lapsus otitis eksterna

31
LAPORAN KASUS OTITIS EKSTERNA Pembimbing dr. I Gusti Ayu Trisna, Sp.THT-KL Oleh Asri Buana Citra Dewi H1A 009 048 DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

Upload: nurulfatimah

Post on 19-Dec-2015

400 views

Category:

Documents


26 download

DESCRIPTION

n

TRANSCRIPT

LAPORAN KASUS

OTITIS EKSTERNA

Pembimbing

dr. I Gusti Ayu Trisna, Sp.THT-KL

Oleh

Asri Buana Citra Dewi

H1A 009 048

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

BAGIAN / SMF ILMU PENYAKIT TELINGA, HIDUNG, DAN TENGGOROKAN

RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

2015

BAB I

PENDAHULUAN

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan infeksi

bakteri, jamur dan virus. Liang telinga merupakan struktur yang sebenarnya sudah terproteksi

dengan baik dan memiliki kemampuan membersihkan strukturnya. Walaupun demikian, struktur

ini dapat mengalami invasi mikroorganisme 1.

Insidens otitis eksterna akut di US Amerika terjadi pada 4 dari 1000 anak dan orang

dewasa per tahun. Laporan pertama dari CDC (Center for Disease Control and Prevention) yang

menggambarkan secara keseluruhan epidemiologi otitis eksterna akut di Amerika Serikat,

diperkirakan bahwa 2,4 juta kunjungan per tahun yang terdiagnosis di pusat kesehatan

merupakan kasus otitis eksterna akut (8,1 kunjungan per 1000 populasi). Frekuensi di dunia

memang belum dilaporkan secara pasti, tetapi dilaporkan insidensinya meningkat di negara-

negara tropis 2,3.

Terdapat banyak faktor predisposisi terjadinya otitis eksterna seperti perubahan pH di liang

telinga, keadaan udara yang panas dan lembab, trauma ringan (membersihkan telinga secara

berlebihan (mengorek-ngorek telinga) atau adanya benda asing penyakit seperti diabetes ataupun

kondisi imunokompromise, dan beberapa penyakit kulit seperti ekzema dan psoriasis 1,4. Dari

bentuk-bentuk peradangan pada liang telinga, jenis otitis eksternus difus adalah bentuk yang

tersering. Biasanya kuman penyebabnya adalah pseudomonas aeruginosa, proteus mirabilis, dan

S.Aureus 1. Laporan kasus ini akan membahas terutama kasus otitis eksterna difus dan beberapa

bentuk lain otitis eksterna.

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi

Telinga secara umum terbagi menjadi 3 yakni telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.

Telinga luar terdiri dari daun telinga (aurikula) dan liang telinga (meatus akustikus eksternus) 5,6.

Aurikula berfungsi menghimpun bunyi dan meatus akustikus eksternus yang mengantar

gelombang bunyi ke membrana timpanika 7.

2.1.1 Aurikula

Pinna (aurikula) berasal dari pinggir-pinggir celah brankial pertama serta arkus brankialis

pertama dan kedua. Aurikula dipersarafi oleh cabang aurikulotemporalis dari saraf mandibularis

serta saraf aurikularis mayor dan oksipitalis minor yang merupakan cabang dari pleksus

servikalis 8.

Aurikula mempunyai kerangka dari tulang rawan elastin yang dilapisi oleh kulit. Bagian

aurikula yang tidak mempunyai tulang rawan disebut lobulus, yang ada hanya jaringan lemak.

Fungsi daun telinga adalah untuk memantulkan dan mengkonsentrasikan getaran yang datang

dari luar 7.

Gambar 2.1 Anatomi Telinga Luar:

aurikula kanan 5

3

2.1.2 Kanalis Auditorius Eksternus

Liang telinga merupakan saluran berbentuk huruf S yang menuju ke arah telinga tengah

dan berakhir pada membran timpani. Liang telinga mempunyai diameter 0,5 cm dan panjang 2,5-

3 cm. Liang telinga merupakan saluran yang tidak lurus, tetapi berbelok dari arah postero-

superior di bagian luar ke arah antero-inferior. Selain itu, terdapat penyempitan di bagian medial

yang dinamakan ismus 9.

