perilaku merokok anak usia 10-15 tahun dengan …lib.unnes.ac.id/28268/1/6411412024.pdf · rokok...
TRANSCRIPT
i
PERILAKU MEROKOK ANAK USIA 10-15 TAHUN
DENGAN RIWAYAT ORANG TUA PEROKOK (Studi Kasus pada Anak Sekolah di Daerah Urban)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh
Nurul Hidayah
NIM. 6411412024
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
ii
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang
Mei 2016
ABSTRAK
Nurul Hidayah
Perilaku Merokok Anak Usia 10-15 Tahun dengan Riwayat Orang Tua
Perokok (Studi Kasus pada Anak Sekolah di Daerah Urban)
XVII + 162 halaman + 6 tabel + 4 gambar + 11 Lampiran
Prevalensi perokok usia 10-15 tahun di kota Semarang tahun 2014 24,5%
dan trendnya meningkat hingga tahun 2015 mencapai 26,8%. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku merokok anak usia 10-15 tahun
dengan riwayat orang tua perokok (studi kasus pada anak sekolah di daerah
urban). Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif dengan rancangan penelitian
studi kasus. Teknik pengambilan narasumber secara purposive sampling. Teknik
pengambilan data menggunakan teknik wawancara mendalam yang kemudian di
lanjutkan dengan analisis data secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan 6 narasumber utama
terhadap bahaya merokok masih rendah, sikap dan praktik narasumber utama
terhadap rokok buruk. Anak usia 10-15 tahun sering melihat perilaku merokok
ayahnya, sehingga memunculkan keinginan untuk meniru perilaku merokok.
Kesimpulan perilaku merokok anak usia 10-15 tahun melakukan proses imitasi
terhadap perilaku merokok orang tua mereka. Disarankan bagi orang tua
sebaiknya menjadi Role Model anti rokok bagi anaknya supaya anak tidak
mencontoh perilaku merokok orang tuanya.
Kata kunci : Perilaku Merokok Anak, Riwayat Merokok Orang Tua
Kepustakaan : 66 (1992-2015)
iii
Public Health Science Department
Faculty of Sport Science
Semarang State University
May 2016
ABSTRACT
Nurul Hidayah
Smoking Behavior among Children 10-15 Years Old Children whose Parents are
Smoker (Case Study among Student in Urban Area)
XVII + 162 pages + 6 tables + 4 picture + 11 attachment
Prevalence of smokers aged 10-15 years old in the city of Semarang in
2014 is 24.5% and the trend for 2015 reached 26.8%. The goal of this research
was to know about the describe of smoking behavior of the children aged 10-15
years old with smoking parents history (case study among students in urban
area). This research used a qualitative research design case study. Resource
retrieval technique was purposive sampling. Data collection techniques used in
depth interview which then proceed with the analysis of descriptive data.
The results showed that the knowledge of 6 primary sources of the dangers
of smoking was still low, practice and attitude of primary sources of smoking is
bad. Children aged 10-15 years often see the smoking behavior from his father
that arise a desire to try smoking. Conclusion of the smoking behavior of 10-15
years old done the imitation of smoking behavior of their parents. It is advisable
for parents should be a Role Model of anti-smoking the childrens in order the
children do not imitate their parents smoking behavior.
Keywords : Children smoking behavior, Parents Smoking History
Literature : 66 (1992-2015)
iv
v
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. Barang siapa bertakwa kepada Allah SWT, niscaya akan akan diberi jalan
keluar dari setiap urusannya dan diberi pertolongan dari tempat yang tak
terduga, dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah SWT, niscaya akan
dicukupi segala kebutuhannya (QS. Ath-Thalaq : 2-3).
2. Ketekunan bisa membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin,
membuat kemungkinan menjadi kemungkinan besar, dan membuat
kemungkinan besar menjadi pasti.
3. Tetaplah selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh-Nya, karena Allah
senantiasa menguji kesabaran dan usaha hamba-Nya.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
1. Kedua Orang tuaku yang selalu
memberi motivasi dan do’a untuk
setiap langkahku.
2. Adik dan teman-teman
3. Almamaterku UNNES
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga skripsi yang berjudul “Perilaku Merokok Anak Usia 10-15 Tahun
dengan Riwayat Orang Tua Perokok di Kota Semarang” dapat terselesaikan
dengan baik. Penyelesaian skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Kesehatan di Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
Keberhasilan penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari dukungan, bimbingan,
dan kerjasama berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segenap ketulusan hati,
dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Ibu Prof.
Dr. Tandiyo Rahayu, M.Pd atas izin penelitian yang diberikan.
2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang, Bapak Irwan Budiono, S.KM., M.Kes atas
persetujuan penelitian.
3. Dosen pembimbing skripsi, Bapak Sofwan Indarjo, S.KM., M.Kes atas
bimbingannya dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang atas bekal ilmu
pengetahuan yang telah diberikan selama ini.
5. Kepala Kesatuan Bangsa dan Politik kota Semarang atas izin penelitian yang
diberikan.
viii
6. Lurah Sadeng, lurah Tawangsari, lurah Kebonagung, lurah Mlati Harjo serta
lurah Ngesrep atas izin penelitian yang diberikan.
7. Papa (Durjono), Mama (Ruchayah), serta Adik (Muchlis Ainur Rafik)
tersayang atas kasih sayang, dukungan dan motivasi serta do’a selama
menempuh pendidikan dan penyelesaian skripsi ini.
8. Muhammad Noval Zindan A.Md, yang telah memberikan dukungan dan
motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat saya (Ulfa, Maelani, Sinta dan Sari) yang selalu memberikan
semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman mahasiswa Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang angkatan 2012 atas kebersamaan,
semangat dan keakraban selama ini.
11. Semua pihak yang terlibat dalam penelitiaan dan penyusunan skripsi ini.
Semoga segala amalan baik dari semua pihak mendapat balasan yang
berlipat dari Allah SWT, selain itu juga di harapkan adanya saran dan kritik guna
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
penyusun.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ................................................................................................................ i
ABSTRAK .......................................................................................................... ii
ABSTRACK ...................................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
1.3.1. Tujuan Umum ............................................................................. 5
1.3.2. Tujuan Khusus ............................................................................ 5
1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6
x
1.4.1. Bagi Peneliti .............................................................................. 6
1.4.2. Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat ................................ 6
1.4.3. Bagi Masyarakat........................................................................ 6
1.5. Keaslian Penelitian ............................................................................. 7
1.6. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 9
1.6.1 Ruang Lingkup Tempat ........................................................... 9
1.6.2. Ruang Lingkup Waktu ........................................................... 9
1.6.3. Ruang Lingkup Materi ............................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 10
2.1. Landasan Teori ................................................................................. 10
2.1.1. Pengertian Rokok ................................................................ 10
2.1.2. Kandungan Rokok ............................................................... 10
2.1.3. Dampak Rokok Bagi Kesehatan .......................................... 11
2.1.4. Peraturan Tentang Rokok .................................................... 12
2.1.5. Perilaku Merokok ................................................................ 14
2.1.6. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Merokok pada Anak ....... 15
2.1.7. Tahapan dalam Perilaku Merokok ....................................... 16
2.1.8. Pengertian Orang Tua ........................................................... 17
2.1.9. Fungsi Orang Tua dalam Keluarga ....................................... 18
2.1.10. Pengertian Perilaku ............................................................. 21
2.1.11. Domain Perilaku ................................................................ 22
xi
2.1.12. Prosedur Pembentukan Perilaku ........................................ 23
2.1.13. Bentuk Perilaku ................................................................. 24
2.1.14. Pengukuran Perilaku .......................................................... 24
2.1.15. Pengertian Anak ................................................................ 25
2.1.16. Karakteristik Anak ............................................................. 27
2.1.17. Perkembangan Anak .......................................................... 27
2.1.18. Pengaruh Orang Tua terhadap Anak ................................. 29
2.1.19. Pengertian Theory Modeling ............................................. 29
2.1.20. Tahapan Theory Modeling ................................................. 30
2.2. Kerangka Teori Penelitian ............................................................ 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 33
3.1. Alur Pikir ...................................................................................... 33
3.2. Fokus Penelitian ........................................................................... 33
3.3. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................... 34
3.4. Sumber Informasi ......................................................................... 34
3.4.1. Data Primer .......................................................................... 34
3.4.2. Data Sekunder ...................................................................... 36
3.5. Instrumen Penelitian ..................................................................... 36
3.6. Teknik Pengambilan Data ............................................................ 36
3.6.1. Pengamatan atau Observasi ................................................. 37
3.6.2. Wawancara .......................................................................... 37
xii
3.6.3. Dokumentasi ........................................................................ 38
3.7. Prosedur Penelitian ......................................................................... 39
