perbandingan efektifitas klinis ofloksasin...

13
1 PERBANDINGAN EFEKTIFITAS KLINIS OFLOKSASIN TOPIKAL DENGAN OFLOKSASIN KOMBINASI STEROID TOPIKAL PADA OTITIS EKSTERNA PROFUNDA DI MAKASSAR THE COMPARISON CLINICAL EFFECTIVENESS OF TOPICAL OFLOXACIN WITH TOPICAL STEROID COMBINED OFLOXACIN IN PROFUNDA EXTERNAL OTITIS IN MAKASSAR. Elvira Amri, Abdul Kadir, Nani Iriani Djufri Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Alamat Korespondensi : Elvira Amri Bagian IK. THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar 90245 HP: 08124203085 E-mail: [email protected]

Upload: letuyen

Post on 01-Feb-2018

239 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

1

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS KLINIS OFLOKSASIN TOPIKAL DENGAN OFLOKSASIN KOMBINASI STEROID TOPIKAL PADA OTITIS

EKSTERNA PROFUNDA DI MAKASSAR

THE COMPARISON CLINICAL EFFECTIVENESS OF TOPICAL OFLOXACIN WITH TOPICAL STEROID COMBINED OFLOXACIN IN

PROFUNDA EXTERNAL OTITIS IN MAKASSAR.

Elvira Amri, Abdul Kadir, Nani Iriani Djufri

Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Alamat Korespondensi :

Elvira Amri Bagian IK. THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar 90245 HP: 08124203085 E-mail: [email protected]

2

Abstrak

Otitis eksterna merupakan salah satu jenis infeksi telinga yang angka kejadiannya cukup tinggi sehingga perlu penanganan yang tepat. Penelitian ini bertujuan membandingkan efektifitas klinis ofloksasin topikal dengan ofloksasin kombinasi steroid topikal pada otitis eksterna profunda di Makassar. Penelitian dengan desain double blind randomized clical trial yang bersifat eksperimental dilakukan pada 60 sampel telinga dan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 30 sampel diberikan ofloksasin topikal dan 30 sampel diberikan ofloksasin kombinasi steroid. Dilakukan pemeriksaan skor VAS untuk menentukan derajat nyeri sebelum dan hari 3, 5 dan 7 setelah pengobatan. Pemeriksaan derajat edema dilakukan dengan cara mengukur diameter kanalis akustikus eksternus yang mengalami edema dan dianggap paling sempit, dengan menggunakan sonde dengan berbagai ukuran yang ukurannya disesuaikan dengan besar kecilnya kanalis akustikus eksternus sebelum dan hari 3, 5 dan 7 setelah pengobatan. Data dianalisis dengan menggunakan Independent test dan Wilcoxon signed rank test. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan (p>0,05) derajat nyeri dan edema antara kelompok ofloksasin dan kelompok ofloksasin kombinasi steroid sebelum pengobatan serta terdapat perbedaan signifikan (p<0,001) derajat nyeri dan edema antara kedua kelompok setelah pengobatan. Disimpulkan bahwa pengobatan ofloksasin kombinasi steroid topikal jauh lebih efektif dibandingkan dengan ofloksasin topikal dalam penurunan derajat nyeri dan edema pada otitis eksterna profunda.

Kata kunci : Otitis eksterna profunda, ofloksasin, steroid.

Abstrack

Eksternal otitis is one type of ear infection is high enough number of events so it needs proper handling. The study aims to compare clinical effectiveness of topical ofloxacin with topical steroid combined ofloxacin in Profunda External Otitis in Makassar.This is an experimental study uses double blind randomized clinical trial design in 60 sample and divided to 2 groups, 30 sample are given topical ofloxacin and 30 sample are given topical steroid combined ofloxacin. VAS scoring examination is meant for scoring pain degree before and after the treatment. Edema degree defined by measuring external acusticus canal which suffered edema and assumpted the narrowest, with using various size of sound and the size is adjusted to the size of external acusticus canal that we do before and after the treatment. The data is analyzed using Mann-Whitney test and Wilcoxon signed rank test. Result of this study shows no significant difference (p>0,05) in pain and edema score between ofloxacin group and steroid combined ofloxacin group before the treatment, and there is significant difference (p<0,001) in pain and edema score after the treatment between this two groups. The conclusion is treatment with topical steroid combined ofloxacin is much more effective than topical ofloxacin in decreasing the degree of pain and edema in Profunda External Otitis.

