perbandingan model pembelajaran blended learning …repository.unj.ac.id/2366/11/full...

86
PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN BLENDED LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X TKJ PADA MATA PELAJARAN PEMROGRAMAN WEB DI SMKN 26 JAKARTA Nur Hidayatulah 5235129014 Skripsi Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2015

Upload: others

Post on 01-Feb-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN BLENDED

    LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN SAINTIFIK

    TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X TKJ PADA

    MATA PELAJARAN PEMROGRAMAN WEB DI SMKN 26

    JAKARTA

    Nur Hidayatulah

    5235129014

    Skripsi Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

    Pendidikan

    PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER

    JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

    2015

  • ii

    PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN BLENDED LEARNING

    DENGAN MODEL PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL

    BELAJAR SISWA KELAS X TKJ PADA MATA PELAJARAN

    PEMROGRAMAN WEB DI SMKN 26 JAKARTA

    NUR HIDAYATULAH

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan model pembelajaran

    Blended Learning dengan model pembelajaran Saintifik terhadap hasil belajar

    siswa pada mata pelajaran pemrograman web. Penelitian dilakukan di SMKN 26

    Jakarta, dilaksanakan pada bulan Agustus - Nopember 2015. Mata pelajaran

    pemrograman web merupakan salah satu mata pelajaran menuntut siswa tidak

    hanya menguasai konsep pemrograman web, tetapi juga memiliki skill dalam

    penerapan pemrograman web itu sendiri. Dalam penerapannya untuk mendapatkan

    metode yang tepat agar tercapainya indikator ketuntasan minimal. Model Blended

    Learning merupakan metode yang menerapkan siswa lebih aktif dan guru hanya

    sebagai fasilitator dengan memanfaat fasilitas e-learning . Penelitian ini

    menggunakan metode eksperimen, diberikan perlakuan terhadap kedua kelas

    dengan berbeda perlakuan. Masing – masing kelas terdiri dari 32 siswa.

    Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling. Untuk kelas

    eksperimen diterapkan di kelas X TKJ 1 dan untuk kelas kontrol diterapkan di kelas

    X TKJ 2, untuk mendapatkan data penelitian ini menguji siswa dengan tes akhir

    untuk mengukur kemampuan kognitif dengan tes pilihan ganda. Berdasarkan hasil

    penelitian didapatkan siswa yang diterapkan Blended Learning mendapatkan nilai

    rata-rata 89,06, sedangkan siswa yang diterapkan model Pndekatan Saintifk

    mendapatkan nilai rata-rata 78,34. Dengan demikian hipotesis 𝐻0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar pemrograman

    web siswa yang signifikan antara yang diajarkan menggunakan model Blended

    Learning dengan yang diajarkan menggunakan model Pembelajaran Saintifik

    dilihat dari nilai rata-rata lebih tinggi model Blended Learning dibandingkan hasil

    belajar siswa dengan model Pembelajaran Saintifik.

    Kata Kunci : Model Blended Learning, Model Pembelajaran Saintifik, Hasil

    Belajar.

  • iii

    LEARNING BLENDED LEARNING MODEL DIFFERENCES WITH

    MODEL APPROACH TO LEARNING OUTCOMES SCIENTIFIC CLASS

    X TKJ SUBJECT TO THE WEB PROGRAMMING IN SMK 26 JAKARTA

    NUR HIDAYATULAH

    ABSTRACT

    This study aims to determine differences in learning models Blended Learning on

    learning outcomes of students on the subjects of web programming. The study was

    conducted at SMK 26 Jakarta, conducted in August-November 2015. The subjects

    of web programming is one of the subjects require students not only master the

    concepts of web programming, but also have web programming skills in the

    application itself. In its application to get the right methods in order to achieve a

    minimum completeness indicator. Blended Learning Model is a method of applying

    the more active students and teachers as facilitators to capitalize on e-learning

    facilities. This study used an experimental method, is given second-class treatment

    of the different treatments. Each - each class consists of 32 students. Sampling using

    random sampling. Applied to the experimental class in the class X TKJ 1 and

    applied to the control class in Class X TKJ 2, to obtain the data of this study to test

    the students with a final test to measure cognitive abilities with multiple-choice

    tests. Based on the results of students who applied Blended Learning obtain an

    average value of 89.06, while students who applied models Scientific Approach

    obtain an average value of 78.34. Thus the hypothesis H_ (0) rejected, so it can be

    concluded that there are differences in the results of learning web programming

    students significant among which are taught using models Blended Learning by

    being taught using a model approach Scientific seen from the average value of the

    higher models of Blended Learning compared learning outcomes students with

    models of Scientific Learning.

    Keywords: Blended Learning Model, Scientific Learning Model, Learning

    Outcomes.

  • iv

    HALAMAN PENGESAHAN

    NAMA DOSEN TANDA TANGAN TANGGAL

    Dr. Yuliatri Sastrawijaya, M.Pd

    (Dosen Pembimbing I)

    ...............................

    .............................

    Drs.Bachren Zaini, M.Pd

    (Dosen Pembimbing II)

    ...............................

    .............................

    PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

    NAMA DOSEN TANDA TANGAN TANGGAL

    Prasetyo Wibowo Y, M.Eng

    (Ketua Penguji)

    ...............................

    .............................

    Drs. Mufti Ma’sum, M.Pd

    (Dosen Ahli)

    ...............................

    .............................

    Bambang Prasetya A, M.Kom

    (Sekretaris)

    ...............................

    .............................

    Tanggal Lulus :

  • v

    HALAMAN PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa:

    1. Karya tulis skripsi saya ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik sarjana, baik di Universitas Negeri Jakarta

    maupun di perguruan tinggi lain.

    2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing.

    3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan

    sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

    dicantumkan dalam daftar pustaka.

    4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya

    bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah

    diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang

    berlaku di Universitas Negeri Jakarta.

    Jakarta, 8 Desember 2015

    Yang membuat pernyataan

    Nur Hidayatulah

    5235129014

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

    melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga akhirnya penulis

    dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya

    Skripsi yang berjudul “Perbandingan Model Pembelajaran Blended Learning

    Dengan Model Pembelajaran Saintifik Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X TKJ

    Pada Mata Pelajaran Pemrograman Web Di SMKN 26 Jakarta” ini ditulis untuk

    memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pada Universitas

    Negeri Jakarta.

    Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penulis menyampaikan rasa

    hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus dan ikhlas

    telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan

    skripsi ini, terutama kepada :

    1. Dr. Yuliatri Sastrawijaya , M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan

    Teknik Informatika dan Komputer dan Dosen Pembimbing Pertama Yang

    Selalu Membimbing Sampai Skripsi Selesai.

    2. Drs. Bachren Zaini, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Kedua dan Dosen

    Teknik Elektro Universitas Negeri Jakarta.

    3. Prasetyo Wibowo Y., M.Eng selaku Dosen Pembimbing Akademik di

    Universitas Negeri Jakarta.

    Terima kasih juga saya ucapkan kepada ayah dan ibu, adik-adik tercinta,

    teman-teman Alih Program PTIK 2012 serta Asri Aprilia yang selalu mendoakan

    dan memberikan semangat. Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada

    SMKN 26 Jakarta atas bantuan dan kerjasamanya.

    Peneliti menyadari skripsi ini masih banyak kekurangannya baik bentuk, isi

    maupun teknik penyajiannya, oleh sebab itu kritikan yang bersifat membangun dari

    berbagai pihak peneliti terima dengan tangan terbuka serta sangat diharapkan.

    Semoga kehadiran skripsi ini memenuhi sasarannya.

    Jakarta, November 2015

    Penulis

  • vii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    ABSTRAK. ..................................................................................................... ii

    ABSTRACT .................................................................................................... iii

    HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv

    HALAMAN PERNYATAN........................................................................... v

    KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

    DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... x

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

    BAB I : PENDAHULUAN

    1.1.Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

    1.2.Identifikasi Masalah ............................................................................. 5

    1.3.Pembatasan Masalah ............................................................................ 5

    1.4.Perumusan Masalah ............................................................................. 6

    1.5.Tujuan Penelitian ................................................................................. 6

    1.6.Manfaat Penelitian ............................................................................... 6

    BAB II : KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

    PENELITIAN

    2.1.Kajian Teori ........................................................................................ 7

    2.1.1. Definisi Belajar ....................................................................... 7

    2.1.2. Definisi Hasil Belajar ............................................................... 8

    2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar .................... 14

    2.2.Pemrograman Web ............................................................................... 15

    2.3.Model Pembelajran .............................................................................. 18

    2.3.1. Definisi Blended Learning ....................................................... 20

  • viii

    2.3.2. Teori Belajar yang Melandasi Pembelajarn Blended Learning 22

    2.3.2.1.Teori Kognitif..................................................................... 22

    2.3.2.2.Teori Kontruksivisme......................................................... 23

    2.3.3. Komponen Blended Learning ................................................. 25

    2.3.3.1.Pembelajaran Tatap Muka (Pembelajaran Saintifik) ......... 25

    2.3.3.2.Online Learning (E-Learning) ........................................... 27

    2.3.4. Karakteristik Blended Learning ............................................... 30

    2.3.5. Lima Kunci Blended Learning ................................................. 33

    2.3.6. Implementasi Blended Learning .............................................. 35

    2.3.7. Kelebihan dan Kekurangan Blended Learning ........................ 36

    2.3.7.1.Kelebihan Blended Learning ............................................. 36

    2.3.7.2.Kekurangan Blended Learning .......................................... 36

    2.4.Kerangka Berpikir ................................................................................ 37

    2.5.Hipotesis Penelitian .............................................................................. 40

    BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

    3.1. Deskripsi Lokasi ................................................................................... 41

    3.2. Waktu ................................................................................................... 41

    3.3. Metode Penelitian ................................................................................. 41

    3.4. Desain Penelitian .................................................................................. 42

    3.5. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................... 45

    3.5.1. Populasi .................................................................................... 45

    3.5.2. Teknik Pengambilan Sampel .................................................... 45

    3.6. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 46

    3.7. Instrumen Penelitian ............................................................................. 47

    3.8. Uji Instrmen Penelitian ......................................................................... 49

    3.8.1. Pengukuran CVR ...................................................................... 50

    3.8.2. Pengujian Reliabilitas ............................................................... 50

    3.8.3. Pengujian Validitas Reliabilitas ............................................... 52

    3.8.4. Uji Tingkat Kesukaran ............................................................. 53

    3.8.5. Daya Pembeda Soal .................................................................. 54

    3.8.6. Instrumen Akhir........................................................................ 55

    3.9. Teknik Analisis Data ............................................................................ 55

  • ix

    3.9.1. Uji Normalitas .......................................................................... 55

    3.9.2. Uji Homogenitas ....................................................................... 56

    3.9.3. Uji Analisis Data ...................................................................... 56

    3.10. Hipotesis Statistik .............................................................................. 57

    BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1.Deskripsi Data Hasil Penelitian ............................................................ 58

    4.1.1. Hasil Belajar Pemrograman Web Kelas Eksperimen ................. 58

    4.1.2. Hasil Belajar Pemrograman Web Kelas Kontrol ........................ 60

    4.2.Pengujian Persyaratan Analisis ............................................................ 61

    4.2.1. Uji Normalitas Data .................................................................... 61

    4.2.2. Uji Homogenitas Data ................................................................ 62

    4.3.Pengujian Hipotesis .............................................................................. 63

    4.4.Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................... 64

    4.5.Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 68

    BAB V : PENUTUP

    5.1.Kesimpulan ........................................................................................... 70

    5.2.Saran ..................................................................................................... 71

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 72

    LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 74

  • x

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1.1 Nilai Siswa X TKJ Tahun ajaran 2014/2015 ................................... 3

    Tabel 2.1 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar .......................................... 17

    Tabel 2.2. Karakteristik dan setting blended learning pada setiap kuadran .... 31

    Tabel 3.1. Pembagian Kelompok Penelitian .................................................... 42

    Tabel 3.2. Perlakuan Yang Diberikan Pada Kelompok Eksperimen Dan Kelompok

    Kontrol Selama Penelitian................................................................................ 44

    Tabel 3.3. Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda Mata Pelajaran Pemrograman Web .. 47

    Tabel 3.4. Kriteria Pengujian ........................................................................... 51

    Tabel 3.5. Kriteria Tingkat Kesukaran ............................................................. 53

    Tabel 3.6. Kriteria Daya Beda ......................................................................... 54

    Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen .......................................... 59

    Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol ................................................ 60

    Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas dengan Lilefors ............................................. 62

    Tabel 4.4. Hasil Uji Homogenitas dengan Fisher ............................................ 63

    Tabel 4.5. Hasil Uji-t ........................................................................................ 64

  • xi

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1. Blended Learning ........................................................................ 20

    Gambar 2.2. Karakteristik blended learning dengan pendekatan konstruktif . 31

    Gambar 2.3. Menciptakan Pembelajaran Berpusat Peserta didk dengan Penerapan

    Blended Learning ............................................................................................. 35

    Gambar 2.4. Kerangka Berpikir ....................................................................... 39

    Gambar 4.1. Grafik Histogram Kelas Eksperimen .......................................... 60

    Gambar 4.2. Grafik Histogram Kelas Kontrol ................................................. 61

  • xii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1. Materi Pembelajaran .................................................................... 75

    Lampiran 2. Silabus ......................................................................................... 127

    Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen .............. 130

    Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol .................... 145

    Lampiran 5. Hasil Uji CVR ............................................................................. 157

    Lampiran 6. Instrumen Soal Sebelum Validitas .............................................. 158

    Lampiran 7. Validitas ....................................................................................... 165

    Lampiran 8. Uji Tingkat Kesukaran ................................................................ 168

    Lampiran 9. Uji Reliabilitas ............................................................................ 169

    Lampiran 10. Instrumen Soal Sesudah Validitas ............................................. 171

    Lampiran 11. Uji Normalitas.Kelas Eksperimen ............................................ 178

    Lampiran 12. Uji Normalitas.Kelas Kontrol .................................................... 179

    Lampiran 13. Uji Homogenitas ........................................................................ 180

    Lampiran 14. Distribusi Kelas Eksperimen ..................................................... 181

    Lampiran 15. Distribusi Kelas Kontrol ............................................................ 183

    Lampiran 16. Uji Teknik Analisis Data ........................................................... 185

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan kualitas

    sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan oleh setiap Negara.

    Pendidikan merupakan program strategis jangka panjang yang pada

    penyelenggaraannya harus mampu menjawab kebutuhan serta tantangan secara

    nasional. Selain itu, memasuki era globalisasi saat ini, pendidikan juga harus

    mampu menjawab kebutuhan serta tantangan secara global. Era globalisasi

    tentunya menuntut setiap aspek memiliki kemampuan berdaya saing termasuk

    aspek teknologi, menejemen, maupun sumber daya manusia.

    Salah satu tingkatan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan

    kejuruan pada jenjang pendidikan lanjut ialah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

    SMK Negeri 26 merupakan sekolah kejuruan dalam bidang teknologi yang

    memiliki beberapa program keahlian, yang salah satunya ialah Teknik Komputer

    Jaringan (TKJ) yang terbagi dalam empat tingkatan kelas yaitu kelas X TKJ, XI

    TKJ, XII TKJ, dan XIII TKJ. Masing-masing kelas berisi 30-32 siswa dan terbagi

    dalam dua kelas tiap tingkatan.1

    Menjadi guru yang profesional adalah suatu hal yang sulit namun wajib

    diwujudkan. Begitu banyak guru yang profesional namun tidak memiliki

    kemampuan pedagogis yang baik. Kemampuan pedagogis diantaranya kemampuan

    untuk menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, memanfaatkan teknologi

    informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran dan memfasilitasi

    1 Hasil observasi dan wawancara

  • 2

    pengembangan potensi siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

    dimiliki. Oleh karena itu kebutuhan akan kemampuan guru dalam mengkombinasi

    berbagai sumber belajar, penggunaan metode yang tepat serta penguasaan materi

    mutlak diperlukan. Sementara guru berperan sebagai fasilitator dan motivator

    dalam pembelajaran. lewat peran tersebut maka guru mestinya aktif

    mengembangkan konsep dan metode pembelajaran yang interaktif dan bermakna

    bagi siswa. Namun sebagian besar guru masih menggunakan model pembelajaran

    Pembelajaran Saintifik seperti pembelajaran tatap muka (face to face learning).

    Tuntutan dan peradaban telah mengalami pergeseran dari dunia analog menuju

    dimensi digital lewat kemajuan teknologi informasi yang begiru pesat. Pada saat

    yang bersamaan guru ditantang untuk memadukan model pembelajaran tradisional

    dan kemajuan teknologi informasi untuk mengimbangi gaya belajar siswa yang

    beragam.

    Pemerintah mendorong konsep pendidikan berbasis kompetensi dan

    mendorong pertumbuhan sekolah pendidikan kejuruan (SMK) lewat upaya yang

    masif dengan membalik rasio SMU dan SMK menjadi 33 : 67 pada tahun 2015.

    Berbagai langkah strategis dilakukan pemerintah mulai pembangunan fasilitas

    pendidikan kejuruan seperti gedung sekolah, alat dan bahan praktik sampai

    peningkatan kualitas guru lewat program diklat dan beasiswa.

    Pada saat peneliti melakukan observasi awal dan wawancara terhadap guru

    dan siswa kelas X TKJ SMKN 26 Jakarta, ditemukan bahwa dalam pencapaian dari

    setiap indikator kompetensi yang ada pada mata pelajaran pemrograman web,

    beberapa siswa masih melakukan remedial agar indikator kompetensi bisa

    didapatkan sesuai dengan standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).Hal ini

  • 3

    dibuktikan dengan nilai KKM untuk mata pelajaran pemrograman web adalah 76,

    namun 28,125% siswa masih belum mencapai nilai dari KKM, dimana menurut SK

    KKM Nomor : 800.2/839 adalah KKM yang harus dicapai untuk mata pelajaran

    Pemrograman Web adalah 76. Adapun untuk mencapai nilai KKM tersebut, siswa

    melakukan remedial.

    Tabel 1.1 memperlihatkan hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran

    Pemrograman Web, dengan Standar Kompetensi Pemformatan teks dan tabel

    halaman web.

    Tabel 1.1 Nilai Siswa Kelas X TKJ Semester Ganjil Tahun Ajaran 2014/2015

    Mata Pelajaran Pemrograman Web

    No Nilai Keterangan Frekuensi Persentase

    1 90 – 100 Sangat Baik 5 15,625

    2 80 – 89 Baik 13 40,625

    3 70 – 79 Cukup 4 12,5

    4

  • 4

    Web menjadi kurang efektif dan optimal.

