perdarahan uterus abnormal (1)
TRANSCRIPT
PERDARAHAN UTERUS ABNORMAL
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kesehatan Reproduksi
Disusun oleh :
Zahra Mardiyah (130103090003)
Melinda Astris (130103090040)
PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2012
A. Definisi
Perdarahan uterus abnormal termasuk didalamnya adalah perdarahan menstruasi
abnormal, dan perdarahan akibat penyebab lain seperti kehamilan, penyakit sistemik,
atau kanker.1
Perdarahan uterus abnormal yang terjadi tanpa kelainan pada saluran reproduksi,
penyakit medis tertentu atau kehamilan.2
Perdarahan uterus disfungsional adalah perdarahan uterus tanpa bukti atau
penyebab organis. Perdarahan ini bukan merupakan diagnosis.3
Diagnosis dan manajemen dari perdarahan uterus abnormal saatini menjadi
sesuatu yang sulit dalam bidang ginekologi. Pasien mungkin tidak bisamelokalisir
sumber perdarahan berasal dari vagina, uretra, atau rektum. Pada wanitamenyusui,
komplikasi kehamilan harus selalu dipikirkan, dan perlu diingat adanya duakeadaan
sangat mungkin terjadi secara bersamaan (misal mioma uteri dan kanker
leher rahim). Manifestasi klinis dapat berupa perdarahan akut dan banyak,
perdarahan ireguler, menoragia dan perdarahan akibat penggunaan kontrasepsi.1,2
B. Etiologi
1. Anovulasi merupakan penyebab paling sering
2. Defek koagulasi
3. Perimenopause (pemendekan fase proliferasi dan disfungsi korpus luteum)3
C. Patofisiologi
Perdarahan uterus disfungsional dapat terjadi pada siklus berovulasi maupun
pada siklus tidak berovulasi.2
1. Siklus berovulasi
Perdarahan teratur dan banyak terutama pada tiga hari pertama siklus haid.
Penyebab perdarahan adalah terganggunya mekanisme hemostasis lokal di
endometrium.
2. Siklus tidak berovulasi
Perdarahan tidak teratur dan siklus haid memanjang disebabkan oleh gangguan
pada poros hipothalamus-hipofisis-ovarium. Adanya siklus tidak berovulasi
menyebabkan efek estrogen tidak terlawan (unopposed estrogen) terhadap
endometrium. Proliferasi endometrium terjadi secara berlebihan hingga tidak
mendapat aliran darah yang cukup kemudian mengalami iskemia dan dilepaskan
dari stratum basal.
3. Efek samping penggunaan kontrasepsi
Dosis estrogen yang rendah dalam kandungan pil kontrasepsi kombinasi (PKK)
menyebabkan integritas endometrium tidak mampu dipertahankan. Progestin
menyebabkan endometrium mengalami atrofi. Kedua kondisi ini dapat
menyebabkan perdarahan bercak. Sedangkan pada pengguna alat kontrasepsi
dalam rahim (AKDR) kebanyakan perdarahan terjadi karena endometritis
D. Pola perdarahan uterus disfungsional
1. Perdarahan uterus abnormal yang terjadi tanpa kelainan pada saluran
reproduksi, penyakit medis tertentu atau kehamilan. Diagnosis PUD
ditegakkan per ekslusionam.
2. Perdarahan akut dan banyak merupakan perdarahan menstruasi dengan jumlah
darah haid > 1 tampon per jam dan atau disertai dengan gangguan
hipovolemik.
3. Perdarahan ireguler meliputi metroragia, menometroragia, oligomenore,
perdarahan haid yang lama (> 12 hari), perdarahan antara 2 siklus haid dan
pola perdarahan lain yang ireguler. Pasien usia perimenars yang mengalami
gangguan haid tidak dimasukkan dalam kelompok ini karena kelainan ini
terjadi akibat belum matangnya poros hipothalamus – hipofisis – ovarium.
