perbedaan self regulation learning antara mahasiswa yang...

39
PERBEDAAN SELF REGULATION LEARNING ANTARA MAHASISWA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA DAN YANG TIDAK TINGGAL DENGAN ORANG TUA (KOST) OLEH MONIQUE GRACE KATOUCE SEPANG 802010083 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2014

Upload: doanliem

Post on 28-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test

PERBEDAAN SELF REGULATION LEARNING ANTARA MAHASISWA

YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA DAN YANG TIDAK

TINGGAL DENGAN ORANG TUA (KOST)

OLEH

MONIQUE GRACE KATOUCE SEPANG

802010083

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2014

Page 2: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test
Page 3: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test
Page 4: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test
Page 5: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test
Page 6: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test
Page 7: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test

PERBEDAAN SELF REGULATION LEARNING ANTARA MAHASISWA

YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA DAN MAHASISWA YANG TIDAK

TINGGAL DENGAN ORANG TUA (KOST)

Monique Sepang

Berta E Ari Prasetya

Heru Astikasari S Murti

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2014

Page 8: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test

Abstract

The purpose of this research is to examine the differences in Self-Regulation Learning between

Satya Wacana Christian University Students who live with parents and do not live with parents

(boarding house). There are 429 subjects in this quantitative research. A self-regulation learning

variable is measured with a Motivational Strategies for Learning Questionnare (MSLQ) scale

adapted from Pintrich & Groot (1990) based on three components of self-regulation learning,

which are metacognition, motivation, and behavior (Zimmerman, 1989). The differences in self-

regulation learning between students who live with parents and do not live with parents

(boarding house) are examined using an independent sample test. The results reveal that the t-

test value is 3.084 with a significance of 0.002 or p < 0.05, so that it can be concluded that there

are differences in Self-Regulation Learning between Satya Wacana Christian University Students

who live with parents and do not live with parents (boarding house).

Keywords: Self-Regulation Learning, parents, student, boarding house

Page 9: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan Self-Regulation Learning antara mahasiswa

yang tinggal dengan orang tua dan mahasiswa yang tidak tinggal dengan orang tua (kost) di

Universitas Kristen Satya Wacana. Subjek dalam penelitian kuantitatif ini sebanyak 429 subjek.

Variabel Self Regulation Learning diukur dengan skala Motivational Strategies for Learning

Questionnaire (MSLQ) yang diadaptasi dari Pintrich & Groot (1990) yang disusun berdasarkan

komponen-komponen self-regulation learning, yaitu metakognisi, motivasi, dan perilaku (dalam

Zimmerman, 1989). Perbedaan Self-Regulation Learning antara mahasiswa yang tinggal dengan

orang tua dan mahasiswa yang tidak tinggal dengan orang tua (kost) diuji menggunakan

Independent Sample Test dan diperoleh hasil bahwa nilai t-Test sebesar 3.084 dengan

signifikansi 0,002 atau p < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan Self-

Regulation Learning antara mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan yang tidak tinggal

dengan orang tua di Universitas Kristen Satya Wacana.

Kata Kunci : Self Regulation Learning, orang tua, mahasiswa, kost

Page 10: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test

1

PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan tahap perkembangan dalam mencari jati diri (identitas).

Remaja akan dihadapkan dengan pilihan-pilihan yang sangat banyak dan memutuskan

segala sesuatu tentang kehidupan mereka (Erikson dalam Santrock, 2007). Byrnes;

Galotti & Kozberg (dalam Santrock, 2007) menambahkan masa remaja adalah waktu

meningkatnya pengambilan keputusan tentang masa depan, seperti teman-teman yang

harus dipilih, melanjutkan keperguruan tinggi atau tidak, orang yang akan diajak

berkencan, melakukan hubungan seksual atau tidak, dll. Menurut Santrock (2007) masa

remaja adalah usia 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 hingga 22 tahun. Pada

rentang usia ini, terutama usia remaja akhir, remaja telah menyelesaikan studi di sekolah

menengah atas. Selanjutnya remaja akan menghadapi berbagai pilihan, salah satunya

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau tidak (Erikson, dalam Santrock, 2007)

Remaja yang memutuskan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi akan

menghadapi iklim yang berbeda dengan sekolah. Masa transisi dari dunia sekolah

menuju dunia perguruan tinggi menuntutnya untuk melakukan penyesuaian dengan

lingkungan yang baru, seperti teman yang lebih beragam latar belakang geografis dan

etnisnya, struktur sekolah yang lebih besar, kegiatan belajar-mengajar yang berbeda,

serta bertambahnya takanan mencapai prestasi, dan nilai-nilai ujian yang baik (dalam

Santrock, 2003).

Mereka yang memilih melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi juga akan

dihadapkan oleh pilihan, yaitu melanjutkan ke perguruan tinggi di daerah asal atau

melanjutkan perguruan tinggi di luar daerah. Kenny (1987) berpendapat bahwa

pengalaman meninggalkan rumah untuk memasuki perguruan tinggi pada masa remaja

akhir dapat dikonseptualisasikan sebagai bentuk natural dari “Strange Situation” yang

Page 11: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test

2

menggambarkan remaja harus dapat menggali dan menguasai sebuah lingkungan baru.

Mereka tidak akan tinggal dengan orang tua lagi, mereka akan berteman dengan teman-

teman yang memiliki latar belakang yang berbeda, dan mereka akan mengikuti gaya

belajar yang berbeda yang lebih mandiri.

Setiap individu yang memasuki dunia perguruan tinggi, dituntut agar melakukan

cara belajar yang lebih mandiri (Deasyanti & Anna, 2007). Situasi perkuliahan

menuntut mahasiswa untuk dapat mandiri dan memikul tanggung jawab pribadi dalam

menyelesaikan tugas-tugasnya Soldwedel (dalam Natakusuma, 2003). Amelia (2011)

juga mengatakan mahasiswa yang pada umumnya berumur 18-22 tahun merupakan

peserta didik di perguruan tinggi yang dituntut untuk lebih mandiri dan bertanggung

jawab dalam belajarnya. Soldwedel (dalam Natakusuma, 2003) juga menambahkan

keberhasilan pada tingkat kuliah di tentukan oleh kemandirian seorang mahasiswa

dalam mengatur dirinya. Proses mengatur diri dalam belajar ini dikenal dengan istilah

self-regulation learning.

Pintrich dan Groot (1990) mendefinisikan self-regulation learning, sebagai suatu

kegiatan belajar yang diatur oleh diri sendiri, yang didalamnya individu mengaktifkan

pikiran, motivasi dan tingkah lakunya untuk mencapai tujuan belajarnya. Winne (dalam

Santrock, 2007) mengatakan self-regulated learning adalah kemampuan untuk

memunculkan dan memonitor sendiri pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai

suatu tujuan. Santrock (2009) juga mengatakan pembelajaran dengan pengaturan diri

(self-regulatory learning) terdiri atas pembangkitan diri dan pemantauan diri atas

pikiran, perasaan, dan perilaku dengan tujuan untuk mencapai suatu sasaran. Sasaran-

sasaran ini dapat berupa sasaran akademik dan sasaran sosioemosional (Santrock,

2009).