Key words : Profunda eksternal otitis, ofloxacin, steroid

3

PENDAHULUAN

Otitis eksterna adalah suatu peradangan pada liang telinga luar, baik akut maupun

kronis, yang biasanya dihubungkan dengan infeksi sekunder oleh bakteri dan atau jamur yang

menyertai maserasi kulit dan jaringan subkutan. Otitis eksterna dapat dibagi menjadi otitis

eksterna superfisialis dan otitis eksterna profunda atau otitis eksterna akut (Dhingra P.L.,

2008). Otitis eksterna profunda merupakan infeksi pada kanalis akustikus eksternus yang

sering ditemukan pada instalasi rawat jalan. Insidensnya di Belanda ditemukan 12-14 / 1000

penduduk pertahun. Pada satu penelitian di Inggris, dilaporkan prevalensinya lebih dari 1%

dalam setahun (Balen F.A. dkk., 2003). Data yang dikumpulkan di Poliklinik RS.Wahidin

Sudirohusodo pada tahun 2012 ditemukan 134 kasus otitis eksterna superfisialis dan 309

kasus otitis eksterna profunda.

Selama periode musim panas terjadi peningkatan jumlah penderita otitis eksterna

profunda dan insidensnya tinggi pada lingkungan yang lembab. Umumnya penderita datang

ke Rumah Sakit dengan keluhan rasa sakit pada telinga, terutama bila daun telinga disentuh

dan waktu mengunyah. Bila peradangan ini tidak segera diobati secara adekuat, maka

keluhan-keluhan seperti rasa sakit, gatal dan mungkin sekret yang berbau akan menetap.

Otitis eksterna profunda atau akut dapat berlanjut menjadi otitis eksterna kronik, dapat

menyebar ke pinna, periaurikuler, ke tulang temporal, atau penyebaran infeksi ke seluruh

tubuh, dan yang paling berbahaya adalah otitis eksterna nekrotik. Oleh karenanya perlu

pemilihan jenis terapi yang tepat (Balen F.A. dkk., 2003; Basjrah dkk, 1983). Penanganan

terkini otitis eksterna profunda yang dilakukan adalah toilet telinga diikuti dengan

pemasangan tampon dan terapi topikal dengan aluminium asetat atau antimikroba dengan

atau tanpa kortikosteroid (Balen F.A. dkk., 2003).

Berbagai macam penelitian mengenai terapi topikal pada otitis eksterna telah

dilakukan. Menurut penelitian Roland dkk (2004), pada 7 hari pengobatan dengan

ciprofloksasin/deksamethason tetes telinga yang diberikan dua kali sehari secara klinis dan

mikrobiologis lebih unggul dibandingkan dengan neomycin/polymiksin B/hidrokortison tetes

telinga yang diberikan 3 kali sehari pada pengobatan otitis eksterna akut mulai yang ringan

sampai berat, dan keduanya ditoleransi dengan baik. Hal yang sama juga ditemukan oleh

Torum B. dkk. (2004), bahwa pemberian tetes telinga ofloksasin 0,3% sekali sehari dalam 7

hari ditoleransi baik dan efektif pada perbaikan klinis dan mikrobiologis pada otitis eksterna.

Balen dkk. (2003) melaporkan bahwa tetes telinga yang berisi kortikosteroid lebih efektif

4

daripada asam asetat tetes telinga pada pengobatan otitis eksterna akut. Steroid dan asam

asetat atau steroid dan antibiotik tetes telinga sama efektifnya.

Berdasarkan data-data di atas maka saya menganggap perlu penelitian mengenai

perbandingan antara obat tunggal (antibiotik murni) dengan kombinasi. Penelitian ini

bertujuan untuk membandingkan efektifitas klinis ofloksasin topikal dengan ofloksasin

kombinasi steroid topikal pada otitis eksterna pofunda. Oleh karena itu, penelitian ini

diharapkan dapat menjadi dasar dalam pemilihan terapi yang tepat pada penanganan otitis

eksterna profunda.

