perilaku elit relawan manunggaling sedulur...
TRANSCRIPT
Naskah Publikasi – Panca Nugroho | 1
PERILAKU ELIT RELAWAN MANUNGGALING SEDULUR DALAM
MENDUKUNG PASANGAN H. LIS DARMANSYAH S.H – H. SYAHRUL
S.PD PADA PEMILIHAN WALIKOTA TANJUNGPINANG TAHUN 2012
NASKAH PUBLIKASI
Oleh :
PANCA NUGROHO
NIM : 090565201037
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA HAJI
TANJUNGPINANG
2016
1
PERILAKU ELIT RELAWAN MANUNGGALING SEDULUR DALAM
MENDUKUNG PASANGAN H. LIS DARMANSYAH S.H – H. SYAHRUL
S.PD PADA PEMILIHAN WALIKOTA TANJUNGPINANG TAHUN 2012
PANCA NUGROHO
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, FISIP UMRAH
Fenomena yang dapat dilihat pada Pilkada Kota Tanjungpinang, organisasi
kedaerahan selalu digunakan alat kepentingan politik dalam mempengaruhi etnis
suatu daerah. Hal ini sangat dimanfaatkan oleh para calon kandidat kepala daerah
dalam meraih simpati masyarakat untuk mendulang suara, Cukup efektif strategi
yang digunakan oleh salah satu kandidat calon walikota, sejatinya organisasi
kedaerahan boleh-boleh saja digunakan untuk kepentingan politik asalkan tidak
merugikan masyarakat. Seperti yang dilihat sepanjang Pilkada banyak organisasi
kemasyarakatan yang ikut mendukung tidak hanya itu biasanya organisasi ini
menjadi sasaran para calon untuk datang meminta dukungan. Relawan
Manunggaling Sedulur dalam mendukung pasangan Lis-Syahrul cukup
berpengaruh dan berperan dalam pemenangan Lis-Syahrul pada pemilihan
walikota tahun 2012 Kota Tanjungpinang
Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah Untuk dapat menjelaskan,
mengidentifikasi, mengolah dan menganalisa bagaimana perilaku elit organisasi
Manunggaling Sedulur dalam mendukung pasangan Lis-Syahrul pada pemilihan
Walikota Tanjungpinang tahun 2012. Dalam penelitian ini informan berjumlah 7
oran. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data deskriptif kualitatif.
Dari hasil penelitian Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Perilaku elit
relawan Manunggaling Sedulur sudah mampu mendukung pasangan H. Lis
Darmansyah, SH – H. Syahrul, S.Pd dalam pemilihan walikota Tanjungpinang
2014 dan mengantar pasangan calon ini pada kemEnangan, hal ini dapat dilihat
dari bentuknya yang paling dasar Manunggaling sedulur memberikan informasi
mengenai visi misi, menjelaskan kepada masyarakat tentang rencana kerja dan
memperkenalkan sosok Lis-Syahrul kepada masyarakat. Manunggaling sedulur
dalam kampanye sudah mampu memberikan kepercayaannya kepada masyarakat,
lewat informasi yang diberikan dengan cara yang baik dan kegiatan positif.
Mereka tidak lagi mengedepankan kesukuan, walaupun mayoritas dalam
organisasi ini adalah suku jawa, namun mereka berhasil masuk ketengah
masyarakat.
Kata Kunci : Peran, Pemilihan Kepala Daerah
Naskah Publikasi – Panca Nugroho | 2
THE BEHAVIOR OF AN ELITE VOLUNTEER MANUNGGALING
SEDULUR IN SUPPORT OF H. LIS DARMANSYAH S. H – H. S. SYAHRUL
PD ON THE ELECTION OF THE MAYOR OF TANJUNG PINANG IN 2012
PANCA NUGROHO
Students of Science Of Government, FISIP, UMRAH
A phenomenon that can be seen in the Regional Head General Options
Tanjungpinang, regional organizations always used tool in influencing the
political interests of the ethnic region. It is highly utilized by the candidates in the
regional heads gain the sympathy of the public to gain votes, enough effective
strategies used by one of the candidates for mayor, true regional organizations
one should not be used for political purposes as long as it does not harm society.
