perencanaan konstruksi las

22
PERENCANAAN KONSTRUKSI LAS PERENCANAAN KONTRUKSI LAS Dalam bab ini akan dibahas klasifikasi sambungan las dan bentuk alur ampuh las. Contoh-cotoh yang dipakai untuk hal ini diambil dari J,I,S yang sedikit banyak yang berhubungan erat dengan standar dari A.W.S. disamping klasifikasi juga akan dibahas secara singkattentang kekuatan sambungan las, mekanisme patah perubahan bentuk atau deformasi las dan tegangan sisa dalam lasan. Bab ini akan lebih mudah dimengerti bila mempelajarinya dikaitkan dengan pemilihan bahan dan penghindaran cacat las juga dibahas dan dihubungkan dengan prosedur dan perencanaan pengelasan. Untuk melengkapi akhir dari bukun ini ditambahkan standar bentuk alur kampuh dari JSSC (Japan Society of Steel Contruction). Klasifikasi sambungan las Klasifikasi Berdasarkan Jenis Sambungan Dan Bentuk Alur. (1) Sambungan Las Dasar sambungan las dalam kontruksi baja pada dasarnya dibagi dalam sambungan tumpul, sambungan T, sambungan sudut dan sambungan tumpang, sambungan dengan penguat dan smabungan sisi seperti yang ditunjukan dalam gbr. Pembagian lebih lanjut dari sambungan ini dapat dilihat, dalam gbr. (2) Sambungan Tumpul

Upload: wisnu-eka-harvandy

Post on 25-Sep-2015

176 views

Category:

Documents


35 download

DESCRIPTION

kontruksi las

TRANSCRIPT

PERENCANAAN KONSTRUKSI LAS

PERENCANAAN KONTRUKSI LAS

Dalam bab ini akan dibahas klasifikasi sambungan las dan bentuk alur ampuh las.

Contoh-cotoh yang dipakai untuk hal ini diambil dari J,I,S yang sedikit banyak yang berhubungan erat dengan standar dari A.W.S. disamping klasifikasi juga akan dibahas secara singkattentang kekuatan sambungan las, mekanisme patah perubahan bentuk atau deformasi las dan tegangan sisa dalam lasan. Bab ini akan lebih mudah dimengerti bila mempelajarinya dikaitkan dengan pemilihan bahan dan penghindaran cacat las juga dibahas dan dihubungkan dengan prosedur dan perencanaan pengelasan. Untuk melengkapi akhir dari bukun ini ditambahkan standar bentuk alur kampuh dari JSSC (Japan Society of Steel Contruction).

Klasifikasi sambungan las

Klasifikasi Berdasarkan Jenis Sambungan Dan Bentuk Alur.

(1) Sambungan Las Dasar

sambungan las dalam kontruksi baja pada dasarnya dibagi dalam sambungan tumpul, sambungan T, sambungan sudut dan sambungan tumpang, sambungan dengan penguat dan smabungan sisi seperti yang ditunjukan dalam gbr. Pembagian lebih lanjut dari sambungan ini dapat dilihat, dalam gbr.

(2) Sambungan Tumpul

Sambungan tumpul adalah jenis sambunganyang paling efesien, sambungan ini dibagi lagi dalam dua yaitu sambungan penetrasi penuh dan sambungan penetrasi menjadi sambungan tanpa pelat pembantu yang masih dibagi lagi dalam pelat pembantu yang turut menjadi bagian dari kontruksi dan pelat pembantu yang hanya sebagai penolong pada waktu proses pengelasan saja.

Bentuk alur dalam sambungan tumpul mempengaruhi efesiensi pengerjaan, efesiensi

Sambungan dan jaminan sambungan. Karena itu pemilihan bentuk alur sangat penting, bentuk dan ukuran alur sambungan datar ini sudah banyak distandarkan dalam standar AWS, BS, DIN, GOST, JSSC dan lain-lainnya.

Pada dasarnya dalam memilih bentuk alur harus menuju kepada penurunan logam las

Sampai kepada harga yang terendah tidak menurunkan mutu sambungan. Karena hal ini maka dalam pemilihan bentuk alur diperlukan kemampuan dan penglaman yang luas. Bentuk-bentuk yang telah distandarkan pada umumnya hanya meliputi pelaksanaan pengelasan yang sering dilakukan sehingga dalam pengelasan khusus bentuk alur harus ditentukan sendiri berdasarkan penglaman yang dapat dipercaya.

(3) Sambungan bentuk T dan silang;

Pada kedua sambungan ini secara garis besar dibagi dalam dua jenis yaitu jenis las

dengan alur dan jenis las sudut, hal-hal yang dijelaskan untuk sambungan tumpul diatas juga berlaku untuk sambungan jenis ini, dalam pelaksanaan pengelasan mungkin sekali ada bagian batang yang menghalngi yang dalam hal ini dapat diatasi dengan memperbesar sudut alur.

(4) Sambungan sudut ;

Dalam sambungan ini dapat terjadi penyusunan dalam arah tebal pelat yang dapa

menyebabkan terjadinya retak lamel, hal ini dapat dihindari dengan membuat alur pada pelat tegak seperti yang terlihat dalam pengelasan yang tidak dapat dilakukan karena sempitnya ruang maka pelaksanaanya dapat dilakukan dengan pengelasan tembus atau pengelasan dengan pelat pembantu.

(5) Sambungan Tumpang

Sambungan tumpang dibagi dalam 3 jenis. Karena sambungan ini efisiensinya rendah maka jarang sekali digunakan untuk pelaksanaan penyambungan konstruksi utama. Sambungan tumpang biasanya dilaksanakan dengan las sudut, dan las isi.

(6) Sambungan sisi

Sambungan sisi dibagi dalam sambungan las dengan alur dan sambungan las ujung. Untuk jenis yang pertama pada pelatnya harus dibuat alur sedangkan pada jenis kedua pengelasan dilakukan pada ujung pelat tanpa ada alur. Jenis kedua ini biasanya hasilnya kurang memuaskan kecuali bila pengelasannya dilakukan dalam posisi datar dengan aliran listrik yang tinggi.

