perbedaan kualitas air mata pada mahasiswa …digilib.unila.ac.id/61148/3/skripsi tanpa bab...

73
PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA PENGGUNA LENSA KONTAK LUNAK DAN BUKAN PENGGUNA LENSA KONTAK LUNAK DI UNIVERSITAS LAMPUNG (Skripsi) Oleh AULIA FASYA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2020

Upload: others

Post on 18-May-2020

35 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA PENGGUNA

LENSA KONTAK LUNAK DAN BUKAN PENGGUNA LENSA KONTAK

LUNAK DI UNIVERSITAS LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

AULIA FASYA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2020

Page 2: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA PENGGUNA

LENSA KONTAK LUNAK DAN BUKAN PENGGUNA LENSA KONTAK

LUNAK DI UNIVERSITAS LAMPUNG

Oleh

AULIA FASYA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

SARJANA KEDOKTERAN

pada

Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2020

Page 3: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

ABSTRACT

THE DIFFERENCE IN THE QUALITY OF TEAR FILM IN COLLEGE

STUDENT SOFT CONTACT LENS USER AND NON SOFT CONTACT

LENS USER AT LAMPUNG UNIVERSITY

By

AULIA FASYA

Background: Dry eye is a disorder of the tear film which could cause damage and

discomfort to the ocular surface. Some contributing factors for dry eye are age,

gender, tobacco consumption, continously being in an air-conditioned room, and

the use of contact lens.

Research Objectives: To determine the differences in tear film quality between the

University of Lampung students soft contact lens user and non soft contact lens

user.

Research Methods: This research was an analytical observational study with cross

sectional approach. The sample in this study were 120 students of the University of

Lampung consisting of 60 student who use soft contact lens and 60 student non soft

contact lens user. This study used the Ocular Surface Disease Index (OSDI)

questionnaire and the Schirmer I test.

Results: The most common complaints associated with the use of soft contact lens

were complaints in the form of pain or dry eyes in a total of 52 (86,7%), while there

were 43 (71,7%) complaints from the students who don’t wear soft contact lens

where their eyes were light-sensitive. The prevalence of dry eyes based on OSDI

questionnaires in the soft contact lens user group versus non soft contact lens user:

dry eye with mild degree 10 students (16.7%) versus 20 students (33.3%), dry eye

with moderate degree 13 students (21.7%) versus 6 students (10%), dry eye with

severe degree 27 students (45%) versus 7 students (11.7%) (p = 0,000). According

to the Schirmer I test, the prevalence of the dry eye in the group who use soft contact

lens are 11 students (18,3%) and in the group non soft contact lens user are 2

students (3,3%) (p=0,019).

Conclusion: There were significant differences in the eye tear quality based on the

OSDI questionnaire and Schirmer I test results between the University of Lampung

students who use soft contact lens and non soft contact lens user.

Keywords: Contact lenses, Dry eye, OSDI questionnaire, Schirmer test I.

Page 4: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

ABSTRAK

PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA PENGGUNA

LENSA KONTAK LUNAK DAN BUKAN PENGGUNA LENSA KONTAK

LUNAK DI UNIVERSITAS LAMPUNG

Oleh

AULIA FASYA

Latar Belakang: Mata kering merupakan suatu penyakit yang mengenai film air

mata yang dapat menyebabkan kerusakan dan rasa tidak nyaman di bagian

permukaan mata. Beberapa faktor yang menjadi penyebab mata kering yaitu usia,

jenis kelamin, merokok, berada diruangan ber-AC terus menerus, dan penggunaan

lensa kontak.

Tujuan Penelitian: Mengetahui perbedaan kualitas air mata pada mahasiswa

pengguna lensa kontak lunak dan bukan pengguna lensa kontak lunak di Universitas

Lampung.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik

dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 120

mahasiswa Universitas Lampung yang terdiri dari 60 mahasiswa pengguna lensa

kontak lunak dan 60 mahasiswa bukan pengguna lensa kontak lunak. Penelitian ini

menggunakan kuesioner Ocular Surface Disease Index (OSDI) dan tes schirmer I.

Hasil Penelitian: Keluhan terbanyak yang dirasakan oleh pengguan lensa kontak

lunak adalah keluhan mata nyeri atau kering yaitu sebanyak 52 (86,7%), berbeda

pada mahasiswa bukan pengguna lensa kontak lunak adalah keluhan mata yang

sensitif terhadap cahaya yaitu sebanyak 43 (71,7%). Prevalensi mata kering

berdasarkan kuesioner OSDI pada kelompok pengguna lensa kontak lunak versus

bukan pengguna lensa kontak lunak yaitu sebanyak 10 mahasiswa (16,7%) versus

20 mahasiswa (33,3%) mata kering derajat ringan, 13 mahasiswa (21,7%) versus 6

mahasiswa (10%) mata kering derajat sedang, 27 mahasiswa (45%) versus 7

mahasiswa (11,7%) mata kering derajat berat (p=0,000). Berdasarkan tes schirmer

I prevalensi mata kering pada kelompok pengguna lensa kontak lunak sebanyak 11

mahasiswa (18,3%) dan kelompok bukan pengguna lensa kontak lunak sebanyak 2

mahasiswa (3,3%) (p=0,019).

Kesimpulan: Terdapat perbedaan kualitas air mata yang signifikan antara

pengguna lensa kontak lunak dan bukan pengguna lensa kontak lunak berdasarkan

kuesioner OSDI dan tes schirmer I pada Mahasiswa Universitas Lampung.

Kata Kunci: Kuesioner OSDI, lensa kontak, mata kering, tes schirmer I.

Page 5: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia
Page 6: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia
Page 7: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia
Page 8: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 1 Juli 1998, sebagai anak pertama

dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Ade Rohimat dan Ibu Indriyani.

Riwayat pendidikan penulis dimulai dari Taman Kanak-kanak (TK) Bhakti Ibu

Lampung Selatan pada tahun 2002 dan diselesaikan pada tahun 2004, Sekolah

Dasar (SD) diselesaikan di SD Bhakti Ibu Lampung Selatan pada tahun 2010,

Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP AL-KAUTSAR Bandar Lampung

diselesaikan pada tahun 2013, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA AL-

KAUTSAR Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2016.

Tahun 2016, Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung melalui Jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif berorganisasi

dalam lembaga kemahasiswaan yaitu sebagai Anggota Divisi Kaderisasi pada

Forum Studi Islam Ibnu Sina (FSI Ibnu Sina) dan menjadi Asisten Dosen Patologi

Anatomi (PA) 2018/2019.

Page 9: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

ii

PERSEMBAHAN

Segala puji kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta Karunia-

Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran. Shalawat serta

salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga

dan para sahabat beliau.

Dengan penuh syukur kupersembahkan skripsi ini teruntuk

“ Mama, papa, adik-adikku, keluarga besar, sahabat serta rekan-rekan

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.”

Page 10: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

iii

SANWACANA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala Rahmat dan

Karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam

semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan mengharap

syafaatnya di yaumil akhir kelak.

Alhamdulillah atas kehendak, izin, dan pertolongan Allah SWT, akhirnya penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Kualitas Air Mata pada

Mahasiswa Pengguna Lensa Kontak Lunak dan Bukan Pengguna Lensa Kontak

Lunak di Universitas Lampung.”

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan, masukan,

bantuan, bimbingan dan saran dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini

penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Karomani, M. Si., selaku Rektor Universitas Lampung;

2. Dr. Dyah Wulan Sumekar Rengganis Wardani, SKM., M.Kes., selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung;

3. dr. M. Yusran, S.Ked., Sp.M (K), selaku Pembimbing Utama atas kesediannya

untuk meluangkan waktu, membimbing, memberikan ilmu, nasihat, kritik dan

saran yang bermanfaat selama proses penyelesaian skripsi ini;

Page 11: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

iv

4. dr. Giska Tri Putri, S.Ked., Selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya

untuk meluangkan waktu, membimbing, memberikan ilmu, nasihat, kritik dan

saran yang bermanfaat selama proses penyelesaian skripsi ini;

5. dr. Rani Himayani, S.Ked., Sp. M., Selaku Pembahas dan Penguji Utama pada

ujian skripsi. Terimakasih telah meluangkan waktunya dalam memberikan

ilmu, nasihat, kritik, dan saran agar penulisan skripsi ini menjadi lebih baik;

6. dr. Rasmi Zakiah Oktarlina, S.Ked., M.Farm., Selaku Pembimbing Akademik

yang bersedia membimbing, menasehati dan memotivasi selama masa

pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung;

7. Seluruh staf pengajar dan karyawan Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis untuk menambah

wawasan yang menjadi landasan bagi masa depan dan cita-cita;

8. Seluruh staf TU, akademik dan administrasi Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung yang turut membantu dalam proses penelitian dan penyusunan

skripsi ini;

9. Teristimewa untuk kedua orang tuaku, papa Ade Rohimat dan mama

Indriyani, terimakasih banyak telah menjadi orang tua yang begitu luar biasa,

yang selalu mendoakan disetiap langkahku, memberikan kasih sayang,

motivasi, arahan serta nasihat yang tiada hentinya. Terimakasih telah bersedia

meluangkan waktu, pikiran, dan materi demi kelancaran penulis dalam

menyelesaikan pendidikannya. Semoga Allah SWT selalu memberikan

kesehatan, umur yang panjang, melindungi serta menyayangi papa dan mama;

Page 12: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

v

10. Adik-adikku tersayang Gyska Amelia Fasya, Vina Magdalena dan Naila

Rahmatusyifa, terimakasih atas segala doa, kasih sayang, bantuan dan

dukungannya selama ini;

11. Seluruh keluarga besar yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih

banyak atas doa, motivasi dan dukungannya serta menjadi kekuatanku untuk

dapat menyelesaikan studi di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung;

12. Sahabat kecilku, Alifia Fathan, Sorta Chintya, Holiviya, Renato Hermawan,

Nandang Kresnandi, Rafiko Abdurahman, Syahdan Chandra dan Satria yang

selalu mendukung satu sama lain dan menjadi tempat bercerita dari dulu

hingga saat ini;

13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia Nabila,

Farah Faadhilah, Tiwi Lestari, Dinda Zasqia, Catur Kurniasari, Esti Utami dan

Sarah Aini, terimakasih banyak atas motivasi dan kebersamaannya selama ini;

14. Sahabat nano Anniza Agustina, Joana Sirooj, Mira Yustika dan Rizka Dwi

yang menjadi tempat untuk berkeluh kesah, berbagi dalam setiap suka duka

dan selalu memotivasi untuk tetap semangat menjalani perkuliahan;

15. Sahabatku Ayu Tiara Fitri, Karunia Santi, Ismalia Qanit, Retno Arienta, Dina

Amalia yang telah menjadi partner selama menjalani perkuliahan.

16. Sahabat alysha geng Shafira Bella, Hasna Athiya, Revina Rifda, Icha Putri,

Ayu Darma, Atthiya, Asri Pandiangan, dan Rika Mutiara yang selalu

memberikan dukungan, motivasi dan nasihatnya selama ini;

17. Teman-teman “Keluarga Bonam” Alandra, Alif, Ardhya, Bagus, Caesario,

Diaru, Fachri, Haekal, Ian, Intan, Jeffrey, Jio, Jundi, Nadya, Neema, dan

Page 13: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

vi

khususnya Rangga yang selalu menyambut kami dengan hangat dirumahnya,

terimakasih telah banyak membatu dalam proses belajar selama ini;

18. Teman-teman satu bimbingan dalam proses penelitian skripsi, Jovanka Ris

Natalia, Karina Azlia, Arif Naufal, Fauziah Dwi Apriani, Ashilah Mumtaz dan

Wina Nazula terimakasih atas kerjasamanya selama penyusunan skripsi ini;

19. Hans Pratama Assidiqy terimakasih telah memberi dukungan, segala bentuk

perhatian dan pengertiannya serta selalu ada disaat yang dibutuhkan;

20. Teman-teman Asisten Dosen Patologi Anatomi 2018/2019 terimakasih atas

kebersamaan dan kerjasamanya dalam mengemban tugas ini;

21. Seluruh teman satu angkatan TR16EMINUS terimakasih atas segala momen

yang mewarnai kehidupan kampusku, semoga kedepannya kita semua

menjadi dokter yang berkompeten dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar;

22. Kakak-kakak dan adik-adik Fakultas Kedokteran Universitas Lampung yang

sudah memberikan semangat kebersamaan dalam satu kedokteran;

23. Seluruh Mahasiswa Universitas Lampung yang turut membantu dengan

bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi

perbaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan

berguna bagi kita semua.

