perbandingan sistem pendidikan ind-jepang i..docx

20
I. SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA Pengertian pendidikan dan jenjang pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi. Jenjang pendidikan Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. A. Jalur, jenjang, dan jenis pendidikan Berkaitan dengan definisi sistem pendidikan nasional tersebut, jelas bahwa sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Ini berarti, meskipun pendidikan nasional terdiri atas beberapa komponen, tetapi tetap merupakan satu kesatuan yang utuh dan

Upload: supriyadi-sgi

Post on 17-Dec-2015

11 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

I. SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA Pengertian pendidikan dan jenjang pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.Jenjang pendidikanJenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.

A. Jalur, jenjang, dan jenis pendidikan

Berkaitan dengan definisi sistem pendidikan nasional tersebut, jelas bahwa sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Ini berarti, meskipun pendidikan nasional terdiri atas beberapa komponen, tetapi tetap merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling melengkapi. Seperti diketahui dalam sistem pendidikan nasional sebagai mana diatur dalam UU Sisdiknas, berikut 3 (tiga) bentuk pendidikan yang diakui dalam pasal 13 ayat (1) UU Sisdiknas :1)Pendidikan formal, adalah jalur pendidikan yang tersktruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.2)Pendidikan nonformal, adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara tersktruktur dan berjenjang.3)Pendidikan informal, adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.Ketiga jalur pendidikan di atas pada dasarnya saling melengkapi dan memperkaya. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa sumber pendidikan tidak semata-mata hanya bersumber dari pendidikan formal, tetapi juga ada sumber-sumber lain yang diakui secara sah sebagaimana dinyatakan dalam UU Sisdiknas yang secara integral dan saling melengkapi.Satuan pendidikan adalah layanan kelompok pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Berikut adalah satuan pendidikan formal.1)Pendidikan Dasar, merupakan jenjang pendidikan yang melandasi pendidikan menengah dan diatur dalam pasal 17 ayat (2) UU Sisdiknas, terdiri atas (1) Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), atau bentuk lain yang sederajat, contoh : Program paket A; Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat, contoh : program paket B.2)Pendidikan Menengah, merupakan lanjutan pendidikan dasar, diatur pada Pasal 18 ayat (3) UU Sisdiknas, terdiri atas : Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), atau bentuk lain yang sederajat, contoh : program paket C, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.3)Pendidika Tinggi, merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencangkup program Diploma, Sarjana, Magister, Spesialis, dan Doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi serta diatur dalam pasal 19, UU Sisdiknas.Sedangkan pasal 20, mengatur bentuk perguruan tinggi yaitu bentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas, dengan penjelasan sebagai berikut :1)Akademik menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam satu cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni tertentu.2)Politeknik menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus.3)Sekolah tinggi menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau vokasi dalam lingkup satu displin ilmu tertentu dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.4)Institut menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan vokasi dalam sekelompok displin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.5)Universitas menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.Selain jalur, jenjang seperti di atas, Sisdiknas juga memiliki 7 (tujuh) jenis pendidikan formal, yang terdiri dari :1)Pendidikan UmumMerupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.2)Pendidikan KejuruanMerupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik, terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.3)Pendidikan AkademikMerupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana dan pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan displin ilmu tertentu.4)Pendidikan profesiMerupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.5)Pendidikan VokasiMerupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu, maksimal setara dengan program sarjana.6)Pendidikan KeagamaanMerupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama.7)Pendidikan KhususMerupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berlainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat dasar dan menengah.Sedangkan Satuan Pendidikan Nonformal, terdiri dari :Pendidikan Kecakapan Hidup(Life Skill), adalah pendidikan yang memberikan kecakapan personal, intelektual, dan vokasional untuk bekerja atau usaha sendiri.Pendidikan Kepemudaan, adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan kader pemimpin bangsa, seperti organisasi pemuda, pendidikan kepanduan/kepramukaan, keolahragaan, palang merah, pelatih kepemimpinan, pecinta alam, serta kewirausahaan.Pendidikan Pemberdayaan Perempuan, adalah pendidikan untuk mengangkat harkat dan martabat perempuan.Pendidikan Kesetaraan, adalah program pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan umum setara SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA yang mencakup program paket A, paket B, dan paket C.Pendidikan Pelatihan Kerja, dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dengan penekanan pada pengusaan keterampilan fungsional yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.Pendidikan anak Usia Dini, diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar dan dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal, seperti Taman Kanak-Kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.Ketentuan mengenai pendidikan nonformal diatur dalam pasal 26 UU Sisdiknas.

5. Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005Peraturan pemerintaha ini mengatur tentang Standar Nasional Pendidikan, sebagaimana yang diamanatkan dalam pasal 35 UU Sisdiknas.Yang dimaksud dengan standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.Standar Nasional Pendidikan ini berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu, dan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat. Pendidikan Nasional yang bermutu diarahkan untuk pengembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab, sebagaimana yang telah ditegaskan dalam pasal 3 UU Sisdiknas.Standar Nasional Pendidikan meliputi :1.Standar isi2.Standar proses3.Standar kompetensi lulusan4.Standar pendidik dan tenaga kependidikan5.Standar sarana dan prasarana6.Standar pengelolaan7.Standar pembiayaan8.Standar penilaian pendidikanBerikut ini dijelaskan pengertian dari 8 (delapan) standar dimaksud :a.Standar ini adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yangdituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompotensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.b.Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.c.Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.d.Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.e.Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolah raga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi, dan berekreasi serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informal dan komunikasi.f.Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.g.Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.h.Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.Dengan ditetapkannya standar pendidikan nasional ini maka kita telah memiliki suatu acuan dasar (benchmark) oelh setiap penyelenggara dan satuan pendidikan, yang diantara lain meliputi kriteria minimal berbagai aspek yang terkait dengan penyelenggara pendidikan. Dalam kaitan ini, kriteria penyelenggaraan pendidikan dijadikan pedoman untuk mewujudkan (1) pendidikan yang berisi muatan yang seimbang dan holistik, (2) proses pembelajaran yang demokratis, mendidik, memotivasi mendorong kreativitas, dan dialogis, (3) hasil pendidikan yang bermutu dan terukur, (4) berkembangnya profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan, (5) tersedianya sarana dan prasarana belajar yang memungkinkan berkembangnya potensi peserta didik secara optimal, (6) berkembangnya pengelolaan pendidikan yang memberdayakan satuan pendidikan, dan (7) terlaksananya evaluasi, akreditasi dan sertifikasi yang berorientasi pada peningkatan secara berkelanjutanSetiap negara sangatlah memerlukan pendidikan dalam menunjang kemajuannya, karena tanpa pendidikan sumber daya manusia tidak akan dapat menjalankan kehidupan sebagai warga negara dengan baik. Pendidikan tidak akan berhasil jika tidak terdapat dasar, tujuan, fungsi, jenjang, juga kurikulum dan pelaksanaannya Oleh karena itu, pendidikan harus diprioritaskan oleh setiap negara demi kelancaran sistem kenegaraannya. Adapun dasar pendidikan di Indonesia yang berpedoman pada UUD 45 dan Pancasila. UUD45 dan Pancasila sangat memegang peranan penting dalam menunjang kemajuan pendidikan di Indonesia, karena di dalam UUD45 dan Pancasila banyak terdapat cita-cita rakyat Indonesia yang terkandung di dalamnya sehingga menjadi pedoman dalam menjalankan suatu pendidikan. Dari dasar pendidikan tersebut maka muncullah tujuan dan fungsi pendidikan di Indonesia. Adapun tujuan pendidikan di Indonesia yaitu meningkatkan ketakwaan, kecerdasan, keterampilan, dan budi luhur, rasa cinta tanah air (patriotisme), memupuk sikap membangun diri sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab membangun masyarakatnya (menurut TAP II/MPR/1983 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara ). Sedangkan fungsi pendidikan di Indonesia adalah mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional.Agar pendidikan dapat berjalan dengan baik, maka peraturan pemerintah mengadakan jenjang pendidikan yang dimulai dari PAUD ( Pendidikan Anak Usia Dini ) hingga perguruan tinggi. Dalam pelaksanaan pembelajaran agar lebih efektif dan efisien, maka seorang pendidik harus menguasai berbagai macam metode dan strategi dalam pembelajaran. Penguasaan metode dan strategi tersebut erat kaitannya dengan cara dan pemahaman seorang pendidik mengenai isi atau materi yang akan diajarkannyaMateri yang akan diajarkan oleh guru sangatlah banyak namun dapat secara umum disebutkan dengan rinci sebagai berikut: a. pendidikan Pancasila; b. pendidikan agama; c. pendidikan kewarganegaraan; d. bahasa Indonesia; e. membaca dan menulis; f. matematika (termasuk berhitung); g. pengantar sains dan teknologi; h. ilmu bumi; i. sejarah nasional dan sejarah umum; j. kerajinan tangan dan kesenian; k. pendidikan jasmani dan kesehatan; l. menggambar; serta m. bahasa Inggris. Semua materi tersebut harus dapat dikuasai oleh masing-masing guru bidang studi yang akan diajarkan kepada anak didik. Jadi pemahaman anak didik terhadap materi-materi tersebut sangat bergantung pada guru yang mengajarkan materi-materi tersebut dan peranan anak didik dalam menyerap ilmu yang diberikan oleh guru. Adapun pelaksanaan pendidikan di Indoonesia adalah sebagai berikut. 1. PAUD ( Pendidikan Anak Usia Dini ) Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:1. Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa. 2. Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolahRentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun. 2. TK/RA Taman kanak-kanak atau disingkat TK adalah jenjang pendidikan anak usia dini (yakni usia 6 tahun atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal. Kurikulum TK ditekankan pada pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Lama masa belajar seorang murid di TK biasanya tergantung pada tingkat kecerdasannya yang dinilai dari rapor per semester. Secara umum untuk lulus dari tingkat program di TK selama 2 (dua) tahun, yaitu: 1. TK 0 (nol) Kecil (TK kecil) selama 1 (satu) tahun 2. TK 0 (nol) Besar (TK besar) selama 1 (satu) tahun Umur rata-rata minimal kanak-kanak mula dapat belajar di sebuah taman kanak-kanak berkisar 4-5 tahun sedangkan umur rata-rata untuk lulus dari TK berkisar 6-7 tahun. Setelah lulus dari TK, atau pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah lainnya yang sederajat, murid kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi di atasnya, yaitu Sekolah Dasar atau yang sederajat. Di Indonesia, seseorang tidak diwajibkan untuk menempuh pendidikan di TK (Taman-taman Kanak)3. Sekolah Dasar ( SD ) Sekolah dasar (disingkat SD; Inggris: Elementary School) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Saat ini murid kelas 6 diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (dahulu Ebtanas) yang memengaruhi kelulusan siswa. Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama (atau sederajat). Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun. Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun. 4. Sekolah Menengah Pertama ( SMP ) Pelaksanaan pendidikan di Indonesia sangat baik dan sesuai dengan perkembangan negaranya yang menghadapi berbagai kemajuan teknologi seperti zaman sekarang ini. Namun semua itu hanyalah cita-cita yang diharapkan oleh warga negara Indonesia, karena sumber daya manusia di Indonesia dengan berbagai macam profesi yang ada lebih mengutamakan kepentingan pribadi semata. Hal itu terlihat dari banyaknya oknum yang mementingkan kesejahteraan individu. Contohnya: menyalahgunakan subsidi untuk warga miskin, korupsi merajalela, bahkan untuk mendapatkan gelar PNS banyak yang tidak jujur dengan menggunakan berbagai macam cara untuk meraihnya.

