perbaikan kualitas produk cacat ulir m5

97
PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5 OVER PADA PROSES MACHINING ULIR PRODUK EPS (ELECTRIC POWER STEERING) HOUSING MENGGUNAKAN PENDEKATAN DMAIC Oleh Zaenal Fanani NIM : 004201505034 Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Akademik Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri 2019

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

OVER PADA PROSES MACHINING ULIR PRODUK

EPS (ELECTRIC POWER STEERING) HOUSING

MENGGUNAKAN PENDEKATAN DMAIC

Oleh

Zaenal Fanani

NIM : 004201505034

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Akademik

Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu

pada Fakultas Teknik

Program Studi Teknik Industri

2019

Page 2: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

i

REKOMENDASI PEMBIMBING AKADEMIK

Skripsi berjudul โ€œPerbaikan Kualitas Produk Cacat Ulir M5 Over

Pada Proses Machining Ulir Produk EPS (Electric Power Steering)

Housing Menggunakan Pendekatan DMAICโ€ yang disusun dan

diajukan oleh Zaenal Fanani sebagai salah satu persyaratan untuk

mendapatkan gelar sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Teknik telah

ditinjau dan dianggap memenuhi persyaratan sebuah skripsi. Oleh

karena itu, Saya merekomendasikan skripsi ini untuk maju sidang.

Cikarang, Indonesia, Januari 2019

Ir. Hery Hamdi Azwir, M.T.

Page 3: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan bahwa skripsi berjudul โ€œPerbaikan Kualitas

Produk Cacat Ulir M5 Over Pada Proses Machining Ulir Produk

EPS (Electric Power Steering) Housing Menggunakan Pendekatan

DMAICโ€ adalah hasil dari pekerjaan saya dan seluruh ide, pendapat

atau materi dari sumber lain telah dikutip dengan cara penulisan

referensi yang sesuai.

Pernyataan ini saya buat sebenar-benarnya dan jika pernyataan ini tidak

sesuai dengan kenyataan maka saya bersedia menanggung sanksi yang

akan dikenakan pada saya.

Cikarang, Indonesia, Januari 2019

Zaenal Fanani

Page 4: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

iii

LEMBAR PENGESAHAN

PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

OVER PROSES MACHINING ULIR PADA PRODUK

EPS (ELECTRIC POWER STEERING) HOUSING

MENGGUNAKAN PENDEKATAN DMAIC

Oleh

Zaenal Fanani

NIM: 004201505034

Disetujui Oleh:

Ir. Hery Hamdi Azwir, M.T.

Pembimbing Skripsi

Ir. Andira Taslim, M.T.

Ketua Program Studi Teknik Industri

Page 5: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

iv

ABSTRAK

PT. ABC merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi komponen EPS

(Electric Power Steering) part Housing yaitu suatu komponen yang berfungsi

membantu pengoperasian kemudi mobil. Namun, terdapat permasalahan proses

produksi EPS yaitu terjadinya kegagalan proses dengan kecacatan selama 3 bulan

terakhir mencapai angka rata-rata 3,9% dari total produksi, melebihi standar yang

ditargetkan perusahaan yaitu 2%. Untuk mengatasinya maka dilakukan perbaikan

menggunakan pendekatan DMAIC dengan harapan mengetahui faktor penyebab

kecacatan serta meminimasi jumlah kecacatan yang terjadi. Pada tahap define

diketahui alur proses produksi secara keseluruhan dan diperoleh 5 hasil CTQ

dengan CTQ kunci yaitu ulir M5 over dengan persentase 31,1% dari akumulasi

selama 3 bulan. Kemudian pada tahap measure, berdasarkan konversi perhitungan

DPMO ke tabel sigma didapatkan level 3,92 sigma. Kemudian tahap analyze

didapatkan 6 akar masalah sehingga di tahap improve dilakukan perbaikan dengan

metode 5W + 1H. Hasil perbandingan sebelum dan sesudah perbaikan, jumlah cacat

dari 3086 pcs menjadi 1948 pcs per 22 hari kerja atau menurun 0,54% dengan

kenaikan level sigma menjadi 4,01 sigma. Perusahaan harus melakukan perbaikan

berkesinambungan agar dapat mencapai level 6 sigma setara dengan industri kelas

dunia.

Kata Kunci: Quality Control, DMAIC, Perbaikan, Critical to Quality, Ulir M5

Over.

Page 6: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

v

ABSTRACT

PT. ABC is a manufacturing company that produces EPS (Electric Power Steering)

part Housing component. It is a component that serves to assist the operation of

car steering. However, there are EPS production process problems, namely the

occurrence of process failures with disabilities in the last 3 months reaching an

average rate about 3.9% of total production, exceeding the standards targeted by

the company about 2%. To overcome this, the DMAIC approach to know is needed

causes of disability and minimizing the number of disabilities that occur. At the

define phase is known the order of the overall production process and there are 5

CTQ results with CTQ,key that is thread M5 over about 31.1% of accumulation for

3 months. Then in the measure phase, based on the conversion of DPMO

calculations to the Sigma table, is obtained at level 3.92 sigma. Then the analyze

phase is obtained by 6 root causes, so that in the improve phase, is made

improvements using the 5W + 1H method. The comparison results before and after

repairs are the number of defects from 3086 pcs to 1948 pcs per 22 working days

or decrease by 0.54% with an increase in sigma level to 4.01 sigma. Company

should create the continuous improvement to reach at level 6 sigma equivalent with

world-class industries.

Keyword: Quality Control, DMAIC, Improvement, Critical to Quality, Thread M5

Over.

Page 7: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Azza Wa Jalla, karena atas

segala berkat, karunia dan hidayah-Nya, penulis mampu menyelesaikan

penyusunan skripsi.Laporan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa ada dukungan

dari berbagai pihak melalui bantuan, dorongan dan doa. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ir. Hery Hamdi Azwir, M.T selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah memberikan bimbingan, saran dan masukan dalam menyelesaikan

tugas akhir ini.

2. Bapak Suprianto dan Ibu Lismiati selaku orang tua saya yang selalu

memberikan doa terbaik juga dukungannya. Semoga Allah senantiasa

memberikan hidayah dan umur panjang dalam kebaikan kepada beliau.

3. Ibu Ir. Andira Taslim, M.T selaku Kaprodi Fakultas Teknik Jurusan Teknik

Industri yang selalu membimbing dan memotivasi kami.

4. Teman-teman jurusan Industrial Engineering khususnya bacth 2015 yang

saling memberi semangat dan motivasi.

5. Semua pihak yang penulis tiak bisa sebutkan satu per satu yang sudah

terlibat dalam penelitian ini.

Penulis menyadari dalam hal penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu kritik, pendapat dan saran yang membangun dari pembaca sangat

dinantikan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi

pembaca pada umumnya, Aamiin.

Cikarang, Januari 2019

Zaenal Fanani

Page 8: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

vii

DAFTAR ISI

REKOMENDASI PEMBIMBING AKADEMIK ............................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

ABSTRACT ........................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi

DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4

1.4 Batasan dan Lingkup Masalah .................................................................... 4

1.5 Asumsi Penelitian ........................................................................................ 4

1.6 Sistematika Penelitian ................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7

2.1 Kualitas ........................................................................................................ 7

2.2 Pengendalian Kualitas ................................................................................. 8

2.3 Produk Cacat ............................................................................................... 9

2.4 CNC (Computer Numerically Control) Machining .................................. 10

2.4.1 CNC Lathe Machine (Bubut)......................................................... 10

2.4.2 CNC Drilling Machine (Mesin CNC Bor).................................... 11

2.5 Thread (Ulir) ............................................................................................. 11

2.6 Pendekatan DMAIC ................................................................................... 12

2.6.1 Tahap-Tahap Pengendalian Kualitas dengan menggunakan

pendekatan DMAIC. .................................................................................. 13

Page 9: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

viii

2.6.1.1 Tahap Define ................................................................................. 13

2.6.1.2 Tahap Measure .............................................................................. 17

2.6.1.3 Tahap Analyze ............................................................................... 18

2.6.1.4 Tahap Improve ............................................................................... 27

2.6.1.5 Tahap Control ................................................................................ 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 29

3.1 Studi Lapangan / Observasi ....................................................................... 30

3.2 Identifikasi Masalah .................................................................................. 30

3.3 Studi Literatur ........................................................................................... 30

3.4 Pengumpulan Data .................................................................................... 30

3.5 Analisis dan Perbaikan .............................................................................. 31

3.6 Kesimpulan dan Saran ............................................................................... 33

BAB IV DATA DAN ANALISIS ....................................................................... 34

4.1 Pengumpulan Data .................................................................................... 34

4.1.1 Electric Power Steering (EPS). ..................................................... 34

4.1.2 Data Produksi ................................................................................ 35

4.2 Analisis dan Perbaikan .............................................................................. 37

4.2.1 Tahap Define ................................................................................. 37

4.2.2 Tahap Measure .............................................................................. 46

4.2.3 Tahap Analyze ............................................................................... 47

4.2.4 Tahap Improve ............................................................................... 62

4.2.5 Tahap Control ................................................................................ 68

4.3 Ringkasan .................................................................................................. 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 75

5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 75

5.2 Saran. ......................................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 77

LAMPIRAN ......................................................................................................... 78

Page 10: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah produksi line EPS Housing PT. ABC bulan Juni, Juli, Agustus

2018. ........................................................................................................................ 2

Tabel 1.2 Jumlah produk cacat line EPS Housing PT. ABC bulan Juni, Juli, Agustus

2018. ........................................................................................................................ 2

Tabel 1.3 Data produk cacat line EPS Housing. ..................................................... 3

Tabel 2.1 Level Sigma dan kredibilitasโ€ฆโ€ฆ.โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ...โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ...........13

Tabel 2.2 Kapabilitas proses sigma terpusat dan pergeseran proses ยฑ1,5ฯƒ. ......... 21

Tabel 2.3 Kriteria Severity. ................................................................................... 24

Tabel 2.4 Kriterisa Rating Occurance. ................................................................. 25

Tabel 2.5 Kriteria Rating Detection. ..................................................................... 26

Tabel 4. 1 Data produksi line EPS Housing PT. ABC bulan Juni, Juli, Agustus

2018โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ36

Tabel 4.2 Mesin yang digunakan untuk produksi line EPS Housing. ................... 41

Tabel 4.3 Jenis cacat. ............................................................................................ 44

Tabel 4.4 Produk cacat CTQ. ................................................................................ 44

Tabel 4.5 Aktual level sigma semua jenis cacat selama tiga bulan. ..................... 47

Tabel 4.6 Data observasi bulan Juni. .................................................................... 48

Tabel 4.7 Data proporsi cacat................................................................................ 49

Tabel 4.8 Data peta kendali. .................................................................................. 51

Tabel 4.9 Konversi Level Sigma. .......................................................................... 52

Tabel 4.10 Potential failure dan Potential effect. ................................................. 56

Tabel 4.11 Penentu Rank Severity ......................................................................... 56

Tabel 4.12 Rank Severity....................................................................................... 57

Tabel 4.13 Rank Occerence. ................................................................................. 58

Tabel 4.14 Rank detection. .................................................................................... 59

Tabel 4.15 RPN. .................................................................................................... 60

Tabel 4.16 Rank RPN yang sudah diurutkan. ....................................................... 61

Tabel 4.17 Hasil 5W + 1H. ................................................................................... 63

Tabel 4.18 Jumlah produk cacat sesudah perbaikan. ............................................ 70

Page 11: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

x

Tabel 4.19 Perbandingan sebelum dan sesudah perbaikan. .................................. 71

Tabel 4.20 Perbandingan sigma semua jenis cacat. .............................................. 72

Page 12: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh diagram SIPOC. .................................................................... 14

Gambar 2.2 Contoh Flowchart. ............................................................................ 15

Gambar 2.3 Contoh Flowmap. .............................................................................. 16

Gambar 2.4 Contoh tampilan diagram pareto. ...................................................... 17

Gambar 2.5 Contoh diagram sebab akibat. ........................................................... 22

Gambar 3.1 Diagram alir penelitianโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ...โ€ฆ..โ€ฆโ€ฆ...30

Gambar 4.1 EPS Housing dan posisinya di kemudi mobilโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ35

Gambar 4.2 Part EPS Housing. ............................................................................ 35

Gambar 4.3 Grafik produksi line EPS Housing PT. ABC bulan Juni, Juli, Agustus.

............................................................................................................................... 36

Gambar 4.4 Persentase target dan aktual produk cacat. ........................................ 37

Gambar 4.5 Diagram SIPOC................................................................................. 38

Gambar 4.6 Flowchart proses machining. ............................................................ 39

Gambar 4.7 Flowchart proses produk. .................................................................. 40

Gambar 4.8 Flowmap proses kerja operator ......................................................... 42

Gambar 4.9 Flowmap mesin. ................................................................................ 43

Gambar 4.10 Diagram pareto CTQ. ...................................................................... 45

Gambar 4.11 P chart produk cacat ulir M5 over. ................................................. 51

Gambar 4.12 Diagram sebab akibat. ..................................................................... 55

Gambar 4.13 Clamp sebelum perbaikan. .............................................................. 64

Gambar 4.14 Clamp sesudah perbaikan. ............................................................... 64

Gambar 4.15 Kondisi saringan sebelum perbaikan............................................... 65

Gambar 4.16 Kondisi saringan sesudah perbaikan. .............................................. 65

Gambar 4.17 Proses round out dan check sheet round out. .................................. 66

Gambar 4.18 Nozzle coolant sebelum perbaikan. ................................................. 67

Gambar 4.19 Nozzle coolant sesudah perbaikan. .................................................. 67

Gambar 4.20 Kegiatan refresh training operator. ................................................. 68

Gambar 4.21 Alat ukur dan pengukuran yang dilakukan oleh incoming. ............. 68

Page 13: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

xii

Gambar 4.22 Revisi IK mesin TC ......................................................................... 69

Gambar 4.23 Revisi IK incoming.......................................................................... 69

Gambar 4.24 Diagram perbandingan persentase cacat ulir M5 over. ................... 72

Gambar 4.25 Data input pada software SPSS. ...................................................... 73

Gambar 4.26 Hasil uji menggunakan software SPSS. .......................................... 74

Page 14: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

xiii

DAFTAR ISTILAH

- Cavity : Cetakan yang membentuk produk dalam rongga cetak.

- Chip : Hasil sisa proses produksi machining.

- Airgun : Alat yang mengeluarkan udara bertekanan yang digunakan untuk

membersihkan part saat proses produksi.

Page 15: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu cara untuk bersaing dalam kompetisi industri diera modern adalah

dengan mengutamakan perihal kualitas produk. Sudut pandang dasar konsumen

dalam penggunaan produk ataupun pemanfaatan jasa adalah kualitas dari produk

ataupun jasa tersebut. Maka apabila produsen barang ataupun jasa ingin tetap

unggul dalam persaingan industri, ditekankan untuk mempertahankan, juga

meningkatkan kualitasnya, dan membenahi setiap kekurangan yang ada pada

produk maupun proses pembuatannya secara terus-menerus.

Salah satu bidang industri yang akhir-akhir ini mengalami kemajuan dan

peningkatan dengan pesat adalah bidang manufaktur. Penggunaan peralatan

perkakas yang dikombinasikan dengan teknologi komputer didalam proses

manufaktur membuat bidang industri ini semakin unggul dan terpercaya dalam

persaingan antar industri. Salah satu penggunaan teknologi komputer dalam

industri manufaktur adalah penggunaan mesin CNC (Computer Numerically

Controlled). Pengoperasian mesin ini pergerakanya dikontrol oleh program

komputer.

Meningkatnya permintaan terhadap industri otomotif membuat produsen harus

bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan yang ada. Berdasarkan informasi data

dari asosiasi Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO),

penjualan kendaraan bermotor terutama roda empat pada bulan Februari hingga

April 2018 sebanyak 292.821 unit, naik 2,9 persen jika dibandingkan tahun 2017

dibulan yang sama yaitu 273.571 unit. Peningkatan tersebut menuntut para

produsen industri otomotif untuk lebih produktif agar dapat memenuhi kebutuhan

pasar yang tinggi.

Page 16: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

2

PT. ABC sebagai salah satu perusahaan manufaktur sektor otomotif yang

memproduksi komponen mobil yaitu EPS (Electric Power Steering) part Housing.

EPS (Electric Power Steering) adalah suatu komponen pada kemudi mobil yang

berfungsi membantu mempermudah operasi steer, dan pada era sekarang ini hampir

semua jenis dan merk mobil menggunakanya. Oleh karena itu perusahaan

mendapatkan permintaan produksi yang cukup banyak dampak kenaikan

permintaan pasar terhadap mobil. Kenaikan permintaan dari konsumen menuntut

perusahaan agar meningkatkan produktivitas produk yang berkualitas dalam

memenuhi permintaan konsumennya. Untuk data jumlah produksi line EPS

Housing PT. ABC ditampilkan ditabel 1.1.

Tabel 1. 1 Jumlah produksi line EPS Housing PT. ABC bulan Juni, Juli, Agustus

2018.

