aplikasi di dunia industri tp m5

26
Aplikasi di dunia industri Dalam bab ini, akan dibahas sejarah, konseptor, dan dasar tentang: a) Kendali Mutu secara Statistik atau Statistical Quality Control (SQC). b) Total Kendali Mutu atau Total Quality Management yang disebut juga dengan Manajemen Mutu Terpadu. Hal ini perlu diketahui agar para pembaca lebih memahami sekaligus menghayati kedua pokok bahasan di atas. A. SEJARAH DAN KONSEPTOR PENGGUNAAN STATISTIK DALAM KENDALI MUTU Sesuai dengan urutannya, pembahasan tentang Kendali Mutu secara Statistik (Statistical Quality Control atau SQC) dirinci sebagai berikut. a) Sejarah pengendalian mutu dengan cars statistik (statistical quality control). b) Teknik dan alai pengendali mutu. c) Pengertian sampel dan populasi. d) Peta kendali mutu. e) Keragaman variasi dari berbagai sampel. I. Sejarah dan Konseptor Anda perlu mengetahui sejarah tentang penggunaan analisis statistik di bidang pengendalian mutu. Analisis ini dikenal sejak tahun 1924 yang dikemukakan oleh Dr. Wolter Shewhart

Upload: asep

Post on 16-Feb-2016

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hgf

TRANSCRIPT

Page 1: Aplikasi Di Dunia Industri TP M5

Aplikasi di dunia industri

Dalam bab ini, akan dibahas sejarah, konseptor, dan dasar tentang:

a) Kendali Mutu secara Statistik atau Statistical Quality Control (SQC).

b) Total Kendali Mutu atau Total Quality Management yang disebut juga

dengan Manajemen Mutu Terpadu.

Hal ini perlu diketahui agar para pembaca lebih memahami sekaligus menghayati

kedua pokok bahasan di atas.

A. SEJARAH DAN KONSEPTOR PENGGUNAAN STATISTIK DALAM KENDALI MUTUSesuai dengan urutannya, pembahasan tentang Kendali Mutu secara Statistik

(Statistical Quality Control atau SQC) dirinci sebagai berikut.

a) Sejarah pengendalian mutu dengan cars statistik (statistical quality

control).

b) Teknik dan alai pengendali mutu.

c) Pengertian sampel dan populasi.

d) Peta kendali mutu.

e) Keragaman variasi dari berbagai sampel.

I. Sejarah dan KonseptorAnda perlu mengetahui sejarah tentang penggunaan analisis statistik di bidang

pengendalian mutu. Analisis ini dikenal sejak tahun 1924 yang dikemukakan oleh

Dr. Wolter Shewhart dari perusahaan Bell Telephone Laboratories. Pemikiran dari

Dr. Shewhart tersebut diterbitkan dalam buku berjudul Economic Control of

Quality of Manufactured Product yang merupakan konsep dasar dari

pengendalian mutu suatu barang di perusahaan manufaktur. Dasarnya adalah

untuk mengetahui produk yang dapat diterima (accepted) atau produk yang ditolak

karena rusak. Tujuannya agar produk yang rusak tidak dijual kepada konsumen,

tetapi harus dimusnahkan.

Di sini tercermin bahwa produk yang sudah jadi (finished goods) yang diperiksa,

kemudian diseleksi harga produk yang memenuhi standar yang telah

Page 2: Aplikasi Di Dunia Industri TP M5

direncanakan boleh dijual kepada konsumen. Selain itu, bila secara statistik

ternyata banyak produk yang rusak (defect product) maka proses produksi

dihentikan untuk dianalisis faktor yang menyebabkan produk rusak. Bila kemudian

diketahui faktor penyebabnya maka faktor penyebab tersebut yang diperbaiki.

Setelah itu, proses produksi berikutnya dapat dilakukan lebih lanjut, tetapi tetap

saja diawasi secara statistik.

Pada permulaannya, kendali mutu dengan bantuan statistik ini merupakan

terobosan baru. Namun, ternyata metode pengawasan mutu secara statistik ini

tetap digunakan sampai saat ini, khususnya untuk industri yang mass production

(produksi massal).

2. Sampel dan PopulasiDalam statistik Anda ingat istilah universum atau population dan istilah sampel.

Adapun pengertian pada sampel adalah bagian (yang terkecil) dari populasi yang

dianggap dapat mewakili populasi. Misalnya dalam contoh lain, bila Anda ingin

mengetahui tingkat pendapatan penduduk di suatu kabupaten yang bedumlah

1.000.000 orang, Anda tidak perlu menanyai seorang demi seorang, tetapi hanya

beberapa puluh orang sebagai sampel yang dianggap dapat mewakili populasi

yang 1 juta orang tersebut.

Demikian pula bila dalam suatu pabrik jari-jari sepeda, Anda ingin mengetahui

apakah ukuran seluruh jari-jari sesuai dengan standar, Anda tidak perlu

mengukumya satu demi satu.

Bayangkan jika produksi 1 juta jari-jari per hari. Tidak mungkin diukur satu demi

satu. Caranya diambil sampel yang mewakili, misalnya diambil satu sampel jari-

jari setiap 10 menit waktu produksi, dan sebagainya. Dapat pula diambil sejumlah

100 buah jari-jari dari 1 juta jari-jari yang diambil secara random (acak).

