - Penataran dan lokakarya pengembangan budaya
kewirausahaan melalui Integratif Bahan Ajar (IBA) dan
pelatihan kewirausahaan, dosen, yang diselenggarakan oleh Universitas Airlangga.
- Program Pendidikan "Utrecht Schola h · "d· U· ·t ·t rs lp 1 liverSl el Utrecht.
RIWAYAT KEPANGKATAN
1 Maret 1981 1 April 1986 1 April 1990
As~sten Ahli Madya, Golongan III/a Aslsten Madya, Golongan III/b
1 Oktober 1994 1 Oktober 1996
Penata, Lektor Muda, Golongan III/c Lektor Madya, Golongan III/d Lektor, Golongan IV/a
RIWAYAT JABATAN
1984-1985 Sekretaris Jurusan H ' . . H k u· ukum Admllllstrasi, Fakultas
u um lllversitas Airlang Sek t . ga. .
re ans Jurusan H Hukum U·. ukum Administrasi, Fakultas
lllversltas Al·rl S angga ekretaris Bagian H .
HUkum u· . ukum Administrasi, Fakultas lllversltas Airlan
Ketua Baman H k gga. b
L u umAd .. . Universitas A· I nUlllstrasl, Fakultas HukuIIl
lr angga. Ketua Bagian H k
u umAd .. Universitas A· 1 mllllstrasi, Fakultas Hukum
Ir angga.
1986-1991
1992-1995
1995-1997
1997-1999 :
30
2007 Ketua Program Studi (KPS) S3 Pascasarjana Universitas Airlangga.
KEGIATAN ILMIAH YANG PERNAH DIIKUTI
1988
1989
1990
1991
1992
Anggota Unit Penyuluhan Konsultasi dan Bantuan Hukum
(UPKBH), Fakultas Hukum, Universitas Airlangga.
Penatar pada Penataran Peradilan Tata Usaha Negara
yang Diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Daerah
Tingkat I Jawa Timur.
Pembimbing Diskusi kasus dalam Pendidikan dan
Pelatihan Pegawai di Lingkungan Departemen
Pemerintahan Dalam Negeri, yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Provinsi Dati I Jawa Timur. Penatar pad a Penataran Peradilan Tata Usaha Negara
yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Dati I
Jawa Timur. Penceramah Biro Hukum Pemerintah Provinsi Daerah
Tingkat I Jawa Timur, dalam Penegakan Hukum
Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan
Tata Usaha Negara di daerah-daerah. - Penceramah dalam Penyuluhan Hukum tentang
. . k·t d ll·ngkungan hidup di penzman dalam al an engan
Kecamatan Tandes (Surabaya). Penceramah Bidang Hukum Administrasi dalam Diklat
Struktural SPAMA Departemen Pemerintahan Dalam . k leh Provinsi Daerah Negeri, yang dlselenggara an 0
Tingkat I Jawa Timur. . Penceramah Bidang Hukum Administrasi dalam Dlklat
Staf dan Pimpinan Administrasi Tingkat Pertama, yang
P d·d·kan dan Pelatihan diselenggarakan oleh Pusat en 1 1
. P . d t .. dan Perdagangan PegawaI Departemen erm us I Ian
Surabaya.
31
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI
- Penceramah pada Diklat SPAMA dan ADUMLA disel k ' yang
. enggara an oleh Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Tunur.
2000 Penceramah dalam Lokak 0 . arya mbudsman yang
dlselenggarakan oleh Uni .. ' Utrecht; KeIja sama H~~Sltas Airlangga - Universitas
Penceramah dalam Si . S· t K mpOSlUm Nasional tentang
18 em esehatan Wilayah d "B Health" (d an est Practice in Public
men ayagunakan d t . . daerah d I esen rahsasl dan otonomi
a am rangka refi . d· 1 ormaSl kesehatan) yang
lse enggarakan oleh D ' Jawa Timu epartemen Kesehatan Provinsi r.
2001
- Pence ramah dalam . Pemakaian Alir L. ~emmar tentang Penertiban
an lStrlk (OPAL) d. oleh distrik wilayah V PL yang lselenggarakan
NJawaT· - Penceramah dal . lInur. am semInar tent h
yang diselenggar k ang ak azasi manusia, a an oleh p .