Dinding meatus akustikus eksterna 1/3 bagian lateral dibentuk oleh tulang rawan yang

merupakan kelanjutan dari tulang rawan aurikula dan disebut pars kartilagenus. Bagian ini

bersifat elastis dan dilapisi kulit yang melekat erat pada perikondrium. Kulit pada bagian ini

mengandung jaringan subkutan, folikel rambut, kelenjar lemak (glandula sebacea) dan kelenjar

serumen (glandula ceruminosa). Dinding meatus akustikus eksterna 2/3 bagian medial dibentuk

oleh tulang dan disebut pars osseus. Kulit yang meliputi bagian ini sangat tipis dan melekat erat

pada periosteum. Pada bagian ini tidak terdapat folikel rambut dan hanya dijumpai sedikit

kelenjar serumen 7.

Liang telinga berasal dari celah brankial pertama ektoderm. Sendi temporo-mandibularis

dan kelenjar parotis terletak di depan terhadap liang telinga, sedangkan prosesus mastoideus

terletak di belakangnya 8.

Gambar 2.2 Kanalis Auditorius Eksternus 10

4

2.2 Otitis Eksterna

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan infeksi

bakteri, jamur dan virus 4.

Insidens otitis eksterna akut di US Amerika terjadi pada 4 dari 1000 anak dan orang

dewasa per tahun. Laporan pertama dari CDC (Center for Disease Control and Prevention) yang

menggambarkan secara keseluruhan epidemiologi otitis eksterna akut di Amerika Serikat,

diperkirakan bahwa 2,4 juta kunjungan per tahun yang terdiagnosis di pusat kesehatan

merupakan kasus otitis eksterna akut (8,1 kunjungan per 1000 populasi). Frekuensi di dunia

memang belum dilaporkan secara pasti, tetapi dilaporkan insidensinya meningkat di negara-

negara tropis 2,3.

Penyakit ini dapat menyerang semua umur. Otitis eksterna biasanya lebih sering pada anak-

anak yang lebih tua dan dewasa muda dengan puncak insidensi pada umur 7-12 tahun. Otitis

eksterna dapat menyerang perempuan atau laki-laki dengan kekerapan yang sebanding 2.

Faktor yang mempermudah radang telinga luar adalah 1,4:

- Perubahan pH di liang telinga, yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa,

proteksi terhadap infeksi menurun.

- Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, bakteri dan jamur mudah tumbuh.

- Trauma ringan (membersihkan telinga secara berlebihan (mengorek-ngorek telinga)

atau adanya benda asing

- Udara yang lembab dan panas

- Diabetes ataupun kondisi imunokompromise

- Kondisi kulit seperti ekzema dan psoriasis

5

Faktor Predisposisi :Perubahan pH di liang telingaTrauma Serumen ↓Obstruksi Penyakit sistemik

Jaringan lemak sebagai faktor pelindung terbukaKepekaan jaringan terhadap infeksi

Peradangan pada kanalis auditori eksterna :BengkakHiperemisSekret encer/purulenNyeri telinga (otalgia)

BakteriJamur

Secara umum, patofisiologi otitis eksterna dapat dilihat dari bagan berikut 1,2,4:.

Gambar 2.4 Patofisiologi Otitis Eksterna

6

Beberapa bentuk otitis eksterna akut yaitu:

a. Otitis eksterna sirkumskripta

b. Otitis eksterna difus

a) Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel)

Pada furunkulosis, kelainan terbatas pada bagian kartilagenosa meatus akustikus eksternus.

Oleh karena kulit di bagian sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit, seperti

folikel rambut, kelanjar sabasea dan kelenjar serumen, maka di tempat itu dapat terjadi

infeksi pada pilosebaseus sehingga membentuk furunkel. Kuman penyebab biasanya adalah

Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus 4,6.

