perilaku putri malu
TRANSCRIPT
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM ETOLOGI
PENGAMATAN PERILAKU Mimosa pudica (PUTRI MALU)
Disusun Oleh :
Hafidha Asni Akmalia 08304241003
Febrianawati Yusup 08304241004
Sih Kusumaningrum 08304241015
Riza Sativani Hayati 08304241029
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2010
A. JUDUL
Pengamatan Perilaku Mimosa pudica (Putri Malu)
B. TUJUAN
1. Mengamati perilaku Mimosa pudica (putri malu) jika disentuh dengan lidi
pada beberapa titik sentuh
2. Mengamati perilaku Mimosa pudica (putri malu) jika ditetesi dengan air
pada beberapa titik penetesan
3. Mengamati perilaku Mimosa pudica (putri malu) jika ditetesi dengan
kloroform pada beberapa titik penetesan
C. DASAR TEORI
Putri malu atau Mimosa pudica merupakan tumbuhan yang berasal
dari Amerika tropis yang ditemukan pada ketinggian 1200 meter di bawah
permukaan laut. Ciri-ciri morfologi tumbuhan putri malu adalah daun berupa
daun majemuk menyirip ganda dua yang sempurna. Jumlah anak daun
berbentuk memanjang sampai lanset, ujung runcing, pangkal membundar,
tepi rata, permukaan atas dan bawah licin, panjang 6-16 mm, lebar 1-3 mm,
berwarna hijau, umumnya tepi daun berwarna ungu. Jika daun disentuh akan
melipatkan diri, menyirip rangkap. Sirip terkumpul rapat dengan panjang 4-
5,5 cm. Batang bulat, berambut, dan berduri temple. Akar berupa akar pena
yang kuat. Bunga berbentuk bulat seperti bola, bertangkai, berwarna
ungu/merah. Buah berbentuk polong, pipih seperti garis. Berikut klasifikasi
ilmiah tanaman putri malu :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Mimosa
Spesies : Mimosa pudica
Tumbuhan putri malu memiliki dua macam kepekaan, yakni terhadap
sentuhan (seismonasti) dan terhadap intensitas cahaya matahari atau
melakukan gerakan tidur pada malam hari (niktinasti). Gerak niktinasti dan
seismonasti yang dimiliki oleh putri malu tergolong dalam gerak nasti (gerak
bagian tumbuhan yang arahnya tidak ditentukan oleh arah datangnya
rangsangan) serta tergolong ke dalam gerak etionom (gerak yang disebabkan
karena adanya rangsangan dari luar tumbuhan berupa faktor-faktor
lingkungan). Gerak nasti terjadi disebabkan karena adanya rangsangan dari
luar menyebabkan perubahan tekanan turgor pada sel-sel batang, cabang, dan
tulang daun. Tekanan turgor merupakan tekanan air pada dinding sel akibat
perubahan kadar air dalam sel tumbuhan.
Pada saat bagian tumbuhan putri malu disentuh, terjadi aliran air
menjauhi daerah sentuhan. Adanya aliran air tersebut menyebabkan kadar air
sel-sel motor di daerah sentuhan berkurang, sehingga tekanan turgornya
mengecil. Juga disebabkan karena hilangnya turgor dalam sel-sel pulvinus.
Pulvinus adalah organ penggerak khusus yang berada di tulang daun. Alhasil
batang, cabang, dan atau tulang daun menjadi layu dan diikuti dengan
mengatupnya daun putri malu. Setelah beberapa saat tertentu tekanan turgor
sedikit demi sedikit akan kembali ke keadaan normalnya diikuti dengan
tegaknya kembali batang, cabang, dan mekarnya seluruh daun.
Rangsangan pada putri malu menjalar baik dari ujung ke pangkal
maupun dari pangkal ke ujung. Jika sebatang korek api menyala ditaruh di
bawah ujung selembar daunnya, maka bukan daun itu saja yang segera
menguncup, tetapi secara bertahap dengan cepat semua daun yang lain yang
setangkai dengan daun itu akan menguncup pula. Kemudian perlahan-lahan
ruas utama pun bereaksi, akhirnya rangsangan itu perlahan-lahan bergerak ke
seluruh bagian atas dan bawah batang dan menyebabkan keadaan terkulai
yang menyeluruh.
Pada saat mereaksi sentuhan, daun Putri malu menguncup akibat
hilangnya turgor karena air dalam sel-sel pulvinus keluar. Lalu ranting pun
terkulai oleh karena hilangnya turgor pada pangkalnya. Putri malu ini seakan-
akan jatuh pingsan dan daun-daunnya tergulung erat. Gerak buka-tutup terjadi
karena perubahan keseimbangan air (turgor) dalam sel-sel pulvinus. Sel-sel
ini memiliki dinding sel tipis dan terisi air dari pembuluh lembut jaringan
pengangkut yang berhubungan dengan sistem saluran pusat tumbuhan.
Adanya rangsangan kecil menghilangkan keseimbangan air di dalam sel-sel
pulvinus pangkal daun karena air dalam sel-sel tersebut mengalir ke luar.
Sedangkan rangsangan yang lebih kuat menimbulkan reaksi serupa di dalam
sel-sel pulvinus pangkal ranting. Akhirnya mungkin seluruh tubuh
terpengaruh.
Di dalam sel tumbuhan terdapat suatu struktur yang dapat
mempertahankan turgor, struktur itu adalah vakuola. Vakuola mengeluarkan
proton (H+) yang dapat melemahkan dinding. Seiring dengan peristiwa ini
vakuola menyerap air dengan cepat lalu membengkak dan menekan cairan sel
ke dinding sel serta mengakibatkan tekanan turgor untuk meregangkan
dinding sehingga berukuran lebih besar.