Dalam hal pengukuran sampel terdapat konsep pengukuran yang dikenal dengan

istilah gaging concepts. Konsep ini diperlukan karena pengukuran ulang atas

suatu sampel hasilnya bisa berbeda. Perbedaan tersebut bisa juga karena orang

yang mengukur berbeda.

3. Gaging ConceptsGaging concepts meliputi 3 hat berikut.

Page 3: Aplikasi Di Dunia Industri TP M5

1) Ketepatan (accuracy), yakni tingkat ketepatan ukuran dari suatu alat ukur

yang akan digunakan untuk mengukur produk.

2) Pengulangan (repeatability), yakni tingkat variasi dari berbagai pengukuran

ulang.

3) Kemampuan memproduksi kembali (reproducibility), yakni tingkat variasi

dari pengukur yang berbeda orangnya.

Memang sekarang terdapat alat ukur yang canggih, yang dapat mengurangi

kelemahan-kelemahan data.

4. Teknik dan Alat Kendali MutuPeranan kendali mutu produk (barang/jasa) menjadi bertambah besar dan penting

dengan adanya perkembangan selera akibat peradaban manusia yang berubah.

Perubahan selera tersebut mendorong konsumen untuk selalu mencari barang

yang nilai gunanya lebih sempurna dan baik. Dapat pula karena ditemukannya

teknologi baru sehingga nilai guna mutu barang menjadi lebih baik dan sempurna.

Hal ini akan mendorong anggota masyarakat konsumen untuk memperbaiki selera

dalam meningkatkan kebutuhan hidupnya. Jadi, terdapat hubungan timbal batik

antara adanya perkembangan teknologi dengan perubahan gaya hidup

konsumen. Akibatnya, para produsen harus melakukan antisipasi secara terus-

menerus, agar kelangsungan bisnis dapat dipertahankan. Dalam hubungan itu

terdapat berbagai upaya mempertahankan bisnis, antara lain dengan menjaga

mutu barang melalui penggunaan teknologi dan alat-alat (mesin) yang digunakan

sehingga proses produksi berjalan lebih baik sesuai dengan rencana. Namun

demikian, proses produksi melalui produknya perlu diawasi dengan menggunakan

cara statistik. Metode statistical quality control pada suatu perusahaan sangat

bermanfaat sebagai alat pengendalian mutu.

Pengendalian mutu juga meliputi pengawasan pemakaian bahan-bahan, berarti

secara tidak langsung statistical quality control bermanfaat pula mengawasi

tingkat efisiensi. Jadi, SQC (Statistical Quality Control) dapat digunakan sebagai

alat untuk mencegah kerusakan dengan cara menolak (reject) dan menerima

(accept) berbagai produk yang dihasilkan mesin, sekaligus upaya efisiensi.

Dengan menolak (menerima) produk, berarti juga SQC sebagai alat untuk

mengawasi proses produksi sekaligus memperoleh gambaran kesimpulan tentang

Page 4: Aplikasi Di Dunia Industri TP M5

spesifikasi barang yang dihasilkan secara populasi umum. Bila gambarannya baik,

berarti proses produksi dapat berlangsung terns karena hasil produknya baik.

Jadi, teknik pengendalian mutu adalah mengawasi pelaksanaan proses produksi

agar sesuai dengan rencana; mengawasi bahan baku sejak diterima, disimpan,

sampai dikeluarkan dari gudang bahan baku.

SQC dapat dilakukan terhadap semua produk termasuk produk setengah jadi

yang merupakan hasil proses produksi. Baik produk akhir maupun barang

setengah jadi diuji melalui pengambilan sampel, sehingga dapat ditarik suatu

penafsiran tentang keadaan mesinnya yaitu berjalan baik atau tidak. Selain itu,

pengawasan bahan bake hares dilakukan secara fisik dan secara, kimiawi.

5. Peta Kendali (Control Charts)Peta kendali (control chart) adalah peta yang dijadikan pedoman dalam

pengendalian mutu. Peta ini dikemukakan oleh Dr. Shewhart untuk mengetahui

apakah sampel hasil observasi termasuk daerah yang diterima (accepted area)

atau daerah yang ditolak (rejected area). Jadi, tiap sampel yang diambil bisa

berbeda spesifikasi dari waktu ke waktu maka data observasi ditabulasikan lalu

dipetakan sehingga diperoleh suatu peta kendali mutu.

Namun, sebelum kita lanjutkan membahas dan membuat peta kendali, terdapat

beberapa hal yang perlu Anda ketahui, yakni tentang pengukuran sampel.

Maksudnya, dalam rangka pengendalian mutu akan terdapat hal-hal yang dapat

dikendalikan (controlable), tetapi ada pula hal-hal yang bersifat tidak terkontrol

(uncontrolable). Untuk lebih jelasnya, perhatikan Gambar 8.1.

Process (Proses)

Measurements

(Pengukuran- pengukuran)

Controlled Variation(Variasi yang Dapat Diawasi)

Uncontrolled Variation(Variasi yang Tidak Terawasi)

Page 5: Aplikasi Di Dunia Industri TP M5

A B C

Jadi, bila sampel menunjukkan batas spesifikasi (A), artinya sampel temyata

masih baik. Namun, bila sampel menunjukkan di luar daerah spesifikasi standar

(B), berarti sampel banyak yang di luar mutu. Hal itu menunjukkan proses

produksi perlu diperbaiki. Namun akan terdapat hal-hal yang tidak dapat diawasi,

misalnya akibat kelelahan manusia sehingga menjadi tidak cermat pada saat

tertentu atau bahan-bahan menjadi rusak karena temperatur naik tiba-tiba dan

sesaat.