(7)Sambungan dengan pelat penguat

Sambungan ini dibagi dalam dua jenis yaitu sambungan dengan pelat penguat tunggal dan dengan pelat penguat ganda. Sambungan ini mirip dengan sambungan tumpang. Dengan alasan yang sama dengan sambungan tumpang, maka sambungan ini pun jarang digunakan untuk penyambungan konstruksi utama.

Klasifikasi Berdasarkan Cara Pengelasan

Sebenarnya banyak cara untuk mengklasifikasikan pengelasan, tetapi karena dalam hal ini akan di hubungkan dengan benttuk daerah las maka diambil klasifikasi yang didasarkan atas keadaan yang terjadi pada logam yang di las yaitu cair, padat dengan tekanan dan lain sebagainya. Berdasarkan ini sambungaan las dapat dapat dibagi dalam tiga jenis seperti diterangkan dibawah ini.

(1) Sambungaan Las Cair

Sambungan las cair adalah jenis yang paling banyak digunakan dalam konstruksi las yang masih dibagi lagi kedalam elektroda terumpan dan elektroda tak terumpan. Las busur listrik tangan, las busur listrik dengan pelindung gas dan las busur listrik terendaam kesemuanya termasuk dalam las busur listrik dengan elektroda terumpan. Sedangkan las TIG termasuk dalam las busur listrik dengan elektroda tak terumpan.

(2) Sambungan Las Tekan

Jenis sambungan yang dapat dilakukan dengan sambungan las tekaan adalah sambungaaan tumpang, di mana pelaksanaannya dapat berupaa las ledakan, las gesekan atau friksi las ultrasonic las tekan dingin, lastekan panas dan las resisteansi.

(3) Sambungan Patri

Sambungan patri adalah semacam sambungan las yang menggunakan sifat metalurgi dimana ligam dapat dipadu pada temperatur yang lebih rendah dari pada temperatur cairnya. Logam patri biasanya mempunyai kekuatan yang lebih rendah dari pada logam induk dan dibagi dalam dua jenis yaitu logam patri keras dan logam patri lunak yang dibedakan oleh suhu cairnya.

Tanda Tanda Gambar Dalam Pengelasan

Syarat-syarat dalam pengelasan sangat penting bagi mutu dari sambungan las, karena itu syarat-syarat tersebut harus disampaikan dengan baik dan tepat kepada juru las. Cara yang tepat adalah menempatkan tanda-tanda gambar pada gambar konstruksi. Tanda gambar ini telah di standarkan oleh AWS, JIS, BS, DIN dan system standar yang lainnya.

Tanda gambar las biasanya terdiri dari dua yaitu tanda gambar dasar dan tanda gambar pelengkap yang kedua-duanya ditempatkan pada garis tanda. Untuk meyakinkan mutu mutu las kadang-kadang ditambahkan tanda gambar uji yang menjelaskan jenis pengujian tak merusak yang harus dilakukan.

Tanda Gambar Dasar Dan Pelengkap

Berdasarkan tanda gambar dasar, pengelasan dibagi dalam las alur, las sudut, las busur listrik dan las resistensi. Las alur diberi tanda sesuai dengan bentuk alur dan las resistensi di bedakan dalam jenisnya, misalnya las titik atau las garis. Tanda gambar pelengkap digunakan untuk menjelaskan penampakan, penyelesaian permukaan dan lain sebagainya dari permukaan las secara tertulis pada garis tanda.

Perencanaan dan ProsedurPengelasan

PERENCANAAN KONSTRUKSI LAS

PERENCANAAN KONTRUKSI LAS

Dalam bab ini akan dibahas klasifikasi sambungan las dan bentuk alur ampuh las.

Contoh-cotoh yang dipakai untuk hal ini diambil dari J,I,S yang sedikit banyak yang berhubungan erat dengan standar dari A.W.S.disamping klasifikasi juga akan dibahas secara singkattentang kekuatan sambungan las, mekanisme patah perubahan bentuk atau deformasi las dan tegangan sisa dalam lasan. Bab ini akan lebih mudah dimengerti bila mempelajarinya dikaitkan dengan pemilihan bahan dan penghindaran cacat las juga dibahas dan dihubungkan dengan prosedur dan perencanaan pengelasan. Untuk melengkapi akhir dari bukun ini ditambahkan standar bentuk alur kampuh dari JSSC (Japan Society of Steel Contruction).

Klasifikasi sambungan las

Klasifikasi Berdasarkan Jenis Sambungan Dan Bentuk Alur.

(1) Sambungan Las Dasar

sambungan las dalam kontruksi baja pada dasarnya dibagi dalam sambungan tumpul, sambungan T, sambungan sudut dan sambungan tumpang, sambungan dengan penguat dan smabungan sisi seperti yang ditunjukan dalam gbr. Pembagian lebih lanjut dari sambungan ini dapat dilihat, dalam gbr.

(2) Sambungan Tumpul

Sambungan tumpul adalah jenis sambunganyang paling efesien, sambungan ini dibagi lagi dalam dua yaitu sambungan penetrasi penuh dan sambungan penetrasi menjadi sambungan tanpa pelat pembantu yang masih dibagi lagi dalam pelat pembantu yang turut menjadi bagian dari kontruksi dan pelat pembantu yang hanya sebagai penolong pada waktu proses pengelasan saja.

Bentuk alur dalam sambungan tumpul mempengaruhi efesiensi pengerjaan, efesiensi

Sambungan dan jaminan sambungan. Karena itu pemilihan bentuk alur sangat penting, bentuk dan ukuran alur sambungan datar ini sudah banyak distandarkan dalam standar AWS, BS, DIN, GOST, JSSC dan lain-lainnya.