Kesatuan Bang d emermtah kota (Badan sa an Perl· d
Surabaya. m ungan Masyarakat) 2003 Penceramah dalam .
. semInar RUU Pl· yang dlSelenggarak 1 e ayanan Pubhk Airlangga bekeMa an 0 eh Fakultas HUkum Universitas P • ., Bama denga k
enceramah p d n ementerian PAN. k a a pembek 1
ependudukan di 1 a an teknis wawasan Jawa Timur. se enggarakan pemerintah Provinsi
PENGABDIAN MASYARAKAT
- Konsultan Hukum B Konsultan Hukum p~rintah Rota Surabaya Konsultan Hukum B . Rota Surabaya
emermtahKa Nara Sumber Bimbingan r.D hn. bupaten Sidoarjo Papua e IS CBintek) T7. •
.n.uasa Hukum Provinsl
32
- N ara Sumber Bimbingan Tehnis (Bintek) Perancangan Perundangan Pemerintah Kota Jayapura
Nara Sumber Bimbingan Teknis Hukum (Bintek) Pemerintah Propinsi Papua.
KARYA ILMIAH
Penelitian
1991 : Pelaksanaan Penertiban Bangunan Melampaui Garis
Sempadan di Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya (Laporan penelitian bersama).
1992 - Peraturan Air Bersih dan Sanitasi di Kabupaten Daerah Tingkat II SidoaIjo (Laporan penelitian bersama).
- Inventarisasi Hukum Positip tentang Perizinan di Indonesia (Laporan penelitian bersama).
1993 Pengelolaan Tanah Kas Desa di Provinsi Daerah Tingkat I
Jawa Timur (Laporan penelitian bersama).
1995 Perencanaan Penyusunan Penerimaan dan Pengeluaran
Kelurahan di Kotamadya Surabaya (Laporan penelitian bersama).
1997 Identifikasi Faktor-faktor Yuridis Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara Bidang Pertanahan (Laporan penelitian bersama).
2004 Faute Personelle dan Faute de Service dalam Tanggung
Gugat Negara (Penelitian mandiri).
l\fakalah
1987 : - Pengaruh pengendalian Kependudukan pada Sumber
Daya Alam dan Lingkungan Hidup. - Tinjauan tentang Pengesahan, Pengumuman dan
Penempatan Peraturan Perundang-undangan Tingkat
Daerah dalam Lembaran Daerah.
33
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI
- Mengkaji sisi lain dari keberhasilan pembentukan
Undang-Undang No.5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
1990 Struktur Organisasi Departemen.
1994 Upaya Pencegahan Pencemaran Lingkungan di Daerah Tingkat II Surabaya.
1995 Suatu tinjauan tentang Perizinan di Tingkat Pusat dan Daerah.
1997
1998
2000
2001
2002
2003
2004
2005
34
- Peraturan Perundang-undangan tentang Perizinan dan Penegakan Hukumnya.
Kedudukan wanita dalam Hukum Perkawinan.
- Tinjauan tentang Perlindungan Perempuan dalam Bidang Ketenagakerjaan (Informal).
- Suatu Kajian terhadap Ketentuan Pasal 28 UUD 1945
tentang Kemerdekaan Berserikat dan Berkumpul,
Mengeluarkan Pendapat di Indonesia sebagai suatu Negara Hukum.
Sistem Perizinan di Uni Eropa.
Hak Azasi Manusia (Fundamental Right) Dalam
Dokumen Hukum N asional (analisis yuridis Konstitusional).
- Tata Perizinan pada Era Otonomi Daerah.
- Perbandingan tentang Lembaga Ombudsman di beberapa Negara.
Anal~sis Rancangan Undang-undang Pelayanan Publik ..
-M Perpm~ahan penduduk dalam kaitan dengan Hak Azas1 anUSla.
Kerja sarna antard h d aera alarn bidang perizinan. Penyelundupan hUk b .
. Urn erkmtan dengan Pilkada. - Argurnentasl HUkum CBuku).
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI