perbaikkan sifat tanah ultisol untuk meningkatkan
TRANSCRIPT
KARYA ILMIAH
PERBAIKKAN SIFAT TANAH ULTISOL UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN Eucalyptus urophylla PADA KETINGGIAN 0 – 400 METER
Oleh:
BUDI UTOMO NIP: 132 305 100
Staf Pengajar Departemen Kehutanan
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2008
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana atas rahmat-Nya penulis masih
diberi kesehatan sehingga dapat menyelesaikan tulisan yang sederhana ini.
Tanah Ultisol memiliki sifat fisik dan kimia yang kurang baik sehingga
tanaman yang tumbuh di atasnya seringkali tidak dapat tumbuh optimal termasuk
juga tanaman Eucalyptus urophylla. Untuk meningkatkan kesuburan tanah ini
perlu dilakukan perbaikan-perbaikan. Tulisan ini membahas sifat jenis tanah ini
dan upaya perbaikan yang perlu dilakukan dalam mendongkrak pertumbuhan E.
Urophylla khususnya pada ketinggian 0 – 400 m dpl.
Pada kesempatan ini penulis berhasrat ingin mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam membantu penyediaan
literatur yang diperlukan.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna,
karenanya kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan tulisan-tulisan
berikutnya. Akhir kata penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi
kita semua. Amien.
Medan, Januari 2008
Budi Utomo
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
I. PENDAHULUAN A. Eucalyptus urophylla
B. Tanah Podsolik Merah Kuning
1 1
1
II. PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN PERMASALAHAN PADA TANAH PODSOLIK MERAH KUNING (ULTISOL)
5
A. Permasalahan-permasalahan yang Terdapat pada Tanah Ultisol 5
B. Pembahasan Permasalahan pada Tanah Podsolik Merah Kuning (Ultisol)
6
1. Struktur Tanah yang Kurang Mantap 6
2. Infiltrasi dan Permeabilitas yang Lambat 6
3. Aerasi Tanah Ultisol yang Buruk 7
4. Kandungan Bahan Organik Rendah 7
5. Agregat Kurang Stabil 8
6. Bobot Isi Pada Lapisan Tanah Bawah Tinggi 8
7. pH Tanah Rendah 8
8. Kandungan Al, Fe dan Mn Tinggi 9
9. Kadar Unsur Hara Rendah 9
III PERLAKUAN-PERLAKUAN UNTUK PERBAIKAN TANAH PODSOLIK MERAH KUNING (ULTISOL) AGAR TANAMAN Eucalyptus urophylla DAPAT TUMBUH DENGAN BAIK PADA KETINGGIAN 0 - 400 M 10
A. Pengapuran 10
1. Guna Pengapuran 10
2. Perubahan Kapur yang Diberikan pada Tanah 10
3. Efek Kapur pada Tanah 11
4. Jenis-jenis Kapur yang Digunakan untuk Pengapuran 12
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian Kapur 13
B. Penggunaan Bahan Organik 13
B.1. Pupuk Kandang 14
B. 2. Pupuk Hijau 14
B. 3. Humus 16
B. 4. Keuntungan Penggunaan Bahan Organik 17
C. Penggunaan Organisme Tanah 17
C.1. Kegiatan Organisne Tanah yang Menguntungkan Tanaman Tingkat Tinggi 17
C. 2. Makrofauna 18
C. 3. Mikroflora 18
D. Pemupukan dengan Pupuk Buatan 19
D. 1. Sifat-sifat Pupuk 19
D. 2. Dasar-dasar Pemupukan 20
E. Pengolahan tanah 21
E. 1. Tujuan Pengolahan Tanah 21
PUSTAKA ACUAN 22
ii
iii
I. PENDAHULUAN
A. Eucalyptus urophylla
Menurut Djapilus dan Suhaendi (1978) Eucalyptus termasuk dalam
famili Myrtaceae, terdiri atas 500 jenis dan 138 varietas. Pohon
Eucalyptus pada umumnya mempunyai batang yang lurus, tinggi dan
tidak banyak cabangnya.
Menurut Anonymous (1980) E. urophylla adalah jenis asli Indonesia
dengan penyebaran alami di Nusa Tenggara Timur dan Timor Timur.
Sekitar tahun 1890 ahli-ahli kehutanan Belanda telah mengumpulkan
biji Eucalyptus dari Nusa Tenggara (Pulau Flores, Timor dan lain-lain),
kemudian ditanam di beberapa tempat di Pulau Jawa. Sisa tanaman E.
urophylla (diberi label "E. Alba") yang terdapat di Kebun Raya Bogor.
Nama daerah Eucalyptus oleh penduduk asli Timor, yaitu
ampupu merupakan nama untuk jenis Eucalyptus yang tumbuh di daerah
pegunungan dan untuk E. alba, sekarang ini lebih dikenal dengan nama E.
urophylla ( Djapilus dan Suhaendi, 1978).
E. urophylla umumnya terdapat pada zona iklim panas dan basah
yang mempunyai rata-rata curah hujan tahunan 1400 - 2400 mm dengan 6
– 7 bulan hujan dan 4 – 5 bulan kering sampai sangat kering. Di
Indonesia, E. urophylla banyak ditemui di Nusa Tenggara Timur, yang
membentang 8,5 - 10° LS, yaitu di Pulau Timor, Flores, Pantas, Alor,
Lomblen, Andonara dan Wates dengan ketinggian 350 - 2960 m di atas
permukaan laut (Anonymous, 1978).
