perbedaan praktek perataan laba berdasarkan good...

37
1 PENDAHULUAN Setiap perusahaan memiliki laporan keuangan yang menghasilkan informasi dan digunakan oleh pihak manajemen dalam mengambil keputusan. Salah satu informasi dari laporan keuangan adalah laba. Laba termasuk salah satu komponen yang menunjukkan perusahaan memiliki prospek yang baik, jika laba perusahaan tinggi maka perusahaan memiliki prospek yang baik pada periode selanjutnya begitu juga sebaliknya jika laba perusahaan rendah maka perusahaan memiliki prospek yang kurang baik pada periode selanjutnya. Sering kali pengguna laporan keuangan hanya melihat laba yang dihasilkan saja sehingga membuat manajemen perusahaan melakukan tindakan manajemen laba (earning management), salah satu manajemen laba yaitu perataan laba (income smoothing). Perataan laba merupakan tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk mengurangi variabilitas laba yang dilaporkan agar dapat mengurangi risiko pasar atas saham perusahaan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan harga saham perusahaan (Assih dan Gudono, 2000). Hal ini selaras dengan Foster (1986) dalam Suwito dan Herawaty (2005) mengungkapkan bahwa tujuan perataan laba adalah untuk memperbaiki citra perusahaan di mata pihak eksternal dan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki risiko yang rendah. Suatu perusahaan dapat dikatakan memiliki nilai yang baik apabila kinerja perusahaannya baik. Nilai perusahaan dapat dilihat dari harga sahamnya, jika harga saham perusahaan tinggi maka nilai perusahaan tersebut baik begitu juga

Upload: phungkiet

Post on 05-Mar-2018

228 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

1

PENDAHULUAN

Setiap perusahaan memiliki laporan keuangan yang menghasilkan

informasi dan digunakan oleh pihak manajemen dalam mengambil keputusan.

Salah satu informasi dari laporan keuangan adalah laba. Laba termasuk salah satu

komponen yang menunjukkan perusahaan memiliki prospek yang baik, jika laba

perusahaan tinggi maka perusahaan memiliki prospek yang baik pada periode

selanjutnya begitu juga sebaliknya jika laba perusahaan rendah maka perusahaan

memiliki prospek yang kurang baik pada periode selanjutnya.

Sering kali pengguna laporan keuangan hanya melihat laba yang

dihasilkan saja sehingga membuat manajemen perusahaan melakukan tindakan

manajemen laba (earning management), salah satu manajemen laba yaitu perataan

laba (income smoothing). Perataan laba merupakan tindakan yang dilakukan

dengan sengaja untuk mengurangi variabilitas laba yang dilaporkan agar dapat

mengurangi risiko pasar atas saham perusahaan, yang pada akhirnya dapat

meningkatkan harga saham perusahaan (Assih dan Gudono, 2000). Hal ini selaras

dengan Foster (1986) dalam Suwito dan Herawaty (2005) mengungkapkan bahwa

tujuan perataan laba adalah untuk memperbaiki citra perusahaan di mata pihak

eksternal dan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki risiko yang

rendah.

Suatu perusahaan dapat dikatakan memiliki nilai yang baik apabila kinerja

perusahaannya baik. Nilai perusahaan dapat dilihat dari harga sahamnya, jika

harga saham perusahaan tinggi maka nilai perusahaan tersebut baik begitu juga

Page 2: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

2

sebaliknya jika harga saham perussahaaan rendah maka nilai perusahaan tersebut

kurang baik. Nilai perusahaan ditingkatkan dengan meningkatkan kinerja

perusahaan, salah satu cara untuk meningkatkan kinerja perusahaan dengan

menerapkan corporate governance. Isu tentang corporate governance mulai

hangat dibicarakan sejak terjadinya berbagai skandal yang mengindikasikan

lemahnya corporate governance seperti skandal Enron, Tycon, Worldcom, dan

global Crossing yang telah membangun masyarakat Amerika dan dunia bahwa

Good Corporate Governance (GCG) amat diperlukan sebagai barometer

akuntabilitas suatu perusahaan (Sukamulja, 2004).

Pada penelitian perataan laba sebelumnya penelitian yang dilakukan

adalah “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan

Laba yang Dilakukan Oleh Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”

(Suwito dan Herawaty, 2005), “Pengaruh Profitabilitas, Risiko Keuangan, Nilai

Perusahaan, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Praktek Perataan Laba : Studi

Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI” (Aji dan Mita, 2010),

“Hubungan Tindakan Perataan Laba dengan Reaksi Pasar atas Pengumuman

Informasi Laba Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta” (Assih dan

Gudono, 2000), untuk penelitian Negara asal perusahaan sejauh yang ketahui

penulis belum pernah dilakukan maka penelitian ini akan dilihat apakah terdapat

perbedaan praktek perataan laba berdasarkan negara asal perusahaan yang ada di

Indonesia. Pernyataan ini dikuat oleh kutipan dari Purwandari dan Purwanto

(2012) perusahaan yang berstatus penanaman modal asing cenderung akan

Page 3: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

3

melaporkan laporan keuangan yang luas dibandingkan perusahaan yang berstatus

penanaman modal dalam negeri.

Berdasarkan uraian diatas bahwa income smoothing berhubungan dengan

negara asal perusahaan dan good corporate governance, penelitian ini ingin

meneliti apakah terdapat perbedaaan praktek perataan laba berdasarkan penerapan

good corporate governance dan berdasarkan negara asal perusahaan yang berada

di Indonesia. Obyek penelitian meliputi semua perusahaan manufaktur yang

sahamnya terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007 - 2011.

LANDASAN TEORI

Teori Keagenan

Salah satu penyebab yang dapat mendorong manajer untuk melakukan

income smoothing melalui tiga dimensi yaitu real, artificial dan classificatory

smoothing adalah adanya perhatian investor yang selama ini cenderung terpusat

pada informasi laba tanpa memperhatikan proses yang digunakan untuk mencapai

tingkat laba tersebut (Mursalim, 2005). Oleh karena itu income smoothing

bertujuan untuk menstabilkan laba sesuai kepentingannya, hal ini dilakukan untuk

menarik perhatian investor.

Menurut Jensen dan Meckling (1976), dalam teori keagenan (agency

theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal)

mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian

mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan kepada agent tersebut.

