percobaan 2 asam basa

17
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan 1. Menentukan Normalitas NaOH dengan cara titrasi asam basa 2. Menentukan Normalitas HCl dengan cara titrasi asam basa 1.2 Dasar Teori Titrasi merupakan salah satu cara menetralkan asam basa atau sebaliknya. Titrasi adalah penambahan larutan baku (primer) atau larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan bantuan indikator. Reaksi penetralan asam basa dapat digunakan untuk menentukan kadar/konsentrasi berbagai jenis larutan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan larutan basa yang telah diketahui kadarnya atau sebaliknya. Proses penetapan kadar larutan dengan cara ini disebut titrasi asam basa/asidialkalimetri. Titrasi dilakukan dengan mereaksi sedikit demi sedikit/tetes demi tetes larutan basa melalui buret ke dalam larutan asam yang terletak dalam labu erlenmeyer, sampai keduanya tepat habis dengan ditandai berubahnya warna indikator yang disebut sebagai titik akhir titrasi. Titik ekuivalen diketahuii dengan bantuan indikator. Semakin jenuh titik akhir titrasi dengan titik

Upload: michael-raymond-hutapea

Post on 24-Sep-2015

38 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

sbfs

TRANSCRIPT

fizadel

BAB IPENDAHULUAN1.1 Tujuan Percobaan1. Menentukan Normalitas NaOH dengan cara titrasi asam basa2. Menentukan Normalitas HCl dengan cara titrasi asam basa1.2 Dasar TeoriTitrasi merupakan salah satu cara menetralkan asam basa atau sebaliknya. Titrasi adalah penambahan larutan baku (primer) atau larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan bantuan indikator.Reaksi penetralan asam basa dapat digunakan untuk menentukan kadar/konsentrasi berbagai jenis larutan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan larutan basa yang telah diketahui kadarnya atau sebaliknya. Proses penetapan kadar larutan dengan cara ini disebut titrasi asam basa/asidialkalimetri. Titrasi dilakukan dengan mereaksi sedikit demi sedikit/tetes demi tetes larutan basa melalui buret ke dalam larutan asam yang terletak dalam labu erlenmeyer, sampai keduanya tepat habis dengan ditandai berubahnya warna indikator yang disebut sebagai titik akhir titrasi. Titik ekuivalen diketahuii dengan bantuan indikator. Semakin jenuh titik akhir titrasi dengan titik ekuivalen maka semakin besar kesalahan titrasi dan oleh karena itu, pemilihan indikator sangat penting agar warna indikator berubah saat titik ekuivalen tercapai.1.2.1IndikatorPigmen semacam fenolftalein dan metil merah yang digunakan sebagai indikator titrasi adalah asam lemah (disimbolkan dengan Hln) dan warnanya ditentukan oleh [H+] larutan. Jadi,Hln H+ + ln- Rasio konsentrasi indikator dan konjugatnya menentukan warna larutan diberikan sebagai berikut:

Kln adalah konstanta disiosiasi indikator.Rentang pH yang menimbulkan perubahan besar warna indikator disebut dengan interval transisi, nilai pH titik ekivalen bergantung pada kombinasi asam dan basa.IndikatorInterval transisiPerubahan warna(asam-basa)

Biru timbol1.2 - 2.8Merah - kuning

Metil orange3.1 - 4.4Merah - kuning

Metil merah4.2 - 6.3Merah - kuning

Bromtimol biru6.0 - 7.6Kuning - biru

Merah kresol7.2 - 8.8Kuning - merah

Fenolftalein8.3 - 10.0Tidak berwarna merah

Alizarin kuning10.2 - 12.0Kuning - merah

1.2.2Larutan StandarLarutan standar adalah larutan suatu zat terlarut yang telah diketahui konsentrasinya. Terdapat dua jenis larutan standar yaitu larutan standar primer dan larutan standar sekunder.Larutan standar primer adalah suatu larutan yang telah diketahui secara tepat konsentrasinya melalui metode gravimetri. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu. Contoh: K2Cr2O7, NaCl dan lain-lain.Syarat-syarat larutan standar primer:a. Mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika memungkinkan pada suhu 110-120 0C) dan disimpan dalam keadaan murni.b. Tidak bersifat hidroskopis dan tidak berubah berat dalam penimbangan di udara.c. Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji kualitatif dan kepekaan tertentu.d. Massa relatif dan massa ekivalen yang besar.e. Mudah dilarutkanf. Raksi yang berlangsung harus bersifat stoikiometrik dan langsung, kesalahan titrasi harus diabaikan atau dapat ditentukan secara tepat dan mudah.Larutan standar sekunder adalah suatu larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan jalan pembekuan menggunakan larutan standar primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh: AgNO3. Syarat-syarat larutan standar sekunder:a. Derajat kemurnian lebih rendah dari larutan standar primer.b. Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan.c. Larutannya lebih stabil dalam penimbangan.