    Berdasarkan uraian diatas diperlukan tenaga pendidik yang mempunyai

    kualifikasi dan kemampuan mengajar serta mendidik secara profesional. Oleh

    karena itu peran guru pada saat proses belajar dan mengajar harus mengikuti setara

    dengan kemajuan teknologi, untuk itu maka diperlukan suatu strategi dalam

    penyampaian belajar siswa dalam mata pelajaran Pemrograman Web.

    Untuk mengatasi permasalahan yang ada di atas agar dapat tercapainya

    tujuan pembelajaran baik dan efektif tentunya dibutuhkan model dan strategi

    pembelajaran yang tepat untuk diterapkan pada mata pelajaran yang diajarkan.

    Pembelajaran yang lebih memfokuskan pada siswa dalam proses pembelajaran dan

    memanfaatkan teknologi informasi yaitu internet sebagai fasilitas yang dapat

    mendukung pembelajaran. Pembelajaran yang mengkombinasikan aspek dari

    pembelajaran di kelas (tatap muka) dan pembelajaran online dengan untuk

    meningkatkan pembelajaran mandiri secara aktif oleh siswa dan mengurangi

    jumlah tatap muka di kelas. Salah satunya dengan menggunakan model

    pembelajaran Blended Learning .

    Peneliti berpendapat bahwa model Pembelajaran Blended Learning dapat

    membantu kegiatan belajar mengajar dengan cara membangun ide ide kreatif yang

    ingin dikembangkan oleh siswa melalui bahan ajar yang diperoleh siswa selalu up

    to date, guru juga dapat mengontrol materi yang dikuasai oleh siswa baik dalam

    pembelajaran tatap muka maupun online. Kegiatan belajar menjadi lebih efektif,

    dan efesien dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi serta

    dengan menustaskan pembelajaran yang belum disampaikan melalu tatap muka di

    kelas.

  • 5

    Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin menerapkan model pembelajaran

    Blended Learning untuk melihat perbandingan hasil belajar siswa kelas X TKJ

    dengan model pembelajaran Pembelajaran Saintifik pada mata pelajaran

    Pemrograman web di SMKN 26 Jakarta

    1.2. Identifikasi Masalah

    Diatas telah dijelaskan bahwa pemilihan metode yang dapat membantu anak

    untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. Berdasarkan hal tersebut maka

    akan timbul pertanyaan – pertanyaan sebagai berikut :

    1.2.1. 28,125% siswa kelas X TKJ di SMKN 26 Jakarta nilai mata pelajaran

    pemrograman web yang masih belum mecapai nilai dari KKM.

    1.2.2. Kurangnya tatap muka di kelas oleh guru dan sebagian siswa yang masih

    kurang memahami bahasa pemrograman web kurang aktif.

    1.2.3. Proses pembelajaran pada mata pelajaran pemrograman web masih berjalan

    monoton.

    1.3. Pembatasan masalah

    Mengingat terbatasnya waktu yang tersedia dalam penelitian ini, maka

    penulis membatasi masalah yang diteliti yaitu :

    1.3.1. Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas X TKJ 1 dan X TKJ 2 di SMKN

    26 Jakarta.

    1.3.2. Ruang lingkup materi ajar penelitian ini dibatasi pada Pemformatan teks dan

    tabel halaman web.

    1.3.3. Penelitian ini difokuskan terhadap perbandingan model Blended Learning

    terhadap hasil belajar siswa dengan model Pembelajaran Saintifik.

  • 6

    1.4. Perumusan masalah

    Sesuai dengan pembatasan masalah yang telah diutarakan di dalam

    pembatasan masalah, rumusan masalahnya adalah “Apakah terdapat perbandingan

    model pembelajaran Blended Learning dengan model Pembelajaran Saintifik

    terhadap hasil belajar siswa kelas X TKJ pada mata pelajaran pemrograman web

    di SMKN 26 Jakarta?”

    1.5. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1.5.1. Untuk memberikan proses belajar mengajar yang lebih variatif, efektif dan

    efisien kepada siswa kelas X TKJ di SMKN 26 Jakarta pada mata pelajaran

    pemrograman web.

    1.5.2. Untuk mengetahui terdapat perbandingan hasil belajar siswa dengan

    menggunakan model Pembelajaran Blended Learning dengan model

    Pembelajaran Saintifik

    1.6. Manfaat Penelitian.

    Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat pada hal-hal berikut ini :

    1.6.1. Dapat mengetahui model pembelajaran Blended Learning untuk

    meningkatkan keaktifan belajar siswa dan pembelajaran yang efektif.

    1.6.2. Hasil penelitian ini dapat menjadikan bahan masukan bagi guru dalam

    menentukan strategi pembelajaran yang sesuai.

    1.6.3. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perencanaan, peningkatan dan

    pengembangan sistem pengajaran berbasis online di SMKN 26 Jakarta.

  • 7

    BAB II

    KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

    PENELITIAN

    2.1. Kajian Teoritis

    2.1.1. Definisi Belajar

    Learning is relatively permanent change in behavior that result from past

    experience or purposeful instruction. Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang

    relatif menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari

    pembelajaran yang bertujuan/ direncanakan. 2 Menurut Agus Suprijono adalah

    perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman. Salah

    satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan

    tingkah laku dalam dirinya. Sedangkan menurut Winarso bahwa belajar adalah

    suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang dan berlangsung

    sepanjang hidupnya (life long education). Proses belajar dapat terjadi kapan saja

    dan di mana saja terlepas dari ada yang mengajar atau tidak. Proses belajar terjadi

    karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Salah satu pertanda bahwa

    seseorang telah belajar adalah adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan yang

    dimaksud adalah perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan

    (psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).3

    Jika belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan maka siswa semestinya

    didorong untuk aktif mengkonstruksi pengetahuan yang akan didapatkannya dan

    mencoba menemukan berbagai jawaban dari permasalah yang ditemuinya. Salah

    2 Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghlmia Indonesia,

    2010), hlm. 4. 3 Winarso dkk, Teknik Evaluasi Multimedia Pembelajaran, (Malang: Genius Prima Media, 2009),

    hlm. 1.

  • 8

    satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan dalam

    dirinya. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang bersifat pengetahuan

    (kognitif) dan keterampilan (psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan

    sikap (afektif)

    Dari uraian di atas disimpulkan bahwa belajar adalah aktivitas mental yang

    berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya yang menghasilkan

    perubahan bersifat relative konstan, dalam hlm ini adalah lingkungan kelas pada

    saat proses belajar untuk memperoleh tujuan yang dikehendaki yaitu pengetahuan

    (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif) berdasarkan

    pengalaman masa lalu.

    2.1.2. Definisi Hasil Belajar

    Hasil belajar merupakan hal terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana

    menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah

    laku dan sebagai umpan balik dalam upaya memperbaiki proses belajar mengajar.

    Tingkah laku sebagai hasil belajar dala pengertian luas mencakup bidang kognitif,

    afektif dan psikomotor.4 Dimyati dan Mudjiono juga menyebutkan hasil belajar

    merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi

    guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa,

    hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.5

    Nana Sudjana mengutip pendapat Benyamin S.Bloom yang membagi hasil

    belajar menjadi tiga ranah,yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah

    psikomotorik.6

    4 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakaya, 2009),

    hlm. 3. 5 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 3-4. 6 Sudjana, op.cit., hlm. 22-31.

  • 9

    a. Ranah kognitif

    Ranah kognitif berkenan dengan hasil belajar intelektual yang terdir dari

    enam aspek, kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan kempat

    aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Keenam jenjang atau aspek

    yang dimaksud adalah :

    1) Pengetahuan, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik

    untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta

    atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Kata

    kerja operasional yang dapat digunakan, diantaranya mendefinisikan,

    memberikan, mengidentifikasikan, memberi nama, menyusun daftar,

    mencocokan, menyebutkan, membuat garis besar, meyatakan kembali,

    memilih, dan menyatakan.

    2) Pemahaman, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik

    untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang

    disampaikan guru dan memanfaatkannya tanpa harus

    menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan

    lagi menjadi tiga, yakni menerjemahkan, menafsirkan, dan

    mengekstrapolasi. Kata kerja operasional yang dapat digunakan,

    diantaranya mengubah, mempertahankan, membedakan,

    memprakirakan, menjelaskan, menyatakan secara luas,menyimpulkan,

    memberi contoh, melukiskan kata-kata sendiri, meramalkan,

    menuliskan kembali, dan meningkatkan.

    3) Aplikasi, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk

  • 10

    menggunakan ide-ide umum. Tata cara ataupun metode, prinsip, dan

    teori-teori dalam situasi baru dan konkret. Kata kerja operasional yang

    dapat digunakan, diantaranya mengubah, menghitung,

    mendemonstrasikan, mengungkapkan, mengerjakan dengan teliti,

    menjalankan, memanipulasikan, menghubungkan, menunjukan,

    memecahkan, dan menggunakan.

    4) Analisis, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk

    menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur

    atau komponen pembentukannya. Kemampuan analisis dikelompokkan

    menjadi tiga, yaitu analisis unsur, analisis hubungan, dan analisis

    prinsip-prinsip yang terorganisasi. Kata kerja operasional yang dapat

    digunakan, di antaranya mengurai, membuat diagram, memisah-

    misahkan, menggambarkan kesimpulan, membuat garis besar,

    menghubungkan, memerinci.

