perizinan dan investasi

Upload: jhonnaga

Post on 06-Jul-2015

259 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Mekanisme Umum Layanan Perizinan MEKANISME PELAYANAN "ONE STOP SERVICE"

Surat Kuasa Pengurusan Izin Dalam rangka penataan sistem perizinan dan peningkatan pelayanan perizinan, disampaikan sebagai berikut : 1. Petugas yang melaksanakan permohonan masalah perizinan di Pusat Perizinan dan Investasi, harus mempunyai Surat Kuasa dari pimpinan perusahaan pemohon 2. Surat kuasa dibuat dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Menggunakan kop perusahaan dan diberi cap serta materai 2. Mencantumkan identitas dari pemberi dan penerima kuasa (bisa lebih dari satu) 3. Melampirkan fotocopy KTP penerima kuasa 3. Hanya petugas yang tercantum dalam surat kuasa yang dapat dilayani dalam hal penyerahan dokumen dan pengambilan surat perizinan Demikianlah disampaikan, atas kerjasamanya diucapkan terima kasih.

Sarana I Izin Pendaftaran Pupuk Organik Persyaratan Pendaftaran Pupuk Organik 1. Setiap formula pupuk organik atau formula pembenah tanah yang akan diedarkan untuk penggunaan di sektor pertanian, harus memenuhi standar mutu atau persyaratan teknis (klik disini) 2. Formula pupuk organik atau formula pembenah tanah yang akan didaftarkan oleh pemohon tidak boleh menggunakan nama dagang formula atau merek yang sama, atau hampir sama dengan dagang formula lain yang terdaftar 3. Permohonan pendaftaran formula pupuk organik atau formula pembenah tanah dapat dilakukan oleh perorangan atau badan hukum yang memenuhi persyaratan : o Akte Pendirian Perusahaan dan perubahannya (bagi badan hukum) o Surat Izin Usaha Perdagangan/Tanda Daftar Usaha Perusahaan/ Rekomendasi untuk PMA/PMDN o Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) o KTP penanggungjawab o Surat Keterangan Domisili Perusahaan o Pemilik formula yang bersangkutan atau kuasanya o Agen yang ditunjuk oleh pemilik formula yang berasal dari luar negeri o Sertifikat merek atau surat pendaftaran merek dari Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Tata Cara Pendaftaran Pupuk Organik 1. Permohonan pendaftaran pupuk organik atau pembenah tanah diajukan secara tertulis kepada Kepala Pusat Perizinan dan Investasi, dengan menggunakan formulir yang ada (klik disini), dan dibubuhi materai secukupnya serta melampirkan persyaratan yang ditentukan 2. Kepala Pusat Perizinan dan Investasi setelah menerima permohonan pendaftaran secara lengkap, paling lambat dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja, wajib memberikan jawaban secara tertulis mengenai diterima atau ditolaknya permohonan pendaftaran 3. Kepada pemohon yang diterima, diwajibkan untuk melakukan pengujian mutu formula pupuk organik atau formula pembenah tanah yang didaftarkan 4. Penilaian terhadap hasil uji mutu dan uji efektivitas didasarkan pada standar mutu atau persyaratan teknis minimal (klik disini) 5. Formula pupuk organik atau formula pembenah tanah yang telah memenuhi standar mutu dan efektifitas atau persyaratan teknis minimal, dinyatakan lulus uji oleh Lembaga pengujian dan diberikan sertifikat formula 6. Formula pupuk organik atau formula pembenah tanah yang telah mendapat sertifikat dari lembaga pengujian, sebelum diproduksi dan atau diedarkan harus menyampaikan hasil pengujian mutu dengan menggunakan formulir yang ada (klik disini), dan melampirkan sertifikat formula serta konsep label pada pejabat eselon II 7. Pejabat eselon II paling lambat dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak menerima hasil pengujian mutu, wajib menerbitkan penetapan nomor pendaftaran

8. Apabila hasil uji mutu dan sampel pestisida tidak memenuhi syarat, Kepala Pusat memberitahukan kepada pemohon, dan pemohon dapat mengajukan permohonan ulang untuk dilakukan uji mutu 9. Nomor pendaftaran berlaku untuk jangka waktu selama 5 (lima) tahun, dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu 5 (lima) tahun berikutnya sepanjang masih memenuhi persyaratan minimal mutu 10. Apabila jangka waktu nomor pendaftaran setelah diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu 5 (lima) tahun berakhir, pemegang nomor pendaftaran harus memperbaruhi 11. Berdasarkan nomor pendaftaran pemohon dapat meminta izin untuk memproduksi dan atau memasukkan pupuk organik atau pembenah tanah serta mengedarkan pupuk organik atau pembenah tanah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Sarana I Izin Pendaftaran Pupuk An-Organik Persyaratan Pendaftaran Pupuk An-organik 1. Setiap formula pupuk an-organik yang akan didaftar untuk penggunaan di sektor pertanian, harus didasarkan atas hasil pengujian mutu dan pengujian efektivitas dari Lembaga Penguji yang telah diakreditasi atau yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian Lembaga Uji Mutu pupuk an-organik (klik disini) Lembaga Uji Efektivitas pupuk an-organik (klik disini) 2. Formula pupuk an-organik yang akan didaftarkan oleh pemohon tidak boleh menggunakan nama dagang formula atau merek yang sama, atau hampir sama dengan dagang formula lain yang terdaftar 3. Permohonan pendaftaran formula pupuk an-organik dapat dilakukan oleh perorangan atau badan hukum yang memenuhi persyaratan : o Akte Pendirian Perusahaan dan perubahannya (bagi badan hukum) o Surat Izin Usaha Perdagangan/Tanda Daftar Usaha Perusahaan/ Rekomendasi untuk PMA/PMDN o Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) o KTP penanggungjawab o Surat Keterangan Domisili Perusahaan o Pemilik formula yang bersangkutan atau kuasanya o Agen yang ditunjuk oleh pemilik formula yang berasal dari luar negeri o Sertifikat merek atau surat pendaftaran merek dari Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Tata Cara Pendaftaran Pupuk An-Organik 1. Permohonan pendaftaran pupuk an-organik diajukan secara tertulis kepada Kepala Pusat Perizinan dan Investasi, dengan menggunakan formulir yang ada (klik disini), dan dibubuhi materai secukupnya serta melampirkan persyaratan yang ditentukan 2. Kepala Pusat Perizinan dan Investasi setelah menerima permohonan pendaftaran secara lengkap, paling lambat dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja, wajib memberikan jawaban secara tertulis mengenai diterima atau ditolaknya permohonan pendaftaran 3. Kepada pemohon yang diterima, diwajibkan untuk melakukan pengujian mutu dan pengujian efektivitas formula pupuk anorganik yang didaftarkan 4. Penilaian terhadap hasil uji mutu dan uji efektivitas didasarkan pada standar mutu atau persyaratan teknis minimal (klik disini) 5. Apabila berdasarkan penilaian hasil pengujian mutu diterima, maka pemohon wajib melakukan pengujian efektivitas 6. Permohonan permintaan pengujian efektivitas disampaikan oleh pemohon kepada Lembaga Penguji Efektivitas yang telah ditunjuk oleh Menteri Pertanian (klik disini) 7. Untuk formula Pupuk An-Organik yang telah dinyatakan diterima, Kepala Pusat menerbitkan nomor pendaftaran 8. Nomor pendaftaran berlaku untuk jangka waktu selama 5 (lima) tahun, dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu 5 (lima) tahun berikutnya

9. Apabila jangka waktu nomor pendaftaran setelah diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu 5 (lima) tahun berakhir, pemegang nomor pendaftaran harus memperbaruhi

Sarana I Izin Pendaftaran Pestisida Persyaratan Pendaftaran Pestisida 1. Permohonan pendaftaran pestisida dapat dilakukan oleh perorangan warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia dengan memenuhi persyaratan pendaftaran sebagai berikut: o Akta pendirian dan perubahannya, bagi Firma, CV, NV dan badan hukum o Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)/Tanda Daftar Usaha perdagangan pestisida o Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) o Surat keterangan domisili/Kartu Tanda Penduduk (KTP) 2. Pendaftaran pestisida dilakukan oleh Pemilik Formulasi yang bersangkutan atau kuasanya 3. Untuk Pemilik Formulasi yang berasal dari luar negeri, pendaftaran pestisida dilakukan oleh perwakilan yang berbadan hukum Indonesia 4. Pestisida yang dapat didaftarkan di Indonesia yaitu pestisida yang tidak termasuk pestisida yang dilarang dan tidak mengandung bahan aktif pestisida yang dilarang (klik disini) 5. Setiap formulasi yang dihasilkan oleh setiap pemilik, yang digunakan untuk setiap bidang penggunaan, harus didaftarkan atas nama satu pemohon 6. formulasi pestisida berbahan aktif majemuk untuk bidang penggunaan pengelolaan tumbuhan, kecuali ZPT, ajuvan, pestisida biologi dan rodentisida, tidak menimbulkan efek antagonis 7. Pestisida yang didaftarkan harus diberikan penamaan tersendiri, yang merupakan identitas dari setiap formulasi pestisida yang akan diedarkan 8. Penamaan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : o setiap formulasi hanya diberi satu nama dagang yang terdiri dari 3 (tiga) unsur, yaitu nama diri yang tidak berkaitan dengan nama umum dan atau nama bahan aktif, angka yang menunjukkan kadar bahan aktif dan kode huruf yang menunjukkan bentuk formulasi o setiap penamaan formulasi pestisida yang didaftarkan dilampiri bukti telah melakukan pendaftaran dari instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang Hak Kekayaan Intelektual (HKI) o penamaan formulasi tidak bersifat agitatif seperti misalnya kata-kata "dahsyat", "hebat", "super" atau "ampuh" o Penamaan bahan teknis harus memenuhi syarat-syarat dan diikuti dengan angka dan kode yang berturut-turut menunjukkan kadar bahan aktif dan macam bahan teknis Tata Cara Pendaftaran Pestisida 1. Pemohon mengajukan surat permohonan dengan disertai persyaratan yang ditentukan ditujukan kepada Kepala Pusat PPI dengan dibubuhi materai secukupnya, dengan menggunakan format yang ada. Format Pestisida Kimia

(klik disini), format Pestisida Biologi (klik disini), format Pestisida Rumah Tangga (klik disini) 2. Setelah diterimanya permohonan pendaftaran pestisida, Kepala Pusat paling lambat dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja telah memberikan jawaban diterima, ditunda atau ditolak 3. Apabila dari hasil pemeriksaan berkas permohonan dinyatakan lengkap dan benar, Kepala Pusat memberikan izin percobaan 4. Apabila dari hasil pemeriksaan berkas permohonan dinyatakan belum lengkap, Kepala Pusat memberikan surat penundaan 5. Apabila Kepala Pusat memberikan surat penundaan, pemohon diberi kesempatan untuk melengkapi atau memperbaharui persyaratan yang diperlukan 6. Apabila dari hasil pemeriksaan berkas permohonan dinyatakan tidak lengkap dan tidak benar, Kepala Pusat memberikan surat penolakan 7. Pemohon setelah memperoleh izin percobaan harus menyerahkan sampel pestisida ke Pusat Perizinan dan Investasi 8. Apabila hasil uji mutu dan sampel pestisida tidak memenuhi syarat, Kepala Pusat memberitahukan kepada pemohon, dan pemohon dapat mengajukan permohonan ulang untuk dilakukan uji mutu 9. Apabila hasil uji mutu dan sampel pestisida memenuhi syarat, kemudian sampel disegel oleh Pusat Perizinan dan Investasi dan disampaikan kepada pemohon 10. Apabila hasil uji mutu dan sampel pestisida telah diterima, pemohon segera menyerahkan sampel yang telah disegel ke lembaga penguji toksisitas dan efikasi yang telah terakreditasi atau yang ditunjuk oleh Menteri sebagaimana tercantum dalam Lampiran XI (klik disini), dan XII (klik disini) 11. Laporan hasil uji efikasi dan toksisitas kemudian dievaluasi oleh Pusat Perizinan dan Investasi bersama dengan Tim Teknis Evaluasi Pendaftaran Pestisida 12. Apabila hasil evaluasi permohonan pendaftaran diterima, Menteri Pertanian paling lambat 90 (sembilan puluh) hari kerja akan menetapkan Keputusan Menteri berupa pemberian nomor pendaftaran dan izin sementara atau izin tetap 13. pemberian nomor pendaftaran dan izin sementara ditetapkan apabila masih diperlukan pengujian lebih lanjut tentang tingkat keamanan terhadap lingkungan hidup dan kesehatan manusia

Sarana II Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Alur Permohonan Izin Pemasukan & Pengeluaran Benih

1. Pemohon mengajukan permohonan izin kepada Kepala Pusat PPI rangkap 2 (dua) dan tembusan dikirim oleh pemohon. 2. Setelah memeriksa berkas permohonan paling lambat 3 (tiga) hari kerja, Kepala PPI menyampaikan surat permohonan izin bagi yang telah memenuhi syarat kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian/Direktorat Jenderal yang bersangkutan. 3. Permohonan yang diterima paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan/Direktorat Jenderal yang bersangkutan segera memberikan jawaban diterima, ditunda, ditolak. 4. Surat izin yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal terkait/Kepala Badan Litbang Penomoran dan pengarsipannya dilaksanakan oleh PPI sesuai dengan surat edaran Menteri Pertanian Nomor 141/TU.210/A/2/07 tanggal 20 Februari 2007 dan disampaikan kepada pemohon melalui Pusat Perizinan dan Investasi. Persyaratan Izin Pemasukan Benih A. Pemasukan benih untuk penelitian 1. Surat permohonan ditujukan kepada Kepala Pusat Perizinan dan Investasi sesuai formulir model 1 (klik disini) 2. Formulir persyaratan pemasukan benih ke wilayah Republik Indonesia. "Information Required for Seed Introduction (importation) to Indonesia" (klik disini) 3. Deskripsi benih 4. Proposal penelitian 5. Company Profile B. Pemasukan benih bukan untuk penelitian 1. Surat permohonan ditujukan kepada Kepala Pusat Perizinan dan Investasi sesuai formulir model 1 (klik disini) 2. Formulir persyaratan pemasukan benih ke wilayah Republik Indonesia. "Information Required for Seed Introduction (importation) to Indonesia" (klik disini)

3. Company Profile 4. Khusus benih kelapa sawit persyaratan sesuai dengan SK Dirjen Perkebunan No.65/Kpts/HK.330/8/06 (klik disini) Persyaratan Izin Pengeluaran Benih A. Pengeluaran benih untuk penelitian 1. Surat permohonan ditujukan kepada Kepala Pusat Perizinan dan Investasi sesuai formulir model 5 (klik disini) 2. Kesepakatan kerjasama penelitian(klik disini) 3. Untuk benih langka menyertakan nota kesepakatan transfer materi(MTA) dan PADIA(Prior Informed Consumer) 4. Proposal penelitian 5. Company Profile B. Pengeluaran benih bukan untuk penelitian 1. Surat permohonan ditujukan kepada Kepala Pusat Perizinan dan Investasi sesuai formulir model 5 (klik disini) 2. Company Profile

Non-Sarana Izin Pemasukan Karkas, Daging dan Jeroan dari Luar Negeri Persyaratan Pemasukkan Karkas, Daging dan Jeroan 1. Perorangan atau badan hukum untuk dapat melakukan pemasukan karkas, daging, dan jeroan dari luar negeri wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut: o Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) o Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) o Surat Tanda Daftar Perdagangan (STDP) o Angka Pengenal Impor Umum (APIU) o Kartu Tanda Penduduk/Tanda Pengenal Pimpinan Perusahaan o Akta Pendirian Perusahaan o Rekomendasi Dinas Provinsi yang membidangi fungsi Peternakan/Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Vetereiner o Sertifikat keanggotaan Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia o memiliki NKV o memiliki instalasi karantina yang ditetapkan 2. Perorangan atau badan hukum selain harus memenuhi persyaratan juga wajib mencegah kemungkinan masuk dan menyebarnya HPHK dan/atau PHMU serta zoonosis yang dapat ditularkan dan ikut bertanggung jawab terhadap kesehatan dan ketenteraman bathin masyarakat 3. Negara asal karkas, daging, dan jeroan rumina HPHK dan/atau PHMU meliputi sebagai berikut: o negara bebas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) o negara bebas penyakit Rinderpest o negara bebas penyakit Rift Valley Fever o negara bebas penyakit Contagious Bovine Pleuro-pneumonia (CBPP) dan o negara bebas penyakit Bovine Spongiform Encephalopathy/BSE (negligible BSE risk) Tata Cara Pemasukkan Karkas, Daging dan Jeroan 1. Setiap orang atau badan hukum yang akan memasukkan karkas, daging, dan jeroan ke dalam wilayah Republik Indonesia wajib menyampaikan permohonan secara tertulis (klik disini) kepada Direktur Jenderal Peternakan melalui Kepala Pusat Perizinan dan Investasi dengan tembusan kepada Kepala Badan Karantina Pertanian 2. Permohonan harus disertai persyaratan diatas dan mencantumkan : o nama Perusahaan o alamat Perusahaan o NKV unit usaha pemohon o Instalasi karantina untuk tempat pemeriksaan di pelabuhan/bandara/daerah tujuan/pemasukan o negara asal o nomor unit usaha (establishment number) di negara asal o tujuan daerah pemasukan o pelabuhan pemasukan

3.

4. 5. 6. 7. 8.

9.

jenis, kuantitas dan peruntukkan melampirkan data perusahaan dan data teknis yang dipersyaratkan Kepala Pusat Perizinan dan Investasi setelah menerima surat permohonan, dalam jangka paling lambat 3 (tiga) hari kerja harus sudah selesai memeriksa dokumen persyaratan dan segera memberikan jawaban ditunda, ditolak atau diterima Apabila dari hasil pemeriksaan berkas permohonan dinyatakan belum lengkap, Kepala Pusat memberikan surat penundaan Permohonan yang ditunda, apabila masih ada kekurangan persyaratan yang harus dilengkapi dan akan diberitahukan kepada pemohon secara tertulis Apabila dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja pemohon belum melengkapi kekurangan persyaratan, permohonan dianggap ditarik kembali Permohonan yang diterima oleh Kepala Pusat Perizinan dan Investasi disampaikan kepada Direktur Jenderal Peternakan untuk dimohonkan SPP Perorangan atau badan hukum yang telah memperoleh SPP dari Direktur Jenderal Peternakan, melalui Kepala Pusat Perizinan dan Investasi, dapat memasukkan karkas, daging, dan atau jeroan ke dalam wilayah negara Republik Indonesia SPP berlaku untuk jangka waktu 180 (seratus delapan puluh) hari kalendero o

Prosedur Investasi Bidang Usaha Hortikultura I. Jenis dan Pola Pengembangan Usaha a. Jenis Usaha Hortikultura meliputi usaha budidaya, usaha pasca panen dan atau usaha wisata agro. b. Usaha Budidaya Hortikultura dapat dikelompokkan: o Usaha budidaya tanaman buah; o Usaha budidaya tanaman sayuran; o Usaha budidaya tanaman hias; o Usaha budidaya aneka tanaman c. Usaha Pasca Panen Hortikultura meliputi pemilahan (sortasi), pengklasifikasian (grading), pengepakan/pengemasan, penyimpanan, pengolahan, dan atau pengawetan hasil segar. d. Usaha Wisata Agro meliputi usaha budidaya hortikultura untuk tujuan wisata komersial. e. Usaha budidaya hortikultura, usaha pasca panen dan atau usaha wisata agro yang mempekerjakan tenaga kerja lebih dari 10 (sepuluh) orang tenaga kerja, atau memiliki asset diluar tanah dan bangunan paling sedikit senilai Rp. 500.000.000; (lima ratus juta rupiah), atau hasil penjualan (omzet) selama 1 (satu) tahun paling sedikit senilai Rp.2.500.000.000; (dua milyar lima ratus rupiah) wajib memiliki IUH. f. Usaha budidaya hortikultura, usaha pasca panen dan atau usaha wisata agro yang tidak memenuhi ketentuan diatas (e) wajib dilakukan pendaftaran oleh pemberi izin. g. a.Izin Usaha Hortikultura (IUH) dapat diberikan kepada pelaku usaha yang melakukan usaha budidaya hortikultura, pasca panen dan atau wisata agro. h. Pelaku usaha yang telah memiliki IUH dan akan melakukan deversifikasi usaha wisata agro dapat diberikan izan perluasan usaha hortikultura. i. Dalam pengembangan usaha horticultura dapat mengikutsertakan masyarakat petani, kelompok tani, gabungan kelompok tani, koperasi dan atau usaha kecil hortikultura, atas`dasar perjanjian yang saling menguntungkan yang dapat dilakukan melalui kemitraan usaha hortikultura. j. Kemitraan usaha hortikultura dapat dilaksanakan dengan pola: o inti plasma; o sub kontrak; o dagang umum; o keagenan, atau; o bentuk lain (yang saling disepakati)

II. Syarat-syarat perizinan usaha Hortikultura Usaha hortikultura dapat dilakukan oleh perorangan warga negara Indonesia atau Badan Hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia yang meliputi: Koperasi, Perseroan Terbatas (PT), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan Badan Usaha Milik Swasta.

Untuk memperoleh Izin Usaha Hortikultura (IUH) perorangan atau Badan Hukum yang melakukan kegiatan usaha budidaya hortikultura, wajib memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Akte pendirian atau perubahannya yang terakhir bagi perusahaan, atau Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi perorangan, b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), c. Surat Keterangan Domisili, d. Study kelayakan usaha dan rencana kerja usaha, e. Rekomendasi teknis kesesuaian lahan dari instansi teknik yang berwenang. Untuk memperoleh Izin Usaha Hortikultura (IUH) perorangan atau Badan Hukum yang melakukan kegiatan usaha pasca panen, wajib memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Akte pendirian atau perubahannya yang terakhir bagi perusahaan, atau Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi perorangan, b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), c. Surat Keterangan Domisili, d. Study kelayakan usaha dan rencana kerja usaha, e. Harus memiliki persyaratan dan sarana pasca panen sesuai dengan jenis kegiatan bidang usaha. Untuk memperoleh Izin Usaha Hortikultura (IUH) perorangan atau Badan Hukum yang melakukan kegiatan usaha wisata agro wajib memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Akte pendirian atau perubahannya yang terakhir bagi perusahaan, atau Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi perorangan, b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), c. Surat Keterangan Domisili, d. Study kelayakan usaha dan rencana kerja usaha, e. Rekomendasi teknis kesesuaian lahan dari instansi teknik yang berwenang, f. wajib memenuhi persyaratan menjaga keamanan plasma nutfah dan mencegah berjangkitnya organisme pengganggu tumbuhan. Bagi investor asing, untuk memperoleh IUH selain memenuhi persyaratan tersebut diatas, harus mendapatkan rekomendasi Menteri Pertanian, cq. Ditjen Hortikultura.

III. Tata cara perizinan usaha hortikultura Permohonan izin usaha hortikultura (IUH) diajukan kepada : a. Gubernur, apabila lokasi lahan hortikultura berada pada lintas Kabupaten dan atau Kota dengan tembusan kepada Menteri Pertanian cq. Pusat Perizinan dan Investasi b. Bupati atau Walikota, apabila lahan usaha hortikultura berada di wilayah daerah kabupaten atau kota dengan tembusan kepada Menteri Pertanian cq. Pusat Perizinan dan Investasi

IV. Alur Proses Penanaman Modal Dalam Rangka PMDN Proses penanaman modal dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah sebagai berikut : 1. Mengajukan surat pemohonan rekomendasi tehnis kepada Menteri Pertanian c.q Ditjen Hortikultura. 2. Mengajukan permohonan penanaman modal ke Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dengan mengisi form I/PMDN. 3. Mengajukan surat permohonan pendirian perusahaan kepada Menteri Hukum dan HAM. 4. Mengajukan permohonan Nomor Pendaftaran Wajib Pajak (NPWP) kepada Ditjen Pajak, Departemen Keuangan. 5. Mengajukan surat permohonan persetujuan dokumen AMDAL/UKL/UPL. 6. Mengajukan surat permohonan kepada Gubernur/Bupati untuk memperoleh: o Izin lokasi o IUP o IUT o Izin mendirikan bangunan (IMB) o Izin UU gangguan/HO o Hak guna bangunan (HGB) o Sertifikat tanah Bagan alur pengajuan penanaman modal dalam rangka PMDN sebagaimana terlihat pada gambar berikut:

Prosedur Investasi Bidang Usaha Perkebunan I. Jenis, Luas Maksimum dan Pola Pengembangan Usaha a. Jenis usaha perkebunan terdiri atas Usaha Budidaya Perkebunan dan Usaha Industri Perkebunan. b. Usaha Budidaya perkebunan terdiri atas: usaha budidaya tanaman skala besar yang harus diusahakan oleh perusahaan perkebunan dan usaha budidaya tenaman skala kecil yang dapat dilakukan oleh petani pekebun. c. Usaha industri perkebunan meliputi : o Usaha gula pasir dari tebu o Industri ekstraksi kelapa sawit o Industri teh hitam dan teh hijau o Industri lateks o Industri pengupasan dan pengeringan kopi o Industri pengupasan dan pengeringan kakao o Industri pengupasan dan pengeringan lada o Industri pengupasan kapas dan Industri perkebunan lainnya yang bertujuan memperpanjang daya simpan o Usaha budidaya perkebunan yang luas lahannya 25 ha atau lebih wajib memiliki IUP o Usaha budidaya perkebunan yang luas lahannya kurang dari 25 ha wajib dilakukan pendaftaran oleh pemberi izin o Usaha industri perkebunan dilakukan oleh perusahaan perkebunan yang memiliki izin usaha industri perkebunan o Usaha industri perkebunan yang dilakukan petani pekebun harus didaftar oleh pemberi izin. d. Izin Usaha Perkebunan (IUP) diberikan oleh: o Gubernur, apabila lokasi lahan usaha perkebunan berada pada lintas wilayah daerah Kabupaten dan atau Kota; o Bupati atau Walikota, apabila lokasi lahan usaha perkebunan berada diwilayah daerah Kabupaten atau Kota. e. Izin Usaha Perkebunan berlaku selama perusahaan masih melakukan pengelolaan perkebunan secara komersial yang sesuai standar teknis dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta memenuhi seluruh kewajiban yang telah ditetapkan. f. Luas usaha lahan budidaya perkebunan untuk satu perusahaan atau grup perusahaan ditetapkan sebagai berikut : o Luas maksimum lahan usaha perkebunan adalah 20.000 ha dalam suatu provinsi atau 100.000 ha untuk seluruh Indonesia, kecuali usaha perkebunan tebu; o Luas maksimum lahan usaha perkebunan tebu adalah 60.000 ha dalam satu provinsi atau 150.000 ha untuk seluruh Indonesia. o Luas maksimum untuk usaha budidaya perkebunan, tidak berlaku bagi : i. Perusahaan perkebunan yang pemegang saham mayoritasnya koperasi usaha perkebunan;

Perusahaan perkebunan yang sebagian atau seluruh saham dimiliki oleh negara baik pemerintah maupun Provinsi, Kabupaten atau Kota. g. Setiap pengembangan usaha perkebunan harus mengikut sertakan masyarakat petani pekebun. h. Pengembangan usaha perkebunan dapat dilakukan dalam perbagai pola, antara lain : o Pola Koperasi Usaha Perkebunan, yaitu pola pengembangan perkebunan yang modal usahanya 100% dimiliki oleh koperasi usaha perkebunan; o Pola Patungan Koperasi Dengan Investor, yaitu pola pengembangan yang sahamnya 65% dimiliki koperasi dan 35% dimiliki oleh investor/perusahaan; o Pola Patungan Investor Koperasi, yaitu pola pengembangan yang sahamnya 80% sahamnya dimiliki investor/perusahaan dan minimal 20% dimiliki koperasi yang ditingkatkan secara bertahap; o Pola BOT (Build, Operate and Transfer), yaitu pola pengembangan dimana pembangunan dan pengoperasian dilakukan oleh investor/perusahaan yang kemudian pada waktu tertentu seluruhnya dialihkan pada koperasi; o Pola BTN (Bank Tabungan Negara), yaitu pola pengembangan dimana investor/perusahaan membangun kebun dan atau pabrik pengolahan hasil perkebunan yang kemudian akan dialihkan kepada peminat/pemilik yang tergabung dalam koperasi; o Pola-pola pengembangan lainnya yang saling menguntungkan, memperkuat, membutuhkan antara petani pekebun dengan perusahaan perkebunan; o Pola pengembangan dapat dilaksanakan dengan cara kombinasi dan disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.

ii.

II. Syarat-syarat Perizinan Usaha Perkebunan Usaha perkebunan dapat dilakukan oleh perorangan warga negara Indonesia atau badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia meliputi Koperasi, Perseroaan Terbatas (PT), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Untuk memperoleh izin usaha perkebunan, perusahaan perkebunan wajib memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. Akte pendirian atau perubahannya yang terakhir, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Surat Keterangan Domisili, Rencana kerja usaha perkebunan, Rekomendasi lokasi dari instansi pertanahan, Pertimbangan teknis ketersediaan lahan dari instansi kehutanan sepanjang kawasan hutan,

g. Rekomendasi teknis kesesuaian lahan dari Kepala Dinas yang membidangi usaha perkebunan Provinsi, Kabupaten atau Kota setempat yang didasarkan pada perencanaan makro, perwilayahan komoditi dan RUTR, h. Pernyataan penguasaan lahan perusahaan atau grup bahwa usaha perkebunannya belum melampaui batas maksimum, i. Pernyataan mengenai pola pengembangan yang dipilih dan dibuat dalam akte notaris, j. Peta calon lokasi dengan skala 1: 100.000, k. Surat persetujuan dokumen AMDAL dari komisi AMDAL daerah. Pembangunan pabrik pengolahan hasil perkebunan wajib dilakukan secara terpadu dengan jaminan pasokan bahan baku dari kebun sendiri. Apabila pasokan bahan baku dari kebun sendiri tidak mencukupi dapat dipenuhi dari sumber lain melalui perusahaan patungan dengan menempuh salah satu pola pengembangan yang ditetapkan. Pembangunan pabrik pengolahan hasil perkebunan disesuaikan dengan perkembangan penanaman dan produksi kebun.

III. Tata cara perizinan usaha Perkebunan Permohonan izin usaha hortikultura (IUH) diajukan kepada : a. Gubernur, apabila lokasi lahan usaha perkebunannya berada pada lintas Kabupaten dan atau Kota dengan tembusan kepada Menteri Pertanian cq. Pusat Perizinan dan Investasi b. Bupati atau Walikota, apabila lahan usaha perkebunannya berada di wilayah daerah kabupaten atau kota dengan tembusan kepada Menteri Pertanian cq. Pusat Perizinan dan Investasi c. Untuk memperoleh persetujuan permohonan dilengkapi dengan : 1. Foto copy izin usaha perkebunan dan atau hak guna usaha (HGU); 2. Akte pendirian perusahaan dan perubahan yang terakhir; 3. Rencana kerja (proposal) yang berisi tentang alasan dilakukannya perubahan jenis tanaman serta rencana pengembangan tanaman pengganti; 4. Surat dukungan perubahan jenis tanaman dari lembaga penelitian yang terkait d. Perusahaan perkebunan yang telah memilik izin usaha perkebunan yang akan mengadakan perluasan kapasitas pabrik, terlebih dahulu wajib memperoleh izin peningkatan kapasitas pabrik dari pemberi izin e. Untuk memperoleh izin penambahan kapasitas pabrik permohonan dilengkapi dengan : o Foto copy izin usaha perkebunan dan atau hak guna usaha (HGU); o Akte pendirian perusahaan dan perubahan yang terakhir; o Rencana kerja (proposal) yang berisi tentang alasan dilakukannya peningkatan kapasitas pabrik, pasokan bahan baku serta rencana kegiatan peningkatan kapasitas; o Surat rekomendasi perluasan kapasitas pabrik dari Kepala Dinas yang membidangi perkebunan.

IV. Alur Proses Penanaman Modal Dalam Rangka PMDN Proses penanaman modal dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah sebagai berikut : 1. Mengajukan surat pemohonan rekomendasi tehnis kepada Menteri Pertanian c.q Pusat Perizinn dan Investasi. 2. Mengajukan permohonan penanaman modal ke Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dengan mengisi form I/PMDN. 3. Mengajukan surat permohonan pendirian perusahaan kepada Menteri Hukum dan HAM. 4. Mengajukan permohonan Nomor Pendaftaran Wajib Pajak (NPWP) kepada Ditjen Pajak, Departemen Keuangan. 5. Mengajukan surat permohonan persetujuan dokumen AMDAL/UKL/UPL. 6. Mengajukan surat permohonan kepada Gubernur/Bupati untuk memperoleh: o Izin lokasi o IUP o IUT o Izin mendirikan bangunan (IMB) o Izin UU gangguan/HO o Hak guna bangunan (HGB) o Sertifikat tanah Bagan alur pengajuan penanaman modal dalam rangka PMDN sebagaimana terlihat pada gambar berikut:

Peluang Investasi Pendahuluany y y y

Revitalisasi Pertanian sesuai Perpres No.7 tahun 2005 mendukung penciptaan lapangan kerja di perdesaan & pertumbuhan ekonomi nasional Sektor Pertanian : Menyerap 46.3% dari AK Menyumbang 6.9% ekspor non-migas Kontribusi 15% dari PDB Nasional Potensi Lahan Pertanian: o Luas Sawah 8.4 juta ha dg luas panen 11.91 juta ha - -> produktifitas masih rendah hanya 1.42 o Lahan blm termanfaatkan : 10.19 juta ha o Lahan Kering/Tegalan : 15.58 juta ha o Padang Rumput : 2.39 juta ha