Secara umum dapat dikatakan bahwa peta kendali (control chart) digunakan untuk

memperoleh informasi berikut.

a. Kemampuan proses produksi, artinya apakah mesin-mesin masih berjalan

baik sesuai rencana atau tidak.

b. Pengendalian produk akhir, agar produk akhir tetap baik mutunya.

Jadi, kegunaan peta kendali (control chart) adalah untuk membatasi toleransi

penyimpangan (variasi) yang masih dapat diterima, baik karena akibat kelemahan

tenaga keda, mesin, dan sebagainya.

6. Batas ToleransiSifat mesin dan tenaga manusia yang tidak sempuma mengakibatkan tidak selalu

dihasilkan produk yang tepat, baik ukuran maupun bentuknya. Pasti akan terdapat

penyimpangan dari standar ukuran. Oleh karena itu, perlu toleransi

penyimpangan. Berapa besamya? Dalam statistik, Anda ingat bahwa untuk

memperoleh tingkat kepercayaan sebesar 99% batas toleransi dapat sebesar

lebih kurang 3 standar penyimpangan dihitung dari standar ukuran. Artinya limit

atas sebesar X + 3SD (standar deviasi), sedangkan limit bawah X – 3SD. Jadi,

Variation Out of Specification Limit (Variasi di

Luar Batas Spesifikasi)

Variation Out of Specification Limit (Variasi di

Luar Batas Spesifikasi)

Possible Defect (Kemungkinan

Rusak)

Page 6: Aplikasi Di Dunia Industri TP M5

Anda dapat melihat pads diagram Shewhart seperti pads Gambar 8.2 berikut.

Sumbu (vertikal) menunjukkan nilai mutu atau ukuran sampel barang yang sedang

diamati. Sumbu (horizontal) menunjukkan nomor sampel barang yang diamati.

Garis tengah merupakan nilai standar mutu (ukur) keseluruhan produk.

Garis limit atas atau Upper Control Limit (UCL) adalah garis sejajar dengan sumbu

X, dibuat dengan jarak sebesar 3 SD dari garis medium sejajar

X + 3SD yang menyatakan penyimpangan paling tinggi dari nilai standar X .

Sedangkan garis limit bawah yang sejajar dengan sumbu X disebut garis limit

bawah atau Lower Control Limit (LCL) berjarak sebesar X – 3SD dari garis

medium, di mans LCL merupakan batas penyimpangan yang paling rendah.

Nilai tiap sampel dihitung, lalu digambar (diplot) sesuai nilai atau ukuran sampel

dan nomor sampelnya sehingga tiap sampel mempunyai 1 titik. Demikian pula

sampel-sampel lain digambarkan berurutan sehingga diperoleh sejumlah titik

sesuai dengan jumlah sampel yang diambil. Dari titik yang tergambar, kits akan

memperoleh suatu peta titik. Apakah sebagian besar peta titik tersebut berada di

daerah antara UCL – LCL? Bila ya, artinya semua sampel berada dalam batas

toleransi standar mutu yang direncanakan. Akan tetapi, bila peta titik tersebut

berada di luar daerah UCL – LCL, berarti sebagian sampel rusak dan di luar batas

standar yang direncanakan. Jadi, proses produksi harus diperbaiki.

Untuk dapat mengetahui apakah mutu produk yang dibuat sesuai dengan standar

mutu yang direncanakan, terlebih dahulu harus ditentukan batas daerah toleransi

mutu, yakni daerah antara Upper Control Limit (UCL) dan Lower Control Limit

(LCL).

Batas daerah antara UCL dengan LCL disebut sebagai daerah diterima (accepted

area) sedangkan daerah di luar UCL dan LCL disebut daerah ditolak (rejected

area). Penulis mengajukan istilah daerah layak terima (DLT) untuk daerah yang

diterima (accepted area), sedangkan untuk daerah yang ditolak (rejected area)

diberi istilah daerah tidak layak terima (DTLT).

Luasnya daerah layak terima (DLT) tergantung kepada besarnya penyimpangan

(deviasi) dari ukuran standar yang direncanakan. Untuk pabrik yang menghasilkan

produk dengan presisi (ukuran ketepatan) yang tinggi, berarti tidak boleh ada

penyimpangan dari standar yang direncanakan. Artinya, standar deviasi adalah

Page 7: Aplikasi Di Dunia Industri TP M5

nol. Misalnya baut (sekrup), jari-jari motor, alai-alai elektronik (misalnya IC atau

integrated circuit), takaran komposisi obat-obatan, pesawat terbang, dan produk

lain yang berkaitan dengan keselamatan konsumen.

Produk yang ukurannya "boleh" menyimpang (deviasi) dari ukuran standar,

misalnya besarnya roti, donat, ukuran baju, dan produk lain yang tidak

membahayakan konsumen. Akan tetapi, penyimpangan tersebut harus dalam

batas-batas toleransi. Batas toleransi tersebut misalnya standar normal ± 1

penyimpangan (standar deviasi) atau standar ± 2a atau standar ± 3a.

