percepatan pembangunan infrastruktur air bersihkpsrb.bappenas.go.id/data/filemajalah/master...
TRANSCRIPT
1sustaining PaRtnERsHiP Edisi sPAM dAn sAnitAsi 2017
sustaining
PaRtnERsHiPMEDIA INFORMASI KERJA SAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA
Percepatan Pembangunan Infrastruktur Air Bersih
Menengok Perkembangan SPAM di Perkotaan
Teknik Pengelolaan
Limbah
Edisi SPAM dan Sanitasi 2017
2 sustaining PaRtnERsHiP Edisi sPAM dAn sAnitAsi 2017
EditoRialindEks
4
10
Persoalan pengaliran air bersih, baik untuk air minum maupun pengairan tanaman menjadi salah satu persoalan yang tidak dapat dihindarkan. Banyaknya limbah, baik yang dihasilkan oleh limbah industri maupun rumah tangga, menyumbang pencemaran air yang mengalir di kota-kota besar.
Skema KPDBU dengan pengem balian investasi badan usaha melalui Availability Pay ment menjadi terobosan penting ba gi pemerintah daerah dalam upaya penyediaan infrastruktur.
Fokus
14
Bagi kota-kota besar seperti Jakarta, Medan, Bandung, Surabaya dan kota-kota besar lainnya, sistem pengelolaan air minum atau yang akrab dikenal dengan sebutan SPAM adalah sesuatu hal yang amat sangat dibutuhkan dalam kehidupannya. Sebab, menyoal SPAM artinya juga menyoal hajat hidup orang banyak.
Regulasi
16 Snapshot
Top Event
Pemanfaatan kerja sama pemerintah dan badan usaha dalam mendorong peningkatan akses penduduk terhadap pelayanan kesehatan menjadi hal yang dapat dijadikan opsi pendekatan dalam memperkecil kesenjangan antar wilayah.
Pembersihan limbah rumah tangga yang terbawa banjir di saluran air ibu kota.
Penanganan limbah adalah keniscayaan di negara manapun. Di negara maju, bahkan pengelolaan limbah sejak dilakukan sejak awal master plan atau tata rancang pembangunan kota.
20 Mitra
PT Wijaya Karya yang memiliki motto “maju dengan karya bermutu” ini banyak menyelesaikan bangunan bertingkat di ibu kota, tentu nya dengan menunjukkan hasil dari kerja dan kinerja yang mumpuni.
Dwityo Akoro Soeranto, Direktur Keterpaduan Infrastruktur Permukiman, Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR memaparkan keterpaduan antara infrastruktur bisa menjadi jawaban atas ketidakteraturan pemukiman di suatu wilayah kota dengan pengelolaan air bersih atau air minumnya.
21 Inspirasi
Daftar isi18 Ragam Inovasi
22 Kabar KPBU
24 Kolom
Konferensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) 2017 yang bertemakan “Kerja Bersama Kejar Akses Universal” merupakan suatu forum yang membahas optimalisasi pembiayaan untuk pembangunan sektor air munim dan sanitasi.
3sustaining PaRtnERsHiP Edisi sPAM dAn sAnitAsi 2017
EditoRialindEks
Bicara soal kota tidak sekadar
bicara soal modernitas serta ga
ya hidup masyarakatnya semata.
Akan tetapi, bicara mengenai kota juga
bicara soal fasilitas infrastruktur suatu
perkotaan dalam menunjang pelayanan
umum berbagai bidang. Selain itu, yang
tidak kalah pentingnya, bicara kota juga
menyoal tata ruang, ketersediaan air
bersih, sanitasi dan lain sebagainya.
Yang menjadi pertanyaan kemudian,
apakah kotakota besar di Indonesia,
seperti Jakarta, Medan, Bandung,
Surabaya, serta kota besar lainnya telah
memperhatikan ketersediaan infra
struktur, air bersih dan sanitasinya?
Pertanyaan inilah yang kemudian
mendasari redaksi Majalah Partnership
mengetengahkan tajuk infrastruktur
sistem pengelolaan air minum (SPAM)
dan sanitasi di perkotaan.
Dalam hal ini, redaksi mencoba
menghadirkan likaliku pembangunan
infrastruktur SPAM dan sanitasi
perkotaan, baik secara makro maupun
mikro. Halhal yang dihadirkan ini
kemudian dibahas dari berbagai sudut
keberhasilan sekaligus persoalan yang
dihadapi pemerintah daerah (Pemda)
dalam melakukan penyeimbangan
pembangunan antara modernitas, gaya
hidup dan infrastruktur SPAM serta
sanitasinya.
Selain membincang soal pem
bangun an infrastruktur SPAM dan
sanitasi, juga membincang mengenai
skema pembiayaan pembangunannya.
Artinya, apakah skema pembiayaan
kerja sama pemerintah dengan badan
usaha (KPBU) sudah bisa menjadi
solusi dalam mengatasi keterbatasan
pembiayaan pembangunan.
Untuk itulah, redaksi menghadirkan
beberapa pernyataan sekaligus refleksi
dan masukan dari pemerintah pusat,
daerah, akademisi, pengamat yang
mempunyai kompetensi dalam bidang
infrastruktur. Kami berharap, majalah
ini dapat menjadi bahan bacaan bagi
pengambil kebijakan, pemangku kepen
tingan juga menjadi bahan bacaan yang
cerdas sekaligus kritis dari masyarakat.
Selamat membaca.
Salam hormat,Redaksi.
Catatan REDaksi
Lika-liku Pembangunan Infrastruktur SPAM dan Sanitasi Perkotaan
IStIMEwA
SUSUNAN REDAKSI
PENANGGUNG JAwABDirektur Kerjasama Pemerintah
Swasta Rancang Bangun
PEMIMPIN REDAKSIAde Hendraputra
DEwAN REDAKSIDadang JusronReghi Perdana
Astu Gagono KendartoNovie Andriani
Mohammad taufiq RinaldiMuch NurachmadAhmad Yudistira
Dhianti Afifah Nabila YudhyHartono Kurniawan
Fildzah AmalinaElly DamayantyNur wulandari
REDAKtUR PELAKSANAYan Kurniawan
JURNALIS/ASIStEN REDAKtUR PELAKSANAMunib Ansori
ANALISIS BERItA Alia Fachrunnisa
EDItoR Lukman Ajis Salendra
REPoRtERRaflis Rusdi
thomas Febrian H
PENERJEMAH Khairil Zamarel
FotoGRAFERHari Ambari
ILLUStRAtoR/MEDIA DESIGNERAldrian Agusta
tENAGA PENDUKUNG Lilis Mardiana
ISI DI LUAR tANGGUNG JAwAB PERCEtAKAN
Foto CovER: HARI AMBARI
ALAMAt REDAKSIJalan taman Surapati
Nomor 2 Jakarta 10310telepon (021) 31934175, Faksimile (021) 31923813
4 sustaining PaRtnERsHiP Edisi sPAM dAn sAnitAsi 2017
Percepatan Pembangunan Infrastruktur Air Bersih
fokusfokus
Persoalan pengaliran air bersih, baik untuk air minum maupun pengairan tanaman (sawah, tumbuhan kota, dan lain sebagainya) menjadi salah satu persoalan yang tidak dapat dihindarkan oleh kota-kota besar yang ada di dunia maupun di Indonesia. Banyaknya limbah, baik yang dihasilkan oleh limbah industri maupun rumah tangga, menjadi penyumbang tingkat ketercemaran air yang mengalir di kota-kota besar.
Karena itu, kotakota besar,
termasuk DKI Jakarta cukup
ketat dalam mem perhatikan
sistem penyediaan air bersih maupun
air minumnya. Selain itu, pengelolaan
air yang mengalir di kalikali yang ada
di ibu kota serta pintu airnya turut
menjadi pusat perhatian Pemerintah
Kota (Pemkot).
Menyoal air bersih, sistem penge
lolaan air minum (SPAM), dan sis
tem pengairannya, kata Direktur
Jenderal Bina Kontruksi Kementerian
PUPR, Yusid toyib, tentu juga harus
mempertimbangkan value for money
penyediaan infrastruktur tersebut.
“Dalam penyediaan infrastruktur
Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM)
harus berhatihati, karena SPAM
jaringan perpipaannya terbagi menjadi
empat bagian yakni unit air baku,
unit produksi, unit distribusi dan unit
layanan,” imbuhnya.
Lebih lanjut ia menerangkan, untuk
memenuhi infrastruktur SPAM ini, tidak
sedikit dana yang dibutuhkan. Dalam
hal itu, dibutuhkan peran sekaligus kerja
sama dari semua pihak untuk melakukan
pembangunan infrastruktur SPAM,
salah satunya dengan menggunakan
skema KPBU.
Selanjutnya, skema KPBU dalam
pemenuhan infrastruktur dilaksanakan
secara seksama dengan memperhatikan
segala kemungkinan agar tidak ada
yang dirugikan, baik pemerintah atau
pun badan usaha, dalam pelaksanaan
proyek penyediaan air minum kepada
masyarakat.
Sebab, secara langsung maupun
ti dak lang sung, swasta dapat mem
berikan added value bagi pemerintah
dan masyarakat. “Misalkan, inovasi
teknologi yang dapat mereka laku
kan dengan baik serta tambahan
pem biayaan untuk menyediakan in
frastruktur SPAM yang lebih banyak
dan lebih cepat,” ujarnya.
