perhitungan harga pokok produk per biji gorong …
TRANSCRIPT
PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK PER BIJI GORONG-GORONG DENGAN
MENGGUNAKAN METODE HARGA POKOK PROSES PADA CV TIGA SUMBER REZEKI
BANJARMASIN
TUGAS AKHIR
DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN UNTUK MENYELESAIKAN
PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
OLEH :
SHOLEHAH A03140054
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
JURUSAN AKUNTANSI
2017
HALAMAN PERSETUJUAN TUGAS AKHIR
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Sholehah
NIM : A03140054
Tempat dan Tanggal Lahir : Banjarmasin, 22 April 1996
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jalan Mesjid Jami Gang Gusti Galuh RT 06
NO 68 Panglima Batur
Nama Orang Tua (Ayah) : Masrani Djuhri
(Ibu) : Suaibatul Islamiyah
Riwayat Pendidikan :
- TK Islam Bhakti Banjarmasin
- SD Negeri Surgi Mufti 4 Banjarmasin
- SMP Negeri 24 Banjarmasin
- MA Negeri 3 Banjarmasin
- Praktik Kerja Lapangan di Perum
BULOG Divre Kalsel
v
MOTTO
Allah is enough for us… Awal dari semua kebaikan adalah
meninggalkan keburukan. By Allah for Allah from Allah to Allah.
Kita tanpa Allah Nothing !!!
vi
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa tugas akhir ini merupakan hasil penelitian yang telah saya lakukan. Segala
kutipan dan bantuan dari berbagai sumber telah diungkapkan sebagaimana
mestinya.
Tugas akhir ini belum pernah dipublikasikan untuk keperluan lain oleh
siapapun juga, tugas akhir ini merupakan hasil tulisan saya yang dapat saya
pertanggungjawabkan otentikasinya atau bukan hasil dari aktivitas plagiat. Saya
juga menyatakan bahwa objek dan data yang saya ambil dalam penelitian ini
bukan merupakan objek dan data fiktif. Apabila dikemudian hari pernyataan saya
ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi hukum dari ketidakbenaran
pernyataan tersebut. Saya bersedia dicabut titel akademik serta hak yang melekat
padanya oleh Politeknik Negeri Banjarmasin, apabila saya terbukti melanggar
pernyataan yang telah saya sampaikan diatas.
Banjarmasin, Juli 2017
Sholehah
A03140054
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah segala puji dan syukur ke hadirat Allah Subhannahu
wata’ala yang telah menganugerahkan Rahmat dan HidayahNya. Shalawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam yang telah membawa kita dari kehidupan Jahiliyah
kepada kehidupan Islamiyah, serta kepada keluarga beliau, sahabat beliau, dan
seluruh pengikut beliau yang senantiasa berusaha menegakkan Syari’at Islam
dimuka bumi ini hingga akhir zaman. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir dengan judul “Perhitungan Harga Pokok Produk Per Biji Gorong-
gorong dengan Menggunakan Metode Harga Pokok Proses Pada CV Tiga Sumber
Rezeki Banjarmasin”. Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk memenuhi
salah satu syarat guna menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Pada
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Banjarmasin.
Akhirnya dengan selesainya Tugas Akhir ini, dengan tulus dan rendah hati penulis
ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Orang Tua Penulis yang tercinta atas doa, dan semangatnya serta dukungan
moril maupun materi.
2. Bapak H. Edi Yohanes, ST, MT Selaku Direktur Politenik Negeri
Banjarmasin
3. Ibu Andriani, SE, M.M., M.Sc Selaku Ketua Jurusan Politeknik Negeri
Banjarmasin.
4. Ibu Hj. Nurul Mukhlisah, SE, MM selaku Ketua Program Studi Akuntansi.
viii
5. Bapak Sandra Iriawan SE, Ak, MM Selaku Dosen Pembimbing I, atas
bimbingan, masukan, pengarahan dan perbaikan-perbaikan dalam
penyusunan Tugas Akhir ini.
6. Bapak Rusman Irwansyah SE, MM Selaku Dosen Pembimbing II, yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan pengarahan dalam hal
penulisan mulai awal proses penyusunan Tugas Akhir ini hingga selesai.
7. Dosen-dosen pengajar Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Banjarmasin
yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga
penulis mempunyai kemampuan untuk menyelesainkan Tugas Akhir ini.
8. Seluruh Staff Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Banjarmasin yang telah
membantu penulis selama menimba ilmu di Jurusan Akuntansi Politeknik
Negeri Banjarmasin.
9. Squad Kacau Balau Hmm Enak, Retno Muttaqien, Akhmad Ronny,
Muhammad Riswan, Muhammad Daud, Anik Septiana, dan Harlina yang
telah memberikan doa, support, solusi dan selalu memberikan hiburan apabila
Penulis mengalami kegalauan dalam proses pengerjaan Tugas Akhir ini
10. Keluarga besar UKM KSR PMI Unit Politeknik Negeri Banjarmasin,
khususnya angkatan 2014 telah memberikan doa, semangat dan bantuannya.
11. Seluruh teman kelas B Akuntansi angkatan 2014 yang tidak bisa penulis
sebutkan satu – persatu.
12. Irmi Iriani dan Pradikta Wichaksono S telah membantu Penulis dalam
menemukan Objek yang akan diteliti dan meringankan perhitungan.
ix
13. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun Tugas
Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari
kata sempurna. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran. Semoga
Tugas akhir ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca serta dapat
menambah ilmu pengetahuan bagi penulis. Aamiin Allahumma Aamiin.
Banjarmasin, Juli 2017
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN TUGAS AKHIR ................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR ................................................ iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ iv
MOTTO ................................................................................................................. v
SURAT PERNYATAAN .................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
ABSTRAK ........................................................................................................ xviii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Permasalahan ............................................................................................ 3
C. Batasan Masalah ....................................................................................... 4
D. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
E. Kegunaan Penelitian ................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6
A. Landasan Teori ......................................................................................... 6
1. Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya ........................................... 6
2. Pengertian Biaya ................................................................................ 7
3. Penggolongan Biaya .......................................................................... 7
4. Pengertian Akuntansi Biaya ............................................................. 11
xi
5. Pengertian dan Manfaat Harga Pokok Produksi .............................. 11
6. Perbedaan Metode Harga Pokok Proses dengan Metode Harga
Pokok Pesanan ................................................................................. 13
7. Metode Harga Pokok Proses – Tanpa Memperhitungkan Persediaan
Produk Dalam Proses Awal ............................................................. 14
8. Penentuan Harga Pokok Produk ...................................................... 15
9. Karakteristik Penggolongan Biaya Bahan Baku, Bahan Penolong,
Biaya Tenaga Kerja dan Biaya Overhead Pabrik ............................ 16
10. Karakteristik Harga Pokok Produk dan Sistem Pembebanan Biaya 16
11. Pengertian Depresiasi ...................................................................... 20
B. Hasil Penelitian Terdahulu ..................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 30
A. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ...................................... 30
1. Harga Pokok Produk ........................................................................ 30
2. Metode Harga Pokok Proses ............................................................ 30
B. Jenis Penelitian ....................................................................................... 31
C. Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 31
D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 32
E. Teknik Analisis Data............................................................................... 33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN .......... 34
A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 34
1. Sejarah Singkat Perusahaan ............................................................. 34
2. Struktur organisasi ........................................................................... 37
3. Bahan - bahan dan peralatan yang digunakan ................................. 40
4. Proses Produksi ................................................................................ 41
xii
5. Daerah Pemasaran Produk ............................................................... 44
B. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. 56
1. Penggolongan biaya yang disarankan penulis ................................. 56
2. Perhitungan biaya produksi yang disarankan oleh Penulis .............. 59
3. Perhitungan harga pokok produk per biji gorong-gorong ............... 84
4. Perhitungan harga pokok produk yang seharusnya dilakukan
perusahaan berdasarkan konsep akuntansi biaya ............................. 86
5. Perhitungan Harga Pokok Produk Per Biji ...................................... 95
6. Untuk menentukan harga pokok produk pada bulan Januari 2017
maka perlu juga diketahui beberapa jurnal ...................................... 99
7. Laporan Biaya Produksi ................................................................. 104
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 114
A. Simpulan ............................................................................................... 114
B. Saran ..................................................................................................... 115
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Perhitungan Harga Pokok Produk Per Unit ................................................. 17
Tabel 2. Laporan Biaya Produksi Januari 2017 ......................................................... 18
Tabel 3. Hasil Penelitian Terdahulu ........................................................................... 27
Tabel 4. Hasil Produksi Gorong-gorong Periode Januari 2017 ................................. 45
Tabel 5. Hasil Penjualan Gorong-gorong Periode Januari 2017 ................................ 46
Tabel 6. Daftar Aktiva Tetap .................................................................................... 46
Tabel 7. Daftar Tenaga Kerja ..................................................................................... 48
Tabel 8. Rangkuman Biaya Produksi Bulan Januari 2017 ........................................ 55
Tabel 9. Penggolongan Biaya Gorong-gorong diameter 20 x 1 m ............................ 56
Tabel 10. Penggolongan Biaya Gorong-gorong diameter 30 x 1 m .......................... 56
Tabel 11. Penggolongan Biaya Gorong-gorong diameter 40 x 1 m .......................... 57
Tabel 12. Penggolongan Biaya Gorong-gorong diameter 50 x 1 m .......................... 57
Tabel 13. Penggolongan Biaya Gorong-gorong diameter 60 x 1 m .......................... 57
Tabel 14. Penggolongan Biaya Gorong-gorong diameter 70 x 1 m .......................... 58
Tabel 15. Penggolongan Biaya Gorong-gorong diameter 80 x 1 m .......................... 58
Tabel 16. Perhitungan Biaya Produksi Gorong-gorong diameter 20 x 1 m ............... 77
Tabel 17. Perhitungan Biaya Produksi Gorong-gorong diameter 30 x 1 m ............... 78
Tabel 18. Perhitungan Biaya Produksi Gorong-gorong diameter 40 x 1 m .............. 79
Tabel 19. Perhitungan Biaya Produksi Gorong-gorong diameter 50 x 1 m .............. 80
Tabel 20. Perhitungan Biaya Produksi Gorong-gorong diameter 60 x 1 m .............. 81
Tabel 21. Perhitungan Biaya Produksi Gorong-gorong diameter 70 x 1 m .............. 82
Tabel 22. Perhitungan Biaya Produksi Gorong-gorong diameter 80 x 1 m .............. 83
xiv
Tabel 23. Perhitungan Harga Pokok Produk Per Biji Gorong-gorong diameter
20 x 1 m .................................................................................................... 95
Tabel 24. Perhitungan Harga Pokok Produk Per Biji Gorong-gorong diameter
30 x 1 m .................................................................................................... 96
Tabel 25. Perhitungan Harga Pokok Produk Per Biji Gorong-gorong diameter
40 x 1 m .................................................................................................... 96
Tabel 26. Perhitungan Harga Pokok Produk Per Biji Gorong-gorong diameter
50 x 1 m .................................................................................................... 97
Tabel 27. Perhitungan Harga Pokok Produk Per Biji Gorong-gorong diameter
60 x 1 m .................................................................................................... 97
Tabel 28. Perhitungan Harga Pokok Produk Per Biji Gorong-gorong diameter
70 x 1 m .................................................................................................... 98
Tabel 29. Perhitungan Harga Pokok Produk Per Biji Gorong-gorong diameter
80 x 1 m .................................................................................................... 98
Tabel 30. Laporan Biaya Produksi Gorong-gorong diameter 20 x 1 m .................... 104
Tabel 31. Laporan Biaya Produksi Gorong-gorong diameter 30 x 1 m .................... 105
Tabel 32. Laporan Biaya Produksi Gorong-gorong diameter 40 x 1 m .................... 106
Tabel 33. Laporan Biaya Produksi Gorong-gorong diameter 50 x 1 m .................... 106
Tabel 34. Laporan Biaya Produksi Gorong-gorong diameter 60 x 1 m .................... 107
Tabel 35. Laporan Biaya Produksi Gorong-gorong diameter 70 x 1 m .................... 108
Tabel 36. Laporan Biaya Produksi Gorong-gorong diameter 80 x 1 m .................... 108
Tabel 37. Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produk Per Biji Gorong-gorong
Diameter 20 x 1 m .................................................................................... 109
Tabel 38. Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produk Per Biji Gorong-gorong
Diameter 30 x 1 m .................................................................................... 109
Tabel 39. Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produk Per Biji Gorong-gorong
Diameter 40 x 1 m .................................................................................... 110
Tabel 40. Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produk Per Biji Gorong-gorong
Diameter 50 x 1 m .................................................................................... 110
xv
Tabel 41. Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produk Per Biji Gorong-gorong
Diameter 60 x 1 m .................................................................................... 110
Tabel 42. Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produk Per Biji Gorong-gorong
Diameter 70 x 1 m .................................................................................... 111
Tabel 43. Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produk Per Biji Gorong-gorong
Diameter 80 x 1 m .................................................................................... 111
xvi
DAFTAR BAGAN
Bagan I. Struktur Organisasi CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin ........................ 38
Bagan II. Proses gorong-gorong CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin .................. 43
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Permohonan Ijin Penelitian
2. Surat Keterangan Tempat Usaha
3. Denah Perusahaan
4. Foto Perusahaan
5. Lembar Bimbingan Konsultasi Tugas Akhir
6. Lembar Saran Penguji
7. Lembar Tanda Terima Penilaian Bimbingan
xviii
ABSTRAK
Sholehah / A03140054 / 2017 / PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK
PER BIJI GORONG-GORONG DENGAN MENGGUNAKAN METODE
HARGA POKOK PROSES PADA CV TIGA SUMBER REZEKI
BANJARMASIN / Akuntansi biaya / Harga Pokok Produk Per Biji / CV
Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perhitungan harga pokok produk
per biji gorong-gorong yang sesuai dengan akuntansi biaya yang seharusnya. Data
yang diperoleh dalam penelitian ini dari hasil wawancara dengan pimpinan dan
pihak terkait di perusahaan CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin.
Penelitian ini merupakan studi kasus pada CV Tiga Sumber Rezeki
Banjarmasin. Tahapan – tahapan yang dilakukan dalam menyusun penelitian ini
adalah mengelompokkan biaya produk sesuai dengan penggolongan yang
seharusnya menurut akuntansi biaya, menghitung harga pokok produk per biji
sesuai dengan metode harga pokok proses, menghitung penyusutan aktiva tetap,
kemudian membuat laporan biaya dan menjurnal.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat perbedaan perhitungan
harga pokok produk per satuan menurut CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin
untuk Gorong-gorong diameter 20 x 1 m menurut perusahaan sebesar Rp 92.971
sedangkan menurut penulis sebesar Rp 83.758. Perhitungan Gorong-gorong
diameter 30 x 1 m menurut perusahaan sebesar Rp 97.369 sedangkan menurut
penulis sebesar Rp 90.354. Perhitungan Gorong-gorong diameter 40 x 1 m
menurut perusahaan sebesar Rp 113.976 sedangkan menurut penulis sebesar Rp
114.104. Perhitungan Gorong-gorong diameter 50 x 1 m menurut perusahaan
sebesar Rp 129.480 sedangkan menurut penulis sebesar Rp 130.960. Perhitungan
Gorong-gorong diameter 60 x 1 m menurut perusahaan sebesar Rp 127.690
sedangkan menurut penulis sebesar Rp 132.104. Perhitungan Gorong-gorong
diameter 70 x 1 m menurut perusahaan sebesar Rp 203.753 sedangkan menurut
penulis sebesar Rp 207.854. Perhitungan Gorong-gorong diameter 80 x 1 m
menurut perusahaan sebesar Rp 259.290 sedangkan menurut penulis sebesar Rp
263.104. Sehingga terdapat selisih perhitungan untuk Gorong-gorong diameter 20
x 1 m sebesar Rp 9.213. Gorong-gorong diameter 30 x 1 m sebesar Rp 7.015.
Gorong-gorong diameter 40 x 1 m sebesar Rp 128. Gorong-gorong diameter 50 x
1 m sebesar Rp 1.479. Gorong-gorong diameter 60 x 1 m sebesar Rp 4.414.
Gorong-gorong diameter 70 x 1 m sebesar Rp 4.120. Gorong-gorong diameter 80
x 1 m sebesar Rp 3.815.
Kata Kunci: Harga Pokok Produk Per Biji, Metode Harga Pokok Proses
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia industri dari tahun ke tahun tentu ingin semakin maju dan
berkembang, untuk itu pihak manajemen perusahaan perlu membuat kebijakan
yang mengacu pada terciptanya efisiensi dan efektivitas kerja. Kebijakan ini
sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk menetapkan harga jual yang tepat
dengan laba yang diinginkan oleh perusahaan, sehingga perusahaan tersebut
dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain yang memproduksi produk
sejenis. Setiap perusahaan tertuju pada usaha komersial tujuan utamanya
adalah pencapaian keuntungan (laba). Agar tujuan tersebut tercapai maka
perusahaan hendaknya berusaha mengembangkan dan mempertahankan
keunggulan produk yang dihasilkan. Suatu produk akan banyak diminati
masyarakat luas apabila produk tersebut berkualitas tinggi, bermanfaat dan
sesuai dengan perkembangan zaman. Harga produk yang terjangkau juga
sangat berpengaruh terhadap penjualan produk suatu perusahaan.
Menurut Srikalimah (2017) Dalam penetapan harga jual produk, biaya
produksi per biji merupakan salah satu informasi yang dipertimbangkan
disamping informasi biaya lain serta informasi nonbiaya. Biaya merupakan
faktor penting dalam menjamin keberhasilan perusahaan dalam persaingan di
pasar tentu saja harus dilakukan oleh semua jenis perusahaan baik perusahaan
2
dagang, perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur. Perhitungan harga
pokok produk merupakan alat ukur untuk menentukan harga jual. Kesalahan
dalam perhitungan harga pokok produk berpengaruh terhadap harga jual.
Apabila harga terlalu tinggi perusahaan kesulitan dalambersaing sebaliknya
jika harga terlalu rendah maka keuntungan yang diharapkan kurang maksimal.
Untuk itu penentuan harga jual harus dilakukan dengan perhitungan yang
akurat dan tepat dalam menghasilkan produk.
CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin merupakan salah satu perusahaan
yang bergerak dalam usaha pembuatan sekaligus penjualan berbagai jenis
batako, bata press, gorong-gorong dan pembatas jalan. Gorong-gorong
merupakan salah satu produk yang cukup laku jika dibandingkan dengan
produk yang lain. Hal ini karena pada saat musim kemarau masyarakat
cenderung membuat sumur gali. Dalam pembuatan sumur gali, masyarakat
memerlukan gorong-gorong untuk menampung air.
Dalam menentukan harga pokok produksi, CV Tiga Sumber Rezeki
Banjarmasin melakukan perhitungan harga pokok produksi berdasarkan
taksiran atau perkiraan saja, dimana perkiraan tersebut mencakup biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja dan biaya lain-lain. Perhitungan biaya bahan baku
diantaranya yaitu perhitungan perkiraan berapa bahan baku yang dibutuhkan.
Untuk biaya tenaga kerja dihitung berdasarkan upah mingguan yaitu berapa
orang pekerja yang melakukan produksi dikali dengan upah mingguan pekerja.
Sementara itu, untuk biaya overhead pabrik belum diperhitungkan dalam biaya
produksi karena pihak perusahaan hanya menghitung biaya lain-lain yaitu
3
biaya listrik dan telepon, tidak menghitung penyusutan aktiva tetap, sehingga
hal tersebut akan berpengaruh pada harga jual yang ditawarkan kepada
pembeli yaitu harga terlalu tinggi atau terlalu rendah. Dengan harga jual yang
terlalu tinggi akan mengakibatkan produk yang ditawarkan sulit bersaing
dengan produk sejenis yang ada di perusahaan yang memproduksi produk
yang sama. Sedangkan jika harga jual produk terlalu rendah akan
mengakibatkan laba yang dihasilkan kurang maksimal. Menghindari kesalahan
tersebut maka sebaiknya yang dilakukan perusahaan adalah dengan
menghitung harga pokok produk yang lebih akurat maka akan diketahui harga
jual per biji yang sesuai dengan perhitungan konsep akuntansi biaya yang
seharusnya. Sebagaimana pentingnya perhitungan harga pokok produk guna
menentukan harga jual, maka penulis tertarik untuk mengambil judul
“Perhitungan harga pokok produk per biji gorong-gorong pada CV Tiga
Sumber Rezeki Banjarmasin.”
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka permasalahan dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana penggolongan biaya menurut konsep akuntansi biaya yang
seharusnya?
2. Bagaimana perhitungan harga pokok produk per biji gorong-gorong
dengan menggunakan metode harga pokok proses pada CV Tiga Sumber
Rezeki Banjarmasin?
