pergerakan perintisan jemaat - churchplantingmovements.com fileyang terdapat di dalam buku ini...

50
PRAKATA uku ini berangkat dari sebuah tugas untuk meliput peningkatan jumlah Gerakan Perintisan Jemaat yang merebak dalam daerah-daerah pelayanan kami di seluruh dunia. Sebagai wakil presiden International Mision Board kepala bidang koordinasi strategi, saya diberi tanggung jawab untuk menggambarkan kualitas dan ciri-ciri fenomena ini. B Untuk menyelesaikan tugas itu, saya mencari masukan dari sejumlah misionari, para anggota tim-tim pimpinan daerah, pakar misiologi, para peneliti, dan administrator-administrator misi. Sumber informasi utama saya adalah para misionari yang telah terlibat langsung dalam Gerakan-gerakan Perintisan Jemaat. Setiap mereka telah menjadi sumber tak ternilai bagi penyusunan buku ini. Saya sangat berterimakasih kepada kepemimpinan yang visioner dari tim ekskutif senior International Mission Board -- Jerry Rankin, Avery Willis dan Don Kammerdiener-- dan kepada para sejawat saya di tim kepemimpinan komite luar negeri: Sam James, Bill Bullington dan John White. Dorongan dan saran-saran mereka selama penyusunan buku ini telah sangat membantu. Secara khusus terimakasih saya tujukan kepada para misionari praktisi, serta pionir-pionir Gerakan Perintisan Jemaat; Bill dan Susan Smith, Curtis dan Debie Sergeant, Bruce dan Gloria Carlton, David dan Jan Watson, Kurt dan Wendy Urbanek, Jim dan Mary Slack, Scott dan Janie Holste, Rodney dan Debbie Hammer, Don dan Anne Dent, George dan Sheryl Gera, serta Dale dan Jane Ellen Wood. Buku ini juga mendapatkan banyak keuntungan dari pembacaan dan saran-saran begitu banyak orang termasuk: Sonia Garrison, Beth Wolfe, Cathy Kissee, Erich Bridges, Vivian White, Dan Allen dan Jim Haney. Terlepas dari kemurahan hati para kontributor dan editor ini, kesalahan-kesalahan yang terdapat di dalam buku ini adalah tanggung jawab saya. Harapan saya adalah agar buku ini boleh menjadi rujukan yang dapat diandalkan bagi maksud kita, saat berkata visi kami adalah: “memulai dan memelihara Gerakan Perintisan Jemaat di antara semua suku bangsa.” David Garrison Associate Vice President Strategy Coordination dan Mobilization International Mission Board, SBC Wiesbaden, Germany October 1999

Upload: buinhan

Post on 09-Aug-2019

292 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

PRAKATA

uku ini berangkat dari sebuah tugas untuk meliput peningkatan jumlah Gerakan Perintisan Jemaat yang merebak dalam daerah-daerah pelayanan kami di seluruh

dunia. Sebagai wakil presiden International Mision Board kepala bidang koordinasi strategi, saya diberi tanggung jawab untuk menggambarkan kualitas dan ciri-ciri fenomena ini.

B

Untuk menyelesaikan tugas itu, saya mencari masukan dari sejumlah misionari, para anggota tim-tim pimpinan daerah, pakar misiologi, para peneliti, dan administrator-administrator misi. Sumber informasi utama saya adalah para misionari yang telah terlibat langsung dalam Gerakan-gerakan Perintisan Jemaat. Setiap mereka telah menjadi sumber tak ternilai bagi penyusunan buku ini.

Saya sangat berterimakasih kepada kepemimpinan yang visioner dari tim ekskutif senior International Mission Board -- Jerry Rankin, Avery Willis dan Don Kammerdiener-- dan kepada para sejawat saya di tim kepemimpinan komite luar negeri: Sam James, Bill Bullington dan John White. Dorongan dan saran-saran mereka selama penyusunan buku ini telah sangat membantu.

Secara khusus terimakasih saya tujukan kepada para misionari praktisi, serta pionir-pionir Gerakan Perintisan Jemaat; Bill dan Susan Smith, Curtis dan Debie Sergeant, Bruce dan Gloria Carlton, David dan Jan Watson, Kurt dan Wendy Urbanek, Jim dan Mary Slack, Scott dan Janie Holste, Rodney dan Debbie Hammer, Don dan Anne Dent, George dan Sheryl Gera, serta Dale dan Jane Ellen Wood. Buku ini juga mendapatkan banyak keuntungan dari pembacaan dan saran-saran begitu banyak orang termasuk: Sonia Garrison, Beth Wolfe, Cathy Kissee, Erich Bridges, Vivian White, Dan Allen dan Jim Haney.

Terlepas dari kemurahan hati para kontributor dan editor ini, kesalahan-kesalahan yang terdapat di dalam buku ini adalah tanggung jawab saya. Harapan saya adalah agar buku ini boleh menjadi rujukan yang dapat diandalkan bagi maksud kita, saat berkata visi kami adalah: “memulai dan memelihara Gerakan Perintisan Jemaat di antara semua suku bangsa.”

David Garrison Associate Vice President Strategy Coordination dan Mobilization International Mission Board, SBC Wiesbaden, Germany October 1999

Glosari Gerakan Perintisan Jemaat CBAT (Contoh Bantu Awasi dan Tinggalkan) / MAWL (Model, Assist, Watch and Leave) --- suatu ritmik (dalam irama) pelaksanaan perintisan jemaat yang ikut memberi sokongan bagi GPJ pada waktu seorang misionari membuat sebuah contohan GPJ, membantu orang percaya baru merintis jemaat-jemaat berorientas GPJ, mengawasi untuk memastikan bahwa mereka dan gerejanya bereproduksi dan kemudian meninggalkannya untuk memulai siklus CBAT baru.

EKSOGEN - berasal dari luar lingkungan lokal/ setempat; bersifat asing.

ETOS- semangat kelompok (esprit d’corps). Dalam etos Gerakan Perintisan Jemaat terdapat sikap dan iklim opini yang selalu bergairah terhadap GPJ.

FILTER RESPON DAN SIMPAI UMPAN BALIK – metode-metode yang dimanfaatkan untuk memperoleh keterangan mengenai respon seseorang terhadap usaha-usaha penginjilan massal, untuk keperluan-keperluan tindak lanjut pemuridan dan perintisan jemaat.

GERAKAN PERINTISAN JEMAAT – tingkat pertumbuhan yang cepat dan eksponensial dari tindakan perintisan–perintisan jemaat yang dikerjakan oleh jemaat-jemaat indigenos di dalam kelompok masyarakat atau golongan populasi tertentu.

GEREJA RUMAH - kumpulan-kumpulan kecil orang percaya yang rata-rata berjumlah 10-30 orang, yang bertemu di rumah-rumah atau emperan toko, yang umumnya tidak terorganisir (tidak seperti kelompok sel) di bawah otoritas tunggal atau pun hirarki otoritas.

GEREJA SEL - gereja yang terdiri dari sekumpulan kecil orang percaya, umumnya 10-30 orang setiap unit, yang bertemu di rumah-rumah atau emperan toko, yang mengerjakan ke lima tujuan gereja dan berhubungan satu sama yang lain, dalam satu bentuk jejaring yang berstruktur. Jejaring ini sering kali merupakan bagian dari satu identitas gereja tunggal yang lebih besar.

KOORDINATOR STRATEGI - seorang misionari yang bertanggung jawab untuk mengembangkan sebuah rencana terpadu yang sasarannya adalah memulai dan memelihara Gerakan Perintisan Jemaat ditengah-tengah sekelompok masyarakat atau suatu bagian populoasi tertentu yang belum terjangkau oleh injil.

LIMA TUJUAN GEREJA: 1. Worship (Ibadah/penyembahan), 2. Pelayanan Penginjilan dan Misionari, 3. Pendidikan dan pemuridan, 4. Pelayanan, 5. Persekutuan

MANDIRI (indigenous) - berasal dari dalam atau mampu muncul dari dalam konteks lokal. Ini berlawanan dengan eksogen.

PENGISAHAN ALKITAB SECARA KRONOLOGIS - sebuah metode penginjilan kepada suatu kelompok masyarakat dengan memakai cerita-cerita

besar Alkitab sejak penciptaan, penebusan sampai pada kembalinya Kristus dan menghubungkannya pada mereka dalam cara yang sesuai dengan budayanya.

PEMBIMBINGAN (Mentoring) - satu bentuk pengajaran yang melibatkan hidup di samping orang yang sedang diajar dan mempersilahkan dia belajar dari contoh yang diberikan itu.

PENUAIAN SEKSAMA (precision harvesting) – sebuah strategi penempatan para perintis jemaat di dalam suatu hubungan komunikasi dengan mereka yang sedang mencari-cari (kebenaran) atau orang percaya baru yang sebelumnya telah diidentifikasi dan mulai dilayani melalui respons mereka terhadap penginjilan massal.

PERTUMBUHAN EKSPONENSIAL - pertumbuhan yang ditandai oleh kelipatan setiap bagian. Jadi dalam pertumbuhan eksponensial 2x2=4, 4x4=16, dst. Pertumbuhan ini bertenatngan dengan pertumbuhan inkremental.

PERTUMBUHAN deret bilangan pertumbuhan dengan penambahan., dengan demikian 10 gereja induk mungkin menambahkan beberpa gereja cabang lagi setiap tahun, ini berlawanan denngan pertumbuhan eksponensial.

PPKD atau Program Pelatihan Pemimpin peDesaan (Rural Leadership Training Program- RLTP) --suatu program pelatihan praktek-lapang untuk para perintis jemaat dan pemimpin gereja yang dikembangkan di Kamboja, sasarannya adalah modul-modul pelatihan praktis jangka pendek, yang dirancang supaya para murid masih bisa tetap terlibat penuh pada pelayanannya sementara mereka belajar.

PTTgSR – (Participative, Obey, Unpaid, Cell, House – POUCH): suatu metode perintisan jemaat yang menggambarkan jemaat yang ditandai oleh hal-hal ini: kelompok pedalaman Alkitab dan kelompok ibadah yang bersifat partisipatif, taat pada firman Tuhan, mengembangkan pemimpin gereja yang bekerja rangkap sehingga tidak perlu dibayar atau tanpa gaji, serta bertemu sebagai gereja sel, atau gereja rumah.

SUBSIDI - dukungan dana yang berasal dari luar negeri untuk menyokong kehidupan para pendeta atau pelayan-pelayan jemaat yang lain. Umumnya hal ini justru menjadi halangan produktifitas bagi Gerakan Perintisan Jemaat.

VISI AKHIR - sasaran tertinggi dari suatu strategi atau rencana kegiatan. Dalam strategi yang berorientasi Gerakan Perintisan Jemaat, visi akhirlah yang memberi informasi dan mengukur nilai relatif dari setiap tahap, tujuan, sasaran dan tindakan.

PENGANTAR

3

aporan-laporan berdatangan dari segala penjuru dunia. Awalnya hanya sedikit, tapi sekarang menjadi semakin sering, satu sama lain saling mempertegas dalam laporan-laporan itu, jumlah yang mencengangkan dari orang-orang yang datang

kepada iman dalam Kristus: ratusan, ribuan, bahkan puluhan ribu, membentuk diri ke dalam gereja-gereja (jemaat) dan menyebarluaskan iman mereka yang baru.

L

Asia Tenggara Waktu sang koordinator strategi mengawali penugasannya pada tahun 1993, hanya ada tiga gereja dan 85 orang percaya dari populasi berjumlah lebih dari 7 juta jiwa yang adalah orang terhilang. Empat tahun kemudian, terdapat lebih dari 550 gereja dan sekitar 55.000 orang percaya.

Afrika Utara Dalam khotbah Jumat mingguannya, seorang pejabat Muslim Arab, berkeberatan bahwa lebih dari 10.000 muslim yang tinggal di daerah pegunungan sekitar situ telah beralih dari Islam dan menjadi Orang Kristen.

Sebuah Kota di Cina Dalam kurun empat tahun (1993-1997), lebih dari 20.000 orang menjadi percaya, dan menghasilkan terbentuknya lebih dari 500 gereja.

Amerika Latin Dua persatuan gereja Baptis harus mengatasi aniaya serius pemerintah untuk bertumbuh dari 235 gereja dalam tahun 1990, menjadi lebih dari 3200 di tahun 1998.

Asia Tengah Seorang koordinator strategi melaporkan: “Kira-kira pada akhir tahun 1996, kami berkunjung ke bermacam-macam gereja di daerah itu dan memperoleh catatan mereka tentang berapa banyak orang yang menerima Kristus dalam sepanjang tahun itu. Waktu seluruh catatan itu dijumlahkan, didapati ada 15.000 pembaptisan dilakukan dalam setahun. Tahun sebelumnya kami perkirakan keseluruhannya hanya 200 orang.” Eropa Barat

4

Seorang misionari di Eropa melaporkan: “Tahun lalu (1998), saya dan istri saya memulai 15 kelompok gereja sel yang baru. Waktu kami harus pergi selama enam bulan untuk tugas luar daerah, kami bertanya-tanya kira-kira apa yang akan kami dapati waktu kembali. Benar-benar mengejutkan! Kami dapat membuktikan bahwa saat ini paling tidak ada 30 gereja, tapi saya yakin jumlah yang ada sebenarnya bisa dua atau tiga kali lipat.” Etiopia Seorang pembuat strategi misi berkomentar, “Kami memerlukan 30 tahun untuk membangun 4 gereja di negara ini. Dalam sembilan bulan terakhir ini, kami sudah memulai 65 gereja sel.” Saat ini seluruh bagian dunia sedang digetarkan oleh semacam Gerakan Perintisan Jemaat. Kadang-kadang yang kami lihat hanya angka-angka, tapi sering kali deretan angka-angka itu disertai dengan penggambaran yang sangat hidup, seperti pesan e-mail yang baru diterima ini: “Semua pemimpin/gembala dalam gereja-gereja sel kami, adalah orang-orang awam karena kami mengalihtugaskan kerja dengan cepat sampai-sampai seorang misionari kadang-kadang hanya memimpin dua, paling banyak tiga kali pertemuan Pemahaman Alkitab, sebelum Tuhan mengangkat setidaknya seorang pemimpin dari kelompok itu. Pemimpin yang baru ini bukan cuma diselamatkan, tapi pada saat yang sama juga terlihat mempunyai panggilan untuk memimpin. Jadi, kami lalu membaptis dan memberikan padanya sebuah Alkitab. Setelah para petobat/pemimpin baru ini dibaptis, mereka begitu berapi-api, sampai-sampai kami tidak dapat membendung mereka lagi. Mereka menyebar ke seluruh negara memulai pertemuan-pertemuan Pemahaman Alkitab, dan beberapa minggu setelah itu kami mulai mendengar berita tentang sudah berapa banyak gereja yang mulai berjalan. Ini benar-benar hal paling gila yang pernah kami lihat! Kami tidak memulainya, dan kalau kami melakukannya, kami tidak dapat menghentikannya.”

Dalam periode empat tahun (1993-1997), lebih dari 20.000 orang menjadi percaya, dan hasilnya adalah

terbentuknya lebih dari 500 gereja.

Jauh di balik kegairahan dan luapan kegembiraan karena hal-hal di atas, banyak misionari tertinggal dalam setumpuk pertanyaan. Sebagian besar dari mereka tidak pernah melihat Gerakan Perintisan Jemaat sebelumnya. Tapi membawa satu suku bangsa datang pada Kristus adalah nuansa memikat yang menjadi mimpi setiap misionari. Pemikiran bahwa ada lautan manusia sedang menunggu-nunggu untuk mendengar dan menanggapi berita injil adalah gairah yang membakar hati dan pikiran setiap misionari di seluruh dunia. Jadi apa itu Gerakan Perintisan Jemaat? Fenomena apakah ini yang telah begitu memukau kita? Di mana saja Gerakan-gerakan Perintisan Jemaat ini berlangsung? Kenapa baru sekarang terjadi? Apakah ini sesuatu yang baru atau sebenarnya sejak lama ia sudah ada bersama kita? Apa penyebabnya? Apakah peristiwa-peristiwa ini terjadi secara acak, atau ada sesuatu yang sama di semua pergerakan? Apakah ada sesuatu yang bisa kita lakukan untuk mendorong terjadinya hal tersebut?

5

Semakin banyak misionari dan pakar strategi misi melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang sulit tersebut serta berusaha memahami sifat alamiah dari Gerakan-gerakan Perintisan Jemaat ini. Pertanyaan-pertanyaan yang sulit biasanya memimpin kepada jawaban-jawaban yang sangat membantu. Pertanyaan-pertanyaan di atas dan jawaban-jawabannya merupakan pokok bahasan buku ini. Untuk mendapatkan intisari pokok-pokok pikiran tadi, kami telah bertanya kepada banyak misionari, pakar strategi misi dan orang-orang yang mempunyai pengalaman pribadi dengan Gerakan Perintisan Jemaat, untuk berkaca pada apa yang telah mereka alami dan memproses berbagai pengalaman itu dalam suatu forum yang mengundang kritik dan analisis. Lewat mata mereka, kami telah berusaha memisahkan unsur-unsur kunci yang menumbuhkan fenomena ini maupun rintangan-rintangan yang menghalangi terjadinya Gerakan Perintisan Jemaat. Kami juga menugaskan mereka untuk menyediakan langkah-langkah praktis dalam memulai maupun memelihara Gerakan Perintisan Jemaat. Penyusun sangat berhutang budi kepada para sejawat pemberita injil ini. Tujuan penyusunan buku ini adalah untuk: 1) mendifinisikan Gerakan Perintisan Jemaat; 2) mengidentifikasikan ciri - ciri universalnya; 3) memeriksa halangan-halangan umum bagi Gerakan Perintisan Jemaat; 4) menganalisa sejumlah studi kasus aktual; 5) menyediakan tuntunan praktis untuk memulai dan memelihara Gerakan Perintisan Jemaat; dan 6) membicarakan beberapa pertanyaan yang sering kali dikemukakan menyangkut Gerakan Perintisan Jemaat. Semua studi kasus dan ilustrasi yang digunakan dalam buku ini datang dari segala penjuru dunia. Beberapa dikumpulkan dari negara-negara bebas di mana hanya sedikit aturan perundangan yang menjadi penghalang pemberitaan injil. Lainnya lagi berasal tempat-tempat di mana kekristenan dianiaya bahkan dilarang. Kami tidak berani meniadakan Gerakan Perintisan Jemaat ini dari tinjauan, tapi kami merasa harus merahasiakan nama dan tempat dengan tujuan melindungi mereka yang terlibat. Buku ini tidak disusun di atas teori-teori yang sedang coba membuktikan, juga bukanlah sebuah bagan isian baku yang kami paksakan berlaku untuk beragam situasi. Ini adalah deskripsi dari apa yang telah kami lihat dan pelajari. Prinsip-prinsip yang ada, didekdusi dari Gerakan Perintisan Jemaat aktual oleh mereka yang terlibat di dalamnya. Untuk menyajikan ketepatan penggambarannya sepersis mungkin, akan kami sebutkan pada anda ciri-ciri apa yang sering kali muncul dan juga ciri mana yang tidak biasa. Kami berdoa agar buklet ini menjadi sumber yang bermanfaat bagi rekan-rekan misionari dan penginjil di seluruh dunia, pada saat kita semua berusaha memahami apa yang sedang Bapa kerjakan dan menempatkan diri kita ada dalam misi bersama-Nya, saat Ia mengungkapkan Gerakan Perintisan Jemaat di antara segala suku bangsa.