3.8. Pemeriksaan Keabsahan Data ........................................................ 39
3.9. Teknik Analisis Data ...................................................................... 40
3.9.1. Pengumpulan Data ............................................................... 40
3.9.2. Menelaah Data ..................................................................... 40
3.9.3. Reduksi Data ........................................................................ 41
3.9.4. Penyajian Data ..................................................................... 41
3.9.5. Pengambilan Simpulan ........................................................ 42
BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................................................... 43
4.1. Gambaran Umum ........................................................................... 43
4.2. Hasil Penelitian .............................................................................. 43
4.2.1. Karakteristik Narasumber .................................................... 43
4.2.2. Pengetahuan Narasumber Utama tentang Rokok ................ 48
4.2.3. Sikap Narasumber Utama terhadap Rokok ......................... 57
4.2.4. Praktik Merokok Narasumber Utama .................................. 63
4.2.5. Perilaku Merokok Orang Tua .............................................. 81
4.2.6. Pengaruh Perilaku Merokok Orang Tua Sebagai Model bagi
Perilaku Merokok Narasumber Utama ................................ 88
4.2.7. Gangguan Kesehatan akibat Merokok bagi Kesehatan yang
Dialami Narasumber Utama ............................................... 106
xiii
BAB V PEMBAHASAN .................................................................................. 115
5.1. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................... 115
5.1.1. Karakteristik Narasumber Utama ..................................... 115
5.1.2. Karakteristik Narasumber Triangulasi ............................. 115
5.1.3. Gambaran Pengetahuan Narasumber Utama
mengenai Rokok ............................................................. 116
5.1.4. Gambaran Sikap Narasumber Utama
terhadap Rokok ................................................................ 121
5.1.5. Gambaran Praktik Merokok Narasumber Utama ............. 124
5.1.6. Gambaran Perilaku Merokok Orang Tua ......................... 130
5.1.7. Gambaran Pengaruh Perilaku Merokok Orang Tua
sebagai Model bagi Perilaku Merokok
Narasumber Utama .......................................................... 131
5.1.8. Gambaran Gangguan Kesehatan akibat Merokok bagi
Kesehatan yang Dialami Narasumber Utama .................. 136
5.2. Hambatan dan Kelemahan Penelitian ......................................... 137
5.2.1. Hambatan Penelitian ........................................................ 137
5.2.2. Kelemahan Penelitian ....................................................... 138
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 140
6.1. Simpulan ..................................................................................... 140
6.2. Saran ........................................................................................... 141
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 145
LAMPIRAN .......................................................................................................... 1
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian ................................................................................ 7
Tabel 4.1. Karakteristik Narasumber Utama Berdasarkan Tingkat Usia ............. 44
Tabel 4.2. Karakteristik Narasumber Utama Berdasarkan Jenis Kelamin ........... 45
Tabel 4.3. Karakteristik Narasumber Utama Berdasarkan Tingkat Pendidikan .. 45
Tabel 4.4. Karakteristik Narasumber Utama Berdasarkan Tempat Tinggal ........ 46
Tabel 4.5. Karakteristik Narasumber Triangulasi ................................................ 47
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Kerangka Teori ................................................................................ 32
Gambar 3.1. Alur Pikir Penelitian ........................................................................ 33
Gambar 3.2. Alur Penelitian ................................................................................. 39
Gambar 3.3. Alur Analisis Data ........................................................................... 42
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Keputusan Dosen Pembimbing ............................................ 152
Lampiran 2. Ethical Clearance .......................................................................... 153
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian Kesbangpol .................................................. 154
Lampiran 4. Surat Keterangan Penelitian .......................................................... 156
Lampiran 5. Lembar Observasi .......................................................................... 160
Lampiran 6. Lembar Penjelasan Penelitian ........................................................ 166
Lampiran 7. Lembar Persetujuan Menjadi Narasumber .................................... 167
Lampiran 8. Pedoman Wawancara Mendalam untuk Narasumber Utama ........ 168
Lampiran 9. Pedoman Wawancara Mendalam untuk
Narasumber Triangulasi ................................................................ 174
Lampiran 10. Rekapitulasi Pelaksanaan Penelitian ........................................... 180
Lampiran 11. Dokumentasi Penelitian ............................................................... 185
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk
dibakar, dihisap dan atau dihirup asapnya. Rokok memiliki kandungan kurang
lebih 4000 elemen, dimana 200 elemen di dalamnya yang berbahaya bagi
kesehatan tubuh. Pada beberapa penelitian telah dibuktikan bahwa risiko kanker
paru 7,8 kali lebih besar terjadi pada perokok dibandingkan dengan yang bukan
perokok. Selain kanker paru, rokok juga meningkatkan angka fertilitas dan
impotensi pada laki-laki sebesar 50%. Pada wanita perokok aktif maupun perokok
pasif mempunyai peningkatan risiko gangguan kehamilan (Kementerian
Kesehatan, 2013:1-2).
Indonesia merupakan negara tertinggi ketiga dengan jumlah perokok
terbanyak di dunia. Prosentase perokok di Indonesia tahun 2013 paling tinggi se-
Asean yaitu 46.16 %. Terjadi peningkatan proporsi masyarakat yang merokok
setiap hari dari tahun 2007 sebanyak 23.7% meningkat pada tahun 2013 sebanyak
24.3%. Rokok penyumbang kematian secara global akibat tembakau sebesar 20%.
Saat ini 50% kematian akibat rokok berada di negara berkembang seperti
Indonesia. Trend usia merokok di Indonesia meningkat pada kelompok umur 10-
15 tahun yaitu pada tahun 2007 prosentasenya 9.6%, tahun 2010 prosentasenya
17.5 % dan tahun 2013 dengan prosentasenya 18.7%. Provinsi jawa tengah jumlah
kebiasaan merokok pada tahun 2013 prosentasenya 22.9% (Kementerian
Kesehatan, 2013:12).
2
Menurut Global Youth Tobacco Survey (GYTS) tahun 2014 proporsi umur
pertama kali mencoba merokok pada laki-laki usia 10-11 tahun 26.7%, usia 12-13
tahun 43.4%, usia 14-15 tahun 7.3%. Data tersebut menujukan sebagian besar
laki-laki pertama kali merokok pada usia 12-13 tahun. Pada perempuan proporsi
pertama kali mencoba merokok usia 10-11 tahun 18%, usia 12-13 tahun 4%, usia
14-15 tahun 21.5% (Word Health Organization, 2014).
Usia perokok di Indonesia kini semakin muda, bahkan telah menyentuh
usia anak-anak. Kondisi ini menyebabkan Indonesia disebut sebagai negara baby
smoker atau perokok anak. Jumlah perokok anak usia 10-15 tahun di Indonesia
pada tahun 2008 sampai tahun 2012 sebanyak 1.200.000 jiwa, usia anak kurang
dari 10 sebanyak 239.000 (Komisi Nasional Perlindungan Anak, 2012).
Jumlah perokok di Indonesia berdasarkan trend usia mulai merokok 10-15
tahun pada tahun 2007 prosentasenya 9,6%, 2010 sebesar 17,5%, dan 2013 naik
hingga 18%. Proporsi rata - rata jumlah batang rokok yang dikonsumsi oleh laki –
laki dengan 1 batang perhari prosentasenya 35,6%, konsumsi 2-5 batang perhari
prosentasenya 23,1%, konsumsi 6-10 batang perhari prosentasenya 5,9%.
Sedangkan proporsi rata-rata jumlah batang rokok yang dikonsumsi oleh
perempuan dengan 1 batang perhari prosentasenya 31,5%, konsumsi 2-5 batang
perhari prosentasenya 10,2% (Kementerian Kesehatan, 2013:8).
Orang tua berperan strategis membentuk perilaku anak baik di lingkungan
masyarakat dan di lingkungan sekolah karena orangtua merupakan teladan bagi
anak-anaknya. Orangtua berinteraksi dengan anak setiap harinya, sehingga
melahirkan karakter dan perilaku anak yang mirip dengan orangtuanya.
3
Berdasarkan penelitian Thaha dkk (2013) menunjukan 38, 4% orangtua yang
merokok merupakan agen imitasi atau tiruan yang dicontoh oleh anak. Risiko
merokok pada anak dengan orangtua perokok adalah 2,44 kali lebih besar dari
pada anak yang orangtuanya tidak merokok. Orangtua yang merokok merupakan
sumber penting dalam kerentanan inisiasi merokok di kalangan anak karena
memiliki reaksi yang negatif yang lebih kuat.
Kasus merokok pada usia anak sangat berdampak fatal karena usia anak
yang masih dalam proses pertumbuhan, selain akan berdampak pada kesehatan
juga akan berdampak pada masa depan anak tersebut. Kasus anak merokok di
Indonesia sudah pada tingkat yang sangat memprihatinkan. Usia anak merokok
bergeser hingga usia 7 tahun. Realitanya pergeseran usia yang signifikan dalam
profil perokok Indonesia dengan ledakan jumlah perokok usia anak (Mareni,
2014).
Berdasarkan Survey Ekonomi Nasional (Susenas) prevalensi perokok usia
10-15 tahun di kota Semarang tahun 2013 prosentasenya 22,1%, tahun 2014
24,5% dan trendnya meningkat hingga tahun 2015 mencapai angka 26,8% (Badan
Pusat Statistik kota Semarang, 2015).
Data Dinas Kesehatan kota Semarang di kota Semarang jumlah penderita
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) sebanyak 400 kasus dan Asma Bronkial
sebanyak 771 kasus. Data kasus PPOK dan Asma Bronkial yang di derita oleh
anak usia 10-15 tahun di kota Semarang sebanyak 30%. Penyakit Paru Obstruktif
Kronis (PPOK) dan Asma Bronkial tidak dapat dipandang ringan karena kasus
penyakit tersebut dapat berdampak kematian (Dinas Kesehatan Semarang, 2015).
4
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan hasilnya adalah perilaku
merokok banyak di lakukan pada anak usia 10-15 tahun di wilayah kota
Semarang, rata-rata anak dengan usia 10-15 tahun perilaku merokoknya sudah dua
tahun dengan jumlah konsumsi rokok 2-4 batang perhari, setelah melakukan
observasi hasilnya orang tua anak rata-rata menjadi perokok aktif. Beberapa anak
sudah terdiagnosa menderita bronchitis sebelum merokok, ada anak yang setelah
merokok penderita asma, serta ada anak yang belum merasakan gangguan
kesehatan akibat rokok.
Penelitian Astri Ayuk Kustanti (2014), hasil penelitiannya menunjukkan
kebiasaan merokok remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain pengaruh
keluarga, teman sebaya dan iklan. Hasil penelitian Thaha dkk (2013), menunjukan
bahwa perilaku merokok remaja sekolah menengah pertama dipengaruhi oleh
interaksi yang negatif dari keluarga, interaksi dari kelompok sebaya, terpengaruh
oleh iklan rokok dan sikap individu yang membuka dirinya untuk mencoba
merokok.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis ingin melakukan
penelitian dengan judul “Perilaku Merokok Anak usia 10-15 tahun dengan
Riwayat Orang Tua Perokok (Studi Kasus pada Anak Sekolah di Daerah Urban)”.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan hasilnya adalah perilaku
merokok banyak di lakukan pada anak usia 10-15 tahun di wilayah kota
Semarang, rata-rata anak dengan usia 10-15 tahun perilaku merokoknya sudah dua
tahun dengan jumlah konsumsi rokok 2-4 batang perhari, setelah melakukan
5
observasi hasilnya orang tua anak rata-rata menjadi perokok aktif. Beberapa anak
sudah terdiagnosa menderita bronchitis sebelum merokok, ada anak yang setelah
merokok menderita asma, serta ada anak yang belum merasakan gangguan
kesehatan akibat rokok.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan masalah penelitian
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut “Bagaimana perilaku merokok anak
usia 10-15 tahun dengan riwayat orangtua perokok (Studi Kasus pada Anak
Sekolah di Daerah Urban)?”
1.3. TUJUAN PENELITIAN
1.3.1. Tujan Umum
Untuk mengetahui perilaku merokok anak usia 10-15 tahun dengan
riwayat orang tua perokok di empat kecamatan wilayah Semarang.
1.3.2. Tujuan Khusus
Setelah tujuan umum, maka peneliti juga memiliki tujuan khusus dalam
penelitian ini, adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui gambaran pengetahuan anak usia 10-15 tahun mengenai
rokok.
2) Untuk mengetahui gambaran sikap anak usia 10-15 tahun terhadap rokok.
3) Untuk mengetahui gambaran praktik merokok anak usia 10-15 tahun.
4) Untuk mengetahui gambaran perilaku merokok orang tua.
5) Untuk mengetahui gambaran pengaruh perilaku merokok orang tua sebagai
model bagi perilaku merokok anak usia 10-15 tahun.
6
6) Untuk mengetahui gambaran gangguan kesehatan akibat merokok yang
dialami anak usia 10-15 tahun.
1.4. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1.4.1. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan, pengalaman, dan
ketrampilan dalam menulis karya ilmiah, serta menganalisis permasalahan dan
memecahkan masalah tentang perilaku merokok anak usia 10-15 tahun dengan
riwayat orang tua perokok.
1.4.2. Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep atau
teori dalam perkembangan ilmu kesehatan masyarakat khususnya promosi
kesehatan dan ilmu perilaku. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi
masukan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
1.4.3. Bagi Masyarakat
Manfaat penelitian ini bagi masyarakat adalah :
1) Dapat memberikan sumbangan informasi bagi orang tua mengenai
perilaku merokok anaknya.
2) Memberikan sumbangan informasi kepada anak laki-laki yang merokok
maupun yang tidak merokok untuk dapat mengetahui bahaya merokok
sehingga dapat mendorong anak untuk berhenti merokok.
7
1.5. KEASLIAN PENELITIAN
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian No Judul Penelitian Nama Peneliti Tahun dan
Tempat
Penelitian
Rancangan
Penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Hubungan
antara Pengaruh
Keluarga,
Pengaruh Teman
dan Pengaruh
Iklan terhadap
Perilaku
Merokok pada
Remaja di SMP
N 1 Slogohimo,
Wonogiri
Astri Ayuk
Kustanti
2014
SMP N 1
Slogohimo,
Wonogiri
Cross
sectional
Variabel Terikat:
Tingkat
Pengaruh
Keluarga,
Pengaruh
Teman,
Pengaruh Iklan
Variabel Bebas:
Perilaku
Merokok
Ada
hubungan
pengaruh
keluarga
dengan
perilaku
merokok
remaja SMP
N 1
Slogohimo,
Wonogiri (p
= 0,003)
Ada
hubungan
pengaruh
teman
dengan
perilaku
merokok (p=
0,013)
Ada
hubungan
signifikan
pengaruh
iklan
dengan
perilaku
maroon
(p=0,024).
2 Perilaku
Merokok
Remaja Sekolah
Menengah
Pertama
Muhammad
Rachmat
2013, Kota
Makasar
Cross
sectional
Variabel Terikat:
Perilaku
Merokok
Variabel Bebas:
Tingkat
Pengetahuan,
Ada
hubungan
antar
interaksi
negatif
dengan
8
Interaksi
Kelompok
Sebaya,
Interaksi
Keluarga, Iklan
Rokok, dan
Sikap
keluarga
(p=0,010)
Ada
hubungan
antar
interaksi
kelompok
sebaya
(p=0,000)
Ada
hubungan
antara
perilaku
merokok
dengan iklan
rokok (0,000)
Ada
hubungan
antara
perilaku
merokok
dengan sikap
(p=0,001).
3
Faktor-Faktor
yang
Berpengaruh
terhadap Praktik
Merokok pada
Remaja Sekolah
Menengah
Pertama di
Kabupaten
Kudus
Farid Noor
2004, SMPN
V, SMPN IV,
SMP Hasyim
Ashari dan
MTS
Qudyiyah
Kudus
Cross
Sectional
Variabel Terikat
: Pengetahuan
dan Sikap
Varibael Bebas :
Pendidikan
Orangtua,
Pekerjaan
Orangtua,
Kebiasaan
Orangtua, Uang
saku, Keaktifan
Tidak ada
hubungan
antara
kebiasaan
orangtua,
uang saku,
keaktifan
(p<0,05)
Ada
hubungan
antara
pengetahuan
dan sikap
terhadap
praktik
merokok
remaja SMP
di Kabupaten
Kudus
(p<0,007)
9
Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-
penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, perbedaan tersebut
terletak pada objek penelitian, waktu, dan tempat penelitian.
2. Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana perilaku merokok anak usia 10-15
tahun dengan riwayat orang tua perokok dengan menggunakan desain
penelitian kualitatif dengan wawancara mendalam.
3. Penelitian ini menggunakan teori perilaku modeling.
1.6. RUANG LINGKUP PENELITIAN
1.6.1. Ruang Lingkup Tempat
Lokasi penelitian ini di laksanakan di daerah urban.
1.6.2. Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2016.
1.6.3. Ruang Lingkup Materi
Penelitian ini merupakan bagian ilmu kesehatan masyarakat khususnya
terkonsentrasi pada promosi kesehatan dan ilmu perilaku untuk mengetahui
perilaku merokok anak usia 10-15 tahun dengan riwayat orang tua perokok (studi
kasus pada anak sekolah di dsersh urban).
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LANDASAN TEORI
2.1.1. Pengertian Rokok
Merokok adalah membakar tembakau lalu dihisap asapnya baik langsung
menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Rokok merupakan suatu yang
tidak asing lagi bagi masyarakat. Merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat
umum dan meluas di masyarakat tetapi kebiasaan merokok sulit dihilangkan.
Alasan utama seseorang merokok adalah cara untuk bisa diterima secara sosial,
sebagai bukti kejantanan seorang laki-laki, melihat orang tuanya merokok,
menghilangkan rasa jenuh, ketagihan dan untuk menghilangkan rasa stress
(Aditama, 2006:27).
Menurut Peraturan Pemerintah No 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan
Bahan yang Mengandung Zat Aditif berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan,
rokok salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap
dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk
lainnya yang dihasilkan ari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica, dan
spesies lainnya yang asapny mengandung nikotin atau tar, dengan atau tanpa
bahan tambahan.
2.1.2. Kandungan Rokok
Rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia, diantaranya nikotin,
tar, karbon monoksida, dan hydrogen sianida. Nikotin dijumpai secara alami di
dalam batang dan daun tembakau yang mengandung nikotin paling tinggi
11
sebanyak 5% dari berat tembakau. Nikotin merupakan racun saraf manjur yang
digunakan sebagai racun serangga. Pada suhu rendah, bahan ini bertindak sebagai
perangsang yang merupakan salah satu sebab utama mengapa rokok digemari
(Sukendro, 2007:23).
Selain nikotin, di dalam rokok juga terdapat tar yang merupakan kumpulan
dari ribuan bahan kimia dan zat tersebut bersifat karsinogenik. Pada saat rokok
dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat, zat itu kemudian
membentuk endapan berwarna cokelat pada permukaan gigi, saluran pernafasan,
dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 30-40 mg per batang rokok,
sementara kadar tar dalam batang rokok berkisar 24-45 mg (Rif’an, 2010:21).
Ada juga jenis asap jahat yang dikeluarkan oleh rokok, yaitu karbon
monokisda (CO). CO memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan
hemoglobin dalam sel-sel darah merah, padahal yang seharusnya sel-sel
hemoglobin berikatan dengan oksigen yang sangat dibutuhkan untuk pernafasan,
karena gas CO berikatan lebih kuat dengan sel-sel hemoglobin dari pada oksigen,
maka gas CO ini berubah menjadi karbonmonoksida hemoglobin (COHb).
Konsentrasi gas CO yang tinggi di dalam asap rokok menyebabkan peningkatan
kadar COHb dalam darah orang yang merokok. Keadaan ini sangat
membahayakan kesehatan orang yang merokok (Rif’an, 2010:22-23).
2.1.3. Dampak Rokok Bagi Kesehatan
Rokok dapat menimbulkan penyakit diantaranya ketergantungan yang sulit
di akhiri oleh seorang perokok, zat-zat yang dihasilkan oleh asap rokok juga dapat
menyebabkan adanya penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah, kanker
12
paru-paru, emfisema yang merupakan penyakit yang secara bertahap akan
membuat paru-paru kehilangan elastisitasnya, penyakit osteoporosis karena zat
nikotin yang terkandung di dalam rokok akan mempercepat penyerapan tulang,
perokok cenderung memiliki IQ yang rendah, rokok juga dapat merontokkan
rambut, perokok mempunyai risiko 40% lebih tinggi terkena katarak maupun
kebutaan, asap rokok membakar protein dan merusak vitamin A yang dapat
menjadikan kulit keriput, rokok menyebabkan plaque (plak) pada pembuluh darah
sehingga mengganggu aliran oksigen dalam darah yang menuju ke telinga dalam
(Tandra, 2003:5).