Pada teori keagenan yang disebut principal adalah pemegang saham yang hanya

Page 4: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

4

tertarik pada hasil keuangan atau investasi mereka pada perusahaan dan agent

adalah manajemen yang mengelola perusahaan yang menerima kompensasi

dengan syarat-syarat yang berlaku pada hubungan tersebut. Perbedaan masing-

masing pihak akan membuat mereka memperbesar keuntungan bagi diri sendiri.

Principal menginginkan pengembalian yang besar dan secepat-cepatnya atas

investasi yang salah satunya dicerminkan dengan kenaikan deviden dari tiap

saham yang dimiliki. Sedangkan agent menginginkan kepentingannya diakomodir

dengan pemberian kompensasi / bonus yang memadai atas kinerjanya.

Principal menilai prestasi agent dari hasil kinerja keuangan perusahaan

apabila kinerja agent baik dapat dilihat dari laba yang akan dialokasikan pada

pembagian deviden sehingga layak mendapat intensif yang tinggi. Sebaliknya

agent memenuhi tuntutan principal agar mendapat kompensasi yang tinggi. Hal

ini membuat agent memainkan beberapa kondisi perusahaan agar seolah-olah

target terpenuhi. Salah satunya dengan melakukan income smoothing (membagi

keuntungan periode lain) agar setiap tahun kelihatan meraih keuntungan padahal

merugi atau turun laba. Sedangkan para investor hanya melihat bahwa perusahaan

yang memiliki kinerja yang baik dilihat dari laba perusahaan tersebut besar

ataupun setabil.

Perataan Laba

Koch (1981) Perataan laba dapat didefinisikan sebagai cara yang

digunakan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar

sesuai dengan target yang diinginkan baik secara artifisial melalui metode

Page 5: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

5

akuntansi, maupun secara riil melalui transaksi. Menurut Bieldman dalam

Belkaouli (2000) menyatakan bahwa perataan laba didefinisikan sebagai upaya

yang sengaja dilakukan untuk memperkecil fluktuasi pada tingkat laba yang

dianggap normal bagi perusahaan.

Praktek perataan laba dilakukan oleh manajemen perusahaan yang dapat

menyebabkan pengungkapan laba di laporan keuangan menjadi tidak memadai,

bahkan terkesan menyesatkan (Aji dan Mita, 2010). Hal tersebut mengakibatkan

informasi yang disajikan tidak memiliki informasi yang tepat dan investor gagal

memperediksi resiko investasi mereka.

Good Corporate Governance

Good Corporate Governance menurut definisi komite Cadbury pada tahun

1992 adalah prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar

mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam

memberikan pertanggung jawabannya kepada para shareholders khususnya

dan stakeholders pada umumnya. Tentu saja hal ini mengatur kewenangan

direktur, manajer, pemegang saham dan pihak lainnya. Good Corporate

Gorvernance dimasukkan untuk mengatur hubungan-hubungan ini dan mencegah

terjadinya kesalahan-kesalahan yang signifikan dalam strategi perusahaan dan

untuk memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat di perbaiki

dengan segera. Secara umum prinsip dasar good corporate governance yaitu

(Kaihatu, 2006) :

Page 6: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

6

Transparancy (keterbukaan informasi), yaitu keterbukaan dalam

melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam

mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan.

Accountability (akuntabilitas), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan

pertanggung jawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan

terlaksana secara efektif.

Responsibility (pertanggung jawaban), yaitu kesesuaian (kepatuhan) di

dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta

peraturan perundangan yang berlaku.

Independency (kemandirian), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan

dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan

pengaruh/tekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan

peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip

korporasi yang sehat.

Fairness (kesetaraan da kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara

di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan

perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku.

Menurut Sulistiyowati et. al (2010) pencapaian keuntungan merupakan

wujud dari pemenuhan pemegang saham (shareholder) dan tidak dapat dilepaskan

dari upaya pencapaian sustainability yang merupakan wujud pemenuhan

kepentingan para pemangku kepentingan (stakeholders). Perusahaan yang

memperoleh pendapatan yang lambat atau profitabilitas yang sedikit maka

Page 7: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

7

cenderung akan mengumumkan lebih banyak tentang pelaksanaan Good

Corporate Governance guna melepaskan tekanan dari pasar (Kusumawati, 2007).

Corporate governance index secara keseluruhan merupakan hal penting

dan menjadi salah satu faktor penyebab yang dapat menjelaskan nilai pasar bagi

perusahaan-perusahaan independen di Korea (Black, Jang, dan Kim, 2003).

Menurut Johnson et. al (2000) rendahnya kualitas corporate governance dalam

suatu Negara berdampak negatif pada pasar saham dan nilai tukar mata uang

Negara bersangkutan pada masa krisis di Asia.

Menurut Herawaty (2008) teori keagenan memberikan pandangan bahwa

masalah earnings management dapat diminimumkan dengan pengawasan sendiri

melalui good corporate governance. Praktek perataan laba oleh manajemen dapat

diminimalisir dengan cara monitoring untuk menyelaraskan perbedaan

kepentingan agent dan principal antara lain :

1. Memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen

(Jensen dan Meckling, 1976). Sehingga kepentingan pemegang

saham dapat disejajarkan dengan kepentingan manajerial. Semakin

tinggi kepemilikan manajerial maka semakin rendah

kecenderungan melakukan praktek perataan laba.

2. Kepemilikan saham oleh institusional karena mereka dianggap

sebagai sophisticated investor dengan jumlah kepemilikan yang

cukup signifikan dapat memonitor manajemen yang dapat

mengurangi motivasi manajer untuk melakukan earning

management (Pratana dan Mas’ud, 2003).

Page 8: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

8

3. Peran monitoring yang dilakukan dewan komisaris independen

(Bamhart dan Rosenstein, 1998).

Negara Asal Perusahaan

Menurut pendapat dari Prof. Mr. Kranenburg : “ Negara adalah suatu

organisasi kekuasaan yang diciptakan oleh sekelompok manusia yang disebut

bangsa” (ruhcitra.wordpress.com). Perusahaan adalah suatu organisasi dimana

sumber daya (input) dasar seperti bahan dan tenaga kerja dikelola serta diproses

untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan. Jadi dapat

disimpulkan bahwa Negara asal perusahaan adalah suatu organisasi yang berasal

dari suatu Negara berdasarkan jumlah penanaman modal pada perusahaan tersebut

yang memiliki input dan output.

