lapsus otitis eksterna
DESCRIPTION
nTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
OTITIS EKSTERNA
Pembimbing
dr. I Gusti Ayu Trisna, Sp.THT-KL
Oleh
Asri Buana Citra Dewi
H1A 009 048
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA
BAGIAN / SMF ILMU PENYAKIT TELINGA, HIDUNG, DAN TENGGOROKAN
RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan infeksi
bakteri, jamur dan virus. Liang telinga merupakan struktur yang sebenarnya sudah terproteksi
dengan baik dan memiliki kemampuan membersihkan strukturnya. Walaupun demikian, struktur
ini dapat mengalami invasi mikroorganisme 1.
Insidens otitis eksterna akut di US Amerika terjadi pada 4 dari 1000 anak dan orang
dewasa per tahun. Laporan pertama dari CDC (Center for Disease Control and Prevention) yang
menggambarkan secara keseluruhan epidemiologi otitis eksterna akut di Amerika Serikat,
diperkirakan bahwa 2,4 juta kunjungan per tahun yang terdiagnosis di pusat kesehatan
merupakan kasus otitis eksterna akut (8,1 kunjungan per 1000 populasi). Frekuensi di dunia
memang belum dilaporkan secara pasti, tetapi dilaporkan insidensinya meningkat di negara-
negara tropis 2,3.
Terdapat banyak faktor predisposisi terjadinya otitis eksterna seperti perubahan pH di liang
telinga, keadaan udara yang panas dan lembab, trauma ringan (membersihkan telinga secara
berlebihan (mengorek-ngorek telinga) atau adanya benda asing penyakit seperti diabetes ataupun
kondisi imunokompromise, dan beberapa penyakit kulit seperti ekzema dan psoriasis 1,4. Dari
bentuk-bentuk peradangan pada liang telinga, jenis otitis eksternus difus adalah bentuk yang
tersering. Biasanya kuman penyebabnya adalah pseudomonas aeruginosa, proteus mirabilis, dan
S.Aureus 1. Laporan kasus ini akan membahas terutama kasus otitis eksterna difus dan beberapa
bentuk lain otitis eksterna.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi
Telinga secara umum terbagi menjadi 3 yakni telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.
Telinga luar terdiri dari daun telinga (aurikula) dan liang telinga (meatus akustikus eksternus) 5,6.
Aurikula berfungsi menghimpun bunyi dan meatus akustikus eksternus yang mengantar
gelombang bunyi ke membrana timpanika 7.
2.1.1 Aurikula
Pinna (aurikula) berasal dari pinggir-pinggir celah brankial pertama serta arkus brankialis
pertama dan kedua. Aurikula dipersarafi oleh cabang aurikulotemporalis dari saraf mandibularis
serta saraf aurikularis mayor dan oksipitalis minor yang merupakan cabang dari pleksus
servikalis 8.
Aurikula mempunyai kerangka dari tulang rawan elastin yang dilapisi oleh kulit. Bagian
aurikula yang tidak mempunyai tulang rawan disebut lobulus, yang ada hanya jaringan lemak.
Fungsi daun telinga adalah untuk memantulkan dan mengkonsentrasikan getaran yang datang
dari luar 7.
Gambar 2.1 Anatomi Telinga Luar:
aurikula kanan 5
3
2.1.2 Kanalis Auditorius Eksternus
Liang telinga merupakan saluran berbentuk huruf S yang menuju ke arah telinga tengah
dan berakhir pada membran timpani. Liang telinga mempunyai diameter 0,5 cm dan panjang 2,5-
3 cm. Liang telinga merupakan saluran yang tidak lurus, tetapi berbelok dari arah postero-
superior di bagian luar ke arah antero-inferior. Selain itu, terdapat penyempitan di bagian medial
yang dinamakan ismus 9.
Dinding meatus akustikus eksterna 1/3 bagian lateral dibentuk oleh tulang rawan yang
merupakan kelanjutan dari tulang rawan aurikula dan disebut pars kartilagenus. Bagian ini
bersifat elastis dan dilapisi kulit yang melekat erat pada perikondrium. Kulit pada bagian ini
mengandung jaringan subkutan, folikel rambut, kelenjar lemak (glandula sebacea) dan kelenjar
serumen (glandula ceruminosa). Dinding meatus akustikus eksterna 2/3 bagian medial dibentuk
oleh tulang dan disebut pars osseus. Kulit yang meliputi bagian ini sangat tipis dan melekat erat
pada periosteum. Pada bagian ini tidak terdapat folikel rambut dan hanya dijumpai sedikit
kelenjar serumen 7.