Bila standar ± Os berarti garis sentral (X atau standar yang direncanakan berimpit

dengan LCL dan UCL atau X = LCL = UCL).

Page 8: Aplikasi Di Dunia Industri TP M5

7. Menentukan Besarnya Standar Deviasi (a)

Berdasarkan ilmu statistik, besarnya penyimpangan mengikuti rumus berikut.

Keterangan:

CF standar deviasi

X. ukuran sampel

X = ukuran standar yang ditetapkan perusahaan n = jumlah sampel yang diuji

Standar deviasi ini digunakan untuk menentukan besarnya toleransi ukuran

produk dari standar ukuran yang direncanakan. Penyimpang dapat Ocr, 1 CY, 26,

dan seterusnya. Konon produk-produk industri Jepang yang dijual ke pasaran

Amerika Serikat harus tanpa deviasi atau Oa.

B. SEJARAH, KONSEPTOR, DAN DASAR TOTAL QUALITY MANAGEMENT

(TQM)

1. Sejarah dan Konseptor TQM

Total Quality Management (TQM) yang dalam bahasa (istilah) Indonesia disebut

Total Manajemen Mutu atau Manajemen Mutu Terpadu (integrated quality control)

mempunyai Sejarah yang agak panjang. Hampir lima dekade yang lalu istilah

TQM telah tumbuh dan berkembang sebagai hasil sintesis dari berbagai sumber.

Semula ide TQM muncul pertama kah di Amerika Serikat, tetapi kemudian

diorganisasikan dan dilaksanakan di beberapa perusahaan Jepang. Khususnya

setelah Perang Dunia II, TQM ini diseminarkan sekaligus diterapkan dalam bentuk

program-program pelatihan di berbagai sektor industri. Dua orang pakar yang

merupakan "suhu" TQM, balk di Jepang maupun di Amerika Serikat adalah W.

Edward Deming dan Joseph M. Juran.

Peran Deming terutama mengajarkan betapa pentingnya pihak manajemen suatu

perusahaan harus bertanggung jawab penuh dalam penerapan sistem kualitas

produk secara total dalam menghasilkan produk yang baik dan tidak cacat.

Artinya, Deminglah yang pertama mengintroduksi TQM dengan mencegah

(Xi –X)2 X) n –1

Page 9: Aplikasi Di Dunia Industri TP M5

terjadinya produk cacat (defect product). Tentu saja Deming pun mendukung

penggunaan statistik untuk melaksanakan kendali mutu (statistical quality control).

2. Empat Belas Butir Program Mutu dari Deming

Penggunaan cara statistik untuk kendali mutu produk menurut Deming lebih

menekankan pads upaya memonitor kualitas (quality monitoring) dan alai

perlengkapan perbaikan (improvement device) dari produk akhir. Di sinilah

bedanya ide Deming tentang TQC dengan cara pengendalian mutu sebelumnya.

Deming berprinsip menghindari semaksimal mungkin terjadinya kerusakan produk

(defectproduct). Jadi, mencegah lebih dahulu, bukan membiarkan proses produksi

berjalan lebih dahulu baru produknya diperiksa. Menurut Deming cara tersebut

salah karena tidak berupaya mencegah (prevent) terjadinya produk rusak. Oleh

karena itu, Deming menentukan 14 butir program mutu (program for quality), yakni

sebagai berikut.

Ciptakan kondisi yang langgeng (constancy) untuk memperbaiki produk (barang

maupun jasa).

Angkat (adopsi) filosofi baru tentang kualitas. Kita tidak dapat berlamalama

membiarkan keterlambatan, kesalahan (mistakes), bahan rusak, dan buruknya

cara kerja, segera diperbaiki!

Cegah kerusakan produk (defect product), bukan sekadar memantau (terjadinya

produk rusak). Lakukan inspeksi secara massal (tetapi terkoordinasi dengan baik).

Belilah bahan atau peralatan yang bermutu baik dan harga yang baik pula.

Singkirkan pemasok yang sering menjual bahan yang sering ditolak.

Amati dan selidiki setiap masalah, lalu segera pecahkan dengan dasar

memperbaiki sistem produksi secara langgeng (to improve production system

continually).

Lakukan dan perbaiki pelatihan secara melembaga sehingga, diperoleh tenaga

kerja yang mampu bekerja secara tepat dan benar (to do the job right).

Sempurnakan kepemimpinan secara melembaga, dalam arti semua supervisor

slap menolong buruh (operator), tidak hanya sekadar memerintah dan

menghukum karyawan (not just ordering and punishing workers).

Singkirkan rasa takut di kalangan karyawan sehingga setiap karyawan dapat

bekerja secara efektif untuk perusahaan

Teorbos penghalang antarunit kerja sehingga semua karyawan dapat beker a

Page 10: Aplikasi Di Dunia Industri TP M5

sebagai tim kerja.

Hilangkan slogan atau poster yang sifatnya mencapai tujuan dalam target angka

(numerical goals), tetapi tanpa membuat suatu metode kerja yang lebih baik.

(k) Hilangkan standar kerja (work standards) berdasarkan kuota angka (numerical

quotas) (quota = jatah).

(1) Alihkan penghalang yang terdapat di antara para karyawan dengan

kebanggaan (pride) kerja yang mereka miliki.

Institusikan program pendidikan dan pelatihan kembali (retraining) secara mantap.

Pimpinan harus proaktif membuat program-program baru secara institusional.