Titrasi asam basa dibagi dalam dua jenis yaitu:a. Titari asam kuat dengan basa kuat.Merupakan titrasi antar asam kuat dengan basa kuat.b. Titrasi asam lemah dengan basa kuat atau asam kuat dengan basa lemah.

BAB IIMETODOLOGI PERCOBAAN2.1 Bahan-bahan1. Asam oksalat 0.05 N2. Larutan HCl3. Larutan NaOH4. Indikator fenolftalein2.2 Alat-alat1. Labu ukur3. Gelas piala4. Buret dan statif5. Pipet volum6. Erlenmeyer7. Batang pengaduk8. Corong2.3Prosedur percobaan2.3.1Standarisasi larutan NaOH dengan asam oksalat1. Pipet 10 ml larutan NaOH masukkan ke dalam Erlenmeyer2. Tamabahkan tiga tetes larutan indikator fenolftalein3. Titrasi dengan larutan asam oksalat 0.05 N dari buret sampai warna merah muda yang tidak hilang pada pengocokan selanjutnya4. Hitung normalitas larutan NaOH2.3.2Menentukan konsentrasi larutan HCl1. Pipet 10 ml larutan HCl masukkan ke dalam Erlenmeyer2. Tambahkan tiga tetes indikator fenolftalein3. Titrasi dengan larutan NaOH (yang konsentrasinya telah diketahui dari percobaan 2.3.1)4. Hitung normalitas larutan HClBAB IIIHASIL DAN PEMBAHASAN3.1Hasil pengamatana. Standarisasi larutan NaOH dengan asam oksalatVolume NaOH yang digunakan sebanyak 8.4 ml. VNaOH . NNaOH = 8.4 . NNaOH = 10 . 0.05 NNaOH = 0.0595 NNaOH 0.06b. Menentukan konsentrasi larutan HClVolume NaOH yang digunakan sebanyak 9.8 ml.VNaOH . NNaOH = V HCl . NHCl9.8 . 0.06 = 10 . NHC NNaOH = 0.0588 NNaOH 0.063.2PembahasanPada percobaan standarisasi larutan NaOH dan H2C2O4, merupakan titrasi antara asam lemah dengan basa kuat. Reaksi yang dihasilkan adalah:NaOH + H2C2O4 Na2C2O4 + 2H2OPada saat sebelum titrasi dalam Erlenmeyer hanya terdapat H2C2O4 yang merupakan adalah asam lemah sehingga dalam laruta tidak terdisosiasi sempurna. Setelah titrasi dijalankan dengan penambahan sedikit demi sedikit NaOH maka dalam larutan Na2C2O4 akan terbentuk sebagai hasil reaksi antara NaOH dan H2C2O4. Dalam larutan sekarang terdapat H2C2O4 yang belum bereaksi serta Na2C2O4 sehingga terbentuk sistem buffer, pH larutan pun sedikit demi sedikit beranjak naik.Percobaan dimulai dengan 10 ml H2C2O4 0.05 N dicampur dengan tiga tetes indikator fenolftalein, dan setelah penambahan 8.4 ml NaOH warna larutan menjadi merah muda yang merupakan titik akhir titrasi, sehingga normalitas NaOH adalah: VNaOH . NNaOH = 8.4 . NNaOH = 10 . 0.05 NNaOH = 0.0595 NNaOH 0.06Jadi, Normalitas NaOH adalah 0.06 N.Pada percobaan menentukan konsentrasi larutan HCl merupakan titrasi asam kuat dengan basa kuat. Reaksi yang dihasilkan adalah:HCl + NaOH NaCl + H2OPercobaan ini dimulai dengan 10 ml NaCl ditmbahkan tiga tetes indikator fenolftalein, dan dititrasi dengan NaOH 0.06 N hingga berwarna merah muda, volume NaOH yang dipakai sebanyak 9.8, sehingga Normalitas HCl adalah:VNaOH . NNaOH = V HCl . NHCl9.8 . 0.06 = 10 . NHCl NNaOH = 0.0588 NNaOH 0.06Jadi, Normalitas HCl adalah 0.06 N.