Bulan Produksi

Target (pcs) Aktual (pcs) Persentase

Juni 208582 201152 96,40%

Juli 185665 177343 95,50%

Agustus 199543 192543 96,50%

Total 593790 571038

Pada tabel 1.1 diatas data produksi menunjukan bahwa selama tiga bulan terakhir,

output line EPS Housing masih kurang dari persentase target yang ditetapkan

perusahaan, yaitu sebesar 98% dari total produksi. Hal itu disebabkan karena

jumlah produk NG atau cacat lebih dari target yang ditetapkan perusahaan yaitu

2%. Untuk data produk cacat line EPS Housing dipaparkan di tabel 1.2 dan 1.3.

Tabel 1. 2 Jumlah produk cacat line EPS Housing PT. ABC bulan Juni, Juli,

Agustus 2018.

Bulan Jumlah Produk Cacat

Target (pcs) Aktual (pcs) Presentase

Juni 4185 7430 3.6%

Page 17: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

3

Juli 3614 8322 4.5%

Agustus 3995 7400 3.5%

Total 11794 23152

Kemudian terdapat lima jenis cacat yang paling banyak terdapat pada produk EPS

Housing. Cacat jenis Ulir M5 over ialah cacat dengan jumlah terbanyak. Kemudian

diikuti dengan hardspot, deform, chiping dan blowhole.

Tabel 1. 3 Data produk cacat line EPS Housing.

No Jenis Cacat 2018 Total

(pcs) Juni Juli Agustus

1 Ulir M5 over 3086 2202 1917 7205

2 Hardspot 1158 1985 1617 4760

3 Deform 1101 1853 1398 4352

4 Chiping 1081 1232 1250 3563

5 Blowhole 1004 1050 1218 3272

Total 7430 8322 7400 23152

Didalam tujuan perusahaan untuk memenuhi permintaan costumer, produk yang

cacat menjadi kendala proses yang dapat menyebabkan tidak tercapainya target

terhadap planning dan menimbulkan kerugian besar bagi perusahan. Dari data yang

direcord oleh departemen produksi, produk EPS Housing, jenis produk cacat ulir

M5 over adalah jenis cacat dengan jumlah terbanyak dibanding dengan jenis yang

lain.

Berdasarkan penggambaran permasalahan di atas, perusahaan memerlukan usaha

perbaikan yang bersifat menyeluruh dengan mempertimbangkan metode DMAIC.

DMAIC adalah suatu metode yang digunakan untuk memperbaiki dari segi proses

produksi yang sifatnya terstruktur dan usaha perbaikan itu berfokus pada usaha

pengurangan variasi dari proses produksi sekaligus pengurangan jumlah cacat.

1.2 Perumusan Masalah

Page 18: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

4

Perumusan masalah pada penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana cara menurunkan persentase produk cacat Ulir M5 Over pada

produk EPS Housing ?

2. Bagaimana cara meningkatkan level sigma terhadap produk EPS Housing ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Menurunkan presentase perolehan produk cacat Ulir M5 Over pada produk

EPS Housing.

2. Mengetahui kenaikan level sigma terhadap produk EPS Housing.

1.4 Batasan dan Lingkup Masalah

Pembatasan dimaksudkan untuk mengetahui ruang lingkup dari penelitian, maka

batasan dan lingkup masalah hanya mencakup pada:

1. Hanya produk EPS Housing.

2. Hanya jenis cacat Ulir M5 Over.

3. Data produksi dibulan Juni โ€“ Agustus 2018.

4. Hanya pada proses machining ulir M5.

5. Kondisi mesin dan line dalam keadaan lancar.

6. Pengambilan data hanya dalam lingkup perusahaan.

1.5 Asumsi Penelitian

1. Pada saat dilakukan penelitian mesin dalam kondisi stabil.

2. Pada saat dilakukan penelitian tidak terjadi perubahan aturan terkait kondisi

produksi dan produk cacat.

1.6 Sistematika Penelitian

BAB I PENDAHULUAN

Bab pertama pendahuluan menjelaskan latar belakang dari

permasalahan, perumusan masalah penelitian, tujuan dari penelitian,

batasan dan lingkup penelitian, asumsi pada penelitian, dan

Page 19: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

5

sistematika penelitian. Latar belakang mejelaskan alasan pemilihan

topik, perlunya diadakan penelitian dan kondisi objek penelitian.

Perumusan masalah menjelaskan hal yang ingin diselesaikan dan

tindak lanjut dari penelitian. Tujuan penelitian berisi beberapa poin

yang diharapkan dapat dicapai pada akhir penelitian. Batasan dan

lingkup serta asumsi penelitian digunakan untuk memberikan

batasan-batasan mengenai kasus dan objek untuk menyamakan

persepsi antara penulis dan pembaca. Terakhir sistematika penelitian

dibuat untuk menjelaskan tata urutan bab dan bahasan yang

disajikan secara menyeluruh dan penulisan penelitian yang telah

dilakukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab tinjauan pustaka berisi tentang beberapa teori terkait yang

dijadikan landasan penulis dalam memperkuat pemahaman dan

menentukan metode penelitian yang sesuai dengan masalah yang

dihadapi. Teori-teori didapat dari bebagai sumber terkait topik

penelitian. Adapun teori adalah hal yang berkaitan dengan kualitas,

produk cacat, lathe machining (bubut), thread (ulir), electric power

steering (EPS), DMAIC.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab metodologi penelitian dijelaskan tentang tahapan-tahapan

yang dilakukan guna memecahkan masalah dan mencapai tujuan

penelitian. Tahapan yang terdapat di dalam metodologi telah

disesuaikan dengan masalah yang diteliti dan disesuaikan dengan

departemen produksi PT. ABC sebagai objek penelitian. Pada bab

ini juga dijelaskan pengertian dari masing-masing tahapan.

BAB IV DATA DAN ANALISIS

Pada bab data dan analisis, berisikan tentang pengumpulan dan

pengolahan dari data untuk kemudian disusun dan digunakan untuk

menyelesaikan permasalahan yang telah disebutkan pada bab

pendahuluan. Pada bab ini dilakukan analisis dan evaluasi untuk

Page 20: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

6

kemudian hasilnya digunakan untuk melakukan penarikan

kesimpulan dan pemberian saran.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab kesimpulan dan saran, berisi rangkuman kesimpulan dari

keseluruhan hasil penelitian yang didapatkan. Disamping

kesimpulan, juga diberikan saran atau rekomendasi kepada objek

yang diamati kemudian disampaikan evaluasi serta peluang untuk

penelitian berikutnya.

Page 21: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kualitas

Kualitas ialah kesesuaian produk ataupun layanan dalam semua aspek untuk

memenuhi atau melampaui kegunaan yang yang dimaksudkan seperti yang

disyaratkan oleh pelanggan (Mitra, 2016).

Montgomery (2009) menyatakan, terdapat delapan dimesi mengenai kualitas pada

bidang industri dan bisnis, yang terdiri dari:

1. Performace, yaitu apakah produk itu berguna sesuai dengan fungsi utamanya

atau tidak. Pembeli potensial biasanya akan melakukan evaluasi terhadap

produk untuk melihat fungsi spesifik dan menetukan seberapa baik kinerja

dari produk tersebut.

2. Reability, yaitu seberapa sering produk memerlukan perbaikan. Produk yang

sifatnya kompleks biasanya akan memerlukan beberapa perbaikan selama

masa layanannya. Beberapa industri maju, mempunyai tipe pelanggan yang

berpandangan bahwa kualitas dari suatu produk dipengaruhi oleh keandalan

kualitas dari produk tersebut.

3. Durability, yaitu berapa lama produk tersebut bertahan. Disini yang dimaksud

adalah masa pakai efektif produk tersebut, karena konsumen pasti

mendambakan produk yang berkualitas baik dengan masa pakai yang awet.

4. Serviceability, yaitu seberapa mudah untuk melakukan servis terhadap

produk. Banyak industri berprinsip bahwa pandangan dari pelanggan tentang

kualitas, dipengaruhi oleh seberapa cepat dan terjangkaunya suatu perbaikan

jika terjadi kerusakan atau kegiatan perawatan yang rutin bisa diselesaikan.

5. Aesthetics, yaitu bagaimanakah tampilan produk tersebut. Dalam hal ini

pelanggan melihat dari faktor-faktor yang terlihat secara visual seperti

bentuk, warna, bentuk, kemasan, karakteristik produk dan juga fitur sensor

yang ada didalamnya.

Page 22: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

8

6. Features, yaitu apakah keunggulan fitur dari produk. Biasanya pelanggan

mengasosiasikan kualitas tinggi dari produk dengan fitur tambahan dari

produk yang membuat produk tersebut terlihat unggul.

7. Percieved Quality, yaitu bagaimana reputasi dari produsen itu juga produk

yang dibuat tersebut. Berdasarkan beberapa kasus, konsumen bergantung

pada pamor historis dari produsen terkait kualitas produk yang dibuatnya.

Kegagalan terhadap produk yang terlihat oleh konsumen, secara langsung

dapat mempengaruhi pamor produsen ini. Kemudian juga tentang cara

meperlakukan konsumen ketika ada laporan terkait masalah kualitas dari

produk itu sendiri.

8. Conformance to standards, yaitu apakah produk yang dibuat persis seperti

yang dimaksudkan oleh perancangnya. Seberapa sesuai antara produk nyata

yang sudah dibuat dengan desain yang dirancancang maupun standar limit

dari produk yang telah ditetapkan.

Kualitas tidak hanya dibebankan pada hasil produk akhir, tetapi kualitas juga

harus dijaga pada setiap proses produksinya. Agar terjadinya produk yang cacat

dapat diperbaiki atau bahkan dicegah.

2.2 Pengendalian Kualitas

Menurut Mitra (2016), definisi pengendalian kualitas yaitu pengadaan sebuah

sistem agar tingkatan kualitas yang diinginkan dapat dipertahankan, melalui umpan

balik karakteristik produk atau layanan dan pelaksanaan tindakan perbaikan dalam

hal penyimpangan karakteristik tersebut dari standard yang ditetapkan.

Mitra (2016) juga menyatakan bahwa secara umum pengendalian kualitas terbagi

dalam tiga prosedur, antara lain:

1. Offline qulity control, yaitu prosedur kontrol kualitas yang bertujuan

mengoptimalkan desain proses dan produk dengan cara meminimalkan

penyimpangan antara produk atau proses output dan standard.

2. Statistical Process Control, yaitu melibatkan perbandingan antara output dari

suatu proses atau layanan dengan standard dan mengambil tindakan

Page 23: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

9

perbaikan apabila ada permasalahan antara keduanya. Juga menentukan

apakah suatu proses sudah menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi

atau persyaratan yang diinginkan ataukah belum. Apabila ada proses yang

menghasilkan produk diluar spesifikasi maka tindakan perbaikan harus

segera diambil untuk mengurangi jumlah kesalahan terhadap proses tersebut.

Aktivitas ini biasa disebut dengan pengendalian aktivitas statistik secara

online.

3. Acceptance Sampling Plans, yaitu kegiatan pemeriksaan produk atau layanan

dengan cara melakukan pengambilan sampel. Misalkan ketika 100%

pemeriksaan barang tidak mungkin untuk dilakukan, maka keputusan harus

dibuat mengenai berapa banyak barang yang harus diambil sebagai sampel.

Sedangkan keputusan untuk menolak ataukah menerima lot secara

keseluruhan informasinya diperoleh dari sampel yang telah diambil tadi. Pada

kasus atribut, satu parameternya adalah jumlah yang diterima dari item yang

tidak sesuai dalam sampel. Jika jumlah item yang tidak sesuai kurang dari

atau sama dengan angka yang diterima, maka satu lot itu diterima. Hal itu

biasa disebut acceptance number. Sedangkan pada kasus variabel, satu

parameternya adalah proporsi item dalam sampel yang keluar dari spesifikasi.

Proporsi ini harus kurang dari atau sama dengan standard untuk lot yang akan

diterima. Perencanaan yang menentukan jumlah item untuk sampel dan

kriteria peneriman lot berdasarkan kondisi tertentu yang ditetapkan (seperti

resiko reject dari barang yang baik atau menerima barang yang reject), ini

biasa disebut sebagai acceptance sampling plan.

2.3 Produk Cacat

Pengertian kata produk yang dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

hasil akhir dari pembuatan dan penambahan nilai guna suatu barang ataupun jasa

yang menggunakan proses produksi. Sedangkat pengertian dari kata cacat adalah

kurang sempurnanya nilai atau mutu suatu produk ataupun jasa yang disebabkan

karena adanya kekurangan pada produk ataupun jasa tersebut. Maka apabila

disimpulkan, pengertian dari produk cacat adalah barang ataupun jasa yang mutu

Page 24: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

10

dan nilainya kurang sempurna dikarenakan adanya kekurangan pada produk

tersebut.

Menurut Gaspersz (2002), pengertian produk cacat yaitu kegagalan untuk

memberikan sesuatu yang diinginkan pelanggan.

Sedangkan menurut Mitra (2016), produk cacat berarti keterkaitan antara produk

dengan karakterstik kualitasnya yang menyebabkan produk tidak memenuhi

standar tertentu, maka tingkat kerusakan dari produk menyebabkan tidak dapat

diterima.

Jadi intisari dari definisi-definisi di atas, produk cacat dapat diartikan sebagai

ketidaksesuaian antara hasil akhir produk dengan spesifikasi yang ditetapkan

sehingga menyebabkan tidak tercapainya standar dari kualitas produk tersebut.

2.4 CNC (Computer Numerically Control) Machining

Menurut Widarto (2008), mesin CNC adalah hasil perpaduan komputer yang telah

diaplikasikan ke dalam mesin perkakas. Mesin CNC merupakan mesin yang sistem

operasinya memakai progarm-program yang diatur oleh komputer. Jadi konstruksi

mesin CNC dan sistem kerjanya merupakan perpaduan antara program dari

komputer dengan mekaniknya. Maka dari itu membuat mesin CNC lebih unggul

secara fungsional dan efektivitas jika dibandingkan dengan mesin konvensional

sejenis yang setaraf.

2.4.1 CNC Lathe Machine (Bubut)

Pengertian proses bubut menurut Widarto (2008) adalah proses pengurangan

diameter, pengurangan kepanjangan dan pemotongan benda yang benbentuk

silindris yang dilakukan menggunakan mesin perkakas bubut tentunya dikontrol

dengan menggunakan program komputer. Mesin bubut pada dasarnya hanya

melakukan pekerjaan pada bagian luar benda kerja saja. Dengan cara memutar

Page 25: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

11

benda kerja dan hanya ada satu pahat bubut yang bergerak searah sumbu benda

kerja. Proses pekerjaan yang biasa dilakukan menggunakan mesin bubut CNC:

1. Proses pembubutan muka (facing), proses pembubutan yang dilakukan untuk

meratakan bagian paling luar dari benda kerja.

2. Proses pembubutan ulir (taping), proses pembuatan ulir luar yang dilakukan

dengan mata pahat khusus pada mesin bubut.

3. Proses pembuatan dan perluasan lubang (boring/drilling), yaitu proses

pembuatan lubang pada benda kerja dengan mengganti fungsi pahat

menggunakan mata bor khusus. Hal ini juga berlaku untuk perluasan

lubangnya.

4. Proses pembubutan rata (silindris), pembubutan benda kerja yang dilakukan

pada sepanjang garis sumbu benda kerja.

5. Proses pembubutan tirus (taper), proses pembubutan berbentuk konis.

6. Proses pembubutan luar (knurling), yaitu proses pembubutan pada posisi

silindris benda kerja yang bermaksud untuk membuat pola atau bentuk

tertentu pada benda kerja.

2.4.2 CNC Drilling Machine (Mesin CNC Bor).

Menurut Widarto (2008), mesin CNC drilling adalah mesin pembuat lubang

maupun peluas lubang dengan menggunakan mata bor yang dikontrol dengan

menggunakan pemrograman komputer. Selain itu juga bisa untuk proses pembuatan

ulir dengan memasang tool tap ulir pada colletnya. Proses kerja mesin CNC jenis

ini adalah dengan cara menggunakan mata bor yang sudah terpasang pada holder

yang hanya bergerak naik turun, kemudian benda kerja dipasang kuat pada meja

kerja mesin yang bisa bergerak universal (kanan-kiri, depan-belakang).

2.5 Thread (Ulir)

Pengertian ulir menurut Firdausi (2013) adalah bentuk melingkar dengan pola

tertentu (segitiga atau segi empat) yang ada pada benda silinder.

Beberapa keuntungan menggunakan sambungan berupa ulir antara lain adalah:

- Kuat dan tahan terhadap getaran maupun gesekan.

Page 26: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

12

- Dapat diinstal dengan mudah.

- Pelepasan kembali apabila diperlukan mudah.

- Sambungan sifatnya fleksibel, dapat dipasang pada benda yang diam

maupun bergerak.

- Instalasi menggunakan alat yang sederhana, kunci pas dan sejenisnya.

- Dapat dilepas dan dipasang dimana saja apabila terjadi kondisi darurat.

2.6 Pendekatan DMAIC

Konsep dasar dari six sigma menurut Gaspersz (2002) merupakan upaya yang

dilakukan untuk meningkatkan kualitas dengan mentargetkan 3,4 kegagalan dari

satu juta peluang untuk satu kali transaksi produk barang maupun jasa. Hal ini

merupakan terobosan baru yang ada pada bidang pengendalian kualitas khususnya

tentang teknik dan metode dalam mengendalikan kualitas produk barang maupuan

jasa.