II. Sistem Pendidikan Jepang

Dalam hal ini, mungkin kita tidak akan merasa asing, karena pola pendidikan di Jepang bisa dibilang sama persis dengan pola pendidikan di Indonesia, yaitu pola 6-3-3-4Sistem pendidikan di Jepang dibangun atas empat tingkat, yaitu: pusat, perfektual (antara Provinsi dan Kabupaten), municipal (antara Kabupaten dan Kecamatan), dan sekolah. Sistem administrasi tersebut menerapkan kombinasi antara sentralisasi, desentralisasi, Manajemen Berbasis Sekolah (School Based Management), dan partisipasi masyarakat. Di samping itu, terdapat asosiasi-asosiasi kepala sekolah, guru, murid, dan orang tua yang mendukung pengembangan sekolah. Dalam sistem tersebut terdapat peran dan hubungan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, sekolah, asosiasi-asosiasi tersebut, dan masyarakat yang saling mengisi sehingga tercipta sinergi yang memungkinkan sistem tersebut menjadi relatif efisien dan efektif. Hal ini merupakan faktor utama pencapaian mutu pendidikan di Jepang yang relatif tinggiPendidikan PrasekolahPendidikan prasekolah dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu Kelompok Bermain (KB) atau Play Group (PG) dan Taman Kanak-Kanak (TK).Pendidikan Wajib Hampir semua siswa di Jepang belajar bahasa Inggris sejak tahun pertama SMP, dan kebanyakan mempelajarinya paling tidak selama 6 tahun. Mata pelajaran wajib di SMP adalah bahasa Jepang, ilmu-ilmu sosial, matematika, sains, musik, seni rupa, pendidikan jasmani, dan pendidikan kesejahteraan keluarga. Berbagai mata pelajaran tersebut diberikan pada waktu yang berlainan setiap hari selama seminggu sehingga jarang ada jadwal pelajaran yang sama pada hari yang berbeda.Pendidikan Menengah AtasAda tiga jenis SMA, yaitu:full time, part time(terutama malam hari), dan tertulis. Sekolah menengah yangfull timeberlangsung selama 3 tahun, sedangkan kedua jenis sekolah lainnya menghasilkan diploma yang setara. Bagian terbesar siswa mendapat pendidikan menengah atas di SMAfull time.Jurusan di SMA dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis berdasarkan pola kurikulum, yaitu jurusan umum (akademis), pertanian, teknik,PERDAGANGAN, perikanan,home economic,dan perawatan. Untuk masuk ke salah satu jenis sekolah tersebut, siswa harus mengikuti ujian masuk dan membawa surat referensi dari SMP tempat ia lulus sebelumnya.Pendidikan TinggiPendidikan tinggi di Jepang berada di bawah pengelolaan tiga lembaga, yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pihak swasta. Ada lima jenis pendidikan tinggi yang bisa dipilih mahasiswa asing di negara Jepang ini, yaitu: program sarjana, pascasarjana, diploma (non gelar), akademi, dan sekolah kejuruan. Program sarjana menerima tiga macam mahasiswa, yaitu: mahasiswa reguler, mahasiswa pendengar, dan mahasiswa pengumpul kredit. Mahasiswa reguler adalah mereka yang belajar selama 4 tahun, kecuali jurusan kedokteran yang harus menempuh 6 tahun. Mahasiswa pendengar adalah mahasiswa yang diijinkan mengambil mata kuliah tertentu dengan syarat dan jumlah kredit yang berbeda di setiap universitas tetapi kredit itu tidak diakui. Adapun mahasiswa pengumpul kredit hampir sama dengan mahasiswa pendengar, tetapi kreditnya diakui.Sedangkan program pascasarjana terdiri atas program Master, Doktor, Mahasiswa Peneliti, Mahasiswa Pendengar, dan Pengumpul Kredit. Mahasiswa Peneliti adalah mahasiswa yang diijinkan melakukan penelitian dalam bidang tertentu selama 1 semester atau 1 tahun tanpa tujuan mendapatkan gelar. Program ketiga adalah diploma, yang lama pendidikannya 2 tahun. Enam puluh persen dari program ini diperuntukkan bagi pelajar perempuan dan mengajarkan bidang-bidang seperti kesejahteraan keluarga, sastra, bahasa, kependidikan, kesehatan, dan kesejahteraan. Akademi atauspecial training academyadalah lembaga pendidikan tinggi yang mengajarkan bidang-bidang khusus, seperti keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaan atau kebidupan sehari-hari dengan lama pendidikan antara 1 sampai 3 tahun. Adapun sekolah kejuruan adalah program khusus untuk lulusan SMP dengan lama pendidikan 5 tahun dan bertujuan membina teknisi yang mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.Berikut ini adalah persamaan dan perbedaan Sistem Pendidikan Indanesia dan Jepang:1. Pada umumnya jenjang pendidikan di Indonesia, Jepang, memiliki kesamaan. Kedua negara tersebut juga sama sama menerapkan wajib belajar sembilan tahun. Namun untuk jenjang sarjana di Jepang hanya memerlukan waktu studi 4 tahun. Perbedaan yang sangat mencolok antara pendidikan di Indonesia dan di negara lain terletak pada kesan prestige jika dapat memasuki universitas, sehingga siswa berlomba lomba masukke universitas bergengsi walaupun dengan kemampuan rendah. Di Jepang siswa siswa yang memiliki kemampuan rendah diarahkan untuk memasuki sekolah sekolah vokasi untuk mempersiapkan diri masuk ke dunia kerja, sehingga kemampuan kemampuan siswa benar benar dimaksimalkan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