BAB IVKEIMPULAN DAN SARAN4.1 Kesimpulan1. Volume NaOH yang digunakan pada standarisasi larutan NaOH dengan asam oksalat sebanyak 8.4 ml, sehingga Normalitas NaOH adalah 0.06 N.2. Pada percobaan standarisasi larutan NaOH dengan asam oksalat, terjadi titrasi antara asam lemah dengan basa kuat.3. Volume NaOH yang digunakan pada percobaan menentukan konsentrasi larutan HCl sebanyak 9.8 ml, sehingga Normalitas HCl adalah 0.06 N.4. Pada percobaan menentukan konsentrasi HCl mrupakan titrasi antara asam kuat dengan basa kuat.

4.2 Saran1. Hati-hati dalam merangkai buret dan statif, agar buret tidak mengalami keretakan.2. Molalitas dari senyawa larutan haruslah seimbang, agar lebih praktis dalam percobaan dan perhitungan.

BAB VJAWABAN PERTANYAAN1. Apakah yang dimaksud dengan indikator asam basa, titik ekivalen dan titik akhir titrasi. Indikator asam basa merupakan asam organik lemah dan basa organik lemah yang mempunyai dua warna dalam pH larutan yang berbeda, pada titrasi asam basa indikator yang digunakan adalah asam kedua yang merupakan asam yang lebih lemah dan konsentrasi indikator berada pada tingkat kecil. Titik ekivalen adalah saat jumlah mol H+ sama dengan jumlah mol OH-. Biasanya ditunjukkan dengan harga pH. Titik akhir titrasi merupakan saat dimana indikator (pencampuran) yang dicampurkan dengan suatu larutan mengalami perubahan warna.2. Apa syarat suatu indikator yang dapat dipakai dalam suatu titrasi. Indikator yang akan dipakai dalam suatu titrasi harus mempunyai perubahan warna yang besar pada sekitar titik ekivalen.3. Apa yang dimaksud dengan larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan yang telah diketahui secara tepat konsentrasinya melalui metode gravimetri. Larutan standar sekunder adalah lerutan yang konsentrasinya ditentukan dengan jalan pembakuan menggunakan larutan standar primer, biasanya melalui titrimetri.4. Apa syarat senyawa yang dapat dipakai sebagai lerutan standar primer. Mudah diperoleh, dimurnikan dikeringkan, dan disimpan dalam keadan murni. Tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam penimbangan di udara. Dapat diuji zat pengotornya dengan uji kualitatif dan kepekaan. Massa relatif dan massa ekivalen yang besar. Mudah larut. Reaksi yang berlangsung harus stoikiometrik dan langsung, kesalahan titrasi harus dapat diabaikan.5. Sebutkan dua contoh zat yang dapat dipakai larutan standar primer. HCl dan K2Cr2O4.6. Dapatkah larutan NaOH dipakai sebagai larutan standar primer, beri alasan. Tidak dapat, karena NaOH bersifat higroskopis oleh kerena itu NaOH harus dititrasi dahulu dengan KHP agar dipakai sebagai larutan standar primer.7. Apa yang dimaksud dengan daerah perubahan warna indikator. Daerah perubahan indikator merupakan daerah perubahan warna pada rentang pH tertentu, nilai pH titik ekivalen bergantung pada kombinasi asam dan basa. Dengan melihat perubahan warnanya, dapat ditentukan dalam asam atau basa suatu larutan.

DAFTAR PUSTAKABudi Utami, dkk. 2009. Kimia untuk SMA dan MA Kelas XI Program IPA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Edisi 3. Jakarta: Erlangga

Laporan Praktikum Kimia AnalitikTITRASI ASAM BASA

Oleh:Hery Fiza Simarmata 1107111994Kelompok 2:Mutiara Adheva Putri1107114320Ricson Rinaldi1107136525Wan Elsa Novtari Adiani1107120246Fadhil Mubarak1107114207

Program Sarjana Teknik KimiaFakultas TeknikUniversitas RiauPekanbaru2012