Negara asal perusahaan dibagi menjadi dua yaitu, negara maju dan negara

berkembang. Negara berkembang dapat disebut juga emerging market economy

sedangkan Negara maju disebut dengan developed market economy. Emerging

market economy (EME) didefinisikan negara yang potensi pertumbuhan

ekonominya tinggi, tetapi beresiko politik, ekonomi, dan lain-lain. Negara-negara

tersebut merupakan sekitar 80% dari populasi global, dan mewakili sekitar 20%

dari ekonomi dunia, istilah ini dikemukakan oleh Antoine W. Van Agtmael dari

International Finance Corporation dari Bank Dunia pada tahun 1981.

Sedangkan developed market economy adalah negara dengan ekonomi yang

sangat maju, biasanya dengan sektor jasa yang besar (http://www.learnbonds.com).

Page 9: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

9

Emerging markets dan developed markets memberikan pengaturan yang

sangat kaya di mana untuk membedakan karakteristik perusahaan yang digunakan

dalam pemilihan mitra (Hitt et. al, 2000). Misalnya, perbedaan peraturan dalam

institusi formal dan informal yang sangat ambigu. Stabilitas ekonomi dan sosial di

negara maju relatif mempromosikan pengembangan dan penerimaan aturan

pertukaran sedangkan, ketidakstabilan ekonomi dan kadang sosial di pasar negara

berkembang menghasilkan ambiguitas dan ketidakpastian mengenai aturan

pertukaran , dalam konteks ini , aturan sebagian besar muncul (Pedersen &

Thomsen, 1997) .

Beberapa karakteristik risiko dan return yang ada di emerging market

antara lain (Endri, 2010):

volatilitas yang tinggi

menawarkan expected return yang tinggi, karena emerging market

mengalami per-tumbuhan yang cukup menakjubkan

korelasi yang rendah antara emerging market dengan pasar saham

yang maju.

Karakteristik developed markets :

tingkat konsistensi di pasar yang tinggi

lebih cepat melakukan recovery

paling mudah diakses dan sangat mendukung investor asing

Page 10: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

10

Tabel 1

Negara-negara yang termasuk dalam developed markets dan emerging

markets (http://www.djindexes.com/) yang berlaku September 2011 :

Developed Markets Emerging Markets

Amerika

Kanada Amerika Brazil Mexico

Chile Peru

Kolombia

Asia/Pasifik

Australia Selandia Baru China Filipina

Hong kong Singapura Indonesia Taiwan

Jepang India Thailand

Malaysia Korea Selatan

Eropa

Austria Italia Ceko Rusia

Belgia Luxembourg Hungaria Turki

Denmark Belanda Polandia Finlandia Norwegia

Prancis Portugal

Jerman Spanyol

Islandia Swedia

Irlandia Swiss

Inggris Yunani

Timur Tengah

Israel

Afrika

Mesir Afrika Selatan

Maroko

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa negara-negara yang dikelompokkan

dalam developed markets di dominasi oleh negara-negara Eropa, sedangkan untuk

emerging markets di dominasi oleh negara-negara Amerika Latin dan

Page 11: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

11

Asia/Pasifik. Salah satu indikator mengapa emerging market sangat bagus

dibandingkan dengan Negara yang sudah maju adalah pertumbuhan PDB-nya

lebih cepat.

Perumusan Hipotesis

Hubungan Perataan Laba dan Kepemilikan Manajerial

Semakin besar proporsi kepemilikan manajemen pada perusahaan, maka

manajemen cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham

yang tidak lain adalah dirinya sendiri (Ross et al., 2002). Manajer akan lebih

produktif dalam meningkatkan laba perusahaan karena mereka merasa memiliki

dan bertanggung jawab terhadap perusahaan. Sehingga perusahaan dengan tingkat

kepemilikan manajerial yang tinggi akan berupaya meningkatkan laba perusahaan

dalam rangka meningkatkan image perusahaan. Sedangkan perusahaan dengan

tingkat kepemilikan manajerial rendah kurang berupaya meningkatkan laba

peruahaan karena mereka merasa tidak memiliki perusahaan. Berdasarkan asumsi

tersebut dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut :

H1 : terdapat perbedaan praktek perataan laba berdasarkan kepemilikan

manajerial yang tinggi dan yang rendah

Hubungan Perataan Laba dan Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional memiliki peran yang penting dalam

meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi diantara pemegang saham dan

manajer ( Jensen and Meckling 1976 ). Tingkat kepemilikan institusional yang

Page 12: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

12

tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih dari pihak investor

institusional dalam memonitor keputusan yang diambil pihak manajemen.

Semakin besar kepemilikan oleh pihak institusi maka semakin besar pula

kekuatan suara dan dorongan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan

(Permanasari, 2010). Jadi, semakin tinggi kepemilikan institusional akan

berupaya memaksimalkan laba perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, maka

hipotesis dapat disimpulkan :

H2 : terdapat perbedaan praktek perataan laba berdasarkan kepemilikan

institusional yang tinggi dan yang rendah

Hubungan Perataan Laba dan Komposisi Dewan Komisaris Independen

Keberadaan dewan komisaris dalam suatu perusahaan pasti berhubungan

dengan pengawasan atau monitoring. Komposisi dewan komisaris terdiri dari

komisaris dalam perusahaan, maupun luar perusahaan (independen). Keberadaan

komisaris independen cukup penting karena fungsinya sebagai pihak yang netral

dalam perusahaan diharapkan mampu menjembatani adanya asimetri informasi

yang terjadi antara pihak pemilik dengan pihak manajer, sekaligus sebagai

pengawas pemegang saham, sehubungan dengan aktivitas perusahaan, serta

mengendalikan perilaku para manajer perusahaan (Istanti, 2009). Semakin tinggi

pihak independen dalam perusahaa, diharapkan dapat mengurangi tindakan

perataan laba dalam perusahaan tersebut. Sebaliknya perusahaan yang memiliki

komposisi dewan komisaris independen yang rendah atau sama sekali tidak

memiliki dewan komisaris independen, dapat dikatakan kurang adanya

Page 13: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

13

pengawasan dalam tindakan perataan laba di perusahaan tersebut. Dari uraian

diatas, maka hipotesis dapat disimpulkan :

H3 : terdapat perbedaan praktek perataan laba berdasarkan komposisi dewan

komisaris independen yang tinggi dan yang rendah

Hubungan Perataan Laba dan Negara Asal Perusahaan

Negara asal perusahaan masuk sebagai variabel karena dapat

mempengaruhi laporan keuangan hal ini sesuai dengan Yusuf dan Soraya (2004)

semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memiliki

kecenderungan untuk melakukan praktek perataan laba, baik itu perusahaan asing

maupun non asing.