Gejalanya adalah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini

disebabkan oleh kulit liang telinga yang tidak mengandung jaringan ikat longgar di

bawahnya sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri dapat juga

timbul spontan pada waktu membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain itu terdapat

juga gangguan pendengaran bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga 4.

Suatu furunkel dalam liang telinga dapat sangat nyeri karena berkembang pada suatu

daerah membranokartilagenia di mana hanya ada sedikit ruangan untuk ekspansi. Furunkel

pada daerah ini selalu dicurigai bila gerakan aurikula secara pasif menyebabkan nyeri 6.

Tatalaksana tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses, diaspirasi

secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Dapat diberikan antibiotik dalam bentuk salep,

seperti polymixin B atau bacitracin atau antiseptik (asam asetat 2-5% dalam alkohol).

Kalau dinding furunkel tebal, dilakukan insisi, kemudian dipasang drainase untuk

mengalirkan nanahnya. Biasanya tidak perlu diberikan antibiotik secara sistemik, hanya

diberikan obat simtomatik, seperti analgetik dan obat penenang 4.

7

Gambar 2.5 Otitis Eksterna

Sirkumskripta (Furunkel) 2

a) Otitis Eksterna Difus

Infeksi ini dikenal juga dengan nama “swimmer’s ear” yang biasanya terjadi pada cuaca

yang panas dan lembab. Umumnya mengenai kulit liang telinga dua pertiga bagian dalam.

Tampak kulit liang telinga hiperemis dan edema dengan batas yang tidak jelas, serta tidak

terdapat furunkel. Kuman penyebabnya biasanya golongan Pseudomonas. Kuman lain yang

dapat menjadi penyebabnya adalah Stapylococcus albus, Escheria coli dan Enterobacter

aerogenes 4,6.

Gejalanya berupa nyeri tekan tragus atau nyeri di sekitar telinga, pembengkakan

sebagian besar dinding kanalis sehingga liang telinga menjadi sempit, kadang kelenjar

getah bening regional membesar dan nyeri tekan, serta terdapat sekret yang berbau. Sekret

ini tidak mengandung lendir (musin) seperti sekret yang keluar dari kavum timpani pada

otitis media. Pendengaran normal atau sedikit menurun. 4,6.

Stroma yang menutupi tulang pada dua pertiga bagian dalam liang telinga sangat tipis

sehingga hanya memungkinkan pembengkakan yang minimal. Oleh karena itu, gangguan

subyektif yang dialami pasien seringkali tidak sebanding dengan beratnya penyakit yang

diamati oleh pemeriksa 6.

8

Diagnosis ditegakkan melalui anamnesi dan pemeriksaan fisik, dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

Tabel 1. Diagnosis otitis eksterna akut difus 11

1. Onset cepat (biasanya 48 jam, pada 3 minggu belakangan)2. Gejala inflamasi kanalis auditorius eksternus, yakni

- Otalgia, gatal, rasa penuh- Dengan atau tanpa penurunan pendengaran atau nyeri pada rahang

3. Tanda inflamasi kanalis auditorius eksternus yakni- Nyeri tekan pada pinna atau tragus atau keduanya- Edema difus kanalis auditorius eksternus, atau eritema atau keduanya- Dengan atau tanpa otorea, limfadenitis regional, eritema membran

timpani atau selulitis pada pinna dan kulit sekitarnya

Pengobatannya dengan membersihkan liang telinga, memasukkan tampon yang

mengandung antibiotika ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat

dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan obat antibiotika sistemik pada

kasus yang berat, misalnya jika dicurigai adanya perikondritis atau kondritis pada tulang

rawan telinga. Dianjurkan pula untuk melakukan pemeriksaan kepekaan bakteri 4,6.

Tabel 2.2 Terapi Topikal Untuk Otitis Eksterna Difus 11

Adapun bentuk infeksi liang telinga lain selain diatas yakni otomikosis (otitis eksterna

fungi), herpes zoster otikus, otitis eksterna maligna, dan infeksi kronis liang telinga.