Djapilus dan Suhaendi (1978) juga melaporkan bahwa jenis-jenis
Eucalyptus menghendaki tempat tumbuh pada daerah yang kelembaban
yang tinggi atau di daerah yang beriklim basah dengan tipe hujan
tropis equatorial. Menurut Doran dan Kleinig (1979), jenis
E. urophylla memperlihatkan pertumbuhan yang
paling baik pada tanah-tanah yang dalam solumnya,
cukup lembab, drainase baik berasal dari batuan
vulkanik pada tempat dengan ketinggian yang berbeda
dari sedang sampai tinggi.
Dalam Anonymous (1980) E. urophylla merupakan pohon yang
dapat mencapai tinggi lebih dari 55 meter dengan diameter batang lebih
dari 200 cm. Setengah sampai 2/3 tinggi pohon umumnya bulat lurus.
Daun agak berhadapan sampai berseling, bertangkai lebar dan meruncing
dan makin ke ujung menyempit runcing seakan-akan berakhir pada satu titik,
ukuran 12 - 20 cm x 2 -5 cm, daun agak tebal dan sedikit pucat. Tulang
daun lateral tampak jelas , tulang daun bagian dalam berdekatan
tetapi berbeda dengan tulang daun tepi. Bunga terbentuk pada ketiak
dengan pedicel meruncing dan peduncle yang agak datar atau rata.
Buah berbentuk agak kerucut.
Kayu Eucalyptus banyak digunakan untuk bangunan berat dan ringan,
kayu lapis, pulp dan kertas (Djapilus dan Suhaendi, 1978). Dalam
program reboisasi dan Penghijauan Nasional jenis ini termasuk salah satu
dari yang diprioritaskan penanamannya pada hutan serbaguna dan hutan
rakyat untuk bahan baku bangunan dan kayu bakar pada lahan kritis.
B. Tanah Podsolik Merah Kuning
Menurut Sudjadi (1984) luas Podsolik. Merah Kuning meliputi 48,3
juta hektar yang tersebar luas di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi
dan Irian Jaya.
Berdasarkan klasifikasi tanah Dudal dan Soepraptohardjo tahun
1961 dalam Hardjowigeno (1990) tanah Podsolik Merah Kuning ini
setara dengan Ultisol berdasarkan sistem USDA -Soil Taxonomy
tahun 1975. Dipertegas lagi oleh Hardjowigeno (1992) bahwa
Podsolik Merah Kuning yang dapat disetarakan dengan Ultisol adalah
yang mempunyai epidon okrik dan horizon argilik atau horizon kondik.
Ul t i sol merupakan tanah minera l yang berkembang dan
mengalami pe lapukan lanju t dan pencuc ian yang in tens i f . Adanya
pencucian yang intensif menyebabkan tanah ini bereaksi masam dan
kejenuhan basa rendah sampai ke lapisan bawah. Disamping itu
suhu yang cukup tinggi menunjang terjadinya pembentukan mineral liat
yang didominasi oleh mineral liat, kalinit dan gibsit . Proses pencucian liat
menghasilkan horizon albik di lapisan tanah bawah. Bersamaan dengan
pencucian liat juga terjadi proses podsolisasi dimana sesquioksida
besi dipindahkan dari horizon albik ke horizon argilik (Hardjowigeno,
1990).
Lapisan tanah bawah merupakan horizon argilik yang
berte k s t u r l i a t , y a n g m e m p u n y a i b o b o t i s i t i n g g i d a n
k e m a n t a p a n a g r e gat tanah (Dudal dan Soepraptohardjo tahun
1957 dalam Rusman, 1990). Horizon argilik ini mempunyai kandungan liat
lebih ti n g g i d a r i p a d a h o r i z o n d i a t a s n y a ( S o i l S u r v e y
S t a f f , 1 9 9 0 ) . Kandungan liat yang tinggi ini menyebabkan bobot
isi tanah kedap air, laju infiltrasi rendah dan aliran permukaan dan erosi
meningkat. Lal dan Greenland (1984) juga menyatakan bahwa tanah-
tanah yang didominasi oleh mineral liat kaolinit mempunyai daya
pegang air yang rendah. Hal ini menyebabkan terganggunya
perkembangan perakaran sehingga akar tanaman tidak dapat
menembus lapisan tanah bawah menyerap hara dan memanfaatkan air
tanah dan akibatnya hasil tanaman rendah. Selanjutnya Rusman (1990)
juga menyatakan bahwa kendala sifat f is ika ul t isol di Si t iung adalah
rendahnya ketersediaan air tanah, karena tidak meratanya curah hujan
dan rendahnya kemampuan tanah menahan air sehingga dapat
menyebabkan cekaman air (stress) pada tanaman.
Di Indonesia Ultisol banyak ditemukan di daerah bertopografi
datar sampai berbukit pada ketinggian 50 m sampai 350 m dari
permukaan laut, suhu tanah rata-rata lebih dari 8°C dan curah hujan
tahunan antara 2500 sampai 3500 mm (Hardjowigeno, 1990 dan
Soepraptohardjo , 1978) . Sebagai contoh diambi l Ultisol yang
berada di Aripan Solok Sumatera Barat, berdasarkan klasifikasi iklim
Oldeman (1979) dalam LPT (1983) termasuk zone agroklimat C2 yaitu
mempunyai jumlah bulan basah antara lima sampai enam bulan dan
jumlah bulan kering dua sampai tiga bulan.