Page 12: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test

3

Proses mengatur diri ini dilakukan agar mahasiswa dapat mencapai tujuan yang

diharapkannya (Ajikusumo, 1996). Papalia dan Olds (1995) yang mengatakan bahwa

tujuan dari mahasiswa kuliah adalah sukses dalam perkuliahan dimana ditentukan

dengan pencapaian akademik dan mengembangkan kemampuan sosial. Santrock (2007)

mengatakan bahwa pelajar yang memiliki self-regulated learning menunjukkan

kemampuan untuk mengatur tujuan belajar, mengendalikan emosi sehingga tidak

mengganggu kegiatan pembelajarannya, memantau secara periodik kemajuan target

belajar, mengevaluasi dan membuat adaptasi yang diperlukan sehingga menunjang

dalam prestasi.

Berbagai hasil penelitian menggambarkan pentingnya keterampilan regulasi diri

dalam belajar dimiliki oleh mahasiswa karena berkorelasi dengan usaha belajar yang

efektif dan efisien (Deasyanti dan Anna, 2007). Anak-anak yang berprestasi tinggi

sering kali merupakan pelajar yang mengatur diri sendiri (Zimmerman & Schunk dalam

Santrock, 2007). Dalam prestasi akademik, Alexander; Boekaerts; Schunk &

Zimmerman; Wigfield, Byrnes dan Ercles (dalam Santrock 2009) menemukan bahwa

anak yang berprestasi tinggi merupakan pembelajar dengan pengaturan diri atau regulasi

diri. Psikolog-psikolog pendidikan juga semakin mendukung pentingnya pembelajaran

dengan pengaturan diri (Alexander; Boekaerts & Corno; Cooper, Horn & Strahan;

Schunk & Zimmerman; dan Wigfield, Byrnes & Ercles, dalam Santrock, 2009).

Menurut Gunarsa (1991), anak membutuhkan rasa aman dan terlindungi yang

tentunya pertama kali didapatkan di dalam lingkungan keluarga yang mendukung ia

dalam mengatur dirinya. Jadi lingkungan rumah bersama orang tuanya sangat

mendukung anak dalam melaksanakan pengaturan diri. Boekaerts, Schunk, dan

Zimmerman (dalam Santrock, 2009) mengatakan orang tua dapat membantu anak

Page 13: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test

4

menjadi pelajar dengan pengaturan diri. Self-regulated learning juga telah dikaji

berdasarkan keterlibatan orang tua terhadap prestasi akademik. Hasilnya menunjukkan

bahwa keterlibatan orang tua dapat meningkatkan self-regulated learning anaknya

sehingga prestasi akademiknya meningkat (Martinez - Pons, 2009).

Penelitian lain juga mengatakan orang tua berpengaruh terhadap self-regulated

learning anak melalui dukungan sosial yang diberikan orang tua kepada anak ( r = 0,418

p = 0,002). Adicondro dan Purnamasari (2010) mengungkapkan dukungan sosial ini

dapat dilihat dari banyaknya kontak sosial yang terjadi atau yang dilakukan individu

dalam menjalin hubungan dengan keluarga. Dukungan ini berupa dukungan emosional,

yaitu individu akan merasa mendapat dorongan tinggi, seperti motivasi dari keluarga,

dukungan instrumental yaitu fasilitas yang memadai dari keluarga, seperti uang jajan

dan makan, kemudian dukungan informatif berupa perhatian, nasihat, pengetahuan dari

orang tua, dan dukungan penghargaan, seperti memberikan hadiah kepada anak saat

anak mendapat prestasi guna meningkatkan kepercayaan diri, dukungan-dukungan

orang tua yang seperti ini meningkatkan self-regulation learning anak (Adicondro dan

Purnamasari, 2010). Dukungan yang diberikan orang tua berupa motivasi kepada anak,

merupakan salah satu aspek dari self-regulated learning (dalam Pintrich dan Groot,

1990)

Selain itu, penelitian lain yang telah dilakukan oleh Asizah dan Hendrati (2013)

pada remaja yang tidak tinggal dengan orang tua, yaitu pada pelajar yang tinggal di

pesantren mengenai hubungan pengaturan diri pelajar pesantren dengan orang tua yang

dikaji berdasarkan intensitas komunikasi orang tua-anak, hasil yang didapatkan adanya

hubungan yang positif antara intensitas komunikasi orang tua-anak dengan pengaturan

diri pelajar yang tinggal di pesantren. Asizah dan Hendrati (2013) mengatakan peran

Page 14: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test

5

orang tua sangat penting dalam melakukan pengawasan dan pengarahan terhadap

perilaku dan pengelolaan diri remaja dengan sering berkunjung ke pesantren, karena

dengan adanya intensitas pertemuan intensif antara remaja dengan orang tua, maka akan

terjadi komunikasi antara orang tua dan remaja.

Gunarsa (2004) juga menambahkan bahwa intensitas komunikasi dapat

mempererat hubungan anak-orang tua, sehingga dapat membantu perkembangan

motivasi belajar yang merupakan aspek dari self-regulation learning. Pada mahasiswa

yang tidak tinggal dengan orang tua (kost), mereka memiliki intensitas pertemuan yang

rendah dengan orang tua, sehingga komunikasi antara anak dan orang tua pun menjadi

kurang efektif karena mereka tidak berkomunikasi tatap muka seperti yang dilakukan

oleh mahasiswa yang tinggal dengan orang tua.

Berdasarkan uraian diatas, nampak pada penulis bahwa self-regulated learning

dapat dikaitkan dengan orang tua, yang merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi

anak dalam melakukan pengaturan diri. Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa

sendiri tidak selalu tinggal dengan orang tua, mereka yang memilih kuliah di luar daerah

tidak akan tinggal dengan orang tua lagi, dan akan memasuki lingkungan baru (dalam

Kenny, 1987) bersama teman-teman yang memiliki latar belakang berbeda (dalam

Santrock, 2003), sehingga penulis tertarik untuk meneliti apakah ada perbedaan self-

regulated learning pada mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan mahasiswa yang

tidak tinggal dengan orang tua (kost).

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah, “Apakah ada perbedaan yang signifikan Self Regulation Learning antara

Page 15: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test

6

mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan yang tidak tinggal dengan orang tua

(kost)?”

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui adanya perbedaan yang

signifikan self-regulation learning antara mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan

yang tidak tinggal dengan orang tua (kost).