Bandarlampung, 15 Januari 2020

Penulis,

Aulia Fasya

Page 14: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

ii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 6

1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................ 6

1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 8

2.1 Anatomi Sistem Lakrimal ....................................................................... 8

2.1.1 Sistem Sekresi Lakrimal ............................................................ 9

2.1.2 Sistem Ekskresi Lakrimal .......................................................... 9

2.2 Mekanisme Pengeluaran Air Mata ....................................................... 10

2.3 Air Mata ................................................................................................ 10

2.3.1 Lapisan Air Mata ..................................................................... 11

2.3.2 Fungsi Lapisan Air Mata ......................................................... 12

2.3.3 Komposisi Air Mata................................................................. 13

2.4 Sindrom Mata Kering ........................................................................... 14

2.4.1 Definisi..................................................................................... 14

2.4.2 Etiologi..................................................................................... 14

2.4.3 Faktor Resiko ........................................................................... 16

Page 15: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

iii

2.4.4 Mekanisme Mata Kering ......................................................... 18

2.4.5 Klasifikasi ................................................................................ 19

2.4.6 Manifestasi Klinis .................................................................... 21

2.5 Pemeriksaan Dry Eye ............................................................................ 22

2.5.1 Pemeriksaan Subjektif ............................................................. 22

2.5.2 Pemeriksaan Objektif ............................................................... 23

2.6 Lensa Kontak ........................................................................................ 25

2.6.1 Definisi Lensa Kontak ............................................................. 25

2.6.2 Jenis-Jenis Lensa Kontak ......................................................... 27

2.6.3 Bentuk Lensa Kontak............................................................... 29

2.6.4 Indikasi Penggunaan Lensa Kontak ......................................... 30

2.6.5 Kontraindikasi Penggunaan Lensa Kontak ............................. 31

2.6.6 Komplikasi Penggunaan Lensa Kontak ................................... 31

2.7 Kerangka Teori ..................................................................................... 34

2.8 Kerangka Konsep ................................................................................. 35

2.9 Hipotesis ............................................................................................... 35

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 36

3.1 Jenis Penelitian ..................................................................................... 36

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................... 36

3.2.1 Tempat Penelitian .................................................................... 36

3.2.2 Waktu Penelitian ...................................................................... 36

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................ 36

3.3.1 Populasi .................................................................................... 36

3.3.2 Sampel ..................................................................................... 37

3.3.3 Cara Pengambilan Sampel ....................................................... 38

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ................................................................ 38

3.4.1 Kriteria Inklusi ......................................................................... 38

3.4.2 Kriteria Eksklusi ...................................................................... 39

3.5 Identifikasi Variabel ............................................................................. 39

3.6 Definisi Operasional Variabel Penelitian ............................................. 40

3.7 Instrumen Penelitian ............................................................................. 40

3.8 Cara Kerja Penelitian ............................................................................ 41

3.9 Alur Penelitian ...................................................................................... 43

Page 16: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

iv

3.10 Pengolahan Data dan Analisis Data ...................................................... 44

3.10.1 Pengolahan Data ...................................................................... 44

3.10.2 Analisis Data ............................................................................ 45

3.11 Etik Penelitian....................................................................................... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 47

4.1 Hasil Penelitian ..................................................................................... 47

4.1.1 Karakteristik Responden .......................................................... 48

4.1.2 Analisis Univariat .................................................................... 51

4.1.3 Analisis Bivariat ...................................................................... 52

4.2 Pembahasan .......................................................................................... 55

4.2.1 Karakteristik Responden .......................................................... 55

4.2.2 Analisis Univariat .................................................................... 58

4.2.3 Analisis Bivariat ...................................................................... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 65

5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 65

5.2 Saran ..................................................................................................... 66

5.2.1 Bagi Responden ....................................................................... 66

5.2.1 Bagi Peneliti Lain .................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 67

LAMPIRAN……………………………………………………………………..73

Page 17: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

v

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Definisi Operasional Variabel.......................................................................... 40

2. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin………………..….. 48

3. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia……………………...…...….. 49

4. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Asal Fakultas…………....…...….. 49

5. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tujuan Penggunaan..…..…….….. 50

6. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Lama Penggunaan......................... 51

7. Keluhan-Keluhan Berdasarkan Kuesioner Ocular Surface Disease Index

(OSDI)………………………...…………………………………………….. 51

8. Perbandingan Derajat Mata Kering dan Penggunaan Lensa Kontak Lunak..... 53

9. Perbandingan Kualitas Air Mata dan Penggunaan Lensa Kontak Lunak dengan

Schirmer Test I ……...………………………..…..………………………….. 54

Page 18: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Anatomi Sistem Lakrimal……………………………………………………. 8

2. Lapisan Film Air Mata ……………………………………….....…………... 11

3. Patomekanisme Dry Eye………………………………………………......… 13

4. Pemeriksaan Tes Schirmer…………………………………………………... 25

5. Kerangka Teori……………………………………………….…………........ 34

6. Kerangka Konsep………………………………………………….……........ 35

7. Alur Penelitian.……………………………………………………………… 43

Page 19: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Persetujuan Etik Penelitian………………………….………………… 72

2. Surat Izin Pre-Survey Penelitian…………………………………………….. 73

3. Surat Izin Penelitian….……………………………………………………… 74

4. Lembar Informasi Penelitian………………………………………...……… 75

5. Lembar Persetujuan…………………………………………………….…… 77

6. Lembar Keterangan Responden Penelitian………………………………..… 78

7. Kuesioner Ocular Surface Disease Index (OSDI)…………………………... 79

8. Data Identitas Responden Penelitian……………………………….……….. 80

9. Hasil SPSS……………………………………………………………..……. 87

10. Proses Pengambilan Data Penelitian………………...……………..………. 98

Page 20: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan teknologi di dunia

kedokteran pun semakin meningkat. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya

lensa kontak yang sangat populer dikalangan masyarakat. Hingga saat ini

perkembangan pengguna lensa kontak di Indonesia cukup pesat, terlihat dari

semakin banyaknya optik dan toko yang menjual lensa kontak. Di seluruh

dunia jumlah pengguna lensa kontak sudah mencapai 140 juta orang (Muntz et

al., 2015). Di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 45 juta orang pengguna

lensa kontak (Cope et al., 2017). Sebanyak 84,4% pengguna lensa kontak

didominasi oleh wanita (Chavan et al., 2012). Di Indonesia sendiri belum ada

perhitungan resmi mengenai jumlah pemakai lensa kontak, akan tetapi

Riskesdas (2013) menunjukan bahwa prevalensi pemakai kacamata/lensa

kontak mencapai 2,9% pada kelompok usia 15-24 tahun dan 2,8% pada

kelompok usia 25-34 tahun.

Lensa kontak merupakan alat bantu penglihatan yang diletakkan di permukaan

kornea mata (Sitompul, 2015). Berdasarkan bahan penyusunnya lensa kontak

dibagi dalam tiga jenis yaitu lensa kontak keras (Hard Contact Lens) yang

Page 21: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

2

terbuat dari polymethylmethacrylate (PMMA), Rigid gas permeable (RGP),

dan lensa kontak lunak (Soft Lenses) yang terbuat dari

hydroxymethylmethacrylate (HEMA) (Riordan-Eva and Witcher, 2009). Jenis

lensa kontak yang paling banyak dipakai dikalangan masyarakat adalah lensa

kontak lunak (General Optical Council, 2016; Edwards et al., 2014). Lensa

kontak lunak memiliki beberapa keunggulan yang membuatnya lebih dipilih

dibanding RGP, yaitu lensa kontak lunak memiliki waktu adaptasi yang lebih

singkat, lebih nyaman untuk dipakai dan harganya cenderung lebih murah jika

dibandingkan dengan harga lensa kontak jenis RGP (Kastelan et al., 2013;

Jones-Jordan et al., 2010; Edwards et al., 2014).

Awalnya lensa kontak hanya digunakan sebagai alat bantu penglihatan dan

pilihan lain selain kacamata bagi orang yang memiliki kelainan refraksi mata,

tetapi saat ini lensa kontak juga banyak digunakan sebagai alat kosmetik untuk

mempercantik mata dengan berbagai warna yang menarik (Muntz et al., 2015).

Berdasarkan penelitian Pietersz (2016) diketahui sebanyak 70% mahasiswa

menggunakan lensa kontak untuk tujuan kosmetik dan sebanyak 30%

menggunakan lensa kontak sebagai pengganti kacamata. Seseorang yang

memakai lensa kontak cenderung merasa penampilannya lebih menarik jika

dibanding dengan tidak memakai lensa kontak dan saat ini banyak orang yang

tidak memiliki kelainan refraksi mata pun ikut memakai lensa kontak (General

Optical Council, 2016).

Page 22: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

3

Dibalik kepopuleran lensa kontak, terdapat berbagai macam masalah mata

yang timbul pada pemakainya, salah satunya disebabkan karena masih banyak

yang tidak mengetahui bahwa pemakaian lensa kontak tanpa indikasi medis

ataupun resep dari dokter merupakan kesalahan awal yang dapat berpengaruh

dalam kerusakan mata. Masalah mata yang paling sering terjadi akibat dari

penggunaan lensa kontak adalah neovaskularisasi kornea, keratitis,

konjungtivitis papiler raksasa, mata kering, dan corneal staining (Alipour et

al., 2017). Dilaporkan sebanyak 24% orang menghentikan pemakaian lensa

kontak dengan alasan utama merasa tidak nyaman saat memakainya dan

sebanyak 20% orang berhenti dengan alasan mata kering (Dumbleton, 2013).

Keluhan yang paling banyak dirasakan oleh pengguna lensa kontak adalah

mata terasa kering (86,7%) dan rasa seperti adanya benda asing (80%)

(Wakarie and Rares, 2014).

Mata kering adalah penyakit multifaktorial dari permukaan mata yang ditandai

dengan hilangnya homeostasis dari film air mata disertai dengan gejala okular

seperti ketidakstabilan film air mata dan hiperosmolaritas, peradangan dan

kerusakan pada permukaan mata, dan kelainan neurosensori juga berperan

dalam etiologi mata kering (Craig et al., 2017). Beberapa faktor yang menjadi

penyebab mata kering yaitu usia, jenis kelamin, merokok, berada diruangan

ber-AC terus menerus, dan penggunaan lensa kontak (Pietersz, Sumual, Rares,

2016).

Page 23: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

4

Menurut workshop yang diselenggarakan oleh The Tear Film and Ocular

Surface Society (TFOS) pada tahun 2017, sindrom mata kering yang

disebabkan karena penggunaan lensa kontak, terjadi pemisahan lapisan air

mata menjadi dua bagian yaitu Pre Lens Tear Film (PLTF) dan Post Lens Tear

Film (PoLTF). Hal ini menyebabkan dua perubahan struktural dan fungsional

yang penting, yaitu hilangnya musin pada bagian pre lens dan hilangnya

lapisan lemak di bagian post lens yang bertanggungjawab untuk menjaga

kestabilan lapisan air mata. Terlebih lagi dapat memicu peningkatan

penguapan air mata yang diikuti dengan peningkatan osmolaritas air mata dan

akan menyebabkan kerusakan pada permukaan mata. Semakin lama memakai

lensa kontak, maka akan tampak perubahan yang semakin nyata (Riley,

Young, Chalmers, 2006).