Menurut Suwardjo, Sinukaban dan Barus (1984) sifat fisika Ultisol
ini umumnya buruk hal ini terlihat dari : (1) struktur tanah kurang gembur, (2)
konsistensinya lekat dan (3) aerasi- ya buruk. Selanjutnya
Sudjadi (1984); Rusman (1991) dan Saidi (1994)
menyatakan sifat fisika Ultisol buruk karena (1)
kandungan bahan organik rendah; (2) bobot isi pada
lapisan tanah bawah tinggi; (3) stabilitas agregat
kurang stabil, laju infiltrasi dan permeabilitas
lambat yang akibatnya bahaya erosi meningkat; dan
(5) daya pegang air rendah.
Meskipun kesuburan alamiah Ultisol tidak sebaik Alfisol atau
Moll isol , tanah ini memberikan respon baik terhadap pengelolaan
yang tepat. Liat tanah ini tergolong tipe 1 : 1 bersama dengan oksida
besi dan aluminium, yang menjamin daya olah yang baik. Dengan
pemberian pupuk buatan yang cukup tanah ini sangat produktif (Soepardi,
1983).
II. PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN PERMASALAHAN PADA
TANAH PODSOLIK MERAH KUNING (ULTISOL)
A. Permasalahan-permasalahan yang Terdapat pada Tanah Ultisol
Sifat-sifat fisika dari tanah Ultisol umumnya buruk hal ini dapat
dilihat dari beberapa hal sebagai berikut :
1. Struktur tanah kurang mantap
2. Infiltrasi dan permeabilitas lambat
3. Aerasinya buruk
4. Kandungan bahan organik rendah
5. Porositas yang rendah sehingga tanah cenderung lebih padat
6. Agregat kurang stabil dan lambat akibatnya bahaya erosi dapat
meningkat
7. Bobot isi pada lapisan tanah bawah tinggi
Dari segi kimia tanah, Ultisol mempunyai kelemahan-kelemahan
antara lain :
pH tanahnya rendah berkisar 3,5 - 5,0 ; reaksi tanah masam
Kandungan Al, Fe dan Mn tinggi
Unsur hara rendah
Biologi tanah yang rendah karena kurangnya bahan organik dan unsur hara
Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh tanah
Ultisol, untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman E. urophylla yang
baik, maka perlu dilakukan tindakan-tindakan silvikultur yang dapat
menjadikan media tanam sesuai dengan yang dibutuhkan untuk
pertumbuhannya.
B. Pembahasan Permasalahan pada Tanah Podsolik Merah Kuning
(Ultisol)
1. Struktur Tanah yang Kurang Mantap
Ultisol merupakan tanah yang mempunyai kandungan liat tinggi serta kandungan bahan organik yang rendah, sehingga struktur tanahnya kurang mantap dan terdispersi oleh tumbukan butir-butir hujan menjadi partikel tanah yang halus. Untuk itu perlu ada penambahan bahan organik sebagai perekat dan perangsang dalam pembentukan agregat tanah, serta sebagai bahan pemantapan agregat tanah.
2 . Infiltrasi dan Permeabilitas yang Lambat
Kandungan liat yang tinggi dikaitkan dengan ruang pori, aerasi
sedikit dan permeabilitas air yang sangat rendah. Bila tanah terdapat
pada suatu kemiringan tanah liat akan mudah terpengaruh erosi akibat
dari kecepatan aliran permukaan yang besar. Secara khusus bila air masuk
dengan cara infiltrasi di tanah segera permukaan tanah dijenuhi air.
Setelah infiltrasi air bergerak ke bawah seperti aliran tidak jenuh yang
tidak tergantung dari perbedaan potensi air dan konduktivitas tanah. Tanah-
tanah dengan kadungan liat t inggi membentuk retakanretakan yang
besar di musim kering yang memungkinkan air dari hujan lebat yang
intensif bergerak cepat seperti aliran jenuh masuk jauh ke dalam tanah
kering tanpa adanya aliran permukaan. Tetapi bila tanah ini menjadi
basah pada musim hujan, infiltrasi mendekati nol dan hampir semua curah
hujan mengalir sebagai aliran permukaan.
Pengolahan tanah dan pemberian bahan organik dapat mem-
perbesar laju infil trasi dan permeabili tas tanah sehingga
ketersediaan air bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
semakin baik.
3. Aerasi Tanah Ultisol yang Buruk
Sangat erat kaitannya dengan pori-pori tanah. Pori-pori
tanah adalah bagian yang t idak te r i s i bahan padat tanah(17.erisi
oleh udara dan air). Pori-pori tanah dapat dibedakan aenjadi pori-pori kasar
(macro pore) dan pori-pori halus (micro pore). Pori-pori kasar berisi
udara atau air grafitasi (air yang mudah hilang karena gaya grafitasi),
sedangkan poripori halus berisi air kapiler atau udara. Tanah-tanah
pasir tenpunyai pori-pori kasar sulit menahan air sehingga tanaman
mudah kekeringan. Tanah-tanah liat mempunyai pori-pori total (jumlah
pori-pori makro makro), lebih tinggi daripada tanah
pasir.Porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan
organik, struktur tanah, tekstur tanah.Porositas
tanah t inggi kalau bahan organik t inggi . Tanah dengan struktur
granular atau remah, mempunyai porositas yang lebih tinggi daripada
tanah dengan struktur massive (pejal). Tanah dengan tekstur pasir
banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit nenahan air.