Zat-zat aktif kimia beracun dalam asap rokok menimbulkan plak yang aktif
berkontribusi merusak gigi, merokok menurunkan pertahan tubuh terhadap bakteri
penyebab tukak lambung sekaligus merusak kemampuan lambung menetralisir
asam sehabis makan, kanker rahim dan keguguran, berbagai racun rokok dapat
merusak DNA dan mengubah bentuk sperma yang kemudian menyebabkan
mengurangi kesuburan pria serta mengurangi aliran darah ke penis yang dapat
menyebabkan impotensi, merokok juga dapat menyebabkan penyakit burger yaitu
suatu peradangan pembuluh nadi dan pembuluh balik, serta saraf pada kaki dan
secara keseluruhan mengurangi aliran darah (Rif’an, 2010:28).
2.1.4. Peraturan Tentang Rokok
Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2003 tentang pengamanan rokok
yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 10 maret 2003, pada bagian keenam
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Pasal 22 disebutkan bahwa tempat umum, sarana
kesehatan, tempat kerja, dan tempat yang secara spesifik sebagai tempat proses
13
belajar mengajar, arena bermain anak, tempat ibadah, dan angkutan umum
dinyatakan sebagai kawasan tanpa rokok. Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun
2003 juga disinggung tentang pengamanan rokok bagi kesehatan menyebutkan,
label rokok adalah setiap keterangan mengenai rokok yang berbentuk gambar,
tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada rokok,
dimasukkan ke dalam, ditempatkan pada, atau merupakan bagian kemasan rokok.
Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2003 tersebut telah diperbaharui dengan
ditetapkannya Peraturan Pemerintah RI No. 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan
Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Tembakau Bagi Kesehatan, pada
pasal 49 menyatakan dengan tegas bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah
wajib mewujudkan KTR.
Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2003 pada bagian kelima tentang
iklan dan promosi, pasal 16 menyebutkan bahwa iklan dan promosi rokok hanya
dapat dilakukan oleh setiap orang yang memproduksi rokok dan atau yang
memasukkan rokok ke dalam wilayah Indonesia, dapat dilakukan di media
elektronik, media cetak atau media luar ruang. Iklan pada media masa elektronik
hanya dapat dilakukan pada pukul 21.30 sampai dengan pukul 05.00 waktu
setempat, namun hingga kini pertelevisian kita sering sekali iklan-iklan rokok
hampir tanpa jeda di jam-jam primetime.
Peraturan mengenai rokok hanya sebatas peraturan tanpa makna, karena
praktik dilapangan masih menunjukkan ketidaktegasan dalam melaksanakan
peraturan tersebut. Sebenarnya ada dua pilihan yang bisa di ambil oleh pemerintah
yaitu, memprioritaskan pendapatan dari cukai rokok namun dengan membiarkan
14
masyarakat terpuruk dengan bahaya asap rokok atau dengan pemerintah memilih
untuk melindungi rakyat dari rokok meski kehilangan pendapatan, namun
sayangnya pemerintah Indonesia lebih memilih yang pertama (Rif’an, 2010:43).
2.1.5. Perilaku Merokok
Perilaku merokok adalah menghisap asap tembakau yang telah menjadi
cerutu kemudian disulut api. Ada dua tipe perokok, yaitu perokok aktif yang
menghisap rokok secara langsung, dan perokok pasif yang menghisap rokok
secara tidak langsung. Perilaku merokok merupakan aktifitas manusia yang
berhubungan dengan perilaku merokoknya yang di ukur melalui intensitas
merokok, tempat merokok, waktu merokok, dan fungsi merokok dalam
kehidupan sehari-hari (Rif’an, 2010:32).
Menurut Silvan Tomkins (dalam Sarafino, 2002:25), ada empat tipe
perilaku merokok yaitu :
1) Perilaku merokok dipengaruhi Perasaan Positif adalah orang yang merokok
untuk memperoleh perasaan yang positif dimana dengan merokok individu
:merasakan adanya penambahan perasaan yang bersifat positif, misalnya
untuk mendapatkan rasa nyaman dan untuk membentuk image yang
diinginkan.
2) Perilaku merokok dipengaruhi perasaan negatif adalah orang yang
menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan yang kurang menyenangkan,
misalnya keadaan cemas dan marah.
3) Perilaku merokok aditif adalah individu yang sudah ketagihan pada
rokok akan cenderung menambah dosis rokok yang akan digunakan
15
berikutnya karena efek rokok sebelumnya telah mulai berkurang sesaat
setelah rokoknya habis dihisap, maka seseorang perokok akan
mempersiapkan hisapan rokok berikutnya.
4) Perilaku merokok sudah menjadi kebiasaan, dalam hal ini perilaku
merokok sudah menjadi kebiasaan dalam individu, merokok bukan lagi untuk
mengendalikan perasaannya secara langsung, melainkan karena sudah
terbiasa merokok.
2.1.6. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Anak
Kobus (2003:5), menyatakan bahwa perilaku merokok merupakan fungsi
dari lingkungan dan individu. Artinya perilaku merokok selain disebabkan faktor
dalam diri seperti perilaku memberontak dan suka mengambil risiko, terdapat juga
faktor lingkungan seperti orang tua yang merokok dan teman sebaya yang
merokok sehingga anak meniru perilaku orang lain yang menjadi salah satu
determinan dalam memulai perilaku merokok. Faktor penyebab anak merokok
adalah :
2.1.6.1. Pengaruh Orang Tua
Anak-anak memperhatikan orang tua yang dijadikan figur sehingga mudah
untuk meniru perilaku orang tuanya. Anak yang berasal dari keluarga konservatif
yang menekankan nilai-nilai sosial dan agama dengan baik dengan tujuan jangka
panjang lebih sulit untuk terlibat dengan rokok maupun obat-obatan dibandingkan
dengan keluarga yang permisif dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila
orang tuanya sendiri merokok, maka anak-anaknya akan memiliki kemungkinan
besar untuk mencontoh dan menjadi perokok.
16
2.1.6.2. Pengaruh Teman Sebaya
Lingkungan pergaulan anak menentukan perilaku anak, maka teman sebaya
dapat mempengaruhi perilaku anak. Fakta tersebut menunjukkan dua
kemungkinan yang terjadi, pertama anak terpengaruh oleh teman-temannya atau
bahkan teman-temannya tersebut dipengaruhi oleh diri anak tersebut yang
akhirnya mereka menjadi perokok.
2.1.6.3. Faktor Kepribadian
Seseorang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu dan ingin
membebaskan diri dari kebosanan. Salah satu sifat kepribadian yang bersifat
prediktif pada konsumen rokok ialah komformitas sosial. Orang yang memiliki
skor tinggi pada berbagai tes komformitas sosial lebih mudah menjadi perokok
dibandingkan mereka yang memiliki skor yang rendah.
2.1.6.4. Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media masa dan elektronik yang menampilkan gambaran
bahwa perkokok adalah lambing kejantanan yang membuat anak seringkali
terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada pada iklan tersebut.
2.1.7. Tahapan dalam Perilaku Merokok
Menurut Laventhal dan Clearly dalam Komasari dan Helmi (2000:39),
mengungkapkan ada 4 tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok,
yaitu
1) Tahap persiapan (preparatory) adalah ketika seseorang mendapatkan
gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar,
melihat, atau hasil baca sehingga dapat menimbulkan minat untuk merokok.
17
2) Tahap permulaan (initiation) merupakan tahap perintisan yaitu tahap apakah
seseorang akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokoknya.
3) Tahap menjadi seorang perokok (becoming a smoke) adalah ketika seseorang
telah menghisap rokok sebanyak empat batang perhari.
4) Tahap mempertahankan perilaku merokok (maintenance of smoking)
merupakan tahap dimana merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara
pengaturan diri (self regulation). Ini merupakan tahap ketika merokok
dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan.
2.1.8. Pengertian Orang Tua
Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan
merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk
sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggungjawab untuk mendidik, mengasuh
dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang
menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Kata orang tua
merupakan kalimat majemuk, yang secara leksikal berarti “Ayah Ibu kandung :
orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli, dan sebagainya), orang yang di
hormati (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:629).
Orang tua merupakan pusat pendidikan pertama dan utama bagi anak, maka
anak memperoleh pengetahuan pertama dari oang tuanya. Orang tua berperan
aktif dalam membentuk perilaku, sikap dan berbagai kebiasaan yang ditanamkan
kepada anak sejak dalam lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga yang baik
sangat penting sekali diciptakan untuk mendukung terciptanya keluarga sejahtera
(Shochib, 2010:3).
18
2.1.9. Fungsi Orang Tua dalam Keluarga
Orang tua di dalam keluarga terdapat hubungan timbal balik dengan anak,
yang mana kewajiban orang tua menjadi hak bagi anak-anaknya dan begitu juga
sebaliknya. Dalam Latif (2009:19-22), fungsi orang tua dalam keluarga, yaitu :
2.1.9.1. Fungsi Pengaturan Seksual
Orang atau Keluarga adalah lembaga pokok yang merupakan wahana bagi
masyarakat untuk mengatur dan mengorganisasikan keinginan seksual, kehidupan
sosial yang teratur dan terlindungi nyata-nyata menjadi pilihan hidup manusia.
Dorongan-dorongan seksual yang perlu mendapatkan penyaluran diupayakan
untuk difasilitasi antara individu yang memiliki kecenderungan dan komitmen
untuk saling memenuhi kebutuhan satu sama lain, penyaluran yang terorganisir
yang relatif bisa dikomunikasikan dan mendapatkan pengakuan dari individu lain
adalah dengan cara membentuk keluarga.
