perizinan sebagaiinstrumen vuridis dalam …repository.unair.ac.id/71258/1/kkb kk pg-33-11 dja...

20
, .v PERIZINAN SEBAGAIINSTRUMEN VURIDIS DALAM PELAVANAN PUBLIK M LI K 1 'U 'n -' -r'AS/I 'IA N I .... 'L.:' :..." :"1 • .:: G GA i I Pidato Disampaikan pada Pengukuhan J abatan GUr-U Besar dalam Bidang Hukum Administrasi pada Fakultas Hukum Universita s Ai.rlangga di Surabaya , pada hari Sabtu Tanggal 24 N ovembe.r 2007 Oleh TATIEK SRI DJATMIATI IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI

Upload: vankien

Post on 08-Aug-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERIZINAN SEBAGAIINSTRUMEN VURIDIS DALAM …repository.unair.ac.id/71258/1/KKB KK PG-33-11 Dja p.pdf · menyangkut tujuan pemberian izin. Hampir semua aspek kegiatan kita sarat dengan

, .v

PERIZINAN SEBAGAIINSTRUMEN VURIDIS DALAM PELAVANAN PUBLIK

M LI K 1 PERPUST,~,K.~AN

'U 'n - ' -r'AS/I 'IAN I .... 'L.:' :..." :"1 • .:: ~ GGA i ~ u R A B'\YA I

Pidato

Disampaikan pada Pengukuhan J abatan GUr-U Besar dalam Bidang Hukum Administrasi

pada Fakultas Hukum Universitas Ai.rlangga

di Surabaya ,pada hari Sabtu Tanggal 24 N ovembe.r 2007

Oleh

TATIEK SRI DJATMIATI

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI

Page 2: PERIZINAN SEBAGAIINSTRUMEN VURIDIS DALAM …repository.unair.ac.id/71258/1/KKB KK PG-33-11 Dja p.pdf · menyangkut tujuan pemberian izin. Hampir semua aspek kegiatan kita sarat dengan

PERIZINAN SEBAGAIINSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK

Pidato

rv'« A v<~ -

~h , 3~/l\ ~J" f

Disampaikan pada Pengukuhan J abatan Guru Besar

da1am Bidang Hukum Administrasi

pada Faku1tas Hukum Universitas Airlangga

di Surabaya pada hari Sabtu Tangga124 November 2007

01eh

TATIEK SRI DJATMIATI

J,1 J L J K PF . rTJ~T / r.;~ .-' AN

U ~ , 1",' d' ~ I AS / .lr.. LAT ~GGA

S UR A l> , YA

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI

Page 3: PERIZINAN SEBAGAIINSTRUMEN VURIDIS DALAM …repository.unair.ac.id/71258/1/KKB KK PG-33-11 Dja p.pdf · menyangkut tujuan pemberian izin. Hampir semua aspek kegiatan kita sarat dengan

Dicetak' A' I . Ir angg U ' lsi di luar I a nlVersily Press

anggung jawab AUP

Bismillahirrahmanirrahim,

Yang terhormat,

Ketua dan Anggota Majelis Wali Amanat Universitas Airlangga,

Ketua dan Anggota Senat Akademik Universitas Airlangga,

Rektor dan Wakil Rektor Universitas Airlangga,

Para Guru Besar Universitas Airlangga dan Guru Besar Tamu,

Para Dekan dan Wakil Dekan di Lingkungan Universitas Airlangga,

Para Ketua Lembaga dan Unit di Lingkungan Universitas Airlangga,

'Guru-Guru saya, Teman Sejawat, Mahasiswa, segenap Sivitas

Akademika Universitas Airlangga,

Para Pejabat dan Hadirin sekalian,

Very Reverend Prof. mr. dr. G.H. Addink, Faculty of Law, Utrecht

University

Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh,

Selamat pagi,

Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya menyampaikan orasi

inaugurasi dengan judul:

PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK

Judul tersebut beranjak dari ranah Hukum Administrasi yang menyangkut penggunaan wewenang pemerintahan dalam

menerbitkan perizinan, tanggung jawab dan tanggung gugat pejabat

dalam pelaksanaan perizinan.

Karakter yuridis izin adalah konstitutif, artinya hak dan kewajiban

lahir dari izin.

Aktivitas tertentu hanya mungkin dilakukan kalau sudah ada

izin. Saat ini perizinan t elah menjadi polemik berkepanjangan,

l'd ILIK PFI f'l.1~TAU AN

U:\' IVr:r-1 .. ~ITAS .\ 1..LANGGA S I.J , Y A

1

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI

Page 4: PERIZINAN SEBAGAIINSTRUMEN VURIDIS DALAM …repository.unair.ac.id/71258/1/KKB KK PG-33-11 Dja p.pdf · menyangkut tujuan pemberian izin. Hampir semua aspek kegiatan kita sarat dengan

menyangkut tujuan pemberian izin. Hampir semua aspek

kegiatan kita sarat dengan nuansa perizinan. Dapat dikatakan RI

adalah negara penuh izin. Tidak ada aktivitas yang tanpa izin.

Realita ini mencapai puncak ketika Pemerintah Pusat menerapkan pemb' t . S

. . enan 0 onoml daerah yang seluas-luasnya. lSI negatif sistem otono " . .

b b· ml ml membenkan peluang yang sangat

esar agl daerah karen d tuk

a engan wewenang yang ada Iebih leluasa menen anb b . er agaI macam p " . . enzman.

Izm dlharuskan tidak d 1 Administra . t. . a am rangka fungsi izin menurut Hukum

SI, apl sebagaI s b . kita simak a tu. Urn er pendapatan, oleh karen a itu marl

pa ~uan perizina . n menurut Hukum Administrasl.

TUJUAN PERIZINAN

Indonesia sungguh d 'k' hutan dan Iauta d k eml Ian kaya, dengan hamparan gunung,

. n an ekayaan 1 Tldak berlebihanI h k' a am yang terkandung di dalamnya.

a lranya kIp . mengatakan bah k a au residen R.I Pertama, Soekarno

wa ekayaan b . . ratna mutu manikam Uml pertiwi ini laksana untalan

Namun sungguh tu······: bak zamrud katulistiwa. . d pa t disa k g m ah dan kekay yang an, bahwa di negara kita yan

aan alam . macam pencemar d yang berlimpah telah terjadi berbagaI · K an an peng k' .

asus-kasus Per' . rUsa an kekayaan alam IndoneSIa. 1 " lZman di tin k . 1 oglng, Illegal fishin '11 g at pusat dan daerah seperti Illega k h'd g, 1 egal m' . 'k e 1 upan kita. Demikia mmg seolah lekat dalam din amI a

mulai p '. n Pula berba . . d rah erlzman rekl gal problem perizinan dl ae dan 1 " arne 1MB k am-lamnya. ' , sampai izin tower yang lagi mara Kondisi tersebut fun .. menUnjukk

gSllzin disalah an bahwa tujuan karakter dan I . gunakan t ' zm adalah salah . a au diabaikan.

Ad . . satu mst mmlstrasi. Pemerintah rumen yang digunakan dalam FIuku~

untuk meng t . menggun k '. ridlS ~ bngkah 1 k a an lzm sebagai sarana yU

1 a U Warga N.M Spelt dan 1.B rnasyarakat.1

De Vergunnina . ·1.M. ten Berge I hanteert de v b .IS een van de ' nleiding Ver .

ergunnlllg als een juri~eest gebruikte inst~unnlllgen Recht, 1995, h. 2. besttlurs 2 seh mlddel om d b menten III het admin istratief recht. Het

e urgers te sturen.

Konsep di atas menunjukkan bahwa izin merupakan norma

pengatur atau norma pengendali agar masyarakat dalam melakukan suatu kegiatan tertentu seperti "business" maupun

kegiatan lainnya haruslah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Oleh karena itulah izin merupakan suatu "preventieve

instrumenten", yang tujuan utamanya adalah mencegah perilaku menyimpang dari masyarakat agar memenuhi ketentuan-ketentuan

hukum yang berlaku dan bukan sekedar sumber pendapatan

semata. Keluhan masyarakat saat ini adalah, di samping izin sebagai

biang berbagai macam perusakan dan pencemaran, maka perizinan di Indonesia juga menghambat investasi. Alternatif dan solusi saat ini antara lain dengan pola pelayanan satu atap (one stop service) dan pola pelayanan satu pintu.

Hadirin yang saya hormati,

Apakah yang digunakan pola pelayanan satu atap atau

apakah dengan pola pelayanan satu pintu, yang terpenting adalah

melaksanakan pola pelayanan dengan integrasi prosedur

dalam pelayanan perizinan.

Keluhan masyarakat (termasuk para investor) tentang rumitnya birokrasi perizinan harus segera direspon dengan baik jika hendak menjaring investor demi meningkatkan perekonomian nasional.

Penyederhanaan perizinan sebetulnya sudah dilakukan, antara lain: 1. Paket kebijaksanaan 24 Desember 1987, berisi ketentuan­

ketentuan yang menghapuskan berbagai ketentuan perizinan yang menghambat dunia usaha, seperti H.O. , 1MB yang diharuskan tidak berbelit-belit.