1 APA ITU GERAKAN PERINTISAN JEMAAT ?

Pada tahun 1998, Tim Pimpinan Komite Luar Negeri dari Internasional Mission Board mengadopsi sebuah pernyataan visioner: kami akan

menyediakan fasilitas bagi jiwa terhilang yang datang untuk mendapatkan keselamatan iman dalam Yesus Kristus dengan memulai dan memelihara Gerakan Perintisan Jemaat di antara segala suku bangsa. Pernyataan dari visi ini menjadi acuan pelayanan

6

dari sekitar 5000 misionari IMB di lebih dari 150 negara di berbagai belahan dunia.

Jadi, apakah sesungguhnya Gerakan Perintisan Jemaat itu? Difinisi sederhana, ringkas dari Gerakan Perintisan Jemaat (GPJ) adalah: peningkatan yang cepat dan ekponensial dari tindakan perintisan jemaat-jemaat yang dikerjakan oleh jemaat-jemaat indigenos1 di dalam kelompok masyarakat atau golongan populasi tertentu.

Ada beberapa unsur kunci dalam difinisi ini. Yang pertama cepat. Sebagai suatu pergerakan, Gerakan Perintisan Jemaat merebak dengan peningkatan yang cepat dalam hal dimulainya sebuah jemaat baru. Perintisan jemaat dengan cara rembesan yang terjadi selama beberapa dekade bahkan abad ini memang baik, tapi tidak bisa dikualifikasikan sebagai Gerakan Perintisan Jemaat.

Kedua, peningkatan itu bersifat eksponensial. Ini berarti, pertambahan jumlah gereja demi gereja bukan sekedar pertumbuhan kenaikan deret angka biasa---pertambahan satu dua gereja setiap tahun atau semacam itu. Melainkan, ia berlipatganda dalam deret bilangan berpangkat----dua gereja menjadi empat, empat menjadi 16 dan seterusnya. Multipikasi secara eksponen hanya mungkin terjadi bila jemaat-jemaat yang baru dimulai, dibangun oleh jemaat itu sendiri, bukan oleh para perintis jemaat profesional atau misionari-misionari.

Yang terakhir, semuanya adalah jemaat-jemaat indigenos (asli). Artinya, jemaat-jemaat itu dilahirkan dari dalam dan bukan dari luar. Ini bukan untuk mengatakan bahwa Injil dapat memancar secara naluriah (intuitif) dari dalam suatu kelompok masyarakat. Injil selalu berasal dari luar suatu kelompok masyarakat; dan ini adalah tugas seorang misionari. Meskipun begitu, dalam Gerakan Perintisan Jemaat momentumnya dengan cepat berubah menjadi asli, di mana inisiatif dan semangat pergerakan berasal dari dalam kelompok masyarakat itu sendiri, bukan dari pihak luar.

1 Jemaat indigenos: sering disebut gereja suku, jemaat asli.

7

Jika difinisi ini kurang memadai, mungkin kita perlu memperjelas apa yang bukan Gerakan Perintisan Jemaat. Gerakan Perintisan Jemaat lebih dari sekedar “penginjilan yang menghasilkan jemaat-jemaat.” Pengijilan yang menghasilkan jemaat-jemaat memang bagian dari suatu Gerakan Perintisan Jemaat, tapi tidak memiliki “visi akhir” seekstensif Gerakan Perintisan Jemaat. Seorang perintis jemaat (church planter) bisa saja berpuas diri dengan sasaran terbangunnya satu atau bahkan sekumpulan jemaat/gereja, tapi ia gagal melihat bahwa dibutuhkan pergerakan di mana jemaat akan merintis jemaat untuk menjangkau seluruh bangsa.

Gerakan Perintisan Jemaat juga lebih dari sebuah kebangunan rohani yang terjadi sebelum jemaat-jemaat berdiri. Terjadinya kebangunan-kebangunan rohani sangat diharapkan, tapi itu pun bukanlah Gerakan Perintisan Jemaat. Kebaktian-kebaktian penginjilan, dan program-program kesaksian memang bisa membawa ribuan orang kepada Kristus, dan tentu saja itu hal yang menakjubkan, tapi itu tidak sama dengan Gerakan Perintisan Jemaat. Gerakan Perintisan Jemaat memperlihatkan bagaimana jemaat-jemaat dengan cepat melahirkan jemaat lain (bereproduksi).

Gerakan Perintisan Jemaat adalah: peningkatan yang cepat dan ekponensial dari tindakan perintisan jemaat-jemaat yang dikerjakan oleh jemaat-jemaat indigenos di dalam kelompok masyarakat atau golongan populasi tertentu.

Barangkali yang paling menyerupai, tetapi tetap bukanlah Gerakan Perintisan Jemaat adalah, saat di mana para perintis jemaat lokal dilatih dan disebarkan untuk merintis pembentukan beberapa jemaat (multiplikasi) di tengah kaum/sukunya masing-masing. Inilah metode penyebaran jemaat di tengah kelompok masyarakat atau golongan populasi tertentu yang paling berhasil, tetapi momentum penyebarannya tetap berada di tangan kelompok para perintis jemaat profesional yang terbatas, bukannya di dalam hati setiap jemaat baru yang telah dibangun

Akhirnya, sebuah Gerakan Perintisan Jemaat, bukanlah akhir dari pergerakan itu sendiri. Akhir dari semua kerja keras kita adalah agar Bapa dimuliakan. Hal ini akan terjadi setiap kali seseorang masuk ke dalam hubungan yang benar dengan Dia lewat Yesus Kristus. Pada saat seseorang melakukannya, ia tergabung ke dalam jemaat-jemaat yang memampukannya terus bertumbuh dalam kasih karunia bersama-sama dengan orang percaya lainnya yang sehati sepikiran. Kapan saja seseorang datang kepada hidup baru di dalam Yesus Kristus, Bapa dimuliakan. Kapan saja sebuah jemaat dirintis --tidak peduli siapa yang melakukannya---maka ada dasar untuk bersukacita.

8

Lalu kenapa Gerakan Perintisan Jemaat ini begitu istimewa? Karena kelihatannya dalam gerakan ini tersimpan potensi terbesar untuk membawa mereka yang terhilang kepada hidup baru dalam Kristus dan ke dalam komunitas orang beriman dalam jumlah yang melebihi metode mana pun yang sudah ada.

Meskipun begitu, Gerakan Perintisan Jemaat bukan sekedar suatu peningkatan jumlah jemaat, meskipun itu adalah hal yang positif. Sebuah Gerakan Perintisan Jemaat terjadi ketika visi jemaat melahirkan jemaat menjalar dari para misionari dan para perintis jemaat profesional kepada jemaat-jemaat itu sendiri, sehingga dengan keadaan alamiahnya, atau keapaadaannya, mereka memenangkan jiwa terhilang dan melakukan reproduksinya.

Mari kita tinjau lagi beberapa hal kunci. Para misionari adalah perintis-perintis jemaat yang cakap, tapi jumlah mereka selalu sangat terbatas. Para perintis lokal (berasal dari daerah yang bersangkutan sendiri) lebih dapat diharapkan, karena jumlah mereka yang jauh lebih banyak. Tapi Gerakan Perintisan Jemaat menyimpan jauh lebih banyak lagi potensi, karena tindakan perintisan jemaat dilakukan oleh jemaat itu sendiri, yang akan membawanya kepada kemungkinan jumlah terbesar dari dimulainya jemaat-jemaat baru.

Untuk lebih memahami Gerakan Perintisan Jemaat ini, mari kita periksa beberapa studi kasus dan kemudian membedahnya untuk analisa yang lebih dekat.

2 GPJ DARI DEKAT

M

isionari-mosionari IMB sekarang sedang ikut serta dalam beberapa dan yang mirip Gerakan Perintisan Jemaat di seluruh dunia. Ketika dalam setiap pergerakan ini ada pengaruh dari para misionari kami, pada saat yang sama bentuk Gerakan Perintisan Jemaat-nya pun

berbeda satu dengan yang lain.

9

Tanpa menghiraukan perbedaan-perbedaan ini, terdapat beberapa kesamaan hal, yang memberi ciri kepada hampir setiap Gerakan Perintisan Jemaat (GPJ). Pada contoh-contoh berikut ini, akan anda lihat bagaimana para misionari IMB sampai terlibat dalam Gerakan-gerakan Perintisan Jemaat. Beberapa dari mereka sudah merupakan alat dalam pergerakan sejak kelahirannya, sementara yang lain tiba waktu pergerakan sudah mulai berlangsung. Dari setiap kasus, dapatlah ditarik pelajaran-pelajaran yang mungkin dapat diterapkan pada situasi-situasi lain.

Sekelompok Masyarakat di Amerika Latin

Latar Belakang Sama seperti negara-negara Amerika Latin lainnya, negara ini pun penduduknya adalah

keturunan campuran bangsa Eropa, Spanyol dan Afrika. Pemerintahan yang otoriter selama beberapa dekade telah menghambat pertumbuhan ekonomi dan membatasi kebebasan individual. Negara ini miskin, tapi relatif masih lebih berpendidikan dibanding negara-negara lain di sekitarnya, di mana tingkat kemampuan baca tulis warganya mencapai lebih dari 90 persen.

Secara tradisional, 95% dari populasi beragama Roma-Katolik. Walau begitu, selama 25 tahun terakhir pemerintah berupaya menekan kebebasan beragama. Lalu, pada tahun 1991, pemerintah bersikap lebih longgar dan memulai liberalisasi ekonomi serta berancang-ancang melakukan hal yang sama menyangkut agama. Kebebasan beragama memang belum menjadi hak yang dilindungi, tetapi keadaan sekarang semakin membaik.

Gereja Baptis Selatan, sudah memulai pekerjaan misinya di sana lebih dari seabad lalu.

Selama 75 tahun berikutnya, para misionari merintis jemaat, melatih para pemimpin, dan membangun Denominasi Baptis lokal yang beranggota kurang lebih 3000 orang. Setelah terjadi kudeta militer, semua misionari dipenjarakan kemudian di usir keluar dari negara itu. Bersama para misionari itu, pergi juga setengah dari anggota jemaat baptis lokal dan sebagian besar pemimpin jemaat. Selama beberapa dekade berikutnya gereja terancam punah dari negara itu. Aniaya, pemenjaraan dan penyiksaan terjadi di mana-mana. Selama masa penekanan itu, secara perlahan jumlah orang percaya meningkat.

Apa yang Terjadi Menyesuaikan diri kepada pemisahan Amerika dan upaya-upaya misi (gereja) Baptis

Selatan, Gereja-gereja Baptis di negara itu mengembangkan diri ke dalam Uni Selatan dan Uni Utara. Mengenyampingkan pemisahan denominasi ini, kedua Persatuan (union) mengalami Gerakan Perintisan Jemaat di masa 1990-an. Pada tahun 1989 Uni Utara beranggotakan 5800 orang. Dalam tahun yang sama mereka mulai mengalami kebangunan dengan pertambahan anggota sebanyak 5.3 % dan meningkat menjadi 6.9 % pada tahun berikutnya. Pada akhir tahun 1990, keanggotaan Uni Utara telah bertumbuh dari 5800 menjadi 14.000 orang. Sepanjang kurun waktu yang sama, jumlah gereja bertambah dari 100 menjadi 1340. Pada laporan terakhir, mulai ada tanda bahwa pertumbuhan ini mulai menurun. Saat ini, terdapat lebih dari 38.000 anggota tetap pada jemaat-jemaat itu, sedang menanti-nantikan saat untuk dibaptis.

Perkembangan yang serupa merebak juga dalam Uni (Gereja Baptis) Selatan. Pada tahun 1989, mereka hanya memiliki 129 jemaat, yang keanggotaannya kurang dari 7000. Ada tanda kehidupan penting tersirat lewat 533 baptisan yang terjadi tahun itu. Pada tahun 1998, keanggotaan mereka telah membengkak mendekati angka 16.000 dengan jumlah orang yang dibaptis sebanyak 2000 per tahunnya. Jumlah gereja terus bertambah sepanjang tahun yang

10

sama dari 129 menjadi 1918, suatu tingkat pertumbuhan yang sangat menonjol untuk satu dekade, yaitu 1387%.

Faktor-Faktor Kunci Ada beberapa faktor yang menjadi kontributor bagi Gerakan Perintisan Jemaat yang terjadi

di negara Amerika Latin ini. Misionari-misionari asing memainkan beberapa peran yang sangat strategis. Peran strategis pertama didapatkan ketika para misionari pertama kali memperkenalkan Injil kepada penduduk negara itu. Mereka menanamkan dengan sungguh-sungguh Firman Allah dan keimamatan semua orang percaya bagi jemaat-jemaat yang baru itu. Waktu perubahan pemerintahan memaksa para misionari untuk meninggalkan negara itu, ke-Kristenan punya dua pilihan: menjadi jemaat asli atau mati. Selama beberapa tahun kemudian, isolasi pemerintah terhadap hubungan ke luar dengan orang-orang Kristen lain -yang mempersulit kemungkinan mendapatkan bantuan dana dari pihak asing untuk pembangunan gedung-gedung mau pun untuk mensubsidi para pendeta-, justru makin memperdalam proses indigenosasi gereja-gereja.

Selama tahun-tahun isolasi itu, para misionari media yang bekerja di luar negara tersebut terus menyungkupi wilayah itu dengan siaran radio penginjilan dalam bahasa hati2 Spanyol masyarakat. Para misionari ini dan Kristen diaspora3 juga mempertahankan doa yang penuh kesiagaan dan tak putus-putusnya bagi orang-orang percaya mau pun jiwa-jiwa terhilang yang ada dalam negara itu.

Pada waktu para misionari dari IMB dapat kembali berhubungan dengan jemaat-jemaat di sana pada akhir tahun 1980, mereka menemukan bahwa iman berbasis doktrin Baptis telah tertanam dengan kuat di bangsa itu. Sampai pada titik ini, para misionari lalu mengambil kontribusi strategis yang ke dua yakni memelihara dan mendewasakan pergerakan lewat doa, pemuridan, pelatihan kepemimpinan dan lokakarya penginjilan serta metodologi gereja sel---tanpa menciptakan ketergantungan ataupun kekaguman kepada hal yang kebarat-baratan di dalam pergerakan.

Ada beberapa faktor dan ciri lain yang dikontribusikan ke dalam pergerakan: sejak awal, ayat-ayat firman Tuhan dan penyembahan sudah terkandung di dalam bahasa hati orang-orang ini. Ditunjang oleh tingginya tingkat kemampuan baca-tulis, Alkitab lalu menjadi pusat dari kehidupan rohani mereka, secara bersama mau pun perseorangan.

Gereja-gereja Uni Selatan

Doa juga merupakan komponen kunci. Jemaat-jemaat Baptis dalam hubungan dengan pergerakan ini, menyebut diri mereka sebagai “umat yang berlutut.” Doa-doa secara tetap dan terus menerus melumuri penyembahan dan kehidupan sehari-hari mereka. Mereka juga adalah

2 Bahasa hati (heart language): bahasa yang dipakai untuk mengungkapkan isi hati. Berhubungan dengan tingkat keintiman komunikasi seseorang dengan pihak yang lain. Ini tidak sama dengan bahasa sehari-hari, atau pun bahasa dagang yang digunakan untuk urusan bisnis. 3 Kristen diaspora: dalam Perjanjian Baru menunjuk pada orang-orang Kristen yang menyebar ke luar dari Palestina Yerusalem setelah mulai masa aniaya

11

orang-orang yang suka menyanyi. Ibadah-ibadah penyembahan mengumandangkan himne-himne yang hidup dan lagu-lagu pujian di dalam bahasa hati mereka. Seorang pemimpin jemaat menggambarkan musik sebagai “satu bentuk peperangan menghadapi dunia yang tidak percaya.”

Bersamaan dengan terjadinya krisis ekonomi yang parah pada tahun 1992, sebuah tantangan yang penting timbul. Krisis ini menghalangi anggota-anggota jemaat untuk pergi ke gedung -gedung gereja untuk beribadah, karena letaknya yang terlalu jauh. Sekali lagi, pergerakan ada di sebuah simpang jalan: para anggota jemaat ini bisa saja mengundurkan diri dan menjadi orang-orang yang mundur dari gereja, atau mereka bisa menanggapi situasi ini secara kreatif. Para anggota jemaat Baptis ini memilih yang terakhir, dengan memindahkan pertemuan ibadah ke rumah-rumah dan menemukan bahwa pertumbuhan terjadi dengan akselerasi/laju perubahan yang sangat cepat. Sekali lagi, para misionari Baptis memainkan peran strategis dengan memperkenalkan model-model gereja sel yang dipakai di tempat lain di dunia. Sepanjang tahun pertama (1992-1993) denominasi Utara sendiri saja telah memulai 237 jemaat/gereja rumah.

Gereja-gereja Persatuan Utara

Ambruknya ekonomi dan ketidak-pastian politik untuk masa depan, justru mematangkan

keperluan akan jawaban-jawaban dan arahan-arahan baru di seluruh negara. Semakin lama semakin mudah bahkan mendesak untuk berbicara kepada mereka yang terhilang, segala sesuatu di sekitar mereka hanya menyuarakan tak adanya harapan serta keputusasaan.

Di tengah masa penuh tekanan seperti itu, para pemimpin Baptis mendorong anggota jemaatnya agar mengadopsi semangat para misionari untuk menjangkau seluruh bangsa mereka. Orang-orang awam (anggota jemaat biasa) menanggapi hal itu dengan antusias. Di pertengahan tahun 1990, Persatuan Utara memulai Lay Missionary School (Sekolah Misi Orang Awam) yang memberikan program pelatihan selama satu tahun untuk kalangan awam yang ingin menjadi penginjil. Pada tahun 1998, sudah ada 110 lulusan dan 40 orang sedang ada dalam program pelatihan. Dari ke dua uni/persatuan gereja ini, telah disebarkan 800 penginjil pribumi di seluruh negara. Dua tahun belakangan ini, para pemimpin unifikasi melaporkan: “sekarang ada ratusan orang yang menanggapi panggilannya untuk menjadi penginjil di dalam negaranya, bagi bangsanya sendiri. Gerakan Perintisan Jemaat di negara ini, sekarang telah berhenti mengimbas negara-negara Amerika Latin lainnya maupun dunia.

Faktor-Faktor Unik Meski terlihat jelas bahwa Allah sedang mengerjakan sesuatu yang luar biasa di negara

Amerika Latin ini, ada awan kelabu yang membayangi pergerakan ini. Pada laporan terahir

12

dikatakan, ada lebih dari 38.000 pengunjung tetapgereja-gereja Persatuan Utara yang masih belum dibaptis. Apa sebabnya pembaptisan orang percaya baru tertunda-tunda?

Seorang pemimpin Persatuan menjelaskan, ”Sebelum negara kami menutup pintu untuk misionari-misionari asing, gereja-gereja di Amerika membantu kami mendirikan enam bangunan. Dua puluh tahun lalu, salah satu gereja dalam denominasi kami berselisih tajam mengenai beberapa hal teologis ( terlalu sulit untuk dilupakan) yang berujung pada perpecahan dan pengambilalihan gedung kami. Sejak saat itu, kami belajar untuk berhati-hati dalam membiarkan orang luar menjadi anggota penuh, jangan-jangan nanti mereka akan mengambil juga gedung-gedung kami yang masih tersisa.”