As seen throughout the election many social organizations are supporting not
only the organization that usually targets the candidates to come for support.
Volunteers Manunggaling Sedulur in supporting partner Lis-Syahrul quite
influential and instrumental in winning Lis-Syahrul in the mayoral election in
2012 Tanjungpinang.
The purpose of this study is basically to be able to explain, identify, process
and analyze how the behavior of the elite organizations in supporting partner
Manunggaling Sedulur Lis-Syahrul in Tanjungpinang Mayor election in 2012. In
this study amounted to 7 oran informant. The data analysis technique used in this
research is descriptive qualitative data analysis techniques.
From the research results can then be concluded that the behavior is an elite
volunteer Manunggaling Sedulur already capable of supporting partner Lis H.
Darmansyah, SH - H. Syahrul, S.Pd in Tanjungpinang municipal elections in
2012 and drove the candidate is on winning, this can be seen from its shape the
most basic Manunggaling sedulur provides information on the vision and mission,
explain to the public about the work plan and introduce the figure of Lis-Syahrul
to the public. Manunggaling sedulur in the campaign has been able to give trust
to the public, through the information given in a way that is good and positive
activities. They no longer promote tribalism, although a majority in this
organization are parts of Java, but they managed to get into the middle of society.
Keywords: Role, local elections
Naskah Publikasi – Panca Nugroho | 3
PERILAKU ELIT RELAWAN MANUNGGALING SEDULUR DALAM
MENDUKUNG PASANGAN H. LIS DARMANSYAH S.H – H. SYAHRUL
S.PD PADA PEMILIHAN WALIKOTA TANJUNGPINANG TAHUN 2012
A. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah
daerah dijelaskan bahwa pemerintah daerah dipimpin oleh seorang kepala daerah.
Itu sebabnya tidak satupun daerah di Indonesia baik yang setingkat provinsi
maupun kabupaten/kota yang tidak memiliki kepala daerah. Sekalipun daerah
tersebut baru dibentuk akibat pemekaran daerah yang sudah ada sebelumnya pasti
sudah dipimpin seorang kepala daerah dengan sebutan pejabat kepala daerah
(pejabat gubernur atau pejabat bupati dan walikota) yang umumnya dijabat
rangkap oleh pejabat di daerah induk.
Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) adalah sebuah proses
seleksi terhadap lahirnya pemimpin dalam rangka perwujudan demokrasi
diharapkan menjadi representasi dari rakyat didaerah, karena pemilukada
merupakan suatu rangkaian kegiatan politik untuk menampung kepentingan
masyarakat didaerah, yang kemudian dirumuskan dalam berbagai bentuk
kebijaksanaan (policy). Memperhatikan hal tersebut berarti pemilukada artinya
rakyat memilih seseorang untuk mewakilinya dalam rangka keikutsertaan rakyat
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, sekaligus merupakan suatu
rangkaian kegiatan politik untuk menampung kepentingan atau aspirasi
masyarakat. Selanjutnya untuk melaksanakan pemilukada tersebut tidak dapat
dilepaskan keterkaitannya dengan aparat pelaksana pemilukada itu sendiri yang
Naskah Publikasi – Panca Nugroho | 4
bersifat independen yang dalam hal ini adalah Komisi Pemilihan Umum Daerah
(KPUD), yang berkedudukan dan mempunyai peranan sebagai penyelenggara
pemilukada yang kedudukannya diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Perubahan mekanisme Pemilukada dari sistem perwakilan ke sistem
langsung diatur dan diperjelas melalui undang-undang No 32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah dan dipertegas pengaturannya dalam Peraturan Pemerintah
No 6 Tahun 2005 tentang pemilihan, pengesahan, pengangkatan, dan
pemberhentian kepala daerah dan wakil kepala daerah. Dalam penyelenggaraan
Pemilukada peran serta masyarakat merupakan salah satu ukuran keberhasilan
Pemilu, salah satu tolak ukur untuk melihat tingkat keterlibatan masyarakat dalam
Pemilu adalah dengan melihat tingkat kehadiran pemilih di Tempat Pemungutan
Suara (TPS) untuk menggunakan hak pilihnya pada hari pemungutan suara. Untuk
mendorong peningkatan peran serta masyarakat dalam Pemilu dan Pemilukada
diperlukan grand strategi yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang diharapkan
dapat mengambil peran dalam upaya peningkatan peran serta masyarakat dalam
pelaksanaan Pemilu.