TINJAUAN PUSTAKA

Self-regulation learning

Pintrich dan Groot (1990) memberikan istilah self-regulation dalam belajar

dengan istilah self-regulation learning, yaitu suatu kegiatan belajar yang diatur oleh diri

sendiri, yang didalamnya individu mengaktifkan pikiran, motivasi dan tingkah lakunya

untuk mencapai tujuan belajarnya. Menurut Zimmerman (2002), self-regulation dalam

proses belajar merupakan pengelolaan proses belajar individu sendiri melalui

pengaturan dan pencapaian tujuan dengan mengacu pada metakognisi dan tindakan

yang aktif dalam belajar mandiri. Pembelajaran dengan pengaturan diri terdiri atas

metakognisi, motivasi, dan tindakan terencana yang secara siklus diadaptasikan untuk

mencapai tujuan pribadi (Zimmerman & Pons, 1990). Berdasarkan definisi dari

beberapa ahli, dapat disimpulkan self-regulation learning merupakan pengaturan diri

dalam belajar yang mengacu pada tiga aspek, yaitu:

a. Metakognisi

Kemampuan metakognitif untuk membuat perencanaan, monitoring, dan

memodifikasi cara berpikir (Brown, Bransford, Campione, & Ferrara; Corno;

Zimmerman & Pons, dalam Pintrich & Groot, 1990). Zimmerman (2004) juga

mengatakan bahwa secara metakognitif, individu yang meregulasi diri

Page 16: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test

7

merencanakan, mengorganisasi, mengintruksi diri, memonitor dan mengevaluasi

dirinya dalam proses belajar.

b. Motivasi

Motivasi merupakan keyakinan individu terhadap kapasitasnya untuk

belajar. Tiga komponen motivasi merujuk pada komponen harapan, komponen

nilai, dan komponen afektif. Komponen harapan merupakan keyakinan pelajar

terhadap kemampuan mereka dalam menyelesaikan tugas, meliputi self-efficacy

dan kendali kepercayaan mereka terhadap proses belajar mereka. Komponen

nilai merujuk pada sasaran pelajar (goal) dan keyakinan (beliefs) pelajar atas

pentingnya dan menariknya sebuah tugas, meliputi orientasi intrinsik dan

ektrinsik. Sedangkan komponen afektif adalah reaksi emosi pelajar terhadap

sebuah tugas, seperti kecemasan saat tes (test anxiety) (Pintrich dan Groot,

1990). Motivasi merupakan salah satu aspek penting dalam proses self-regulated

learning. Self-regulated learning tidak akan berjalan tanpa disertai motivasi diri

untuk melakukan suatu tindakan (Zimmerman, 2000).

c. Tindakan terencana

Secara behavioral, individu yang belajar menyeleksi, menyusun, dan menata

lingkungan agar lebih optimal dalam belajar (Zimmerman, 2004). Jadi aspek ini

merupakan strategi regulasi behavioral yang berkaitan dengan upaya/usaha

individu untuk mengatur diri, menyeleksi, dan memanfaatkan maupun

menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitas belajar. Strategi ini meliputi

pengaturan usaha (effort regulation), mengatur waktu dan lingkungan belajar

(regulating time and study environment) serta mencari bantuan (help seeking)

(Pintrich, 2004).

Page 17: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test

8

Faktor yang mempengaruhi Self-regulation learning

Menurut Bandura (1997) perilaku terjadi karena ada tiga determinan yang saling

berkaitan yakni diri (self), perilaku (behavior), dan lingkungan (environment). Teori

sosial kognitif yang dikemukakan Bandura menyatakan bahwa faktor lingkungan,

personal, dan faktor perilaku, memegang peranan penting dalam proses pembelajaran

individu. Zimmerman (1990) juga mengatakan dalam teori sosial kognitif terdapat tiga

hal mempengaruhi seseorang sehingga melakukan self-regulated learning, yaitu:

a. Faktor Personal (Individu)

Self-regulated learning terjadi dimana pelajar dapat menggunakan proses

personal (kognitif) untuk mengatur perilaku dan lingkungan belajar di sekitarnya

secara strategis. Faktor personal melibatkan self-efficacy yang mengacu kepada

penilaian individu terhadap kemampuannya untuk melakukan suatu tugas,

mencapai tujuan, atau mengatasi hambatan dalam belajar.

Persepsi self-efficacy pelajar tergantung kepada empat tipe yang

mempengaruhi pribadi seseorang yaitu pengetahuan pelajar, proses

metakognitif, tujuan dan afeksi. Pengetahuan self-regulated learning harus

memiliki kualitas pengetahuan prosedural dan pengetahuan bersyarat.

Pengetahuan prosedural mengacu kepada pengetahuan bagaimana menggunakan

strategi, sedangkan pengetahuan bersyarat mengarah kepada pengetahuan kapan

dan mengapa strategi tersebut berjalan efektif.

Pengetahuan self-regulated learning tidak hanya bergantung kepada

pengetahuan pelajar tetapi juga proses metakognitif pada pengambilan

keputusan dan perfoma yang dihasilkan dengan melibatkan perencanaan atau

analisis tugas yang berfungsi mengarahkan usaha dalam mengontrol belajar.

Page 18: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test

9

Pengambilan keputusan metakognitif tergantung juga kepada tujuan jangka

panjang pelajar dalam belajar. Tujuan merupakan kriteria yang digunakan

pelajar untuk memonitor mereka dalam belajar. Tujuan dan pemakaian proses

metakognitif dipengaruhi oleh persepsi terhadap self-efficacy dan afeksi. Afeksi

mengacu kepada kemampuan mengatasi emosi yang timbul dalam diri meliputi

kecemasan dan perasaan depresif yang menghalangi pola pikir dalam mencapai

tujuan.

Faktor personal melibatkan penggunaan strategi mengatur materi

pelajaran (organizing & transforming), membuat rencana dan tujuan yang ingin

dicapai (goal setting and planning), mencatat hal-hal penting (keeping record

and monitoring), serta mengulang dan mengingat materi pelajaran (rehearsing

and memorizing).

b. Faktor Perilaku

Mengacu kepada kemampuan pelajar dalam menggunakan strategi self-

evaluation sehingga mendapatkan informasi tentang keakuratan dan mengecek

kelanjutan dari hasil umpan balik. Perilaku pelajar dalam berperilaku yang

berhubungan dengan self-regulated learning yaitu observasi diri (self

observation), penilaian diri (self-judgment), dan reaksi diri (self-reaction).

Bandura (1997) menyebutkan dalam perilaku ini, ada 3 tahap yang berkaitan

dengan self-regulation learning, yaitu self- observation, self-judgment, dan self-

reaction.

Menurut Zimmerman (1986), observasi diri mengacu pada respon

peserta didik yang berkaitan dengan pemantauan perilakunya secara sistematis.

Penilaian diri (self-judgement) mengacu pada respon peserta didik yang

Page 19: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test

10

berkaitan dengan pembandingan secara sistematis terhadap kinerja mereka

dengan standar tujuan. Peserta didik yang bereaksi positif (self-reaction)

terhadap kinerjanya maka akan dapat meningkatkan kinerjanya (Zimmerman,

1986). Komponen tersebut terdiri dari perilaku yang dapat diamati, dilatih dan

saling mempengaruhi.