Dengan konsep six sigma perusahaan dapat mengharapkan bahwa produk yang

mereka buat terdapat 99,99966% dari yang diinginkan oleh konsumen itu berada

pada produk mereka. Memang prisip dasar konsumen yaitu mereka akan puas jika

produk yang mereka beli adalah produk yang nilainya mereka harapkan.

Apabila ingin menerapkan konsep six sigma pada perusahaan yang bergerak pada

bidang manufaktur, menurut Gaspersz (2002) harus memperhatikan aspek-aspek

berikut, antara lain:

1. Melakukan rekognisi terhadap karakteristik produk seperti apa yang akan

membuat konsumen puas.

2. Mencatat karakteristik yang didapatkan pada tahap pertama sebagai

individual CTQ.

3. Melakukan pengamatan dan mengambil keputusan apakah klasifikasi CTQ

yang ada pada tahap dua tadi bisa diatasi dengan memperbaiki material,

mesin maupun proses kerja lainya.

Page 27: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

13

4. Menganalisa dan mengambil keputusan mengenai batas-batas limit untuk

setiap CTQ yang didapat terhadap keinginan dan kebutuan konsumen

dengan menggunakan rumus mencari nilai UCL, LCL.

5. CTQ yang sudah terdata ditentukan nilai standar deviasinya.

6. Melakukan perbaikan terhadap produk maupun proses produksinya supaya

bisa memperbaiki nilai target six sigma.

Hasil dari peningkatan kualitas berdasarkan hasil perhitungan DPMO (Defect per

Million Opportunity), kemudian dikoversi ke tabel sigma. Setelah itu dapat

diketahui di level manakak kredibilitas perusahaan terhadap pengendalian kualitas

terhadap produknya. Dengan menggunakan tabel 2.1 yang dikutip dari Gaspersz

(2002), maka dapat diketahui level kredibilitas itu.

Tabel 2. 1 Level Sigma dan kredibilitas.

2.6.1 Tahap-Tahap Pengendalian Kualitas dengan menggunakan pendekatan

DMAIC.

2.6.1.1 Tahap Define

Tahap define merupakan tahap penentuan terhadap apa yang diinginkan oleh

konsumen terhadap produk yang telah diproduksi. Dengan ini maka perlu

diadakanya identifikasi mengenai tahapan total mengenai produk termasuk proses

pembuatanya (Carrol, 2013).

Sedangkan Shankar (2009), menyatakan bahwa tahap define dimulai dengan

mengidentifikasi masalah yang membutuhkan solusi dan berakhir dengan

pemahaman yang jelas tentang lingkup masalah. Kemudian tahap pertama yang

Page 28: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

14

harus dilakukan yaitu melakukan identifikasi dan analisa terhadap proses kunci

beserta pelanggan terhadap penelitian. Di antaranya tools yang dipakai pada tahap

define yaitu:

1. Diagram SIPOC

Menurut Gaspersz (2002), menyatakan bahwa diagram SIPOC dipakai untuk

mencari dan menganalisis unsur-unsur yang ada pada sebuah proses, untuk

diketahui siapa dan apa yang berperan pada masing-masing unsur tersebut. Sama

halnya dengan bagan yang berbentuk aliran, diagram ini adalah bentuk tampilan

secara visual dari proses sebuah produk. SIPOC biasa dipakai untuk menjelaskan

hubungan antar variabel input, respon dan outputnya. Langkah awal yang dilakukan

adalah dengan cara menetapkan kriteria hasil produksi yang nantinya menjadi

tujuan. Kemudian baru menetapkan input yang sesuai untuk mendapatkan hasil

produksi yang menjadi tujuan tersebut. Kepanjangan dari SIPOC , yaitu:

- Suppliers, merupakan pemberi data awal mengenai bahan baku maupun

elemen tambahan lainya. Apabila terdapat cabang proses pada bagian ini,

maka proses sebelumnya merupakan supplier dari proses setelahnya.

- Inputs, merupakan supply apapun yang dikirim oleh supplier untuk diproses.

- Process, adalah kegiatan merubah dan memberi nilai tambah terhadap input.

- Outputs, merupakan hasil akhir yang menjadi tujuan dilakukanya proses.

Pada sebuah proses, outputnya bisa berbentuk barang jadi yang bisa langsung

dijual atau juga dapat berupa setengah jadi yang kemudian akan dilakukan

proses lagi pada proses berikutnya.

- Customers, merupakan sekelompok orang atau sub proses penerima output.

Apabila proses di sini ada cabang-cabangnya, maka proses setelahnya

dianggap sebagai pelanggan dari proses sebelumnya

Gambar 2.1 Contoh diagram SIPOC.

Page 29: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

15

2. Flowchart

Flowchart merupakan urutan yang memberi informasi dari sebuah proses yang

disajikan dalam bentuk visual atau gambar. Kegunaan dari flowchart anatara lain

adalah untuk mendefinisikan proses, membangun langkah gambaran untuk proses

analisa, diskusi atau komunikasi, dan sebagai penentuan standarisasi (Pyzdek,

2003).

Gambar 2. 2 Contoh Flowchart.

3. Flowmap

Flowmap merupakan gambaran grafik dari suatu proses kerja, menunjukan urutan-

urutan proses yang digambar dengan menggunakan simbol. Melalui peta proses

akan menunjukkan berbagai alternatif dan akan mempermudah suatu perencanaan

efektif (Pyzdek, 2003). Untuk contoh flowmap ada pada gambar 2.3.

Page 30: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

16

Gambar 2.3 Contoh Flowmap.

4. Menentukan CTQ (Critical to Quality).

Dilakukan penentuan faktor-faktor yang berpengaruh kepada kepuasan konsumen

yang disebabkan oleh kualitas produk ini. CTQ merupakan kunci karakteristik yang

bisa diukur dari proses produksi atau dari sebuah produk, yang kemudian harus

mencapai standar terhadap spesifikasinya atau batas limitnya supaya dapat

memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan (Gaspersz, 2002).

5. Membuat Diagram Pareto

Diagram pareto dibuat untuk membantu menjabarkan dan mempermudah

menentukan karakteristik kualitas yang terjadi pada produk. Sehingga dengan

dilakukanya pengurutan karakteristik dimaksudkan agar dapat memprioritaskan

tujuan perbaikan terhadap karakterisik tadi. Diagram pareto ini berupa urutan

tingkat proporsi kerusakan mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil.

Dimaksudkan untuk penentuan prioritas kesalahan untuk kemudian

dikonsentrasikan supaya tidak terjadi lagi dikemudian hari. Selain itu juga sebagai

bentuk isyarat karakteristik kualitas mana yang apabila dilakukan perbaikan lebih

Page 31: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

17

dulu akan menghasilkan dampak paling besar (Pyzdek, 2003). Contoh diagram

pareto ditampilkan pada gambar 2. 4.

Gambar 2.4 Contoh tampilan diagram pareto.

2.6.1.2 Tahap Measure

Menurut Gaspersz (2002), measure adalah tahapan kedua pada strategi peningkatan

kualitas yang menggunakan metode six sigma. Pada tahap ini melakukan

pengembangan rencana untuk mengumpulkan data dengan cara meninjau langsung

kepada proses produksi dan melakukan pengukuran cara kerja yang ada sekarang

untuk ditetapkan sebagai baseline kinerja pada penelitian.

1. Menghitung DPMO (Defect Per Million Opportunity).

Menurut Gaspersz (2002), menerangkan bahwa menghitung DPMO adalah

menentukan nilai untuk mengetahui kualitas produk maupun kualitas kinerja

perusahaan berada pada level sigma berapa dan juga untuk meninjau efektifitas

kinerja dalam mengurangi tingkat kecacatan.

Tahap-tahap perhitungan sigma dan DPMO:

Page 32: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

18

- Perhitungan DPU (Defect Per Unit).

๐ท๐‘ƒ๐‘ˆ =Jumlah Total Kerusakan

Jumlah Total Produksi

- Perhitungan DPO (Defect Per Opportunity).

๐ท๐‘ƒ๐‘‚ =๐ท๐‘ƒ๐‘ˆ

๐ถ๐‘‡๐‘„

- Perhitungan DPMO (Defect Per Million Opportunity).

๐ท๐‘ƒ๐‘€๐‘‚ = ๐ท๐‘ƒ๐‘‚ ๐‘ฅ 1000000

- Pengkorvesian hasil DPMO ke nilai sigma dengan tabel sigma.

2.6.1.3 Tahap Analyze

Analize adalah tahapan ketiga pada strategi peningkatan kualitas yang

menggunakan metode six sigma. Pada tahap ini hal yang harus dilakukan antara lain

adalah:

1. Mengukur kestabilan dan kapabilitas proses.

Menurut Carroll (2013) menyatakan bahwa, pembuatan peta kendali data yaitu

pembuatan batas maksimum dan minimum nilai data yang boleh untuk dipakai

untuk menganalisa suatu permasalahan. Artinya ketika didapatkan data yang keluar

dari nilai batas yang ditentukan, maka dalam hal ini data tersebut tidak boleh

dipakai untuk analisis permasalahan. Kemudian harus diadakan revisi perhitungan

ulang. Perhitungan ini disebut pembuatan diagram kontrol P.

Peta kendali ini dapat dihitung melalui langkah-langkah seperti berikut:

- Pengambilan sampel data.

Page 33: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

19

Nilai populasi yang dipakai pada analisa diagram kontrol P yaitu seluruh

jumlah barang selama proses produksi.

- Menghitung rata-rata jumlah barang yang tidak sesuai dengan standar.

Barang yang termasuk diluar standar kualitas yang telah ditentukan oleh

perusahaan dan tidak bisa atau tidak layak diproses ke tahap selanjutnya.

- Memeriksa karakteristik ketidaksesuaian dengan cara melakukan perhitungan

nilai rata-rata (mean).

๐‘ƒ = ๐ถ๐ฟ

๐ถ๐ฟ =โˆ‘np

โˆ‘n

Keterangan :

P : Rata โ€“ rata rasio kecacatan

n : Jumlah total produksi

np : Jumlah kecacatan

- Menetapkan nilai batas kendali atas (UCL) dan nilai batas kendali bawah

(LCL), menggunakan rumus:

๐‘ˆ๐ถ๐ฟ = ๐‘ƒ + 3โˆš๐‘ƒ(1โˆ’๐‘ƒ)

n

๐ฟ๐ถ๐ฟ = ๐‘ƒ โˆ’ 3โˆš๐‘ƒ(1โˆ’๐‘ƒ)

n

Keterangan:

UCL : Upper Control Limit

LCL : Lower Control Limit

P : Rata-rata rasio kecacatan

n : Jumlah total sampel

Page 34: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

20

- Melakukan revisi apabila terdapat data yang berada diluar batas kendali

dengan menggunakan rumus :

CL =๐‘›๐‘โˆ’๐‘›๐‘1โˆ’๐‘›๐‘โ€ฆ

๐‘›โˆ’๐‘›1โˆ’๐‘›โ€ฆ

Keterangan :

np : jumlah kecacatan

n : jumlah total produksi

- Kemudian kembali menetapkan nilai batas kendali atas (UCL) revisi dan

batas kendali bawah (LCL) revisi, menggunakan rumus :

๐‘ˆ๐ถ๐ฟ = ๐‘ƒ + 3โˆš๐‘ƒ(1 โˆ’ ๐‘ƒ)

n

๐ฟ๐ถ๐ฟ = ๐‘ƒ โˆ’ 3โˆš๐‘ƒ(1 โˆ’ ๐‘ƒ)

n

Keterangan :

UCL : Upper Control Limit

LCL : Lower Control Limit

n : jumlah total produksi

Revisi dilakukan apabila terdapat data yang nilainya berada di luar batas kendali

dan hanya mencari nilai dari CL, UCL, LCL yang berada di dalam batas kendali.

Data yang dipakai untuk mencari nilai revisi adalah data yang berada di luar batas

kendali. Jika setelah direvisi masih terdapat data yang nilainya berada diluar batas

Page 35: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

21

kendali, maka dilakukan revisi ulang sampai keseluruhan data di dalam batas

kendali UCL dan LCL.

Kemudian berikutnya dilakukan penghitungan kapabilitas proses, pengukuran

indeks kapabilitas proses yang digunakan untuk mengukur kemampuan proses

bersaing secara kompetitif berdasarkan batas level sigma (Cpk) yang dapat

dilakukan dengan cara mengkonversi level sigma ke dalam indeks kapabilitas

proses (McFadden, 1993). Penentuan indeks kapabilitas proses untuk data atribut

menggunakan pendekatan motorolla yang memungkinkan pergeseran rata-rata

proses sebesar ยฑ1,5ฯƒ disajikan pada tabel 2.2 di bawah ini.

Tabel 2. 2 Kapabilitas proses sigma terpusat dan pergeseran proses ยฑ1,5ฯƒ.

Level Pergeseran Proses ยฑ1,5ฯƒ

Sigma Cpk DPMO

3 0.5 66.803

4 0.833 6.2

5 1.167 233

6 1.5 3.4

Setelah menghitung nilai Cp menggunakan rumus:

Cp = 1 โ€“ p bar,

Maka berlaku kriteria (rule of trumb) untuk indeks kapabilitas proses (Mc Fadden,

1993), sebagai berikut:

a. Cpk โ‰ฅ 1.5; maka proses dianggap mampu dan kompetitif.

b. Cpk antara 0.5 โ€“ 1.49; maka proses dianggap cukup mampu, namun perlu

upaya-upaya giat untuk peningkatan kualitas menuju target yang

diinginkan. Perusahaan yang berada di level ini memiliki kesempatan

terbaik dalam melakukan program peningkatan kualitas.

c. Cpk < 0.5; maka proses dianggap tidak mampu dan tidak mampu bersaing

di pasar global dan harus segera dilakukan perbaikan proses.

Page 36: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

22

2. Membuat Diagram Sebab Akibat

Menurut Gaspersz (2002), diagram sebab akibat membantu mendapatkan akar

permasalahan yang menjadi sebab utama dari masalah. Sehingga selanjutnya dapat

dilakukan penghilangan akar permasalahan atau melakukan perbaikan terhadap

akar permasalahan tersebut. Untuk tampilan diagram sebab akibat seperti pada

gambar 2.5.

Gambar 2.5 Contoh diagram sebab akibat.

3. Membuat Tabel Failure Mode Effect Analysis (FMEA).

a. Pengertian Failure Mode Effect Analysis (FMEA).

Failure Mode and Effect Analysis atau disingkat FMEA merupakan tabel yang

digunakan sebagai identifikasi masalah dan sebagai pencegah segala mode

kegagalan. Tabel FMEA dipakai untuk merangking dan menganalisis lebih lanjut

terhadap permasalahan-permaslahan yang sudah ditemukan pada tahap diagram

sebab akibat. Yang dimaksud dengan mode kegagalan dalam hal ini adalah semua

yang termasuk dalam ketidaksesuaian produk terhadap standar dan spesifikasinya.

(Gaspersz, 2002).

Page 37: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

23

Pyzdek (2003) menerangkan bahwa FMEA bisa dilakukan melalui beberapa cara,

yaitu:

1. Mengevaluasi dan mengenali potensi kegagalan suatu produk dan efeknya.

2. Mencatat semua tentang proses.

3. Menganalisis perbaiakan yang mungkin bisa dilakukan untuk mengurangi

atau menghilangkan kemungkinan kegagalan terhadap potensi yang terjadi.

Kegunaan FMEA antara lain sebagai berikut:

1. Ketika ada pemakaian proses baru.

2. Ketika diperlukannya usaha untuk mencegah sebelum terjadinya

permasalahan.

3. Ketika perlu mencari tahu alat deteksi permasalahan yang biasa digunakan

ketika akan terjadi kegagalan.

4. Ketika adanya pergantian unit mupun alat yang digunakan.

5. Penggantian desain tempat dimana proses dilakukan ataupun adanya model

pola proses yang baru.

Tujuan dari FMEA antara lain seagai berikut:

1. Menganalisa karakteristik yang sifatnya kritis dan yang tingkatnya signifikan.

2. Mengurutkaan perkiraan desain yang potensial dan juga definisi proses.

3. Mengidentifikasi mode kegagalan dan tingkat keparahan efek yang

ditimbulkan.

4. Membantu engineer untuk memperhatikan produk dan proses.

Menurut Gaspersz (2002), tahap dasar FMEA antara lain adalah:

1. Melakukan identifikasi fungsi-fungsi dari proses produksi.

2. Melakukan identifikasi

3. Melakukan identifikasi terhadap kegagalan-kegagalan yang terjadi pada

proses produksi.

4. Melakukan identifikasi terhadap apa saja yang menjadi penyebab sehingga

terjadi kegagalan proses produksi.

5. Melakukan identifikasi tentang mode-mode pendeteksi untuk permasalah

pada proses produksi.

Page 38: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

24

6. Menetapkan nilai severity, occurrence, detection dan rank RPN pada proses

produksi.

7. Memikirkan usul dan melakukan perbaikan.

Sedangkan untuk menetukan besarnya nilai rating severity, occurrence, detection

dan rank RPN menggunakan tabel-tabel seperti yang tertera di bawah,

1. Rating Severity

Penentuan rating Severity adalah tahapan awal dalam menganalisis suatu resiko.

Pada tahap ini yang dihitung adalah besarnya dampak dari suatu kejadian yang

mungkin timbul yang mempengaruhi proses produksi. Rating dari severity mulai

dari skala 1-10, dimana 1 paling ringan sampai menuju ke angka 10 adalah dampak

paling berat. Kriteria penentuan rating bisa dilihat di tabel 2.3.

Tabel 2. 3 Kriteria Severity.

Rating Kriteria

1 Negligible severity (hal buruk yang tidak berdampak dan bisa

diabaikan). Konsumen kemungkinan tidak akan mengetahui atau

memperhatikan cacat yang ada pada produk. Sehingga tidak perlu

dipikirkan bahwa cacat akan mengakibatkan masalah terhadap

kualitas produk.

2

3

Mild severity (hal buruk yang pengaruhnya ringan). Pada rate ini

dampak yang timbul masih ringan. Pelanggan masih belum bisa

mendetiksi terhadap penurunan kualitas pada produk.

4

5

6

Moderate saverity (hal buruk yang sifatnya sedang). Pada rate ini

pelanggan sudah mengerti dan bisa merasakan dampak buruk dari

turunnya kualitas produk, tapi masih bisa diteloransi.

7

8

High severity (hal buruk yang berpengaruh tinggi). Pelanggan

merasakan adanya penurunan kualitas produk yang tinggi dan

berada diluar batas toleransi.

Page 39: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

25

9

10

Potential severity (hal buruk yang berpengaruh sangat tinggi).

Pengaruh yang timbul dari penurunan kualitas sangat tinggi, dan

berdampak pada yang lainya. Sehingga pelanggan tidak bisa

menerimanya.

Sumber: Gaspersz 2002

2. Rating Occurence

Tahap kedua setelah menentukan rating severity adalah menetukan rating

occurence. Pengertian dari occurrence di sini adalah bentuk kemungkinan bahwa

penyebab dari suatu kegagalan akan terjadi yang kemudian berdampak

menghasilkan kegagalan selama masih diproduksinya produk tersebut. Selain itu

juga untuk menganalisis seberapa sering suatu failure mode terjadi dan

mengakibatkan adanya kecacatan dalam kurun waktu tertentu. Penentuan nilai

dilihat berdasrkan tabel 2.4.

Tabel 2. 4 Kriterisa Rating Occurance.

Degree Berdasarkan Frekuensi

kejadian Rating

Remote 0,01 per 1000 item 1

Low 0,1 per 1000 item

0,5 per 1000 item

2

3

Moderate

1 per 1000 item

2 per 1000 item

5 per 1000 item

4

5

6

High 10 per 1000 item

20 per 1000 item

7

8

Very High 50 per 1000 item

100 per 1000 item

9

10

Sumber:Gaspersz2002

3. Rating Detection

Page 40: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

26

Tahap ketiga adalah menentukan nilai rating detection. Penentuan nilai ini

dilakukan sebagai upaya bentuk pencegahan terhadap terjadinya kegagalan dan

untuk mengetahui seberapa besar tingkat kesulitan kontrol yang dilakukan untuk

mengurangi kegagalan pada proses proses produksi. Penentuan nilai detection

dilihat berdasarkan tabel 2.5.

Tabel 2. 5 Kriteria Rating Detection.

Rating Kriteria Berdasarkan

Frekuensi kejadian

1

Cara untuk pencegahan sangat baik

dan efektif. Tidak ada peluang

adanya penyebab kemungkinan.

0,01 per 100 item

2

3

Tingkat kemungkinan terjadinya

penyebab sangat rendah.

0,1 per 1000 item

0,5 per 1000 item

4

5

6

Kemungkinan penyebab ada bersifat

sedang. Metode pencegahan

terkadang dilakukan untuk

mencegah.

1 per 1000 item

2 per 1000 item

5 per 1000 item

7

8

Tingginya kejadian kemungkinan

penyebab masalah. Cara pencegahan

kurang tepat dan berulang terjadi.

10 per 1000 item

20 per 1000 item

9

10

Sangattingginya kejadian

kemungkinan penyebab masalah.

Cara pencegahan sama sekali tidak

tepat dan efektif sehingga berulang

terjadi

50 per 1000 item

100 per 1000 item

Sumber: Gaspersz 2002

Setelah memperoleh nilai rating dari severity, occurence, dan detection dari proses

suatu produk, maka selanjutnya adalah menghitung nilai rating RPN. Dengan

Page 41: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

27

mengalikan hasil nilai rating dari severity, occurence, dan detection. Setelah hasil

perkalian diketahui maka selanjutnya adalah mengurutkan hasil yang didapatkan

mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah. Kemudian proses produksi yang

diteliti telah mempunyai nilai RPN, setelah itu bisa dilakukan saran perbaikan

terhadap terjadinya masalah kualitas produk.

2.6.1.4 Tahap Improve

Sesudah sumber dan akar permasalahan dari kualitas diketahui, maka selanjutnya

dilakukan penetapan rencana tindakan perbaikan (action plan) untuk memperbaiki

dan meningkatkan kualitas produk. Pada prinsipnya rencana tindakan perbaikan

akan mendiskripsikan tentang alokai sumber daya yang ada dan juga prioritas

alternatif yang akan dilakukan untuk mengimplementasikan rencana perbaikan

tersebut (Gaspersz, 2002).

Menurut Gaspersz (2002), dalam proses improve penggunaaan metode 5W+1H

untuk pengembangan rencana tindakan antara lain:

1. What (apa), yaitu apa hal yang menjadi yang mejadi tujuan utama dilakukan

penelitian atau penyebab masalah paling utama yang akan diperbaiki.

2. Why (mengapa), yaitu merupakan masalah utama yang terjadi dari suatu

objek yang ingin diperbaiki.

3. Where (dimana), yaitu tempat dilakukanya perbaikan.

4. When (kapan), yaitu waktu yang tepat untuk melaksanakan tindakan

perbaikan.

5. Who (siapa), yaitu merupakan subjek atau perorangan aytau kelompok yang

akan melaksanakan tindakan perbaikan atau bisa juga diberi alasan

ditunjuknya sebagai pelaksana perbaikan.

6. How (bagaimana), yaitu cara dan langkah untuk perbaikan tersebut.

2.6.1.5 Tahap Control

Setelah selesai dilakukanya perbaikan terhadap masalah kualitas yang dihadapi,

maka selanjutnya masuk pada tahap control. Control adalah tahapan terakhir pada

Page 42: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

28

usaha peningkatan kualitas menggunakan pendekatan DMAIC. Pada tahap control

hasil akhir dari perbaikan untuk meningkatkan kualitas disimpan dan diterapkan

pada yang lain apabila memungkinkan. Kegiatan yang berhasil pada proses

peningkatan kualitas distandardisasi dan dijadikan patokan standar dan kepemilikan

dari hasil ini daberikan kepada penaggung jawab utama proses perbaikan

(Gaspersz, 2002).

Gaspersz (2002) memberikan alasan dilakukanya standardisasi, antara lain:

a. Jika perbaikan-perbaikan dan solusi dari masalah dalam peningkatan kualitas

tidak distandardisasikan, dikhawartirkan ada kemungkinan bahwa sesudah

beberapa periode waktu tertentu, perbaikan-perbaikan dan solusi tadi

diperlukan kembali karena masalah kembali timbul. Sehingga memunculkan

kembali masalah yang sifatnya belum terselsaikan.

b. Jika perbaikan-perbaikan dan solusi dari masalah dalam peningkatan kualitas

tidak distandardisasikan dan disimpan, maka dikhawatirkan ketika adanya

pergantian karyawan maupun manajemen masalah timbul kembali dan harus

melakukan penelitian perbaikan ulang.

Page 43: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan mengenai tahapan penelitian, secara rinci diuraikan di

bawah ini,

Analisis dan Perbaikan

1. Define -Membuat diagram SIPOC

-Diagram Alir (Flow Chart dan Flowmap)

-Menentukan CTQ

-Membuat Diagram Pareto

2. Measure -Menghitung DPMO

3. Analize -Membuat Peta Kendali dan Menghitung Kapabilitas

-Membuat Diagram Sebab Akibat

-Membuat FMEA

4. Improve -Melakukan Perbaikan 5W+1H

5. Control - Standardisasi

- Mempertahankan Hasil Perbaikan

Studi Lapangan/Observasi

Studi Literatur

Mulai

Identifikasi Masalah

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Pengumpulan Data 1. Data Produksi

2. Data Produk Cacat

Page 44: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

30

3.1 Studi Lapangan / Observasi

Studi lapangan dilaksanakan dengan melakukan observasi secara langsung ke line

EPS Housing PT. ABC. Studi lapangan dilakukan dengan cara mengamati langsung

keseluruhan aktivitas pekerjaan yang dilakukan oleh operator line EPS Housing.

Dengan dilakukan studi lapangan diharapkan bisa mengetahui tentang kondisi dan

permasalahan yang ada di line EPS Housing.

3.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah yang menjadi fokus penelitian dan dijadikan sebagai

bahan pembahasan pada tahap analisis dan perbaikan. Kemudian setelah

ditetapkannya masalah atas penelitian yang dilakuakan maka selanjutnya adalah

menetapkan tujuan dari penelitian, yaitu mengetahui kenaikan level sigma terhadap

produk EPS Housing. Menurunkan presentase perolehan produk cacat Ulir M5

Over pada produk EPS Housing.

3.3 Studi Literatur

Studi literatur dilaksanakan dengan cara melalui bacaan literatur, referensi buku,

dan sumber pustaka lainya seperti website yang sesuai dengan tema, judul, dan

masalah yang dihadapi yaitu pendekatan DMAIC.

3.4 Pengumpulan Data

Pada tahap ini data-data yang dihimpun antara lain:

1. Data primer adalah data yang diambil secara langsung dari tempat penelitian

dilakukan berdasarkan masalah yang diteliti. Seperti data target produksi,

data perolehan produk cacat, dan juga data-data lain yang mendukung

penelitian. Maka dalam hal ini data yang diambil adalah data produksi dan

data produk cacat line EPS Housing.

2. Data Skunder, yaitu data diambil yang sifatnya membantu pada penelitian.

Seperti data yang diambil dari jurnal, referensi buku, dan referensi pendukung

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian.

Page 45: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

31

lainya. Untuk data skunder pada penelitian ini dilakukan pencatatan terhadap

beberapa data historis line EPS Housing, data produk non standar harian, serta

data lainya yang dapat mendukung dalam penelitian ini.

Kemudian berdasarkan sifat data, pengambilan data pada penelitian ini juga melalui

dua cara, yaitu:

1. Data Kuantitatif

Data berupa angka. Data ini dapat dihitung dengan perhitungan matematis

dan statistika. Dalam hal ini pemgambilan data kuantitatif pada penelitian ini

adalah pengambilan data produk cacat pada line EPS Housing.

2. Data Kualitatif

Data berupa kata-kata atau bukan bilangan. Jenis data ini diambil dengan

bermacam-macam teknik pengambilan data, seperti wawancara langsung,

menganalisis dokumen, analisis terfokus, atau hasil data yang dicatat pada

catatan khusus (transkip).

Dalam hal ini pengambilan data kulitatif pada penelitian ini terbagi menjadi dua

metode, yaitu:

a. Metode wawancara (interview)

Wawancara dilakukan langsung atasan line EPS Housing, operator dan

bagian lainya yang terkait. Metode ini dilakukan dengan harapan

mendapatkan langsung data tentang gambaran umum line EPS Housing,

proses produksinya, dan mengenai pengendalian kualitas produk pada PT.

ABC khusunya line EPS Housing.

b. Metode Dokumentasi

Pengambilan data atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku dan lain

sebagainya. Dari metode ini diharapkan akan mendapatkan data tentang

pengendalian kualitas menggunakan pendekatan DMAIC.

3.5 Analisis dan Perbaikan

Page 46: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

32

Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan metode DMAIC sebagai

โ€œimprovement modelsโ€ terhadap permasalahan yang dihadapi. Tahapan metode

DMAIC yang dilakukan pada penelitian ini adalah :

a. Fase Define

Define yaitu melakukan pendefinisian secara formal untuk mengetahui proses

produksi dan pendefinisian penyebab masalah dalam proses produksi yang telah

ditentukan perusahaan. Alat yang dipakai pada tahap ini adalah diagram-diagram

alir. Tahap ini adalah awal dari proses identifikasi masalah-masalah yang perlu

diperbaiki. Diantaranya tools yang digunakan pada fase define ada tiga, yaitu:

1. Diagram SIPOC

2. Flowchart

3. Flowmap

4. Menentukan CTQ

5. Membuat diagram pareto

b. Fase Measure

Measure merupakan tahap melakukan pengukuran cara dan hasil kerja proses

produksi sekarang (baseline measurement) untuk kemudian dibandingkan dengan

target yang telah dicanangkan. Pada tahap ini terdapat tiga alat yang digunakan,

yaitu:

1. Menghitung Kapabilitas Sigma Defect Per Million Opportunity (DPMO).

c. Fase Analize

Analize yaitu menganalisa hubungan sebab akibat berbagai faktor yang

berpengaruh terhadap produk cacat yang timbul. Pada tahap ini analisis dilakukan

berdasarkan konsep six sigma, yaitu dengan cara menganalisa permasalahan pada

aspek pengendalian kualitas sehingga diharapkan dapat mengurangi produk cacat

yang terjadi. Metode analisis yang dipakai dalam penelitian antara lain adalah

sebagai berikut:

1. Membuat Peta Kendali dan menghitung kapabilitas data.

2. Diagram Sebab Akibat.

Page 47: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

33

3. Membuat FMEA.

d. Fase Improve

Memberikan usulan perbaikan terhadap permasalahan kualitas yang dihadapi line

EPS Housing berdasarkan hasil analisa pada tahap sebelumnya. Perbaikan ini

menggunakan hasil analisis yang didapatkan dari diagram sebab akibat dan FMEA

dengan metode 5W+1H (what, why, where, who, when, how).

e. Fase Control

Dilakukan standardisasi terhadap level kinerja yang baru. Hasil-hasilnya

didokumentasikan dan diterapkan pada yang lain apabila mungkin atau untuk

berikutnya.

1.6 Kesimpulan dan Saran

Merupakan tahapan terakhir dari keseluruhan penelitian dan mengacu terhadap

tujuan awal penelitian. Juga diberikan saran membangun yang merupakan suatu

usulan kedepan bagi perusahaan dan bagi penelitian selanjutnya.

Page 48: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

34

BAB IV

DATA DAN ANALISIS

Bab data dan analisis dipaparkan penjabaran lengkap mengenai data berdasarkan

tahapan pendekatan DMAIC untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada

proses produksi yang menyebabkan terjadinya produk cacat ulir M5 over.

Penjelasan detail objek dan hasil dari pengumpulan data akan dipaparkan dalam

pengumpulan data, sedangkan mengenai define, measure, analize, improve, control

akan dijelaskan pada analisis dan perbaikan.

4.1 Pengumpulan Data

Data yang dihimpun pada tahap ini merupakan data yang diperlukan dalam

penelitian. Data-data diperoleh dengan cara melakukan pengamatan di PT. ABC

bagian produksi khususnya pada proses machining line EPS Housing.

4.1.1 Electric Power Steering (EPS).

Electric Power Steering (EPS) adalah sebuah sistem yang membantu meringankan

pemutaran kendali kemudi pada kendaraan. Dengan sistem ini putaran kemudi

menjadi sangat ringan untuk diputar sehingga tidak perlu tenaga besar untuk

mengendalikanya, terutama saat berada pada kecepatan yang rendah dan akan

menyesuaikan pada saat kecepatan menengah ataupun tinggi. Gesekan ban terhadap

jalan cukup tinggi pada saat kecepatan kendaraan rendah.

Fungsi dari EPS Housing itu sendiri antara lain adalah:

1. Mengatur sinyal torsi sensor, ECU menyediakan arus ke motor.

2. Membantu tenaga steer motor saat mobil berjalan, belok kanan dan kiri.

3. Membantu pengaturan tenaga sesuai dengan kecepatan berkendara.

Untuk gambar posisi EPS Housing pada kemudi mobil ditampilkan di gambar 4.1.

Page 49: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

35

Gambar 4.1 EPS Housing dan posisinya di kemudi mobil.

Part EPS Housing berfungsi sebagai rumah dari komponen motor EPS yang terbuat

dari aluminium. Untuk gambar EPS Housing ditampilkan di gambar 4.2.

Gambar 4.2 Part EPS Housing.

4.1.2 Data Produksi

Berikut adalah data produksi di PT. ABC bagian machining line EPS Housing yang

juga menjadi latar belakang permasalahan dalam penelitian. Untuk data dan grafik

dapat dilihat pada tabel 4.1, gambar 4.3 dan 4.4.

Page 50: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

36

Tabel 4. 1 Data produksi line EPS Housing PT. ABC bulan Juni, Juli, Agustus

2018.