Ia menambahkan, jika sudah demi
kian, pada akhirnya, tentunya akan
mengikutsertakan swasta yang dapat
membantu peme rintah dalam mengatasi
permasalahan non-revenue water yang
masih cukup tinggi serta biaya produksi
air curah yang masih cukup tinggi
melalui inovasi teknologi produksi dan
distribusi air minum.
“Dengan dasar itu, pemerintah tetap Air baku di Waduk Jati Luhur
5sustaining PaRtnERsHiP Edisi sPAM dAn sAnitAsi 2017
fokusfokus
mendorong sektor swasta untuk turut
serta dalam penyediaan infrastruktur
melalui KPBU pada unit air baku, unit
produksi, dan unit distribusi. Namun
untuk unit layanan kepada masyarakat,
kami sepakat perlu ada pembatasan
peran swasta, hal ini sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 122
tahun 2015 tentang SPAM,” terangnya.
Direktur PSPAM Ir. Muhammad
Sundoro, M. Eng, menjelaskan sesuai
UU Nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah, penyediaan air
minum sebagai salah satu pelayanan
dasar yang merupakan urusan wajib
pemerintah daerah. Untuk itu, pembuat
an program terkait pembangunan SPAM
Air baku di Waduk Jati Luhur
PALYJA.Co.ID
6 sustaining PaRtnERsHiP Edisi sPAM dAn sAnitAsi 2017
harus menjadi komitmen pemerintah
daerah. “Pemerintah pusat dalam hal
ini mempunyai tugas pembinaan serta
mendukung pembangunan infrastruktur
air minum,” jelasnya.
terkait dengan dukungan pem
bangunan infrastruktur air minum
kepada daerah, dalam rangka peme
nuhan target 100% akses aman air
minum pada tahun 2019, Direktorat
Jenderal Cipta Karya melalui Direktorat
Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum pada tahun 2018 merencanakan
pembangunan sistem penyediaan air
minum di perkotaan melalui program
SPAM Regional dan SPAM Perkotaan
sebesar 1.550 Liter/detik. “Program ini
diharapkan dapat berkontribusi untuk
penambahan Sambungan Rumah
(SR) sebesar 155.721 SR. Sedangkan
target pembangunan SPAM tahun 2019
adalah sebesar 4.787 L/det, dengan
potensi Sambungan Rumah sebesar
480.923 SR,” katanya.
Program lainnya adalah Kota
Binaan, yaitu kotakota yang mampu
berkomitmen mencapai akses 100%
akses air minum di tahun 2019. target
pelaksanaan adalah di 17 kota. Pada
2017 sudah dilaksanakan di 10 kota.
Sentuhan KPBU dan Inovasi Teknologi
Kata Sundoro, percepatan pem
bangunan infrastruktur air bersih
selain di perkotaan, perlu juga
dilakukan pada wilayahwilayah yang
tidak mempunyai sumber baku dan
pulau terluar yang air bakunya kurang
memadai. Beberapa inovasi yang
bisa dimanfaatkan seperti inovasi
teknologi seperti Reverse Osmosis
(Ro) dan penampungan air hujan (rain
harvesting). “Ada beberapa program
kita untuk mendorong wilayahwilayah
yang belum memiliki air baku. Salah
satunya adalah memberikan hibah air
minum terhadap wilayah atau pulau
fokusfokus
Pemerintah pusat dalam hal ini mempunyai tugas pembinaan serta mendukung
pembangunan infrastruktur air minum.
Ir. Muhammad Sundoro, M. EngDirektur Sistem Pengembangan Air Minum (SPAM), Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat
HARI AMBARI
Muhammad Sundoro
Sasaran Pembangunan Infrastruktur Permukiman
Visi Kementerian PUPR
“Terwujudnya infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang handal dalam mendukung indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong.”
Sasaran strategis Pengembangan Infrastruktur Permukiman
“Meningkatnya Kualitas dan Cakupan Pelayanan Infrastruktur Permukiman di Perkotaan dan Permukiman.”
Indikator Kinerja
1. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat.
2. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan permukiman yang layak.
3. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat.
Kondisi tahun Sasaran Renstra 2016 2015-2019
71 % pelayanan 100 % pelayanan air minum air minum
8,4 % Kumuh 0 % Kumuh perkotaan perkotaan
86 % Perda 100 % Perda Bangunan Gedung Bangunan Gedung
64 % Pelayanan 100 % Pelayanan Sanitasi Sanitasi
7sustaining PaRtnERsHiP Edisi trAnsPortAsi MAssAl PErkotAAn 2017
fokusfokus
SUMBER:DIREKtoRAt JENDERAL CIPtA KARYA
HARI AMBARI
Pemeliharaan Pintu Air Manggarai
8 sustaining PaRtnERsHiP Edisi sPAM dAn sAnitAsi 2017
fokusfokus
terluar tersebut. tentunya, ada syarat
dan prasyarat atau ketentuan yang
harus dipenuhi oleh wilayah atau
pulau terluar ini,” tegasnya.
Untuk wilayah perkotaan diharapkan
bisa menerapkan konsep pembangunan
hijau. PDAM diharapkan mampu
menerapkan atribut Kota Hijau, antara
lain green water melalui penurunan
kehilangan air (non-revenue water),
pemanfaatan idle capacity, green waste,
grey water, green energy, maupun
green open space.
Kendala utama dalam membangun
infrastruktur SPAM di perkotaan
adalah laju pertumbuhan penduduk di
perkotaan lebih besar dari peningkatan
pelayanan air minum. Salah satu upaya
yang dilakukan dalam upaya percepatan
peningkatan cakupan pelayanan, antara
lain dengan menerapkan program
program yang dapat secara langsung
berkontribusi dalam menambah
cakupan pelayanan, antara lain melalui
program penurunan kebocoran dan
pemanfaatan idle capacity.
Sesuai UU Nomor 23 tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah, penye
diaan air minum adalah salah satu
pelayanan dasar yang merupakan
urusan wajib pemerintah daerah.
Seperti halnya program pembangunan,
aspek pendanaan untuk pembangunan
SPAM juga harus menjadi komitmen
dan perhatian pemerintah daerah.
Namun dengan mempertimbangkan
kemampuan pendanaan pemerintah
daerah, pemerintah pusat juga turut
PALYJA.Co.ID
Unit pengolahan Kanal Banjir Barat
Pemeliharaan Pintu Air ManggaraiHARI AMBARI
9sustaining PaRtnERsHiP Edisi sPAM dAn sAnitAsi 2017
fokusfokus
mendukung pembangunan SPAM di
daerah melalui pendanaan APBN.
“Sehingga pendanaan pembangunan
infrastruktur SPAM merupakan pen
danaan bersama antara pemerintah
daerah dan pemerintah pusat,”
ujarnya.
Selain pembiayaan melalui APBN
dan APBD, pemerintah juga membuka
kesempatan kepada badan usaha un
tuk berkontribusi dalam pengembang an
SPAM, melalui mekanisme Kerjasama
Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU)
sebagaimana tercantum dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 122
tahun 2015 tentang Sistem Penyedia
an Air Minum.
Di satu sisi, pertumbuhan pen
duduk di perkotaan cenderung me
ningkat. Sehingga membutuhkan
investasi jaringan yang besar. Dengan
skema KPBU, diharapkan dapat
mengoptimalkan biaya investasi. Selain
itu, kemampuan membayar di perkotaan
yang cenderung lebih besar pasti juga
lebih menarik minat investor.
“Skema KPBU mempunyai berbagai
macam kelebihan seperti memberikan
alternatif pembiayaan lain karena
keterbatasan pendanaan pemerintah,
efisiensi, teknologi baru yang di
pergunakan oleh swasta dan yang lebih
penting mempercepat peningkatan
cakupan dan kualitas pelayanan publik,”
ujarnya.
Di sisi lain, skema KPBU men
datang kan manfaat bukan hanya bagi
pemerintah, melainkan pula bagi masya
rakat dan swasta. Bagi pemerintah
manfaat itu seperti mempercepat pen
capaian target RPJMN hingga 100%.
KPBU juga bisa salah satu sumber
alternatif pendanaan selain APBN dan
APBD. Sementara bagi masyarakat,
skema itu bakal mempercepat
masyarakat dalam memperoleh akses
air bersih. Bagi swasta, skema tersebut
menjadi potensi keuntungan yang
wajar bagi badan usaha. “Swasta juga
berkesempatan berbuat sosial dengan
membantu masyarakat memperoleh
akses air bersih,” pungkasnya.
Skema KPBU mempunyai berbagai macam kelebihan seperti
memberikan alternatif pembiayaan lain karena keterbatasan pendanaan
pemerintah, efisiensi, teknologi baru yang di pergunakan oleh
swasta dan yang lebih penting mempercepat
peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan publik.
