perbandingan intelijen militer dan intelijen penegakan hukum

7
ESENSI INTELIJEN PENEGAKAN HUKUM DAN INTELIJEN MILITER (Analisis Kiritis Perbedaan serta Hubungan Intelijen Penegakan Hukum dan Intelijen Militer ) I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Hakekat intelijen secara umum yaitu kemahiran mendayagunakan pikiran manusia (kecerdasan) dalam rangka mencermati perkembangan dinamikan kehidupan yang dihadapi oleh pengguna intelijen. Bagi suatu organisasi, intelijen berfungsi untuk mendeteksi “What is going on inside and outside the organization ?”, mencakup aspek kekuatan (strength), kelemahan (weakness), kesempatan (oppertunity) dan ancaman (threat) sehingga organisasi dapat menentukan langkah-langkah yang harus diambil dengan efektif dan efisien dalam menjalankan tugas- tugas pokoknya, dalam hal ini terdapat peran vital intelijen dalam melakukan proses intelijen berupa early detection guna menghasilkan produk intelijen berupa early warning bagi pimpinan organisasi (user) sehingga pengambilan keputusan (decision making) oleh pimpinan organisasi dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. Dalam ruang lingkup (scoop) negara sebagai suatu negara, intelijen memiliki peranan yang sangat strategis terkait dengan kelangsungan stabilitas kehidupan bernegara. Bahkan ada ungkapan (adagium) “Jika kita ingin menghancurkan suatu negara, maka hancurkanlah intelijennya terlebih dulu”. Namun hal tersebut tidak berarti secara serta merta stabilitas kehidupan bernegara begitu saja ditumpukan kepada kekuatan intelijennya, masih terdapat aspek-aspek utama lainnya yang juga menjadi tumpuan stabilitas negara antara lain aspek pertahanan dan keamanan negara. Seiring dengan perkembangan dunia, terjadi diversifikasi dan ekstensifikasi dunia intelijen. Di tataran lembaga intelijen negara, terjadi kompartementasi intelijen, yaitu pembagian fungsi intelijen berdasarkan wilayah kerjanya sesuai konsep intelijen modern dimana intelijen terbagi dalam empat wilayah kerja, yaitu dalam negeri, luar negeri, yustisia (penegakan hukum) dan intelijen militer 1 . 1 Donny Jawir, ”Intelijen Militer Zonder Intelijen”, http://donnyjawir.blog.friendster.com/ , diakses tanggal 1 Oktober 2009.

Upload: handik-zusen

Post on 13-Jun-2015

1.090 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Perbandingan Intelijen Militer dan Intelijen Penegakan Hukum

TRANSCRIPT

Page 1: Perbandingan Intelijen Militer dan Intelijen Penegakan Hukum

ESENSI INTELIJEN PENEGAKAN HUKUM DAN INTELIJEN MILITER

(Analisis Kiritis Perbedaan serta Hubungan Intelijen Penegakan Hukum dan Intelijen Militer )

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Hakekat intelijen secara umum yaitu kemahiran mendayagunakan pikiran manusia (kecerdasan) dalam rangka mencermati perkembangan dinamikan kehidupan yang dihadapi oleh pengguna intelijen. Bagi suatu organisasi, intelijen berfungsi untuk mendeteksi “What is going on inside and outside the organization ?”, mencakup aspek kekuatan (strength), kelemahan (weakness), kesempatan (oppertunity) dan ancaman (threat) sehingga organisasi dapat menentukan langkah-langkah yang harus diambil dengan efektif dan efisien dalam menjalankan tugas-tugas pokoknya, dalam hal ini terdapat peran vital intelijen dalam melakukan proses intelijen berupa early detection guna menghasilkan produk intelijen berupa early warning bagi pimpinan organisasi (user) sehingga pengambilan keputusan (decision making) oleh pimpinan organisasi dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.

Dalam ruang lingkup (scoop) negara sebagai suatu negara, intelijen memiliki peranan yang sangat strategis terkait dengan kelangsungan stabilitas kehidupan bernegara. Bahkan ada ungkapan (adagium) “Jika kita ingin menghancurkan suatu negara, maka hancurkanlah intelijennya terlebih dulu”. Namun hal tersebut tidak berarti secara serta merta stabilitas kehidupan bernegara begitu saja ditumpukan kepada kekuatan intelijennya, masih terdapat aspek-aspek utama lainnya yang juga menjadi tumpuan stabilitas negara antara lain aspek pertahanan dan keamanan negara.

