perbandingan model pembelajaran blended learning …repository.unj.ac.id/2366/11/full...
TRANSCRIPT
-
PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN BLENDED
LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN SAINTIFIK
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X TKJ PADA
MATA PELAJARAN PEMROGRAMAN WEB DI SMKN 26
JAKARTA
Nur Hidayatulah
5235129014
Skripsi Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan
PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2015
-
ii
PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN BLENDED LEARNING
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL
BELAJAR SISWA KELAS X TKJ PADA MATA PELAJARAN
PEMROGRAMAN WEB DI SMKN 26 JAKARTA
NUR HIDAYATULAH
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan model pembelajaran
Blended Learning dengan model pembelajaran Saintifik terhadap hasil belajar
siswa pada mata pelajaran pemrograman web. Penelitian dilakukan di SMKN 26
Jakarta, dilaksanakan pada bulan Agustus - Nopember 2015. Mata pelajaran
pemrograman web merupakan salah satu mata pelajaran menuntut siswa tidak
hanya menguasai konsep pemrograman web, tetapi juga memiliki skill dalam
penerapan pemrograman web itu sendiri. Dalam penerapannya untuk mendapatkan
metode yang tepat agar tercapainya indikator ketuntasan minimal. Model Blended
Learning merupakan metode yang menerapkan siswa lebih aktif dan guru hanya
sebagai fasilitator dengan memanfaat fasilitas e-learning . Penelitian ini
menggunakan metode eksperimen, diberikan perlakuan terhadap kedua kelas
dengan berbeda perlakuan. Masing – masing kelas terdiri dari 32 siswa.
Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling. Untuk kelas
eksperimen diterapkan di kelas X TKJ 1 dan untuk kelas kontrol diterapkan di kelas
X TKJ 2, untuk mendapatkan data penelitian ini menguji siswa dengan tes akhir
untuk mengukur kemampuan kognitif dengan tes pilihan ganda. Berdasarkan hasil
penelitian didapatkan siswa yang diterapkan Blended Learning mendapatkan nilai
rata-rata 89,06, sedangkan siswa yang diterapkan model Pndekatan Saintifk
mendapatkan nilai rata-rata 78,34. Dengan demikian hipotesis 𝐻0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar pemrograman
web siswa yang signifikan antara yang diajarkan menggunakan model Blended
Learning dengan yang diajarkan menggunakan model Pembelajaran Saintifik
dilihat dari nilai rata-rata lebih tinggi model Blended Learning dibandingkan hasil
belajar siswa dengan model Pembelajaran Saintifik.
Kata Kunci : Model Blended Learning, Model Pembelajaran Saintifik, Hasil
Belajar.
-
iii
LEARNING BLENDED LEARNING MODEL DIFFERENCES WITH
MODEL APPROACH TO LEARNING OUTCOMES SCIENTIFIC CLASS
X TKJ SUBJECT TO THE WEB PROGRAMMING IN SMK 26 JAKARTA
NUR HIDAYATULAH
ABSTRACT
This study aims to determine differences in learning models Blended Learning on
learning outcomes of students on the subjects of web programming. The study was
conducted at SMK 26 Jakarta, conducted in August-November 2015. The subjects
of web programming is one of the subjects require students not only master the
concepts of web programming, but also have web programming skills in the
application itself. In its application to get the right methods in order to achieve a
minimum completeness indicator. Blended Learning Model is a method of applying
the more active students and teachers as facilitators to capitalize on e-learning
facilities. This study used an experimental method, is given second-class treatment
of the different treatments. Each - each class consists of 32 students. Sampling using
random sampling. Applied to the experimental class in the class X TKJ 1 and
applied to the control class in Class X TKJ 2, to obtain the data of this study to test
the students with a final test to measure cognitive abilities with multiple-choice
tests. Based on the results of students who applied Blended Learning obtain an
average value of 89.06, while students who applied models Scientific Approach
obtain an average value of 78.34. Thus the hypothesis H_ (0) rejected, so it can be
concluded that there are differences in the results of learning web programming
students significant among which are taught using models Blended Learning by
being taught using a model approach Scientific seen from the average value of the
higher models of Blended Learning compared learning outcomes students with
models of Scientific Learning.
Keywords: Blended Learning Model, Scientific Learning Model, Learning
Outcomes.
-
iv
HALAMAN PENGESAHAN
NAMA DOSEN TANDA TANGAN TANGGAL
Dr. Yuliatri Sastrawijaya, M.Pd
(Dosen Pembimbing I)
...............................
.............................
Drs.Bachren Zaini, M.Pd
(Dosen Pembimbing II)
...............................
.............................
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
NAMA DOSEN TANDA TANGAN TANGGAL
Prasetyo Wibowo Y, M.Eng
(Ketua Penguji)
...............................
.............................
Drs. Mufti Ma’sum, M.Pd
(Dosen Ahli)
...............................
.............................
Bambang Prasetya A, M.Kom
(Sekretaris)
...............................
.............................
Tanggal Lulus :
-
v
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Karya tulis skripsi saya ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik sarjana, baik di Universitas Negeri Jakarta
maupun di perguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
berlaku di Universitas Negeri Jakarta.
Jakarta, 8 Desember 2015
Yang membuat pernyataan
Nur Hidayatulah
5235129014
-
vi
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga akhirnya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya
Skripsi yang berjudul “Perbandingan Model Pembelajaran Blended Learning
Dengan Model Pembelajaran Saintifik Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X TKJ
Pada Mata Pelajaran Pemrograman Web Di SMKN 26 Jakarta” ini ditulis untuk
memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pada Universitas
Negeri Jakarta.
Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penulis menyampaikan rasa
hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus dan ikhlas
telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini, terutama kepada :
1. Dr. Yuliatri Sastrawijaya , M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Teknik Informatika dan Komputer dan Dosen Pembimbing Pertama Yang
Selalu Membimbing Sampai Skripsi Selesai.
2. Drs. Bachren Zaini, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Kedua dan Dosen
Teknik Elektro Universitas Negeri Jakarta.
3. Prasetyo Wibowo Y., M.Eng selaku Dosen Pembimbing Akademik di
Universitas Negeri Jakarta.
Terima kasih juga saya ucapkan kepada ayah dan ibu, adik-adik tercinta,
teman-teman Alih Program PTIK 2012 serta Asri Aprilia yang selalu mendoakan
dan memberikan semangat. Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada
SMKN 26 Jakarta atas bantuan dan kerjasamanya.
Peneliti menyadari skripsi ini masih banyak kekurangannya baik bentuk, isi
maupun teknik penyajiannya, oleh sebab itu kritikan yang bersifat membangun dari
berbagai pihak peneliti terima dengan tangan terbuka serta sangat diharapkan.
Semoga kehadiran skripsi ini memenuhi sasarannya.
Jakarta, November 2015
Penulis
-
vii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK. ..................................................................................................... ii
ABSTRACT .................................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN PERNYATAN........................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
1.2.Identifikasi Masalah ............................................................................. 5
1.3.Pembatasan Masalah ............................................................................ 5
1.4.Perumusan Masalah ............................................................................. 6
1.5.Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
1.6.Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
BAB II : KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
2.1.Kajian Teori ........................................................................................ 7
2.1.1. Definisi Belajar ....................................................................... 7
2.1.2. Definisi Hasil Belajar ............................................................... 8
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar .................... 14
2.2.Pemrograman Web ............................................................................... 15
2.3.Model Pembelajran .............................................................................. 18
2.3.1. Definisi Blended Learning ....................................................... 20
-
viii
2.3.2. Teori Belajar yang Melandasi Pembelajarn Blended Learning 22
2.3.2.1.Teori Kognitif..................................................................... 22
2.3.2.2.Teori Kontruksivisme......................................................... 23
2.3.3. Komponen Blended Learning ................................................. 25
2.3.3.1.Pembelajaran Tatap Muka (Pembelajaran Saintifik) ......... 25
2.3.3.2.Online Learning (E-Learning) ........................................... 27
2.3.4. Karakteristik Blended Learning ............................................... 30
2.3.5. Lima Kunci Blended Learning ................................................. 33
2.3.6. Implementasi Blended Learning .............................................. 35
2.3.7. Kelebihan dan Kekurangan Blended Learning ........................ 36
2.3.7.1.Kelebihan Blended Learning ............................................. 36
2.3.7.2.Kekurangan Blended Learning .......................................... 36
2.4.Kerangka Berpikir ................................................................................ 37
2.5.Hipotesis Penelitian .............................................................................. 40
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Deskripsi Lokasi ................................................................................... 41
3.2. Waktu ................................................................................................... 41
3.3. Metode Penelitian ................................................................................. 41
3.4. Desain Penelitian .................................................................................. 42
3.5. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................... 45
3.5.1. Populasi .................................................................................... 45
3.5.2. Teknik Pengambilan Sampel .................................................... 45
3.6. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 46
3.7. Instrumen Penelitian ............................................................................. 47
3.8. Uji Instrmen Penelitian ......................................................................... 49
3.8.1. Pengukuran CVR ...................................................................... 50
3.8.2. Pengujian Reliabilitas ............................................................... 50
3.8.3. Pengujian Validitas Reliabilitas ............................................... 52
3.8.4. Uji Tingkat Kesukaran ............................................................. 53
3.8.5. Daya Pembeda Soal .................................................................. 54
3.8.6. Instrumen Akhir........................................................................ 55
3.9. Teknik Analisis Data ............................................................................ 55
-
ix
3.9.1. Uji Normalitas .......................................................................... 55
3.9.2. Uji Homogenitas ....................................................................... 56
3.9.3. Uji Analisis Data ...................................................................... 56
3.10. Hipotesis Statistik .............................................................................. 57
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.Deskripsi Data Hasil Penelitian ............................................................ 58
4.1.1. Hasil Belajar Pemrograman Web Kelas Eksperimen ................. 58
4.1.2. Hasil Belajar Pemrograman Web Kelas Kontrol ........................ 60
4.2.Pengujian Persyaratan Analisis ............................................................ 61
4.2.1. Uji Normalitas Data .................................................................... 61
4.2.2. Uji Homogenitas Data ................................................................ 62
4.3.Pengujian Hipotesis .............................................................................. 63
4.4.Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................... 64
4.5.Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 68
BAB V : PENUTUP
5.1.Kesimpulan ........................................................................................... 70
5.2.Saran ..................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 72
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 74
-
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Nilai Siswa X TKJ Tahun ajaran 2014/2015 ................................... 3
Tabel 2.1 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar .......................................... 17
Tabel 2.2. Karakteristik dan setting blended learning pada setiap kuadran .... 31
Tabel 3.1. Pembagian Kelompok Penelitian .................................................... 42
Tabel 3.2. Perlakuan Yang Diberikan Pada Kelompok Eksperimen Dan Kelompok
Kontrol Selama Penelitian................................................................................ 44
Tabel 3.3. Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda Mata Pelajaran Pemrograman Web .. 47
Tabel 3.4. Kriteria Pengujian ........................................................................... 51
Tabel 3.5. Kriteria Tingkat Kesukaran ............................................................. 53
Tabel 3.6. Kriteria Daya Beda ......................................................................... 54
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen .......................................... 59
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol ................................................ 60
Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas dengan Lilefors ............................................. 62
Tabel 4.4. Hasil Uji Homogenitas dengan Fisher ............................................ 63
Tabel 4.5. Hasil Uji-t ........................................................................................ 64
-
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Blended Learning ........................................................................ 20
Gambar 2.2. Karakteristik blended learning dengan pendekatan konstruktif . 31
Gambar 2.3. Menciptakan Pembelajaran Berpusat Peserta didk dengan Penerapan
Blended Learning ............................................................................................. 35
Gambar 2.4. Kerangka Berpikir ....................................................................... 39
Gambar 4.1. Grafik Histogram Kelas Eksperimen .......................................... 60
Gambar 4.2. Grafik Histogram Kelas Kontrol ................................................. 61
-
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Materi Pembelajaran .................................................................... 75
Lampiran 2. Silabus ......................................................................................... 127
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen .............. 130
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol .................... 145
Lampiran 5. Hasil Uji CVR ............................................................................. 157
Lampiran 6. Instrumen Soal Sebelum Validitas .............................................. 158
Lampiran 7. Validitas ....................................................................................... 165
Lampiran 8. Uji Tingkat Kesukaran ................................................................ 168
Lampiran 9. Uji Reliabilitas ............................................................................ 169
Lampiran 10. Instrumen Soal Sesudah Validitas ............................................. 171
Lampiran 11. Uji Normalitas.Kelas Eksperimen ............................................ 178
Lampiran 12. Uji Normalitas.Kelas Kontrol .................................................... 179
Lampiran 13. Uji Homogenitas ........................................................................ 180
Lampiran 14. Distribusi Kelas Eksperimen ..................................................... 181
Lampiran 15. Distribusi Kelas Kontrol ............................................................ 183
Lampiran 16. Uji Teknik Analisis Data ........................................................... 185
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan kualitas
sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan oleh setiap Negara.
Pendidikan merupakan program strategis jangka panjang yang pada
penyelenggaraannya harus mampu menjawab kebutuhan serta tantangan secara
nasional. Selain itu, memasuki era globalisasi saat ini, pendidikan juga harus
mampu menjawab kebutuhan serta tantangan secara global. Era globalisasi
tentunya menuntut setiap aspek memiliki kemampuan berdaya saing termasuk
aspek teknologi, menejemen, maupun sumber daya manusia.
Salah satu tingkatan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan
kejuruan pada jenjang pendidikan lanjut ialah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
SMK Negeri 26 merupakan sekolah kejuruan dalam bidang teknologi yang
memiliki beberapa program keahlian, yang salah satunya ialah Teknik Komputer
Jaringan (TKJ) yang terbagi dalam empat tingkatan kelas yaitu kelas X TKJ, XI
TKJ, XII TKJ, dan XIII TKJ. Masing-masing kelas berisi 30-32 siswa dan terbagi
dalam dua kelas tiap tingkatan.1
Menjadi guru yang profesional adalah suatu hal yang sulit namun wajib
diwujudkan. Begitu banyak guru yang profesional namun tidak memiliki
kemampuan pedagogis yang baik. Kemampuan pedagogis diantaranya kemampuan
untuk menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran dan memfasilitasi
1 Hasil observasi dan wawancara
-
2
pengembangan potensi siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimiliki. Oleh karena itu kebutuhan akan kemampuan guru dalam mengkombinasi
berbagai sumber belajar, penggunaan metode yang tepat serta penguasaan materi
mutlak diperlukan. Sementara guru berperan sebagai fasilitator dan motivator
dalam pembelajaran. lewat peran tersebut maka guru mestinya aktif
mengembangkan konsep dan metode pembelajaran yang interaktif dan bermakna
bagi siswa. Namun sebagian besar guru masih menggunakan model pembelajaran
Pembelajaran Saintifik seperti pembelajaran tatap muka (face to face learning).
Tuntutan dan peradaban telah mengalami pergeseran dari dunia analog menuju
dimensi digital lewat kemajuan teknologi informasi yang begiru pesat. Pada saat
yang bersamaan guru ditantang untuk memadukan model pembelajaran tradisional
dan kemajuan teknologi informasi untuk mengimbangi gaya belajar siswa yang
beragam.
Pemerintah mendorong konsep pendidikan berbasis kompetensi dan
mendorong pertumbuhan sekolah pendidikan kejuruan (SMK) lewat upaya yang
masif dengan membalik rasio SMU dan SMK menjadi 33 : 67 pada tahun 2015.
Berbagai langkah strategis dilakukan pemerintah mulai pembangunan fasilitas
pendidikan kejuruan seperti gedung sekolah, alat dan bahan praktik sampai
peningkatan kualitas guru lewat program diklat dan beasiswa.
Pada saat peneliti melakukan observasi awal dan wawancara terhadap guru
dan siswa kelas X TKJ SMKN 26 Jakarta, ditemukan bahwa dalam pencapaian dari
setiap indikator kompetensi yang ada pada mata pelajaran pemrograman web,
beberapa siswa masih melakukan remedial agar indikator kompetensi bisa
didapatkan sesuai dengan standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).Hal ini
-
3
dibuktikan dengan nilai KKM untuk mata pelajaran pemrograman web adalah 76,
namun 28,125% siswa masih belum mencapai nilai dari KKM, dimana menurut SK
KKM Nomor : 800.2/839 adalah KKM yang harus dicapai untuk mata pelajaran
Pemrograman Web adalah 76. Adapun untuk mencapai nilai KKM tersebut, siswa
melakukan remedial.
Tabel 1.1 memperlihatkan hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran
Pemrograman Web, dengan Standar Kompetensi Pemformatan teks dan tabel
halaman web.
Tabel 1.1 Nilai Siswa Kelas X TKJ Semester Ganjil Tahun Ajaran 2014/2015
Mata Pelajaran Pemrograman Web
No Nilai Keterangan Frekuensi Persentase
1 90 – 100 Sangat Baik 5 15,625
2 80 – 89 Baik 13 40,625
3 70 – 79 Cukup 4 12,5
4
-
4
Web menjadi kurang efektif dan optimal.