9

a) Otomikosis

Otomikosis merupakan infeksi jamur pada liang telinga dipermudah oleh kelembaban

yang tinggi. Etiologi tersering adalah Pityrosporum, aspergilus. Terkadang juga

ditemukan kandida albicans atau jamur lain. Pityrosporum menyebabkan terbentuknya

sisik yang menyerupai ketombe dan merupakan predisposisi otitis eksterna bakterialis.

Gejala dapat berupa gatal dan rasa penuh di liang telinga, tetapi sering juga tanpa

keluhan. Pengobatannya dengan membersihkan liang telinga. Peberian larutan asam

asetat 2% dalam alkohol, larutan iodium povidon 5% atau tetes telinga yang mengandung

campuran antibiotik dan steroid yang diteteskan ke liang telinga biasanya dapat

menyembuhkan. Pemberian antifungi juga dapat diberikan seperti nistatin dan

klotimazol. Anti fungi oral dapat juga dipertimbangkan pada kasus-kasus refrakter

terhadap terrapi topikal, tetapi hal tersebut jarang 1,4.

Gambar 2.6 Otomikosis 10

b) Herpes zoster otikus

Herpes zoster otikus adalah penyakit yang diakibatkan virus varicella zoster. Virus ini

dorman pada ganglia sensoris dan dapat bereaktivasi jika imunitas menurun. Virus ini

dapat menyebabkan terbentuknya vesikel pada aurikula, kanalis auditorius eksternus dan

bahkan sampai permukaan lateral membran timpani. Infeksi ini juga dapat disebut

sindroma Ramsay Hunt dimana terdapat paralisis otot-otot wajah dengan atau tanpa

10

penurunan pendengaran dan pusing. Penatalaksanaan sesuai dengan tatalaksana infeksi

herpes zoster. Biasanya infeksi ini self-limiting, jadi penatalaksanaannya suportif 1,4.

c) Otitis eksterna maligna

Otitis eksterna maligna adalah infeksi difus liang telinga luar dan struktur lain

disekitarnya. Biasanya terjadi pada orang tua dengan penyakit diabetes melitus. Pada

penderita diabetes, pH serumennya lebih tinggi dibandingkan ph serumen non diabetes.

Kondisi ini mengakibatkan penderita diabetes lebih mudah terjadi otitis eksterna. Akibat

adanya imunokompromize dan mikroangiopati, otitis eksterna berlanjut menjadi otitis

eksterna maligna. Pada otitis maligna peradangan meluas secara progresif ke lapisan sub

kutis, tulang rawan, dan ke tulang sekitarnya, sehingga timbul kondritis, osteitis dan

osteomyelitis yang menghancurkan tulang temporal 1,4.

Gejala otitis eksterna maligna adalah rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat

diikuti oleh rasa nyeri, sekret yang banyak serta pembengkakan liang telinga. Kemudian

rasa nyeri tersebut akan semakin hebat, liang telinga akan tertutupi oleh jaringan

granulasi yang cepat tubuhnya. Saraf fasial dapat terkena sehingga menimbulkan paralisis

fasial 1,4.

Kelainan patologik yang penting adalah osteomyelitis yang progresif yang

disebabkan kuman Pseudomonas aeroginosa. Penebalan endotel yang mengiringi diabetes

melitus berat, kadar gula darah yang tinggi yang diakibatkan oleh infeksi yang sedang

aktif, menimbulkan kesulitan pengobatan yang adekuat1,4.

Pengobatan harus cepat diberikan, sesuai hasil kultur dan resistensi. Sementara

menunggu hasil tersebut dapat diberikan antibiotik golongan fluoroquinolon

(ciprofloksasin) dosis tinggi per oral. Pada keadaan yang lebih berat diberikan antibiotika

parenteral dikombinasi dengan antibiotika golongan aminoglikosida yang diberikan 6-8

minggu. Antibiotika yang sering digunakan adalah ciprofloksasin, ticarcilin-klavulanat,

piperacilin (dikombinasi dengan aminoglikosida), ceftriakson, ceftazidin, gentamisin

(dikombinasi dengan golongan penicilin) 1,4.