Oleh karena itu, ketiga komponen tersebut dikategorikan sebagai faktor

perilaku yang mempengaruhi self-regulated learning. Faktor perilaku ini

melibatkan penggunaan strategi evaluasi terhadap diri (self-evaluation) dan

konsekuensi terhadap diri (self-consequences).

c. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan berinteraksi secara timbal balik dengan faktor

personal dan perilaku. Mengacu kepada sikap proaktif pelajar untuk

menggunakan strategi pengubahan lingkungan belajar seperti penataan

lingkungan belajar, mengurangi kebisingan, dan pencarian sumber belajar yang

relevan. Lingkungan menurut Bandura (dikutip Zimmerman, 1989:335)

memiliki peran terhadap pengelolaan diri dalam belajar, yaitu sebagai tempat

individu melakukan aktivitas belajar dan memberikan fasilitas kepada aktivitas

belajar yang dilakukan, apakah fasilitas tersebut cenderung mendukung atau

menghambat aktivitas belajar khususnya self-regulation learning. Faktor

lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Status

tempat tinggal merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi self-regulated

learning mahasiswa, yaitu lingkungan tempat tinggal mahasiswa bersama orang

tua atau tidak tinggal bersama orang tua (kost).

Page 20: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test

11

Status tempat tinggal

Sebuah tempat tinggal biasanya berwujud bangunan rumah, tempat berteduh,

atau struktur lainnya yang digunakan sebagai tempat manusia tinggal berteduh

(http://id.wikipedia.org/wiki/Tempat_tinggal). Pada penelitian ini, tempat tinggal yang

akan menjadi variabel yang diteliti dibedakan menjadi dua macam, yaitu tempat tinggal

bersama dengan orang tua dan tempat tinggal tidak bersama dengan orang tua (kost).

a. Tinggal dengan orang tua

Orang tua artinya ayah dan ibu (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Menurut Thamrin (http://id.wikipedia.org/wiki/Orang_tua), orang tua

merupakan setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau

tugas rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak dan

ibu. Menurut Hurlock, orang tua merupakan orang dewasa yang membawa anak

ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas orang tua melengkapi

dan mempersiapkan anak menuju ke kedewasaan dengan memberikan

bimbingan dan pengarahan yang dapat membantu anak dalam menjalani

kehidupan. Artinya tempat tinggal dengan orang tua adalah tinggal serumah,

seatap, dan satu bangunan bersama orang tua.

b. Tidak tinggal dengan orang tua (Kost)

Kost merupakan tempat tumpangan (yang menerima orang untuk

menumpang tinggal dan makan dengan membayar) (dalam Kamus Bahasa

Indonesia). Kost berarti tinggal (menumpang) di tempat orang dan makan di

situ; memondok (Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer). Kata indekostt

mempunyai arti numpang makan pada (“Kamus Umum Belanda-Indonesia”,

1978). Dalam bahasa Inggris, kata kost diterjemahkan sebagai boarding house,

Page 21: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test

12

yaitu “a private house where people can pay for accomodation and meals”

(dalam Oxford Advanced Learnerss Dictionary, 2000). Artinya adalah sebuah

rumah pribadi dimana orang lain dapat membayar untuk akomodasi dan

makanan. Jadi, mahasiswa yang bertempat tinggal dikost adalah mahasiswa

yang tinggal atau menumpang di tempat orang lain dengan membayar

akomodasi.

Mahasiswa

Menurut Sarwono (1978), mahasiswa adalah kelompok pelajar yang sudah

menyelesaikan pendidikannya di sekolah menengah (umum/kejuruan) kemudian

mendaftar dan diterima di universitas. Pada usia sekitar 18 tahun, seseorang mulai

memasuki dunia mahasiswa. Mahasiswa adalah individu yang berusia 18 tahun atau

lebih yang menempuh pendidikan didalam lingkungan universitas atau perguruan tinggi

(dalam Papalia & Olds, 2008). Menurut Santrock (2007) masa remaja adalah periode

peralihan perkembangan dari kanak-kanak ke masa dewasa awal, memasuki masa ini

sekitar usia 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 hingga 22 tahun, sehingga

mahasiswa masuk dalam tahap perkembangan remaja akhir.

Perbedaan SRL Antara Anak Yang Tinggal Dengan Orang Tua dan Yang Kost

Menurut Gunarsa (1991), anak membutuhkan rasa aman dan terlindungi yang

tentunya pertama kali didapatkan di dalam lingkungan keluarga yang mendukung ia

dalam mengatur dirinya. Woolfolk (2008) juga mengatakan anak-anak mulai belajar

regulasi diri di rumah. Orang tua dapat mengajarkan dan mendukung self-regulating

learning anak melalui modeling, memberi dorongan, memfasilitasi, me-reward goal-

setting, penggunaan strategi yang baik, dan proses-proses lain (Martinez-Pons dalam

Woolfolk, 2008). Boekaerts; Schunk & Zimmerman (dalam Santrock, 2009) juga

Page 22: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test

13

mengatakan orang tua dapat membantu anak menjadi pelajar dengan pengaturan diri.

Jadi orang tua memiliki peran dalam membantu anak menjadi pelajar dengan

pengaturan diri, sedangkan pada mahasiswa yang memilih melanjutkan pendidikan di

luar, mereka tidak tinggal dengan orang tua (kost), sehingga mereka memiliki intensitas

pertemuan yang rendah dengan orang tua, komunikasi antara anak dan orang tua pun

menjadi kurang efektif karena mereka tidak berkomunikasi tatap muka seperti yang

dilakukan oleh mahasiswa yang tinggal dengan orang tua, sehingga nampak pada

penulis bahwa self-regulated learning dapat dikaitkan dengan orang tua, yang

merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi anak dalam melakukan pengaturan diri.

Selain itu, mereka juga akan memasuki lingkungan baru (dalam Kenny, 1987)

bersama teman-teman yang memiliki latar belakang berbeda (dalam Santrock, 2003)

dan mereka akan dituntut lebih mandiri (Deasyanti & Anna, 2007) dan memikul

tanggung jawab pribadi dalam menyelesaikan tugas-tugasnya sebagai mahasiswa

(Soldwedel dalam Natakusuma, 2003). Sedangkan pada uraian di atas menjelaskan

bahwa orang tua memiliki pengaruh terhadap pengaturan diri belajar anak, sehingga

nampak pada peneliti self-regulated learning dapat dikaitkan dengan keberadaan orang

tua, yang merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi anak dalam melakukan

pengaturan diri. Peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada perbedaan self-regulated

learning pada mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan mahasiswa yang tidak

tinggal dengan orang tua (kost).

Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas, hipotesis yang diajukan adalah ada perbedaan yang

signifikan self-regulated learning antara mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan

mahasiswa yang tidak tinggal dengan orang tua (kost).

Page 23: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test

14

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian komparasi atau uji perbedaan

untuk membandingkan hasil penelitian antara dua kelompok penelitian atau lebih.

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana.

Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Kristen Satya

Wacana dengan kriteria subjek, yaitu usia 18 hingga 22 tahun, pada angkatan tahun

2011 hingga angkatan tahun 2013. Mahasiswa ada yang tinggal bersama orang tua, dan

ada yang tidak tinggal dengan orang tua dan memilih tinggal di kost. Penentuan sampel

yang representative pada penelitian ini menggunakan rumus Yamane (Supramono dan

Haryanto, 2005):

n =

Keterangan:

n = jumlah sampel

N = ukuran populasi

d = presisi yang ditetapkan atau prosentase kelonggaran ketidaktelitian karena

kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditoleransi atau diinginkan

(1%, 5%, atau 10% Didasarkan atas pertimbangan/kebebasan peneliti)

n =

= 379,328

= 379

Perhitungan di atas menghasilkan jumlah sampel yang perlu diambil adalah

sebesar 379 sampel. Menurut Kumar (dalam Wardhani, 2009) dalam penelitian

kuantitatif, jumlah sampel yang lebih banyak dianggap akan menghasilkan perhitungan

Page 24: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test

15

statistik yang lebih akurat daripada sampel dalam jumlah yang sedikit, sehingga sampel

yang akan digunakan dalam penelitian ini sebanyak 450 subjek. Namun setelah ditinjau

kembali, sebanyak 21 subjek yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini karena subjek

tidak memenuhi kriteria menjadi sampel serta kurang berpartisipasi dengan baik dalam

penelitian ini. Subjek hanya mengisi beberapa item pernyataan dalam angket dan tidak

mengisi data yang lengkap pada identitas diri, seperti usia, angkatan, dan keterangan

tinggal bersama orang tua atau tidak (kost), sehingga diperoleh subjek yang menjadi

sampel dalam penelitian ini sebanyak 429 subjek.

Teknik pengambilan sampel menggunakan metode Non-probability Sampling

yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama

bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Dalam

menentukan sampel, peneliti menggunakan teknik Snowball. Snowball sampling adalah

teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar.

Awalnya dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dua orang ini belum merasa lengkap

terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih

tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya (Sugiono,

2010).

Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

dengan menggunakan kuesioner yang akan diisi oleh mahasiswa Universitas Kristen

Satya Wacana yang tinggal dengan orang tua dan yang tidak tinggal dengan orang tua

(kost). Kuesioner yang akan diberikan merupakan modifikasi dari skala Motivational

Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) yang diadaptasi dari Pintrich & Groot

(1990) yang disusun berdasarkan komponen-komponen self-regulation learning ( dalam

Zimmerman, 1989). Self-regulated learning dalam penelitian ini diukur dengan

Page 25: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test

16

menggunakan instrument penelitian yang telah dikembangkan oleh Zimmerman (dalam

Pintrich & Groot, 1990).

Jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini ialah kuesioner tertutup,

tujuannya adalah agar responden lebih fokus terhadap penelitian karena jawaban sudah

tersedia. Skala self-regulation learning dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk

angket. Item-item dalam skala ini dikelompokkan dalam pernyataan favorable dan

unfavorable dengan respon yang digunakan pada angket ini menggunakan angka 1

hingga 7. Skor yang diberikan pada setiap variasi jawaban berbeda dan bergantung pada

jenis item. Pada respon-respon positif terhadap item favorable akan diberi bobot yang

lebih tinggi daripada respon negatif sedangkan untuk item unfavorable, respon positif

akan diberi skor yang bobotnya lebih rendah daripada respon negatif (Azwar, 2012).

Sebelum pengambilan sampel dilakukan, peneliti melakukan uji coba bahasa

kepada 6 responden yaitu 3 responden mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan 3

responden mahasiswa yang tidak tinggal dengan orang tua (kost). Responden ini

memiliki kriteria yang sama dengan subjek penelitian ini. Setelah dilakukan uji coba

bahasa, peneliti memperbaiki beberapa kalimat pada item pernyataan skala psikologi

yang akan digunakan sesuai dengan saran dari responden dan pembimbing.

Pengujian validitas alat ukur dilakukan sebanyak tiga putaran, didapatkan hasil

akhir koefisien seleksi item yaitu yang bergerak antara 0,273 sampai dengan 0,659.

Dalam penelitian ini ada 12 item yang tidak valid, sehingga tersisa 40 item valid.

Pengujian reliabilitas alat ukur setelah 12 item yang gugur dihilangkan, diperoleh hasil

koefisien α = 0,925. Dalam pengujian reliabilitas apabila koefisien α yang dihasilkan

adalah α > 0,90, maka reliabilitas sempurna, sehingga reliabilitas alat ukur dalam

penelitian ini adalah sempurna. Semakin mendekati angka 1,00 berarti pengukuran

Page 26: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test

17

semakin reliabel, begitupun sebaliknya (Azwar, 2012). Dalam pengukuran psikologi,

koefisien reliabilitas yang mencapai angka tidak pernah dapat dijumpai

(Azwar, 2010). Sehingga dapat disimpulkan bahwa skala self-regulation learning yang

digunakan dalam penelitian ini reliabel.

HASIL PENELITIAN

Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel self-regulation

learning digunakan 5 kategori, yaitu dengan mengurangi jumlah skor tertinggi dengan

jumlah skor terendah dan membaginya dengan jumlah kategori (Hadi, 2000).

Berdasarkan perhitungan data penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil analisis

deskriptif self-regulation learning dengan nilai minimum sebesar 40 dan nilai

maksimum 280. Mean atau rata-rata yang diperoleh adalah 203,90 dan standar deviasi

sebesar 32,53 seperti yang terlihat dalam Tabel 1.

TABEL 1

Kategori Skor Self Regulation Learning

No. Interval Kategori Frekuensi % Mean

Standar

Deviasi

1. 232 ≤ x ≤ 280 Sangat Tinggi 84 19,58

203.90 32,53

2. 184 ≤ x < 232 Tinggi 254 59,21

3. 136 ≤ x < 184 Sedang 75 17,48

4. 88 ≤ x < 136 Rendah 16 3,73

5. 40 ≤ x < 88

Sangat

Rendah

0 0

Page 27: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test

18

Perbedaan kategori skor self-regulation learning antara mahasiswa yang tinggal

dengan orang tua dan mahasiswa yang tidak tinggal dengan orang tua (kost)

menunjukkan data pada Tabel 2 sebagai berikut:

TABEL 2

Kategori Skor Self Regulation Learning antara mahasiswa yang tinggal dengan

orang tua dan mahasiswa yang tidak tinggal dengan orang tua (kost)

No. Interval Kategori Kost % Orang Tua %

1. 232 ≤ x ≤ 280

Sangat

Tinggi

53 22,65 31 15,90

2. 184 ≤ x < 232 Tinggi 141 60,26 113 57,95

3. 136 ≤ x < 184 Sedang 37 15,81 38 19,49

4. 88 ≤ x < 136 Rendah 3 1,28 13 6,67

5. 40 ≤ x < 88

Sangat

Rendah

0 0 0 0

Mean 208.27 198.64

Standar Deviasi 29.77 34.93

Tahap selanjutnya adalah melakukan uji asumsi, yaitu uji normalitas yang

bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data penelitian pada

masing-masing variabel. Data dari variabel penelitian diuji normalitasnya menggunakan

metode Kolmogorov-Smirnov Test. Data dapat dikatakan berdistribusi normal apabila

nilai p > 0,05.

Page 28: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test

19

TABEL 3

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

K O

N 234 195

Normal Parametersa Mean 208.27 198.64

Std. Deviation 29.770 34.926

Most Extreme Differences Absolute .072 .090

Positive .047 .052

Negative -.072 -.090

Kolmogorov-Smirnov Z 1.103 1.261

Asymp. Sig. (2-tailed) .175 .083

a. Test distribution is Normal.