4. Kandungan Bahan Organik Rendah
Rendahnya kandungan bahan organik ini disebabkan oleh
tingginya curah hujan dan suhu yang tinggi di daerah tropika menyebabkan
reaksi kimia berjalan cepat sehingga proses pelapukan dan pencucian
berjalan cepat.
Pada skala iklim mikro, curah hujan merupakan faktor iklim
yang paling berkuasa yang mempengaruhi jenis tanah di alam tropika.
Pengaruh utama curah hujan pada tanah adalah pelapukan, pelindian
dan pengembangan tanah. Air yang bertindak sebagai faktor yang
selanjutnya mempercepat laju pelapukan kimia dan perubahan
penampang tanah. Dengan demikian suhu tinggi di daerah tropika dan
curah hujan tinggi membuat laju pelapukan yang cepat.
5. Agregat Kurang Stabil
Stabi l i tas agregat tanah merupakan sa lah sa tu s i fa t fisika
tanah yang sangat penting karena dapat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman secara tidak langsung, karena stabilitas agregat tanah
mempengaruhi aerasi tanah. Kompos dapat meningkatkan stabi l i tas
agregat tanah, karena kompos merupakansumber bahan organik yang
kaya dengan hara seperti N, P dan K dapat disumbangkan ke dalam tanah dan
secara fisik juga :spat memperbaiki sifat fisika tanah karena adanya
asam-asam :rganik sebagai perangsang terbentuknya ikatan-ikatan
antara partikel-partikel tanah membentuk agregat.
6. Bobot Isi Pada Lapisan Tanah Bawah Tinggi
Hal ini disebabkan oleh tekstur tanah yang berat sehingga bobot isi dan
plastisitas tanah tinggi. Disamping itu sifat agregat tanah yang kurang stabil
dan mudah terdispersi oleh tumbukan butir-butir hujan yang jatuh
menimpanya. Butir-butir tanah yang terdispers i akan menutupi pori-pori
tanah yang mengakibatkan laju infiltrasi dan permeabilitas lambat dan
al iran permukaan meningkat . Pemberian kompos dari tanaman leguminosa
pada Ultisol dapat menurunkan bobot isi dan meningkatkan air tersedia tanah.
7. pH Tanah Rendah
Hal ini d isebabkan oleh batuan induk yang masam akan
menghasilkan tanah-tanah masam, sedang batuan induk alkalis pada
umumnya menghasilkan tanah-tanah alkalis, tetapi bila mengalami
pencucian lanjut karena curah hujan tinggi dapat pu la memben tuk t anah
masam. Adanya cu rah hu jan dan suhu tinggi di daerah tropika
menyebabkan reaksi kimia berjalan cepat sehingga proses pelapukan dan
pencucian berjalan cepat. Akibatnya banyak tanah mengalami pelapukan
lanjut , rendah kadar unsur hara dan bereaksi masam. Topografi akan
mempengaruhi berapa besarnya jumlah air hujan yang meresap atau ditahan
masa tanah, dimana di daerah datar atau cekung dimana air t idak mudah
h i lang dar i t anah a tau menggenang, d i daerah bergelombang, drainase
tanah lebih baik sehingga pengaruh iklim (curah hujan dan suhu) lebih
jelas dan pelapukan serta pencucian berjalan cepat yang mengakibatkan
tanah bereaksi masam atau pH rendah. Kemasaman tanah merupakan salah
satu sifat yang penting, sebab terdapat beberapa hubungan ph dengan
ke te rsed iaan unsur hara , juga te rdapa t beberapa hubunganantara pH
dan semua pembentukan serta sifat-sifat tanah. Thtuk itu pH tanah
perlu ditingkatkan agar unsur-unsur hara seperti P mudah diserap tanaman
dan keracunan Al dapat
8. Kandungan Al, Fe dan Mn Tinggi
Karena tanah in i terbentuk di daerah ber ik l im basah dengan
curah hujan lebih dari 2000 mm per tahun tanpa bulan kering. Adanya
curah hujan tinggi menyebabkan reaksi kimia berjalan cepat sehingga
proses pelapukan dan pencucian berjalan cepat. Hal ini akan
mengakibatkan tanah pH rendah, miskin hara, dengan cadangan mineral serta
mempunyai kandungan Al,
Fe, Mn yang tinggi dapat bersifat racun bagi tanaman. Untuk
memperbaiki kandungan seperti ini dapat dilakukan dengan cara pengapuran.
9. Kadar Unsur Hara Rendah
Ini terjadi karena curah hujan yang t inggi di daerah t ropika
menyebabkan reaksi kimia ber ja lan cepat sehingga proses
pelapukan dan pencucian berjalan cepat, sehingga kadar unsur hara rendah.
III. PERLAKUAN-PERLAKUAN UNTUK PERBAIKAN TANAH
PODSOLIK MERAH KUNING (ULTISOL) AGAR TANAMAN
Eucalyptus urophylla DAPAT TUMBUH DENGAN BAIK PADA
KETINGGIAN 0 - 400 M A. Pengapuran
Kapur banyak mengandung unsur Ca pemberian kapur ke dalam
tanah pada umumnya bukan karena tanah kekurangan unsur Ca
tetapi karena tanah terlalu masam. Oleh karena itu pH tanah perlu
dinaikkan agar unsur-unsur hara seperti P mudah diserap tanaman dan
keracunan Al dapat dihindarkan.