4
C. Batasan Masalah
Agar penelitian dapat mencapai sasaran yang lebih terarah pada
masalah yang dihadapi perusahaan, maka penulis membatasi permasalahan
pada perhitungan harga pokok produk per biji gorong-gorong dengan
menggunakan metode harga pokok proses pada CV Tiga Sumber Rezeki
Banjarmasin yaitu untuk periode Januari 2017, dengan semua jenis ukuran
gorong-gorong diameter
1. 20 x 1 m
2. 30 x 1 m
3. 40 x 1 m
4. 50 x 1 m
5. 60 x 1 m
6. 70 x 1 m
7. 80 x 1 m
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui penggolongan biaya yang sesuai dengan konsep
akuntansi biaya yang seharusnya.
2. Untuk mengetahui perhitungan harga pokok produk per biji gorong-gorong
dengan menggunakan metode harga pokok proses pada CV Tiga Sumber
Rezeki Banjarmasin.
5
E. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada CV Tiga Sumber
Rezeki Banjarmasin maka kegunaan yang dapat diperoleh adalah sebagai
berikut :
1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan
tentang akuntansi biaya, terutama dalam hal perhitungan harga pokok
produk per unit.
2. Bagi Politeknik Negeri Banjarmasin
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dan
informasi bagi penelitian selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dan
pembahasan terhadap permasalahan yang sama.
3. Bagi CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan CV
Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin sekarang atau masa depan dalam
menjalankan dan memperhitungkan harga pokok produk per unit.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya
“Akuntansi biaya adalah bagian dari akuntansi manajemen dimana
merupakan salah satu dari bidang khusus akuntansi yang menekankan
pada penentuan dan pengendalian biaya”. Firdaus Ahmad Dunia (2009:4)
“Akuntansi biaya adalah salah satu cabang akuntansi yang
merupakan alat manajemen dalam memonitor dan merekam transaksi
biaya secara sistematis, serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk
laporan biaya”. Supriyono (2013:12)
Tujuan dan manfaat akuntansi biaya adalah menyediakan salah
satu informasi yang diperlukan manajemen dalam mengelola perusahaan,
yaitu informasi biaya yang bermanfaat untuk :
a. Penentuan harga pokok produk
Biaya yang telah terjadi dimasa lalu atau biaya historis dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan manajemen
b. Pengendalian biaya
Memenuhi kebutuhan manajemen dan kebutuhan pihak luar
perusahaan
c. Pengambilan keputusan khusus
Menyangkut masa yang akan datang. Oleh karena itu informasi yang
relevan dengan pengembalian keputusan khusus selalu berhubungan
dengan informasi masa yang akan datang. Informasi biaya tidak
dicatat dalam catatan akuntansi biaya, melainkan hasil dari suatu
proses peramalan. Karena keputusan khusus merakan sebagian besar
kegiatan manajemen perusahaan, laporan akuntansi biaya untuk
memenuhi tujuan pengembalian keputusan adalah bagian dari
akuntansi manajemen. Firdaus Ahmad Dunia (2009:25)
7
2. Pengertian Biaya
Sebuah perusahaan yang menjalankan usahanya untuk lebih
meningkatkan usahanya tersebut tentulah para pengusaha menginginkan
perusahaannya tetap eksis dan berkembang. Agar perusahaan tersebut
berkembang. Tentunya pihak perusahaan mempunyai suatu system yang
menyangkut tentang biaya. Dengan kata lain, biaya diperlukan agar pihak
perusahaan dapat mengetahui sejauh mana perusahaan tersebut telah
melakukan kegiatan usahanya dan bagaimana hasil yang diperoleh dari
kegiatan tersebut. Lukman Surjadi (2013:7)
“Biaya adalah harga perolehan yang digunakan atau dikorbankan
dalam rangka memperoleh penghasilan (revenue) yang akan dipakai sesuai
pengurang penghasilan”. Biaya digolongkan ke dalam harga pokok
penjualan, biaya penjualan, biaya administrasi dan umum, biaya bunga dan
biaya pajak perseroan”. Lukman Surjadi (2013:16)
Biaya dibagi menjadi dua yaitu :
a. Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis (sifat
kelangkaan) yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi (biaya
historis) atau kemungkinan akan terjadi (biaya masa yang akan
datang) untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Dalam arti sempit biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis untuk
memperoleh aktiva. Jumlah yang dikorbankan secara tidak langsung
disebut harga pokok yang dikorbankan dalam usaha memperoleh
penghasilan dan dicatat pada neraca sebagai aktiva. Mulyadi (2015:9)
3. Penggolongan Biaya
Penggolongan adalah proses mengelompokkan secara sistematis atas
keseluruhan elemen yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang
lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih punya arti atau
lebih penting.
Akuntansi biaya bertujuan untuk menyajikan informasi biaya yang
akan digunakan untuk berbagai tujuan, dalam menggolongkan biaya harus
disesuaikan dengan tujuan dari informasi biaya yang akan disajikan.oleh
karena itu dalam penggolongan biaya tergantung untuk apa biaya tersebut
digolongkan, untuk tujuan yang berbeda diperlukan cara penggolongan
biaya yang berbeda pula, atau tidak ada satu cara penggolongan biaya yang
dapat dipakai untuk semua tujuan menyajikan informasi biaya. Lukman
Surjadi (2013:18)
8
a. Penggolongan Biaya sesuai dengan Fungsi Pokok dari
Kegiatan/Aktivitas Perusahaan
Fungsi pokok dari kegiatan perusahaan-perusahaan dapat
digolongkan ke dalam :
1) Fungsi produksi, yaitu fungsi yang berhubungan dengan kegiatan
pengolahan bahan baku menjadi produk selesai yang siap untuk
dijual.
2) Fungsi pemasaran, yaitu fungsi yang berhubungan dengan kegiatan
penjualan produk selesai yang siap dijual dengan cara yang
memuaskan pembeli dan dapat memperoleh laba sesuai yang
diinginkan perusahaan sampai dengan pengumpulan kas dari hasil
penjualan
3) Fungsi administrasi dan umum, yaitu fungsi yang berhubungan
dengan kegiatan penentuan kebijaksanaan, pengarahan, dan
pengawasan kegiatan perusahaan secara keseluruhan agar dapat
berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efisien).
4) Fungsi keuangan (financial), yaitu fungsi yang berhubungan
dengan kegiatan keuangan atau penyediaan dana yang diperlukan
perusahaan.
Menurut Mulyadi, biaya digolongkan ke dalam lima cara, yaitu :
a. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran
Cara penggolongan ini nama objek pengeluaran merupakan
dasar penggolongan biaya, misalnya nama objek pengeluaran adalah
listrik, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan listrik
disebut “biaya listrik”.
b. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam Perusahaan
Biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu :
1) Biaya produksi
Semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau
kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai.
Contohnya adalah biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
9
2) Biaya pemasaran
Semua biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran
produk. Contohnya biaya promosi, biaya angkut dari gudang
perusahaan ke gudang pembeli.
3) Biaya administrasi dan umum
Semua biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi
pemasaran produk. Contohnya adalah biaya gaji karyawan bagian
keuangan, akuntansi, personalia dan bagian hubungan masyarakat,
biaya pemeriksaan akuntan, dan biaya fotocopy.
4) Biaya keuangan
Semua biaya yang terjadi dalam melaksanakan fungsi keuangan.
c. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang
dibiayai
1) Biaya langsung (direct cost)
Biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena
adanya sesuatu yang dibiayai, Jika sesuatu yang dibiayai tersebut
tidak ada maka biaya langsung ini tidak akan terjadi.
2) Biaya tidak langsung (indirect cost)
Biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang
dibiayai. Biaya itu ada tetapi tidak mengeluarkan uang kas.
10
d. Penggolongan biaya menurut perilaku dalam hubungannya dengan
perubahan volume kegiatan
1) Biaya variabel
Biaya yang jumlah totalnya berubah akan tetapi sebanding dengan
volume kegiatan. Contohnya adalah biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung.
2) Biaya semi variabel
Biaya yang jumlah totalnya berubah akan tetapi perubahannya
tidak sebanding dengan volume kegiatan. Biaya ini mengandung
unsur biaya tetap dan biaya variabel.
3) Biaya semi fixed
Biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan
berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi
tertentu.
4) Biaya tetap
Biaya yang jumlah totalnya tetap dalam volume kegiatan tertentu.
Contohnya adalah gaji direktur produksi.
e. Penggolongan Biaya Menurut Atas Dasar Jangka Waktu Manfaatnya
1) Pengeluaran modal (capital expenditures)
Biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi
(biasanya satu tahun kalender). Contohnya adalah pengeluaran
untuk pembelian aktiva tetap.
11
2) Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure)
Biaya yang mempunyai manfaat dalam periode akuntansi
terjadinya pengeluaran tersebut. Contohnya adalah biaya iklan dan
biaya tenaga kerja. Mulyadi (2015:16)
4. Pengertian Akuntansi Biaya
“Akuntansi Biaya adalah proses pencatatan, penggolongan,
peringkasan, dan penyajian biaya-biaya pembuatan dan penjualan produk
atau penyerahan jasa dengan cara-cara tertentu beserta penafsiran terhadap
hasilnya”. Riwayadi (2014:1)
“Tujuan akuntansi biaya adalah menyediakan informasi biaya untuk
kepentingan manajemen guna membantu mereka mengelola perusahaan.
Riwayadi”. (2014:2)
5. Pengertian dan Manfaat Harga Pokok Produksi
”Istilah harga pokok sama dengan pengertian biaya dalam arti
sempit, yaitu pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva”.
Mulyadi (2015:9)
Pada perusahaan manufaktur semua biaya yang terjadi atau
dikeluarkan dalam mengolah bahan baku menjadi produk yang siap dijual
dapat disebut sebagai harga pokok atau biaya produksi. Jadi harga pokok
produk adalah segala pengorbanan sumber ekonomi yang terjadi untuk
memperoleh satuan produk.
12
Dalam perusahaan yang berproduksi massa, informasi harga pokok
produksi ini bermanfaat bagi manajemen perusahaan untuk :
a. Menentukan harga jual produk
Perusahaan yang memproduksi massa memproses produknya
untuk memenuhi persediaan di gudang. Dengan demikian biaya
produksi dihitung untuk jangka waktu tertentu untuk menghasilkan
informasi biaya produksinya per satuan produk. Dalam penetapan harga
jual produk, biaya produksi per unit merupakan salah satu informasi
yang dipertimbangkan disampig informasi biaya lain serta informasi
nonbiaya.
b. Memantau realisasi biaya produksi
Jika neraca produksi untuk jangka waktu tertentu telah diputuskan
untuk dilaksanakan, manajemen memerlukan informasi biaya produksi
sesungguhnya dikeluarkan didalam pelaksanaan rencana produksi
tersebut. Oleh karena itu, akuntansi biaya digunakan untuk
mengumpulkan informasi biaya produksi yang dikeluarkan dalam
jangka waktu tertentu tersebut dilakukan dengan menggunakan metode
harga pokok proses.
c. Menghitung laba atau rugi periode tertentu
Untuk mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran
perusahaan dalam periode tertentu mampu menghasilkan laba bruto
atau mengakibatkan rugi bruto, manajemen memerlukan informasi
biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi produk
dalam periode tertentu. Informasi laba atau rugi bruto periodic
diperlukan untuk mengetahui kontribusi produk dalam menutup biaya
nonproduksi dan menghasilkan laba atau rugi. Oleh karena itu, metode
harga pokok proses digunakan oleh manajemen untuk mengumpulkan
informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan untuk periode
tertentu guna menghasilkan laba atau rugi bruto tiap periode.
d. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam
proses yang disajikan dalam neraca.
Pada saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggung
jawaban keuangan periodik, manajemen harus menyajikan laporan
keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi. Didalam neraca,
manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan
harga pokok produk pada tanggal neraca masih dalam proses. Untuk
tujuan manajemen perlu menyelenggarakan catatan biaya produksi tiap
periode. Berdasarkan catatan biaya prduksi tiap periode tersebut
manajemen dapat menentukan biaya produksi yang melekat pada
produk jadi belum laku dijual pada tanggal neraca. Disamping itu,
berdasarkan catatan biaya produksi tiap periode tersebut, manajemen
dapat pula menentukan biaya produksi yang melekat pada produk yang
pada tanggal neraca masih dalam proses pengerjaan. Biaya produksi
yang melekat pada produk jadi yang belum laku dijual pada tanggal
neraca masih dalm proses pengerjaan disajikan dalam neraca sebagai
harga pokok persediaan produk dalam proses.
13
Untuk menaksir biaya produksi yang akan dikeluarkan dalam
memproduksi produk dalam jangka waktu tertentu perlu dihitung unsur
biaya berikut :
Taksiran biaya bahan baku Rp xx
Taksiran biaya tenaga kerja langsung xx
Taksiran biaya overhead pabrik xx
Total biaya produksi Rp xx
Mulyadi (2015:65-70)
6. Perbedaan Metode Harga Pokok Proses dengan Metode Harga Pokok
Pesanan
Untuk memahami karakteristik metode harga pokok proses berikut ini
disajikan perbedaan metode harga pokok proses dengan metode harga
pokok pesanan. Perbedaan diantara dua metode pengumpulan biaya
produksi tersebut terletak pada:
a. Pengumpulan biaya produksi
Metode harga pokok pesanan mengumpulkan biaya produksi
menurut pesanan, sedangkan metode harga pokok proses
mengumpulkan biaya produksi per departemen produksi per periode
akuntansi.
b. Perhitungan harga pokok per satuan
Metode harga pokok pesanan menghitung harga pokok produksi
per satuan dengan cara membeagi total biaya yang dikeluarkan untuk
pesanan tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam
pesanan yang bersangkutan. Metode harga pokok proses menghitung
harga pokok produk per satuan dengan cara membagi total biaya yang
dikeluarkan selama periode yang bersangkutan, perhitungan ini
dilakukan setiap akhir periode akuntansi.
c. Penggolongan biaya produksi
Metode harga pokok pesanan biaya produksi harus dipisahkan
menjadi biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung.
Biaya produksi langsung dibebankan kepada produk berdasar biaya
yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya produksi tidak langsung
dibebankan kepada produk berdasarkan terif yang ditentukan dimuka.
Metode harga pokok proses pembebanan biaya produksi langsung dan
biaya produksi tidak langsung seringkali tidak diperlukan, terutama jika
perusahaan hanya menghasilkan satu macam produk, karena harga
pokok per satuan produk dihitung setiap akhir bulan, maka umumnya
biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar biaya yang
sesungguhnya terjadi.
d. Unsur yang Digolongkan dalam Biaya Overhead Pabrik
Metode harga pokok pesanan biaya overhead pabrik terdiri dari
biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya
produksi lain selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
14
Didalam metode ini biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk
atas dasar tariff yang ditentukan dimuka. Metode harga pokok proses
biaya overhead pabrik terdiri dari biaya produksi terdiri dari biaya
produksi selain biaya bahan baku dan bahan penolong dan biaya tenaga
kerja (baik yang langsung maupun yang tidak langsung). Didalam
metode ini biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk sebesar
biaya yang sesungguhnya terjadi selama periode akuntansi tertentu.
Mulyadi (2015:64-65)
7. Metode Harga Pokok Proses – Tanpa Memperhitungkan Persediaan
Produk Dalam Proses Awal
Untuk memberikan gambaran awal penggunaan metode harga pokok
proses dalam pengumpulan biaya produksi, berikut ini disajikan contoh
penggunaan metode harga pokok proses yang belum memperhitungkan
dampak adanya persediaan produk dalam proses awal.
a. Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang
produknya diolah hanya melalui satu departemen produksi.
b. Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang
produknya diolah melalui lebih dari satu departemen produksi.
c. Pengaruh terjadinya produk yang hilang dalam proses terhadap
perhitungan harga pokok produksi per satuan, dengan anggapan :
1) Produk hilang pada awal proses
2) Produk hilang pada akhir proses
Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk
periode tertentu dan kos produksi per satuan produk yang dihasilkan
dalam periode tersebut dihitung dengan cara membagi total biaya
produksi untuk periode tersebut dengan jumlah satuan produk yang
dihasilkan dalam periode yang bersangkutan.
15
Bila dihubungkan dengan perusahaan CV Tiga Sumber Rezeki
maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut termasuk perusahaan
yang berproduksi secara terus menerus dan dalam jumlah yang banyak
sehingga metode yang dipakai adalah metode harga pokok proses.
8. Penentuan Harga Pokok Produk
“Penentuan biaya produksi adalah cara memperhitungkan unsur-
unsur biaya ke dalam biaya produksi. Mulyadi (2015:10)
Penentuan harga pokok produk dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
: full costing dan variabel costing.
a. Metode full Costing
Full costing merupakan metode penentuan biaya produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam biaya
produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang variable maupun tetap
Dengan demikian biaya produksi menurut metode full costing
terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini :
Biaya bahan baku Rp xx
Biaya tenaga kerja langsung xx
Biaya overhead pabrik variabel xx
Biaya overhead pabrik tetap xx
Kos produksi Rp xx
Kos produksi yang dihitung dengan pendekatan full costing
terdiri dari unsur kos produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya
nonproduksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum).
b. Metode variabel costing
Variabel costing merupakan metode penentuan kos produksi yang
hanya memeperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke
dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.
Dengan demikian kos produksi menurut metode variabel costing
terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini:
Biaya bahan baku xx
Biaya tenag kerja langsung xx
Biaya overhead pabrik variabel xx
Kos produk yang dihitung dengan pendekatan variabel costing
terdiri dari kos produksi variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik variabel) ditambah dengan biaya
nonproduksi variabel (biaya pemasaran variabel dan umum variabel)
16
dan biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap,
biaya administrasi dan umum tetap). Mulyadi (2015:17-19)
9. Karakteristik Penggolongan Biaya Bahan Baku, Bahan Penolong, Biaya
Tenaga Kerja dan Biaya Overhead Pabrik
Biaya produksi dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :
a. Biaya bahan baku
Biaya bahan baku adalah biaya perolehan semua bahan yang
pada akhirnya akan menjadi bagian dari objek biaya (barang dalam
proses dan kemudian barang jadi) dan yang dapat ditelusuri ke objek
biaya dengan cara yang ekonomis. Misalnya pemakaian bahan berupa
semen, pasir dan batu pada perusahaan gorong-gorong yang menjadi
komponen utama produk, dapat ditelusuri secara langsung tanpa perlu
alokasi.
b. Biaya tenaga kerja langsung
Biaya tenaga kerja langsung atau upah langsung adalah biaya
yang dibayarkan kepada tenaga kerja langsung. Istilah tenaga kerja
langsung digunakan untuk menunjuk tenaga kerja (buruh) yang
terlibat secara langsung
c. Biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik adalah biaya yang meliputi semua
elemen biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja.
Supriyono (2013:20)
10. Karakteristik Harga Pokok Produk dan Sistem Pembebanan Biaya
Karakteristik dari metode harga pokok proses adalah sebagai
berikut :
Metode pengumpulan biaya produksi ditentukan oleh karakteristik proses
produk perusahaan. Dalam perusahaan yang berproduksi massa,
karakteristik produksinya adalah sebagai berikut :
a. Produk yang dihasilkan merupakan produk standar
b. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama
c. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi
yang berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu
17
tertentu, sehingga untuk menghitung besarnya harga pokok per unit
yaitu :
Tabel 1
Perhitungan Harga Pokok Produk Per Unit
Elemen biaya
produksi
Biaya
produksi
Unit Ekuivalen Biaya produk per biji
yang dihasilkan
Biaya bahan baku Rp xxx E = p + (q x r) Rp xxx
Biaya bahan penolong Rp xxx E = p + (q x r) Rp xxx
Biaya tenaga kerja Rp xxx E = p + (q x r) Rp xxx
Biaya overhead pabrik Rp xxx E = p + (q x r) Rp xxx
Jumlah Rp xxx E = p + (q x r) Rp xxx
Sumber : Mulyadi (2015:70)
Unit ekuivalen adalah unit yang disamakan dengan satuan produk
jadi untuk kepentingan perhitungan barang dalam proses. Untuk
menghitung unit ekuivalen ini maka digunakan rumus sebagai berikut :
Unit ekuivalen + produk jadi + (tingkat penyelesaian x produk
dalam proses)
Perhitungan biaya produksi per produk yang diproduksi dilakukan
dengan membagi tiap unsur biaya produksi yaitu biaya bahan baku,
biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik
Setelah biaya produk per satuan dihitung, harga pokok produk
jadi ditransfer ke gudang dan harga pokok persediaan produk dalam
proses dihitung sebagai berikut :
Harga pokok produk jadi : Rp xxx
Harga produk dalam proses :
Biaya Bahan Baku Rp xxx
Biaya Bahan Penolong Rp xxx
Biaya Tenaga Kerja Rp xxx
Biaya Overhead Pabrik Rp xxx +
Rp xxx +
Jumlah biaya produksi Rp xxx
Sumber : Mulyadi (2015:70)
18
Setelah melakukan perhitungan diatas kemudian disajikan dalam
bentuk laporan biaya produksi pada tabel dibawah ini sebagai berikut :
Tabel 2
Laporan Biaya produksi Januari 2017
CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin
Data Produksi:
Dimasukan dalam proses xx
Produk jadi yang ditransfer ke xx
gudang
Produk dalam proses akhir xx
Jumlah produk yang dihasilkan xx
Biaya yang dibebankan dalam
bulan Januari 2017:
Total Perbiji
Biaya bahan baku Rp xxx Rp xxx
Biaya tenaga kerja langsung Rp xxx Rp xxx
Biaya overhead pabrik Rp xxx Rp xxx
Rp xxx Rp xxx
Perhitungan biaya:
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
= Rp xxx
Jumlah biaya produksi yang dibebankan = Rp xxx
Biaya yang terjadi dalam bulan Januari 2017 dicatat dengan jurnal
berikut ini :
Jurnal pencatatan biaya produksi sebagai berikut :
1) Jurnal untuk mencatat pembelian bahan baku
Persediaan bahan baku Rp xxx
Kas Rp xxx
2) Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku
Barang dalam proses – biaya bahan baku Rp xxx
Persediaan bahan baku Rp xxx
19
3) Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja
Barang dalam proses – biaya tenaga kerja Rp xxx
Gaji dan upah Rp xxx
4) Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik Rp xxx
Berbagai rekening yang dikreditkan Rp xxx
5) Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke
gudang :
Persediaan produk jadi Rp xxx
Barang dalam proses – biaya bahan baku Rp xxx
Barang dalam proses – biaya bahan penolong Rp xxx
Barang dalam proses – biaya tenaga kerja Rp xxx
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik Rp xxx
6) Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses
yang belum selesai diolah akhir bulan :
Persediaan produk dalam proses Rp xxx
Barang dalam roses – biaya bahan baku Rp xxx
Barang dalam proses – biaya bahan penolong Rp xxx
Barang dalam proses – biaya tenaga kerja Rp xxx
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik Rp xxx
Mulyadi (2015:75)
20
11. Pengertian Depresiasi
Depresiasi adalah sebagian dari harga perolehan aktiva tetap yang
secara sistematis dialokasikan menjadi biaya setiap periode akuntansi.