Berdasarkan uraian diatas diperlukan tenaga pendidik yang mempunyai
kualifikasi dan kemampuan mengajar serta mendidik secara profesional. Oleh
karena itu peran guru pada saat proses belajar dan mengajar harus mengikuti setara
dengan kemajuan teknologi, untuk itu maka diperlukan suatu strategi dalam
penyampaian belajar siswa dalam mata pelajaran Pemrograman Web.
Untuk mengatasi permasalahan yang ada di atas agar dapat tercapainya
tujuan pembelajaran baik dan efektif tentunya dibutuhkan model dan strategi
pembelajaran yang tepat untuk diterapkan pada mata pelajaran yang diajarkan.
Pembelajaran yang lebih memfokuskan pada siswa dalam proses pembelajaran dan
memanfaatkan teknologi informasi yaitu internet sebagai fasilitas yang dapat
mendukung pembelajaran. Pembelajaran yang mengkombinasikan aspek dari
pembelajaran di kelas (tatap muka) dan pembelajaran online dengan untuk
meningkatkan pembelajaran mandiri secara aktif oleh siswa dan mengurangi
jumlah tatap muka di kelas. Salah satunya dengan menggunakan model
pembelajaran Blended Learning .
Peneliti berpendapat bahwa model Pembelajaran Blended Learning dapat
membantu kegiatan belajar mengajar dengan cara membangun ide ide kreatif yang
ingin dikembangkan oleh siswa melalui bahan ajar yang diperoleh siswa selalu up
to date, guru juga dapat mengontrol materi yang dikuasai oleh siswa baik dalam
pembelajaran tatap muka maupun online. Kegiatan belajar menjadi lebih efektif,
dan efesien dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi serta
dengan menustaskan pembelajaran yang belum disampaikan melalu tatap muka di
kelas.
-
5
Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin menerapkan model pembelajaran
Blended Learning untuk melihat perbandingan hasil belajar siswa kelas X TKJ
dengan model pembelajaran Pembelajaran Saintifik pada mata pelajaran
Pemrograman web di SMKN 26 Jakarta
1.2. Identifikasi Masalah
Diatas telah dijelaskan bahwa pemilihan metode yang dapat membantu anak
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. Berdasarkan hal tersebut maka
akan timbul pertanyaan – pertanyaan sebagai berikut :
1.2.1. 28,125% siswa kelas X TKJ di SMKN 26 Jakarta nilai mata pelajaran
pemrograman web yang masih belum mecapai nilai dari KKM.
1.2.2. Kurangnya tatap muka di kelas oleh guru dan sebagian siswa yang masih
kurang memahami bahasa pemrograman web kurang aktif.
1.2.3. Proses pembelajaran pada mata pelajaran pemrograman web masih berjalan
monoton.
1.3. Pembatasan masalah
Mengingat terbatasnya waktu yang tersedia dalam penelitian ini, maka
penulis membatasi masalah yang diteliti yaitu :
1.3.1. Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas X TKJ 1 dan X TKJ 2 di SMKN
26 Jakarta.
1.3.2. Ruang lingkup materi ajar penelitian ini dibatasi pada Pemformatan teks dan
tabel halaman web.
1.3.3. Penelitian ini difokuskan terhadap perbandingan model Blended Learning
terhadap hasil belajar siswa dengan model Pembelajaran Saintifik.
-
6
1.4. Perumusan masalah
Sesuai dengan pembatasan masalah yang telah diutarakan di dalam
pembatasan masalah, rumusan masalahnya adalah “Apakah terdapat perbandingan
model pembelajaran Blended Learning dengan model Pembelajaran Saintifik
terhadap hasil belajar siswa kelas X TKJ pada mata pelajaran pemrograman web
di SMKN 26 Jakarta?”
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.5.1. Untuk memberikan proses belajar mengajar yang lebih variatif, efektif dan
efisien kepada siswa kelas X TKJ di SMKN 26 Jakarta pada mata pelajaran
pemrograman web.
1.5.2. Untuk mengetahui terdapat perbandingan hasil belajar siswa dengan
menggunakan model Pembelajaran Blended Learning dengan model
Pembelajaran Saintifik
1.6. Manfaat Penelitian.
Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat pada hal-hal berikut ini :
1.6.1. Dapat mengetahui model pembelajaran Blended Learning untuk
meningkatkan keaktifan belajar siswa dan pembelajaran yang efektif.
1.6.2. Hasil penelitian ini dapat menjadikan bahan masukan bagi guru dalam
menentukan strategi pembelajaran yang sesuai.
1.6.3. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perencanaan, peningkatan dan
pengembangan sistem pengajaran berbasis online di SMKN 26 Jakarta.
-
7
BAB II
KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
2.1. Kajian Teoritis
2.1.1. Definisi Belajar
Learning is relatively permanent change in behavior that result from past
experience or purposeful instruction. Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang
relatif menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari
pembelajaran yang bertujuan/ direncanakan. 2 Menurut Agus Suprijono adalah
perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman. Salah
satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan
tingkah laku dalam dirinya. Sedangkan menurut Winarso bahwa belajar adalah
suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang dan berlangsung
sepanjang hidupnya (life long education). Proses belajar dapat terjadi kapan saja
dan di mana saja terlepas dari ada yang mengajar atau tidak. Proses belajar terjadi
karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Salah satu pertanda bahwa
seseorang telah belajar adalah adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan yang
dimaksud adalah perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan
(psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).3
Jika belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan maka siswa semestinya
didorong untuk aktif mengkonstruksi pengetahuan yang akan didapatkannya dan
mencoba menemukan berbagai jawaban dari permasalah yang ditemuinya. Salah
2 Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghlmia Indonesia,
2010), hlm. 4. 3 Winarso dkk, Teknik Evaluasi Multimedia Pembelajaran, (Malang: Genius Prima Media, 2009),
hlm. 1.
-
8
satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan dalam
dirinya. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang bersifat pengetahuan
(kognitif) dan keterampilan (psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan
sikap (afektif)
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa belajar adalah aktivitas mental yang
berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya yang menghasilkan
perubahan bersifat relative konstan, dalam hlm ini adalah lingkungan kelas pada
saat proses belajar untuk memperoleh tujuan yang dikehendaki yaitu pengetahuan
(kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif) berdasarkan
pengalaman masa lalu.
2.1.2. Definisi Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hal terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana
menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah
laku dan sebagai umpan balik dalam upaya memperbaiki proses belajar mengajar.
Tingkah laku sebagai hasil belajar dala pengertian luas mencakup bidang kognitif,
afektif dan psikomotor.4 Dimyati dan Mudjiono juga menyebutkan hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi
guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa,
hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.5
Nana Sudjana mengutip pendapat Benyamin S.Bloom yang membagi hasil
belajar menjadi tiga ranah,yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotorik.6
4 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakaya, 2009),
hlm. 3. 5 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 3-4. 6 Sudjana, op.cit., hlm. 22-31.
-
9
a. Ranah kognitif
Ranah kognitif berkenan dengan hasil belajar intelektual yang terdir dari
enam aspek, kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan kempat
aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Keenam jenjang atau aspek
yang dimaksud adalah :
1) Pengetahuan, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik
untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta
atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Kata
kerja operasional yang dapat digunakan, diantaranya mendefinisikan,
memberikan, mengidentifikasikan, memberi nama, menyusun daftar,
mencocokan, menyebutkan, membuat garis besar, meyatakan kembali,
memilih, dan menyatakan.
2) Pemahaman, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik
untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang
disampaikan guru dan memanfaatkannya tanpa harus
menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan
lagi menjadi tiga, yakni menerjemahkan, menafsirkan, dan
mengekstrapolasi. Kata kerja operasional yang dapat digunakan,
diantaranya mengubah, mempertahankan, membedakan,
memprakirakan, menjelaskan, menyatakan secara luas,menyimpulkan,
memberi contoh, melukiskan kata-kata sendiri, meramalkan,
menuliskan kembali, dan meningkatkan.
3) Aplikasi, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
-
10
menggunakan ide-ide umum. Tata cara ataupun metode, prinsip, dan
teori-teori dalam situasi baru dan konkret. Kata kerja operasional yang
dapat digunakan, diantaranya mengubah, menghitung,
mendemonstrasikan, mengungkapkan, mengerjakan dengan teliti,
menjalankan, memanipulasikan, menghubungkan, menunjukan,
memecahkan, dan menggunakan.
4) Analisis, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur
atau komponen pembentukannya. Kemampuan analisis dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu analisis unsur, analisis hubungan, dan analisis
prinsip-prinsip yang terorganisasi. Kata kerja operasional yang dapat
digunakan, di antaranya mengurai, membuat diagram, memisah-
misahkan, menggambarkan kesimpulan, membuat garis besar,
menghubungkan, memerinci.