Line No Item Plan

2018 Rata-

rata Juni

(pcs)

Juli

(pcs)

Agt

(pcs)

EP

S H

ou

sin

g

1 Schedule 98%

Target 208582 185665 199543 197924

Aktual 201152 177343 192543 190346

% 96,4% 95,5% 96,5% 96,2%

2 NG 2%

Target 4185 3614 3995 3931

Aktual 7430 8322 7400 7717

% 3.6% 4.5% 3.5% 3.9%

Dapat dilihat pada tabel 4.1, perolehan aktual dari line EPS Housing selama tiga

bulan berada dibawah target yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Dari 98% target

yang telah ditetapkan perusahaan, line EPS Housing hanya mampu memperoleh

hasil 96,4% pada bulan Juni, 95,5% pada bulan Juli dan 96,2% pada bulan Agustus.

Gambar 4. 3 Grafik produksi line EPS Housing PT. ABC bulan Juni, Juli,

Agustus.

Perolehan persentase berbanding lurus dengan jumlah pcs yang didapatkan. Dapat

dilihat pada gambar 4.3, pada bulan Juni line EPS Housing hanya mampu

memproduksi part sebanyak 201.152 pcs, pada bulan Juli sebanyak 177.343 pcs dan

bulan Agustus sebanyak 192.543 pcs.

160000

165000

170000

175000

180000

185000

190000

195000

200000

205000

210000

215000

Target Aktual Target Aktual Target Aktual

Juni Juli Agustus

Pcs

Grafik Produksi

Page 51: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

37

Gambar 4. 4 Persentase target dan aktual produk cacat.

Kurangnya pencapaian line EPS Housing, di sebabkan karena banyaknya produk

cacat yang muncul. Dapat dilihat pada gambar 4.4, pada bulan Juni perolehan

produk cacat mencapai 3,6%, pada bulan Juli 4,5% dan pada bulan Agustus 3,5%.

Sedangkan target yang ditetapkan oleh perusahaan tidak lebih dari 2%.

4.2 Analisis dan Perbaikan

4.2.1 Tahap Define

Pada tahap define yang dilakukan adalah melihat proses produksi secara

keseluruhan pada machining part EPS Housing. Identifikasi dilakukan dengan

menggunakan diagram SIPOC (supplier-input-process-output-customer), diagram

flowchart dan flowmap. Hal ini dilakukan supaya teridentifikasi dengan jelas urutan

proses dari awal sampai akhir pada part EPS Housing.

1. Pembuatan diagram SIPOC.

Diagram SIPOC merupakan diagram yang dipakai untuk melihat objek dari

masing-masing komponen supplier-input-process-output-customer. Untuk

kemudian dilihat faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembuatan produk EPS

Housing. Dengan menggambarkan hubungan antara supplier blank EPS Housing

Juni Juli Agustus

Target 2% 2% 2%

Aktual 3,60% 4,50% 3,50%

0%

1%

2%

3%

4%

5%C

acat

Grafik Produk Cacat

Page 52: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

38

dengan proses machining EPS Housing dan dengan costumer produk EPS Housing

tersebut. Berikut diagram SIPOC dapat ditampilkan di gambar 4.5.

Gambar 4.5 Diagram SIPOC.

Pada gambar 4.5 bisa dilihat, sebelum diproses menjadi EPS Housing, part berupa

blank casting yang diproduksi oleh PT. KYOWA. Blank casting diproses

machining oleh PT. ABC hingga menjadi output berupa EPS Housing. Barang jadi

berupa EPS Housing lalu dikirim kepada customer yaitu PT. Mitsubishi Electric

Japan, PT. Mitsubishi Electric Thailand, PT. Mitsubishi Electric Ceko dan PT.

Mitsubishi Electric Amerika.

2. Pembuatan Diagram Alir Flowchart dan Flowmap.

Digunakan untuk menggambarkan keseluruhan proses machining. Berdasarkan

hasil pengamatan langsung dan wawancara, maka flowchart digambarkan sebagai

berikut pada gambar 4.6 dan gambar 4.7.

Page 53: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

39

Gambar 4.6 Flowchart proses machining.

Page 54: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

40

Gambar 4.7 Flowchart proses produk.

Pada gambar 4.7 dapat dilihat hasil dari proses mesin OP 1 yaitu pembubutan

bagian base. Kemudian proses mesin OP 2 yaitu pembubutan bagian outside

diameter motor, inside diameter motor, bagian conector dan bagian bearing box.

Untuk proses mesin TC yaitu pembuatan lubang dan ulir. Kemudian untuk mesin

yang digunakan untuk proses dapat dilihat pada tabel 4.2.

Page 55: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

41

Tabel 4. 2 Mesin yang digunakan untuk produksi line EPS Housing.

No Jenis

Mesin Keterangan Gambar

1

NCLA OP1

dan NCLA

OP2

NCLA Mazak CNC

- OP1 =

pembubutan base

- OP2 =

pembubutan

Outside dan

Inside diameter

motor, conector,

dan Bearing Box

2

TC

(Tapping

Center)

Fanuc CNC

Membuat lubang dan

Ulir

3 Washing

Washing

Proses mencuci part

dari sisa coolant dan

chip dengan air

bersuhu 60ยบC

Setelah dibuat flowchart langkah selanjutnya adalah membuat flowmap proses

produksi. Flowmap digunakan untuk menggambarkan proses-proses yang

dilakukan pada mesin dan proses-proses yang dilakukan operator, ditampilkan di

gambar 4.8 dan 4.9.

Page 56: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

42

Gambar 4.8 Flowmap proses kerja operator

Page 57: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

43

Gambar 4.9 Flowmap mesin.

3. Penentuan CTQ (Critical to Quality).

Kondisi kecacatan secara fisik part EPS yang terjadi selama ini antara lain adalah

tejadinya goresan (hardspot), terkelupas (chiping), diameter hole ulir terlalu besar

(ulir M5 over), benturan (deform), dan keropos (blowhole). Kondisi kecacatan ini

yang menjadi penyebab dan melatarbelakangi terjadinya masalah pada proses

produksi machining EPS Housing. Kondisi kecacatan ini yang nantinya digunakan

Page 58: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

44

untuk menentukan karakteristik kualitas (CTQ). Gambar dari kelima jenis cacat

ditampilkan di tabel 4.3.

Tabel 4. 3 Jenis cacat.

No Jenis Cacat Keterangan Gambar

1 Hardspot Terdapat goresan pada part

2 Chiping Terdapat bagian yang terkelupas

pada part

3 Ulir M5 Over

Ukuran diameter ulir besar,

sehingga pin pengecekan bisa

masuk

4 Deform Terdapat bekas benturan pada

part

5 Blowhole Terdapat lubang-lubang keropos

pada part

CTQ kunci merupakan CTQ atau karakteristik yang paling berpengaruh terhadap

kualitas produk EPS Housing, untuk menentukan CTQ kunci adalah dengan melihat

data kecacatan fisik dari produk EPS Housing. Semua data karakteristik yang ada

adalah data yang diperoleh pada saat penelitian pada bulan Juni 2018 sampai bulan

Agustus 2018. Untuk jumlah produk cacat dapat dilihat pada tabel 4.4 dan diagram

pareto pada gambar 4.10 .

Tabel 4. 4 Produk cacat CTQ.

No Jenis Cacat 2018 Total

(pcs) %

Page 59: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

45

Juni

(pcs)

Juli

(pcs)

Agt

(pcs)

Rata-

Rata

(pcs)

1 Ulir M5 over 3086 2202 1917 7205 31,10% 2402

2 Hardspot 1158 1985 1617 4760 21,00% 1620

3 Deform 1101 1853 1398 4352 18,90% 1451

4 Chiping 1081 1232 1250 3563 14,90% 1154

5 Blowhole 1004 1050 1218 3272 14,10% 1091

Total 7430 8322 7400 23152

Gambar 4. 10 Diagram pareto CTQ.

Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.10 dapat dilihat bahwa cacat ulir M5

over mempunyai jumlah dan nilai persentase terbesar. Meskipun jenis cacat

hardspot dan deform juga mempunyai jumlah dan persentase yang besar, tetapi

dalam menentukan CTQ kunci adalah cacat dengan persentase terbesar, maka

dalam hal ini yang digunakan adalah jenis cacat ulir M5 over.

Ulir M5

overHardspot Deform Chiping Blowhole

Jumlah 7205 4760 4352 3563 3272

Persentase 31,10% 21,00% 18,90% 14,90% 14,10%

Cum Persentase 31,10% 52,10% 71,00% 85,90% 100,00%

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

100,00%

0

5000

10000

15000

20000

25000

Pcs

Diagram Pareto Jenis Cacat

Page 60: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

46

4.2.2 Tahap Measure

Setelah melakukan tahap define, langkah berikutnya adalah melakukan tahap

measurement terhadap proses yang berhubungan dengan kualitasnya. Pada tahap

ini dilakukan serangkaian perhitungan untuk mengetahui tangkat kapabilitas proses

produksi yang dicapai oleh PT. ABC bagian produksi khususnya pada proses

machining line EPS Housing.

1. Menghitung DPMO

Perhitungan kemampuan proses dilakukan untuk mengetahui sejauh mana proses

produksi yang ada telah mencapai hasil yang baik. Dalam hal ini maka akan

dilakukan pengukuran terhadap kemampuan proses machining dalam

menghasilkan produk EPS Housing. Langkah yang dilakukan adalah dengan

pengukuran kemampuan proses, yaitu :

1. Perhitungan Defects per Unit (DPU),

๐ท๐‘ƒ๐‘ˆ =23152

593790= 0,0389902154

2. Perhitungan Defect per Opportunity (DPO),

๐ท๐‘ƒ๐‘‚ =0,0389902154

5= 0,0077980431

3. Perhitungan Defect per Million Opportunity (DPMO),

๐ท๐‘ƒ๐‘‚ = 0,0077980431 ร— 1.000.000 = 7798,0

4. Pengkonversian DPMO ke level sigma dengan tabel sigma.

Pengkonversian menggunakan tabel konversi berdasarkan konsep

Motorolla, tabel konversi sigma dapat dilihat pada lampiran. Untuk

konversi sigma selama tiga bulan dapat dilihat pada tabel 4.5.

Page 61: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

47

Tabel 4. 5 Aktual level sigma semua jenis cacat selama tiga bulan.

Bulan

(hari

kerja)

Produksi

(pcs)

Jumlah

Cacat

(pcs)

CTQ

DPU

(Jumlah

cacat/Jumlah

produksi)

DPO (DPU /

CTQ)

DPMO

(DPO x

1000000)

Level

Sigma

Juni

(22

hari)

208582 7430 5 0,035621482 0,007124296 7124,3 3,95

Juli

(19

hari)

185665 8322 5 0,044822664 0,008964533 8964,5 3,87

Agustus

(21

hari)

199543 7400 5 0,037084739 0,007416948 7416,9 3,94

Total 593790 23152 5 0,038990215 0,007798043 7798,0 3,92

Berdasarkan tabel konversi DPMO ke nilai sigma (tabel konversi dapat dilihat pada

lampiran) didapat hasil bahwa level sigma pada bulan Juni adalah 3,95 sigma, pada

bulan Juli adalah 3,87 sigma, pada bulan Agustus adalah 3,94 sigma. Maka

didapatkan hasil selama tiga bulan yaitu dengan nilai DPMO 7798,0 berada pada

level 3,92 sigma.

4.2.3 Tahap Analyze

Pada tahap analyze akan dilakukan pengukuran kestabilan proses produksi dengan

menggunakan control chart, untuk data atribut yaitu p-chart, dengan pertimbangan

bahwa ukuran sampel (n) adalah tetap atau konstan, kemudian akan dianalisis

kemampuan proses produksi menggunakan diagram sebab-akibat (cause effect

analysis) dan yang terakhir adalah membuat FMEA (Failure Mode and Effect

Analysis).

1. Mengukur kestabilan dan kapabilitas proses.

Pada tahap measure telah diketahui CTQ kunci yaitu ulir M5 over, kemudian

langkah berikutnya adalah mengukur kestabilan proses dengan menggunakan

control chart. Untuk data atribut yaitu dengan menggunakan p-chart, yaitu :

Page 62: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

48

a. Pengambilan data sampel produksi dari produk cacat ulir M5 over.

Dengan mengambil data observasi pada bulan Juni selama 22 hari untuk

mengevaluasi dan mengetahui apakah proses produksi masih dalam batas kendali

atau tidak. Maka dari data observasi tersebut diperoleh hasil yang ditampilkan pada

tabel 4.6.

Tabel 4. 6 Data observasi bulan Juni.

Tanggal Hari

Observasi Sampel (n)

Jumlah Produk

cacat (np)

01/06/2018 1 9481 140

02/06/2018 2 9481 144

04/06/2018 3 9481 127

05/06/2018 4 9481 130

06/06/2018 5 9481 121

07/06/2018 6 9481 145

08/06/2018 7 9481 146

11/06/2018 8 9481 161

12/06/2018 9 9481 122

13/06/2018 10 9481 135

14/06/2018 11 9481 129

15/06/2018 12 9481 137

18/06/2018 13 9481 136

19/06/2018 14 9481 128

20/06/2018 15 9481 154

21/06/2018 16 9481 173

22/06/2018 17 9481 128

25/06/2018 18 9481 164

26/06/2018 19 9481 158

27/06/2018 20 9481 142

28/06/2018 21 9481 131

29/06/2018 22 9481 135

Total 3086

Rata-rata 140,2727273

Page 63: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

49

b. Penghitungan ketidaksesuaian produk (proporsi cacat).

Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4. 7 Data proporsi cacat.

Tanggal Hari

Observasi

Sampel

(n)

Jumlah Produk

cacat (np)

Proporsi

(np)

01/06/2018 1 9481 140 0,0148

02/06/2018 2 9481 144 0,0152

04/06/2018 3 9481 127 0,0134

05/06/2018 4 9481 130 0,0137

06/06/2018 5 9481 121 0,0128

07/06/2018 6 9481 145 0,0153

08/06/2018 7 9481 146 0,0154

11/06/2018 8 9481 161 0,0170

12/06/2018 9 9481 122 0,0129

13/06/2018 10 9481 135 0,0142

14/06/2018 11 9481 129 0,0136

15/06/2018 12 9481 137 0,0144

18/06/2018 13 9481 136 0,0143

19/06/2018 14 9481 128 0,0135

20/06/2018 15 9481 154 0,0162

21/06/2018 16 9481 173 0,0182

22/06/2018 17 9481 128 0,0135

25/06/2018 18 9481 164 0,0173

26/06/2018 19 9481 158 0,0167

27/06/2018 20 9481 142 0,0150

28/06/2018 21 9481 131 0,0138

29/06/2018 22 9481 135 0,0142

Total 3086

Rata-rata 140,2727273

Page 64: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

50

c. Memeriksa data karakteristik dengan menghitung nilai CL, UCL dan LCL.

- Menghitung nilai CL (P)

๐ถ๐ฟ =3086

208582

๐ถ๐ฟ = 0,0148

- Menghitung nilai UCL

๐‘ˆ๐ถ๐ฟ = P + 3โˆš๐‘ƒ(1 โˆ’ ๐‘ƒ)

๐‘›

๐‘ˆ๐ถ๐ฟ = 0,0148 + 3โˆš0,0148(1 โˆ’ 0,0148)

9481

๐‘ˆ๐ถ๐ฟ = 0,0185

- Menghitung nilai LCL

๐ฟ๐ถ๐ฟ = P โˆ’ 3โˆš๐‘ƒ(1 โˆ’ ๐‘ƒ)

๐‘›

๐ฟ๐ถ๐ฟ = 0,0148 โˆ’ 3โˆš0,0148(1 โˆ’ 0,0148)

9481

๐ฟ๐ถ๐ฟ = 0,0111

Dari hasil perhitungan di atas sudah diketahui bahwa nilai CL adalah 0,0148, nilai

UCL adalah 0,0185 dan nilai LCL adalah 0,0111.

Setelah nilai tengah CL (P), nilai batas kendali atas (UCL) dan nilai batas kendali

bawah (LCL) diketahui, maka selanjutnya akan dibuat peta kendali P untuk

dianalisis apakah ada data yang keluar dari batas kendali. Apabila ada data yang

keluar dari batas kendali, maka harus dilakukan revisi data ulang sampai semua data

berada dalam batas kendali. Untuk hasil peta kendali dapat dilihat pada gambar 4.11

dan tabel 4.8.

Page 65: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

51

Gambar 4. 11 P chart produk cacat ulir M5 over.

Tabel 4. 8 Data peta kendali.