KPBU Terkait Bidang Cipta Karya
Berdasarkan Peraturan Menteri PPN Nomor 4 Tahun 2015, infrastruktur bidang Cipta Karya yang di-KPBU-kan meliputi:
Infrastruktur SPAL Setempat
- Unit Pengolahan
Setempat
- Unit Pengangkutan
- Unit Pengolahan Lumpur
Tinja
- Unit Pembuangan Akhir
- Saluran Pembuangan Air
dan Sanitasi
Infrastruktur Air Minum
- Unit Air Baku
- Unit Produksi
- Unit Distribusi
Infrastruktur SPAL Terpusat
- Unit Pelayanan
- Unit Pengumpulan
- Unit Pengolahan
- Unit Pembuangan Akhir
- Saluran Pembuangan Air
dan Sanitasi
Infrastruktur Persampahan
- Pengangkutan
- Pengolahan dan/atau
- Pemrosesan Akhir
Sampah
SUMBER:DIREKtoRAt JENDERAL CIPtA KARYA
10 sustaining PaRtnERsHiP Edisi sPAM dAn sAnitAsi 2017
toP EvEnttoP EvEnt
Mengingat seberapa pentingnya
SPAM, maka untuk menge
lola dan fokus memikirkan
persoalan SPAM tersebut, pemerintah
membentuk lembaga yang fokus
mengurus dan menjamin ketersediaan
air. Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat mempunyai
Direktorat Sistem Pengembangan Air
Minum (SPAM) yang berada di bawah
Direktorat Jenderal Cipta Karya.
Akan tetapi, dalam pengelolaannya,
SPAM acapkali menjadi masalah,
terutama bagi kotakota besar di Indo
nesia maupun dunia. Yang menjadi
pertanyaan kemudian, sudah sejauh
mana perkembangan pengelolaan,
pembangunan infrastruktur serta
kendalakendalanya?
Direktur Keterpaduan Infrastruktur
Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta
Karya Kementerian PUPR, Dwityo
Akoro Soeranto mengatakan se jak 2015
silam pihaknya sudah mencanangkan
Gerakan 1000100 bidang Cipta Karya
selama lima tahun (20152019) yang
maksudnya adalah 100 persen air
minum, pemukiman kumuh 0 persen
dan pelayanan sanitasi dapat mencapai
100 persen dan menjadi target hingga
2019 mendatang.
Dwityo kemudian menyebut secara
Menengok Perkembangan SPAM di PerkotaanBagi kota-kota besar seperti Jakarta, Medan, dan Bandung, sistem pengelolaan air minum atau yang akrab dikenal dengan sebutan SPAM adalah sesuatu hal yang amat sangat dibutuhkan dalam kehidupannya. Sebab, menyoal SPAM artinya juga menyoal hajat hidup orang banyak.
Waduk Setiabudi
11sustaining PaRtnERsHiP Edisi sPAM dAn sAnitAsi 2017
detail tentang hasil perihal air minum dan
sanitasi yang dicapai selama ini baru
mencapai 74 persen untuk pengelolaan
limbah dan 72 persen untuk air minum,
dimana mereka terus berupaya
untuk target pencapaian. Di suatu
kota, pihaknya dapat saja membantu
pemerintah daerah, membantu output-
base untuk perpipaan, untuk bantuan
dana dari negara lain atau sumber
lainnya.
Namun tentu pipa harus bersambung
dulu dan kualitasnya harus memenuhi
standar oleh Dinas Pekerjaan Umum.
“Kita juga dapat memberikan re
komendasi ke Kementerian Keuangan,
jadi kota itu harus memperlihatkan basis
kinerjanya,” tambahnya.
Dirinya kembali mengingatkan
bahwa soal pelayanan ini bukan
sepenuhnya menjadi tanggung jawab
dari pemerintah pusat semata tapi
juga semua stakeholder yang terkait
untuk penanganan ini. Program
1000100 bukan sematamata dana
dari pemerintah tapi juga pemerintah
daerah dan semua pihak terkait.
Dwityo yang kerap disapa Pak Koko
ini kemudian memberikan gambaran
bahwa untuk mencapai hal itu saja
biaya dapat mencapai Rp751 triliun,
sedangkan di PU sudah dicanangkan
dana mencapai Rp1.128 triliun. “Artinya
masih ada gap dana sekitar Rp500
triliun yang dananya dapat ditutup
dari banyak sumber termasuk dari
pemerintah, pemerintah daerah,
Corporate Social Responsibility (CSR)
atau tanggung jawab sosial perusahaan,
toP EvEnttoP EvEnt
PALYJA.Co.ID
Dwityo Akoro Soeranto
HARI AMBARI
12 sustaining PaRtnERsHiP Edisi sPAM dAn sAnitAsi 2017
toP EvEnttoP EvEnt
kedermawanan serta pihak badan usa
ha dan swasta,” terangnya.
Direktur Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum Ir. Muhammad
Sundoro, M. Eng, menuturkan bahwa
SPAM di perkotaan sebagian besar
menggunakan sistem jaringan per
pipaan yang pengelolaannya berada
di bawah pemerintah daerah, dimana
pengelolaannya dilakukan oleh
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
“Kalau bicara pengelolaan, itu kaitannya
dengan pemerintah daerah yang
diserahkan ke PDAM atau Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD) yang di kabupaten
atau kota tersebut,” terang Sundoro.
“Perkembangannya dari sisi
pengelolaan lumayan baik, cukup baik.
Pengelolaan Perusahaan Air Minum
(PAM) juga mendapai nilai positif
meski tidak terlalu signifikan. Dalam
perkembangannya dari tahun 2014
sampai dengan tahun 2016, jumlah
PDAM yang sehat bertambah meskipun
sedikit, jumlah PDAM yang kurang sehat
juga bertambah dan jumlah PDAM yang
sakit berkurang,” tambahnya.
Sebagai gambaran, berdasarkan
penilaian kinerja yang dilakukan Badan
Peningkatan Penyelenggaraan Sistem
Penyediaan Air Minum (BPPSPAM)
terhadap 371 PDAM pada 2016, dapat
diketahui jumlah PDAM yang berada
dalam kondisi sehat 198 (53%), kurang
sehat 108 (29%), dan sakit 65 (18%).
Kondisi ini berbeda dari tahun 2015,
dimana dari 368 PDAM yang dinilai,
PDAM dalam kondisi sehat 196 (53%),
kurang sehat 100 (27%), dan sakit 72
(20%). Sedangkan pada 2014, dari
359 PDAM yang dinilai, PDAM dalam
kondisi sehat 182 (51%), kurang sehat
103 (29%), dan sakit 74 (21% ).
Sedangkan untuk soal infrastruktur
dasar PAM, Kementerian PUPR mem
Instalasi pengolahan air
IStIMEwA
Instalasi pengolahan air
IStIMEwA
13sustaining PaRtnERsHiP Edisi sPAM dAn sAnitAsi 2017
toP EvEnttoP EvEnt
beri fasilitas terhadap daerah yang
membutuhkan infrastruktur air baku.
Kota atau kabupaten terlebih dahulu
mengajukan usulan untuk fasilitas infra
struktur. Kemudian Kementerian PUPR
akan lihat sumber air bakunya. Setelah
itu, barulah ditentukan infra struktur
yang diperlukan sesuai dengan kualitas
air bakunya.
“Kita tidak bicara dulu soal
pembiayaannya, kita fasilitasi saja
terlebih dahulu. Kalau dilihat dari sisi
infrastruktur, kita punya spesifikasi
terhadap penanganan infrastruktur air
minum,” tegas Sundoro.
Perhitungan cakupan pelayanan
air minum nasional sesuai angka
diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS), yakni 71,14% pada 2016 dengan
cakupan pelayanan di perkotaan
sebesar 81,05% dan di perdesaan
sebesar 60,72%. Sedangkan untuk
target jangka panjang, sesuai arah
tujuan pembangunan berkelanjutan
atau sustainable development goals
(SDGs), pelayanan air minum harus
mencapai seluruh masyarakat (akses
aman untuk semua) yang memenuhi
aspek 4K, yaitu Kuantitas, Kualitas,
Kontinuitas, dan Keterjangkauan.
tantangan yang paling mendasar
adalah bagaimana meningkatkan
kinerja PDAM sebagai ujung tombak
penyediaan pelayanan air minum melalui
jaringan perpipaan bagi masyarakat,
khususnya untuk PDAM yang “kurang
sehat atau sakit”.
Sedangkan untuk PDAM yang
kinerjanya sudah baik, tantang an
nya adalah bagaimana cara mem
pertahankan kinerjanya agar berke
lanjutan hingga dapat memenuhi aspek
4K tersebut.
Pembangunan sarana infrastruktur
PAM dilakukan berdasarkan usulan
pemerintah daerah. Sedangkan kendala
seringkali terjadi di berbagai tingkatan
seperti tingkat pelayanan, pengelolaan,
maupun pembangunan.
tingkat pelayanan menjadi tang
gungjawab pemerintah daerah. Peme
rintah daerah bertindak sebagai
penanggung jawab penyelenggaraan
SPAM dengan operator terkait atau
PDAM untuk di kawasan perkotaan.
Sedangkan pengembangan SPAM di
perkotaan dilakukan oleh Direktorat
Pengembangan SPAM bersamasama
dengan BPPSPAM sebagai pembina.
Direktorat Jenderal Cipta Karya juga
mendukung pembangunan infrastruktur
air minum sebagai stimulan.
Pembinaan yang dilakukan antara
lain menyusun Norma, Standar,
Prosedur, dan Kriteria (NSPK) yang
diperlukan, pelatihan dan pendidikan
baik untuk Sumber Daya Manusia
Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SDM SKPD) dan PDAM, maupun
pendampingan penyusunan business
plan PDAM.