Menurut PSAK No. 17, depresiasi (penyusutan) adalah alokasi jumlah
suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang
diestimasi yang akan dibebankan ke pendapatan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Aktiva tetap yang dapat disusutkan adalah aktiva
yang :
a. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi.
b. Memiliki masa manfaat yang terbatas.
c. Dimiliki oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau
memasok barang atau jasa, untuk disewakan atau untuk tujuan
administrasi.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan depresiasi bisa
dikelompokkan menjadi dua, yakni :
a. Faktor-faktor fisik
Faktor-faktor yang mengurangi fungsi aktiva tetap adalah aus
karena dipakai (wear and tear), aus karena umur (deterioration and
decay) dan kerusakan-kerusakan.
b. Faktor-faktor fungsional
Faktor-faktor fungsional yang membatasi umur aktiva tetap antara
lain, ketidakmampuan aktiva untuk memenuhi kebutuhan produksi
sehingga perlu diganti dank arena adanya perubahan permintaan
21
terhadap barang atau jasa yang dihasilkan, atau karena adanya
kemajuan teknologi sehingga aktiva tersebut tidak ekonomis lagi jika
dipakai.
Ada tiga factor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan
beban depresiasi setiap periode. Faktor-faktor itu ialah:
a. Harga perolehan (cost)
Uang yang dikeluarkan atau utang yang timbul dan biaya-biaya
lain yang terjadi dalam memperoleh suatu aktiva dan menempatkannya
agar dapat digunakan
b. Nilai sisa (residu)
Nilai sisa suatu aktiva yang didepresiasi adalah jumlah yang
diterima bila aktiva itu dijual, ditukarkan atau cara-cara lain ketika
aktiva tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi, dikurangi dengan
biaya-biaya yang terjadi pada saat menjual/menukarnya.
c. Taksiran umur kegunaan (masa manfaat)
Taksiran umur kegunaan (masa manfaat) suatu aktiva dipengaruhi
oleh cara-cara pemeliharaan dan kebijakan-kebijakan yang dianut
dalam reparasi.taksiran umur ini bisa dinyatakan dalam satuan periode
waktu, satuan hasil produksi atau satuan jam kerjanya. Dalam menaksir
umur (masa mafaat) aktiva, harus dipertimbangkan sebab-sebab
keausan fisik dan fungsional.
22
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung
beban depresiasi yang dapat digunakan untuk menghitung beban depresiasi
periodik.
a. Metode garis lurus (Straight line method)
Metode ini adalah metode depresiasi yang paling sederhana dan
banyak digunakan. Dalam cara ini beban depresiasi tiap periode
jumlahnya sama. (kecuali kalau ada penyesuaian-penyesuaian).
Depresiasi =
Keterangan : HP = Harga perolehan (cost)
NS = Nilai sisa (residu)
n = Taksiran umur kegunaan
Perhitungan depresiasi (penyusutan) dengan metode garis lurus
ini didasarkan pada anggapan-anggapan sebagai berikut :
1) Kegunaan ekonomis dari suatu aktiva akan menurun secara
proporsional setiap periode.
2) Biaya reparasi dan pemeliharaan tiap-tiap periode jumlahnya relatif
tetap.
3) Kegunaan ekonomis berkurang karena lewatnya waktu
4) Penggunaan (kapasitas) aktiva tiap-tiap periode relatif tetap
Dengan adanya anggapan-anggapan seperti diatas, metode garis
lurus sebaiknya digunakan untuk menghitung depresiasi gedung,
mebel, dan alat-alat kantor. Biaya depresiasi yang dihitung dengan
23
cara ini jumlahnya setiap periode tetap, tidak menghiraukan kegiatan
dalam periode tersebut.
b. Metode jam jasa (Service hours method)
Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa aktiva (terutama
mesin-mesin) akan lebih cepat rusak bila digunakan sepenuhnya (full
time) disbanding dengan yang penggunaan yang tidak sepenuhnya (part
time). Dalam cara ini beban depresiasi dihitung dengan dasar satuan
jam jasa. Beban depresiasi periodic besarnya akan sangat tergantung
pada jam jasa yang terpakai (digunakan).
Depresiasi per jam =
c. Metode hasil produksi (Productive output method)
Dalam metode ini umur kegunaan aktiva ditaksir dalam satuan
jumlah unit hasil produksi. Beban depresiasi (penyusutan) dihitung
dengan dasar satuan hasil produksi, sehingga depresiasi tiap periode
akan berfluktuasi sesuai dengan fluktuasi dalam hasil produksi. Dasar
teori yang dipakai adalah bahwa suatu aktiva itu dimiliki untuk
menghasilkan produk, sehingga depresiasi juga didasarkan pada jumlah
produk yang dapat dihasilkan.
Depresiasi per unit =
Keterangan : HP = Harga perolehan (cost)
NS = Nilai sisa (residu)
n = Taksiran hasil produksi (unit)
24
d. Metode beban berkurang (Reducing charge methods)
Dalam metode ini beban depresiasi (penyusutan) tahun-tahun
pertama akan lebih besar daripada beban depresiasi tahun-tahun
berikutnya. Metode ini didasarkan pada teori bahwa aktiva yang baru
akan dapat digunakan dengan lebih efisien dibandingkan dengan
aktiva yang lebih tua. Begitu juga biaya reparasi dan
pemeliharaannya. Biasanya aktiva yang baru akan memerlukan
reparasi dan pemeliharaan yang lebih sedikit dengan aktiva yang lama.
Jika dipakai metode ini maka diharapkan jumlah beban depresiasi dan
biaya reparasi dan pemeliharaan dari tahun ke tahun akan relatif stabil,
karena jika depresiasinya besar maka biaya reparasi dan
pemeliharaannya kecil (dalam tahun pertama), dan sebaliknya dalam
tahun terakhir, beban depresiasi kecil sedangkan biaya reparasi dan
pemeliharaannya besar.
Ada 4 cara untuk menghitung beban depresiasi yang menurun
dari tahun ke tahun yaitu :
1) Metode jumlah angka tahun (sum of year’s digits method)
Di dalam metode ini depresiasi (penyusutan) dihitung dengan cara
mengalikan bagian pengurang (reducing fractions) yang tiap
tahunnya selalu menurun dengan harga perolehan dikurangi nilai
residu. Bagian pengurang ini dihitung sebagai berikut :
Pembilang = bobot (weight) untuk tahun yang bersangkutan
25
Penyebut = jumlah angka tahun selama umur ekonomis aktiva
atau jumlah angka bobot (weight)
Keterangan : n = Umur ekonomis
2) Metode saldo menurun (Declining balance method)
Dalam cara ini beban depresiasi (penyusutan) periodic dihitung
dengan cara mengalikan tariff yang tetap dengan nilai buku aktiva.
Karena nilai buku aktiva ini setiap tahun selalu menurun maka
beban depresiasi tiap tahunnya juga selalu menurun. Tarif ini
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
T = 1 -
Keterangan : T = Tarif
N = Umur ekonomis
NS = Nilai sisa (residu)
HP = Harga perolehan
Depresiasi mesin dihitung sebagai berikut :
T = 1 -
3) Double declining balance method
Dalam metode ini, beban depresiasi (penyusutan) tiap tahunnya
menurun. Untuk dapat menghitung beban depresiasi yang selalu
menurun, dasar yang digunakan adalah persentase depresiasi
26
dengan cara garis lurus. Persentase ini dikalikan dua dan setiap
tahunnya dikalikan pada nilai buku aktiva tetap. Karena nilai
buku selalu menurun maka beban depresiasi juga selalu menurun.
4) Metode tarif menurun (declining rate on method)
Disamping metode-metode yang telah diuraikan dimuka, kadang-
kadang dijumpai cara menghitung depresiasi dengan
menggunakan tarif (%) yang selalu menurun. Tarif ini
setiapperiode dikalikan dengan harga perolehan. Penurunan tarif
setiap periode dilakukan tanpa menggunakan dasar yang pasti,
tetapi ditentukan berdasarkan kebijakan pimpinan perusahaan.
Karena tarifnya setiap periode selalu menurun maka beban
depresiasinya juga selalu menurun.
Metode lain yang dapat digunakan untuk menghitung beban
depresiasi adalah metodeperhitungsn bungs majemuk. Dalam
metode ini beban depresiasi bisa dihitung dengan cara annitet atau
sinking fund.
e. Metode tarif kelompok/gabungan
Metode ini merupakan cara perhitungan depresiasi untuk kelompok
aktiva tetap sekaligus. Metode ini adalah metode garis lurus yang
diperhitungkan terhadap sekelompo k aktiva. Apabila aktiva yang
dimiliki mempunyai umur dann fungsi yang berbeda, maka aktiva ini
bisa dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok, untuk masing-masing
fungsi. Depresiasi diperhitungkan terhadap masing-masing kelompok.
27
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 3
Hasil penelitian terdahulu
Identitas
Penelitian
Aspek
Raudatul Muna
A03070038
Jurusan
Akuntansi
Politeknik Negeri
Banjarmasin
Farida Aniah
A03130021
Jurusan
Akuntansi
Politeknik Negeri
Banjarmasin
Sholehah
A03140054
Jurusan
Akuntansi
Politeknik Negeri
Banjarmasin
1. Judul Penentuan harga
pokok produk
pada perusahaan
Alexa Bakery
Banjarmasin
Perhitungan harga
pokok produk
Roti manis pada
Roti Oval Bakery
Banjarmasin
Perhitungan harga
pokok produk per
biji gorong-
gorong dengan
menggunakan
metode harga
pokok proses
pada CV Tiga
Sumber Rezeki
Banjarmasin
2. Institusi/Perusah
aan yang diteliti
Alexa Bakery
Banjarmasin
Roti Oval Bakery
Banjarmasin
CV Tiga Sumber
Rezeki
Banjarmasin
3. Permasalahan Bagaimana
perhitungan harga
pokok produk dan
penggolongan
biaya produksi
sesuai dengan
konsep akuntansi
biaya pada
perusahaan Alexa
Bakery yang
diproduk yaitu
roti gulung
Bagaimana
penggolongan
biaya pada Roti
Oval Bakery
Banjarmasin yang
sesuai dengan
konsep akuntansi
biaya serta yang
dengan
menggunakan
metode harga
pokok proses
Bagaimana
perhitungan harga
pokok produk per
biji gorong-
gorong dengan
menggunakan
metode harga
pokok proses
pada CV Tiga
Sumber Rezeki
Banjarmasin yang
sesuai dengan
konsep akuntansi
biaya yang
seharusnya?
4. Tujuan
Penelitian
Untuk
mengetahui
penentuan harga
pokok produk dan
penggolongan
Untuk
mengetahui
perhitungan harga
pokok produk roti
manis kosong
Untuk
memperoleh
gambaran yang
jelas mengenai
perhitungan harga
28
Lanjutan …
biaya produksi
pada perusahaan
Alexa Bakery
yang sesuai
dengan konsep
akuntansi biaya
pada roti oval
bakery
pokok produk per
biji gorong-
gorong dengan
menggunakan
metode harga
pokok proses
pada CV Tiga
Sumber Rezeki
Banjarmasin yang
sesuai dengan
akuntansi biaya
yang seharusnya
5. Metode
Penelitian
Metode harga
pokok dengan
metode harga
pokok proses
Metode harga
pokok dengan
metode harga
pokok proses
Metode harga
pokok dengan
metode harga
pokok proses
6. Hasil Penelitian Dari hasil
penelitian
disimpulkan
bahwa terdapat
perbedaan angka
dari harga pokok
produksi antara
perusahaan Alexa
Bakery dengan
penulis yaitu
perhitungan harga
pokok menurut
perusahaan
sebesar Rp
6.290,-/bungkus,
sedangkan
menurut
perhitungan
penulis sebesar
Rp 6.547,-
/bungkus hal ini
terjad setelah
dilakukannya
penggolongan
biaya dan
perhitungan
biaya-biaya
produksi kurang
tepat, dengan
demikian baru
Dari hasil
penelitian
disimpulkan
bahwa terdapat
perbedaan dimana
harga pokok
produksi roti
manis kosong
antara perusahaan
Roti Oval Bakery
Banjarmasin
dengan penulis
yaitu perhitungan
harga pokok
menurut
perusahaan
sebesar Rp 842.88
sedangkan
menurut penulis
sebesat Rp
350.766. roti oval
keju menurut
perusahaan Rp.
844.80,
sedangkan
menurut penulis
Rp 3.384.6 dan
perhitungan roti
oval coklat
menurut
29
Lanjutan …
dapat ditentukan
harga pokok
produksi secara
tepat.
perusahaan
sebesar Rp 850.75
sedangkan
menurut penulis
Rp 3.369.230
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Harga Pokok Produk
“Harga pokok produk menurut Wiratna ujarwani adalah biaya yang
terlibat langsung dalam proses produksi dimana harga pokok produk
digunakan sebagai penentu besarnya laba yang diperoleh dan sebagai
penentu harga jual suatu produk.” Wiratna Sujarwani (2015:3)
“Harga pokok produk per biji gorong-gorong menurut CV Tiga
Sumber Rezeki Banjarmasin adalah seluruh biaya yang dijadikan sebagai
sumber untuk menentukan harga jual guna memperoleh penghasilan yang
tepat.”
2. Metode Harga Pokok Proses
“Metode harga pokok proses menurut Bustami dan Nurlela
merupakan metode dimana bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik
dibebankan ke pusat biaya atau departemen, yang umumnya diterapkan
pada perusahaan yang menghasilkan produk atau massa.” Bustami
(2010:91)
31
“Metode harga pokok proses menurut CV Tiga Sumber Rezeki
Banjarmasin adalah proses pengolahan sebuah produk secara terus
menerus.”
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah studi kasus. Studi
kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan
mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau tertentu. Arikunto
(2014:185)
Penelitian ini menunjuk pada hal-hal yang berhubungan dengan
perhitungan harga pokok produk per biji gorong-gorong pada perusahaan
dengan menggunakan metode harga pokok proses untuk usaha CV Tiga
Sumber Rezeki Banjarmasin.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian yaitu :
a. Data kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang nilainya relatif atau ditentukan
dalam angka. Dalam penelitian ini data yang dimaksud adalah harga
pokok dan jumlah biaya-biaya yang berupa biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
b. Data kualitatif
Data kualitatif adalah data yang bisa berupa kata atau kalimat
yang merupakan kelanjutan kualitasnya. Dalam penelitan ini data
32
yang dimaksud adalah sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi
perusahaan, serta tenaga kerja yang terlibat.
2. Sumber data yang digunakan yaitu :
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung melalui
wawancara dengan pihak yang terkait di CV Tiga Sumber Rezeki
Banjarmasin dan diolah kembali oleh penulis yaitu tentang sejarah
perusahaan dan struktur organisasi.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang sudah tersedia di CV Tiga
Sumber Rezeki Banjarmasin sehingga penulis tidak perlu mengolah
kembali yaitu tentang biaya bahan baku untuk pembuatan gorong-
gorong serta jumlah biaya tenaga kerja dan biaya lainnya seperti
listrik, air dan daftar aktiva tetap, data penjualan dan data produksi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun cara pengumpulan data yang diperlukan adalah sebagai
berikut :
1. Wawancara
Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab
dengan pihak yang terkait di perusahaan untuk mengetahui tentang
pokok permasalahan yang diteliti.
33
2. Observasi
Penulis meninjau langsung ke tempat penelitian yaitu
perusahaan CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin guna mendapatkan
data atau gambaran mengenai informasi terhadap permasalahan yang
akan dibahas.
E. Teknik Analisis Data
Tahapan-tahapan yang dilakukan oleh penulis dalam menyusun
penelitian ini adalah :
1. Mengumpulkan data-data yang didapat dari hasil wawancara dan
observasi di perusahaan
2. Mengelompokkan biaya produk sesuai dengan penggolongan yang
seharusnya menurut teori akuntansi biaya
3. Melakukan perhitungan harga pokok produk per biji sesuai dengan
metode harga pokok proses
4. Menghitung penyusutan aktiva tetap pada CV Tiga Sumber Rezeki
Banjarmasin
5. Membuat laporan biaya produksi bulan Januari 2017
6. Membuat jurnal untuk menentukan harga pokok produ pada bulan
Januari 2017
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Sejarah Singkat Perusahaan
CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin adalah salah satu usaha
dagang manufaktur di Banjarmasin yang bisa dibilang cukup sukses
selama ini, karena memulai usahanya dari nol atau dari pengalaman –
pengalaman yang didalamnya. Sekitar tahun 1974 sampai 1976 pemilik
perusahaan ini memutuskan sekolahnya sejak duduk di bangku kelas 1
SMP dan ikut bekerja dengan orang tuanya dipasar sebagai pedagang
eceran. Tahun 1979 ayahnya meninggal dunia, sehingga sejak dari tahun
itu ia bekerja ikut dengan orang lain di pasar dan berhenti dari pekerjaan
di pasar, ia kemudian ikut bekerja lagi diperusahaan Kaltagen, Tahun
1991 pemilik CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin ini berhenti bekerja
di Kaltagen, kemudian menjadi buruh liar d beberapa bangunan.
Tahun 1994 mulai mendirikan usaha kecil-kecilan dari uang hasil
kerjanya selama menjadi buruh liar. Dengan modal usaha kurang lebih
Rp. 600.000,- dengan segala ketekunan yang dilakukannya dengan
sendiri. Usaha kecil-kecilan yang dibukanya berupa pembuatan bata
press dan batako untuk dijual sendiri ke konsumen 2 tahun kemudian
pemilik memiliki 2 karyawan untuk membantu bekerja, dari keuntungan
penjualan digunakan untuk membayar gaji dan makan karyawan serta
35
membiayai hidup. Sejak saat itu usaha tersebut mulai berkembang dan
sedikit demi sedikit karyawannya bertambah banyak. Seiring dengan
perkembangan usahanya dari tahun ke tahun yang cukup bagus dan pesat,
pemilik usaha ini kemudian memutuskan untuk mendirikan sebuah toko
di Jalan Sultan Adam tepatnya di seberang SMA Negeri 5 Banjarmasin.
Berkat ketekunan, keuletan dan kegigihan pemilik usaha ini
menginginkan usahanya semakin maju dan menjadi lebih besar lagi
terwujud hal ini terlihat dengan semakin meningkatnya volume penjualan
meskipun laba yang diperoleh tidak begitu besar. Dengan perkembangan
usahanya yang semakin pesat dan dalam rangka menunjang kegiatan
operasionalnya sehari-hari yang memerlukan area bangunan yang cukup
luas, maka pemilik usaha ini memutuskan untuk memiliki tempat usaha
sendiri yang beralamat di Jalan Sultan Adam Rt.20 No.85 Seberang SMA
Negeri 5 Banjarmasin dengan nama Usaha CV Tiga Sumber Rezeki
Banjarmasin.