1. Guna Pengapuran
a. Menaikkan pH tanah
b. Menambah unsur Ca dan Mg
c. Menambah ketersediaan unsur-unsur P dan Mo
d. Mengurangi keracunan Fe, Al dan Mn
e. Memperbaiki kehidupan mikroorganisme dan memperbaiki
pembentukan bintil-bintil akar
2. Perubahan Kapur yang Diberikan pada Tanah
a. Reaksi dengan CO2
Kapur, baik dioksida, maupun hidroksida atau karbonat,
ditambahkan pada tanah asam jika terjadi pelarutan ge rakannya be rubah
menjad i ben tuk b ika rbona t . I n i disebabkan oleh tekanan parsiel
karbondioksida, yang biasanya beberapa ratus kali lebih besar
dari udara atmosfir; umumnya is cukup kuat untuk mencegah
terjadinya hidroksida atau bahkan karbonat. Reaksi untuk kapur
kalsium murni adalah sebagai berikut :
Ca0 + H2 Ca(OH)2
Ca(OH)2 + 2H2CO3 Ca(HCO3)2 + 2H20
CaCO3 + H2CO3 Ca(HCO3)2
b. Reaksi dengan koloida tanah
H Misel + Ca(OH)2 Ca Misel + 2H20 H
H Misel + Ca(HCO3)2 Ca Misel + 2H20 + 2CO2
H ( t idak la ru t )
H Misel + CaCO3 Ca Misel + H20 + CO2
H fase padat
c. Penyebaran Ca dan mg dalam tanah berkapur
Ada tiga bentuk penyebaran Ca dan Mg dalam tanah
berkapur yaitu : (1) sebagai kalsium-magnesium karbonat dan kalsium
padat; (2) sebagai basa padat tertukar diadsorpsi oleh bahan koloida; dan
(3) sebagai kation yang didisosiasikan dalam larutan tanah.
d. Pengangkutan Ca dan Mg
Pengangkutan ini dipengaruhi oleh ion-ion H yang
dihasilkan oleh asam karbonat dan asam lainnya. Dengan cara ini
yang disebut kapur cadangan, baik karbonat maupun yang
diadsorpsi lambat laun diberikan ke dalam larutan tanah dengan
pertukaran basa.
3. Efek Kapur pada Tanah
a. Efek fisik
Dalam tanah berat selalu ada suatu kecenderungan bagi butir-butir halus untuk bergabung terlalu rapat. Keadaan semacam ini menghambat gerakan air dan udara, karena itu sangat diperlukan pembutiran (graulasi).
b. Efek Kimia
Diantara e fek kimia yang khas dar i kapur , yang paling
umum dikenal ialah penurunan keasaman. Adapun efek yang tidak
langsung adalah terhadap ketersediaan unsur hara dan keracunan unsur
tertentu. Pengapuran tanah masam memperbesar tersedianya unsur
seperti molibdenum, fosfor , ka ls ium dan magnesium untuk
diserap tumbuh-tumbuhan.
c. Efek biologis
Kapur menstimulir organisme tanah heterotrofik, dengan demikian
meningkatkan kegiatan bahan organik dan nitrogen dalam tanah asam.
Amonifikasi dan oksidasi sulfur akan dipercepat oleh kenaikan pH.
Bakteri yang mengikat nitrogen dari udara, keduanya non simbiotik dan
dalam bintil leguminose akan distimulasi oleh penambahan kapur.
Nitrifikasi, peristiwa biologis yang sangat penting
memerlukan adanya kation logam. Kalau kapur tidak mencukupi,
perubahan yang diharapkan akan berlangsung lamban.
4. Jenis-jenis Kapur yang Digunakan untuk Pengapuran
a. Kapur Kalsit (CaCO3)
Terdiri atas batu kapur kalsit yang ditumbuk (digiling) sampai
kehalusan tertentu.
b. Kapur Dolomit [Ca Mg(CO3)2]
Terdiri atas batu kapur dolomit yang ditumbuk (digi-
ling) sampai kehalusan tertentu.
c. Kapur Bakar, quik lime (CaO) Merupakan batu kapur yang dibakar sehingga terbentuk Ca0.
CaCO3 + panas CaO + CO3 (dibakar) kapur bakar
d. Kapur Hidrat, slaked lime [Ca(OH)2]
Ca0 + H20 Ca(OH) 2 + panas diberi air kapur hidrat
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian Kapur
a. Tanah
• Tekstur dan struktur } permukaan • Jumlah bahan organic} • pH } subsoil • Tekstur dan struktur }
b. Tanaman yang akan tumbuh c. Macam kapur yang dipakai dan komposisi kimianya d. Kehalusan batu kapur
B. Penggunaan Bahan Organik
1. Pengaruh Bahan Organik Terhadap Sifat Tanah
a. Akibatnya kepada warna tanah membuat tanah berwarna coklat
sampai hitam
b. Pengaruh pada sifat fisik tanah • meningkatkan pembutiran (granulasi) • mengurangi plastisitas, kohesi dan lain-lain • menaikkan kemampuan mengikat H20
c. Kemampuan adsorpsi kation tinggi d. Persediaan dan tersedianya unsur hara
• mengandung kation yang mudah diganti • N, P dan S terikat dalam bentuk organik • ekstrasi unsur mineral oleh asam humus
2. Kondisi yang Mempengaruhi Ketersediaan Bahan Organik
a. Pengaruh Iklim
Keadaan iklim terutama suhu dan curah hujan sangat mempengaruhi
banyaknya bahan organik yang terdapat didalam tanah. Dari iklim yang
lebih panas ke iklim yang lebih dingin bahan organik tanah
cenderung naik. Umumnya dekomposis i bahan organik dipercepat
di daerah beriklim panas, sedangkan di daerah beriklim sedang
diperlambat.
b. Pengaruh Tekstur, Drainase dan Faktor Lain
Pada tekstur tanah, jika faktor yang lain tetap, tekstur tanah
mempengaruhi persentase humus. Tanah berpasir lebih sedikit
mengandung bahan organik daripada tanah yang bertekstur halus.
c. Kandunga n Kapur , E ros i dan Vege ta s i Penu tup Tanah
Merupakan faktor yang dapat mempengaruhi penimbunan dan
aktivitas bahan organik.
