perencanaan modifikasi konstruksi dari kapal general cargo menjadi kapal container pada km. artha...

62
TUGAS AKHIR PERENCANAAN MODIFIKASI KONSTRUKSI DARI KAPAL GENERAL CARGO MENJADI KAPAL CONTAINER PADA KM. ARTHA PRIMA Rendy Alfisyahrial NRP. 6211030028 Dosen Pembimbing Ali Imron AS, ST.,MT. NIP. 19600402 198803 1 002 PROGRAM STUDI TEKNIK BANGUNAN KAPAL JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 2014

Upload: sankukuh

Post on 16-Dec-2015

82 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

TA

TRANSCRIPT

  • TUGAS AKHIR

    PERENCANAAN MODIFIKASI KONSTRUKSI DARI

    KAPAL GENERAL CARGO MENJADI KAPAL

    CONTAINER PADA KM. ARTHA PRIMA

    Rendy Alfisyahrial

    NRP. 6211030028

    Dosen Pembimbing

    Ali Imron AS, ST.,MT.

    NIP. 19600402 198803 1 002

    PROGRAM STUDI TEKNIK BANGUNAN KAPAL

    JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL

    POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

    2014

  • TUGAS AKHIR

    PERENCANAAN MODIFIKASI KONSTRUKSI DARI

    KAPAL GENERAL CARGO MENJADI KAPAL

    CONTAINER PADA KM. ARTHA PRIMA

    Rendy Alfisyahrial

    NRP. 6211030028

    Dosen Pembimbing

    Ali Imron AS, ST.,MT.

    NIP. 19600402 198803 1 002

    PROGRAM STUDI TEKNIK BANGUNAN KAPAL

    JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL

    POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

    2014

  • i

    ABSTRAK

    PERENCANAAN MODIFIKASI KONSTRUKSI DARI KAPAL

    GENERAL CARGO MENJADI KAPAL KONTAINER

    PADA KM. ARTHA PRIMA

    Oleh

    Rendy Alfisyahrial

    NRP : 6211030028

    Salah satu keunggulan angkutan peti kemas adalah intermodality nya

    dimana peti kemas bisa diangkut dengan truk peti kemas, kereta api dan kapal

    petikemas. Hal inilah yang menyebabkan peralihan angkutan barang umum

    menjadi angkutan barang dengan menggunakan peti kemas yang menonjol dalam

    beberapa dekade terakhir ini.Hal ini juga terlihat pada pelabuhan-pelabuhan kecil

    yang sudah menunjukkan tren peralihan ke peti kemas karena alasan ke-ekonomi-

    an terutama dalam kaitannya kecepatan bongkar muat dan biaya yang lebih

    rendah.

    Metode dalam tugas akhir ini yaitu mulai dari studi literatur, pengumpulan

    data-data penunjang, berlanjut pada perhitungan kekuatan konstruksi tank top

    pada ketika kapal masih menjadi kapal general cargo. Kemudian, dari perhitungan

    tersebut yang akn dijadikan acuan dalam stowage plan pada ruang muat kapal.

    Selain itu, perencanaan letak stacking cones pada ruang muat dan berlanjut pada

    penambahan inner bottom longitudinal dikarenakan penempatan stacking cones

    tidak tepat pada frame.

    Berdasarkan perhitungan dan perencanaan, bahwa KM. Artha Prima 1000

    DWT mampu menampung sebanyak 39 kontainer dengan berat total 936 ton,

    namun pada ruang muat hanya mampu menampung sebanyak 30 kontainer

    dengan total beral 720 ton. Selain itu, perencanaan stacking cones dibutukan

    sebanyak 60 buah. Dan untuk mengantisipasi terjadi deformasi akibat pemasangan

    stacking cones tidak tepat pada frame, maka solusi alternatifnya adalah

    penambahan inner bottom longitudinal yang dipasang pada beberapa titik .

    Kata kunci : kapal container, stowage plan, stacking cones, innerbottom longitudinal

  • ii

    ABSTRACT

    CONSTRUCTION PLAN MODIFICATION OF GENERAL

    CARGO SHIP TO CONTAINER SHIP IN KM. ARTHA PRIMA

    By

    Rendy Alfisyahrial

    NRP : 6211030028

    One of the advantages of container transportation is intermodality where

    containers can be transported by container trucks, trains and container ships.

    This is what causes the transition into a general freight transport of goods using

    containers that increase in recent decades. This also seen in small ports which

    already shows the trend transition into the container because of economic reasons

    especially in relation unloading speed and lower cost.

    The method in this thesis is started from literature, supporting data

    collection, construction continues on the calculation of the strength of the tank top

    on when the ship is still a general cargo ship. Then, from these calculations that

    will be used as a reference in the cargo stowage plan on the ship. In addition, the

    layout planning of stacking cones in the cargo hold and continue to the addition

    of due to the placement of the inner bottom longitudinal stacking cones are not

    exactly on the frame.

    Based on calculations and planning, that KM. Artha Prima 1000 DWT is

    able to accommodate a total of 39 containers with a total weight of 936 tons, but

    the cargo hold can only accommodate as many as 30 containers with a total

    weight of 720 tons. In addition, the planning of stacking cones are needed as

    much as 60 pieces. And to anticipate the deformation occurs due to not exactly

    mounting of stacking cones on the frame, then the alternative solution is the

    addition of the inner bottom longitudinal mounted at some point.

    Keyword : container ship, stowage plan, stacking cones, innerbottom longitudinal

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat yang tidak pernah

    berhenti sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul

    PERENCANAAN MODIFIKASI KONSTRUKSI DARI KAPAL GENERAL

    CARGO MENJADI KAPAL CONTAINER PADA KM. ARTHA PRIMA

    dengan baik. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini tidak

    terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

    kesempatan ini penulis mengucapkan terimaksih yang sebesar-besarnya kepada :

    1. Ir. Muhammad Mahfud M.MT.,FRINA selaku Direktur Politeknik

    Perkapalan Negeri Surabaya

    2. Bapak Ali Imron AS, ST.,MT selaku dosen pembimbing yang selalu

    mengingatkan dan member saran dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

    3. Bapak Aang Wahidin, ST.,MT selaku Ketua Jurusan Teknik Bangunan

    Kapal yang membantu penyelesaian tugas akhir ini.

    4. Kedua orang tua saya yang telah memberi semangat dan doa dalam

    penyelesaian Tugas Akhir ini.

    5. Teman-tema prodi SB angkatan 2011 yang ikut memberi semangat dan

    membantu untuk menyelesainkan Tugas Akhir ini.

    6. Semua pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung.

    Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini jauh dari sempurna. Oleh karena

    itu penulis sangat mengharap segala bentuk saran dan kritik yang membangun

    guna penyempurnaan tugas akhir ini. Sebagai akhir penulis berharap agar tugas

    akhir ini dapat bermanfaat dan menjadi kajian bagi banyak pihak.