2. Intruksi Presiden No. 23 Tahun 1998 tentang penghapusan

ketentuan kewajiban memiliki surat persetujuan prinsip dalam

pelaksanaan realisasi penanaman modal di daerah, namun

tahun 1999 keluar Keputusan Menteri Investasi/Kepala BKPU

3

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI

Page 5: PERIZINAN SEBAGAIINSTRUMEN VURIDIS DALAM …repository.unair.ac.id/71258/1/KKB KK PG-33-11 Dja p.pdf · menyangkut tujuan pemberian izin. Hampir semua aspek kegiatan kita sarat dengan

no. 37/1999 tentang kewajiban adanya Persetujuan Prinsip yang berlaku sebagai izin usaha sementara.

3. Instruksi Presiden No.5 Tahun 1984 tentang Penyederhanaan

Perizinan, substansi Instruksi Presiden ini adalah mengurangi jumlah perizinan.

4. Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2006 tentang Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi. Dalam Instruksi ini dilakukan

penyederhanaan perizinan dengan pola pelayanan satu pintu untuk. meningkatkan kualitas pelayanan.

Dalam Pasal 1 butir 10 dinyatakan: yang dimaksud dengan

penyederhanaan pelayanan adalah upaya untuk penyingkatan waktu, prosedur dan biaya perizinan.

~~rba~ upaya hukum yang ingin menyederhanakan pelayanan penzman ltu pun belum b· . . . lsa mengatasl hambatan penzman.

Pola "One stop s . "b k . . . erVlce u an bermakna sekedar integraSl aktlvltas dengan b b . .

. er agal meJa yang harus dilalui pemohon, dengan berbag . k

al ewenangan yang demikian banyak namun memerlukan integrasi d ' 1-~ 1-0

. prose Uf. Dalam integrasi prosedur, lang~" yang dltempuh adalah .

tuk. . mengurangl atau memangkas wewenang un menerbltkan izin i· d ~...., sehin h . . - Zln an rekomendasi yang sangat berag~'

gga anya lzm' 1" . . . m . In 1 saJa yang harns ditempuh. Tidak dipungkir1

emang ada resIst . d . bertaha ha en~l arl unit terkait, tetapi hal itu secara

: rus dapat dihindari. Darl segi norman k de

nonnstellin ( ya, arakter izin adalah suatu gele P g norma berhubungan) 2

eraturan hukum yan di· . . an adalah lemsl . d g gunakan sebagai landasan perlzln

e& aSl an regul . . It pola kewenan aSI yang saling berhubungan menunJu

gan, prosedu b kan hukumnya D r, su stansi maupun penega .

. engan d 'k' 1 eml Ian perumusan legislasi dan regulaS

2 J.BJ.M ten Berge B Nonnstellin '. est?uren Door De Overh '. 55.

stellm· g I·S g geschledt DIet allen in fase eld, W.EJ TJenk Willink Deventer, 1997, h. r ... . een regelco I n, vaak op I . . ' de no .. .

zijn en dus ond ~p ex met verschillende" I ~o gend m de tljd, maar het resultaat van haaJd ergeschlkt zijn &an andere h ge edmgen", waarvan sommige geledingen aange

, ogere geledingen.

4

yang benar, sangat diperlukan, untuk menghindari terjadinya konflik norma yang sering kali terjadi.

Hadirin yang saya hormati,

Seperti telah dikemukakan karakter izin adalah konstitutif. Izin adalah suatu keputusan tata usaha negara yang berkarakter konstitutif Cmelahirkan hak dan kewajiban). Karakter konstitutif suatu izin memberikan hak bagi seseorang untuk melakukan suatu kegiatan tertentu, a contrario tanpa izin seseorang tidak

diperkenankan melakukan kegiatan tertentu. Dengan karakter

izin tersebut, tidak heran kalau di negara kita hampir dapat dikatakan tidak ada kegiatan tanpa syarat izin.

Membandingkan karakter izin di Belanda, izin bisa bersifat konstitutif dan bisa deklaratur. Dengan dua karakter tadi, izin mutlak diperlukan jika nyata-nyata akan menggangu. Hal ini sesuai dengan prinsip "freedom to do". Orang bebas melakukan

kegiatan yang diinginkan, namun jika menimbulkan suatu gangguan maka disini izin sangat diperlukan, yang fungsinya

sebagai preventieve instrumenten.

PERGESERAN TUJUAN PEMBERIAN IZIN

Dalam perkembangan perizinan di Indonesia, telah terjadi

pergeseran tujuan pemberian izin. Tujuan izin sebagai instrumen yuridis untuk mengendalikan kehidupan masyarakat, beralih menjadi instrumen sumber pendapatan, tidak hanya bagi perizinan Pusat tetapi juga Daerah.

Dari sudut Hukum Administrasi izin adalah public service dan

oleh karena itu tidak layak dipungut biaya. Berdasarkan ketentuan Undang-Undang No. 18 Tahun 1997 Jo. Undang-Undang No. 34

Tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, yang dilaksanakan

dengan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah, terdapat tiga jenis retribusi, yang terdiri atas retribusi umum, retribusi jasa, dan retribusi atas pelayanan izin tertentu.

5

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI

Page 6: PERIZINAN SEBAGAIINSTRUMEN VURIDIS DALAM …repository.unair.ac.id/71258/1/KKB KK PG-33-11 Dja p.pdf · menyangkut tujuan pemberian izin. Hampir semua aspek kegiatan kita sarat dengan

Berkaitan dengan retribusi jenis ke tiga ini, pada dasarnya tidak

setiap izin bisa dikenakan retribusi maupun biaya tertentu karen a hakikat izin adalah pelay d ., anan pa a masyarakat (publIc servIce).

Pasal 4 ayat ( 1 ) Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1997 menentukan :

Pada dasarnya pembe' ". . h nan Izm yang dilakukan oleh Pemermta Daerah tidak harus d' t . . h Ipungu retnbusI, namun demikian ole karena da1am me1aksa k f . . na an ungs1 tersebut memer1ukan b1aya, maka terhadap perizina t t t k . n er en u dapat dipungut retribusi untu menutup1 se1uruh atau b . b' .. se ag1an mya proses pemberian izin-Izlll tersebut.

Prinsip bahwa pelay . . 1 . anan penzman tidak dipungut biaya sudah ama dIanut oleh ED (D . E

J d ill ropa) sebagaimana dikatakan oleh Brian ones an Katharine Th 1 u1 ompson tentang izin : As a genera rea government bod cond ·t· y may not require any payment as a

I Ion precedent to th . . . provided f; e ISsue of the license, unless thIS IS

. or expressly by statute. 3

Dan aspek tujuan T B.. .. izin adalah:4 ' en e1 ge menJe1askan motivasi pembenan

1. Keinginan untuk aktivitas t t ~engarahkan (mengendalikan aktivitas-

2. Mencegahebr

hentu

, m1salnya izin bangunan). a aya bagi lin k '" .

3. Keinginan unt k . g ungan (lzm-1zm lingkungan). u mehndunD"i b k b g izin memb k b" 0 ye -obyek tertentu (izin te an ,

ong ar pada mo 4. Hendak memb . b nument-monument).

ag1 enda-benda' 'k't (izin penghunian daer h yang Jum1ahnya sed1 1

5. Mengarahk a padat penduduk). an deng .

berdasarkan D k an menye1eksi aktivitas-aktivitas (izIll

ran -en Horeca t h rUs memenuhi pers we , yang mana pen guruS a

yaratan tertentu).

38 . f1 an Jones and K II .

th E a leflne Th . e uropean Union its IV ompSon dalalll Rene S . a'" of

Ultgevers Antwerpen ' G leUlber States and the U . erden and Frits Stroink. Ad ministrative L, ntia 4 N M S I - ronJngen, 2002, h. 216 Ulted States, A Comparative Analisys. IntcrSe

. . pe t en 1 8J.M. ten 8 . erge, loc. cit, h. 5.

6 -------------------------r: 1 i J J K . r I ' :.~, 'c. r.', : . . ' .. i.I

UNIV: ' ' 1' ~,' '1 " ~\'·,~G ,.\ - ... . i-....) ,'" ,"~L ' '' .~'-'

S U i ' r\ lJ :\ Y i\

Da1am kaitan itu patut disimak kajian Brian dan Khatarine

Thompson yang menggambarkan adanya aktivitas tertentu yang

harus mendapat pengawasan Pemerintah melalui izin.5

PERIZINAN DAN PELAYANAN PUBLIK (PUBLIC SE;RVICE)

Pembaharuan konsep pelayanan publik muncul pertama kali di

Inggris, berkaitan dengan keinginan Pemerintah untuk memberikan

pelayanan terbaik.

Perizinan pada dasarnya mempunyai fungsi pe1ayanan pub1ik,

dan oleh karena itu pe1ayanan perizinan harus mendapat perhatian

dan perlindungan. Hal ini dikarenakan pe1ayanan publik merupakan

hak-hak so sial dasar dari masyarakat (social rights).