13

Hal-hal yang Perlu Dipelajari

1. Peralihan kepada (menjadi) jemaat-jemaat rumah mengandung benih pertumbuhan jemaat yang amat luar biasa. Hal ini membebaskan jemaat dari keterbatasan-keterbatasan yang bersifat fisik dan juga untuk menyampaikan kesaksian Injil kepada masyarakat.

2. Para pemimpin denominasi membantu menetapkan arah dan mendorong pergerakan gereja rumah, walaupun itu berarti mengurangi kewenangan pengawasan mereka.

3. Aniaya telah menjadi alat penampian bagi mereka yang tidak- sungguh-sungguh di dalam Kristus. Bersamaan dengan itu, doktrin Baptis yang kuat mengenai keimamatan semua orang percaya menjadi alasan kenapa mereka bisa bertahan, ketika orang lain dari jemaat yang lebih hirarkis ambruk.

4. Misionari-misionari IMB telah memegang peranan-peranan kunci dalam memperkenalkan injil; mendukung visi Gerakan Perintisan Jemaat; memperkenalkan metodologi jemaat sel dan menjaga agar tidak terjadi ketergantungan dana kepada pihak luar di dalam pergerakan ini.

5. Mobilisasi dan pelatihan orang-orang awam menjadi penginjil adalah kunci penyebarluasan pergerakan ini di seluruh negara.

10

Sebuah Daerah di Cina

Latar Belakang Di awal tahun 1990-an Cina sedang dilanda oleh pergolakan sosial yang amat besar.

Ledakan ekonomi menimbulkan jurang besar antara yang kaya dan yang melarat. Urbanisasi besar-besaran membongkar tatanan keluarga tradisional dan juga masyarakat. Dengan rasa was-was seluruh negeri itu menantikan paham baru apa yang akan menggantikan doktrin Mao yang telah menguasai gagasan masyarakat selama hampir empat dekade.

Pemikiran-pemikiran baru sedang melanda seluruh negeri saat itu dan ditanggapi dengan sikap campur baur, antara antusias dan penolakan. Desakan yang dilakukan gerakan demokrasi mahasiswa mencapai titik kulminasinya saat terjadi bentrokan antara mahasiswa dengan kekuatan pemerintah di Lapangan Tiananmen tahun 1989. Kejadian ini mengakibatkan banyak orang muda putus asa terhadap reformasi politik, tapi tetap mencari-cari harapan-harapan baru untuk masa depan yang lebih baik.

Dengan latar belakang seperti ini, pada tahun 1991 IMB menugaskan seorang koordinator

strategi ke tempat yang akan kami sebut Yanyin. Selama mempelajari bahasa dan budaya, setahun itu sang misionari mengadakan analisis lengkap tentang Yanyin. Di dalam analisa itu, terliput kehidupan sekitar 7 juta orang yang terbagi dalam lima kelompok masyarakat (suku), dan tinggal di keragaman latar belakang, baik perkotaan maupun pedesaan. Misionari tadi memetakan pusat-pusat pemukiman mereka dan memulai beberapa pengkajian penginjilan. Setelah beberapa kali mengalami kegagalan langkah awal, sang koordinator strategi lalu mengembangkan sebuah model (percontohan) pereproduksian bagi perintisan jemaat-jemaat indigenos, yang ketika diterapkan memberi hasil yang luar biasa.

Pada awal surveinya, sang koordinator strategi menemukan tiga gereja rumah lokal yang terdiri dari 85 orang Kristen Cina dari suku Han. Keanggotaan pada gereja-gereja rumah itu sudah sejak lama dari tahun ke tahun terus berkurang, tanpa visi ataupun prospek pertumbuhan. Selama empat tahun berikutnya, dengan kasih karunia Allah, koordinator strategi berupaya supaya injil dapat kembali segar berakar di tengah kelompok masyarakat ini dan dengan cepat menyapu seluruh daerah Yanyin.

Menyadari besarnya rintangan budaya dan bahasa yang memisahkan dia dengan penduduk Yanyin, sang misionari memulai pekerjaannya dengan memobilisasi orang Cina Kristen dari seluruh Asia menjadi rekan-rekan kerja. Kemudian, dengan memasangkan para perintis jemaat keturunan Cina dengan sekelompok kecil orang percaya lokal, kelompok itu memulai enam jemaat baru pada tahun 1994. Tahun berikutnya, ada 17 lagi yang dimulai. Tahun berikutnya lagi, 50 jemaat dimulai. Pada tahun 1997, hanya tiga tahun sejak pertama kali memulai, jumlah jemaat telah bertambah mencapai 195 dan tersebar di seluruh daerah, berakar di dalam setiap kelompok yang terdiri dari lima-lima orang itu.

Sampai pada tahap ini pergerakan berkembang sangat pesat, sehingga sang koordinator strategi itu merasa bahwa dia dapat mengundurkan diri dari pekerjaan itu tanpa menurunkan momentum pergerakan. Tahun berikutnya, sama sekali tanpa keterlibatannya, pergerakan itu telah menjadi tiga kali lipat, sehingga jumlah jemaat bertumbuh menjadi 550 dengan 55.000 orang percaya di dalamnya.

Faktor- Faktor Kunci Sejak kepindahannya dari tugas di Yanyin pada tahun 1997, sang koordinator strategi

telah memberi perhatian untuk mempelajari kembali faktor-faktor apa yang membuat Gerakan Perintisan Jemaat ini berkembang dengan begitu pesat. Kami telah mengambil manfaat besar dari analisanya, yang akan saya akan saya gunakan dengan memakai tanda kutip.

Sama seperti banyak tugas-tugas lain, pelayanan di Yanyin inipun telah disirami dengan doa bahkan sebelum dimulai. Apa yang diawali oleh keyakinan seseorang akan kemujaraban doa, berubah menjadi DNA dari Gerakan Perintisan Jemaat, sejak orang-orang percaya yang mula-mula berusaha menyamai model yang dikerjakan sang misionari.

Pelatihan dan struktur adalah unsur-unsur kunci permulaan dan perkembangan yang pesat dari pergerakan ini, sama seperti penerapan metode “penyaringan tanggapan (respons filtering).” Penyaringan tanggapan adalah penerapan pemakaian beberapa perangkat penginjilan skala besar seperti video, radio atau alat-alat penjangkauan massa lainnya, berpasangan dengan “simpai umpan balik (feedback loop)” atau mekanisme penyaringan yang memberi kesempatan kepada sang penginjil untuk beringsut dari pernyataan mereka yang tertarik untuk lebih jauh menerima kontak/hubungan. Lewat cara ini, penaburan benih hampir selalu berhubungan dengan beberapa upaya untuk “mengetatkan jaring” dan mengumpulkan mereka yang ingin cari tahu ke dalam sebuah kelompok Pemahaman Alkitab yang sasarannya adalah dimulai sebuah jemaat baru.

Gereja-Gereja Yanyin

Mari kita lebih seksama memperhatikan pelatihan dan struktur yang digunakan oleh sang misionari. Sang koordinator strategi mulai dengan satu kelompok inti yang ia muridkan dan setelah itu dilatih dalam metode-metode dasar perintisan jemaat. Misionari ini menyebut metode perintisan jemaatnya sebagai metode pendekatan POUCH. POUCH (dalam buku ini PPTgSR) adalah sebuah singkatan. P datangnya dari participative atau partisipatif yang menunjuk pada cara mengkomunikasikan Injil di dalam kelompok-kelompok Pemahaman Alkitab/penyembahan, lewat cara itu, seseorang dipimpin kepada iman dan orang-orang percaya baru ini, kemudian dipimpin kepada menjadi jemaat. O menunjuk pada obedience atau ketaatan kepada Firman Allah sebagai satu-satunya ukuran kesuksesan seseorang ataupun jemaat. U berasal dari unpaid (tanpa gaji) dan kepemimpinan jamak dalam gereja-gereja, yang dilaksanakan oleh orang awam atau orang yang mempunyai pekerjaan utama lain (bukan hanya pemimpin jemaat). C datang dari cell churches yang artinya jemaat-jemaat sel, jarang mencapai jumlah anggota lebih dari 15 orang sebelum terbagi menghasilkan kelompok baru (reproduksi). H menunjuk pada homes (rumah-rumah) atau serambi-serambi toko yang biasa menjadi tempat-tempat pertemuan utama jemaat-jemaat sel ini. Setiap unsur dari ke lima ciri inilah yang memberikan kepada sebuah jemaat kemampuan untuk bereproduksi dengan cara-cara yang tidak bergantung pada sokongan dana, teknologi maupun campur tangan dari pihak luar.

Sang koordinator strategi ini menanamkan kepada para petobat baru visi untuk menjangkau seluruh Yanyin dengan injil. Dibagikannya kepada mereka hasil-hasil penelitian tentang di mana saja suku-suku dari daerah itu yang belum terjangkau tinggal dan meyakinkan

12

mereka bahwa Kristus telah memperlengkapi mereka dengan segala sesuatu yang mereka perlukan untuk menjangkau seluruh daerah itu dengan injil.

Pola yang diajarkannya untuk melakukan perintisan jemaat, terdiri dari empat tahap, yaitu: 1) Model (contoh), 2) Assist (pendampingan), 3) Watch (pengawasan) dan 4) Leave (tinggalkan). Yang dimaksud dengan Modeling/percontohan adalah mengerjakan langkah-langkah perintisan jemaat bersama mereka yang (atau yang akan segera menjadi) percaya dengan menggunakan pendekatan PTTgSR (POUCH) yang telah digambarkan di atas. Assisting (pendampingan) menunjuk pada pertolongan yang diberikan kepada jemaat yang baru terbangun untuk mulai merintis berdirinya sebuah jemaat cabang. Watching (pengawasan) adalah sebuah tugas yang penting dan dengan sengaja dilakukan untuk melihat berdirinya jemaat generasi ke tiga, tanpa bantuan/pendampingan atau keterlibatan langsung dari sang misionari. Leaving (tinggalkan) adalah tahap penting terakhir yang perlu dilakukan untuk menjamin bahwa pergerakan itu sungguh-sungguh diprakarsai dan disebarkan oleh mereka sendiri (indigenos).

Dalam waktu yang sangat singkat, orang-orang percaya baru di Yanyin telah memulai penggandaan jemaat-jemaat PTTgSR di seluruh daerah itu, dan setiap jemaat itu adalah jemaat-jemaat yang telah dijadikan percontohan, mendapatkan pendampingan untuk mendirikan jemaat-jemaat cabang, melakukan pengawasan untuk melihat bahwa reproduksi terus berlangsung dan kemudian meninggalkannya lalu pergi ke tempat lain untuk mulai merintis jemaat baru lagi. Sudah pasti sering terjadi bahwa rantai reproduksi itu putus di tengah jalan, tapi melihat kepada sebagian besar, kepada jumlah terbesar dari jemaat-jemaat yang telah mulai berjalan, putusnya rantai reproduksi itu tidak langsung melemahkan penyebaran pergerakan secara mencolok.

Daerah-daerah pedalaman Yanyin berada jauh dari seminari-seminari atau pun institut-institut Alkitab yang ada. Aturan-aturan pemerintah juga melarang didirikannya bangunan untuk dijadikan seminari. Jadi, sang misionari penata strategi itu lalu mencari model-model pembimbingan (mentoring) yang terdapat dalam kitab Perjanjian Baru. Pada saat sang misionari melatih generasi pertama para pemimpin jemaat, dia mendesak orang-orang yang sedang dilatihnya itu untuk juga melatih orang lain. Jadi pelatihan berlangsung dalam hubungan pembimbingan satu-sama-satu (one-on-one mentoring). Setiap pemimpin yang bercita-cita tinggi dituntut untuk menjadi murid sekaligus pembimbing pada saat yang sama, dalam rantai belajar-mengajar “segala sesuatu yang telah Ku-perintahkan kepadamu” (Mat 28:20). Apa pun yang dipelajari oleh seorang pemimpin awam hari ini, akan diajarkannya kepada pemimpin awam lain (yang dibimbingnya) esoknya. Hal ini menjadi contoh utama dari terjadinya praktek kerja lapang yang mendasar, segar dan “tepat waktu” untuk dimanfaatkan.

Faktor-Faktor Unik Meskipun aniaya dan kematian jalan beriring dengan penyebaran injil di seluruh daerah

Yanyin, tidak ada tindakan-tindakan yang sistematis dari pihak pemerintah untuk menghentikan pergerakan. Hal ini mungkin saja berhubungan dengan keberadaan jemaat-jemaat sel yang tidak menonjol dan tidak adanya bangunan-bangunan gereja baru.

Orang-orang yang baru percaya langsung dibaptis dan diajar bahwa adalah hal yang lumrah jika mereka membawa orang lain kepada Kristus dan memimpin mereka untuk membentuk jemaat-jemaat baru. Menaruh harapan besar kepada orang-orang yang baru bertobat itu supaya menjadi penginjil dan perintis jemaat adalah hal yang harus dilakukan walau beresiko tinggi, tapi telah memberi kontribusi yang besar kepada pesatnya penyebarluasan pergerakan.

13

Konteks nondenominasional jemaat-jemaat di Cina artinya adalah bahwa di sana tidak ada tradisi denominasi yang diadopsi oleh jemaat-jemaat itu. Keadaan itu terjadi supaya kalau-kalau ada bentuk-bentuk bidat muncul di dalam pergerakan itu, maka hal itu akan terlihat. Walau secara alamiah sifat Gerakan Perintisan Jemaat di Yanyin sangat desentralisasi, namun itu tidak membuat ada orang tertentu yang memegang kendali atas segala sesuatu. Jantung kedoktrinan dari setiap jemaat sel adalah komitmen untuk mentaati Alkitab. Karena dalam pertemuan ibadah jemaat juga terdapat saat untuk Pemahaman Alkitab secara partisipatif bersama-sama para pemimpin jamak, jadi secara alamiah koreksi datang dari dalam kelompok itu sendiri jika ada interpretasi-interpretasi yang salah, atau yang ekstrim.

Waktu kepada sang koordinator strategi ditanyakan mengenai ketiadaan ciri denominasi (ke-nondenominasional-an) dari pergerakan ini, ia berkomentar, biarpun pemerintah melarang adanya ekspresi kedenominasian di Cina, tapi jemaat-jemaat di Yanyin lebih Baptis dari jemaat Baptis mana pun yang diketahuinya. Lebih jauh dikemukakannya bahwa corak kesetiaan/kekukuhan hati mereka terhadap Alkitab dan komitmen kepada keimamatan semua orang percaya akan menjaga pergerakan untuk tetap berada di jalurnya. Hal-Hal yang Perlu Dipelajari

1. Sejak awal, penginjilan dipimpin oleh kaum awam dan lebih dipusatkan pada penjangkauan

jiwa-jiwa yang terhilang bukannya pada pelayanan di dalam gedung-gedung gereja. 2. Kepemimpinan jamak, dan tidak mendapatkan gaji menjamin adanya pertumbuhan jumlah

pemimpin yang diperlukan untuk terus melanjutkan pelayanan-pelayanan baru. 3. Pola gereja rumah di pergerakan Yanyin beradaptasi dengan baik/cocok, untuk lingkungan

yang sedang berkembang dan mengalami aniaya. 4. Dengan meninggalkan tugas pelayanan sebelum ia menjadi cukup besar untuk menarik rasa

ingin tahu pemerintah, sang misionari menghindarkan pergerakan Yanyin dari tampilnya orang asing di dalam negara yang terkenal dengan nasionalisme dan xenophobia-nya (takut pada orang asing).

Boldari di India

Latar Belakang Dalam kepadatan pedalaman India terdapat sebuah suku/kelompok masyarakat yang akan

kami sebut Boldari. Nama ini berkaitan dengan bahasa mereka, yang digunakan oleh 90 juta orang yang tinggal di 170,000 desa terbentang di empat negara bagian. Populasinya mencakup ke empat kasta yang ada, dan juga mereka yang berada di bawah kasta terendah yang tidak terjamah. Sebagian besar dari mereka amat sangat melarat, buta huruf, serta mengandalkan pertanian dan perdagangan barter untuk kehidupan mereka.

Di daerah ini juga terdapat beberapa tempat suci umat Hindu dan kaum Brahmana, atau pendeta, kaum yang sangat terhormat di kalangan orang Boldari. Lebih dari 85% orang Boldari beragama Hindu, sisanya Muslim dan animisme. Di daerah ini juga terdapat empat kota besar yang populasi setiap kotanya lebih dari satu juta orang.

Kontak agama Kristen dengan orang-orang ini, dimulai dengan pelayanan William Carey dan para pelanjutnya di awal abad 19. Ordo Yesuit dari Gereja Katolik Roma memulai pelayanannya sekitar waktu yang sama. Di abad 19 dan awal abad 20 beberapa ribu orang dari kaum yang tak terjamah, mengalir ke jemaat Katolik. Tetapi sejak kemerdekaan India tahun

14

1947, pertumbuhan jemaat Katolik menjadi datar dengan kurang dari 1/100 % menganut agama Katolik.

Gereja Baptis mendapatkan percikan kehidupan baru dari misionari Baptis Swedia di akhir abad 19 dan di awal abad 20. Para misionari ini berhasil merintis dan memelihara 28 jemaat di daerah tersebut sebelum meninggalkan ladang itu di pertengahan abad 20. Karya jemaat baptis menerima pukulan berat ketika tentara Inggris, yang berusaha memadamkan pergerakan kemerdekaan kaum nasionalis, menempatkan prajurit-prajurit mereka di rumah-rumah jemaat Baptis setempat. Selama paruh ke dua abad 20, kekristenan mencapai puncaknya dan mulailah perjalanan turun yang panjang. Sampai pada akhir tahun 1980-an, telah lebih dari 25 tahun jemaat-jemaat ini tidak pernah lagi bereproduksi.

Apa Yang Terjadi Di tahun 1989 Gereja Baptis Selatan mengirimkan seorang koordinator strategi ke kaum

Boldari. Setelah akusisi budaya dan bahasa selama setahun, misionari tersebut meluncurkan sebuah strategi kerja melalui beberapa jemaat lokal yang telah menerima visinya tentang perintisan jemaat-jemaat baru. Yang menakutkannya adalah, bahwa enam orang India pertama yang menjadi perintis jemaat dengan menggunakan metode-metode perintisan jemaat yang lazim digunakan di daeah India Selatan yang lebih toleran, dibantai secara brutal dalam beberapa peristiwa yang berbeda ketika memulai tugas misionari mereka.

Akan tetapi, di tahun 1992 arus mulai berubah, ketika sang misionari pengatur strategi menerapkan pendekatan baru terhadap perintisan jemaat. Meniru pengajaran Yesus dalam Lukas 10, di mana Yesus mengutus murid-muridnya berdua-dua ke desa-desa di Galilea dan menyuruh mereka mencari seorang yang “suka berdamai,” para penginjil perintis jemaat Boldari mulai melakukan hal yang sama. Sebelum membuka mulutnya memberitakan Injil, masing-masing misionari Boldari akan tinggal dulu dengan orang yang suka berdamai di daerah itu dan mulai memuridkan keluarganya (bahkan sebelum mereka menjadi orang percaya), dengan menggunakan pengisahan kronologis cerita-cerita Alkitab. Begitu petobat baru ini mulai beriman, mereka memimpin keluarga mereka ke Tuhan, membaptis mereka dan membentuk mereka menjadi inti jemaat baru di setiap desa. Pada tahun 1993 jumlah jemaat bertumbuh dari 28 menjadi 36. Tahun berikutnya, menjadi saksi dibentuknya 48 jemaat lagi. Adanya sebuah pusat pelatihan menjamin kelancaran tersedianya penginjil/perintis jemaat. Sementara itu, jemaat-jemaat mulai memperbanyak diri. Di tahun 1996 jumlah jemaat melonjak menjadi 547 dan kemudian menjadi 1200 di tahun 1997. Pada tahun 1998 terdapat 2000 jemaat di tengah orang Boldari. Dalam kurun waktu tujuh tahun lebih dari 55.000 orang Boldari beriman kepada Yesus Kristus.