4. Menoragia merupakan perdarahan menstruasi dengan jumlah darah haid > 80
cc atau lamanya > 7 hari pada siklus yang teratur. Bila perdarahannya terjadi
> 12 hari harus dipertimbangkan termasuk dalam perdarahan ireguler.
5. Perdarahan karena efek samping kontrasepsi dapat terjadi pada pengguna
PKK, suntikan depo medroksi progesteron asetat (DMPA) atau AKDR.
Perdarahan pada pengguna PKK dan suntikan DMPA kebanyakan terjadi
karena proses perdarahan sela. Infeksi Chlamydia atau Neisseria juga dapat
menyebabkan perdarahan pada pengguna PKK. Sedangkan pada pengguna
AKDR kebanyakan perdarahan terjadi karena endometritis.2
E. Klasifikasi4
F. Anamnesis
Pada pasien yang mengalami PUD, anamnesis perlu dilakukan untuk menegakkan
diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding.2
Keluhan dan gejala Masalah
Nyeri pelvik Abortus, kehamilan ektopikMual, peningkatan frekuensi berkemih HamilPeningkatan berat badan, fatigue, gangguan toleransi Hipotiroidterhadap dingin
Hipotiroid
Penurunan berat badan, banyak keringat, palpitasi
Hipertiroid
Riwayat konsumsi obat antikoagulan Gangguan pembekuan darah
Koagulopati
Riwayat hepatitis, ikterik Penyakit HatiHirsutisme, akne, akantosis nigricans, obesitas
Sindrom ovarium polikistik (SOPK)
Perdarahan pasca koitus Displasia serviks, polip endoserviks
Galaktorea, sakit kepala, gangguan lapang pandang
Tumor Hipofisis
Penapisan Klinis Pasien Dengan Perdarahan Haid Banyak Karena Kelainan Hemostasis4
1 Perdarahan haid banyak sejak menarche
2 Terdapat minimal satu keadaan dibawah ini:
Perdarahan pasca persalinan
Perdarahan yang berhubungan dengan operasi
Perdarahan yang berhubungan dengan perawatan gigi
3 Terdapat minimal dua keadaan dibawah ini:
Memar 1-2 x / bulan
Epistaksis 1-2 x / bulan
Perdarahan gusi yang sering
Riwayat keluarga dengan keluhan perdarahan
G. Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik pertama kali dilakukan untuk menilai stabilitas keadaan
hemodinamik, selanjutnya dilakukan pemeriksaan untuk2:
Menilai:
1. Indeks massa tubuh (IMT > 27 termasuk obesitas)
2. Tanda-tanda hiperandrogen
3. Pembesaran kelenjar tiroid atau manifestasi hipo / hipertiroid
4. Galaktorea (kelainan hiperprolaktinemia)
5. Gangguan lapang pandang (karena adenoma hipofisis)
6. Faktor risiko keganasan endometrium (obesitas, nulligravida, hipertensi,
diabetes mellitus, riwayat keluarga, SOPK)
Menyingkirkan:
1. Kehamilan, kehamilan ektopik, abortus, penyakit trofoblas
2. Servisitis, endometritis
3. Polip dan mioma uteri
4. Keganasan serviks dan uterus
5. Hiperplasia endometrium
6. Gangguan pembekuan darah
H. Pemeriksaan ginekologi
Pemeriksaan ginekologi yang teliti perlu dilakukan termasuk pemeriksaan Pap
smear dan harus disingkirkan kemungkinan adanya mioma uteri, polip, hiperplasia
endometrium atau keganasan.2
I. Pemeriksaan Penunjang
J. Langkah diagnostik perdarahan uterus disfungsional
1. Perdarahan uterus abnormal didefinisikan sebagai setiap perubahan yang
terjadi dalam frekuensi, jumlah dan lama perdarahan menstruasi. Perdarahan
uterus abnormal meliputi PUD dan perdarahan lain yang disebabkan oleh
kelainan organik.
2. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik menyeluruh untuk menyingkirkan
diagnosis diferensial perdarahan uterus abnormal.
3. Pada wanita usia reproduksi, kehamilan merupakan kelainan pertama yang
harus disingkirkan. Perdarahan yang terjadi dalam kehamilan dapat
disebabkan oleh abortus, kehamilan ektopik atau penyakit trofoblas
gestasional.
4. Penyebab iatrogenik yang dapat menyebabkan perdarahan uterus abnormal
antara lain penggunaan obat-obatan golongan antikoagulan, sitostatika,
hormonal, anti psikotik, dan suplemen.
5. Setelah kehamilan dan penyebab iatrogenik disingkirkan langkah selanjutnya
adalah melakukan evaluasi terhadap kelainan sistemik meliputi fungsi tiroid,
fungsi hemostasis, dan fungsi hepar. Pemeriksaan hormon tiroid dan fungsi
hemostasis perlu dilakukan bila pada anamnesis dan pemeriksaan fisik
didapatkan gejala dan tanda yang mendukung (rekomendasi C). Bila terdapat
galaktorea maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap hormon prolaktin
untuk menyingkirkan kejadian hiperprolaktinemia.
6. Bila tidak terdapat kelainan sistemik, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan kelainan pada saluran
reproduksi. Perlu ditanyakan adanya riwayat hasil pemeriksaan pap smear
yang abnormal atau riwayat operasi ginekologi sebelumnya. Kelainan pada
saluran reproduksi yang harus dipikirkan adalah servisitis, endometritis, polip,
mioma uteri, adenomiosis, keganasan serviks dan uterus serta hiperplasia
endometrium.
7. Bila tidak terdapat kelainan sistemik dan saluran reproduksi maka gangguan
haid yang terjadi digolongkan dalam perdarahan uterus disfungsional (PUD).
8. Bila terdapat kelainan pada saluran reproduksi dilakukan pemeriksaan dan
penanganan lebih lanjut sesuai dengan fasilitas.
9. Pada kelainan displasia serviks perlu dilakukan pemeriksaan kolposkopi untuk
menentukan tata laksana lebih lanjut.
10. Bila dijumpai polip endoserviks dapat dilakukan polipektomi.
11. Bila dijumpai massa di uterus dan adneksa perlu dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut dengan USG transvaginal atau saline infusion sonography (SIS).
Ultrasonografi transvaginal merupakan lini pertama untuk mendeteksi
kelainan pada kavum uteri (rekomendasi A). Sedangkan tindakan SIS
diperlukan bila penilaian dengan USG transvaginal belum jelas
(rekomendasi A).
12. Bila dijumpai massa disaluran reproduksi maka dilanjutkan dengan tata
laksana operatif.
13. Diagnosis infeksi ditegakkan bila pada pemeriksaan bimanual uterus teraba
kaku dan nyeri. Pada kondisi ini dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
Chlamydia dan Neisseria. Pengobatan yang direkomendasikan adalah
doksisiklin 2 x 100 mg selama 10 hari.2
Referensi
1. Silberstein Taaly. Complications of Menstruation; Abnormal Uterine Bleeding.
Buku: De Cherney Alan H; Nathan Lauren, Current Obstetric & Gynecologic
Diagnosis and Treatment, 9th Edition, Los Angeles:Lange Medical
Books/McGraw-Hill; 2003 : pp 623-630
2. Himpunan Endokrinologi-Reproduksi dan Fertilitas Indonesia Perkumpulan
Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Panduan Tata Laksana Perdarahan Uterus
Disfungsional. Bandung. 2007.
3. Morgan, Geri. Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktik Edisi 2. Jakarta: EGC.
2009
4. Baziad, Ali, dkk. Panduan Tata Laksana Perdarahan Uterus Abnormal. Hasil
Lokakarya Himpunan Endokrinologi – Reproduksi dan Fertilitas. Perkumpulan
Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Aceh. 2011.