Dalam Pemilukada, pasangan calon selalu memanfaatkan berbagai hal
untuk menarik simpati masyarakat salah satunya adalah peran dari elit.
Keterlibatan elit politik menjadi suatu hal yang biasa dan sangat wajar sebagai
bagian dari partisipasi mereka sebagai insan politik, tetapi menjadi menarik ketika
keterlibatan elit politik yang merupakan wakil rakyat pada tataran eksekutif yang
disebut juga sebagai elit politik lokal. Secara sederhana, elit diartikan sebagai
anggota masyarakat yang paling berbakat misalnya elit pendidikan, elit agama,
Naskah Publikasi – Panca Nugroho | 5
dan elit organisasi. Namun, dalam perspektif sosiologi, elit itu lebih banyak
ditujukan kepada elit politik (political elite). Para ilmu sosial telah mempelopori
dan mengetengahkan teori tentang elit, terutama dihubungkan dengan kehidupan
politik kenegaraan atau berkaitan langsung dengan posisi sosial seseorang, baik
dalam lingkup keagamaan maupun profesi lainnya. Istilah elit mulai digunakan
pada abad ketujuh belas untuk menyebut barang dagangan yang mempunyai
keutamaan khusus (berkualitas tinggi). Kemudian istilah elit digunakan untuk
menyebut kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat yang juga didasarkan
pada posisi sosial yang tinggi seperti kesatuan militer yang utama dan kalangan
bagsawan (dalam Syarifuddin Jurdi, 2004:19) .
Apa yang mendorong elit politik atau kelompok-kelompok elit untuk
memainkan peranan aktif dalam politik adalah karena menurut para teoritis politik
senantiasa ada dorongan kemanusiaan yang tak dapat dihindarkan atau diabaikan
untuk meraih kekuasaan. Politik, menurut mereka merupakan permainan
kekuasaan dan karena para individu menerima keharusan untuk melakukan
sosialisasi serta penanaman nilai-nilai guna menemukan ekspresi bagi pencapaian
kekuasaan tersebut, maka upaya pun mereka lakukan untuk memindahkan
penekanan dari para elit dan kelompok kepada individu. Politik, sebagaimana
telah dijelaskan, merupakan merupakan studi tentang siapa yang mendapatkan
kekuasaan, kapan dan bagaimana.
Fenomena yang dapat dilihat pada Pilkada Kota Tanjungpinang, organisasi
kedaerahan selalu digunakan alat kepentingan politik dalam mempengaruhi etnis
suatu daerah. Hal ini sangat dimanfaatkan oleh para calon kandidat kepala daerah
Naskah Publikasi – Panca Nugroho | 6
dalam meraih simpati masyarakat untuk mendulang suara, Cukup efektif strategi
yang digunakan oleh salah satu kandidat calon walikota, sejatinya organisasi
kedaerahan boleh-boleh saja digunakan untuk kepentingan politik asalkan tidak
merugikan masyarakat. Seperti yang dilihat sepanjang Pilkada banyak organisasi
kemasyarakatan yang ikut mendukung tidak hanya itu biasanya organisasi ini
menjadi sasaran para calon untuk datang meminta dukungan.