Tanggal Hari

Observasi

Sampel

(n)

Jumlah

Produk

cacat (np)

Proporsi

(np) CL UCL LCL

01/06/2018 1 9481 140 0,0148 0,0148 0,0185 0,0111

02/06/2018 2 9481 144 0,0152 0,0148 0,0185 0,0111

04/06/2018 3 9481 127 0,0134 0,0148 0,0185 0,0111

05/06/2018 4 9481 130 0,0137 0,0148 0,0185 0,0111

06/06/2018 5 9481 121 0,0128 0,0148 0,0185 0,0111

07/06/2018 6 9481 145 0,0153 0,0148 0,0185 0,0111

08/06/2018 7 9481 146 0,0154 0,0148 0,0185 0,0111

11/06/2018 8 9481 161 0,017 0,0148 0,0185 0,0111

12/06/2018 9 9481 122 0,0129 0,0148 0,0185 0,0111

13/06/2018 10 9481 135 0,0142 0,0148 0,0185 0,0111

14/06/2018 11 9481 129 0,0136 0,0148 0,0185 0,0111

15/06/2018 12 9481 137 0,0144 0,0148 0,0185 0,0111

18/06/2018 13 9481 136 0,0143 0,0148 0,0185 0,0111

19/06/2018 14 9481 128 0,0135 0,0148 0,0185 0,0111

20/06/2018 15 9481 154 0,0162 0,0148 0,0185 0,0111

21/06/2018 16 9481 173 0,0182 0,0148 0,0185 0,0111

22/06/2018 17 9481 128 0,0135 0,0148 0,0185 0,0111

0,0100

0,0110

0,0120

0,0130

0,0140

0,0150

0,0160

0,0170

0,0180

0,0190

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

Pro

po

rsi

Sampel

P chart Produk Cacat

Proporsi (np) CL LCL UCL

Page 66: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

52

25/06/2018 18 9481 164 0,0173 0,0148 0,0185 0,0111

26/06/2018 19 9481 158 0,0167 0,0148 0,0185 0,0111

27/06/2018 20 9481 142 0,015 0,0148 0,0185 0,0111

28/06/2018 21 9481 131 0,0138 0,0148 0,0185 0,0111

29/06/2018 22 9481 135 0,0142 0,0148 0,0185 0,0111

Rata-rata 9481 140,2727 0,014791

Total 208582 3086

Bisa dilihat pada gambar 4.11 dan tabel 4.8, bahwa semua data berada dalam batas

kendali. Maka hal itu menunjukan tidak perlu diadakanya revisi perhitungan

kembali.

Setelah diketahui bahwa proses sudah stabil, maka selanjutnya dilakukan

perhitungan kapablitas proses. Data atribut disini terdapat dua jenis perhitungan

yaitu kapabilitas proses yang digunakan untuk mengukur tingkat kapabilitas proses

sigma berdasarkan output kecacatan proses yang dihasilkan (Cp) dan indeks

kapabilitas proses (Cpk) yang digunakan untuk mengukur kemampuan proses

penentuan indeks kapabilitas proses menggunakan pendekatan Motorolla yang

memungkinkan pergeseran rata-rata proses sebesar ยฑ 1,5ฯƒ yang disajikan pada tabel

4.9 di bawah ini.

Tabel 4. 9 Konversi Level Sigma.

Level Pergeseran Proses ยฑ1,5ฯƒ

Sigma Cpk DPMO

3 0.5 66.803

4 0.833 6.2

5 1.167 233

6 1.5 3.4

Sumber: Mc Fadden, 1993

Penghitungan kapabilitas proses, yaitu:

Cp = 1 - p bar

= 1 โ€“ 0,015

Page 67: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

53

= 0.0985

Perhitungan indeks kapabilitas proses (Cpk) didapatkan dari hasil interpolasi tabel

4.9 konversi level sigma dengan mengacu pada nilai sigma yang berada pada level

3.95 sigma.

3.95โˆ’3

4โˆ’3 =

xโˆ’0.5

0.833โˆ’0.5

0.95

1 =

xโˆ’0.5

0.333

X = (0.95 x 0.333) + 0.5

X = 0.81635

Dari nilai Cpk diatas yaitu sebesar 0,81635 dapat disimpulkan bahwa kemampuan

proses line EPS Housing kurang mampu, karena Cpk < 1,5, maka perlu dilakukan

perbaikan untuk mencapai target yang diinginkan.

2. Analisa penyebab masalah utama dengan diagram sebab akibat (cause effect

diagram).

Langkah berikutnya adalah menganalisis penyebab-penyebab dari masalah utama

untuk kemudian menemukan akar dari masalah produk cacat ulir M5 over

menggunakan diagram sebab akibat. Penelusuran dilakukan dengan cara melihat

dari faktor-faktor umum seperti man, machine, material dan method. Diagram

sebab akibat dibuat berdasarkan hasil pengamatan ke line EPS Housing dan hasil

brainstorming dengan leader line EPS Housing, operator serta pihak terkait lainya.

Berikut pertanyaan yang disampaikan dan hasil jawaban pada brainstorming

mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya produk cacat ulir M5 over,

1. Faktor Man

Pertanyaan dari Zaenal Fanani: Apa penyebab terjadinya Ulir M5 over yang

disebabkab karena operator ?

Jawaban dan analisa dari sublearder: Dimensi produk EPS Housing over atau

minim disebabkan karena seringnya terjadi kesalahan input program ataupun

Page 68: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

54

kesalahan input harga dimensi pada program mesin. Hal ini terjadi disebabkan

karena kurangnya pemahaman operator terhadap pengoperasian mesin.

2. Faktor Machine

Pertanyaan dari Zaenal Fanani: Apa penyebab terjadinya ulir M5 over yang

disebabkan karena permasalahan mesin?

Jawaban dan analisa dari line leader:

- Proses cutting terhambat oleh banyak chip dapat dilihat ketika proses

cutting berlangsung terdapat banyak chip yang berada pada produk dan

coolant yang seharusnya berwarna putih menjadi berwarna abu-abu. Hal ini

disebabkan karena pancaran coolant dari nozzle yang sudah bercampur

dengan chip. Setelah ditelusuri penyebab utamanya adalah saringan pada

bak coolant yang renggang.

- Proses cutting berbunyi keras dan kasar, hal ini disebabkan karena tool yang

lebih cepat aus sebelum lifetime dari tool itu sendiri. Tool yang cepat aus

dikarenakan proses cooling atau pendinginan pada saat proses cutting tidak

maksimal (air coolant tidak mengarah pada tool). Setelah ditelusuri,

penyebab utamanya adalah jarak antara nozzle coolant dengan tool terlalu

jauh, sehingga air coolant tidak memancar tepat ke tool.

- Part bergetar pada saat proses cutting (terdengar bunyi getaran pada saat

proses). Hal ini terjadi karena tekanan clamp pada jig tidak cukup kuat untuk

menahan part pada saat proses cutting berlangsung. Setelah ditelusuri

penyebab utamanya adalah clamp yang terlalu kecil.

3. Faktor Method

Pertanyaan dari Zaenal Fanani: Apa penyebab terjadinya ulir M5 Over yang

disebabkan karena kesalahan cara kerja?

Jawaban dan analisa dari Operator 1: Putaran tool tap M5 dan drill 4,6 tidak

stabil atau tool goyang saat proses cutting. Hal ini karenakan pemasangan tool

tap dan drill tersebut yang tidak center terhadap collet dari tool itu sendiri.

Setelah ditelusuri, penyebab utamanya adalah pada saat penggantian tool

operator hanya mencenterkan tool berdasarkan perasaan operator tersebut.

Page 69: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

55

4. Faktor Material

Pertanyaan dari Zaenal Fanani: Apa penyebab terjadinya Ulir M5 over yang

disebabkan karena materialnya?

Jawaban dan analisa dari Line Leader: Adanya perbedaan dimensi blank yang

dikirim oleh supplier. Hal ini terjadi karena adanya cavity baru yang dikirim

oleh supplier.

Maka berdasarkan hasil brainstorming di atas dapat dibuat diagram sebab akibat

yang dapat dilihat pada gambar 4.12 di bawah ini.

Gambar 4. 12 Diagram sebab akibat.

3. Membuat FMEA (Failure Mode Effect Analysis)

Berdasarkan diagram sebab akibat pada gambar 4.12, telah diketahui akar masalah

dari potensi yang terjadi. FMEA membantu memberikan prioritas untuk

menyelesaikan atau memperbaiki kegagalan proses. Dengan mengambil hasil dari

diagram sebab akibat, akan diberikan nilai berdasarkan akar masalah yang telah

ditemukan. Berdasarkan tabel nilai besarnya dari severity, occurrence dan detection

yang sudah dipaparkan pada bab tinjauan pustaka, dan dengan melakukan

wawancara kepada leader line EPS Housing, leader bagian Quality dan operator

Page 70: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

56

maka dapat diketahui nilai dari severity, occurrence dan detection tersebut pada

hasil di bawah ini. Pertama, untuk data Potential failure dan Potential effect dapat

dilihat pada tabel 4.10.

Tabel 4. 10 Potential failure dan Potential effect.

Part Potential Failure Mode Potential Effect of

failure

EPS

Housing

Pemasangan center tool saat

penggantian tool hanya dilakukan

berdasarkan perasaan operator

Ulir M5 Over

Clamp terlalu kecil Ulir M5 Over

Saringan di bak coolant renggang Ulir M5 Over

Jarak antara nozzle coolant dan tool

terlalu jauh Ulir M5 Over

Kurangnya pemahaman operator Ulir M5 Over

Adanya cavity baru dari supplier Ulir M5 Over

a. Menganalisis tingkat keseriusan akibat yang terjadi (severity).

Pada tahap severity akan dianalisis seberapa serius akibat (effect) yang ditimbulkan

oleh kegagalan yang menyebabkan cacat ulir M5 over. Berikut data kriteria

tingkatan produk cacat ulir M5 Over yang digunakan untuk menentukan objektifitas

rating severity dipaparkan pada tabel 4.11.

Tabel 4. 11 Penentu Rank Severity

Rating Kriteria Kondisi Ulir

1

2

3

Pada kondisi ini pin No Go masuk

satu ruas ulir. Berdasarkan keterangan

Page 71: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

57

Berdasakan data kriteria cacat ulir M5 over pada line EPS Housing, bentuk

upnormal dari part EPS Housing terbagi dalam tiga jenis. Kondisi pin masuk tapi

masih dalam batas spesifikasi sehingga part bisa OK, kemudian kondisi part OK

dengan catatan ACC dari pihak QA dan kondisi dimana part sudah tidak dapat

diterima sebagai part OK atau harus menjadi scrap. Maka berdasarkan kondisi

tersebut rating di bagi menjadi tiga kelompok. Rate 1, 2, 3 part yang OK, rate 4,

5, 6 part yang OK dengan ACC dari QA dan rate 7, 8, 9 untuk part yang masuk

scrap. Untuk hasil pemberian rating severity dapat dilihat pada tabel 4.12.

Tabel 4. 12 Rank Severity.

Part Potential Failure Mode Potential Effect of

failure Severity

EPS

Housing

Pemasangan center tool saat

penggantian tool hanya dilakukan

berdasarkan perasaan operator

Ulir M5 Over 5

Clamp terlalu kecil Ulir M5 Over 7

Saringan di bak coolant renggang Ulir M5 Over 6

Jarak antara nozzle coolant dan

tool terlalu jauh Ulir M5 Over 4

dari QA, belum berpengaruh terhadap

assy part.

4

5

6

Pada kondisi ini pin No Go masuk

sampai tiga ruas ulir. Berdasarkan

keterangan dari QA, sudah

berpengaruh terhadap assy part tetap

masih bisa di ACC untuk OK.

7

8

9

Pada kondisi ini pin No Go masuk

lebih dari tiga ruas ulir. Maka part

wajib untuk di NG kan.

Page 72: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

58

Kurangnya pemahaman operator Ulir M5 Over 3

Adanya cavity baru dari supplier Ulir M5 Over 2

b. Menganalisis frekuensi terjadinya kegagalan (Occurrence).

Occurrence menunjukan seberapa sering suatu failure mode terjadi dan

mengakibatkan adanya kecacatan dalam kurun waktu tertentu. Frekuensi kegagalan

ditentukan oleh frekuensi penyebab kegagalannya.

Untuk menentukan nilai occurence karena pemberian nilai rating didasarkan pada

frekuensi, maka pertama dilakukan penghitungan jumlah produk cacat yang

terjadi per 1000 pcs produksi. Maka,

9481

141 =

1000

๐‘ฅ

9481x = 141.000

x = 14,8 โ‰ˆ 15 pcs

Maka terjadi 15 pcs produk cacat per 1000 pcs proses produksi yang dilakukan.

Sehingga nilai ratingnya adalah 7. Maka hasil rating dapat dilihat pada tabel 4.13.

Tabel 4. 13 Rank Occerence.

Part Potential Failure Mode Potential Effect of

failure Occerence

EPS

Housing

Pemasangan center tool saat

penggantian tool hanya

dilakukan berdasarkan perasaan

operator

Ulir M5 Over 7

Clamp terlalu kecil Ulir M5 Over 7

Page 73: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

59

Saringan di bak coolant

renggang Ulir M5 Over 7

Jarak antara nozzle coolant dan

tool terlalu jauh Ulir M5 Over 7

Kurangnya pemahaman

operator Ulir M5 Over 7

Adanya cavity baru dari

supplier Ulir M5 Over 7

c. Menganalisis kesulitan kontrol yang dilakukan.

Pada tahap detection akan dianalisis tingkat kesulitan pengendalian proses produksi

yang sudah dibuat dan mengurangi tingkat kegagalan pada proses produksi.

Untuk menentukan nilai detection, karena pemberian nilai rating didasarkan pada

frekuensi, maka pertama dilakukan penghitungan jumlah produk cacat yang

terjadi per 1000 pcs produksi. Maka,

9481

141 =

1000

๐‘ฅ

9481x = 141.000

x = 14,8 โ‰ˆ 15 pcs

Maka berarti terjadi 15 pcs produk cacat per 1000 pcs proses produksi yang

dilakukan. Sehingga nilai ratingnya adalah 7. Maka untuk hasil ratingnya dapat

dilihat pada tabel 4.14.

Tabel 4. 14 Rank detection.

Part Potential Failure Mode Potential Effect of

failure Detection

Page 74: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

60

EPS

Housing

Pemasangan center tool saat

penggantian tool hanya

dilakukan berdasarkan

perasaan operator

Ulir M5 Over 7

Clamp terlalu kecil Ulir M5 Over 7

Saringan di bak coolant

renggang Ulir M5 Over 7

Jarak antara nozzle coolant

dan tool terlalu jauh Ulir M5 Over 7

Kurangnya pemahaman

operator Ulir M5 Over 7

Adanya cavity baru dari

supplier Ulir M5 Over 7

b. Penghitungan RPN (Risk Priority Number).

Tujuan pada tahap ini adalah untuk memperoleh urutan tingkat kepentingan dari

failure mode. Hasil perhitungan dan urutan rank RPN dapat dilihat pada tabel 4.15

dan 4.16.

Tabel 4. 15 RPN.

Produk

yang

diharapkan

Potential

Failure

Mode

Cause of

Failure

Potential

Effect of

failure

Degree

of

severiy

Degree of

occurence

Degree

of

detection

Risk

Priority

Number

Produk

EPS

Housing

dengan

kualitas

tinggi

(tingkat

cacat

rendah)

Pemasangan

center tool

saat

penggantian

tool hanya

dilakukan

berdasarkan

perasaan

operator

Tidak

disediakan

alat untuk

center tool

saat

penggantian

tool

Ulir M5

Over 5 7 7 245

Page 75: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

61

Clamp

terlalu kecil

Tidak ada

analisa dari

departemen

engineering

terkait ulir

M5 over

yang terkait

dengan

getaran saat

proses

Ulir M5

Over 7 7 7 343

Saringan di

bak coolant

renggang

Saringan

sudah

terlalu lama

digunakan

Ulir M5

Over 6 7 7 294

Jarak antara

nozzle

coolant dan

tool terlalu

jauh

Nozzle

coolant

pendek

Ulir M5

Over 4 7 7 196

Kurangnya

pemahaman

operator

Jarangnya

diadakan

refresh

training

Ulir M5

Over 3 7 7 141

Adanya

cavity baru

dari

supplier

Kebutuhan

penggantian

pemakaian

mold dari

supplier

Ulir M5

Over 2 7 7 98

Tabel 4. 16 Rank RPN yang sudah diurutkan.

No Failure Mode Severity Occurrence Detection RPN

1 Clamp terlalu kecil 7 7 7 343

2 Saringan di bak

coolant renggang 6 7 7 294

Page 76: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

62

3

Pemasangan center

tool saat

penggantian tool

hanya dilakukan

berdasarkan

perasaan operator

5 7 7 245

4

Jarak antara nozzle

coolant dan tool

terlalu jauh

4 7 7 196

5

Kurangnya

pemahaman

operator

3 7 7 141

6 Adanya cavity baru

dari supplier 2 7 7 98

4.2.4 Tahap Improve

Berdasarkan analisis FMEA telah diketahui nilai tingkat kepentingan yang

menunjukan bahwa suatu failure mode, semakin tinggi nilainya maka semakin

diprioritaskan untuk segera diadakan perbaikan. Dalam hal ini didapatkan urutan

prioritas failure mode yaitu clamp terlalu kecil, saringan di bak coolant renggang,

pemasangan center tool saat penggantian tool hanya dilakukan berdasarkan filling

operator, jarak antar nozzle coolant dan tool terlalu jauh, kurangnya pemahan

operator dan adanya cavity baru dari supplier. Dari urutan masalah akan dilakukan

improvement berturut-turut menggunakan metode 5W + 1H.

1. Metode 5W + 1H (What,Where,When,Why,Who,How).

Metode 5W + 1H digunakan untuk menganalisis hasil akar masalah yang sudah

ditemukan pada diagram sebab akibat dan diurutkan pada FMEA. Metode ini

membantu untuk melakukan suatu perbaikan. Hasil perbaikan merupakan ide

keputusan perbaikan yang sudah disetujui oleh leader line EPS Housing, operator

serta pihak terkait lainya. Hasil dari metode 5W + 1H dipaparkan pada tabel 4.17.