2.1.9.2. Fungsi Reproduksi
Salah satu akibat dari hubungan seksual adalah mendapatkan keturunan.
Dengan demikian, dalam keluarga terdapat fungsi reproduksi. Fungsi reproduksi
ini luga bisa dikatakan sebagai fungsi regenerasi dimana pasangan dalam keluarga
berkeinginan untuk melanjutkan generasi yang tumbuh dengan hak-hak dan
kewajiban keluarga yang bersangkutan. Terdapat cara lain dimana masyarakat
yang menetapkan seperangkat norma untuk memperoleh anak selain sebagai
bagian dari keluarga.
2.1.9.3. Fungsi Sosialiasi
Seorang anak memerlukan proses sosialisasi dari orang-orang terdekatnya,
bahkan keluarga juga menjadi tempat sosialisasi bagi orang-orang dewasa, dimana
19
satu sama lain bisa memberi dan menerima seperangkat pola berperilaku yang
diinginkan satu sama lain. Sosialisasi ini menjadi penting ketika anak sudah cukup
umur untuk memasuki kelompok lain diluar keluarga, pondasi dasar
kepribadiannya sudah ditanamkan secara kuat, salah satu dari sekian banyak cara
keluarga untuk mensosialisasikan anak adalah melalui pemberian model bagi
anak.
2.1.9.4. Fungsi Afeksi
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan kasih sayang
atau rasa dicintai, dengan demikian ketiadaan afeksi akan mempengaruhi
kemampuan seorang bayi untuk bertahan hidup, sehingga logis ketika mengatakan
bahwa kebutuhan akan persahabatan dan keintiman, tanggapan manusiawi yang
penuh kasih sayang penting adanya bagi manusia, barangkali cinta adalah salah
satu kebutuhan sosial kita yang paling penting, jauh lebih penting misalnya seks,
banyak orang yang tidak menikah namun bisa bahagia, sehat, dan hidup berguna,
tetapi orang yang tidak pernah dicintai jarang bahagia dan tidak berguna.
2.1.9.5. Fungsi Penentuan Status
Dalam memasuki sebuah keluarga, seseorang mewarisi suatu rangkaian
status, seseorang diserahi beberapa status dalam keluarga berdasarkan umur, jenis
kelamin, urutan kelahiran, dan lain-lain. Dalam masyarakat yang berdasarkan
system kelas, status kelas keluarga seorang anak sangat menentukan peluang dan
hadiah yang terbuka untuk itu dan harapan yang dapat digunakan orang lain untuk
mendorong atau merintangi. Namun demikian, status kelas dapat diubah melalui
beberapa cara seperti karena faktor keberuntungan dan usaha pribadi yang dalam
20
sosiologi biasanya dibahas dalam konteks mobilitas sosial. Pada dasarnya, setiap
anak mulai dengan status kelas keluarganya, dan ini sangat mempengaruhi
prestasi dan imbalan yang akan diterimanya.
2.1.9.6. Fungsi Perlindungan
Orang tua atau keluarga memberikan perlindungan fisik, ekonomis, dan
psikologis bagi seluruh anggotanya di lingkungan masyarakat. Keluarga akan
memberikan peluang-peluang bahkan menghindarkan rintangan yang akan
mengganggu sebagian anggota keluarganya untuk mendapatkan hak perlindungan
fisik, ekonomis dan psikologis. Biasanya anggota keluarga akan saling merasakan
kebahagiaan atau penderitaan anggota-anggotanya satu sama lain, kebahagiaan
salah seorang anggota keluarga akan menimbulkan rasa puas terhadap anggota
keluarga yang lain. Demikian pula, aib atau rasa malu yang ditimbulkan oleh
salah seorang anggota keluarga biasanya akan menimbulkan rasa kecewa dan
hinanya anggota keluarga yang lainnya.
2.1.9.7. Fungsi Ekonomis
Keluarga merupakan unit ekonomi yang akan memberikan kebutuhan-
kebutuhan ekonomi seluruh anggota keluarganya, para anggota keluarga bekerja
sama sebagai team untuk menghasilkan sesuatu yang secara ekonomis berguna
untuk kelangsungan hidup untuk seluruh anggota keluarganya. Fungsi ekonomis
orang tua terhadap anak sangat mempengarui kebiasaan anak dalam membeli
barang, makanan maupun jenis konsumtif lainnya.
21
2.1.10. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan
yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik
disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling
berinteraksi. Oleh sebaba itu perilaku manusia mempunyai bentangan yang sangat
luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, bahkan kegiatan internal
seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia (Wawan
dan Dewi, 2010:15).
Perilaku merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti
pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan lain
sebagainya. Secara garis besar perilaku manusia ditentukan dari tiga aspek yaitu
fisik, psikis serta sosial faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit
untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor, baik
internal mapun eksternal seperti lingkungan (Hikmawati, 2011:101).
Menurut skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2012:131) perilaku adalah
semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun
yang tidak dapat diamati. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya
stimulus terhadap organisme yang kemudian organisme tersebut merespons, maka
teori Skinner ini disebut Stimulus-Organismes-Respon (S-O-R).
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka perilaku dibedakan
menjadi dua (Hikmawati, 2011:101) :
1) Perilaku tertutup (covert behavior), respon seseorang terhadap stimulus dalam
bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus
inimasih terbatas pada tahp pengetahuan, sikap dan persepsi.
22
2) Perilaku terbuka (overt behavior), respon seseorang terhadap stimulus dalam
bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon ini sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh
orang lain.
2.1.11. Domain Perilaku
Menurut Benyamin Bloon (1908) dalam Notoatmodjo (2007:121), perilaku
terbagi atas tiga domain atau ranah yaitu ranah kognitif (kognitif domain), ranah
afektif (affectife domain), dan ranah psikomotor (psicomotor domain). Dalam
perkembangan selanjutnya untuk pengukuran hasil, ketiga domain tersebut diukur
dari :
2.1.11.1. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan
seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan
tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
2.1.11.1. Sikap (attitude)
Sikap (attitude) merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) dalam Hikmawati
(2011:104) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :
1) Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek.
2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3) Kecenderungan untuk bertindak.
23
2.1.11.2. Praktik atau tindakan (practice)
Praktik atau tindakan (practice) merupakan suatu sikap belum otomatis
terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap
menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu
kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor pendukung
(support).
2.1.12. Prosedur Pembentukan Perilaku
Sebagian besar perilaku manusia adalah operant respons, maka perlu
diciptakan adanya kondisi tertentu yang disbeut operant conditioning. Prosedur
pembentukan perilaku dalam operant conditioning menurut Skinner dalam
Wawan dan Dewi (2010:17), adalah sebagai berikut :
1) Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau
reinforcing berupa hadiah atau rewards pada perilaku yang akan dibentuk.
2) Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil
yang membentuk perilaku yang dikehendaki, kemudian komponen-komponen
tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya
perilaku.
3) Menggunakan komponen-komponen sebagai tujuan sementara,
mengidentifikasi reinforcing.
4) Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan
komponen-komponen yang telah tersusun.
24
2.1.13. Bentuk Perilaku
Menurut Wawan dan Dewi (2010:19), secara lebih operasional perilaku
dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan
(stimulus) dari luar subjek tersebut. Bentuk perilaku ada dua macam, yaitu :
1) Bentuk Perilaku Pasif merupakan respons internal yang terjadi di dalam diri
manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya
berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan.
2) Bentuk Perilaku Aktif merupakan perilaku yang jelas dan dapat diobservasi
secara langsung. Maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap
merupakan respons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih
bersifat terselubung dan disebut covert behaviour.
2.1.14. Pengukuran Perilaku
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung dengan wawancara
terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan bebarapa jam, hari atau bulan
yang lalu (recall). Pengkuran juga dapat dilakukan secara langsung, yaitu dengan
mengobservasi tindakan atau kegiatan responden. Menurut penelitian Rogers
(1974) yang di kutip dari Notoatmodjo (2003:121-122), mengungkapkan bahwa
sebelum orang mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi
proses berurutan yaitu :
1) Kesadaran (awareness), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (Objek).
2) Tertarik (interest), dimana orang mulai tertarik pada stimulus.
25
3) Evaluasi (evaluation), menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya.
4) Mencoba (trial), dimana orang sudah mulai mencoba perilaku baru.
5) Menerima (adoption), dimana subjek telah berperilaku sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
2.1.15. Pengertian Anak
Sejak dilahirkan anak mendapatkan perhatian dari orang-orang di
sekelilingnya terutama terhadap perkembangannya. Segala macam perhatian
terhadap seorang anak bertujuan untuk mempengaruhi dan melindungi anak
menuju kearah kesejahteraan yang diharapkan. Hal ini dilakukan agar seorang
anak dapat tumbuh menjadi manusia yang baik tidak tergantung dan menimbulkan
masalah pada orang lain, dan bahkan pada keluarga serta masyarakatnya seperti
yang diungkapkan oleh John Locke dalam Singgih (2000:15-16).
Pada usia anak-anak hingga menuju remaja, manusia mengalami
perkembangan kognitif yang begitu penting. Menurut Piaget dalam Suparno
(2001:24) perkembangan kognitif anak melalui empat tahap yaitu :
1) Tahap sensorimotor, berlangsung pada usia 0-2 tahun.
2) Tahap praoperasional, yaitu umur 2-7 tahun.
3) Tahap operasional konkret, yaitu usia 7-11 tahun.
4) Tahap operasional formal yang berlangsung dari usia 11 tahun keatas.