Seiring dengan perkembangan usahanya dari tahun ke tahun yang
cukup bagus dan pesat, pemilik usaha ini kemudian memutuskan untuk
mendirikan sebuah toko di Jalan Sultan Adam tepatnya di seberang SMA
Negeri 5 Banjarmasin. Berkat ketekunan,keuletan dan kegigihan pemilik
usaha ini menginginkan usahanya semakin maju dan menjadi lebih besar
lagi terwujud hal ini terlihat dengan semakin meningkatnya volume
penjualan meskipun laba yang diperoleh tidak begitu besar. Dengan
perkembangan usahanya yang semakin pesat dan dalam rangka
36
menunjang kegiatan operasionalnya sehari-hari yang memerlukan area
bangunan yang cukup luas, maka pemilik usaha ini memutuskan untuk
memiliki tempat usaha sendiri yang beralamat di jalan Sultan Adam
CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin merupakan usaha pengadaan
dan perdagangan batako, bata press, gorong-gorong dan pembatas jalan
untuk kebutuhan perseorangan, proyek kecil maupun proyek besar yang
di pimpin oleh H. Muhammad Luthfie. Usaha ini mempunyai Surat Ijin
Usaha Perdagangan (SIUP) Nomor: 503-245/SIUP.KP-
V/BP2TPM/2012, dan NPWP: 02.043.131.8-731.000.
Dalam rangka menunjang pelaksanaan kegiatan perusahaan sehari-
hari pemilik usaha ini dibantu oleh beberapa orang karyawan yang
berjumlah 10 orang yaitu 4 orang bagian cetak, 4 bagian angkut dan
sekaligus merangkap sebagai bagian pasang, 1 orang bagian pengawas
lapangan, dan 1 orang bagian pengawas gudang. Namun demikian, usaha
ini tetap dikelola secara sederhana dan bersifat kekeluargaan, sehingga
praktis dan mudah dalam mengambil keputusan perusahaan.
Tujuan didirikannya perusahaan adalah untuk memperoleh
keuntungan dan memberikan lapangan pekerjaan terutama untuk
masyarakat sekitar. Keuntungan yang didapat dari usaha tersebut
dipergunakan untuk kesejahteraan pekerja, keluarga dan 5% dari
keuntungan yang diperoleh untuk pembangunan mesjid yang berada
dipelosok wilayah Kalimantan Selatan seperti : Alalak, Kandangan
dalam, Anjir, Tamban dan banyak lagi yang lainnya.
37
2. Struktur organisasi
Struktur organisasi merupakan salah satu hal yang penting bagi
suatu perusahaan, baik perusahaan besar, menengah maupun perusahaan
kecil, karena struktur organisasi menunjukkan kerangka susunan
perwujudan pola tetap hubungan – hubungan diantara fungsi-fungsi,
bagian-bagian atau posisi-posisi, maupun orang-orang yang
menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang
berbeda-beda dalam suatu perusahaan.
Struktur organisasi pada suatu perusahaan yang satu dengan yang
lain mungkin berbeda, dikarenakan faktor-faktor yang mempengaruhi
perusahaan tersebut, misalnya ukuran perusahaan, jumlah karyawan
perusahaan dan lain-lain. Walaupun demikian, tujuan dibuat struktur
organisasi perusahaan adalah sama yaitu memudahkan pimpinan dalam
mengkoordinasikan perusahaan yang dikelolanya untuk mencapai untuk
mencapai suatu tujuan .
CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin dalam menjalankan
usahanya telah menetapkan suatu struktur organisasi garis. Pada sistem
organisasi garis terdapat kesatuan komando yang terjaga secara baik,
karena pimpinan ada dipuncak dan bawahan hanya mempunyai seorang
atasan, sehingga disiplin bawahan dapat ditingkatkan dalam sistem ini
juga, kekuasaan dan pengawasan berjalan lurus dari atas ke bawah,
sedangkan arus tanggung jawab berjalan dari bawah keatas.
38
Berikut ini adalah struktur organisasi CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin
Bagan I
Struktur Organisasi CV Tiga Sumber Rezeki
Sumber : CV Tiga Sumber Rezeki
Berikut adalah tugas dan kewajiban dari setiap bagian organisasi CV
Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin:
a. Pimpinan atau Pemilik Modal
Tugas, wewenang dan tanggung jawabnya antara lain :
1) Menyelenggarakan kegiatan perusahaan secara menyeluruh
2) Bertanggung jawab atas kelancaran usaha yang dilaksanakannya
3) Bertanggung jawab secara keseluruhan mengenai kegiatan
operasional perusahaan
4) Mengadakan hubungan dengan pihak luar perusahaan
b. Bagian Produksi
Mengerjakan kegiatan produksi dan bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan seluruh kegiatan perusahaan.
39
1) Bagian Percetakan
Bertugas untuk mencetak gorong-gorong, melaporkan kepada
pimpinan berapa gorong-gorong yang diproduksi selama satu bulan
2) Bagian Pengangkut
Bagian ini berkewajiban atau bertugas sebagai pengangkut gorong-
gorong yang dipesan konsumen untuk mengangkut dari tempat
produksi ke truk
c. Bagian Pasang
Bagian ini bertugas untuk memasang-masang gorong-gorong ke tempat
yang diinginkan konsumen.
d. Bagian Pengawasan
Mengawasi segala kegiatan baik itu di lapangan maupun dibagian
gudang.
1) Bagian Pengawas Lapangan
a) Bagian ini berkewajiban atau bertugas untuk mengontrol
pekerjaan bagian-bagian lain seperti bagian percetakan, bagian
pelapis dan lain-lain.
b) Mengontrol bahan material yang diperlukan untuk
memproduksi gorong-gorong baik itu bahan baku, bahan
penolong dan sebagainya.
c) Mempunyai tanggung jawab terhadap pengendalian mutu dan
pemeliharam sisa material pada akhir produksi serta tanggung
jawab atas segala persedian perusahaan.
40
d) Bagian pengawas lapangan ini bertugas untuk membantu
pimpinan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.
e) Mengawasi penjualan produk, baik jumlah maupun harganya.
f) Mencari pelanggan baru untuk meningkatkan volume
penjualan.
2) Bagian Pengawas Gudang
Bagian ini bertugas untuk mengontrol hasil produksi yang masuk
ke gudang, serta menghitung hasil produksi yang masuk kegudang
pada hari itu, bertanggung jawab atas terjaganya hasil gorong-
gorong yang masuk ke gudang agar tidak hilang.
3. Bahan - bahan dan peralatan yang digunakan
a. Bahan - bahan yang digunakan
Bahan - bahan yang dipergunakan dalam pembuatan gorong-gorong
pada CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin adalah :
1) Semen
2) Pasir sirtu
3) Batu kural
b. Alat - alat yang dipergunakan
Alat - alat yang digunakan dalam proses produksi pembuatan gorong-
gorong adalah :
1) Cangkul
Alat ini digunakan untuk mencangkul pasir yang ada didalam truk
agar mudah dipindahkan ke gerobak sorong dan diletakan
41
dihalarnan ternpat pembuatan proses produksi gorong-gorong. Alat
tangkai cangkul ini terbuat dari kayu dan seroknya terbuat dari besi.
Cangkul ini berbentuk huruf L.
2) Skop
Alat ini digunakan untuk melakukan pencampuran bahan dan
pengadukan, pengadukan ini dilakukan dengan tenaga manual yang
disebut dengan skop. Skop juga bisa sebagai pengangkut pasir.
Skop ini terbuat dan kayu dan besi.
3) Alat cetak
Alat cetak ini terbuat dari kayu, yang digunakan pada saat proses
pencampuran dan pengadukan telah selesai dan siap untuk
dilakukan pencetakan.
4) Ember
Ember ini terbuat dari plastik yang digunakan untuk mengambil air
yang ada disumur agar dicampur dengan bahan pembuatan gorong-
gorong.
4. Proses Produksi
Proses produksi pada hakekatnya merupakan cara, metode, dan
teknik untuk menciptakan atau menghasilkan suatu barang atau jasa
dengan menggunakan sumber- sumber seperti bahan baku, bahan
penolong, tenaga kerja dan dana yang tersedia. Secara garis besar urutan –
urutan proses pembuatan gorong-gorong pada CV Tiga Sumber Rezeki
Banjarmasin adalah sebagai berikut:
42
a. Pencampuran bahan baku
Pada bagian ini pertama yang dilakukan adalah mencampur semua
bahan baku seperti pasir sirtu, batu kural, semen dan air. Semua bahan
baku tersebut dicampur sesuai dengan ukuran atau komposisi dan
aturan yang telah ditetapkan dengan perbandingan 1: 2: 4 yaitu semen,
batu kural dan pasir sirtu untuk semua jenis gorong-gorong.
b. Pengadukan bahan baku
Setelah proses Pencampuran selesai, dilakukan lagi proses pengadukan
bahan baku, Pengadukan ini menggunakan alat skop, hal ini dilakukan
agar semua bahan yang dicarnpur menjadi menyatu dengan baik dan
merata.
c. Pencetakan
Pada tahap pencetakan ini bahan baku yang sudah diaduk akan dicetak
sesuai dengan ukuran tinggi ketebalan gorong-gorong untuk semua
jenis ukuran gorong-gorong. Cetakan ini terbuat dari besi atau plat
yang langsung dipesan dari Surabaya.
d. Pengeringan - proses pertama
Setelah bahan baku dicetak maka dilakukan pengeringan pertama
selama 1 x 24 jam tidak terkena matahari tetapi tempatnya terbuka
dan teduh untuk menghilangkan 0,4% kadar air. Setelah kering cetakan
tersebut diturunkan kemudian dijemur disinar matahari terbuka.
Cetakan bahan baku yang sudah kering dapat disebut sebagai gorong-
gorong.
43
e. Pengangkutan
Setelah melakukan pengeringan tahap pertama maka gorong-gorong
yang sudah setangah mengering akan di alihkan ketempat yang telah
disediakan.
f. Pengeringan - proses akhir
Setelah itu dilakukan lagi proses akhir pengeringan gorong-gorong
selama 24 hari disinar matahari. Sesudah proses penjemuran maka
gorong-gorong tersebut siap dijual atau dipasarkan kepada konsumen.
Bagan 2
Proses gorong-gorong
CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin
Sumber : CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin
44
5. Daerah Pemasaran Produk
Pada awalnya berdirinya usaha dagang ini, daerah pemasaran
hanya terbatas yaitu dipasarkan pada daerah sekitar dekat pembuatan
gorong-gorong tersebut, setelah informasi pembuatan gorong-gorong
meluas maka daerah pemasaran menjadi lebih luas juga seperti
Banjarmasin, Lianganggang, Banjarbaru Pelaihari, Martapura. Walaupun
daerah pemasaran hanya sekitar daerah Kalimantan Selatan saja tetapi
volume penjualan yang dipasarkan ke konsumen dari tahun ketahun
meningkat.
Cara pemasaran atau penjualan gorong-gorong yang dilakukan
oleh CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin ada 2 yaitu :
a. Secara langsung
Pelanggan dapat melakukan pembelian secara langsung ke tempat
produksinya yaitu di perusahaan CV Tiga Sumber Rezeki
Banjarmasin tanpa melalui perantara.
b. Secara order
1) Memesan melalui kontraktor
Pelanggan dapat melakukan pembelian dengan cara memesan
kepada salah satu pekerja di CV Tiga Sumber Rezeki bisa
melalui telepon atau berbicara tatap muka secara langsung
kepada pekerja atau pun dari perantara pekerja yang
membelikan pemesanan konsumen.
45
2) Memesan langsung dari tempat pembuatan gorong-gorong
Pelanggan dapat melakukan pembelian dengan memesan
langsung ke CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin dengan cara
menelpon ke tempat perusahaan atau datang ke perusahaan.
3) Memesan langsung ke rumah pribadi pemilik perusahaan
Pélanggan dapat memesan produk gorong-gorong dengan cara
datang bertatap muka kerumah pemilik perusahaan atau
menelpon kerumah atau ke hp pemilik.
Tabel 4
Hasil Produksi Gorong-gorong
Periode Januari 2017
CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin
No Nama Barang Produksi Harga per
Gorong-gorong
Persentase
Pembebanan
1 Gorong-gorong Ø 20 13 Rp 80.000 4,33%
2 Gorong-gorong Ø 30 15 Rp 90.000 5,00%
3 Gorong-gorong Ø 40 30 Rp 110.000 10,00%
4 Gorong-gorong Ø 50 37 Rp 150.000 12,33%
5 Gorong-gorong Ø 60 75 Rp 175.000 25,00%
6 Gorong-gorong Ø 70 68 Rp 250.000 22,67%
7 Gorong-gorong Ø 80 62 Rp 300.000 20,67%
Total 300 Rp 1.155.000 100,00%
Sumber :CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin diolah kembali oleh Penulis
46
Tabel 5
Hasil Penjualan Gorong-gorong
Periode Januari 2017
CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin
No Jenis Gorong-Gorong Penjualan Harga Jual Total Pendapatan
1 Gorong-gorong Ø 20 10 Rp 80.000,00 Rp 800.000,00
2 Gorong-gorong Ø 30 10 Rp 90.000,00 Rp 900.000,00
3 Gorong-gorong Ø 40 28 Rp 110.000,00 Rp 3.080.000,00
4 Gorong-gorong Ø 50 35 Rp 150.000,00 Rp 5.250.000,00
5 Gorong-gorong Ø 60 75 Rp 175.000,00 Rp 13.125.000,00
6 Gorong-gorong Ø 70 65 Rp 250.000,00 Rp 16.250.000,00
7 Gorong-gorong Ø 80 60 Rp 300.000,00 Rp 18.000.000,00
Total 283 Rp 1.155.000,00 Rp 57.405.000,00
Sumber :CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin diolah kembali oleh Penulis
Tabel 6
Daftar Aktiva Tetap
CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin
Nama Aktiva Banyak Tahun
Perolehan
Harga Perolehan
per unit
Masa
Manfaat Nilai/Harga
Perolehan Nilai residu
Cangkul 4 2016 Rp 60.000 2 Rp 240.000 Rp -
Skop 4 2016 Rp 60.000 2 Rp 240.000 Rp -
Alat Cetak Ø
20 5 2013 Rp 1.000.000 5
Rp 5.000.000 Rp 250.000
Alat Cetak Ø
30 5 2013 Rp 1.500.000 5
Rp 7.500.000 Rp 375.000
Alat Cetak Ø
40 5 2013 Rp 2.000.000 5
Rp 10.000.000 Rp 500.000
Alat Cetak Ø
50 10 2013 Rp 2.500.000 5
Rp 25.000.000 Rp 1.250.000
Alat Cetak Ø
60 10 2013 Rp 3.000.000 5 Rp 30.000.000 Rp 1.500.000
Alat Cetak Ø
70 5 2013 Rp 3.500.000 5 Rp 17.500.000 Rp 875.000
Alat Cetak Ø
80 5 2013 Rp 4.000.000 5 Rp 20.000.000 Rp 1.000.000
Ember 4 2016 Rp 15.000 1 Rp 60.000 Rp -
Gerobak
Sorong 2 2016 Rp 450.000 2
Rp 900.000 Rp 50.000
47
Mesin Aduk
Beton/Molen 3 2013 Rp 12.000.000 5
Rp 36.000.000 Rp 18.000.000
Total Rp 30.085.000 Rp 152.440.000 Rp 23.800.000
Sumber : CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin diolah kembali oleh Penulis
a. Penggolongan biaya menurut perusahaan
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan pada CV Tiga
Sumber Rezeki Banjarmasin penggolongan biaya untuk pembuatan
gorong-gorong yang dijadikan sebagai bahan penelitian adalah sebagai
berikut :
a. Diameter
1) 20 x 1 m
2) 30 x 1 m
3) 40 x 1 m
a) Biaya bahan baku
(1) Semen
(2) Pasir Sirtu
b. Diameter
1) 50 x 1 m
2) 60 x 1 m
3) 70 x 1 m
4) 80 x 1 m
a) Biaya bahan baku
(1) Semen
(2) Pasir Sirtu
48
(3) Batu Kural
b) Biaya tenaga kerja
Jumlah tenaga kerja pada CV Tiga Sumber Rezeki
Banjarmasin seluruhnya berjumlah 10 orang. Berikut ini
daftar tenaga kerja pada CV Tiga Sumber Rezeki
Banjarmasin adalah sebagai berikut:
Tabel 7
Daftar Tenaga Kerja
CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin
No Jenis Pekerjaan
Jumlah
Tenaga Kerja
(Orang)
Gaji Per Minggu
1 Bagian Percetakan 4 Rp 450.000
2 Bagian Pengangkutan/ Pasang 4 Rp 450.000
3 Bagian Pengawas Lapangan 1 Rp 425.000
4 Bagian Pengawas Gudang 1 Rp 425.000
Sumber : CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin
b. Perhitungan biaya produksi menurut perusahaan
Berdasarkan dari penggolongan biaya yang dilakukan oleh CV
Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin dalam memperhitungkan harga pokok
produk jadi gorong-gorong yang dihasilkan dalam tahun 2017 untuk
bulan Januari.