Pada dasarnya dalam memilih bentuk alur harus menuju kepada penurunan logam las

Sampai kepada harga yang terendah tidak menurunkan mutu sambungan. Karena hal ini maka dalam pemilihan bentuk alur diperlukan kemampuan dan penglaman yang luas. Bentuk-bentuk yang telah distandarkan pada umumnya hanya meliputi pelaksanaan pengelasan yang sering dilakukan sehingga dalam pengelasan khusus bentuk alur harus ditentukan sendiri berdasarkan penglaman yang dapat dipercaya.

(3) Sambungan bentuk T dan silang;

Pada kedua sambungan ini secara garis besar dibagi dalam dua jenis yaitu jenis las

dengan alur dan jenis las sudut, hal-hal yang dijelaskan untuk sambungan tumpul diatas juga berlaku untuk sambungan jenis ini, dalam pelaksanaan pengelasan mungkin sekali ada bagian batang yang menghalngi yang dalam hal ini dapat diatasi dengan memperbesar sudut alur.

(4) Sambungan sudut ;

Dalam sambungan ini dapat terjadi penyusunan dalam arah tebal pelat yang dapa

menyebabkan terjadinya retak lamel, hal ini dapat dihindari dengan membuat alur pada pelat tegak seperti yang terlihat dalam pengelasan yang tidak dapat dilakukan karena sempitnya ruang maka pelaksanaanya dapat dilakukan dengan pengelasan tembus atau pengelasan dengan pelat pembantu.

(5) Sambungan Tumpang

Sambungan tumpang dibagi dalam 3 jenis. Karena sambungan ini efisiensinya rendah maka jarang sekali digunakan untuk pelaksanaan penyambungan konstruksi utama. Sambungan tumpang biasanya dilaksanakan dengan las sudut, dan las isi.

(6) Sambungan sisi

Sambungan sisi dibagi dalam sambungan las dengan alur dan sambungan las ujung. Untuk jenis yang pertama pada pelatnya harus dibuat alur sedangkan pada jenis kedua pengelasan dilakukan pada ujung pelat tanpa ada alur. Jenis kedua ini biasanya hasilnya kurang memuaskan kecuali bila pengelasannya dilakukan dalam posisi datar dengan aliran listrik yang tinggi.

(7)Sambungan dengan pelat penguat

Sambungan ini dibagi dalam dua jenis yaitu sambungan dengan pelat penguat tunggal dan dengan pelat penguat ganda. Sambungan ini mirip dengan sambungan tumpang. Dengan alasan yang sama dengan sambungan tumpang, maka sambungan ini pun jarang digunakan untuk penyambungan konstruksi utama.

Klasifikasi Berdasarkan Cara Pengelasan

Sebenarnya banyak cara untuk mengklasifikasikan pengelasan, tetapi karena dalam hal ini akan di hubungkan dengan benttuk daerah las maka diambil klasifikasi yang didasarkan atas keadaan yang terjadi pada logam yang di las yaitu cair, padat dengan tekanan dan lain sebagainya. Berdasarkan ini sambungaan las dapat dapat dibagi dalam tiga jenis seperti diterangkan dibawah ini.

(1)Sambungaan Las Cair

Sambungan las cair adalah jenis yang paling banyak digunakan dalam konstruksi las yang masih dibagi lagi kedalam elektroda terumpan dan elektroda tak terumpan. Las busur listrik tangan, las busur listrik dengan pelindung gas dan las busur listrik terendaam kesemuanya termasuk dalam las busur listrik dengan elektroda terumpan. Sedangkan las TIG termasuk dalam las busur listrik dengan elektroda tak terumpan.

(2) Sambungan Las Tekan

Jenis sambungan yang dapat dilakukan dengan sambungan las tekaan adalah sambungaaan tumpang, di mana pelaksanaannya dapat berupaa las ledakan, las gesekan atau friksi las ultrasonic las tekan dingin, lastekan panas dan las resisteansi.

(3) Sambungan Patri

Sambungan patri adalah semacam sambungan las yang menggunakan sifat metalurgi dimana ligam dapat dipadu pada temperatur yang lebih rendah dari pada temperatur cairnya. Logam patri biasanya mempunyai kekuatan yang lebih rendah dari pada logam induk dan dibagi dalam dua jenis yaitu logam patri keras dan logam patri lunak yang dibedakan oleh suhu cairnya.

PROSEDUR DAN TEKNIK PENGELASAN

PROSEDUR DAN TEKNIK PENGELASAN

Prosedur pengelasan adalah suatu perencanaan untuk pelaksanaan pengelasan yang

meliputi cara pembuatan kontruksi las yang sesuai dengan rencana dan spesifikasinya dengan menentukan semua hal yang diperlukan dalam pelaksanaan tersebut. Karena itu mereka yang menentukan prosedur pengelasan harus mempunyai pengetahuan dalam teknologi las, dapat menggunakan pengetahuan tersebut dan mengerti tentang efesiensi dan ekonomi dari aktivitas produksi. Untuk setiap pelaksanaan pekerjaan harus dibuat prosedur tersendiri secara terperinci termasuk menentukan alat yang diperlukan yang sesuai dengan rencana pembuatan dan kualitas produksi.

Perencanaan Prosedur Pengelasan

Prosedur pengelasan akan memberikan hasil yang baik bila sebelumnya telah dibuat

Rencana tentang jadwal pembuatan, proses pembuatan, alat-alat yang diperlukan, bahan-bahan, urutan pelaksanaan, persiapan pengelasan, perlakuan setelah pengelasan, pengaturan pekerjaan dan lain-lainnya.