Negara asal perusahaan dapat dibagi menjadi dua yaitu, negara maju dan

negara berkembang. Perusahaan negara maju (developed market) memiliki aturan

yang lebih ketat dan dalam melaporkan laporan keuangannya diindikasikan lebih

baik karena perusahaan negara maju harus mempertahankan citra perusahaan

dibandingkan perusahaan negara berkembang (emerging market) oleh sebab itu

negara berkembang memiliki indikasi untuk melakukan praktek perataan laba agar

laba perusahaan tidak berfluktuasi dan terlihat stabil. Hal ini dilakukan agar

laporan keuangannya terlihat lebih baik. Berinvestasi di negara-negara emerging

market sering dianggap berisiko tinggi, meski return-nya lebih besar

(http://beritaretail.wordpress.com). Divecha et. al (1992) menginvetigasi sepuluh

pasar saham berkembang Asia dan menemukan bahwa mereka adalah homogen

Page 14: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

14

dengan dominasi kekuatan pasar yang kuat dan kurang terkorelasi antara satu

dengan yang lainnya dan dengan pasar yang lebih maju.

H4 : terdapat perbedaan praktek perataan laba berdasarkan negara asal perusahaan

yang berada di Indonesia

METODE PENELITIAN

Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan asing dan non

asing yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta memiliki tahun fiskal dari

1 Januari sampai 31 Desember. Perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel

adalah perusahaan manufaktur yang telah menyerahkan laporan keuangan

secara lengkap sampai 31 Desember 2011. Periode pengamatan yang akan

dilakukan adalah untuk jangka waktu 5 tahun, yaitu dari Januari 2007 sampai

Desember 2011. Dari 159 perusahaan manufaktur yang terdaftar, terdapat 50

perusahaan yang memenuhi kriteria dan dijadikan sebagai sampel dalam

penelitian ini. Dengan memilih terlebih dahulu perusahaan yang tergolong dalam

developed markets dan jumlah perusahaan yang tergolong dalam developed

markets adalah 25 perusahaan, setelah itu baru memilih perusahaan yang

tergolong dalam emerging markets dengan cara membandingkan jumlah aset

perusahaan developed dan emerging markets yang memiliki jumlah aset yang

hampir sepadan.

Page 15: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

15

Tabel 2

Sampel Penelitian

Keterangan Jumlah

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007-2011 159 Perusahaan manufaktur yang tidak mempublikasikan laporan tahunannya tahun 2007-2011 (25) Perusahaan manufaktur yang asetnya tidak sama antara perusahaan developed markets dan emerging markets (84)

Total sampel penelitian 50

Sumber : Data Sekunder Diolah, 2014

Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari laporan

keuangan tahunan yang diperoleh website perusahaan atau website BEI

(www.idx.co.id). Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur di Bursa

Efek Indonesia.

Perataan Laba

perataan laba yang akan diukur menggunakan Indeks Eckel (1981) yang akan

membedakan perusahaan yang melakukan praktek perataan laba atau tidak. Untuk

menghitung Indeks Eckel maka digunakan rumus :

Indeks Perataan Laba = ����

���� ………………………………………………...(3.1)

Dimana :

ΔI = Perubahan laba dalam satu periode

ΔS = Perubahan penjualan dalam satu periode

CV = Koefisien variasi dari variabel, yaitu standar deviasi dibagi nilai yang diharapkan

Page 16: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

16

Apabila CV ΔI > CV ΔS

Maka perusahaan tidak digolongkan sebagai perusahaan yang melakukan tindakan

perataan laba.

CV ΔI = koefisien variasi untuk perubahan laba

CV ΔS = koefisien variasi untuk perubahan penjualan

CV ΔI dan CV ΔS = ��������

�������� ����� ……………………………………………(3.2)

Atau

CV ΔI dan CV ΔS = �∑(∆��∆�)�

���∶ ∆� ………………………………………..(3.3)

Dimana :

Δx = perubahan penghasilan bersih / laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n-1

ΔX = rata-rata perubahan penghasialan bersih / laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n-1

n = banyaknya tahun yang diamati

Negara Asal Perusahaan

Untuk variabel Negara asal perusahaan ini digunakan variabel dummy

untuk menentukan Negara asal perusahaan. Cara menentukan Negara asal

perusahaan dengan melihat company status perusahaan pada Indonesian Capital

Market Directory (ICMD) tersebut tergolong dalam perusahaan penanaman modal

asing (PMA) atau perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN). Untuk

perusahaan PMA masih dapat dipilah lagi yang tergolong dalam developed dan

emerging markets seperti yang disebutkan dalam tabel 1. Jika negara asal

Page 17: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

17

perusahaan tersebut tergolong dalam developed markets maka diberi nilai 1

sedangkan, negara asal perusahaan tergolong dalam emerging markets diberi nilai

0.

Good Corporate Governance

Variabel good corporate governance dapat dihitung dengan :

1. Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak

manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola (Gideon,

2005). Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan manajerial

adalah persentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen dari

seluruh modal saham perusahaan yang beredar. Variabel kepemilikan

manajerial dibedakan menjadi proporsi tinggi dan rendah. Perusahaan

dengan proporsi tinggi (di atas rata-rata industri sebesar 3%) dengan

menggunakan variabel dummy diberi score 1, dan perusahaan dengan

proporsi kepemilikan manajerial rendah diberi score 0.

2. Kepemilikan institusional yang diukur dengan prosentase kepemilikan

saham oleh perbankan, perusahaan asuransi, dana pensiun, reksadana, dan

institusi lain dibagi dengan total jumlah saham beredar. Variabel

kepemilikan institusional dibedakan menjadi proporsi tinggi dan rendah.

Perusahaan dengan proporsi tinggi (di atas rata-rata industri sebesar 6%)

dengan menggunakan variabel dummy diberi score 1, dan perusahaan

dengan proporsi kepemilikan institusional rendah diberi score 0.