    Surabaya, Juli 2014

    Penulis

  • iv

    DAFTAR ISI

    HALAMAN PENGESAHAN

    ABSTRAK .... i

    ABSTRACT .... ii

    KATA PENGANTAR iii

    DAFTAR ISI .......... iv

    BAB I PENDAHULUAN .... 1

    1.1 Latar Belakang ..... 1

    1.2 Perumusan Masalah .. 2

    1.3 Batasan Masalah ... 2

    1.4 Tujuan Penulisan .. 3

    1.5Manfaat Penulisan . 3

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA . 4

    2.1 Ukuran Utama Kapal. 4

    2.2 Konstruksi Kapal. . 5

    2.3 Karakteristik Kapal. .. 6

    2.4 Jenis-Jenis Kapal Container... 6

    2.5 Sistem Penutupan Palkah pada Kapal Container.... 7

    2.6 Konstruksi Kapal Container... 8

    2.7 Jenis-Jenis Petikemas ... 9

    2.8 Konstruksi pada Petikemas. .. 12

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN.. 14

    3.1 Studi Literartur .. 14

    3.2 Pengamatan 15

    3.3 Tahap Pengumpulan Data . 15

    3.4 Perhitungan Kekuatan Konstruksi pada tank top. 15

    3.5 Perencanaan Layout penataan petikemas.. 15

    3.6 Perencanaan Securing Container .. 16

    3.7 Perencanaan penambahan inner bottom longitudinal. 16

    3.9 Kesimpulan dan Saran. 16

  • v

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 18

    4.1 Perhitungan DWT KM. Artha Prima. 18

    4.2 Perhitungan Kekuatan Inner Bottom pada ruang muat. 24

    4.3 Perencanaan Stowage Plan ... 26

    4.3 Perencanaan Securing Container... 28

    4.3 Perencanaan Inner Bottom Longitudinal... 30

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .. 33

    5.1 Kesimpulan 33

    5.2 Saran .. 33

    DAFTAR PUSTAKA . V

    LAMPIRAN

  • i

    BAB I

    PENDAHULUAN

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pada abad ke-19 hingga dewasa ini, laju pertumbuhan transportasi sangat

    pesat sejalan dengan perkembangan teknologi. Peran transportasi sangat

    penting dalam perdagangan nasional maupun internasional. Alat transportasi

    laut (kapal) memiliki kelebihan dibandingkan alat transportasi lainnya, yaitu

    dapat mengangkut barang dalam jumlah yang besar. Namun disisi lain, jumlah

    barang yang banyak dan ukuran yang beranekaragam, menyulitkan dalam

    penanganannya. Karena itu digunakanlah petikemas yang dirancang secara

    khusus dengan ukuran tertentu, dapat dipakai berulang kali, dapat menyimpan

    barang dan terhindar dari kerusakan. Dengan menggunakan petikemas

    pendistribusian barang lebih mudah dan efisien baik untuk perdagangan

    nasional dan internasional. Fenomena arus kargo yang terus meningkat ini

    menunjukkan tren lalu lintas kontainer terus meningkat, bahkan pada tahun

    2020 diperkirakan lalu lintas container di dunia mencapai 371 juta TEus, suatu

    peningkatan lebih dari dua kali lipat dari tahun 2008. Selain itu, karakteristik

    lain dari dari lalu lintas container modern adalah globalisasi pasar.

    Salah satu keunggulan angkutan peti kemas adalah intermodality nya

    dimana peti kemas bisa diangkut dengan truk peti kemas, kereta api dan kapal

    petikemas. Hal inilah yang menyebabkan peralihan angkutan barang umum

    menjadi angkutan barang dengan menggunakan peti kemas yang menonjol

    dalam beberapa dekade terakhir ini. Hal ini juga terlihat pada pelabuhan-

    pelabuhan kecil yang sudah menunjukkan tren peralihan ke peti kemas karena

    alasan ke-ekonomi-an terutama dalam kaitannya kecepatan bongkar muat dan

    biaya yang lebih rendah.

    Atas hal hal tersebut, konsep yang mendukung kondisi saat ini yaitu

    adanya pergantian fungsi kapal niaga melalui program peralihan dari kapal

    general cargo menjadi kapal container khususnya KM. Artha Prima. Dengan

    demikian, pada tugas akhir ini ditekankan pada perencanaan konstruksi

  • 2

    modifikasi yang terdapat pada kapal tersebut untuk mendukung fungsinya

    sebagai kapal container .

    1.2 Perumusan Masalah

    Adapun perumusan masalah dalam penulisan tugas akhir ini adalah :

    1. Bagaimana kekuatan konstruksi pada tank top di ruang muat KM. Artha

    Prima?

    2. Bagaimana stowage plan container KM. Artha Prima yang direncanakan?

    3. Bagaimana alternatif penambahan kekuatan pada tank top di ruang muat

    KM. Artha Prima?

    1.3 Batasan Masalah

    Adapun batasan masalah dalam penulisan tugas akhit ini adalah :

    1. Perencanaan ini dilakukan pada KM. Artha Prima

    2. Sumber data yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini dari PT. BKI

    Cabang Surabaya

    3. Perencanaan konstruksi modifikasi ini hanya terdapat di bagian tank top

    ruang muat KM. Artha Prima.

    4. Modifikasi konstruksi dianggap tidak mengganggu stabilitas kapal

    1.4 Tujuan Penulisan

    Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah :

    1. Dapat menghitung kekuatan konstrusi pada bagian tank top ruang muat

    KM. Artha Prima.

    2. Dapat merencanakan stowage plan container KM. Artha Prima

    3. Dapat merencanakan modifikasi konstruksi dalam penambahan kekuatan

    pada tank top di ruang muat KM. Artha Prima.

  • 3

    1.5 Manfaat Penulisan

    Manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan tugas akhir ini adalah :

    Menambah wawasan bagi para pembaca khususnya mahasiswa mengenai

    perencanaan konstruksi modifikasi kapal peralihan dari kapal general

    cargo menjadi kapal container.

    Bermanfaat bagi pemilik KM. Artha Prima atau galangan kapal sebagai

    pertimbangan dan referensi perencanaan konstruksi modifikasi yang

    nantinya akan digunakan untuk mendukung fungsinya sebagai kapal

    container.

  • i

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

  • 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Ukuran Utama Kapal

    a. Panjang Kapal (L)

    LOA (Length Over All) Adalah panjang kapal keseluruhan yang

    diukur dari ujung buritan sampai ujung haluan. Ukuran ini

    penting untuk menentukan besarnya ruang yang diperlukan

    ketika kapal akan ditambatkan atau ketika kapal akan

    melakukan manuver (berbelok/berputar) di sepanjang terusan

    atau sungai.