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Rancangan penelitian

Penelitian ini dilakukan di poliklinik THT RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo, RS. Haji

dan RS. Indera Khusus. Jenis penelitian yang digunakan bersifat eksperimental dengan

rancangan double blind randomized clinical trial.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah penderita otitis eksterna profunda yang datang berobat ke tempat

penelitian. Sampel penelitian adalah penderita otitis eksterna profunda yang memenuhi

kriteria inklusi yaitu yang didiagnosis otitis eksterna profunda berdasarkan anamnesis, gejala

klinis dan pemeriksaan fisis THT, berusia 7 tahun ke atas, bersedia ikut penelitian dan tidak

mendapat pengobatan baik topikal atau sistemik paling sedikit 2 minggu terakhir. Sampel

akan dieksklusi apabila menderita otitis media, otitis eksterna superfisial, memiliki riwayat

DM yang didapat melalui anamnese yang cermat dan kasus diameter kanalis akustikus

eksternus sempit < 6 mm dibandingkan telinga sebelahnya. Jumlah sampel sebanyak 60

sampel telinga.

Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan melalui serangkaian pemeriksaan. Sebelumnya pada

semua penderita otitis eksterna profunda dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis THT.

Selanjutnya dilakukan pengukuran skor VAS untuk menentukan derajat nyeri dan

pengukuran diameter kanalis akustikus eksternus untuk menentukan derajat edema. Derajat

edema dinilai melalui skor 0 (tidak nyeri) sampai 10 (nyeri berat) dengan kategori >0-3

ringan, >3-7 sedang dan >7-10 berat. Sedangkan derajat edema dinilai melalui ukuran

diameter kanalis akustikus eksternus dengan kategori edema berat (ukuran diameter KAE 0-1

mm), edema sedang (ukuran diameter KAE 2-3 mm), edema ringan (ukuran diameter KAE

5

4-5 mm) dan tidak edema (ukuran diameter KAE ≥ 6 mm). Pengukuran ini dilakukan pada

hari 1, 3, 5 dan 7 pengamatan.

Analisis Data

Data yang terkumpul dikelompokkan berdasarkan jenis data kemudian diolah

menggunakan sistem pengolahan data secara komputerisasi. Perbandingan efektifitas klinis

ofloksasin topikal dengan ofloksasin kombinasi steroid topikal pada otitis eksterna profunda

akan dianalisis dengan menggunakan Mann-Whitney test dan Wilcoxon signed rank test.

HASIL PENELITIAN

Pada penelitian ini didapatkan sampel sebanyak 60 telinga dan dibagi menjadi 2

kelompok yaitu kelompok ofloksasin topikal 30 sampel telinga dan kelompok ofloksasin

kombinasi steroid topikal 30 sampel telinga. Tabel 1 memperlihatkan distribusi sampel

menurut jenis kelamin dan kelompok umur. Berdasarkan jenis kelamin, terdapat 19 orang

penderita laki-laki (41,3%) dan 27 orang penderita perempuan (58,7%) dengan perbandingan

1 : 1,4. Pada kelompok umur <30 tahun ditemukan 24 orang (52,2 %) dan pada kelompok

umur >=30 tahun sebanyak 22 orang (47,8 %).

Tabel 2 menunjukkan distribusi derajat nyeri pada kedua kelompok pengobatan. Pada

kelompok ofloksasin topikal, distribusi derajat nyeri telinga yang terbanyak pada hari

pertama adalah nyeri sedang (25 telinga), pada hari ketiga terbanyak nyeri ringan (15

telinga), hari kelima dan ketujuh terbanyak yang tidak nyeri (17 dan 30 telinga). Sedangkan

pada kelompok ofloksasin kombinasi steroid topikal yang terbanyak adalah nyeri sedang (25

telinga) pada hari pertama. Pada hari ketiga, kelima dan ketujuh terbanyak tidak nyeri (15, 30

dan 30 telinga). Distribusi derajat edema pada kedua kelompok dapat dilihat pada tabel 3.

Pada kelompok ofloksasin topikal, pada hari pertama terbanyak edema sedang (22 telinga),

hari ketiga nyeri sedang dan ringan (masing-masing 14 telinga), hari kelima dan ketujuh tidak

nyeri (15 dan 30 telinga). Sedangkan pada kelompok ofloksasin kombinasi steroid topikal

pada hari pertama terbanyak edema sedang (17 telinga), hari ketiga, kelima dan ketujuh

terbanyak yang tidak nyeri (17, 30 dan 30 telinga).