Seperti bola sepak yang telah dipompa, dinding sel pun menjadi
kencang. Kekencangan ini dilipatgandakan beribu-ribu kali di dalam semua
sel yang terdapat dalam pulvinus, sehingga bagian tumbuhan itu menjadi
kaku. Bila tumbuhan kekurangan air karena menguap atau keluar dari sel
seperti yang terjadi pada sel-sel pulvinus putri malu yang terkena rangsangan,
maka turgor sel berkurang dan kekakuan tumbuhan pun berkurang, sehingga
daun-daun putri malu saling menutup. Jika turgor hilang sama sekali maka
daun dan batang akan menjadi semakin lemas dan putri malu pun terkulai.
Ketika pengaruh rangsangan telah dipindahkan menuju pulvinus pada
pangkal tangkai daun, air keluar dari sel-sel bagian bawah pulvinus yang
berdinding tipis menuju ruang antar sel. Karena sel-sel ini kehilangan
turgornya sedangkan sel-sel pada bagian atas pulvinus tetap membengkak,
maka tangkai daun pun terkulai.
Pulvinus pada pangkal anak daun primer berperan sama seperti
pulvinus pada pangkal tangkai daun. Tetapi pulvinus pada pangkal anak daun
sekunder berperan dengan cara sebaliknya. Dengan kata lain, pada saat
tumbuhan terangsang, pulvinus pada pangkal tangkai daun dan pangkal
tangkai anak daun primer akan menyebabkan tangkai daun dan tangkai anak
daun mengarah ke bawah. Sedangkan pulvinus pada pangkal daun sekunder
menyebabkan anak-anak daun mengarah ke atas sehingga saling menutup.
Hal yang tidak terlalu jauh berbeda terjadi ketika matahari mulai
terbenam yang berarti intensitas cahaya matahari semakin lama semakin
berkurang. Respon daun putri malu satu per satu mengatup dari yang teratas
sampai pada yang terbawah. Proses ini disebut juga gerak tidur, di mana putri
malu menghentikan proses fotosintesisnya. Ketika daun berada dalam posisi
horizontal, sel-sel pada satu sisi pulvinus akan membengkak (turgid),
sementara sel pada sisi berlawanan akan menjadi lembek dan melemah. Hal
ini akan terbalik pada malam hari ketika daun itu menutup ke posisi tidurnya.
Hal yang sama dengan perubahan yang berlawanan dengan volume sel motor
adalah suatu perpindahan masif ion kalium dari satu sisi pulvinus ke sisi
lainnya. Pada kenyataannnya, kalium adalah suatu zat osmotik yang
menyebabkan pengambilan dan kehilangan air secara dapat dibalik oleh sel
motor.
Sel motor parenkim dalam pulvini merupakan unit yang memiliki
kemampuan berkontraksi terhadap reaksi. Pernyataan itu secara umum
diterima bahwa pergerakan diakibatkan oleh pengurangan atau hilangnya
turgor dalam sel secara tiba-tiba. Vakuola ini berkontraksi ketika terangsang,
mungkin karena kehilangan berbagai garam dalam sel dan pemulihannya
dengan mengambil cairan kaya garam oleh vakuola. Itu menunjukkan bahwa
cairan intraseluler atau cairan sel yang akan dilepaskan atau dikeluarkan dari
permukaan potongan pulvinus utama di bawah rangsangan yaitu kaya akan
kalium, tannin, dan subtansi lainnya. Subtansi tannin yang berfungsi bagi
tumbuhan tidak diketahui berada dalam vakuola tannin, yang mana ini berada
dalam vakuola sentral sel-sel motor, dan juga ditemukan di daerah interseluler
sehingga disimpulkan bahwa beberapa unsur-unsur dalam sel yang terlarut
dalam cairan intraseluler atau cairan sel dilepaskan ke luar selama rangsangan
yang berakibat pada penurunan turgor sel motor. Hantaran akson pada hewan
tergantung pada peningkatan permeabilitas ion dan mungkin terjadi juga pada
sel motor Mimosa. Seperti dijelaskan, pertukaran garam ion terjadi diantara
daerah intra dan ekstra seluler selama rangsangan. Terlihat bahwa keunikan
pada Mimosa adalah sel khusus dalam floem luar dan floem dalam yang
berperan sebagai jalan hantaran. Dua tipe dari sel tabung penyaring menyusun
floem luar. Yang pertama lebih luas dan pendek serta yang kedua lebih
panjang dan sempit. Fungsi umum elemen tabung penyaring adalah untuk
transportasi zat terlarut sepanjang poros longitudinal tumbuhan. Jalan
hantaran Mimosa mirip pada syaraf hewan dan transmisi impuls mengikuti
pola yang mirip oleh karena itu mudah dilihat mengapa sel khusus floem
tersusun seperti komponen seluler yang keras.
Telah ditunjukkan bahwa kalium berpindah dari sel motor menuju
daerah interseluler selama rangsangan pada Mimosa. Peneliti berpendapat
bahwa kalium mungkin merupakan agen osmotik yang bertanggungjawab
pada penurunan turgor sel pulvinar selama reaksi seismonasti. Ditemukan
bahwa paliran kalium dari sel pulvinar Mimosa meningkat secara subtansi
selama respon seismonasti dengan peningkatan konsentrasi kalium larutan
luar, maka penurunan potensial pun terjadi. Ditemukan juga bahwa
permeabilitas kalium pada membran seluler menurun dengan konsentrasi
kalium luar yang rendah. Ion kalsium, yang berada dalam vakuola tannin
(dalam vakuola sentral), ketika dilepaskan selama reaksi berikatan dengan
protein dan mengubah konformasinya, kalsium yang meninggalkan vakuola
tannin mungkin membentuk komplek dengan fibril dan dapat mengubah
konformasinya. Hal ini dapat menaikkan kontraksi vakuola.