    5) Sintesis, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk

    menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai

    factor. Hasil yang diperoleh dapat berupa tulisan, rencana atau

    mekanisme. Kata kerja operasional yang dapat digunakan, di antaranya

    menggolongkan, menggabungkan, memodifikasi, menghimpun,

    menciptakan, merencanakan, merekontruksikan, menyusun,

    membangkitkan, mengorganisasikan, merevisi, menyimpulkan dan

    menceritakan.

    6) Evaluasi, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk

    dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan atau konsep

  • 11

    berdasarkan kriteria tertentu. Hal penting dalam evaluasi ini adalah

    menciptakan kondisi sedemikian rupa, sehingga peserta didik mampu

    mengembangkan kriteria atau patokan untuk mengevaluasi sesuatu.kata

    kerja operasional yang dapat digunakan, diantaranya menilai,

    membandingkan, mempertentangkan, mengkritik, membeda-bedakan,

    mempertimbangkan kebenaran, menyokong, menafsirkan dan

    menduga.

    b. Ranah afektif

    Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima

    aspek.kelima aspek dimulai dari tingkat yang sederhana sampai tingkat yang

    kompleks sebagai berikut :

    1) Reciving/ attending (peneriman), yaitu jenjang kemampuan yang

    menuntut peserta didik untuk peka terhadap eksistensi fenomena atau

    rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali dengan penyadaran

    kemampuan untuk menerima dan memperhatikan. Kata kerja

    operasional yang dapat digunakan, diantaranya menanyakan, memilih,

    menggambarkan, mengikuti, memberikan, berpegang teguh, menjawab

    dan menggunakan.

    2) Responding (jawaban), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut

    peserta didik untuk tidak hanya peka pada suatu fenomena, tetapi juga

    bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya pada kemampuan

    pesrta didik untuk menjawab secara sukarela, membaca tanpa

    ditugaskan. Kata kerja operasional yang dapat digunakan, diantaranya

    menjawab, membantu, memperbincangkan, memberi nama,

  • 12

    menunjukkan, mempraktikkan, mengemukakan, membaca,

    melaporkan, menuliskan, memberi tahu dan mendiskusikan.

    3) Valuing (penilaian), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta

    didik untuk menilai suatu objek, fenomena atau tingkah laku tertentu

    secara konsisten. Kata kerja operasional yang digunakan, diantaranya

    melengkapi, menerangkan, membentuk, mengusulkan, mengambil

    bagian, memilih dan mengikuti.

    4) Organisasi, yaitu jenjang kemampuan yang menuntuk peserta didik

    untuk menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan masalah,

    membentuk suatu sistem nilai. Kata kerja operasional yang dapat

    digunakan, diantaranya merubah, mengatur, menggabungkan,

    membandingkan, mempertahankan, menggeneralisasikan dan

    memodifikasi.

    5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai

    c. Ranah psikomotorik

    Hasil belajar psikomotoris tampak pada gerakan keterampilan (skil) dan

    kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan,yakni:

    1) Geraka reflex yaitu keterampilan pada gerakan yang tidak sadar.

    2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.

    3) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakn visual,

    auditif, motoris dan lain-lain.

    4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan

    ketetapan.

    5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada

  • 13

    keterampilan yang kompleks.

    6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti

    gerakan ekspresif dan interpretatif.

    Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui

    seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan.Untuk

    mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran

    menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Pengukuran demikian

    dimungkinkan karena pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat

    diterapkan pada berbagai bidang termasuk pendidikan.7

    Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

    merupakan kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa

    baik melalui kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah ia menerima perlakuan yang

    diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan atau mengimplementasikan

    pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.

    Keberhasilan belajar seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik

    faktor internal dan faktor eksternal untuk memperoleh hasil belajar yang memadai,

    siswa harus menyadari akan ada pengaruh-pengaruh tersebut. Berbagai faktor yang

    mempengaruhi hasil belajar telah banyak dikemukakan para ahli psikologi

    pendidikan. Hasil belajar ranah kognitif yang diteliti hanya pengetahuan (C1),

    pemahaman (C2), dan Aplikasi (C3) mengingat keterbatasan kemampuan

    intelektual siswa sekolah menengah kejuruan.

    7 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009),hlm. 44.

  • 14

    2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

    Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran

    di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu

    sendiri. Sugihartono, dkk menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

    belajar, sebagai berikut:8

    a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.

    Faktor internal meliputi: faktor fisiologis dan faktor psikologis.

    b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal

    meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

    Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik

    individu, faktor fisiologis dibedakan menjadi dua macam yaitu tonus jasmani yang

    pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang karena kondisi

    fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan

    belajar individu.

    Faktor fisiologis yang kedua adalah keadaan fungsi jasmani. Selama proses

    belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat

    mempengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi

    dengan baik, akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula.

    Faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar antara lain kecerdasan

    siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat. Selain itu belajar juga dipengaruhi oleh

    potensi yang dimiliki setiap individu, oleh karena itu para pendidik, orangtua dan

    guru perlu memperhatikan dan memahami bakat yang dimiliki oleh anak antara lain

    8 Sugihartono, Dkk, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: UNY Pres, 2007). hlm. 76-77.

  • 15

    dengan mendukung, ikut mengembangkan dan tidak memaksa anak untuk memilih

    jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.

    Selain faktor internal, faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor

    eksternal yaitu lingkungan sosial dan nonsosial. Lingkungan sosial meliputi

    lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan keluarga. Adapun

    lingkungan sekolah antara lain metode mengajar guru dan kurikulum. Sedangkan

    lingkungan nonsosial meliputi lingkungan alamiah seperti kondisi udara yang segar

    dan faktor instrumenal seperti kelengkapan perangkat belajar. Selain itu motivasi

    belajar juga dapat meningkatkan hasil belajar.

    2.2. Pemrograman Web

    Secara etimologis istilah web programming terdiri dari dua kata yaitu

    pemrograman dan web. Menurut kamus besar bahasa Indonesia pemrograman

    adalah proses, cara, perbuatan, sedangkan web dapat diartikan sebagai halaman

    atau media informasi yang dapat diakses dengan perangkat lunak browser melalui

    jaringan komputer atau internet.

    Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pemrograman web adalah

    proses membuat aplikasi komputer yang dapat digunakan/ditampilkan dengan

    bantuan browser. Dengan Pemrograman web, halaman web yang semula hanya

    menampilkan informasi, dapat lebih interaktif seperti bisa memberi komentar dan

    menyimpannya, bisa kirim gambar, bisa melakukan pencarian data, atau dengan

    kata lain bisa lebih memahami apa yang sedang anda perlukan.

    Pemrograman web merupakan salah satu mata pelajaran wajib dasar pada

    dasar program keahlian Teknik Informatika dan Komputer (TIK). Berdasarkan

  • 16

    struktur kurikulum mata pelajaran Pemrograman web disampaikan dikelas X yang

    disampaikan dalam waktu 3 jam pelajaran perminggu. Berhubungan peneliti

    melaksanakan penelitiannya pada semester ganjil maka materi pemrograman web

    ditekankan pada perintah- perintah pada HTML untuk pembuatan halaman dan

    perintah-perintah menggunakan Java Script. Perintah HTML yang diajarkan pada

    pemrograman web ini meliputi pembuatan komponen formulir serta pemberian

    style pada suatu halaman web.

    Untuk materi java script meliputi teknik pemrograman halaman web ,

    pengolahan input user. Pada teknik pemrograman halaman web akan dijelaskan

    lebih lanjut tentang anatomi dan cara kerja kode java script, dasar pemrograman

    klien (variabel, tipe data, operator), array dimensi 1 dan multidimensi, struktur

    kontrol percabangan pada program klien, struktur kontrol perulangan pada program

    klien, fungsi bawaan dan buatan user pada program klien.

    Karena keterbatasan waktu maka peneliti hanya memberikan materi tentang :

    1. Format formulir halaman web

    2. Format tabel halaman web 


    Acuan materi yang akan diajarkan terhadap siswa berdasarkan pada tabel

    Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di bawah ini:

  • 17

    Tabel 2.1. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran

    Pemrograman Web

    KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

    1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama

    yang dianutnya .

    1.1. Memahami nilai-nilai keimanan dengan menyadari hubungan

    keteraturan dan kompleksitas

    alam dan jagad raya terhadap

    kebesaran Tuhan yang

    menciptakannya.

    1.2. Mendiskripsikan kebesaran Tuhan yang menciptakan

    berbagai sumber energi di alam.

    1.3. Mengamalkan nilai-nilai keimanan sesuai dengan ajaran

    agamanya dalam kehidupan

    sehari-hari.

    2. Menghayati dan Mengamalkan perilaku

    jujur, disiplin, tanggung -

    jawab, peduli (gotong

    royong, kerjasama, toleran,

    damai), santun, responsif

    dan pro -aktif dan

    menunjukan sikap sebagai

    bagian dari solusi atas

    berbagai permasalahan

    dalam berinteraksi secara

    efektif dengan lingkungan

    sosial dan alam serta dalam

    menempatkan diri sebagai

    cerminan bangsa dalam

    pergaulan dunia.