Beberapa Faktor Kunci Ada beberapa kunci yang menandai berkembangnya Gerakan Perintisan Jemaat (PPJ) ini.

Satu kunci awal dimulai dengan keputusan sang koordinatorstrategi untuk bereksperimen dengan berbagai model agar dapat menentukan keefektifan maksimum. Inisiatif-inisiatif perintisan-perintisan jemaat dilancarkan secara serentak melalui jemaat Baptis lokal yang sudah ada, melalui proyek bantuan kemanusiaan, dan melalui jaringan penginjil/perintis jemaat lokal.

15

Setelah enam bulan, sang koordinator strategi menilai dengan seksama setiap cara. Begitu ia menemukan bahwa perintis jemaat lokal, sampai sejauh itu, adalah wahana yang paling produktif, ia mulai menyalurkan lebih banyak waktu dan sumber-sember pelatihannya bagi mereka.

Langkah penentu ke dua terjadi waktu koordinator strategi IMB mengenali dan melatih seorang misionari India untuk bertindak sebagai pembantu koordinator strategi dari “dalam” pergerakan. Seorang koordinator strategi Amerika yang berambut pirang, dengan akusisi berbahasa yang terbatas, pastilah kurang pas untuk melakukan perjalanan keliling di daerah Boldari dibandingkan seorang India. Bersama-sama ke dua orang ini menciptakan kerjasama yang dinamik (sinergi). Koordinator strategi IMB tinggal di luar India dan melakukan perjalanan secara ekstensif guna membangun koalisi internasional yang besar untuk mendukung pelayanan ini. Koordinator strategi orang India, tinggal di daerah tersebut melaksanakan dan mengkoordinasi jaringan pelatihan, penginjilan, dan perintisan jemaat yang terus berkembang.

Gereja-gereja Boldari

Sebagaimana halnya koordinator India mampu melakukan hal-hal dan pergi ke tempat-tempat yang tidak mungkin dikerjakan oleh misionari IMB, demikian pula koordinator strategi IMB bisa melakukan tugas-tugas pelayanan penting, yang mustahil dilakukan oleh rekan kerjanya yang tinggal di dalam negeri. Peran ini meliputi: pengembangan pelayanan doa global yang amat luas, pengadaan materi promosional dan mobilisasi; memimpin pengadaan terjemahan Alkitab dan kasetnya; pengembangan materi pelatihan dan kepemipinan; serta pembentukan aliansi strategis bersama jemaat-jemaat injili lain di Asia yang menyumbang untuk pembiayaan perintis-perintis jemaat Boldari .

Dalam usaha untuk meminimalkan institusionalisme dan ketergantungan pada pihak asing, koordinator strategi menempatkan setiap program pada pelayanan Boldari dalam jadwal dua tahun-an. Setelah dua tahun, dana ditarik dan seluruh pekerjaan di re-evaluasi. Bahkan program pelatihan perintis jemaat pun diselenggarakan di fasilitas yang disewa, dan lokasinya dipindahkan setiap dua tahun.

Faktor-faktor Unik

Apa yang dimulai terutama sebagai pergerakan Baptis telah terpecah menjadi beberapa aliansi selama tujuh tahun pertama kehidupan pergerakan. Ini terjadi sebagian karena ketidakmampuan jemaat Baptis lokal untuk mensejajarkan diri dengan pertumbuhan yang pesat.

Koordinator strategi lebih memilih menggunakan berbagai sarana untuk menyatukan pergerakan yang sedang berjalan, dari pada mengalihkan fokusnya dari perintisan jemaat kepada membangun sebuah denominasi tertentu. Tali yang mempersatukan satu gereja dengan gereja lain adalah komitment kepada Alkitab sebagai otoritas yang tidak terbantah.

Satu hal lain yang berbeda dari Gerakan Perintisan Jemaat di Boldari adalah ketergantungan koordinator strategi pada dana dari luar untuk mendukung usahanya. Akan tetapi dana tersebut terbatas penggunaannya. Dana yang tersedia disalurkan untuk membangun pusat -pusat pelatihan untuk para perintis jemaat dan gembala awam, untuk membiayai perintis-perintis jemaat yang sedang dilatih dan untuk mensubsidi biya-biaya yang dikeluarkan oleh perintis-perintis jemaat dan penginjil-penginjil keliling. Tindakan ini menghasilkan suatu basis

16

pembiayaan bagi para perintis jemaat ketika melaksanakan tugas mereka di kawasan yang tidak bersahabat. Begitu jemaat dapat dirintis, subsidi dihentikan. Tidak ada subsidi yang disalurkan untuk gembala-gembala lokal. Sebagai gantinya, gembla-gembala itu dilatih menjadi pekerja-ganda (artinya mereka memiliki pekerjaan sampingan lain, yang menjadi sumber pemasukan keuangan). Pendanaan juga tidak diijinkan untuk disalurkan untuk pendirian bangunan.

Ketergantungan terhadap dana eksternal untuk mendukung perintis jemaat/penginjil menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan pergerakan ini untuk melangsungkan hidupnya secara mandiri. Dihindarkannya subsidi pastoral ataupun subsidi untuk bangunan telah mendorong terciptanya proses pemandirian, tetapi didanainya misionari-misionari lokal telah menimbulkan keprihatinan pada beberapa pihak. Tanggapan yang diberikan oleh koordinator strategi tentang hal ini ialah “semua misionari, pada hakekatnya harus menerima dana eksternal. Apa yang berlaku untuk misionari Barat, berlaku juga untuk misionari India. Hal yang membesarkan hati dapat ditemukan dengan cara jemaat-jemaat lokal menangkap visi untuk merintis jemaat baru. Pada suatu konferensi tahunan para gembala, masing-masing gembala dari 1000 gembala yang hadir melaporkan bahwa jemaat mereka sedang merintis antara dua sampai lima jemaat baru.”

Dimulai dari keluarga orang yang suka damai, pertobatan terjadi menurut garis keluarga di desa. Masing-masing individu tidak dibaptis terpisah dari rumah tangganya. Anggota-anggota keluarga yang pria, hampir selalu membaptis keluarga mereka dan memimpin komunitas jemaat yang lahir kemudian.

Hal-Hal yang Perlu Dipelajari 1. Kegagalan dapat merupakan awal dari keberhasilan jika kita mau belajar darinya dan tidak

menyerah. Usaha pertama dalam perintisan jemaat di tengah orang Boldari menghasilkan enam martir.

2. Ekperimentasi dan evaluasi yang ketat dapat membantu meletakkan GPJ pada jalurnya dan membantu menjaganya untuk tetap berada di jalur itu.

3. Pada tingkat pemuridan dan doktrin, ada dua pertanyaan yang telah membentuk tindakan/sikap hidup orang-orang percaya di Boldari. Semua hal yang berkaitan dengan iman dan tindakan/sikap hidup ditangani dengan:

a. apakah yang akan membawa kemuliaan bagi Kristus dalam situasi ini dan b. apakah yang dikatakan Firman Tuhan?

4. Pengisahan cerita-cerita Alkitab secara kronologis dan Alkitab versi oral lewat kaset, telah memungkinkan Firman Tuhan menjadi kekuatan sentral bahkan di tengah kelompok masyarakat yang sebagian besar buta huruf.

Orang Khmer di Kamboja

Latar Belakang

Abad dua puluh telah menyaksikan begitu banyak perang, diktator dan pemusnahan etnik (genocide), tetapi hanya sedikit yang dapat melampaui sejarah tragis Kamboja moderen. Setelah terpukul oleh konflik di Vietnam selama lebih dari dua dekade, Kamboja bangkit dari perang itu dengan diktator Pol Pot yang Mao-is, yang kemudian membawa negara itu ke keruntuhan.

17

Selama lima tahun masa pemerintahannya (1975-1979) pasukan Khmer Merah Pol Pot memotori pembunuhan, penghilangan paksa atau pun kelaparan (paksa) yang menimpa 3,3 juta dari 8 juta penduduk negara itu.

Pemerintahan teror ini menyebabkan infra struktur Kamboja ambruk, populasi lelaki dewasa menipis, dan generasi mudanya buta huruf. Pemerintahan berikutnya, yang dipasang oleh Vietnam, memang mengakhiri pembunuhan masal, tetapi tidak dapat menanggulangi kerusakan yang telah terjadi di tengah masyarakat Kamboja.

Gerakan kemasyakatan menyiapkan panggung bagi pergerakan-pergerakan yang akan datang kemudian. Pengaruh Budhisme yang telah berabad-abad, digerogoti oleh ideologi komunisme. Agama Roma Katolik yang telah mendapat pijakan di negara tersebut dijadikan sasaran oleh Khmer Merah oleh karena anggapan agama itu berkaitan dengan negara asing yaitu Vatikan dan Perancis. Di awal abad ini, misionari dari CAMA dan OMF telah memperkenalkan aliran Protestan ke negara ini, tetapi jumlahnya tidak pernah melebihi 5000 orang. Selama pemerintahan Pol Pot, Khmer Merah menghajar mereka dengan keras, mengusir misionari dan membunuh banyak orang dari kawanan domba yang tercerai berai itu. Pada tahun 1990, populasi injili di Kamboja telah menciut sampai tidak lebih dari 600 orang percaya.

Apa Yang Terjadi Menurut seorang misionari senior yang melayani di Kamboja selama beberapa dekade

dengan OMF, titik balik Kekristenan di negara itu dimulai pada tahun 90-an. Pada tahun 1999 jumlah orang percaya protestan, telah naik dari 600 sampai lebih dari 60.000 orang. Jumlah terbesar dari angka ini adalah orang Baptis, dengan 10.000 anggota, diikuti oleh denominasi Campus Crusade yang indigenos, dan kemudian CAMA serta berbagai kelompok lain.

Penggerak utama untuk perubahan ini hadir di bulan Desember 1989, ketika jemaat Baptis Selatan mengutus seorang koordinator strategi ke tengah orang Khmer. Pada tahun 1991 ia telah menyelesaikan studi bahasanya dan telah mulai melancarkan strategi untuk menjangkau orang Khmer.

Bukannya merintis jemaat sendiri, seperti yang biasanya ia lakukan sebelumnya, misionari ini mulai menjalin hubungan mentoring (pembimbingan) dengan seorang awam Kamboja. Dalam waktu satu tahun, ia telah menarik 6 orang perintis jemaat pribumi Kamboja ke dalam lingkaran pembimbingannya. Selama beberapa bulan berikutnya, ia membuat buku penuntun perintisan jemaat dalam bahasa Khmer, dan mengajar para perintis pribumi itu dengan doktrin, kecakapan penginjilan dan perintisan jemaat, dengan menggunakan sarana seperti film Yesus, pengisahan Alkitab secara kronologis serta pengembangan jemaat rumah sederhana. Misionari ini juga menanamkan pada mereka visi dan kerinduan untuk menjangkau seluruh negeri mereka dengan PPJ.

Tahun 1993 jumlah gereja Baptis bertumbuh dari 6 menjadi 10. Tahun berikutnya, jumlahnya menjadi 20. Tahun 1995, ketika jumlah gereja mencapai 43 pemipin-pemimpin jemaat Kamboja membentuk sebuah asosiasi jemaat yang berpikiran sama, yang mereka namakan: Konvensi Baptis Khmer (kemudian diganti menjadi Konvensi Baptis Kamboja). Tahun berikutnya jumlah jemaat melonjak menjadi 38. Tahun 1997 ada 123 jemaat Baptis, yang tersebar di 53 dari 117 distrik di negara itu. Pada musim semi 1999 jemaat Baptis mencatat lebih dari 200 gereja dan 10.000 anggota. Sebagian kecil dari jemaat-jemaat ini beribadah di gedung yang disumbangkan. Bagian terbesar beribadah di rumah-rumah yang, di wilayah pinggiran, dapat menampung 50 orang atau lebih.

Koordinator strategi meninggalkan tugasnya pada tahun 1996 dengan meninggalkan satu tim kecil serta satu jejaring jemaat perintis gereja, yang tersebar di sebagian besar negara. Karya ini terus bertumbuh dan semakin menguat.

18

Faktor-faktor Kunci Dalam menjawab kenapa

pergerakan ini timbul, koordinator strategi mengutip beberapa faktor kunci, “Dalam enam tahun terakhir, tulisnya, telah dilakukan mobilisasi doa untuk orang kamboja lebih dari pada yang pernah dilakukan dalam sejarah mereka.” Sang misionari menghubungkan doa-doa itu dengan perlindungan bagi para perintis jemaat serta terbukanya hati dari orang-orang yang terhilang terhadap kabar baik Yesus Kristus.

Gereja Baptis Kamboja

Doa juga menjadi ciri kehidupan anggota jemaat baru, mengisi mereka dengan kesadaran yang kuat akan campur tangan Tuhan secara langsung dalam hidup sehari-hari mereka. Tanda-tanda dan mujizat seperti pengusiran setan, penyembuhan serta tindakan peperangan rohani lainnya senantiasa menjadi hal yang lumrah di kalangan umat percaya Kamboja.

Pelatihan merupakan elemen fundamental pergerakan ini sejak awalnya. Apabila mungkin koordinator strategi membuat program latihan kepemimpinan pedesaan Rural Leadership Training Program (RLTP) atau Program Pelatihan Kepemimpinan Pedesaan (P2KP). Pusat-pusat pendidikan ekstensi (kelas jauh) perintisan jemaat dan teologia ini sangatlah praktis. Mereka bertemu di fasilitas yang berdekatan dengan daerah di mana mereka berharap dapat merintis jemaat, dan mengandalkan dukungan logistik dari gereja-gereja yang berdekatan. Pelatihan diberikan dalam bentuk modulasi, delapan modul dua mingguan, yang terdiri atas pelajaran Alkitab, pelatihan praktis dalam kepemimpinan jemaat serta pelengkapan perintisan jemaat. Umumnya pelatihan selama 16 minggu itu diselenggarakan sepanjang dua tahun, sehingga memungkinkan pemimpin jemaat yang bersangkutan meneruskan kehidupan -baik kehidupan pastoral mau pun sekulernya- sambil mendapatkan latihan yang dibutuhkan.

Koordinator strategi juga menekankan nilai penting dari pemodelan (pembentukan jemaat contoh) dan pembimbingan sebagai nilai inti dari pergerakan ini. Dengan merujuk instruksi Paulus dalam II Timotius 2:2, sang koordinator strategi mengembangkan apa yang disebutnya sebagi “Prinsip 222”: Jangan melakukan apa pun sendiri. Dengan cara ini visi, ketrampilan, tata-nilai dan prinsip ditransfer dari satu orang percaya ke orang percaya lain.

Seiring dengan berkembangnya gerakan ini, momentumnya berkembang dari dalam. Pemimpin-pemimpin lokal, mengemukakan visi mereka sendiri untuk merintis jemaat di setiap distrik, dan dalam setiap komunitas etnis. Sementara mereka mendapatkan pelatihan dan dorongan, perintis jemaat utama adalah anggota jemaat sendiri, bukannya misionari atau perintis jemaat profesional. Koordinator tadi kemudian menemukan bahwa: “jemaat yang dirintis oleh jemaat lain, dapat bereproduksi, tetapi tidak demikian dengan jemaat yang dimulai oleh perintis jemaat yang didanai (dengan beberapa perkecualian).”

Dalam rangka menjamin keaslian (indogenitas) dan membatasi ketergantungan pada pihak luar, misionari tadi memberi batasan waktu bagi pembentukan jemaat baru. Tindakan ini juga memberi kepada pergerakan ini ciri reproduksi yang cepat.

19

Pada waktu ditinggalkan oleh koordinator strategi di tahun 1996, gerakan ini memasuki fase baru. Tim misionari IMB yang tinggal di negara tersebut membantu pergerakan itu dengan lebih banyak berada pada peran katalitik, dari pada peran penentu yang menonjol. Salah seorang anggota tim menyatakan hal ini dalam peringatan untuk para sejawatnya “agar dengan tulus berusaha menjadi ‘pembasuh kaki’ yang tidak dikenal, “ dan menghindari godaan menjadi orang di deretan depan, orang yang terkemuka. “

Faktor-Faktor Unik Sekalipun tidak benar-benar unik, adalah sangat membantu bahwa Konvensi Baptis

Kamboja dengan cepat menerima sasaran yang ambisius bagi asosiasi jemaat mereka yang baru bangkit. Mereka saling bersaing untuk menyebarkan injil di seluruh negara dan merintis jemaat di setiap distrik. Semangat untuk penginjilan dan perintisan jemaat ini, mempengaruhi pemilihan kepemimpinan konvensi. Orang yang dicari adalah mereka yang telah memimpin perintisan jemaat sendiri, dan pernah melayani sebagai instruktur untuk perintis jemaat lain, dalam P2KP.

Dalam gereja-gereja Baptis Kamboja, kemudian timbul satu model yang unik, yang menggabungkan substansi Perjanjian Baru dengan unsur-unsur dari tradisi komunis. Setiap jemaat baru diorganisasir dengan inti tujuh pemimpin awal (lihat Kisah 6:3 yang mengisahkan pemilihan tujuh diaken.) Tetapi istilah yang mereka ambil untuk ke tujuh anggota inti ini, bukanlah diaken melainkan “Komite Sentral.” Komite Sentral ini mengarahkan berbagai pelayanan pada masyarakat, termasuk penginjilan, ibadah, pengajaran pastoral, usaha pemberantasan buta huruf, serta pelayanan bagi wanita, kaum muda dan pria dewasa.

Dengan berjalannya GPJ nyatalah bahwa P2KP merupakan hal penting bagi pertumbuhan gerakan ini. Seorang misionari mengatakan: “mana kala terdapat P2KP, perintisan jemaat selalu akan terjadi kemudian.” Dengan mengingat fakta ini, misionari tersebut kemudian melibatkan diri secara intens dalam mengembangkan dan menyusun material bahan pelatihan dan juga mengumpulkan dukungan biaya untuk P2KP dari jemaat-jemaat lain di Asia.

Hal-Hal yang Perlu Dipelajari 1. Tak lama setelah IMB menempatkan seorang koordinator strategi di Kamboja, lebih dari 30

badan misi lain ikut masuk ke negeri itu. Tidak ada satu pun dari badan misi ini yang mengalami sukses perintisan jemaat seperti IMB, terutama karena mereka kurang memiliki strategi perintisan jemaat yang terancang.

2. Misionari kami melangkahi tahap “meneruskan obor” kepada orang percaya Kamboja, dan memulai gerakan ini dengan obor yang telah mantap mereka genggam. Ia menekankan agar setiap jemaat yang dirintis, dirintis oleh orang Kamboja.

3. “Prinsip 222” (2 Timotius 2:2) tentang pemodelan dan pembimbingan terbukti merupakan sarana yang tidak ternilai dalam melatih para pemimpin untuk suatu Gerakan Perintisan Jemaat.

4. Konvensi Baptis Kamboja telah memiliki etos dan visi Gerakan Perintisan Jemaat. Pemimpin-pemimpinnya dipilih berdasarkan kemampuan mereka untuk memberi kontribusi kepada visi ini.