    LBP (Length Between Perpendiculars) adalah panjang antara

    kedua garis tegak buritan dan garis tegak haluan yang diukur

    pada garis air muat pada lunas datar, yakni ketika tidak ada trim

    haluan ataupun trim buritan. Panjang ini merupakan perkiraan

    panjang kapal yang tercelup air, yang dipakai dalam semua

    perhitungan hidrostatik. Namun dalam perhitungan sarat

    maksimum yang diperbolehkan, posisi garis tegak ini sedikit

    bergeser disesuaikan dengan peraturan Load Lines.

    LWL (Length on the Water Line) adalah jarak mendatar antara kedua

    ujung garis muat, yang diukur dari titik potong dengan tinggi haluan

    sampai titik potongnya dengan tinggi buritan diukur pada bagian luar

    linggi depan dan linggi belakang, jadi tidak termasuk tebal kulit

    lambung.

    b. Lebar Kapal (B)

    Lebar kapal adalah jarak yang mendatar gading tengah kapal yang diukur

    pada bagian luar gading, jadi tidak termasuk tebal kulit lambung kapal.

    c. Tinggi Kapal (H)

    Tinggi kapal adalah jarak tegak dari garis dasar sampai garis geladak yang

    terendah, ditepi diukur ditengah-tengah panjang kapal.

  • 5

    d. Sarat Kapal (T)

    Sarat kapal adalah jarak yang tegak lurus sampai pada garis air muat.

    Dan pada kapal yang akan mengalami perubahan fungsi

    mempunyai ukuran utama :

    LOA : 62,32 m

    LPP : 55,00 m

    B : 10,70 m

    H : 6,20 m

    T : 4,05 m

    2.2 Konstruksi Kapal

    Tinjauan ukuran kontruksi yang ada berhubungan dengan ruang

    muat harus berdasarkan aturan klasifikasi BKI, untuk perencanaan

    modifikasi ruang muat. Dalam konstruksi kapal menyangkut

    perhitungan profil profil yang terpasang pada lambung kapal, baik

    profil memanjang maupun melintang. Kontruksi badan kapal secara

    umum dibagi menjadi 3 bagian , antara lain :

    a. Sistem kontruksi melintang

    Merupakan konstruksi dimana beban yang bekerja pada konstruksi

    diterima pada pelat kulit dan diuraikan pada hubungan hubungan

    kaku / balok balok memanjang dari kapal dengan pertolongan

    balok balok melintang kapal.

    b. Sistem kontruksi memanjang

    Merupakan sistem kontruksi dimana beban yang diterima oleh

    rangka konstruksi dan diuraikan pada hubungan hubungan kaku

    melintang kapal dengan pertolongan balok balok memanjang

    c. Sistem konstruksi campuran

    Merupakan sistem kombinasi antara rangka konstruksi melintang dan

    memanjang. Dalam sistem ini rangka konstruksi memanjang dipakai pada

    geladak utama dan dasar kapal. Sedangkan pada sisi digunakan sistem

    rangka melintang.

  • 6

    2.3 Karakteristik Kapal

    a. Kapal General Cargo

    Kapal Cargo adalah kapal yang mengangkut muatan berupa

    barang, karena kapal cargo ini termasuk dalam jenis kapal barang,

    sehingga syarat - syarat yang diperlukan oleh suatu kapal laut berlaku pula

    untuk kapal Cargo. Namun demikian berbeda dengan jenis kapal lainnya

    seperti kapal Ikan, kapal Tanker mempunyai fungsi operasional yang

    berbeda. Kapal Cargo digunakan untuk mengangkut barang. Dengan

    demikian konstruksi dan desain kapal Cargo berbeda dengan konstruksi

    kapal ikan maupun dengan kapal Tanker.

    b. Kapal Container

    Kapal peti kemas atau container adalah kapal yang secara khusus

    dibuat untuk memuat peti kemas dengan ukuran peti kemas yang sesuai

    dengan standar dari suatu biro klasifikasi. Oleh karena itu, ukuran kapal

    peti kemas biasanya mengikuti atau disesuaikan dengan ukuran peti kemas

    yang akan dimuat. Untuk jenis tertentu, kapal peti kemas tidak hanya

    mengangkut peti kemas dibagian geladaknya, tetapi mengangkut muatan

    lain di dalam ruang palkah.

    Kapal ini memiliki rongga (cells) untuk menyimpan peti kemas

    ukuran standar. Peti kemas diangkut ke atas kapal di terminal peti kemas

    dengan menggunakan derek (crane) khusus yang dapat bekerja dengan

    cepat, baik derek-derek yang berada di dermaga, maupun derek yang

    berada di kapal itu sendiri.

    2.4 Jenis Jenis Kapal Container

    Adapun jenis-jenis kapal container adalah sebagai berikut:

    a. Ultra large container vessel (ULCV), dengan karakteristik kapasitas

    (TEUs : Twenty foot container equivalent units dimana setiap 1 container

    berukuran 20 ft dengan berat total 24 ton merupakan 1 TEUs) mulai dari

    14,501 dan bisa lebih besar lagi, panjang >365 m, lebar >48 m, dan sarat

    15,2 m atau lebih dalam lagi.

  • 7

    b. New panamax dan post panamax, karakteristik panjang, lebar, dan sarat

    sama, yaitu 366 m, 49 m, dan 15,2 m. Yang membedakan adalah

    kapaistasnya, yaitu 10000-14500 TEU untuk New panamax dan 5101-

    10000 TEU untuk post panamax.

    c. Panamax, kapasitas 3001-5100 TEU, panjang 294,13 m, lebar 32.31 m,

    dan sarat 12.04 m.

    d. Feedermax, Feeder, Small Feeder, yaitu kapal peti kemas sampai dengan

    3000 TEU biasanya disebut feeder, dan biasanya dilengkapi dengan crane.

    Karakteristik panjangnya 120 m, lebar 17.8 m, dan sarat 8.5 m. Sedangkan

    kapasitasnya 2001-3000 TEU untuk feedermax, dan 1001-2000 TEU

    untuk feeder, dan sampai 1000 TEU untuk small feeder.

    2.5 Sistem Penutupan Palkah pada Kapal Container

    Ada beberapa macam sistem penutupan palkah yang biasa digunakan pada

    kapal kontainer, diantaranya :

    a. Open Cargo Holds (No Hatch-covers)

    Sama seperti kapal pada umumnya, beberapa kapal kontainer memiliki

    palkah namun tidak memiliki penutup palkah (hatch-covers). Kapal ini

    sering disebut open-hatch-ships. Pada umumnya, palkah dilengkapi

    dengan pompa pada lambung kapal untuk menanggulangi air yang masuk

    ke dalam palkah, misalnya akibat hujan

    b. Piggy Back Hatch Covers

    Cara lain dalam membuka dan menutup lubang palkah adalah dengan

    menggeser penutup palkah ke haluan dan ke buritan (fore-and-aft rolling

    pontoon system) yang disebut dengan Piggy Back. Sistem kerjanya adalah

    dengan mengangkat salah satu penutup palkah dengan pompa hidraulik

    hingga posisi ketinggian tertentu. Kemudian digeser ke penutup palkah

    yang lain sehingga penutup palkah yang berada di bawah (lower cover)

    tertutupi oleh penutup palkah yang diangkat (upper cover). Kemudian

    kedua penutup palkah itu ditumpuk dan digeser dengan penggerak elektrik

    yang berada di bawah pontoon.