Berdasarkan uji statistik analisis dengan Wilcoxon signed rank test menunjukkan

adanya perbedaan signifikan penurunan skor nyeri antara hari 1 dengan hari 3,5 dan 7

(masing-masing dengan p<0,001) pada kedua kelompok pengobatan (Gambar 1). Selain itu,

terdapat juga perbedaan signifikan peningkatan diameter kanalis akustikus eksternus antara

hari 1 dengan hari 3, 5 dan 7 (masing-masing dengan p<0,001) pada kedua kelompok

pengobatan (Gambar 2).

6

Hasil analisis perbandingan skor nyeri hari 1-7 antara kedua kelompok menunjukkan

bahwa pada hari 1 tidak ada perbedaan signifikan skor nyeri antara kedua kelompok sampel

(p>0,05). Pada hari 3 dan 5, ada perbedaan signifikan skor nyeri antara kedua kelompok

sampel (masing-masing dengan p<0,001). Rerata skor nyeri pada kelompok Ofloksasin lebih

tinggi dibandingkan skor nyeri pada kelompok Ofloksasin kombinasi steroid. Pada hari 7,

rerata skor nyeri pada kedua kelompok adalah sama yaitu 0.(Tabel 4). Perbandingan diameter

kanalis akustikus eksternus hari 1-7 antara kedua kelompok menunjukkan bahwa pada hari 1,

tidak ada perbedaan signifikan diameter KAE antara kedua kelompok sampel (p>0,05) .Pada

hari 3 dan 5, ada perbedaan signifikan diameter KAE antara kedua kelompok sampel

(p<0,001). Rerata diameter KAE pada kelompok Ofloksasin lebih rendah dibandingkan

diameter KAE pada kelompok Ofloksasin kombinasi steroid. Pada hari 7, rerata diameter

KAE pada kedua kelompok sampel adalah sama yaitu 6,0 mm.(Tabel 5).

PEMBAHASAN

Penelitian ini memperlihatkan bahwa pengobatan dengan menggunakan ofloksasin

kombinasi steroid topikal pada otitis eksterna profunda jauh lebih efektif dibandingkan

dengan ofloksasin topikal.

Distribusi jenis kelamin dari sampel yang memenuhi kriteria inklusi yaitu 19 orang

(41,3%) laki-laki dan 27 orang (58,7%) perempuan, dengan perbandingan 1 : 1,4. Hal ini

tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Tasak (1998) yaitu laki-laki dan

perempuan 1 : 1,2, Basjrah, dkk (1983) mendapatkan perbandingan laki-laki : perempuan 1 :

1,5 dan Nelwan, dkk (1986) mendapatkan 1 : 1,3. Dari 60 sampel telinga yang diteliti,

didapatkan umur penderita bervariasi antara 13 – 50 tahun dimana pada kelompok umur <30

tahun sebanyak 24 orang (52,2%) dan kelompok umur ≥30 tahun sebanyak 22 orang (47,8

%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tasak (1998) yaitu penderita didapatkan

terbanyak pada kelompok umur 21 - 30 tahun. Nelwan, dkk (1986) mendapatkan terbanyak

pada kelompok umur <20 tahun dan KedeL, W.M. dkk (2009), pada umur 15 – 24 tahun.

Distribusi derajat nyeri telinga tiap hari pengamatan dari kelompok Ofloksasin

ditemukan bahwa pada hari pertama pengamatan didapatkan nyeri sedang 25 telinga (83,3%),

nyeri ringan 3 telinga (10%) dan nyeri berat 2 telinga (6,7%). Tidak ditemukan penderita

yang tidak nyeri. Pada hari ketiga pengamatan, nyeri sudah mulai berkurang yaitu dari 83,3%

nyeri sedang turun menjadi 43,3% dan nyeri ringan naik dari 10% menjadi 50%. Tidak

ditemukan lagi penderita yang nyeri berat. Pada hari kelima pengamatan, nyeri sedang turun

menjadi 1 telinga (3,3%), nyeri ringan naik menjadi 12 telinga (40%) dan tidak nyeri 17