Pergerakan-Pergerakan Lain Yang Sedang Merebak

20

Apabila kita melihat ke seluruh dunia, maka akan kita lihat bangkitnya Gerakan Perintisan Jemaat lain. Tanda-tanda yang membesarkan hati di tengah-tengah orang Maasai dari Tanzania dan Kenya. Keterasingan mereka di savana Dataran Maasai telah membatasi akses misi kepada mereka. Tawaran untuk membangun gedung jemaat atau mensubsidi gembala hanya sedikit artinya bagi masyarakat semi-nomaden yang sistem ekonominya adalah barter. Dengan menembus medan yang berat, misionari-misionari IMB telah memikat orang Maasai dengan Injil, sementara memberi penekanan utama pada pelatihan perintis-perintis jemaat dan pemimpin-pemimpin dari antara orang Maasai sendiri.

Hasilnya adalah pertumbuhan jemaat yang cepat di tengah orang Maasai. Ibadahnya diisi dengan pesona dan kuasa ketika orang Maasai mencari Tuhan untuk mendapatkan kesembuhan dan petunjuk pribadi. Pengisahan kronologis Alkitab telah menjelma secara alamiah menjadi penyanyian kisah-kisah Alkitab oleh orang Maasai. Kelompok-kelompok lelaki dan wanita Maasai secara spontan membentuk paduan suara untuk menyanyikan kisah-kisah agung dari Perjanjian Lama dan Baru. Bersama dengan lengkingan-lengkingan tinggi yang memenuhi udara dalam nyanyian orang Maasai ketika mereka bernyanyi, hanya ada sedikit keraguan bahwa Gerakan Perintisan Jemaat di Maasai berakar dalam dan memang mandiri/indigenos.

Gerakan Perintisan Jemaat lannya muncul setiap beberapa bulan; 30.000 orang percaya di suatu negara Asia Tenggara, 100.000 orang percaya yang lalu membengkakkan 800 gereja baru di bagian timur India; 20.000 orang datang pada Kristus dalam waktu empat tahun di suatu provinsi di Cina; jemaat yang mulai mengganda dalam waktu enam bulan di salah-satu negara Eropa Barat; 383 gereja baru di suatu negara bagian di Brazil ;

Para misionari saling berbagi berita-berita ini dengan yang lain-dan saling memberitahukan cara yang dipakai Tuhan untuk melakukan hal-hal yang menakjubkan ini. Tuhan sementara melakukan sesuatu yang luar biasa. Mari kita menyimak apa yang telah kita pelajari dari karya-karya besar Tuhan di seluruh dunia.

3 Sepuluh Unsur Universal

etelah melakukan survei mengenai Gerakan Perintisan Jemaat di seluruh dunia, kami temukan setidaknya ada sepuluh unsur yang serupa pada

setiap pergerakan itu. Memang bisa saja sebuah Gerakan Perintisan Jemaat tidak memiliki unsur-unsur ini, tapi hal itu belum pernah kami lihat terjadi. Misionari manapun yang ingin melihat Gerakan Perintisan Jemaat terjadi, perlu mempertimbangkan ke sepuluh hal ini.

S

1. Doa Dalam semua Gerakan Perintisan Jemaat yang telah kami amati, doa

merupakan hal yang amat sangat mendasar. Doalah yang membuat pilar pertama dalam cetak biru seorang koordinator strategi untuk memenangkan suku atau pun kelompok masyarakat sasarannya dapat berdiri. Meski begitu, keutamaan doa dalam kehidupan pribadi sang misionarilah yang memberi teladan kepada kehidupan gereja yang baru dan para pemimpinnya. Dengan menunjukkan sumber kuasa yang ada padanya lewat doa --sejak saat pertama--sang misionari dapat dengan bebas membagi-bagikan sumber daya terbesar yang dibawanya serta ke dalam tugas pelayanan. Berbagi sumber daya atau

21

kuasa sangat berpengaruh pada perpindahan visi dan momentum dari sang misionari kepada para pemimpin jemaat lokal yang baru.

2. Tabur Injil Sebanyak-banyaknya Kami belum pernah menemukan adanya Gerakan Perintisan Jemaat terjadi di daerah yang tidak pernah atau pun yang sangat jarang diinjili. Semua Gerakan Perintisan Jemaat selalu berdampingan dengan pemberitaan injil yang berlimpah-limpah. Hukum penuaian benar-benar berlaku: ”kalau anda menabur sebanyak-banyaknya, anda akan menuai banyak juga.” Di dalam Gerakan Perintisan Jemaat, ada ratusan bahkan sampai ribuan orang mendengar pernyataan bahwa Yesus Kristus-lah yang memiliki kehidupan mereka. Penaburan benih injil semacam ini, seringkali sangat bergantung pada penginjilan lewat media massa, tetapi di dalamnya selalu pula melibatkan penginjilan pribadi dengan kesaksian yang jelas tentang kuasa injil untuk mengubahkan kehidupan seseorang.

Keadaan yang sebaliknya dari hukum penuaian di atas juga terjadi. Setiap kali pemerintah atau kekuatan-kekuatan sosial lainnya mengelola tindakan-tindakan intimidasi dan melemahkan kesaksian Kristen, Gerakan Perintisan Jemaat juga secara effektif tereliminasi.

3. Perintisan Jemaat Secara Intensif Dalam setiap Gerakan Perintisan Jemaat, selalu ada seseorang yang telah

merancang penerapan suatu strategi mengenai bagaimana menyebarluaskan perintisan jemaat, sebelum gerakan itu dimulai. Ada banyak contoh tentang penerapan segala unsur kontekstualisasi dengan semestinya, tetapi sang misionari sendiri mengalami kendala, jika bukan dalam hal kecakapan (skill), maka kendala itu adalah ketiadaan visi untuk memimpin Gerakan Perintisan Jemaat. Walau begitu, sekali bahan ini ditambahkan ke dalam adonan, hasil-hasilnya akan segera terlihat. Gereja-gereja tidak terjadi begitu saja.

Di seluruh dunia ada bukti bahwa ada ribuan orang yang datang kepada Kristus dengan alasannya masing-masing, sama sekali tidak berkelanjutan kepada berdirinya atau berlipat-gandanya gereja-gereja. Kepada situasi seperti ini, sebuah strategi perintisan jemaat yang sifatnya internasional dapat mentranformasikan suatu kebangkitan kesadaran (awakening) yang penuh terhadap Gerakan Perintisan Jemaat.

4. Otoritas Alkitab Bahkan di tengah-tengah kelompok masyarakat yang buta huruf pun,

Alkitab telah menjadi sumber tuntunan mengenai doktrin, keputusan-keputusan yang seharusnya diambil oleh gereja atau kebijaksanaan gereja, dan juga bagi kehidupan itu sendiri. Sementara Gerakan Perintisan Jemaat telah timbul di tengah kelompok masyarakat atau suku yang tidak memiliki Alkitab di dalam bahasa mereka sendiri, sebagai besar dari mereka memiliki Alkitab

22

secara lisan (oral) atau pun tertulis dalam bahasa hati mereka. Dalam setiap contoh, Alkitab menyediakan kemudi bagi kehidupan gereja, dan otoritasnya tidak terbantah.

5. Kepemimpinan Lokal Para misionari yang terlibat dalam Gerakan Perintisan Jemaat lebih sering

membicarakan disiplin diri yang dituntut dari dirinya dalam proses pembimbingan para perintis gereja, dibanding dengan dalam berusaha melakukan sendiri perintisan gereja. Sekali seorang misionari menempatkan dirinya sebagai perintis gereja utama atau pendeta, akan sulit baginya untuk menjadi orang yang ada di belakang layar lagi. Ini sama sekali bukan berarti para misionari sudah tidak punya peranan lagi dalam perintisan jemaat. Justru sebaliknya, para perintis jemaat lokal (yang berasal dari daerah itu sendiri) menerima latihan terbaik mereka dengan memperhatikan bagaimana para misionari membentuk kelompok-kelompok Pemahaman Alkotab bersama mereka yang bukan Kristen, yang sedang mencari tahu. Berjalan di samping perintis jemaat lokal adalah langkah pertama dalam menanam dan menetapkan kepemimpinan lokal.

6. Kepemimpinan Yang Dijalankan Oleh Orang Awam Gerakan Perintisan Jemaat dijalankan oleh pemimpin-pemimpin yang

berasal dari kalangan awam. Para pemimpin ini adalah orang-orang yang mempunyai pekerjaan utama lain, dan adalah orang kebanyakan dari kelompok masyarakat yang dijangkau. Dengan kata lain, jika kelompok masyarakat itu sebagian besar masih buta huruf, maka kepemimpinan yang ada di situ juga memiliki kesamaan ini. Jika kelompok masyarakat itu adalah kaum nelayan, maka para pemimpin yang ditetapkan di situ pun adalah nelayan. Seiring dengan merebaknya pergerakan ini, semakin banyak pula para pejabat pelayanan yang diberi gaji. Meski pun demikian, sebagian besar -dan pucuk pertumbuhan gerakan- masih berkelanjutan dengan dipimpin oleh orang awam atau orang-orang yang mempunyai pekerjaan utama lain.

Ketergantungan terhadap kepemimpinan yang dilakukan oleh orang-orang awam ini adalah penjamin terbesar akan adanya para perintis jemaat dan pemimpin gereja-gereja sel yang potensial. Menggantungkan harapan pada kepemimpinan pastoral dari para lulusan seminari -atau bahkan pada mereka yang berpendidikan di tengah-tengah masyarakat yang buta huruf- berarti memperhadapkan pelayanan itu dengan masalah kekurangan pemimpin dari waktu ke waktu.

7. Gereja Sel Atau Gereja Rumah Memang ada gedung-gedung gereja yang didirikan dalam berbagai Gerakan

Perintisan Jemaat ini. Walau demikian, bagian terbesar dari jemaat-jemaat dalam GPJ tetap berukuran kecil, kemampuan reproduksi dari gereja-gereja sel

23

adalah 10-30 anggota yang bersekutu dalam rumah-rumah atau emperan-emperan toko.

Ada perbedaan antara gereja sel dan gereja rumah. Dalam gereja sel, setiap sel yang ada saling terkait satu dengan yang lain dalam suatu struktur jaringan kerja tertentu. Seringkali, jaringan kerja ini berhubungan dengan sebuah gereja yang lebih besar yang merupakan gereja induk. Gereja Full Gospel Central Church di Seoul, Korea Selatan dengan 50.000 kelompok selnya barangkali merupakan contoh paling terkenal tentang gereja sel.

Gereja rumah kelihatan mirip dengan gereja sel, tapi umumnya mereka tidak terorganisir oleh sebuah otoritas tunggal ataupun hirarki otoritas. Sebagai unit yang otonom, gereja rumah memang tidak berada dalam struktur (jalinan) kesatuan yang dimiliki gereja sel, tapi ini membuatnya bersifat lebih dinamis. Masing-masing memiliki kelebihannya sendiri-sendiri. Kelompok sel lebih mudah dibentuk dan dipimpin kepada kesesuaian doktrin, sedang gereja rumah tidak mudah ditekan oleh sikap bermusuhan penguasa. Ke dua jenis jemaat ini, sangat umum terjadi dalam Gerakan Perintisan Jemaat, bahkan kedua-duanya bisa terjadi dalam satu gerakan yang sama.

8. Gereja Merintis Gereja Pada umumnya di dalam Gerakan Perintisan Jemaat, gereja pertama dirintis oleh seorang misionari atau oleh seorang perintis jemaat yang telah dilatih oleh seorang misionari. Meski begitu, pada waktu-waktu tertentu, misalnya saat gerakan itu memasuki fase pelipatgandaan reproduksi, gereja atau jemaat itu sendirilah yang melakukannya. Supaya hal ini terjadi, anggota-anggota jemaat harus percaya bahwa reproduksi adalah sesutu yang lumrah dan tidak diperlukan bantuan apa pun dari pihak luar untuk memulai sebuah jemaat atau gereja baru. Dalam Gerakan Perintisan Jemaat, tidak sesuatu pun yang dapat menghalangi orang percaya lokal untuk memenangkan jiwa baru dan kemudian merintis sendiri gereja-gereja sel/rumah baru.

9. Reproduksi Yang Berjalan Cepat Memang ada yang mempersoalkan nilai penting dari reproduksi Gerakan Perintisan Jemaat yang cepat demi keberlangsungan pergerakan, tapi tidak seorang pun mempertanyakan bukti-bukti di dalam setiap Gerakan Perintisan Jemaat. Sebagian besar dari perintis-perintis jemaat yang terlibat dalam gerakan ini menyatakan bahwa reproduksi yang cepat sangat berarti bagi pergerakan itu sendiri. Mereka melaporkan bahwa apabila tingkat reproduksi menurun, maka Gerakan Perintisan Jemaat mulai terhambat. Reproduksi yang cepat menunjukkan betapa mendesak dan pentingnya untuk datang dan mempercayai Yesus Kristus. Pada saat reproduksi yang cepat berlangsung, itu merupakan jaminan bagi kita bahwa gereja-gereja sedang tidak dibebani oleh unsur-unsur yang tidak penting dan anggota jemaat sedang berada dalam kemampuan penuh untuk mengambil bagian dalam pekerjaan Allah ini.

24

10. Gereja Yang Sehat Para ahli pertumbuhan gereja dalam beberapa tahun terakhir ini telah begitu gencar menulis tentang tanda-tanda dari sebuah gereja. Sebagian besar dari mereka setuju bahwa sebuah gereja yang sehat harus memiliki ke lima tujuan ini: 1) penyembahan, 2) penginjilan dan pengutusan misionari, 3) pendidikan dan pemuridan, 4) pelayanan dan 5) persekutuan. Dalam setiap Gerakan Perintisan Jemaat yang kami teliti ke lima fungsi kunci ini kami temukan.

Beberapa perintis jemaat telah menunjukkan bahwa apabila ke lima indikator kesehatan ini terlihat dengan kuat, gereja itu tidak bisa menghindari pertumbuhan. Masih banyak lagi yang bisa dikatakan mengenai ke lima indikator gereja sehat ini, tapi yang terutama, -dari sudut pandang seorang missionari-, adalah pengutusan misi. Kehadirannya dalam denyut nadi gereja-gereja berorentasi Gerakan Perintisan Jemaat adalah untuk menyebarluaskan injil pada kelompok-kelompok masyarakat terpencil, dan mengatasi penghalang-penghalang yang sejak lama telah menjadi kendala bagi para misionari barat.

4 Sepuluh Faktor Umum i samping ke sepuluh unsur yang terdapat dalam setiap Gerakan Perintisan Jemaat, juga ada setidaknya sepuluh hal lain, yang walau tidak bersifat universal, tapi sering ditemukan. Hal-hal ini tidak disusun dalam urutan

prioritas atau frekwensi tertentu. Meski demikian, dalam sebagian besar Gerakan Perintisan Jemaat, kita akan menemukan sebagian besar dari unsur-unsur ini, apabila tidak seluruh faktor.

D

1. Menyembah Dalam Bahasa Hati Ada banyak kasus di mana Firman Tuhan masih belum diterjemahkan ke dalam bahasa hati kelompok masyarakat yang bersangkutan dan bahasa yang digunakan dalam penyembahan adalah bahasa bisnis mereka. Walau kadang-kadang ditemukan contoh-contoh seperti di atas, masih saja bahasa hati suatu kelompok masyarakat muncul dalam doa, lagu-lagu, ilustrasi-ilustrasi khotbah dan aplikasinya. Penyembahan dalam bahasa hati umumnya akan menjaga ibadah itu bisa dipahami, dan menjamah semua orang dalam persekutuan serta memudahkan setiap orang untuk berpartisipasi dalam bentuk gereja yang baru ini. Misionari yang dapat melihat nilai penting bahasa hati dari kelompok masyarakat sasaran lalu merangkulnya, merupakan orang yang menempatkan diri pada posisi yang sangat baik untuk merangsang terjadinya suatu Gerakan Perintisan Jemaat. Tidak ada hal lain yang dapat mengungkapkan pandangan hidup suatu kelompok masyarakat seperti yang bisa dilakukan lewat pengenalan yang intim kepada bahasa hati mereka. Para misionari yang memilih untuk bekerja lewat bahasa binis, sejak permulaan sudah membentangkan tirai antara dirinya dengan kaum yang sedang mereka upayakan dibawa kepada Kristus.

25

2. Penginjilan Mempunyai Implikasi Kepada Komunitas Tidak seperti pola umum di negeri-negeri Barat yang sangat menekankan

keindividualan dan komitment pribadi, Gerakan Perintisan Jemaat sebaliknya sangat mengutamakan hubungan kekeluargaan dan sosial yang kuat. Para misionari dalam GPJ telah menyadari hal ini dan mendorong para petobat baru supaya mereka mengikuti jaringan hubungan kekeluargaannya sendiri untuk mendekatkan mereka kepada komunitas iman (lihat Kisah 16:31-32). Dalam banyak kasus, gereja-gerejanya terdiri dari beberapa kaum dari sebuah keluarga besar dan dipimpin oleh kepala keluarganya sendiri.

3. Cepatnya Kerjasama Dan Keterlibatan Para Petobat Baru Dalam Pelayanan Dan Kehidupan Gereja

Dalam banyak Gerakan Perintisan Jemaat, pembaptisan tidak tertunda-tunda karena harus mengikuti pemuridan yang panjang lebih dulu. Di sisi lain, pemuridan pastilah membawa kepada pertobatan dan langkah-langkan kelanjutannya. Bahkan ketika pembaptisan tertunda, orang-orang yang baru percaya diharapkan untuk langsung menjadi saksi; para murid baru ini langsung menjadi pembimbing bagi orang lain, bahkan menjadi perintis jemaat. Seorang setengah baya yang datang kepada Kristus dalam Gerakan Perintisan Jemaat di India merintis 42 jemaat dalam tahun pertama kehidupannya sebagai seorang percaya. Dalam mengupayakan agar gerakan ini tetap menyebar, seorang misionari yang berorientasi GPJ akan mendorong para petobat baru untuk bergabung dengan atau membantunya merintis gereja-gereja baru, dari pada sekedar menambahkan sejumlah angka ke dalam jemaat-jemaat yang telah ada.

4. Semangat Yang Menggelora Dan Tak Kenal Takut Gerakan - gerakan perintisan jemaat juga dikenali dari semangatnya yang

menyala-nyala dan nilai-rasanya pada kemendesakkan (sense of urgency), yang membuktikan betapa penting keselamatan dan betapa perlunya pertobatan itu.

26

Orang-orang yang baru percaya menunjukkan keberaniannya di hadapan mata para penentang. Roh kepengecutan atau ketakutan selalu akan memadamkan sebuah GPJ. Keberanian memang dapat mendatangkan aniaya, tapi justru itulah yang menjadi bahan bakar bagi Gerakan Perintisan Jemaat (lihat Joshua1:6).

5. Harga Yang Harus Dibayar Untuk Menjadi Seorang Kristen Sering terjadi Gerakan Perintisan Jemaat meruak justru di tempat-tempat yang latar

belakangnya tidak mendukung, di mana pertobatan kepada injil Yesus Kristus bukanlah hal yang diterima dengan baik dan membawa keuntungan-keutungan sosial. Dalam banyak kasus, pertobatan justru akan membawa seseorang ke dalam aniaya bahkan kematian. Di hadapan penganiayaan ini, orang-orang percaya mendapatkan dukungan yang kuat dalam kesaksian tentang Yesus dan gereja Perjanjian Baru (lihat Mat. 10:17-25). Aniaya cenderung menyisihkan mereka yang tidak teguh dan menjamin terbangunnya suatu keanggotaan yang berdedikasi tinggi.