Social Rights merupakan the rights to receive, hak-hak

untuk menerima dari Pemerintah seperti pendidikan, jaminan

sosial dan sebagainya. (Pasal 34 Dndang-Dndang Dasar 1945). Oleh

karena itu Pemerintah berkewajiban untuk memberikan pe1ayanan

yang terbaik kepada masyarakat. Peno1akan atas pe1ayanan publik

di bidang perizinan tanpa a1asan ada1ah bertentangan dengan hak

so sial dan dengan demikian bertentangan dengan hak-hak dasar. Pemerintah hendaknya tidak berlindung dengan ungkapan

populis John F. Kennedy pada Inaugurasinya sebagai Presiden Amerika Serikat yang ke-35 tahun 1961, karen a ungkapan tersebut

pada dasarnya adalah untuk menggugah seman gat patriotisme

warga Amerika.

" .. .... . And so, my fellow Americans: ask not what your country

can do for you - ask what you can do for your country. (Jangan

anda tanya apa yang anda terima dari Negara, tapi tanyakan apa

yang sudah anda berikan pada Negara )".6

5 Brian Jones and Katherine Thompson loc. cit, h. 215 .

(, John F. Kennedy, An Unfinnished Life, USA, 2003, h. 324.

7

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI

Page 7: PERIZINAN SEBAGAIINSTRUMEN VURIDIS DALAM …repository.unair.ac.id/71258/1/KKB KK PG-33-11 Dja p.pdf · menyangkut tujuan pemberian izin. Hampir semua aspek kegiatan kita sarat dengan

Konsep baru public service eli Inggris berawal dari tahun 1991,

elidasarkan atas citizen's charter yang dipelopori oleh Perdana Menteri Inggris, sebagai kristalisasi tentang proses trasformasi

Negara dalam hubungan dengan warga Negara, yang

dengan cepat berkembang ke arah negara kesejahteraan, sehingga

menciptakan struktur manajemen bagi pelaksanaan public service. Citizen's Charter menegaskan prinsip-prinsip tentang Public

Service:7

1. The setting and improvement of standards (perumusan dan perbaikan standar pelayanan).

2. The creation of greater openness and the provision of public

information (pembentukan keterbukaan yang luas dan peraturan tentang informasi publik).

3. The provision of choise by the public sector whenever practicable (pilihan aturan hukum yang dapat eliterapkan). .

4. The Observance of the non discrimination principle (prinsip ketaatan pada asas tanpa ada diskriminasi).

5. Accessibility of services (akses pelayanan). 6. The charter requir bl'· . d

es pu IC serVice providers to gIve a goo explanation, or an apology When things go wrong, and to have a well bli' d

. pu ClSe and readily available complaints procedure. (Plagam tersebut mengharuskan untuk memberikan penjelasan atau. me~inta maaf apabila ada kekeliruan dan menyediakan pubhkasl yang baik d ' h)

. . an suatu prosedur pengaduan yang muda . Prlnslp 't' ' . d k Cl Izen s charter tersebut kemudian merubah pola

pen e atan Hukum Ad . . t n k k mlnistrasi di Inggris dari pendeka a

e luash.akan ke arah pendekatan hak asasi (righ~s based approach),

me a lr an The Pro ° I principles of Pro InclP . e . of Proper administration (Due adm ° °str to per admlnlstrasion) dan the Principles of

....... ..u1n..ul a Ive behaviour.

7 Rodney Austin dalarn Peter Leyland • Old Constraints and New Horizons BI ~d Terry Woods, Administrative Law Facing tbe Future •

, ac tone Press Limited, London, 1997, h. 20-21. 8

ASAS-ASAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAlK (AUPB)

Prancis mengenal norma tersebut dengan istilah Les Principes Generaux Du Droi yang dikembangkan oleh Conseil d'Etat sebagai parameter untuk mengukur tindakan Pemerintah Oegalitas) termasuk pelayanan perizinan. Prinsip itu meliputi larangan : L'inexistence, incompetence, Vice de forme, violation de la loi, detournement de pouvoir.8

Belanda menggunakan istilah Algemene Beginselen van Behoorlijk Bestuur (Asas Umum Pemerintahan Yang Baik), dan menempatkan didalam Undang-undang Umum Hukum Administrasi (Algemene wet Bestuursrecht) yang meliputi Prosedural Norms dan Substantive Norms.g

Algemene Beginselen van Behoorlijk Bestuur (general principles of proper administration) di atas menjadi ukuran tindakan dalam menerbitkan atau memberikan perizinan eli Belanda.

Sistem Hukum Inggris mengenal doktrin Sovereignty of

Parlemen atau supremasi parlemen yang membatasi wewenang badan-badan pemerintah dan menguji keabsahan tindakan Qegality) badan pemerintah dengan bertumpu pada doktrin ultra vires.

Hal ini terjadi karen a wewenang yang diberikan kepada badan-badan pemerintah itu diciptakan oleh undang-undang yang elibuat oleh parlemen, dan peran pengadilan ditetapkan untuk memastikan dan menguji kewenangan tersebut dalam batas yang

ditentukan oleh parlemen. Dengan demikian doktrin IDtra Vires mensyaratkan pengadilan

untuk menaruh perhatian pada prinsip demokrasi.

. d J h S B II French Administrative Law, Clarendon Press - Oxford, 1998, 8 L. Neville Brown an 0 n . e,

h.240-245. A E S h'lder A Survey of Dutch Administrative Law, Ars Aequi Libri, 9 J.G Brouwer dan ., C 1 ,

Nijmegen, 1998, h. 34-46.

9

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI

Page 8: PERIZINAN SEBAGAIINSTRUMEN VURIDIS DALAM …repository.unair.ac.id/71258/1/KKB KK PG-33-11 Dja p.pdf · menyangkut tujuan pemberian izin. Hampir semua aspek kegiatan kita sarat dengan

Dalam perkembangannya Lord Diploek mensyaratkan doktrin

Ultra Vires dipakai sebagai dasar pengujian atas tiga hal utama

yaitu : illegality, irrationality, dan procedural impropriety.IO

Illegality berkaitan dengan hal bahwa pembuat keputusan

tidak berwenang atau ada cacat wewenang (discretionary power atau abuse of discretion).

Irrasionality terjadi bila pembuat keputusan telah menetapkan faktor-faktor yang tidak layak atau relevan dalam pertimbangannya, atau tidak proporsional dan bertentangan dengan Artikel 8 of the

European Convention on Human Rights (respect of correspondence).

Prosedural impropriety menyangkut violating important statutory procedur, bias, lack of a fair hearing failure to give reasons for decision. '

Belgia menerapkan The Principles of Proper Administration yan dib d k

' g e a an atas Formal Principles of Proper Administration dan Mate . I . . I . I

. rIa prmclp es of proper administratIOn. I

1. The Formal Pnn· . 1 clples of Proper Administration

Prinsip formal be k . t d k . . r al an engan prosedur pembuatan suatu

epuTtusan (Izm adalah suatu keputusan pemerintah) yang meliputi: he duty to hear th dd .

d '. e a resse of a decision, berkaltan engan Jarnman untuk did b' 'b t

dal . engar agI setiap orang yang terh a am pernbenan keputusan.

~ri~~~r k d . P Ocess of law menyangkut hak untu

men apat perlindungan hukum.

The principle of· d yang berw In ependence, menentukan bahwa pejabat

enang rnernbuat k t - d' . tan t k . epu us an rnenurut pendapat sen IrI, pa e anan darl luar.

The principle of im .. yang berwenang tidak b 1 partl~hty, menentukan bahwa pejabat

o eh memlhak.

10 Lord Diplock dalam John Alder '. London, 2005, h. 360-362. ' ConstitutIOnal and Administrative Law Palgrave Macmillan,

II . , Sablen Lust, loc cit, h. 28.

10

2. Material Principles of Proper Administration

Prinsip ini berkaitan dengan substansi keputusan, terdiri atas:

The equality, bahwa semmi orang dalam situasi yang sarna

harus diperlakukan sarna.

The proportionality, rnenentukan adanya keseimbangan

antara beban dan kepentingan yang dituju oleh keputusan. The principle of due care, memiliki dua makna : pejabat yang

berwenang dalam mengarnbil keputusan harus mempertimbangkan faktor yang relevan dan adanya keseimbangan bagi pihak-pihak

yang berkepentingan. The principle of reasonableness, mengukur batas

"discretionary power" (kebijakan) dari pejabat yang berwenang.