  • 8

    c. Lift-On Lift-Off Hatch Covers

    Sistem ini sangat baik untuk mengakomodasi muatan kontainer yang lebih

    besar. Cara kerjanya adalah penutup palkah dibuka dengan menggunakan

    crane, kemudian penutup palkah yang telah diangkat, ditumpuk di atas

    penutup palkah lainnya. Keuntungan dari sistem ini adalah penutup palkah

    dapat dibuka sesuai dengan keperluan.

    d. Hydraulic Folding Hatch Covers

    Sistem penutupan ini merupakan solusi ideal untuk kapal yang memiliki

    lubang palkah panjang, ruangan penyimpanan yang pendek untuk papan

    penutup palkah, dan sistem pengoperasian eksternal. Sistem ini

    dioperasikan dengan silinder hidrolik dan crocodile arm.

    Keuntungan dari penutup palkah ini adalah :

    Lebih cepat dalam membuka atau menutup dibandingkan dengan

    penutup palkah lainnya.

    Penutup palkah dapat menutupi seluruh bagian palkah pada kapal.

    Dengan kata lain, tidak ada sekat yang menghalangi.

    Lebih mudah dikendalikan, khususnya pada cuaca buruk.

    Kerugian dari penutup palkah ini adalah :

    Memerlukan banyak biaya tambahan.

    Sistem hidraulik yang mudah rusak.

    Mudah rusak disebabkan oleh derek (crane) pelabuhan karena

    penempatannya yang terlalu tinggi.

    e. Single Flap Hatch Covers

    Sistem ini dapat digunakan untuk menyuplai kontainer yang memiliki

    panjang lebih dari 40 ft. Cara kerja sistemnya adalah penutup palkah

    dibuka dan ditutup secara vertikal dengan menggunakan pompa hidrolik.

    2.6 Konstruksi Kapal Container

    Pada kapal container, hal yang perlu diperhatikan adalah beban yang

    bekerja di atas geladak akibat tumpukan muatan container yang dapat

    menyebabkan masalah deformasi, keretakan, dan permasalahan-permasalahan

  • 9

    lainnya terkait dengan keamanan dan keselamatan selama kapal container

    beroperasi.

    Konstruksi Geladak kontainer (Container Deck) harus dirancang

    menghindari elastic deformation yang berlebihan yang dapat mengakibatkan

    perubahan bentuk geometri akibat dari beban yang diterima.

    2.7. Jenis Jenis Petikemas

    Ada berbagai bentuk petikemas yang digunakan dalam perdagangan

    internasional, namun untuk kali ini, tipe dan bentuk petikemas berdasarkan

    aturan pada ISO 6346 (1995) sebagai berikut :

    a. General Purposes Container

    Petikemas ini biasa digunakan untuk membawa barangbarang, terutama

    yang sudah di packaging rapi dalam bentuk box. Jenis etikemas ini paling

    banyak digunakan dalam transportasi perdagangan dunia.

    b. Bulk Container

    Petikemas ini biasa digunakan untuk membawa muatan curah seperti

    gandum, biji-bijian,bahan mineral dll. Dimuat dari atas dan dibongkar

    dengan membuka pintu di bawah.

    Gambar 2.7.1 General Purposes Container

    Gambar 2.7.2 Bulk Container

  • 10

    c. Named Cargo Container

    Petikemas ini biasanya digunakan untuk mengangkut binatang ternak

    hidup(livestock) atau auto mobiles dan termasuk mengangkut ikan hidup.

    Dalam ISO 6346 tahun 1995. Petikemas jenis ini masuk dalam kategori

    grup SN, seperti : livestock-SO, automobiles-S1, dan live fish-S2

    d. Reefer Container / Thermal Container

    Petikemas ini biasa digunakan untuk membawa muatan yang di

    dinginkan(chilled) atau muatan beku(frozen) seperti ikan, daging(frozen),

    buah-buahan(chilled). Petikemas ini mempunyai kompresor yang terletak

    di depa atau di belakang petikemas

    Gambar 2.7.3. Named Cargo Container

    Gambar 2.7.4 Reefer container / thermal container

  • 11

    e. Tank Container

    Petikemas ini biasa digunaka untuk membawa muatan dalam bentuk cair

    atau gas dalam partai kecil. Dan pada umumnya muatan tersebut adalah

    termasuk jenis bahan berbahaya (dangerous goods).

    f. Open Top Container

    Petkemas ini biasa digunakan untuk membawa muatan heavy. Jenis

    penutup/cover open top container ada yang menggunaka tarpaulin dan

    menggunakan cover yang bisa ditutup/buka (hard cover open top), juga

    ada yang mempunyai pintu samping, dikenal dengan OTOS (Open top

    open side) container

    Gambar 2.7.5 Tank Container

    Gambar 2.7.6 Open top Container

  • 12

    g. Platform Container

    Petikemas ini digunakan untuk cargo yang tidak dapat dimasukkan ke

    petikemas dry biasa disebabkan ukuran dan bentuknya biasanya mesin

    atau kendaraan ukuran besar. Platform container ini pada kedua ujungnya

    bisa dilipat atau hanya berbentuk platform container

    2.8 Konstruksi pada Petikemas

    Petikemas yang dibedaka menurut ukuran (dimensi). Ada 3 jenis ukuran

    petikemas yang lazim digunakan, yaitu 20, 40, dan 45. Semua ukuran

    tersebut adalah ukuran eksteriornya atau bagin luar. Pada CSC (Convention

    for Safe Containers) adalah konvensi atau kesepakatan internasioal yang

    bertujuan yaitu mengatur keselamatan penanganan petikemas, standarisasi dan

    persyaratan petikemas termasuk mengatur konstruksi yang telah disepakati.