6. Merasakan Adanya Krisis Kepemimpinan Atau Kekosongan Rohani Dalam Masyarakat

Sebuah negara atau kelompok masyarakat yang telah mengalami rasa kehilangan kepemimpinan atau kekosongan rohani akibat perang, bencana alam, atau penggantian, adalah juga lingkungan yang matang untuk menetaskan sebuah Gerakan Perintisan Jemaat. Disintegarasi kemasyarakatan semakin lama menjadi semakin umum dalam dunia kita yang berubah dengan begitu cepat, dan hal ini merupakan tanda-tanda yang baik bagi suatu Gerakan Perintisan Jemaat. Tersingkirnya simbol-simbol stabilitas yang telah bertahan lama dan hilangnya rasa aman, mengarahkan orang kembali kepada pertimbangan-pertimbangan mengenai pentingnya hal-hal yang bersifat kekal.

7. Pelatihan Magang (on the job training) Bagi Para Pemimpin Jemaat Bersamaan dengan pertambahan jumlah jemaat yang pesat, pelatihan kepemimpinan

yang efektif adalah hal yang sangat mendesak demi suksesnya pergerakan ini. Apabila para pemimpin gereja yang baru didirikan harus meninggalkan jemaatnya untuk mengikuti pelatihan teologi yang berlangsung lama, maka momentum pergerakan akan hilang. Tetapi pada saat yang sama, pendidikan teologis yang merupakan bagian penting dari pertumbuhan gereja tidak bisa disepelekan. Pelatihan yang paling menguntungkan adalah yang membawa pendidikan sedekat mungkin ke daerah pelayanan. Pendidikan teologi secara ektension/ kelas jauh yang ditekankan pada kesempatan magang, di mana pelatihan itu diselengarakan sela menyela dengan pelayanan yang sedang berlangsung, telah terbukti menjadi pelengkap yang kuat bagi Gerakan Perintisan Jemaat.

Bentuk-bentuk pelatihan magang ini berbeda di setiap tempat, tetapi di dalamya secara khusus mencakup sebuah seri modul pelatihan jangka pendek, yang tidak akan mengganggu pelaksanaan tugas-tugas penginjilan, perintisan jemaat dan kepemimpinan pastoral. Para misionari juga telah menunjukkan bukti arti penting dari pelatihan kepemimpinan untuk mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan Gerakan Perintisan Jemaat.

8. Otoritas Kepemimpinan Tidak Berada Pada Satu Orang (Desentralisasi) Denominasi-denominasi dan gereja-gereja berstruktur yang menerapkan hirarki

otoritas atau yang memerlukan birokrasi dalam pengambilan keputusan, tidak bersesuaian untuk mengendalikan dinamika dari Gerakan Perintisan Jemaat. Amat penting bagi seorang pemimpin kelompok sel atau gereja rumah mempunyai wewenang/ otoritas seluas yang diperlukan untuk melakukan hal-hal yang diperlukan bagi penginjilan, pelayanan, dan perintisan jemaat tanpa perlu menunggu-nunggu persetujuan dari hirarki gereja.

Denominasi-denominasi dan gereja-gereja

berstruktur yang menerapkan hirarki otoritas atau

31

yang memerlukan birokrasi dalam pengambilan keputusan, tidak bersesuaian untuk mengendalikan

dinamika dari Gerakan Perintisan Jemaat

31

9. Orang Luar Tetap Tidak Menonjol Misionari yang telah terlibat dalam Gerakan Perintisan Jemaat menunjukkan

betapa pentingnya untuk tetap menjaga diri tidak menonjol, pada saat mereka berusaha untuk memulai dan mengembangkan gerakan. Hal kunci yang perlu diperhatikan di sini adalah untuk meminimalkan kehadiran unsur-unsur asing dan mendorong terbangunnya gerakan yang mandiri dari kelompok masyarakat itu sendiri (indigenos). Dari pada menunggu sampai ada petobat baru yang menunjukkan dirinya layak untuk menjadi (salah satu) pemimpin, sang misionarilah yang memulai dengan mendekatkan para petobat baru ini kepada aturan-aturan atau cara-cara kepemimpinan, lewat pertemuan kelompok Pemahaman Alkitab yang bersifat partisipasif dan pembimbingan kepada para pendeta dari belakang layar.

10. Para Misionarinya Menderita Daftar nama para misionari yang terlibat dengan Gerakan Perintisan Jemaat terbaca seperti sebuah katalog malapetaka. Banyak dari mereka yang mengalami sakit, penghinaan dan dipermalukan. Pada beberapa contoh, penderitaan itu disebabkan karena perilaku mereka yang merusak diri sendiri; dalam kasus yang lain terjadi akibat ulah para penentang. Mereka yang sedang mempelajari Gerakan Perintisan Jemaat memperkirakan bahwa penderitaan ini berhubungan dengan harga rohani yang lebih mahal yang harus dibayar untuk mengalahkan kuasa kegelapan (wahyu 12:12). Apapun penyebabnya, tingkat ketidak-seimbangan penderitaan yang ditanggung oleh para misionari dalam Gerakan Perintisan Jemaat perlu mendapatkan perhatian. Para misionari yang tetap berkeinginan untuk menjalani aksi ini sangat disarankan untuk selalu waspada, berjaga-jaga, bergumul dan berdoa.

5 Sepuluh Penanganan Praktis

erakan Perintisan Jemaat adalah pekerjaan Allah yang sangat luar biasa, tapi dalam kasih karunia-Nya yang dahsyat, Ia memilih untuk bekerja

sama dengan kita. Ada beberapa hal praktis yang dapat dilakukan seorang misionari untuk membantu dimulainya atau membibiti Gerakan Perintisan Jemaat. Apa yang terdapat di sini bukanlah langkah-langkah yang berurutan. Beberapa langkah lebih penting dari langkah lainnya, tetapi setiap langkah yang ada, telah dilakukan dalam formasi Gerakan Perintisan Jemaat di salah satu tempat di dunia. Setiap misionari harus menentukan sendiri langkah mana yang sesuai dengan situasinya, dan bagaimana langkah itu diadaptasi sehingga memperoleh keuntungan maksimal.

G

1. Geluti Orientasi GPJ Sejak Awal Dimulainya

Ini merupakan hal kunci: Gerakan Perintisan Jemaat berawal pada hari pelayanan dimulai. “Visi akhir” sudah terealisasi sejak saat pertama itu. Itu

berarti, setiap misionari yang ingin memulai Gerakan Perintisan Jemaat harus mulai dengan “membuat sebuah gereja/jemaat percontohan bergaya Gerakan Perintisan Jemaat” lengkap dengan penginjilan, pemuridan dan pelatihan pelipatgandaan jemaatnya, dalam konteks sebuah sel group. Ini membuat berkesinambungannya model jemaat yang berdiri dengan dimulai oleh prapenginjilan, lalu penginjilan kemudian pemuridan, perintisan jemaat, pengutusan misi dan sebagainya. 2. Kembangkan Dan Terapkan Strategi-Strategi Yang Bersifat Menyeluruh Para misionari yang hanya memperhatikan cakupan dari segala sesuatu yang diperlukan untuk memulai dan memelihara suatu Gerakan Perintisan Jemaat, akan segera menyadari bahwa pekerjaan ini melampaui batas-batas pribadi mereka dalam hal waktu, talenta dan sumber-sumber. Walaupun demikian jika mereka memandang kepada sumber ketersediaan yang lebih besar dari amanat agung orang-orang kristen dan terus menerus bertanya, “apa yang diperlukan untuk mendapatkan suatu Gerakan Perintisan Jemaat?” Akan mereka temukan bahwa yang diperlukan adalah sebuah strategi yang menyeluruh (konpreshensif). Sebuah strategi yang konprehensif berdiri di atas setidaknya empat pilar : 1) doa, 2) firman Tuhan, 3) penginjilan, 4) perintisan jemaat. Ke empat pilar ini dipadukan oleh sebuah matriks pelayanan yang meliputi pelayanan untuk kebutuhan dasar manusia, strategi-strategi komunikasi, mobilisasi dan tindakan-tindakan lain. Waktu di kombinasikan, strategi-strategi ini membebaskan pelayanan itu dari batasan-batasan karena hanya ada satu misionari atau bahkan satu badan misi, serta memaksimalkan kemungkinan-kemungkinan untuk memulai dan memelihara sebuah Gerakan Perintisan Jemaat .

Seorang koordinator strategi yang efektif selalu tegas dalam mengevaluasi segala sesuatu yang dia kerjakan dalam terang visi akhir ---suatu Gerakan Perintisan Jemaat--- tanpa memperdulikan hal-hal yang tidak akan membawa pelayanannya ke sana.

3. Evaluasi Segala Sesuatu Untuk Mencapai Visi Akhir Sekali waktu seorang misionari pernah berkomentar, ”anda dapat

membedakan apakah seseorang itu adalah seorang misionari yang baik atau tidak dengan memperhatikan kepada apa dia berkata tidak. Ini tidak dimaksudkan untuk diartikan sebagai: ‘bahwa percobaan-percobaan yang dilakukan di mana-mana sebenarnya tidak sesuai’-, tapi seorang koordinator strategi yang efektif selalu tegas dalam mengevaluasi segala sesuatu yang dia

33

kerjakan dalam terang visi akhir ---sebuah Gerakan Perintisan Jemaat--- tanpa memperdulikan hal-hal yang tidak akan membawa pelayanannya ke sana. 4. Terapkan Penuaian Seksama (Precision Harvesting) Dari pada menabur benih injil kadang-kadang dan menunggu-nunggu tibanya saat penuaian, sejumlah besar misionari telah belajar untuk memakai hikmat penuaian seksama. Di dalam penuaian seksama digunakan “filter respon” untuk mengenali dan melokalisir individu-individu yang telah memberikan respon positif kepada injil. Kemudian, ditempatkanlah di sana pekerja yang akan tinggal dalam jangka panjang supaya dari kontak langsung dengan mereka dapat dilakukan pemuridan dan kemudian perintisan jemaat. Model pelayanan ini memperlihatkan bahwa seorang misionari yang tinggal di ladang pelayanan misi bisa saja berhasil dengan cara mempelajari bahasa, membagi imannya, memuridkan sekelompok orang percaya dan merintis sebuah gereja, tapi ada cara lain yang lebih efisien untuk mencapai hasil akhir yang sama. Lewat kerja sama dengan siaran radio atau bentuk-bentuk penginjilan massa lainnya, seorang misionari perintis jemaat dapat menggunakan nama dan alamat para responden untuk pelayanan pra-injili (penaburan) lainnya. Setelah itu, ia menempatkan dirinya di tengah-tengah orang-orang percaya baru atau yang sedang mencari-cari ini; dengan begitu ia bisa memulai pelayanan pemuridan dan perintisan jemaat. Pelayanan penuaian presisis ini dapat mempersingkat beberapa tahun yang diperlukan dalam proses memulai sebuah gereja atau melipatgandakan jemaat-jemaat. 5. Siapkan Orang-Orang Yang Baru Percaya Untuk Menghadapi Aniaya Orang-orang yang baru percaya harus mengerti bahwa panggilan kepada Kristus adalah panggilan kepada salib. Kesewenang-wenangan, aniaya bahkan kemartiran bisa datang, tapi itu tidak seharusnya membuat orang yang baru percaya terkejut. Sejak jaman perjanjian baru aniaya sudah dialami oleh mereka yang mengikut Kristus. Mempersiapkan mereka untuk masa aniaya tidak perlu menunggu sampai mereka bertobat ; itu seharusnya sudah dimulai dalam proses penginjilan. Orang-orang percaya harus diajar untuk mengharapkan masa-masa sulit sejak permulaan ke-Kristenannya sebagai harga yang harus dibayar untuk pertobatan mereka ( lihat Mar 8:34). 6. Kumpulkan, lalu menangkan mereka Langkah maju yang umum dalam perintisan jemaat adalah: memenangkan, memuridkan, menjemaatkan, lalu mengorganisir mereka di sebuah gereja. Ini bukan satu-satunya cara menyelesaikan pekerjaan. Banyak perintis jemaat efektif, yang terlibat dalam Gerakan Perintisan Jemaat telah belajar untuk mengumpulkan sekelompok orang yang masih terhilang dan mencari-cari kebenaran, ke dalam kelompok-kelompok penyembahan yang evangelistik dan ke dalam kelompok-kelompok Pemahaman Alkitab. Orang-orang yang “belum Kristen” ini dibawa kepada visi Gerakan Perintisan Jemaat pada saat yang sama dengan membawa mereka ke dalam keluarga besar orang beriman.

34

7. Cobalah metodologi PTTgSR

Metode PTTgSR yang telah digambarkan dalam studi kasus masyarakat Yanyin, mengandung unsur-unsur inti yang seharusnya dapat diaplikasikan ke dalam konteks perintisan jemaat manapun. Sebuah jemaat yang PTTgSR memanfaatkan kelompok-kelompok Pemahaman Alkitab dan penyembahan yang bersifat Partisipatif, menegaskan bahwa keTaatan kepada Alkitab adalah satu-satuinya ukuran keberhasilan, menjalankan kepemimpinan yang Tanpa gaji dan tidak berjenjang (hirarkis), dan bertemu dalam kelompok-kelompok Sel atau gereja-gereja Rumah. 8. Kembangkan kepemimpinan jamak dalam gereja sel Janganlah sampai terperangkap di dalam kepemimpinan yang tidak memadai, ---suatu kepemimpinan yang diperlukan untuk memenuhi perkembangan kebutuhan-, dengan sejak awal telah menjalankan kepemimpinan jamak. Masih ingat dengan Gerakan Perintisan Jemaat di Kamboja yang memulai setiap sel dengan membentuk lebih dulu “komite sentral” yang terdiri dari tujuh orang? Kepemimpinan jamak seperti ini sangatlah umum dalam Gerakan Perintisan Jemaat, dan dengan demikian selalu tersedia secara berlimpah pemimpin-pemimpin yang potensial bagi gereja-gereja sel dan untuk memulai jemaat-jemaat baru. 9. Gunakan pelatihan Praktek Kerja Lapang (magang) Jangan sampai tergoda untuk menarik para pemimpin jemaat lokal yang baru didirikan dari jemaat-jemaat mereka, guna mengikuti pelatihan dalam suatu lembaga selama bertahun-tahun. Jauh lebih baik untuk memberi kesempatan memperoleh pendidikan teologis yang tidak terpusat pada satu tempat dan diimbuh dengan pengalaman praktis. Pendekatan ini dapat berupa satu bulan masa pelatihan dan dua bulan magang sebagai pelayan pastoral, atau delapan kelas pertemuan pelatihan selama dua minggu yang berlangsung selama dua tahun, pada saat yang sama dilakukan juga pemuridan dan peningkatan kecakapan yang akan berlaku seumur hidup. Pendidkan yang lebih tinggi dalam beberapa hal pasti akan sangat bermanfaat bagi para pemimpin jemaat, tapi hal itu (pergi selama beberapa tahun untuk belajar) akan menjadi kendala bagi Gerakan Perintisan Jemaat di tahap-tahap awal perkembangannya. 10. Contohan, bantu, awasi dan tinggalkan

Para misionari yang berkompeten sebagai perintis jemaat, menghadapi banyak tantangan baik dari diri mereka sendiri, mau pun dari kelompok masyarak yang hendak mereka jangkau. Selalu ada godaan untuk “saya bikin sendiri sajalah” dari pada mengalihkan pelayanan kepada pemimpin lokal yang baru muncul. Perpindahan tanggung jawab ini berkomplikasi dengan kenyataan bahwa banyak, kalau bukan sebagian terbesar, misionari sangat menikmati saat-saat penggembalaan dan pelayanan kepada jemaat.

35

Permasalahan dalam perpindahan tanggung jawab ini dapat diperkecil apabila sang misioanri telah berbagi tanggung jawab dengan orang-orang yang sedang dipimpinnya sejak awal. Pola perintisan jemaat dengan membentuk sebuah percontohan gereja baru dan ibadah, lalu membantu anggota jemaat -dari gereja contohan itu- dalam proses melakukan hal yang sama, menjadi jalan untuk memindahkan keahlian sang misionari kepada para perintis jemaat generasi berikutnya (lihat 2Tim 2:2).

Hanya bila sang misionari telah benar-benar menyingkir dari pelayanan, barulah siklus CBAT menjadi sempurna. Barulah pada saat itu terjamin adanya pembaruan yang penuh gairah dari perintisan jemaat mandiri.

6 Pertanyaan-Pertanyaan Yang Sering Dilontarkan etika kami membahas Gerakan-gerakan Perintisan Jemaat dengan para misionari dari seluruh dunia, sejumlah pertanyaan yang sama berulang

kali dilontarkan. K

1. Bagaimana dengan para sukarelawan? Kunci kepada memaksimalkan effektifitas kehadiran para sukarelawan di

lokasi kelompok masyarakat yang hendak dijangkau adalah orientasi. Kebanyakan dari sukarelawan jangka pendek ingin melakukan hal-hal yang strategis, tapi mereka tidak menyadari bahwa beberapa bentuk bantuan justru akan menghalangi terjadinya sebuah Gerakan Perintisan Jemaat. Membangun gedung-gedung gereja, memberi subsidi kepada para pendeta dan menumbuhkan ketergantungan adalah hal-hal yang telah diseksamai menjadi penghalang-penghalang kepada sebuah Gerakan Perintisan Jemaat.

Doa keliling, penginjilan, pendistribusian literatur, bimbingan pastoral dan pelayanan kebutuhan-kebutuhan dasar adalah contoh dari beberapa kontribusi positif yang dapat dilakukan para sukarelawan. Para sukarelawan ini juga merupakan dukungan yang tak ternilai bagi para misionari jangka panjang yang menderita karena isolasi, kesulitan-kesulitan mempelajari bahasa, tekanan-tekanan kebudayaan, situasi sulit dalam keluarga, dan sebagainya.

Salah satu kontribusi terbesar yang dapat diberikan seorang sukarelawan adalah visi dan semangat yang menggelora. Para sukarelawan ini menjadi inspirasi dan memberi semangat baru kepada para misionari mau pun orang-orang yang baru percaya, lewat perjalanan jauh yang mereka lakukan untuk menunjukkan kasih mereka kepada jiwa-jiwa yang terhilang, dan untuk melakukan Amanat Agung. Kasih dan ketaatan seperti ini sangat menular.

36

2. Bagaimana Kedudukan Antara Persatuan-Persatuan Baptis Dengan Konvensi-Konvensinya?

Persatuan-persatuan Baptis dan konvensi-konvensi sama-sama mempunyai potensi yang sangat besar untuk menjadi rekan kerja dalam memenuhi Amanat Agung. Kesamaan komitmen kepada Kristus, seharusnya secara alamiah menjadikan mereka sekutu. Meski demikian, komitmen untuk memulai dan mengembangkan sebuah Gerakan Perintisan Jemaat membutuhkan visi. Sewaktu para pemimpin perserikatan menangkap visi pelipatgandaan jemaat yang membutuhkan pengendalian melebihi kemampuan mereka, mereka bisa dengan leluasa memberikan fasilitas yang diperlukan bagi gerakan ini. Para misionari sendiri dapat menolong pengimpartasian visi GPJ lewat percakapan, pendidikan dan membuat percontohan.