5) Sintesis, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai
factor. Hasil yang diperoleh dapat berupa tulisan, rencana atau
mekanisme. Kata kerja operasional yang dapat digunakan, di antaranya
menggolongkan, menggabungkan, memodifikasi, menghimpun,
menciptakan, merencanakan, merekontruksikan, menyusun,
membangkitkan, mengorganisasikan, merevisi, menyimpulkan dan
menceritakan.
6) Evaluasi, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan atau konsep
-
11
berdasarkan kriteria tertentu. Hal penting dalam evaluasi ini adalah
menciptakan kondisi sedemikian rupa, sehingga peserta didik mampu
mengembangkan kriteria atau patokan untuk mengevaluasi sesuatu.kata
kerja operasional yang dapat digunakan, diantaranya menilai,
membandingkan, mempertentangkan, mengkritik, membeda-bedakan,
mempertimbangkan kebenaran, menyokong, menafsirkan dan
menduga.
b. Ranah afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima
aspek.kelima aspek dimulai dari tingkat yang sederhana sampai tingkat yang
kompleks sebagai berikut :
1) Reciving/ attending (peneriman), yaitu jenjang kemampuan yang
menuntut peserta didik untuk peka terhadap eksistensi fenomena atau
rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali dengan penyadaran
kemampuan untuk menerima dan memperhatikan. Kata kerja
operasional yang dapat digunakan, diantaranya menanyakan, memilih,
menggambarkan, mengikuti, memberikan, berpegang teguh, menjawab
dan menggunakan.
2) Responding (jawaban), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut
peserta didik untuk tidak hanya peka pada suatu fenomena, tetapi juga
bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya pada kemampuan
pesrta didik untuk menjawab secara sukarela, membaca tanpa
ditugaskan. Kata kerja operasional yang dapat digunakan, diantaranya
menjawab, membantu, memperbincangkan, memberi nama,
-
12
menunjukkan, mempraktikkan, mengemukakan, membaca,
melaporkan, menuliskan, memberi tahu dan mendiskusikan.
3) Valuing (penilaian), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta
didik untuk menilai suatu objek, fenomena atau tingkah laku tertentu
secara konsisten. Kata kerja operasional yang digunakan, diantaranya
melengkapi, menerangkan, membentuk, mengusulkan, mengambil
bagian, memilih dan mengikuti.
4) Organisasi, yaitu jenjang kemampuan yang menuntuk peserta didik
untuk menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan masalah,
membentuk suatu sistem nilai. Kata kerja operasional yang dapat
digunakan, diantaranya merubah, mengatur, menggabungkan,
membandingkan, mempertahankan, menggeneralisasikan dan
memodifikasi.
5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai
c. Ranah psikomotorik
Hasil belajar psikomotoris tampak pada gerakan keterampilan (skil) dan
kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan,yakni:
1) Geraka reflex yaitu keterampilan pada gerakan yang tidak sadar.
2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
3) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakn visual,
auditif, motoris dan lain-lain.
4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan
ketetapan.
5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada
-
13
keterampilan yang kompleks.
6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti
gerakan ekspresif dan interpretatif.
Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui
seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan.Untuk
mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran
menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Pengukuran demikian
dimungkinkan karena pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat
diterapkan pada berbagai bidang termasuk pendidikan.7
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa
baik melalui kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah ia menerima perlakuan yang
diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan atau mengimplementasikan
pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Keberhasilan belajar seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik
faktor internal dan faktor eksternal untuk memperoleh hasil belajar yang memadai,
siswa harus menyadari akan ada pengaruh-pengaruh tersebut. Berbagai faktor yang
mempengaruhi hasil belajar telah banyak dikemukakan para ahli psikologi
pendidikan. Hasil belajar ranah kognitif yang diteliti hanya pengetahuan (C1),
pemahaman (C2), dan Aplikasi (C3) mengingat keterbatasan kemampuan
intelektual siswa sekolah menengah kejuruan.
7 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009),hlm. 44.
-
14
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran
di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu
sendiri. Sugihartono, dkk menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar, sebagai berikut:8
a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.
Faktor internal meliputi: faktor fisiologis dan faktor psikologis.
b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal
meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik
individu, faktor fisiologis dibedakan menjadi dua macam yaitu tonus jasmani yang
pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang karena kondisi
fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan
belajar individu.
Faktor fisiologis yang kedua adalah keadaan fungsi jasmani. Selama proses
belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat
mempengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi
dengan baik, akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula.
Faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar antara lain kecerdasan
siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat. Selain itu belajar juga dipengaruhi oleh
potensi yang dimiliki setiap individu, oleh karena itu para pendidik, orangtua dan
guru perlu memperhatikan dan memahami bakat yang dimiliki oleh anak antara lain
8 Sugihartono, Dkk, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: UNY Pres, 2007). hlm. 76-77.
-
15
dengan mendukung, ikut mengembangkan dan tidak memaksa anak untuk memilih
jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.
Selain faktor internal, faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor
eksternal yaitu lingkungan sosial dan nonsosial. Lingkungan sosial meliputi
lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan keluarga. Adapun
lingkungan sekolah antara lain metode mengajar guru dan kurikulum. Sedangkan
lingkungan nonsosial meliputi lingkungan alamiah seperti kondisi udara yang segar
dan faktor instrumenal seperti kelengkapan perangkat belajar. Selain itu motivasi
belajar juga dapat meningkatkan hasil belajar.
2.2. Pemrograman Web
Secara etimologis istilah web programming terdiri dari dua kata yaitu
pemrograman dan web. Menurut kamus besar bahasa Indonesia pemrograman
adalah proses, cara, perbuatan, sedangkan web dapat diartikan sebagai halaman
atau media informasi yang dapat diakses dengan perangkat lunak browser melalui
jaringan komputer atau internet.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pemrograman web adalah
proses membuat aplikasi komputer yang dapat digunakan/ditampilkan dengan
bantuan browser. Dengan Pemrograman web, halaman web yang semula hanya
menampilkan informasi, dapat lebih interaktif seperti bisa memberi komentar dan
menyimpannya, bisa kirim gambar, bisa melakukan pencarian data, atau dengan
kata lain bisa lebih memahami apa yang sedang anda perlukan.
Pemrograman web merupakan salah satu mata pelajaran wajib dasar pada
dasar program keahlian Teknik Informatika dan Komputer (TIK). Berdasarkan
-
16
struktur kurikulum mata pelajaran Pemrograman web disampaikan dikelas X yang
disampaikan dalam waktu 3 jam pelajaran perminggu. Berhubungan peneliti
melaksanakan penelitiannya pada semester ganjil maka materi pemrograman web
ditekankan pada perintah- perintah pada HTML untuk pembuatan halaman dan
perintah-perintah menggunakan Java Script. Perintah HTML yang diajarkan pada
pemrograman web ini meliputi pembuatan komponen formulir serta pemberian
style pada suatu halaman web.
Untuk materi java script meliputi teknik pemrograman halaman web ,
pengolahan input user. Pada teknik pemrograman halaman web akan dijelaskan
lebih lanjut tentang anatomi dan cara kerja kode java script, dasar pemrograman
klien (variabel, tipe data, operator), array dimensi 1 dan multidimensi, struktur
kontrol percabangan pada program klien, struktur kontrol perulangan pada program
klien, fungsi bawaan dan buatan user pada program klien.
Karena keterbatasan waktu maka peneliti hanya memberikan materi tentang :
1. Format formulir halaman web
2. Format tabel halaman web
Acuan materi yang akan diajarkan terhadap siswa berdasarkan pada tabel
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di bawah ini:
-
17
Tabel 2.1. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Pemrograman Web
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama
yang dianutnya .
1.1. Memahami nilai-nilai keimanan dengan menyadari hubungan
keteraturan dan kompleksitas
alam dan jagad raya terhadap
kebesaran Tuhan yang
menciptakannya.
1.2. Mendiskripsikan kebesaran Tuhan yang menciptakan
berbagai sumber energi di alam.
1.3. Mengamalkan nilai-nilai keimanan sesuai dengan ajaran
agamanya dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Menghayati dan Mengamalkan perilaku
jujur, disiplin, tanggung -
jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif
dan pro -aktif dan
menunjukan sikap sebagai
bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
2.1. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu;
objektif; jujur; teliti; cermat;
tekun; hati-hati; bertanggung
jawab; terbuka; kritis; kreatif;
inovatif dan peduli lingkungan)
dalam aktivitas sehari-hari
sebagai wujud implementasi
sikap dalam melakukan
percobaan dan berdiskusi
2.2. Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas
sehari-hari sebagai wujud
implementasi melaksanakan
percobaan dan melaporkan hasil
percobaan
-
18
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
3. Memahami, menerapkan dan menganalisis
pengetahuan faktual,
konseptual, dan prosedural
berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora
dalam wawasan
kemanusiaan, kebangsaan ,
kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena
dan kejadian dalam bidang
kerja yang spesifik untuk
memecahkan masalah.
