perc6 korosi logam.docx
DESCRIPTION
Percobaan Paraktikum Kimia AnorganikTRANSCRIPT
I. Nomor Percobaan : 06
II. Nama Percobaan : Korosi Logam
III. Tujuan Percobaan : Mempelajari sifat-sifat korosi pada beberapa logam
menggunakan multitester
IV. Landasan Teori :
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara
suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-
senyawa yang tidak dikehendaki. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang
merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan
lingkungan.
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara)
mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat.
Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-
merah.
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari
besi itu berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.
Fe(s) Fe2+(aq) + 2e
Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk
ion besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi.
Mengenai bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana
yang bertindak sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat
pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu.
Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui
kemungkinan terjadinya korosi karena dari deret Volta, kita bisa mengetahui unsur
logam mana yang memiliki kemampuan untuk mengalami oksidasi lebih tinggi.
Li-K-Ba-Sr-Ca-Na-La-Ce-Mg-Lu-Al-Mn-(H2O)-Zn-Cr-Fe-Cd-Co-Ni-Sn-Pb-H-
Sb-Bi-Cu-Hg-Ag-Pt-Au
Deret Volta
Dari kiri ke kanan, unsur logam semakin reaktif (semakin mudah melepas
elektron), dan merupakan reduktor yang semakin kuat
Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau
tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi
beda potensialterhadap elektrode lainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih
dari oksida.
Korosi memerlukan oksigen dan air untuk dapat terjadi. Berbagai jenis
logam contohnya Zink danMagnesium dapat melindungi besi dari korosi. Cara-cara
pencegahan korosi besi yang akan dibahas berikut ini didasarkan pada dua sifat
tersebut.
1. Pengecatan. Jembatan, pagar, dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan
kontak dengan udara dan air. Cat yang mengandung timbel dan zink (seng) akan
lebih baik, karena keduanya melindungi besi terhadap korosi.
2. Pelumuran dengan Oli atau Gemuk. Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas
dan mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak dengan air.
3. Pembalutan dengan Plastik. Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan
keranjang sepeda dibalut dengan plastik. Plastik mencegah kontak dengan udara
dan air.
4. Tin Plating (pelapisan dengan timah). Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi
yang dilapisi dengan timah. Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebuttin
plating. Timah tergolong logam yang tahan karat. Akan tetapi, lapisan timah hanya
melindungi besi selama lapisan itu utuh (tanpa cacat). Apabila lapisan timah ada
yang rusak, misalnya tergores, maka timah justru mendorong/mempercepat korosi
besi. Hal itu terjadi karena potensial reduksi besi lebih negatif daripada timah. Oleh
karena itu, besi yang dilapisi dengan timah akan membentuk suatu sel elektrokimia
dengan besi sebagai anode. Dengan demikian, timah mendorong korosi besi. Akan
tetapi hal ini justru yang diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat hancur.
5. Galvanisasi (pelapisan dengan Zink). Pipa besi, tiang telepon dan berbagai barang
lain dilapisi dengan zink. Berbeda dengan timah, zink dapat melindungi besi dari
korosi sekalipun lapisannya tidak utuh. Hal ini terjadi karena suatu mekanisme
yang disebut perlindungan katode. Oleh karena potensial reduksi besi lebih positif
daripada zink, maka besi yang kontak dengan zink akan membentuk sel
elektrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan demikian besi terlindungi dan
zink yang mengalami oksidasi (berkarat). Badan mobil-mobil baru pada umumnya
telah digalvanisasi, sehingga tahan karat.
6. Cromium Plating (pelapisan dengan kromium). Besi atau baja juga dapat dilapisi
dengan kromium untuk memberi lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya
untuk bumper mobil. Cromium plating juga dilakukan dengan elektrolisis. Sama
seperti zink, kromium dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu
ada yang rusak.
7. Sacrificial Protection (pengorbanan anode). Magnesium adalah logam yang jauh
lebih aktif (berarti lebih mudah berkarat) daripada besi. Jika logam magnesium
dikontakkan dengan besi, maka magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak. Cara
ini digunakan untuk melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau badan
kapal laut. Secara periodik, batang magnesium harus diganti.
Adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap korosi antara lain
1. Kelembaban udara
2. Elektrolit
3. Zat terlarut pembentuk asam (CO2, SO2)
4. Adanya O2
5. Lapisan pada permukaan logam
6. Letak logam dalam deret potensial reduksi
Besi
Besi adalah logam yang berasal dari bijih
besi (tambang) yang banyak digunakan untuk
kehidupan manusia sehari-hari. Dalam tabel
periodik, besi mempunyai
simbol Fe dannomor atom 26. Besi juga
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi
Besi adalah logam yang paling banyak dan paling beragam penggunaannya. Hal itu
karena beberapa hal, diantaranya:
Kelimpahan besi di kulit bumi cukup besar
Pengolahannya relatif mudah dan murah, dan
Besi mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan dan mudah dimodifikasi.
Salah satu kelemahan besi adalah mudah mengalami korosi. Korosi
menimbulkan banyak kerugian karena mengurangi umur pakai berbagai barang atau
bangunan yang menggunakan besi atau baja. Sebenarnya korosi dapat dicegah
dengan mengubah besi menjadi baja tahan karat (stainless steel), akan tetapi proses
ini terlalu mahal untuk kebanyakan penggunaan bes
Sifat Fisika Besi
1. Pada suhu kamar berwujud padat, mengkilap dan berwarna keabuabuan.
2. Merupakan logam feromagnetik karena memiliki empat electron tidak
berpasangan pada orbital d.
3. Penghantar panas yang baik.
Sifat Kimia Besi
1. Unsur besi bersifat elektropositif (mudah melepaskan elektron) sehingga bilangan
oksidasinya bertanda positif.
2. Fe dapat memiliki biloks 2, 3, 4, dan 6. Hal ini disebabkan karena perbedaan
energy elektron pada subkulit 4s dan 3d cukup kecil, sehingga elektron pada
subkulit 3d juga terlepas ketika terjadi ionisasi selain electron pada subkulit 4s.
3. Logam murni besi sangat reaktif secara kimiawi dan mudah terkorosi, khususnya
di udara yang lembab atau ketika terdapat peningkatan suhu.
4. Mudah bereaksi dengan unsur-unsur non logam seperti halogen, sulfur, pospor,
boron, karbon dan silikon.
5. Larut dalam asam- asam mineral encer.
6. Oksidanya bersifat amfoter.
Tembaga
Tembaga atau cuprum dalam tabel
periodik yang memiliki lambang Cu dan
nomor atom 29. Tembaga di alam tidak begitu
melimpah dan ditemukan dalam bentuk bebas
maupun dalam bentuk senyawaan. Bijih
tembaga yang terpenting yaitu pirit atau chalcopyrite (CuFeS2), copper glance atau
chalcolite (Cu2S), cuprite (Cu2O), malaconite (CuO) dan malachite (Cu2(OH)2CO3)
sedangkan dalam unsur bebas ditemukan di Northern Michigan Amerika Serikat.
Dalam jumlah kecil tembaga ditemukan pada beberapa jenis tanaman, bulu-
bulu burung terutama yang berbulu terang dan dalam darah binatang-binatang laut
seperti udang dan kerang.
Sifat Fisika Tembaga
1. Tembaga merupakan logam yang berwarna kunign seperti emas kuning seperti
pada gambar dan keras bila tidak murni.
2. Mudah ditempa (liat) dan bersifat mulur sehingga mudah dibentuk menjadi pipa,
lembaran tipis dan kawat.
3. Konduktor panas dan listrik yang baik, kedua setelah perak.
Sifat Kimia Tembaga
1. Tembaga merupakan unsur yang relatif tidak reaktif sehingga tahan terhadap
korosi. Pada udara yang lembab permukaan tembaga ditutupi oleh suatu lapisan
yang berwarna hijau yang menarik dari tembaga karbonat basa, Cu(OH)2CO3.
2. Pada kondisi yang istimewa yakni pada suhu sekitar 300 °C tembaga dapat
bereaksi dengan oksigen membentuk CuO yang berwarna hitam. Sedangkan pada
suhu yang lebih tinggi, sekitar 1000 ºC, akan terbentuk tembaga(I) oksida (Cu2O)
yang berwarna merah.
3. Tembaga tidak diserang oleh air atau uap air dan asam-asam nooksidator encer
seperti HCl encer dan H2SO4encer. Tetapi asam klorida pekat dan mendidih
menyerang logam tembaga dan membebaskan gas hidrogen. Hal ini disebabkan
oleh terbentuknya ion kompleks CuCl2¯(aq) yang mendorong reaksi
kesetimbangan bergeser ke arah produk.
4. Tembaga tidak bereaksi dengan alkali, tetapi larut dalam amonia oleh adanya
udara membentuk larutan yang berwarna biru dari kompleks Cu(NH3)4+.
