perawatan klas iv gigi i1 dan 21 dengan bahan resin modified glass ionomer cement.docx

17
PERAWATAN KLAS IV GIGI I1 DAN 21 DENGAN BAHAN RESIN MODIFIED GLASS IONOMER CEMENT (RMGIC) Elsi Silalahi Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara, Medan Jln. Alumni No. 2, Kode Pos 20155, Medan, Sumatera Utara PENDAHULUAN Mempertahankan tubuh tetap dalam keadaan sehat adalah sasaran yang harus dicapai oleh setiap ahli dalam bidang pengobatan dan dokter gigi bukan merupakan pengecualian . Dalam melaksanakan palayanan kesehatan, dokter gigi harus bertujuan mengembalikan fungsi oral,estetis, kesehatan dan kenyamanan bagi pasien dengan cara mersetorasi giginya. 1 Adapun indikasi dilakukannya prosedur operatif dapat dikategorikan akibat adanya karies, malformasi, discolorisasi, fraktur gigi, dan kebutuhan penggantian gigi (tooth replacement) .2 Sedangkan atas alasan estetis, banyak pasien sangat memperhatikan penampilan gigi-gigi depannya. Beberapa pasien mengesampingkan fungsi pengunyahan dan lebih memperhatikan penampilannya. Tarutama untuk gigi anterior, seperi adanya kavitas atau lesi yang mencapai insisal gigi (klas IV) akan memberikan dampak yang besar terhadap kesehatan mental hal ini terbukti bahwa banyak orang menginginkan gigi mereka terlihat sealami mungkin bahkan gigi yang tidak terlihat oleh orang lain sekalipun (Skinner, 1959). 2 Kehadiran bahan restorasi sewarna gigi merupakan suatu hal yang paralel dengan sejarah kaedokteran gigi. Bahan restorasi untuk gigi anterior

Upload: elsi-margaretha-silalahi

Post on 29-Nov-2015

189 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

perbandingan bahan tumpatan

TRANSCRIPT

PERAWATAN KLAS IV GIGI I1 DAN 21 DENGAN BAHAN RESIN

MODIFIED GLASS IONOMER CEMENT (RMGIC)

Elsi Silalahi

Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara, Medan

Jln. Alumni No. 2, Kode Pos 20155, Medan, Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Mempertahankan tubuh tetap dalam keadaan sehat adalah sasaran yang harus dicapai oleh

setiap ahli dalam bidang pengobatan dan dokter gigi bukan merupakan pengecualian . Dalam

melaksanakan palayanan kesehatan, dokter gigi harus bertujuan mengembalikan fungsi

oral,estetis, kesehatan dan kenyamanan bagi pasien dengan cara mersetorasi giginya.1

Adapun indikasi dilakukannya prosedur operatif dapat dikategorikan akibat adanya karies,

malformasi, discolorisasi, fraktur gigi, dan kebutuhan penggantian gigi (tooth replacement).2

Sedangkan atas alasan estetis, banyak pasien sangat memperhatikan penampilan gigi-gigi

depannya. Beberapa pasien mengesampingkan fungsi pengunyahan dan lebih memperhatikan

penampilannya. Tarutama untuk gigi anterior, seperi adanya kavitas atau lesi yang mencapai

insisal gigi (klas IV) akan memberikan dampak yang besar terhadap kesehatan mental hal ini

terbukti bahwa banyak orang menginginkan gigi mereka terlihat sealami mungkin bahkan

gigi yang tidak terlihat oleh orang lain sekalipun (Skinner, 1959).2 Kehadiran bahan restorasi

sewarna gigi merupakan suatu hal yang paralel dengan sejarah kaedokteran gigi. Bahan

restorasi untuk gigi anterior hendaknya bersifat adhesive, warnanya sesuai dengan warna gigi

yang ada, dapat diterima struktur gigi dan jaringan lunak,mudah dikerjakan, serta mudah

dapat mengembalikan bentuk dan warna gigi.1

Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk memaparkan dengan singkat jenis serta

pertimbangan pemilihan bahan restorasi estetik Resin Komposit,Semen Ionomer Kaca dan

Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin berdasarkan komposisi, indikasi, karakteristik dan

preparasi kavitas yang sesuai dalam pemenuhan kebutuhan restorasi kavitas klas IV .