Liang telinga berasal dari celah brankial pertama ektoderm. Sendi temporo-mandibularis
dan kelenjar parotis terletak di depan terhadap liang telinga, sedangkan prosesus mastoideus
terletak di belakangnya 8.
Gambar 2.2 Kanalis Auditorius Eksternus 10
4
2.2 Otitis Eksterna
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan infeksi
bakteri, jamur dan virus 4.
Insidens otitis eksterna akut di US Amerika terjadi pada 4 dari 1000 anak dan orang
dewasa per tahun. Laporan pertama dari CDC (Center for Disease Control and Prevention) yang
menggambarkan secara keseluruhan epidemiologi otitis eksterna akut di Amerika Serikat,
diperkirakan bahwa 2,4 juta kunjungan per tahun yang terdiagnosis di pusat kesehatan
merupakan kasus otitis eksterna akut (8,1 kunjungan per 1000 populasi). Frekuensi di dunia
memang belum dilaporkan secara pasti, tetapi dilaporkan insidensinya meningkat di negara-
negara tropis 2,3.
Penyakit ini dapat menyerang semua umur. Otitis eksterna biasanya lebih sering pada anak-
anak yang lebih tua dan dewasa muda dengan puncak insidensi pada umur 7-12 tahun. Otitis
eksterna dapat menyerang perempuan atau laki-laki dengan kekerapan yang sebanding 2.
Faktor yang mempermudah radang telinga luar adalah 1,4:
- Perubahan pH di liang telinga, yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa,
proteksi terhadap infeksi menurun.
- Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, bakteri dan jamur mudah tumbuh.
- Trauma ringan (membersihkan telinga secara berlebihan (mengorek-ngorek telinga)
atau adanya benda asing
- Udara yang lembab dan panas
- Diabetes ataupun kondisi imunokompromise
- Kondisi kulit seperti ekzema dan psoriasis
5
Faktor Predisposisi :Perubahan pH di liang telingaTrauma Serumen ↓Obstruksi Penyakit sistemik
Jaringan lemak sebagai faktor pelindung terbukaKepekaan jaringan terhadap infeksi
Peradangan pada kanalis auditori eksterna :BengkakHiperemisSekret encer/purulenNyeri telinga (otalgia)
BakteriJamur
Secara umum, patofisiologi otitis eksterna dapat dilihat dari bagan berikut 1,2,4:.
Gambar 2.4 Patofisiologi Otitis Eksterna
6
Beberapa bentuk otitis eksterna akut yaitu:
a. Otitis eksterna sirkumskripta
b. Otitis eksterna difus
a) Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel)
Pada furunkulosis, kelainan terbatas pada bagian kartilagenosa meatus akustikus eksternus.
Oleh karena kulit di bagian sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit, seperti
folikel rambut, kelanjar sabasea dan kelenjar serumen, maka di tempat itu dapat terjadi
infeksi pada pilosebaseus sehingga membentuk furunkel. Kuman penyebab biasanya adalah
Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus 4,6.
Gejalanya adalah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini
disebabkan oleh kulit liang telinga yang tidak mengandung jaringan ikat longgar di
bawahnya sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri dapat juga
timbul spontan pada waktu membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain itu terdapat
juga gangguan pendengaran bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga 4.
Suatu furunkel dalam liang telinga dapat sangat nyeri karena berkembang pada suatu
daerah membranokartilagenia di mana hanya ada sedikit ruangan untuk ekspansi. Furunkel
pada daerah ini selalu dicurigai bila gerakan aurikula secara pasif menyebabkan nyeri 6.
Tatalaksana tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses, diaspirasi
secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Dapat diberikan antibiotik dalam bentuk salep,
seperti polymixin B atau bacitracin atau antiseptik (asam asetat 2-5% dalam alkohol).
Kalau dinding furunkel tebal, dilakukan insisi, kemudian dipasang drainase untuk
mengalirkan nanahnya. Biasanya tidak perlu diberikan antibiotik secara sistemik, hanya
diberikan obat simtomatik, seperti analgetik dan obat penenang 4.
7
Gambar 2.5 Otitis Eksterna
Sirkumskripta (Furunkel) 2
a) Otitis Eksterna Difus
Infeksi ini dikenal juga dengan nama “swimmer’s ear” yang biasanya terjadi pada cuaca
yang panas dan lembab. Umumnya mengenai kulit liang telinga dua pertiga bagian dalam.