Page 77: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

63

Tabel 4. 17 Hasil 5W + 1H.

What Factor Why How When Where Who

Ulir

M5

Over

Machine Clamp

terlalu kecil

Penggantian

clamp menjadi

lebih lebar

25/09/

2018

Line

Eps

Housing

Engineering

Machine

Saringan di

bak coolant

renggang

Menambah

lapisan pada

saringan

26/09/

2018 Engineering

Method

Pemasangan

center tool

saat

penggantian

tool hanya

dilakukan

berdasarkan

perasaan

operator

Penggantian

tool dilakukan

pengecekan

center round

uot ยฑ 0,03

25/09/

2018 Leader

Machine

Jarak antara

nozzle

coolant dan

tool terlalu

jauh

Menyambung

nozzle dan

mengarahkan

ke tool

27/09/

2018 Engineering

Man

Kurangnya

pemahaman

operator

Mengadakan

refresh training

26/09/

2018 Leader

Material

Adanya

cavity baru

dari

supplier

Menambah

pengecekan

berupa

pengukuran

oleh incoming

26/09/

2018 Quality

Page 78: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

64

2. Proses dan Penjelasan Improvement

Berikut proses dan penjelasan improvement yang telah dilakukan berdasarkan hasil

dari tabel 5W + 1H.

1. Penggantian clamp menjadi lebih lebar.

Clamp yang semula kecil, dirubah menjadi lebih lebar. Dengan kondisi

clamp yang lebih lebar dimaksudkan supaya tekanan terhadap part EPS

Housing pada saat proses cutting menjadi lebih merata dan kuat serta tidak

menimbulkan getaran. Kondisi clamp sebelum dan sesudah perbaikan

dapat dilihat pada gambar 4.13 dan 4.14.

Gambar 4. 13 Clamp sebelum perbaikan.

Gambar 4. 14 Clamp sesudah perbaikan.

2. Menambah lapisan pada saringan.

Page 79: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

65

Kondisi sebelum improvement hanya terdapat satu lapis saringan. Sehingga

menyebabkan coolant yang dipancarkan saat proses cutting tidak bersih.

Dengan cara menambahkan lapisan saringan di bagian bawah akan lebih

memfilter coolant menjadi lebih bersih. Penambahan hanya dipasangkan

pada bagian bawah karena endapan dari chip di dalam bak coolant hanya

berada di bagian bawah. Kondisi saringan sebelum dan sesudah perbaikan

dapat dilihat pada gambar 4.15 dan 4.16

Gambar 4. 15 Kondisi saringan sebelum perbaikan.

Gambar 4. 16 Kondisi saringan sesudah perbaikan.

3. Penggantian tool dilakukan pengecekan center round out ยฑ 0,03.

Page 80: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

66

Dengan dilakukanya pengecekan center round out saat penggantian tool

maka akan menjamin posisi center dari tool terhadap holder tidak lebih dari

0,03. Setiap kali penggantian, setelah melakukan cek round out maka

operator wajib mengisi check sheet penggunaan alat round out. Alat round

out dan check sheet dapat dilihat pada gambar 4.17.

Gambar 4. 17 Proses round out dan check sheet round out.

4. Menyambung nozzle coolant dan mengarahkan ke tool.

Kondisi sebelum improvement nozzle coolant yang pendek menyebabkan

pancaran coolant tidak tepat mengenai tool. Dengan menyambung nozzle

menjadi lebih panjang maka posisi ujung nozzle menjadi lebih dekat

dengan tool dan lebih mudah diarahkan ke tool. Kondisi nozzle sebelum

dan sesudah perbaikan dapat dilihat pada gambar 4.18 dan 4.19.

Page 81: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

67

Gambar 4. 18 Nozzle coolant sebelum perbaikan.

Gambar 4. 19 Nozzle coolant sesudah perbaikan.

5. Mengadakan refresh training.

Dilakukan training ulang operator, supaya lebih memahami proses kerja

terutama pada saat merubah program ataupun melakukan input harga

program pada mesin. Contoh kegiatan refresh training dapat dilihat pada

gambar 4.20.

Page 82: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

68

Gambar 4. 20 Kegiatan refresh training operator.

6. Menambah pengecekan berupa pengukuran oleh incoming.

Sebelum perbaikan,, incoming hanya melakukan pengecekan visual pada

setiap blank yang datang dari supplier. Kemudian dengan menambahkan

proses pengecekan berupa pengecekan dimensi diharapkan akan lebih

memfilter blank yang masuk ke produksi. Contoh pengukuran yang

dilakukan oleh incoming dan alat ukur dapat dilihat pada gambar 4.21.

Gambar 4. 21 Alat ukur dan pengukuran yang dilakukan oleh incoming.

4.2.5 Tahap Control

Pada tahap control dipaparkan cara pengendalian improvement yang sudah dibuat

pada tahap improve supaya produk cacat yang terjadi pada proses produksi EPS

Housing dapat diminimalisasi. Control yang dilakukan antara lain adalah:

1. Merevisi IK (Instruksi Kerja) pada mesin TC.

IK-PRD-PPP-015-03-032 pada mesin TC 1 dan IK-PRD-PPP-015-03-033

pada mesin TC 2. Dengan menambahkan poin pengecekan center round out

Page 83: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

69

pada saat melakukan penggantian tool pada mesin TC. Gambar IK yang

sudah direvisi dapat dilihat pada gmbar 4.22.

Gambar 4. 22 Revisi IK mesin TC

2. Merevisi IK (Instruksi Kerja) incoming.

IK-PRD-PPP-015-03-060, dengan menambahkan poin untuk pengecekan

dimensi (pengukuran) pada setiap pallet blank yang masuk dari supplier.

Gambar IK yang sudah direvisi dapat dilihat pada gambar 4.23.

Gambar 4. 23 Revisi IK incoming.

Page 84: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

70

4.3 Ringkasan

Setelah selesai dilakukanya perbaikan, kemudian dilakukan pengambilan data

kembali selama 22 hari untuk mengetahui apakah perbaikan yang dibuat efektif

untuk proses produksi dan dapat menurunkan jumlah produk cacat yang terjadi.

Jumlah produk cacat sesudah perbaikan dapat dilihat pada tabel 4.18.

Tabel 4. 18 Jumlah produk cacat sesudah perbaikan.

Tanggal Hari

Observasi Sampel

Jumlah

Produk

cacat

Proporsi

01/10/2018 1 9481 91 0,0095981

02/10/2018 2 9481 90 0,0094927

03/10/2018 3 9481 90 0,0094927

04/10/2018 4 9481 86 0,0090708

05/10/2018 5 9481 88 0,0092817

08/10/2018 6 9481 87 0,0091762

09/10/2018 7 9481 89 0,0093872

10/10/2018 8 9481 89 0,0093872

11/10/2018 9 9481 86 0,0090708

12/10/2018 10 9481 85 0,0089653

15/10/2018 11 9481 82 0,0086489

16/10/2018 12 9481 80 0,0084379

17/10/2018 13 9481 90 0,0094927

18/10/2018 14 9481 92 0,0097036

19/10/2018 15 9481 94 0,0099146

22/10/2018 16 9481 91 0,0095981

23/10/2018 17 9481 91 0,0095981

24/10/2018 18 9481 91 0,0095981

25/10/2018 19 9481 89 0,0093872

26/10/2018 20 9481 87 0,0091762

29/10/2018 21 9481 90 0,0094927

30/10/2018 22 9481 90 0,0094927

Total 1948

Rata-rata 88,5455 0,0093393

Page 85: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

71

Penghitungan kapabilitas setelah perbaikan:

Cp = 1 โ€“ p bar

= 1 โ€“ 0,00934

= 0,99066

Selanjutnya penghitungan indeks kapabilitas proses (Cpk) didapatkan dari hasil

interpolasi pada tabel level sigma (Mc Fadden, 1993) dengan mengacu pada nilai

sigma yang berada pada level 4,01 sigma.

4.01โˆ’3

5โˆ’3 =

xโˆ’0.5

1.167โˆ’0.5

1.01

2 =

xโˆ’0.5

0.667

x = (1,01 x 0.667) + 0,5

x = 1,17367

Dari penghitungan nilai Cpk sebelum perbaikan yaitu sebesar 0,81635 kemudian

setelah perbaikan menjadi 1,17367. Maka dapat disimpulkan bahwa walaupun

kemampuan proses line EPS Housing setelah perbaikan masih kurang mecapai

target kapabilitas yaitu karena Cpk < 1,5, tetapi nilai Cpk sudah mengalami

peningkatan.

Kemudian perbandingan antara sebelum perbaikan dengan hasil sesudah perbaikan

dipaparkan pada tabel 4.19 dan gambar 4.24.

Tabel 4. 19 Perbandingan sebelum dan sesudah perbaikan.

Keteterangan Waktu

Observasi Jumlah Prod

Jumlah

Cacat

Persentase

(%)

Sebelum perbaikan 22 Hari 208582 3086 1,47%

Sesudah perbaikan 22 Hari 208582 1948 0,93%

Page 86: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

72

Gambar 4. 24 Diagram perbandingan persentase cacat ulir M5 over.

Dari data di atas menujukan jumlah produk cacat ulir M5 over menurun. Dengan

data total produksi yang sama juga dengan hari kerja yang sama sebelum perbaikan

adalah 3086 pcs menjadi 1948 pcs setelah perbaikan. Menurun sebesar 0,54 % dari

jumlah sebelumnya. Untuk tabel perbandingan sigma semua jenis cacat sebelum

dan sesudah perbaikan dapat dilihat pada tabel 4.20.

Tabel 4. 20 Perbandingan sigma semua jenis cacat.

Keteterangan Waktu

Observasi

Jumlah

Prod

Jumlah

Cacat DPU DPO DPMO

Level

Sigma

Sebelum

perbaikan 22 Hari 208582 7430 0,035621482 0,007124 7124,3 3,95

Sesudah

perbaikan 22 Hari 208582 6292 0,030165594 0,006033 6033,1 4,01

Dari data pada tabel 4.20, diketahui bahwa level sigma yang sebelum perbaikan

berada pada level 3,95 sigma. Setelah dilakukan perbaikan naik menjadi level 4,01

sigma. Menyatakan bahwa produksi EPS Housing di PT. ABC sudah mencapai

1,47%

0,93%

0,00%

0,20%

0,40%

0,60%

0,80%

1,00%

1,20%

1,40%

1,60%

Sebelum perbaikan Sesudah perbaikan

Cac

at

Persentase Penurunan Ulir M5 Over

Page 87: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

73

mencapai rata-rata industri USA. Tetapi harus terus dilakukan perbaikan supaya

produksi EPS Housing di PT. ABC dapat mencapai level 6 sigma yaitu rata-rata

industri kelas dunia.

Kemudian untuk lebih memperkuat data asumsi bahwa hasil perbaikan ini termasuk

signifikan atau tidak, maka perlu di uji menggunakan T-Test Statistik. Test

dilakukan menggunakan software SPSS dengan memasukan dua data, yaitu data

sebelum perbaikan dan sesudah perbaikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

gambar 4.25 di bawah ini.

Gambar 4. 25 Data input pada software SPSS.

Page 88: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

74

Bisa dilihat pada gambar 4.25 di atas, dua jenis data dari subjek yang sama sudah

dimasukan, yaitu data hasil perolehan produk cacat sebelum dan setelah perbaikan.

Kemudian dilakukan uji T-testuntuk mengetahui apakan perbaikan yang dilakukan

signifikan atau tidak. Untuk hasil uji dapat dilihat pada gambar 4.26 di bawah ini.

Gambar 4. 26 Hasil uji menggunakan software SPSS.

Keterangan:

Dengan melihat pada kolom t = 17.552, maka kemudian harus di bandinhkan

dengan nilai T yang ada pada tabel T-test (tabel terlampir) dengan nilai Df โ€“ 1 dan

nilai confidence level 95%. Nilai yang ada pada tabel adalah 1.725, itu artinya

17.552 > 1.725 maka perbaikan signifikan. Selain itu juga dapat dilihat mean =

52.182 bernilai positif berarti cenderung terjadi penurunan jumlah produk cacat.

Page 89: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

75

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di PT. ABC maka dapt diambil kesimpulan

sebagai berikut:

Perbaikan yang dilakukan terhadap permasalahan yang ditemukan setelah dianalisis

menggunakan metode 5W + 1H berturut-turut adalah penggantian clamp,

menambah lapisan saringan, penggantian tool dilakukan pengecekan center round

out ยฑ 0,03, menyambung noozle dan mengarahkan ke tool, mengadakan refresh training

dan menambah pengecekan berupa pengukuran oleh incoming. Setelah dilakukan

perbaikan jumlah cacar ulir M5 over sebelum perbaikan adalah 3086 pcs / 22hari,

setelah perbaikan menurun menjadi 1948 pcs / 22 hari atau menurun sebesar 0,54

%. Kemudian nilai DPMO cacat jenis ulir M5 over yang sebelum perbaikan adalah

7124,3 berada pada level 3,95 sigma berubah menjadi 6033,1 berada pada level

4,01 sigma. Hal tersebut menunjukan bahwa penelitian dan proses perbaikan

memberikan dampak terhadap penurunan jumlah produk cacat ulir M5 over.

Nilai total DPMO selama tiga bulan (Juni, Juli, Agustus 2018) adalah 7798,0 yang

sigmanya berada pada level 3,92 sigma. Setelah melakukan identifikasi pada tahap

analyze, ditetapkan masalah yang meliputi: clamp terlalu kecil, saringan di bak

coolant renggang, pemasangan center tool saat penggantian tool hanya dilakukan

berdasarkan filling operator, jarak antara noozle coolant dengan tool terlalu jauh,

kurangnya pemahaman operator dan adanya cavity baru dari supplier.

5.2 Saran

Saran diberikan kepada perusahaan dan terhadap penelitian selanjutnya yaitu:

Sebaiknya upaya peningkatan kualitas produk EPS Housing dilakukan perbaikan

secara terus-menerus atau kontinyu. Kemudian dibuatkan jadwal untuk refresh

Page 90: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

76

training kepada karyawan secara berkala untuk lebih menekan angka kesalahan

terhadap pekerjaan mereka sendiri.

Kemudian bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengalisis lebih dalam lagi

mengenai karakteristik kritis kualitas (CTQ) yang ada supaya perusahaan dapat

mencapai level sigma tertinggi yaitu 6 sigma atau setara dengan rata-rata industri

kelas dunia.

Page 91: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

77

DAFTAR PUSTAKA

Gaspersz, Vincent. 2002. Pedoman Implementasi Program Six Sigma. Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama.

Gaspersz, Vincent. 2017. Total Quality Management. Jakarta: PT. Percetakan

Penebar Swadaya.

Montgomery, Douglas C. 2009. Introduction to Statistical Quality Control. 7th

Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Mitra, Amitava. 2016. Fundamentals of Quality Control and Inprovement. 4th

Edition. Canada: John Wiley & Sons, Inc.

Carrol, Charles T. 2013. Six Sigma for Powerful Improvement: A Green Belt

DMAIC Training System with Software Tools and a 25-Lesson Course. New

York: Taylor & Fancis Group, LLC.

Shankar, Rama. 2009. Process Improvement Using Six Sigma: A DMAIC Guide.

United Status of America: American Society for Quality (ASQ).

Pyzdek, Thomas. 2003. Six Sigma Project Planner: A Step-by-step Guide to

Leading a Six Sigma Project Through DMAIC. United Status of America:

The McGraw-Hill Companies, Inc.

Widarto, B Sentot Wijayanarka, Sutopo dan Paryanto. 2008. Teknik Mesin: Untuk

Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen

Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah

Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional.

Firdausi, Arif. 2013. Mekanika dan Elemen Mesin 1. Malang: Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan.

McFadden, F. 1993. Six Sigma Quality Programs. Quality Progress. Colorado:

Colorado Spings, CO.