Penting pula bagi para misionari untuk memahami bahwa peran mereka berbeda dari para pemimpin denominasi. Keunikan peran para misionari adalah bahwa merekalah yang terus-menerus akan merangsek maju sampai ke tepian-tepian keterhilangan jiwa-jiwa, kepada yang belum terjangkau dan memperkenalkan injil kepada mereka. Pemimpin denominasi memikul tanggung jawab yang jauh lebih besar, tanggung jawab yang bisa diberkati dan disokong oleh para misionari, tapi bukan untuk ditiru atau dikendalikannya.

3. Bagaimana Dengan Gedung-Gedung Dan Lembaga-Lembaga Gereja? Gedung-gedung gereja dan lembaga-lembaganya memang dapat memberikan kontribusi kepada sebuah Gerakan Perintisan Jemaat, tapi di sisi lain bisa menjadi batu-batu sandungan. Kalau bangunan-bangunan dan institusi merebak secara mandiri dan alamiah dari dalam kebutuhan dan maksud-maksud orang percaya di tempat itu, maka kehadirannya akan makin memantapkan persiapan bagi suatu Gerakan Perintisan Jemaat. Ketika lembaga-lembaga (seminari, sekolah-sekolah, rumah sakit, dan sebagainya) disarankan pendiriannya oleh atau bergantung pada pihak-pihak luar, hal-hal tersebut akan menyisakan beban pemeliharaan kepada kelompok masyarakat yang bersangkutan, dan pada akhirnya akan menjauhkan mereka dari momentum penginjilan dan perintisan jemaat.

Gedung-gedung gereja telah menjadi sifat alamiah yang ke dua -bagian yang tak terpisahkan- dari kita di negeri Barat. Kita lupa bahwa diperlukan hampir tiga ratus tahun sebelum akhirnya secara mandiri (dari itikad sendiri) kekrisrtenan sampai pada kebutuhan untuk memiliki gedung-gedung ibadah secara khusus. Dalam kurun waktu tiga ratus tahun itu pula, injil meledak di sebagian besar wilayah dunia yang telah dikenal orang. Kalau kita langsung membangun gedung-gedung gereja untuk jemaat-jemaat yang baru dibentuk, kita bisa saja malah membebani mereka dengan beban eksternal yang tidak siap mereka pikul.

37

Gedung-gedung gereja dan lembaga-lembaganya memang dapat memberikan kontribusi kepada sebuah Gerakan Perintisan Jemaat, tapi di sisi lain bisa menjadi batu-batu sandungan

4. Di Mana Penempatan Yang Sesuai Bagi Suatu Tim ? Seperti hal-hal lain yang sudah kita bahas lebih dulu, kelompok kerja atau

tim bukanlah sesuatu yang mendukung atau pun yang menentang Gerakan-gerakan Perintisan Jemaat. Jika setiap anggota tim melihat bahwa tujuan tim adalah untuk membantu terjadinya dan mengembangkan Gerakan Perintisan Jemaat, maka prospek keberhasilan tim itu baik. Tetapi, di lain pihak, bila tim itu atau para anggotanya berbalik arah pandang kepada dirinya sendiri dan berhenti di sana, maka sebuah Gerakan Perintisan Jemaat mustahil dapat terjadi. Ketika tim-tim yang berfokus pada masyarakat sasaran mati bagi dirinya sendiri, mengarahkan pandangan kepada memulai dan mengembangkan sebuah Gerakan Perintisan Jemaat, apa pun harga bayarnya di bawah ke-Tuhanan Yesus Kristus, maka bagi mereka keberhasilan sudah tidak jauh lagi.

5. Apakah Gerakan Perintisan Jemaat Menjadi Fasilitator Bagi Perkembangan Bidat?

Para kritikus berpendapat bahwa fenomena kaum awam seperti Gerakan Perintisan Jemaat, adalah tanah yang subur bagi timbulnya suatu bidat. Mungkin saja ini benar, tetapi tidak semuanya seperti itu. Solusi yang sering kali ditawarkan adalah dengan memperbanyak pelatihan teologis. Meskipun demikian, sejarah gereja telah memperlihatkan bahwa pengobatan akan berakibat lebih buruk dari pada penyakitnya sendiri. Sejak sekolah teologi pertama didirikan di Alexandria, Mesir, telah terbukti bahwa seminari-seminari pun bisa menjadi sarana transmisi bagi bidat, sama seperti terhadap doktrin-doktrin yang benar. Hal yang sama masih berlaku sampai saat ini.

Kunci kepada doktrin yang sehat adalah FirmanTuhan. Dalam lingkungan ledakan pertumbuhan gereja pada abad pertama, tidak ada seminari, tetapi dipraktekannya secara sederhana perkataan Yesus “ajarlah mereka untuk memperhatikan dengan seksama segala sesuatu yang telah Kuajarkan kepadamu” (Mat.28:20). Dari amanat ini lahirlah sejumlah pendekatan untuk pemuridan dan pelatihan. Tantangan pada abad pertama itu, telah sedikit berubah bagi kita dan mengundang jenis-jenis respon kreatif yang sama, untuk menjamin tetap berlangsungnya kesetiaan kepada pengajaran Kristus.

38

6. Bagaimana Dengan Anak-Anak, Apa Tindakan Anda Untuk Mereka? Para misionari dan mereka yang berlatar belakang gereja tradisional,

melontarkan banyak pertanyaan tentang mekanisme metode gereja sel. Satu dari pertanyaan-pertanyaan yang paling umum adalah tentang keberadaan anak-anak dalam gereja -gereja sel. Para praktisi gereja sel mengakui bahwa inilah sisi lemahnya, dibanding gereja tradisional dengan program Sekolah Minggunya yang berjenjang. Jalan keluarnya berkisar mulai dari mengikutsertakan anak-anak ke dalam kelompok Pemahaman Alkitab gereja sel dan penyembahan, sampai ke memisahkan mereka ke dalam program-program terpisah yang dapat dipimpin secara bergantian oleh para sukarelawan atau orang muda yang lebih dewasa. Jika kita bisa menolak godaan untuk membiarkan sel-sel menjadi terlalu besar sebelum terbagi dan berlipat ganda, kita dapat melakukan tugas pendewasaan dan pemuridan bagi orang-orang muda kita dengan lebih teratur.

Sementara tidak ada jawaban universal untuk tantangan ini, ada berbagai variasi tanggapan yang muncul di mana-mana di seluruh dunia. Dengan begitu banyaknya tantangan yang berhubungan dengan sebuah Gerakan Perintisan Jemaat, para misionari dan perintis jemaat didorong untuk tetap melakukan percobaan, inovasi dan adaptasi!

7. Bisakah Kami Mengulanginya Lagi? Beberapa misionari yang dengan serius mulai mempelajari Gerakan Perintisan Jemaat terkadang menemukan diri mereka telah kehilangan jejak, dan bertanya-tanya apakah mungkin untuk memulai kembali dari awal. Tentu saja tidak mungkin untuk benar-benar kembali mulai dari nol, tapi bukan tidak mungkin untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan sebelumnya, dan membawa skala-skala pergerakan ke arah yang benar. Oleh karena Gerakan Perintisan Jemaat bukanlah sebuah program yang terdiri dari beberapa tahap atau langkah demi langkah, maka gerakan ini dapat kita sokong kapan saja sewaktu kita berhenti melakukan hal-hal yang menghalanginya dan mulai melakukan hal yang kelihatannya akan mendukung gerakan. Ini seharusnya merupakan penghiburan bagi siapa saja yang berharap melihat sebuah Gerakan Perintisan Jemaat disingkapkan bagi suatu kelompok masyarakat.

Kendala-Kendala Bagi Suatu GPJ

G

erakan-gerakan perintisan jemaat adalah karya Bapa, tapi betapa mengagumkannya bahwa manusia dapat sejauh itu turut ikut campur di

dalamnya. Sama seperti karya-Nya yang lain, Dia membiarkan kita secara aktif bekerjasama atau menjadi penghalang -sadar atau tidak- bagi tujuan yang hendak dicapai-Nya. Para misionari yang terlibat dalam Gerakan Perintisan Jemaat telah mengenali serangkaian tindakan sangat manusiawi yang cenderung menghambat, melambankan dengan kata lain menghalangi GPJ.

39

Meskipun kita tidak bisa menciptakan sebuah Gerakan Perintisan Jemaat, tapi kita bisa berbuat sesuatu supaya tidak menyumbat meruaknya pergerakan ini. Di bawah ini terdapat beberapa penghalang utama Gerakan Perintisan Jemaat yang dihadapi oleh para misionari.

1. Membebankan Keharusan-Keharusan Yang Tidak Alkitabiah Kepada Jemaat

Apabila suatu badan misi, perserikatan atau konvensi berusaha mengharuskan sebuah jemaat untuk memiliki hal-hal yang tidak diharuskan dalam Alkitab seperti: tanah, gedung, seminari tempat pelatihan bagi para pemimpin, atau menggaji pejabat gereja sebelum mengakui status mereka secara penuh sebagai gereja, maka Gerakan Perintisan Jemaat akan terhambat. Orang-orang Kristen (di dalam badam misi, perserikatan atau konvensi) ini mungkin sebenarnya berniat baik dengan membebani prasyarat-prasyarat sebelum secara resmi mendirikan sebuah gereja - sasaran dari prasyarat-prasyarat itu biasanya adalah adanya jaminan bahwa kehidupan gereja itu akan berkelanjutan, sebelum melepaskannya pada kehidupannya sendiri. Bagaimanapun, keharusan-keharusan seperti gedung, properti dan pejabat yang digaji dengan segera akan menjadi batu kilangan yang berat di leher mereka dan membuatnya tidak mungkin bisa bereproduksi. 2. Hilangnya Identitas Kebudayaan Yang Berharga

Apabila sekelompok masyarakat harus menyingkirkan identitas etnis mereka yang berharga dan mengadopsi budaya asing supaya dapat menjadi orang percaya, maka alasan perintisan gereja tidak akan berjalan jauh atau pun bertahan lama. Di seluruh dunia, banyak gereja yang latar belakang pendiriannya terlepas sama sekali dari ikatan budaya setempat, keberadaan mereka merupakan kesaksian tentang adanya penghalang semacam ini.

Terdapat begitu banyak contoh di mana perintisan gereja merupakan medan pertempuran kebudayaan, ketika para misionari dan orang-orang Kristen lokal berusaha memenangkan dan merubah kebudayaan, bukannya hati kelompok masyarakat yang hendak dijangkau. Setiap kali seseorang harus menjadi seperti orang Rusia, Amerika, Eropa dan sebagainya untuk menjadi seorang Kristen, maka tipis kemungkinan Gerakan Perintisan Jemaat dapat merebak dengan cepat di tengah-tengah kelompok masyarakat yang non-Rusia, non-Amerika atau non-Eropa.

3. Teladan Yang Buruk Dari Orang Kristen

Sayang sekali bahwa penyebaran injil di seluruh dunia kadangkala menghasilkan gereja-gereja yang memberi teladan buruk dari imannya. Apabila gereja-gereja yang lebih dulu ada di suatu tempat memiliki anggota-anggota jemaat yang tidak lahir baru serta hidup secara duniawi dan tidak bermoral, ini akan mempersulit orang-orang yang baru percaya untuk

40

meyakinkan orang yang masih terhilang, bahwa iman Kristen itu kudus dan sanggup melepaskan mereka dari segala hal yang membelenggu.

Ada beberapa corak perilaku gereja yang mungkin tidak bermoral, tapi masih dikompromikan dan hal itu merusak roh dari Gerakan Perintisan Jemaat. Setiap kali gereja-gereja lokal yang lebih dulu ada di suatu tempat tidak merasakan dorongan untuk menyebarluaskan imannya, orang-orang yang baru percaya mungkin akan mempertanyakan kenapa mereka mesti merasa bergairah atau merasa urgen terhadap penginjilan.

4. Model-Model Gereja Yang Tidak Bisa Direproduksi

Kapan saja seorang misionari memulai perintisan jemaat dengan memakai komponen-komponen yang tidak bisa dihasilkan lagi (direproduksi) sendiri oleh kelompok masyarakat setempat, maka ia telah merusak Gerakan Perintisan Jemaat. Godaan untuk itu akan selau ada: kelihatannya lebih cepat dan mudah bila memakai solusi import dari pada mencari sebuah solusi yang berakar pada masyarakat itu sendiri, untuk menyelesaikan tantangan-tantangan lokal. Hal-hal yang berasal dari luar akan seperti balok-balok penyangga pada sebuah konstruksi bangunan, sound sistem elektronik, kursi-kursi lipat import.

Gerakan Perintisan Jemaat yang sejati selalu akan muncul sesuai konteksnya. Jika desa itu bangunannya terbuat dari bambu, maka gedung gerejanya pun akan terbuat dari bambu. Di daerah pedesaan, gereja sel atau gereja rumah mengambil struktur yang serupa dengan struktur keluarga bukannya kejemaatan yang membutuhkan gedung mahal untuk digunakan secara eksklusif sebagai tempat pertemuan-pertemuan ibadah. Para praktisi GPJ mengevaluasi setiap aspek dari masing-masing jemaat diawali dengan pertanyaan: “Bisakah orang-orang percaya di sini memproduksi hal ini lagi?” Jika jawabannya “tidak”, maka unsur asing itu disingkirkan. 5. Subsidi-Subsidi Yang Menimbulkan Ketergantungan

Pada dasarnya uang bukanlah sesuatu yang jahat. Untuk menyokong para misionari dan mempromosikan hal-hal yang tak dapat dilakukan sendiri oleh orang yang masih terhilang maupun yang sudah percaya, uang memainkan peranan penting. Setiap kali injil diperkenalkan kepada suatu kelompok masyarakat baru, dibutuhkan sokongan dari luar. Masalahnya baru timbul ketika bantuan dana dari luar itu menimbulkan ketergantungan pada orang-orang yang baru menjadi Kristen, menghimpit inisiatif mereka dan memadamkan api Gerakan Perintisan Jemaat.

Sebaiknya pemakaian bantuan dana dari luar adalah untuk mendanai usaha menjangkau kelompok masyarakat yang belum terjangkau, mengembangkan literatur/bahan-bahan bacaan injili, pembuatan program radio dan

41

penyiarannya, memproduksi film Yesus, penterjemahan Alkitab, siaran televisi injili, kaset, CD, dan sebagainya. Pada saat pihak-pihak luar dengan itikad baiknya mendongkrak pertumbuhan dengan membelikan gedung-gedung atau mensubsidi gaji para pendeta, mereka membatasi kapasitas pergerakan untuk bereproduksi secara spontan dan mandiri.

6. Ketentuan-Ketentuan Kepemimpinan Yang Tidak Alkitabiah

Kapan saja para misionari, gereja-gereja atau pemimpin-pemimpin denominasi yang pada dasarnya beritikad baik menjejalkan keharusan-keharusan yang melebihi apa yang ditetapkan dalam Perjanjian Baru kepada para pemimpin jemaat, maka hal itu akan menghambat Gerakan Perintisan Jemaat.

Contoh yang diberikan Perjanjian Baru dapat kita temukan dalam cara Kristus memilih ke dua belas muridnya (Mat. 4:18-22) dan pada syarat/kriteria yang diberikan Paulus tentang seorang pemimpin jemaat dan diaken (I Tim 3). Sangat mencolok terlihat bahwa karakter moral dan keinginan untuk mengikut Kristus lebih dititikberatkan dari pada pelatihan teologis atau derajat pendidikan. 7. Pemikiran Dan Tindakan Yang Bersifat Linear Dan Sekuensial

Wajar saja bila seorang misionari berpikir dalam langkah-langkah pemahaman yang sekuensial (bertahap) mengenai perintisan jemaat. Contohnya seperti ini, pertama pelajari bahasanya, lalu mulai membangun hubungan-hubungan,setelah itu bagikan kepada mereka kesaksian, lalu muridkan orang-orang percaya, lalu jemaatkan, setelah itu tetapkan pemimpin-pemimpin, dan kemudian, kembali memulai perintisan gereja lainnya lagi, dan sebagainya. Tetapi, para misionari yang telah berhasil menjadi navigator bagi sebuah Gerakan Perintisan Jemaat memberikan gambaran yang berbeda tentang pergerakan ini, yaitu bahwa ternyata ia bersifat non-linear (tidak berupa garis lurus).

Mereka bersikeras pada pentingnya kesaksian sejak hari pertama, bahkan sebelum bahasa setempat dikuasai. Dari pada menunggu-nunggu terjadi pertobatan, para misionari memuridkan mereka yang belum percaya untuk dibawa kepada pertobatan. Pada saat mereka menjadi orang percaya, para petobat baru ini sudah beberapa lama mengambil bagian dalam gereja-gereja sel dan telah menangkap visi untuk memulai jemaat-jemaat. Gerakan Perintisan Jemaat segera merebak setelah berbagai unsur dari sebuah Gerakan Perintisan Jemaat berjalan secara berkesinambungan (simultan). 8. Merintis Jemaat “Kodok” Bukannya “Kadal”

42

Ya, benar ini memang suatu metafora. Gereja-gereja kodok memandang dirinya sebagai ujung/akhir dari segala yang ada padanya, duduk menggemukkan diri di atas bukit atau kolam teratai (atau jalan-jalan utama) dan merasa puas, berharap jiwa-jiwa terhilang yang mencari-cari keselamatan akan datang sendiri kepada mereka. Gereja-gereja kodok mengadakan pertemuan-pertemuan di tempat-tempat yang membuat mereka merasa nyaman dan menuntut supaya jiwa-jiwa yang terhilang beradaptasi dengan dunia kekodokan mereka. Gereja kadal selalu mengejar jiwa terhilang. Selalu bisa beradaptasi dan siap beraksi, mereka bergerak cepat ke dalam dunia menyusup lewat celah-celah dan retakan mencari yang jiwa hilang. Gereja-gereja kadal menembus ke dalam rumah-rumah jiwa terhilang lewat pertemuan-pertemuan Pemahaman Alkitab yang injili, dan bukan cuma menuntut supaya jiwa-jiwa terhilang datang sendiri ke gereja-gereja mereka. Mereka tidak berkeberatan untuk merubah warna kulit,

43

mencurahkan sepenuh tenaga, bahkan kehilangan ekor -jika perlu, hanya supaya dapat membawa jiwa terhilang ke dalam keluarga Allah.

9. Strategi-Strategi Yang Baku

Agak aneh tentunya bahwa setelah semua petunjuk yang dikemukakan dalam buku ini, para misionari diperingatkan untuk menentang metode-metode siap pakai, yang sudah dibakukan. Misionari-misionari praktisi Gerakan Perintisan Jemaat adalah orang-orang yang begitu sangat ingin tahu dan memiliki komitmen untuk belajar di mana dan bagaimana Allah sedang bekerja. Apabila para misionari memasuki ladang pelayanan dengan kantung-kantung yang dipenuhi berbagai jawaban, bukannya hati yang lapar untuk mengawasi dan belajar di mana Allah sedang bekerja dan apa yang sedang dikerjakan-Nya, maka mereka telah membatasi kemampuan Allah untuk memakai dirinya. Pernyataan ini bukan berarti persetujuan untuk melakukan pendekatan “tidak tahu apa-apa” dalam misi, tapi untuk menekankan pentingnya kerendahan hati dan kebergantungan kepada Allah demi pengungkapan di mana dan bagaimana Ia akan melaksanakan sebuah Gerakan Perintisan Jemaat.