Tampak kulit liang telinga hiperemis dan edema dengan batas yang tidak jelas, serta tidak
terdapat furunkel. Kuman penyebabnya biasanya golongan Pseudomonas. Kuman lain yang
dapat menjadi penyebabnya adalah Stapylococcus albus, Escheria coli dan Enterobacter
aerogenes 4,6.
Gejalanya berupa nyeri tekan tragus atau nyeri di sekitar telinga, pembengkakan
sebagian besar dinding kanalis sehingga liang telinga menjadi sempit, kadang kelenjar
getah bening regional membesar dan nyeri tekan, serta terdapat sekret yang berbau. Sekret
ini tidak mengandung lendir (musin) seperti sekret yang keluar dari kavum timpani pada
otitis media. Pendengaran normal atau sedikit menurun. 4,6.
Stroma yang menutupi tulang pada dua pertiga bagian dalam liang telinga sangat tipis
sehingga hanya memungkinkan pembengkakan yang minimal. Oleh karena itu, gangguan
subyektif yang dialami pasien seringkali tidak sebanding dengan beratnya penyakit yang
diamati oleh pemeriksa 6.
8
Diagnosis ditegakkan melalui anamnesi dan pemeriksaan fisik, dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 1. Diagnosis otitis eksterna akut difus 11
1. Onset cepat (biasanya 48 jam, pada 3 minggu belakangan)2. Gejala inflamasi kanalis auditorius eksternus, yakni
- Otalgia, gatal, rasa penuh- Dengan atau tanpa penurunan pendengaran atau nyeri pada rahang
3. Tanda inflamasi kanalis auditorius eksternus yakni- Nyeri tekan pada pinna atau tragus atau keduanya- Edema difus kanalis auditorius eksternus, atau eritema atau keduanya- Dengan atau tanpa otorea, limfadenitis regional, eritema membran
timpani atau selulitis pada pinna dan kulit sekitarnya
Pengobatannya dengan membersihkan liang telinga, memasukkan tampon yang
mengandung antibiotika ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat
dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan obat antibiotika sistemik pada
kasus yang berat, misalnya jika dicurigai adanya perikondritis atau kondritis pada tulang
rawan telinga. Dianjurkan pula untuk melakukan pemeriksaan kepekaan bakteri 4,6.
Tabel 2.2 Terapi Topikal Untuk Otitis Eksterna Difus 11
Adapun bentuk infeksi liang telinga lain selain diatas yakni otomikosis (otitis eksterna
fungi), herpes zoster otikus, otitis eksterna maligna, dan infeksi kronis liang telinga.
9
a) Otomikosis
Otomikosis merupakan infeksi jamur pada liang telinga dipermudah oleh kelembaban
yang tinggi. Etiologi tersering adalah Pityrosporum, aspergilus. Terkadang juga
ditemukan kandida albicans atau jamur lain. Pityrosporum menyebabkan terbentuknya
sisik yang menyerupai ketombe dan merupakan predisposisi otitis eksterna bakterialis.
Gejala dapat berupa gatal dan rasa penuh di liang telinga, tetapi sering juga tanpa
keluhan. Pengobatannya dengan membersihkan liang telinga. Peberian larutan asam
asetat 2% dalam alkohol, larutan iodium povidon 5% atau tetes telinga yang mengandung
campuran antibiotik dan steroid yang diteteskan ke liang telinga biasanya dapat
menyembuhkan. Pemberian antifungi juga dapat diberikan seperti nistatin dan
klotimazol. Anti fungi oral dapat juga dipertimbangkan pada kasus-kasus refrakter
terhadap terrapi topikal, tetapi hal tersebut jarang 1,4.
Gambar 2.6 Otomikosis 10
b) Herpes zoster otikus
Herpes zoster otikus adalah penyakit yang diakibatkan virus varicella zoster. Virus ini
dorman pada ganglia sensoris dan dapat bereaktivasi jika imunitas menurun. Virus ini
dapat menyebabkan terbentuknya vesikel pada aurikula, kanalis auditorius eksternus dan
bahkan sampai permukaan lateral membran timpani. Infeksi ini juga dapat disebut
sindroma Ramsay Hunt dimana terdapat paralisis otot-otot wajah dengan atau tanpa
10
penurunan pendengaran dan pusing. Penatalaksanaan sesuai dengan tatalaksana infeksi
herpes zoster. Biasanya infeksi ini self-limiting, jadi penatalaksanaannya suportif 1,4.
c) Otitis eksterna maligna
Otitis eksterna maligna adalah infeksi difus liang telinga luar dan struktur lain
disekitarnya. Biasanya terjadi pada orang tua dengan penyakit diabetes melitus. Pada
penderita diabetes, pH serumennya lebih tinggi dibandingkan ph serumen non diabetes.