GLASS IONOMER CEMENT (SEMEN IONOMER KACA)

Glass ionomer cement (GIC) sering juga disebut Glass polyalketone cement merupakan

bahan restorasi yang terdiri atas campuran liquid dan powder yang menghasilkan bahan

plastis yang kemudian mengeras menjadi massa padat. GIC pertama kali diperkenalkan oleh

Wilson dan Kent pada tahun 1971. Dua keunggulan bahan ini yang menjadikannya sebagai

bahan restorasi gigi pilihan dalah kemampuannya yang dapat berikatan dengan email dan

dentin serta kemampuannya untuk melepaskan fluor dari komponen kaca yang terdapat pada

semen.3,5

Komposisi

Komposisi glass ionomer cement yang sangat beragam menjadikannya material restorasi

yang lebih menarik diabndingkan dengan zinc phosphate semen. Komponen utama GIC

adalah kaca, polyacid, air dan tartaric acid. Kaca (glass) terdiri atas tiga komponen utama

yaitu silica (SiO2) dan alumina (Al2O3)yang dikombinasikan dengan calcium fluoride (CaF2).

Ketiga campuran bahan tersebut dipadukan pada suhu tinggi dan massa lelehannya dibekukan

dan diubah menjadi powder sebelum digunakan. Jumlah ion yang dihasilkan dari kaca ini

menjadi faktor penting dalam menentukan sifat, kelarutan dan pelepasan fluor . Kaca ini juga

memegang peranan penting dalam estetik bahan yang dilihat dari indeks bias kaca dan

kehadiran pigmen didalamnya. Polyacid yang banyak digunakan dalam campuran saat ini

adalah copolimer pada akrilik dengan asam iatonik atau asam maleat dengan akrilik. Pada

GIC copolimer yang digunakana adalh vinyl phosphonic acid. Jenis asam ini lebih kuat dari

jenis lainnya yang digunakan pada GIC dan komposisinya lebih terjaga sehingga memiliki

daya tahan yang lama dan tahan terhadap suasana lembab. Polyacid juga berperan dalam

menentukan konsistensinya dalam pasta berdasarkan konsentrasi dan berat molekulnya.

Asam tartaric berperan dalam mempengaruhi masa kerja dan setting time dari semen. 3,4,5

Karakteristik Bahan

Salah satu keunggulan GIC adalah penggunaannya sebagai bahan restorasi pengganti yang

mampu berikatan secara langsung dengan dentin dan enamel. Hal ini terlihat dari ion

polyakrilat yang bereaksi dengan struktur apatit . Ikatan ke dentin menggunakan sistem

adhesif tipe ikatan Hidrogen ke jaringan kolagen yang dikombinasikan dengan ikatan ionik

terhadap apatit tidak melewati struktur dentin. Adanya ikatan ini teruji hanya sebesar 2-7

Mpa. Adanya tensile strength yang rendah dengan lebih dari 7Mpa mengakibatkan bahan ini

mudah pecah. Dari segi estetik yang diperhatikan berupa warna dan sifat translusensinya.

Warna pada GIC ditentukan oleh kandungan kacanya. Pigmentasi pada GIC tidak menjadi

masalah utama karna dapat dikendalikan dengan warna pigmen ferric oxide atau carbon

black. Sedangkan translusensi pada GIC kurang baik dan menghasilkan perbandingan warna

dengan dentin dan enamel. Opasitas pada GIC dipengaruhi oleh absorbsi air yang

menyebabkan penurunan nilai opasitas. Jadi, secara klinis restorasi akan lebih gelap ketika

berkontak dengan saliva dan dapat mengurangi nilai estetiknya. Sifat lain yang dimiliki GIC

adalah mudah terkena erosi beberapa saat pada pertama kali pemakaian, bertambahnya

kekasaran pada permukaan seiring bertambahnya waktu , resisten terhadap abarasi dan

biokompatible (tidak mengiritasi)3,5

Meskipun GIC material yang bersifat hidrofilik, isolasi daerah preparasi dari darah dan saliva

juga diperlukan karena dapat merusak kekuatan ikatan dan memicu terjadinya kontaminasi

pada restorasi dan berdampak pada kekuatan ikatan dan estetik.3

Indikasi / Penggunaan

Awalnya semen ini dirancang untuk tambalan estetik pada gigi anterior dan dianjurkan untuk

penambalan gigi dengan preparasi kavitas kelas III dan V. Namun penggunaan semen

ionomer kaca (GIC) telah meluas antara lain sebagai bahan perekat, pelapik, membangun

badan inti, sebagai penutup pit dan fisur, bahan restorasi untuk kavitas kelas I molar/premolar

permanen (lesi karies dini dengan tekanan oklusal rendah), kavitas kelas III yang kecil,

kavitas akibat abrasi dan erosi servikal, restorasi gigi desidui, karies permukaan akar, basis

amalgam, keramik dan restorasi Sandwich dengan komposit, restorasi sementara gigi

anterior dan posterior, semen pada mahkota tiruan dan jembatan.4,6

RESIN COMPOSITE (RESIN KOMPOSIT)