7

telinga (56,7%). Pada hari ketujuh pengamatan, semua penderita sudah tidak nyeri (100%)

dan dinyatakan sembuh. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pemberian terapi ofloksasin

topikal pada penderita otitis eksterna profunda terdapat penurunan derajat nyeri sampai hari

ketujuh pengamatan. Pemakaian secara topikal dari tetes telinga ofloksasin 0,3%

menghasilkan konsentrasi obat yang sangat tinggi pada telinga, sehingga aktifitas ofloksasin

bersifat broad spectrum terhadap bakteri patogen yang sering ditemukan di telinga. Tetes

telinga ofloksasin 0,3% secara klinis efektif untuk mengobati otitis eksterna dan otitis media

pada pasien dengan perforasi membran timpani. Larutan ototopikal baik ditoleransi sehingga

menghindari berbagai efek samping sistemik dan tidak bersifat ototoksik walaupun dalam

konsentrasi lebih tinggi dari 0,3%, hal ini dibuktikan pada penelitian terhadap

binatang.(Simpson, K.L., 2004; Wai, T.K., 2003)

Pada kelompok ofloksasin kombinasi steroid ditemukan pada hari pertama

pengamatan nyeri sedang 25 telinga (83,3%), nyeri berat 3 telinga (10%) dan nyeri ringan 2

telinga (6,7%). Pada hari ketiga pengamatan, nyeri sudah mulai berkurang yaitu nyeri sedang

turun menjadi 6,7%, nyeri ringan naik menjadi 43,3% dan tidak nyeri menjadi 50%. Tidak

ditemukan lagi penderita yang nyeri berat. Pada hari kelima dan ketujuh pengamatan semua

penderita sudah tidak nyeri (100%) dan dinyatakan sembuh. Hal ini sama dengan penelitian

sebelumnya yaitu Tasak (1998) yang menggunakan tampon tetes telinga Garamicin,

menemukan pada hari kelima 30 telinga (100%) sudah tidak mengalami nyeri. Hal ini

mungkin disebabkan karena adanya steroid yang dapat mencegah atau menekan timbulnya

tanda-tanda peradangan yang disebabkan oleh mikroorganisme, zat kimia atau iritasi termik,

trauma atau alergen, bahwa tanda-tanda peradangan seperti rasa panas setempat, kemerahan,

pembengkakan dan nyeri tekan dapat hilang, tetapi penyebabnya tidak hilang. Kortikosteroid

menggunakan efek anti inflamasinya dengan menginhibisi pembentukan prostaglandin dan

derivat lain pada jalur asam arakidonik. Mekanisme lain yang turut memberikan efek anti

inflamasi kortikosteroid adalah menginhibisi proses fagositosis dan menstabilisasi membran

lisosim dari sel-sel fagosit. Seiring dengan penurunan inflamasi pada otitis eksterna profunda

maka akan menyebabkan penurunan nyeri. (Suherman, S.K., 2007; Johnson, G.E., 2006)

Distribusi derajat edema pada tiap hari pengamatan dari kelompok ofloksasin

ditemukan bahwa pada hari pertama pengamatan terdapat 3 telinga (10%) yang mengalami

edema berat, 22 telinga (73,3 %) edema sedang dan 15 telinga (16,7%) edema ringan. Pada

hari ketiga, edema berat sudah tidak ada, edema sedang turun menjadi 46,7%, edema ringan

naik menjadi 46,7% dan sudah ada yang tidak edema (6,7%). Pada hari kelima, edema sedang

turun menjadi 3,3% dan yang tidak edema naik menjadi 50 %. Pada hari ketujuh pengamatan,

8

semua penderita sudah tidak ada yang edema (100%). Hal ini tidak terlalu jauh berbeda

dengan penelitian Tasak (1998), dimana pada hari kelima terdapat edema sedang 6,67%,

edema ringan 60 % dan tidak edema 33,3 %. Pada hari ketujuh, 6,67 % edema ringan dan

93,3 % tidak edema. Sedangkan pada kelompok ofloksasin kombinasi steroid, pada hari

pertama pengamatan ditemukan edema berat 5 telinga (16,7%), edem sedang 17 telinga

(56,7%) dan edema ringan 8 telinga (26,7%). Pada hari ketiga, edema berat sudah tidak ada,

edema sedang turun menjadi 10%, edema ringan 33,3% dan sudah ada yang tidak edema

(56,7%). Pada hari kelima dan ketujuh pengamatan 30 telinga (100%) sudah tidak edema. Hal

ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Balen dkk (2001) yang menunjukkan bahwa rata-

rata waktu penyembuhan otitis eksterna adalah 6 hari pada kelompok steroid dan antibiotik.