Seiring dengan perkembangan dunia, terjadi diversifikasi dan ekstensifikasi dunia intelijen. Di tataran lembaga intelijen negara, terjadi kompartementasi intelijen, yaitu pembagian fungsi intelijen berdasarkan wilayah kerjanya sesuai konsep intelijen modern dimana intelijen terbagi dalam empat wilayah kerja, yaitu dalam negeri, luar negeri, yustisia (penegakan hukum) dan intelijen militer1.

Terkait dengan esensi vital intelijen bagi stabilitas suatu negara, maka fungsi intelijen juga dijalankan dalam aspek pertahanan dan keamanan negara sebagai salah satu mata rantai dalam pencapaian sasaran pertahanan dan keamanan negara. Secara universal, dalam kehidupan negara modern, peranan di bidang pertahanan diemban oleh aparat militer dan wewenang keamanan diberikan kepada aparat kepolisian. Aparat militer dalam menjalankan perannya tersebut akan melaksanakan aktivitas intelijen guna mendukung pelaksanaan tugas-tugas pokoknya mempertahankan kedaulatan negara yang secara universal dilandasi dengan filosofi militer yaitu “to kill, to destroy and to defeat the enemy”, sehingga dalam hal ini aktivitas intelijen yang dijalankan oleh aparat militer adalah intelijen militer (military intelligence). Demikian juga aparat kepolisan, akan melaksanakan aktivitas intelijen dalam mendukung pelaksanaan tugas-tugas pokoknya menjaga keamanan suatu negara yang secara universal dilandasi filosofi kepolisian yaitu “fight crime, help delinquent and love humanity”, sehungga dalam hal ini aktivitas intelijen yang dijalankan oleh aparat kepolisian adalah intelijen penegakan hukum (law enforcement intelligence).

1 Donny Jawir, ”Intelijen Militer Zonder Intelijen”, http://donnyjawir.blog.friendster.com/, diakses tanggal 1 Oktober 2009.

Page 2: Perbandingan Intelijen Militer dan Intelijen Penegakan Hukum

Dalam penulisan paper ini penulis akan berupaya menganalisis esensi perbedaan intelijen militer dan intelijen penegakan hukum beserta hubungan di antara keduanya mengingat sering terjadinya kerancuan dan tumpang tindihnya (overlap) kedua jenis intelijen tersebut dalam pelaksanaan aktivitas intelijen.

2. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, permasalahan yang akan dibahas dalam paper ini adalah “Apakah esensi perbedaan antara intelijen penegakan hukum dan intelijen militer ?”.

3. Persoalan-persoalan

a. Apakah esensi perbedaan antara intelijen penegakan hukum dan intelijen militer ?

b. Apakah perlu ada hubungan kerjasama antara intelijen penegakan hukum dengan intelijen militer ?

II. PEMBAHASAN

1. Intelijen Penegakan Hukum

Intelijen penegakan hukum secara khusus bekerja sebagai bagian dari sistem penegakan hukum pada suatu negara. Dalam penulisan ini yang akan dibahas adalah pelaksanaan intelijen penegakan hukum oleh instansi kepolisian selaku pelaksana utama fungsi penegakan hukum dalam suatu negara walaupun terdapat juga instansi lain yang juga melaksanakan intelijen penegakan hukum seperti instansi kejaksaan dan kepabeanan untuk kepentingan penegakan hukum yang menjadi wewenangnya secara khusus sebagai mana ditentukan undang-undang.

Wewenang kepolisian di bidang penegakan hukum memerlukan aktivitas intelijen karena dalam rangka pelaksanaan penegakan hukum tersebut diperlukan data-data tertentu yang spesifik sesuai dengan keperluan penegakan hukum untuk disajikan sebagai informasi kepada pimpinan organisasi kepolisian (user) sehingga dapat diambil suatu keputusan yang cepat dan tepat atas suatu kondisi atau permasalahan tertentu.Perolehan data-data guna kepentingan penegakan hukum tersebut diawali dengan pelaksanaan proses intelijen yaitu deteksi dini (early detection) secara sistematis mengikuti tahapan-tahapan sesuai siklus intelijen yaitu tahap pengarahan atau perencanaan, tahap pelaksanaan (pulbaket), tahap pengolahan, tahap penyajian/penggunaan.

Penggunaan intelijen untuk dalam penegakan hukum menentukan karakteristik data maupun informasi yang dibutuhkan oleh user, dengan dilandasi filosofi universal tugas pokok kepolisian, yaitu fight crime (penanggulangan kejahatan), help delinquent (menolong pelaku kejahatan) dan love humanity (mencintai kemanusiaan).