“Itu tidak akan jadi kendala kalau
pemerintah daerah berkomitmen
untuk menindaklanjuti usulan mereka.
Yang jadi kendala bahwa satu sisi
mereka mengusulkan membuat kri
teria yang kita syaratkan seperti lahan
dan pengelolaannya. Utamanya pada
pemanfaatan instalasi kapasitas pro
duksi yang kita bangun,” tambahnya.
Penentuan kinerja PDAM didasar
kan pada kinerja pelayanan air minum
kepada masyarakat dalam bentuk
tingkat capaian pelayanan dan kualitas
pelayanan air minum yang dirasakan
oleh masyarakat.
“Capaian itu ditinjau dari aspek
perencanaan pengembangan SPAM,
pelaksanaan SPAM, dan pengelolaan
aset SPAM. Dari aspekaspek
tersebut, beberapa kota dinilai sudah
menunjukkan pelayanan air minum
yang baik, diantaranya Kota Malang,
Kota Banjarmasin, Kota Pontianak, dan
Kota Bogor,” tandasnya.
SPAM di perkotaan sebagian besar
menggunakan sistem jaringan perpipaan
yang pengelola annya berada di bawah
pemerintah daerah, di mana pengelolaannya
dilaksanakan oleh PDAM.
Muhammad Sundoro
Muhammad SundoroHARI AMBARI
14 sustaining PaRtnERsHiP Edisi sPAM dAn sAnitAsi 2017
REgulasiREgulasi
Ketersediaan Anggaran Pen
dapatan dan Belanja Daerah
(APBD) menjadi salah satu
faktor dalam upaya penyediaan infra
struktur oleh pemerintah daerah. Di satu
sisi terdapat pemerintah daerah yang
memiliki keterbatasan APBD sehingga
tidak dapat menyediakan infrastruktur
publik secara optimal. Di sisi lain,
terdapat pula pemerintah daerah yang
memiliki kecukupan APBD namun
efektivitas dalam pengelolaan anggaran
tersebut untuk penyediaan infrastruktur
masih rendah.
Dengan mempertimbangkan hal
hal tersebut, Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha (KPBU) dengan
mekanisme pengembalian investasi
badan usaha melalui pembayaran
ketersediaan layanan availability pay-
ment (AP) dapat menjadi pilihan
solusi bagi pemerintah daerah dalam
penyediaan infrastruktur.
Secara spesifik, Pasal 11 Ayat (2)
Peraturan Presiden Nomor 38 tahun
2015 tentang Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha dalam Penye
diaan Infrastruktur telah mengatur
bahwa pengembalian investasi badan
usaha pelaksana atas penyediaan
infrastruktur diantaranya bersumber
dari pembayaran Ketersediaan Layanan
(Availability Payment). Pembayaran
Ketersediaan Layanan (Availability
Pay ment) adalah pembayaran secara
berkala oleh Menteri/Kepala Lembaga/
Kepala Daerah kepada Badan Usaha
Pelaksana atas tersedianya layanan
infrastruktur yang sesuai dengan
kualitas dan/atau kriteria sebagaimana
ditentukan dalam perjanjian KPBU.
Sebagai amanat dari Peraturan Presiden
Nomor 38 tahun 2015, Menteri Dalam
Negeri telah menetapkan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 96 tahun
2016 tentang Pembayaran Ketersediaan
Layanan dalam Rangka Kerjasama
Pemerintah Daerah dengan Badan
Usaha (KPDBU) dalam Penyediaan
Infrastruktur di Daerah.
Mekanisme AP sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 96 tahun 2016 berbeda dengan
mekanisme kontrak tahun jamak untuk
pengadaan barang/jasa pemerintah.
Apabila dalam kontrak tahun jamak
jangka waktu kontrak dibatasi 5 tahun
dan tidak melampaui masa jabatan
kepada daerah, maka pada skema AP
dapat dilakukan 5 tahun (bahkan sampai
10 atau 15 tahun) dan dapat melampaui
masa jabatan kepala dae rah.
Pelaksanaan pembayaran AP wajib
dialokasikan oleh PJPK berdasarkan
perjanjian KPDBU dalam Peraturan
Daerah tentang APBD dan Peraturan
Kepala Daerah tentang Penjabaran
APBD. Pelaksanaan pembayaran Keter
sediaan Layanan yang dialokasikan
oleh PJPK tersebut wajib disetujui
oleh DPRD selama masa perjanjian
KPDBU.
Dalam proses penyiapan proyek
KPDBU, Kepala Daerah menyampaikan
dokumen rencana KPDBU yang me
muat antara lain hasil studi awal atau
Outline Business Case (oBC) dan studi
penyiapan atau Final Business Case
(FBC) serta proyeksi penghitungan
pembayaran ketersediaan layanan
kepada Gubernur (untuk kabupaten/
kota) atau Menteri Dalam Negeri untuk
mendapatkan pertimbangan.
Pertimbangan sebagaimana
dimak sud dilakukan untuk meneliti
dan menilai kesesuaian dokumen
Availability Payment untuk Pemerintah DaerahSkema KPDBU dengan pengem balian investasi badan usaha melalui Availability Pay ment menjadi terobosan penting ba gi pemerintah daerah dalam upaya penyediaan infrastruktur.
15sustaining PaRtnERsHiP Edisi sPAM dAn sAnitAsi 2017
REgulasiREgulasi
rencana kegiatan KPDBU dengan
Ren cana Pembangunan Jangka Me
nengah Dae rah (RPJMD), Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (RKPD),
Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan
Prioritas Plafon Anggaran Sementara
(PPAS), kelayakan kemampuan ke
uangan daerah pada tahapan studi
awal atau oBC dan studi penyiapan
atau FBC.
Dalam hal rencana kegiatan KPDBU
mendapatkan dukungan pemerintah
pusat meliputi dukungan penyiapan
proyek atau Project Development
Facility (PDF) dan kontribusi fiskal dalam
bentuk finansial atau Viability Gap Fund
(vGF) atau dukungan penjaminan, maka
pemberian pertimbangan dilakukan
setelah melalui proses koordinasi
antara Kementerian Dalam Negeri dan
Kementerian Keuangan.
Pelaksanaan pembayaran AP di
laksanakan setelah infrastruktur yang
disediakan oleh badan usaha telah
dapat dioperasikan.
Sebelum dioperasikan, infrastruktur
sebagaimana dimaksud diuji untuk
dipastikan bahwa infrastruktur telah
memenuhi spesifikasi keluaran (output
specification) sebagaimana diatur
dalam perjanjian KPDBU. Pem bayaran
melalui AP dilaksanakan meng acu
kepada pemenuhan indikator kinerja
layanan (performance indicator) yang
telah ditetapkan dan diatur dalam
perjanjian KPDBU.
Skema KPDBU dengan pengem
balian investasi badan usaha melalui
AP menjadi terobosan penting ba
gi pemerintah daerah dalam upaya
penyediaan infrastruktur. Melalui
AP, pemerintah daerah dapat meng
optimalkan penyediaan infrastruktur
sesuai dengan tingkat kemampuan fiskal
dan tingkat kemampuan implementasi
proyek masingmasing. Hal ini akan
menjadi pertimbangan bagi pemerintah
daerah dalam memilih skema KPDBU,
apakah untuk mengoptimalkan ter
batasnya kemampuan fiskal daerah
atau untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas layanan infrastruktur kepada
masyarakat.
Namun demikian dalam pene rap
annya perlu memperhatikan kemam
puan keuangan dan kesinambungan
APBD pemerintah daerah. Proses
identifikasi dan pemilihan proyek
KPDBU menjadi tahap penting. AP
diharapkan dapat diimplementasikan
untuk proyek infrastruktur yang sangat
dibutuhkan masyarakat.
Pembangunan infrastruktur transportasi
HARI AMBARI
16 sustaining PaRtnERsHiP Edisi sPAM dAn sAnitAsi 2017
snaPsHotsnaPsHot
Sekelompok Pekerja Penanganan Sarana dan Prasarana Umum (PPSU) sedang melakukan pembersihan Kali Krukut, Jakarta.
Persoalan limbah rumah tangga kerap menjadi salah satu faktor penyebab tercemarnya air di ibu kota.
Ketidakrapihan tata kota
acapkali jadi penyebab
penyempitan kali di Jakarta.
Hal ini secara langsung
maupun tidak langsung
menghambat arus air yang
mengalir di kali.
HARI AMBARI
HARI AMBARI
17sustaining PaRtnERsHiP Edisi sPAM dAn sAnitAsi 2017
snaPsHotsnaPsHot
Seorang
petugas
memeriksa
kondisi
instalasi
pengolahan
air minum
Pejompongan,
Jakarta,
beberapa
waktu lalu.
Alat berat dikerahkan untuk membersihkan limbah rumah tangga yang menyumbat laju air di Pintu Air Manggarai, Jakarta
Selatan. Di beberapa kota yang ada di negara maju, dengan sistem pengelolaan air yang baik, air kali dimanfaatkan menjadi
sumber air bersih untuk kehidupan warga perkotaan.