ATP berada dalam organ motor seperti pada pulvinus utama Mimosa,
sekitar 3-4 kali lebih banyak daripada yang berada pada bagian tak bergerak
dari tumbuhan. Aktivitas elektrikal dan mekanikal dari vakuola kontraktil
terkait dengan peningkatan hilangnya ion melalui membran plasma dan
secara bersamaan terlihat peningkatan aktivitas ATPase. Diasumsikan bahwa
pada Mimosa suatu sistem ATP-ATPase-kalsium mungkin mengaktifkan
filament atau protein kontraktil yang terjadi dalam sitoplasma vacuolar dan
menyebabkan kontraksi pulvinus. Berdasarkan hal ini dan bukti sebelumnya,
mekanisme umum diantara pergerakan kontraktil tumbuhan dan hewan dapat
dikatakan ada. Ditemukan bahwa membukanya stomata dalam sel penjaga
dipengaruhi oleh pengambilan ion ini. Diusulkan bahwa sistem ATP-ATPase
mungkin terlibat dalam pengumpulan garam atau ion dan berperan dalam
proses pemulihan sel motor Mimosa.
D. ALAT DAN BAHAN
Alat :1. Pipet Tetes (3 buah)2. Botol Vloken (1 buah)3. Beaker Glass (2 buah)4. Lidi (5 cm)5. Kamera Digital (2 buah)6. Stop WatchBahan :1. Air 2. Kloroform3. Mimosa pudica (Putri Malu)
E. CARA KERJA
1. Perlakuan Sentuhan dengan Lidi pada Beberapa Titik Sentuh
Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
Menentukan satu tumbuhan Mimosa pudica yang akan diamati peilakunya
Memberikan tiga jenis perlakuan pada Mimosa pudica tersebut, yaitu
perlakuan sentuhan dengan lidi pada beberapa titik sentuh, penetesan
dengan air dan dengan kloroform pada beberapa titik tetes
Menyiapkan lidi dengan ukuran 5 cm
Menyentuhkan lidi tersebut pada bagian ujung batang Mimosa pudica
Memperhatikan arah mengatup daun Mimosa pudica setelah disentuh
dengan lidi pada ujung batang Mimosa pudica
Melakukan perhitungan kecepatan mengatup daun Mimosa pudica dengan mengukur jarak dan waktu yang diperlukan daun Mimosa pudica untuk mengatup.
Mengukur selang waktu yang diperlukan oleh daun Mimosa pudica untuk membuka kembali seperti semula dengan stopwatch
Mendokumentasikan proses perilaku Mimosa pudica tersebut dalam bentuk video ataupun foto
Memperhatikan pola mengatup daun Mimosa pudica setelah disentuh dengan lidi pada ujung batang Mimosa pudica
2. Perlakuan Tetesan dengan Air pada Beberapa Titik Penetesan
Melakukan hal yang sama seperti kegiatan di atas namun dengan titik
sentuh yang berbeda, yaitu pada tengah batang, ujung daun, tengah
daun (tengah cabang ibu tangkai daun), dan percabangan batang secara
berturut-turut
Menyiapkan air yang akan digunakan dalam praktikum secukupnya
Meneteskan 1 tetes air pada bagian ujung batang Mimosa pudica
dengan jarak 5 cm dari ujung tetesan air dengan objek yang akan
ditetesi air
Memperhatikan arah mengatup daun Mimosa pudica setelah ditetesi dengan air pada ujung batang Mimosa pudica
Melakukan perhitungan kecepatan mengatup daun Mimosa pudica dengan mengukur jarak dan waktu yang diperlukan daun Mimosa pudica untuk mengatup.
Mengukur selang waktu yang diperlukan oleh daun Mimosa pudica untuk membuka kembali seperti semula dengan stopwatch
Mendokumentasikan proses perilaku Mimosa pudica tersebut dalam bentuk video ataupun foto
Memperhatikan pola mengatup daun Mimosa pudica setelah ditetesi dengan air pada ujung batang Mimosa pudica
Melakukan hal yang sama seperti kegiatan di atas namun dengan titik sentuh yang berbeda, yaitu pada tengah batang, ujung daun, tengah daun (tengah cabang ibu tangkai daun), dan percabangan batang secara berturut-turut
3. Perlakuan Tetesan dengan Kloroform pada Beberapa Titik Penetesan
Menyiapkan kloroform yang akan digunakan dalam praktikum
secukupnya
Meneteskan 1 tetes kloroform pada bagian ujung batang Mimosa
pudica dengan jarak 5 cm dari ujung tetesan kloroform dengan objek
yang akan ditetesi kloroform
Memperhatikan arah mengatup daun Mimosa pudica setelah ditetesi dengan kloroform pada ujung batang Mimosa pudica
Melakukan perhitungan kecepatan mengatup daun Mimosa pudica dengan mengukur jarak dan waktu yang diperlukan daun Mimosa pudica untuk mengatup.