Resin komposit banyak digunakan sebagai bahan tambahan dalam kedokteran gigi. Resin ini

ditemukan oleh R.L Bowen dan mulai dipasarkan sejak awal tahun 1960-an hingga sekarang.

Seiring dengan berjalannya waktu, resin komposit ini terus dikembangkan. Resin komposit

ini terus dikembangkan dan juga sudah menjadi bagian yang terpenting bagi dokter gigi

karena secara klinis dapat digunakan sebagai tambalan serba guna dan memiliki estetik yang

sangat baik.7

Komposisi

Secara garis besar, resin komposit terdiri atas matriks yang berbahan dasar metakrilat (25%-

30%), bahan pengisi (70%-75%) dan coupling agent.7 Matriks yang biasa digunakan adalah

monomer dimethacrylate yang dapat disinthesis dari reaksi BIS-GMA dengan perbandingan 1

molekul bisphenol-A dan 2 molekul glysidyl methacrylate . Penggunaan monomer ini harus

ditambahakan dengan monomer lainnya untuk mengurangi kekentalannya seperti jenis

monomer methyl methacrylate, triethylene glycal dimethacrylate, dan ethylene glycal

dimethacylate. Matrix komposit ini sangat sangat mempengaruhi polimerisasi, reaktivasi,

sifat mekanik dan penyerapan airnya.6

Pada bahan pengisi biasa digunakan crystalline quartz, lithium glass ceramic, borosilicate

glass. Saat ini juga telah diperkenalkan pemakaian calcium fluoride, calcium phosphate,

silicone barium oxide, dan alumina. Barium oxide dan strontium memberikan efek radiopak

yang dibutuhkan oleh bahan restoratif tetapi dapat juga mengurangi sifat optis yang

diinginkan. Oleh sebab itu cenderung ditambahakan alumina yang bersifat non radiopak

untuk menjaga keseimbanagan sifat yang diinginkan. Fungsi bahan pengisi ini antara lain

memperbaiki sifat-sifat fisis dan mekanis seperti kekuatan terhadap tekanan (compressisve

strength). Daya lenting, kekerasan, mengurangi koefisien ekspansi panas, mengurangi

pengerutan sewaktu polimerisasi mempengaruhi estetis dan berfungsi sebagai bahan radiopak

bila digunakan barium glass.1,6

Bahan antara (coupling agent) pada resin komposit yang digunakan pertama sekali adalah

Viniyl triethoxysilane dan sekarang telah muncul bahan baru berupa senyawa gamma-

methacryloxypropil trimethoxysilane. Bahan antara merupakan senyawa organik yang

ditambahkan pada resin komposit, berfungsi untuk melapisi bahan pengisi dan akan

memperkuat ikatan antara bahan pengisi dengan bahan dasar.6

Selain ketiga bahan utama tersebuta masih terdapat bahan tambahan lain yaitu bahan

penghambat polimerisasi, sistem inisiator/aktivator, stabilisator, zat warna dan plasticizer.6

Karakteristik Bahan

Berdasarkan ukuran partikel filler, resin komposit dapat dibedakan atas

a. Unfilled Resin

Bahan resin sebagai pengganti semen silicate yang pertama. Terdiri atas bubuk (methyl

methacrylat) dan liquid.6

b. Resin Komposit Makrofiller (konvensional)

bahan ini berasal dari resin akrilik dengan menambahkan bahan pengisi anorganik untuk

memperbaiaki sifat-sifat fisis mekanik yang kurang baik seperti kekuatan dan kekerasan yang

yang rendah, koefisien ekspansi panas yang tinggi dan perlekatan terhadap struktur gigi yang

kurang baik. Kerugiannya adalah finishing tambalan tidak halus sehingga mempunyai

tendensi mudah berubah warna.1,6

c. Resin Komposit Mikrofiller

Jenis resin ini mempunyai ukuran partikel yang lebih halus dengan permukaan yang lebih

mudah dipolish. Bahan dasarnya merupakan modifikasi dari BIS-GMA tapi tidak

mengandung gugus hidroksil. Bahan ini memiliki sifat Flexural strength 60-120 Mpa,

Compressive strength 240-300 Mpa, Diametral tensile strength 25-40 Mpa dan

polymerization shrinkage 2-3 % IMT Namun, peengecualian kekuatan kompresif, komposit

mikrofiller memiliki sifat mekanis dan fisik yang lebih rendah daripada resin konvensional.