Dalam rangka penanggulangan kejahatan, maka dalam hal ini aparat kepolisian perlu mengumpulkan berbagai bahan keterangan yang diperlukan terkait dengan suatu kejahatan melalui implementasi upaya penyelidikan, antara lain data tentang pelaku kejahatan (khususnya DPO dan residivis), data tentang modus operandi kejahatan, data tentang jaringan pelaku kejahatan, data tentang waktu dan tempat terjadinya kejahatan, crime total, crime index, dan lain-lain. Selanjutnya data tersebut diolah melalui proses intelijen sampai dengan menghasilkan informasi yang disajikan dalam bentuk produk intelijen diperuntukkan bagi user.

2

Page 3: Perbandingan Intelijen Militer dan Intelijen Penegakan Hukum

Produk intelijen sebagai sarana peringatan dini (early warning) akan digunakan oleh user untuk mengambil keputusan berupa langkah-langkah tertentu sehubungan dengan pelaksanaan operasional organisasi kepolisian yang meliputi langkah-langkah yang bersifat pre-emtif-antara lain diwujudkan melalui kegiatan community policing (polmas), preventif-antara lain diwujudkan melalui kegiatan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli (akronim : turjawali) dan represif-meliputi tindakan yustisial dan non yustisial.

Sedangkan upaya penggalangan oleh kepolisian perlu ditempuh dengan cara membangun empati terhadap masyarakat melalui tindakan-tindakan humanis antara lain dengan cara membantu para pelaku kejahatan agar memiliki kesadaran atas kesalahan yang dilakukannya dengan berbuat jahat sehingga tidak mengulangi lagi (help delinquent) dan menjunjung tinggi hak asasi manusia (love humanity) dengan tidak bertindak sewenang-wenang terhadap masyarakat dalam menjalankan wewenang kepolisian.

Upaya penyelidikan dan penggalangan tersebut selanjutnya harus didukung dengan pelaksanaan upaya pengamanan secara internal maupun eksternal terhadap organisasi kepolisian. Ketiga upaya tersebut harus terlaksana secara komprehensif agar aktivitas intelijen penegakan hukum dapat berjalan dengan baik sehingga dapat dicapai outcome dari tugas pokok kepolisian berupa keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum serta perlindungan, pengayoman dan pelayanan terhadap masyarakat sesuai dengan harapan publik.

2. Intelijen Militer

Intelijen militer merupakan bagian dari militer yang berfokus dalam mengumpulkan, menganalisis, melindungi dan menyebarkan informasi mengenai musuh, wilayah dan cuaca di wilayah operasi. Aktivitas intelijen militer dilaksanakan dalam berbagai tingkat dari taktik sampai strategi, selama waktu damai maupun perang2.

Intelijen militer dapat disebut juga dengan combat intelligence mengingat filosofi tugas universal militer yaitu “to kill, to destroy and to defeat the enemy” (membunuh, menghancurkan dan mengalahkan musuh). Oleh karena itulah intelijen militer memiliki karakteristik tersendiri dalam melaksanakan aktivitas intelijen sesuai dengan fungsi khusus yang dimiliki oleh intelijen militer yaitu sebagai intelijen tempur (keperluan taktis) dan intelijen pertahanan (keperluan strategis). Intelijen tempur berfungsi bagi pihak militer untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi, yang berkaitan dengan musuh serta kondisi geografis dan cuaca di medan pertempuran maupun di wilayah yang dianggap strategis dalam situasi perang. Sedangkan dalam situasi damai, aktivitas collecting, analysis, counter-intelligence dan covert operation lebih diutamakan dalam kerangka analisis politik (political assessments), melihat kemampuan militer negara, dan memantau aktivitas militer negara lain3.

3. Kerangka Hubungan antara Intelijen Penegakan Hukum dan Intelijen Militer

Secara esensial, intelijen penegakan hukum dan intelijen militer memiliki perbedaan yang signifikan sebagaimana uraian diatas mengingat pengaruh doktrin masing-masing fungsi tersebut yang berbeda yaitu fight crime, help delinquent dan love humanity VS to kill, to destroy and to defeat the enemy.

2 http://id.wikipedia.org/wiki/Intelijen_militer, diakses pada tanggal 1 Oktober 2009

3 Donny Jawir, loc. cit.

3

Page 4: Perbandingan Intelijen Militer dan Intelijen Penegakan Hukum

Sehingga di antara keduanya terdapat sekat-sekat tertentu yang membatasi ruang lingkup aktivitas intelijennya.

