perbandingan film school of rock dan d_bijis

2
 Film merupakan media hiburan dan pembelajaran yang dapat dinikmati semua orang dari kalangan apapun, berbagai genre film dapat kita nikmati setiap hari, baik di rumah, gedung bioskop atau dalam acara-acara tertentu. Film sudah menjadi ajang mempromosikan suatu Negara dengan menampilkan identitas atau unsur budaya yang terd apat disebuah Negara. Dari sebuah film yang diluncurkan pada setiap Negara kita bias mengenali identitas Negara tersebut dengan mudah, dikarenakan dengan media film visualisasi menjadi sebuah santapan utama bagi siapapun yang melihat dan pasti nya akan mudah ditangkap dengan visualisasi tersebut. Disini akan saya bandingan kan sebuah film dengan tema yang sama yaitu bergenre Musikal, dimana film pertama yang berjudul School Of Rock (2005) yang digarap oleh perfilman Hollywood dan D’Bijis (2007) yang digarap oleh sineas dalam negeri.  School Of Rock merupakan film yang bertemakan musical, komedi dan sedikit unsur drama, mengisahkan tentang Dewey Finn (Jack Black) terancam kehilangan rumah nya karena sudah lama menunggak, Dewey Finn merupakan anggota grup rock band yang dipecat karena terlalu fanatik. Hingga akhirnya Ia berpura-pura menjadi guru disebuah sekolah dasar. Film ini bercerita tentang proses penyatuan kembali sebuah band bernama The Bandits yang beranggotakan Bonie(Darius Sinathrya) vokalis, Damon (Tora Sudiro) gitaris, Gendro(Indra Birowo)  drummer, Bule (Gary Iskak), dan Soljah- keybordis, yang bubar pada akhir tahun 80-an. Pada tahun 2007, Asti(Rianti Cartwright), adik Bonie muncul dan punya keinginan untuk menyatuka n The Bandits lagi. Saya akan membahas kedua film tersebut dalam konteks gaya bahasa, gaya bergaul dan gaya berpakain. Pada School Of Rock, film ini terlihat memiliki gaya bahasa non-formal yang sering digunakan pada kehidupan remaja Amerika, tutur bahasa yang ceplas-ceplos dengan konteks mengundang tawa para penonton, gaya bergaul yang ditunjukan pada film ini juga khas anak remaja, namun interaksi yang dilakukan para pemainnya di film ini adalah batasan antara guru dan murid, namun interaksi yang terjadi tak kaku seperti guru formal, karena film ini lebih ditunjukan untuk mengundang gelak tawa, interaksi yang terjadi dibuat dengan ringan tanpa maksud menggurui namun masih dalam batas kewajaran. Gaya berpakaian para pemain disini terlihat lebih santai dan khas grup band pada beberapa bagian, konsep seorang guru yang dahulunya merupakan seorang anak band, menjadi keunikan sendiri dalam hal gaya berpakaian didalam film ini, namun lebih ditonjolkan berpakaian kasual. Pada D’Bijis, sama dengan School Of Rock, konsep bahasa non -formal masih menjadi dasar pada penuturan gaya bahasa. Namun, difilm ini lebih kearah tata bahasa yang lebih tidak dibendung, dimana konten bahasan dewasa masih bisa terdengar disepanjang film, karena film ini lebih biarahkan untuk penonton lebih dewasa. Gaya bergaul yang ditunjukan lebih kearah tidak mendidik karena berada dalam lingkup lingkungan yang sidikit suram dengan masih adanya adegan-adegan merokok dan tingk ah laku tak senonoh . Namun hal y ang dap at kita

Upload: meliseprina

Post on 08-Oct-2015

5 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

film

TRANSCRIPT

Film merupakan media hiburan dan pembelajaran yang dapat dinikmati semua orang dari kalangan apapun, berbagai genre film dapat kita nikmati setiap hari, baik di rumah, gedung bioskop atau dalam acara-acara tertentu. Film sudah menjadi ajang mempromosikan suatu Negara dengan menampilkan identitas atau unsur budaya yang terdapat disebuah Negara. Dari sebuah film yang diluncurkan pada setiap Negara kita bias mengenali identitas Negara tersebut dengan mudah, dikarenakan dengan media film visualisasi menjadi sebuah santapan utama bagi siapapun yang melihat dan pasti nya akan mudah ditangkap dengan visualisasi tersebut. Disini akan saya bandingan kan sebuah film dengan tema yang sama yaitu bergenre Musikal, dimana film pertama yang berjudul School Of Rock (2005) yang digarap oleh perfilman Hollywood dan DBijis (2007) yang digarap oleh sineas dalam negeri.School Of Rock merupakan film yang bertemakan musical, komedi dan sedikit unsur drama, mengisahkan tentang Dewey Finn (Jack Black) terancam kehilangan rumah nya karena sudah lama menunggak, Dewey Finn merupakan anggota grup rock band yang dipecat karena terlalu fanatik. Hingga akhirnya Ia berpura-pura menjadi guru disebuah sekolah dasar.Film ini bercerita tentang proses penyatuan kembali sebuah band bernama The Bandits yang beranggotakan Bonie(Darius Sinathrya) vokalis, Damon (Tora Sudiro) gitaris, Gendro(Indra Birowo) drummer, Bule (Gary Iskak), dan Soljah- keybordis, yang bubar pada akhir tahun 80-an. Pada tahun 2007, Asti(Rianti Cartwright), adik Bonie muncul dan punya keinginan untuk menyatukan The Bandits lagi.Saya akan membahas kedua film tersebut dalam konteks gaya bahasa, gaya bergaul dan gaya berpakain. Pada School Of Rock, film ini terlihat memiliki gaya bahasa non-formal yang sering digunakan pada kehidupan remaja Amerika, tutur bahasa yang ceplas-ceplos dengan konteks mengundang tawa para penonton, gaya bergaul yang ditunjukan pada film ini juga khas anak remaja, namun interaksi yang dilakukan para pemainnya di film ini adalah batasan antara guru dan murid, namun interaksi yang terjadi tak kaku seperti guru formal, karena film ini lebih ditunjukan untuk mengundang gelak tawa, interaksi yang terjadi dibuat dengan ringan tanpa maksud menggurui namun masih dalam batas kewajaran. Gaya berpakaian para pemain disini terlihat lebih santai dan khas grup band pada beberapa bagian, konsep seorang guru yang dahulunya merupakan seorang anak band, menjadi keunikan sendiri dalam hal gaya berpakaian didalam film ini, namun lebih ditonjolkan berpakaian kasual.Pada DBijis, sama dengan School Of Rock, konsep bahasa non-formal masih menjadi dasar pada penuturan gaya bahasa. Namun, difilm ini lebih kearah tata bahasa yang lebih tidak dibendung, dimana konten bahasan dewasa masih bisa terdengar disepanjang film, karena film ini lebih biarahkan untuk penonton lebih dewasa. Gaya bergaul yang ditunjukan lebih kearah tidak mendidik karena berada dalam lingkup lingkungan yang sidikit suram dengan masih adanya adegan-adegan merokok dan tingkah laku tak senonoh. Namun hal yang dapat kita petik dari cara bergaul dalam film ini adalah rasa saling membantu dalam menghadapi sebuah masalah dan tanggung jawab yang harus dipertanggung jawabkan. Konsep berpakaian dalam film ini lebih kasual dan sedikit urakan khas musisi rock. Dengan gaya berpakaian seperti itu lebih menyakinkan bahwa kelompok dalam film ini merupakan fanatik rock.