Pejabat Pemerintah memiliki kebebasan yang luas untuk bertindak, melalui berbagai cara dengan pertimbangan yang rational, tanpa

melakukan "illegality" .. The principle of legal. security, yang menentukan bahwa

semua peraturan hukum harus dipublikasikan oleh pemerintah, dan

karena itu keputusan pejabat yang berwenang tidak boleh berlaku

surut (principle of non retroactive of acts of administration), kecuali

ada perkecualian, dengan putusan pengadilan. The principle of good faith menentukan bahwa pejabat yang

berwenang harus menghargai harapan (legitimate expectations)

yang telah diberikan kepada para pihak yang terlibat. Pertanyaannya: apakah prinsip ini bisa diterapkan pada fakta

contra legem.12

Uni Eropa menggunakan prinsip umum pemerintahan sebagai

I . I·ples of community, seperti disebut Artikel 220 genera princ . EC. The general principles dikembangkan melalUl case law ~leh Mahkamah Internasional Uni Eropa (European Court of Justice),

d· b'I t u disemangati oleh hukum negara-negara anggota, yang lam I a a . d't k n dalam Art. 288 EC: "even explicitly prescribes sepertI 1 egas a

12 Sabien Lust, ibid, h. 29-31.

11

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI

Page 9: PERIZINAN SEBAGAIINSTRUMEN VURIDIS DALAM …repository.unair.ac.id/71258/1/KKB KK PG-33-11 Dja p.pdf · menyangkut tujuan pemberian izin. Hampir semua aspek kegiatan kita sarat dengan

that a community principle must be in accordance with general principles common to the law of the member states."

Penerapan prinsip umum oleh ECJ yang disemangati hukum

negara-negara anggota tidak terlalu aneh, pertimbangannya karena

Para Hakim di ECJ, murni diambil dari negara-negara anggota,

sehingga Prinsip Umum Pemerintahan di Uni Eropa sama dengan

prinsip-prinsip umum pemerintahan di negara anggota, yang

~eliputi : the principle of equality, the principle of proportionality, the

rIght of defence, the principle of legitimate expectations, the principle of legal certainty and the duty to state reasons.

General principle ofEC mengikat negara-negara anggota, namun problem muncul dalam hal . . t b . . . .

prmslp erse ut menYlmpang dan prmslp hukum nasional. Bila prinsip Hukum Nasional tidak sesuai dengan prinsip hukum EC pel b t .

, .,a a pemerlntah dari negara anggota bisa memilih keduanya dengan perbedaan: a Bila EC . . 1

' . " prmclp es menawarkan untuk lebih melindungi mdlvldu daripada p' . H k

. . nnslp u urn Nasional, oleh karena p~mslp supremacy of EC law, maka prinsip hukum EC yang dlterapkan.

b. EC principles kurang . '. menaruh perhatian pada indivldu

dlbandmgkan dengan . persamaan prinsip Hukum N asional ,

maka sesual dengan p. . . . rInSlp otonomi procedural maka

prmslp Hukum Nasional d' ' . yang lterapkan, sepanjang persyaratan

persamaan dan efekbvitas ditem . 13 Ul.

Dengan uraian singkat te t menuniukk nang AUPB di berbagai Negara,

~ an asas-asas tersebut Negara A k . . sangat penting dalam pemerintahan

. sas emandlrIan k t b keseimbangan k ' e er ukaan, kepastian hukum, asas

, epercayaan ke . . utam d 1 . , cermatan mempunyai priontas

a a am menerbltkan ke t B . I d . pu usan atas perizinan.

agl n onesla, penerapa A Yang Baik d ' l ' d n sas-Asas Umum Pemerintahan lawa 1 engan pe

nerapan Undang-Undang No. 5 Tahun

13 Rob Widdershoven, Ibid, h. 278-279

12 ,,4 I L I T{

rr~ r T_' . 1".:\ 1( AA N U. ·l', 1 .. ~ :.lrAS .. \};' L/H GOA

S I I P .. \ 0 ., \.f A

1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negarajo Undang-Undang No.9

Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-Undang No. 5 Tahun 1986.

Pasal 53 ayat (2) Undang-Undang No.9 Tahun 2004 menentukan

alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan adalah

bertentangan dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik.

Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara

Negara yang Bebas dari KKN, mengatur mengenai asas-asas

penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas KKN, seperti yang

termaktub dalam ketentuan Pasal 3.

Walau telah ada persyaratan tentang AUPB, dalam realita masih

sangat banyak pejabat pemerintah tidak mempertimbangkan atau

cenderung mengabaikan AUPB, dalam penerbitan keputusan

tentang perizinan.

Berbagai contoh konkrit pemberian izin-izin di Indonesia juga

bermunculan, sedangkan penerbitan perizinan tersebut nyata­

nyata menimbulkan gangguan.

Penegakan hukum atas kasus-kasus yang muncullemah, karena

perangkat hukum yang tersedia juga masih banyak kelemahan.

Hadirin yang saya harmati,

Kita boleh merasa bangga dengan upaya-upaya Pemerintah

yang diprakarsai oleh Kementerian Pendayagunaan

Aparatur Negara (PAN), yang telah menyusun RUU tentang

Administrasi Pemerintahan. Dalam RUU tersebut asas-asas

umum pemerintahan yang baik merupakan titik sentral dasar

hubungan antara Pemerintah dan rakyat. RUU Administrasi

Pemerintahan digagaskan sebagai Tonggak Reformasi Birokrasi

Pemerintahan di Indonesia.

13

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI

Page 10: PERIZINAN SEBAGAIINSTRUMEN VURIDIS DALAM …repository.unair.ac.id/71258/1/KKB KK PG-33-11 Dja p.pdf · menyangkut tujuan pemberian izin. Hampir semua aspek kegiatan kita sarat dengan

MALADMINISTRASI

Dalam pelayanan publik (termasuk perizinan), di samping

norma pemerintahan juga diakui norma-norma perilaku yang baik.

Rumusan negatif norma perilaku aparat dikenal dengan istilah

Maladministrasi. Konsep maladministrasi diintrodusir tahun

1967, ketika Pemerintah Inggris membentuk parliamentary commission for administration (the ombudsman).

The commission menyatakan: bad decisions are bad

administration and bad administration is maladministration .... , bad decision goes the bad rule, fallacy statutory regulation.14

Kasus maladministrasi yang sangat menarik dijumpai misalnya

tentang pencabutan izin-izin televisi (revocation of television licenses)

tahun 1975. Departemen Dalam Negeri mencabut izin-izin tersebut sebelum habis mas a berlakunya (before their current licenses

expired), agar supaya memperbarui izin-izin tersebut, dan mereka

menyebut yg dilakukan adalah legally, dan sebelumnya menaikkan

uang yang harus dibayar. Banyak keluhan diajukan tentang hal itu

dan setelah diadakan pemeriksaan yang serius, kantor pemerintah dalam negeri tidak memberikan suatu public proper warning, bahkan mengatakan hal itu adalah illogically; dan mengulangi hal yang sarna dengan mencabut 36.000 licenses.15

Pada akhirnya court of appeal memutuskan bahwa pencabutan izin-izin tersebut adalah melawan hukum, dan telah menggunakan

w~wenangnya untuk tujuan lain (abuse of power).

Tidak adanya public proper warning mengenai pencabutan izin-izin

ters~but di a~as juga bertentangan dengan prinsip-prinsip pelayanan pubhk sepertl yang ditentukan dalam The Citizen's Charter.16

14 Sir william Wade QC LLD LITTD (H a1) LLB PhD (Cantab). Adminis'trati~e La~ Oxfi d UO~), F~A dan Christopher Forsyth, B Sc LLB <!'iat G H Addink, Principles of Good Gove~ance~~. 14~lverslty Press, New York, 2000, h. 97., bandmgkan .

IS Sir William Wade, loc. cit. h. 98. 16 B k'

er altan dengan public proper warnin dal erl unya elemen natural justice dan fairness Ad . . g . am pencabutan izin, P.P. Craig menyatakan P 2003, h. 448. ' mlDlstrative Law, Thompson Sweet & Maxwell, London

14

Menelaah arti kata maladministrasi, berasal dari bahasa latin malum yang artinya jahat (jelek). Istilah administrasi sendiri dari bahasa latin administrare yang berarti melayani. Kalau dipadukan kedua istilah tadi berarti pelayanan yang jelek, sedangkan pelayanan

itu dilakukan oleh pejabat publik.17

E.I Sykes mengemukakan maladministrasi sebagai :

"The most appropriate general descripsion is that his work is

directed at the correction of case of maladministration a term which

has been described as including bias, neglect, delay, inattention,

incompetence, ineptitude, perversity, turpitude, and arbitrariness."18

Berkaitan dengan maladministrasi, Ombudsman Eropa

menetapkan code of good administrative behavior (kode

etik perilaku), namun sesuai dengan ketentuan konstitusi Eropa, Pasal 195 ayat (1) Mahkamah Eropa (Court of Justice) hanya memiliki wewenang menyelesaikan sengketa setelah pengadilan yang berwenang dari negara-negara anggota tidak berhasil untuk

menyelesaikan sengketa maladministrasi.