5. Tembaga panas dapat bereaksi dengan uap belerang dan halogen. Bereaksi
dengan belerang membentuk tembaga(I) sulfida dan tembaga(II) sulfida dan
untuk reaksi dengan halogen membentuk tembaga(I) klorida, khusus klor yang
menghasilkan tembaga(II) klorida.
Pemakaian tembaga
1. Sebagai bahan untuk kabel listrik dan kumparan dinamo.
2. Paduan logam. Paduan tembaga 70% dengan seng 30%
disebut kuningan, sedangkan paduan tembaga 80% dengan
timah putih 20% disebut perunggu. Perunggu yang
mengandung sejumlah fosfor digunakan dalam industri arloji
dan galvanometer. Kuningan memiliki warna seperti emas
sehingga banyak digunakan sebagai perhiasan atau
ornamen-ornamen. Sedangkan perunggu banyak dijadikan
sebagai perhiasan dan digunakan pula pada seni patung.
Kuningan dan perunggu berturut-turut seperti yang tertera
pada gambar di samping.
3. Mata uang dan perkakas-perkakas yang terbuat dari emas dan perak selalu
mengndung tembaga untuk menambah kekuatan dan kekerasannya. Gambar mata
uang yang terbuat dari emas:
4. Sebagai bahan penahan untuk bangunan dan beberapa bagian dari kapal.
5. Serbuk tembaga digunakan sebagai katalisator untuk mengoksidasi metanol
menjadi metanal.
V. Alat dan Bahan :
Alat
1. Lembaran besi 8 cm x 2 cm
2. Lembaran tembaga 8 cm x 2 cm
3. Amplas
4. Multimeter
5. Gelas kimia
6. Gelas ukur
7. Pipet tetes
Bahan
1. Larutan K3[Fe(CN)6] 0,1 M
2. Indikator larutan pp
3. Larutan NaCl 3%
4. Aseton
VI. Prosedur Percobaan :
1. Membersihkan lembaran besi dan tembaga dengan menggunakan amplas
kemudian menggosoknya dengan kain katun yang telah direndam dalam aseton
untuk membersihkan dari lemak yang mungkin ada.
2. Membuat larutan indicator feroksi dengan cara sebagai berikut : Mencampurkan
40 ml larutan NaCl 3% dan 20 ml larutan K3[Fe(CN)6] 0,1 M dalam gelas kimia
250 ml. Ke dalam campuran tersebut, menambahkan secara berhati-hati larutan
pp sambil diaduk. Pada percobaan ini, larutan indicator feroksi akan memberikan
warna biru dengan ion Fe3+ dan pp memberikan warna merah dengan ion (OH)-
3. Menempatkan sebuah lembaran besi dan sebuah lembaran tembaga ke dalam
gelas kimia 250 ml yang diletakkan di atas kertas yang berwarna putih. Dengan
menggunakan klip alligator, menghubungkan kedua logam tersebut dengan
multimeter . Memasukkan larutan feroksil ke dalam gelas kimia sehingga tiap-
tiap elektroda sebagian tercelup. Hati-hati, jangan sampai klip alligator basah dan
jangan sampai terjadi hubungan antara logam yang satu dengan yang lain.
4. Mengamati jarum penunjuk aliran arus listrik pada multimeter untuk menentukan
besarnya aliran elektron yang melewati kedua logam tersebut. Mengamati juga
perubahan warna yang terjadi. Pada saat terjadi perubahan warna, mengamati
jarum penunjuk pada multimeter.
VII. Hasil Pengamatan :
No Perlakuan Hasil Pengamatan
1Bersihkan lembaran besi dan
tembaga
Lembaran besi dan tembaga jadi lebih
mengkilap
240ml NaCl 3% + 20 ml
K3[Fe(CN)6] + 4 tetes indikator pp
Larutan tak berwarna + Larutan kuning
kehijauan + Larutan tak berwarna
Larutan hijau
3
Hubungkan kedua logam dengan
multitester, masukkan logam tsb
ke dalam larutan feroksil.
(skala maksimum yang digunakan
pada multitester adalah 200mA)
Bagian ujung bawah besi yang tercelup
berubah warna menjadi biru pada 0,2
mA.