KBBI. 2018. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). (Online) dari:

http://kbbi.kemdikbud.go.id

Departement Produksi. 2018. Data Produksi. Bekasi: PT. ABC

Departement Quality. 2018. Data Produk Cacat. Bekasi: PT. ABC

Page 92: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

78

LAMPIRAN

Konversi DPMO ke Nilai Sigma Konsep Motorola oleh: V. Gaspersz (2002)

Nilai Sigma DPMO Nilai Sigma DPMO Nilai Sigma DPMO Nilai Sigma DPMO

0,00 933.193 0,51 838.913 1,02 684.386 1,53 488.033

0,01 931.888 0,52 836.457 1,03 680.822 1,54 484.047

0,02 930.563 0,53 833.977 1,04 677.242 1,55 480.061

0,03 929.219 0,54 831.472 1,05 673.645 1,56 476.078

0,04 927.855 0,55 828.944 1,06 670.031 1,57 472.097

0,05 926.471 0,56 826.391 1,07 666.402 1,58 468.119

0,06 925.066 0,57 823.814 1,08 662.757 1,59 464.144

0,07 923.641 0,58 821.214 1,09 659.097 1,60 460.172

0,08 922.196 0,59 818.589 1,10 655.422 1,61 456.205

0,09 920.730 0,60 815.940 1,11 651.732 1,62 452.242

0,10 919.243 0,61 813.267 1,12 648.027 1,63 448.283

0,11 917.736 0,62 810.570 1,13 644.309 1,64 444.330

0,12 916.207 0,63 807.850 1,14 640.576 1,65 440.382

0,13 914.656 0,64 805.106 1,15 636.831 1,66 436.441

0,14 913.085 0,65 802.338 1,16 633.072 1,67 432.505

0,15 911.492 0,66 799.546 1,17 629.300 1,68 428.576

0,16 909.877 0,67 796.731 1,18 625.516 1,69 424.655

0,17 908.241 0,68 793.892 1,19 621.719 1,70 420.740

0,18 906.582 0,69 791.030 1,20 617.911 1,71 416.834

0,19 904.902 0,70 788.145 1,21 614.092 1,72 412.936

0,20 903.199 0,71 785.236 1,22 610.261 1,73 409.046

0,21 901.475 0,72 782.305 1,23 606.420 1,74 405.165

0,22 899.727 0,73 779.350 1,24 602.568 1,75 401.294

0,23 897.958 0,74 776.373 1,25 598.706 1,76 397.432

0,24 896.165 0,75 773.373 1,26 594.835 1,77 393.580

0,25 894.350 0,76 770.350 1,27 590.954 1,78 389.739

0,26 892.512 0,77 767.305 1,28 587.064 1,79 385.908

0,27 890.651 0,78 764.238 1,29 583.166 1,80 382.089

0,28 888.767 0,79 761.148 1,30 579.260 1,81 378.281

0,29 886.860 0,80 758.036 1,31 575.345 1,82 374.484

0,30 884.930 0,81 754.903 1,32 571.424 1,83 370.700

0,31 882.977 0,82 751.748 1,33 567.495 1,84 366.928

0,32 881.000 0,83 748.571 1,34 563.559 1,85 363.169

0,33 878.999 0,84 745.373 1,35 559.618 1,86 359.424

0,34 876.976 0,85 742.154 1,36 555.670 1,87 355.691

0,35 874.928 0,86 738.914 1,37 551.717 1,88 351.973

0,36 872.857 0,87 735.653 1,38 547.758 1,89 348.268

0,37 870.762 0,88 732.371 1,39 543.795 1,90 344.578

0,38 868.643 0,89 729.069 1,40 539.828 1,91 340.903

0,39 866.500 0,90 725.747 1,41 535.856 1,92 337.243

0,40 864.334 0,91 722.405 1,42 531.881 1,93 333.598

0,41 862.143 0,92 719.043 1,43 527.903 1,94 329.969

0,42 859.929 0,93 715.661 1,44 523.922 1,95 326.355

0,43 857.690 0,94 712.260 1,45 519.939 1,96 322.758

0,44 855.428 0,95 708.840 1,46 515.953 1,97 319.178

0,45 853.141 0,96 705.402 1,47 511.967 1,98 315.614

0,46 850.830 0,97 701.944 1,48 507.978 1,99 312.067

0,47 848.495 0,98 698.468 1,49 503.989 2,00 308.538

0,48 846.136 0,99 694.974 1,50 500.000 2,01 305.026

0,49 843.752 1,00 691.462 1,51 496.011 2,02 301.532

0,50 841.345 1,01 687.933 1,52 492.022 2,03 298.056

Page 93: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

79

Konversi DPMO ke Nilai Sigma Konsep Motorola oleh: V. Gaspersz (2002)

(Lanjutan)

Nilai Sigma DPMO Nilai Sigma DPMO Nilai Sigma DPMO Nilai Sigma DPMO

2,04 294.598 2,55 146.859 3,06 59.380 3,57 19.226

2,05 291.160 2,56 144.572 3,07 58.208 3,58 18.763

2,06 287.740 2,57 142.310 3,08 57.053 3,59 18.309

2,07 284.339 2,58 140.071 3,09 55.917 3,60 17.864

2,08 280.957 2,59 137.857 3,10 54.799 3,61 17.429

2,09 277.595 2,60 135.666 3,11 53.699 3,62 17.003

2,10 274.253 2,61 133.500 3,12 52.616 3,63 16.586

2,11 270.931 2,62 131.357 3,13 51.551 3,64 16.177

2,12 267.629 2,63 129.238 3,14 50.503 3,65 15.778

2,13 264.347 2,64 127.143 3,15 49.471 3,66 15.386

2,14 261.086 2,65 125.072 3,16 48.457 3,67 15.003

2,15 257.846 2,66 123.024 3,17 47.460 3,68 14.629

2,16 254.627 2,67 121.001 3,18 46.479 3,69 16.262

2,17 251.429 2,68 119.000 3,19 45.514 3,70 13.903

2,18 248.252 2,69 117.023 3,20 44.565 3,71 13.553

2,19 245.097 2,70 115.070 3,21 43.633 3,72 13.209

2,20 241.964 2,71 113.140 3,22 42.716 3,73 12.874

2,21 238.852 2,72 111.233 3,23 41.815 3,74 12.545

2,22 235.762 2,73 109.349 3,24 40.929 3,75 12.224

2,23 232.695 2,74 107.488 3,25 40.059 3,76 11.911

2,24 229.650 2,75 105.650 3,26 39.204 3,77 11.604

2,25 226.627 2,76 103.835 3,27 38.364 3,78 11.304

2,26 223.627 2,77 102.042 3,28 37.538 3,79 11.011

2,27 220.650 2,78 100.273 3,29 36.727 3,80 10.724

2,28 217.695 2,79 98.525 3,30 35.930 3,81 10.444

2,29 214.764 2,80 96.801 3,31 35.148 3,82 10.170

2,30 211.855 2,81 95.098 3,32 34.379 3,83 9.903

2,31 208.970 2,82 93.418 3,33 33.625 3,84 9.642

2,32 206.108 2,83 91.759 3,34 32.884 3,85 9.387

2,33 203.269 2,84 90.123 3,35 32.157 3,86 9.137

2,34 200.454 2,85 88.508 3,36 31.443 3,87 8.894

2,35 197.662 2,86 86.915 3,37 30.742 3,88 8.656

2,36 194.894 2,87 85.344 3,38 30.054 3,89 8.424

2,37 192.150 2,88 83.793 3,39 29.379 3,90 8.198

2,38 189.430 2,89 82.264 3,40 28.716 3,91 7.976

2,39 186.733 2,90 80.757 3,41 28.067 3,92 7.760

2,40 184.060 2,91 79.270 3,42 27.429 3,93 7.549

2,41 181.411 2,92 77.804 3,43 26.803 3,94 7.344

2,42 178.786 2,93 76.359 3,44 26.190 3,95 7.143

2,43 176.186 2,94 74.934 3,45 25.588 3,96 6.947

2,44 173.609 2,95 73.529 3,46 24.998 3,97 6.756

2,45 171.056 2,96 72.145 3,47 24.419 3,98 6.569

2,46 168.528 2,97 70.781 3,48 23.852 3,99 6.387

2,47 166.023 2,98 69.437 3,49 23.295 4,00 6.210

2,48 163.543 2,99 68.112 3,50 22.750 4,01 6.037

2,49 161.087 3,00 66.807 3,51 22.215 4,02 5.868

2,50 158.655 3,01 65.522 3,52 21.692 4,03 5.703

2,51 156.248 3,02 64.256 3,53 21.178 4,04 5.543

2,52 153.864 3,03 63.008 3,54 20.675 4,05 5.386

2,53 151.505 3,04 61.780 3,55 20.182 4,06 5.234

2,54 149.170 3,05 60.571 3,56 19.699 4,07 5.085

Page 94: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

80

Konversi DPMO ke Nilai Sigma Konsep Motorola oleh: V. Gaspersz (2002)

(Lanjutan)

Nilai

Sigma

DPMO Nilai

Sigma

DPMO Nilai

Sigma

DPMO Nilai Sigma DPMO

4,08 4.940 4,59 1.001 5,10 159 5,61 20

4,09 4.799 4,60 968 5,11 153 5,62 19

4,10 4.661 4,61 936 5,12 147 5,63 18

4,11 4.527 4,62 904 5,13 142 5,64 17

4,12 4.397 4,63 874 5,14 136 5,65 17

4,13 4.269 4,64 845 5,15 131 5,66 16

4,14 4.145 4,65 816 5,16 126 5,67 15

4,15 4.025 4,66 789 5,17 121 5,68 15

4,16 3.907 4,67 762 5,18 117 5,69 14

4,17 3.793 4,68 736 5,19 112 5,70 13

4,18 3.681 4,69 711 5,20 108 5,71 13

4,19 3.573 4,70 687 5,21 104 5,72 12

4,20 3.467 4,71 664 5,22 100 5,73 12

4,21 3.364 4,72 641 5,23 96 5,74 11

4,22 3.264 4,73 619 5,24 92 5,75 11

4,23 3.167 4,74 598 5,25 88 5,76 10

4,24 3.072 4,75 577 5,26 85 5,77 10

4,25 2.980 4,76 557 5,27 82 5,78 9

4,26 2.890 4,77 538 5,28 78 5,79 9

4,27 2.803 4,78 519 5,29 75 5,80 9

4,28 2.718 4,79 501 5,30 72 5,81 8

4,29 2.635 4,80 483 5,31 70 5,82 8

4,30 2.555 4,81 467 5,32 67 5,83 7

4,31 2.477 4,82 450 5,33 64 5,84 7

4,32 2.401 4,83 434 5,34 62 5,85 7

4,33 2.327 4,84 419 5,35 59 5,86 7

4,34 2.256 4,85 404 5,36 57 5,87 6

4,35 2.186 4,86 390 5,37 54 5,88 6

4,36 2.118 4,87 376 5,38 52 5,89 6

4,37 2.052 4,88 362 5,39 50 5,90 5

4,38 1.988 4,89 350 5,40 48 5,91 5

4,39 1.926 4,90 337 5,41 46 5,92 5

4,40 1.866 4,91 325 5,42 44 5,93 5

4,41 1.807 4,92 313 5,43 42 5,94 5

4,42 1.750 4,93 302 5,44 41 5,95 4

4,43 1.695 4,94 291 5,45 39 5,96 4

4,44 1.641 4,95 280 5,46 37 5,97 4

4,45 1.589 4,96 270 5,47 36 5,98 4

4,46 1.538 4,97 260 5,48 34 5,99 4

4,47 1.489 4,98 251 5,49 33 6,00 3

4,48 1.441 4,99 242 5,50 32

Catatan:

Tabel konversi ini Mencakup

pengeseran 1,5- sigma untuk

semua nilai Z

4,49 1.395 5,00 233 5,51 30

4,50 1.350 5,01 224 5,52 29

4,51 1.306 5,02 216 5,53 28

4,52 1.264 5,03 208 5,54 27

4,53 1.223 5,04 200 5,55 26

4,54 1.183 5,05 193 5,56 25

4,55 1.144 5,06 185 5,57 24

4,56 1.107 5,07 179 5,58 23

4,57 1.070 5,08 172 5,59 22

4,58 1.035 5,09 165 5,60 21

Page 95: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

81

Tabel Nilai t

d.f 10.0t 05.0t 025.0t 01.0t 005.0t d.f

1 3,078 6,314 12,706 31,821 63, 657 1

2 1,886 2,920 4,303 6,965 9,925 2

3 1,638 2,353 3,182 4,541 5,841 3

4 1,533 2,132 2,776 3,747 4,604 4

5 1,476 2,015 2,571 3,365 4,032 5

6 1,440 1,943 2,447 3,143 3,707 6

7 1,415 1,895 2,365 2,998 3,499 7

8 1,397 1,860 2,306 2,896 3,355 8

9 1,383 1,833 2,262 2,821 3,250 9

10 1,372 1,812 2,228 2,764 3,169 10

11 1,363 1,796 2,201 2,718 3,106 11

12 1,356 1,782 2,179 2,681 3,055 12

13 1,350 1,771 2,160 2,650 3,012 13

14 1,345 1,761 2,145 2,624 2,977 14

15 1,341 1,753 2,131 2,602 2,947 15

16 1,337 1,746 2,120 2,583 2,921 16

17 1,333 1,740 2,110 2,567 2,898 17

18 1,330 1,734 2,101 2,552 2,878 18

19 1,328 1,729 2,093 2,539 2,861 19

20 1,325 1,725 2,086 2,528 2,845 20

21 1,323 1,721 2,080 2,518 2,831 21

22 1,321 1,717 2,074 2,508 2,819 22

23 1,319 1,714 2,069 2,500 2,807 23

24 1,318 1,711 2,064 2,492 2,797 24

25 1,316 1,708 2,060 2,485 2,787 25

26 1,315 1,706 2,056 2,479 2,779 26

27 1,314 1,703 2,052 2,473 2,771 27

28 1,313 1,701 2,048 2,467 2,763 28

29 1,311 1,699 2,045 2,462 2,756 29

30 1,310 1,697 2,042 2,457 2,750 30

31 1,309 1,696 2,040 2,453 2,744 31

32 1,309 1,694 2,037 2,449 2,738 32

33 1,308 1,692 2,035 2,445 2,733 33

34 1,307 1,691 2,032 2,441 2,728 34

35 1,306 1,690 2,030 2,438 2,724 35

36 1,306 1,688 2,028 2,434 2,719 36

37 1,305 1,687 2,026 2,431 2,715 37

38 1,304 1,686 2,024 2,429 2,712 38

Page 96: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

82

39 1,303 1,685 2,023 2,426 2,708 39

Sumber: Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS (Dr. Imam Ghozali)

Tabel Nilai t

d.f 10.0t 05.0t 025.0t 01.0t 005.0t d.f

40 1,303 1,684 2,021 2,423 2,704 40

41 1,303 1,683 2,020 2,421 2,701 41

42 1,302 1,682 2,018 2,418 2,698 42

43 1,302 1,681 2,017 2,416 2,695 43

44 1,301 1,680 2,015 2,414 2,692 44

45 1,301 1,679 2,014 2,412 2,690 45

46 1,300 1,679 2,013 2,410 2,687 46

47 1,300 1,678 2,012 2,408 2,685 47

48 1,299 1,677 2,011 2,407 2,682 48

49 1,299 1,677 2,010 2,405 2,680 49

50 1,299 1,676 2,009 2,403 2,678 50

51 1,298 1,675 2,008 2,402 2,676 51

52 1,298 1,675 2,007 2,400 2,674 52

53 1,298 1,674 2,006 2,399 2,672 53

54 1,297 1,674 2,005 2,397 2,670 54

55 1,297 1,673 2,004 2,396 2,668 55

56 1,297 1,673 2,003 2,395 2,667 56

57 1,297 1,672 2,002 2,394 2,665 57

58 1,296 1,672 2,002 2,392 2,663 58

59 1,296 1,671 2,001 2,391 2,662 59

60 1,296 1,671 2,000 2,390 2,660 60

61 1,296 1,670 2,000 2,389 2,659 61

62 1,295 1,670 1,999 2,388 2,657 62

63 1,295 1,669 1,998 2,387 2,656 63

64 1,295 1,669 1,998 2,386 2,655 64

65 1,295 1,669 1,997 2,385 2,654 65

66 1,295 1,668 1,997 2,384 2,652 66

67 1,294 1,668 1,996 2,383 2,651 67

68 1,294 1,668 1,995 2,382 2,650 68

69 1,294 1,667 1,995 2,382 2,649 69

70 1,294 1,667 1,994 2,381 2,648 70

71 1,294 1,667 1,994 2,380 2,647 71

72 1,293 1,666 1,993 2,379 2,646 72

73 1,293 1,666 1,993 2,379 2,645 73

74 1,293 1,666 1,993 2,378 2,644 74

75 1,293 1,665 1,992 2,377 2,643 75

76 1,293 1,665 1,992 2,376 2,642 76

Page 97: PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CACAT ULIR M5

83

77 1,293 1,665 1,991 2,376 2,641 77

78 1,292 1,665 1,991 2,375 2,640 78

Sumber: Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS (Dr. Imam Ghozali)

Tabel Nilai t

d.f 10.0t 05.0t 025.0t 01.0t 005.0t d.f

79 1,292 1,664 1,990 2,374 2,640 79

80 1,292 1,664 1,990 2,374 2,639 80

81 1,292 1,664 1,990 2,373 2,638 81

82 1,292 1,664 1,989 2,373 2,637 82

83 1,292 1,663 1,989 2,372 2,636 83

84 1,292 1,663 1,989 2,372 2,636 84

85 1,292 1,663 1,988 2,371 2,635 85

86 1,291 1,663 1,988 2,370 2,634 86

87 1,291 1,663 1,988 2,370 2,634 87

88 1,291 1,662 1,987 2,369 2,633 88

89 1,291 1,662 1,987 2,369 2,632 89

90 1,291 1,662 1,987 2,368 2,632 90

91 1,291 1,662 1,986 2,368 2,631 91

92 1,291 1,662 1,986 2,368 2,630 92

93 1,291 1,661 1,986 2,367 2,630 93

94 1,291 1,661 1,986 2,367 2,629 94

95 1,291 1,661 1,985 2,366 2,629 95

96 1,290 1,661 1,985 2,366 2,628 96

97 1,290 1,661 1,985 2,365 2,627 97

98 1,290 1,661 1,984 2,365 2,627 98

99 1,290 1,660 1,984 2,365 2,626 99

Inf. 1,290 1,660 1,984 2,364 2,626 Inf.

Sumber: Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS (Dr. Imam Ghozali)