HARI AMBARI
HARI AMBARI
18 sustaining PaRtnERsHiP Edisi sPAM dAn sAnitAsi 2017
Bicara mengenai kota dan
perkotaan, yang tidak kalah
pentingnya untuk dibahas
adalah mengenai limbah yang ada di
perkotaan dan cara pemanfaatannya.
terkait dengan hal tersebut Direktur
Utama PD PAL Jaya, Subekti, bahwa
salah satu infrastruktur yang paling
kurang menarik perhatian adalah infra
struktur pengelolaan limbah per kotaan.
Infrastruktur limbah ini tidak meng
hasilkan keuntungan finansial secara
langsung, melainkan keuntungan
ekonomi jangka panjang di sebuah kota
bahkan negara.
Penanganan limbah adalah kenis
cayaan di negara mana pun, di negara
maju bahkan sejak awal master plan
atau tata rancang pembangunan kota
sejak awal dilakukan. Pengaliran limbah
dilakukan di bawah tanah dengan kanal
besarnya.
“Secara ekonomis, dalam jangka
panjang, proyek ini harus dilakukan
karena menangani limbah sama dengan
menyelamatkan generasi sekarang. Kita
cek saja bagaimana prestasi generasi
muda dari lingkungan sanitasi yang
sehat dan mengonsumsi air bersih dari
tarutung, wonogiri dan Gunung Kidul
misalnya, berbeda dengan sanitasi
buruk di kota. Dalam jangka pendek,
sanitasi buruk berdampak kepada
penyakit panuan, kudisan, kolera
dan diare, jangka menengah dapat
berupa penyakit liver dan ginjal, jangka
panjangnya sebagaimana pernah di
nyatakan oleh Sri Mulyani dalam
pidatonya, berdampak stunting yaitu
per tumbuhan tak sempurna atau cebol,
ini bukan karena genetika tapi akibat
sanitasi buruk,” papar Direktur Utama
PD PAL Jaya, Subekti, saat diwawancara
di ruang kerjanya, Kamis (19/10).
Untuk itu, dia mengungkapkan
perlu nya pembangunan limbah. Dia
menyebut tentang infrastruktur limbah
ini adalah dua sistem yaitu perpipaan
yaitu on side dan nonperpipaan
yaitu off side. Untuk perpipaan di kota
Jakarta, dia mengatakan PD PAL Jaya
selama ini baru di zona 0 plus yang
perpipaannya ada di Senayan, SCBD,
Gatot Subroto, Setia Budi, Bendungan
Hilir dan Manggarai.
“Pipa kami baru 95 kilometer, baru
melayani 10,8 km2. Kita melayani
gedung tinggi dan rumahrumah. Pipa
ini kita tangani sebatas black water
Ragam inovasi
Penanganan limbah adalah keniscayaan di negara mana pun. Di negara maju, bahkan sejak dilakukan sejak awal master plan atau tata rancang pembangunan kota.
Teknik Pengelolaan LimbahHARI AMBARI
Subekti
19sustaining PaRtnERsHiP Edisi sPAM dAn sAnitAsi 2017
yaitu limbah kakus dan sejenisnya. Di
luar itu penangannya ya nonperpipaan
termasuk grey water yaitu limbah
mandi, cuci dan lainlain. Limbah per
pipaan penanganannya ada di dua
fasilitas treatment yaitu di IPLt – Insta
lasi Pengolah Lumpur tinja–yaitu di
Pulo Gebang Barat dan Kosambi. Selan
jutnya limbahlimbah air yang dibuang
oleh masyarakat tersebut akan melalui
proses pengolahan hingga memenuhi
syarat baku mutu,” ujarnya.
Infrastruktur perpipaan limbah
inves tasinya mahal karena teknologi
nya menggunakan boring dan micro-
tunneling sama seperti
penanganan terhadap
MRt. Ciri khas investasi
perpipaan ini mahal
dan lama. “Kita baru
menggunakan pipa
ukuran 11,2 meter,
kalau master plan dapat
sampai 3 meteran. Pipa
yang dibuat harus tidak
bertekanan karena di
dalam limbah itu ada gas.
Makanya, konstruksinya
pun harus tanpa gravitasi,
kami membuat sisi lainnya
13 meter dalamnya, jadi
sifatnya dialirkan,” ujarnya.
Yang disebut sebagai
master plan ini memang
kerja besar sehingga dapat saja ketika
diprogramkan pada 2009, kons truksi
dapat berjalan hingga 2026 dengan
pemerintahan yang berbeda. “Konstruksi
yang lama inilah yang sama sekali tidak
seksi dalam sebuah program di sebuah
negara,” tambah Subekti.
Pengelolaan Limbah Perlu Sentuhan Skema KPBU
Untuk itu, ketika berbicara skema
pembiayaan KPBU (kerja sama peme
rintah dan badan usaha) untuk rancang
an pembangunan proyek pembangunan
limbah jelas perlu mendapatkan per
hatian. Skema pembiayaan KPBU
yang menjadi alternatif pembiayaan
pembangunan di luar APBD yang
tidak berupa investasi langsung (direct
investment), tetap memiliki konsekuensi
kerugian materi bila tidak menjalankan
komitmen kerja sama. Sedangkan
infrastruktur pembangunan limbah ini
tidak memberikan manfaat langsung
berupa pendanaan melainkan faktor
ekonomis tadi yang berguna bagi
generasi muda bangsa kelak.
Dia mengaku bahwa teknologi seka
rang berkembang begitu jauh sehingga
muncul pemikiran tentang waste to ener-
gy. Dia pun menyebutkan bahwa hingga
kini pihaknya masih riset meski masih
bersifat percobaan yaitu menciptakan
bricket yang diolah dari limbah PD
PAL Jaya ditambah limbah kompos
menghasilkan bricket untuk energi
pembakaran atau menciptakan api.
“Jadi setelah lumpur tinja disedot,
hasilnya kan dua berupa air, nah
padatan ini yang digunakan selain untuk
pupuk tanaman nonpangan, juga kami
sedang riset membuat bricket 3.500
kalori seperti batubara. Kemarin sudah
dicoba dan bagus hasil apinya. Memang
masih belum ekonomis, masih feasible
sifatnya, namun dapat mengarah bahwa
limbah. Di beberapa negara, gas ini
ditangkap oleh generator lalu menjadi
listrik meski belum ekonomis, tapi yang
terpenting sudah dapat dikonversi,”
papar Subekti lagi.
Jadi, melalui kerja sama dengan
Stt PLN yang letaknya berdekatan
dengan posisi PD PAL Jaya di Duri
Kosambi, hasil padatan dari lumpur
tinja ini dicampur dengan kompos yang
sudah difermentasi. Bricket ini ternyata
dapat mencapai energi sampai 4.500
kilokalori. Riset ini juga dapat mengarah
pada konversi menjadi listrik.
Peran swasta untuk perpipaan
secara murni jelas tidak
mungkin, kecuali trans
portasi off side yang se lain
ditangani oleh 31 arma
da milik PD PAL Jaya, di
bandingkan kurangle
bih 300 truk milik pihak
swasta yang menyediakan
layanan jasa sedot tinja
baik untuk perkantoran
dan rumahrumah di
Jakarta. “Yang penting
swasta membuangnya ke
instalasi, kita tidak akan
membunuh swasta jadi
biarkan mereka berusaha
di bidang itu,” jelasnya.
Menurutnya, bagai
mana pun, penanganan
terhadap limbah adalah persoalan
masa depan bangsa, sehing ga pada
skema KPBU pun diperlukan hal lain
yaitu insentif dari pemerintah yaitu
berupa skema vGF (Viability Gap
Fund) – dukungan kelayakan untuk
infra struktur atau juga ketersediaan
layanan (availability payment).
“vGF merupakan dukungan
pembiayaan yang diberikan oleh
pemerintah pusat dalam proyek KPBU
untuk membiayai sebagian porsi dari
biaya konstruksi proyek, sehingga
demi pentingnya proyek masa depan
ini, misalnya, tipping fee dapat ditekan
secara maksimal,” tutupnya.
Ragam inovasi
Subekti memegang bricket berbahan limbah kompos.HARI AMBARI
20 sustaining PaRtnERsHiP Edisi sPAM dAn sAnitAsi 2017
insPiRasimitRa
Perusahaan yang memiliki motto “maju dengan karya bermutu” ini banyak menyelesaikan bangunan bertingkat di ibu kota, tentu nya dengan menunjukkan hasil dari kerja dan kinerja yang mumpuni.
Pt waskita Karya merupakan
salah satu perusahaan Badan
Hukum Milik Negara (BHMN)
yang berperan dalam melakukan
pembangunan. Jika ditilik dari asal
muasal berdirinya, perusahaan yang
didirikan pada 1 Januari 1961 ini
berasal dari sebuah perusahaan
Belanda bernama “Volker Maatschappij
NV Aannemings”, yang diambil alih
berdasarkan Keputusan Pemerintah
Nomor 62 tahun 1961.
Dalam menjalankan kerjakerja
pem bangunannya, perusahaan yang
bergerak di bidang pembangunan
ini memiliki visi menjadi perusahaan
Indonesia terkemuka di bidang industri
konstruksi, rekayasa, investasi, infra
struktur dan property/realty. Pada
awalnya, waskita Karya berpartisipasi
dalam perkembangan air yang terkait
termasuk reklamasi, pengerukan pela
buhan, dan irigasi.