Kondisi ini mengakibatkan penderita diabetes lebih mudah terjadi otitis eksterna. Akibat
adanya imunokompromize dan mikroangiopati, otitis eksterna berlanjut menjadi otitis
eksterna maligna. Pada otitis maligna peradangan meluas secara progresif ke lapisan sub
kutis, tulang rawan, dan ke tulang sekitarnya, sehingga timbul kondritis, osteitis dan
osteomyelitis yang menghancurkan tulang temporal 1,4.
Gejala otitis eksterna maligna adalah rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat
diikuti oleh rasa nyeri, sekret yang banyak serta pembengkakan liang telinga. Kemudian
rasa nyeri tersebut akan semakin hebat, liang telinga akan tertutupi oleh jaringan
granulasi yang cepat tubuhnya. Saraf fasial dapat terkena sehingga menimbulkan paralisis
fasial 1,4.
Kelainan patologik yang penting adalah osteomyelitis yang progresif yang
disebabkan kuman Pseudomonas aeroginosa. Penebalan endotel yang mengiringi diabetes
melitus berat, kadar gula darah yang tinggi yang diakibatkan oleh infeksi yang sedang
aktif, menimbulkan kesulitan pengobatan yang adekuat1,4.
Pengobatan harus cepat diberikan, sesuai hasil kultur dan resistensi. Sementara
menunggu hasil tersebut dapat diberikan antibiotik golongan fluoroquinolon
(ciprofloksasin) dosis tinggi per oral. Pada keadaan yang lebih berat diberikan antibiotika
parenteral dikombinasi dengan antibiotika golongan aminoglikosida yang diberikan 6-8
minggu. Antibiotika yang sering digunakan adalah ciprofloksasin, ticarcilin-klavulanat,
piperacilin (dikombinasi dengan aminoglikosida), ceftriakson, ceftazidin, gentamisin
(dikombinasi dengan golongan penicilin) 1,4.
11
d) Infeksi kronis liang telinga
Infeksi bakteri ataupun infeksi jamur yang tak diobati dengan baik, iritasi kulit
yang disebabkan cairan otitis media, trauma berulangadanya benda asing, penggunaan
alat bantu dengar dapat menyebabkan radang kronis. Akibatnya terjadi stenosis atau
penyempitan liang telinga karena terbentuknya jaringan parut (sikatrik). Pengobatannya
dapat memerlukan operasi rekonstruksi liang telinga jika sudah terdapat stenosis kanal.
Tujuan pengobatan sebelum terjadinya stenosis tersebut adalah mencegah terjadinya
stenosis dan mengembalikan kulit kanal menjadi sehat. Antibiotik dan kortikosteroid
tetes telinga dapat menurunkan inflamasi dan edema kanal auditori eksternus1,4.
12
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. S
Umur : 23 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jonggat, Loteng
Pekerjaan : Wiraswasta
Periksa di Poli THT tanggal : 29 Maret 2015
I. Subjektif
Keluhan Utama
Nyeri pada telinga kanan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan nyeri telinga kanan sejak 2 hari belakangan. Sebelumnya pasien mengakui
mengorek-korek telinga karena gatal, setelah sebelumnya kemasukan air saat mandi.
Pendengaran telinga kanan juga dirasa agak berkurang sejak 1 hari belakangan. Riwayat keluar
air dari telinga kanan disangkal. Riwayat berenang sebelumnya disangkal. Keluhan berupa
demam, batuk atau pilek disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami hal serupa sebelumnya. Pasien tidak memiliki riwayat kencing
manis, atau penyakit berat sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan serupa seperti pasien.
Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi makanan dan obat.
Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah mengobati penyakitnya.
13
Riwayat Pribadi
Pasien memiliki kebiasan mengorek telinga dengan cotton bud hampir setiap hari.
II. Objektif
1. Status Generalis
- Keadaan umum : Sedang
- Kesadaran : Compos Mentis
- Tekanan Darah : 110/70 mmHg
- RR : 20 x/menit
- HR : 86 x/menit
- Temperatur Axilla : 36,7°C.
2. Status Lokalis:
a. Telinga
No
.