3.1. Memahami konsep teknologi aplikasi web
3.2. Memahami format teks pada halaman web
3.3. Memahami format tabel pada halaman web
3.4. Memahami tampilan format multimedia pada halaman web
3.5. Memahami format kaitan pada halaman web
3.6. Memahami format formulir pada halaman web
3.7. Memahami style pada halaman web
3.8. Memahami teknik pemrograman pada halaman web
3.9. Memahami pengelolaan halaman web menggunakan
kode program
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah
konkret dan ranah abstrak
terkait dengan
pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, dan mampu
melaksanakan tugas spesifik
di bawah pengawasan
langsung
4.1. Menyajikan berbagai teknologi pengembangan aplikasi web
4.2. Menyajikan teks dalam format tertentu pada halaman web
4.3. Menyajikan tabel pada halaman web
4.4. Menyajikan tampilan format multimedia pada halaman web
4.5. Menyajikan format kaitan pada halaman web
4.6. Menyajikan formulir pada halaman web
4.7. Menyajikan style tertentu pada halaman web
4.8. Menyajikan teknik-teknik dalam pemrograman web
4.9. Menyajikan hasil pengelolaan halaman web menggunakan
kode program
2.3. Model Pembelajaran
Istilah penggunaan model pembelajaran menurut Arends yang dikutip oleh
Trianto berdasarkan dua alasan penting, yaitu (1) model mempunyai makna yang
-
19
lebih luas daripada strategi, metode, atau prosedur; (2) sebagai sarana komunikasi
yang penting, apakah yang dibicarakan tentang mengajar di kelas, atau praktik
mengawasi anak-anak. Pemilihan istilah model pembelajaran ini berfungsi untuk
memberikan pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan
pembelajaran.9
Miftahul Huda mengutip pendapat Joyce dan Weill yang mendeskripsikan
model pengajaran sebagai rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum, mendesain materi-materi instruksional, dan memandu
proses pengajaran di ruang kelas atau setting yang berbeda.10
Dalam konteks pembelajaran menjelaskan model pembelajaran sebagai suatu
perencanaan/pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial. Model juga didefinisikan sebagai
sesuatu yang menggambarkan adanya pola berpikir dan biasanya direpresentasikan
dalam bentuk grafis atau flow chart yang menggambarkan keseluruhan konsep yang
saling berkaitan.11
Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
adalah suatu strategi, metode atau prosedur tentang mengajar di kelas yang
menggambarkan pola berpikir yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran.
9 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. (Jakarta: Prestasi Pustaka,
2007), hlm. 4. 10 Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran Isu-Isu Medis dan Paradigmatis.
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013). hlm. 23. 11 Benny A Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran. (Jakarta: Dian Rakyat, 2010). hlm. 86.
-
20
2.3.1. Definisi Blended Learning
Secara etimologis istilah Blended Learning terdiri atas dua kata, yaitu
Blended dan Learning. Kata Blend berarti campuran, dan Learning memiliki makna
umum yaitu belajar. Dengan demikian, Blended Learning mengandung makna pola
pembelajaran yang mengandung unsur pencampuran atau penggabungan antara
satu pola dengan pola lainnya. menjelaskan Blended Learning sebagai kombinasi
antara face to face learning dan online learning.12 Senada dengan definisi di atas,
Elenena Mosa yang dikutip dalam buku Cepi Riyana menyampaikan bahwa yang
dicampurkan dalam Blended Learning adalah dua unsur utama, yaitu pembelajaran
di kelas (classrom lesson) dengan online learning. Adapun definisi Blended
Learning digambarkan seperti gambar berikut:
Gambar 2.1 Blended Learning
Berdasarkan gambar di atas, tampak bahwa Blended Learning dibangun
dengan mengkombinasikan pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online.
Thorne yang dikutip dalam buku S.B Sjukur juga mempertegas definisi Blended
Learning sebagai berikut :
12 Husamah, op.cit., hlm. 11.
-
21
“it represents an opportunity to integrate the innovative and technological
advances offered by online learning with the interaction and participation offered
in the best of traditional learning”. 13
Definisi di atas mengandung makna bahwa blended learning
menggambarkan sebuah kesempatan yang mengintegrasikan inovasi dan
keuntungan teknologi pada pembelajaran online dengan interaksi dan partisipasi
dari keuntungan pembelajaran tatap muka. Sementara itu, Blended Learning
sebagai pembelajaran yang mengkombinasikan setting pembelajaran synchronous
dan asynchronous secara tepat guna untuk mencapai tujuan pembelajaran. 14
Pembelajaran synchronous adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada
waktu yang sama dan tempat yang sama ataupun berbeda, sedangkan pembelajaran
asynchronous adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada waktu dan tempat
yang berbeda.15
Adapun Dian Wahyuningsih mendefinisikan Blended Learning dengan
pendekatan konstruktif. Blended Learningby constructive approach (BLCA) terdiri
atas dua istilah, yaitu Blended Learning (pembelajaran bercampur) dan constructive
approach (pendekatan konstruktif). Beberapa definisi dari ahli di atas memberikan
gambaran bahwa Blended Learning merupakan kombinasi antara pembelajaran
13 S.B Sjukur, 2012, Pengaruh Blended Learning terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar
Siswa Tingkat SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi. Nomor 3. Volume 2, hlm. 368-378. 14 Chaeruman . Implementing Blended Learning: A Case Based Sharing Experience. 2011 diunduh
dari http://www.teknologipendidikan.net/2011 /06/21/implementing-blended-learning-a-case-
based-sharing-experience/ 15 Dian Wahyuningsih, Implementasi Blended Learning By The Constructive Approach (BLCA)
untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemandirian Belajar Mahasiswa dalam Matakuliah
Interaksi Manusia dan Komputer Prodi Teknologi Pendidikan FIP UNY. (Yogyakarta: Thesis
Universitas Negeri Yogyakarta. Tidak diterbitkan, 2013), hlm. 40.
-
22
tatap muka dengan pembelajaran online dengan bantuan teknologi informasi dan
komunikasi.16
Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Blended Learning
adalah penggabungan antara dua unsur antara face to face dengan e-learning
dengan tepat guna untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Aspek yang digabungkan dalam Blended Learning tidak hanya
mengkombinasikan face-to-face dan online learning saja tetapi juga dapat
berbentuk apa saja, seperti: metode, media, sumber, lingkungan ataupun strategi
pembelajaran.
2.3.2. Teori belajar yang Melandasi Pembelajaran Blended Learning
Pembelajaran dengan model Blended Learning didasari oleh teori belajar
berikut:
2.3.2.1. Teori Kognitif
Pengkajian teori belajar kognitif memandang belajar sebagai proses
pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal
dan memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan kata lain, aktivitas belajar
pada diri manusia ditekankan pada proses internal dalam berpikir, yakni proses
pengolahan informasi.17
Jean Piaget yang dikutip dalam buku Achmad Rifai dan Catharina
menjelaskan tentang teori belajar kognisi menekankan pada cara-cara seseorang
menggunakan pikirannya untuk belajar, mengingat, dan menggunakan pengetahuan
yang telah diperoleh dan disimpan di dalam pikirannya secara efektif. Pada
16 Ibid., hlm.39. 17 Achmad Rifai & Catharina Tri Anni, Psikologi Pendidikan. (Semarang: Unnes Press, 2009).
hlm. 128.
-
23
hakekatnya, belajar mendasari pada pengamatan yang melibatkan seluruh indera,
menyimpan kesan lebih lama, dan menimbulkan sensasi yang membekas pada
siswa. Adapun proses belajar terdiri atas 3 tahapan, yaitu (1) asimilasi adalah proses
memasukan informasi ke dalam skema, (2) akomodasi adalah proses mengubah
skema yang telah dimiliki dengan informasi baru, dan (3) equilibrasi adalah
percobaan memperoleh keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi.18
Piaget yang dikutip dalam buku Miftahul Huda menekankan teorinya pada
kedewasaan dan perkembangan kognitif berdasarkan tahapan usia. Prinsip dasar
teorinya adalah anak-anak mengkonstruksi pemahamannya sendiri. Seorang anak
akan mencari keseimbangan antara struktur pengetahuan yang sudah dimilikinya
dengan pengetahuan baru yang diperolehnya melalui asimilasi dan akomodasi.