Di Belanda ide pengawasan terhadap perilaku aparat oleh

.badan independence dilakukan setelah terbentuknya the national

ombudsman tahun 1981, namun kriteria maladministrasi belum banyak dibicarakan. Dalam pengawasan pelayanan publik, Belanda lebih menekankan asas rechtmatigheid yang ditujukan untuk pengawasan penggunaan wewenang. Di sisi lain maladministra.si dengan titik berat pengawasan adalah perilaku aparat (overheid

gedrag), jadi ditujukan pada personnya. Untuk melakukan

rat harus mengindahkan norma-norma umum pengawasan apa . . b 'k (algemene normen van goed overheld penlaku yang al . d) bersumber dari yurisprudensl dan laporan ge rag yang

ombudsman.

. d . . t asi sebagai dasar penilaian perilaku administrasi, makalah, 17 Philipus M. HadJon, Mala mlOIS r

2004, h. 6--7. d (M Ib) tal General Principles of Admininistrative Law, Third Ed, 18 E.l. Sykes BA (Qld) LL e e .

Butterworth, Sydney, 1989, h. 379.

15

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI

Page 11: PERIZINAN SEBAGAIINSTRUMEN VURIDIS DALAM …repository.unair.ac.id/71258/1/KKB KK PG-33-11 Dja p.pdf · menyangkut tujuan pemberian izin. Hampir semua aspek kegiatan kita sarat dengan

Berkaitan dengan asas-asas perilaku yang baik tersebut menurut ten Berge19 meliputi :

1. Dienstbaarheid (sikap melayani);

2. Betrouwbaarheid (terpercaya) yang terdiri atas : - Openheid (keterbukaan);

- Nauwgezetheid (kehati-hatian, kecermatan); Integriteit (integritas);

- Soberheid (kesederhanaan);

- Eerlijkheid (kehormatan).

Di Indonesia Komisi 0 b d . , m u sman NaslOnal dalam laporan tahunan merinci berba . t' d k . gal m a an maladministrasi antara lam: penundaan berlarut t' d k . . ' I a menangam, persengkongkolan, pemalsuan, dl luar kom et . t'd . p enSI, I ak cakap, penyalahgunaan wewenang bertmdak se .' wenang-wenang, permintaan imbalan (kkn) , fen~mpangan prosedur, melalaikan kewajiban, bertindak tidak aya ,penggelapan barang bukti tidak d'l . k

nyata-nyata ber ih' ' . a I, penguasaan tanpa ha ,

Perbuat 1 p ak, mtervensl, pelanggaran Undang-undang, an me awan hukum.20

Norma-norma pemerintahan d demikian b k b . an norma perilaku aparat telah

er em ang dl berb . penerapan no agal negara. Di Indonesia upaya

rma-norma terseb t d'l k UU Administ . p' U I a ukan dengan membentuk

rasl emermtahan draft RUU yang sekarang masih dalam tahap

, namun dalam RUU 'h mendapat perhati . ' masl banyak norma yang perlu

an sepertI AUPB '. . . rugi, pemberian sanksi. ' prmslp penlaku yang baik, gantl

Cacat yuridis maupun cacat e' . jabatan maupun t . p nlaku melahlrkan tanggung jawab

anggung Jawab prib d' t jabatan maupun pribadi (R . " a 1, serta tanggung guga

esponslblhty dan Liability).

19 J.B.J.M. ten Berge De Persoon' H ' In et Best

20 CFa Sunaryati Hartono d t' uursrecht, Makalah, 2004, h. 2. Omb d N' ' an 1m, Panduan I .

1I sman asIOnal, Jakarta, 2003, h. 17-21. nvestIgasi untuk Om budsman Indonesia, Komis i

16

RESPONSIBILITY DAN LIABILITY

Sering dua konsep diatas disamaratakan yang nyata-nyata berbeda dalam kajian Hukum Administrasi.

Responsibility merupakan bentuk pertanggungjawaban

pemerintah pada parlemen sE;cara politis, yang meliputi collective and individual responsibility. Bentuk lain dari responsibility

adalah legal responbility dari menteri dan para pegawainya atas

tindakan-tindakan mereka. Political responsibility dilaksanakan melalui parlemen, legal

responsibility bisa dilaksanakan melalui pengadilan.21

Pada mulanya dalam sistem hukum Inggris, government

responsibility dilakukan oleh para menteri karena adanya ketentuan "The King Can Do No Wrong", namun tidak berarti sesuatu yang dilakukan atas nama raja selalu sesuai dengan hukum, karena itu raja mengusulkan agar para menteri mengukur suatu tindakan illegality. Dari sini berkembang responsibility yang dilaksanakan

oleh parlemen melalui Impeachment. Collective responsibility digunakan sebagai suatu varietas

politik yang membantu control pemerintahan atas peraturan

perundang-undangan dan belanja publik serta untuk mengisi ketidaksepahaman di antara departemen-departemen yang ada.

Doktrin collective responsibility dikemukakan oleh Lord

Salisbury:22 For all that passes in Cabinet every member of it who does not resign

is absolutely and irretrievably responsible in has no right afterwards

to say that he agreed in one case to accompromise, while in another

he was persuaded by his colleagues .... , that the joint responsiblility of

Ministers to Parliament can be upheld and one of the most essential

principles of Parliamentary responsibility established.

21 AW Brodley and KD Ewing, COllstitusional and Administrative Law. Pearson Education

Limited, London, 2003, h. \03.

22 Ibid h. \06.

17

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI

Page 12: PERIZINAN SEBAGAIINSTRUMEN VURIDIS DALAM …repository.unair.ac.id/71258/1/KKB KK PG-33-11 Dja p.pdf · menyangkut tujuan pemberian izin. Hampir semua aspek kegiatan kita sarat dengan

INDIVIDUAL RESPONSIBILITY

Hal ini dilakukan oleh para menteri pada parlemen atas keputusan-keputusan dan kebijakan-kebijakan mereka dan

efisiensi pemerintahan dari departemen mereka masing-masing.

Para pegawai selalu bertindak atas nama menteri, dan perhatian

kesalahan pada para pegawai tidak begitu jelas. Sehubungan dengan

maladministrasi tanggung jawab menteri dikaitkan dengan dua pertanyaan:23

1. Untuk apa perluasan tanggung jawab menteri dalam tindakan maladministrasi di departemen?

2. Bila maladministrasi yang serius terjadi, apakah tanggung jawab termasuk suatu kewajiban untuk mund ? ur.

STATE LIABILITY (GOVERMENTAL LIABILITY)

Ko~sep ini merupakan tanggung gugat kepada N egara atau Pemermtah dalam arti mer k h . .,

. . e a arus memberi kompensasl Jlka terJadi kerugian atau d . t

.. en a, secara langsung atau tidak langsung, materlll atau mental kepada wa rganya.

Kompensasi kerugi I h d . L'b . an 0 e negara dalam konsep di atas berasal an 1 ertanan teori yan k d' .

V·. .. . g emu Ian berkembang dalam teor! IcariouS LIabIlIty. Konse d' .

rn h' F k 2 P 1 atas antara lam dikemukakan oleh .lOS Iro u e: 4

The state should make com . in;ury l't h . d pensatlOn for Whatever loss and/or

., as or IS eemed to ha . . and materiall d' ve caused dIrectly and/or indIrectly

y an ,or mentally to its citiz Berbeda dengan responsibilit en.

jawaban pemerintah m I I' y, yang merupakan pertanggung-e a UI parlemen t "k 1

responsibility bisa sa . k a au Jl a menyangkut lega mpal e pengadilan, state liability menyangkut

23 Ibid h. "I.

24 Tashiro Fuke, dalam Yon Zh South East Asi KI gang, Comparative St d' d

a. uwer Law IntemasionaJ, The Ha Ue u les of Government Liability in East aD q - The Nederlands. 1999, h. 1.

:u.S

pertanggungjawaban pemerintah tentang ganti kerugian yang harus dilakukan melalui pengadilan. Dalam kasus-kasus perizinan yang berkaitan dengan legal

responsibility, diberbagai Negara Uni Eropa termasuk Inggris,

pengadilan menekankan pentingnya fair administrative procedure dari pejabat yang berwenang baik dalam hal permohonannya maupun pencabutannya, karena pengaruhnya pada hak-hak dan kebebasan warga negara.

Hal tersebut dikemukakan oleh Wade :25

It is recognized that licensing it a drastic power, greatly affecting the

rights and liberties of citizens, and in particular their livelihoods,

and that this alone demands fair administrative procedure ...... It

seems furthermore that no distinction is drawn in principle between initial applications for the grant of licenses and the revocation or non­renewal of licenses already granted.

Dalam sistem hukum Prancis, Pemerintah bertanggung gugat

dalam beberapa situasi, bahkan dalam hal tidak adanya kesalahan

namun terjadi kerugian yang menimpa individu dalam pelayanan publik.26 Tanggung gugat ini terjadi karen a prinsip persamaan beban publik (equality before public burdens) seperti yang tercantum dalam Pasal13 Declaration of the Rights of Man of 1789.

Conseil d'Etat dengan pertimbangan tribunal de conflict menetapkan ukuran kesalahan untuk tanggung gugat atas kerugian yang ada, atas dua hal:

1. Kesalahan pribadi (faute personelle)

2. Kesalahan jabatan (faute de service)

25 Wade, lac. cit, h. 529. 26 L. Neville Brown and John S. Bell, French Administrative Law, Clarendon Press - Oxford, 1998,

h. 182.