Beberapa penelitian menunjukan bahwa penggunaan lensa kontak dapat

mempengaruhi produksi air mata. Menurut Sitompul (2015) lensa kontak dapat

menurunkan sensitivitas permukaan mata sehingga refleks produksi lapisan air

mata menurun. Peningkatan penguapan disertai penurunan produksi lapisan air

mata menyebabkan sebagian besar pengguna lensa kontak mengalami mata

kering. Keluhan utama yang dirasakan seperti rasa terbakar, iritasi, kering atau

pandangan kabur setelah menggunakan lensa kontak selama beberapa saat.

Menurut Lemp et al (2011) penegakkan diagnosis kejadian mata kering sering

sulit dilakukan karena biasanya penderita hanya merasakan keluhan subjektif

saja dan kurangnya kolerasi antara tanda-tanda dan gejala terutama pada mata

Page 24: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

5

kering derajat ringan. Penilaian derajat mata kering dapat dilakukan dengan

pengisian kuesioner. Jenis kuesioner yang paling sering digunakan adalah

Ocular Surface Disease Index (OSDI). Kuesioner ini merupakan instrumen

valid yang dapat diandalkan untuk mengukur derajat mata kering (Craig et al.,

2017). Kuesioner OSDI memungkinkan dokter untuk mengumpulkan data

subjektif yang komprehensif secara klinis dan memberikan bukti adanya

perbedaan kerusakan mata akibat mata kering (Solomon et al., 2001).

Pemeriksaan mata kering secara diagnostik juga dapat dilakukan untuk menilai

kuantitas produksi air mata yang dihasilkan oleh kelenjar lakrimal.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu schirmer’s test. Tes ini

diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tes schirmer I yang dilakukan tanpa

anestesi topikal dan tes schirmer II yang dilakukan dengan penetesan anestesi

topikal (tetracaine 0,5%). Tes Schirmer dilakukan dengan menyelipkan strip

schirmer (kertas saring Whatman no.41) kedalam sakus konjungtiva inferior

pada batas sepertiga tengah dan temporal dari palpebral inferior. Pemeriksaan

dilakukan selama 5 menit dan hasil dibaca pada bagian kertas yang basah

(Ilyas, 2015). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Syaqdiyah (2018)

dengan menggunakan tes schirmer diketahui sebanyak 12 mata mahasiswa

pengguna lensa kontak mengalami mata kering. Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa lama penggunaan lensa kontak berhubungan dengan mata

kering, dimana semakin lama menggunakan lensa kontak kejadian mata kering

semakin meningkat.

Page 25: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

6

Penggunaan lensa kontak yang lama diperkirakan sebagai salah satu pencetus

terjadinya mata kering karena adanya perubahan tingkat produksi air mata.

Oleh sebab itu, peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui apakah

terdapat perbedaan kualitas air mata pada mahasiswa Universitas Lampung

pengguna lensa kontak lunak dan bukan pengguna lensa kontak lunak.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan kualitas air mata pada

mahasiswa pengguna lensa kontak lunak dan bukan pengguna lensa kontak

lunak di Universitas Lampung.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan kualitas air mata pada mahasiswa pengguna

lensa kontak lunak dan bukan pengguna lensa kontak lunak di

Universitas Lampung.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi frekuensi sampel berdasarkan jenis kelamin,

usia, asal fakultas, tujuan penggunaan, dan lama penggunaan lensa

kontak lunak.

2. Mengetahui keluhan terbanyak yang dirasakan oleh pengguna lensa

kontak lunak dan bukan pengguna lensa kontak lunak di Universitas

Lampung berdasarkan kuesioner OSDI.

Page 26: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

7

3. Mengetahui perbedaan derajat mata kering pada pengguna lensa

kontak lunak dan bukan pengguna lensa kontak lunak di Universitas

Lampung berdasarkan kuesioner OSDI.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1.4.1 Bagi Peneliti

Dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai

penggunaan lensa kontak lunak, dampak yang dapat terjadi serta efek

terhadap kualitas air mata.

1.4.2 Bagi Subjek Penelitian

Dapat memberikan informasi akan pentingnya menggunakan lensa

kontak lunak secara baik dan benar agar terhindar dari kerusakan mata.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan pustaka ilmiah dalam

lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

1.4.4 Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau acuan

pustaka bagi penelitian selanjutnya.

1.4.5 Masyarakat Umum

Memberikan informasi mengenai kejadian mata kering yang sering

dialami pengguna lensa kontak lunak.

Page 27: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Sistem Lakrimal

Sistem lakrimal mencakup struktur-struktur yang terlibat dalam produksi dan

drainase air mata (Riordan-Eva and Witcher, 2009). Dalam pembentukannya,

air mata akan melewati empat proses yaitu produksi dari sistem sekresi

lakrimal, distribusi saat berkedip, evaporasi dari permukaan okuler, dan

drainase melalui sistem ekskresi lakrimal. Bila terdapat salah satu kelainan dari

keempat proses ini dapat menyebabkan timbulnya keluhan mata kering

(Sullivan, 2004).

Gambar 1. Anatomi Sistem Lakrimal (Wagner et al., 2016).

Kelenjar lakrimal

pars orbita

Pungtum

lakrimal superior

Kanalikulus

lakrimal superior

Fundus sakus

lakrimal

Plika semilunaris

Sakus lakrimal

Duktus nasolakrimal

Konka inferior

Pungtum lakrimal inferior

Page 28: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

9

2.1.1 Sistem Sekresi Lakrimal

Terdiri atas kelenjar lakrimal yang terletak pada fossa lakrimal di bagian

lateral atas mata. Sistem sekresi terdiri dari kelenjar utama dan kelenjar

aksesorius. Kelenjar lakrimal utama dipisahkan oleh kornu lateral

aponeurosis levator menjadi dua, yaitu lobus orbita yang memiliki

ukuran lebih besar dan lobus palpebra yang lebih kecil, masing-masing

dengan sistem salurannya bermuara ke forniks temporal superior.

Kelenjar lakrimal utama merupakan penghasil terbesar volume air mata.

Kelenjar lakrimal aksesorius terdiri dari kelenjar Krause dan Wolfaring

yang berada di forniks superior konjungtiva. Sel-sel goblet yang juga

tersebar di konjungtiva, mensekresikan glikoprotein dalam bentuk

musin. Kehilangan sel goblet akan menyebabkan keringnya kornea

meskipun produksi air mata berlimpah dari kelenjar lakrimal.

Modifikasi kelenjar meibom dan zeis di tepian palpebra membentuk

lapisan lemak superfisial pada air mata. Kelenjar Moll adalah modifikasi

dari kelenjar keringat yang juga membentuk film air mata (Riordan-Eva

and Witcher, 2009).

2.1.2 Sistem Ekskresi Lakrimal

Sistem ekskresi terdiri atas pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus

lakrimal dan duktus nasolakrimal. Sakus lakrimal terletak dibagian

depan rongga orbita. Air mata dari duktus lakrimal akan mengalir

kedalam rongga hidung di dalam meatus inferior (Ilyas, 2015).

Page 29: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

10

2.2 Mekanisme Pengeluaran Air Mata

Sekresi dari kelenjar lakrimal dapat dipicu oleh emosi atau peradangan mata

yang menyebabkan banyaknya air mata yang mengalir melewati tepian

palpebra (epifora). Kelopak mata akan menutup setiap kali berkedip,

mendistribusikan air mata secara merata ke seluruh kornea. Pada kondisi

normal, air mata dihasilkan dengan kecepatan yang kira-kira sesuai dengan

kecepatan penguapannya sehingga hanya sedikit yang sampai ke sistem

ekskresi.

Air mata bila sudah memenuhi sakus konjungtiva sebagian akan memasuki

pungtum lakrimal oleh daya tarik kapiler, dengan menutupnya kelopak mata

otot orbikularis pratarsal yang mengelilingi ampula akan berkontraksi.

Secara bersamaan kelopak mata ditarik ke arah krista lakrimalis posterior

dan ditempatkan pada fasia yang mengelilingi sakus lakrimal, menyebabkan

kanalikuli memendek dan menimbulkan tekanan negatif didalam sakus

lakrimal. Pemompaan dinamis ini menarik air mata ke dalam sakus lakrimal,

yang kemudian mengalir melalui duktus nasolakrimal karena pengaruh

gravitasi dan elastisitas jaringan ke dalam meatus inferior. Dibagian ujung

distal duktus nasolakrimal terdapat katup Hasner untuk mencegah aliran

balik air mata (Riordan-Eva and Witcher, 2009).

2.3 Air Mata

Air mata membentuk lapisan tipis setebal 7-10 μm yang melapisi

permukaan kornea dan konjungtiva (Whitcher, 2004). Pada saat mata

terbuka, lapisan air mata (aquous) akan berkurang akibat adanya evaporasi

Page 30: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

11

serta aliran keluar melalui pungtum dan duktus nasolakrimal. Apabila mata

mulai terasa kering dan terjadi dry spot pada kornea, mata akan terasa perih,

selanjutnya menimbulkan rangsangan pada saraf sensoris dan terjadi refleks

mengedip sehingga terbentuk kembali lapisan air mata dan seterusnya

(Asyari, 2007).

2.3.1 Lapisan Air Mata

Manusia menghasilkan 0,5-2 μl cairan air mata setiap menitnya. Cairan

air mata akan menyebar ke seluruh permukaan mata setiap kali berkedip

yang terjadi setiap tiga sampai enam detik ketika terbangun (Herranz

and Herran, 2013).

Gambar 2. Lapisan Film Air Mata (Whitcher, 2004).

Film air mata terdiri atas tiga lapisan, yaitu:

1. Lapisan superfisial adalah lapisan lemak dibagian luar yang berasal

dari kelenjar meibom. Fungsi lapisan ini adalah untuk menghambat

penguapan lapisan air mata dan membentuk sawar kedap air saat

Lapisan

lipid

duktu

s

nasola

krimal

Lapisan

akuos

Lapisan

mukus

Mikrovili

Sel epitel

Page 31: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

12

kelopak mata ditutup. Kekurangan lapisan ini akan menyebabkan

mata kering karena terjadi lebih banyak penguapan.

2. Lapisan akuos terdapat dibagian tengah yang dihasilkan oleh

kelenjar lakrimal mayor dan minor, mengandung substansi larut air

(garam dan protein). Lapisan ini berperan dalam menyediakan

suplai oksigen untuk epitel kornea dan berfungsi sebagai agen

imunitas karena adanya protein seperti IgA, lisozim dan laktoferin

yang berperan sebagai antimikroba.

3. Lapisan musinosa terdapat dibagian dalam yang dihasilkan oleh sel

goblet. Lapisan ini terdiri atas glikoprotein dan melapisi sel-sel

epitel kornea dan konjungtiva. Fungsi dari lapisan musin ini adalah

untuk membasahi mata dengan mengubah bentuk sel epitel kornea

yang hidrofobik menjadi hidrofilik oleh mikrovili serta berfungsi

sebagai lubrikasi (Riordan-Eva and Witcher, 2009).

2.3.2 Fungsi Lapisan Air Mata

Lapisan air mata berfungsi sebagai lubrikan untuk menjaga ketajaman

mata, melindungi kornea, dan sel epitel konjungtiva (Hosaka,

Kawamorita, Ogasawara, 2011). Selain itu juga berfungsi dalam

melindungi permukaan mata dari iritan, alergen, temperatur, patogen

dan polutan (Beuerman et al., 2004). Didalam lapisan air mata terdapat

antioksidan seperti vitamin C, tisosin, dan glutation yang berfungsi

meredam radikal bebas sehingga membantu meminimalisir reaksi

oksidasi (Hosaka, Kawamorita, Ogasawara, 2011).