    Berikut kostruksi dari petikemas berdasarkan CSC :

    Corner Fitting

    Floor Board

    Base Frames

    Fork Pocket

    Front End

    Rear End

    Side Wall Asembly

    Roof

    Gambar 2.7.7 Platform Container

  • 13

    Gambar 2.8 Konstruksi pada petikemas

  • BAB III

    METODOLOGI PENILITIAN

  • 14

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    Pada proses penyusunan penelitian ini diperlukan langkah-langkah

    sistematis dan terarah sehingga menghasilkan penelitian yang tepat sasaran sesuai

    dengan rumusan masalah, dan tujuan penelitian. Adapun langkah-langkah dalam

    proses penelitian ini adalah :

    3.1 Studi Literatur

    Untuk memperoleh data data yang sesuai dengan judul dan keterkaitan

    terhadap analisa yang dilakukan, maka digunakan beberapa teknik pencarian

    data. Teknik tersebut meliputi :

    a. Teknik Observasi

    Dalam teknik observasi, pengambilan data dilakukan dengan cara

    mengambil data langsung di lapangan atau terkadang ikut melakukannya

    dan terlibat. Teknik observasi ini merupakan teknik yang tepat untuk

    dilakukan dalam penelitian ataupun dalam tugas akhir. Karena dengan

    teknik observasi bisa didapat data yang sesuai dengan kenyataan di

    lapangan.

    b. Teknik Wawancara

    Teknik wawancara merupakan teknik untuk mencari data dengan cara

    mencari informasi dari orang orang yang bersangkutan langsung di

    lapangan yang berhubungan dengan kasus atau masalah yang diambil.

    Teknik wawancara ini juga memudahkan untuk mencari data. Dengan

    teknik wawancara bisa berinteraksi langsung dengan orang orang yang

    bersangkutan.

    c. Teknik Dokumentasi

    Teknik dokumentasi merupakan teknik pencarian data dengan cara

    mengambil gambar atau foto di lapangan. Gambar atau foto yang diambil,

    sesuai dengan sistematika dan berlandaskan pada tujuan penelitian. Teknik

  • 15

    dokumentasi ini dapat membantu dalam proses pengerjaan tugas akhir

    karena sebagai pendukung dari tugas akhir ini.

    3.2 Pengamatan

    Setelah melakukan studi literatur, langkah selanjutnya adalah pengamatan

    pengamatan yang dimaksud adalah pengamatan tentang kondisi kapal beserta

    fasilitas yang terdapat pada kapal tersebut, sehingga dalam pengamatan ini dapat

    mempermudah dalam merencanakan konstruksi modifikasi yang sesuai pada

    kondisi konstruksi kapal.

    3.3 Tahap Pengumpulan Data

    Pegumpulan data ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan

    dalam penyelesainan tugas akhir ini. Pencarian data ini seperti mendapatkan

    principle dimension pada kapal, drawing project seperti gambar Sheer plan,

    General Arrangement, dan gambar konstruksi khususnya penampang melintang

    guna mempermudah ketika perencanaan konstruksi tank top pada ruang muat.

    3.4 Perhitungan Kekuatan Konstruksi pada bagian tank top di ruang muat

    Tahap ini merupakan tahap perhitungan kekuatan beban pada konstruksi tank

    top di ruang muat kapal yang sudah tersedia data sebelumnya ketika kapal

    sebagai kapal cargo. Perhitungan ini dilakukan tanpa mengurangi atau

    menambah beban pada ruang muat, jadi mengacu pada perhitungan DWT kapal

    dan perhitungan beban tank top mengacu pada peraturan BKI vol.2.

    3.5 Perencanaan layout penataan peti kemas (Stowage Plan)

    Setelah data-data penunjang di dapat, langkah selanjutnya yaitu mendesain

    layout ruang muat untuk mengetahui kemampuan dalam menampung peti kemas

    atau container dengan ukuran panjang 6m, lebar 2,4 m, tinggi 2,5, berat 24 ton.

    Perencanaan ini mengacu pada kapasitas volume ruang muat kapal.

  • 16

    3.6 Perencanaan Securing Container pada bagian tank top

    Setelah menjelaskan tentang kondisi mengenai kapal tersebut dan perencanaan

    layout container, langkah selanjutnya adalah merencanakan posisi securing

    container yaitu stack cones pada ruang muat

    3.7 Perencanaan penambahan inner bottom longitudinal

    Setelah merencanakan layout penempatan dalam menampung peti kemas atau

    container dan securing container, pada tahap ini penambahan inner bottom

    longitudinal akibat pengaruh dudukan stack cones tidak tepat pada frame

    (berada diantara frame).

    3.8 Kesimpulan dan Saran

    Tahap akhir dari penelitian pada tugas akhir ini dengan menarik suatu

    kesimpulan yang merupakan jawaban dari tujuan penelitian yang dilakukan.

    Serta pemberian saran dan masukan bagi pihak pemlik kapal ataupun galangan

    mengenai perencanaan modifikasi kapal ini.

  • 17

    Ya

    Tidak

    Flow Chart Tahapan Penelitian

    Gambar 3.3 Flow Chat Metodologi Penilitia

    MULAI

    Studi Literatur

    Pengamatan

    Pengumpulan Data

    Stowage plan pada ruang muat

    Perencanaan Securing Container

    Perhitungan kekuatan tank top pada ruang muat

    Kesimpulan dan Saran

    SELESAI

    Stacking cones

    tepat pada frame?

    Penambahan

    Inner bottom

    longitudinal

  • BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

  • 18

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Perhitungan DWT KM.Artha Prima

    Dari data pada KM. Artha Prima sebagai berikut :

    Length (LOA) : 62,32 m

    Length (LPP) : 55,00 m

    Breadht (B) : 10,70 m

    Depth (H) : 6,20 m

    Darft (T) : 4,05 m

    Speed (V) : 12 knot

    DWT : 1000 ton

    Metode perhitungan daya motor peggerak utama yang digunakan adalah

    metode Watson

    P = 5,0 x 2/3 x V3.(33 0,017L)

    15000 110 x n x L

    Dimana :

    P = daya efektif kapal (EHP) dalam KW (1 HP = 0,746)

    = displacement dalam ton

    = L x B x T x cb x Bd (berat jenis air laut)

    = 55,00 x 10,7 x 4,05 x 0,69 x 1,025

    = 1685,68 ton

  • 19

    V = 12 knots = 6,17 m/s (kecepatan dalam meter / detik)

    L = 55,00 (panjang kapal dalam meter)

    N = 8,33 kisaran per detik (diambil dari standarisasi laju kisaran-

    Modul Ajar RU)

    P = 5,0 x (1685,68)2/3

    x (6,17)3 x (33 (0,017 x 55))

    15000 110(8,33) x 55

    = 666,52 Kw

    EHP = 666,52 x 0,746

    = 497,23 Hp

    Perhitungan DWT

    1. Berat Bahan Bakar Mesin Induk (Whfo)

    2. Berat Bahan Bakar Mesin Bantu (Wmdo)

    3. Berat minyak Pelumas (Wlo)

    4. Berat Air Tawar (Wfw)

    5. Berat Bahan Makanan (Wp )

    6. Berat Crew dan Barang Bawaan (Wcp)

    7. Berat Cadangan (Wr )

    8. Berat Ballast (Wb)

    9. Berat Muatan Bersih (Wpc)

    1. Berat Bahan Bakar Mesin Induk (Whfo)

    Whfo = BHPme . bme . S/Vs . 10-6

    . C ( ton )