(Dikutip dari Mary Walton, Deming Managemet at Works, Perigee Books. NY.

1991).

3. Trilogi Mutu Menurut Joseph Juran

Di samping itu, Juran "menyalahkan" pihak manajemen bila produk yang

dihasilkan bermutu jelek. Oleh karena itu, Juran mempunyai gagasan bahwa

pihak manajemen harus bertanggung jawab dan terlibat secara penuh atas mutu

produk melalui trilogi mutu, yaitu

perencanaan mutu (quality planning);

monitor dan kendali mutu (monitoring and control on quality);

memperbaiki mutu (quality improvement).

Beberapa sumbangan pikiran Juran dalam hal mutu produk meliputi:

Perhatian atas kepentingan konsumen sebagai penentu (determiner) mutu suatu

produk sesuai dengan kebutuhan mereka (konsumen).

Menekankan perlunya identifikasi biaya mutu (quality cost) dengan benar dan

tepat (lihat Bab 3).

Promosi tentang lebih perlunya membuat perencanaan kualitas lebih baik untuk

suatu produk, bukan hanya sekadar tindakan koreksi atas produk mutu rendah

yang telah (telanjur) dibuat.

Berusaha kerja (striving) untuk melanjutkan upaya perbaikan mutu produk secara

terus-menerus.

Selanjutnya di bawah advokasi Deming dan Juran, banyak perusahaan di Jepang

menerapkan sistem manajemen mutu dalam perusahaan secara menyeluruh

(company wide quality management system) dengan fokus dan perluasan

tanggung jawab pads karyawan secara individual. Artinya, para

Page 11: Aplikasi Di Dunia Industri TP M5

karyawanlah yang secara individual turut bertanggung jawab penuh tentang mutu

suatu produk yang dibuatnya. Dalam hubungan ini muncul para mahasiswa yang

sungguh-sungguh mendalami manajemen mutu dan akhirnya mereka mempunyai

kontribusi yang penting bagi industri Jepang. Mereka antara lain adalah Shigeo

Shingo, Kaoru Ishikawa, Yoji Akao, dan Genichi Taguchi. Seperti diketahui,

Shigeo Shingo adalah pengembang pendamping (co developer) untuk sistem

produksi Toyota yang menjadi rujukan modal untuk industri di seluruh dunia.

Shingo mengkhususkan diri menjadi ahli dalam desain proses produksi (designing

production process) dan metode kerja (work method) untuk menjamin kesesuaian

mutu produk yang sempuma (perfect quality conformance). Ia pengembang

tekxa'Toka-Yoke" (salah-perbaiki) dan penasihat unggul dalam sistem kerusakan

nol (zero-defect system).

Sedangkan Kaom Ishikawa lebih menyumbangkan pikirannya dalam hal metode

perbaikan terus-menerus (continuous improvement). Misalnya, Ishikawa membuat

suatu instrumen tentang pengembangan dari diagram sebabakibat (cause effect

diagrams) dan penggunaan lingkaran mutu (quality circle).

Akao sebagai pengembang dari fungsi mutu untuk mengetahui atau memperoleh

kesukaan konsumen (customerpreferences) dan menggabungkannya menjadi

desain produk (product design). Taguchi mengembangkan apa yang sekarang

dikenal dengan istilah metode produk tegap dan sehat (robust product) dan desain

proses (design process).

Di Amerika Serikat, Philip Crosby membuat suatu sumbangan besar pada bisnis

Amerika dengan membawa manajemen mutu agar menjadi perhatian publik

melalui buku-buku dan konsultasi dengan pimpinan perusahaan. Bahkan is

mempunyai argumen yang sangat persuasif bahwa barang bermutu dicari atau

dibeli, dan berasumsi bahwa ada pertukaran antara mutu barang yang berkualitas

(better quality) dengan umumnya biaya lebih rendah (lowering cost). Jadi, menurut

Crosby adalah salah berasumsi mutu yang baik berarti biaya tinggi, minimal tidak

selalu. Mengapa demikian? Menurut penulis (SP) mencari mutu yang baik Bering

digunakan sistem produksi yang mempunyai produktivitas lebih tinggi sehingga

biaya per unit bahkan relatif lebih murah.

4. Prinsip-Prinsip Manajemen Mutu Terpadu (TQM)

Walaupun prinsip TQM disinggung-singgung pada bab-bab lain dalam buku ini,

Page 12: Aplikasi Di Dunia Industri TP M5

hal itu hanya upaya betapa prinsip Manajemen Mutu Terpadu (MMT) atau Total

Quality Management (TQM) harus menjadi perhatian seluruh industri, khususnya

di Indonesia. Terdapat 8 prinsip, utama dari MMT atau TQM, yakni sebagai

berikut.

(a) Tanggung jawab utama manajemen puncak (top management). Manajemen

harus menciptakan struktur organisasi, rancangan suatu produk (product

design), proses produksi, dan insentif untuk mendorong karyawan membuat

produk yang bermutu. Menurut Juran, telah terjadi di Jepang bahwa mutu

kepemimpinan di perusahaan-perusahaan Jepang telah memperluas kegiatan

partisipasi (keikutsertaan) secara aktif dari para manajer seniornya.

(The critical variable in Japanese quality leadership is the extent of active

participation by senior managers).