Dalam kerangka kenegaraan, khususnya terkait dengan bidang pertahanan dan keamanan negara, maka antara intelijen penegakan hukum dan intelijen militer terdapat kerangka hubungan yang diatur secara khusus yaitu dalam rangka menghadapi situasi negara yang diklasifikasikan sedang dalam kondisi darurat dimana aparat keamanan dalam hal ini aparat kepolisian tidak mampu lagi mengatasi “ancaman dari dalam negeri” yang semakin meningkat eskalasinya. Dalam situasi tersebut, maka intelijen militer dapat diberi wewenang untuk melakukan operasi militer selain perang (military operation other than war/MOOTW)4. Namun hal tersebut harus didasari dengan adanya keputusan politik dalam negara tersebut sehingga dengan dilaksanakannya MOOTW tersebut terdapat fungsi kontrol secara ketat oleh elemen-elemen negara (eksekutif, legislatif dan yudikatif) agar tidak terjadi ketumpangtindihan tugas pokok dan fungsi intelijen penegakan hukum dan intelijen militer karena pada prinsipnya intelijen militer tidak dapat menjalankan wewenang penegakan hukum. Pemberian wewenang terhadap aparat/instansi militer tersebut hanya bersifat sementara, untuk periode waktu tertentu, sampai dengan kondisi negara normal kembali.

III. KESIMPULAN

Pada prinsipnya, perbedaan antara jenis intelijen yang satu dengan yang lainnya terletak pada penggunanya (user). Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara antara intelijen penegakan hukum dan intelijen militer terletak pada penggunanya, yang dalam penulisan ini pengguna intelijen penegakan hukum yang dimaksud adalah aparat/instansi kepolisian dan pengguna intelijen militer adalah aparat/instansi militer. Perbedaan pengguna intelijen tersebut berimplikasi terhadap karakteristik aktifitas intelijen masing-masing dimana aktivitas intelijen penegakan hukum oleh aparat/instansi kepolisian dipengaruhi doktrin universal “fight crime, help delinquent dan love humanity” dan aparat/instansi militer dipengaruhi doktrinya “to kill, to destroy and to defeat the enemy”.

Antara intelijen penegakan hukum dan intelijen militer diperlukan suatu kerangka hubungan yang diatur secara khusus dalam hal menghadapi situasi negara yang diklasifikasikan dalam kondisi darurat karena meningkatnya eskalasi ancaman dalam negeri yang semakin tinggi dan tidak mampu lagi ditanggulangi oleh pihak kepolisian sehingga aparat/instansi militer dapat diberi wewenang untuk melakukan operasi militer selain perang (military operation other than war/MOOTW) dengan didasari keputusan politik menurut ketentuan yang berlaku dalam negara tersebut.

Jakarta, 2 Oktober 2009

Penulis

HANDIK ZUSENNO. MHS. 6877

4 Soeprapto, Ign., ”Melakukan Reformasi Sektor Keamanan Harus Dibarengi Dengan Menghapus Paradigma Hankamneg”, 2009.

4

Page 5: Perbandingan Intelijen Militer dan Intelijen Penegakan Hukum

DAFTAR PUSTAKA

1. Republik Indonesia. Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri.

2. Republik Indonesia. Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI.

3. Saronto, Y. Wahyu dan Jasir Karwita, Intelijen : Teori, Aplikasi dan Modernisasi, PT. Ekalaya Saputra, 2001.

4. Djamin, Awaloedin, “Polri dan Intelijen”, http://www.lcki.org/mod.php?mod= publisher&op=viewarticle&artid=42, diakses tanggal 1 Oktober 2009.

5. Clark, Muladi, “Intelijen Negara dan Intelkam Polri”, http://muradi.wordpress.com/ 2007/01/06/intelijen-negara-dan-intelkam-polri/, diakses pada tanggal 1 Oktober 2009.

6. Jawir, Donny, ”Intelijen Militer Zonder Intelijen”, http://donnyjawir.blog.friendster.com/, diakses tanggal 1 Oktober 2009.

7. Soeprapto, Ign., ”Melakukan Reformasi Sektor Keamanan Harus Dibarengi Dengan Menghapus Paradigma Hankamneg”, 2009.

8. Materi kuliah Manajemen Intelijen PTIK oleh Brigjen (Purn.) Ign. Soeprapto, 2009.

9. http://idsps.org/headline-news/berita-media/intelijen-polri/, diakses pada tanggal 1 Oktober 2009.

10. http://id.wikipedia.org/wiki/Intelijen_militer, diakses pada tanggal 1 Oktober 2009.

5