Soal perubahan namanya, hal
tersebut terjadi sejak tahun 1973, yang
mana status hukum waskita Karya telah
diubah menjadi “Persero” Pt waskita
Karya, dengan lebih familiar dipanggil
“waskita”. Sejak saat itu, perusahaan
mulai mengembangkan usahanya
sebagai kontraktor umum yang terlibat
dalam jangkauan yang lebih luas dalam
kegiatan konstruksi termasuk jalan
raya, jembatan, pelabuhan, bandara,
bangunan, tanaman pembuangan
limbah, pabrik semen, pabrik dan
fasilitas industri lainnya.
Perusahaan yang memiliki motto
“maju dengan karya bermutu” ini pada
saat memasuki tahun 1990 banyak
menyelesaikan bangunan bertingkat di
ibu kota, tentunya dengan menunjukkan
hasil dari kerja dan kinerja yang
mumpuni.
Beberapa diantaranya, waskita telah
menyelesaikan pembangunan gedung
BNI City, Bank Indonesia, Graha Niaga
tower, Mandiri Plaza tower, ShangriLa
Hotel dan beberapa bangunan kantor
dan apartemen bertingkat lainnya di
Jakarta dan kotakota lain di Indonesia.
tidak cukup sampai disitu, waskita
juga telah mencapai kinerja dalam
pembangunan jembatan beton bentang
panjang dengan menggunakan
sistem kantilever bebas dan berhasil
menyelesaikan tiga jembatan: Raja
Mandala, Rantau Berangin, dan Bare
lang Iv. Prestasi besar menggunakan
teknologi serupa terbentuk dalam
pembangunan jalan layang Pasteur
CikapayangSurapati dan jembatan
cable-stayed di Bandung.
Mulai saat itu, waskita terus konsis
ten melakukan ker ja membangun
negara, tentunya dengan ceritacerita
keber hasilan nya dalam membangun
gedung serta infrastruktur ternama yang
berdiri di Jakarta maupun di kotakota
lain yang ada di tanah Air, termasuk
sanitasi dan sistem pengelolaan air
minum (SPAM).
Menyadari arti pentingnya ke
tersediaan infrastruktur dan mahalnya
biaya dalam melakukan pembangun,
maka di era sekarang, pemerintah pusat,
daerah dan swasta berkomitmen tetap
melakukan pembangunan. Akan tetapi,
pembangunan kali ini mengedepankan
skema kerja sama, yaitu skema KPBU.
Dalam acara talk show yang digelar
pada Kamis (17/2) di Jakarta, Direktur
Utama Pt waskita Karya, M Choliq
mengakui bahwa pihaknya sempat
kesulitan mencari tambahan ekuitas
saat membangun proyek waskita toll
Road yang panjangnya mencapai total
1.050 km. “Saya berharap, skema KPBU
bisa menjadi semacam solusi dalam
melakukan pembangunan infrastruktur
di tanah Air, khususnya mengenai
pembiayaannya,” tutupnya.
PT Waskita Karya
Gedung Waskita Karya
wASKItA.Co.ID
Jalan layang Pasteur-Surapati
wASKItA.Co.ID
21sustaining PaRtnERsHiP Edisi sPAM dAn sAnitAsi 2017
insPiRasimitRa
Bagi kotakota besar di Indo
nesia, semisal Jakarta, Ban
dung, Medan, Surabaya, dan
Bali, persoalan air bersih atau air
minum menjadi salah satu hal yang
acapkali menyedot perhatian pemimpin
mau pun masyarakat perkotaan
tersebut. Kenapa tidak, banyaknya
limbah rumah tangga maupun limbah
industri kerap mencemari saluran
saluran air di kotakota itu, baik kali
maupun danaunya.
Untuk hal ini, dibutuhkan kemam puan
sosok pemimpin yang bisa me mahami
akar persoalan sekaligus me mpunyai
penyelesaian yang solutif dalam me
nyelesaikan persoalanpersoalan antara
keter paduan infrastruktur pemukiman
dengan Sistem Pengelolaan Air Minum
(SPAM) di suatu kota.
Untuk hal ini, Kementerian Peker
jaan Umum dan Perumahan Rakyat,
Republik Indonesia (PUPR RI) mem
percayakannya kepada Dwityo Akoro
Soeranto, MURP. Direktur Keterpaduan
Infrastruktur Permukiman, Ditjen Cipta
Karya Kementerian PUPR.
Dengan kata lain, bagaimana
keterpaduan antara infrastruktur ini
bisa menjadi semacam jawaban atas
ketidakteraturan pemukiman di suatu
wilayah kota dengan pengelolaan
air bersih atau air minumnya. Selain
kemampuan memimpin dan menge
lola, juga dibutuhkan tindakan nyata
sekaligus kerja sama antara pemerin tah
pusat, daerah maupun masyarakat.
Dalam hal keterpaduan infrastruktur,
baik pemukiman, sanitasi maupun
SPAM, Ditjen Cipta Karya bertugas
memberikan fasilitas pembinaan
dan pengaturan untuk pemerintah
daerah untuk menata permukiman,
membina penata bangunan, dan
mengembangkan sistem penye diaan air
minum hingga penye hatan lingkungan
permukiman termasuk limbah domestik
dan persampahan.
tak hanya itu, lelaki yang sebelumnya
pernah menjabat Kasubdit Kerja Sama
Luar Negeri, Direktorat Bina Program
ini mengatakan bahwa sebagaimana
yang tercantum dalam syarat Smart
Green Community dan Smart Green
Government perlu dilakukan tindakan
yang nyata di dalam kehidupan indivi du
al bagi tiap pribadi masyarakat termasuk
dirinya agar dapat mewujudkan kota
yang memiliki masa depan khususnya
bagi generasi muda.
Artinya, kesadaran kota yang cerdas
dan hijau wajib disadari oleh setiap
warga kota. Hal itu dapat dilakukan
secara nyata, salah satunya adalah
bagaimana menghemat penggunaan air
di kamar mandi. Misalnya, membiarkan
air tetap mengalir selama menggosok
gigi. Padahal, aliran air dapat dihentikan
sementara, sehingga penggunaan air
lebih hemat.
Begitu juga saat membuang sampah.
Masih ada warga yang mencampur
sampah yang akan dibuang. Padahal,
sampah organik dan nonorganik dapat
dipisahkan sebelum dimasukkan ke
tempar sampah, dan tempat sampah
yang disediakan pun telah dirancang
untuk hal tersebut.
Di Cipta Karya, ia bahkan pernah
mengadakan Jambore Sanitasi yang
bertujuan memilih duta atau penyuluh
sanitasi muda yang akan berperan
aktif dalam pembangunan masyarakat
peduli sanitasi secara berkelanjutan.
Kegiatan yang diikuti siswa sekolah
menengah pertama ini bertujuan
men dorong peserta untuk berperan
serta dalam pembangunan sanitasi
di rumah dan lingkungannya, serta
turut mengkampanyekan peningkatan
sanitasi.
HARI AMBARI
Dwityo Akoro Soeranto Direktur keterpaduan infrastruktur Permukiman, Ditjen Cipta karya kementerian PuPR
Smart Green Community dan Smart Green Government Perlu Tindakan Nyata Setiap orang tidak boleh segan dan berhenti melakukan sosialisasi gaya hidup hijau dan cerdas, karena efeknya dalam jangka panjang menyangkut kehidupan generasi muda di masa mendatang.
Dwityo Akoro Soeranto
22 sustaining PaRtnERsHiP Edisi sPAM dAn sAnitAsi 2017
Konferensi Sanitasi Dan Air Minum Nasional 2017:
Optimasi Pendanaan untuk Akses Universal Air Minum dan Sanitasi 2019
Upaya penyediaan layanan sanitasi dan air minum layak bagi penduduk Indonesia terus menunjukkan peningkatan dalam 10 tahun terakhir. Kemajuan tersebut tidak terlepas dari kerja sama pelaku pembangunan di tingkat pusat dan daerah.
Untuk terus mempertahankan
peningkatan pertumbuhan la
yanan dan kolaborasi antar
pelaku pembangunan, Kelompok Kerja
Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
(Pokja AMPL) Nasional, Kementerian
PPN/Bappenas dan mitra pembangun
an di sektor air minum dan sanitasi
kembali menyelenggarakan Konferensi
Sanitasi dan Air Minum Nasional
(KSAN) pada Selasa, 7 November
2017 di Hotel Le Meridien, Jakarta.
Acara KSAN tahun ini bertema “Kerja
Bersama Kejar Akses Universal” yang
pembahasannya fokus pada optimasi
pembiayaan untuk pembangunan sektor
air minum dan sanitasi. Acara ini dihadiri
oleh berbagai pemangku kepentingan
seperti pemerintah, legislatif, LSM,
donor, swasta dan media.
Acara KSAN dibuka oleh Menteri
Kesehatan, Nila Farid Moeloek, dan
dilanjutkan dengan keynote speech
oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas,
Bambang Brodjonegoro. Menteri
Kesehatan, Nila Farid Moeloek
mengatakan bahwa penyediaan
layan an air minum dan sanitasi turut
berkontribusi pada penurunan masalah
gizi buruk kronis (stunting). Saat ini
masih ada 37,2 persen atau sekitar
9 juta anak di Indonesia mengalami
stunting. Penanganan stunting tidak
hanya dilakukan dengan memberikan
makanan tambahan, namun juga melalui
penyediaan air minum dan sanitasi yang
layak dan aman.