19

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI

Page 13: PERIZINAN SEBAGAIINSTRUMEN VURIDIS DALAM …repository.unair.ac.id/71258/1/KKB KK PG-33-11 Dja p.pdf · menyangkut tujuan pemberian izin. Hampir semua aspek kegiatan kita sarat dengan

Kesalahan Pribadi (Faute Personelle)

. Dik.atakan telah terjadi suatu faute personelle bila ada kesalahan pnbadl seseorang yang merupakan bagl'an d' . t h . arl pemerln a an, kesalahan yang dilakukan menuniukk k I han

" " tI an e ema orang tersebut, kemgl~an-kemgman atau nafsunya dan kurang hati-hati atau kelalalannya Pegaw . b . al yang ersangkutan dapat digugat oleh seseorang yang dirugikan di .

" pengadIlan umum (ordinary court) selaku prlbadl dan bertang

gung gugat atas kesalahan sendiri.

Kesalahan Jabatan (Faute de Service)

Terjadi karena adanya kesalahan d I dan hanya b k't d a am penggunaan wewenang

er al an engan pelav B' di . k k p' 'J anan. Ila terjadi gugatan harus

aJu an e engadIlan Administrasi d Principes Generaux Du D 't H engan berpegang pada Les

rm. ukum adm' . t . P . . Administrative'd' tu·. lllIS raSI ranClS (DrOIt

'J 1 sa SISI memberik k dan di sisi lain mengemb . ka an ewenangan pemerintahan, . ang n prosedur untuk I' d . hak mdividu dan kebeba . eli . me m ungI hak-, san m vldu te h d . Conseil d' Etat memb 'k r a ap tmdakan pemerintah.

erl an karakt . t'k civils liberties (bent k b erls 1 sebagai bulwark of

eng e ebasan . d' 'd of administrative mora}'t 27 In IV! u) dan juga guardian

I y. Melengkapi tanggung gu t

Prancis juga mengemba k ga negara dalam pelayanan publik, ng an unsur k al h

lourde (gross faute) di sam . es a an yang disebut faute , PIng unSUr k I

fault. Faute Lourde dian esa ahan yang disebut simple '. ggap perlu bila tu

bIasa suhtnya atau sang t . . gas pelayanan publik luar a sensltIf da . .

suatu diskresi atau keb "akan ' n lllIlah yang memerlukan D· I Y.

1 ndonesia dalam hal t . . . . erJadl gu t

perIzman, aturan hukum kit. ga an karen a pelayanan 'b di a tIdak memb d prl a atau karena kesal h . e akan unsur kesalahan

. a an Jabatan (£1 serVice). Undang-Udang N 5 T aute personelle dan faute de

o. ahun 198' . 6 JO Undang-Undang No.9

27 M.P. Jain, Administrative L h.39. aw of Malaysia and S'

IDgapore, Third Ed, Malayan Journal, 1997,

20

Tahun 2004 tentang PTUN hanya mengatur dalam Pasal 116 ayat (4) tentang upaya paksa bagi para pejabat.

Dalam undang-undang yang lain ada norma yang dianggap dapat menj~laskan mengenai kesalahan pribadi dan kesalahan jabatan,

misalnya Pasal 35 Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara jo Pasal 59 Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yang menetapkan bahwa : setiap kerugian negara yang diakibatkan oleh perbuatan melanggar hukum atau kelalaian harus membayar ganti kerugian.

Ketentuan yang hampir sarna tertuang dalam Peraturan

Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Ketentuan Pasal 63 dapat dijadikan landasan mengenai adanya sanksi apabila ada kesalahan dalam pelayanan publik. Pasal 45 ayat (1) menetapkan Kepala Kantor Pertanahan menolak untuk melakukan pendaftaran peralihan atau pembebanan hak jika

salah satu syarat tidak terpenuhi. Jika kepala Kantor Pertanahan tersebut tetap menerima

pendaftaran sedangkan persyaratannya tidak terpenuhi maka dapat

dikenakan sanksi administratif seperti yang diatur dalam Pasal 63. Dalam hal terjadi gugatan berkaitan dengan Pasal 45, maka Pemerintah tidak bertanggung gugat atas dasar kesalahan publik tetapi lebih tepat bahwa Kepala Kantor Pertanahan yang bertanggung gugat atas kesalahan pribadi (faute

personelle), Berkaitan dengan pelayanan perizinan seperti yang diatur dalam

Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal

73 menentukan: (1) Setiap Pejabat Pemerintah yang berwenang menerbitkan

I'Z' t'd k . d gan rencana tata ruang seperti dimaksud In 1 a sesual en

dalam Pasal 37 ayat (7) dipidana dengan pidana penjara paling

lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00.

21

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI

Page 14: PERIZINAN SEBAGAIINSTRUMEN VURIDIS DALAM …repository.unair.ac.id/71258/1/KKB KK PG-33-11 Dja p.pdf · menyangkut tujuan pemberian izin. Hampir semua aspek kegiatan kita sarat dengan

(2) Selain sanksi pidana t' d' . seper 1 Imaksud ayat (1) dapat d'k . pldana tambahan b 1 enal hormat d .. b t erupa pemberhentian seeara tidak dengan

an Ja a annya. Pasal 74 ayat (2) menentukan :

Selain pidana denda seperti d' k dijatuhi pidan t b h Ima sud pada ayat (1) korporasi dapat

a am a an berupa : .a. pencabutan izin usaha' dan/: t , a au b. pencabutan status badan huku m.

Ketentuan Pasal 73 (1) di t a as sangat t' dak' . Dalam Hukum Ad ". 1 raslOnal mengmgat:

mlmstrasl bila t d pejabat yang menerbl.tk .. er apat kesalahan pada

an lZln dib d k atas kesalahan pribad. d e a an tanggung gugat

1 an kesalah . b seeara langsung dik ak. an Ja atan, dan tidak

en an pldana pe . Dalam Pasal 73 ayat (2) llJara.

. pengaturan sa k . di Janggal dan menimbulkan tu . n SI dalamnya sangat

sua konfllk pemberhentian dengan t'dak h norma, oleh karena sanksi

1 ormat b . . kesalahan adalah sanks' elm' . agI peJabat yang melakukan

1 a lnIstratif a Undang-undang tersendi . y ng sudah diatur di dalam

rIo

Merujuk ketentuan Pasal 74 b ayat (2) t t .

erupa pencabutan . . en ang pldana tambahan lZIn usaha dan

usaha, sungguh sang~t k tr. pencabutan status badan on adlktif den

telah ada, misalnya Und U gan Undang-undang yang . . ang- ndan N

ParIWlsatajo Peraturan P . g O. 9 Tahun 1990 tentang emermtah N 6

Undang-Undang No.5 Tahun 198 O. 7 Tahun 1996 (Pasal113 ), U da N 4 tentangP . n ng 0.41 Tahun 1999 t ermdustrian Undang-

b . entang K h ' se agamya, seluruhnya mene k e utanan (Pasal 87) dan lain KTUN d I gas an bahwa a a ah merupakan . pencabutan izin sebagai

nksi P ·d sankSl Ad . . sa 1 ana. mlnlstratif dan bukan

Pencabutan izin adalah k sesu . d ewenanga d .

al engan azas eontrarius t n arl pejabat pemberi izin status bad h ae us D 'k' rn b an usa a sudah diatur d I . eml Ian pula pencabutan ~er atas. a am Dnda ng-Undang Perseroan

22

. Problem-problem konflik norma tidak diperkenankan meskipun dlkenal asas preferensi hukum dalam menyelesaikan konflik tersebut dengan berpedoman pada asas preferensi Lex Speeialis, Lex Generalis, dan Lex Posterior.28

UCAPAN TERlMA KASIH

Hadirin yang saya hormati,

Sebelum menutup orasi, saya ingin mengingatkan bangsa ini

bahwa hakekat izin adalah pelayanan pada masyarakat. Oleh karena

itu janganlah rakyat disengsarakan oleh sistem perizinan.

Mengakhiri orasi ini, saya sampaikan ucapan terima kasih kepada Pemerintah Indonesia, melalui Menteri Pendidikan Nasional , yang telah menyetujui pengangkatan saya sebagai Guru Besar

bidang Hukum Administrasi. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Ketua Senat

Akademik Universitas Airlangga, Prof. Sam Suharto, dr., Sp.MK dan Sekretaris Senat Akademik Prof. Dr. Frans Limahelu, SH.,

LLM untuk semua upaya dan dukungan untuk memangku jabatan

ini. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Rektor Universitas

Airlangga Prof. Dr. Fasiehul Lisan, Apt. dan para Wakil Rektor, yang membantu saya dan memberi saya kepercayaan untuk

memangku jabatan yang terhormat ini. Sebagai anggota Sivitas Akademika, saya berusaha untuk bekerja

sebaik-baiknya demi keharuman dan kebanggaan Almamater

tercinta Universitas Airlangga. Kepada Dekan Fakultas Hukum Universitas Airlangga Dr. M.