Dalam memilih proses pengelasan harus dititik beratkan pada proses yang paling sesuai

untuk tiap-tiap sambungan las yang aada pada konstruksi. Dalam hal ini tentu dasarnya adalah efesiensi yang tinggi, biaya yang murah, penghematan tenaga dan penghematan energi sejauh mungkin. Proses pengelasan yang dipilih harus sudah ditentukan dalam tahap perencanaan kontruksi. Dalam pemilihan ini sebaiknya dibicarakan diantara tiga yaitu pihak perencana, pihak pelaksana, dan pihak peniliti dilaboratorium dengan titik berat pada pelaksan. Dalam penentuan ini dengan sendirinya harus dipertimbangkan juga alat yang digunakan.

Persiapan Pengelasan

Hal-hal umum

Mutu dari hasil pengelasan disamping tergantung dari pengerjaan lasnya sendiri juga

sangat tergantung dari persiapanya sebelum pelaksanaan pengelasan. Karena itu persiapan pengelasan harus mendapatkan perhatian dan pengawasan yang sama dengan pelaksanaan pengelasan. Persiapan umum dalam pengelasan meliputi penyedian bahan, pemilihan mesin las, penunjukan juru las, penentuan alat perakit dan beberapa hal lainnya lagi.

Dalam konstruksi baja umum proses las yang digunakan biasanya adalah las busur listrik dengan elektroda terbungkus, las busur listrik dengan pelindung gas CO2dan las busur listrik terendam. Proses yang pertama paling banyak dan sangat umum dipakai tetapi kecepatan pengelasanya dan daya tembusnya lebih rendah bila dibandingkan dengan kedua proses yang lainya. Las busur listrik dengan pelindung gas CO2mempunyai kecepatan dan daya tembus yang lebih tinggi tetapi memerlukan pelindung angin, komponenyang lebih banyak dan pengaturan gas. Pada las busur listrik terendam kecepatan dan daya tembus yang lebih tinggi lagi. Tetapi hanya dapat digunakan pada las datar saja dan lebih sesua untuk pelat tebal dari pada pelat tipis. Jelas disini bahwa masing-masing proses pengelasan mempunyai untung ruginya sendiri yang harus dipertimbangkan masak-masak dalam menentukan proses pengelasan yang akan digunakan.

Dalam menentukan alat-alat, disamping menentukan mesin lasnya sendiri, hal yang Juga tidak kalah pentingnya adalah penentuan alat perakit atau alt antu. Alat perakit ini adalah alat-alat khusus yang memegang dengan kuat bagian-bagian yang akan dilas sehingga hasil pengelasan mempunyai bentuk yang tepat, jadi pemilihan alat Bantu yang tepat akan menentukan ketelitian bentuk akhir dan akan mengurangi waktu pengelasan.

(1)Persiapan Sisi Las

Setelah pentuan proses pengelasan. Maka geometri sambungan harus ditentukan dengan

memperhatikan tingkatan teknikdari bagian pembuatan, sifat kemampuan dan pengerjaanya dan kemungkinan penghematan yang akhirnya tertuju pada bentuk alur pada umumnya untuk pengelasan pelat dengan tebal sampai dengan 6mm digunakan alur persegi, untuk pelat dengan tebal 6mm sampai 20mm digunakan alur V tunggal dan yang lebih tebal dengan alur V ganda atau U tunggal atau ganda dan lain sebagainya.

(2)Posisi Pengelasan Dan Alat Pemegang

pengelasan yang terbaik ilihat dari sudut kualitas sambungan dan efesiensi pengelasan

adalah posisi datar. Karena itu dalam menentukan urutan perakitan,harus mengusahakan sejauh mungkin mengunakan posisi datar yaitu:

a) memungkinkan pelaksanaan pengelasan posisi datar sebanyak-banyaknya.

b) menahan dan menghalang I perubahan bentuk yang terjadi karena pengelasan atau memberikan perubahan bentuk mulauntuk mendapatkan kecepatan bentuk yang lebih tinggi.

c) memperbaiki efesiensi dengan memudahkan pelaksanaan pengelasan atau memungkinkan pengelasan otomatik dalam produksi besar-besaran.

(3) Las Ikat Dan Perakitan

Bagian-bagian yang telah dipersiapkan kemudian distel untuk dirakit. Dalam

Penyetelan Ini Seringkali bagian-bagian harus dihubungkan satu sam lain, dengan lasan pendek-pendek pada tempat-tempat yang dinamakan las ikat. Karena sifatnya sementara maka sering sekali las ikat ini dilakasanakan dengan sembarangan sehingga terjadi retak-retak dan ronga halus yang akhirnya akan menurunkan mutu lasan. Karena las ikat juga mempengaruhi kualitas maka dianjurkan agar las ikat juga harus dilaksanakan dengan baik dan oleh juru las yang mempunyai kualifikasi yang sama dengan juru las yang akan melaksanakan seluruh pengelasan. Kalau hal ini tidak dapat dipenuhi maka sebaiknya tempat-tempat yang nantinya tidak di las. Las ikat juga biasanya menggunakan elektroda yang sama jenisnya dengan elektroda untuk pengelasan yang sebenarnya.

(4) Pemriksaan Dan Perbaikan Alur

Bentuk dan alur turut menentukan mutu lasan, karena itu pemeriksaan terhadap

Ketelitian bentuk ukuranya juga harus dilakukan pada saat sebelum pengelasan, dalam hal ini yang penting adalah besarnya celah akar, yang harus sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Kalau celah akar lebih besar dari pada spesifikasi maka harus diadakan perbaikan seperlunya. Cara perbaikannya tergantung dari pada celah dan jenis sambunganya.