8 BEBERAPA SARAN UNTUK “FINE-TUNNING” DENGAN GPJ i samping beberapa bentuk Gerakan Perintisan Jemaat yang sudah kita bahas, masih banyak lagi contoh lain yang dapat dikatakan sebagai pergerakan yang nyaris meleset. Sejumlah besar dari pergerakan yang disebut belakangan ini memperlihatkan banyak

kesamaan ciri dengan apa yang menjadi ciri Gerakan Perintisan Jemaat, tapi tanpa memiliki beberapa komponen terpenting dan berakibat pada padamnya pergerakan itu di tengah jalan.

DSalah satu contohnya adalah puluhan ribu masyarakat Muslim Turki yang datang kepada

Kristus dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini. Pada tahun 1992 diketahui hanya ada tidak lebih dari 50 orang yang percaya dari populasinya yang beberapa juta. Dimulai pada tahun 1989, sebuah strategi yang terdiri dari doa, penginjilan dan pelayanan mulai dikerjakan di tengah-tengah masyarakat ini. Pada awalnya, pekerjaan ini berjalan lambat, tapi pada akhir tahun 1995, mulailah gelombang berbalik kepada Kristus terjadi. Pada akhir tahun berikutnya, gereja-gereja lokal di wilayah itu melaporkan pembaptisan lebih dari 15.000 masyarakat Muslim Turki ini.

Saat ini, gelombang besar orang menjadi percaya entah kenapa mulai menurun, tapi tetap memperlihatkan kisaran angka antara 20.000 dan 30.000 orang dewasa yang bertobat. Faktor yang menjadi permasalahan adalah tidak terdapatnya gereja-gereja baru secara relatif untuk mengasimilasikan pertumbuhan tersebut. Sementara angka orang yang baru bertobat membludak, hanya sedikit saja peningkatan jumlah jemaat baru yang dimulai, hal ini berarti ribuan orang percaya terancam akan seperti anak-anak yatim piatu tanpa jemaat yang harus mempertahankan diri mereka sendiri.

Barangkali belum terlalu terlambat bagi para misionari untuk melaksanakan sebuah strategi perintisan gereja sel atau gereja rumah yang akan bereproduksi secara mandiri di tengah kelompok masyarakat ini. Melatih orang kebanyakan (awam) dari mereka yang percaya untuk merintis gereja-gereja sel baru, dapat menyelamatkan pergerakan ini.

Situasi serupa juga terjadi di sekelompok masyarakat Muslim di Afrika. Sebagai akibat dari peyebarluasan siaran radio dan video penginjilan, laporan-laporan yang dibuat dengan sangat hati-hati memperkirakan ada lebih dari 15000 orang Muslim yang menjadi Kristen. Tanpa menyepelekan besarnya jumlah yang menggembirakan di atas, diketahui hanya ada 30 gereja di wilayah tersebut. Kecuali kalau ada bentuk gereja yang dapat bereproduksi dengan lebih effektif dan mandiri dapat diperkenalkan, maka yang akan ada di sana nantinya hanyalah kehilangan orang-orang percaya secara besar-besaran.

Jenis “nyaris meleset” yang umum lainnya adalah ada begitu banyak tempat di dunia di mana para misionari hanya mengalami pertumbuhan yang biasa-biasa saja padahal ada kemungkinan untuk mengalami pertumbuhan yang lebih besar. Dalam contoh-contoh ini, para misionari selama beberapa dekade telah dengan setia menginjili dan melakukan perintisan jemaat. Masyarakat memberikan tanggapan kepada injil dan dengan perlahan-lahan Kerajaan Allah berkembang. Apabila pertumbuhan jemaat berjalan rata, maka ia jauh dari ledakan. Tidak akan ada orang yang bingung membedakan pertumbuhan jenis ini dengan Gerakan Perintisan Jemaat. Dalam pola pertumbuhannya yang inkremental (pertambahan biasa), dimulainya gereja-gereja baru bahkan tidak mungkin bisa menyetarakan diri dengan pertambahan populasi.

Mungkinkah Gerakan Perintisan Jemaat terjadi pada latar belakang yang demikian? Hanya Allah yang dapat menjawabnya, tapi para praktisi GPJ menyarankan perlu diambil beberapa tindakan “fine-tunning” (penyelarasan kembali) yang dapat menolong terungkitnya ke atas suatu Gerakan Perintisan Jemaat. Dalam beberapa kasus, masa mengandung seringkali terlalu panjang, sebelum lahir sebuah jemaat. Dalam keadaan-keadaan seperti ini, siklus reproduksi perintisan jemaat dapat saja dipersingkat. Di bawah ini beberapa saran yang dapat mempercepat proses itu:

Jika anda memakai cerita-cerita kronologis untuk mengkomunikasikan injil, perlu diingat bahwa cerita-cerita tersebut hanyalah sebuah metode, bukanlah akhir tujuan. Sebagai metode, ia dapat diadaptasikan dan dimodifikasi. Pertimbangkanlah untuk memakai lima sampai 10 cerita untuk mempersiapkan sebuah panorama tinjauan umum mengenai Alkitab yang akan membimbing seseorang kepada penyajian injil dan panggilan untuk suatu komitmen. Setelah itu anda dapat melanjutkan penyajian panorama dengan menelusuri lebih jauh kisah-kisah dalam Alkitab yang sasarannya adalah pemuridan dan penyajian tambahan mengenai injil.

Bisa juga anda mencoba mempersingkat kisah-kisah kronologis sebagai pendekatan. Beberapa penutur cerita menghabiskan kira-kira 110 minggu untuk mengisahkan penciptaan sampai kepada akhir zaman. Bagaimana jika waktu ini diperpendek dengan memilih lebih sedikit cerita atau menyajikan cerita-cerita itu lebih sering? Barangkali kedua metode ini dapat diterapkan. Dengan demikian waktu yang diperlukan untuk memulai sebuah jemaat dapat diperpendek dari dua tahun menjadi hanya beberapa minggu!

Dengan cara yang sama pertimbangkanlah untuk memperpadat sebuah paket Pemahaman Alkitab injili untuk 12 minggu menjadi hanya 12 -pertemuan PA. Sekarang anda sudah mengerti tentunya. Jangan terima asumsi bahwa dengan waktu sesingkat itu, hasilnya akan berkualitas rendah. Pemikiran bahwa lebih pelan lebih baik, sama sekali tidak benar.

Anda juga dapat mengakselerasi (mempercepat terjadinya) perintisan jemaat dengan meningkatkan harapan-harapan dan tanggung jawab orang-orang yang baru percaya terhadap nilai penting perintisan jemaat. Dalam Gerakan Perintisan Jemaat, pemuridan dan pengembangan kepemimpinan adalah proses-proses yang terus berjalan, bukan sekedar tahapan demi tahapan dalam sebuah garis kemajuan linear yang harus dilewati setiap orang sebelum mereka dapat mulai merintis jemaatnya sendiri. Ingatlah bahwa dalam Gerakan Perintisan Jemaat di India, ada seseorang yang baru percaya, telah membangun 42 gereja dalam waktu setahun sejak pertobatanya. Melihat apa yang telah dilakukannya, tidak seorang pun bisa berkata bahwa orang ini masih belum dewasa secara rohani!

45

Akhirnya, beberapa misionari bisa saja menemukan dirinya ada di dalam situasi yang kelihatannya sama sekali tidak mempunyai unsur-unsur yang dapat dijadikan indikasi terdapatnya potensi untuk merebakkan sebuah Gerakan Perintisan Jemaat. Apa yang akan anda perbuat?

Banyak faktor yang mendukung -juga yang menghambat- terjadinya Gerakan Perintisan Jemaat, membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk berkembang atau berubah. Sama seperti sebuah kapal mainan yang terapung di atas kolam, bila kita dari waktu ke waktu menaruh kerikil ke dalamnya, satu demi satu, beratnya perlahan-lahan akan bertambah dan akhirnya kapal itu akan tenggelam. Begitu pula Gerakan Perintisan Jemaat. Apabila dengan tekun kita menambahkan unsur-unsur yang mendukung terjadinya sebuah Gerakan Perintisan Jemaat, serta menyingkirkan penghalang-penghalang yang telah kita ketahui, maka suatu hari akan menghasilkan suatu jemaat yang kritis, yang mengubah situasi sulit, kering, dan tidak produktifnya ladang pelayanan menjadi sebuah Gerakan Perintisan Jemaat yang dinamis.

Titik awal dari perubahan ini adalah pembaharuan rohani, keinginan yang penuh gairah menyala-nyala dalam hati setiap misionari untuk melihat semua suku bangsa di dunia datang kepada iman yang memberi keselamatan. Hanya bila visi kita mengalami kebangunan rohani dan pada kita ada rasa lapar kepada Gerakan Perintisan Jemaat yang akan membuat kita bersedia melakukan apa saja dan semua tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan ini.

8 BEBERAPA SARAN UNTUK “FINE-TUNNING” DENGAN GPJ i samping beberapa bentuk Gerakan Perintisan Jemaat yang sudah kita bahas, masih banyak lagi contoh lain yang dapat dikatakan sebagai pergerakan yang nyaris meleset. Sejumlah besar dari pergerakan yang disebut belakangan ini memperlihatkan banyak

kesamaan ciri dengan apa yang menjadi ciri Gerakan Perintisan Jemaat, tapi tanpa memiliki beberapa komponen terpenting dan berakibat pada padamnya pergerakan itu di tengah jalan.

DSalah satu contohnya adalah puluhan ribu masyarakat Muslim Turki yang datang kepada

Kristus dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini. Pada tahun 1992 diketahui hanya ada tidak lebih dari 50 orang yang percaya dari populasinya yang beberapa juta. Dimulai pada tahun 1989, sebuah strategi

asa yang bertobat. Faktor yang menjadi permasalahan adalah tidak terdapatnya gereja-

gereja baru secara relatif untuk mengasimilasikan pertumbuhan tersebut. Sementara angka orang yang baru bertobat membludak, hanya sedikit saja peningkatan jumlah jemaat baru yang dimulai, hal ini berarti ribuan orang percaya terancam akan seperti anak-anak yatim piatu tanpa jemaat yang harus mempertahankan diri mereka sendiri.

Barangkali belum terlalu terlambat bagi para misionari untuk melaksanakan sebuah strategi perintisan gereja sel atau gereja rumah yang akan bereproduksi secara mandiri di tengah kelompok masyarakat ini. Melatih orang kebanyakan (awam) dari mereka yang percaya untuk merintis gereja-gereja sel baru, dapat menyelamatkan pergerakan ini.

Situasi serupa juga terjadi di sekelompok masyarakat Muslim di Afrika. Sebagai akibat dari peyebarluasan siaran radio dan video penginjilan, laporan-laporan yang dibuat dengan sangat hati-hati memperkirakan ada lebih dari 15000 orang Muslim yang menjadi Kristen. Tanpa menyepelekan besarnya jumlah yang menggembirakan di atas, diketahui hanya ada 30 gereja di wilayah tersebut. Kecuali kalau ada bentuk gereja yang dapat bereproduksi dengan lebih effektif dan mandiri dapat diperkenalkan, maka yang akan ada di sana nantinya hanyalah kehilangan orang-orang percaya secara besar-besaran.

46

Jenis “nyaris meleset” yang umum lainnya adalah ada begitu banyak tempat di dunia di mana para misionari hanya mengalami pertumbuhan yang biasa-biasa saja padahal ada kemungkinan untuk mengalami pertumbuhan yang lebih besar. Dalam contoh-contoh ini, para misionari selama beberapa dekade telah dengan setia menginjili dan melakukan perintisan jemaat. Masyarakat memberikan tanggapan kepada injil dan dengan perlahan-lahan Kerajaan Allah berkembang. Apabila pertumbuhan jemaat berjalan rata, maka ia jauh dari ledakan. Tidak akan ada orang yang bingung membedakan pertumbuhan jenis ini dengan Gerakan Perintisan Jemaat. Dalam pola pertumbuhannya yang inkremental (pertambahan biasa), dimulainya gereja-gereja baru bahkan tidak mungkin bisa menyetarakan diri dengan pertambahan populasi.

Mungkinkah Gerakan Perintisan Jemaat terjadi pada latar belakang yang demikian? Hanya Allah yang dapat menjawabnya, tapi para praktisi GPJ menyarankan perlu diambil beberapa tindakan “fine-tunning” (penyelarasan kembali) yang dapat menolong terungkitnya ke atas suatu Gerakan Perintisan Jemaat. Dalam beberapa kasus, masa mengandung seringkali terlalu panjang, sebelum lahir sebuah jemaat. Dalam keadaan-keadaan seperti ini, siklus

itu lebih sering? Barangkali kedua metode ini dapat diterapkan. Dengan demikian waktu

yang diperlukan untuk memulai sebuah jemaat dapat diperpendek dari dua tahun menjadi hanya beberapa minggu!

Dengan cara yang sama pertimbangkanlah untuk memperpadat sebuah paket Pemahaman Alkitab injili untuk 12 minggu menjadi hanya 12 -pertemuan PA. Sekarang anda sudah mengerti tentunya. Jangan terima asumsi bahwa dengan waktu sesingkat itu, hasilnya akan berkualitas rendah. Pemikiran bahwa lebih pelan lebih baik, sama sekali tidak benar.

Anda juga dapat mengakselerasi (mempercepat terjadinya) perintisan jemaat dengan meningkatkan harapan-harapan dan tanggung jawab orang-orang yang baru percaya terhadap nilai penting perintisan jemaat. Dalam Gerakan Perintisan Jemaat, pemuridan dan pengembangan kepemimpinan adalah proses-proses yang terus berjalan, bukan sekedar tahapan demi tahapan dalam sebuah garis kemajuan linear yang harus dilewati setiap orang sebelum mereka dapat mulai merintis jemaatnya sendiri. Ingatlah bahwa dalam Gerakan Perintisan Jemaat di India, ada seseorang yang baru percaya, telah membangun 42 gereja dalam waktu setahun sejak pertobatanya. Melihat apa yang telah dilakukannya, tidak seorang pun bisa berkata bahwa orang ini masih belum dewasa secara rohani!

Akhirnya, beberapa misionari bisa saja menemukan dirinya ada di dalam situasi yang kelihatannya sama sekali tidak mempunyai unsur-unsur yang dapat dijadikan indikasi terdapatnya potensi untuk merebakkan sebuah Gerakan Perintisan Jemaat. Apa yang akan anda perbuat?

Banyak faktor yang mendukung -juga yang menghambat- terjadinya Gerakan Perintisan Jemaat, membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk berkembang atau berubah. Sama seperti sebuah kapal mainan yang terapung di atas kolam, bila kita dari waktu ke waktu menaruh kerikil ke dalamnya, satu demi satu, beratnya perlahan-lahan akan bertambah dan akhirnya kapal itu akan tenggelam. Begitu pula Gerakan Perintisan Jemaat. Apabila dengan tekun kita menambahkan unsur-unsur yang mendukung terjadinya sebuah Gerakan Perintisan Jemaat, serta menyingkirkan penghalang-penghalang yang telah kita ketahui, maka suatu hari akan menghasilkan suatu jemaat yang kritis, yang mengubah situasi sulit, kering, dan tidak produktifnya ladang pelayanan menjadi sebuah Gerakan Perintisan Jemaat yang dinamis.

Titik awal dari perubahan ini adalah pembaharuan rohani, keinginan yang penuh gairah menyala-nyala dalam hati setiap misionari untuk melihat semua suku bangsa di dunia datang kepada iman yang memberi keselamatan. Hanya bila visi kita mengalami kebangunan rohani dan pada kita ada rasa lapar kepada Gerakan Perintisan Jemaat yang akan membuat kita bersedia melakukan apa saja dan semua tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan ini.

47

9 VISI GPJ BAGI DUNIA

llah telah memperlihatkan kepada kita bahwa saat ini Ia sedang mengerjakan sesuatu di antara suku-suku bangsa di seluruh dunia -sesuatu yang begitu mengagumkan, sampai-sampai kalau bukan karena telah melihatnya sendiri kita tidak akan percaya (lihat Hab. 1:5). Kami menyebut

hal yang dahsyat dan mengagumkan ini Gerakan Perintisan Jemaat. Gerakan-gerakan Perintisan Jemaat ini tidak terkungkung dalam batasan-batasan geografis atau pembagian-pembagian rasial yang ada di masyarakat. Bapa telah mendemonstrasikan bahwa Ia sanggup memunculkan pergerakan ini di antara masyarakat kota mau pun pedesaan, di tengah mereka yang berpendidikan mau pun yang buta huruf, di benua mana pun dan dari latar belakang agama apa saja. Garis merah universal yang mengantarai setiap pergerakan itu adalah Allah sedang melakukan rekonsiliasi

(pendamaian) antara diri-Nya dengan dunia ini melalui Yesus Kristus.

A

Sejak awal, Allah telah memanggil kita untuk menjadi rekan kerja-Nya.

Kalau kita bersedia, Dia bisa saja dalam kasih karuniaNya memberi pada kita

kesempatan untuk melihat pengungkapan Gerakan Perintisan Jemaat terjadi di

seluruh dunia di generasi kita.

Selama lima tahun terakhir, melalui setidaknya lima Gerakan Perintisan Jemaat, hampir seperempat milyar jiwa yang hilang, telah datang kepada iman dalam Yesus Kristus. Bayangkan jika ada 50 Gerakan Perintisan Jemaat - atau 500 ! Walaupun demikian luapan kegembiraan kita hendaknya bukan karena besarnya jumlah atau bahkan bila kita sadari bahwa angka-angka ini mewakili orang-orang yang mendapatkan kehidupan baru dalam Kristus. Sukacita terbesar datang karena kebersamaan kita dalam misi Allah yaitu rencana penebusanNya bagi bangsa-bangsa, melayani sebagai alat dalam pengungkapan mujizat keselamatan ini, mujizat yang dikerjakan kepada semua suku bangsa. Inilah yang seharusnya menjadi alasan sukacita kita.

Pelari maraton biasanya memulai perlombaan dengan antusiasme yang besar. Tapi tidak lama setelah itu mulai ada yang berjatuhan atau makin lamban berlari. Tapi beberapa pelari tetap bertahan menanggung rasa sakit dan lelah, untuk para atlit yang telah bertahan ini tidak ada pandangan yang lebih melegakan selain etape terakhir menjelang garis finis. Waktu mereka melihatnya, denyut nadi bertambah cepat langkah menjadi kuat kembali dan adrenalin mereka berbuncah-buncah saat mengarahkan langkah mereka ke garis finis. Tubuh Kristus telah berlari dalam suatu perlombaan besar selama hampir 2000 tahun. Sepanjang perjalanan itu, telah banyak

48

orang percaya yang menjadi lemah dan lesu. Mereka bukannya tetap berlari maju, malahan menjadi puas dengan langkah-langkah yang lamban.

Hari-hari ini, semakin banyak orang Kristen yang memperhatikan tanda-tanda bahwa kita mungkin akan memasuki bagian 100 meter terakhir itu. Allah sedang mencurahkan Roh-Nya ke atas bangsa-bangsa (lihat Kis. 2:17). Mereka yang mengartikan Gerakan Perintisan Jemaat ini sebagai tanda-tanda intervensi ilahi Allah sendiri dalam sejarah, sedang menilai kembali kehidupannya dan melipatgandakan pekerjaan-pekerjaannya.

Sederhananya, jika ini berasal dari Allah, kami ingin menjadi bagian di dalamnya. Memasuki etape akhir, merasakan bagaimana denyut nadi kita bertambah cepat, langkah-langkah kaki semakin mantap dan tujuan kita makin diperluas.

“Karena itu marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.”

49