Zaidun, SH., Msi. dan para Wakil Dekan, saya ucapkan terima

kasih atas segal a bantuan dan dukungan sehingga terlaksana acara

ini.

2R P. W. Brouwer et aI., Coberence and ConOict in Law, W.E.1 Tjenk Willink, Kluwer, Zwolle, 1992,

h.217-223.

23

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI

Page 15: PERIZINAN SEBAGAIINSTRUMEN VURIDIS DALAM …repository.unair.ac.id/71258/1/KKB KK PG-33-11 Dja p.pdf · menyangkut tujuan pemberian izin. Hampir semua aspek kegiatan kita sarat dengan

Secara khusus saya sampaikan ucapan terima kasih kepada senior saya, Prof. Dr. Philipus M. Hadjon, SH dan Prof. Dr. Rudy Prasetya, SH, yang telah berkenan membimbing dan

memberi dukungan kepada saya dalam menyelesaikan disertasi, sehingga saya memegang jabatan terhormat ini.

Ucapan terima kasih saya sampaikan pula kepada guru­guru saya, aIm. Prof. Koentjoro Purbopranoto, SH dan aIm.

Prof. Abdoel Gani, SH.MS., dan juga Prof. Hermien Hadiati

Koeswadji SH, Prof. Dr. Siti Sundari Rangkuti SH dan , , Prof. Dr. Soetojo Prawirohamidjojo, SH yang sangat mendukung saya dalam awal karier saya.

My gratitude to our Dutch Professors: Prof. J.B.J.M ten Berge, Prof. P.J.J. Van Buuren Prof dr T M HIP f ' .. om . 0, ro. mr. H.R.B.M. Kummeling, Prof. B. Russel P f R J G M , ro. mr ..... Widdershoven, and especially to Prof. mr. dr. G.H. Addink for your presence in m:y inauguration.

Hadirin yang saya hormati ,

Terima kasih saya: secara kh . . usus kepada para Profesor dan

Fakultas Hukum Umversitas Ut h . I' . . rec t karena kerja sarna yang

ter]a m selama ml, baik Sandwich P . . menikmati, Penataran RUku A ro~r~m, yang saya pnbadl

L · k m dnunlstrasi dan HukU11l lng ungan, serta terakhir Pe ..

Non Judicial Enf nehtIan Bersama tentang orcement on H

Governance dan har Uman Rights and Good , apan saya kira U·

Fakultas Hukum memb 'k nya illversitas Airlangga dan en an perhati k

yang telah kita bina selama ini. an husus terhadap kerjasama

Ucapan terima kasih saya . sampmka k

yang berkenan hadir dala ' . n epada Guru Besar Tamu macaralm

Ucapan terima kasih . , saya sam 'k

rekan saya di Bagian H k pal an pula kepada Rekan-U UllIAd ..

Negara Fakultas Hukum U. .nlInlstrasi dan Hukum Tata S d·· illversItas A' 1 umar JI, SH.MH dan Sd . Ir angga, terutama Sdr.

rt. Lann R h 24 Y amli, SH.MH, seluru

anggota panitia dan tim Paduan Suara Universitas Airlangga yang

telah membantu kelancaran acara ini. Tidak lupa ucapan terima kasih saya kepada aIm. Ibu saya

Ny. Kasmi dan Ayah saya Soenjono Wirjosoenjoto yang telah

mendidik saya, suami saya R. Hudoyoko Dharmawan, SH.,

kedua anak saya yang terkasih R. Adhimas Ardhiyoko, SH dan Rr. Ayumia Ardhlyati, S.Sos yang telah mengorbankan waktunya

bagi saya, serta semua keluarga yang datang mendampingi saya. Akhirnya kepada semua undangan yang telah berkenan

menghadiri erasi inaugurasi ini, saya ucapkan terima kasih, semoga

Allah SWT melimpahkan rahmat kepada kita semua.

Sekian, terima kasih.

Wassalamu' alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

25

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI

Page 16: PERIZINAN SEBAGAIINSTRUMEN VURIDIS DALAM …repository.unair.ac.id/71258/1/KKB KK PG-33-11 Dja p.pdf · menyangkut tujuan pemberian izin. Hampir semua aspek kegiatan kita sarat dengan

DAFTAR BACAAN

Addink, G.H., Principles of Good Governance, Faculteit

Rechtsgeleerdheid, Universiteit Utrecht, 2002.

Alder, John, Constitutional and Administrative Law, Palgrave

Macmillan, London, 2005.

Bradley, A.W, and KD Ewing, Constitutional and Administrative Law, Pearson Education Limited, London, 2003.

Brouwer, J.G., dan Schilder, A.E., A Survey of Dutch

Administrative Law, Ars Aequi Libri, Nijmegen, 1998.

Brouwer, P.W., et al., Coherence and Conflict in: Law, W.E.J Tjenk Willink, Kluwer, Zwolle, 1992.

Brown L Neville and John S. Bell, French Administrative Law, Clarendon Press - Oxford, 1998.

Craig, PP, Administrative Law, Thomson Sweet & Maxwell, Fifth Edition, London, 2003

Hadjon, P.M., MaJadministrasi sebagai Dasar Penilaian Perilaku Administrasi, Makalah, 2004.

Hartono, Sunaryati CFG dan tim Pand I t' , tuk , uan nves Igasl un Ombudsman Indonesia K " 0 . 1 , omiSI mbudsman N aSlOna , Jakarta, 2003.

Jain, M.P, Administrative Law f M I' , . 0 a aysla and SIngapore,

ThIrd Ed, Malayan Journal, 1997.

Kennedy, John F., An Unfinnished Life, USA 2003 Leyland, Peter, and Terr W ' ," ,

th F tOY oods, AdmInIstrative Law FaCIng

P e u

L. ~te:d LId Constraints and New Horizons Blackstone

ress Iml e, ondon, 1997.' ' Sykes, E.I, BA (Qld) LLd CM I

Admininistr t' L e. b) et al. General Principles of a Ive aw ThIrd Ed B

Serden, Rene and F 't S'. ,utterworth, Sydney. n s trolllk Ad ' be

European U ' ,mlnistrative Law of t nlOn, Its Memb ' d

States A C er States and the UnIte , omparative An I' ·s

Antwerpen _ Gron' a ISYs, Intersentia Uitgevel Ingen, 2002.

26

Spelt, N.M dan J .B.J.M. ten Berge, Inleiding Vergunningen

Recht, 1995. Ten Berge, J.B.J.M Bestuuren Door De Overheid, W.E.J Tjenk

Willink, Deventer, 1997.

--, De Persoon in Het Bestuursrecht, Makalah, 2004.

Zhang, Yang, Comparative Studies of Government Liability in East and South East Asia, Kluwer Law Internasional, the

Haque - the Nederlands, 1999.

27

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI

Page 17: PERIZINAN SEBAGAIINSTRUMEN VURIDIS DALAM …repository.unair.ac.id/71258/1/KKB KK PG-33-11 Dja p.pdf · menyangkut tujuan pemberian izin. Hampir semua aspek kegiatan kita sarat dengan

RIWAYAT HIDUP

BIODATA Nama

Tempat/Tanggal Lahir : Prof. Dr. Tatiek Sri Djatmiati, S.H., MS Nganjuk, 6 Maret 1950

Agama

Pekerjaan

NamaSuami

NamaAnak

Islam

Dosen Fakultas Hukum Universitas

Airlangga

R. Hoedoyoko Dharmawan, S.H.

1. R. Adimas Ardhiyoko, S.H.

2. Rr. Ayumia Ardhiyati, S.sos.

RIWAYAT PENDIDIKAN

1963 Lulus Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Nganjuk

1966 Lulus Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) di

Nganjuk 1969 Lulus Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Nganjuk

1979 Lulus Fakultas Hukum Universitas Airlangga 1994 Lulus Magister Hukum Universitas Airlangga 2002 Lulus Program Doktor (S3) di Pascasarjana Universitas

Airlangga

PENDIDIKAN TAMBAHAN

1982 : Penataran Ilmu Sosial Dasar (ISD) dan Ilmu Budaya Dasar

(IBD), untuk dosen-dosen pengasuh Mata Kuliah Dasar

Umum (MKDU) di Tawangmangu, Surakarta 1987 Penataran Peradilan Tata Usaha Negara, Kerja sarna

Belanda - Indonesia di Bandung 1987 Pelatihan Bahasa Inggris (Pre Departure English Training

Course), di Pascasarjana IKIP Malang

29

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI

Page 18: PERIZINAN SEBAGAIINSTRUMEN VURIDIS DALAM …repository.unair.ac.id/71258/1/KKB KK PG-33-11 Dja p.pdf · menyangkut tujuan pemberian izin. Hampir semua aspek kegiatan kita sarat dengan

1988 - Penataran administrasi akademik di Surabaya,

1992 - Program pendidikan akta V di Universitas Airlangga

- Penataran Hukum Administrasi, kerja sarna Belanda _ Indonesia di Surabaya

- Kursus Bahasa Belanda Program Sandwich

1990 Kursus Asj II (Aaanloopcursus Sandwich Juristen), di Erasmus, ~urabaya

2000 - Penataran dan lokakarya pengembangan budaya

kewirausahaan melalui Integratif Bahan Ajar (IBA) dan

pelatihan kewirausahaan, dosen, yang diselenggarakan oleh Universitas Airlangga.