Berikut ini langkah-langkah untuk menentukan biaya produk
gorong-gorong sebagai berikut :
a. Diameter 20 x 1 m
1) Biaya bahan baku
a) Semen 2,6 sak @Rp 55.000/sak Rp 143.000
49
b) Pasir Sirtu 0,16 trak @Rp 500.000/trak Rp 80.000 +
Total biaya bahan baku Rp 223.000
2) Biaya tenaga kerja
a) Bagian percetakan 4 orang
@Rp 450.000/ minggu x 4,33% Rp 312.000
b) Bagian angkut/ pasang 4 orang
@Rp 450.000/ minggu x 4,33% Rp 312.000
c) Bagian pengawas lapangan 1 orang
@Rp 425.000/ minggu x 4,33% Rp 73.667
d) Bagian pengawas gudang 1 orang
@Rp 425.000/ minggu x 4,33% Rp 73.667 +
Total biaya tenaga kerja Rp 771.333
3) Biaya lain-lain
a) Biaya listrik, air dan telepon
@Rp 1.500.000 x 14% Rp 214.286
Total biaya lain-lain Rp 214.286
b. Diameter 30 x 1 m
1) Biaya bahan baku
a) Semen 3,75 sak @Rp 55.000/sak Rp 206.250
b) Pasir Sirtu 0,30 trak @Rp 500.000 /trak Rp 150.000 +
Total biaya bahan baku Rp 356.250
50
2) Biaya tenaga kerja
a) Bagian percetakan 4 orang
@Rp 450.000/ minggu x 5% Rp 360.000
b) Bagian angkut/ pasang 4 orang
@Rp 450.000/ minggu x 5% Rp 360.000
c) Bagian pengawas lapangan 1 orang
@Rp 425.000 /rminggu x 5% Rp 85.000
d) Bagian pengawas gudang 1 orang
@Rp 425.000/ minggu x 5% Rp 85.000 +
Total biaya tenaga kerja Rp 890.000
3) Biaya lain-lain
a) Biaya listrik, air dan telepon
@Rp 1.500.000 x 14% Rp 214.286
Total biaya lain-lain Rp 214.286
c. Diameter 40 x 1 m
1) Biaya bahan baku
a) Semen 15 sak @Rp 55.000/sak Rp 825.000
b) Pasir Sirtu 1,2 trak @Rp 500.000/trak Rp 600.000 +
Total biaya bahan baku Rp 1.425.000
2) Biaya tenaga kerja
a) Bagian percetakan 4 orang
@Rp 450.000/ minggu x 10% Rp 720.000
b) Bagian angkut/ pasang 4 orang
51
@Rp 450.000 perminggu x 10% Rp 720.000
c) Bagian pengawas lapangan 1 orang
@Rp 425.000 perminggu x 10% Rp 170.000
d) Bagian pengawas gudang 1 orang
@Rp 425.000 perminggu x 10% Rp 170.000 +
Total biaya tenaga kerja Rp 1.780.000
3) Biaya lain-lain
a) Biaya listrik, air dan telepon
@Rp 1.500.000 x 14% Rp 214.286
Total biaya lain-lain Rp 214.286
d. Diameter 50 x 1 m
1) Biaya bahan baku
a) Semen 23,13 sak @Rp 55.000/sak Rp 1.272.150
b) Pasir Sirtu 1,39 trak @Rp 500.000/trak Rp 695.000
c) Batu Kural 0,46 trak @Rp 900.000/trak Rp 414.000 +
Total biaya bahan baku Rp 2.381.150
2) Biaya tenaga kerja
a) Bagian percetakan 4 orang
@Rp 450.000/ minggu x 12,33% Rp 888.000
b) Bagian angkut dan pasang 4 orang
@Rp 450.000 / perminggu x 12,33% Rp 888.000
c) Bagian pengawas lapangan 1 orang
@Rp 425.000 perminggu x 12,33% Rp 209.667
52
d) Bagian pengawas gudang 1 orang
@Rp 425.000 perminggu x 12,33% Rp 209.667 +
Total biaya tenaga kerja Rp 2.195.333
3) Biaya lain-lain
a) Biaya listrik, air, dan telepon
@Rp 1.500.000 x 14% Rp 214.286
Total biaya lain-lain Rp 214.286
e. Diameter 60 x 1 m
1) Biaya bahan baku
a) Semen 37,5 sak @Rp 55.000/sak Rp 2.062.500
b) Pasir Sirtu 3 trak @Rp 500.000/trak Rp 1.500.000
c) Batu Kural 1,5 trak @Rp 900.000/trak Rp 1.350.000 +
Total biaya bahan baku Rp 4.912.500
2) Biaya tenaga kerja
a) Bagian percetakan 4 orang
@Rp 450.000/ minggu x 25% Rp 1.800.000
b) Bagian angkut dan pasang 4 orang
@Rp 450.000 / perminggu x 25% Rp 1.800.000
c) Bagian pengawas lapangan 1 orang
@Rp 425.000 / perminggu x 25% Rp 425.000
d) Bagian pengawas gudang 1 orang
@Rp 425.000 / perminggu x 25% Rp 425.000 +
Total biaya tenaga kerja Rp 4.450.000
53
3) Biaya lain-lain
a) Biaya listrik, air, dan telepon
@Rp 1.500.000 x 14% Rp 214.286
Total biaya lain-lain Rp 214.286
f. Diameter 70 x 1 m
1) Biaya bahan baku
a) Semen 85 sak @Rp 55.000/sak Rp 4.675.000
b) Pasir Sirtu 6,8 trak @Rp 500.000/trak Rp 3.400.000
c) Batu Kural 1,7 trak @Rp 900.000/trak Rp 1.530.000 +
Total biaya bahan baku Rp 9.605.000
2) Biaya tenaga kerja
a) Bagian percetakan 4 orang
@Rp 450.000/ minggu x 22,67% Rp 1.632.000
b) Bagian angkut dan pasang 4 orang
@Rp 450.000/ minggu x 22,67% Rp 1.632.000
c) Bagian pengawas lapangan 1 orang
@Rp 425.000/ minggu x 22,67% Rp 385.333
d) Bagian pengawas gudang 1 orang
@Rp 425..000/ minggu x 22,67% Rp 385.333 +
Total biaya tenaga kerja Rp 4.034.667
3) Biaya lain-lain
a) Biaya listrik, air dan telepon
@Rp 1.500.000 x 14% Rp 214.286
54
Total biaya lain-lain Rp 214.286
g. Diameter 80 x 1 m
1) Biaya bahan baku
a) Semen 93 sak @Rp 55.000/sak Rp 5.115.000
b) Pasir Sirtu 7,44 trak @Rp 500.000/trak Rp 3.720.000
c) Batu Kural 3,72 trak @Rp 900.000/trak Rp 3.348.000 +
Total biaya bahan baku Rp 12.183.000
2) Biaya tenaga kerja
a) Bagian percetakan 4 orang
@Rp 450.000/ minggu x 20,67% Rp 1.488.000
b) Bagian angkut dan pasang 4 orang
@Rp 450.000/ minggu x 20,67% Rp 1.488.000
c) Bagian pengawas lapangan 1 orang
@Rp 425.000/ minggu x 20,67% Rp 351.333
d) Bagian pengawas gudang 1 orang
@Rp 425.000/ minggu x 20,67% Rp 351.333 +
Total biaya tenaga kerja Rp 3.678.667
3) Biaya lain-lain
a) Biaya listrik, air dan telepon
@Rp 1.500.000 x 14% Rp 214.286
Total biaya lain-lain Rp 214.286
55
Tabel 8
Rangkuman Biaya Produksi Bulan Januari 2017
CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin
Sumber : Diolah oleh Penulis
No. Jenis Gorong-gorong Bahan Baku Lain-lain Tenaga Kerja Total Jumlah
Produk HP Per biji
1 Gorong-gorong Ø 20 Rp 223.000 Rp 214.286 Rp 771.333 Rp 1.208.619 13 Rp 92.971
2 Gorong-gorong Ø 30 Rp 356.250 Rp 214.286 Rp 890.000 Rp 1.460.536 15 Rp 97.369
3 Gorong-gorong Ø 40 Rp 1.425.000 Rp 214.286 Rp 1.780.000 Rp 3.419.286 30 Rp 113.976
4 Gorong-gorong Ø 50 Rp 2.381.150 Rp 214.286 Rp 2.195.333 Rp 4.790.769 37 Rp 129.480
5 Gorong-gorong Ø 60 Rp 4.912.500 Rp 214.286 Rp 4.450.000 Rp 9.576.786 75 Rp 127.690
6 Gorong-gorong Ø 70 Rp 9.605.000 Rp 214.286 Rp 4.034.667 Rp 13.853.952 68 Rp 203.735
7 Gorong-gorong Ø 80 Rp 12.183.000 Rp 214.286 Rp 3.678.667 Rp 16.075.952 62 Rp 259.290
Total Rp 31.085.900 Rp 1.500.000 Rp 17.800.000 Rp 50.385.900 300 Rp 1.024.511
56
56
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Penggolongan biaya yang disarankan penulis
Sebagaimana telah diuraikan, penggolongan biaya yang dilakukan
perusahaan masih belum tepat, dan masih kurang tepat karena tidak
sesuai dengan konsep akuntansi biaya, yang mana perusahaan tidak
menggolongan biaya overhead pabrik dengan tepat, tidak menghitung
penyusutan aktiva tetap, sehingga hal tersebut akan berpengaruh pada
harga jual, sehubungan dengan hal tersebut penulis tertarik untuk
memperhitungkan harga pokok produk per biji gorong-gorong pada CV
Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin.
Tabel 9
Pengolongan Biaya Gorong-gorong diameter 20 x 1 m
CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin
(Yang disarankan Penulis)
No Biaya Keterangan
1. Biaya bahan baku Semen
Pasir Sirtu
2. Biaya tenaga kerja langsung Bagian Percetakan
Biaya tenaga kerja tidak langsung Bagian Pengangkutan/ pasang
Bagian pengawas lapangan
Bagian pengawaas gudang
3. Biaya overhead pabrik Penyusutan aktiva tetap
Biaya air
Tabel 10
Pengolongan Biaya Gorong-gorong diameter 30 x 1 m
CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin
(Yang disarankan Penulis)
No Biaya Keterangan
1. Biaya bahan baku Semen
Pasir Sirtu
2. Biaya tenaga kerja langsung Bagian Percetakan
Biaya tenaga kerja tidak langsung Bagian Pengangkutan / pasang
57
57
Bagian pengawas lapangan
Bagian pengawaas gudang
3. Biaya overhead pabrik Penyusutan aktiva tetap
Biaya air
Tabel 11
Pengolongan Biaya Gorong-gorong diameter 40 x 1 m
CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin
(Yang disarankan Penulis)
No Biaya Keterangan
1. Biaya bahan baku Semen
Pasir Sirtu
2. Biaya tenaga kerja langsung Bagian Percetakan
Biaya tenaga kerja tidak langsung Bagian Pengangkutan / pasang
Bagian pengawas lapangan
Bagian pengawaas gudang
3. Biaya overhead pabrik Penyusutan aktiva tetap
Biaya air
Tabel 12
Pengolongan Biaya Gorong-gorong diameter 50 x 1 m
CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin
(Yang disarankan Penulis)
No Biaya Keterangan
1. Biaya bahan baku Semen
Pasir Sirtu
Batu kural
2. Biaya tenaga kerja langsung Bagian Percetakan
Biaya tenaga kerja tidak langsung Bagian Pengangkutan/ pasang
Bagian pengawas lapangan
Bagian pengawaas gudang
3. Biaya overhead pabrik Penyusutan aktiva tetap
Biaya air
Tabel 13
Pengolongan Biaya Gorong-gorong diameter 60 x 1 m
CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin
(Yang disarankan Penulis)
No Biaya Keterangan
1. Biaya bahan baku Semen
Pasir Sirtu
Batu kural
58
58
2. Biaya tenaga kerja langsung Bagian Percetakan
Biaya tenaga kerja tidak langsung Bagian Pengangkutan/ pasang
Bagian pengawas lapangan
Bagian pengawaas gudang
3. Biaya overhead pabrik Penyusutan aktiva tetap
Biaya air
Tabel 14
Pengolongan Biaya Gorong-gorong diameter 70 x 1 m
CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin
(Yang disarankan Penulis)
No Biaya Keterangan
1. Biaya bahan baku Semen
Pasir Sirtu
Batu kural
2. Biaya tenaga kerja langsung Bagian Percetakan
Biaya tenaga kerja tidak langsung Bagian Pengangkutan/ pasang
Bagian pengawas lapangan
Bagian pengawaas gudang
3. Biaya overhead pabrik Penyusutan aktiva tetap
Biaya air
Tabel 15
Pengolongan Biaya Gorong-gorong diameter 80 x 1 m
CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin
(Yang disarankan Penulis)
No Biaya Keterangan
1. Biaya bahan baku Semen
Pasir Sirtu
Batu kural
2. Biaya tenaga kerja langsung Bagian Percetakan
Biaya tenaga kerja tidak langsung Bagian Pengangkutan/ pasang
Bagian pengawas lapangan
Bagian pengawaas gudang
Lanjutan …
3. Biaya overhead pabrik Penyusutan aktiva tetap
Biaya air
59
59
2. Perhitungan biaya produksi yang disarankan oleh Penulis
a. Diameter 20 x 1 m
1) Biaya bahan baku
a) Semen 2,6 sak @Rp 55.000/sak Rp 143.000
b) Pasir Sirtu 0,16 trak @Rp 500.000/trak Rp 80.000 +
Total biaya bahan baku Rp 223.000
2) Biaya tenaga kerja
a) Biaya tenaga kerja langsung
(1) Bagian percetakan 4 orang
@Rp 450.000/ minggu x 4,33% Rp 312.000
b) Biaya tenaga kerja tidak langsung
(1) Bagian angkut/ pasang 4 orang
@Rp 450.000/ minggu x 4,33% Rp 312.000
(2) Bagian pengawas lapangan 1 orang
@Rp 425.000/ minggu x 4,33% Rp 73.667
(3) Bagian pengawas gudang 1 orang
@Rp 425.000/ minggu x 4,33% Rp 73.667 +
Total biaya tenaga kerja Rp 771.333
3) Biaya overhead pabrik
Biaya lain-lain yang dihitung perusahaan seharusnya digolongkan
kedalam biaya overhead pabrik. Biaya overhead pabrik yang di
perhitungkan perusahaan yaitu: biaya penyusutan aktiva tetap
Penyusutan aktiva tetap.
60
60
a) Cangkul
Penyusutan per tahun =
= = Rp 120.000
Penyusutan per bulan =
= = Rp 10.000
Rp 10.000 x 4,33% = Rp 433
b) Skop
Penyusutan per tahun = = Rp 120.000
Penyusutan per bulan = = Rp 10.000
Rp 10.000 x 4,33% = Rp 433
c) Alat cetak d20
Penyusutan per tahun =
= Rp 950.000
Penyusutan per bulan = = Rp 79.167
Rp 79.167 x 4,33% = Rp 3.431
d) Ember
Penyusutan per tahun = = Rp 60.000
Penyusutan per bulan = = Rp 5.000
61
61
Rp 5.000 x 4,33% = Rp 217
e) Gerobak sorong
Penyusutan per tahun = = Rp 425.000
Penyusutan per bulan = = Rp 35.417
Rp 35.417 x 4,33% = Rp 1.535
f) Mesin Aduk Beton/Molen
Penyusutan per tahun =
= Rp 3.600.000
Penyusutan per bulan = = Rp 300.000
Rp 300.000 x 4,33% = Rp 13.000
Jumlah penyusutan aktiva tetap Rp 94.521
Total biaya overhead pabrik Rp 94.521
b. Diameter 30 x 1 m
1) Biaya bahan baku
a) Semen 3,75 sak @Rp 55.000/sak Rp 206.250
b) Pasir Sirtu 0,30 trak @Rp 500.000 /trak Rp 150.000 +
Total biaya bahan baku Rp 356.250
2) Biaya tenaga kerja
a) Biaya tenaga kerja langsung
(1) Bagian percetakan 4 orang
@Rp 450.000/ minggu x 5% Rp 360.000
62
62
b) Biaya tenaga kerja tidak langsung
(1) Bagian angkut dan pasang 4 orang
@Rp 450.000/ minggu x 5% Rp 360.000
(2) Bagian pengawas lapangan 1 orang
@Rp 425.000/ minggu x 5% Rp 85.000
(3) Bagian pengawas gudang 1 orang
@Rp 425.000/ minggu x 5% Rp 85.000 +
Total biaya tenaga kerja Rp 890.000
3) Biaya overhead pabrik
Biaya lain-lain yang dihitung perusahaan seharusnya digolongkan
kedalam biaya overhead pabrik. Biaya overhead pabrik yang di
perhitungkan perusahaan yaitu: biaya penyusutan aktiva tetap
Penyusutan aktiva tetap
a) Cangkul
Penyusutan per tahun =
= = Rp 120.000
Penyusutan per bulan =
= = Rp 10.000
Rp 10.000 x 5% = Rp 500
b) Skop
Penyusutan per tahun = = Rp 120.000
63
63
Penyusutan per bulan = = Rp 10.000
Rp 10.000 x 5% = Rp 500
c) Alat cetak d30
Penyusutan per tahun =
=Rp 1.425.000
Penyusutan per bulan = = Rp 118.750
Rp 118.750 x 5% = Rp 5.938
d) Ember
Penyusutan per tahun = = Rp 60.000
Penyusutan per bulan = = Rp 5.000
Rp 5.000 x 5% = Rp 250
e) Gerobak sorong
Penyusutan per tahun = = Rp 425.000
Penyusutan per bulan = = Rp 35.417
Rp 35.417 x 5% = Rp 1.771
f) Mesin Aduk Beton/Molen
Penyusutan per tahun =
= Rp 3.600.000
64
64
Penyusutan per bulan = = Rp 300.000
Rp 300.000 x 5% = Rp 15.000
Jumlah penyusutan aktiva tetap Rp 109.063
Total biaya overhead pabrik Rp 109.063
c. Diameter 40 x 1 m
1) Biaya bahan baku
a) Semen 15 sak @Rp 55.000/sak Rp 825.000
b) Pasir Sirtu 1,2 trak @Rp 500.000/trak Rp 600.000 +
Total biaya bahan baku Rp 1.425.000
2) Biaya tenaga kerja
a) Biaya tenaga kerja langsung
(1) Bagian percetakan 4 orang
@Rp 450.000/ minggu x 10% Rp 720.000
b) Biaya tenaga kerja tidak langsung
(1) Bagian angkut/ pasang 4 orang
@Rp 450.000/ minggu x 10% Rp 720.000
(2) Bagian pengawas lapangan 1 orang
@Rp 425.000/ minggu x 10% Rp 170.000
(3) Bagian pengawas gudang
@Rp 425.000/ minggu x 10% Rp 170.000 +
Total biaya tenaga kerja Rp 1.780.000
65
65
3) Biaya overhead pabrik
Biaya lain-lain yang dihitung perusahaan seharusnya digolongkan
kedalam biaya overhead pabrik. Biaya overhead pabrik yang di
perhitungkan perusahaan yaitu: biaya penyusutan aktiva tetap.
Penyusutan aktiva tetap
a) Cangkul
Penyusutan per tahun =
= = Rp 120.000
Penyusutan per bulan =
= = Rp 10.000
Rp 10.000 x 10% = Rp 1.000
b) Skop
Penyusutan per tahun = = Rp 120.000
Penyusutan per bulan = = Rp 10.000
Rp 10.000 x 10% = Rp 1.000
c) Alat cetak d40
Penyusutan per tahun =
= Rp 1.900.000
Penyusutan per bulan = = Rp 158.333
66
66
Rp 158.333 x 10% = Rp 15.833
d) Ember
Penyusutan per tahun = = Rp 60.000
Penyusutan per bulan = = Rp 5.000
Rp 5.000 x 10% = Rp 500
e) Gerobak sorong
Penyusutan per tahun = = Rp 425.000
Penyusutan per bulan = = Rp 35.417
Rp 35.417 x 10% = Rp 3.542
f) Mesin Aduk Beton/Molen
Penyusutan per tahun =
= Rp 3.600.000
Penyusutan per bulan = = Rp 300.000
Rp 300.000 x 10% = Rp 30.000
Jumlah penyusutan aktiva tetap Rp 218.125
Total biaya overhead pabrik Rp 218.125
d. Diameter 50 x 1 m
1) Biaya bahan baku
a) Semen 23,13 sak @Rp 55.000/sak Rp 1.272.150
b) Pasir Sirtu 1,39 trak @Rp 500.000/trak Rp 695.000
67
67
c) Batu Kural 0,46 trak @Rp 900.000/trak Rp 414.000 +
Total biaya bahan baku Rp 2.381.150
2) Biaya tenaga kerja
a) Biaya tenaga kerja langsung
(1) Bagian percetakan 4 orang
@Rp 450.000/ minggu x 12,33% Rp 888.000
b) Biaya tenaga kerja tidak langsung
(1) Bagian angkut/ pasang 4 orang
@Rp 450.000/ minggu x 12,33% Rp 888.000
(2) Bagian pengawas lapangan 1 orang
@Rp 425.000/ minggu x 12,33% Rp 209.667
(3) Bagian pengawas gudang 1 orang
@Rp 425.000/ minggu x 12,33% Rp 209.667 +
Total biaya tenaga kerja Rp 2.195.333
3) Biaya overhead pabrik
Biaya lain-lain yang dihitung perusahaan seharusnya digolongkan
kedalam biaya overhead pabrik. Biaya overhead pabrik yang di
perhitungkan perusahaan yaitu: biaya penyusutan aktiva tetap
Penyusutan aktiva tetap
a) Cangkul
Penyusutan per tahun =
= = Rp 120.000
68
68
Penyusutan per bulan =
= = Rp 10.000
Rp 10.000 x 12,33% = Rp 1.233
b) Skop
Penyusutan per tahun = = Rp 120.000
Penyusutan per bulan = = Rp 10.000
Rp 10.000 x 12,33% = Rp 1.233
c) Alat cetak d50
Penyusutan per tahun =
= Rp 4.750.000
Penyusutan per bulan = = Rp 395.833
Rp 395.833 x 12,33% = Rp 48.819
d) Ember
Penyusutan per tahun = = Rp 60.000
Penyusutan per bulan = = Rp 5.000
Rp 5.000 x 12,33% = Rp 617
e) Gerobak sorong
Penyusutan per tahun = = Rp 425.000
69
69
Penyusutan per bulan = = Rp 35.417
Rp 35.417 x 12,33% = Rp 4.368
f) Mesin Aduk Beton/Molen
Penyusutan per tahun =
= Rp 3.600.000
Penyusutan per bulan = = Rp 300.000
Rp 300.000 x 12,33% = Rp 37.000
Jumlah penyusutan aktiva tetap Rp 269.021
Total biaya overhead pabrik Rp 269.021
e. Diameter 60 x 1 m
1) Biaya bahan baku
a) Semen 37,5 sak @Rp 55.000/sak Rp 2.062.500
b) Pasir Sirtu 3 trak @Rp 500.000/trak Rp 1.500.000
c) Batu Kural 1,5 trak @Rp 900.000/trak Rp 1.350.000 +
Total biaya bahan baku Rp 4.912.500
2) Biaya tenaga kerja
a) Biaya tenaga kerja langsung
(1) Bagian percetakan 4 orang
@Rp 450.000/ minggu x 25% Rp 1.800.000
70
70
b) Biaya tenaga kerja tidak langsung
(1) Bagian angkut/ pasang 4 orang
@Rp 450.000 / perminggu x 25% Rp 1.800.000
(2) Bagian pengawas lapangan 1 orang
@Rp 425.000/ minggu x 25% Rp 425.000
(3) Bagian pengawas gudang 1 orang
@Rp 425.000/ minggu x 25% Rp 425.000 +
Total biaya tenaga kerja Rp 4.450.000
3) Biaya overhead pabrik
Biaya lain-lain yang dihitung perusahaan seharusnya digolongkan
kedalam biaya overhead pabrik. Biaya overhead pabrik yang di
perhitungkan perusahaan yaitu: biaya penyusutan aktiva tetap.