    Dimana: BHPme = Bhp mesin induk ( katalog mesin ) kW

    = 2047 KW

  • 20

    bme = spesifik konsumsi bahan bakar mesin induk

    (190 g/kWh)

    S = jarak pelayaran ( mil )

    Untuk Surabaya - Kupang = 583 mil

    Vs = kecepatan dinas ( knot )

    = 12 knot

    C = koreksi cadangan ( 1,3 1,5 )

    Whfo = 2047 . 190 . 583/12 . 10-6

    . 1,3

    = 24,56 ton

    Menentukan volume bahan bakar mesin induk:

    Vfo = Wfo/ ( m3 ) dimana: = 0,95 ton/m3

    = 24,56 / 0,95 = 23.33 m3

    Volume bahan bakar mesin induk ada penambahan karena:

    Double bottom ( 2 % )

    Ekspansi karena panas ( 2 % )

    Vfo = 24,56 + (4/100 . 24,56) = 25,54 m3

    2. Berat Bahan Bakar Mesin Bantu ( Wmdo)

    Bahan bakar MDO digunakan untuk motor induk sebagai change fuel

    dan motor - motor bantu.

    Berat bahan bakar (Wfb):

    Kebutuhan berat bahan bakar MDO untuk motor - motor bantu

    diperkirakan sebesar 10 - 20 % dari berat kebutuhan HFO untuk motor induk.

    Dalam perencanaan ini diambil perkiraan kebutuhan sebesar 20 %.

  • 21

    Wmdo = ( 0,1 0,2 ) Whfo ( ton )

    = 0,2 . 24,56 = 4,91 ton

    Menentukan volume bahan bakar mesin bantu ( Vmdo ):

    Vmdo = Wmdo / diesel ( m3 ) dimana : = 0,95 ton/m3

    = 4,91 / 0,95 = 5,17 m3

    Volume Bahan Bakar Mesin bantu terdapat penambahan dikarenakan

    1. Double Bottom = 2 %

    2. Exspansi karena panas = 2 %

    = 4 %

    Vfb.= 5,17 + (4/100 . 5,17) = 5,38 m3

    3. Berat Minyak Pelumas (Wlo)

    Wlo = BHPme . blo . S/Vs . 10-6

    . ( 1,3 1,5 )

    Dimana: blo = 1,2 1,6

    Jadi berat minyak pelumas :

    Wlo = 2047 . 1,5 . 583/11. 10-6

    .1,5

    = 0,24 ton

    Menentukan volume minyak pelumas ( lubricating oil ):

    Vlo = Wlo / dimana: = 0,93 ton/m3

    = 0.24 / 0,93 = 0,26 m3

    4. Berat Air Tawar (Wfw)

    Perhitungan Umum :

    Jumlah awak kapal = 7 orang

    Radius pelayaran = 583 mil laut

  • 22

    Kecepatan dinas kapal = 12 knot

    Untuk perhitungan consumable berdasarkan buku Lectures On Ship

    Design & Ship Theory, P 13

    Kebutuhan pelayaran untuk minum

    Kebutuhan air untuk minum satu hari antara 10 - 20 Kg/orang/hari.

    Diambil sebesar 15 Kg/orang/hari

    Wmn 31024

    Vs

    SCmnZc

    3101224

    583157

    = 0,21 ton

    Kebutuhan untuk Mandi

    Kebutuhan air untuk mandi perorang satu hari antara 50 - 100

    Kg/orang/hari. Diambil sebesar 100 Kg/orang/hari

    Wmd 31024

    Vs

    SCmdZc

    3101224

    5831007

    = 1,42 ton

    Kebutuhan untuk Cuci

    Kebutuhan air untuk keperluan cuci satu hari antara 50 100

    Kg/orang/hari. Diambil sebesar 100 Kg/orang/hari

    Wcc 31024

    Vs

    SCccZc

    3101224

    5831007

    = 1,42 ton

  • 23

    Kebutuhan untuk Pendingin Mesin

    Kebutuhan air untuk pendingin mesin antara 2 - 5 Kg/kWh. Diambil

    sebesar 5 Kg/BHP

    Wpm 310 CpmBHP

    31052047

    = 10,24 ton

    Jadi kebutuhan total air tawar ( Wfw ) WpmWccWmdWmn

    24,1042,142,121,0

    = 13,29 ton

    = 1 Ton/m3

    VolumeTotal air tawar Vtot = Wfw /

    = 13,29 / 1

    = 13,29 m3

    5. Berat Bahan Makanan (Wmk)

    Kebutuhan makanan untuk satu hari antara 5 Kg/orang.hari.

    Wmk 31024

    Vs

    SCmkZc

    3101224

    58357

    = 0,07 ton

    6. Berat Crew

    Kebutuhan : Diasumsikan berat crew dan barang bawaannya = 200

    kg/orang

    Wcr 310 CcrZc

    3102007

    = 1,4 ton

  • 24

    7. Berat Cadangan (Wr)

    Terdiri dari peralatan di gudang , antara lain :

    - cat

    - peralatan reparasi kecil yang dapat diatasi oleh ABK.

    - peralatan lain yang diperlukan dalam pelayaran.

    Maka

    Wr = (0.5 s/d 1.5 ) % x Disp

    = 0.5 % x 1685,68

    = 8,43 ton

    8. Berat muatan bersih (Wmb)

    Berdasarkan data yang diperoleh bahwa KM. Artha Prima 1000 DWT,

    maka :

    Berat keseluruhan :

    Wmb = Dwt - (Whfo + Wmdo + Wlo + Wfw + Wmk + Wcr +

    Wr)

    = 1000 52,9

    = 947,1 ton

    4.2 Perhitungan Kekuatan Inner Bottom pada Ruang Muat

    Kapal ini direncanakan beralih fungsi dari kapal general cargo menjadi

    kapal container. Dengan konstruksi yang tersedia terutama pada ruang muat

    dengan konstruksi melintang dan tinggi double bottom 1000 mm.

    Berdasarkan data tersebut, diperoleh beban maksimal kekuatan pada inner

    bottom (tank top) pada ruang muat.