Page 18: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

18

3. Komposisi dewan komisaris independen yang dimaksudkan dalam

penelitian ini adalah seberapa besar jumlah komisaris independen

perusahaan jika dibandingkan dengan jumlah seluruh dewan komisaris

yang dimiliki perusahaan.

Board of Independence = ������ ��������� ����������

������ ����� ��������� �� ���������� × 100%

Variabel komposisi dewan komisaris independen dibedakan menjadi

proporsi tinggi dan rendah. Perusahaan dengan proporsi dewan komisaris

independen tinggi (di atas rata-rata industri sebesar 35%) dengan

menggunakan variabel dummy diberi score 1, dan perusahaan dengan

proporsi dewan komisaris independen rendah diberi score 0.

Teknik Analisis Data

1. Mengelompokan hasil data menjadi dua kelompok, yaitu Negara asal

perusahaan dikelompokan ke dalam kelompok Negara maju (developed

markets) dan Negara berkembang (emerging markets).

2. Membandingkan jumlah aset antara perusahaan yang tergolong dalam

developed dan emerging markets yang kira-kira sebanding.

3. Menghitung indek eckel dari masing-masing perusahaan manufaktur,

kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, serta

mengidentifikasi jumlah dewan komisaris independen yang terdapat pada

setiap perusahaan.

Page 19: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

19

4. Melakukan uji normalitas data dengan One Sample Kolmogorov-Smirnov

Test. Uji Kolmogorov-Smirnov ini untuk menentukan apakah data dari

masing-masing variabel telah terdistribusi dengan normal. Normalitas

terjadi apabila hasil dari uji Kolmogrov-Smirnov lebih dari 0,05. Apabila

ternyata diketahui data berdistribusi normal, maka selanjutnya digunakan

uji beda T-Test dengan sample independen (Independent Sample T-Test).

Namun, jika ternyata diketahui data berdistribusi tidak normal, maka uji

yang digunakan adalah uji non-parametrik berupa Uji Mann-Whitney U.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Statistika Deskriptif

Statistika deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk mencari nilai

minimum, nilai maksimum, dan nilai mean dari praktek perataan laba yang dapat

dilihat pada tabel 3.

Tabel 3

Statistika Deskriptif

Minimum Maximum Mean Perataan Laba - 45 28,90 0,81 Kep. Manajerial (%) 0 4 2,63 Kep. Institusional (%) 0 98,2 6,05 Komposisi Dewan Komisaris Independen (%)

0 50 35

Sumber : Data Sekunder Diolah, 2014

Page 20: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

20

Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa mean dari indek eckel

perusahaan yang dijadikan sampel, yaitu 0,81. Terdapat 24 perusahaan yang

melakukan perataan laba hal ini menandakan masih banyak perusahaan

manufaktur yang melakukan perataan laba. Hal ini dikarenakan semakin

mendekati angka 1 (satu) semakin baik. Dengan tingkat perataan laba tertinggi

28,90 dimiliki oleh PT. Sepatu Bata Tbk. dan yang terendah - 45 PT. Goodyear

Indonesia Tbk.

Kepemilikan manajerial memiliki rata-rata sebesar 2,63%. Nilai tersebut

menunjukkan adanya pihak agent yang merangkap menjadi prinsipal. 7

perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial tertinggi dan sisanya 43

perusahaan memiliki tingkat kepemilikan manajerial terendah. Perusahaan dengan

tingkat kepemilikan manajerial tertinggi adalah PT. Lautan Luas Tbk., yaitu 4%.

Rata-rata kepemilikan intitusional adalah 6,05%. Dari perusahaan yang dijadikan

sampel, terdapat 9 perusahaan yang memiliki kepemilikan institusional tertinggi

dan 41 perusahaan memiliki kepemilikan institusional terendah. PT. Hanjaya

Mandala Sampoerna Tbk. memiliki tingkat kepemilikan intitusional tertinggi,

yaitu sebesar 98,2%.

Sedangkan untuk komposisi dewan komisaris independen memiliki rata-

rata 35%. Proporsi tertinggi dimiliki oleh 9 perusahaan yaitu PT. Siantar Top Tbk,

PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk, PT. Panasia Filament Inti Tbk, PT. Toba

Pulp Lestari Tbk, PT. Titan Kimia Nusantara Tbk, PT. Jakarta Kyoei Steel Works

Tbk, PT. Jaya Pari Steel Tbk, PT. Indofarma Tbk, PT. Taisho Pharmaceutical

Indonesia Tbk sebesar 50% yang menandakan efektivitas pengawasan manajemen

Page 21: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

21

perusahaan tersebut cukup baik, untuk proporsi terendah adalah 0% dimiliki oleh

3 perusahaan yaitu PT Fast Food Indonesia Tbk, PT Bentoel Internasional

Investama Tbk, PT Arwana Citramulia Tbk.

Tabel 4

Statistika Deskriptif (Negara Asal Perusahaan)

Developed Markets Emerging Markets Min Max Mean Min Max Mean

Perataan Laba -45,07 28,94 -0,05 -6,60 17,80 1,61 Kep. Manajerial (%) 0 26 2 0 36 3 Kep. Institusional (%) 0 56 4 0 98 8 Komposisi Dewan Komisaris Independen (%)

0 50 33 0 50 37

Sumber : Data Sekunder Diolah, 2014

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa mean dari indek eckel

(0,05) yang menandakan bahwa masih banyak perushaan yang termasuk dalam

developed markets melakukan perataan laba, hal ini berbeda dengan perusahaan

yang termasuk dalam emerging markets yang meannya 1,61 dapat diartikan

bahwa perusahaan tidak melakukan perataan laba atau hanya sedikit yang

melakukan perataan laba. Kepemilikan manajerial untuk perusahaan yang

termasuk dalam developed markets memiliki rata-rata 2% menunjukkan bahwa

agent yang merangkap sebagai prinsipal tidak banyak dan kurang mempengaruhi

dalam laporan keuangan, sedangkan untuk perusahaan yang termasuk dalam

emerging markets memiliki rata-rata 3% ini menandakan bahwa ada pihak agent

yang merangkap sebagai prinsipal yang dapat mempengaruhi laporan keuangan.