Hal ini karena hampir 50% volume bahan tambahan ini terdiri atas resin yang berakibat

meningkatnya penarikan air, koefisien panas yang tinggi , serta menurunnya modulus

elastisitas.1

d. Resin Komposit Hybrid

bahan ini mengandung 2 macam partikel pasi yaitu silika koloidal dan partikel halus dari kaca

yang mengandung logam berat. Bahan ini dikembangkan untuk mendapatkan permukaan

yang lebih halus dibandingkan resin komposit mikrofiller tetapi dengan tetap

mempertahankan sifat-sifat komposit yang lain. Komposit hibrid dikatakan mempunyai

permukaan lebih halus dan estetis yang kompetitif dibandingkan komposit mikro-filler untuk

tambalan anterior.Sifat fisis dan mekanisnya berada diantara resin konvensional dan resin

mikrofiller.Karena permukaan yang halus dan kekuatannya baik, komposit ini banyak

digunakan untuk tambalan gigi depan, termasuk Klas IV.1

Ketiga bahan tersebut dikerskan melalui proses polimerisasi akan diawali dengan

menghasilkan radikal bebas. Terdiri atas 2 jenis yaitu:

1. Self-cure composite resin

Merupakan poliemrisasi resin dengan aktivasi kimia. Bahan ini diperjualbelikan

dalam dua pasta yang berisikan aktivator tertiary amine dan bagian lainnya adalah

benzoyl peroxide. Bahan ini dapat dicampur dengan perbandingan 1:1 dan dapat

divariasikan menjadi 2:1 untuk mendapatkan variasi working dan setting time tampah

mengakibatkan perubahan fisis yang berarti pada material. Bila kedua bahan ini

diaduka akan terbentuk radikal bebas dan pengerasan dimulai.

2. Light-curing composite resin

Resin yang diaktivasi dengan sinar terdiri atas dua jenis yaitu yang pertama

menggunakan sinar ultravuilet (hitam) untuk membentuk radikal bebas. Sistem ini

memiliki kendala karena daya penetrasi sinar UV yang terbatas kedalam resin dan

gigi sehingga tidak terpolimerisasi sempurna kecuali bagian yang tipis yang langsung

terkena sinar. Selain itu, sinar ini dapat mengakibatkan kerusakan pada retina dan

jaringan lunak yang berbahaya bagi pengunanya dan juga diperlukan waktu untuk

menaikkan suhu generator sebelum dapat digunakan.

Jinas sinar yang kedua adalah dengan menggunkan sistem aktivasi sinar terlihat yang

disempurnakan sanggup mempolimerisasi bagian yang lebih tebal. Bahan restorasi

resin yang diperjualbelikan dengan sistem ini tersedia dalam satu pasta saja yang

didalmnya mengandung molekul foto inisiator dan amine. Bila kedua bahan ini

disinari maka bahan ini kan bereaksi dan terbentuk radikal bebas. Sebaliknya, bila

tidak disinari, maka kedua bahan ini tidak akan bereaksi. Dibandingkan dengan jenis

sinar UV, sistem ini lebih aman, tidak memerlukan tahap pemanasan sebelum

pemakaian, resin komposit dapat teraktivasi kurang dari 30 detik dan sumber cahaya

yang digunakan konstan. 1,8

Pencapaian estetik yang bagus merupakan kelebihan utama dari resin komposit. Ikatan antara

resin komposit dan gigi mendukung struktur gigi yang tersisa dimana dapat mencegah

kerusakan dan melindungi gigi dari perubahan temperatur yang berlebihan. Untuk menambah

sifat mekanik resin komposit seperti: kekuatan, ketahanan terhadap abrasi, dan estetik dapat

dilakukan dengan menambah bahan pengisi Namun, kekurangan resin komposit juga ada.

Setelah prosedur perawatan selesai, gigi pasien dapat mengalami sensitif. Sensitifitas yang

dihubungkan dengan beberapa material yang terlepas seperti TEGDMA dan BIS-GMA. Hal

ini disebabkan oleh adanya celah mikro / microleakage yang dapat menyebabkan bakteri

yang merangsang internal stress. Sensitifitas tersebut dapat diatasi dengan cara melakukan

prosedur inkremental, isolasi yang baik, dan menggunakan basis untuk melindungi pulpa.