11

d) Infeksi kronis liang telinga

Infeksi bakteri ataupun infeksi jamur yang tak diobati dengan baik, iritasi kulit

yang disebabkan cairan otitis media, trauma berulangadanya benda asing, penggunaan

alat bantu dengar dapat menyebabkan radang kronis. Akibatnya terjadi stenosis atau

penyempitan liang telinga karena terbentuknya jaringan parut (sikatrik). Pengobatannya

dapat memerlukan operasi rekonstruksi liang telinga jika sudah terdapat stenosis kanal.

Tujuan pengobatan sebelum terjadinya stenosis tersebut adalah mencegah terjadinya

stenosis dan mengembalikan kulit kanal menjadi sehat. Antibiotik dan kortikosteroid

tetes telinga dapat menurunkan inflamasi dan edema kanal auditori eksternus1,4.

12

BAB III

LAPORAN KASUS

Nama : Ny. S

Umur : 23 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jonggat, Loteng

Pekerjaan : Wiraswasta

Periksa di Poli THT tanggal : 29 Maret 2015

I. Subjektif

Keluhan Utama

Nyeri pada telinga kanan

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluhkan nyeri telinga kanan sejak 2 hari belakangan. Sebelumnya pasien mengakui

mengorek-korek telinga karena gatal, setelah sebelumnya kemasukan air saat mandi.

Pendengaran telinga kanan juga dirasa agak berkurang sejak 1 hari belakangan. Riwayat keluar

air dari telinga kanan disangkal. Riwayat berenang sebelumnya disangkal. Keluhan berupa

demam, batuk atau pilek disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah mengalami hal serupa sebelumnya. Pasien tidak memiliki riwayat kencing

manis, atau penyakit berat sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan serupa seperti pasien.

Riwayat Alergi

Pasien tidak memiliki riwayat alergi makanan dan obat.

Riwayat Pengobatan

Pasien belum pernah mengobati penyakitnya.

13

Riwayat Pribadi

Pasien memiliki kebiasan mengorek telinga dengan cotton bud hampir setiap hari.

II. Objektif

1. Status Generalis

- Keadaan umum : Sedang

- Kesadaran : Compos Mentis

- Tekanan Darah : 110/70 mmHg

- RR : 20 x/menit

- HR : 86 x/menit

- Temperatur Axilla : 36,7°C.

2. Status Lokalis:

a. Telinga

No

.

Pemeriksaan Telinga Auricula Dextra Auricula Sinistra

1. Tragus Nyeri tekan (+), edema (-) Nyeri tekan (-), edema (-)

2. Daun telinga : aurikula,

preaurikuer, retroaurikuler.

Bentuk dan ukuran telinga

dalam batas normal, lesi

pada kulit (-), hematoma (-),

massa (-), fistula (-), nyeri

tarik aurikula (+).

Bentuk dan ukuran telinga

dalam batas normal, lesi

pada kulit (-), hematoma (-),

massa (-), fistula (-), nyeri

tarik aurikula (-).

3. Liang telinga (MAE) Serumen (-), hiperemis (+),

edema (+) pada MAE 2/3

bagian dalam, furunkel (-),

otorhea (-).

Serumen (-), hiperemis (-),

edema (-), furunkel (-),

otorhea (-).

14

Kanalis aurikula edema dan hiperemis

4. Membran timpani Sulit dievaluasi. Intak, retraksi (-), hiperemi

(-), bulging (-), edema (-),

perforasi (-), cone of light

(+).

3. Pemeriksaan Hidung

Inspeksi Nasal Dextra Nasal Sinistra

Hidung luar Bentuk (N), inflamasi (-),

deformitas (-), massa (-).