Page 22: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

22

Kepemilikan institusional memiliki rata-rata 4% untuk perusahaan yang

termasuk dalam developed markets, ini menunjukkan bahwa kepemilikan

institusional kurang mempengaruhi dalam laporan keuangan, sedangkan yang

termasuk emerging markets memiliki rata-rata 8%. Ini menandakan kepemilikan

institusional didalam perusahaan cukup tinggi dan dapat mempengaruhi laporan

keuangan. Sedangkan untuk komposisi dewan komisaris independen memiliki

rata-rata 33% untuk perusahaan yang termasuk developed markets dan untuk

perusahaan yang termasuk emerging markets memiliki rata-rata 37% yang

menandakan dalam penelitian ini perusahaan yang termasuk dalam emerging

markets memiliki komposisi dewan komisaris yang sedikit lebih tinggi

dibandingkan perusahaan yang termasuk dalam developed markets.

Pengujian Data

Uji normalitas

Langkah pertama yang dilakukan dalam pengujian data penelitian ini

adalah melakukan uji normalitas, dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov,

untuk mengetahui normal atau tidaknya data yang digunakan. Dari pengujian

normalitas pada lampiran 2, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi dari uji

Kolmogorov-Smirnov menunjukkan kelima variabel berada di bawah nilai alpha

(0,05), yang menunjukkan bahwa data tidak berdistribusi normal. Setelah data

dicoba untuk dinormalkan menggunakan log, ln, sqrt, dan kuadrat tetap masih

Page 23: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

23

tidak berdistribusi normal, maka uji yang digunakan adalah uji non-parametrik

berupa uji Mann-Whitney U.

Pengujian Hipotesis

Uji Non-Parametrik 2-Independent Sample Test

Dalam penelitian ini, semua variabel-variabel yang digunakan tidak

berdistribusi normal. Maka untuk menguji perbedaan praktek perataan laba yang

dilihat dari good corporate governance dan negara asal perusahaan menggunakan

uji non-parametrik berupa uji Mann-Whitney U.

Tabel 5

Hasil Pengujian Hipotesis

Variabel Asymp. Sig. (2-tailed) (Mann-

Whitney U Test)

GCG

Kep. Manajerial 0,33

Kep. Institusional 0,11

Komposisi Dewan Komisaris independen

0,04

Negara Asal Perusahaan yang berada di Indonesia

Negara Asal Perusahaan

0,75

Sumber : Data Sekunder Diolah, 2014

Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney Test yang dapat dilihat pada tabel 4

dapat diketahui bahwa signifikansi (sig. (2-Tailed)) untuk variabel kepemilikan

manajerial sebesar 0,33 lebih tinggi dari tingkat alpha sebesar 0,05. Dari hasil

Page 24: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

24

tersebut dapat diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan praktek perataan laba

berdasarkan kepemilikan manajerial, dengan demikian H1 ditolak. Hasil pengujian

Mann-Whitney untuk variabel kepemilikan institusional didapatkan hasil

signifikansi (sig. (2-Tailed)) untuk variabel kepemilikan institusional sebesar 0,11

lebih tinggi dari tingkat alpha. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa secara statistik

bahwa tidak terdapat perbedaan praktek perataan laba berdasarkan kepemilikan

institusional maka H2 ditolak.

Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney diketahui bahwa (sig. (2-Tailed))

untuk komposisi dewan komisaris independen sebesar 0,04 lebih rendah dari

tingkat alpha sebesar 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

praktek perataan laba berdasarkan komposisi dewan komisaris independen atau H3

diterima. Hasil pengujian Mann-Whitney untuk Negara asal perusahaan dapat

dilihat bahwa signifikansi (sig. (2-Tailed)) untuk Negara asal perusahaaan sebesar

0,75 lebih tinggi dari tingkat alpha yang berarti tidak terdapat perbedaan praktek

perataan laba berdasarkan Negara asal perusahaan atau H4 ditolak.

Pembahasan

Berdasarkan analisis statistik yang dilakukan pada hipotesis untuk

perataan laba dan kepemilikan manajerial, tidak terdapat perbedaan praktek

perataan laba berdasarkan kepemilikan manajerial. Penelitian ini mengindikasikan

bahwa tinggi rendahnya kepemilikan manajerial tidak terhadap tindakan perataan

laba. Hal ini menandakan bahwa dengan adanya kepemilikan manajerial tidak

serta merta menunjukkan insentif manajemen untuk melakukan praktek perataan

Page 25: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

25

laba karena hal tersebut mungkin dapat membahayakan perusahaan dalam jangka

panjang (Aji dan Mita, 2010). Hal ini dikarenakan pemengang saham luar akan

memberikan tekanan kepada pihak manajemen untuk melaporkan laporan

keuangan yang memiliki laba walaupun perusahaan tidak memiliki laba.

Untuk variabel kepemilikan institusional menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan praktek perataan laba berdasarkan kepemilikan intitusional.

Hal ini dikarenakan bahwa kepemilikan institusional akan membuat manajer

merasa terikat untuk memenuhi target laba dari para investor, sehingga mereka

akan tetap cenderung terlibat dalam tindakan manipulasi laba (Cornett et. al,

2006). Mengakibatkan manajer terpaksa melakukan tindakan manipulasi laporan

keuangan dengan melakukan tindakan earnings management, salah satunya

adalah perataan laba (income smoothing).

Sedangkan untuk variabel komposisi dewan komisaris independen

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan praktek perataan laba berdasarkan dewan

komisaris. Hal ini dapat dijelaskan bahwa tinggi rendahnya komposisi dewan

komisaris independen menjadi faktor penentu utama dari efektivitas pengawasan

dan efektivitas mekanisme pengendalian terhadap manajemen perusahaan dalam

mengurangi tindakan manipulasi laporan keuangan salah satunya perataan laba.

Karena perusahaan yang memiliki komposisi dewan komisaris independen yang

tinggi akan lebih efektif dalam hal pengawasan dan pengendalian dalam

perusahaan tersebut. Hasil penelitian Klein (2002), Pratana dan Mas’ud (2003),

dan Xie, Biao, Wallace dan Peter (2003) memberikan simpulan bahwa perusahaan

Page 26: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

26

yang memiliki proporsi anggota dewan komisaris yang berasal dari luar

perusahaan atau outside director dapat mempengaruhi tindakan manajemen laba.