Bagian ujung tembaga yang tercelup
berubah warna menjadi merah muda
pada 0,8 mA
VIII. Persamaan Reaksi :
Tahap pertama
Reduksi : Cu2+(aq) + 2e- Cu
Oksidasi: Fe(s) Fe2+(aq) + 2e-
Tahap Kedua
Reduksi : 2H2O(l) +2e- 2OH-(aq) + H2(g)
Oksidasi: Fe2+(aq) Fe3+
(aq) + e-
Reaksi Total:
2Cu2+(aq) + 2Fe(s) + 2H2O(l) Cu + 2Fe3+
(aq) + 2OH-(aq) + H2(g)
Reaksi dengan indikator feroksil:
IX. Pembahasan :
Percobaan korosi logam yang telah dilakukan menunjukkan bahwa logam
tembaga dan besi memiliki sifat yang berbeda. Dari hasil percobaan, dapat dilihat
bahwa besi yang direaksikan dengan indikator feroksil (campuran antara NaCl, pp
dan garam ferri (III) sianat) menghasilkan warna biru pada ujung besi yang tercelup.
Sedangkan, jika mengamati lembaran tembaga, warna yang muncul pada bagian
ujung yang tercelup adalah merah muda.
Sesuai dengan reaksi yang saya tuliskan di atas, besi dan tembaga yang
dicelupkan ke dalam larutan indikator feoksil merupakan reaksi redoks, dimana
tembaga mengalami reduksi dan besi mengalami oksidasi.
Hal ini dapat dibuktikan dari terbentuknya kompeks berwarna biru prussia pada
ujung besi. Kompleks biru ini merupakan penanda bahwa telah telah terjaadi reaksi
oksidasi Fe menjadi Fe3+. Lalu, warna merah muda yang tampak pada tembaga
menunjukkan bahwa larutan mengandung ion OH- yang cukup tinggi (pH basa). Ion
OH- terdeteksi karena memang telah terjadi reaksi reduksi logam tembaga.
Jika ingin menilik arus listrik yang terukur pada multitester saat kedua logam
dicelupkan (tanpa bersentuhan satu sama lain) ke dalam larutan indikator feroksil,
maka kita juga bisa melihat apakah benar besi yang mengalami oksidasi dan tembaga
yang mengalami resduksi.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, arus listrik yang terukur saat besi
mengalami perubahan warna (dari abu-abu menjadi biru) adalah 0,2 mA sedangkan
arus listrik yang terukur saat tembaga mengalami perubahan warna (dari merah
tembaga menjadi merah muda) adalah 0,8 mA.
Kalau kita mengingat rumus untuk mengukur tegangan atau beda potensial,
maka kita segera tahu bahwa V~I atau dengan kata lain, besarnya beda potensial
berbading lurus dengan besarnya arus listrik. Ini artinya, semakin deras arus yang
mengalir, maka pasti beda potensialnya semakin besar. Dari sini, kita bisa
menyatakan bahwa Cu (tembaga, I=0,8 mA) memiliki potensial yang lebih besar
daripada besi (Fe, I=0,2mA). Karena reaksi yang terjadi merupakan reaksi spontan,
dimana kita tidak memeberikan perlakuan khusus pada kedua logam agar keduanya
bereaksi, maka bisa dipastikan bahwa reaksi ini memiliki potensial sel yang bernilai
positif.
Untuk menghasilkan nilai potensial sel yang positif, maka potensial logam yang
mengalami reduksi harus lebih besar nilainya dibandingkan nilai potensial logam
yang mengalami oksidasi. Hal ini didasarkan pada rumus
Eo sel = Eo reduksi – Eo oksidasi
Nilai Eo sel akan positif jika Eo reduksi lebih besar daripada Eo oksidasi
X. Kesimpulan :
1. Ujung besi yang bereaksi dengan indikator feroksil menghasilkan warna biru
karena terbentuknya kompleks khas.
2. Ujung tembaga yang bereaksi dengan indikator feroksil menghasilkan warna
merah muda karena laruta di sekitar tembaga mengandung ion O.
3. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi redoks yang menghasilkan arus listrik.
4. Besi lebih mudah teroksidasi dibanding tembaga.
5. Besi lebih mudah berkarat dibanding tembaga.
XI. Daftar Pustaka
Anonim. 2010. Korosi. (online). Diakses dari http://www.chem-is-try.org/ pada
Oktober 2013
Nadira. 2013. Sifat Kimia dan Fisika Besi. (online). Diakses dari
http://nadirachoiriyani.blogspot.com/2013/02/sifat-kimia-dan-sifat-fisika-
besi.html pada Oktober 2013
Seran, E.2010. Tembaga. (online). Diakses dari http://wanibesak.wordpress.com pada
Oktober 2013
Wikipedia. 2013. Besi. (online). Diakses dari hhtp://id.wikipedia.org/wiki/Besi pada
Oktober 2013
Wikipedia. 2013. Korosi. (online). Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Korosi
pada Oktober 2013