Pemeriksaan Telinga Auricula Dextra Auricula Sinistra
1. Tragus Nyeri tekan (+), edema (-) Nyeri tekan (-), edema (-)
2. Daun telinga : aurikula,
preaurikuer, retroaurikuler.
Bentuk dan ukuran telinga
dalam batas normal, lesi
pada kulit (-), hematoma (-),
massa (-), fistula (-), nyeri
tarik aurikula (+).
Bentuk dan ukuran telinga
dalam batas normal, lesi
pada kulit (-), hematoma (-),
massa (-), fistula (-), nyeri
tarik aurikula (-).
3. Liang telinga (MAE) Serumen (-), hiperemis (+),
edema (+) pada MAE 2/3
bagian dalam, furunkel (-),
otorhea (-).
Serumen (-), hiperemis (-),
edema (-), furunkel (-),
otorhea (-).
14
Kanalis aurikula edema dan hiperemis
4. Membran timpani Sulit dievaluasi. Intak, retraksi (-), hiperemi
(-), bulging (-), edema (-),
perforasi (-), cone of light
(+).
3. Pemeriksaan Hidung
Inspeksi Nasal Dextra Nasal Sinistra
Hidung luar Bentuk (N), inflamasi (-),
deformitas (-), massa (-).
Bentuk (N), inflamasi (-),
deformitas (-), massa (-).
Rinoskopi Anterior :
Vestibulum nasi N, ulkus (-) N, ulkus (-)
Cavum nasi Bentuk (N), mukosa pucat (-),
hiperemi (-).
Bentuk (N), mukosa pucat (-),
hiperemi (-).
Septum nasi Deviasi (-), benda asing (-),
perdarahan (-), ulkus (-),
mukosa normal.
Deviasi (-), benda asing (-),
perdarahan (-), ulkus (-),
mukosa normal.
Konka media & inferior Hipertrofi (-), hiperemi (-). Hipertrofi (-), hiperemi (-).
15
4. Pemeriksaan Tenggorokan
No. Pemeriksaan Keterangan
1. Bibir Mukosa bibir basah, berwarna merah muda
2. Mulut Mukosa mulut basah, berwarna merah muda
3. Bucal Warna merah muda, hiperemi (-)
4. Gigi Warna mukosa gusi merah muda, hiperemi (-).
5. Lidah Ulkus (-), pseudomembran (-).
6. Uvula Bentuk normal, hiperemi (-), edema (-),
pseudomembran (-).
7. Palatum mole Ulkus (-), hiperemi (-).
8. Faring Mukosa hiperemi (-), edema (-), ulkus (-),
granul (-), sekret (-), reflex muntah (+).
9. Tonsila Palatina Hiperemi (-), ukuran T1-T1, kripte melebar (-),
detritus (-).
III. Diagnosis Kerja
Otitis Eksterna Diffusa AD
IV. Planning
a. Diagnostik
16
- (Tidak diperlukan)
b. Medikamentosa
- Antibiotik topikal: Ofloxacin tetes telinga 2x5 tetes (digunakan 7 hari)
- Analgesik (oral): ibuprofen tab 400 mg, 3xI (jika nyeri)
V. KIE
- Pasien harus menjaga kebersihan telinga untuk mencegah terjadinya kekambuhan,
sebisa mungkin menghindari telinga terkena air misalnya jangan berenang dulu.
- Pasien harus menghentikan kebiasaan mengorek-korek telinga
- Pasien diberitahu cara menggunakan obat tetes telinga, yaitu :
Kepala dimiringkan ke samping dengan posisi telinga kanan menghadap ke
atas.
Tarik daun telinga sedemikian rupa sehingga lubang telinga terbuka lebar.
Teteskan obat tetes telinga, diamkan selama 5 menit sebelum kepala pasien
kembali tegak.
VI. Prognosis
- Dubia ad bonam
17
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien mengeluh nyeri pada telinga kanan. Pasien
memiliki kebiasaan sering mengorek telinga karena telinganya terasa gatal. Pasien juga merasa
pendengarannya sedikit berkurang dan telinganya terasa nyeri.
Proses infeksi menyebabkan peradangan sehingga menimbulkan perubahan rasa nyaman
dalam telinga dan juga nyeri. Selain itu, proses infeksi akan menyebabkan terjadinya edema yang
kemudian menyumbat sebagian atau seluruh liang telinga dan menutupi gendang telinga. Edema
yang terjadi pada liang telinga menyebabkan terjadi penurunan pendengaran.
