percobaan 9 kimor
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
PERCOBAAN IX
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT (REKRISTALISASI, SUBLIMASI, DAN TITIK LELEH)
OLEH:
NAMA : YUNITA DAWU
NIM : F1F1 12 050
KELOMPOK : I (SATU)
KELAS : B
ASISTEN : AGUNG MAHATVAH YODHA, S.Si
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2013
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT (REKRISTALISASI, SUBLIMASI, DAN TITIK LELEH)
A. TUJUAN
Tujuan dari percobaan kali ini yaitu:
1 Melakukan rekristalisasi dengan baik
2 Memilih pelarut yang sesuai untuk rekristalisasi
3 Menjernihkan dan menghilangkan warna larutan
4 Memisahkan dan memurnikan campuran dengan rekristalisasi
B. LANDASAN TEORI
Kristalisasi atau penghabluran ialah peristiwa pembentukan partikel-
partikel zat padat di dalam suatu fase homogeny. Kristalisasi dapat terjadi
sebagai pembentukan partikel padat di dalam uap, seperti dalam
pembentukan salju; sebagai pembekuan di dalam lelehan cair. Kristalisasi
juga merupakan proses pemisahan solid-liquid, karena pada kristalisasi
terjadi perpindahan massa solute dari larutan liquid ke padatan murni pada
fasa Kristal (Pinalia, 2011).
Kristalisasi dikatagorikan sebagai salah satu proses pemisahan yang
efisien. Pada umumnya tujuan dari proses kristalisasi adalah untuk
pemisahan dan pemurnian. Adapun sasaran dari proses kristalisasi adalah
menghasilkan produk kristal yang mempunyai kualitas seperti yang
diinginkan. Kualitas kristal antara lain dapat ditentukan dari tiga parameter
berikut yaitu : distribusi ukuran kristal (Crystal Size Distribution, CSD),
kemurnia kristal (crystal purity) dan bentuk Kristal (crystal habit/shape)
(Setyopratomo, 2003).
Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat padat dari
pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah
dilarutkan dalam pelarut yang sesuai. Prinsip dasar dari proses rekristalisai
adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan
dengan zat pengotornya. Karena konsentrasi total pengotor biasanya lebih
kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, dalam kondisi dingin, konsentrasi
pengotor yang rendah tetap dalam larutan sementara zat yang
berkonsentrasi tinggi akan menguap (Pinalia, 2011).
Dalam rekristalisasi, sebuah larutan mulai mengendapkan sebuah
senyawa bila larutan tersebut mencapai titik jenuh terhadap senyawa
tersebut. Dalam pelarutan, pelarut menyerang zat padat dan
mensolvatasinya pada tingkat partikel individual (Oxtoby,2001).
Temperatur rekristalisasi yaitu, perubahan struktur kristal akibat
pemanasan pada suhu kritis diamana untuk suhu kritis pada baja
karbon adalah pada 723°C, sehingga dapat diartikan lebih lanjut bahwa
temperatur rekristalisasi adalah suatu proses dimana butir logam yang
terdeformasi digantikan oleh butiran baru yang tidak terdeformasi yang
intinya tumbuh sampai butiran asli termasuk didalamnya (Affiz, 2012).
Proses rekristalisasi membutuhkan pergerakan dan penyusunan-
kembali atom-atom. Penyusunan-kembali untuk rekristalisasi ini lebih mudah
terjadi pada suhu tinggi. Rekristalisasi berlangsung dengan cara sama pada
suhu-suhu lain (Vlack, 2004).
Sublimasi adalah perubahan es dari bahan beku langsung menjadi uap
(sublimasi) tanpa mengalami proses pencairan terlebih dahulu, karena proses
ini melibatkan suhu (pembekuan dan pengeringan) dan tekanan tertentu
(Syafurjaya, 2011).
Naftalena, zat padat hablur yang tidak berwarna, berbau kapur barus
yang tajam, titik leleh 80oC, titik didih 218oC, menyumblim jika dipanaskan.
Tidak larut dalam air, sedikit larut dalam alcohol, larut dadlam benzene dan
sangat larut dalam eter chloroform dan karbondisulfida. Molekulnya terdiri
Kapur barus
atas dua lingkaran benzene berdampingan terikat pada dua atom karbon,
jadi terdiri atas sepuluh atom karbon dan delapan atom hydrogen
(Anonim,1977).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
Gelas kimia
Hotplate
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
Kapur barus (naftalen)
Air
D. PROSEDUR KERJA
- Dihancurkan
- Dimasukkan ke dalam gelas kimia
- Ditutup gelas kimia menggunakan labu alas bulat yang
berisi air
- Dipanaskan
- Diamati perubahan yang terjadi
Menguap dan membentuk Kristal jarum berwarna putih
E. HASIL PENGAMATAN
Perlakuan Hasil
Kapur barus dimasukkan dalam Warna sebelum dipanaskan : hijau, ungu,
gelas kimia, ditutup dengan labu
alas bulat lalu dipanaskan
jingga.
Setelah dipanaskan, menguap dan
membentuk Kristal jarum berwarna putih
F. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini dilakukan pemurnian
Sublimasi didasarkan pada adanya partikel padatan dari berucampuran
tersebut yang dapat berubah dari fase yang padat menjadi gas. Sublimasi
dapat digunakan untk memisahkan komponen yang dapat menyublim dari
campurannya yang tidak dapat menyublim. Contohnya pemisahan naftalena
dari campuran garam.