Penyusutan aktiva tetap
a) Cangkul
Penyusutan per tahun =
= = Rp 120.000
Penyusutan per bulan =
= = Rp 10.000
Rp 10.000 x 25% = Rp 2.500
b) Skop
Penyusutan per tahun = = Rp 120.000
71
71
Penyusutan per bulan = = Rp 10.000
Rp 10.000 x 25% = Rp 2.500
c) Alat cetak d60
Penyusutan per tahun =
= Rp 5.700.000
Penyusutan per bulan = = Rp 475.000
Rp 475.000 x 25% = Rp 118.750
d) Ember
Penyusutan per tahun =
= Rp 60.000
Penyusutan per bulan = = Rp 5.000
Rp 5.000 x 25% = Rp 1.250
e) Gerobak sorong
Penyusutan per tahun = = Rp 425.000
Penyusutan per bulan = = Rp 35.417
Rp 35.417 x 25% = Rp 8.854
f) Mesin Aduk Beton/Molen
Penyusutan per tahun =
= Rp 3.600.000
72
72
Penyusutan per bulan = = Rp 300.000
Rp 300.000 x 25% = Rp 75.000
Jumlah penyusutan aktiva tetap Rp 545.313
Total biaya overhead pabrik Rp 545.313
f. Diameter 70 x 1 m
1) Biaya bahan baku
a) Semen 85 sak @Rp 55.000/sak Rp 4.675.000
b) Pasir Sirtu 6,8 trak @Rp 500.000/trak Rp 3.400.000
c) Batu Kural 1,7 trak @Rp 900.000/trak Rp 1.530.000 +
Total biaya bahan baku Rp 9.605.000
a) Biaya tenaga kerja langsung
(1) Bagian percetakan 4 orang
@Rp 450.000/ minggu x 22,67% Rp 1.632.000
b) Biaya tenaga kerja tidak langsung
(1) Bagian angkut dan pasang 4 orang
@Rp 450.000/ minggu x 22,67% Rp 1.632.000
(2) Bagian pengawas lapangan 1 orang
@Rp 425.000/ minggu x 22,67% Rp 385.333
(3) Bagian pengawas gudang 1 orang
@Rp 425..000/ minggu x 22,67% Rp 385.333 +
Total biaya tenaga kerja Rp 4.034.667
73
73
2) Biaya overhead pabrik
Biaya lain-lain yang dihitung perusahaan seharusnya digolongkan
kedalam biaya overhead pabrik. Biaya overhead pabrik yang di
perhitungkan perusahaan yaitu: biaya penyusutan aktiva tetap
Penyusutan aktiva tetap
a) Cangkul
Penyusutan per tahun =
= = Rp 120.000
Penyusutan per bulan =
= = Rp 10.000
Rp 10.000 x 22,67% = Rp 2.267
b) Skop
Penyusutan per tahun = = Rp 120.000
Penyusutan per bulan = = Rp 10.000
Rp 10.000 x 22,67% = Rp 2.267
c) Alat cetak d70
Penyusutan per tahun =
= Rp 3.325.000
Penyusutan per bulan = = Rp 277.083
74
74
Rp 277.083 x 22,67% = Rp 62.806
d) Ember
Penyusutan per tahun = = Rp 60.000
Penyusutan per bulan = = Rp 5.000
Rp 5.000 x 22,67% = Rp 1.133
e) Gerobak sorong
Penyusutan per tahun = = Rp 425.000
Penyusutan per bulan = = Rp 35.417
Rp 35.417 x 22,67% = Rp 8.028
f) Mesin Aduk Beton/Molen
Penyusutan per tahun =
= Rp 3.600.000
Penyusutan per bulan = = Rp 300.000
Rp 300.000 x 22,67% = Rp 68.000
Jumlah penyusutan aktiva tetap Rp 494.417
Total biaya overhead pabrik Rp 494.417
g. Diameter 80 x 1 m
1) Biaya bahan baku
a) Semen 93 sak @Rp 55.000/sak Rp 5.115.000
b) Pasir Sirtu 7,44 trak @Rp 500.000/trak Rp 3.720.000
75
75
c) Batu Kural 3,72 trak @Rp 900.000/trak Rp 3.348.000 +
Total biaya bahan baku Rp 12.183.000
2) Biaya tenaga kerja
a) Biaya tenaga kerja langsung
(1) Bagian percetakan 4 orang
@Rp 450.000/ minggu x 20,67% Rp 1.488.000
b) Biaya tenaga kerja tidak langsung
(1) Bagian angkut/ pasang 4 orang
@Rp 450.000/ minggu x 20,67% Rp 1.488.000
(2) Bagian pengawas lapangan 1 orang
@Rp 425.000/ minggu x 20,67% Rp 351.333
(3) Bagian pengawas gudang 1 orang
@Rp 425.000/ minggu x 20,67% Rp 351.333 +
Total biaya tenaga kerja Rp 3.678.667
3) Biaya overhead pabrik
Biaya lain-lain yang dihitung perusahaan seharusnya digolongkan
kedalam biaya overhead pabrik. Biaya overhead pabrik yang di
perhitungkan perusahaan yaitu: biaya penyusutan aktiva tetap.
Penyusutan aktiva tetap
a) Cangkul
Penyusutan per tahun =
= = Rp 120.000
76
76
Penyusutan per bulan =
= = Rp 10.000
Rp 10.000 x 20,67% = Rp 2.067
b) Skop
Penyusutan per tahun = = Rp 120.000
Penyusutan per bulan = = Rp 10.000
Rp 10.000 x 20,67% = Rp 2.067
c) Alat cetak d80
Penyusutan per tahun =
= Rp 3.800.000
Penyusutan per bulan = = Rp 316.667
Rp 316.667 x 20,67% = Rp 65.444
d) Ember
Penyusutan per tahun = = Rp 60.000
Penyusutan per bulan = = Rp 5.000
Rp 5.000 x 20,67% = Rp 1.033
e) Gerobak sorong
Penyusutan per tahun = = Rp 425.000
77
77
Penyusutan per bulan = = Rp 35.417
Rp 35.417 x 20,67% = Rp 7.319
f) Mesin Aduk Beton/Molen
Penyusutan per tahun =
= Rp 3.600.000
Penyusutan per bulan = = Rp 300.000
Rp 300.000 x 20,67% = Rp 62.000
Jumlah penyusutan aktiva tetap Rp 450.792
Total biaya overhead pabrik Rp 450.792
Tabel 16
Perhitungan Biaya Produksi Gorong- gorong diameter 20 x 1 m
Yang disarankan Penulis
Periode Januari 2017
No Unsur Biaya Elemen Jumlah Biaya Total
1 Biaya bahan
baku Semen Rp. 143.000
Pasir sirtu Rp. 80.000
Jumlah biaya bahan baku Rp. 223.000
2 Biaya tenaga
kerja langsung
Bagian
percetakan
Rp. 312.000
Biaya tenaga
kerja tidak
langsung
Bagian
pengangkutan &
pasang
Rp. 312.000
Bagian pengawas
lapangan
Rp. 73.667
Bagian pengawas
gudang
Rp. 73.667
Jumlah biaya tenaga kerja Rp. 771.333
3 Biaya
Overhead
Pabrik
Biaya penyusutan
aktiva tetap
Rp. 94.521
78
78
Biaya Air Rp. -
Jumlah biaya overhead pabrik Rp. 94.521
Total Biaya Produksi Rp. 1.088.854
Sumber : Diolah oleh Penulis
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa biaya-biaya yang telah
dikeluarkan oleh perusahaan dalam melakukan proses produksi
gorong-gorong diameter 20 x 1 m pada satu periode (satu bulan) yaitu
bulan Januari 2017 adalah sebagai berikut :
1) Biaya bahan baku Rp 223.000
2) Biaya tenaga kerja Rp 771.333
3) Biaya overhead pabrik Rp 94.521 +
Jumlah biaya produksi yang dikeluarkan Rp 1.088.854
Tabel 17
Perhitungan Biaya Produksi Gorong- gorong Diameter 30 x 1 m
Yang disarankan Penulis
Periode Januari 2017
No Unsur Biaya Elemen Jumlah Biaya Total
1 Biaya bahan
baku Semen Rp. 206.250
Pasir sirtu Rp. 150.000
Jumlah biaya bahan baku Rp. 356.250
2 Biaya tenaga
kerja langsung
Bagian
percetakan
Rp. 360.000
Biaya tenaga
kerja tidak
langsung
Bagian
pengangkutan &
pasang
Rp. 360.000
Bagian pengawas
lapangan
Rp. 85.000
Bagian pengawas
gudang
Rp. 85.000
Jumlah biaya tenaga kerja Rp. 890.000
3 Biaya
Overhead
Pabrik
Biaya penyusutan
aktiva tetap
Rp. 109.063
Biaya Air Rp. -
79
79
Jumlah biaya overhead pabrik Rp. 109.063
Total Biaya Produksi Rp. 1.355.313
Sumber : Diolah oleh Penulis
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa biaya-biaya yang telah
dikeluarkan oleh perusahaan dalam melakukan proses produksi
gorong-gorong diameter 30 x 1 m pada satu periode (satu bulan) yaitu
bulan Januari 2017 adalah sebagai berikut :
1) Biaya bahan baku Rp 356.250
2) Biaya tenaga kerja Rp 890.000
3) Biaya overhead pabrik Rp 109.063 +
Jumlah biaya produksi yang dikeluarkan Rp 1.355.313
Tabel 18
Perhitungan Biaya Produksi Gorong- gorong Diameter 40 x 1 m
Yang disarankan Penulis
Periode Januari 2017
No Unsur Biaya Elemen Jumlah Biaya Total
1 Biaya bahan
baku Semen Rp. 825.000
Pasir sirtu Rp. 600.000
Jumlah biaya bahan baku Rp. 1.425.000
2 Biaya tenaga
kerja langsung
Bagian
percetakan
Rp. 720.000
Biaya tenaga
kerja tidak
langsung
Bagian
pengangkutan &
pasang
Rp. 720.000
Bagian pengawas
lapangan
Rp. 170.000
Bagian pengawas
gudang
Rp. 170.000
Jumlah biaya tenaga kerja Rp. 1.780.000
3 Biaya
Overhead
Pabrik
Biaya penyusutan
aktiva tetap
Rp. 218.125
Biaya Air Rp. -
80
80
Jumlah biaya overhead pabrik Rp. 218.125
Total Biaya Produksi Rp. 3.423.125
Sumber : Diolah oleh Penulis
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa biaya-biaya yang telah
dikeluarkan oleh perusahaan dalam melakukan proses produksi
gorong-gorong diameter 40 x 1 m pada satu periode (satu bulan) yaitu
bulan Januari 2017 adalah sebagai berikut :
1) Biaya bahan baku Rp 1.425.000
2) Biaya tenaga kerja Rp 1.780.000
3) Biaya overhead pabrik Rp 218.125 +
Jumlah biaya produksi yang dikeluarkan Rp 3.423.125
Tabel 19
Perhitungan Biaya Produksi Gorong- gorong Diameter 50 x 1 m
Yang disarankan Penulis
Periode Januari 2017
No Unsur Biaya Elemen Jumlah Biaya Total
1 Biaya bahan
baku Semen Rp. 1.272.150
Pasir sirtu Rp. 695.000
Batu kural Rp. 414.000
Jumlah biaya bahan baku Rp. 2.381.150
2 Biaya tenaga
kerja langsung
Bagian
percetakan
Rp. 888.000
Biaya tenaga
kerja tidak
langsung
Bagian
pengangkutan &
pasang
Rp. 888.000
Bagian pengawas
lapangan
Rp. 209.667
Bagian pengawas
gudang
Rp. 209.667
Jumlah biaya tenaga kerja Rp. 2.195.333
3 Biaya
Overhead
Pabrik
Biaya penyusutan
aktiva tetap
Rp. 269.021
81
81
Biaya Air Rp. -
Jumlah biaya overhead pabrik Rp. 269.021
Total Biaya Produksi Rp. 4.854.504
Sumber : Diolah oleh Penulis
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa biaya-biaya yang telah
dikeluarkan oleh perusahaan dalam melakukan proses produksi
gorong-gorong diameter 50 x 1 m pada satu periode (satu bulan) yaitu
bulan Januari 2017 adalah sebagai berikut :
1) Biaya bahan baku Rp 2.381.150
2) Biaya tenaga kerja Rp 2.195.333
3) Biaya overhead pabrik Rp 269.021 +
Jumlah biaya produksi yang dikeluarkan Rp 4.845.504
Tabel 20
Perhitungan Biaya Produksi Gorong- gorong Diameter 60 x 1 m
Yang disarankan Penulis
Periode Januari 2017
No Unsur Biaya Elemen Jumlah Biaya Total
1 Biaya bahan
baku Semen Rp. 2.062.500
Pasir sirtu Rp. 1.500.000
Batu kural Rp. 1.350.000
Jumlah biaya bahan baku Rp. 4.912.500
2 Biaya tenaga
kerja langsung
Bagian
percetakan
Rp. 1.800.000
Biaya tenaga
kerja tidak
langsung
Bagian
pengangkutan &
pasang
Rp. 1.800.000
Bagian pengawas
lapangan
Rp. 425.000
Bagian pengawas
gudang
Rp. 425.000
Jumlah biaya tenaga kerja Rp. 4.450.000
3 Biaya
Overhead
Pabrik
Biaya penyusutan
aktiva tetap
Rp. 545.313
82
82
Biaya Air Rp. -
Jumlah biaya overhead pabrik Rp. 545.313
Total Biaya Produksi Rp. 9.907.813
Sumber : Diolah oleh Penulis
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa biaya-biaya yang telah
dikeluarkan oleh perusahaan dalam melakukan proses produksi
gorong-gorong diameter 60 x 1 m pada satu periode (satu bulan) yaitu
bulan Januari 2017 adalah sebagai berikut :
1) Biaya bahan baku Rp 4.912.500
2) Biaya tenaga kerja Rp 4.450.000
3) Biaya overhead pabrik Rp 545.313 +
Jumlah biaya produksi yang dikeluarkan Rp 9.907.813
Tabel 21
Perhitungan Biaya Produksi Gorong- gorong Diameter 70 x 1 m
Yang disarankan Penulis
Periode Januari 2017
No Unsur Biaya Elemen Jumlah Biaya Total
1 Biaya bahan
baku Semen Rp. 4.675.000
Pasir sirtu Rp. 3.400.000
Batu kural Rp. 1.530.000
Jumlah biaya bahan baku Rp. 9.605.000
2 Biaya tenaga
kerja langsung
Bagian
percetakan
Rp. 1.632.000
Biaya tenaga
kerja tidak
langsung
Bagian
pengangkutan &
pasang
Rp. 1.632.000
Bagian pengawas
lapangan
Rp. 385.333
Bagian pengawas
gudang
Rp. 385.333
Jumlah biaya tenaga kerja Rp. 4.034.667
3 Biaya overhead
pabrik
Biaya penyusutan
aktiva tetap
Rp. 494.417
83
83
Biaya Air Rp. -
Jumlah biaya overhead pabrik Rp. 494.417
Total biaya produksi Rp. 14.134.083
Sumber : Diolah oleh Penulis
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa biaya-biaya yang telah
dikeluarkan oleh perusahaan dalam melakukan proses produksi
gorong-gorong diameter 70 x 1 m pada satu periode (satu bulan) yaitu
bulan Januari 2017 adalah sebagai berikut :
1) Biaya bahan baku Rp 9.605.000
2) Biaya tenaga kerja Rp 4.034.667
3) Biaya overhead pabrik Rp 494.417 +
Jumlah biaya produksi yang dikeluarkan Rp 14.134.083
Tabel 22
Perhitungan Biaya Produksi Gorong- gorong Diameter 80 x 1 m
Yang disarankan Penulis
Periode Januari 2017
No Unsur Biaya Elemen Jumlah Biaya Total
1 Biaya bahan
baku Semen Rp. 5.115.000
Pasir sirtu Rp. 3.720.000
Batu kural Rp. 3.348.000
Jumlah biaya bahan baku Rp. 12.183.000
2 Biaya tenaga
kerja langsung
Bagian
percetakan
Rp. 1.488.000
Biaya tenaga
kerja tidak
langsung
Bagian
pengangkutan &
pasang
Rp. 1.488.000
Bagian pengawas
lapangan
Rp. 351.333
Bagian pengawas
gudang
Rp. 351.333
Jumlah biaya tenaga kerja Rp. 3.678.667
3 Biaya overhead Biaya penyusutan Rp. 450.792
84
84
pabrik aktiva tetap
Biaya Air Rp. -
Jumlah biaya overhead pabrik Rp. 450.792
Total biaya produksi Rp. 16.312.458
Sumber : Diolah oleh Penulis
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa biaya-biaya yang telah
dikeluarkan oleh perusahaan dalam melakukan proses produksi
gorong-gorong diameter 80 x 1 m pada satu periode (satu bulan) yaitu
bulan Januari 2017 adalah sebagai berikut :
1) Biaya bahan baku Rp 12.183.000
2) Biaya tenaga kerja Rp 3.678.667
3) Biaya overhead pabrik Rp 450.792 +
Jumlah biaya produksi yang dikeluarkan Rp 16.312.458
3. Perhitungan harga pokok produk per biji gorong-gorong
Perusahaan menghitung harga pokok produk per biji gorong-gorong
berdasarkan total biaya produksi dan jumlah produk per biji, sehingga
dapat diperoleh harga pokok per biji gorong-gorong sebagai berikut :
a. Diameter 20 x 1 m
Harga pokok produk per biji gorong-gorong =
= Rp 83.758
Dari hasil pembagian diatas sehingga harga pokok produk per
biji gorong-gorong ukuran diameter 20 x 1 m menurut CV Tiga
Sumber Rezeki Banjarmasin adalah sebesar Rp 83.758
85
85
b. Diameter 30 x 1 m
Harga pokok produk per biji gorong-gorong =
= Rp 90.354
Dari hasil pembagian diatas sehingga harga pokok produk per
biji gorong-gorong ukuran diameter 30 x 1 m menurut CV Tiga
Sumber Rezeki Banjarmasin adalah sebesar Rp 90.354
c. Diameter 40 x 1 m
Harga pokok produk per biji gorong-gorong =
= Rp 114.104
Dari hasil pembagian diatas sehingga harga pokok produk per
biji gorong-gorong ukuran diameter 40 x 1 m menurut CV Tiga
Sumber Rezeki Banjarmasin adalah sebesar Rp 114.104
d. Diameter 50 x 1 m
Harga pokok produk per biji gorong-gorong =
= Rp 130.960
Dari hasil pembagian diatas sehingga harga pokok produk per
biji gorong-gorong ukuran diameter 50 x 1 m menurut CV Tiga
Sumber Rezeki Banjarmasin adalah sebesar Rp 130.960
e. Diameter 60 x 1 m
Harga pokok produk per biji gorong-gorong =
= Rp132.104
86
86
Dari hasil pembagian diatas sehingga harga pokok produk per
biji gorong-gorong ukuran diameter 60 x 1 m menurut CV Tiga
Sumber Rezeki Banjarmasin adalah sebesar Rp 132.104
f. Diameter 70 x 1 m
Harga pokok produk per biji gorong-gorong =
= Rp207.854
Dari hasil pembagian diatas sehingga harga pokok produk per
biji gorong-gorong ukuran diameter 70 x 1 m menurut CV Tiga
Sumber Rezeki Banjarmasin adalah sebesar Rp 207.854
g. Diameter 80 x 1 m
Harga pokok produk per biji gorong-gorong =
= Rp263.104
Dari hasil pembagian diatas sehingga harga pokok produk per
biji gorong-gorong ukuran diameter 80 x 1 m menurut CV Tiga
Sumber Rezeki Banjarmasin adalah sebesar Rp 263.104
4. Perhitungan harga pokok produk yang seharusnya dilakukan perusahaan
berdasarkan konsep akuntansi biaya.
Untuk menghitung biaya per biji yang dikeluarkan CV Tiga Sumber
Rezeki Banjarmasin perlu dihitung unit ekuivalen untuk periode Bulan
Januari 2017 dengan perhitungan sebagai berikut:
87
87
a. Biaya bahan baku
1) Biaya bahan baku gorong-gorong diameter 20 x 1 m yang
dikeluarkan pada bulan Januari 2017 dapat menghasilkan 13 biji
produk jadi dan tidak ada persediaan dalam proses dengan tingkat
penyelesaian biaya bahan 100%. Hal ini berarti bahwa biaya bahan
baku sebesar Rp. 223.000 tersebut telah digunakan untuk
menyelesaikan produk jadi sebesar 13 biji dan 0 biji (100% x 0
biji) persediaan produk dalam proses. Dengan demikian unit
ekuivalen biaya bahan baku gorong-gorong diameter 20 x 1 m
adalah 13 biji + (100% x 0 biji) = 13 biji.
2) Biaya bahan baku gorong-gorong diameter 30 x 1 m yang
dikeluarkan pada bulan Januari 2017 dapat menghasilkan 15 biji
produk jadi dan tidak ada persediaan dalam proses dengan tingkat
penyelesaian biaya bahan 100%. Hal ini berarti bahwa biaya bahan
baku sebesar Rp. 356.250 tersebut telah digunakan untuk
menyelesaikan produk jadi sebesar 15 biji dan 0 biji (100% x 0
biji) persediaan produk dalam proses. Dengan demikian unit
ekuivalen biaya bahan baku gorong-gorong diameter 30 x 1 m
adalah 15 biji + (100% x 0 biji) = 15 biji.