Data Badan Pusat Statistik Kota Tanjungpinang tahun 2010 jumlah
penduduk kota Tanjungpinang pada khususnya Suku Jawa berjumlah 52.774 tidak
jauh signifikan dengan jumlah suku Melayu yang berjumlah 56.836 (Sumber BPS
kota Tanjungpinang). Dari jumlah tersebut diketahuilah suku Jawa menempati
urutan kedua setelah Melayu yakni sekitar 26% dari jumlah total seluruh
penduduk Tanjungpinang. Dari jumlah data tersebut dapat dilihat bahwa warga
Jawa juga mempunyai peranan dalam pertarungan pemilihan kepala daerah kota
Tanjungpinang tahun 2012. Dalam hal itu maka dibentuklah sebuah relawan yang
mengatasnamakan warga Jawa untuk mendukung salah satu calon walikota yakni
H. Lis Darmansyah, SH dan calon wakil walikota H. Syahrul S.Pd yang bernama
relawan Manunggaling Sedulur untuk mendongkrak suara pasangan Lis-Syahrul.
Tanggal 31 Oktober tahun 2012 dilaksanakan pesta demokrasi di Kota
Tanjungpinang, pemilihan ini akan menentukan nasib masyarakat Tanjungpinang
5 tahun kedepan yakni pemilihan kepala daerah walikota Tanjungpinang periode
2013-2018. Suku Jawa cukup berpengaruh terhadap pemilihan Walikota karena
mayoritas warga Jawa cukup banyak di Kota Tanjungpinang setelah Melayu. Pada
pemilihan walikota Tanjungpinang perilaku pemilih suku Jawa condong memilih
Naskah Publikasi – Panca Nugroho | 7
kepada kandidat atau figur yang lebih merakyat dan dekat kepada masyarakat
khususnya warga Jawa karena sifat kekeluargaan dan kebersamaan warga Jawa
yang sangat kental dan yang menjadi dasar suku jawa dalam menentukan calon
kepala daerah yakni yang berpengalaman dalam kepemimpinannya. Hal ini yang
terdapat di diri pasangan Lis-Syahrul yang sebelum mencalonkan diri sebagai
calon walikota dan wakil walikota yang sudah membaur dan bersosialisasi ke
masyarakat khususnya warga Jawa yang berada di Tanjungpinang.
Namun, suatu hal yang tidak dapat dipungkiri adalah bahwa dominasi
budaya Jawa, terhadap pembentukan budaya politik nasional merupakan suatu
yang sangat berpengaruh. Karena bukan saja kekuasaan negeri ini dikendalikan
dari Jawa, tapi struktur kekuasaan yang ada pun didominasi oleh orang Jawa,
sebagai akibat dari dominannya etnis Jawa secara mayoritas. Salah satu relawan
dari jawa yang ikut mensukseskan pemilihan walikota adalah Manunggaling
Sedulur. Relawan ini adalah seorang yang secara suka rela menyumbangkan
waktu, tenaga, pikiran dan keahliannya untuk menolong orang lain dan sadar
bahwa tidak akan mendapatkan upah atau gaji atas apa yang telah disumbangkan.
Manunggaling Sedulur adalah salah satu aktivitas yang dapat dilakukan oleh
masyarakat khususnya bagi masyarakat jawa sebagai wujud kepedulian dan
komitmennya terhadap sebuah visi tertentu yaitu memenangkan pemilihan
walikota Tanjungpinang.
Relawan Manunggaling Sedulur dalam mendukung pasangan Lis-Syahrul
cukup berpengaruh dan berperan dalam pemenangan Lis-Syahrul pada pemilihan
walikota tahun 2012 Kota Tanjungpinang. Sesuai dengan yang dikutip dari
Naskah Publikasi – Panca Nugroho | 8
Haluan Kepri. Selasa, 11 September 2012 bahwa Warga Jawa Tanjungpinang siap
memilih pasangan calon walikota dan wakilnya, Lis Darmansyah dan Syahrul.