Dalam keynote speech, Menteri
PPN/Kepala Bappenas mengatakan
bahwa pemenuhan akses air minum
dan sanitasi merupakan prioritas
pembangunan nasional. Hal ini terkait
dengan upaya meningkatkan kualitas
hidup masyarakat dan pe menuhan
hak dasar bagi seluruh pen duduk
Indonesia.
BAPPENAS
kabaR kPbukabaR kPbu
23sustaining PaRtnERsHiP Edisi sPAM dAn sAnitAsi 2017
BAPPENAS
Selain membahas optimasi me
kanis me pembiayaan melalui APBN
dan APBD serta menggali potensi
pembiayaan nonAPBN dan nonAPBD,
dihadirkan juga beberapa pemerintah
daerah yang telah memiliki kisah sukses
dalam mensinergikan sumbersumber
pembiayaan untuk pembangunan air
minum dan sanitasi.
terdapat beberapa sesi pada acara
KSAN tahun ini yakni AMPL Award,
Sanitation and Water Forum, High Level
Dialogue dan SDGs Forum. AMPL
Award merupakan penghargaan yang
diberikan bagi institusi pemerintah, non
pemerintah dan kelompok masyarakat
yang berperan dalam pembangunan
air minum dan sanitasi. Pada Sanitation
and Water Forum, dibahas mengenai
pemanfatan Dana Alokasi Khusus
(DAK), Dana Desa dan pembiayaan
kreatif lainnya seperti KPBU, CSR dan
lainnya.
Sebagai acara utama, High Level
Dialogue dilaksanakan untuk mem
bahas dukungan pendanaan dari APBD,
APBN dan pendanaan lainnya dalam
rangka mencapai akses universal air
minum dan sanitasi. Sesi ini dihadiri oleh
perwakilan Eselon 1 dari Kementerian
PPN/Kepala Bappenas, Kementerian
Keuangan, Kementerian Dalam Negeri,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Pe
rumahan Rakyat, Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah tertinggal
dan transmigrasi, Kementerian Ling
kungan Hidup dan Kehutanan, Kemen
terian Kesehatan, kepala daerah
dan mitra pembangunan. Hasil dari
keseluruhan diskusi di KSAN 2017
menjadi rekomendasi bagi pemangku
kepentingan dan mitra pembangunan
untuk mendorong komitmen pemerin
tah, swasta dan masyarakat, khususnya
dalam pembiayaan pembangunan air
minum yang aman dan sanitasi yang
layak bagi semua orang dalam rangka
mencapat target akses universal pada
2019.
BAPPENASBAPPENASBAPPENASBAPPENAS
Dr. Ir. H. Abdul Nadjib, MM Nila Farid MoeloekBambang Brodjonegoro Wahanudin
kabaR kPbukabaR kPbu
24 sustaining PaRtnERsHiP Edisi sPAM dAn sAnitAsi 2017
kolomkolom
Peluang Pemanfaatan KPBU dalam Mendukung Pelaksanaan Jaminan Kesehatan NasionalKebijakan Jaminan Kesehatan Nasional di Indonesia
Kehidupan berbangsa dan bernegara
dalam 72 tahun era kemerdekaan, tidak
pernah lepas dari tantangan. Salah satu
dari sekian banyak tantangan adalah
kerentanan yang merupakan isu besar
dalam setiap periode pembangunan.
terkait hal itu, pemerintah bertarget untuk
memastikan meningkatnya kesempatan
dan kemampuan masyarakat miskin
dan rentan menuju kesejahteraan yang
berkelanjutan. Salah satu program
dari prioritas tersebut adalah jaminan
dan bantuan sosial tepat sasaran dengan kegiatan prioritas
peningkatan pelayanan jaminan sosial.
UndangUndang Dasar 1945 baik dalam Pembukaan
maupun Batang tubuh mengamanatkan kepastian per
lindung an seluruh masyarakat Indonesia. Sesuai amanat
UUD 1945 Pasal 28H ayat 3, setiap warga negara berhak atas
jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya
secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. Landasan
konstitusional ini juga mengamanatkan untuk hak setiap
orang untuk mendapatkan perolehan pelayanan kesehatan.
Pemerintah berupaya mewujudkan hal ini melalui jalan panjang
hingga akhirnya terbit UndangUndang Nomor 4 tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). tujuh tahun
berikutnya, UndangUndang Nomor 24 tahun 2011 tentang
Badan Penyelanggara Jaminan Sosial (BPJS), menjadi dasar
transformasi berbagai Badan Usaha Milik Negara terkait
dengan jaminan sosial menjadi Badan Hukum Publik untuk
mempercepat terselenggaranya sistem jaminan sosial nasional
bagi seluruh rakyat Indonesia.
SJSN bertujuan untuk memberikan jaminan terpenuhinya
kebutuhan dasar hidup yang bagi setiap peserta dan/atau
anggota keluarganya apabila terjadi terjadi halhal yang dapat
mengakibatkan mengakibatkan hilang atau berkurangnya
pendapatan karena menderita sakit, mengalami kecelakaan
kerja, memasuki usia lanjut /pensiun, atau meninggal
dunia. Pelaksanaan SJSN berdasar pada tiga asas yaitu
kemanusiaan, manfaat, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia serta sembilan prinsip yaitu kegotongroyongan,
nirlaba, keterbukaan, kehatihatian, akuntabilitas, portabilitas,
kepesertaan, wajib dana amanat, dan hasil pengelolaan dana
digunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan
sebesarbesarnya untuk kepentingan
peserta. Berdasarkan UU SJSN, program
jaminan sosial terdiri dari Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) dan Jaminan
Sosial Bidang Ketenagakerjaan yang
meliputi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK),
Jaminan Pensiun (JP), Jaminan Hari tua
(JHt), dan Jaminan Kematian (JKm).
Pelaksanaan program JKN/Kar
tu Indonesia Sehat (KIS) sendiri mem
perlihatkan perkembangan yang progresif.
Dalam tiga tahun pelaksanaannya sejak
tahun 2014, cakupan peserta semakin
meningkat setiap tahunnya. Cakupan
peserta JKN/KIS terus bertambah dari 156,79 juta jiwa (2015)
menjadi 171,94 juta jiwa (2016). Pada 31 Agustus 2017, peserta
program JKN/KIS telah mencapai 180,78 juta jiwa.
Capaian jumlah Fasilitas Kesehatan tingkat Pertama
(FKtP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan tingkat Lanjut
(FKRtL) yang bekerja sama dengan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan hingga awal oktober
2017 yaitu sebanyak 27.154 fasilitas kesehatan. Pemerintah
memberikan subsidi premi bagi masyarakat rentan (Penerima
Bantuan Iuran/PBI). Namun, saat ini, masyarakat rentan
banyak belum dapat menjangkau fasilitas kesehatan karena
akses dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu, utilization
rate bagi masyarakat rentan relatif rendah dibandingkan
masyarakat lain.
Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional/Kartu Indonesia Sehat (JKN/KIS) Tahun 2017
Sumber: BPJS Kesehatan, 2017
*) Realisasi sampai dengan akhir Agustus 2017 (angka sementara)
Hariyadi
Perencana di Direktorat Perencanaan
Kependudukan dan Perlindungan Sosial.
Sidayu Ariteja
Perencana di Direktorat
Kesehatan dan Gizi Masyarakat.
Oleh:
25sustaining PaRtnERsHiP Edisi sPAM dAn sAnitAsi 2017
Fasilitas Kesehatan yang Mendukung Program JKN/KIS Tahun 2017*
Sumber: BPJS Kesehatan, 2017*) Realisasi sampai dengan akhir Mei 2017 (angka sementara)
Arah kebijakan dan strategi SJSN ke depan antara lain
perluasan cakupan dan paket manfaat bagi penduduk rentan
dan pekerja informal khususnya di sektor usaha kecil dan mikro.
Upaya peningkatan cakupan tersebut perlu dukungan sosiali
sasi, advokasi dan edukasi mengenai manfaat program kepada
pemerintah daerah, perusahaan, pekerja, dan penduduk bukan
pekerja. Selanjutnya, dalam hal kesinambungan program dan
finansial diperlukan dukungan sistem monitoring dan evaluasi
terpadu SJSN, baik JKN maupun jaminan ketenagakerjaan. Hal
lain yang tidak kalah penting yaitu upaya unifikasi/sinkronisasi
data kepesertaan jaminan sosial dengan data kependudukan
menggunakan Nomor Induk Kependudukan (NIK) sebagai
nomor unik setiap peserta. Hal ini sangat diperlukan untuk
pengembangan kepesertaan di masa yang akan datang.
Jaminan Kesehatan Nasional dan Kesenjangan Pelayanan Kesehatan
Menurut UndangUndang Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan dapat dibagi
menjadi pelayanan kesehatan tingkat pertama (dasar),
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat kedua (spesialistik), dan
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat ketiga (subspesialistik).