3) Biaya bahan baku gorong-gorong diameter 40 x 1 m yang
dikeluarkan pada bulan Januari 2017 dapat menghasilkan 30 biji
produk jadi dan tidak ada persediaan dalam proses dengan tingkat
penyelesaian biaya bahan 100%. Hal ini berarti bahwa biaya bahan
88
88
baku sebesar Rp. 1.425.000 tersebut telah digunakan untuk
menyelesaikan produk jadi sebesar 30 biji dan 0 biji (100% x 0
biji) persediaan produk dalam proses. Dengan demikian unit
ekuivalen biaya bahan baku gorong-gorong diameter 40 x 1 m
adalah 30 biji + (100% x 0 biji) = 30 biji.
4) Biaya bahan baku gorong-gorong diameter 50 x 1 m yang
dikeluarkan pada bulan Januari 2017 dapat menghasilkan 37 biji
produk jadi dan tidak ada persediaan dalam proses dengan tingkat
penyelesaian biaya bahan 100%. Hal ini berarti bahwa biaya bahan
baku sebesar Rp. 2.381.150 tersebut telah digunakan untuk
menyelesaikan produk jadi sebesar 37 biji dan 0 biji (100% x 0
biji) persediaan produk dalam proses. Dengan demikian unit
ekuivalen biaya bahan baku gorong-gorong diameter 50 x 1 m
adalah 37 biji + (100% x 0 biji) = 37 biji.
5) Biaya bahan baku gorong-gorong diameter 60 x 1 m yang
dikeluarkan pada bulan Januari 2017 dapat menghasilkan 75 biji
produk jadi dan tidak ada persediaan dalam proses dengan tingkat
penyelesaian biaya bahan 100%. Hal ini berarti bahwa biaya bahan
baku sebesar Rp. 4.912.500 tersebut telah digunakan untuk
menyelesaikan produk jadi sebesar 75 biji dan 0 biji (100% x 0
biji) persediaan produk dalam proses. Dengan demikian unit
ekuivalen biaya bahan baku gorong-gorong diameter 60 x 1 m
adalah 75 biji + (100% x 0 biji) = 75 biji.
89
89
6) Biaya bahan baku gorong-gorong diameter 70 x 1 m yang
dikeluarkan pada bulan Januari 2017 dapat menghasilkan 68 biji
produk jadi dan tidak ada persediaan dalam proses dengan tingkat
penyelesaian biaya bahan 100%. Hal ini berarti bahwa biaya bahan
baku sebesar Rp. 9.605.000 tersebut telah digunakan untuk
menyelesaikan produk jadi sebesar 68 biji dan 0 biji (100% x 0
biji) persediaan produk dalam proses. Dengan demikian unit
ekuivalen biaya bahan baku gorong-gorong diameter 70 x 1 m
adalah 68 biji + (100% x 0 biji) = 68 biji.
7) Biaya bahan baku gorong-gorong diameter 80 x 1 m yang
dikeluarkan pada bulan Januari 2017 dapat menghasilkan 62 biji
produk jadi dan tidak ada persediaan dalam proses dengan tingkat
penyelesaian biaya bahan 100%. Hal ini berarti bahwa biaya bahan
baku sebesar Rp. 12.183.000 tersebut telah digunakan untuk
menyelesaikan produk jadi sebesar 62 biji dan 0 biji (100% x 0
biji) persediaan produk dalam proses. Dengan demikian unit
ekuivalen biaya bahan baku gorong-gorong diameter 80 x 1 m
adalah 62 biji + (100% x 0 biji) = 62 biji.
b. Biaya tenaga kerja
1) Biaya tenaga kerja untuk memproduksi gorong-gorong diameter
20 x 1 m yang dikeluarkan dalam bulan Januari 2017 sebesar
Rp. 771.333 tersebut dapat menghasilkan 13 biji produk jadi dan
tidak ada persediaan dalam proses dengan tingkat penyelesaian
90
90
biaya tenaga kerja sebesar 100%. Hal ini berarti bahwa biaya
tenaga kerja tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk
jadi sebesar 13 biji dan 0 biji (100% x 0 biji) persediaan produk
dalam proses. Dengan demikian unit ekuivalen biaya tenaga kerja
adalah 13 biji + (100% x 0 biji) = 13 biji
2) Biaya tenaga kerja untuk memproduksi gorong-gorong diameter
30 x 1 m yang dikeluarkan dalam bulan Januari 2017 sebesar
Rp. 890.000 tersebut dapat menghasilkan 15 biji produk jadi dan
tidak ada persediaan dalam proses dengan tingkat penyelesaian
biaya tenaga kerja sebesar 100%. Hal ini berarti bahwa biaya
tenaga kerja tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk
jadi sebesar 15 biji dan 0 biji (100% x 0 biji) persediaan produk
dalam proses. Dengan demikian unit ekuivalen biaya tenaga kerja
adalah 15 biji + (100% x 0 biji) = 15 biji
3) Biaya tenaga kerja untuk memproduksi gorong-gorong diameter
40 x 1 m yang dikeluarkan dalam bulan Januari 2017 sebesar
Rp. 1.780.000 tersebut dapat menghasilkan 30 biji produk jadi dan
tidak ada persediaan dalam proses dengan tingkat penyelesaian
biaya tenaga kerja sebesar 100%. Hal ini berarti bahwa biaya
tenaga kerja tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk
jadi sebesar 30 biji dan 0 biji (100% x 0 biji) persediaan produk
dalam proses. Dengan demikian unit ekuivalen biaya tenaga kerja
adalah 30 biji + (100% x 0 biji) = 30 biji
91
91
4) Biaya tenaga kerja untuk memproduksi gorong-gorong diameter
50 x 1 m yang dikeluarkan dalam bulan Januari 2017 sebesar
Rp. 2.195.333 tersebut dapat menghasilkan 37 biji produk jadi dan
tidak ada persediaan dalam proses dengan tingkat penyelesaian
biaya tenaga kerja sebesar 100%. Hal ini berarti bahwa biaya
tenaga kerja tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk
jadi sebesar 37 biji dan 0 biji (100% x 0 biji) persediaan produk
dalam proses. Dengan demikian unit ekuivalen biaya tenaga kerja
adalah 37 biji + (100% x 0 biji) = 37 biji
5) Biaya tenaga kerja untuk memproduksi gorong-gorong diameter
60 x 1 m yang dikeluarkan dalam bulan Januari 2017 sebesar
Rp. 4.450.000 tersebut dapat menghasilkan 75 biji produk jadi dan
tidak ada persediaan dalam proses dengan tingkat penyelesaian
biaya tenaga kerja sebesar 100%. Hal ini berarti bahwa biaya
tenaga kerja tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk
jadi sebesar 75 biji dan 0 biji (100% x 0 biji) persediaan produk
dalam proses. Dengan demikian unit ekuivalen biaya tenaga kerja
adalah 75 biji + (100% x 0 biji) = 75 biji
6) Biaya tenaga kerja untuk memproduksi gorong-gorong diameter
70 x 1 m yang dikeluarkan dalam bulan Januari 2017 sebesar
Rp. 4.034.667 tersebut dapat menghasilkan 68 biji produk jadi dan
tidak ada persediaan dalam proses dengan tingkat penyelesaian
biaya tenaga kerja sebesar 100%. Hal ini berarti bahwa biaya
92
92
tenaga kerja tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk
jadi sebesar 68 biji dan 0 biji (100% x 0 biji) persediaan produk
dalam proses. Dengan demikian unit ekuivalen biaya tenaga kerja
adalah 68 biji + (100% x 0 biji) = 68 biji
7) Biaya tenaga kerja untuk memproduksi gorong-gorong diameter
80 x 1 m yang dikeluarkan dalam bulan Januari 2017 sebesar
Rp. 3.678.667 tersebut dapat menghasilkan 62 biji produk jadi dan
tidak ada persediaan dalam proses dengan tingkat penyelesaian
biaya tenaga kerja sebesar 100%. Hal ini berarti bahwa biaya
tenaga kerja tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk
jadi sebesar 62 biji dan 0 biji (100% x 0 biji) persediaan produk
dalam proses. Dengan demikian unit ekuivalen biaya tenaga kerja
adalah 62 biji + (100% x 0 biji) = 62 biji
c. Biaya overhead pabrik
1) Biaya overhead pabrik untuk memproduksi gorong-gorong
diameter 20 x 1 m dalam bulan Januari 2017 sebesar Rp.94.521
dapat menyelesaikan 13 biji produk jadi dan tidak ada persediaan
dalam proses dengan tingkat penyelesaian biaya overhead pabrik
sebesar 100%. Hal ini berarti bahwa biaya overhead pabrik
tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebesar
13 biji dan 0 biji (100% x 0 biji) persediaan produk dalam proses.
Dengan demikian ekuivalen biaya overhead pabrik adalah 13 biji +
(100% x 0 biji) = 13 biji.
93
93
2) Biaya overhead pabrik untuk memproduksi gorong-gorong
diameter 30 x 1 m dalam bulan Januari 2017 sebesar Rp. 109.063
dapat menyelesaikan 15 biji produk jadi dan tidak ada persediaan
dalam proses dengan tingkat penyelesaian biaya overhead pabrik
sebesar 100%. Hal ini berarti bahwa biaya overhead pabrik
tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebesar
15 biji dan 0 biji (100% x 0 biji) persediaan produk dalam proses.
Dengan demikian ekuivalen biaya overhead pabrik adalah 15 biji +
(100% x 0 biji) = 15 biji.
3) Biaya overhead pabrik untuk memproduksi gorong-gorong
diameter 40 x 1 m dalam bulan Januari 2017 sebesar Rp. 218.125
dapat menyelesaikan 30 biji produk jadi dan tidak ada persediaan
dalam proses dengan tingkat penyelesaian biaya overhead pabrik
sebesar 100%. Hal ini berarti bahwa biaya overhead pabrik
tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebesar
30 biji dan 0 biji (100% x 0 biji) persediaan produk dalam proses.
Dengan demikian ekuivalen biaya overhead pabrik adalah 30 biji +
(100% x 0 biji) = 30 biji.
4) Biaya overhead pabrik untuk memproduksi gorong-gorong
diameter 50 x 1 m dalam bulan Januari 2017 sebesar Rp. 269.021
dapat menyelesaikan 37 biji produk jadi dan tidak ada persediaan
dalam proses dengan tingkat penyelesaian biaya overhead pabrik
sebesar 100%. Hal ini berarti bahwa biaya overhead pabrik
94
94
tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebesar
37 biji dan 0 biji (100% x 0 biji) persediaan produk dalam proses.
Dengan demikian ekuivalen biaya overhead pabrik adalah 37 biji +
(100% x 0 biji) = 37 biji.
5) Biaya overhead pabrik untuk memproduksi gorong-gorong
diameter 60 x 1 m dalam bulan Januari 2017 sebesar Rp. 545.313
dapat menyelesaikan 75 biji produk jadi dan tidak ada persediaan
dalam proses dengan tingkat penyelesaian biaya overhead pabrik
sebesar 100%. Hal ini berarti bahwa biaya overhead pabrik
tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebesar
75 biji dan 0 biji (100% x 0 biji) persediaan produk dalam proses.
Dengan demikian ekuivalen biaya overhead pabrik adalah 75 biji +
(100% x 0 biji) = 75 biji.
6) Biaya overhead pabrik untuk memproduksi gorong-gorong
diameter 70 x 1 m dalam bulan Januari 2017 sebesar Rp. 494.417
dapat menyelesaikan 68 biji produk jadi dan tidak ada persediaan
dalam proses dengan tingkat penyelesaian biaya overhead pabrik
sebesar 100%. Hal ini berarti bahwa biaya overhead pabrik
tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebesar
68 biji dan 0 biji (100% x 0 biji) persediaan produk dalam proses.
Dengan demikian ekuivalen biaya overhead pabrik adalah 68 biji +
(100% x 0 biji) = 68 biji.
95
95
7) Biaya overhead pabrik untuk memproduksi gorong-gorong
diameter 80 x 1 m dalam bulan Januari 2017 sebesar Rp. 450.792
dapat menyelesaikan 62 biji produk jadi dan tidak ada persediaan
dalam proses dengan tingkat penyelesaian biaya overhead pabrik
sebesar 100%. Hal ini berarti bahwa biaya overhead pabrik
tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebesar
62 biji dan 0 biji (100% x 0 biji) persediaan produk dalam proses.
Dengan demikian ekuivalen biaya overhead pabrik adalah 62 biji +
(100% x 0 biji) = 62 biji.
5. Perhitungan Harga Pokok Produk Per Biji
Tabel 23
Perhitungan Harga Pokok Produk Per Biji Gorong-gorong diameter 20 x 1 m
Sumber : Diolah oleh Penulis
Dari tabel di atas dapat dilihat total biaya sebesar Rp.1.088.854 unit
ekuivalen untuk semua unsur biaya produksi sama yaitu 13 biji dan total
biaya produksi per biji gorong-gorong diameter 20 x 1 m sebesar
Rp 83.758
Elemen biaya
produksi Biaya produksi
Unit ekuivalen
(per biji)
Biaya produksi
per biji gorong-
gorong
Biaya bahan baku Rp 223.000 13 Rp 17.154
Biaya tenaga kerja Rp 771.333 13 Rp 59.333
Biaya overhead
pabrik Rp 94.521 13 Rp 7.271
Total Rp 1.088.854 Rp 83.758
96
96
Tabel 24
Perhitungan Harga Pokok Produk Per Biji Gorong-gorong diameter 30 x 1 m
Elemen biaya
produksi Biaya produksi
Unit ekuivalen
(per biji)
Biaya produksi
per biji gorong-
gorong
Biaya bahan baku Rp 356.250 15 Rp 23.750
Biaya tenaga kerja Rp 890.000 15 Rp 59.333
Biaya overhead
pabrik Rp 109.063 15 Rp 7.271
Total Rp 1.355.313 Rp 90.354
Sumber : Diolah oleh Penulis
Dari tabel di atas dapat dilihat total biaya sebesar Rp.1.355.313 unit
ekuivalen untuk semua unsur biaya produksi sama yaitu 15 biji dan total
biaya produksi per biji gorong-gorong diameter 30 x 1 m sebesar
Rp 90.345
Tabel 25
Perhitungan harga pokok produk per biji gorong-gorong diameter 40 x 1 m
Elemen biaya
produksi Biaya produksi
Unit ekuivalen
(per biji)
Biaya produksi
per biji gorong-
gorong
Biaya bahan baku Rp 1.425.000 30 Rp 47.500
Biaya tenaga kerja Rp 1.780.000 30 Rp 59.333
Biaya overhead
pabrik Rp 218.125 30 Rp 7.271
Total Rp 3.423.125 Rp 114.104
Sumber : Diolah oleh Penulis
Dari tabel di atas dapat dilihat total biaya sebesar Rp 3.423.125 unit
ekuivalen untuk semua unsur biaya produksi sama yaitu 30 biji dan total
biaya produksi per biji gorong-gorong diameter 40 x 1 m sebesar
Rp 114.104
97
97
Tabel 26
Perhitungan harga pokok produk per biji gorong-gorong diameter 50 x 1 m
Elemen biaya
produksi Biaya produksi
Unit ekuivalen
(per biji)
Biaya produksi
per biji gorong-
gorong
Biaya bahan baku Rp 2.381.150 37 Rp 64.355
Biaya tenaga kerja Rp 2.195.333 37 Rp 59.333
Biaya overhead
pabrik Rp 269.021 37 Rp 7.271
Total Rp 4.845.504 Rp 130.960
Sumber : Diolah oleh Penulis
Dari tabel di atas dapat dilihat total biaya sebesar Rp 4.845.504 unit
ekuivalen untuk semua unsur biaya produksi sama yaitu 37 biji dan total
biaya produksi per biji gorong-gorong diameter 50 x 1 m sebesar
Rp 130.960
Tabel 27
Perhitungan harga pokok produk per biji gorong-gorong diameter 60 x 1 m
Elemen biaya
produksi Biaya produksi
Unit ekuivalen
(per biji)
Biaya produksi
per biji gorong-
gorong
Biaya bahan baku Rp 4.912.500 75 Rp 65.500
Biaya tenaga kerja Rp 4.450.000 75 Rp 59.333
Biaya overhead
pabrik Rp 545.313 75 Rp 7.271
Total Rp 9.907.813 Rp 132.104
Sumber : Diolah oleh Penulis
Dari tabel di atas dapat dilihat total biaya sebesar Rp 9.907.813 unit
ekuivalen untuk semua unsur biaya produksi sama yaitu 75 biji dan total
biaya produksi per biji gorong-gorong diameter 60 x 1 m sebesar
Rp 132.104
98
98
Tabel 28
Perhitungan harga pokok produk per biji gorong-gorong diameter 70 x 1 m
Elemen biaya
produksi Biaya produksi
Unit ekuivalen
(per biji)
Biaya produksi
per biji gorong-
gorong
Biaya bahan baku Rp 9.605.000 68 Rp 141.250
Biaya tenaga kerja Rp 4.034.667 68 Rp 59.333
Biaya overhead
pabrik Rp 494.417 68 Rp 7.271
Total Rp 14.134.083 Rp 207.854
Sumber : Diolah oleh Penulis
Dari tabel di atas dapat dilihat total biaya sebesar Rp 14.134.083
unit ekuivalen untuk semua unsur biaya produksi sama yaitu 68 biji dan
total biaya produksi per biji gorong-gorong diameter 70 x 1 m sebesar
Rp 207.854
Tabel 29
Perhitungan harga pokok produk per biji gorong-gorong diameter 80 x 1 m
Elemen biaya
produksi Biaya produksi
Unit ekuivalen
(per biji)
Biaya produksi
per biji gorong-
gorong
Biaya bahan baku Rp 12.183.000 62 Rp 196.500
Biaya tenaga kerja Rp 3.678.667 62 Rp 59.333
Biaya overhead
pabrik Rp 450.792 62 Rp 7.271
Total Rp 16.312.458 Rp 263.104
Sumber : Diolah oleh Penulis
Dari able di atas dapat dilihat total biaya sebesar Rp 16.312.458
unit ekuivalen untuk semua unsur biaya produksi sama yaitu 62 biji dan
total biaya produksi per biji gorong-gorong diameter 80 x 1 m sebesar
Rp 263.104
99
99
6. Untuk menentukan harga pokok produk pada bulan Januari 2017 maka
perlu juga diketahui beberapa jurnal.