Page 32: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

13

2.3.3 Komposisi Air Mata

Dalam cairan air mata terdapat kandungan Imunoglobulin IgA, IgG dan

IgE. Albumin mencakup 60% dari total protein yang ada sedangkan

sisanya terdiri atas globulin dan lisozim dengan jumlah yang sama

banyak. Lisozim air mata menyumbang 21-25% dari total protein. Kadar

ion K+, Na+, dan Cl- lebih tinggi di air mata jika dibandingkan dengan

kadar di plasma. Air mata juga mengandung sedikit glukosa (5 mg/dl)

dan urea (0.04 mg/dl), yang perubahannya dipengaruhi oleh kadar dalam

darah. Dalam keadaan normal, air mata bersifat isotonik dengan pH rata-

rata adalah 7,35 meskipun terdapat variasi yang berbeda pada setiap

orang. Osmolalitas film air mata bervariasi mulai dari 295 sampai 309

mosm/L. Osmolaritas air mata berhubungan dengan sindrom mata

kering dan kebanyakan dipakai sebagai dasar penentuan diagnosa dan

klasifikasi penyakit (Riordan-Eva and Witcher, 2009; Beuerman et al.,

2004).

Gambar 3. Patomekanisme Dry Eye (Patel and Blades, 2003).

Setiap keadaan patologik yang mempengaruhi integritas permukaan

epitel akan menurunkan integritas dan stabilitas lapisan air mata.

Adanya kerusakan permukaan okuler dapat menyebabkan stabilitas atau

Mata kering

Kerusakan permukaan

okuler

Stabilitas atau fungsi

air mata terganggu

Page 33: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

14

fungsi air mata terganggu sehingga menyebabkan mata kering, begitu

pula keluhan mata kering yang terjadi dapat menyebabkan kerusakan

permukaan okuler, hal ini merupakan suatu kejadian yang saling

berhubungan (Patel and Blades, 2003).

2.4 Sindrom Mata Kering

2.4.1 Definisi

Sindrom mata kering atau dry eye disease (DED) sering juga dikenal

sebagai keratokonjungtivitis sicca (KCS) merupakan suatu penyakit

yang mengenai film air mata yang dapat menyebabkan kerusakan dan

rasa tidak nyaman di bagian permukaan mata (Phadatare et al., 2015).

Sedangkan menurut Craig et al., (2017) Mata kering adalah penyakit

multifaktorial dari permukaan mata yang ditandai dengan hilangnya

homeostasis dari film air mata disertai dengan gejala okular seperti

ketidakstabilan film air mata dan hiperosmolaritas, peradangan dan

kerusakan pada permukaan mata, dan kelainan neurosensori juga

berperan dalam etiologi mata kering.

2.4.2 Etiologi

Terdapat banyak penyebab sindrom mata kering yang mempengaruhi

lebih dari satu komponen film air mata atau berakibat pada perubahan

permukaan mata yang secara sekunder menyebabkan film air mata

menjadi tidak stabil.

Page 34: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

15

Kelainan-kelainan ini terjadi pada penyakit yang mengakibatkan:

1. Defisiensi komponen lemak air mata, misalnya: blefaritis menahun,

distikiasis dan akibat pembedahan kelopak mata.

2. Defisiensi kelenjar air mata: Sindrom Sjogren, sindrom Riley-Day,

alakrimia kongenital, aplasia kongenital saraf trigeminus,

sarkoidosis, limfoma kelenjar air mata, obat-obat diuretik, atropin

dan usia tua.

3. Defisiensi komponen musin: Benign ocular pempigoid, defisiensi

vitamin A, trauma kimia, sindrom Stevens-Johnson, konjungtivitis

kronik misalnya trakoma.

4. Penguapan yang berlebihan seperti pada keratitis neuroparalitik,

hidup di gurun pasir atau keratitis lagoftalmus.

5. Karena parut atau menghilangnya mikrovili kornea (Ilyas, 2015).

6. Penyebaran film air mata yang kurang sempurna yang disebabkan

oleh kelainan palpebra, kelainan konjungtiva, atau proptosis

(Riordan-Eva and Witcher, 2009).

7. Idiopatik, umumnya ditemukan pada masa menopause dan

postmenopause pada wanita (Kunimoto, Kanitkar, Makar, 2004).

Page 35: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

16

2.4.3 Faktor Resiko

Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan sindrom mata kering,

yaitu:

1. Usia

Gejala mata kering dialami oleh hampir semua penderita usia lanjut,

sebanyak 75% terjadi diatas usia 65 tahun baik laki-laki maupun

perempuan. Pada usia lanjut terjadi kegagalan pompa pada sistem

lakrimal yang disebabkan adanya kelemahan palpebra, eversi

pungtum atau malposisi palpebra yang berdampak pada timbulnya

keluhan mata kering yakni rasa seperti ada benda asing atau pasir

dan timbul keluhan mata kabur.

2. Jenis Kelamin

Wanita sering mengalami sindrom mata kering akibat berkaitan

dengan perubahan hormonal seperti saat kehamilan, menyusui,

penggunaan kontrasepsi, dan saat menopause. Defisiensi steroid

seks yang lebih terfokus pada androgen menjadi faktor terpenting

pada etiologi mata kering. Defisiensi hormon ini akan dapat

mempredisposisi terjadinya disfungsi kelenjar lakrimal dan

menyebabkan sekresi air mata yang terganggu (Asyari, 2007).

3. Kondisi Medis

Beberapa penyakit yang sering berkaitan dengan mata kering

seperti: artritis rematik, diabetes mellitus, dan Sjogren Syndrome.

Riwayat operasi refraktif mata seperti Photorefractive keratectomy

Page 36: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

17

(PRK), dan laser-assited in situ keratomileusis (LASIK) akan

mengalami mata kering untuk sementara waktu.

4. Obat-obatan

Obat-obatan yang dapat menurunkan produksi air mata antara lain

seperti antidepresan, antihistamin, antihipertensi, kontrasepsi oral,

diuretik, obat-obat tukak lambung, tranquilizers, beta bloker (Jose,

2013).

5. Faktor Lingkungan

Berada dilingkungan dengan udara yang panas, kering, berasap,

berangin, dan banyak polusi terus menerus akan meningkatkan

evaporasi air mata (Asyari, 2007).

6. Pekerjaan dan Aktivitas

Pekerjaan yang setiap harinya menggunakan komputer dan aktivitas

seperti membaca, menjahit, menatap ponsel serta monitor TV, turut

andil dalam kejadian sindrom mata kering. Hal ini karena mata yang

menatap secara terus menerus mengakibatkan berkurangnya

intensitas dan frekuensi berkedip dan menyebabkan penguapan air

mata yang berlebihan. Merokok juga dapat menyebabkan iritasi

langsung pada mata, dimana paparan asap rokok dapat

menyebabkan terjadinya penguapan yang lebih cepat, sehingga

mempercepat proses sindrom mata kering (Sahai and Malik, 2005).

7. Lensa Kontak

Penggunaan lensa kontak terbukti memiliki sejumlah efek pada

permukaan okuler dan lapisan air mata karena lensa kontak

Page 37: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

18

merupakan benda asing yang ditempatkan dilingkungan air mata

praokuler. Penggunaan lensa kontak lunak yang mengandung kadar

air tinggi akan menyerap air mata sehingga mata terasa perih, iritasi,

nyeri, menimbulkan rasa tidak nyaman/intoleransi saat

menggunakan lensa kontak.

2.4.4 Mekanisme Mata Kering

Mekanisme utama terjadinya sindrom mata kering disebabkan karena

adanya ketidakstabilan dan hiperosmolaritas air mata. Hiperosmolaritas

dapat menyebabkan kerusakan pada epitel permukaan mata dengan

mengaktifkan kaskade mediator inflamatorik di permukaan mata dan

melepaskan mediator inflamasi kedalam air mata. Mediator inflamasi

ini akan menyebabkan kerusakan epitel dan kematian sel dengan cara

apoptosis, hilangnya sel goblet, dan terganggunya musin yang

menyebabkan ketidakstabilan film air mata. Ketidakstabilan ini akan

memperburuk hiperosmolaritas permukaan mata.

Ketidakstabilan film air mata bisa terjadi tanpa didahului

hiperosmolaritas oleh beberapa etiologi, seperti xerophtalmia, alergi

pada mata, penggunakan obat topikal, dan pemakaian lensa kontak.

Cedera epitel yang disebabkan oleh mata kering merangsang ujung saraf

kornea, menyebabkan gejala seperti ketidaknyamanan dan peningkatan

frekuensi berkedip (Craig et al., 2017).

Page 38: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

19

Penyebab utama hiperosmolaritas air mata adalah penurunan aliran air

mata (low lacrimal flow) akibat kegagalan kerja kelenjar lakrimal dan

peningkatan penguapan cairan air mata. Meningkatnya penguapan dapat

dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dengan kelembaban rendah, aliran

udara yang tinggi dan keadaan pasien yang mengalami Meibomian

Gland Dysfunction (MGD), kondisi tersebut menyebabkan

ketidakstabilan lapisan air mata. Berbagai etiologi dapat menyebabkan

mata kering melalui mekanisme blok reflek sekretoris termasuk bedah

refraktif, penggunaan lensa kontak, dan penyalahgunaan anestesi

topikal (Craig et al., 2017).

2.4.5 Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya sindrom mata kering diklasifikasikan

menjadi dua, yaitu Aqueous Deficient Dry Eye (ADDE) dan Evaporative

Dry Eye (EDE) (Craig et al., 2017). Diketahui sebanyak 10% pasien

sindrom mata kering mengalami ADDE, sebanyak 35% mengalami

EDE dan sisanya adalah campuran keduanya atau termasuk golongan

yang tidak dikenali (Clifford et al., 2011).

Defisiensi komponen akuos terjadi adanya gangguan fungsi lakrimal

sehingga mengakibatkan kurangnya sekresi air mata lakrimal. Kondisi

ini air mata memiliki komposisi tertentu sehingga menyebabkan

terjadinya penguapan dengan cepat. Defisiensi komponen akuos dapat

dibedakan menjadi dua yaitu Sindrom Sjogren dan Sindrom Non-

Page 39: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

20

Sjogren. Sindrom Non-Sjogren dapat disebabkan oleh kelainan

kongenital atau didapat. Kelainan kongenital yang menyebabkan

defisiensi komponen akuos antara lain Sindrom Riley-Day, alakrimia

kongenital, displasia ektodermal. Penyebab defisiensi komponen akuos

yang didapat antara lain penyakit sistemik seperti leukemia, inflamasi

kelenjar lakrimal, infeksi parotis, dan pemakaian obat-obatan (Riordan-

Eva and Witcher, 2009; Craig et al., 2017).

Sedangkan pada penguapan atau evaporasi yang berlebihan dibedakan

menjadi dua golongan, yaitu karena pengaruh intrinsik dan ekstrinsik.

Pengaruh intrinsik diantaranya karena defisiensi kelenjar meibom,

penurunan reflek berkedip, kelainan bentuk kelopak mata dan obat-

obatan. Faktor ekstrinsik yang dapat berpengaruh antara lain defisiensi

vitamin A, penggunaan obat topikal, penggunaan lensa kontak dan

penyakit pada permukaan mata (Craig et al., 2017).

Berdasarkan International Dry Eye Workshop (2017), tingkat keparahan

mata kering dibagi menjadi empat, yaitu:

1. Ringan (mild)

Terjadi akibat stres lingkungan, tidak ada atau episodik ringan pada

gangguan penglihatan. Tanda pada kornea/air mata tidak ada atau

ringan. Pada tes schirmer didapatkan hasil yang bervariasi dalam

lima menit. Pada kasus ringan gejala yang muncul adalah rasa gatal,

terbakar, menyengat, dan pengaburan ringan ketika lapisan air mata

terganggu.