Mereka selanjutnya membentuk relawan Manunggaling Sedulur untuk
memenangkan pasangan yang diusung PDIP, Partai Amanat Nasional (PAN) dan
beberapa partai lainnya. Adanya pengukuhan Relawan Manunggaling Sedulur
sebagai suatu kelompok masyarakat asal Jawa, untuk mendukung dan
memenangkan pasangan Lis - Syahrul dalam pemilihan walikota (Pilkwako)
Tanjungpinang. Relawan yang diangkat dideklarasikan oleh pasangan Lis -
Syahrul.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mengambil judul perilaku
elit relawan Manunggaling Sedulur dalam mendukung pasangan H. Lis
Darmansyah SH– H. Syahrul, S.Pd pada pemilihan walikota Tanjungpinang
2012”.
B. Landasan Teoritis
1. Perilaku Politik
Secara etimologis perilaku politik Jika di telusuri dari pengertian bahasa
Indonesia, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku adalah tanggapan atau
reaksi individu yang terwujud dalam gerakan atau sikap tidak saja badan dan
ucapan, dan politik adalah segala urusan dan tindakan seperti kebijakan, siasat,
dan sebagainya mengenai pemerintahan negara atau negara lain. Secara
etimologis perilaku politik adalah tindakan, gerakan, sikap tidak saja badan dan
ucapan, seseorang terhadap pemerintahan, kebijakan, siasat dan sebagainya.
Sejalan juga dengan yang di kemukakan Budiarjo (2008: 74-75) “Salah satu
Naskah Publikasi – Panca Nugroho | 9
pemikiran pokok dari pendekatan perilaku adalah tidak memberikan apresiasi
terhadap pembahasan lembagalembaga formal, karena pembahasan seperti itu
tidak banyak memberi informasi mengenai proses politik yang sebenaranya.
Perilaku politik berangkat dari pemahaman dasar bahwa kehidupan politik
bukan hanya berkisar pada lembaga-lembaga formal dan kekuasaan yang
menyertainya, kehidupan politik juga dapat di lihat dari tindakan-tindakan dan
perilaku aktor politik. Sebelum peneliti memaparkan lebih lanjut tentang
pengertian perilaku politik, menarik menyimak apa yang di kemukakan Sitepu
(2005: 164-165) yang mengatakan bahwa terdapat empat teori guna menganalisis
dinamika kehidupan politik suatu negara yaitu: “Pertama adalah teori sistem yang
mengemukakan pranata- pranata sosial politik merupakan wadah untuk
memahami dinamika kehidupan politik masyarakat. Kedua adalah teori perilaku
politik yang mengungkapkan bahwa mengamati dinamika kehidupan politik
masyarakat, tidak cukup dengan melihat pranata sosial politik formal saja tetapi
juga individu- individu yang bersangkutan.”
Maka untuk kepentingan penelitian ini dari empat teori tersebut di atas,
teori yang di gunakan adalah teori perilaku politik dan teori elit. Pemilihan atas
teori perilaku politik dan teori elit di dasarkan atas penelitian yang ingin di kaji
yaitu perilaku politik elit politik lokal dalam Pemilukada Kota Tanjungpinang
tahun 2012. Pendekatan perilaku politik di arahkan untuk melihat kecenderungan
perilaku politik individu sebagai elit politik lokal dalam kaitannya memanfaatkan
ruang politik yang ada serta memainkan peranannya dalam ruang politik.
Pendekatan ini juga di gunakan untuk melihat hubungan antara elit politik lokal
Naskah Publikasi – Panca Nugroho | 10
dalam kehidupan bermasyarakat pada momen pemilukada kota Tanjungpinang.