Pada proses sublimasi, naftalena dan garam yang telah tercampur akan
terpisah kembali, karena naftalena dapat menyublim dengan cepat dan
menempel pada corong kaca, sedangkan garam tertinggal di cawan
penguap. Dengan memanfaatkan sifat kepolaran dari air dan minyak goreng,
air yang bersifat polar dan minyak goreng bersifat non polar akan terpisah,
meskipun pada awalnya bercampur. Norit yang merupakan adsorben akan
menjerap warna yang ada pada sirup, sirup yang pada awalnya berwarna
kuning pekat akan menjadi lebih muda. Diperoleh kristal garam dapur
kembali dari campuran homogen air dan garam dapur, dengan proses
rekristalisasi yaitu menguapkan campuran tersebut di atas hot plate.
Pada praktikum kali ini, dilakukan pemurnian zat padat. Zat yang akan
dimurnikan yaitu kapur barus yang mengandung senyawa naftalena.
Pada proses kristalisasi asam benzoat, tahap pertama yang dilakukan
adalah proses pemanasan kapur barus yang berbentuk padatan berwarna
agar menjadi suatu larutan.
Pelarut yang digunakan untuk melarutkan asam benzoat ini adalah
metanol panas. Metanol digunakan sebagai pelarut karena tiitik didihnya
yang lebih rendah dari asam benzoat yang memiliki titik leleh 122,4 ˚C
sehingga asam benzoat tidak terdisosiasi dan yang terpenting metanol tidak
bereaksi dengan asam benzoat kotor (biner). Asam benzoat yang digunakan
dalam percobaan ini merupakan asam benzoat yang belum murni atau masih
kotor, sehingga harus ditambahkan norit untuk menyerap berbagai pengotor
yang ada dalam sampel. Hal ini dapat terjadi karena norit mempunyai daya
absorpsi yang sangat besar. Sifat ini berkaitan erat dengan struktur kimia
norit yang berbentuk cincin dan didalamnya terdapat rongga yang memiliki
kekuatan untuk mengabsorpsi. Larutan kemudian dipanaskan dengan tujuan
untuk menghindari penyempitan rongga pada struktur norit agar dapat
menyerap pengotor dengan baik sehingga menghasilkan kristal yang benar-
benar murni. Selain itu, larutan dipanaskan dengan tujuan agar mengalami
proses penguapan, dimana air dalam kandungan larutan tersebut akan
berkurang, sehingga larutan mengalami kondisi lewat jenuh (supersaturated).
Seperti yang diketahui, syarat terbentuknya kristal dari suatu larutan adalah
larutan induk harus dibuat kondisi lewat jenuh sehingga akan mempercepat
proses kristalisasi. Larutan yang sudah mendidih diangkat kemudian disaring
dengan corong saring yang sudah dilapisi dengan kertas saring. Larutan
disaring dalam keadaan panas-panas karena jika dingin akan langsung
mengalami pengkristalan yang belum murni. Larutan disaring, terbentuk
kristal yang masih sedikit basah, sehingga diletakkan pada cawan penguap
agar terbentuk kristal murni. Perendaman dalam air es tidak dilakukan
karena sudah terbentuk kristal saat disaring. Penyaringan bertujuan untuk
memisahkan endapan dari larutannya. Setelah didiamkan beberapa lama
pada cawan penguap, didapatkan kristal murni berwarna putih dengan berat
0,83 gr. Sedangkan berat sampel asam benzoat adalah 2 gr. Adanya
pengurangan berat tersebut dikarenakan hilangnya zat pengotor yang
terserap oleh norit yang kemudian disaring.
G. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka diperoleh
kesimpulan yaitu:
DAFTAR PUSTAKA
Affiz, Fuad. 2012. Pengaruh Pengerolan Pra Pemanasan Dibawah Temperatur
Rekristalisasi dan Tingkat Deformasi Terhadap Kekerasan dan Kekuatan
Tarik serta Struktur Mikro Baja Karbon Sedang untuk Mata Pisau
Pemanen Sawit. Jurnal e-Dinamis. Volume 2(2).
Anonim. 1977. Ensiklopedia Umum. Penerbit KANISIUS. Yogyakarta.
Oxtoby, David D
. 2001. Prinsip-2 Kimia Modern Edisi 4. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Pinalia, Anita. 2011. Kristalisasi Ammonium Perklorat (AP) dengan Sistem Pendinginan Terkontrol untuk Menghasilkan Kristal Berbentuk Bulat. Majalah Sains dan Teknologi. Volume 9(2).
Pinalia, Anita. 2011. Penentuan Metode Rekristalisasi yang Tepat untuk Meningkkatkan Kemampuan Kristal Amonium Perklorat (AP). Majalah Sains dan Teknologi. Volume 6(2).
Setyopratomo, Puguh., Wahyudi Siswanto dan Heru Sugiyanto Ilham. 2003. Studi Eksperimental Pemurnian Garam NaCl dengan Cara Rekristalisasi. Unitas. Volume 11(2). Jurusan Teknik Kimia, Universitas Surabaya. Surabaya.
Syafurjaya,Roby & Sari Hasanah. 2009. Kualitas Fisik Kertas Setelah Pengeringan dengan Metode Kering Angin dan Vacuum Freeze Drying. BACA. Volume 30(1).
Vlack, Lawrence H. Van. 2004. Elemen-elemen Ilmu dan Rekayasa Material. Penerbit Erlangga. Jakarta.