    Perhitungan perencanaan beban

    Berdasarkan peraturan BKI vol.2 Bab 4

    Po = 2,1 * (Cb + 0,7) * C0 * CL* f *Crw (kN/m)

    dimana :

    Po : kekuatan beban (kN/m)

    Co : wave coefficient Co =[

    25 + 4,1 ] untuk L < 90 m

    CL : length coefficient CL =

    90 untuk L < 90 m

  • 25

    CRW : 0,9 (untuk pe;ayaran terbatas)

    f : 1 ( untuk konstruksi luar)

    Po = 2,1 * (Cb + 0,7) * C0 * CL* f *Crw (kN/m)

    = 2,1 * ( 0,69 + 0,7) * 5,58 * 0,78 *1 *0,9

    = 11,43 kN/m

    Tabel 4.2. Faktor Distribusi Beban pada Kapal

    Range Factor CD Facktor CF

    A

    0 x/L < 0,2

    x/L = 0,15

    x = 0,15 x 55,00 = 8,25

    m

    1,2 - x/L

    = 1,2 0,15

    = 1,05

    1,0 + 5/Cb [0,2 - x/L]

    = 1,0 + 5/0,69 [0,2 0,15]

    = 1,36

    M

    0,2 x/L < 0,7

    x/L = 0,5

    x = 0,5 x 55,00 = 27,5 m

    1,00 1,00

    F

    0,7 x/L 1

    X = 0,95 x 55,00

    = 52,25 m

    x/L = 0,95

    1,0 + c/3 [x/L - 0,7]

    Lmin = 100 m

    Lmax = 250 m

    Diambil Lmin = 100m

    C = 0,15L 10

    = 5

    CD = 1,42

    1+ 20/Cb [x/L - 0,7]

    = 2,81

    Gambar 4.2 Faktor Distribusi Beban pada Kapal

  • 26

    Berdasarkan data yang didapat yaitu ruang muat sepanjang 36 m mempunyai

    volume sebesar 1969,66 m. Beban pada alas (dasar) kapal dirumuskan

    sebagai berikut :

    PB = 10 . T + Po . CF = 10. 4,05 + 11,43 . 1,00 = 51,93 kN/m

    Berdasarkan peratura BKI vol 2 bab 4

    Pi = 9,81 . G/V . h (1 + av) (kN/m)

    Dimana :

    h = H - HDB = 6,20 1 = 5,20 m

    V = volume ruang muat diketahui 1969,66 m

    G = massa dalam ruang muat dengan V/sf

    Sf = Stowage factor muatan = 2,1 m/ton

    Diperoleh G = 1969,66 / 2,1 = 937,93 ton

    Sehingga G/V = 937,93 / 1969,66 = 0,48 m/ton

    Av = acceleration factor dimana F*m

    F = 0,11

    =

    0,1112

    55,00 = 0,18

    Av = F * m = 0,18 *1,0 = 0,18

    Maka, beban pada inner bottom di ruang muat sebagai berikut :

    Pi = 9,81 . G/V . h (1 + av)

    = 9,81. 0,48 . 5,20 . (1 + 0,18)

    = 28,89 kN/m

    Melalui perhitungan tersebut, didapat kekuatan pada inner bottom di

    ruang muat KM. Artha Prima yaitu 28,89 kN/m.

    4.3 Perencaan Stowage Plan (Perencanaan beban dan letak container)

    Berdasarkan data bahwa ruang muat kapal ini dimulai dari frame 21-81

    dan hatchcover berdasarkan gambar rancangan umum dimulai dari frame 23-

    81 dan ukuran hatchcover yaitu 3200 x 820. KM. Artha Prima ini

    menggunakan tipe container 20ft dengan ukuran 6m x 2,4m x 2,5m.

    Penempatan container pada ruang muat kapasitas 947,1 ton direncanakan tidak

    melebihi daya beban pada kapasitas ruang muat pada kapal.

  • 27

    Dari hasil Stowage Plan (Perencaan beban dan letak container) tersebut,

    ruang muat KM. Artha Prima ini mampu menampung container dengan

    ukuran 20ft (6m x 2,4m x 2,5m) sebanyak 39 buah dengan masing-masing

    berat container sebesar 24 ton. Berdasarkan data, kapasistas ruang muat pada

    kapal ini sebesar 947,1 ton dan pada perencanaan dalam ruang muat ini, total

    kapasitas ruang muat berisi container sebesar 39 buah container x 24 ton =

    936 ton.

    Dari hasil stowage plan bahwa ruang muat kapal mampu menampung

    sebanyak 30 kontainer dan sisanya berada di on deck ruang muat. Jumlah 30

    kontainer dengan berat masing-masing 24 ton, jadi total beban yang yang

    berada pada ruang muat sebesar 30 buah container x 24 ton = 720 ton. Dan,

    inner bottom pada ruang mampu menumpu beban tersebut dan dibuktikan

    dengan perhitungan sebagai berikut :

    Gambar 4.2 Gambar perencanaan kapal bermuatan container

  • 28

    Kekuatan pada inner bottom

    Pi = 9,81 . G/V . h (1 + av)

    = 9,81. 0,48 . 5,20 . (1 + 0,18)

    = 28,89 kN/m

    Pada ruang muat tank top terbebani sebesar 720 ton, maka

    total muatan

    luasan yagn terbebani =

    24 30

    30 7,2 = 3,33 ton/m = 32,65 kN/m

    (tidak memenuhi)

    4.3 Perencanaan Securing Container

    Kapal container modern umumnya dilengkapi dengan cell guide di

    dalam palkah (under deck). Cell guide ini mengamankan petikemas yang

    berada di ruang muat. Untuk itu digunakan stacking conesyang sudah

    terpasang pada dasar palkah (tank top). Tujuan pemasangan stack cones

    adalah agar petikemas ukuran 20ft yang berada paling bawah (tier) tidak

    bergeser (pergeseran horizontal) selama kapal dalam pelayaran. Berikut

    perencanaan letak stack cones pada ruang muat KM. Artha Prima.

    Gambar 4.3.1 Layout penempatan stacking cones pada ruang muat

    Gambar 4.3.2 Gambar detail I jarak antara stacking cones satu dengan lainnya

  • 29

    Dari perencanaan tersebut, pada ruang muat KM. Artha Prima

    membutuhkan stack cones sebanyak 60 buah. Petikemas (container) yang

    berada paling bawah (tier bawah) harus terpasang stackc cones dengan baik

    untuk memastikas stabilitas dari muatan selama kapal dalam pelayaran. Selain

    itu, pada kapal petikemas mempunyai cell guide yang terpasang di under deck,

    dimana fungsi dari cell guide yaitu :

    a. Mengikat antar petikemas yang lainnya secara vertikal (tier)

    b.Membatu stabilitas kapal akibat gesekan petikemas

    c. Membatu operator crane menurunkan petikemas

    Gambar 4.3.2 Stacking cones tipe bottom cone lock dan pemasangan pada peti kemas

    Gambar 4.4.2 Pemasangan cell guide pada container di ruang muat

  • 30

    4.4 Perencanaan Inner Bottom Logitudinal

    Berdasarkan perhitungan bahwa pada kekuatan inner bottom dengan

    Kekuatan pada inner bottom

    Pi = 9,81 . G/V . h (1 + av)

    = 9,81. 0,48 . 5,20 . (1 + 0,18)

    = 28,89 kN/m

    Pada ruang muat tank top terbebani sebesar 720 ton, maka

    total muatan

    luasan yagn terbebani =

    24 30

    30 7,2 = 3,33 ton/m = 32,65 kN/m

    (tidak memenuhi)

    Untuk mempertahankan kekuatan tank top pada ruang muat terhadap

    tekanan yang mengakibatkan deformasi akibat perhitungan tersebut tidak

    memenuhi, maka pada konstruksi digunakan penambahan inner bottom

    longitudinal diantara side girder dengan bracket flors dan side girde dengan

    centre girder yang sudah ada. Dan perhitungan ini berdasarkan BKI vol.2

    bagian 8. Berdasarkan data yang diperoleh, jarak antara side girder dengan

    centre girder 2700mm.