Keberadaan puskesmas sebagai salah satu fasilitas pelayanan
kesehatan dasar menjadi hal yang penting dalam sistem
pelayanan kesehatan di Indonesia. Sedangkan rumah sakit
merupakan wadah bagi pelayanan kesehatan spesialistik
dan subspesialistik. Peningkatan akses terhadap fasilitas
pelayanan kesehatan menjadi salah satu prioritas pemerintah
dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Sumber: Penulis, 2017
Kebijakan pemerintah dalam pelaksanaan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) harus didukung oleh penyediaan
sisi supply pelayanan kesehatan yang optimal. Salah satu isu
utama di penyediaan sisi supply pelayanan kesehatan adalah
kesenjangan, baik jumlah maupun kualitas. Permasalahan
disparitas ini terkait dengan penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan pendukungnya, seperti tenaga kesehatan.
Kesenjangan jumlah dan kualitas antara daerah barat dan
daerah timur, daerah kaya dan daerah miskin, serta daerah
kota dan daerah desa masih menjadi penghambat optimalnya
pelayanan kesehatan yang merata dan inklusif.
Fasilitas pelayanan kesehatan merupakan salah satu
pendukung utama sistem kesehatan. Puskesmas sebagai
fasilitas pelayanan kesehatan dasar menjadi seperti gatekeeper
bagi sistem kesehatan di Indonesia. Secara kumulatif, jumlah
puskesmas meningkat dari tahun ke tahun, menjadi sejumlah
9.767 unit pada tahun 2016. Namun masih terdapat ketimpang
an antar provinsi di Indonesia, seperti tergambar dalam rasio
per kecamatan (Profil Kesehatan 2016, Kementerian Kesehatan,
2017). Apabila dilihat pula ketenagaan kesehatan di puskesmas
(Profil Kesehatan 2016, Kementerian Kesehatan, 2017), masih
terdapat lebih dari 26 persen puskesmas di Indonesia yang
kekurangan dokter (Profil Kesehatan 2016, Kementerian
Kesehatan, 2017). Begitu pula dengan bidan, 20,53 persen
puskesmas di Indonesia masih kekurangan tenaga bidan (Profil
Kesehatan 2016, Kementerian Kesehatan, 2017).
(a) Jumlah Puskesmas Tahun 2012 - 2016
(b) Rasio Puskesmas per Kecamatan Tahun 2016
kolomkolom
26 sustaining PaRtnERsHiP Edisi sPAM dAn sAnitAsi 2017
kolomkolom
(c) Persentase Puskesmas dengan Kecukupan Dokter menurut Wilayah Tahun 2016
(d) Persentase Puskesmas dengan Kecukupan Bidan menurut Wilayah Tahun 2016
Sumber: Profil Kesehatan 2016, Kementerian Kesehatan
Rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan rujukan
juga mengalami perkembangan. Sampai dengan oktober
2017, jumlah rumah sakit di Indonesia mencapai 2.750 buah
yang didominasi oleh rumah sakit Badan Usaha (RS Online,
Kementerian Kesehatan, 2017). Namun bila dilihat dari tempat
tidurnya, rumah sakit milik pemerintah, baik pusat maupun
daerah, memiliki jumlah yang lebih besar daripada rumah sakit
milik privat (RS Online, Kementerian Kesehatan, 2017). Rasio
jumlah tempat tidur rumah sakit di Indonesia masih di bawah
standar wHo (1,5 tempat tidur per 1.000 penduduk) (Profil
Kesehatan 2016, Kementerian Kesehatan, 2017). Kesenjangan
rasio juga masih terjadi antar provinsi (Profil Kesehatan 2016,
Kementerian Kesehatan, 2017). Secara kualitas yang diukur
melalui akreditasi, baru sekitar 33 persen rumah sakit yang
sesuai dengan standar (Profil Kesehatan 2016, Kementerian
Kesehatan, 2017). terkait dengan ketenagaan kesehatan di
rumah sakit, terdapat 49.792 dokter spesialis dengan proporsi
terbesar pada dokter spesialis dasar sebesar 42,6 persen.
Permasalahan kesenjangan tergambar pada persentase rumah
sakit kabupaten/kota kelas C yang memiliki standar jumlah
dokter spesialis yang hanya terpenuhi di 4 provinsi dan bahkan
di 5 provinsi, standar tersebut sama sekali belum ada yang
memenuhi (Profil Kesehatan 2016, Kementerian Kesehatan,
2017.)
(a) Rasio Tempat Tidur RS per 1.000 Penduduk Tahun 2012 - 2016
(b) Rasio Tempat Tidur RS per 1.000 Penduduk Tahun 2016
27sustaining PaRtnERsHiP Edisi sPAM dAn sAnitAsi 2017
kolomkolom
(c) Persentase Akreditasi RS di Indonesia Tahun 2016
Sumber: Profil Kesehatan 2016, Kementerian Kesehatan
Peluang Pemanfaatan Public-Private Partnership (PPP/Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha) pada Bidang Kesehatan
Pemanfaatan kerja sama pemerintah dan badan usaha
dalam mendorong peningkatan akses penduduk terhadap
pelayanan kesehatan menjadi hal yang dapat dijadikan opsi
pendekatan dalam memperkecil kesenjangan antar wilayah.
Kerja sama pemerintah dan badan usaha model “tradisional”
yang mungkin selama ini telah diterapkan melalui kebijakan
Jaminan Kesehatan Nasional mungkin dapat diperkuat dengan
beberapa model pendekatan baru kerja sama. Modelmodel
kerja sama yang dilakukan juga dapat dipilih berdasarkan
kebutuhan atau karakteristik masingmasing wilayah.
Proyek kerja sama pemerintah dan badan usaha pada bidang
kesehatan yang mungkin dapat dijadikan sebagai salah satu best
practices adalah proyek di India, sebagai juga salah satu negara
berkembang dan berpopulasi besar. Areaarea kerja sama
yang dilakukan antara lain dalam pembangunan infrastruktur,
manajemen, pelatihan dan peningkatan kapasitas, mekanisme
pendanaan pihak ketiga, serta infrastruktur teknologi informasi.
Dalam rangka mendorong ketertarikan pihak badan usaha,
pemerintah melakukan beberapa kebijakan, seperti kemudahan
penyediaan lahan, penyediaan subsidi, pemberian bantuan
finansial, memastikan tidak adanya kompetisi di daerah terpencil,
serta kebijakan buy-back kepemilikan fasilitas kesehatan (PPP
in Indian Health Sector, downloaded at www.ibef.org/download/
PolicyPaper.pdf).
Model Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha pada Bidang Kesehatan (Bank Dunia, diadaptasi dari Montagu
dan Harding (2012) serta Barlow, Roehnich, dan Wright (2013)
Model Kerjasama Jenis Kerjasama Definisi
Selective model (hanya jasa pelayanan kesehatan)
Operating contract, performance-based contract (consession, lease)
Operator Badan Usaha men-goperasikan dan melaksanakan kegiatan berdasarkan penda-naan pemerintah di fasilitas milik pemerintah
Facility finance (hanya akomo-dasi/fasilitas)
Design, build, finance, operate (DBFO), build, own, operate, transfer (BOOT)
Pemerintah mengontrak operator Badan Usaha untuk mendesain, membangun, mendanai, dan mengoperasi-kan fasilitas kesehatan. Jasa pe-layanan kesehatan disediakan pemerintah.
Combined model (akomodasi dan jasa pelayanan)
Twin accomodation/clinical services joint venture
Operator Badan Usaha mem-bangun atau menyewakan fasilitas dan menyediakan layanan kesehatan gratis atau bersubsidi untuk populasi tertentu.
Dengan memperhatikan berbagai model kerja sama antara
pemerin tah dan badan usaha pada bidang kesehatan, peluang
kebijakan dapat diambil untuk mengurangi ketimpangan. Sebagai
contoh adalah penerapan selective model di daerah terpencil,
perbatasan, dan kepulauan. Salah satu model yang dapat dilakukan
adalah penyediaan fasilitas kesehatan oleh pemerintah dan pihak
badan usaha akan “mengoperasikan” fasilitas kesehatan dimaksud.
Kecenderungan badan usaha yang lebih efisien dalam menjalan
kan manajemen akan diimbangi oleh penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan oleh pemerintah. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
keengganan badan usaha untuk berinvestasi di daerah terpencil,
perbatasan, dan kepulauan yang cenderung mempunyai populasi
penduduk sedikit dengan biaya operasional yang tinggi. Namun,
mungkin diperlukan kebijakan atau “perlakuan khusus” untuk
pihak badan usaha yang melakukan kontrak kerja sama dengan
pemerintah, baik pusat maupun daerah. opsi model ini mungkin
lebih cocok untuk fasilitas pelayanan kesehatan rujukan (rumah
sakit) dengan pemerintah secara penuh berkonsentrasi untuk
penyediaan pelayanan puskesmas.
Sedangkan untuk daerah dengan populasi besar dan demand
terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang tinggi, combined
model dapat ditawarkan. Permasalahan keterbatasan fasilitas
pelayanan kesehatan intensif serta lamanya waktu tunggu
pelayanan diharapkan dapat dikurangi. Kombinasi kontrak antara
pemerintah dan badan usaha yang juga dapat berupa “insentif”
diharapkan dapat memicu badan usaha yang enggan bekerja
sama dengan BPJS Kesehatan untuk menjadi provider pelayanan
kesehatan, baik dasar maupun rujukan. Karakteristik penduduk
perkotaan yang cenderung berbeda dengan perdesaan.
28 sustaining PaRtnERsHiP Edisi sPAM dAn sAnitAsi 201728 sustaining PaRtnERsHiP Edisi sPAM dAn sAnitAsi 2017