Mutu harus difokuskan pada konsumen dan evaluasinya harus berbasis

kepentingan konsumen. Organisasi perusahaan harus selalu menjalani hubungan

yang erat dengan para konsumennya untuk mengetahui keinginan mereka

(konsumen) yang berkaitan dengan produk yang mereka beli, sekaligus

mengetahui manfaat apa yang ingin mereka peroleh dari produk yang mereka

beli.

Desain proses produksi dan metode kerja hams jelas untuk mencapai kesesuaian

mutu produk (conformance quality product). Gunakan mesin dan alai produksi

yang berfungsi baik dan benar, proses perbaikan dari yang salah (mistake

proofing process), cara terbaik dalam pelatihan untuk karyawan, sediakan

lingkungan kerja yang baik, Berta upaya mencegah produk cacat daripada

memperbaikinya. Sinkroniskan sistem produksi secara ketat dengan komunikasi

cepat antarburuh, meningkatkan kecepatan menemukan dan memecahkan

masalah. Di Indonesia, terdapat kecenderungan lambat menemukan masalah

bare, lebih lambat lagi upaya memecahkan masalah. Perilaku telmi (telat mikir)

dan teldak (telat bertindak) akan menurunkan tingkat daya saing karena pesaing

bekerja dengan cepat berpikir (cekir) dan cepat bertindak (cedak). Ubahlah cara

kerja tadisional semacam itu. Organisasi modem menuntut setiap orang cepat

berpikir dan bertindak.

Setiap karyawan bertanggung jawab atas tercapainya mutu produk yang

baik. Untuk memudahkan Baling kontrol hasil produknya diperlukan kerja

Page 13: Aplikasi Di Dunia Industri TP M5

sama antarkaryawan untuk cepat menemukan masalah mutu suatu produk agar

cepat pula dipecahkan. Misalnya seorang tukang ukur komponen kursi,

kesalahannya dapat segera diketahui oleh tukang potong kayu. Bila tukang

potong kayu lalai (memotong kaki kursi tidak sesuai ukuran), dia akan diprotes

oleh tukang rakitnya karena komponen tidak cocok untuk dirakit.

Mutu tidak boleh dinilai setelah menjadi barang jadi, tetapi harus sejak awal

i

(sejak membuat komponen). Seperti butir (d) di atas, tukang potong tidak akan

memotong bila ukuran potongan komponen kursi salah dibuat oleh tukang

ukurnya. Dengan demikian, tidak akan ada kayu yang salah potong dan terbuang.

Jadi, hindarkan komponen yang cacat atau rusak!

Temukan masalah secara cepat lalu pecahkan secara cepat pula (identify

problem quickly and corrected immediately). Sama dengan butir (c).

Buatlah suatu mekanisme monitoring secara andal dengan cara memeriksa diri

sendiri para karyawan (selfcorrection) atas hasil kerja masing-masing. Bila

menemukan yang salah cepat perbaiki atau laporkan lebih dahulu untuk

didiskusikan cara pemecahannya secara cepat. Jadi, di sini pun diperlukan

kejujuran (sportivitas) para karyawan secara individual.

Organisasi harus berusaha keras (strive) melaksanakan perbaikan mutu produk

secara terus-menerus (the organization must strive for continuous improvement).

Mutu produk yang sangat baik (excellent) adalah hasil kerja (strive) para pekerja

untuk memperbaiki mutu produk secara berkelanjutan, terus-menerus, dan tanpa

bosan. Hal ini merupakan hasil kerja produktif yang didasarkan pada pengalaman

dan eksperimen. Jadi, struktur organisasi, prosedur kerja, dan kebijakan harus

dibangun untuk

mempromosikan dan akselerasi (percepatan) perbaikan mute produk yang

terus-menerus.

Dalam konteks mental bangsa Indonesia yang "hangat-hangat tahi ayam" tentu

cara kerja dan mental kerja cara ini akan menyebabkan seluruh industri (termasuk

industri pariwisata) menghasilkan produk bermutu rendah. Rontokkan dan jauhkan

sifat buruk bangsa Indonesia yang dalam segala hal yang baik bersikap "hangat-

hangat tahi ayam" dan akhimya Indonesia menjadi bangsa tidak berkualitas

dengan menghasilkan produk yang tidak bermutu! Bangsa Indonesia perlu

Page 14: Aplikasi Di Dunia Industri TP M5

membangun sikap disiplin karena keberhasilan organisasi modem adalah

semangat yang dilandasi disiplin yang prima. Ingat betapa cerobohnya bangsa

Indonesia, waktu minyak sawit Indonesia diklaim sebagai minyak sawit yang buruk

kualitasnya di Nederland (negara Belanda) karena dicampur oli mesin. Siapa yang

salah? Seluruh jajaran organisasi produsen minyak sawit termasuk sopir "bodoh"

yang berkolusi dengan tukang tadah yang bermental preman (anasionalis). Akibat

tidak jalannya salah satu prinsip TQM di industri kelapa sawit atau CPO (Crude

Palm Oil).

Bukan mustahil kasus CPO bercampur oli mesin hanya salah satu ulah preman

Indonesia, jangan-jangan hal semacam itu terjadi pula di industri lain. Bangsa

Indonesia belajarlah untuk tidak menjadi bangsa bodoh dalam kendali mutu

produk karena perdagangan bebas dunia, suka atau tidak suka, akan datang

menghampiri Indonesia.