Mengukur selang waktu yang diperlukan oleh daun Mimosa pudica untuk membuka kembali seperti semula dengan stopwatch
Mendokumentasikan proses perilaku Mimosa pudica tersebut dalam bentuk video ataupun foto
Memperhatikan pola mengatup daun Mimosa pudica setelah ditetesi dengan kloroform pada ujung batang Mimosa pudica
Melakukan hal yang sama seperti kegiatan di atas namun dengan titik sentuh yang berbeda, yaitu pada tengah batang, ujung daun, tengah daun (tengah cabang ibu tangkai daun), dan percabangan batang secara berturut-turut
F. DATA HASIL PENGAMATAN
1. Perlakuan Sentuhan dengan Lidi pada Beberapa Titik Sentuh
a. Sentuhan pada Ujung Batang
Mimosa pudica tidak mengalami perubahan (daun tidak mengatup)
b. Sentuhan pada Tengah Batang
Mimosa pudica tidak mengalami perubahan (daun tidak mengatup)
c. Sentuhan pada Ujung Daun
1) Arah Katupan Daun / Tangkai
Ke Atas
2) Kecepatan Mengatup
Jumlah yang mengatup : sepasang anak daun
Waktu Mengatup : 1 detik
Jarak : 0,6 cm
Kecepatan : 0,006 m/s
3) Pola Mengatup
Sepasang anak daun mengatup secara bersama-sama
4) Selang Waktu Membuka Kembali
4 menit 58 detik
d. Sentuhan pada Tengah Daun (Tengah Cabang Ibu Tangkai Daun)
1) Arah Katupan Daun / Tangkai
Ke Atas
2) Kecepatan Mengatup
Jumlah Daun yg Mengatup : 1 helai daun saja
Waktu Mengatup : 1 detik
Jarak : 0,3 cm
Kecepatan : 0,003 m/s
3) Selang Waktu Membuka Kembali
4 menit 28 detik
e. Sentuhan pada Percabangan Batang
Mimosa pudica tidak mengalami perubahan (daun tidak mengatup)
2. Perlakuan Tetesan dengan Air pada Beberapa Titik Penetesan
a. Tetesan pada Ujung Batang
Mimosa pudica tidak mengalami perubahan (daun tidak mengatup)
b. Tetesan pada Tengah Batang
Mimosa pudica tidak mengalami perubahan (daun tidak mengatup)
c. Tetesan pada Ujung Daun
1) Arah Katupan Daun / Tangkai
Ke Atas
2) Kecepatan Mengatup
Daun yang Mengatup: semua anak daun pada cabang ibu tangkai
daun kedua dan ketiga serta satu pasang anak
daun pada ujung cabang ibu tangkai daun
pertama dan keempat
Waktu Mengatup : 6 detik
Jarak : 4,5 cm
Kecepatan : 0.0075 m/s
3) Pola Mengatup
Semua anak daun menutup secara bersamaan
4) Selang Waktu Membuka Kembali
8 menit 2 detik
d. Tetesan pada Tengah Daun (Tengah Cabang Ibu Tangkai Daun)
1) Arah Katupan Daun / Tangkai
Ke Atas
2) Kecepatan Mengatup
Jumlah yang mengatup : Semua anak daun dari salah satu cabang ibu
tangkai daun
Waktu Mengatup : 2 detik
Jarak : 7 cm
Kecepatan : 0,07 m/s
3) Pola Mengatup
Daun mulai mengatup dari anak daun paling pangkal diikuti dengan
anak daun atasnya.
4) Selang Waktu Membuka Kembali
7 menit 5 detik
e. Tetesan pada Percabangan Batang
Mimosa pudica tidak mengalami perubahan (daun tidak menutup)
3. Perlakuan Tetesan dengan Kloroform pada Beberapa Titik Penetesan
a. Tetesan pada Ujung Batang
1) Arah Katupan Daun / Tangkai
Ke atas
2) Kecepatan Mengatup
Daun yang mengatup : seluruh anak daun dari daun kedua beserta
tangkainya
Waktu Mengatup : 4 detik
Jarak : 7,5 cm
Kecepatan : 0,01875 m/s
3) Pola Mengatup
Seluruh anak daun mengatup secara bersamaan
4) Selang Waktu Membuka Kembali
15 menit
b. Tetesan pada Tengah Batang
1) Arah Katupan Daun / Tangkai
Ke Atas
2) Kecepatan Mengatup
Yang mengatup daun pertama, kedua, dan keempat.
Waktu Mengatup : 4 detik
Jarak : 10,5 cm
Kecepatan : 0,02625 m/s
3) Pola Mengatup
Daun kedua dan keempat menutup terlebih dahulu kemudian disusul
daun pertama
4) Selang Waktu Membuka Kembali
13 menit 39 detik
c. Tetesan pada Ujung Daun
1) Arah Katupan Daun / Tangkai
Ke Atas
2) Kecepatan Mengatup
Daun yang mengatup : daun pertama dan kedua
Waktu Mengatup : 51 detik
Jarak : 3,5 cm
Kecepatan : 0,0007 m/s
3) Pola Mengatup
Daun kedua Daun Pertama
- Pada daun kedua yang mengatup dimulai dari semua anak daun
pada cabang ibu tangkai yang ketiga (arah dari ujung ke pangkal),
kemudian kedua, kesatu dan diakhiri yang keempat (arah dari
pangkal ke ujung).
- Pada daun pertama semua anak daun menutup secara bersamaan
4) Selang Waktu Membuka Kembali
23 menit 27 detik
d. Tetesan pada Tengah Daun (Tengah Cabang Ibu Tangkai Daun)
1) Arah Katupan Daun / Tangkai
Ke Atas
2) Kecepatan Mengatup
Daun yang mengatup : daun pertama, kedua, ketiga, keempat,
kelima, keenam, dan ketujuh
Waktu mengatup : 1 menit 35 detik
Jarak : 10 cm
Kecepatan : 0,0011 m/s
3) Selang Waktu Membuka Kembali
41 menit
4) Pola Menutup
Daun Kedua Pertama Keempat Ketiga Kelima
Keenam Ketujuh
Pada daun kedua anak daun menutup dimulai dari anak daun pada
cabang ibu tangkai ketiga, kemudian diikuti anak daun pada cabang
ibu tangkai kedua, keempat dan terakhir pertama (arah menutup anak
daun dari pangkala ke ujung).