    2.1. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu;

    objektif; jujur; teliti; cermat;

    tekun; hati-hati; bertanggung

    jawab; terbuka; kritis; kreatif;

    inovatif dan peduli lingkungan)

    dalam aktivitas sehari-hari

    sebagai wujud implementasi

    sikap dalam melakukan

    percobaan dan berdiskusi

    2.2. Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas

    sehari-hari sebagai wujud

    implementasi melaksanakan

    percobaan dan melaporkan hasil

    percobaan

  • 18

    KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

    3. Memahami, menerapkan dan menganalisis

    pengetahuan faktual,

    konseptual, dan prosedural

    berdasarkan rasa ingin

    tahunya tentang ilmu

    pengetahuan, teknologi,

    seni, budaya, dan humaniora

    dalam wawasan

    kemanusiaan, kebangsaan ,

    kenegaraan, dan peradaban

    terkait penyebab fenomena

    dan kejadian dalam bidang

    kerja yang spesifik untuk

    memecahkan masalah.

    3.1. Memahami konsep teknologi aplikasi web

    3.2. Memahami format teks pada halaman web

    3.3. Memahami format tabel pada halaman web

    3.4. Memahami tampilan format multimedia pada halaman web

    3.5. Memahami format kaitan pada halaman web

    3.6. Memahami format formulir pada halaman web

    3.7. Memahami style pada halaman web

    3.8. Memahami teknik pemrograman pada halaman web

    3.9. Memahami pengelolaan halaman web menggunakan

    kode program

    4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah

    konkret dan ranah abstrak

    terkait dengan

    pengembangan dari yang

    dipelajarinya di sekolah

    secara mandiri, dan mampu

    melaksanakan tugas spesifik

    di bawah pengawasan

    langsung

    4.1. Menyajikan berbagai teknologi pengembangan aplikasi web

    4.2. Menyajikan teks dalam format tertentu pada halaman web

    4.3. Menyajikan tabel pada halaman web

    4.4. Menyajikan tampilan format multimedia pada halaman web

    4.5. Menyajikan format kaitan pada halaman web

    4.6. Menyajikan formulir pada halaman web

    4.7. Menyajikan style tertentu pada halaman web

    4.8. Menyajikan teknik-teknik dalam pemrograman web

    4.9. Menyajikan hasil pengelolaan halaman web menggunakan

    kode program

    2.3. Model Pembelajaran

    Istilah penggunaan model pembelajaran menurut Arends yang dikutip oleh

    Trianto berdasarkan dua alasan penting, yaitu (1) model mempunyai makna yang

  • 19

    lebih luas daripada strategi, metode, atau prosedur; (2) sebagai sarana komunikasi

    yang penting, apakah yang dibicarakan tentang mengajar di kelas, atau praktik

    mengawasi anak-anak. Pemilihan istilah model pembelajaran ini berfungsi untuk

    memberikan pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan

    pembelajaran.9

    Miftahul Huda mengutip pendapat Joyce dan Weill yang mendeskripsikan

    model pengajaran sebagai rencana atau pola yang dapat digunakan untuk

    membentuk kurikulum, mendesain materi-materi instruksional, dan memandu

    proses pengajaran di ruang kelas atau setting yang berbeda.10

    Dalam konteks pembelajaran menjelaskan model pembelajaran sebagai suatu

    perencanaan/pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan

    pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial. Model juga didefinisikan sebagai

    sesuatu yang menggambarkan adanya pola berpikir dan biasanya direpresentasikan

    dalam bentuk grafis atau flow chart yang menggambarkan keseluruhan konsep yang

    saling berkaitan.11

    Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

    adalah suatu strategi, metode atau prosedur tentang mengajar di kelas yang

    menggambarkan pola berpikir yang digunakan sebagai pedoman dalam

    merencanakan pembelajaran.

    9 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. (Jakarta: Prestasi Pustaka,

    2007), hlm. 4. 10 Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran Isu-Isu Medis dan Paradigmatis.

    (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013). hlm. 23. 11 Benny A Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran. (Jakarta: Dian Rakyat, 2010). hlm. 86.

  • 20

    2.3.1. Definisi Blended Learning

    Secara etimologis istilah Blended Learning terdiri atas dua kata, yaitu

    Blended dan Learning. Kata Blend berarti campuran, dan Learning memiliki makna

    umum yaitu belajar. Dengan demikian, Blended Learning mengandung makna pola

    pembelajaran yang mengandung unsur pencampuran atau penggabungan antara

    satu pola dengan pola lainnya. menjelaskan Blended Learning sebagai kombinasi

    antara face to face learning dan online learning.12 Senada dengan definisi di atas,

    Elenena Mosa yang dikutip dalam buku Cepi Riyana menyampaikan bahwa yang

    dicampurkan dalam Blended Learning adalah dua unsur utama, yaitu pembelajaran

    di kelas (classrom lesson) dengan online learning. Adapun definisi Blended

    Learning digambarkan seperti gambar berikut:

    Gambar 2.1 Blended Learning

    Berdasarkan gambar di atas, tampak bahwa Blended Learning dibangun

    dengan mengkombinasikan pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online.

    Thorne yang dikutip dalam buku S.B Sjukur juga mempertegas definisi Blended

    Learning sebagai berikut :

    12 Husamah, op.cit., hlm. 11.

  • 21

    “it represents an opportunity to integrate the innovative and technological

    advances offered by online learning with the interaction and participation offered

    in the best of traditional learning”. 13

    Definisi di atas mengandung makna bahwa blended learning

    menggambarkan sebuah kesempatan yang mengintegrasikan inovasi dan

    keuntungan teknologi pada pembelajaran online dengan interaksi dan partisipasi

    dari keuntungan pembelajaran tatap muka. Sementara itu, Blended Learning

    sebagai pembelajaran yang mengkombinasikan setting pembelajaran synchronous

    dan asynchronous secara tepat guna untuk mencapai tujuan pembelajaran. 14

    Pembelajaran synchronous adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada

    waktu yang sama dan tempat yang sama ataupun berbeda, sedangkan pembelajaran

    asynchronous adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada waktu dan tempat

    yang berbeda.15

    Adapun Dian Wahyuningsih mendefinisikan Blended Learning dengan

    pendekatan konstruktif. Blended Learningby constructive approach (BLCA) terdiri

    atas dua istilah, yaitu Blended Learning (pembelajaran bercampur) dan constructive

    approach (pendekatan konstruktif). Beberapa definisi dari ahli di atas memberikan

    gambaran bahwa Blended Learning merupakan kombinasi antara pembelajaran

    13 S.B Sjukur, 2012, Pengaruh Blended Learning terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar

    Siswa Tingkat SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi. Nomor 3. Volume 2, hlm. 368-378. 14 Chaeruman . Implementing Blended Learning: A Case Based Sharing Experience. 2011 diunduh

    dari http://www.teknologipendidikan.net/2011 /06/21/implementing-blended-learning-a-case-

    based-sharing-experience/ 15 Dian Wahyuningsih, Implementasi Blended Learning By The Constructive Approach (BLCA)

    untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemandirian Belajar Mahasiswa dalam Matakuliah

    Interaksi Manusia dan Komputer Prodi Teknologi Pendidikan FIP UNY. (Yogyakarta: Thesis

    Universitas Negeri Yogyakarta. Tidak diterbitkan, 2013), hlm. 40.

  • 22

    tatap muka dengan pembelajaran online dengan bantuan teknologi informasi dan

    komunikasi.16

    Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Blended Learning

    adalah penggabungan antara dua unsur antara face to face dengan e-learning

    dengan tepat guna untuk mencapai tujuan pembelajaran.

    Aspek yang digabungkan dalam Blended Learning tidak hanya

    mengkombinasikan face-to-face dan online learning saja tetapi juga dapat

    berbentuk apa saja, seperti: metode, media, sumber, lingkungan ataupun strategi

    pembelajaran.

    2.3.2. Teori belajar yang Melandasi Pembelajaran Blended Learning

    Pembelajaran dengan model Blended Learning didasari oleh teori belajar

    berikut:

    2.3.2.1. Teori Kognitif

    Pengkajian teori belajar kognitif memandang belajar sebagai proses

    pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal

    dan memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan kata lain, aktivitas belajar

    pada diri manusia ditekankan pada proses internal dalam berpikir, yakni proses

    pengolahan informasi.17

    Jean Piaget yang dikutip dalam buku Achmad Rifai dan Catharina

    menjelaskan tentang teori belajar kognisi menekankan pada cara-cara seseorang

    menggunakan pikirannya untuk belajar, mengingat, dan menggunakan pengetahuan

    yang telah diperoleh dan disimpan di dalam pikirannya secara efektif. Pada

    16 Ibid., hlm.39. 17 Achmad Rifai & Catharina Tri Anni, Psikologi Pendidikan. (Semarang: Unnes Press, 2009).

    hlm. 128.

  • 23

    hakekatnya, belajar mendasari pada pengamatan yang melibatkan seluruh indera,

    menyimpan kesan lebih lama, dan menimbulkan sensasi yang membekas pada

    siswa. Adapun proses belajar terdiri atas 3 tahapan, yaitu (1) asimilasi adalah proses

    memasukan informasi ke dalam skema, (2) akomodasi adalah proses mengubah

    skema yang telah dimiliki dengan informasi baru, dan (3) equilibrasi adalah

    percobaan memperoleh keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi.18

    Piaget yang dikutip dalam buku Miftahul Huda menekankan teorinya pada

    kedewasaan dan perkembangan kognitif berdasarkan tahapan usia. Prinsip dasar

    teorinya adalah anak-anak mengkonstruksi pemahamannya sendiri. Seorang anak

    akan mencari keseimbangan antara struktur pengetahuan yang sudah dimilikinya

    dengan pengetahuan baru yang diperolehnya melalui asimilasi dan akomodasi.