Dari hasil uji statistik untuk variabel Negara asal perusahan menunjukan

bahwa tidak terdapat perbedaan praktek perataan laba berdasarkan negara asal

perusahaan. Dalam hal ini Negara asal perusahaan tidak dapat dijadikan acuan

bahwa perusahaan yang termasuk dalam emerging markets selalu melakukan

perataan laba. Perataan laba digunakan untuk menstabilkan laba perusahaan dalam

laporan keuangan agar laba tidak terlalu fluktuatif. Penelitian ini tidak selaras

dengan yang di kemukakan Yusuf dan Soraya (2004) Negara asal perusahaan

masuk sebagai variabel karena dapat mempengaruhi laporan keuangan.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian ini menunjukkan untuk variabel

GCG yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional tidak terdapat

perbedaan praktek perataan laba, hanya komposisi dewan komisaris independen

yang terdapat perbedaan praktek perataan laba, sedangkan untuk variabel negara

asal perusahaan tidak terdapat perbedaan praktek perataan laba.

Page 27: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

27

Saran

Berdasarkan hasil analisis, pembahasan dan kesimpulan yang telah dibahas

sebelumnya, saran yang dapat disampaikan adalah jika investor dalam

berinvestasi ingin menghindari perataan laba sebaiknya memilih perusahaan yang

memiliki komposisi dewan komisaris independen yang tinggi, karena komposisi

dewan komisaris independen yang tinggi cenderung tidak melakukan perataan

laba.

Keterbatasan Penelitian dan Saran Penelitian Mendatang

Dalam penelitian ini hanya meneliti tentang good corporate governance

(GCG) dan negara asal perusahaan. Padahal dalam pratek perataan laba sering

dilakukan oleh pihak manajerial hal ini bertujuan untuk menstabilkan laba bila

manajerial berhasil menstabilkan laba pada laporan keuangan maka manajerial

mendapatkan reward (penghargaan) dari perusahaan hal ini yang mendorong

manajerial melakukan praktek perataan laba. Untuk penelitian yang mendatang

sebaiknya menambahkan sistem reward sebagai salah satu variabel perataan laba.

Page 28: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

28

DAFTAR PUSTAKA

Aji, Dhamar Yudho dan Mita, Aria Farah., 2010, ”Pengaruh Profitabilitas, Risiko Keuangan, Nilai Perusahaan, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Praktek Perataan Laba : Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”, SNA XIII, Purwokerto.

Assih, Prihat dan M. Gudono., 2000, ”Hubungan Tindakan Perataan Laba dengan Reaksi Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 3(1), Januari.

Barnhart dan Rosenstein., 1998, “Board Composition Managerial Owmership and Firm Performance An Emperical Analysis”, Journal of Accounting Research Fall.

Beiner. S., W. Drobetz, F. Schmid dan H. Zimmermann (2003). Is Board zise An Independent Corporate Governance Mechanism?. http://www.wwz.unibaz.ch/cofi/publications/papers/2003/06.03.pdf.

Belkaouli, Ahmed Riahi, 2000, Accounting Theory, Edisi Kelima, Jakarta : Salemba Empat.

Black, Bernard S, H. Jang, dan W. Kim., 2003, ”Does Corporate Governance affect Firm Value? Evidence from Korea”, http://papers. ssrn.com.

Cornett M. M, J. Marcuss, Saunders dan Tehranian H., (2006). Earnings Management, Corporate Governance, and True Financial Performance. http://papers.ssrn.com.

Divecha, A.B., Drach, I., dan Stefec, D. 1992. “Emerging markets:a quantitative perspective”. Journal of Portfolio Management. 19, 41–45.

Eckel, N., “The Income Smoothing Hypothesis Revisited”, Juni, 1981.

Endri., 2010, “Keterkaitan Pasar Saham Berkembang dan Maju : Implikasi Diversifikasi Portofolio Internasional”, Jurnal Ekonomi Bisnis No.2 Vol. 15.

Gideon SB Boediono. (2005). “Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governace dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur”. Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI, 2005.

Page 29: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

29

Herawaty, Vinola., 2008, “Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan.

Hitt, Michael A; M Tina Dacin; Edward Levitas; Jean-Luc Arregle dan Anca Borza., 2000, “Patner Selection in Emerging and Developed Market Contexts : Resource-Based and Organizational Learning Perspectives”, Academy of Management Journal.

Istanti, Sri Layla Wahyu. 2009. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Sukarela Modal Intelektual (Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Listing di BEI). Tesis Program Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Jensen, Michael C, & W, H Meckling., 1976, “Theory of The Firm : Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure”, Journal of Financial Economics, 3, 305-360.

Johnson, Simon; P. Boons; A. Breach; dan E. Friedman., 2000, “Corporate Governance in Asian Financial Crisis”, Journal of Financial Economics, 58, 141-186.

Kaihatu, Thomas. S., 2006, “Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia”, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 8.

Kawakatsu, H. dan Morey, M.R. 1999, “Financial liberalization and stock market efficiency: an empirical examination of nine emerging market countries”. Journal of Multinational Financial Management. 9: 353-371.

Klein, April. 2002, “Audit Committee, Board Of Director Characteristics and Earnings Management”. Journal of Accounting and Economics, Vol.33. No.3. August.

Koch, Bruce S., “Income Smoothing An Experiment, The Accounting Review”, Vol. LVI, No. 3, Juli 1981, hal. 574-586.

Komite Nasional Kebijakan Governance, (2004). Pedoman Tentang Komisaris Independen. http://www.governance-indonesia.or.id/main.htm.

Kusumawati, Dwi Novi., 2007, “Profitability and Corporate Governance Disclosure : an Indonesian Study”, Jurnal Riset Akuntansi, Vol. 10, No. 2, hal. 131-146.

Page 30: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

30

Mursalim., 2005, “Income Smoothing dan Motivasi Investor : Studi Empiris pada Investor di BEJ”, SNA VIII, Solo, September, hal. 195-206.

Pedersen, T., & Thomsen, S, 1997, “European patterns of corporate ownership: A 12-country study”. Journal of International Business Studies, 28: 759-778.

Permanasari, Wien Ika. 2010. Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Institusional, dan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan. Skripsi. Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang.

Pratana, Puspa Midiastuty dan Mas’ud, Mahfoedz. 2003, “Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba”. Simposium Nasional Akuntansi VI.

Purwandari, Arum dan Purwanto, Agus., 2012, “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Kepemilikan Publik dan Status Terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia”, Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 1, No. 2, hal. 1-10.

Roos, Johan., Roos, Goran., Edvinsson, Leif., dan Dragonetti, Nicola. C. 2002. Intellectual Capital: Navigating the new business landscape. Macmillan Press Ltd.