- Program Pendidikan "Utrecht Schola h · "d· U· ·t ·t rs lp 1 liverSl el Utrecht.

RIWAYAT KEPANGKATAN

1 Maret 1981 1 April 1986 1 April 1990

As~sten Ahli Madya, Golongan III/a Aslsten Madya, Golongan III/b

1 Oktober 1994 1 Oktober 1996

Penata, Lektor Muda, Golongan III/c Lektor Madya, Golongan III/d Lektor, Golongan IV/a

RIWAYAT JABATAN

1984-1985 Sekretaris Jurusan H ' . . H k u· ukum Admllllstrasi, Fakultas

u um lllversitas Airlang Sek t . ga. .

re ans Jurusan H Hukum U·. ukum Administrasi, Fakultas

lllversltas Al·rl S angga ekretaris Bagian H .

HUkum u· . ukum Administrasi, Fakultas lllversltas Airlan

Ketua Baman H k gga. b

L u umAd .. . Universitas A· I nUlllstrasl, Fakultas HukuIIl

lr angga. Ketua Bagian H k

u umAd .. Universitas A· 1 mllllstrasi, Fakultas Hukum

Ir angga.

1986-1991

1992-1995

1995-1997

1997-1999 :

30

2007 Ketua Program Studi (KPS) S3 Pascasarjana Universitas Airlangga.

KEGIATAN ILMIAH YANG PERNAH DIIKUTI

1988

1989

1990

1991

1992

Anggota Unit Penyuluhan Konsultasi dan Bantuan Hukum

(UPKBH), Fakultas Hukum, Universitas Airlangga.

Penatar pada Penataran Peradilan Tata Usaha Negara

yang Diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Daerah

Tingkat I Jawa Timur.

Pembimbing Diskusi kasus dalam Pendidikan dan

Pelatihan Pegawai di Lingkungan Departemen

Pemerintahan Dalam Negeri, yang diselenggarakan oleh

Pemerintah Provinsi Dati I Jawa Timur. Penatar pad a Penataran Peradilan Tata Usaha Negara

yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Dati I

Jawa Timur. Penceramah Biro Hukum Pemerintah Provinsi Daerah

Tingkat I Jawa Timur, dalam Penegakan Hukum

Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan

Tata Usaha Negara di daerah-daerah. - Penceramah dalam Penyuluhan Hukum tentang

. . k·t d ll·ngkungan hidup di penzman dalam al an engan

Kecamatan Tandes (Surabaya). Penceramah Bidang Hukum Administrasi dalam Diklat

Struktural SPAMA Departemen Pemerintahan Dalam . k leh Provinsi Daerah Negeri, yang dlselenggara an 0

Tingkat I Jawa Timur. . Penceramah Bidang Hukum Administrasi dalam Dlklat

Staf dan Pimpinan Administrasi Tingkat Pertama, yang

P d·d·kan dan Pelatihan diselenggarakan oleh Pusat en 1 1

. P . d t .. dan Perdagangan PegawaI Departemen erm us I Ian

Surabaya.

31

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI

Page 19: PERIZINAN SEBAGAIINSTRUMEN VURIDIS DALAM …repository.unair.ac.id/71258/1/KKB KK PG-33-11 Dja p.pdf · menyangkut tujuan pemberian izin. Hampir semua aspek kegiatan kita sarat dengan

- Penceramah pada Diklat SPAMA dan ADUMLA disel k ' yang

. enggara an oleh Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Tunur.

2000 Penceramah dalam Lokak 0 . arya mbudsman yang

dlselenggarakan oleh Uni .. ' Utrecht; KeIja sama H~~Sltas Airlangga - Universitas

Penceramah dalam Si . S· t K mpOSlUm Nasional tentang

18 em esehatan Wilayah d "B Health" (d an est Practice in Public

men ayagunakan d t . . daerah d I esen rahsasl dan otonomi

a am rangka refi . d· 1 ormaSl kesehatan) yang

lse enggarakan oleh D ' Jawa Timu epartemen Kesehatan Provinsi r.

2001

- Pence ramah dalam . Pemakaian Alir L. ~emmar tentang Penertiban

an lStrlk (OPAL) d. oleh distrik wilayah V PL yang lselenggarakan

NJawaT· - Penceramah dal . lInur. am semInar tent h

yang diselenggar k ang ak azasi manusia, a an oleh p .

Kesatuan Bang d emermtah kota (Badan sa an Perl· d

Surabaya. m ungan Masyarakat) 2003 Penceramah dalam .

. semInar RUU Pl· yang dlSelenggarak 1 e ayanan Pubhk Airlangga bekeMa an 0 eh Fakultas HUkum Universitas P • ., Bama denga k

enceramah p d n ementerian PAN. k a a pembek 1

ependudukan di 1 a an teknis wawasan Jawa Timur. se enggarakan pemerintah Provinsi

PENGABDIAN MASYARAKAT

- Konsultan Hukum B Konsultan Hukum p~rintah Rota Surabaya Konsultan Hukum B . Rota Surabaya

emermtahKa Nara Sumber Bimbingan r.D hn. bupaten Sidoarjo Papua e IS CBintek) T7. •

.n.uasa Hukum Provinsl

32

- N ara Sumber Bimbingan Tehnis (Bintek) Perancangan Perundangan Pemerintah Kota Jayapura

Nara Sumber Bimbingan Teknis Hukum (Bintek) Pemerintah Propinsi Papua.

KARYA ILMIAH

Penelitian

1991 : Pelaksanaan Penertiban Bangunan Melampaui Garis

Sempadan di Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya (Laporan penelitian bersama).

1992 - Peraturan Air Bersih dan Sanitasi di Kabupaten Daerah Tingkat II SidoaIjo (Laporan penelitian bersama).

- Inventarisasi Hukum Positip tentang Perizinan di Indonesia (Laporan penelitian bersama).

1993 Pengelolaan Tanah Kas Desa di Provinsi Daerah Tingkat I

Jawa Timur (Laporan penelitian bersama).

1995 Perencanaan Penyusunan Penerimaan dan Pengeluaran

Kelurahan di Kotamadya Surabaya (Laporan penelitian bersama).

1997 Identifikasi Faktor-faktor Yuridis Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara Bidang Pertanahan (Laporan penelitian bersama).

2004 Faute Personelle dan Faute de Service dalam Tanggung

Gugat Negara (Penelitian mandiri).

l\fakalah

1987 : - Pengaruh pengendalian Kependudukan pada Sumber

Daya Alam dan Lingkungan Hidup. - Tinjauan tentang Pengesahan, Pengumuman dan

Penempatan Peraturan Perundang-undangan Tingkat

Daerah dalam Lembaran Daerah.

33

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI

Page 20: PERIZINAN SEBAGAIINSTRUMEN VURIDIS DALAM …repository.unair.ac.id/71258/1/KKB KK PG-33-11 Dja p.pdf · menyangkut tujuan pemberian izin. Hampir semua aspek kegiatan kita sarat dengan

- Mengkaji sisi lain dari keberhasilan pembentukan

Undang-Undang No.5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

1990 Struktur Organisasi Departemen.

1994 Upaya Pencegahan Pencemaran Lingkungan di Daerah Tingkat II Surabaya.

1995 Suatu tinjauan tentang Perizinan di Tingkat Pusat dan Daerah.

1997

1998

2000

2001

2002

2003

2004

2005

34

- Peraturan Perundang-undangan tentang Perizinan dan Penegakan Hukumnya.

Kedudukan wanita dalam Hukum Perkawinan.

- Tinjauan tentang Perlindungan Perempuan dalam Bidang Ketenagakerjaan (Informal).

- Suatu Kajian terhadap Ketentuan Pasal 28 UUD 1945

tentang Kemerdekaan Berserikat dan Berkumpul,

Mengeluarkan Pendapat di Indonesia sebagai suatu Negara Hukum.

Sistem Perizinan di Uni Eropa.

Hak Azasi Manusia (Fundamental Right) Dalam

Dokumen Hukum N asional (analisis yuridis Konstitusional).

- Tata Perizinan pada Era Otonomi Daerah.

- Perbandingan tentang Lembaga Ombudsman di beberapa Negara.

Anal~sis Rancangan Undang-undang Pelayanan Publik ..

-M Perpm~ahan penduduk dalam kaitan dengan Hak Azas1 anUSla.

Kerja sarna antard h d aera alarn bidang perizinan. Penyelundupan hUk b .

. Urn erkmtan dengan Pilkada. - Argurnentasl HUkum CBuku).

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI