perintah allah adalah ujian keimanan
TRANSCRIPT
FRENKY SUSENO MANIK
Allah berfirman:
يقولوا أن يتركوا أن الناس أحسبفتنا – ولقد يفتنون ال وهم آمناالله فليعلمن قبلهم من الذين
الكاذبين وليعلمن صدقوا الذينApakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang
yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta.
(QS. Al-‘Ankabut : 2 – 3)
MENINGGALKAN HAJAR & ISMAIL
Dalam riwayat Bukhory dinyatakan bahwa awalnya beliau tidak rela, selalu mengikuti Ibrahim sambil berkali-kali bertanya:
الذي الوادي بهذا وتتركنا تذهب أين إبراهيم ياشيء وال إنس فيه ليس
Wahai Ibrahim, kemana engkau akan pergi dan meninggalkan kami di lembah ini, lembah yang tidak ada orang dan tidak ada sesuatupun?
Nabi Ibrahim diam, tidak sanggup menjawab pertanyaan istrinya, sampai akhirnya istrinya kemudian bertanya:
بهذا أمرك الذي أاللهApakah Allah yang memerintahkan engkau hal ini ?
Nabi Ibrahim baru bisa menjawab, “ya”, kemudian Hajar mengatakan :
يضيعنا ال إذنKalau demikian (perintah Allah), maka (Allah) tidak
akan menelantarkan kami.
Ketika mereka lulus dari ujian ini, tidak berselang lama
turunlah ujian berikutnya yakni perintah untuk menyembelih
putranya yang sangat ia cintai.
Sungguh ini ujian yang sangat berat sehingga Allah sendiri mengatakan:
المبين البالء لهو هذا إنSesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
(QS. Ash-Shaffat : 106).
Allah berfirman:
أني المنام في أرى إني يابني قال عي الس معه بلغ ا فلمتؤمر ما افعل ياأبت قال ترى ماذا فانظر أذبحك
ابرين الص من الله شاء إن ستجدني“Maka tatkala anak itu telah sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: hai anakku, sesungguhnya Aku melihat dalam
mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu’(QS. Ash Shafat:102)
Imam Ibnu Katsir menulis riwayat dari Abu Hurairah r.a bahwa saat itu Syaithan sempat membuat makar agar Ibrahim a.s tidak melaksanakan perintah Allâh SWT. Ketika Ibrahim bermimpi menyembelih putranya, syaithan berkata; ”Sungguh jika aku tidak menfitnah keluarga Ibrahim kali ini maka aku tidak akan bisa menfitnah mereka selamanya”, kemudian syaithan menyerupai seorang lelaki mendatangi Hajar, ibunya Isma’il, dan berkata: ‘Apakah anda tahu kemana Ibrahim pergi bersama putramu?’ Jawab Hajar: ‘Tidak!’, Syaithan berkata: ‘Dia pergi hendak menyembelih putramu’. Hajar menjawab: ‘tidak mungkin, dia tahu akan hal itu (terlarang)’. Syaithan berkata: ‘Dia menyangka Tuhan-nya memerintahkan hal tersebut’. Hajar menjawab: ‘Jika Tuhan-nya memerintahkan demikian maka yang paling baik bagi Ibrahim adalah mentaatinya’. Kemudian syaithan mendatangi Ismail: ’Apakah anda tahu kemana engkau akan pergi bersama bapakmu?’ Ismail: ‘Tidak!’. Syaithan: ‘Dia pergi bersamamu untuk menyembelih dirimu’. Ismail: ‘Kenapa?’ Syaithan: ‘Dia menyangka Tuhan-nya memerintahkan demikian’. Ismail: ‘Dia akan mengerjakan apa yang di perintahkan Allâh, akan mendengar dan taat kerena perintah Allâh swt’. Kemudian syaithan mendatangi Ibrahim: ‘Kemana hendak pergi? Demi Allâh aku menyangka bahwa syaithan datang dalam mimpimu kemudian memerintahmu untuk menyembelih putramu. Namun Ibrahim tahu bahwa lelaki tersebut adalah syaithan kemudian beliau mengusirnya’.
Keluarga Nabi Ibrahim a.s. memberi teladan kepada kita bahwa ketika perintah dan hukum Allâh datang, kapanpun, dimanapun, dan apapun harus sanggup dikorbankan untuk menjalankannya sekalipun itu nyawa taruhannya. Mentaati perintah Allâh dan menjauhi larangan-Nya adalah segala-galanya, karena hanya dengan ketaatan yang hakiki itulah kita akan mendapatkan ridla-Nya.
Referensi : https://mtaufiknt.wordpress.com/2010/10/06/khutbah-jumat-perintah-allah-merupakan-ujian-keimanan/