Hasil uji normalitas pada Tabel 3 menunjukkan bahwa variabel self-regulation

learning pada masing-masing kelompok sampel memiliki koefisien Kolmogorov-

Smirnov Test sebesar 1,103 dan 1,261 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar

0,175 dan 0,083 pada masing-masing kelompok sampel dengan demikian variabel self-

regulation learning memiliki distribusi data yang normal karena p > 0,05.

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sampel-sampel dalam

penelitian berasal dari populasi yang sama. Data dapat dikatakan homogen apabila

nilai probabilitas p > 0,05.

TABEL 4

Hasil Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

SRL

Levene Statistic df1 df2 Sig.

3.120 1 427 .078

Page 29: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test

20

Dari hasil uji homogenitas pada Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai koefisien

Levene Test sebesar 3,120 dengan signifikansi sebesar 0,078. Oleh karena nilai

signifikansi lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut homogen.

Setelah uji normalitas dan uji homogenitas dilakukan, tahap selanjutnya adalah

mengetahui perbedaan Self-regulation learning antara mahasiswa yang tinggal di kost

dengan mahasiswa yang tinggal dengan orang tua. Setelah dilakukan analisis data, maka

diperoleh hasil sebagai berikut :

TABEL 5

Hasil Uji-T

Group Statistics

K_O N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

SRL 1 234 208.27 29.770 1.946

2 195 198.64 34.926 2.501

TABEL 5.1

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T Df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

SRL Equal

variances

assumed

3.120 .078 3.084 427 .002 9.632 3.124 3.493 15.772

Equal

variances

not

assumed

3.040 383.103 .003 9.632 3.169 3.402 15.863

Page 30: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test

21

Hasil perhitungan Independent Sample Test pada Tabel 5.1 menunjukkan

bahwa nilai signifikansi untuk perbedaan antara mahasiswa yang tinggal di kost dan

mahasiswa yang tinggal dengan orang tua memiliki nilai nilai t-test sebesar 3.084

dengan signifikansi 0.002 atau p < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan

pada self-regulation learning antara mahasiswa yang tinggal di kost dan mahasiswa

yang tinggal dengan orang tua. Selain itu hasil perhitungan juga menunjukkan mean self

regulation learning pada anak yang tinggal dengan orang tua sebesar 198,64 dan mean

self regulation learning pada anak yang tidak tinggal dengan orang tua (kost) sebesar

208,27.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan Independent Sample t-Test,

diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar p = 0,002 (p<0.05), artinya Ho ditolak dan H1

diterima, sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima bahwa terdapat perbedaan

self-regulation learning yang signifikan antara mahasiswa yang tinggal dengan orang

tua dengan mahasiswa yang tidak tinggal dengan orang tua (kost). Selanjutnya hasil

penelitian ini juga menunjukkan bahwa mean self-regulation learning pada mahasiswa

yang tinggal dengan orang tua sebesar 198,64 dan mean self-regulation learning pada

mahasiswa yang tidak tinggal dengan orang tua (kost) sebesar 208,27, artinya

mahasiswa yang tidak tinggal dengan orang tua (kost) memiliki tingkat self-regulation

learning yang lebih tinggi dari mahasiswa yang tinggal bersama orang tua.

Hasil penelitian ini berbeda dengan teori yang mengatakan bahwa self-

regulation learning pada anak meningkat karena adanya keterlibatan orang tua

(Martinez-Pons, 2009) dan orang tua yang membantu anak menjadi pelajar dengan

pengaturan diri (Boekarts, Schunk, dan Zimmerman dalam Santrock, 2009). Hasil

Page 31: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test

22

penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan pada

pelajar yang berusia remaja yang tidak tinggal dengan orang tua, yaitu tinggal di

pesantren. Pelajar memiliki tingkat pengaturan diri yang rendah akibat intensitas

pertemuan dengan orang tua yang tidak insentif, sehingga intensitas komunikasi orang

tua-anak menjadi kurang (Asizah dan Hendrati, 2013). Selain itu, hasil penelitian lain

yang tidak sesuai dengan hasil penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh

Adicondro dan Purnamasari (2011) yang menunjukkan bahwa semakin tinggi dukungan

sosial orang tua yang diberikan kepada anak, semakin tinggi juga pengaturan diri anak

sebagai pelajar, hal ini dilihat dari banyaknya kontak sosial orang tua dengan anak,

sehingga hasil penelitian ini tidak mendukung beberapa penelitian dan teori sebelumnya

bahwa lingkungan rumah bersama orang tua sangat mendukung anak dalam

melaksanakan pengaturan diri.

Peneliti mencoba menjelaskan dengan teori-teori lain adanya penyebab lain

mengapa mahasiswa yang tidak tinggal dengan orang tua (kost) memiliki kemampuan

self-regulation learning lebih tinggi daripada mahasiswa yang tinggal dengan orang tua.

Mahasiswa merupakan usia remaja yang ingin memenuhi tugas perkembangan sebagai

seorang remaja yaitu mencapai tingkah laku yang bertanggungjawab terhadap tujuannya

yaitu kuliah (Havigrust, 2014). Papalia, Olds & Feldman (2008) mengatakan di

perguruan tinggi, mahasiswa dituntut untuk bertanggung jawab dalam belajarnya.

Deasyanti & Anna (2007) juga menambahkan setiap individu yang memasuki dunia

perguruan tinggi, dituntut agar melakukan cara belajar yang lebih mandiri, artinya,

situasi perkuliahan menuntut mahasiswa untuk dapat mandiri dan memikul tanggung

jawab pribadi dalam menyelesaikan tugas-tugasnya (Solwedel, dalam Natakusuma

2007), sehingga tanpa orang tua, mahasiswa harus mampu mandiri dalam berjuang

Page 32: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test

23

mencapai tujuannya, dan bertanggung jawab atas perilaku-perilakunya yang akan

mendukungnya dalam proses belajar.

Handy (2006) mengatakan perkembangan self-regulation dalam belajar

sebenarnya sudah mulai berlangsung pada saat anak mulai memasuki lingkungan

sekolah, namun diperlukan perhatian dari orang tua masing-masing untuk mulai

menerapkan disiplin sejak dini untuk mendukung perkembangan pengaturan diri anak.

Jadi, sejak awal orang tua sudah mempunyai peran untuk mengembangkan self-

regulation anak sejak dini, sehingga kemampuan ini tetap dimiliki anak, meskipun anak

sudah tidak bersama orang tuanya lagi. Jadi, ada juga faktor pola asuh orang tua yang

menyebabkan anak tetap bisa mengatur perilakunya meskipun berada jauh dari orang

tuanya.

Salah satu aspek dari self-regulation learning adalah motivasi. Anak

membutuhkan motivasi untuk mencapai prestasi dalam lingkungan pendidikannya. Eka

(2013) mengatakan dengan adanya motivasi berprestasi, anak akan terdorong untuk

dapat mengatur perilaku. Faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi dibagi

menjadi dua macam yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi

harapan yang diinginkan, cita-cita yang mendasari, harga diri, sikap terhadap kehidupan

dan lingkungan. Faktor eksternal itu sendiri meliputi, dukungan dan harapan orang tua.