Lambert (1981) menemukan rata-rata waktu penyembuhan otitis eksterna 9-11 hari dengan

membandingkan tetes telinga otosporin dengan aluminium asetat tetes telinga pada 129

pasien di Cyprus.

Berdasarkan uji statistik analisis dengan Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan

pada kelompok ofloksasin terdapat perbedaan signifikan penurunan skor nyeri antara hari 1

dengan hari 3, 5 dan 7 (masing-masing dengan p<0,001). Skor nyeri pada hari 3 turun

menjadi 3,3 dibandingkan 5,4 pada hari 1. Demikian juga pada hari 5 dan 7, skor nyeri turun

menjadi 0,9 dan 0,0 dibandingkan hari 1. Pada kelompok Ofloksasin kombinasi steroid,

terdapat perbedaan signifikan penurunan skor nyeri antara hari 1 dengan hari 3, 5 dan 7

(masing-masing dengan p<0,001). Skor nyeri pada hari 3 turun menjadi 1,3 dibandingkan

5,5 pada hari 1. Demikian juga pada hari 5 dan 7, derajat nyeri turun menjadi 0,0

dibandingkan hari 1. Hal ini berarti bahwa pemberian ofloksasin dan ofloksasin kombinasi

steroid topikal efektif terhadap penurunan nyeri pada otitis eksterna profunda.

Pada penelitian ini ditemukan perbedaan signifikan peningkatan diameter KAE

antara hari 1 dengan hari 3, 5 dan 7 (p<0,001) pada kelompok ofloksasin. Diameter KAE

pada hari 3 naik menjadi 3,7 mm dibandingkan 2,4 mm pada hari 1. Sedangkan pada hari

5,dan 7 naik menjadi 5,3 mm dan 6,0 mm dibandingkan hari 1. Pada kelompok ofloksasin

kombinasi steroid, juga terdapat perbedaan signifikan diameter KAE antara hari 1 dengan

hari 3, 5 dan 7 (p<0,001). Diameter KAE pada hari 3 naik menjadi 5,4 mm dibandingkan 2,6

mm pada hari 1. Sedangkan pada hari 5 dan 7, naik menjadi 6,0 mm dibandingkan hari 1.

Dengan adanya peningkatan diameter kanalis akustikus eksternus menunjukkan terjadinya

penurunan derajat edema. Hal ini berarti bahwa pemberian ofloksasin dan ofloksasin

kombinasi steroid topikal efektif terhadap penurunan edema pada otitis eksterna profunda.

Berdasarkan uji statistik analisis dengan Mann-Whitney Test menunjukkan bahwa

9

tidak ada perbedaan signifikan skor nyeri dan diameter KAE antara kelompok ofloksasin dan

kelompok ofloksasin kombinasi steroid (p>0,05) pada hari 1. Sedangkan pada hari 3 dan 5,

ada perbedaan signifikan skor nyeri dan diameter KAE antara kedua kelompok sampel

(masing-masing dengan p<0,001). Hal ini menunjukkan bahwa pengobatan ofloksasin

kombinasi steroid topikal pada otitis eksterna profunda lebih efektif dibandingkan ofloksasin

topikal dalam penurunan skor nyeri dan peningkatan diameter KAE pada hari 3 dan 5

pengamatan. Hal ini disebabkan karena adanya kombinasi antibiotik dan steroid, dimana

steroid berfungsi menghambat fenomena inflamasi dini: edema, deposit fibrin, dilatasi

kapiler, migrasi leukosit ke tempat radang dan aktivitas fagositosis. Selain itu juga dapat

menghambat manifestasi inflamasi yang telah lanjut: proliferasi kapiler dan fibroblast,

pengumpulan kolagen dan pembentukan sikatriks.(Fauci, A.S., 1985; Goldfien, A., 2007)

Emgard dkk (2005), menemukan bahwa kelompok tetes telinga yang berisi 0.05% larutan

betamethasone dipropionate (BD) lebih efektif menyembuhkan otitis eksterna daripada tetes

telinga yang berisi hydrocortisone dengan oxytetracycline hydrochloride and polymyxin B

(HCPB) baik yang terinfeksi oleh bakteri ataupun jamur. Tidak ada perbedaan yang jelas

tentang efek samping dari kedua obat tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengobatan ofloksasin kombinasi

steroid topikal jauh lebih efektif pada penurunan derajat nyeri dan edema dibandingkan

dengan ofloksasin topikal.