(h) Perusahaan harus bekerja sama dengan pemasok bahan untuk melaksanakan

TQM. Mengingat bahan baku (input) sangat berpengaruh atas hasil mutu produk

maka pihak manajemen harus berarti mengenyahkan (tidak memakai) lagi

pemasok yang kedapatan telah berlaku curang memasok mutu bahan yang buruk.

Dalam hubungan dengan mutu bahan yang baik, sekarang di luar negeri banyak

perusahaan hanya menjalin kerja sama dengan pemasok dalam rangka

menjalankan program manajemen mutu. Bila produk yang dihasilkan baik karena

program manajemen mutu dapat dijalankan dengan baik, berarti perusahaan

dapat mudah memperoleh sertifikat ISO-9000. Sekali dapat sertifikat ISO berarti

harus mampu mempertahankannya.

5. ISO Seri 9000

Metode lain untuk mendorong mencapai produk bermutu lebih baik adalah

membangun kepemilikan sertifikasi standar mutu intemasional yang dikenal

dengan International Standard Organization (ISO). ISO adalah badan standar

mute yang meliputi 100 negara untuk mencapai standar mutu produk secara

intemasional, yang meliputi keperluan teknis (technical requirement) dan berbagai

peraturan untuk meningkatkan mute dan efisiensi industri. Komite Manajemen

Mutu dan Jaminan dari ISO telah membentuk berbagai nomor seri sistem standar

manajemen mutu. Di antaranya adalah ISO seri 9000 yang merujuk aspek desain,

pengembangan, produksi, tes, dan pelayanan produk. Sedangkan seri ISO-9004

Page 15: Aplikasi Di Dunia Industri TP M5

khususnya untuk aplikasi sistem MMT atau TQM.

Salah satu yang penting dari ISO-9000 adalah standar untuk perusahaan yang

ingin menjadi perusahaan pemasok ke pasaran Uni Eropa, disyaratkan harus

mempunyai sertifikat ISO-9000. (Ingat penjelasan di atas CPO (minyak sawit)

yang dicampur dengan oli mesin, sangat merusak citra Indonesia di Eropa,

padahal sesuai dengan ISO-9000, perusahaan minyak sawit Indonesia (harus)

mempunyai ISO-9000. Minyak sawit menjadi bahan baku industri lain seperti

farmasi dan kosmetik).

Proses pengajuan usulan untuk memperoleh sertifikat ISO-9000 paling cepat 1

sampai dengan 2 tahun setelah tim ISO mengadakan penelitian yang

komprehensif tentang penerapan TQM di perusahaan yang mengajukan.

Perusahaan yang memperoleh salah satu. seri ISO diregistrasikan dalam Direktori

ISO, yang merupakan pintu untuk memasuki berbagai pasaran intemasional,

khususnya pasaran Uni Eropa. Menurut catatan pada tahun 1996, lebih dari

setengah (50%) industri kelas menengah Amerika Serikat telah mendapat

sertifikat ISO-9000. Berapakah perusahaan-perusahaan yang telah meraih seri

ISO, berapa perusahaan tersebut telah mampu melaksanakan TQM? Makin

banyak perusahaan dari berbagai industri mempunyai seri ISO tentu saj a akan

makin baik karena perusahaan tersebut berpeluang mengekspor untuk meraih

devisa yang diperlukan untuk pembangunan ekonomi nasional.

6. Faktor Kegagalan Menerapkan MMT/TQM

Banyak perusahaan yang mampu menerapkan MMT atau TQM, tetapi tidak

sedikit pula yang gagal menerapkannya. Faktor-faktor yang menjadi penghalang

bagi suatu perusahaan dalam menerapkan MMT atau TQM adalah sebagai

berikut.

Kesenjangan Komitmen Manajemen Puncak

Manajemen puncak tidak mampu menyatakan bahwa perusahaan sekarang ini

menggunakan TQM karena manajemen puncak (top management) tidak

menghayati sepenuhnya arti TQM sehingga tidak mampu pula membangun

struktur organisasi yang diperlukan untuk pelaksanaan TQM. Dan gagal pula

membentuk sistem hadiah (reward system) yang mendorong dilaksanakannya

TQM.

Salah Memfokuskan Perhatian

Page 16: Aplikasi Di Dunia Industri TP M5

Tak ada resep yang sederhana untuk menjalankan TQM. Seluruh butirbutir

Deming di atas harus dipelajari dan dilaksanakan secara berimbang dan

proporsional. Memfokuskan pada salah sate butir dengan mengabaikan butir lain

mungkin dapat mengakibatkan TQM gagal dilaksanakan.

Misalnya, beberapa manajer membaca laporan keberhasilan TQM di suatu

perusahaan, lalu berminat menerapkan pada perusahaannya. Dalam

memindahkan keberhasilan TQM di perusahaan lain ke perusahaan sendiri

mungkin terjadi salah fokus. Misalnya fokus pada teknik saja, tetapi mengabaikan

perlunya pelatihan, reward system, dan lain-lain sehingga gagal "memindahkan"

keberhasilan TQM di tempat lain ke perusahaan sendiri. Jadi, pelajari secara

komprehensifbutir-butir Deming, lalu sesuaikan dengan budaya kerja di

perusahaan masing-masing.