    Dengan demikian, pembelajaran baru hanya terjadi ketika seseorang bisa

    mengembangkan pola pikirnya dengan mengadaptasi sesuatu yang baru dan

    menyesuaikan sesuatu yang lama.19

    2.3.2.2. Teori Konstruktivisme

    Belajar adalah lebih dari sekedar mengingat. Peserta didik yang memahami

    dan mampu menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari, mampu memecahkan

    masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri, dan berkutat dengan berbagai

    gagasan. Inti dari teori konstruktivisme adalah peserta didik harus menemukan dan

    mentransformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya sendiri serta mampu

    mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan

    18 Ibid., hlm. 26. 19 Huda, op.cit., hlm. 42.

  • 24

    lingkungannya.20 Teori konstruktivisme menetapkan empat asumsi tentang belajar,

    yaitu:

    1) pengetahuan secara fisik dikonstruksikan oleh peserta didik yang terlibat

    dalam belajar aktif.

    2) pengetahuan secara simbolik dikonstruksikan oleh peserta didik yang

    membuat representasi atas kegiatannya sendiri.

    3) pengetahuan secara sosial dikonstruksikan oleh peserta didik yang

    menyampaikan maknanya kepada orang lain.

    4) pengetahuan secara teoritik dikonstruksikan mencoba menjelaskan objek

    yang tidak benar-benar dipahaminya.

    Salah satu tokoh teori konstruktivisme adalah Vygotsky. Ia menekankan

    pentingnya aspek sosial dalam belajar. Vygotsky yang dikutip dalam buku Achmad

    Rifai dan Catharina percaya bahwa kemampuan kognitif berasal dari hubungan

    sosial dan kebudayaan. Dimana interaksi sosial dengan orang lain dapat memacu

    pengkonstruksian ide-ide baru dan meningkatkan perkembangan intelektual peserta

    didik.21

    Berdasarkan kedua teori belajar di atas, penelitian ini lebih mengacu pada

    pendekatan konstruktif oleh pemikiran Vygotsky yang memperhatikan aspek sosial

    dalam pengkonstruksian ide dan perkembangan intelektual siswa. Adapun

    implementasi dalam pembelajaran dengan model blended learning lebih

    menitikberatkan pada pendekatan konstruktif berupa pembelajaran berbasis

    masalah (problem based learning).

    20 Achmad Rifai & Catharina, op.cit., hlm. 138. 21 Ibid., hlm. 34.

  • 25

    Pembelajaran dengan model blended learning dalam penelitian ini mengacu

    langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah. Adapun langkah-langkah

    pembelajaran tersebut meliputi: orientasi, organisasi, investigasi, presentasi, serta

    analisis dan evaluasi.

    2.3.3. Komponen Blended Learning

    Berdasarkan kesimpulan dari definisi Blended Learning menurut para ahli,

    maka Blended Learning mempunyai 2 komponen pembelajaran yaitu pembelajaran

    tatap muka (Pembelajaran saintifik) dan online learning (e-learning).

    2.3.3.1. Pembelajaran Tatap Muka (Pembelajaran Saintifik)

    Perancangan kurikulum 2013, pendekatan yang digunakan dalam

    pembelajaran yaitu pendekatan ilmiah (Scientific Approach). Pendekatan ini lebih

    efektif hasilnya jika diimplementasikan di dalam kelas dibandingkan dengan

    pendekatan tradisional, yaitu meningkatnya kemampuan siswa dari aspek

    pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor).

    Kemendikbud mengemukakan keterampilan-keterampilan ilmiah dalam

    pendekatan scientific. Keterangan menurutnya sebagai berikut.

    1. Mengamati

    Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan

    peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan; melihat, menyimak,

    mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan

    pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca,

    mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.

  • 26

    2. Menanya

    Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin

    terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan.

    Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan

    beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik,

    dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.

    3. Mengumpulkan informasi/eksperimen

    Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari

    berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca

    buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau

    bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah

    informasi. Anak perlu dibiasakan untuk menghubung-hubungkan antara informasi

    satu dengan yang lain, untuk mengambil kesimpulan.

    4. Mengasosiasikan/mengolah informasi

    Kegiatan mengolah informasi yang sudah dikumpulkan dari hasil kegiatan

    eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati..

    5. Mengomunikasikan

    Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan

    dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil

    tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta

    didik atau kelompok peserta didik tersebut. Anak perlu dibiasakan untuk

    mengemukakan dan mengomunikasikan ide, pengalaman, dan hasil belajarnya

    kepada orang lain (teman atau guru bahkan orang tua).

  • 27

    Dari definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan ilmiah

    adalah proses pembelajaran yang mendorong anak untuk melakukan kegiatan

    ilmiah dengan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/eksperimen, dan

    mengomunikasikan.

    2.3.3.2. Online Learning (E-Learning)

    “e-learning is commonly referred to the intentional use of networked

    information and communication technology in teaching and learning”.22 Definisi

    ini mengandung makna bahwa e-learning sering ditunjukkan dengan penggunaan

    teknologi informasi dan komunikasi dalam proses belajar-mengajar. Online

    learning (e-learning) merupakan pembelajaran yang menggunakan rangkaian

    elektronik LAN, WAN, dan internet untuk menyampaikan isi materi.

    Belajar dengan e-learning merupakan salah satu bentuk penggunaan media

    pembelajaran berbasis IT/berbasis internet. Lebih lanjut, Rosenberg yang dikutip

    dalam oleh Rusman menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan

    teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan

    pengetahuan dan keterampilan.23

    Definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa online learning (e-

    learning) merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan teknologi

    internet, intranet, dan berbasis web yang memungkinkan terjadinya interaksi belajar

    antara peserta didik dan pendidik dengan mengakses informasi dan materi pelajaran

    kapan pun dan dimanapun. Adapun persyaratan utama yang perlu dipenuhi dalam

    22 Som Naidu Som. E-learning A Guidebook of Principles, Procedures and Practices. (Australia:

    Sanjaya Mirsha, 2011). hlm. 1. 23 Rusman. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme. (Bandung:

    Rajagrafindo Persada, 2013). hlm. 346.

  • 28

    e-learning adalah adanya akses dengan sumber informasi melalui internet dan

    adanya informasi tentang letak sumber informasi yang ingin kita dapatkan.24

    Rusman mengutip pendapat Rosenberg mengkategorikan tiga kriteria dasar

    yang ada dalam e-learning adalah sebagai berikut:25

    1) e-learning bersifat jaringan yang membuatnya mampu memperbaiki secara

    cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan dan sharing

    pembelajaran dan informasi;

    2) e-learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan

    menggunakan standar teknologi internet;

    3) e-learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi

    pembelajaran yang mengungguli paradigma dalam pelatihan.

    Beberapa kriteria di atas menjadi patokan dasar yang terdapat dalam

    pembelajaran dengan sistem e-learning. Ada beberapa karakteristik e-learning

    menurut Cisco adalah sebagai berikut:26

    1) Memanfaatkan jasa teknologi elektronik. Dimana guru dan siswa, siswa

    dengan sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan

    relatif mudah dengan tanpa dibatasi waktu dan tempat;

    2) Memanfaatkan keunggulan komputer (Digital Media dan Computer Networks);

    3) Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) yang

    disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja

    dan dimana saja apabila yang bersangkutan memerlukan;

    24 Ibid., hlm. 335. 25 Ibid., hlm. 349. 26 Rusman, op.cit, 348.

  • 29

    4) Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil, kemauan belajar dan

    hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap

    saat di komputer.

    Berdasarkan karakteristik online learning menunjukkan bahwa pembelajaran

    dilakukan dengan memanfaatkan internet sehingga memungkinkan siswa dapat

    belajar kapan saja dan dimana saja. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran,

    penggunaan media, dan bahan ajar juga dikemas dalam suatu bentuk yang dapat

    diakses dengan menggunakan internet. Haughey menjelaskan bahwa ada tiga

    kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet (e-

    learning) adalah sebagai berikut: 27

    1) Web course

    Web course merupakan penggunaan internet untuk keperluan pendidikan

    yang mana peserta didik dan pendidik sepenuhnya terpisah dan tidak

    diperlukan adanya tatap muka. Adapun penggunaan bahan ajar, media

    pembelajaran, sumber belajar dikemas dengan memanfaatkan internet

    sepenuhnya. Selain itu, kegiatan pembelajaran yang meliputi: diskusi,

    konsultasi, penugasan, latihan, dan ujian sepenuhnya juga disampaikan

    dengan internet. Model pengembangan ini mengutamakan internet sebagai

    komponen yang paling signifikan dalam pembelajaran.

    2) Web centric course

    Web centric course merupakan penggunaan internet yang memadukan antara

    belajar jarak jauh dan tatap muka (Pembelajaran Saintifik). Model ini

    menekankan pada pemberian materi pembelajaran dengan menggunakan

    27 Ibid., hlm. 350.

  • 30

    internet dan sebagian lagi melalui tatap muka. Dalam implementasinya,

    pendidik memberikan petunjuk kepada peserta didik untuk mempelajari

    materi melalui web yang telah dibuatnya. Adapun pada pembelajaran tatap

    muka, guru dan siswa lebih aktif untuk berdiskusi tentang temuan materi yang

    telah dipelajari melalui web dengan akses internet. Dengan demikian, fungsi

    dari pembelajaran jarak jauh dan tatap muka adalah saling melengkapi.