Masalahy

y

y

Adanya keanekaragaman karakteristik kondisi biofisik lahan di wilayah pengembangan, yang sangat berpengaruh kepada perkembangan jenis tanaman/ternak produsen komoditas pertanian. Untuk mengembangkan setiap komoditas pertanian diperlukan investasi modal yang cukup besar, fasilitas yang memadai dan harapan diperolehnya manfaat yang besar secara sosial dan finansial. Investasi di sektor pertanian menghadapi resiko yang cukup besar dilihat dari pihak pemerintah, investor dan para pelaksana di lapangan.

Maksud dan Tujuany y

Maksud : Tahap awal perencanaan peluang investasi pertanian Tujuan Umum: untuk menginventarisasi peluang investasi komoditas unggulan disektor pertanian yang meliputi subsektor Tanaman Pengan dan Hortikultura, Perkebunan dan Peternakan untuk kurun waktu selama periode 2007 sampai dengan 2010

Tujuan Rinciy

y y y y

Inventarisasi komoditas unggulan 4 subsektor pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan) pada setiap provinsi sampel di Indonesia. Identifikasi lokasi dan potensi lahan yang sesuai untuk pengembangan komoditas unggulan pada provinsi sampel di Indonesia. Analisis kelayakan dan kebutuhan investasi komoditas unggulan pada provinsi sampel di Indonesia. Identifikasi peluang, tantangan, masalah dan kendala pengembangan komoditas unggulan Menyusun rekomendasi kebijakan yang dibutuhkan pengembangan komoditas unggulan.

Sasarany y y y y

Tersedianya Data dan Informasi Komoditas unggulan sektor pertanian yang meliputi Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan dan Peternakan. Tersedianya Data dan Informasi Potensi Lahan yang sesuai untuk pengembangan Komoditas unggulan. Tersedianya Data dan Informasi kelayakan Investasi komoditas unggulan. Tersedianya Data dan Informasi Peluang, Tantangan, Masalah dan Kendala Investasi Komoditas ungulan Tersedianya Rekomendasi/Matrik Kebijakan yang dibutuhkan untuk pengembangan komoditas unggulan.

Outputy y y y y

Data dan Informasi Komoditas unggulan sektor pertanian yang meliputi Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan Dan Peternakan. Data dan Informasi Potensi Lahan yang sesuai untuk pengembangan Komoditas unggulan. Data dan Informasi kelayakan Investasi komoditas unggulan. Data dan Informasi Peluang, Tantangan, Masalah dan Kendala Investasi Komoditas ungulan Rekomendasi/Matrik Kebijakan yang dibutuhkan untuk pengembangan komoditas unggulan.

Ruang Lingkupy y y y y

Inventarisasi komoditas unggulan sektor pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan) pada setiap provinsi sampel. Identifikasi lokasi dan potensi lahan yang sesuai untuk pengembangan komoditas unggulan. Analisis kelayakan dan kebutuhan investasi komoditas unggulan. Identifikasi peluang, tantangan, masalah dan kendala pengembangan komoditas ungulan. Penyusunan rekomendasi kebijakan yang dibutuhkan bagi pengembangan komoditas ungulan.

Pedoman Investasi Sebagaimana diketahui bahwa Undang-Undang Penanaman Modal Asing Nomor 1 Tahun 1967 dan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1968 telah diganti dengan Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dengan berubahnya Undang- Undang Penanaman Modal tersebut, maka peraturan-peraturan yang merupakan penjabaran dari UU Penanaman Modal lama, harus disesuaikan. Pedoman Penanaman Modal Sektor Pertanian ini merupakan suatu upaya untuk membantu para calon penanam modal dalam memperoleh berbagai informasi penanaman sektor pertanian. Pedoman ini disusun berdasarkan berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penanaman modal, seperti UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Menteri dan peraturan turunan lainnya. Informasi yang dituangkan dalam buku ini dilakukan mencakup antara lain penjelasan mengenai penanaman modal, bidang-bidang usaha yang dapat dimasuki sebagai bidang penanaman modal, fasilitas yang diberikan oleh pemerintah, persyaratan dan prosedur penanaman modal. Informasi dalam buku ini hanya sebagai gambaran awal sebelum calon penanam modal merealisasikan penanaman modalnya. Walaupun penyusunan buku ini telah diupayakan semaksimal dan selengkap mungkin, namun kami yakin bahwa masih banyak informasi yang belum dituangkan dalam buku ini. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan buku ini, kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi. Apabila dalam penyusunan buku ini masih ditemui berbagai kekurangan dan kesalahan, kami sangat mengharapkan saran, masukan dan koreksi untuk perbaikan pada penerbitan yang akan datang. Terima kasih. Kepala Pusat DR. Mohammad Dani