Bentuk (N), inflamasi (-),

deformitas (-), massa (-).

Rinoskopi Anterior :

Vestibulum nasi N, ulkus (-) N, ulkus (-)

Cavum nasi Bentuk (N), mukosa pucat (-),

hiperemi (-).

Bentuk (N), mukosa pucat (-),

hiperemi (-).

Septum nasi Deviasi (-), benda asing (-),

perdarahan (-), ulkus (-),

mukosa normal.

Deviasi (-), benda asing (-),

perdarahan (-), ulkus (-),

mukosa normal.

Konka media & inferior Hipertrofi (-), hiperemi (-). Hipertrofi (-), hiperemi (-).

15

4. Pemeriksaan Tenggorokan

No. Pemeriksaan Keterangan

1. Bibir Mukosa bibir basah, berwarna merah muda

2. Mulut Mukosa mulut basah, berwarna merah muda

3. Bucal Warna merah muda, hiperemi (-)

4. Gigi Warna mukosa gusi merah muda, hiperemi (-).

5. Lidah Ulkus (-), pseudomembran (-).

6. Uvula Bentuk normal, hiperemi (-), edema (-),

pseudomembran (-).

7. Palatum mole Ulkus (-), hiperemi (-).

8. Faring Mukosa hiperemi (-), edema (-), ulkus (-),

granul (-), sekret (-), reflex muntah (+).

9. Tonsila Palatina Hiperemi (-), ukuran T1-T1, kripte melebar (-),

detritus (-).

III. Diagnosis Kerja

Otitis Eksterna Diffusa AD

IV. Planning

a. Diagnostik

16

- (Tidak diperlukan)

b. Medikamentosa

- Antibiotik topikal: Ofloxacin tetes telinga 2x5 tetes (digunakan 7 hari)

- Analgesik (oral): ibuprofen tab 400 mg, 3xI (jika nyeri)

V. KIE

- Pasien harus menjaga kebersihan telinga untuk mencegah terjadinya kekambuhan,

sebisa mungkin menghindari telinga terkena air misalnya jangan berenang dulu.

- Pasien harus menghentikan kebiasaan mengorek-korek telinga

- Pasien diberitahu cara menggunakan obat tetes telinga, yaitu :

Kepala dimiringkan ke samping dengan posisi telinga kanan menghadap ke

atas.

Tarik daun telinga sedemikian rupa sehingga lubang telinga terbuka lebar.

Teteskan obat tetes telinga, diamkan selama 5 menit sebelum kepala pasien

kembali tegak.

VI. Prognosis

- Dubia ad bonam

17

BAB IV

PEMBAHASAN

Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien mengeluh nyeri pada telinga kanan. Pasien

memiliki kebiasaan sering mengorek telinga karena telinganya terasa gatal. Pasien juga merasa

pendengarannya sedikit berkurang dan telinganya terasa nyeri.

Proses infeksi menyebabkan peradangan sehingga menimbulkan perubahan rasa nyaman

dalam telinga dan juga nyeri. Selain itu, proses infeksi akan menyebabkan terjadinya edema yang

kemudian menyumbat sebagian atau seluruh liang telinga dan menutupi gendang telinga. Edema

yang terjadi pada liang telinga menyebabkan terjadi penurunan pendengaran.

Pada pemeriksaan fisik telinga kanan didapatkan nyeri tekan tragus (+) dan nyeri tarik

aurikula (+). Liang telinga kanan juga tampak sempit dan hiperemis, dan membrane timpani

secara keseluruhan sulit untuk dievaluasi.