B. 1. Pupuk Kandang
Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang tidak terlalu
tinggi, tetapi jenis pupuk ini mempunyai keistimewaan yaitu dapat
memperbaiki sifat-sifat fisik tanah seperti permeabilitas tanah, porositas
tanah, struktur tanah, daya menahan air dan kation-kation. Secara umum
dapat disebutkan bahwa setiap ton pupuk kandang mengandung 5 kg N,
3 kg P205 dan 5 kg K20 serta unsur-unsur hara esensial lain dalam
jumlah relatif kecil.
B. 2. Pupuk Hijau
Pupuk hijau dapat diartikan sebagai hijauan muda, dan dapat
sebagai penambah N dan unsur-unsur lain atau sisa-sisa tanaman yang
dikembalikan ke tanah.
a. Keuntungan Pemupukan dengan Pupuk Hijau
• Mensupalai bahan organik
• Penambahan nitrogen
Penambahan pupuk hijau tidak hanya menambah karbon
organik dalam tanah, tetapi juga mengembalikan nitrogen tanah.
Besar kecilnya jumlah nitrogen tergantung kepada bahan
hijauan, kalau yang dibenamkan itu leguminose dan organisme,
binti l sudah bekerja dengan giat, nitrogen dapat ditingkatkan.
• Keuntungan secara Biokimia
Bahan organik yang d i tambahkan da lam pupuk h i jau
berfungsi sebagai makanan untuk organisme tanah. Proses
biokimia ini sangat penting dalam menghasilkan Okarbondioksida,
amonium, nitrat, dll.
• Pengawetan dan tersedianya unsur hara
Tanaman pupuk hijau yang sedang tumbuh mempengaruhi
unsur hara dalam tanah, karena mengambil unsur yang larut
yang dapat hilang oleh drainase atau aerasi.
b. Syarat-syarat Tanaman untuk dijadikan Pupuk Hijau
• cepat tumbuh dan banyak menghasilkan bahan hijauan
• sukulen, tidak banyak mengandung kayu
• banyak mangandung N
• tahan kekeringan
• bila sebagai tanaman sela, dipilih jenis yang tidak merambat
c. Teknik Penggunaan Pupuk Hijau
• Di daerah dengan curah hujan rendah
Penggunaan pupuk hijau harus hati-hati. Air tersedia yang harus
digunakan oleh tanaman berikutnya dapat dipakai oleh pupuk
hijau itu sendiri atau oleh proses pelapukan dan mengakibatkan tanah
ringan dan terbuka.
• Keadaan pada waktu pembenaman
Pada umumnya pembenaman yang paling baik ialah kalau
sekulennya mendekati maksimum dan pada waktu bagian
tanaman di atas tanah dihasilkan sebaik-baiknya.
Sebagian besar pupuk hijau mencapai keadaan ini pada waktu
setengah umur. Kandungan l ignin dan senyawa lain yang
tahan terhadap serangan mikroba masih rendah.
B. 3. Humus
Humus adalah campuran kompleks dan agak resisten, terdiri dari
bahan-bahan amorf yang masih berwarna coklat atau coklat kelam dan
koloida yang telah mengalami perubahan dari jaringan asal atau telah
disintesa oleh macam-macam organisne tanah.
a. Sifat dan Ciri-ciri Humus
• Mempuyai kemampuan adsorpsi
Humus ialah suatu koloida tingkat tinggi, tetapi tidak serupa
dengan mineral pasangannya dalam tanah, yaitu berbentuk
amorf bukan hablur. Permukaan dan kemampuan adsorpsi jauh
lebih besar daripada lempung. Pada umumnya 1 % humus
dalam tanah mineral di bawah keadaan lembab sedang,
menunjukkan suatu kemampuan menukar kation kira-kira 2
meter per 100 gram tanah. Kemampuan adsorpsi air pada
humus yang dibentuk pada tanah mineral dapat mencapai 80 -
90 %.
• Sifat Fisik
Sifat liat (plastisitas) dan kohesi humus
yang rendah mempunyai arti penting dalam
praktek. Pemeliharaan humus dalam tanah
bertekstur halus membantu memperbaiki
struktur yang kurang sesuai, yang disebabkan
oleh besarnya jumlah lempung. Humus
meningkatkan perkembangan granulasi dengan
baik.
• Susunan koloida
Humus tanah sebagai suatu kompleks koloida dalam banyak
hal tersusun sama seperti lempung. Modifikasi lignin
poliuronida, lempung protein dan juga senyawa lain berfungsi
sebagai misel yang kompleks.Dalam keadaan biasa misel ini
mengandung muatan negatif yang t i dak t e rh i tung jumla hnya .