(5) Pembersihan Alur

kotoran-kotoran sperti karat, terak, minyak dan gemuk, debu, air dan lain sebagainya

bila bercampur dengan logam. Las dapat menimbulkan cacat las seperti retak, lubang halus dan lain sebagainya yang dapat membahayakan kontruksi. Karena itu kotoran kotoran tersebut harus dibersihkan sebelum pelaksanaan pengelasan yang sebelumnya juga harus dibersihkan juga sebaik-baiknya. Cara pembersihan kotoran tersebut ada dua macam yaitu cara mekanik dengan menggunakan sikat kawat baja, penyemprotan pasir dan lain sebaginya, disamping itu juga cara penyemprotan dengan apipada daerah yang akan dilas dengan tujuan menguapkan api,membakar minyak dan gemuk, menghembus terak dan merupakan pemanasan mula

BAB IX KEKUATAN SAMBUNGAN LAS DAN PAKU KELING9.1. Sambungan Las Sambungan las adalah sambungan antara dua atau lebih permukaan logamdengan cara mengaplikasikan pemanasan lokal pada permukaan benda yang disambung.Perkembangan teknologi pengelasan saat ini memberikan alternatif yang luas untuk htpenyambungan komponen mesin atau struktur. Beberapa komponen mesin tertentusering dapat difabrikasi dengan pengelasan, dengan biaya yang lebih murah tpdibandingkan dengan pengecoran atau tempa. Saat ini banyak part yang sebelumnya ://dibuat dengan cor atau tempa, difabrikasi dengan menggunakan pengelasan seperti ruditunjukkan pada gambar 9.1. Sebagian besar komponen mesin yang difabrikasi mmenggunakan las, menggunakan teknik pengelasan dengan fusion, dimana dua bendakerja yang disambung dicairkan permukaannya yang akan disambung. ah -b el aj a r.o rg Gambar 9.1 Komponen mesin yang dibuat dengan fusion welding[juvinal] Beberapa kelebihan sambungan las dibandingkan sambungan baut-mur atausambungan keling (rivet) adalah lebih murah untuk pekerjaan dalam jumlah besar, tidakada kemungkinan sambungan longgar, lebih tahan beban fatigue, ketahanan korosi yanglebih baik. Sedangkan kelemahannya antara lain adalah adanya tegangan sisa (residualstress), kemungkinan timbul distorsi, perubahan struktur metalurgi pada sambungan, danmasalah dalam disasembling. 9-1

Metoda pengelasan diklasifikasikan berdasarkan metoda pemanasan untukmencairkan logam pengisi serta permukaan yang disambung.1. Electric Arc Welding : panas diaplikasikan oleh busur listrik antara elektroda las dengan benda kerja (lihat gambar 9.1). Berdasarkan (1) aplikasi logam pengisi dan (2) perlindungan logam cair thd atmosfir, electric arc welding diklasifikasikan menjadi : a. Shielded Metal Arc welding (SMAW) b. Gas Metal Arc Welding (GMAW) c. Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) d. Flux-cored Arc Welding (FCAW) e. Submerged Arc Welding (SAW) ht tp :// ru m Gambar 9.2 Electric Arc welding dengan coated electrode[spott] ah2. Resistance Welding : arus listrik meng-generate panas dengan laju I2R, melalui -b kedua permukaan benda kerja yang disambung. Kedua benda di cekam dengan baik. el Tidak diperlukan adanya logam pengisi atau shield, tetapi proses pengelasan dapat dilakukan pada ruang vakum atau dalam inert gas. Metoda pengelasan ini cocok aj untuk produksi masa dengan pengelasan kontinu. Range tebal material yang cocok a untuk pengelasan ini adalah 0,004 s/d 0,75 inchi. r.o3. Gas Welding : umumnya menggunakan pembakaran gas oxyacetylene untuk rg memanaskan logam pengisi dan permukaan benda kerja yang disambung. Proses pengelasan ini lambat, manual sehingga lebih cocok untuk pengelasan ringan dan perbaikan.4. Laser beam welding : plasma arc welding, electron beam welding, dan electroslag welding : adalah teknologi pengelasan modern yang juga menggunakan metoda fusi untuk aplikasi yang sangat spesifik.5. Solid state welding : proses penyambungan dengan mengkombinasikan panas dan tekanan untuk menyambungkan benda kerja. Temperatur logam saat dipanaskan biasanya dibawah titik cair material. 9-2

Simbol las diberikan pada gambar teknik dan gambar kerja sehingga komponendapat difabrikasi secara akurat. Simbol las distandardkan oleh AWS (American WeldingSociety). Komponen utama simbol las sesuai dengan standard AWS adalah (1)Reference line, (2) tanda panah, (3) basic weld symbols, (4) dimensi dan data tambahanlainnya, (5) supplementary symbols, (6) finish symbols, (7) tail, dan (8) spesifikasi atauproses. Simbol las selengkapnya ditunjukkan pada gambar 9.3. Contoh aplikasi simbol lasdan ilustrasi hasil bentuk konfigurasi sambungan ditunjukkan pada gambar 9.4. ht tp :// ru m ah -b el aj a r.o rg Gambar 9.3 Simbol las sesuai standard AWS 9-3

Las fillet, (a) angka menunjukkan ukuran leg, (b) menunjukkan jarak Lingkaran menandakan bahwa pengelasan dilakukan berkeliling ht tp :// ru Konfigurasi pengelasan tipe butt atau groove (a) square, m (b) V tunggal dengan root 2mm dan sudut 600, (c) V ah ganda, (d) bevel -b el aj a r.o Gambar 9.4 Contoh aplikasi simbol las rgPemilihan metoda pengelasan untuk fabrikasi komponen mesin perlu mempertimbangkanmampu las dari material. Kemampuan logam untuk disambung dengan pengelasanditampilkan pada tabel 9.1. 9-4