Pada daun pertama,ketiga, keempat dan kelima semua anak daun
menutup secara bersamaan
Pada daun keenam dan ketujuh anak daun pada cabang ibu tangkai
pertama menutup terlebih dahulu, dilanjutkan drengan anak daun
pada cabang ibu tangkai kedua (arah menutup anak daun dari
pangkal ke ujung)
e. Tetesan pada Percabangan Batang
1) Arah Katupan Daun / Tangkai
Ke Atas
2) Kecepatan Mengatup
Daun yang mengatup : semua daun (tujuh daun)
Waktu Menutup : 2 menit 3 detik
Jarak : 10 cm
Kecepatan : 0,000813 m/s
3) Pola Mengatup
Dari daun ketujuh menuju daun pertama (dari daun yang paling
bawah ke atas)
4) Selang Waktu Membuka Kembali
27 menit 40 detik
Data Hasil Pengamatan dalam Tabel
Perlakuan :
No Titik
Perlakuan
Arah Daun
Mengatup
Pola Mengatup Kecepatan
Mengatup
Selang
Membuka
1 Ujung
Batang- - - -
2 Tengah
Batang- - - -
3 Ujung Daun ke atas mengatup secara
bersama-sama
0,006 m/s 4 menit 58
detik
4 Tengah
Daun
ke atas-
0,003 m/s 4 menit 28
detik
5 Percabangan - - - -
Perlakuan :
No Titik
Perlakuan
Arah Daun
Mengatup
Pola Mengatup Kecepatan
Mengatup
Selang
Membuka
1 Ujung
Batang- - - -
2 Tengah
Batang- - - -
3 Ujung Daun ke atas semua anak daun 0,0075 8 menit
menutup secara
bersamaan
m/s 2 detik
4 Tengah
Daun
Ke atas Daun mulai
mengatup dari anak
daun paling pangkal
diikuti dengan anak
daun atasnya
0,07 m/s 7 menit 5
detik
5 Percabangan - - - -
Perlakuan :
No Titik
Perlakuan
Arah Daun
Mengatup
Pola Mengatup Kecepatan
Mengatup
Selang
Membuka
1 Ujung
Batang
Ke atas Seluruh anak daun
mengatup secara
bersamaan
0,01875
m/s
15 menit
2 Tengah
Batang
Ke atas Daun kedua dan
keempat menutup
terlebih dahulu
kemudian disusul
daun pertama
0,02625
m/s
13 menit
39 detik
3 Ujung Daun Ke Atas Daun kedua diikuti
daun Pertama
0,0007
m/s
23 menit
27 detik
4 Tengah
Daun
Ke atas Daun kedua, diikuti
daun pertama,
keempat, ketiga,
kelima, keenam, dan
ketujuh
0,0011
m/s
41 menit
5 Percabangan Ke Atas Dari daun ketujuh
menuju daun
pertama (dari adun
paling bawah ke
atas)
0,000813
m/s
27 menit
40 detik
G. PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati perilaku Mimosa pudica
(putri malu) jika disentuh dengan lidi pada beberapa titik sentuh, ditetesi
dengan air, dan ditetesi dengan kloroform pada beberapa titik tetes. Titik tetes
atau sentuh pada Mimosa pudica ini sama pada tiap perlakuan, yaitu pada
ujung batang, tengah batang, ujung daun, tengah daun (tengah cabang ibu
tangkai daun), dan percabangan batang. Berikut merupakan penjelasan dari
masing-masing perlakuan.
Percobaan pertama yaitu percobaan dengan menggunakan lidi sebagai
rangsang sentuh dimana ini termasuk dalam rangsangan luar. Bagian dari
tumbuhan putri malu yang akan dilakukan sentuhan menggunakan lidi adalah
ujung batang, tengah batang, ujung daun, tengah daun (tengah cabang ibu
tangkai daun) dan percabangan batang. Lidi yang kami gunakan berukuran 5
cm. Praktikan dan Mimosa pudica yang dipakai dalam percobaan disamakan,
hal ini sebagai control. Dari percobaan yang telah kami lakukan, kami
mendapatkan data sebagai berikut
a. Sentuhan pada ujung batang.
Bagian ujung batang merupakan bagian pertama yang dilakukan
sentuhan menggunakan lidi. Setelah sentuhan dilakukan, kami mengamati
bahwa daun putri malu tidak memperlihatkan reaksi terhadap sentuhan ini
dimana daun putri malu tidak mengatup ketika dilakukan sentuhan.
b. Sentuhan pada tengah batang.
Sentuhan selanjutnya yakni pada bagian tengah batang. Seperti
halnya sentuhan pada ujung batang, daun putri malu juga tidak
memperlihatkan reaksi ketika dilakukan sentuhan pada bagian ini. Dengan
kata lain, tidak terjadi katupan pada daun putri malu.
c. Sentuhan pada ujung daun.
Pada sentuhan di bagian ini, kami mencermati bahwa terdapat reaksi
daun putri malu ketika lidi disentuhkan pada ujung daun. Reaksi yang
dimaksud tentu saja mengatupnya daun putri malu dimana sepasang anak
daun pada bagian ujung daun mengatup secara bersamaan. Arah katupan
sepasang anak daun tersebut yaitu mengarah ke atas sehingga saling
bertangkupan satu sama lain. Dari sini, kami dapat mengetahui bahwa pola
katupan anak daun adalah secara bersamaan. Selanjutnya, kami mencatat
bahwa waktu yang dibutuhkan anak daun untuk saling menutup dari
keadaan membuka sebelumnya yakni sekitar 1 detik. Selain itu, jarak yang
dapat kami ukur adalah 0,6 cm. Berdasarkan catatan waktu dan jarak yang
telah kami ukur, maka kami dapat mengestimasikan kecepatan yang
dibutuhkan anak daun untuk mengatup adalah 0,006 m/s. Setelah
menunggu beberapa saat, kami mengamati bahwa sepasang anak daun
yang mengatup kembali membuka seperti sebelum dilakukan sentuhan.