Page 40: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

21

2. Sedang (moderate)

Terjadi akibat stres ataupun tidak stres, terkadang penglihatan

terganggu dan membatasi aktivitas. Tanda pada kornea/air mata

yaitu debris ringan dan meniskus menurun. Pada tes schirmer

didapatkan hasil ≤10 mm dalam lima menit. Pada kasus sedang

ditandai dengan ketidaknyamanan mata dan penglihatan terganggu.

3. Frekuensi berat

Dapat tetap terjadi tanpa stres, mengganggu penglihatan dan

membatasi aktivitas. Tanda pada kornea/air mata yaitu keratitis

filamentosa, penggumpalan mukus dan peningkatan debris air mata.

Pada tes schirmer didapatkan hasil ≤5 mm dalam lima menit.

4. Berat (severe) konstan

Gejalanya berupa penglihatan sangat terganggu. Pada tes schirmer

didapatkan hasil ≤2 mm dalam lima menit. Pada kasus berat (severe)

keadaan mata kering semakin parah, tanda pada kornea/air mata

yaitu keratitis filamentosa, penggumpalan mukus, peningkatan

debris air mata dan ulserasi (Craig et al., 2017; Catania et al., 2011).

2.4.6 Manifestasi Klinis

Pasien dengan mata kering akan mengeluh gatal, mata seperti berpasir,

silau, penglihatan kabur sementara, iritasi mata, fotofobia, sensasi

benda asing, perasaan terbakar dan nyeri (Kanski and Browling,

2011). Mata akan memberikan gejala sekresi mukus yang berlebihan,

sulit menggerakkan kelopak mata, mata tampak kering dan terdapat

Page 41: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

22

erosi kornea (Ilyas, 2015). Tanda dan gejala lainnya seperti sensasi

pedih, sensitif pada rokok dan angin, mata kemerahan, kelelahan mata

setelah membaca pada waktu yang singkat dan tidak nyaman ketika

menggunakan lensa kontak (Bhowmik et al., 2010).

2.5 Pemeriksaan Dry Eye

2.5.1 Pemeriksaan Subjektif

Sindrom mata kering dapat didiagnosis berdasarkan kumpulan gejala

yang biasanya dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner.

Beberapa kuesioner yang bisa digunakan antara lain Ocular Surface

Disease Index (OSDI), Impact of Dry Eye on Everyday Life (IDEEL),

McMonnies dan Womens’s Health Study Questionnaire (Baudouin,

2014). Tidak ada kesepakatan global mengenai gold standard dari tiap

pemeriksaan sindrom mata kering (Kanellopoulos and Asimellis, 2016).

Ocular Surface Disease Index (OSDI) merupakan kuesioner yang

paling sering digunakan untuk menilai tingkat keparahan dan keluhan

mata kering (Baudouin, 2014). Kuesioner ini pertama kali

diperkenalkan oleh the Outcome Reaserch Group (Allegran

Inc.,Irvine,CA) pada tahun 1997. Kuesinoner OSDI terdiri dari 12

pertanyaan yang menilai gejala, batas fungsi, dan faktor lingkungan

yang berhubungan dengan dry eye (Dougherty, Nichols, Nichols, 2011).

Page 42: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

23

Masing-masing pertanyaan memiliki bobot nilai mulai dari 4,3,2,1, dan

0 dengan keterangan:

0 : Tidak ada gejala sama sekali

1 : Kadang kala

2 : Setengah waktu

3 : Hampir seluruh waktu

4 : Setiap saat

Total skor OSDI dikalkulasikan berdasarkan formula OSDI yaitu

(𝐴 + 𝐵 + 𝐶)X 25

Jumlah Pertanyaan

Nilai yang diperoleh berada pada skala 0-100 dengan kisaran:

0-12 : Normal

13-22 : Ringan

23-32 : Sedang

33-100 : Berat (Grubbs et al., 2014).

2.5.2 Pemeriksaan Objektif

A. Tes Schirmer

Tes schirmer merupakan tes skrining yang digunakan untuk menilai

kuantitas produksi air mata yang dihasilkan oleh kelenjar lakrimal.

Tes ini dilakukan dengan mengeringkan film air mata dan

memasukan strip schirmer (kertas saring Whatman No.41) kedalam

sakus konjungtiva inferior pada batas sepertiga tengah dan temporal

dari palpebral inferior. Setelah dimasukkan selama lima menit

Page 43: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

24

diukur panjang bagian kertas yang basah (Ilyas, 2015). Tes schirmer

diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

1. Tes Schirmer I

Tes Schirmer I dilakukan tanpa anestesi topikal. Tes ini

dilakukan untuk mengukur fungsi kelenjar lakrimal utama, yang

aktivitas sekresinya dirangsang oleh iritasi kertas saring tersebut

(Riordan-Eva and Witcher, 2009). Tes ini dilakukan diruangan

tertutup tanpa hembusan kipas angin (Shaharuddin, Ismail-

Mokhtar, Hussein, 2008). Pemeriksaan tes schirmer dilakukan

dengan mata tertutup karena pemeriksaan dengan mata terbuka

akan menyebabkan hasil tes schirmer menjadi lebih kecil dan

bisa menjadikan hasil positif palsu (Trbolova and Ghaffari,

2017). Panjang bagian kertas yang basah lebih dari 10 mm

dianggap normal dan kurang dari 10 mm dianggap abnormal

yang menandakan fungsi sekresi air mata terganggu (Ilyas,

2015).

2. Tes Schirmer II

Tes Schirmer II dilakukan dengan penetesan anestesi topikal

(tetracaine 0,5%) untuk mengukur fungsi kelenjar aksesori

(pensekresi dasar) (Riordan-Eva and Witcher, 2009). Tes

schirmer II dapat dilakukan bila pada tes schirmer I basahnya

kertas kurang dari 10 mm setelah lima menit. Pada pemeriksaan

ini dapat dinilai apakah disebabkan karena hambatan kelelahan

sekresi atau kurangnya fungsi dari reflek sekresi (Ilyas, 2015).

Page 44: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

25

Pada tes schirmer II salah satu mata diteteskan anestesi topikal

dan diletakan kertas schirmer. Pemeriksaan ini ditujukan

merangsang saraf trigeminus dengan memasukkan kapas lidi

kemukosa hidung atau dengan zat aromatik ammonium. Maka

nilai schirmer akan bertambah oleh adanya reflek sekresi. Hasil

dapat dilihat dari basahnya kertas filter setelah lima menit. Bila

tidak basah menandakan reflek sekresi gagal total. Pada keadaan

normal kertas filter akan basah sepanjang 15 mm (Ilyas, 2015).

Namun, pemeriksaan schirmer dengan pemberian anestesi

topikal dianggap kurang dapat diandalkan dan harus dilakukan

oleh ahlinya (Riordan-Eva and Witcher, 2009; Li, Deng, He,

2012).

Gambar 4. Pemeriksaan Tes Schirmer (Sherwood, 2014).

2.6 Lensa Kontak

2.6.1 Definisi Lensa Kontak

Lensa kontak merupakan alat bantu penglihatan berupa lensa plastik

tipis dengan diameter 8-10 mm yang diletakkan di permukaan kornea

mata dimana memiliki fungsi yang sama dengan kacamata, yaitu untuk

Page 45: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

26

mengoreksi kelainan refraksi, kelainan akomodasi, terapi dan kosmetik

(Sitompul, 2015; Ilyas, 2015).

Selain sebagai pengganti fungsi kacamata, lensa kontak juga dapat

digunakan pada keadaan sebagai berikut:

a. Koreksi Keratokonus

Keratokonus adalah kelainan kornea di mana bagian tengah kornea

menipis sehingga kornea berbentuk kerucut dan tidak teratur.

Pemakaian lensa kontak pada keratokonus berfungsi membentuk

permukaan baru yang lebih teratur, menahan perkembangan

keratokonus dan mengoreksi kelainan refraksi yang ada.

b. Terapi bandage

Lensa kontak ada kalanya digunakan untuk aplikasi obat dengan

tujuan mempercepat proses penyembuhan luka dan juga melindungi

luka pada kornea.

c. Kosmetik

Lensa kontak berwarna dapat digunakan untuk menyamarkan bekas

luka atau jaringan parut pada kornea maupun untuk merubah warna

iris (Nusantara, 2008).

Page 46: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

27

2.6.2 Jenis-Jenis Lensa Kontak

Berdasarkan bahan pembuatannya lensa kontak dibagi menjadi tiga

(Riordan-Eva and Witcher, 2009; American Optometric Association,

2013), yaitu:

1. Lensa Kontak Keras (Hard Contact Lens)

Lensa ini terbuat dari polymethylmethacrylate (PMMA). Lensa

kontak keras tidak dapat ditembus oksigen sehingga mengandalkan

pemompaan air mata ke dalam celah antara lensa dan kornea ketika

berkedip untuk meyediakan oksigen bagi kornea.

Kelebihan: tahan lama, harga relatif lebih murah, dan mengoreksi

penglihatan secara efisien, terutama jika terdapat astigmatisme

bermakna.

Kekurangan: kurang nyaman saat digunakan, memiliki waktu

adaptasi yang cukup lama, memiliki bahan yang sulit ditembus

oksigen sehingga mata mudah kekurangan oksigen.

2. Rigid Gas Permeable (RGP)

Lensa ini merupakan polimer dari polymethylmethacrylate (PMMA)

dan silikon. Silikon terkenal dengan sifat tembus oksigen sehingga

kornea dapat berfungsi dengan baik.

Kelebihan: mudah ditembus oksigen, lebih nyaman dipakai dalam

waktu yang lama, mudah dirawat dan dibersihkan karena RGP

mengandung air, memberikan penglihatan yang lebih tajam dan

jangka penggunaannya relatif lama hingga dua tahun.

Page 47: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

28

Kekurangan: masa adaptasi yang lama biasanya dua minggu sampai

satu bulan, lebih mudah terlepas dari pusat mata dibanding dengan

jenis lensa kontak yang lain, debris lebih mudah menempel pada

lensa, dan harganya lebih mahal dibanding lensa kontak lunak.

3. Lensa Kontak Lunak (Soft Contact Lens)

Lensa ini terbuat dari hydroxymethyl methacrylate (HEMA) yang

memiliki permeabilitas lebih besar terhadap oksigen.

Kelebihan: lebih nyaman saat dipakai, bersifat fleksibel sehingga

bentuknya menyesuaikan dengan permukaan kornea, waktu

adaptasi yang singkat biasanya hanya beberapa hari, tidak mudah

terlepas seperti RGP, tersedia dalam berbagai warna dan bifokal,

mudah diperoleh dan harga lebih murah jika dibanding dengan RGP.

Kekurangan: karena kadar air yang tinggi sehingga lebih mudah

kotor dan robek.

Berdasarkan lama penggunaan, lensa kontak diklasifikasikan menjadi

dua, yaitu:

1. Disposable: Hanya digunakan untuk satu kali pemakaian.

2. Extended wear: Dapat digunakan berulang kali sampai waktu

tertentu, misalnya satu minggu atau satu bulan. Tipe extended wear

dikembangkan menjadi tipe overnight continuous wear sehingga

lensa kontak dapat dipakai sepanjang hari hingga malam tanpa perlu

dilepas saat tidur (Sitompul, 2015).

Page 48: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

29

Lensa kontak tipe extended dan overnight continuous wear memiliki

risiko infeksi lebih tinggi karena mikroorganisme dapat melekat dan

berpindah ke permukaan mata. Oleh karena itu lensa ini hanya

dianjurkan bagi individu dengan gangguan penglihatan derajat berat

yang memerlukan koreksi penglihatan sepanjang hari (Sitompul,

2015).

2.6.3 Bentuk Lensa Kontak

Terdapat berbagai macam bentuk lensa kontak berdasarkan gangguan

penglihatan yang ingin diperbaiki, antara lain:

1. Lensa kontak sferis: Berbentuk bundar, digunakan untuk penderita

miopia (rabun jauh) atau hiperopia (rabun dekat).