Tabel 9.1 Mampu las logam yang umum digunakan untuk komponen mesin[juv] ht tp :// ru m ah -b el ajTerdapat banyak sekali konfigurasi sambungan las, tetapi dalam buku ini kita hanya a r.omembahas tegangan dan kekuatan sambungan jenis fillet weld. Diharapkan setelahmemahai konfigurasi ini dengan baik, maka aplikasi untuk konfigurasi sambungan yang rglain dapat dipelajari dengan mudah. Beberapa sambungan dengan konfigurasi fillet welddan jenis beban paralel, dan beban melintang ditunjukkan pada gambar 9.5. 9-5

ht tp :// ru m ah -b el aj a r.o Gambar 9.5 Konfigurasi Fillet Weld dengan berbagai kondisi Pembebanan[juv] rg9.2. Tegangan Pada Sambungan Las yang Mendapat Beban StatikBeban yang bekerja pada struktur sambungan dengan tipe fillet dapat berbentuk bebanparalel, beban melintang (transverse), beban torsional, dan beban bending. Untukmenganalisis tegangan yang terjadi pada sambungan las terlebih dahulu perludiperhatikan geometri sambungan las. Konfigurasi sambungan las jenis fillet dinyatakandengan panjang leg, he seperti ditunjukkan pada gambar 9.6. Umumnya panjang legadalah sama besar, tetapi tidak selalu harus demikian. Untuk keperluan engineeringpraktis, tegangan pada sambungan las yang terpenting adalah tegangan geser pada leher 9-6

fillet (throat). Panjang leher, te didefinisikan sebagai jarak terpendek dari interseksi pelatke garis lurus yang menghubungkan leg atau kepermukaan weld bead. Untuk kasus yangumum yaitu las convex, panjang leher adalah pada posisi 450 dari leg, atau te = 0,707 he.Jadi luas leher yang digunakan untuk perhitungan tegangan adalah Aw = teL, dimana Ladalah panjang las. ht tp :// ru Gambar 9.6 Geometri dan bidang geser sambungan fillet weld m ah9.2.1. Beban Paralel dan Beban Melintang -bStruktur sambungan las akan mengalami kegagalan geser pada penampang terkecil yaitu elpada bagian leher. Hal ini berlaku baik untuk pembebanan paralel maupun pembebananmelintang. Nilai tegangan geser pada penampang leher dapat dihitung dengan ajpersamaan : a r.o P P 1,414 P = = = (9.1) t e Lw 0,707he Lw h e Lw rgdengan te = panjang leher he = panjang leg Lw = panjang sambungan lasJadi untuk menghindari kegagalan pada sambungan, maka tegangan yang terjadiharuslah lebih kecil dari kekuatan luluh geser material : < (S sy )las P = (9.2) t e Lw 9-7

Mengingat geometri sambungan las, maka efek konsentrasi tegangan perludipertimbangkan dalam perancangan konstruksi las. Penelitian yang dilakukan olehSalakian dan Norris tentang distribusi tegangan di sepanjang leher las fillet menunjukkanadanya fenomena konsentrasi tegangan tersebut. Bentuk distribusi tegangan ditunjukkanpada gambar 9.7. Untuk keperluan praktis dalam perancangan sambungan las, hargafaktor konsentrasi tegangan ditunjukkan pada gambar 9.7. ht tp :// ru m ah -b el aj Gambar 9.7 Distribusi tegangan pada sambungan las fillet yang mendapat beban a melintang r.o rg Gambar 9.8 Faktor konsentrasi tegangan sambungan las fillet9.2.2. Beban TorsionalUntuk struktur sambungan las yang mendapat beban torsional maka resultan tegangangeser yang terjadi pada suatu grup sambungan las adalah jumlah vektor tegangan geser 9-8

melintang dengan tegangan geser torsional. Tegangan geser akibat gaya melintang(transverse load) dapat dihitung dengan persamaan : V Gaya geser d = = (9.3) A luas penampangl eherSedangkan tegangan geser torsional adalah Tr t = (9.4) Jdengan T = torsi yang bekerja, N-m r = jarak dari titik pusat massa ke titik terjauh, m ht J = momen inersia polar penampang las, m3 tpSeperti halnya pada beban paralel dan melintang, penampang kritis untuk beban torsional ://adalah pada penampang leher. Momen inersia polar penampang lasa dapat dinyatakan rudalam satuan momen inersia polar grup las sebagai m J = t e J u = 0,707he J u (9.5) ahdengan Ju adalah satuan momen inersia polar yang ditunjukkan pada gambar 9.6 untukberbagai konstruksi sambungan las fillet yang umum digunakan. Tabel tersebut dapat -bmempermudah perhitungan tegangan akibat beban torsional. elJadi untuk mengindarkan struktur sambungan gagal akibat beban torsional maka haruslah ajdirancang sedemikian rupa sehingga resultan tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari akekuatan geser material. r.o = d + t < (Ssy ) (9.6) rg9.2.3. Beban BendingPada pembebanan bending, sambungan lasa akan mengalami tegangan geser melintangdan juga tegangan normal akibat momen bending. Tegangan geser langsung akibat gayageser dapat dihitung dengan persamaan (9.1). Sedangkan tegangan normal dapatdihitung dengan persamaan Mc = (9.7) Idimana c adalah jarak dari sumbu netral, dan I adalah momen inersia penampang yangdapat dinyatakan dalam satuan momen inersia penampanng las, Iu sebagai 9-9

I = t e I u Lw = 0,707he I u Lw (9.8)Tabel 9.2 Parameter geometri konstruksi sambungan las fillet untuk berbagai kondisi pembebanan ht tp :// ru m ah -b el aj a r.o rg 9-10