Ka lau hab lu r s i l i ka t tersusun dari Si, 0, Al dan Fe, misel
humus tersusun dari C, H, 0, N, S, P dan lain-lain. Muatan
negatif berasal dari gugusan -COOH dan OH mungkin
hidrogennya diganti oleh pertukaran kation.
B.4. Keuntungan Penggunaan Bahan Organik
Selain menambah hara bahan organik dapat pula
memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kapasitas
tukar kation, menambah kemampuan tanah menahan air,
dan meningkatkan kegiatan biologi tanah. Pada
beberapa tanah masam bahan organik dapat mening-
katkan pH tanah (menetralkan Al dengan membentuk
kompleks Al organik). Bahan organik dapat juga
meningkatkan ketersediaan unsur mikro misalnya
melalui khelat unsur mikro dengan bahan organik.
Kemudian bahan organik tidak menimbulkan polusi
lingkungan.
C. Penggunaan Organisme Tanah
C.1. Kegiatan Organisne Tanah yang Menguntungkan Tanaman Tingkat Tinggi
• Dekomposisi bahan organik
Sumbangan fauna dan flora tanah yang sangat
nyata pada tanaman tingkat tinggi ialah dalam
hal dekomposisi bahan organik. Dalam proses
ini sisa tumbuhan dihancurkan sedang
pertumbuhan yang tidak dikehendaki dicegah.
Selanjutnya unsur hara yang terikat dalam
senyawa organik dalam sisa ini dilepaskan
untuk digunakan oleh tumbuhan.
• Perubahan anorganik
Terdapatnya senyawa-senyawa amonium dan
nitrat dalam tanah adalah basil rangkaian
perubahan biokimia yang panjang, dimulai
dengan protein dan senyawa yang sehubungan.
• Fiksasi Nitrogen
Nitrogen sangat banyak jumlahnya di dalam
atmosfir namun tidak dapat digunakan langsung
oleh tanaman tingkat tinggi. Unsur tersebut
harus berbentuk senyawa sebelum menjadi unsur
hara yang dapat dimanfaatkan. Ada dua
golongan bakteri yang mengambil bagian dalam
menangkap gas nitrogen, organisme nodul,
terutama dari leguminose.
C. 2. Makrofauna
• Cacing tanah
Cacing tanah tidak makan vegetasi hidup,
tetapi hanya makan bahan organik mati baik
sisa-sisa hewan atau tanaman. Lebih menyukai
tanaman berdaun lebar (decideous) daripada
tanaman berdaun jaram. Bahan organik dan
tanah halus yang dimakan kemudian dikeluarkan
sebagai kotoran (eksresi) yang berupa
agregat-agregat berbentuk granular dan tahan
terhadap pukulan-pukulan air hujan, serta
banyak mengandung unsur hara yang siap
tersedia bagi tanaman.
• Arthropoda dan Moluska
Dapat membantu memperbaiki tata udara tanah
dengan jalan membuat lubang-lubang kecil pada
tanah dan dari kotorannya dapat membentuk
stabilitas agregat tanah.
C. 3. Mikroflora
• Bakteri Autotroph
Bakteri ini dapat mempengaruhi sifat-sifat
tanah sehubungan dengan caranya untuk
mendapatkan energi. Bakteri autotroph dalam
tanah yang terpenting adalah bakteri
nitrifikasi yang dapat mengoksidasi amonia
nitrit (oleh Nitrosomonas) dan nitrit
nitrat (oleh Nitrobacter) dengan reaksi
sebagai berikut :
Bakteri Bakteri NH4
+ NO2- NO3-
Nitrosomonas Nitrobacter Amonium Nitrit Nitrat
(dapat diserap tanaman) (beracun, hanya sementara) (dapat diserap tanaman)
• Bakteri Heterotroph
Bakteri ini paling bertanggung jawab dalam dekomposisi
bahan-bahan organik.
• Bakteri Simbiotik
Bakteri yang dapat mengikat N dari udara, yang hidup
bersimbiosa dengan bintil-bintil akar.
• Bakteri Non Simbiotik
Bakteri yang dapat mengikat N dari udara yang hidup bebas
di dalam tanah.
• Mycorhiza
Fungi ini membantu akar tanaman meningkatkan penyerapan
unsur hara dengan meningkatkan luas permukaan akar yang efektif
dalam menyerap unsur hara.
D. Pemupukan dengan Pupuk Buatan
Pemupukan adalah penambahan zat hara tanaman ke dalam
tanah, termasuk penambahan bahan-bahan lain yang dapat memperbaiki
sifat-sifat tanah misalnya pemberian pasir pada tanah liat, penambahan
tanah mineral pada tanah organik, dan lain-lain.
Produktivitas suatu tempat tumbuh dapat dimodifikasi, cara yang
paling umum untuk meningkatkan produktivitas adalah melalui pemupukan,
yang meningkatkan hara tempat tumbuh dengan menambahkan sumber hara
yang langsung tersedia.Pengelolaanvegetasi menghendaki pengertian
suplai hara, kebutuhan hara dan siklus hara. Di antara semua unsur
hara, nitrogen merupakan hara pembatas pertumbuhan yang utama.
D. 1. Sifat-sifat Pupuk
• Kadar unsur hara
Banyaknya unsur hara yang dikandung oleh suatu pupuk
merupakan faktor utama menilai pupuk tersebut, karena jumlah unsur
hara menentukan kemampuannya untuk menaikkan kadar unsur
hara dalam tanah.