Adapun selang waktu untuk membuka kembali seperti semula sekitar 4
menit 58 detik.
d. Sentuhan pada tengah daun (tengah cabang ibu tangkai daun).
Sentuhan selanjutnya yaitu pada tengah daun (tengah cabang ibu
tangkai daun). Seperti halnya sentuhan pada ujung daun, pada sentuhan
tengah daun (tengah cabang ibu tangkai daun) juga meperlihatkan reaksi
mengatup pada daun putri malu. Saat kami menyentuhkan lidi pada bagian
ini, hal yang dapat kami lihat adalah mengatupnya 1 helai anak daun putri
malu. Anak daun yang mengatup adalah anak daun yang terkena sentuhan
lidi, sedangkan anak daun yang tersentuh lidi tidak mengatup. Arah
katupan anak daun tersebut sama dengan arah katupan anak daun pada
ujung daun yang disentuh yakni mengatup kearah atas. Adapun waktu
yang diperlukan untuk mengatup dari keadaan membuka sebelumnya
adalah 1 detik. Selain itu, kami juga menghitung jarak yaitu 0,3 cm
sehingga diperoleh kecepatan mengatup sekitar 0,003 m/s. Selanjutnya,
kami menunggu membukanya kembali anak daun dari keadaan mengatup.
Selang waktu membuka kembali yang kami peroleh yaitu 4 menit 28
detik, lebih cepat 30 detik dari percobaan sebelumnya.
e. Sentuhan pada percabangan batang.
Sentuhan pada bagian ini merupakan sentuhan terakhir yang
dilakukan. Pada bagian ini, daun putri malu tidak mengatup sebagaimana
hal ini terjadi pada sentuhan bagian ujung batang dan tengah batang.
Berdasarkan data yang kami peroleh, maka kami dapat membandingkan
reaksi daun putri malu yang timbul karena sentuhan lidi pada beberapa
bagian. Ketika lidi disentuhkan pada bagian ujung batang, tengah batang, dan
percabangan batang, daun putri malu tidak mengatup. Berapapun tekanan
sentuhan menggunakan lidi yang kami berikan, tidak ada perubahan yang
terjadi pada daun putri malu. Sebaliknya, ketika kami menyentuhkan lidi pada
bagian ujung daun dan tengah daun (tengah cabang ibu tangkai daun)
memperlihatkan reaksi yang berbeda dibandingkan sentuhan pada 3 bagian
sebelumnya. Saat anak daun pada kedua bagian tersebut disentuh, maka anak
daun pun mengatup. Hal yang perlu diingat yakni hanya anak daun yang
disentuh sajalah yang mengatup. Pada ujung daun yang disentuh maka hanya
sepasang anak daun saja yang mengatup tanpa mempengaruhi kondisi anak
daun lain. Begitu pula saat lidi disentuhkan pada bagian tengah daun, hanya 1
helai anak daun yang mengatup sementara helai-helai lain tidak terpengaruh.
Selang waktu yang dibutuhkan anak daun untuk membuka kembali dari
keadaan mengatup yakni 4 menit 58 detik pada anak daun yang berada di
ujung daun dan 4 menit 28 detik pada anak daun yang berada di tengah daun.
Dari data ini, dapat dilihat bahwa selang waktu membuka kembali pada anak
daun yang berada di tengah daun lebih cepat 30 detik daripada anak daun
yang berada di ujung daun.
Dari seluruh percobaan sentuhan menggunakan lidi dapat ditarik satu
kesimpulan bahwa bagian tumbuhan putri malu yang sensitif pada rangsang
sentuhan adalah daun. Rangsang sentuhan yang diberikan pada daun putri
malu merupakan rangsang luar sehingga gerak daun putri malu yang
diakibatkan oleh rangsang ini adalah gerak etionom. Gerak etionom adalah
gerak tumbuhan dipengaruhi oleh rangsangang yang datangnya dari luar
tumbuhan.
Percobaan yang kedua yaitu pelakuan dengan air. Perlakuan ini
dilakukan dengan meneteskan satu tetes air pada ujung batang, tengah batang,
percabangan, ujung daun, dan pada tengah daun. Pada percobaan ini Kami
membuat control yang lebih banyak agar kemungkinan kesalahan dalam
percobaan semakin kecil, yaitu dengan menyamakan individu yang
diperlakukan, menyamakan tetesan air yang digunakan pada tiap titik
perlakuan, menyamakan tinggi penetesan air, serta menyamakan praktikan
yang melakukan penetesan. Tetesan yang diberikan pada setiap perlakuan
adalah satu tetes dengan ketinggian 5 cm dan pada individu yang sama yaitu
putri malu di lapangan FBS Barat.
Pada percobaan pertama diawali dengan penetesan pada ujung batang.
Pada penetesan ini tidak memberikan pengaruh apa-apa pada putri malu
tersebut. Demikian juga dengan percobaan kedua dan ketiga, pada tengah
batang dan pada percabangan tidak memberikan pengaruh pada putri malu
tersebut. Tidak terjadi peluruhuan ibu tangkai daun maupun pengatupan daun.
Hal ini mungkin terjadi karena penetesan tersebut belum bisa memberikan
tekanan minimal yang dibutuhkan oleh putri malu untuk meluruhkan ibu
tangkainya maupun untuk mengatupkan daunnya.