Biaya produksi gorong-gorong ukuran diameter 20 x 1 m yang
terjadi dalam bulan Januari 2017, dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
a. Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku
BDP – biaya bahan baku Rp 223.000
Persediaan bahan baku Rp 223.000
b. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja langsung
BDP – biaya tenaga kerja Rp 771.333
Gaji dan upah Rp 771.333
c. Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik
BDP – biaya overhead pabrik Rp 94.521
Berbagai rekening yang dikreditkan Rp 94.521
d. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke
gudang
BDP-Biaya bahan baku Rp 223.000
BDP-Biaya tenaga kerja Rp 771.333
BDP-Biaya overhead pabrik Rp 94.521
Persediaan produk jadi Rp 1.088.854
100
10
0
Biaya produksi gorong-gorong ukuran diameter 30 x 1 m yang
terjadi dalam bulan Januari 2017, dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
a. Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku
BDP – biaya bahan baku Rp 356.250
Persediaan bahan baku Rp 356.250
b. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja langsung
BDP – biaya tenaga kerja Rp 890.000
Gaji dan upah Rp 890.000
c. Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik
BDP – biaya overhead pabrik Rp 109.063
Berbagai rekening yang dikreditkan Rp 109.063
d. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke
gudang
BDP-Biaya bahan baku Rp 356.250
BDP-Biaya tenaga kerja Rp 890.000
BDP-Biaya overhead pabrik Rp 109.063
Persediaan produk jadi Rp 1.355.313
Biaya produksi gorong-gorong ukuran diameter 40 x 1 m yang
terjadi dalam bulan Januari 2017, dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
a. Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku
BDP – biaya bahan baku Rp 1.425.000
Persediaan bahan baku Rp 1.425.000
101
10
1
b. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja langsung
BDP – biaya tenaga kerja Rp 1.780.000
Gaji dan upah Rp 1.780.000
c. Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik
BDP – biaya overhead pabrik Rp 218.125
Berbagai rekening yang dikreditkan Rp 218.125
d. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke
gudang
BDP-Biaya bahan baku Rp 1.425.000
BDP-Biaya tenaga kerja Rp 1.780.000
BDP-Biaya overhead pabrik Rp. 218.125
Persediaan produk jadi Rp 3.423.125
Biaya produksi gorong-gorong ukuran diameter 50 x 1 m yang
terjadi dalam bulan Januari 2017, dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
a. Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku
BDP – biaya bahan baku Rp 2.381.150
Persediaan bahan baku Rp 2.381.150
b. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja langsung
BDP – biaya tenaga kerja Rp 2.195.333
Gaji dan upah Rp 2.195.333
Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik
BDP – biaya overhead pabrik Rp 269.021
Berbagai rekening yang dikreditkan Rp 269.021
102
10
2
c. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke
gudang
BDP-biaya bahan baku Rp 2.381.150
BDP-biaya tenaga kerja Rp 2.195.333
BDP-biaya overhead pabrik Rp 269.021
Persediaan produk jadi Rp 4.845.504
Biaya produksi gorong-gorong ukuran diameter 60 x 1 m yang
terjadi dalam bulan Januari 2017, dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
a. Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku
BDP – biaya bahan baku Rp 4.912.500
Persediaan bahan baku Rp 4.912.500
b. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja langsung
BDP – biaya tenaga kerja Rp 4.450.000
Gaji dan upah Rp 4.450.000
c. Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik
BDP – biaya overhead pabrik Rp 545.313
Berbagai rekening yang dikreditkan Rp 545.313
d. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke
gudang
BDP-biaya bahan baku Rp 4.912.500
BDP-biaya tenaga kerja Rp 4.450.000
BDP-biaya overhead pabrik Rp 545.313
Persediaan produk jadi Rp 9.907.813
103
10
3
Biaya produksi gorong-gorong ukuran diameter 70 x 1 m yang
terjadi dalam bulan Januari 2017, dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
a. Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku
BDP – biaya bahan baku Rp 9.605.000
Persediaan bahan baku Rp 9.605.000
b. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja langsung
BDP – biaya tenaga kerja Rp 4.034.667
Gaji dan upah Rp 4.034.667
c. Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik
BDP – biaya overhead pabrik Rp 494.417
Berbagai rekening yang dikreditkan Rp 494.417
d. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke
gudang
BDP-biaya bahan baku Rp 9.605.000
BDP-biaya tenaga kerja Rp 4.034.667
BDP-biaya overhead pabrik Rp 494.417
Persediaan produk jadi Rp 14.134.083
Biaya produksi gorong-gorong ukuran diameter 80 x 1 m yang
terjadi dalam bulan Januari 2017, dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
a. Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku
BDP – biaya bahan baku Rp 12.183.000
Persediaan bahan baku Rp 12.183.000
104
10
4
b. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja langsung
BDP – biaya tenaga kerja Rp 3.678.667
Gaji dan upah Rp 3.678.667
c. Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik
BDP – biaya overhead pabrik Rp 450.792
Berbagai rekening yang dikreditkan Rp 450.792
d. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke
gudang
BDP-biaya bahan baku Rp 12.183.000
BDP-biaya tenaga kerja Rp 3.678.667
BDP-biaya overhead pabrik Rp 450.792
Persediaan produk jadi Rp 16.312.458
7. Laporan Biaya Produksi
Berikut laporan biaya produksi yang disarankan penulis untuk
perusahaan berdasarkan perhitungan harga pokok produksi dengan
konsep akuntansi biaya sebagai berikut :
Tabel 30
CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin
Laporan Biaya Produksi Gorong-gorong diameter 20 x 1 m
Bulan Januari 2017
Data Produksi:
Dimasukan dalam proses 13 biji
Produk jadi yang ditransfer ke 0 biji
gudang
Produk dalam proses akhir 0 biji
Jumlah produk yang dihasilkan 13 biji
Biaya yang dibebankan dalam
105
10
5
bulan Januari 2017:
Total Perbiji
Biaya bahan baku Rp 223.000 Rp 17.154
Biaya tenaga kerja langsung Rp 771.000 Rp 59.333
Biaya overhead pabrik Rp 94.521 Rp 7.271
Rp 1.088.854 Rp 83.758
Perhitungan biaya:
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
13 biji x Rp 83.758 = Rp 1.088.854
Jumlah biaya produksi yang dibebankan = Rp 1.088.854
Sumber: Diolah oleh penulis
Tabel 31
CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin
Laporan Biaya Produksi Gorong-gorong diameter 30 x 1 m
Bulan Januari 2017
Data Produksi:
Dimasukan dalam proses 15 biji
Produk jadi yang ditransfer ke 0 biji
gudang
Produk dalam proses akhir 0 biji
Jumlah produk yang dihasilkan 15 biji
Biaya yang dibebankan dalam
bulan Januari 2017:
Total Perbiji
Biaya bahan baku Rp 356.250 Rp 23.750
Biaya tenaga kerja langsung Rp 890.000 Rp 59.333
Biaya overhead pabrik Rp 109.063 Rp 7.271
Rp 1.355.313 Rp 90.354
Perhitungan biaya:
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
15 biji x Rp 90.354 = Rp 1.355.313
Jumlah biaya produksi yang dibebankan = Rp 1.355.313
Sumber: Diolah oleh penulis
106
10
6
Tabel 32
CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin
Laporan Biaya Produksi Gorong-gorong diameter 40 x 1 m
Bulan Januari 2017
Data Produksi:
Dimasukan dalam proses 30 biji
Produk jadi yang ditransfer ke 0 biji
gudang
Produk dalam proses akhir 0 biji
Jumlah produk yang dihasilkan 30 biji
Biaya yang dibebankan dalam
bulan Januari 2017:
Total Perbiji
Biaya bahan baku Rp 1.425.000 Rp 47.500
Biaya tenaga kerja langsung Rp 1.780.000 Rp 59.333
Biaya overhead pabrik Rp 218.125 Rp 7.271
Rp 3.423.125 Rp 114.104
Perhitungan biaya:
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
30 biji x Rp 114.104 = Rp 3.423.125
Jumlah biaya produksi yang dibebankan = Rp 3.423.125
Sumber: Diolah oleh penulis
Tabel 33
CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin
Laporan Biaya Produksi Gorong-gorong diameter 50 x 1 m
Bulan Januari 2017
Data Produksi:
Dimasukan dalam proses 37 biji
Produk jadi yang ditransfer ke 0 biji
gudang
Produk dalam proses akhir 0 biji
Jumlah produk yang dihasilkan 37 biji
Biaya yang dibebankan dalam
bulan Januari 2017:
Total Perbiji
Biaya bahan baku Rp 2.381.150 Rp 64.355
107
10
7
Biaya tenaga kerja langsung Rp 2.195.333 Rp 59.333
Biaya overhead pabrik Rp 269.021 Rp 7.271
Rp 4.845.504 Rp 130.960
Perhitungan biaya:
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
37 biji x Rp 130.960 = Rp 4.845.504
Jumlah biaya produksi yang dibebankan = Rp 4.845.504
Sumber: Diolah oleh penulis
Tabel 34
CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin
Laporan Biaya Produksi Gorong-gorong diameter 60 x 1 m
Bulan Januari 2017
Data Produksi:
Dimasukan dalam proses 75 biji
Produk jadi yang ditransfer ke 0 biji
gudang
Produk dalam proses akhir 0 biji
Jumlah produk yang dihasilkan 75 biji
Biaya yang dibebankan dalam
bulan Januari 2017:
Total Perbiji
Biaya bahan baku Rp 4.912.500 Rp 65.500
Biaya tenaga kerja langsung Rp 4.450.000 Rp 59.333
Biaya overhead pabrik Rp 545.313 Rp 7.271
Rp 9.907.813 Rp 132.104
Perhitungan biaya:
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
75 biji x Rp 132.104 = Rp 9.907.813
Jumlah biaya produksi yang dibebankan = Rp 9.907.813
Sumber: Diolah oleh penulis
108
10
8
Tabel 35
CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin
Laporan Biaya Produksi Gorong-gorong diameter 70 x 1 m
Bulan Januari 2017
Data Produksi:
Dimasukan dalam proses 68 biji
Produk jadi yang ditransfer ke 0 biji
gudang
Produk dalam proses akhir 0 biji
Jumlah produk yang dihasilkan 68 biji
Biaya yang dibebankan dalam
bulan Januari 2017:
Total Perbiji
Biaya bahan baku Rp 9.605.000 Rp 141.250
Biaya tenaga kerja langsung Rp 4.034.667 Rp 59.333
Biaya overhead pabrik Rp 494.417 Rp 7.271
Rp 14.134.083 Rp 207.854
Perhitungan biaya:
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
68 biji x Rp 207.854 = Rp 14.134.083
Jumlah biaya produksi yang dibebankan = Rp 14.134.083
Sumber: Diolah oleh penulis
Tabel 36
CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin
Laporan Biaya Produksi Gorong-gorong diameter 80 x 1 m
Bulan Januari 2017
Data Produksi:
Dimasukan dalam proses 62 biji
Produk jadi yang ditransfer ke 0 biji
gudang
Produk dalam proses akhir 0 biji
Jumlah produk yang dihasilkan 62 biji
Biaya yang dibebankan dalam
bulan Januari 2017:
Total Perbiji
Biaya bahan baku Rp 12.183.000 Rp 196.500
109
10
9
Biaya tenaga kerja langsung Rp 3.678.667 Rp 59.333
Biaya overhead pabrik Rp 450.792 Rp 7.271
Rp 16.312.458 Rp 263.104
Perhitungan biaya:
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
62 biji x Rp 263.104 = Rp 16.312.458
Jumlah biaya produksi yang dibebankan = Rp 16.312.458
Sumber: Diolah oleh penulis
8. Perbandingan perhitungan harga pokok produksi menurut perusahaan dan
menurut penulis
Setelah diteliti dan dibandingkan, terdapat perbedaan jumlah harga
pokok produk antara perhitungan yang dilakukan oleh CV Tiga Sumber
Rezeki Banjarmasin dengan perhitungan penulis (berdasarkan konsep
akuntansi biaya), perbedaan tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 37
Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produk Per Biji Gorong-gorong Diameter
20 x 1 m Menurut Perusahaan dan yang Disarankan Penulis
Keterangan Menurut Perusahaan Menurut Penulis
Biaya Bahan Baku Rp 223.000 Rp 223.000
Biaya Tenaga Kerja Rp 771.333 Rp 771.000
Biaya Overhead Pabrik Rp 214.286 Rp 94.521
Jumlah biaya produksi Rp 1.208.619 Rp 1.088.854
Harga pokok produksi Rp 92.971 Rp 83.758
Sumber: Diolah Penulis
Tabel 38
Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produk Per Biji Gorong-gorong Diameter
30 x 1 m Menurut Perusahaan dan yang Disarankan Penulis
Keterangan Menurut Perusahaan Menurut Penulis
Biaya Bahan Baku Rp 356.250 Rp 356.250
Biaya Tenaga Kerja Rp 890.000 Rp 890.000
Biaya Overhead Pabrik Rp 214.286 Rp 109.063
Jumlah biaya produksi Rp 1.460.536 Rp 1.355.313
Harga pokok produksi Rp 97.369 Rp 90.354
Sumber: Diolah Penulis
110
11
0
Tabel 39
Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produk Per Biji Gorong-gorong Diameter
40 x 1 m Menurut Perusahaan dan yang Disarankan Penulis
Keterangan Menurut
Perusahaan Menurut Penulis
Biaya Bahan Baku Rp 1.425.000 Rp 1.425.000
Biaya Tenaga Kerja Rp 1.780.000 Rp 1.780.000
Biaya Overhead Pabrik Rp 214.286 Rp 218.125
Jumlah biaya produksi Rp 3.419.286 Rp 3.423.125
Harga pokok produksi Rp 113.976 Rp 114.104
Sumber: Diolah Penulis
Tabel 40
Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produk Per Biji Gorong-gorong Diameter
50 x 1 m Menurut Perusahaan dan yang Disarankan Penulis
Keterangan Menurut
Perusahaan Menurut Penulis
Biaya Bahan Baku Rp 2.381.150 Rp 2.381.150
Biaya Tenaga Kerja Rp 2.195.333 Rp 2.195.333
Biaya Overhead Pabrik Rp 214.286 Rp 269.021
Jumlah biaya produksi Rp 4.790.769 Rp 4.845.504
Harga pokok produksi Rp 129.480 Rp 130.960
Sumber: Diolah Penulis
Tabel 41
Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produk Per Biji Gorong-gorong Diameter
60 x 1 m Menurut Perusahaan dan yang Disarankan Penulis
Keterangan Menurut
Perusahaan Menurut Penulis
Biaya Bahan Baku Rp 4.912.500 Rp 4.912.500
Biaya Tenaga Kerja Rp 4.450.000 Rp 4.450.000
Biaya Overhead Pabrik Rp 214.286 Rp 545.313
Jumlah biaya produksi Rp 9.576.786 Rp 9.907.813
Harga pokok produksi Rp 127.690 Rp 132.104
Sumber: Diolah Penulis
111
11
1
Tabel 42
Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produk Per Biji Gorong-gorong Diameter
70 x 1 m Menurut Perusahaan dan yang Disarankan Penulis
Keterangan Menurut
Perusahaan Menurut Penulis
Biaya Bahan Baku Rp 9.605.000 Rp 9.605.000
Biaya Tenaga Kerja Rp 4.034.667 Rp 4.034.667
Biaya Overhead Pabrik Rp 214.286 Rp 494.417
Jumlah biaya produksi Rp 13.853.952 Rp 14.134.083
Harga pokok produksi Rp 203.735 Rp 207.854
Sumber: Diolah Penulis
Tabel 43
Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produk Per Biji Gorong-gorong Diameter
80 x 1 m Menurut Perusahaan dan yang Disarankan Penulis
Keterangan Menurut
Perusahaan Menurut Penulis
Biaya Bahan Baku Rp 12.183.000 Rp 12.183.000
Biaya Tenaga Kerja Rp 3.678.667 Rp 3.678.667
Biaya Overhead Pabrik Rp 214.286 Rp 450.792
Jumlah biaya produksi Rp 16.075.952 Rp 16.312.458
Harga pokok produksi Rp 259.290 Rp 263.104
Sumber : Diolah Penulis
Adanya perbedaan perhitungan dimana biaya tenaga kerja menurut
perusahaan dibagi rata menjadi 7 produk gorong-gorong sedangkan menurut
penulis biaya tenaga kerja dihitung sesuai persentase produksi gorong-
gorong. Perhtiungan biaya overhead pabrik menurut perusahaan menghitung
biaya listrik, biaya air dan biaya telpon sedangkan menurut penulis biaya
penyusutan aktiva tetap yang termasuk biaya overhead pabrik dan biaya air
menggunakan air sumur jadi tidak ada nilainya.
112
11
2
Terdapat perbedaan dimana perhitungan harga pokok produksi
gorong-gorong diameter 20 x 1 m, 30 x 1 m, 40 x 1 m, 50 x 1 m, 60 x 1
m, 70 x 1 m, dan 80 x 1 m menurut perusahaan dan perhitungan yang
dilakukan penulis, yaitu dimana perhitungan harga pokok produksi
yang disarankan penulis dan perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Perhitungan produksi gorong-gorong diameter 20 x 1 m menurut
perusahaan Rp 92.971 sedangkan menurut penulis Rp 83.758
2. Perhitungan produksi gorong-gorong diameter 30 x 1 m menurut
perusahaan Rp 97.369 sedangkan menurut penulis Rp 90.354
3. Perhitungan produksi gorong-gorong diameter 40 x 1 m menurut
perusahaan Rp 113.976 sedangkan menurut penulis Rp 114.104
4. Perhitungan produksi gorong-gorong diameter 50 x 1 m menurut
perusahaan Rp 129.480 sedangkan menurut penulis Rp 130.960
5. Perhitungan produksi gorong-gorong diameter 60 x 1 m menurut
perusahaan Rp 127.690 sedangkan menurut penulis Rp 132.104
6. Perhitungan produksi gorong-gorong diameter 70 x 1 m menurut
perusahaan Rp 203.735 sedangkan menurut penulis Rp 207.854
Perbedaan hal perhitungan terjadi karena perusahaan masih salah
dalam melakukan penggolongan biaya produksi, selain itu perusahaan
juga tidak melakukan perhitungan penyusutan aktiva tetap yang
seharusnya dimasukkan dalam biaya overhead pabrik.
113
11
3
Dengan demikian maka dapat diketahui selisih perhitungan harga
pokok produk menurut CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin dengan
penulis pada
1. Gorong-gorong diameter 20 x 1 m Rp 9.213 (lebih besar menurut
perusahaan)
2. Gorong-gorong diameter 30 x 1 m Rp 7.015 (lebih besar menurut
perusahaan)
3. Gorong-gorong diameter 40 x 1 m Rp 128 (lebih kecil menurut
perusahaan)
4. Gorong-gorong diameter 50 x 1 m Rp 1.479 (lebih kecil menurut
perusahaan)
5. Gorong-gorong diameter 60 x 1 m Rp 4.414 (lebih kecil menurut
perusahaan)
6. Gorong-gorong diameter 70 x 1 m Rp 4.120 (lebih kecil menurut
perusahaan)
7. Gorong-gorong diameter 80 x 1 m Rp 3.815 (lebih kecil menurut
perusahaan).
114
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis pada CV Tiga
Sumber Rezeki Banjarmasin serta pembahasan yang dilakukan pada bab-bab
sebelumnya, maka penulis menarik simpulan sebagai berikut:
1. Pembebanan yang dilakukan CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin masih
kurang tepat karena adanya temuan biaya non produksi yang
diperhitungkan ke dalam biaya produksi.
2. CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin masih kurang tepat dalam
memperhitungkan biaya produksi karena hanya memperhitungkan biaya
bahan baku, dan biaya tenaga kerja belum menghitung biaya yang terkait
dalam aktiva tetap untuk produksi.
3. Terdapat perbedaan perhitungan harga pokok produk per satuan menurut
CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin untuk Gorong-gorong diameter
20 x 1 m menurut perusahaan sebesar Rp 92.971 sedangkan menurut
penulis sebesar Rp 83.758. Perhitungan Gorong-gorong diameter 30 x 1 m
menurut perusahaan sebesar Rp 97.369 sedangkan menurut penulis sebesar
Rp 90.354. Perhitungan Gorong-gorong diameter 40 x 1 m menurut
perusahaan sebesar Rp 113.976 sedangkan menurut penulis sebesar
Rp 114.104. Perhitungan Gorong-gorong diameter 50 x 1 m menurut
115
perusahaan sebesar Rp 129.480 sedangkan menurut penulis sebesar
Rp 130.960. Perhitungan Gorong-gorong diameter 60 x 1 m menurut
perusahaan sebesar Rp 127.690 sedangkan menurut penulis sebesar
Rp 132.104. Perhitungan Gorong-gorong diameter 70 x 1 m menurut
perusahaan sebesar Rp 203.753 sedangkan menurut penulis sebesar
Rp 207.854. Perhitungan Gorong-gorong diameter 80 x 1 m menurut
perusahaan sebesar Rp 259.290 sedangkan menurut penulis sebesar
Rp 263.104. Sehingga terdapat selisih perhitungan untuk Gorong-gorong
diameter 20 x 1 m sebesar Rp 9.213. Gorong-gorong diameter 30 x 1 m
sebesar Rp 7.015. Gorong-gorong diameter 40 x 1 m sebesar Rp 128.
Gorong-gorong diameter 50 x 1 m sebesar Rp 1.479. Gorong-gorong
diameter 60 x 1 m sebesar Rp 4.414. Gorong-gorong diameter 70 x 1 m
sebesar Rp 4.120. Gorong-gorong diameter 80 x 1 m sebesar Rp 3.815.
B. Saran
Setelah mengadakan penelitian dan pembahasan, maka penulis akan
mencoba mengajukan saran yang diharapkan dapat digunakan sebagai dasar
pertimbangan atau masukan bagi perbankan dalam penelitian selanjutnya,
saran tersebut sebagai berikut:
1. CV Tiga Sumber Rezeki Banjarmasin agar membuat dan menyusun
pelaporan harga pokok produk dan kelancaran usaha serta ketelitian
perhitungan biaya produksi.
2. Biaya penyusutan aktiva tetap turut diperhitungkan dalam menghitung
harga pokok proses dan dalam melakukan perhitungannya menggunakan
116
metode garis lurus, dimana pertimbangannya adalah masa manfaat dari
aktiva itu sama setiap tahunnya.
3. Pimpinan perusahaan hendaknya dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan mengenai konsep akuntansi biaya dengan cara membaca
literature yang berkaitan dengan akuntansi biaya atau mengikuti kursus
akuntansi sehingga akan membantu menetapkan kebijakan perushaan lebih
lanjut demi kemajuan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2014). Penelitian Pendidikan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara
Baridwan, Z. (2014). Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE-
YOGYAKARTA.
Dewi, S. P., & Kristanto, S. B. (2015). Akuntansi Biaya. Edisi 2. Bogor: IN
MEDIA.
Dunia, F. A. (2009). Akuntansi Biaya. Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat.
Mulyadi. (2015). Akuntansi Biaya. Edisi Kelima. Yogyakarta: Sekolah Tinggi
Ilmu Manajemen YKPN.
Riwayadi. (2014). Akuntansi Biaya. Pendekatan Tradisional dan Kontemporer.
Jagakarsa, Jakarta Selatan: Salemba Empat.
Supriyono. (2008). Akuntansi Biaya Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga
Pokok. Buku Satu. Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Surjadi, L. (2013). Akuntansi Biaya : Dasar-Dasar Penghitungan Harga Pokok.
Jakarta Barat.
.