• Higroskopisitas
Higroskopisitas adalah mudah tidaknya pupuk menyerap uap air yang
ada di udara. Pupuk yang higroskopis, kurang baik karena
mudah menjadi basah atau mencair bila tidak tertutup
sehingga perlu penyimpanan yang baik.
• Kelarutan
Kelarutan menunjukkan mudah tidaknya pupuk
larut dalam air. Hal ini berarti juga mudah
tidaknya unsur yang dikandung di dalam pupuk
diambil oleh tanaman.
• Kemasaman
Pupuk dapat bereaksi f is iologis masam, netral atau alkalis.
Pupuk yang bersifat masam dapat menurunkan pH tanah menjadi
lebih masam, sedang pupuk yang bersifat alkalis dapat menaikkan
pH tanah.
• Cara bekerjanya
Yang dimaksud dengan cara bekerjanya pupuk adalah waktu yang
diperlukan hingga pupuk tersebut dapat diserap oleh tanaman.
• Salt Index (Indeks Garam)
Pemupukan meningkatkan konsentrasi garam dalam larutan
tanah. Salt index suatu pupuk diukur berdasarkan kenaikan
tekanan osmotik.
D. 2. Dasar-dasar Pemupukan
• Jenis tanaman yang akan dipupuk
• Jenis tanah yang akan dipupuk
• Jenis pupuk yang digunakan
• Dosis yang diberikan
• Waktu pempukan
• Cara pemupukan
E. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah merupakan suatu usaha menciptakan kondisi
fisika tanah yang balk bagi pertumbuhan tanaman. Menurut Hillel dan
Rawitz (1972) pengolahan tanah yaitu usaha untuk memecahkan
lapisan tanah yang padat menjadi bongkah-bongkah yang besar dan
kemudian bongkah tanah pecah menjadi butirbutir halus agar
diperoleh hubungan partikel tanah dan akar cukup luas selama masa
pertumbuhan, sehingga air dan unsur hara dapat diserap oleh tanaman.
E. 1. Tujuan Pengolahan Tanah
• Menyiapkan tempat tumbuh bibit
• Menyiapkan daerah perakaran lebih baik
• Membenamkan sisa tanaman dan memberantas gulma
• Mencampurkan bahan organik dan pupuk dengan tanah
• Mempertahankan kelembaban tanah
• Mengusahakan agar pori-pori tanah tetap stabil selama masa pertumbuhan
tanaman
• Menciptakan pori tanah dengan ukuran-ukuran tertentu sehingga daya
pegang air cukup besar
• Memperluas daerah perakaran tanaman
• Memperbaiki sifat kimia serta meningkatkan aktivitas biologi tanah
(Bever. 1962 dan Hermanto, 1984).
PUSTAKA ACUAN
Fakultas Kehutanan IPB. 1980 Pengujian Efektifi tas Cendawan Pisolithus tinctorus dan Rhizopogon sp. Terhadap Pertumbuhan Anakan Eucalyptus urophylla Blake. Fakultas Kehutanan IPB. Tidak diterbitkan.
Buckman, H. 0. dan N. C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman. Bharatara Karya Aksara. Jakarta.
Djapi lus dan Suhaendi . 1978. S tudi Pengaruh Trichoderma viridae dan Scleroderma sp. Terhadap Pertumbuhan Semai E. urophylla Blake Pada Media Serbuk Gergaji Jeunjing dan Kelapa. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB. Tidakditerbitkan.
Doran dan Kle in ig . 1979 . Pengaruh Jen i s Medium Terhadap Per tumbuhan Semai Eucalyptus urophyl la Dalam Kantong Plastik Hitam. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB. Tidak diterbitkan.
Ewussie, J. Y. Pengantar Ekologi Tropika, Membicarakan Alam Tropika Afrika, Asia Pasifik dan Dunia Baru. Penerjemah Usman Tanuwidjaja. ITB Bandung. Bandung
Foth, H. D. 1991. Dasar-dasar Ilmu Tanah.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hakim, N. , M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M.R.Saul, M. A.DihadanGoBangHong.1986.Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Hardjowigeno, S.1990. Genesis dan Klasif ikasi Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
PT.Melton Putra1992. Ilmu Tanah. PT. Melton Putra. Jakarta.
Osman, B. 1990. Perbaikan Beberapa Sifat Kimia dan Kandungan Air Tanah Podsolik Merah Kuning Sitiung Dengan Pemberian Kapur Pada Berbagai Kedalaman Serta Efeknya Terhadap Perakaran dan Hasil Jagung. Disertasi Doktor Universitas Padjajaran Bandung. Bandung.
Puslit Universitas Andalas. 1991. Pengaruh Berbagai Sistem Pengolahan Tanah dengan Pemberian Mulsa Terhadap Sifat Fisika Tanah dan Hasi l Jagung Pada Tanah Podsol ik . Pusl i t Univers i tas Andalas. Padang.
Saidi, B.1994. Rehabilitasi Sifat-sifat Ultisol (Typic Kandiudults) Sitiung dengan Komposdan Gambut.Tesis Program Pasca Sarjana IPB. Bogor.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Soepraptohardjo, M. 1978. Penataran Asisten Soil Survai I Lembaga Penelitian Tanah. Bogor.
Sudjadi, M.1984. Masalah Kesuburan Tanah Podsolik Merah Kuning dan Kemungkinan Pemecahannya.
Suwardjo, N., Sinukaban dan A. Barus. 1984.Masalah Erosi dan Kerusakan Tanah di Daerah Transmigrasi. Prosiding Cisarua Bogor.