Pada percobaan keempat yaitu penetesan pada ujung batang. Penetesan
pada titik ini memberikan respon yaitu mengatupnya semua anak daun pada
cabang ibu tangkai daun kedua dan ketiga serta sepasang anak daun pada
ujung ibu tangkai daun pertama dan keempat. Arah pengatupan anak daun ini
yaitu ke atas dan mengatup secara bersama-sama. Anak-anak daun ini tidak
serta merta menutup setelah diberikan perlakuan tetapi mengatup setelah 6
detik diberi tetesan air. Kecepatan mengatup yaitu 0,0075 m/s dan membuka
kembali setelah 8 menit 2 detik.
Pada percobaan kelima atau percobaan terakhir untuk perlakuan dengan
air pada tengah daun juga mamberikan pengaruh pada putri malu tersebut.
Namun, tetap terdapat perbedaan pada pola pengatupan, jumlah anak daun
yang mengatup, waktu reaksi mengatup setelah diberi perlakuan, kecepatan
mengatup, dan lamanya anak daun-anak daun itu mengatup. Semua anak
daun dari cabang ibu tangkai daun yang pertengahannya daunnya diberi
perlakuan memberikan respon dengan mengatupkan daunnya. Waktu
pengatupan daun setelah diberi perlakuan lebih cepat 4 detik dari perlakuan
pada titik ujung daun yaitu anak daun- anak daun itu mengatup setelah 2 detik
diberi perlakuan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat yaitu 0,07 m/s.
pengatupan anak daun- anak daun ini pun berbeda polanya. Mereka tidak
mengatup secara bersama-sama tetapi daun mengatup mulai dari anak daun
paling pangkal diikuti dengan anak daun atasnya. Selang waktu membukanya
anak daun-anak daun tersebut yakni lebih cepat yaitu 7 menit 5 detik.
Pengatupan yang terjadi pada perlakuan keempat dan kelima
disebabkan oleh menurunnya tekanan turgor pada ibu tangkai dauin dan pada
tulang daun. Hal ini merupakan akibat dari sentuhan/tekanan yang diberikan
oleh tetes air sehingga sel-sel motor pada putri malu yang mengandung cairan
mengalirkan air ke dalam ruang antar sel.
Pengamatan ketiga bertujuan untuk mengetahui perilaku putri malu
terhadap kloroform. Ada 5 perlakuan yang dilakukan untuk mengetahui efek
yang diberikan kloroform terhadap perilaku membuka dan menutupnya daun
putri malu. Perlakuan tersebut dilakukan dengan cara meneteskan larutan
kloroform sebanyak 1 tetes dari ketinggian 5 cm pada ujung batang, bagian
tengah batang, ujung daun, tengah daun (percabangan ibu tangkai daun), dan
pada percabangan batang putri malu.
Perlakuan pertama yaitu meneteskan kloroform pada ujung batang
tumbuhan putri malu. Hasil yang diperoleh dari perlakuan ini adalah arah
katupan anak daun putri malu arahnya ke atas dan batangnya merebah.
Seluruh anak daun pada daun kedua mengatup beserta tangkainya yang ikut
merebah. Pola mengatupnya yaitu semua anak daun mengatup secara
bersama-sama. Waktu yang diperlukan untuk mengatup adalah 4 detik
dengan jarak katupan 7,5 cm sehingga diperoleh kecepatan mengatup 0,01875
m/s. Sedangkan waktu yang diperlukan untuk membuka kembali adalah 15
menit.
Perlakuan kedua dilakukan dengan cara meneteskan kloroform pada
bagian tengah batang tumbuhan putri malu, batang yang diberi tetesan
kloroform sama dengan batang dari perlakuan pertama. Hasil yang diperoleh
dari perlakuan ini adalah arah katupan anak daun putri malu arahnya ke atas
dan batangnya merebah. Daun pertama, kedua dan keempat mengatup, yang
diawali dengan mengatupnya daun kedua dan keempat kemudian diikuti daun
pertama. Waktu yang diperlukan untuk mengatup adalah 4 detik dengan jarak
katupan 10,5 cm sehingga diperoleh kecepatan mengatup 0,02625 m/s.
Sedangkan waktu yang diperlukan untuk membuka kembali adalah 13 menit
39 detik.
Setelah daun putri malu membuka kembali dari perlakuan kedua
dilanjutkan dengan perlakuan ketiga yaitu dengan meneteskan kloroform
pada ujung daun. Hasil yang diperoleh dari perlakuan ini adalah arah katupan
anak daun putri malu arahnya ke atas dan batangnya merebah. Daun pertama
dan kedua mengatup, pola mengatupnya diawali dengan mengatupnya daun
kedua yaitu anak daun pada cabang ibu tangkai yang ketiga (arah dari ujung
ke pangkal), kemudian kedua, kesatu dan diakhiri yang keempat (arah dari
pangkal ke ujung). Pada daun pertama semua anak daun menutup secara
bersamaan. Waktu yang diperlukan untuk mengatup adalah 51 detik dengan
jarak katupan 3,5 cm sehingga diperoleh kecepatan mengatup 0,0007 m/s.
Sedangkan waktu yang diperlukan untuk membuka kembali adalah 23 menit
27 detik.
Perlakuan keempat yaitu meneteskan kloroform pada tengah daun
(tengah cabang tangkai daun). Hasil yang diperoleh dari perlakuan ini adalah
arah katupan anak daun putri malu arahnya ke atas dan batangnya merebah.
Daun yang mengatup adalah daun pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima,
keenam dan ketujuh. Pola mengatupnya diawali dari daun kedua diikuti daun
pertama, daun keempat, ketiga, kelima, keenam dan terakhir daun ketujuh.