2. Lensa kontak bifokal: Lensa kontak yang digunakan untuk melihat

dekat sekaligus untuk melihat biasa (mirip dengan cara kerja

kacamata bifokal). Lensa ini biasanya digunakan untuk

memperbaiki presbiopia, yaitu gangguan penglihatan akibat usia

tua.

3. Lensa ortokeratologi: Lensa yang didesain untuk memperbaiki

bentuk kornea. Digunakan hanya di malam hari (Ibrahim, Boase,

Cree, 2009).

Page 49: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

30

2.6.4 Indikasi Penggunaan Lensa Kontak

Indikasi dari penggunaan lensa kontak sebagai berikut:

1. Indikasi optik, termasuk untuk anisometropia, aphakia unilateral,

miopia yang berminus tinggi, keratokonus dan astigmatisma

irreguler. Lensa kontak dapat digunakan oleh setiap orang yang

memiliki kelainan refraksi mata dengan tujuan kosmetik.

2. Indikasi terapeutik, yang meliputi:

a. Penyakit pada kornea, contohnya ulkus kornea non-healing,

keratopathi bullousa, keratitis filamentari, dan sindrom erosi

kornea yang rekuren.

b. Penyakit pada iris mata, contohnya aniridia, koloboma, albino

untuk menghindari kesilauan cahaya.

c. Pada pasien glukoma, lensa kontak digunakan sebagai alat

pengantar obat.

d. Pada pasien ambliopia, lensa kontak opak digunakan untuk

oklusi.

e. Bandage soft contact lenses, digunakan untuk keratoplasti dan

perforasi mikrokornea.

3. Indikasi preventif, digunakan untuk prevensi simblefaron dan

restorasi forniks pada penderita luka bakar akibat zat kimia,

keratitis, dan trikiasis.

4. Indikasi diagnostik, termasuk selama menggunakan gonioskopi,

elektroretinografi, pemeriksaan fundus pada astigmatisma irreguler,

fundus fotografi, dan pemeriksaan goldmann’s tiga bayangan.

Page 50: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

31

5. Indikasi operasi, lensa kontak digunakan selama operasi goniotomi

untuk glukoma kongenital, vitrektomi, fotokoagulasi endokular.

6. Indikasi kosmetik, termasuk jaringan parut pada kornea mata yang

menyilaukan mata (lensa kontak warna), ptosis, lensa sklera

kosmetik pada phthisis bulbi.

7. Indikasi occupational, termasuk olahragawan, pilot, dan aktor

(Khurana, 2007).

2.6.5 Kontraindikasi Penggunaan Lensa Kontak

Penggunaan lensa kontak dikontraindikasikan pada orang yang tidak

dapat mentoleransi pemasangan benda asing pada mata dan penyakit

sistemik atau alergi yang bisa kambuh karena dipicu lensa kontak

(Flynn, 2013). Kontraindikasi lainnya yaitu seseorang dengan blefaritis

kronik dan hordeolum rekuren, konjungtivitis kronis, sindrom mata

kering, distrofi dan degenarasi kornea mata, penyakit yang rekuren

seperti episkleritis, skleritis, dan iridosiklitis (Khurana, 2007).

2.6.6 Komplikasi Penggunaan Lensa Kontak

1. Mata Kering

Mata kering biasanya terjadi karena penggunaan lensa kontak yang

terlalu lama. Hal itu disebabkan kurangnya pasokan oksigen ke

mata, sehingga mata menjadi kering dan terasa sakit (Ibrahim,

Boase, Cree, 2009).

Page 51: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

32

2. Iritasi

Iritasi pada mata disebabkan karena kotoran atau debu yang masuk

ke mata sehingga mata berusaha mengeluarkan kotoran tersebut

akan tetapi karena adanya lensa kontak pada mata akan menghambat

pengeluaran kotoran atau debu di mata sehingga membuat mata

iritasi (Ibrahim, Boase, Cree, 2009).

3. Edema Kornea

Edema kornea merupakan komplikasi yang paling umum dari

penggunaan lensa kontak, terutama penggunaan lensa kontak yang

lama. Lensa kontak mengurangi suplai oksigen ke kornea, sehingga

menyebabkan kornea membengkak. Gejala yang timbul seperti

penglihatan kurang sampai berkabut, mata merah, dan

ketidaknyamanan setelah pelepasan kornea (Yanoff and Duker,

2014).

4. Keratitis / Peradangan Kornea

Terjadinya infeksi kornea yang disebabkan oleh mikroba (bakteri,

virus, jamur atau amuba). Dalam penggunaan lensa kontak biasanya

didahului oleh kekurangan oksigen (hipoksia). Pemakaian lensa

kontak dalam jangka waktu yang lama rentan terjadinya mikrobial

keratitis. Bakteri yang berhubungan dengan komplikasi ini disebut

Pseudomonas aeruginosa (Yanoff and Duker, 2014).

Page 52: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

33

5. Alergi

Pasien yang memiliki riwayat alergi akan lebih sensitif terhadap

bahan kimia yang terdapat pada cairan lensa kontak sehingga akan

lebih mudah terjadi reaksi alergi seperti mata merah disertai rasa

gatal dan bengkak.

6. Neovaskularisasi

Neovaskularisasi kornea adalah timbulnya pertumbuhan pembuluh

darah yang berlebihan dari saraf limbal ke kornea, yang terjadi pada

kasus hipoksia kronis yaitu kekurangan oksigen pada kornea akibat

penggunaan lensa kontak yang sudah habis masa pakainya atau

karena lensa kontak yang tebal. (Yanoff and Duker, 2014).

7. Air Mata

Penggunaan lensa kontak dapat menyebabkan terjadinya sindrom

mata kering baik melalui jalur evaporasi maupun produksi.

Penggunaan lensa kontak dapat menyebabkan terjadinya perubahan

karakteristik biofisika dari film air mata, antara lain: menurunkan

frekuensi berkedip, menurunkan lapisan lipid, terjadinya

ketidakstabilan film air mata, peningkatan evaporasi, menurunkan

produksi air mata, meningkatkan osmolaritas, dan menurunkan pH

(Craig et al., 2013).

Page 53: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

34

2.7 Kerangka Teori

Gambar 5. Kerangka Teori (Asyari, 2007; Jose, 2013; Sahai and Malik, 2005).

Usia

Jenis Kelamin

Kondisi Medis: artritis rematik,

diabetes mellitus, Sjogren

Syndrome serta riwayat operasi

mata seperti PRK dan LASIK

Obat-obatan: antidepresan,

dekongestan, antihistamin,

antihipertensi, kontrasepsi oral,

diuretik, beta bloker.

Pekerjaan dan Aktivitas: bekerja

dengan komputer, aktivitas

membaca, menjahit, menatap ponsel

serta monitor TV

Pengguna Lensa Kontak

Faktor Lingkungan: panas, kering,

berasap, berangin dan banyak polusi

Mata Kering

(dry eye)

Perubahan

Biologis

Air Mata

Kualitas

Air Mata

Keterangan: Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

Mempengaruhi

Dipengaruhi

0

Page 54: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

35

2.8 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 6. Kerangka Konsep

2.9 Hipotesis

1. H0: Tidak terdapat perbedaan kualitas air mata pada mahasiswa pengguna

lensa kontak lunak dan bukan pengguna lensa kontak lunak di

Universitas Lampung berdasarkan tingkat mata kering dalam

kuesioner OSDI

Ha: Terdapat perbedaan kualitas air mata pada mahasiswa pengguna lensa

kontak lunak dan bukan pengguna lensa kontak lunak di Universitas

Lampung berdasarkan tingkat mata kering dalam kuesioner kuesioner

OSDI.

2. H0: Tidak terdapat perbedaan kualitas air mata pada mahasiswa pengguna

lensa kontak lunak dan bukan pengguna lensa kontak lunak di

Universitas Lampung berdasarkan tes schirmer I.

Ha: Terdapat perbedaan kualitas air mata pada mahasiswa pengguna lensa

kontak lunak dan bukan pengguna lensa kontak lunak di Universitas

Lampung berdasarkan tes schirmer I.

Penggunaan Lensa Kontak Lunak

Kualitas Air Mata

a. OSDI

b. Schirmer Test I

Page 55: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan

cross sectional, yaitu jenis penelitian yang pengukuran seluruh variabelnya

dilakukan hanya satu kali dan pada satu waktu tertentu. Penelitian bersifat

observasi karena peneliti tidak memberikan intervensi atau perlakuan khusus

terhadap subjek penelitian (Sastroamoro and Ismael, 2011).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Universitas Lampung, Bandarlampung.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2019.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua Mahasiswa Universitas

Page 56: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

37

Lampung pengguna lensa kontak jenis softlens dan bukan pengguna

lensa kontak.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu

sehingga dianggap dapat mewakili populasinya dan termasuk kedalam

kriteria inklusi dan tidak termasuk dalam kriteria eksklusi

(Notoatmodjo, 2010).

Penelitian yang dilakukan menggunakan data kategorik dan populasi

yang tidak berpasangan. Rumus besar sampel sebagai berikut:

𝑛1 = 𝑛2 = ( 𝑧𝛼 √2𝑃𝑄 + 𝑧𝛽 √𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2)2

( 𝑃1 − 𝑃2 )2

Keterangan:

𝑛1 = 𝑛2= besar sampel

𝛼 = kesalahan tipe I = 5%, 𝑧𝛼 = 1,96

β = kesalahan tipe II = 20%, 𝑧𝛽 = 0,84

𝑃1 = proporsi variable yang mendukung terjadinya dry eye dari pustaka

0.3 (Asyari, 2007).

𝑃1 − 𝑃2 = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna = 0.2

P = proporsi total = (P1 + P2)/2

𝑄 = 1- P

Q1 = 1 ₋₋ 𝑃1

Q2 = 1 ₋₋ 𝑃2

Page 57: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

38

𝑛1 = 𝑛2 = ( 1,96√2(0,2)(0,8) + 0,84√(0,3)(0,7) + (0,1)(0,9) )2

( 0,2)2

n1 = 𝑛2 = 60

Dengan demikian besar sampel pada penelitian ini adalah 120 orang.

3.3.3 Cara Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

non probability dengan purposive sampling dimana peneliti memilih

responden berdasarkan pada pertimbangan subjektif dan praktis, bahwa

responden tersebut dapat memberikan informasi yang memadai untuk

menjawab pertanyaan penelitian (Sastroamoro and Ismael, 2011).

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.4.1 Kriteria Inklusi

1. Mahasiswa aktif Universitas Lampung yang berusia 18-22 tahun

dengan dan tanpa koreksi visus mata normal.

2. Responden kelompok pengguna: Menggunakan lensa kontak jenis

softlens minimal selama tiga bulan terakhir dengan penggunaan

minimal lima kali dalam seminggu dan delapan jam dalam sehari.

Responden bukan pengguna: Tidak menggunakan lensa kontak.

3. Tidak menderita penyakit peradangan pada mata seperti uveitis dan

keratitis.

4. Belum pernah menjalani operasi pada mata.

5. Bersedia menjadi responden dengan menandatangani lembar

persetujuan setelah penjelasan (informed consent).

Page 58: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

39

3.4.2 Kriteria Eksklusi

1. Menggunakan obat-obatan topikal maupun sistemik yang dapat

menurunkan produksi air mata (antihistamin, antidepresan,

antihipertensi seperti diuretik dan beta bloker) secara teratur selama

tiga bulan.

2. Menderita penyakit yang dapat berpengaruh pada produksi air

mata, seperti sindrom rematik artritis, sindrom Sjogren, dan

sindrom Riley-Day.

3. Menderita penyakit kronis yang dapat berpengaruh pada mata,

seperti diabetes mellitus dan hipertensi.