Pada usia 6-15 tahun di sebut masa anak-anak yang dimana seorang anak
tidak lagi bersifat reaktif, tetapi juga anak mulai aktif mencapai kegiatan, serta
mencari pedoman hidup, untuk bekal kehidupannya mendatang. Pada usia ini
26
anak melakukan kegiatan atau aktifitas dengan penuh semangat menyala tetapi ia
sendiri belum memahami akan hakikat dari sesuatu yang akan dicapainya. Anak
harus tumbuh dan berkembang baik secara rohani maupun sosialnya, untuk itu
perhatian pada anak sangat penting (Ahmadi dan Sholeh, 2005:34).
Anak memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus terpenuhi guna
kelangsungan hidupnya, yaitu kebutuhan yang berpengaruh terhadap
keberlangsungan hidup anak. Kebutuhan pokok anak meliputi makanan, pakaian,
tempat tinggal, pendidikan, kesehatan, perhatian dan kasih sayang. Terpenuhinya
kebutuhan pokok anak secara baik dapat memperlancar pertumbungan dan
perkembangan anak. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan banyak
permasalahan yang dihadapi anak, baik yang datang dari dalam diri maupun
pengaruh yang datang dari luar seperti modernisasi, lingkungan keluarga dan
lingkungan pergaulan (Desmita, 2006:16).
Anak mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam mengisi cita-cita
bangsa dan negara ini. Kesehatan anak sangat penting dalam mewujudkan cita-
cita sebagai penerus bangsa, pewaris dan tanggungjawab di masa mendatang.
Pemenuhan kebutuhan pokok anak yang bersifat jasmani (fisik) seperti gizi dan
pemeliharaan kesehatan. Apabila kesehatan anak penerus bangsa terganggu akibat
perilakunya, maka harapan untuk meneruskan cita-cita bangsa akan terhambat
(Aminulah, 2010:147).
27
2.1.16. Karakteristik Anak
Karakteristik anak memiliki perilaku yang khas dan hanya ditemukan pada
periode usia tertentu. Karakteristik perilaku tersbut meliputi pembentukan
kelompok teman sebaya, perilaku jujur atau berbohong, perilaku curang,
ketakutan dan stres. Selain perilaku-perilaku diatas, perkembangan perilaku anak
juga meliputi pola koping serta adanya aktivitas pengalih (Potter dan Perry,
2005:38).
Hurluck (1980) dalam Delaune dan Ladner (2002) mendefinisikan
karakteristik anak pada masa berkelompok dimana perhatian anak tertuju pada
keinginan agar diterima di kelompoknya. Pada tahap ini, anak akan mengalami
proses penyesuaian diri dengan standar yang ditetapkan oleh kelompoknya.
2.1.17. Perkembangan Anak
2.1.17.1. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif anak menurut Pieget dalam (Potter dan Perry,
2005:42) berada pada tahap konkret operasional. Kemampuan anak dalam
penalaran berubah dari penalaran secara naluriah menjadi lebih logis dan rasional.
anak pada usia sekolah sudah mulai mengembangkan konsep waktu, dapat
mengurutkan, mengkategorikan, serta mengklasifikasikan objek-objek seperti
koin atau batu berdasarkan bentuk atau ukuran.
2.1.17.1.1. Perkembangan Moral
Menurut Pieget (1932) dalam Papalia dan Fieldman (2008:30) menyatakan
bahwa perkembangan moral pada anak berkaitan dengan perkembangan kognitif
anak. Perkembangan moral pada anak dibagi menjadi dua tahap yaitu morality of
28
constraint dan morality of cooperation. Tahap pertama perkembangan moral pada
anak mulai usia 7 tahun yaitu morality of constraint dimana pada usia ini anak
masih berfikir kaku mengenai konsep moral dan masih sangat egosentris, serta
membuat penilaian berdasarkan akibat yang dia lihat. Sedangkan, pada tahap
morality of cooperation terjadi pada anak usia lebih dari 7 tahun. Perkembangan
moral anak pada tahp ini dikarakteristikan menjadi lebih fleksibel dan anak telah
dapat memandang suatu hal dari beberapa sudut pandang.
2.1.17.1.2. Perkembangan Emosional dan Psikologis
Menurut Santrock (1998) dalam O’Hagan (2006:26) menyatakan bahwa
perkembangan anak dipengaruhi oleh orangtua, teman sebaya, dan lingkungan
sekolah. Perkembangan emosional dan psikologis anak juga dipengaruhi oleh tiga
hal tersebut. Kondisi-kondisi seperti perubahan kehidupan sekolah dan aktivitas
teman sebaya dapat mempercepat atau bahkan menghambat perkembangan emosi
dan psikologis anak.
2.1.17.1.3. Perkembangan Psikososial
Pengembangan konsep diri pada anak menjadinlebih kuat dibandingkan
pada tahap prasekolah. Konsep diri anak tumbuh dari persepsi anak tentang
bagaimana anak mempengaruhi orang yang dianggap berharga dan mempengaruhi
lingkungan di sektitarnya. Konsep diri terdiri dari citra diri, seksualitas, dan harga
diri (O’Hagan, 2006:28).
2.1.17.1.4. Perkembangan Sosial
Perkembangan kemampuan sosialisasi anak usia sekolah dipengaruhi oleh
tiga hal yaitu orang tua atau keluarga, lingkungan sekolah, dan teman sebaya.
29
Pada anak usia sekolah, anak mulai berinteraksi dengan lingkungan luar selain
dalam keluarga. Anak mulai bergabung dengan teman seusianya. Interaksi dengan
teman sebaya dapat menjadi sarana bagi anak untuk belajar budaya-budaya yang
khas selama masa kanak-kanak seperti dominasi dan permusuhan (O’hagan,
2006:29).
2.1.18. Pengaruh Orang Tua terhadap Anak
Orang tua atau keluarga merupakan kelompok pertama yang dimiliki oleh
anak. Pada periode awal kehidupan yaitu masa bayi hingga prasekolah, orang tua
memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan anak. Orang tua
berpengaruh terhadap proses pembentukan kepribadian anak, standar perilaku,
dan dalam pembentukan sistem nilai. Pada saat terjadi konflik nilai pada anak,
maka anak akan menggunakan dan menginternalisasi nilai-nilai yang dipelajari
dalam keluarga untuk mengatasi konflik tersebut (O’hagan, 2006:32).
Orang tua memiliki peranan penting dalam pembentukan kemandirian,
kepribadian dan standar perilaku anak usia sekolah. Pada masa sekolah atau masa
kanak-kanak pertengahan ini, kontrol orang tua sangat diperlukan karena anak
belum sepenuhnya dapat mengatasi masalah diluar diri sendiri (Wong, 2002:17).
2.1.19. Pengertian Theory Modeling
Theory modeling ini diperkenalkan oleh Albert Bandura yang mengatakan
bahwa perilaku manusia tidak hanya dikuasai oleh kekuatan internal dalam diri
seseorang, melainkan sebagai hasil interaksi yang kontinyu dari lingkungan.
Perilaku merupakan pengembangan yang komprehenif antara faktor-faktor
30
internal dan eksternal. Individu tidak hanya sebagai reaktor atau pengolah reaksi-
reaksi internal saja, namun juga memiliki kemampuan untuk mengamati,
mempergunakan simbol-simbol dan kemampuan mengatur diri (self regulated)
dalam berperilaku (Boree, 2006:3).
Dalam Boeree (2006:4), Bandura (1986), inti dari teori modeling ini adalah
pertama seseorang akan melakukan pengamatan akan sikap, perilaku dan hasil
dari perilakuorang lain yang kemudian akan di tiru (imitasi) sehingga orang
tersebut akan dijadikan role model bagi dirinya. Ada dua jenis peniruan perilaku
melalui pengamatan. Pertama, peniruan perilaku melalui pengamatan dapat terjadi
melalui kondisi yang dialami orang lain. Kedua, peniruan perilaku melalui
pengamatan perilaku model meskipun perilaku model itu tidak mendapatkan
manfaat positif. Modeling atas suatu perilaku disamping dipengaruhi oleh
penguatan langsung, juga bisa dipengaruhi oleh efek-efek dari perilaku yang
diamati dan dicontoh.
2.1.20. Tahapan Theory Modeling
Menurut Maarof (2003:17), Bandura (1986) menekankan bahwa manusia
belajar dengan cara memperhatikan perilaku orang lain, pembelajaran
memperhatikan perilaku orang lain itu yang dinamakan sebagai pemodelan.
Manusia atau anak-anak sering memperhatikan berbagai perilaku dari orang lain
(model) yang signifikan seperti pola percakapan, gaya pakaian, perilaku negatif
dan agresif. Perilaku anak sepatutnya sama dengan perilaku ibu dan bapaknya, ini
menunjukan bahwa amat mudah bagi anak-anak meniru sesuatu perlakuan tanpa
31
mengetahui apakah perilaku tersebut memunculkan hal positif atau hal yang
negatif.
Menurut Bandura dalam Boeree (2006:5), ada beberapa tahapan dalam
theory modeling yaitu :
2.1.20.1. Perhatian (Attention)
Lingkungan sekitar banyak sekali model yang bisa diamati, semua objek
tersebut saling bersaing merebut perhatian. Jika model tersebut menarik, maka
manusia akan lebih memperhatikannya dibanding model yang lain. Umumnya
pada anak-anak, memperhatikan model yang mendatangkan rasa nyaman atau
menyenangkan. Model bergerak lebih mudah untuk diperhatikan oleh anak seperti
memperhatikan perilaku manusia di sekitarnya yang mudah menarik perhatian.
2.1.20.2. Mengingat (retention)
Pada proses retention ini sebenarnya kompleks, karena model yang sudah
berhasil menarik perhatian akan dikode (indexing). Semakin kuat model tersebut
menarik perhatian, maka model tersebut akan mendapatkan kode spesial.
2.1.20.2.1. Produksi Perilaku (reproduction)
Proses setelah atensi dan retensi adalah memproduksi perilaku, jika seorang
individu sudah memahami perilaku model, selanjutnya hal itu diartikan sebagai
stimulus, maka individu akan siap membuat reaksinya atau memproduksi perilaku
dari model.