    3) Web enhanced course

    Web enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang

    peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Adapun peran

    guru dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di internet,

    membimbing siswa dalam menemukan situs-situs yang relevan dengan

    pembelajaran, menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati,

    dan melayani bimbingan serta komunikasi melalui internet. Adapun fungsi

    dari internet dalam pembelajaran ini adalah untuk memberikan pengayaan

    dan komunikasi antara siswa dan guru, sesama siswa, anggota kelompok, atau

    siswa dengan narasumber. Ketiga pengembangan sistem pembelajaran

    berbasis internet tersebut pada dasarnya memiliki karakteristik yang berbeda-

    beda sesuai dengan fungsi, pola dan pendekatannya dalam pembelajaran.

    2.3.4. Karakteristik Blended Learning

    Merujuk pada definisi Blended Learning yaitu pembelajaran yang

    mengkombinasikan setting pembelajaran synchronous dan asynchronous secara

    tepat guna untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka karakteristik model Blended

    Learning dengan pendekatan konstruktif (constructive approach) ini memiliki dua

  • 31

    setting pembelajaran, yaitu pembelajaran synchronous dan asynchronous. Adapun

    karakteristik Blended Learning ini digambarkan dalam bagan berikut :28

    Gambar 2.2 Karakteristik blended learning dengan pendekatan konstruktif

    Dari bagan di atas, dijelaskan deskripsi dari masing-masing kuadran

    karakteristik dan setting Blended Learning dalam tabel berikut :

    Tabel. 2.2 Karakteristik dan setting blended learning pada setiap kuadran

    No Kuadran Deskripsi

    1 Kuadran 1

    (live

    synchronous)

    a. dilaksanakan dalam pembelajaran tatap muka dengan

    strategi dan metode pembelajaran;

    b. strategi pembelajaran dalam penelitian ini adalah

    pembelajaran berbasis masalah (problem based

    learning);

    c. metode pembelajaran, meliputi: ceramah, praktik,

    diskusi, presentasi, demonstrasi, dan lain-lain:

    ceramah yang digunakan adalah ceramah

    konstruktif di awal pembelajaran;

    28 Chaeruman, op.cit.,

  • 32

    praktik dalam Blended Learninglebih diarahkan

    pada kegiatan pemecahan masalah dari

    pengetahuan;

    diskusi dalam Blended Learninglebih diarahkan

    pada kegiatan menggali ide-ide untuk

    mengkonstruksikan pengetahuan;

    presentasi lebih diarahkan dengan menunjukan

    hasil karya berdasarkan hasil pengkonstruksian

    ide-ide dan pengetahuan.

    Kuadran 2

    (virtual

    synchronous)

    a. pembelajaran dilakukan dalam waktu yang bersamaan namun dalam dimensi ruang yang

    sama/berbeda, meliputi: video conference, audio

    converence, chatting;

    b. virtual synchronous merupakan perluasan live synchronous dengan memanfaatkan teknologi untuk

    mengambil peran pada pembelajaran online.

    Kuadran 3

    (asynchronous

    mandiri)

    a. pembelajaran dilakukan dalam dimensi ruang dan waktu yang berbeda (kapan saja dan dimana saja)

    melalui media pembelajaran yang

    b. memungkinkan siswa dapat belajar secara mandiri;b. media pembelajaran dapat berbentuk

    cetak maupun digital yang memperkenankan siswa

    memilih dan mempelajari sensiri materi;

    media cetak dapat berupa buku, majalah, modul,

    dan sebagainya;

    media digital dapat dikemas dalam bentuk doc,

    ppt, pdf, html, flv, dan sebagainya.

    Kuadran 4

    (asynchronous

    kolaboratif)

    a. pembelajaran yang dilakukan dalam dimensi ruang dan waktu yang berbeda (kapan saja dan dimana

    saja), tetapi peristiwa belajarnya melibatkan lebih

    dari satu orang atau berkolaborasi;

    b. meliputi: project work, mailinglist, forum diskusi; c. memberikan kesempatan pada siswa dan guru untuk

    diskusi, mengamati, menginvestigasi, dan

    menganalisis masalah terkait materi pada

    pembelajaran online.

    Berdasarkan uraian di atas, menjelaskan bahwa pembelajaran dengan

    setting Blended Learning akan memberikan ruang bagi siswa untuk aktif dalam

    meningkatkan kompetensinya baik secara teori maupun praktik.

  • 33

    2.3.5. Lima Kunci Blended Learning

    Jared M.Carman yang dikutip dalam buku Husamah menjelaskan ada lima

    kunci untuk melaksanakan pembelajaran dengan Blended Learning, yaitu: 29

    1) Live Event (Pembelajaran Tatap Muka)

    Pembelajaran langsung atau tatap muka secara sinkronous dalam waktu

    dan tempat yang sama ataupun waktu sama tetapi tempat berbeda. Pola

    pembelajaran langsung masih menjadi pola utama yang sering digunakan

    guru dalam mengajar. Pola pembelajaran ini perlu didesain sedemikian

    rupa untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan

    siswa.

    2) Self-Paced Learning (Pembelajaran Mandiri)

    Pembelajaran mandiri (self-paced learning) memungkinkan peserta

    belajar didik dapat belajar kapan saja dan dimana saja secara online.

    Adapun konten pembelajaran perlu dirancang khusus baik yang bersifat

    teks maupun multimedia, seperti: video, animasi, simulasi, gambar,

    audio, atau kombinasi semuanya. Selain itu, pembelajaran mandiri juga

    dapat dikemas dalam bentuk buku, via web, via mobile, streaming audio,

    maupun streaming video.

    3) Collaboration (Kolaborasi)

    Kolaborasi dalam pembelajaran Blended Learning dengan

    mengkombinasikan kolaborasi antar pengajar maupun kolaborasi antar

    peserta belajar. Kolaborasi ini dapat dikemas melalui perangkat-

    perangkat komunikasi, seperti forum, chatroom, diskusi, email, website,

    29 Husamah, op.cit., hlm. 31-33.

  • 34

    dan sebagainya. Dengan kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan

    konstruksi pengetahuan maupun keterampilan dengan adanya interaksi

    sosial dengan orang lain.

    4) Assessment (Penilaian/Pengukuran Hasil Belajar)

    Penilaian (assessment) merupakan langkah penting dalam pelaksanaan

    proses pembelajaran. Penilaian dilakukan dengan tujuan untuk

    mengetahui sejauh mana penguasaan kompetensi yang telah dikuasai oleh

    siswa. Selain itu, penilaian juga bertujuan sebagai tindak lanjut guru

    dalam pelaksanaan pembelajaran. Adapun guru sebagai perancang

    pembelajaran harus mampu meramu kombinasi jenis assessment online

    dan offline baik yang bersifat tes maupun non-tes;

    5) Performance Support Materials (Dukungan Bahan Belajar)

    Bahan ajar merupakan salah satu komponen penting dalam mendukung

    proses pembelajaran. Penggunaan bahan ajar akan menunjang

    kompetensi siswa dalam menguasai suatu materi. Dalam pembelajaran

    dengan Blended Learning hendaknya dikemas dalam bentuk digital

    maupun cetak sehingga dapat diakses oleh peserta belajar baik secara

    offline maupun online. Penggunaan bahan ajar yang dikemas secara

    online sebaiknya juga mendukung aplikasi pembelajaran online. Contoh:

    penggunaan bahan ajar berbentuk power point pada e-learning dengan

    basis efront. Bahan ajar ini mendukung pembelajaran online karena dapat

    diakses oleh peserta didik.

    Kelima kunci di atas memiliki keterkaitan dan pengaruh yang signifikan

    dalam kegiatan pembelajaran dengan Blended Learning. Dengan kelima kunci

  • 35

    tersebut, pembelajaran yang didesain dengan model pembelajaran Blended

    Learning diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran

    sehingga berlangsung dengan efektif dan efisien.

    2.3.6. Implementasi Blended Learning

    Blended Learning merupakan suatu upaya untuk mengabungkan kegiatan

    belajar tatap muka dengan model belajar menggunakan komputer atau

    perlengkapan elekronik berdasarkan petunjuk dari pendidik di mana materi dapat

    berbedtuk media digital yang digunakan untuk membantu proses belajar mengajar

    tatap muka. Sebagai contoh kegiatan belajar mengajar secara tatap muka yang biasa

    dilakukan sebanyak 7 kali pertemuan di dalam kelas dapat diubah menjadi 5-6 kali

    tatap muka dan 1 kali berupa online dan hal ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan

    proses belajar mengajar yang ada. Ilustrasi penerapan Blended Learning dapat

    dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini :

    Gambar 2.3 Menciptakan Pembelajaran Berpusat Peserta didk dengan

    Penerapan Blended Learning

    Teacher led Instructions

    Face to face sessions interactive

    Student Centered

    Blended Learning

    Web bassed

    Assessment

    Feedback reflection outcomes

    Prented

    Instractions

    Traditional study material

    Computer Mediated

    Instructions

    Digital visual e-learning

  • 36

    2.3.7. Kelebihan dan Kekurangan Blended Learning

    2.3.7.1. Kelebihan Blended Learning

    Salah satu kelebihan blended learning adalah Blended Learningcan also

    improve communication with the students. Blended Learningcan offer a higher level

    of interaction than commonly experienced in face to face course. Dengan kata lain,

    blended learning dapat juga meningkatkan komunikasi dengan siswa. Blended

    learning dapat menawarkan satu level lebih tinggi daripada pengalaman pada

    pembelajaran tatap muka. 30

    Sedangkan menurut Bates menjelaskan beberapa kelebihan Learning

    Management System berbasis Blended Learning adalah sebagai berikut: 31

    1) Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan

    guru atau instruktur (enhance interactivity).