Tabel 1. Diagnosis otitis eksterna akut difus 11

1. Onset cepat (biasanya 48 jam, pada 3 minggu belakangan)

2. Gejala inflamasi kanalis auditorius eksternus, yakni

- Otalgia, gatal, rasa penuh

- Dengan atau tanpa penurunan pendengaran atau nyeri pada rahang

3. Tanda inflamasi kanalis auditorius eksternus yakni

- Nyeri tekan pada pinna atau tragus atau keduanya

- Edema difus kanalis auditorius eksternus, atau eritema atau

keduanya

- Dengan atau tanpa otorea, limfadenitis regional, eritema membran

timpani atau selulitis pada pinna dan kulit sekitarnya

Untuk diagnosis otitis eksterna difus sesuai kriteria tabel diatas, pasien sudah

memenuhinya.

18

Faktor Predisposisi :Trauma akibat mengorek telinga hampir setiap hari

Jaringan lemak sebagai faktor pelindung terbuka

Bakteri

Peradangan pada kanalis auditori eksterna

OtalgiaKanal edema dan hiperemis

Pendengaran berkurang

Menyumbat liang telinga

Berikut rangkuman yang terjadi pada pasien dalam laporan kasus ini:

19

Pada pasien diberikan obat-obatan untuk eradikasi bakteri penyebab infeksi dan

mengurangi gejala nyeri pada pasien. Pengobatannya dengan membersihkan liang telinga,

memasukkan tampon yang mengandung antibiotika ke liang telinga supaya terdapat kontak yang

baik antara obat dengan kulit yang meradang4,6. Dalam hal ini diberikan ofloksasin yaitu

antibiotic golongan flurokuinolon yang tidak bersifat ototoksik. Pemberian anti nyeri atau

analgetik diberikan golongan NSAID yaitu antiinflamasi yang efektif dalam mengurangi rasa

nyeri dan penurun demam.

Tabel 2.2 Terapi Topikal Untuk Otitis Eksterna Difus 11

20

Daftar Pustaka

1. Jung Timothy TK dan Jinn Tae Hoon. Disease of the external ear dalam Ballenger’s

Otorhinolaryngology head and Neck Surgery. Edisi 17. Newyork: BC Decker Inc; 2003. Hal

236-241.

2. Ariel A Waitzman. Otitis Eksterna. Emedicine. 2014 tersedia dalam

http://emedicine.medscape.com/article/994550-overview#showall

3. Sedjati Monica Lie, Palandeng Oraetlabora Immanuel dan Pelealu Olivia Claudia Pingkan.

Pola kuman penyebab otitis eksterna dan uji kepekaan antibiotik di poliklinik THT-KL BLU

RSUP prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode November – Desember 2013. Ejournal

UNSRAT. 2014. Tersedia dalam

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/download/3612/3140

4. Hafil AF, Sosialisman, Helmi. Kelainan Telinga Luar. Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan

Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi Keenam. Cetakan Keempat. Jakarta :

Balai Penerbit FKUI. 2010 : hlm 59-61.

5. Gacek Richard R dan Gacek Mark R. Anatomy of auditory and vestibular system dalam

Ballenger’s Otorhinolaryngology head and Neck Surgery. Edisi 17. Newyork: BC Decker

Inc; 2003. hlm 2-3.

6. Boies Lawrence. Penyakit Telinga luar dalam Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6.

Cetakan Ketiga. Jakarta: EGC; 1997. Hlm 75-84

7. Moore KL, Anne MR. Head. In : Essential Clinical Anatomy. USA : Lippincott Williams and

Wilkins. 2002 : hlm. 401-403.

8. Liston SL, Duvall AJ. Embriologi, Anatomi, dan Fisiologi Telinga dalam Boies Buku Ajar

Penyakit THT. Edisi 6. Cetakan Ketiga. Jakarta : EGC. 1997 : hlm 27-31.

9. Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga.

Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi

Keenam. Cetakan Keempat. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2010 : hlm 10-16.

10. Sander Robert. Otitis Externa: A Practical Guide to Treatment and Prevention. Am Fam

Physician 2001;63:927-36,941-2.

11. Rosenfeld Richard M, Brown Lance, Cannon C. Ron dkk. Clinical practice guideline: Acute

otitis externa. Otolaryngology–Head and Neck Surgery, April 2006: Vol 134, hal S4-S23

21