32
2.1.20.2.2. Motivasi individu meniru perilaku model (motivation)
Selanjutnya, produksi perilaku akan diperkuat dengan motivasi. Pada tahap
ini, terjadi motivasi atau dorongan yang kuat untuk melakukan suatu perilaku
sehingga merasa puas sebagai pengukuhan diri.
2.1. Kerangka Teori Penelitian
Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan, maka disusun kerangka
teori sebagai berikut :
Gambar 2.1. : Kerangka Teori
Sumber : Boeree (2006); Fieldman (2008); Notoatmodjo (2003); Notoatmodjo
(2007); O’hagan (2006); Potter dan Perry (2005); Rif’an (2010); Tandra (2003);
Wawan dan Dewi (2010).
Domain Perilaku :
1) Pengetahuan
(knowledge)
2) Sikap (attitude)
3) Praktik atau tindakan
(practice)
Karakteristik Anak :
- Masa anak mencari
identitas diri
- Masa anak sebagai
peralihan pada masa
remaja
Prosedur Pembentukan
Perilaku :
1. Identifikasi
2. Analisis
3. Melakukan perilaku
Bentuk Perilaku :
1. Bentuk perilaku pasif
2. Bentuk perilaku aktif
Perkembangan anak :
1. Perkembangan kognitif
2. Perkembangan moral
3. Perkembangan emosional dan psikis
4. Perkembangan psikososial
5. Perkembangan sosial
Pengaruh Perilaku Orang Tua
terhadap Anak :
1. Pembentukan kepribadian anak
2. Pembentukan standar perilaku
anak
3. Pembentukan sistem nilai pada
anak
Perilaku Orang Tua menjadi Model bagi
anak :
1. Anak memperhatikan perilaku orang
tuanya
2. Anak mengingat perilaku orang tua
yang dianggap menarik
3. Anak memproduksi perilaku orang tua
(model)
4. Anak mendapat motivasi kepuasan
Proses produksi perilaku :
1. Kesadaran (awareness)
2. Tertarik (interest)
3. Evaluasi (evaluation)
4. Mencoba (trial)
5. Menerima (adoption)
Perilaku
Merokok
Anak
Gangguan
Kesehatan
akibat Rokok
139
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai perilaku merokok anak usia 10-15
tahun dengan riwayat orang tua perokok di kota Semarang, maka dapat di tarrik
simpulan sebagai berikut :
1. Pengetahuan mengenai rokok yang di miliki narasumber utama dalam
penelitian ini adalah pengetahuannya masih rendah, ini disebabkan oleh
beberapa hal seperti narasumber utama sudah pernah mendapatkan informasi
mengenai bahaya merokok tetapi mereka masih melakukan perilaku
merokoknya. Narasumber utama hanya mengetahui beberapa penyakit akibat
rokok, namun pengetahuan narasumber utama mengenai merek dan jenis
rokok sudah sangat baik, ini terbukti dengan mereka dapat menyebutkan
merek dan jenis rokok yang beragam.
2. Sikap narasumber utama terhadap rokok maupun terhadap orang yang
merokok biasa saja, tidak ada tindakan khusus yang di lakukan narasumber
utama terhadap perilaku merokok orang tuanya dapat memunculkan
keinginan narasumber utama untuk ikut mencoba merokok, sehingga perilaku
merokok narasumber utama bukan untuk mencari jati diri.
3. Narasumber utama sudah terbiasa melakukan praktik merokoknya, sehingga
narasumber utama merasa ada yang kurang jika tidak merokok. Praktik
merokok narasumber utama didukung dengan ketidak tegasan orang tua
terhadap perilaku merokok anaknya.
140
4. Seluruh ayah dari narasumber utama pernah merokok di lingkungan rumah
dan di lihat oleh narasumber utama. Orang tua memiliki peran besar dalam
melaksanakan fungsi keluarga. Orang tua banyak di jadikan figure yang
banyak di contoh oleh anak-anaknya.
5. Perilaku merokok ayahnya yang sering di lihat narasumber utama di jadikan
model bagi perilaku merokoknya.
6. Mereka beranggapan bahwa perilaku merokok yang di lakukan ayahnya wajar
seperti laki-laki pada umumnya sehingga merekapun mencoba perilaku
merokok yang sama seperti model yang di lihatnya. Artinya narasumber
utama sebagai anak-anak dari narsumber triangulasi ini melakukan proses
imitasi atau tiruan terhadap perilaku merokok orang tua mereka. Selain itu
keluarga merupakan agen sosialisasi dan internalisasi yang pertama dan
utama bagi anak-anaknya.
7. Sebagian narasumber utama sudah mengalami gangguan kesehatan akibat
merokok, namun perilaku merokoknya belum bisa di hentikan karena mereka
belum memiliki keniatan untuk berhenti merokok, sehingga merasa ada
kesulitan saat mencoba berhenti merokok seperti muncul rasa ingin merokok
kembali, sehingga cara berhenti merokok yang mereka lakukan belum efektif.
6.2. SARAN
Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan
saran sebagai berikut :
141
1. Bagi Orang Tua :
a. Jika orang tua belum pernah merokok, maka jangan pernah memulai untuk
merokok. Jika orang tua sudah menjadi perokok maka berhentilah
merokok. Hal ini untuk menunjukkan bahwa orang tua dapat mengurangi
risiko anak untuk meniru perilaku merokoknya.
b. Sebaiknya orang tua menjadi Role Model anti rokok bagi anaknya dengan
cara apa yang di katakan orang tua, apa yang dilakukan orang tua dan nilai-
nilai berkomunikasi baik melalui kata-kata maupun perbuatan yang
memberikan pengaruh positif kepada anaknya.
c. Orang tua perlu menekankan dampak merokok secara langsung bagi
kesehatan, sehingga anak-anak mereka tidak keliru terhadap dampak rokok
yang merugikan kesehatan.
d. Jika anaknya sudah mau mencoba berhenti merokok, maka cobalah orang
tua ikut berhenti merokok bersama anaknya.
e. Orang tua seharusnya dapat menerapkan rumah bebas asap rokok, artinya
sebuah rumah yang bebas asap rokok akan mengurangi risiko anak-anak
untuk merokok.
f. Orang tua perlu memberitahu kepada anak-anaknya bahwa orang tua tidak
menginginkan anaknya merokok, karena sikap, pendapat serta perasaan
yang di sampaikan orang tua sangat mempengaruhi apakah anak-anak akan
merokok atau tidak.
g. Setiap orang tua harus memastikan apakah anak-anaknya sudah memiliki
pengetahuan mengenai bahaya merokok yang di butuhkan, maka dengan
142
memastikan bahwa anak-anak mereka sudah mengetahui bagaimana
bahaya merokok dapat memunculkan persepsi atau sikap yang negatif
terhadap rokok.
h. Orang tua perlu menekankan dampak merokok secara langsung bagi
kesehatan, sehingga anak-anak mereka tidak keliru terhadap dampak rokok
yang merugikan kesehatan.
i. Orang tua perlu membantu untuk menghilangkan persepsi pada anak-anak
mengenai semua orang pasti merokok.
j. Hendaknya orang tua membantu mengurangi dampak kuat dari iklan rokok
yang di lihat oleh anak-anak mereka, dengan cara setiap hari orang tua
menceritakan kepada anak-anaknya bahwa iklan rokok adalah manipulasi
semata untuk membuat konsumennya kecanduan.
k. Orang tua harus memastikan apakah sekolah anak-anak mereka sudah
mengikuti aturan kawasan tanpa asap rokok, ini bertujuan untuk
pengendalian dan pencegahan perilaku merokok anak.
l. Perlunya dukungan dari orang tua terhadap larangan penjualan tembakau di
kalangan anak-anak sesuai dengan undang-undang yang di tetapkan
pemerintah.
2. Bagi Anak yang Merokok :
a. Bagi anak yang merokok supaya dapat menumbuhkan kesadaran bahwa
merokok dapat menimbulkan dampak yang negatif bagi kesehatan di
kemudian hari sehingga termotivasi untuk mengurangi bahkan untuk
berhenti merokok.
143
b. Sebaiknya anak-anak mencari alternatif lainnya untuk mengganti rokok, hal
ini bertujuan untuk menjaga kesehatan dirinya sendiri serta dapat
mengurangi dampak merokok terhadap lingkungan sekitar.
3. Bagi Pemerintah
a. Diharapkan pemerintah lebih tegas lagi dalam menjalankan peraturan
larangan merokok supaya jumlah perokok di Indonesia dapat berkurang.
b. Pemerintah hendaknya memberikan promosi kesehatan tentang dampak
merokok yang lebih intensif dan kreatif lagi untuk kalangan anak-anak.
4. Bagi peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya di harapkan untuk melakukan penelitian mengenai
gambaran perilaku merokok anak perempuan usia 10-15 tahun untuk melihat
gambaran yang lebih luas dan bervariasi sehingga dapat di jadikan pembanding
dengan hasil penelitian ini. Peneliti selanjutnya juga di sarankan untuk lebih
memperhatikan kondisi lingkungan saat melakukan proses wawancara.
144
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, T.Y, 2006, Rokok dan Kesehatan, UI Press, Jakarta.
Agriawan L, 2001, Perbedaan Sikap terhadap Perilaku Merokok diantara Remaja
dari Keluarga Perokok dengan Keluarga Bukan Perokok di SLTP St.
Thomas 1 Medan, Skripsi, Universitas Medan Area, Medan.
Ahmadi Abu & Sholeh Munawar, 2005, Psikologi Perkembangan, PT. Rineka
Cipta, Jakarta.
Aini Nurul, 2013, Faktor-Faktor Psikolopgis yang Menentukan Perilaku Merokok
Mahasiswi Kedokteran Universitas Hasanudin Tahun 2013, Skripsi,
Universitas Hasanudin, Makasar.