    2) Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja

    (time and place flexibility).

    3) Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a

    global audience).

    4) Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran

    (easy updating of content as well as archivable capabilities).

    2.3.7.2. Kekurangan Blended Learning

    Noer yang dikutip dalam buku Husamah mengemukakan beberapa

    kekurangan Blended Learning sebagai berikut:

    30 Dziuban, dkk. 2004. Blended Learning. Educause Center for Applied Research. No. 7. Volume

    2004. hlm. 1-12. 31 Riyana, op.cit., hlm. 28.

  • 37

    a) Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan apabila

    sarana dan prasaran tidak mendukung

    b) Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki peserta didik seperti computer dan

    akses internet. Padahal, Blended Learning memerlukan akses internet yang

    memadai, dan bila jarigan kurang memadai, itu tentu akan menylitkan peserta

    didik dalam mengikuti pembelajaran mandiri via online.

    c) Kurangnya pengetahuan sumber daya pembelajara (pengajar, peserta didik

    dan orangtua) terhadp penggunaan teknologi. 32

    2.4. Kerangka Berpikir

    Berdasarkan Berdasarkan teori di atas dalam dunia pendidikan kegiatan

    pokok ialah belajar mengajar, berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan yang akan

    dicapai nanti tergantung kepada bagaimana proses upaya yang dialami siswa. Hasil

    belajar merupakan patokan yang harus dicapai oleh siswa dalam belajar, sehingga

    guru harus berupaya agar siswa dapat mencapai patokan yang telah ditentukan.

    Tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang telah ditetapkan. Siswa yang

    berhasil mencapai hasil belajar yang ditetapkan, akan dipandang sebagai siswa yang

    mempunyai kemampuan dan usaha yang tinggi oleh guru dan siswa-siswa lain.

    Sebaliknya, siswa yang tidak dapat berhasil mencapai hasil yang telah ditetapkan

    akan dipandang sebagai siswa yang kurang kemampuan dan usaha. Keberhasilan

    belajar di sekolah tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor

    internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar

    adalah strategi pembelajaran.

    32 Husamah, op.cit., hlm. 36-37.

  • 38

    Adanya dukungan sarana dan prasarana yang memadai di SMKN 26 Jakarta,

    tentu memberikan peluang yang cukup tinggi untuk pemanfaatan dan pengelolaan

    pembelajaran yang lebih optimal. Berkenaan dengan itu, perlu adanya model

    pembelajaran yang dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan

    kompetensinya. Salah satu upaya untuk mengatasi kendala-kendala di atas adalah

    mengembangkan dan mengimplementasikan model pembelajaran Blended

    Learning yang mengintegrasikan antara face to face dan online learning. Dalam

    penelitian ini dikembangkan dan diimplementasikan pembelajaran dengan model

    Blended Learning yang merujuk pada beberapa tahap, yaitu menyusun perencanaan

    pembelajaran, mengimplementasikan pembelajaran, dan menguji keefektifan

    pembelajaran dengan model Blended Learning.

    Tahap perencanaan model pembelajaran Blended Learning mencakup

    kegiatan merencanakan perangkat pembelajaran, berupa silabus dan rencana

    pelaksanaan pembelajaran (RPP). Hasil dari perencanaan pembelajaran yang

    didesain diuji kelayakannya yang kemudian digunakan sebagai pedoman kegiatan

    pembelajaran dalam tahap implementasi model pembelajaran Blended Learning

    pada tahap selanjutnya. Tahap implementasi dilakukan dengan melakukan uji coba

    (eksperimen) penggunaan model Blended Learning pada pembelajaran

    Pemrograman Web. Implementasi ini melibatkan sejumlah siswa dengan

    menggunakan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang telah didesain dalam

    tahap perencanaan pembelajaran dengan model Blended Learning. Adapun

    langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan model Blended Learning, meliputi:

    orientasi, organisasi, investigasi, presentasi, dan analisis serta evaluasi.

  • 39

    Tahap pengaruh model pembelajaran Blended Learning ini ditinjau dari segi

    hasil berupa hasil belajar siswa berdasarkan nilai ulangan harian. Penilaian hasil

    belajar ini dilihat dari hasil belajar siswa sesudah dilaksanakannya model

    pembelajaran Blended Learning. Berdasarkan hasil belajar siswa akan diambil

    kesimpulan mengenai perbandingan dari pembelajaran dengan model Blended

    Learning dengan model Saintifik.

    Adapun kerangka berpikir dari penelitian dan pengembangan model

    pembelajaran Blended Learning ini tergambar dalam gambar 2.4 berikut :

    Gambar 2.4 Kerangka Berpikir

    Kondisi Awal

    Tindakan

    Kondisi Akhir

    Guru: Menggunakan model pembelajaran konvensional

    Siswa: Hasil belajar yang mencapai KKM = 71,875%, dan sisanya =28,125% belum mencapai KKM

    Guru: Mengguakan model pemelajaran blended learning

    Apakah terdapat pengaruh pada hasil belajar siswa menggunakan model blended learning

  • 40

    2.5. Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan uraian teoritis yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis

    penelitian yang diajukan dalam penelitian ini yaitu terdapat perbandingan hasil

    belajar siswa kelas X pada mata pelajaran pemrograman web yang lebih tinggi

    dengan model Blended Learning dibandingkan dengan model Pembelajaran

    Saintifk di SMKN 26 Jakarta.

  • 41

    BAB III

    PELAKSANAAN PENELITIAN

    3.1. Deskripsi Lokasi

    Penelitian ini dilaksanakan di SMKN 26 Jakarta yang terletak di Jalan Balai

    Pustaka Baru I Rawamangun, Jakarta Timur untuk mata pelajaran Pemrograman

    Web pada kelas X TKJ samping gedung Wisma Arion.

    3.2. Waktu

    Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran

    2015/2016, yaitu bulan Agustus sampai dengan Oktober 2015. Penentuan waktu

    penelitian ini mengacu pada kalender akademik sekolah, karena pada penelitian

    memerlukan beberapa tahapan pelaksanaan yang membutuhkan proses belajar

    mengajar yang efektif di kelas.

    3.3. Metode Penelitian

    Menurut Sugiyono metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk

    mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu 33 , sedangkan menurut

    Kerlinger yang dikutip oleh Sukardi, metode penelitian adalah proses penemu yang

    mempunyai karakteristik sistematis, terkontrol, empiris dan mendasarkan pada teori

    dan hipotesis atau jawaban sementara.34 Kemudian ada pula pendapat Nana yang

    menjelaskan bahwa metode penelitian adalah rancangan yang berisi rumusan

    tentang objek atau subjek yang akan diteliti, teknik-teknik pengumpulan data,

    33 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 3. 34 Sukardi. Metode Penelitian Pendidikan, Kompetensi, dan Praktiknya. (Jakarta : PT. Bumi

    Aksara, 2008), hlm. 4.

  • 42

    prosedur pengumpulan dan analisis data berkenaan dengan fokus dan masalah

    tertentu.35

    Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode

    penelitian adalah rancangan proses pengumpulan data yang mempunyai

    karakteristik sistematis, terkontrol yang berisi objek dan subjek yang akan diteliti,

    secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan tertentu.

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

    Menurut Sugiyono, Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang

    digunakan untuk mencari perbedaan perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam

    kondisi yang terkendali 36 , sedangkan menurut Nana penelitian eksperimen

    merupakan pendekatan penelitian kuantitatif yang paling penuh, dalam arti

    memenuhi semua persyaratan untuk menguji sebab-akibat.37

    3.4. Desain Penelitian

    Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, maka desain penelitian ini

    menggunakan tes yang diberikan setelah proses pembelajaran (post test) dengan

    subjek diacak dari kedua kelompok. Desain penelitian ini menjelaskan ada dua

    kelompok penelitian yaitu Kelompok Eksperimen (KE) dan Kelompok Kontrol

    (KK). Di bawah ini adalah bagan dari desain penelitian tersebut.

    Tabel 3.1. Pembagian Kelompok Penelitian

    Kelompok Treatment Post Test

    KE X1 O1

    KK X2 O1

    35 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya,

    2010), hlm. 5. 36 Sugiyono, op. cit., hlm. 72. 37 Nana, op. cit., hlm. 194.

  • 43

    Keterangan :

    KE = Kelompok Eksperimen

    KK = Kelompok Kontrol

    X1 = Pembelajaran dengan menggunakan model Blended Learning.

    X2 = Pembelajaran dengan menggunakan Pembelajaran Saintifik

    O1 = Post Test.

    Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan

    perlakuan yang diberikan terhadap kelompok eksperimen dan kelompok Kontrol.

    Pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan model Blended Learning,

    sedangkan pada kelom