4. Menderita defisiensi satu atau lebih dari lapisan air mata.

5. Sedang hamil.

3.5 Identifikasi Variabel

1. Variabel Independen

Variabel Independen atau variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya

variabel dependen atau terikat (Sugiyono, 2011). Variabel Independen

dalam penelitian ini adalah penggunaan lensa kontak lunak.

2. Variable Dependen

Variable Dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen atau bebas

(Sugiyono, 2011). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas

air mata.

Page 59: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

40

3.6 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel.

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Penggunaan

Lensa Kontak

Lunak

Lensa kontak

lunak adalah

sejenis plastik

yang tipis

berbentuk bulat

cembung yang

di letakkan di

permukaan

kornea mata

Mengisi

pertanyaan

dalam

kuesioner

Kuesioner Ya

menggunakan

lensa kontak

Tidak

menggunakan

lensa kontak

Kategorik

(Nominal)

Lama

Penggunaan

Lensa Kontak

Kualitas Air

Mata

OSDI

(Ocular

Surface

Disease

Index)

Schirmer’s

Test I

Waktu

penggunaan

lensa kontak

OSDI adalah

instrumen valid

dan dapat

diandalkan

untuk mengukur

tingkat

keparahan

penyakit mata

kering (Craig et

al., 2017)

Pemeriksaan

kuantitas

produksi

air mata yang

dilakukan tanpa

anestesi topikal (Riordan-Eva

and Whitcher,

2009)

Mengisi

pertanyaan

dalam

kuesioner

Mengisi

pertanyaan

dalam

kuesioner

Melihat

hasil pada

schirmer’s

strip

Kuesioner

Kuesioner

Schirmer’s

Strip

<1 tahun

1-2 tahun

>2 tahun

0-12 :

Normal

13-22 :

Ringan

23-32 :

Sedang

33-100:

Berat

≥10mm/

menit: tidak

dry eye

<10mm/

menit: dry eye

Kategorik

(Ordinal)

Kategorik

(Ordinal)

Kategorik

(Ordinal)

Sumber: (Craig et al., 2017; Riordan-Eva and Whitcher, 2009).

3.7 Instrumen Penelitian

1. Lembar Informed Consent dan Lembar Identitas

Lembar identitas berisi identitas responden dan untuk mengetahui apakah

responden masuk ke dalam kriteria inklusi. Lembar persetujuan berisi

ketersediaan responden untuk menjadi sampel dalam penelitian.

Page 60: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

41

2. Kuesioner Ocular Surface Disease Index (OSDI)

Kuesioner OSDI untuk mendiagnosis sindrom mata kering secara

subjektif berdasarkan gejala yang dirasakan oleh responden penelitian.

Terdiri dari 12 pertanyaan dan memiliki rentang nilai 0-4 di setiap

pertanyannya.

3. Snellen Chart

Snellen Chart digunakan untuk menilai visus mata setiap responden.

4. Schirmer Tear Strip Test

Digunakan saat melakukan tes schirmer I untuk mendiagnosis sindrom

mata kering secara objektif. Schirmer strip (kertas saring Whatman

No.41) dimasukkan kedalam sakus konjungtiva inferior pada batas

sepertiga tengah dan temporal dari palpebral inferior. Diukur selama

lima menit dan diukur panjang bagian kertas yang basah.

3.8 Cara Kerja Penelitian

1. Sebelum dilakukan penelitian responden diberi penjelasan terlebih

dahulu mengenai tujuan, maksud, jalannya penelitian dan risiko-risiko

yang mungkin dapat terjadi selama penelitian.

2. Peneliti melakukan pemeriksaan visus terhadap calon responden

dengan menggunakan Snellen Chart.

3. Responden dengan visus normal yang memenuhi kriteria inklusi

digunakan sebagai sampel sedangkan yang memenuhi kriteria eksklusi

dikeluarkan.

Page 61: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

42

4. Selanjutnya responden yang memenuhi kriteria inklusi mengisi lembar

persetujuan (Informed consent) dan lembar identitas.

5. Responden yang telah mengisi lembar persetujuan dan identitas

diberikan kuesioner OSDI dan diberikan penjelasan mengenai cara

pengisiannya.

6. Setelah selesai mengisi, kuesioner dikembalikan kepada peneliti.

7. Selanjutnya peneliti melakukan tes schirmer I kepada responden.

8. Responden yang memakai lensa kontak diminta untuk melepaskannya

terlebih dahulu.

9. Pemeriksaan mata kering dengan menggunakan tes schirmer I dengan

cara berikut:

a. Schirmer strip (kertas saring Whatman No.41) dimasukkan

kedalam sakus konjungtiva pada batas sepertiga tengah dan

temporal dari palpebral inferior.

b. Responden diminta untuk memejamkan matanya perlahan.

c. Setelah lima menit, responden diminta untuk membuka kedua mata

d. Schirmer strip dicabut perlahan dan diukur bagian kertas yang

basah mulai dari lekukan.

e. Hasil yang diperoleh dari tes schirmer I dicatat, dikumpulkan dan

dianalisis.

Page 62: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

43

3.9 Alur Penelitian

Penelitian diawali dengan pembuatan proposal dan perizinan ke Universitas

Lampung dan menyesuaikan sampel sesuai dengan kriteria inklusi dan

eksklusi yang sebelumnya telah ditetapkan. Sampel yang memenuhi kriteria

diminta untuk menandatangani lembar informed consent. Jika bersedia

dilakukan pengambilan data dengan pengisian kuesioner dan tes schirmer I.

Data yang didapatkan akan diolah dan selanjutnya dianalisis. Penelitian ini

dilakukan sesuai alur yang dijelaskan pada gambar 7.

Gambar 7. Alur Penelitian

Menentukan sampel sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang

sebelumnya telah di tentukan

Pembuatan proposal, perizinan ke Universitas Lampung

Informed consent kepada mahasiswa yang akan menjadi sampel

Setuju

Pengisian kuesioner

OSDI

Tes Schirmer I

Tidak Setuju

Analisis Data

Pengumpulan dan pengolahan data hasil

kuesioner OSDI dan tes schirmer I

Page 63: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

44

3.10 Pengolahan Data dan Analisis Data

3.10.1 Pengolahan Data

Tahapan dalam pengolahan data adalah sebagai berikut :

1. Editing

Untuk memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan apakah

sudah lengkap, terbaca dengan jelas, terdapat kesalahan atau

tidak dan sebagainya.

2. Coding

Memberikan kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri

atas beberapa kategori sehingga lebih mudah dalam pengolahan

dan analisis data.

3. Data Entry

Memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam tabel

distribusi frekuensi.

4. Tabulating

Menyusun data dengan bantuan komputer. Berbagai data yang

telah diperoleh dari berbagai proses pengumpulan data diolah

menggunakan komputer.

Page 64: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

45

3.10.2 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

program komputer dimana dilakukan dua macam analisis data,

yaitu:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis data yang digunakan untuk

menerangkan karakteristik masing-masing variabel, baik variabel

independen maupun dependen dengan melihat distribusi

frekuensi masing masing variabel berdasarkan jenis kelamin,

usia, asal fakultas, tujuan penggunaan, lama penggunaan lensa

kontak, keluhan terbanyak yang dirasakan pengguna dan bukan

pengguna lensa kontak lunak, serta mengetahui angka kejadian

mata kering berdasarkan kuesioner OSDI dan tes schirmer I.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat untuk melihat ada tidaknya hubungan antara

penggunaan lensa kontak lunak dengan kualitas air mata

berdasarkan kuesioner OSDI dan tes schirmer I. Uji statistik yang

digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi square. Uji

signifikan antara data yang diobervasi dengan data yang

diharapkan dilakukan dengan batas kemaknaan (α=0,05) yang

artinya apabila diperoleh <α, berarti ada hubungan yang

signifikan antara penggunaan lensa kontak lunak dengan kualitas

air mata berdasarkan tes schirmer I dan begitu sebaliknya.

Page 65: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

46

Namun, apabila uji chi square tidak memenuhi syarat dengan

nilai expected count > 20%, maka analisis data akan dilanjutkan

dengan menggunakan uji Fisher dan pada pemeriksaan

berdasarkan kuesioner OSDI, apabila tidak memenuhi syarat chi

square, dapat dilanjutkan dengan uji alternatif Mann-Whitney.

3.11 Etik Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan setelah melalui persetujuan oleh Komisi Etik

Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan No.

3766/UN26.18/PP.05.02.00/2019.

Page 66: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

65

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Mahasiswa Universitas Lampung pengguna lensa kontak lunak paling

banyak pada perempuan yaitu sebanyak 58 responden (96,7%) dan laki-

kali sebanyak 2 responden (3,3%). Usia 21 tahun merupakan usia

terbanyak pengguna lensa kontak lunak yaitu sebanyak 24 responden

(40%). Pengguna lensa kontak lunak paling banyak ditemukan di Fakultas

Kedokteran yaitu sebanyak 14 responden (23,3%). Tujuan penggunaan

lensa kontak paling banyak untuk koreksi kelainan refraksi yaitu sebanyak

49 responden (81,7%) dan paling banyak dengan lama penggunaan lebih

dari 2 tahun, yaitu sebanyak 28 responden (46,7%).

2. Keluhan terbanyak yang dirasakan oleh Mahasiswa Universitas Lampung

pengguna lensa kontak lunak dan bukan pengguna lensa kontak adalah

keluhan mata nyeri atau kering yaitu sebanyak 52 (86,7%) dan keluhan

mata yang sensitif terhadap cahaya sebanyak 43 (71,7%).

3. Perbedaan derajat mata kering berdasarkan kuesioner OSDI pada

Mahasiswa Universitas Lampung pengguna lensa kontak lunak dan bukan

pengguna lensa kontak yaitu mata kering derajat ringan sebanyak 10

Page 67: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

66

responden (16,7%) dan 20 responden (33,3%), mata kering derajat sedang

sebanyak 13 responden (21,7%) dan 6 responden (10%), mata kering

derajat berat sebanyak 27 responden (45%) dan 7 responden (11,7%)

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Responden

1. Sebelum menggunakan lensa kontak sebaiknya berkonsultasi

terlebih dahulu kepada dokter untuk mencegah terjadinya kerusakan

pada mata.

2. Kepada pengguna lensa kontak sebaiknya waktu pemakaian dalam

sehari sesuai dengan waktu yang dianjurkan.

5.2.1 Bagi Peneliti Lain

1. Peneliti lain sebaiknya melakukan kontrol terhadap pemakaian

artificial tears pada setiap responden.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ada tidaknya

perbedaan kualitas air mata pada pengguna lesan kontak yang sering

memberi obat tetes mata dengan yang tidak.

Page 68: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

67

DAFTAR PUSTAKA

Alipour F, Khaheshi S, Soleimanzadeh M, Heidarzadeh S, Heydarzadeh S. 2017.

Contact-lens related complications: A review. J Ophthalmic Vis Res. 12(2):

193-204

Arikunto S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka

Cipta.

Asiedu K, Kyei S, Boampong F, Ocansey S. 2017. Symptomatic dry eye and its

associated factors: a study of university undergraduate students in Ghana. Eye

Contact Lens. 43(4): 262-6.

Asyari F. 2007. Dry eye syndrome (sindroma mata kering). Indonesia Dexa Media.

20(4):162-6.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2013.

Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset Dasar 2013. Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia.

Bakkar MM, Shihadeh WA, Haddad MF, Khader YS. 2016. Epidemiology of

symptoms of dry eye disease (DED) in Jordan: A cross-sectional nonclinical

population-based study. Cont Lens Anterior Eye. 39(3): 197-202.

Baudouin C, Aragona P, Setten GV, Rolando M, Irkec M, Benítez del Castillo J, et

al. 2014. Diagnosing the severity of dry eye: a clear and practical algorithm.

Br J Ophthalmol. 98(9):1168-76.