Amelia Adisti, 2009, Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki,
diakses 1 Maret 2016,
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14536/1/09E00589.pdf)
Aminulah. A, 1010, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, Jakarta.
Astri, AK, 2014, Hubungan Antara Pengaruh Keluarga, Pengaruh Teman, dan
Pengaruh Iklan Terhadap Perilaku Merokok Pada Remaja Di SMP N 1
Slogohimo, Wonogiri, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Atkinson. R, 2008, Pengantra Psikologi, Erlangga, Jakarta.
Aurori Mohammed et.al, 2015, The More Children You Have the More Likely You
Are to Smoke? Evidence from Vietnam, diakses 5 April 2016,
(https://halshs.archives-ouvertes.fr/halshs-01302770/document)
Bach Laura, 2015, How Parents Can Protect Their Kids from Becoming Addicted
Smokers, No. 22, Hal 1-4, diakses 5 April 2016,
(https://www.tobaccofreekids.org/research/factsheets/pdf/0152.pdf).
Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2015, Semarang dalam Angka 2015, di
akses tanggal 18 Februari 2016
(http://semarangkota.go.id/?icari=profil+kota+semarang+tahun+2015&bca
ri)
145
Budiarto, Eko, 2002, Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat,
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Boeree, C. DR. George, 2006, Personality Theories, Psychology Departement.
Shippensburg University.
Delaude dan Ladner, 2002, Fundamental of Nursing Standarts and Practice
Second Edition, Delmar, USA.
Departemen Pendidikan Nasional, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia , Pusat
Bahasa, Jakarta.
Desmita, 2006, Psikologi Perkembangan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2015, Profil Kesehatan Kota Semarang, di
akses tanggal 7 Januari 2016, (https://drive.google.com/file/d/0B-yoD-
_DDYqgRWpLUlNrWm8tRXc/view?pli=1).
Egbe O. Chaterine et.al, 2016, Knowledge of the Negative Effects of Cigarette
Smoking on Health and Well-Being among Southern Nigeria Youth, Vol.
6, No. 3, hal 1-7, di akses 5 April 2016, (http://www.ijssh.org/vol6/641-
H014.pdf)
Embriana .F, 2002, Perilaku Merokok Di Fakultas Kedokteran, Fakultas Teknik, dan
Fakultas Ispol Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Skripsi, FK UMY,
Yogyakarta.
Fuadah Maziyyatul, 2011, Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perilaku Merokok pada Mahasiwa Laki-Laki Fakultas Teknik
Universitas Negeri Jakarta Angkatan 2009, Skripsi, Universitas
Indonesia.
Hasibuan, M.SP, 2005, Managemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi, Bumi
Aksara, Jakarta
Hikmawati Isna, 2011, Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan, Nuha Medika,
Yogyakarta.
146
Irianto Kus, 2004, Gizi dan Pola Hidup Sehat, CV. Yrama Widya, Bandung.
Kartini Apriani, 2012, Gambaran Kebiasaan Merokok dengan Profil Tekanan
Darah pada Mahasiswa Perokok Laki-Laki Usia 18-22 Tahun (Studi
Kasus di Fakultas Teknik Jurusan Geologi Universitas Diponegoro,
Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang.
Kementerian Kesehatan, 2013, Riset Kesehatan Dasar 2013, Kementerian
Kesehatan RI, Jakarta. Diakses 25 Oktober 2015,
(http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pdf).
-------------------------------, 2013, Pusat Data dan Informasi Perilaku Merokok
Masyarakat Indonesia, Jakarata. Diakses 3 November 2015,
(http://www.pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin
/infodatin-hari-tanpa-tembakau-sedunia.pdf
Kobus Kimberly, 2003, Peers and Adolescents Smoking, Diakses 19 Desember
2015 (http://drspock.com)
Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), 2012, Menyelamatkan
Anak dari Bahaya Rokok, Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI),
Jakarta. Diakses 28 Oktober 2015,
(http://www.kpai.go.id/tinjauan/menyelamatkan-anak-dari-bahaya-rokok/).
Latif Abdul, 2009, Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan, PT. Refika
Aditama, Bandung.
Leonardi Jo et.al, 2010, Exposure to Parental and Sibling Smoking and the Risk of
Smoking Uptake in Childhood and Adolescence: a Systematic Review and
Meta-Analysis, Vol. 66, No. 10, hal 857, diakses 5 April 2016,
(C:\Users\admin\Downloads\Documents\Thorax-2011-Leonardi-Bee-847-
55_2.pdf)
Loureiro LM et.al, 2006, Smoking Habits: Like Father, Like Son, Like Mother,
Like Daughter, No. 2279, diakses 5 April 2016,
(http://ftp.iza.org/dp2279.pdf)
Maarof, 2003, Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Jembatan, Jakarta.
Mareni Puspitasari, 2014, Perilaku Merokok di Kalangan Anak Sekolah Dasar,
Skripsi, Universitas Bengkulu, Bengkulu.
147
Miles M.B dan Huberman M.A, 1992, Analisis Data Kualitatif, Terjemahan oleh
Tjetjep Rohendi Rohidi. UI PRESS, Jakarta.
Moelong Lexy J, 2012, Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2002, Ilmu Kesehatan Masyarakat : Prinsip-Prinsip
Dasar, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
--------------------------------, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, PT.
Rineka Cipta, Jakarta.
--------------------------------, 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, PT.
Rineka Cipta, Jakarta.
--------------------------------, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, PT. Rineka
Cipta, Jakarta.
------------------------------, 2012, Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, PT.
Rineka Cipta, Jakarta.
O’Hagan Kieran, 2006, Identifying Emotional and Psychological Abuse: A Guide
For Childcare Professionals, Open University Press, McGraw Hill
Education.
Papalia, 2008, Human Development (Psikologi Perkembangan) Edisi Sembilan,
Kencana, Jakarta.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2003, Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan.
diakses tanggal 11 Maret 2015, (http://binfar.kemkes.go.id)
Peraturan Pemerintah No. 109 Tahun 2012, Pengamanan Bahan yang
Mengandung Zat Aditif Berupa Tembakau bagi Kesehatan, diakses
tanggal 11 Maret 2015,
(http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/47_PP%20Nomor%20109%20T
ahun%202012.pdf)
148
Piaget dalam Wong Donna L, 2006, Buku Ajar Keperawatan Pediatric. EGC,
Jakarta.
Potter, P.A, dan Perry, A.G, 2005, Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik Edisi 4, EGC, Jakarta.
Rif’an .A.R, 2010, Merokok Haram, Republika PT. Gramedia, Jakarta.
Riyanto, Agus, 2011, Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan, Nuha Medika,
Yogyakarta.
Robert S. Feldman, 1985, Social Phychology, Theories, Research and
Application, McGraw-Hill Book Company, New York.
Santrock, 2007, Psikologi Pendidikan (Edisi kedua), Kencana, Jakarta.
Sarafino, 2002, Health Psychology Biopsychological Interaction. 2ed
, New John
Wiley and Sons Inc.
Satiti Alfi, 2009, Strategi Rahasia Berhenti Merokok, Data Media, Yogyakarta.
Sigelman C dan Rider E, 2003, Human Development (Fourt Edition), Thomson
Learning, Wadsword.
Singgih .D.G, 2000, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, PT. BPK Gunung
Mulia, Jakarta.
Smith Danielle et.al, Smoking Environment and Adolescent Smoking: Evidence
from the Liverpool Longitudinal Smoking Studi, diakses 4 Maret 2016,
(http://www.cieh.org/library/furniture/jehr/public_health/jehr%209(1)_ado
lescent%20smoking.pdf)
Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R& D,Alfa Beta,
Bandung.
Sukendro .S, 2007, Filosofi Rokok, Pinus Book Publisher, Yogyakarta.
Suparno, Dr. Paul, 2001, Teori Perkembangan Kognitif Jean Pieget. Kanisius.
Yogyakarta.
149
Tandra Hans, 2003, Merokok dan Kesehatan. Diakses 7 Desember 2015,
(http://www.antirokok.or.id/berita/berita rokok kesehatan.html)
Thaha Ridwan Mochtar, Ridwan M.T, Syafar Muhammad, 2013, Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional: Perilaku Merokok Remaja Sekolah
Menengah Pertama, Vol. 7, No. 11, Makasar.
Wahyuni Dwi, 2009, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sikap Merokok
pada Remaja di Desa Karang Tengah Kecamatan Sragen, diakses 5 April
2016, (https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/3618.pdf)
Wawan .A dan Dewi .M, 2010, Teori Pengukuran Pengetahuan Sikap dan
perilaku Manusia, Nuha Medika, Yogyakarta.
World Health Organization, 2007, Global Youth Tobacco Survey (GYTS), 2007,
diakses 12 April 2016,
(http://www.who.int/tobacco/surveillance/gyts/en/)
------------------------------------, 2014, Global Youth Tobacco Survey (GYTS),
2014, diakses 1 November 2015,
(http://www.who.int/tobacco/surveillance/gyts/en/)
Xianglong Xu, et.al, 2015, Smoking Related Knowladge, Attitudes, Behaviors,
Smoking Cessation Idea and Education Level among Young Adult Male
Smokers in Chongqing, China, (Online), Vol. 12: 2135-2149, dikases 4
April 2016, (http://www.mdpi.com/1660-4601/12/2/2135)
Yunindyawati, 2013, Perilaku Merokok Anak Putus Sekolah di Wilayah
Perkotaan dan Perdesaan, Skripsi, Universitas Sriwijaya, Palembang.
Zahroh Shaluhiyah, Karyono, Farid Noor, 2006, Jurnal Promosi Kesehatan
Indonesia : Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Praktik Merokok
Pada Remaja Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Kudus Tahun
2005, Vol.1, No.1, Hal-1-8, Semarang.