Pada daun kedua anak daun menutup dimulai dari anak daun pada cabang ibu
tangkai ketiga, kemudian diikuti anak daun pada cabang ibu tangkai kedua,
keempat dan terakhir pertama (arah menutup anak daun dari pangkala ke
ujung). Pada daun pertama,ketiga, keempat dan kelima semua anak daun
menutup secara bersamaan Pada daun keenam dan ketujuh anak daun pada
cabang ibu tangkai pertama menutup terlebih dahulu, dilanjutkan drengan
anak daun pada cabang ibu tangkai kedua (arah menutup anak daun dari
pangkal ke ujung). Waktu yang diperlukan untuk mengatup adalah 1 menit 35
detik dengan jarak katupan 10 cm sehingga diperoleh kecepatan mengatup
0,0011 m/s. Sedangkan waktu yang diperlukan untuk membuka kembali
adalah 41 menit.
Perlakuan terakhir yaitu perlakuan kelima dilakukan dengan cara
meneteskan kloroform pada percabangan batang tumbuhan putri malu. Hasil
yang diperoleh dari perlakuan ini adalah arah katupan anak daun putri malu
arahnya ke atas dan batangnya merebah. Semua daun pada batang tersebut
mengatup, dengan pola katupan yaitu dari daun ketujuh menuju daun pertama
(dari daun paling bawah ke daun paling atas). Waktu yang diperlukan untuk
mengatup adalah 2 menit 3 detik dengan jarak katupan 10 cm sehingga
diperoleh kecepatan mengatup 0,000813 m/s. Sedangkan waktu yang
diperlukan untuk membuka kembali adalah 27 menit 40 detik.
Kelima perlakuan yang telah dilakukan di atas ternyata memberikan
efek yang berebeda-beda terhadap pola menutup, kecepatan menutup dan
lama waktu yang diperlukan daun putri malu untuk membuka kembali. Arah
menutup semua anak daun sama yaitu menutup ke arah atas dan diikuti
dengan rebahnya tangkai daun. Perilaku menutupnya daun putri malu oleh
kloroform ini terlihat seperti terjadinya proses pembiusan yang
mengakibatkan tumbuhan putri malu ini seolah-oleh seperti pingsan. Namun,
yang terjadi sebenarnya tidaklah demikian karena putri malu bukan makhluk
hidup yang memiliki sistem syaraf. Dalam peristiwa ini, kami menduga
bahwa kloroform yang diteteskan pada tumbuhan putri malu tersebut
menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan air (turgor) dalam sel-sel
pulvinus. Pada saat mereaksi senyawa kloroform, daun Putri malu
menguncup akibat hilangnya turgor karena air dalam sel-sel pulvinus keluar.
Lalu tangkai daun pun terkulai oleh karena hilangnya turgor pada pangkalnya.
Putri malu ini seakan-akan jatuh pingsan dan daun-daunnya tergulung erat.
Pulvinus pada pangkal anak daun berperan sama seperti pulvinus pada
pangkal tangkai daun. Tetapi pulvinus pada pangkal anak daun berperan
dengan cara sebaliknya. Dengan kata lain, pada saat tumbuhan terangsang,
pulvinus pada pangkal tangkai daun dan pangkal tangkai anak daun akan
menyebabkan tangkai daun dan tangkai anak daun mengarah ke bawah.
Sedangkan pulvinus pada pangkal anak daun menyebabkan anak-anak daun
mengarah ke atas sehingga saling menutup.
H. KESIMPULAN
1. Mimosa pudica (putri malu) jika disentuh dengan lidi pada beberapa titik
sentuh memberikan respon yang berbeda-beda. Sentuhan pada ujung
batang, tengah batang dan percabangan tidak memberikan respon apapun.
Sentuhan pada ujung daun memberikan respon sepasang anak daun
mengatup dan sentuhan pada tengah daun memberikan respon satu helai
daun mengatup. Masing-masing katupan memiliki arah katupan yang
sama, yaitu ke atas. Namun kecepatan, pola katupan dan selang waktu
membuka kembali berbeda.
2. Mimosa pudica (putri malu) jika ditetesi dengan air pada beberapa titik
penetesan memberikan respon yang berbeda-beda. Tetesan air pada ujung
batang, tengah batang dan percabangan tidak memberikan respon apapun.
Tetesan air pada ujung daun memberikan respon semua anak daun pada
cabang ibu tangkai daun kedua dan ketiga serta satu pasang anak daun
pada ujung cabang ibu tangkai daun pertama dan keempat mengatup.
Tetesan air pada tengah daun memberikan respon semua anak daun dari
salah satu cabang ibu tangkai daun mengatup. Masing-masing katupan
memiliki arah katupan yang sama, yaitu ke atas. Namun kecepatan, pola
katupan dan selang waktu membuka kembali berbeda.
3. Mimosa pudica (putri malu) jika ditetesi dengan kloroform pada beberapa
titik penetesan semuanya memberikan respon katupan daun. Semua arah
katupan sama, yaitu ke atas. Namun kecepatan, pola katupan dan selang
waktu membuka kembali masing-masing katupan berbeda. Yang
memiliki kecepatan tertinggi adalah tetesan pada tengah batang dan yang
paling lama selang waktu membukanya adalah tetesan pada percabangan.
DAFTAR PUSTAKA
Nilesh Kumar, Dkk. 2009. International Journal Of Pharmacy And
Pharmaceutical Sciences, Vol. 1, Issue 2 : Mimosa Pudica L. A
Sensitive Plant Lovely Professional University College Of Pharmacy
And Technology
http://www.kew.org/index.htm