Dengan demikian, pembelajaran baru hanya terjadi ketika seseorang bisa
mengembangkan pola pikirnya dengan mengadaptasi sesuatu yang baru dan
menyesuaikan sesuatu yang lama.19
2.3.2.2. Teori Konstruktivisme
Belajar adalah lebih dari sekedar mengingat. Peserta didik yang memahami
dan mampu menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari, mampu memecahkan
masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri, dan berkutat dengan berbagai
gagasan. Inti dari teori konstruktivisme adalah peserta didik harus menemukan dan
mentransformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya sendiri serta mampu
mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan
18 Ibid., hlm. 26. 19 Huda, op.cit., hlm. 42.
-
24
lingkungannya.20 Teori konstruktivisme menetapkan empat asumsi tentang belajar,
yaitu:
1) pengetahuan secara fisik dikonstruksikan oleh peserta didik yang terlibat
dalam belajar aktif.
2) pengetahuan secara simbolik dikonstruksikan oleh peserta didik yang
membuat representasi atas kegiatannya sendiri.
3) pengetahuan secara sosial dikonstruksikan oleh peserta didik yang
menyampaikan maknanya kepada orang lain.
4) pengetahuan secara teoritik dikonstruksikan mencoba menjelaskan objek
yang tidak benar-benar dipahaminya.
Salah satu tokoh teori konstruktivisme adalah Vygotsky. Ia menekankan
pentingnya aspek sosial dalam belajar. Vygotsky yang dikutip dalam buku Achmad
Rifai dan Catharina percaya bahwa kemampuan kognitif berasal dari hubungan
sosial dan kebudayaan. Dimana interaksi sosial dengan orang lain dapat memacu
pengkonstruksian ide-ide baru dan meningkatkan perkembangan intelektual peserta
didik.21
Berdasarkan kedua teori belajar di atas, penelitian ini lebih mengacu pada
pendekatan konstruktif oleh pemikiran Vygotsky yang memperhatikan aspek sosial
dalam pengkonstruksian ide dan perkembangan intelektual siswa. Adapun
implementasi dalam pembelajaran dengan model blended learning lebih
menitikberatkan pada pendekatan konstruktif berupa pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning).
20 Achmad Rifai & Catharina, op.cit., hlm. 138. 21 Ibid., hlm. 34.
-
25
Pembelajaran dengan model blended learning dalam penelitian ini mengacu
langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah. Adapun langkah-langkah
pembelajaran tersebut meliputi: orientasi, organisasi, investigasi, presentasi, serta
analisis dan evaluasi.
2.3.3. Komponen Blended Learning
Berdasarkan kesimpulan dari definisi Blended Learning menurut para ahli,
maka Blended Learning mempunyai 2 komponen pembelajaran yaitu pembelajaran
tatap muka (Pembelajaran saintifik) dan online learning (e-learning).
2.3.3.1. Pembelajaran Tatap Muka (Pembelajaran Saintifik)
Perancangan kurikulum 2013, pendekatan yang digunakan dalam
pembelajaran yaitu pendekatan ilmiah (Scientific Approach). Pendekatan ini lebih
efektif hasilnya jika diimplementasikan di dalam kelas dibandingkan dengan
pendekatan tradisional, yaitu meningkatnya kemampuan siswa dari aspek
pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor).
Kemendikbud mengemukakan keterampilan-keterampilan ilmiah dalam
pendekatan scientific. Keterangan menurutnya sebagai berikut.
1. Mengamati
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan
peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan; melihat, menyimak,
mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan
pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca,
mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.
-
26
2. Menanya
Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin
terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan.
Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan
beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik,
dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.
3. Mengumpulkan informasi/eksperimen
Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari
berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca
buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau
bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah
informasi. Anak perlu dibiasakan untuk menghubung-hubungkan antara informasi
satu dengan yang lain, untuk mengambil kesimpulan.
4. Mengasosiasikan/mengolah informasi
Kegiatan mengolah informasi yang sudah dikumpulkan dari hasil kegiatan
eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati..
5. Mengomunikasikan
Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan
dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil
tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta
didik atau kelompok peserta didik tersebut. Anak perlu dibiasakan untuk
mengemukakan dan mengomunikasikan ide, pengalaman, dan hasil belajarnya
kepada orang lain (teman atau guru bahkan orang tua).
-
27
Dari definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan ilmiah
adalah proses pembelajaran yang mendorong anak untuk melakukan kegiatan
ilmiah dengan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/eksperimen, dan
mengomunikasikan.
2.3.3.2. Online Learning (E-Learning)
“e-learning is commonly referred to the intentional use of networked
information and communication technology in teaching and learning”.22 Definisi
ini mengandung makna bahwa e-learning sering ditunjukkan dengan penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi dalam proses belajar-mengajar. Online
learning (e-learning) merupakan pembelajaran yang menggunakan rangkaian
elektronik LAN, WAN, dan internet untuk menyampaikan isi materi.
Belajar dengan e-learning merupakan salah satu bentuk penggunaan media
pembelajaran berbasis IT/berbasis internet. Lebih lanjut, Rosenberg yang dikutip
dalam oleh Rusman menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan
teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan.23
Definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa online learning (e-
learning) merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan teknologi
internet, intranet, dan berbasis web yang memungkinkan terjadinya interaksi belajar
antara peserta didik dan pendidik dengan mengakses informasi dan materi pelajaran
kapan pun dan dimanapun. Adapun persyaratan utama yang perlu dipenuhi dalam
22 Som Naidu Som. E-learning A Guidebook of Principles, Procedures and Practices. (Australia:
Sanjaya Mirsha, 2011). hlm. 1. 23 Rusman. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme. (Bandung:
Rajagrafindo Persada, 2013). hlm. 346.
-
28
e-learning adalah adanya akses dengan sumber informasi melalui internet dan
adanya informasi tentang letak sumber informasi yang ingin kita dapatkan.24
Rusman mengutip pendapat Rosenberg mengkategorikan tiga kriteria dasar
yang ada dalam e-learning adalah sebagai berikut:25
1) e-learning bersifat jaringan yang membuatnya mampu memperbaiki secara
cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan dan sharing
pembelajaran dan informasi;
2) e-learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan
menggunakan standar teknologi internet;
3) e-learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi
pembelajaran yang mengungguli paradigma dalam pelatihan.
Beberapa kriteria di atas menjadi patokan dasar yang terdapat dalam
pembelajaran dengan sistem e-learning. Ada beberapa karakteristik e-learning
menurut Cisco adalah sebagai berikut:26
1) Memanfaatkan jasa teknologi elektronik. Dimana guru dan siswa, siswa
dengan sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan
relatif mudah dengan tanpa dibatasi waktu dan tempat;
2) Memanfaatkan keunggulan komputer (Digital Media dan Computer Networks);
3) Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) yang
disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja
dan dimana saja apabila yang bersangkutan memerlukan;
24 Ibid., hlm. 335. 25 Ibid., hlm. 349. 26 Rusman, op.cit, 348.
-
29
4) Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil, kemauan belajar dan
hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap
saat di komputer.
Berdasarkan karakteristik online learning menunjukkan bahwa pembelajaran
dilakukan dengan memanfaatkan internet sehingga memungkinkan siswa dapat
belajar kapan saja dan dimana saja. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran,
penggunaan media, dan bahan ajar juga dikemas dalam suatu bentuk yang dapat
diakses dengan menggunakan internet. Haughey menjelaskan bahwa ada tiga
kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet (e-
learning) adalah sebagai berikut: 27
1) Web course
Web course merupakan penggunaan internet untuk keperluan pendidikan
yang mana peserta didik dan pendidik sepenuhnya terpisah dan tidak
diperlukan adanya tatap muka. Adapun penggunaan bahan ajar, media
pembelajaran, sumber belajar dikemas dengan memanfaatkan internet
sepenuhnya. Selain itu, kegiatan pembelajaran yang meliputi: diskusi,
konsultasi, penugasan, latihan, dan ujian sepenuhnya juga disampaikan
dengan internet. Model pengembangan ini mengutamakan internet sebagai
komponen yang paling signifikan dalam pembelajaran.
2) Web centric course
Web centric course merupakan penggunaan internet yang memadukan antara
belajar jarak jauh dan tatap muka (Pembelajaran Saintifik). Model ini
menekankan pada pemberian materi pembelajaran dengan menggunakan
27 Ibid., hlm. 350.
-
30
internet dan sebagian lagi melalui tatap muka. Dalam implementasinya,
pendidik memberikan petunjuk kepada peserta didik untuk mempelajari
materi melalui web yang telah dibuatnya. Adapun pada pembelajaran tatap
muka, guru dan siswa lebih aktif untuk berdiskusi tentang temuan materi yang
telah dipelajari melalui web dengan akses internet. Dengan demikian, fungsi
dari pembelajaran jarak jauh dan tatap muka adalah saling melengkapi.