Pada pemeriksaan fisik telinga kanan didapatkan nyeri tekan tragus (+) dan nyeri tarik
aurikula (+). Liang telinga kanan juga tampak sempit dan hiperemis, dan membrane timpani
secara keseluruhan sulit untuk dievaluasi.
Tabel 1. Diagnosis otitis eksterna akut difus 11
1. Onset cepat (biasanya 48 jam, pada 3 minggu belakangan)
2. Gejala inflamasi kanalis auditorius eksternus, yakni
- Otalgia, gatal, rasa penuh
- Dengan atau tanpa penurunan pendengaran atau nyeri pada rahang
3. Tanda inflamasi kanalis auditorius eksternus yakni
- Nyeri tekan pada pinna atau tragus atau keduanya
- Edema difus kanalis auditorius eksternus, atau eritema atau
keduanya
- Dengan atau tanpa otorea, limfadenitis regional, eritema membran
timpani atau selulitis pada pinna dan kulit sekitarnya
Untuk diagnosis otitis eksterna difus sesuai kriteria tabel diatas, pasien sudah
memenuhinya.
18
Faktor Predisposisi :Trauma akibat mengorek telinga hampir setiap hari
Jaringan lemak sebagai faktor pelindung terbuka
Bakteri
Peradangan pada kanalis auditori eksterna
OtalgiaKanal edema dan hiperemis
Pendengaran berkurang
Menyumbat liang telinga
Berikut rangkuman yang terjadi pada pasien dalam laporan kasus ini:
19
Pada pasien diberikan obat-obatan untuk eradikasi bakteri penyebab infeksi dan
mengurangi gejala nyeri pada pasien. Pengobatannya dengan membersihkan liang telinga,
memasukkan tampon yang mengandung antibiotika ke liang telinga supaya terdapat kontak yang
baik antara obat dengan kulit yang meradang4,6. Dalam hal ini diberikan ofloksasin yaitu
antibiotic golongan flurokuinolon yang tidak bersifat ototoksik. Pemberian anti nyeri atau
analgetik diberikan golongan NSAID yaitu antiinflamasi yang efektif dalam mengurangi rasa
nyeri dan penurun demam.
Tabel 2.2 Terapi Topikal Untuk Otitis Eksterna Difus 11
20
Daftar Pustaka
1. Jung Timothy TK dan Jinn Tae Hoon. Disease of the external ear dalam Ballenger’s
Otorhinolaryngology head and Neck Surgery. Edisi 17. Newyork: BC Decker Inc; 2003. Hal
236-241.
2. Ariel A Waitzman. Otitis Eksterna. Emedicine. 2014 tersedia dalam
http://emedicine.medscape.com/article/994550-overview#showall
3. Sedjati Monica Lie, Palandeng Oraetlabora Immanuel dan Pelealu Olivia Claudia Pingkan.
Pola kuman penyebab otitis eksterna dan uji kepekaan antibiotik di poliklinik THT-KL BLU
RSUP prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode November – Desember 2013. Ejournal
UNSRAT. 2014. Tersedia dalam
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/download/3612/3140
4. Hafil AF, Sosialisman, Helmi. Kelainan Telinga Luar. Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi Keenam. Cetakan Keempat. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI. 2010 : hlm 59-61.
5. Gacek Richard R dan Gacek Mark R. Anatomy of auditory and vestibular system dalam
Ballenger’s Otorhinolaryngology head and Neck Surgery. Edisi 17. Newyork: BC Decker
Inc; 2003. hlm 2-3.
6. Boies Lawrence. Penyakit Telinga luar dalam Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6.
Cetakan Ketiga. Jakarta: EGC; 1997. Hlm 75-84
7. Moore KL, Anne MR. Head. In : Essential Clinical Anatomy. USA : Lippincott Williams and
Wilkins. 2002 : hlm. 401-403.
8. Liston SL, Duvall AJ. Embriologi, Anatomi, dan Fisiologi Telinga dalam Boies Buku Ajar
Penyakit THT. Edisi 6. Cetakan Ketiga. Jakarta : EGC. 1997 : hlm 27-31.
9. Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga.
Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi
Keenam. Cetakan Keempat. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2010 : hlm 10-16.
10. Sander Robert. Otitis Externa: A Practical Guide to Treatment and Prevention. Am Fam
Physician 2001;63:927-36,941-2.
11. Rosenfeld Richard M, Brown Lance, Cannon C. Ron dkk. Clinical practice guideline: Acute
otitis externa. Otolaryngology–Head and Neck Surgery, April 2006: Vol 134, hal S4-S23
21