Sebaliknya, pendekatan ini lebih berkonsentrasi untuk mempelajari perilaku
individu yang ada dalam lembaga tersebut karena dengan melihat perilaku
individu merupakan sebuah gejala yang benar- benar dapat di amati”
2. Elit
Setiap orang bisa jadi elit, namun agar pembahasannya terfokus, yang
dimaksud elit politik disini adalah orang-orang yang tergabung dalam partai
politik. Menurut beberapa pakar diantaranya adalah: Pareto (dalam S.P. Varma :
2010) mengemukakan pandangannya mengenai elit politik yaitu “governing elite
(elit yang memerintah). Lebih lanjut Pareto mengemukakan bahwa yang termasuk
katagori elit yang memerintah antara lain adalah pimpinan suatu lembaga,
organisasi, atau pimpinan institusi negara”
Seperti definisi diatas dimana menjelaskan tentang elit politik yang terdiri
dari orang-orang yang tergabung dalam partai politik. Jelas hubungannya dengan
masyarakat luas karena dalam suatu elit politik tersebut untuk mewujudkan
keinginan mereka, mereka membutuhkan masyarakat untuk naik dam mencapai
tujuannya tersebut. Terdapat tiga kategori kekuasaan elit menurut Jurdi
(2004:101) yaitu :
1. kekuasaan elit sebagai kemampuan untuk mempengaruhi individu-
individu lain termasuk simpatisan.
2. kekuasaan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi pembuat keputusan
Naskah Publikasi – Panca Nugroho | 11
3. kekuasaan sebagai kemampuan untuk mengalokasikan nilai-nilai secara
otoritatif
Studi tentang perilaku politik bisa berfokus pada individu-individu sebagai
aktor yang berperan bisa juga dilakukan terhadap kelompok baik keagamaan,
sosial, politik, maupun ekonomi. Dalam hal politik menurut David Easton (dalam
Jurdi: 2004: 28) yaitu bagaimana mengalokasikan sejumlah nilai-nilai secara
otoritatif bagi sebuah masyarakat.
C. Hasil Penelitian
1. Kekuasaan elit sebagai kemampuan untuk mempengaruhi individu-
individu lain termasuk simpatisan.
Manunggaling Sedulur tidak hanya sekedar memberikan informasi
tetapi kebanyakan memberikan nasehat, wajengan, peringatan kepada
masyarakat, agar masyarakat dapat lebih memahami tentang pilkada serta
dampaknya untuk Kota Tanjungpinang. Bentuk dari informasi yang kami
berikan adalah mendatangi tokoh masyarakat untuk membantu kami
menginformasikan segala bentuk pengenalan tentang Pilkada, kemudian
Manunggaling sedulur juga mengadakan acara-acara yang melibatkan
masyarakat. Manunggaling Sedulur sudah mengupayakan mengarahkan
masyarakat untuk memilih Lis-Syahrul. Dengan cara memperkenalkan sosok
mereka, visi misi, rencana kerja, dan program-program pro rakyat lainnya.
Relawan berperan dalam menyebarkan nilai-nilai, visi dan gagasan untuk
perubahan.
Naskah Publikasi – Panca Nugroho | 12
2. Kekuasaan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi pembuat keputusan
dalam organisasi.
Manunggaling Sedulur dalam kampanye sudah mampu memberikan
kepercayaannya kepada masyarakat, lewat informasi yang diberikan dengan cara
yang baik dan kegiatan positif. Mereka tidak lagi mengedepankan kesukuan,
walaupun mayoritas dalam organisasi ini adalah suku jawa, namun mereka
berhasil masuk ketengah masyarakat. Keberhasilan Manunggaling Sedulur
dikarenakan bahwa tim pemenangan menetapkan harapan mereka kepada
relawan-relawan ini. Manunggaling Sedulur sangat berperan pada Pilkada 2012.
Peningkatan partisipasi pemilih itu, merupakan bagian dari partisipasi para
relawan manunggaling sedulur, dalam membantu KPU mensosialiasikan Pemilu
hingga ke pelosok kemudian memberikan pengetahuan tentang pasangan calon.
Meski seringkali cara untuk mensosialisasikannya tidak lakukan secara formal.