3) Web enhanced course
Web enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang
peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Adapun peran
guru dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di internet,
membimbing siswa dalam menemukan situs-situs yang relevan dengan
pembelajaran, menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati,
dan melayani bimbingan serta komunikasi melalui internet. Adapun fungsi
dari internet dalam pembelajaran ini adalah untuk memberikan pengayaan
dan komunikasi antara siswa dan guru, sesama siswa, anggota kelompok, atau
siswa dengan narasumber. Ketiga pengembangan sistem pembelajaran
berbasis internet tersebut pada dasarnya memiliki karakteristik yang berbeda-
beda sesuai dengan fungsi, pola dan pendekatannya dalam pembelajaran.
2.3.4. Karakteristik Blended Learning
Merujuk pada definisi Blended Learning yaitu pembelajaran yang
mengkombinasikan setting pembelajaran synchronous dan asynchronous secara
tepat guna untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka karakteristik model Blended
Learning dengan pendekatan konstruktif (constructive approach) ini memiliki dua
-
31
setting pembelajaran, yaitu pembelajaran synchronous dan asynchronous. Adapun
karakteristik Blended Learning ini digambarkan dalam bagan berikut :28
Gambar 2.2 Karakteristik blended learning dengan pendekatan konstruktif
Dari bagan di atas, dijelaskan deskripsi dari masing-masing kuadran
karakteristik dan setting Blended Learning dalam tabel berikut :
Tabel. 2.2 Karakteristik dan setting blended learning pada setiap kuadran
No Kuadran Deskripsi
1 Kuadran 1
(live
synchronous)
a. dilaksanakan dalam pembelajaran tatap muka dengan
strategi dan metode pembelajaran;
b. strategi pembelajaran dalam penelitian ini adalah
pembelajaran berbasis masalah (problem based
learning);
c. metode pembelajaran, meliputi: ceramah, praktik,
diskusi, presentasi, demonstrasi, dan lain-lain:
ceramah yang digunakan adalah ceramah
konstruktif di awal pembelajaran;
28 Chaeruman, op.cit.,
-
32
praktik dalam Blended Learninglebih diarahkan
pada kegiatan pemecahan masalah dari
pengetahuan;
diskusi dalam Blended Learninglebih diarahkan
pada kegiatan menggali ide-ide untuk
mengkonstruksikan pengetahuan;
presentasi lebih diarahkan dengan menunjukan
hasil karya berdasarkan hasil pengkonstruksian
ide-ide dan pengetahuan.
Kuadran 2
(virtual
synchronous)
a. pembelajaran dilakukan dalam waktu yang bersamaan namun dalam dimensi ruang yang
sama/berbeda, meliputi: video conference, audio
converence, chatting;
b. virtual synchronous merupakan perluasan live synchronous dengan memanfaatkan teknologi untuk
mengambil peran pada pembelajaran online.
Kuadran 3
(asynchronous
mandiri)
a. pembelajaran dilakukan dalam dimensi ruang dan waktu yang berbeda (kapan saja dan dimana saja)
melalui media pembelajaran yang
b. memungkinkan siswa dapat belajar secara mandiri;b. media pembelajaran dapat berbentuk
cetak maupun digital yang memperkenankan siswa
memilih dan mempelajari sensiri materi;
media cetak dapat berupa buku, majalah, modul,
dan sebagainya;
media digital dapat dikemas dalam bentuk doc,
ppt, pdf, html, flv, dan sebagainya.
Kuadran 4
(asynchronous
kolaboratif)
a. pembelajaran yang dilakukan dalam dimensi ruang dan waktu yang berbeda (kapan saja dan dimana
saja), tetapi peristiwa belajarnya melibatkan lebih
dari satu orang atau berkolaborasi;
b. meliputi: project work, mailinglist, forum diskusi; c. memberikan kesempatan pada siswa dan guru untuk
diskusi, mengamati, menginvestigasi, dan
menganalisis masalah terkait materi pada
pembelajaran online.
Berdasarkan uraian di atas, menjelaskan bahwa pembelajaran dengan
setting Blended Learning akan memberikan ruang bagi siswa untuk aktif dalam
meningkatkan kompetensinya baik secara teori maupun praktik.
-
33
2.3.5. Lima Kunci Blended Learning
Jared M.Carman yang dikutip dalam buku Husamah menjelaskan ada lima
kunci untuk melaksanakan pembelajaran dengan Blended Learning, yaitu: 29
1) Live Event (Pembelajaran Tatap Muka)
Pembelajaran langsung atau tatap muka secara sinkronous dalam waktu
dan tempat yang sama ataupun waktu sama tetapi tempat berbeda. Pola
pembelajaran langsung masih menjadi pola utama yang sering digunakan
guru dalam mengajar. Pola pembelajaran ini perlu didesain sedemikian
rupa untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
siswa.
2) Self-Paced Learning (Pembelajaran Mandiri)
Pembelajaran mandiri (self-paced learning) memungkinkan peserta
belajar didik dapat belajar kapan saja dan dimana saja secara online.
Adapun konten pembelajaran perlu dirancang khusus baik yang bersifat
teks maupun multimedia, seperti: video, animasi, simulasi, gambar,
audio, atau kombinasi semuanya. Selain itu, pembelajaran mandiri juga
dapat dikemas dalam bentuk buku, via web, via mobile, streaming audio,
maupun streaming video.
3) Collaboration (Kolaborasi)
Kolaborasi dalam pembelajaran Blended Learning dengan
mengkombinasikan kolaborasi antar pengajar maupun kolaborasi antar
peserta belajar. Kolaborasi ini dapat dikemas melalui perangkat-
perangkat komunikasi, seperti forum, chatroom, diskusi, email, website,
29 Husamah, op.cit., hlm. 31-33.
-
34
dan sebagainya. Dengan kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan
konstruksi pengetahuan maupun keterampilan dengan adanya interaksi
sosial dengan orang lain.
4) Assessment (Penilaian/Pengukuran Hasil Belajar)
Penilaian (assessment) merupakan langkah penting dalam pelaksanaan
proses pembelajaran. Penilaian dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui sejauh mana penguasaan kompetensi yang telah dikuasai oleh
siswa. Selain itu, penilaian juga bertujuan sebagai tindak lanjut guru
dalam pelaksanaan pembelajaran. Adapun guru sebagai perancang
pembelajaran harus mampu meramu kombinasi jenis assessment online
dan offline baik yang bersifat tes maupun non-tes;
5) Performance Support Materials (Dukungan Bahan Belajar)
Bahan ajar merupakan salah satu komponen penting dalam mendukung
proses pembelajaran. Penggunaan bahan ajar akan menunjang
kompetensi siswa dalam menguasai suatu materi. Dalam pembelajaran
dengan Blended Learning hendaknya dikemas dalam bentuk digital
maupun cetak sehingga dapat diakses oleh peserta belajar baik secara
offline maupun online. Penggunaan bahan ajar yang dikemas secara
online sebaiknya juga mendukung aplikasi pembelajaran online. Contoh:
penggunaan bahan ajar berbentuk power point pada e-learning dengan
basis efront. Bahan ajar ini mendukung pembelajaran online karena dapat
diakses oleh peserta didik.
Kelima kunci di atas memiliki keterkaitan dan pengaruh yang signifikan
dalam kegiatan pembelajaran dengan Blended Learning. Dengan kelima kunci
-
35
tersebut, pembelajaran yang didesain dengan model pembelajaran Blended
Learning diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran
sehingga berlangsung dengan efektif dan efisien.
2.3.6. Implementasi Blended Learning
Blended Learning merupakan suatu upaya untuk mengabungkan kegiatan
belajar tatap muka dengan model belajar menggunakan komputer atau
perlengkapan elekronik berdasarkan petunjuk dari pendidik di mana materi dapat
berbedtuk media digital yang digunakan untuk membantu proses belajar mengajar
tatap muka. Sebagai contoh kegiatan belajar mengajar secara tatap muka yang biasa
dilakukan sebanyak 7 kali pertemuan di dalam kelas dapat diubah menjadi 5-6 kali
tatap muka dan 1 kali berupa online dan hal ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan
proses belajar mengajar yang ada. Ilustrasi penerapan Blended Learning dapat
dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini :
Gambar 2.3 Menciptakan Pembelajaran Berpusat Peserta didk dengan
Penerapan Blended Learning
Teacher led Instructions
Face to face sessions interactive
Student Centered
Blended Learning
Web bassed
Assessment
Feedback reflection outcomes
Prented
Instractions
Traditional study material
Computer Mediated
Instructions
Digital visual e-learning
-
36
2.3.7. Kelebihan dan Kekurangan Blended Learning
2.3.7.1. Kelebihan Blended Learning
Salah satu kelebihan blended learning adalah Blended Learningcan also
improve communication with the students. Blended Learningcan offer a higher level
of interaction than commonly experienced in face to face course. Dengan kata lain,
blended learning dapat juga meningkatkan komunikasi dengan siswa. Blended
learning dapat menawarkan satu level lebih tinggi daripada pengalaman pada
pembelajaran tatap muka. 30
Sedangkan menurut Bates menjelaskan beberapa kelebihan Learning
Management System berbasis Blended Learning adalah sebagai berikut: 31
1) Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan
guru atau instruktur (enhance interactivity).
2) Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja
(time and place flexibility).
3) Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a
global audience).
4) Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran
(easy updating of content as well as archivable capabilities).
2.3.7.2. Kekurangan Blended Learning
Noer yang dikutip dalam buku Husamah mengemukakan beberapa
kekurangan Blended Learning sebagai berikut:
30 Dziuban, dkk. 2004. Blended Learning. Educause Center for Applied Research. No. 7. Volume
2004. hlm. 1-12. 31 Riyana, op.cit., hlm. 28.
-
37
a) Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan apabila
sarana dan prasaran tidak mendukung
b) Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki peserta didik seperti computer dan
akses internet. Padahal, Blended Learning memerlukan akses internet yang
memadai, dan bila jarigan kurang memadai, itu tentu akan menylitkan peserta
didik dalam mengikuti pembelajaran mandiri via online.
c) Kurangnya pengetahuan sumber daya pembelajara (pengajar, peserta didik
dan orangtua) terhadp penggunaan teknologi. 32
2.4. Kerangka Berpikir
Berdasarkan Berdasarkan teori di atas dalam dunia pendidikan kegiatan
pokok ialah belajar mengajar, berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan yang akan
dicapai nanti tergantung kepada bagaimana proses upaya yang dialami siswa. Hasil
belajar merupakan patokan yang harus dicapai oleh siswa dalam belajar, sehingga
guru harus berupaya agar siswa dapat mencapai patokan yang telah ditentukan.
Tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang telah ditetapkan. Siswa yang
berhasil mencapai hasil belajar yang ditetapkan, akan dipandang sebagai siswa yang
mempunyai kemampuan dan usaha yang tinggi oleh guru dan siswa-siswa lain.
Sebaliknya, siswa yang tidak dapat berhasil mencapai hasil yang telah ditetapkan
akan dipandang sebagai siswa yang kurang kemampuan dan usaha. Keberhasilan
belajar di sekolah tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor
internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar
adalah strategi pembelajaran.
32 Husamah, op.cit., hlm. 36-37.
-
38
Adanya dukungan sarana dan prasarana yang memadai di SMKN 26 Jakarta,
tentu memberikan peluang yang cukup tinggi untuk pemanfaatan dan pengelolaan
pembelajaran yang lebih optimal. Berkenaan dengan itu, perlu adanya model
pembelajaran yang dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan
kompetensinya. Salah satu upaya untuk mengatasi kendala-kendala di atas adalah
mengembangkan dan mengimplementasikan model pembelajaran Blended
Learning yang mengintegrasikan antara face to face dan online learning. Dalam
penelitian ini dikembangkan dan diimplementasikan pembelajaran dengan model
Blended Learning yang merujuk pada beberapa tahap, yaitu menyusun perencanaan
pembelajaran, mengimplementasikan pembelajaran, dan menguji keefektifan
pembelajaran dengan model Blended Learning.
Tahap perencanaan model pembelajaran Blended Learning mencakup
kegiatan merencanakan perangkat pembelajaran, berupa silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Hasil dari perencanaan pembelajaran yang
didesain diuji kelayakannya yang kemudian digunakan sebagai pedoman kegiatan
pembelajaran dalam tahap implementasi model pembelajaran Blended Learning
pada tahap selanjutnya. Tahap implementasi dilakukan dengan melakukan uji coba
(eksperimen) penggunaan model Blended Learning pada pembelajaran
Pemrograman Web. Implementasi ini melibatkan sejumlah siswa dengan
menggunakan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang telah didesain dalam
tahap perencanaan pembelajaran dengan model Blended Learning. Adapun
langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan model Blended Learning, meliputi:
orientasi, organisasi, investigasi, presentasi, dan analisis serta evaluasi.
-
39
Tahap pengaruh model pembelajaran Blended Learning ini ditinjau dari segi
hasil berupa hasil belajar siswa berdasarkan nilai ulangan harian. Penilaian hasil
belajar ini dilihat dari hasil belajar siswa sesudah dilaksanakannya model
pembelajaran Blended Learning. Berdasarkan hasil belajar siswa akan diambil
kesimpulan mengenai perbandingan dari pembelajaran dengan model Blended
Learning dengan model Saintifik.
Adapun kerangka berpikir dari penelitian dan pengembangan model
pembelajaran Blended Learning ini tergambar dalam gambar 2.4 berikut :
Gambar 2.4 Kerangka Berpikir
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Guru: Menggunakan model pembelajaran konvensional
Siswa: Hasil belajar yang mencapai KKM = 71,875%, dan sisanya =28,125% belum mencapai KKM
Guru: Mengguakan model pemelajaran blended learning
Apakah terdapat pengaruh pada hasil belajar siswa menggunakan model blended learning
-
40
2.5. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian teoritis yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis
penelitian yang diajukan dalam penelitian ini yaitu terdapat perbandingan hasil
belajar siswa kelas X pada mata pelajaran pemrograman web yang lebih tinggi
dengan model Blended Learning dibandingkan dengan model Pembelajaran
Saintifk di SMKN 26 Jakarta.
-
41
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
3.1. Deskripsi Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di SMKN 26 Jakarta yang terletak di Jalan Balai
Pustaka Baru I Rawamangun, Jakarta Timur untuk mata pelajaran Pemrograman
Web pada kelas X TKJ samping gedung Wisma Arion.
3.2. Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran
2015/2016, yaitu bulan Agustus sampai dengan Oktober 2015. Penentuan waktu
penelitian ini mengacu pada kalender akademik sekolah, karena pada penelitian
memerlukan beberapa tahapan pelaksanaan yang membutuhkan proses belajar
mengajar yang efektif di kelas.
3.3. Metode Penelitian
Menurut Sugiyono metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu 33 , sedangkan menurut
Kerlinger yang dikutip oleh Sukardi, metode penelitian adalah proses penemu yang
mempunyai karakteristik sistematis, terkontrol, empiris dan mendasarkan pada teori
dan hipotesis atau jawaban sementara.34 Kemudian ada pula pendapat Nana yang
menjelaskan bahwa metode penelitian adalah rancangan yang berisi rumusan
tentang objek atau subjek yang akan diteliti, teknik-teknik pengumpulan data,
33 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 3. 34 Sukardi. Metode Penelitian Pendidikan, Kompetensi, dan Praktiknya. (Jakarta : PT. Bumi
Aksara, 2008), hlm. 4.
-
42
prosedur pengumpulan dan analisis data berkenaan dengan fokus dan masalah
tertentu.35
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode
penelitian adalah rancangan proses pengumpulan data yang mempunyai
karakteristik sistematis, terkontrol yang berisi objek dan subjek yang akan diteliti,
secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Menurut Sugiyono, Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang
digunakan untuk mencari perbedaan perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam
kondisi yang terkendali 36 , sedangkan menurut Nana penelitian eksperimen
merupakan pendekatan penelitian kuantitatif yang paling penuh, dalam arti
memenuhi semua persyaratan untuk menguji sebab-akibat.37
3.4. Desain Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, maka desain penelitian ini
menggunakan tes yang diberikan setelah proses pembelajaran (post test) dengan
subjek diacak dari kedua kelompok. Desain penelitian ini menjelaskan ada dua
kelompok penelitian yaitu Kelompok Eksperimen (KE) dan Kelompok Kontrol
(KK). Di bawah ini adalah bagan dari desain penelitian tersebut.
Tabel 3.1. Pembagian Kelompok Penelitian
Kelompok Treatment Post Test
KE X1 O1
KK X2 O1
35 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2010), hlm. 5. 36 Sugiyono, op. cit., hlm. 72. 37 Nana, op. cit., hlm. 194.
-
43
Keterangan :
KE = Kelompok Eksperimen
KK = Kelompok Kontrol
X1 = Pembelajaran dengan menggunakan model Blended Learning.
X2 = Pembelajaran dengan menggunakan Pembelajaran Saintifik
O1 = Post Test.
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan
perlakuan yang diberikan terhadap kelompok eksperimen dan kelompok Kontrol.
Pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan model Blended Learning,
sedangkan pada kelom