Berdasarkan penelitian ini maka dapat disarankan untuk mempertimbangkan

ofloksasin kombinasi steroid topikal dalam pemilihan pengobatan pada otitis eksterna

profunda. Perlu dilakukan penelitian lanjut dengan membandingkan efektifitas antara

ofloksasin topikal, ofloksasin kombinasi steroid topikal dan steroid topikal pada penanganan

otitis eksterna profunda.

10

DAFTAR PUSTAKA

Balen, F.A. dkk. (2003). Clinical Efficacy of Three Common Treatments. In Acute Otitis Externa in Primary Care : Randomised Controlled Trial, Volume 327, Netherlands.

Basjrah, R. dan Rahman, A. (1983). Uji coba banding klinik pemakaian larutan burrowi dan Kenakomb tetes pada otitis eksterna. Dalam : Kumpulan Naskah Ilmiah Kongres Nasional VII PERHATI. Surabaya. 126 - 35.

Dhingra, P.L. (2008). Disease of ear, nose and throat. 4th ed. New Delhi: Elsevier. p. 48-55. Emgard, P. dkk. (2005). A group III steroid solution without antibiotic components : an

effective cure for external otitis. Journal of Otolaryngology.119:342-7. Fauci, A.S. (1985). Segi Klinik Imunosupresi : Penggunaan agen sitotoksik dan

kortikosteroid. Imunologi III. by Bellantin J.ed. Indonesia. Gadjah Mada Univ.Press. Yogyakarta. 592-603.

Goldfien, A. (2007). Adrenokortikosteroid dan antagonis korteks adrenal. Dalam Katzung G : Farmakologi dasar dan klinik . Edisi 3. EGC. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta. 536-49.

Johnson, G.E. (2006). Adrenal Cortical Hormones. In: Pharmacology in Medicine: Principles and Practice. Sp Press International Inc. Washington. 427-42.

Kedel, W.M. dkk. (2009). The effectiveness of rivanol tampon compared with burowi tampon in acute diffuse otitis externa. Berkala Ilmu Kedokteran. Vol. 41. No. 3. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 157-163

Lambert, I.J. (1981). A Comparison of the treatment of otitis externa with ‘Otosporin’ and aluminium acetate: a report from a services practice in Cyprus. Journal of the Royal College of General Practitioners. Cyprus. 31. 291-294.

Nelwan, N.S. dkk. (1986). Pola otitis eksterna di RS Sumber Waras / FKUI Jakarta. Dalam: Kumpulan naskah Kongres Nasional VIII PERHATI. Ujungpandang. 463-9.

Roland, P.S. dkk. (2004). Efficacy and safety of topical ciprofloxacin/dexamethasone versus neomycin/polymixin B/hydrocortisone for otitis externa. Curr Med Res Opin.20:1175-83.

Simpson, K.L. (2004). Ofloxacin otic solution: A review of its use in the management of ear infections. Drugs. New Zealand. 58(3): 509-31.

Suherman, S.K. (2007). Adrenokortikotropin, Adrenokortikosteroid, Analog Sintetik dan Antagonisnya. Dalam : Farmakologi dan Terapi. Bagian Farmakologi FKUI. Jakarta. 482-500.

Tasak, D.R. (1998). Uji Banding Klinik Pemakaian Tampon Tetes Telinga Burowi dan Tampon Tetes Telinga Garamicin Pada Otitis Eksterna Profunda Sirkumskripta. Karya Akhir. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Torum, B. dkk. (2004). Efficacy of Ofloxacin otic solution once daily for 7 days in the treatment of otitis externa: a multicenter, open-label, phase III trial. Clin Ther. Guatemala. 26(7) : 1046-54.