3. Kekuasaan sebagai kemampuan untuk mengalokasikan nilai-nilai secara
otoritatif
Manunggaling Sedulur mempunyai komitmen dalam mendukung
pasangan calon Lis-Syahrul. Komitmen yang mereka tunjukan adalah dengan
memberikan pengetahuan tentang pasangan calon yang dipilih. Mereka
mengupayakan agar Pilkada berjalan tertib, Kota Tanjungpinang memiliki
masyarakat yang sangat majemuk dibutuhkan tokoh yang mampu menyatukan
perbedaan-perbedaan tersebut. Sekalipun sebagian orang menganggap
Manungguling Sedulur merupakan relawan yang membawa kesukuan namun
komitmen mereka dalam kemenangan Lis-Syahrul membuat mereka dapat
Naskah Publikasi – Panca Nugroho | 13
membaur ke seluruh lapisan masyarakat. Mereka juga berkomitmen untuk
mendukung Pilkada bersih, tanpa ada penyimpangan yang mengganggu jalannya
pilkada tersebut
D. Penutup
1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku elit
relawan Manunggaling Sedulur sudah mempu mendukung pasangan H. Lis
Darmansyah – H. Syahrul, S.Pd dalam pemilihan walikota Tanjungpinang 2014
dan mengantar pasangan calon ini pada kemanangan, hal ini dapat dilihat dari:
Perilaku elit relawan Manunggaling Sedulur dalam mendukung pasangan H.
Lis Darmansyah – H. Syahrul, S.Pd dalam pemilihan walikota Tanjungpinang
2012 sudah baik. hal ini dapat dilihat dari indikator Manunggaling Sedulur
memiliki peran penting kemenangan Lis-Syahrul pada Pemilukada tahun 2012.
Dalam bentuknya yang paling dasar Manunggaling Sedulur memberikan
informasi mengenai visi misi, menjelaskan kepada masyarakat tentang rencana
kerja dan memperkenalkan sosok Lis-Syahrul kepada masyarakat. Di Kota
Tanjungpinang, cenderung masih terikat oleh nilai-nilai lama yakni tradisi dan
ikatan kulturalnya. kekuatan tokoh memang masih bertumpu pada ikatan
primordial, khususnya ikatan keluarga dan kesukuan, maka dari itu Manunggaling
sedulur merupakan salah satu relawan yang dianggap memiliki pengaruh besar
terhadap kemenangan Lis-Syahrul pada tahun 2012.
Relawan Menunggaling Sedulur berperan dalam menyebarkan nilai-nilai, visi
dan gagasan untuk perubahan. Relawan seperti ini biasanya bukanlah relawan
Naskah Publikasi – Panca Nugroho | 14
pemula, tapi memang sudah terbiasa melakukan hal-hal sesuai dengan
kompetensinya untuk mendukung perubahan, walau tidak terlibat dalam sebuah
organisasi. Karena, walaupun tidak terlibat dalam organisasi, relawan bisa
bekerja secara individu dalam menyebarkan nilai-nilai, visi, serta gagasan melalui
berbagai media tersebut, relawan ikut andil dalam peningkatan kepedulian dan
kesadaran warga tentang sebuah isu, misalnya tentang pemilukada pasa saat itu.
2. Saran
Agar relawan Manunggaling Sedulur dapat lebih meningkatkan perannya pada
setiap pemilukada di Kota Tanjungpinang maka ada beberapa hal yang dapat
disampaikan sebagai saran yaitu :
1. Sebaiknya masyarakat juga diberikan pemahaman tentang Manunggaling
Sedulur, dan tujuan relawan ini dibuat, agar dapat menyamakan tujuan.
2. Seharusnya Manunggaling Sedulur harus lebih dapat berbaur dengan
berbagai suku dan tidak memihak pada satu suku saja, karena dibutuhkan
relawan yang bersikap netral tidak membawa kesukuan agar dapat masuk
kesemua lapisan masyarakat
Naskah Publikasi – Panca Nugroho | 15
DAFTAR PUSTAKA
A. Rahman H.I, 2007, Sistem Politik Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Bottomore, T.B. 2006, Elite dan Masyarakat, Jakarta:Akbar Tandjung Institute.
Budiaharjo, Miriam, 2008, Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Efriza. 2012, Political Explore. Bandung: Alfabeta.