2. Anggaran biaya pendidikan di In donesia memiliki kesamaan dengan Finlandia yaitu sekitar 20 % dari total anggaran belanja negara, sedangkan untuk Jepang, pemerintah memberikan anggaran biaya pendidikan yang cukup tinggi, yaitu sekitar 31,6 % dari total anggaran belanja negara. Dalam aspek pembiayaan pendidikan, Jepang dan Indonesia memiliki kesamaan, yaitu penggratisan biaya pada jenjang pendidikan dasar. Sedangkan untuk jenjang selanjutnya siswa harus mengeluarkan biaya pribadi. Namun biaya pendidikan di Jepang tergolong rendah dibanding dengan Amerika dan Inggris. Sedangkan di Finlandia pemerintah menggratiskan biaya pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga universitas dan segala keperluan yang berhubungan dengan pendidikan, misalnya makan siang, ongkos transportasi, dan buku.

3. Untuk tenaga pendidik yaitu guru, , di Jepang, guru juga merupakan profesi yang sangat dihormati. Walaupun kualifikasi guru dijepang lebih rendah daripada , proses perekrutan guru di Jepang juga sangat ketat. Untuk di Indonesia sendiri, sedang digalakkan program program untuk peningkatan kualitas guru. Program terbaru dari pemerintah ialah, adanya program PPG untuk mendapatkan sertifikat mengajar bagi guru. Kesejahteraan guru di Jepang juga jauh diatas Indonesia jika dilihat dari jumlah gaji yang diterima.

4. Pada dasarnya kurikulum matematika di Indonesia, Jepang, sama. Namun di Indonesia saat ini masih menekankan pada kuantitas pembelajaran bukan kualitas. Materi pembelajaran matematika di Indonesia jauh lebih banyak daripada di jepang

5. Untuk proses pembelajaran, pada intinya sama yaitu berfokus pada peserta didik. Namun pada kenyataannya di Indonesia masih banyak pembelajaran yang berfokus pada guru. Jumlah mata pelajaran yang dipelajari di Indonesia lebih banyak daripada di Jepang. Lagi lagi Indonesia masih menekankan kuantitas daripada kualitas.

6. Pada sistem evaluasi terdapat perbedaan yang mencolok antara Indonesia dengan Jepang. Sistem evaluasi di Indonesia cenderung membuat siswa tertekan dengan segala kriteria yang ada. Sedangkan di Finlandia menekankan pada progress belajar siswa itu sendiri, sehingga siswa tidak merasa tertekan. Adanya sistem peringkat juga membuat siswa dengan peringkat bawah merasa minder dan secara psikologi perasaan perasaan tersebut dapat menghambat proses belajar siswa.

7. Saran dan harapan untuk Kemajuan Pendidikan di IndonesiaPada umumnya sistem pendidikan di Indonesia sudah bagus apabila dilaksanakan sesuai dengan aturan ideal yang berlaku. Misalnya pada kurikulum 2013 yang menekankan adanya pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Namun kenyataannya proses pembelajaran yang berlangsung belum sesuai dengan idealnya. Hal ini disebabkan karena adanya faktor-faktor penghambat seperti kurangnya kesiapan guru, faslitas pendidikan yang kurang memadai, dan karakter karakter masyarakat Indonesia yang kurang mendukung. Kekurangan lainnya yaitu pada sistem evaluasi yang masih menekankan pada kuantitas bukan kualitas.Hal penting yang bisa dijadikan masukan untuk kemajuan pendidikan di Indonesia yaitu penekanan pada kualitas pendidikan bukan kuantitas. Misalnya dengan pengurangan materi pelajaran pada setiap jenjang pendidikan, pengurangan jam pelajaran yang disesuaikan dengan tahap perkembangan peserta didik, dan sistem evaluasi pendidikan yang tidak menekankan penilaian pada suatu kuantitas tertentu (nilai tertentu). Selain itu pemerintah perlu meningkatkan profesionalitas guru dengan program program yang berkualitas. Misalnya dengan program perekrutan guru dengan kualifikasi yang di perketat dan pembatasan program jurusan guru di universitas sehingga guru guru yang dihasilkan lebih profesional dan berkualitas