Beuerman RW, Austin M, Stephen CP, Michael ES. 2004. The Lacrimal Functional

Unit. in Stephen CP, Roger WB, Michael ES (eds). Dry Eye and Ocular

Surface Disorders. New York: Marcel Dekker. p. 11 – 32.

Bhowmik D, Chiranjib B, Yadav GP, Singh N, Kumar KPS. 2010. Recent Aspect

of Dry Eye Syndromes Pathophysiology and Management of Disease. Annals

of Biological Research. 1(1): 141-6.

Catania LJ, Scott CA, Larkin KM, Melton R, Semes LP, Shovlin JP et al., 2011.

Care of the Patient with Ocular Surface Disorders. American Optometric

Association. Lindbergh Blvd., St. Louis, MO 63141-7881. p. 8 – 85.

Page 69: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

68

Chavan WM, Giri PA, Phalke DB, Bangal SV. 2012. Knowledge and practice of

contact lens wear and care among contact lens users medical students of rural

medical college, loni, Maharashtra, india. Int J Biol Med Res. 3(1):1385-7.

Clifford AS, Louis J, Michele L, Ron M, Leo P, Joseph P, et al. 2011. Ocular

Surface Disorders. American Optometric Association. 243: 63141–7881.

Cope JR, Collier SA, Nethercut H, Jones JM, Yates K, Yoder JS. 2017. Risk

behaviors for contact lens–related eye infections among adults and

adolescents-United States, 2016. MMWR. 66(32):841-5.

Craig JP, Nichols KK, Akpek EK, Caffery B, Dua HS, Joo C et al., 2017. TFOS

DEWS II Definition and Classification Report. The Ocular Surface. 15(3):

276-83.

Craig JP, Willcox MDP, Argueso P, Maissa Cecile, Stahl U, Tomlinson A et al.,

2013. The TFOS International Workshop on Contact Lens Discomfort : Report

of The Contact Lens Interactions with the Tear Film Subcommittee. Invest

Ophthalmol Vis Sci. 54: TFOS123-TFOS156.

Dougherty BE, Nichols JJ, Nichols KK. 2011. Rasch Analysis of the Ocular Surface

Disease Index (OSDI). Invest Ophthalmol Vis Sci. 52(12): 8630-5.

Dumbleton K, Woods CA, Jones LW, Fonn D. 2013. The impact of contemporary

contact lenses on contact lens discontinuation. Eye contact lens. 39(1):93–9.

Edwards K, Keay L, Naduvilath T, Stapleton F. 2014. The Penetrance and

Characteristics of Contact Lens Wear in Australia. Clin Exp Optom. 97(1):48-

54.

Flynn LS, Ahearn DG, Barr J, Benjamin WJ, Kiang T, Nicholas JJ, et al., 2013.

History, evolution and evolving standards of contact lens care. Cont Lens

Anterior Eye.36 (Suppl 1): S4-8.

General Optical Council. 2016, BMG Research GOC 2015 Contact Lens Survey,

General Optical Council, United Kingdom.

Grubbs JR, Tolleson-Rinehart S, Huynh K, Davis RM. 2014. A Review of Quality

of Life Measures in Dry Eye Questionnaires. Cornea. 33(2): 215-8.

Guillon M, Maissa C. 2005. Dry Eye Symptomatology of Soft Contact Lens

Wearers and Nonwearers. Optometry and Vision Science. 82(9): 829-34.

Hashemi H, Khabazkhoob M, Kheirkhah A, Emamian MH, Mehravaran S, Shariati

M, Fotouhi A. 2014. Prevalence of dry eye syndrome in adult population. Clin

Exp Ophthalmol. 42(3): 242-8.

Page 70: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

69

Herranz RM, Herran RMC. 2013. Ocular Surface : Anatomy and Physiology,

Disorders and Therapeutic Care, CRC Press, United State of America.

Hisan C. 2016. Hubungan Antara Pemakaian Lensa Kontak Terhadap Kejadian Dry

Eye Syndrome pada Siswa SMA Batik 2 Surakarta. [Skripsi]. Surakarta:

Universitas Sebelas Maret.

Hosaka E, Kawamorita T, Ogasawara Y, Nakayama N, Uozato H, Shimizu K et al.,

2011. Interferometry in the evaluation of precorneal tear film thickness in dry

eye. Am J Ophthalmol. 151(1):18 - 23

Ibrahim YW, Boase DL, Cree IA. 2009. How could contact lens wearers be at risk

of acanthamoeba infection? A Review. Journal of Optometry. 2(2): 60–6.

Ilyas S, Yulianti SR. 2015. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ke-5. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

Jones-Jordan LA, Walline JJ, Mutti DO, J Marjorie, Nichols KK, Nichols JJ,

Zadnik K. 2010. Gas Permeable and Soft Contact Lens Wear in Children.

87(6):414-20.

Kanellopoulos AJ, Asimellis G. 2016. In pursuit of objective dry eye screening

clinical techniques. Eye Vis (Lond): 3(1): 1-7.

Kanski JJ, Browling B. 2011. Lacrimal Drainage System and Dry Eye Disorders.

In: Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 7th ed. Philadelphia:

Elsevier. P. 66-67, 122-123.

Kastelan S, Lukenda A, Salopek-Rabatic J, Pavan J, Gotovac M. 2013. Dry Eye

Symptoms and Signs in Long-Term Contact Lens Wearers. Coll Antropol.

37(1):199-203.

Khurana AK. 2007. Comprehensive Ophthalmology. 4th ed. New Delhi. New Age

International Ltd.

Kunimoto DY, Kanitkar KD, Makar MS. 2004. General ophthalmic problems. In:

The Wills Eye Manual: Office and Emergency Room Diagnosis & Treatment

of Eye Disease. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. p. 344-

5.

Lemp MA, Bron AJ, Baudouin C, Benítez del Castillo JM., Geffen D, Tauber J, et

al. 2011. Tear Osmolarity in the Diagnosis and Management of Dry Eye

Disease. American Journal of Ophthalmology. 151(5):792–8.

Li N, Deng XG, He MF. 2012. Comparison of the Schirmer 1 test with and without

topical anesthesia for diagnosing dry eye. Int J Ophthalmol. 5(4):478-81.

Page 71: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

70

Mathieu AM, Bron AM, Mathieu B, Souchier M, Baudouin FB, Acar N et al. 2014.

Ocular surface assessment in soft contact lens wearers; the contribution of tear

osmolarity among other tests. Acta Ophthalmologica. 92(4): 364-9.

Muntz A, Subbaraman LN, Sorbara L, Jones L. 2015. Tear Exchange and Contact

Lens : A Review. J. Optom. 8(1): 2-11.

Notoatmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Ntola A, Murphy P. 2002. The effect of contact lens wear on corneal sensation.

Minerva Ophthalmol. 44(1): 31-8.

Nusantara KM. 2008. Lensa Kontak. Lions Eye Institute. [Internet] [Accessed Sept

10, 2019]. Received http://www.klinikmatanusantara.com/file/759.pdf

Ozcura F, Aydin S, Helvaci MR. 2007. Ocular Surface Disease Index for the

Diagnosis of Dry Eye Syndrome. Ocular Immunology and Inflammation. 15:

389-93.

Patel S, Blades JK. 2003. The Dry Eye Apractical Approach. ButterWorth-

Heinemann. P. 27-56.

Papas E, Tilia D, McNally J, de la Jara PL. 2015. Ocular Discomfort Responses

after Short Periods of Contact Lens Wear. 92 (6): 665-70.

Phadatare SP, Momin M, Nighojkar P, Askarkar S, Singh KK. 2015. A

comprehensive review on dry eye disease: diagnosis, medical management,

recent developments, and future challenges. Advances in Pharmaceutics.

2015(2):1–12.

Pietersz EL, Sumual V, Rares L. 2016. Penggunaan Lensa Kontak dan Pengaruhnya

terhadap dry eye pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sam

Ratulangi. Jurnal e-Clinic.4(1)

Quraishy MM, Khan B. 2009. Awareness of contact lens care amongmedical

students. Med Channel. 15(4): 85-8.

Riley C, Young G, Chalmers R. 2006. Prevalence of Ocular Surface Symptoms,

Signs and Uncomfortable Hours of Wear in Contact Lens Wearers The Effect

of Refitting with Daily-Wear Silicone Hydrogel Lenses (Senofilcon A). Eye

Contact Lens. 32(6):281–6.

Riordan-Eva P, Whitcher JP. 2009. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Edisi

ke-17. Jakarta: EGC.

Sahai A, Malik P. 2005. Dry Eye : Prevalence and Attributable Risk Factors in a

Hospital-Based Population. Indian J Ophthalmol. 53(2): 87-91.

Page 72: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

71

Sastroasmoro S, Ismael S. 2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi

ke-4.Jakarta: Sagung Seto.

Schaumberg DA, Sullivan DA, Buring JE, Dana MR, 2003. Prevalence of dry eye

syndrome among US women. Am J Ophthalmol. 136:318–326.

Shaharuddin B, Ismail-Mokhtar SF, Hussein E. 2008. Dry Eye in Post-Menopausal

Asian Women on Hormone Replacement Therapy. Int J Ophthalmol. 1(2):158-

60.

Sherwood L. 2014. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 8th ed. Jakarta: EGC.

Shrestha G, Sujakhu D, Shrestha JB, Shrestha JK. 2012. Tear Film Evaluation in

Contact Lens Wearers and Non Wearers. Journal of Institute of Medicine

Nepal. 34(2):14-20.

Singh Brinder G, Singh Brinder H. 2005. Reflex epiphora in patients with dry eye

symptoms: role of variable time Schirmer-1 test. Eur J Ophthalmol. 15: 429-

33.

Sitompul R. 2015. Perawatan Lensa Kontak untuk Mencegah Komplikasi. eJournal

Kedokteran Indonesia. 3(1):80-85.

Solomon A, Dursun D, Liu z, Xie Y, Macri A, Pflugfelder SC. 2001. Pro-and anti-

inflammatory forms of interleukin-1 in the tear fluid and conjungtiva of

patients with dry-eye disease. Invest Ophthalmol Vis Sci. 42(10):2283-92.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Afabeta

Syaqdiyah WH, Prihatningtias R, Saubig AN. 2018. Hubungan Lama Pemakaian

Lensa Kontak dengan Mata Kering. Jurnal Kedokteran Diponegoro.7(2):462-

71.

Syehabudin RN. 2017. Insidensi Dry Eye pada Pengguna Lensa Kontak

Menggunakan Tes Schirmer dan Ocular Surface Disease Index (OSDI)

Terhadap Mahasiswa Pre Klinik PSKPD Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta [skripsi]. Jakarta: UIN Syarif

Hidayatullah

Trbolova A, Ghaffari MS. 2017. Results of the Schirmer tear test performed with

open and closed eyes in clinically normal horses. Acta Vet Scand. 59(1):35.

Unlu C, Guney E, Akcay BIS, Akcali G, Erdogan G, Bayramlar H. 2012.

Comparison of ocular-surface disease index questionnaire, tearfilm break-up

time, and Schirmer test for the evaluation of the tearfilm in computer users

with and without dry-eye symptomatology. Clinical Ophthalmology. 6:1303-

6.

Page 73: PERBEDAAN KUALITAS AIR MATA PADA MAHASISWA …digilib.unila.ac.id/61148/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 13. Sahabatku sejak dibangku sekolah Arum Monita, Melati Fitra, Amalia

72

Wagner P, Lang GK. 2016. A pocket textbook atlas. New York: Thieme Stuttgart

Wakarie PR, Rares L. 2014. Perbandingan Produksi Air Mata Pada Pengguna Lensa

Kontak Dengan Yang Tidak Menggunakan Lensa Kontak. Jurnal e-Clinic.

2(1): 1-6.

Whitcher JP. 2004.The Treatment of Dry Eyes. Br J Ophthalmol. 88(5): 603-4.

Yanoff M, Duker JS. 2014. Opthalmology. 4th ed. UK: Elsevier Saunders.