Gatara, Sahid, 2008. Ilmu Politik Memahami dan Menerapkan. Bandung: CV
Pustaka Setia
Harrison, Lisa. 2007, Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: PT Kencana Prenada
Gramedia Group.
Haryanto. 2005, Kekuasaan Elit Suatu Bahasan Pengantar, Yogyakarta: PLOD
Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,
Jakarta: Galia Indonesia.
Jarvis, Matt. 2010. Teori-Teori Psikologi: Pendekatan Modern Untuk Memahami
Perilaku Perasaan dan Pikiran Manusia. Bandung: Nusamedia dan Nuansa
Jurdi, Syarifuddin. 2004, Elit Muhammadiyah dan Kekuasaan Politik, studi
tentang Tingkah Laku Politik Elite Lokal Muhammadiyah Sesudah Orde
Baru, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Koirudin, 2004. Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi : Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Kriyantono, Rachmat. 2007. Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.
Mufti, Muslim. 2012, Teori-teori Politik, Bandung: CV Pustaka Setia
Ndraha, Taliziduhu. 1997. Metodologi Ilmu Pemerintahan, Jakarta : Rineka Cipta.
Nurhasim, Moch. 2005. Konflik antar elit Politik Lokal dalam Pemilihan Kepala
Daerah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan Pusat Penelitian Politik-LIPI.
Mufti, Muslim. 2012. Teori-teori Politik. Bandung : Pustaka Setia
Prasetyo, Bambang, Lina Miftahul Jannah. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif :
Naskah Publikasi – Panca Nugroho | 16
Teori Dan Aplikasi. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada
Prihatmoko, Joko. J, Pemilihan Kepala Daerah Langsung, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2005
Putra, Fadillah. 2003. Partai Politik dan Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Qym. 2009. Metode pengukuran minat. Available at
http://qym7882.blogspot.com/2009/03/metode-pengukuran-minat.html.
Robbbins dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi, Buku 1 dan 2. Jakarta : Salemba
Empat
Salim, Peter. 2002. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern
English.
Schroder, Peter. 2009. Strategi Politik (Edisi Revisi), Jakarta: Friedrich Naumann
Stiftung.
Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial, Bandung: Refika Aditama.
Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 2011, Metode Penelitian Survei (Edisi
Revisi), Jakarta: LP3S.
Sitepu, P. Anthonius. 2012. Teori-teori Politik, Yogyakarta: Graha Ilmu
Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.
Sugono, Dendy. 2008. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Surbakti, Ramlan, Memahami Ilmu Politik, 1992. Jakarta : Gramedia Widya
Sarana,
Syafiie dan Azhari. 2010. Sistem Politik Indonesia. Bandung: Refika Aditama.
Tridno, Aji Putra. 2003. Dayung Telah Berkayuh, Perjuangan Membangun
Gagasan.Jakarta : Pendulum
Umichulsum. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Kashiko Press.
Varma, S.P. 2010, Teori Politik Modern, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Venus, Antar. 2009. Manajemen Kampanye Panduan Teoritis dan Praktis dalam
Mengefektifkan Kampanye Komunikasi (Edisi Revisi). Bandung : Simbiosa
Rekatama Media.
Naskah Publikasi – Panca Nugroho | 17
W.J.S Poerwadarminta. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
Walgito. 2004. Pengantar psikologi Umum. Jakarta: Penerbit Andi.
Wibowo. 2013, Perilaku Dalam Organisasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Perundang-undangan :
Undang-undang No 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 2005 tentang pemilihan, pengesahan,
pengangkatan, dan pemberhentian kepala daerah dan wakil kepala daerah.
Jurnal :
Subiyakto, Rudi. 2011. Keterlibatan Kiai dalam Pilkada (Studi Kasus Pilkada di
Kabupaten Banjarnegara Tahun 2006), Jurnal Ilmu Politik dan Ilmu
Pemerintahan FISIP UMRAH, Volume 1, No. 1.