Tabel 9.2 (sambungan) ht tp :// ru m ah -b el aj a r.o rgLw adalah panjang las, dan Iu untuk beberapa konstruksi sambungan ditunjukkan padatabel 9.2. Gaya persatuan panjang dari las adalah Pa w = (9.9) Iudimana a adalah jarak antara posisi sambungan dengan aplikasi beban.Setelah tegangan geser dan tegangan normal yang terjadi didapatkan, maka selanjutnyadapat ditentukan principal stress tertinggi pada sambungan. Kegagalan sambungan dapat 9-11

ditentukan dengan menggunakan teori tegangan geser maksimum (MSST) atau teorienergi distorsi (DET).9.3. Kekuatan Material Sambungan LasElektroda yang digunakan pada electric arc welding ditandai dengan huruf E dan diikutiempat digit angka. Contoh E6018. Dua angka pertama menandaka kekuatan materialsetelah menjadi sambungan dalam ribuan pound per inchi kuadrat (ksi). Angka ke tigamenunjukkan posisi las seperti misalnya posisi flat, vertikal, atau overhead. Sedangkanangka terakhir menandakan variabel dalam pengelasan seperti misalnya besarnya arus.Tabel 9.3 menampilkan kekuatan minimum untuk beberapa elektroda yang banyakdigunakan untuk komponen mesin. Dengan diketahuinya kekuatan yield material dan httegangan yang terjadi akibat beban yang bekerja, maka perancang dapat menentukantegangan perancangan dan faktor keamanan yang diinginkan. tp :// Tabel 9.3 Kekuatan elektroda las ru m ah -b el aj aContoh Soal # 1 : r.oSebuah pelat tebal t = 20 mm dilas (convex fillet) ke dinding tebal dengan panjang las L =50 mm. Pelat terbuat dari baja dengan kekuatan yield Sy = 350 Mpa. Tentukanlah rgbesarnya beban yang dapat ditahan jika digunakan elektroda las dengan kekuatan yield350 Mpa. Diinginkan faktor keamanan 3,0 dan panjang leg adalah 6mm. Gambar 9.9 Problem contoh soal #1 9-12

Contoh Soal # 2 :Sebuah bracket di-las pad beam seperti ditunjukkan pada gambar mendapat beban statiksebesar 20 kN. Sambungan las adalah jenis fillet dan menggunakan elektroda nomorE60XX. Rancanglah panjang leg untuk kondisi pembebanan tersebut denganmengabaikan efek bending. Diinginkan faktor keamanan 2,5. ht tp :// ru m ah -b Gambar 9.10 Problem contoh soal #2 el9.4. Kekuatan Fatigue Sambungan Las ajPada saat konstruksi sambungan las mendapat beban bolak-balik (cyclic) makakemungkinan kegagalan fatigue adalah merupakan pertimbangan utama dalam a r.operancangan. Adanya void dan inklusi pada sambungan las memberikan efek yang tidakterlalu signifikan pada beban statik, tetapi menurukan kekuatan fatigue secara signifikan. rgRetak biasanya merambat pada daerah heat-affected-zone (HAZ), karena daerar inimerupakan daerah yang paling lemah dalam sambungan. Sangat jarang sekaliperambatan retak terjadi pada logam pengisi. Beberapa textbooks menyarankan tidakmenggunakan sambungan las untuk komponen yang mendapat beban fatigue. Hal initidak membantu engineer dalam perancangan karena komponen mesin umumnyamendapat beban dinamik. Untuk keperluan praktis, nilai faktor konsentrasi teganganfatigue untuk beberapa jenis sambungan las diberikan pada tabel 9.4 berdasarkan hasilpenelitian yang dilakukan oleh Jennings. 9-13

Tabel 9.4 Faktor konsentrasi tegangan fatigue sambungan las Fatigue stress Type of Weld concentration factors, Kf Reinforced but weld 1,2 Toe of Transverse fillet weld 1,5 End of parallel fillet weld 2,7 T-butt joint with sharp corner 2,0 ht tp9.5. Sambungan Keling (Rivet) ://Sambungan keling digunakan secara luas dalam struktur boiler, kapal, jembatan, rubangunan, tangki, kapal, pesawat uadara, dll. Dalam perancangan sambungan keling,diameter keling yang dijadikan parameter design, walaupun setelah dipasang diameter mrivet akan ekpansi memenuhi ukuran lubang. Beberapa kelebihan sambungan keling ahantara lain adalah : Tidak akan longgar karena adanya getaran atau beban kejut -b Relatif murah dan pemasangan yang cepat el Ringan aj Dapat diasembling dari sisi blind a Lebih tahan korosi dibandingkan sambungan baut r.o Kekuatan fatigue lebih baik dari sambungan las rgSedangkan kelemahan sambungan keling adalah tidak dapat dilepas, dan pencekamantidak sekencang sambungan baut.Jarak minimum antar keling biasanya adalah sekitar tiga kali diameter (kecuali padastrukutr boiler), sedangkan jarak maksimum adalah 16 kali tebal pelat. Jarak antar kelingyang terlalu jauh akan mengakibatkan terjadi plate buckling. Untuk menjaminkeselamatan, prosedur perancangan konstruksi yang menggunakan sambungan pakukeling haruslah mengikuti persayaratan yang ditetapkan oleh Code yang telah disusunoleh AISC dan ASME.Paku keling dapat dibuat dari bahan yang bersifat ulet seperti baja karbon, aluminium,dan brass. Untuk mengurangi efek lingkungan, paku keling sering di coating, plating , ataudi cat. Konfigurasi paku keling yang banyak digunakan ada dua jenis yaitu (1) jenis tubular 9-14

dan (2) jenis blind seperti ditunjukkan pada gambar 9.10. Sedangkan gambar 9.11menunjukkan metoda pemasangan beberapa jenis paku keling. ht tp :// Gambar 9.11 Tipe dasar paku keling jenis tubular (a) semi tubular, (b) self piercing, (c) compression ru m ah -b el aj a r.o rg Gambar 9.12 Berbagai metoda pemasangan paku keling 9-15