Jadi, selain dukungan dan harapan orang tua, mahasiswa juga mempunyai harapan, serta

cita-cita yang mendasarinya untuk mengatur perilaku belajarnya, seperti ingin

berprestasi dalam lingkungan pendidikannya. Selain itu adanya faktor harga diri,

mahasiswa yang rela berpisah dengan orang tuanya untuk belajar disebuah perguruan

tinggi, tidak ingin kembali dengan sebuah kegagalan, mereka akan merasa malu apabila

mereka tidak berhasil dalam mencapai tujuannya, sehingga mereka sangat

Page 33: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test

24

mementingkan harga diri mereka. Cara mahasiswa menyikapi kehidupan dan

lingkungannya juga penting. Mahasiswa yang menyikapinya dengan positif akan

memperoleh hasil belajar yang positif, dan juga sebaliknya, karena saat berpisah dengan

orang tua, mahasiswa akan memasuki dunia baru.

Masa transisi dari dunia sekolah menuju dunia perguruan tinggi menuntutnya

untuk melakukan penyesuaian dengan lingkungan yang baru, seperti teman yang lebih

beragam latar belakang geografis dan etnisnya, struktur sekolah yang lebih besar,

kegiatan belajar-mengajar yang berbeda, serta bertambahnya tekanan mencapai prestasi,

dan nilai-nilai ujian yang baik (dalam Santrock, 2003). Apabila mahasiswa menyikapi

kesulitan-kesulitan baru yang belum ia alami dengan positif, maka ia akan berhasil,

seperti melakukan strategi-strategi belajar, berusaha menemukan kondisi lingkungan

yang bisa membuatnya tenang dalam belajar, bersosialisasi dengan mereka yang bisa

mendukung dan membantunya belajar, dsb.

Meskipun ada perbedaan self-regulated learning antara mahasiswa yang tinggal

dengan orang tua dan mahasiswa yang tidak tinggal dengan orang tua (kost), namun

kedua kelompok sama-sama memiliki tingkat self-regulated learning yang tergolong

pada kategori tinggi. Berdasarkan pengamatan peneliti, tingkat self-regulation learning

mahasiswa UKSW yang tinggi disebabkan oleh beberapa kegiatan dan program

universitas yang mempersiapkan mahasiswa-mahasiswa yang tidak hanya memiliki

kemampuan intelektual yang tinggi, tetapi juga mampu mandiri dan memikul tanggung

jawab pribadi dalam menyelesaikan tugas-tugasnya sebagai mahasiswa

(http://www.uksw.edu/). Kegiatan dan program universitas antara lain Orientasi

Mahasiswa Baru (OMB), Mentoring, Latihan Dasar Kepemimpan Mahasiswa (LDKM),

dan Kegiatan Bakat Minat (KBM). Selain itu, masih ada kegiatan pengembangan dan

Page 34: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test

25

penalaran lain yang bertujuan memberikan kompetensi keilmuan pada mahasiswa untuk

mendukungnya dalam proses belajar, seperti seminar dan diskusi. UKSW juga telah

membentuk Pusat Bimbingan dan Konseling bagi mahasiswa yang mengalami

persoalan akademik dan non-akademik yang bisa menjadi hambatan dalam proses

belajar mahasiswa. Selama proses belajar di perkuliahan, mahasiswa juga memiliki

dosen wali yang bertugas seperti orang tua yang membantu, membimbing dan

mengarahkan mahasiswa dalam proses menyelesaikan study mereka di UKSW

(http://www.uksw.edu/id.php/kemahasiswaan). Berdasarkan pengamatan peneliti,

kegiatan dan program UKSW telah mendukung mahasiswa menjadi pelajar dengan

pengaturan diri yang baik.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbedaan Self Regulation Learning

antara mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan yang tidak tinggal dengan orang

tua (kost) diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

Ada perbedaan Self Regulation Learning antara mahasiswa yang tinggal dengan orang

tua dan yang tidak tinggal dengan orang tua (kost).

SARAN

Berdasarkan hasil dari penelitian ini, serta mengingat keterbatasan-keterbatasan yang

ada selama proses penelitian, maka peneliti memberikan beberapa saran, yaitu sebagai

berikut:

a. Saran bagi mahasiswa

Mahasiswa sebagai individu yang terlibat dalam proses belajar

seharusnya sudah mampu mengatur dirinya dalam belajar, baik saat berada

Page 35: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test

26

bersama orang tua atau terpisah dengan orang tua, karena sesuai dengan tugas

perkembangan mahasiswa yang berada pada tahap perkembangan remaja akhir,

yaitu menginginkan kebebasan dalam bertanggung jawab atas proses belajarnya

dan mandiri selama mengikuti proses belajarnya. Diharapkan mahasiswa yang

tinggal dengan orang tua meningkatkan kemandirian mengatur dirinya dalam

proses belajar, karena mahasiswa merupakan remaja akhir yang memiliki tugas

perkembangan mandiri dan bertanggung jawab akan keputusan-keputusannya,

sehingga meskipun mahasiswa tinggal serumah dengan orang tua, mahasiswa

tidak perlu menunggu perintah atau disuruh terlebih dahulu oleh orang tuanya

untuk belajar dan menyelesaikan tugas perkuliahan, namun dari kesadaran

mahasiswa sendiri untuk mengatur dirinya dalam proses belajarnya sebagai

mahasiswa Bagi mahasiswa yang tidak tinggal dengan orang tua, meskipun

berada jauh dari orang tua, mahasiswa harus menjaga hubungan jarak jauh

dengan orang tua, seperti selalu menjaga kelancaran komunikasi dengan orang

tua, karena mahasiswa akan membutuhkan orang tuanya untuk memotivasinya

dan memberikan mahasiswa dukungan dalam proses belajar mengajar, baik

dukungan emosional (motivasi), dukungan informatif, dan dukungan

instrumental (fasilitas)

b. Saran bagi orang tua

Sebagai orang yang paling penting dan berpengaruh dalam

perkembangan seorang anak, orang tua perlu memperhatikan pola

pengasuhannya terhadap anaknya. Bagi orang tua yang anaknya tidak tinggal

bersama dengan mereka (kost) atau akan berkuliah di daerah yang jauh

sehingga harus memilih untuk kost, sebaiknya sebelum anak meninggalkan

Page 36: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test

27

rumah dan berinteraksi dengan dunia diluar rumah. Orang tua perlu

menanamkan nilai-nilai yang baik, serta berperan menjadi model yang positif

bagi anak. Selain itu melatih anak menjadi seseorang yang mandiri dan

bertanggung jawab akan setiap keputusan yang diambil anak. Komunikasi yang

lancar dan dukungan dari orang tua, seperti nasihat dan sarana juga perlu untuk

memotivasi anak dalam melakukan proses belajar. Bagi orang tua yang anaknya

tinggal bersama mereka, sebaiknya menerapkan disiplin dalam rumah, sehingga

anak lebih mandiri dan terlatih untuk melakukan segala sesuatu sendiri dan tidak

bergantung pada orang tua meskipun mereka tinggal bersama orag tua mereka.