Disamping itu, warna resin komposit dapat berubah secara perlahan jika pasien minum teh,

kopi ataupun makanan yang mengandung zat pewarna.2,6

Indikasi/Penggunaan

Spesifikasi material yang dimiliki komposit menjadikan komposit sebagai bahan terbaik

untuk kebanyakan restorasi estetik pada gigi anterior seperti klas III, klas IV dan klas V.

Kualitas ini didukung dengan adanya strength yang adekuat dan kemampuan bahan yang

berikatan dengan struktur gigi tanpa harus membuang partikel yang lebih banayak lagi.Pada

klas III dilakukan pada lesi interproksimal gigi anterior, hilangnya sudut insisal gigi (Klas

IV), lesi pada permukaan fasial gigi (klas V), fraktur gigi anterior, membentuk kembali gigi

untuk mendukung restorasi tuang,serta menutup atau memperkecil diastema pada gigi.2,9

RESIN-MODIFIED GLASS IONOMER CEMENT

Sejak adanya kemunculan resin komposit aktivasi sinar, banyak praktisi mulai mengeluhkan

sifat dari material semen ionomer kaca yang tidak ideal. Namun karena sifatnya yang mampu

menghasilkan fluor dan sistem adhesifnya yang baik, semen ionomer kaca masih tetap

digunakan. Oleh sebab itu beberapa pabrik meneliti untuk memperbaharui karakteristik yang

dimiliki GIC dengan menggabungkannya dengan resin komposit, dimana proses polimerisasi

yang digunakan mengunakan aktivasi sinar biru yang kemudian disebut sebagai resin

modified GIC (RMGIC). RMGIC juga dikenal dengan hybrid GIC atau Light-curing GIC.1,5

Komposisi

Bahan ini tersedia dalam kemasan powder-liquid dimana pada bagian powder terdiri atas

fluoroaluminosilicate glass dan liquid berupa photo-active liquid didalam kemasan botol

berwarna gelap (untuk melindungi dari cahaya). Komposisi liquid bermacam-macam

tergantung jenis produk namun pada umumnya sama berupa larutan encer dari monomer

hidrofilik seperti HEMA, polyacrylic acid atau copolimer polyacrylic acid dengan tambahan

methacryloxy, tartaric acid, dan photo-inisator. Pilihan terhadap resin dibatasi oleh

kemampuan GIC yang tahan terhadap keadaan lembab sehingga mengharuskan resin

memiliki keadaan tahan lembab. Kandungan HEMA yang dimiliki RMGIC menjadikannya

tahan terhadap keadaan lembab karena kandungan monomernya yang hidrofilik. Prinsip

pengerasan pada RMGIC pada dasaranya sama dengan GIC dimana proses inisiasi akan

dimulai ketika powder-liquid dicampurkan. Proses aktivasi sinar dapat mempercepat

pengerasan karena kandungan HEMA yang dimiliki sehingga dapat mengeras dalam 30 detik.

Jika dilakukan tanpa sinar, proses pengerasan tetap akan terjadi dalam 15-20 menit melalui

reaksi redox. Karena adanya sifat reaksi asam-basa ini, maka pada RMGIC juga tifak perlu

dilakukan penumpatan secara inkremental dikarenkan sinar akan terhalang berpenetrasi

kebahan restorasi.2,3,4,5

Karakteristik Bahan

RMGIC memiliki mekanisme adhesif yang sama dengan GIC. Sistem adhesifnya merupakan

ikatan ionik antara glass ionomer dengan kalsium pada struktur gigi.RMGIC diciptakan

sebagai bahan restorasi direk atau sebagai basis atau liner yang digunakan pada komposit,

amalgam, dan restorasi keramik. Adanya penambahan resin pada GIC menghasilkan banyak

perubahan sifat bahan. Keuntungan ini menghasilkan kemampuan GIC dimana bahan

berikatan dengan enamel dan dentin dan menghasilkan fluor dan dikombinasikan dengan

working time yang panjang, waktu pengerasan yang singkat dan aktivasi sinar tunggal

dengan cahaya tampak. Selain itu, restorasi juga mudah dipoles. Kekuatan bahan,diametral

tensile strength, daya ikat terhadap enamel dan dentin, sifat keausan dan tahan terhadap asam