    Dan, berdasarkan perhitungan BKI vol.2 bagian 8, untuk modulus inner

    bottom longitudinal sebagai berikut :

    W = n. c . a . l . Pb. k

    Dimana k = 0,91

    n = 0,7 untuk peggunaan PI

    a = 0,67 m (jarak antar frame)

    l = 4 x a = 4 x 0,67 = 2,68 m

    c = 0,6 (untuk ruang muat)

  • 31

    Pb = 32,65 (Beban pada inner bottom)

    W = 0,7 . 0,6 . 0,67 . 2,68 . 32,65 = 65,99 cm

    Melalui perhitungan modulus tersebut dengan didapatkan 58,39 cm, maka

    pemilihan profil yang tepat sesui BKI09 yaitu profil L ukuran 100 x 75 x 7

    .

    Gambar 4.4.1 Salah satu contoh penempatan stock canes tidak tepat pada frame 35 dan 36

    Gambar 4.4.2 Kondisi konstruksi pada tank top ruang muat sebelum modifikasi

    Tank top

    Side Girder

    Centre Girder

    35

  • 32

    Melalui penambahan inner bottom longitudinal mampu menahan beban

    tank top di ruang muat sehingga tidak terjadinya deformasi. Pengunaan inner

    bottom longitudinal ini dipasang pada beberapa frame karena pada bagian ini

    terjadi peletakkan stack cones tidak tepat pada frame, frame tersebut yaitu :

    a. Diantara frame 35 dengan 36

    b. Diantara frame 45 dengan 46

    c. Diantara frame 56 dengan 57

    d. Diantara frame 66 dengan 67

    Apabila terjadi deformasi pada tank top, maka dianalisa terlebih dahulu

    dengan melihat besarnya lenturan pada lekuk setempat ini lima kali tebal

    pelat. Apabila lenturan dari gelombang pelat melebihi lima kali tebal pelat

    maka pelat yang bergelombang ini diganti baru.

    Gambar 4.4.3 Kondisi konstruksi pada tank top ruang muat sesudah modifikasi dengan

    penambahan inner bottom longitudinal

    Penambahan

    Inner bottom longitudinal

    670

  • BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

  • 33

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Dari hasil pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa KM. Artha

    Prima 1000 DWT pada ruang muat kapal, didapat kekuatan inner bottom

    sebesar 28,89 kN/m. Dengan kapasitas ruang muat yang berkapasitas 947,1

    ton tersebut, mampu beralih fungsi muatan menjadi container dan menampung

    sebanyak 39 buah container bertipe 20 berukuran 6m x 2,4m x 2,5m dengan

    kapasitas sebesar 938 ton. Selanjutnya pada perencanaan securing container,

    pada ruang muat membutuhkan sebanyak stack cones sebanyak 60 buah guna

    menanggulani pergeseran horizontal pada petikemas saat berlayar. Selain itu,

    untuk mempertahankan tank top pada ruang muat terhadap tekanan yang

    mengakibatkan deformasi dikarenakan pengaruh dudukan stack cones tidak

    tepat pada frame (berada diantara frame) dan nilai kekuatan inner bottom tidak

    memenuhi, pada konstruksi yang seperti itu digunakan penambahan inner

    bottom longitudinal sepanjang 600mm dengan profil L ukuran 100x75x7 dan

    penambahan tersebut pada daerah antara frame 35 dengan 36, antara frame 45

    dengan 46, antara frame 56 dengan 57, serta antara frame 61 dengan 62.

    5.2 Saran

    Perencanaan ini masih terdapat beberapa hal yang belum dilakukan

    sehingga memungkinkan untuk menambah hasil perencanaan yang lebih

    sempurna, adapun beberapa hal yang mungkin bisa dilakukan seperti

    perhitungan kekuatan pada on deck, stabilitas akibat modifikasi konstruksi

    merupakan hal- hal yang bisa membuat penelitian ini lebih baik lagi.

  • v

    DAFTAR PUSTAKA

    Sulaiman.(2013).Perancangan Kapal II. Surabaya

    PT.Pelindo I.(2012).Gema Pelabuhaan.(Jakarta).Edisi Maret

    Huda,Arto.Analisa Konstruksi pad Ruang Muat Kapal General Cargo.ITS-Teknik

    Perkapalan

    UNDIP.(2013).KM.Rockwell Container 6700 BRT.Prodi D3 Teknik Perkapalan

    Setiawan, Bambang Teguh. 2012. Desain,Fabrikasi,Konstruksi dan Inspeksi

    Kapal.(Surabaya)

    BKI 2009 rule 2.(Jakarta)

    Suzdayan.(2012).Container Ships and Cargo Securing Training.Samudera

    Indonesia

    Semedi,Bambang.(2012).Pengenalan Ciri Fisik Peti Kemas. Edisi Januari

    Huda, Arto Dandy.(2012).Analisa Konstruksi pada Ruang Muat Kapal General

    Cargo Yang Dkonversi Menjadi Lifestock Vessel.(Surabaya).Teknik Sistem

    Perkapalan FTK-ITS

  • LAMPIRAN

  • BIODATA

    Nama : Rendy Alfisyahrial

    Nama Panggilan : Rendy

    Tempat/Tgl Lahir : Banyuwangi, 14 Juli 1993

    Jenis Kelamin : Laki - Laki

    Warga Negara : Indonesia

    Agama : Islam

    Pekerjaan : Mahasiswa

    Status : Belum Menikah

    Alamat Surabaya : Perum Bhaskara V 23, Mulyosari - Surabaya

    Alamat asal Jl. Ciliwung no.33, Panderejo

    Kec. Banyuwangi - Kab. Banyuwangi 68415

    Mobile : 081913918272

    Hobby : Renang, membaca dan travelling

    E-mail : [email protected]

    RIWAYAT PENDIDIKAN

    1999 2005 : SD I Muhammadiyah Banyuwangi

    2005 2008 : SMPN 1 Banyuwangi

    2008 2011 : SMAN 1 Glagah, Banyuwangi

    2011 sekarang : D-3 Teknik Bangunan Kapal PPNS