Orang tua harus lebih tegas dalam mendisiplinkan anak dan jangan

membiasakan anak bergantung pada orang tuanya sehingga menghambatnya

untuk menjadi mandiri. Orang tua perlu memantau dan menilai kegiatan-

kegiatan yang dilakukan anak, kemudian menyediakan waktu untuk

membicarakan kekurangan anak dalam melaksanakan tugasnya sebagai remaja

yang harus mandiri dalam melakukan regulasi diri dan memberi masukan hal-

hal apa yang harusnya dilakukan oleh seorang mahasiswa yang membawanya

dalam kesuksesan dalam belajar, setelah itu membantu anak melihat apa yang di

peroleh dari usaha yang selama ini dilakukan apakah hasilnya memuaskan atau

sebaliknya, dengan begitu melalui orang tua anak belajar melakukan self-

observation, self-judgement, dan self-reaction.

c. Saran bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian selanjutnya dapat meneliti

faktor lain yang memengaruhi Self-Regulation Learning seperti pola atau gaya

asuh orang tua (parenting syle).

Page 37: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test

28

DAFTAR PUSTAKA

Adicondro, N., & A, Purnamasari. (2011). Efikasi Diri, Dukungan Sosial Keluarga Dan

Self Regulated Learning Pada Mahasiswa Kelas VIII. Jurnal Humanitas, 8, (1).

Ajikusumo, R.P. (1996). Self-Regulation Learning In Indonesia Higher Education: A

Study Carried Out At Atma Jaya Catholic University In Jakarta. Skripsi.

Indonesia: Atma Jaya Research Centre.

Amelia. (2011). Hubungan Self Regulation Dengan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. Skripsi. Salatiga: UKSW.

Asizah., & H, Fabiola. (2013). Intensitas Komunikasi Antara Anak Dengan Orang Tua

Dan Self Regulation Pada Remaja Pesantren. Jurnal Psikologi Indonesia, 2, (2),

90-98.

Azwar, S, (2010). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Bandura, A. (1997). Self-efficacy: The Exercise Of Control. New York: Freeman.

Deasyanti., & Armeinni, A. (2007). Self Regulation Learning Pada Mahasiswa

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Jakarta. Jurnal Perspektif Ilmu Pendidikan,

16.

Gunarsa, S. B. (1991). Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta: Gunung

Mulia.

Gunarsa, S. B. (2004). Psikologi Praktis Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: BPK

Gunung Mulia

Hadi, S. (2000). Statistik jilid 2. Jogjakarta: Andi.

Havigrust. (2014). Tugas-Tugas Perkembangan Remaja. Diperoleh dari

http://Saifulq.blogspot.com/2013/04/tugas-tugas-perkembangan-remaja.html, 9

Agustus 2014.

Inayah, E. R. H. (2013). Motivasi Berprestasi Dan Self Regulated Learning. Jurnal, 1.

Diperoleh dari http://ejournal.umm.ac.id, 10 Juni 2014.

Kenny, M. E. (1987). The Extent And Function Of Parental Attachment Among First-

Year College Students. Journal Of Youth And Adolescence, 16, 17-29.

Mujidin. (2008). Perbedaan Self Regulated Learning Antara Siswa Underachievers Dan

pelajar Overachievers Pada Kelas 3 Smp Negeri 6 Yogyakarta. Skripsi.

Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.

Page 38: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test

29

Natakusuma, A. (2003). Perbedaan Model Self-Regualtion Antara Mahasiswa Yang

Kuliah Sambil Bekerja Dengan Mahasiswa Yang Kuliah Saja Dan Pengaruhnya

Terhadap IPK. Skripsi. Jakarta: Universitas Atmajaya.

Papalia, D. E., & Olds, S. W. (1995). Human Development 6th

Edition. New York:

McGraw-Hill.

Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth D. (2008). Human Development 11th

Edition. Boston: McGraw-Hill.

Pintrich, P. R., & De Groot, E. V. (1990). Motivational And Self-Regulated Learning

Components Of Classroom Academic Performance. Journal of Educational

Psychology, 82, (1), 33-40.

Pintrich, P.R. (2004). A Conceptual Framework For Assesing Motivation And Self

Regulated Learning In College Students. Educational Psychology Review,16.

Diperoleh dari : http://www.springerlink.com/content/f5314035x325r60x/, 22

Agustus 2014.

Pons., & Martinez (2009). Test Of A Model Of Parental Inducement Of Academic Self

Regulation. The Journal Of Experimental Education, 64, (3), 213‐227.

Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak Jilid II. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. W. (2009). Psikologi Pendidikan Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. W. (2003). Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta Bandung.

Supramono., & Haryanto, J. O. (2005), Desain Proposal Penelitian Studi Pemasaran

Edisi Pertama. Yogyakarta: Andi.

Sarwono, Sarlito Wirawan (1978). Perbedaan Antara Pemimpin Dan Aktivis Dalam

Gerakan Protes Mahasiswa. Jakarta: Bulan Bintang

Susanto, H. (2006). Mengembangkan Kemampuan Self Regulation Untuk

Meningkatkan Keberhasilan Akademik Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur, 5, (7),

64-71

Wardhani, P.W. (2009). Hubungan Nilai Budaya Uncertainty Avoidance Dengan

Tingkah Laku Inovatif. Diperoleh dari

http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/126429-155.8%20PUT, 1 uni 2014.

Woolfolk. (2008). Educational Psychology 10th Edition. Boston: Allyn & Bacon.

Zimmerman, B. J. (2004). A Social Cognitive View Of Self-Regulated Academic

Learning. Journal Of Educational Psychology, 4, (2), 22-63. Diperoleh dari:

http://www.stu.ca/-sbraat/SRL/A/Social0CognitiveViewofSelf-

RegulatedAcademicLearning.pdf, 16 Juni 2014.

Page 39: Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9300/2/T1_802010083_Full... · Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa ... (test

30

Zimmerman, B.J. (2002). Achieving Self-Regulation: The Trial And Triumph Of

Adolescence. In. F. Pajares & T. Urdan (Eds.), Academic Motivation Of

Adolescents (Vol. 2, pp. 1-27). Greenwich, Ct: Information Age.

Zimmerman, B. J. (2000). Attaining Self-Regulation. A Social Cognitive Perpective. In

M. Boekaerts, P. R. Pintrich, & M. Zeidner (Eds). Handbook Of Self-Regulation.

San Diego. CA: Elsavier Academic Press.

Zimmerman, B. J. (1990). Self-regulated learning and academic achievement : an

overview. Journal Educational Psychologist, 25, (1), 3-17.

Zimmerman, B. J. (1989). A Social Cognitive View Of Self-Regulated Academic

Learning. Journal of Educational Psychology, 81, 329-339.

Zimmerman, B. J. (1986). Becoming a Self-Regulated Learner: Which Are the Key

Subprocesses?. Contemporary Educational Psychology. 11, 307-313.

http://www.wikipedia.org/

http://www.uksw.edu/