C. Tidak Tersedianya Karyawan yang Memadai dan Mendukung

Seperti diketahui, keberhasilan TQM didasari oleh karyawan yang slap dan

mempunyai komitmen akan tanggung jawab menjalani tugasnya pada manajemen

mutu terpadu. Komitmen tidak timbul hanya melalui maklumat atau pengumuman

resmi (The commitment can not be achieved by edict), tetapi memerlukan

informasi kepada para karyawan tentang tujuan sistem TQM dan pentingnya

keterkaitan mereka pada sistem ini, jugs pentingnya TQM bust perusahaan dan

mereka.

d. Hanya Mengandalkan Pelatihan Semata-mata

Beberapa perusahaan mendapatkan bahwa manajemen dan karyawan akan

mempunyai komitmen melalui pelatihan saja, kemudian mengharap TQM akan

berjalan secara otomatis. Ternyata tidak! Langkah berikut dari

pelatihan atas karyawan adalah mengarahkan agar dilaksanakan (by action).

Berarti hal ini memerlukan hal-hal lain, seperti perbaikan mutu proyek atau

menciptakan operasi yang lebih baik, jelas, dan dimengerti para karyawan.

e. Harapan Memperoleh Sesaat, Bukan Hasil Jangka Panjang

Untuk beberapa perusahaan, pelaksanaan TQM memerlukan perubahan

organisasi secara menyeluruh dan budaya keda. Dan ingat! Perubahan tidak

dapat segera terj adi dalam waktu singkat dan cepat. Bahkan hasilnya mungkin

bare dapat dirasakan 1 sampai dengan 2 tahun. Masalahnya banyak perusahaan

tidak sabar, dalam arti menghentikan TQM setelah enam bulan tidak diperoleh

Page 17: Aplikasi Di Dunia Industri TP M5

hasil yang diharapkan. Dalam hal ini, pihak manajemen tidak banyak berbuat

untuk terselenggaranya sarana TQM, tetapi justru ingin cepat memperoleh hasil.

Jelas tidak bisa! Siapkan semua infrastruktur pendukung dengan merujuk 14 butir

Deming dan trilogi mutu Juran, lalu sisanya keda keras tanpa lelah dan bosan.

Tunggu 2 (dua) tahun!

Memaksa Mengadopsi Suatu Metode Padahal Tidak Cocok

Tidak semua teknik manajemen mutu (TQM) cocok di berbagai perusahaan. Hal

ini perlu penyesuaian! Bila tidak, hanya kegagalan yang diperoleh. Hasilnya hanya

kemarahan (danger) dan frustrasi (frustration). Pimpinan perusahaan perlu secara

luwes dalam cara menerapkan sistem TQM, lalu mereka mempunyai kemauan

(willingness) untuk menelusuri kembali berbagai kekurangan secara cepat

sehingga dapat menentukan apakah sesuatu yang telah diadopsi cocok atau perlu

penyesuaian dengan kondisi Berta situasi perusahaan mereka.

C. ANALISIS SEBAB-AKEBAT (CAUSE EFFECT ANALYSIS) DAN DIAGRAM

TULANG IKAN (FISHBONE CHART)

SPC (Statistical Process Control) atau kendali proses secara statistik sangat

membantu untuk cepat menemukan kegagalan (failure) yang tedadi dalam suatu

sistem produksi. Akan tetapi, sayang tidak dapat mengidentifikasi penyebabnya

(cause) dari suatu masalah. Contohnya, hal yang mudah untuk suatu perusahaan

penerbangan untuk menentukan banyaknya penerbangan yang terlambat, baik

berangkat maupun tiba. Akan tetapi masalahnya, mengapa banyak penerbangan

yang terlambat? Faktor apa yang menyebabkannya? Untuk menjawab pertanyaan

ini, perusahaan penerbangan harus mempunyai suatu mekanisme untuk

mengoleksi data yang mungkin menjadi penyebab keterlambatan. Petugas pintu

pesawat dapat mencatat waktu kru pesawat tiba, kemungkinan menunggu

penumpang yang pindah pesawat (connection flight), dan lain-lain.

Selanjutnya, dapat digunakan diagram tulang ikan (fishbone chart) untuk

menganalisis masalah sebab-akibat. Gambar 8.3 adalah contoh diagram tulang

ikan untuk mengetahui produk cacat, dalam hal ini keterlambatan berangkat

(departure) suatu pesawat.

Dengan menggunakan diagram tulang ikan (fishbone diagram) ini, dapat diketahui

unsur penyebab kegagalan atau komponen yang menyebabkan cacat atau rusak

(dalam diagram pads Gambar 8.3 keterlambatan berangkat) pesawat dari satu.

Page 18: Aplikasi Di Dunia Industri TP M5

bandara. Diagram tulang ikan (DTI) ini dapat digunakan pads industri manufaktur

maupun industri jasa. Contoh Gambar 8.3 adalah DTI untuk industri jasa

penerbangan.

http://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CCwQFjAA&url=http%3A%2F

%2Fdosen.narotama.ac.id%2Fwp-content%2Fuploads

%2F2013%2F01%2FModul-8-SEJARAH-KONSEPTOR-DASAR-KENDALI-

MUTU-SECARA-STATISTIK-DAN-TOTAL-KENDALI-MUTU-

TQM.doc&ei=gqVaU9GNJs3_rAeQ9YDQAw&usg=AFQjCNHVfHs31w-

BLGwRh2uE3aMM0lWMFQ&sig2=EGfNNKqn-UsIZBNlMo8nHQ