Tegangan yang terjadi pada paku keling yang mendapat beban tarik dapat dihitungdengan persamaan sederhana P = (9.10) Acdimana P adalah gaya tarik yang dialami paku keling dan Ac adalah luas paku kelingsebelum dipasang. Perlu diingat bahwa paku keling biasanya dipang dalam grup,sehingga diperlukan analisis beban yang diterima tiap paku keling terlebih dulu.Mode kegagalan yang mungkin terjadi pada konstruksi keling akibat beban geser dapatdiklasifikasikan menjadi enam jenis yaitu (1) mode bending pada pelat, (2) mode geserpada keling, (3) mode tarik pada pelat, dan (4) bearing pada rivet atau pelat, (5) shear httear-out pada pelat, dan (6) tensile tear-out pada pelat. Keenam jenis mode kegagalan iniditunjukkan pada gambar 9.11. tp :// ru m ah -b el aj Gambar 9.13 Beban geser dan mode kegagalan pada sambungan keling a r.oDalam praktek, mode kegagalan pertama sampai ke-empat yang paling sering terjadi.Sedangkan dua mode kegagalan terakhir dapat dihindari dengan memberikan jarak rgminimum sebesar 1,5 x diameter paku keling ke ujung pelat.1. Mode bending pada komponen : untuk menghindari kegagalan ini maka persamaan berikut harus dipenuhi : PLg = < 0,6(S y ) j (9.10) 2Z m dengan Lg = panjang grip, [m] Zm = scetion modulus pelat yang paling lemah, I/c [m3] (Sy)j = kekuatan yield komponen terlemah, [Pa]2. Mode geser pada paku keling : untuk menghindari kegagalan ini, maka persamaan berikut harus dipenuhi : 9-16

4P = < Ssy 0,4S y (9.11) d c 2 dengan dc = crest diameter, [m] Ssy = kekuatan luluh geser bahan paku keling, [Pa]. Dalam analisis, diameter yang digunakan adalah diameter paku keling sebelum terpasang. Kegagala geser pada sambungan paku keling adalah merupakan pertimbangan utama dalam perancangan konstruksi sambungan paku keling.3. Mode tensile pada komponen pelat : untuk menghindari kegagalan ini, maka ht persamaan berikut harus dipenuhi : tp :// P = < (S y ) j (9.12) (b N r d c )t m rudengan m b = lebar komponen pelat, [m] ah Nr = jumlah paku keling sepanjang lebar komponen tm = tebal komponen pelat yang paling kecil, [m]. -b el4. Mode compressive bearing failure : untuk menghindari kegagalan ini, maka aj persamaan berikut harus dipenuhi : a r.o P = < 0,9(S y ) j (9.12) dctm rgFormula untuk menentukan kegagalan sambungan keling di atas adalah untuk masing-masing paku keling atau masing-masing komponen. Pada kenyataan, biasanyasambungan paku keling terdiri dari beberapa buah sehingga kegagalan akibat bebangeser torsional perlu dimasukkan dalam perancangan. Sehingga tegangan gesermaksimuk pada paku keling selanjutnya dapat dihitung dengan penjumlahan vektortegangan geser langsung (d) dan tegangan geser torsional ( t) : = d + t (9.12) 9-17

Untuk paku keling yang mendapat kombinasi beban normal dan beban geser, maka dapatdigunakan teori energi distorsi atau teori tegangan geser maksimum untuk menentukankekuatan sambungan.Contoh Soal 3:Trotoar untuk pejalan kaki pada jembatan ditumpu dengan konstruksi sambungan kelingseperti ditunjukkan pada gambar. Beban maksimum diperkirakan sebesar 3000 N padajarak 2 m dari sambungan.Tentukanlah diameter paku keling yang diperlukan jikabahannya adalah baja AISI 1040, dan dinginkan faktor keamanan sebesar 5,0. ht tp :// ru m ah Gambar 9.14 Struktur penumpu trotoar pada jembatan -bSoal-soal :9.1 Batang baja horizontal (tebal 3/8 in) pada gambar dibawah dengan beban tarik dilas el pada penumpu vertikal. Tentukan beban F yang menyebabkan tegangan geser aj pada sambungan las 20 kpsi a r.o rg9.2 Gambar dibawah menunjukkan batang baja 3/8 in pada penumpu vertikal dengan dua sambungan las fillet. Tentukan gaya lentur yang aman jika gaya geser yang diijinkan pada sambungan las adalah 20 kpsi 9-18

9.3 Gambar dibawah menunjukkan batang dan penumpu dengan empat sambungan las fillet. Tunjukkan bahwa kekuatan sambungan las dua kali lebih kuat dibandingkan soal no.2 ht tp :// ru m ah -b9.4 Gaya bolak-balik bekerja pada member dengan beban tarik yang dilas. Member el (baja AISI 1010, dirol panas, tebal10mm) dengan sambungan las fillet paralel 6mm. aj Jika limit ketahanan bar dan sambungan las 52 Mpa dan faktor desain 2.8, estimasi a besar F yang aman r.o rg9.5 Balok panjang (AISI 1010, dirol panas, tebal 10mm) pada gambar dibawah pada tumpuan dengan 3 sambungan las fillet 6mm. Beam dibebani dengan gaya bolak- balik Fa = 2 kN. Estimasi faktor keamanan 9-19

9.6 Tegangan ijin terhadap geser pada sambungan las pada gambar dibawah 140 Mpa. Estimasi beban lentur F yang menyebabkan tegangan tersebut ht tp :// ru m ah -b el9.7 Torsi sebesar 20 (103) bekerja pada sambungan las pada gambar dibawah. aj Tentukan tegangan geser maksimum pada sambungan las a r.o rg9.8 Tentukan beban statik F yang aman pada sambungan las dengan elektroda E6010 pada gambar dibawah. Gunakan teori tegangan geser maksimum dengan faktor keamanan 2 9-20

9.9 Balok baja (AISI 1018, dirol panas) pada gambar dibawah dilas pada frame dengan elektroda E6010. Estimasi besar gaya bolak-balik yang dapat diterima jika faktor ht desain 2 tp :// ru m ah -b el aj9.10 Pelat (AISI 1010, tebal 3/8in) dihubungkan dengan balok AISI 1015 dengan a sambungan las T-butt memakai elektroda E6010. Tentukan beban bolak-balik yang r.o dapat diterima sambungan las jika faktor desain nd = 2 rg 9-21