Wai, T.K. (2003). A benefit-risk assessment of ofloxacin otic solution in ear infection. Drug Saf. Hong Kong. 26(6): 405-20.

11

Lampiran

Tabel 1. Distribusi menurut jenis kelamin dan kelompok umur

Karakteristik Frekuensi Persen

Jenis kelamin Laki-laki 19 41,3

Perempuan 27 58,7 Total 46 100,0

Kelompok Umur (thn) <30 24 52,2

>= 30 23 47,8 Total 70 100,0

Tabel 2. Distribusi derajat nyeri pada kedua kelompok pengobatan

Kelompok Hari Pengamatan

Nyeri Berat Nyeri Sedang

Nyeri Ringan

Tidak Nyeri Total

Ofloksasin 1 2(6,7%) 25(83,3%) 3(10%) 0 30(100%)

3 0 13(43,3%) 15(50%) 2(6,7%) 30(100%)

5 0 1(3,3%) 12(40%) 17(56,7%) 30(100%)

Oflo komb.Steroid

7

1

3

5

7

0

3(10%)

0

0

0

0

25(83,3%)

2(6,7%)

0

0

0

2(6,7%)

13(43,3%)

0

0

30(100%)

0

15(50%)

30(100%)

30(100%)

30(100%)

30(100%)

30(100%)

30(100%)

30(100%)

12

Tabel 3. Distribusi derajat edema pada kedua kelompok pengobatan

Kelompok Hari Pengamatan

Edema berat

Edema Sedang

Edema ringan

Tidak edema

Total

Ofloksasin 1 3(10%) 22(73,3%) 5(16,7%) 0 30(100%)

3 0 14(46,7%) 14(46,7%) 2(6,7%) 30(100%)

5 0 1(3,3%) 14(46,7%) 15(50%) 30(100%)

7 0 0 0 30(100%) 30(100%)

Oflo komb.steroid 1 5(16,7%) 17(56,7%) 8(26,7%) 0 30(100%)

3 0 3(10%) 10(33,3%) 17(56,7%) 30(100%)

5 0 0 0 30(100%) 30(100%)

7 0 0 0 30(100%) 30(100%)

Tabel 4. Perbandingan skor nyeri hari 1-7 antara kedua kelompok

Kelompok n Rerata Simpang Baku P

Skor Nyeri Hari 1 Ofloksasin 30 5,4 1,5 0,848

Oflo komb.steroid 30 5,5 1,3

Skor Nyeri Hari 3 Ofloksasin 30 3,3 1,5 0,000

Oflo komb.steroid 30 1,3 1,6

Skor Nyeri Hari 5 Ofloksasin 30 ,9 1,3 0,000

Oflo komb.steroid 30 ,0 ,0

Skor Nyeri Hari 7 Ofloksasin 30 ,0 ,0 1,000

Oflo komb.steroid 30 ,0 ,0

Mann-Whitney test (p<0,001)

Tabel 5. Perbandingan diameter kanalis akustikus eksternus hari 1-7 antara kedua kelompok

Kelompok n Rerata (mm)

Simpang Baku P

Diameter KAE Hari 1 Ofloksasin 30 2,43 0,9 0,517 Komb. Oflo & KS 30 2,60 1,1

Diameter KAE Hari 3 Ofloksasin 30 3,70 1,0 0,000 Komb. Oflo & KS 30 5,43 0,7

Diameter KAE Hari 5 Ofloksasin 30 5,33 0,8 0,000 Komb. Oflo & KS 30 6,00 0,0

Diameter KAE Hari 7 Ofloksasin 30 6,00 0,0 1,000 Komb. Oflo & KS 30 6,00 0,0

Mann-Whitney test (p<0,001)

13

Gambar 1. Grafik perbandingan skor nyeri hari 1 dengan hari 3,5 dan 7 berdasarkan kelompok

Gambar 2. Grafik perbandingan diameter KAE hari 1 dengan hari 3, 5 dan 7 berdasarkan kelompok

0

1

2

3

4

5

6

Hari 1 Hari 3 Hari 5 Hari 7

Ofloksasin

Ofloksasin komb.steroid

0

1

2

3

4

5

6

7

Hari 1 Hari 3 Hari 5 Hari 7

Ofloksasin

Ofloksasin komb.steroid