Sukamulja, Sukmawati., 2004, “Good Corporate Governance di Sektor keuangan : Dampak GCG terhadap Kinerja Perusahaan (Kasus di Bursa Efek Jakarta)”, BENEFIT, Vol.8, No.1. Juni : 1-25.

Suwito, Edy dan Herawaty, Arleen., 2005, “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Tindakan Perataan Laba yang dilakukan oleh Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, SNA VIII, Solo, September, hal. 136-146.

Tangkilisan, Hessel Nogi S, 2003, “Mengelola Kredit Berbasis Good Corporate Governance”, Penerbit Balairung & Co, Yogyakarta.

Xie, Biao., Wallace N. Davidson and Peter J. Dadalt, 2003. “Earning Management and Corporate Governance: The Roles Of The Board and The Audit Committee”. Journal of Corporate Finance, Vol.9.

Yusuf, Muhammad dan Soraya., 2004, “ Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Asing dan Non Asing di Indonesia”, JAAI, Vol. 8, No. 1, Juni, hal. 99-125.

Page 31: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

31

http://www.djindexes.com 29 Oktober 2013

http://www.learnbonds.com 28 September 2013

http://ruhcitra.wordpress.com 11 Maret 2013

Page 32: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

32

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 33: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

33

LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

Daftar Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2007-2011

No. Kode

Saham Nama Perusahaan

Negara asal perusahaan

1 ADES PT Akasha Wira Internasional Tbk. Developed

2 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk. Developed

3 FAST PT Fast Food Indonesia Tbk. Emerging

4 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk. Developed

5 PTSP PT Pioneerindo Gourmet Internasional Tbk. Developed

6 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga Tbk. Emerging

7 SKLT PT Sekar Laut Tbk. Emerging

8 STTP PT Siantar Top Tbk. Emerging

9 RMBA PT Bentoel Internasional Investama Tbk. Dveloped

10 HMSP PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. Emerging

11 CNTX PT Century Textile Industry (CENTEX) Tbk. Developed

12 ERTX PT Eratex Djaja Tbk. Emerging

13 PAFI PT Panasia Filament Inti Tbk. Developed

14 SSTM PT Suson Textile Manufacturer Tbk. Emerging

15 RICY PT Ricky Putra Globalindo Tbk. Emerging

16 BATA PT Sepatu Bata Tbk. Developed

17 SAIP

PT Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas Tbk.

Emerging

18 INRU PT Toba Pulp Lestari Tbk. Developed

19 POLY PT Asia Pacific Fiber Tbk. Developed

20 LTLS PT Lautan Luas Tbk. Emerging

21 AKPI PT Argha Karya Prima Industry Tbk. Emerging

22 AMFG PT Asahimas Flat Glass Tbk. Developed

23 FPNI PT Titan Kimia Nusantara Tbk. Developed

24 TRST PT Trias Sentosa Tbk. Emerging

25 SMCB PT Holcim Indonesia Tbk. Developed

26 SMGR PT Semen Gresik Tbk. Emerging

27 ALMI PT Alumindo Light Metal Industry Tbk. Emerging

28 INAI PT Indal Alumunium Industry Tbk. Emerging

29 JKSW PT Jakarta Kyoei Steel Works Tbk. Emerging

30 JPRS PT Jaya Pari Steel Tbk. Developed

31 LION PT Lion Metal Works Tbk. Developed

32 TBMS PT Tembaga Mulia Semanan Tbk. Developed

33 ARNA PT Arwana Citramulia Tbk. Developed

34 KIAS PT Keramik Indonesia Assosiasi Tbk. Emerging

Page 34: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

34

35 MLIA PT Mulia Industrindo Tbk. Emerging

36 TOTO PT Surya Toto Indonesia Tbk. Developed

37 KBLI PT KMI Wire and Cable Tbk. Emerging

38 VOKS PT Voksel Electric Tbk. Developed

39 GJTL PT Gajah Tunggal Tbk. Developed

40 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk. Developed

41 IMAS PT Indo Mobil Sukses Internasional Tbk. Emerging

42 INDS PT Indospring Tbk. Emerging

43 DVLA PT Darya-Varia Laboratoria Tbk. Developed

44 INAF PT Indofarma Tbk. Emerging

45 MERK PT Merck Tbk. Developed

46 PYFA PT Pyridam Farma Tbk. Emerging

47 SCPI PT Schering Plough Indonesia Tbk. Emerging

48 SQBI PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. Developed

49 TCID PT Mandom Indonesia Tbk. Developed

50 MRAT PT Mustika Ratu Tbk. Emerging

Sumber : Bursa Efek Indonesia dan Indonesian Capital Market Directory 2007-

2011

LAMPIRAN 2

Uji Normalitas One Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Sumber : Data Sekunder Diolah, 2014

Page 35: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

35

LAMPIRAN 3

Uji Non-Parametrik Mann-Whitney U Test

Variabel Kepemilikan Manajerial Perusahaan

Variabel Kepemilikan Intitusional Perusahaan

Page 36: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

36

Variabel Komposisi Dewan Komisaris Independen Perusahaan

Variabel Negara Asal Perusahaan

Sumber : Data Sekunder Diolah, 2014

Page 37: Perbedaan Praktek Perataan Laba Berdasarkan Good …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5055/3/T1_232009013_Full... · mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan

37

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Arya Perdhana Putra

Tempat, tanggal lahir : Salatiga, 28 Agustus 1990

Jenis Kelamin : Laki-laki

Golongan Darah : B

Tinggi / Berat Badan : 177 cm / 85 kg

Agama : Katholik

Kota Asal : Salatiga

Alamat : Perum Griya Gawe Mukti Jln. G. Slamet 28-30

RT 01/06 Kec. Getasan Kab. Semarang

Email : [email protected]

Pendidikan : TK Marsudirini Xaverius Salatiga (1995-1996)

SD Negeri Salatiga 03 (1996-2003)

SMP Stella MatutinaSalatiga (2003-2006)

SMA Kristen 1 Salatiga (2006-2009)

Universitas Kristen Satya Wacana (2009-2014)

Pengalaman : Sie. Perlengkapan Donor Darah “Dies Emas Fakultas

Ekonomika dan Bisnis” 2009

Satgas Live In The Village “Be The Light Of The

World” 2010

Koordinator Sie. Perlengkapan ATTEX 2011

Sie. Perkaptrans-Kam National Seminar onAccounting

2012