telah banyak berubah menjadi lebih baik sejak ditambahkannya bahan resin. Meskipun

demikian, kandungan HEMA pada bahan ini dilaporkan dapat berakibat sitotoksik jika

berkontak dengan jaringan pulpa dan osteoblas. Itulah sebabnya prosedur polimerisasi harus

diikuti sesuai dengan petunjuk.1,5

Indikasi / Penggunaan

RMGIC memiliki perbaikan keunggulan yang baik dalam hal working time, beberapa

karakteristik lainnya termasuk estetik . Selain itu, bahan ini juga tahan terhadap dehidrasi dan

retak selama proses pengerasan dibandingkan denga GIC. Namun demikian, GIC

konvensional tidak sebaik resin komposit dalam hal estetik dan RMGIC tidak disarankan

dalam hal restorasi yang mengutamakan nilai estetik yang tinggi dikarenakan kandungan

resin yang dimiliki dalam jumlah yang banyak. Selain itu keterbatasan kekuatan yang

dimiliki bahan ini dan keausan yang dimiliki mengindiksikan bahan ini untuk digunakan pada

restorasi yang memiliki beban tekanan yang rendah (tidak untuk restorasi klas I,klas II,

ataupun klas IV). RMGIC juga diindikasikan pada restorasi klas V lesi non karies seperti

dehidrasi dentin maupun restorasi klas V lesi karies pada permukaan akar, celah pada servikal

klas II dan klas III (tidak termasuk kontak proksimal), restorasi gigi molar sulung.2,4

PREPARASI KAVITAS

Kavitas klas IV menurut G.V Black merupakan kavitas kelanjutan dari kavitas klas III

(mengenai mesial atau distal gigi anterior). Karies yang luas atau abrasi yang hebat bisa

melemahkan sudut insisal dan menyebabkan terjadinya fraktur. Dengan kata lain, kavitas

Klas IV adalah lesi pada permukaan proksimal gigi anterior yang telah meluas sampai ke

sudut insisal.

Bentuk preparasi kavitas untuk bahan restorasi estetis umumnya sama, tidak tergantung dari

bahan apa yang digunakan. Pertama-tama semua jaringan karies harus dibuang. Preparasi

yang sempurna harus mencakup email yang rapuh akibat dekalsifikasi. Preparasi harus

memudahkan penempatan bahan rstorasi dan penyelesaiannya. Kemudian lakukan

pengaplikasian bahan sesuai dengan cara yang dianjurkan untuk setiap jenis bahan dengan

memerhatikan sistem perlekatan bahan maupun karakteristik bahan lainnya.

Seperti halnya pada GIC yang menggunakan ikatan hydrogen terhadap dentin dan

dikombinasikan dengan ikatan ionik terhadap enamel. Untuk memperkuat ikatan ini, maka

kavitas haru dalam keadaan bersih dan bebas debris serta diaplikasikan conditioner. Namun

keadaan basah dan lembab tidak memberikan efek terhadap sifat fisis bahan.3

Pada Resin Komposit, untuk memperkuat perlekatan antara bahan dengan gigi dilakukan

tehnik etsa asam untuk menciptakan perlekatan mekanik antara enamel dengan bahan dengan

cara membuka permukaan untuk dapat berpenetrasi. Selain itu diaplikasikan juga bonding-

agent yang akan memperkuat perlekatan lapisan bahan komposit dengan permukaan gigi.

Pada resin komposit selama proses preparasi dan aplikasi bahan, kavitas harus terbebas dari

suasana lembab atau basah.1

Pada RMGIC yang memiliki keunggulan dari GIC dan Resin Komposit, untuk memperkuat

perlekatan bahan dengan gigi pada saat preparasi dilakukan pembuatn bevel dan aplikasi

cavity cleanser/conditioner.2,3

PEMBAHASAN

Restorasi Klas IV dibutuhkan bila adanya keadaan yang memperparah sudut insisal seperti

adanya karies, fraktur, dan lain sebagainya. Ini lebih sulit untuk memberikan retensi mekanis

yang diinginkan bila bagian insisal hilang. Penilaian terhadap beban oklusal menjadi

perhatian utama pada saat akan dilakukannya restorasi. Juga nilai estetis atau kesesuaian

warna menjadi lebih kritis karena ukuran restorasi dan lokasinya pada bagian anterior. Pada

lesi Klas IV pertimbangan bahan yang tepat diberikan adalah Resin Komposit hybrid dengan

aktivasi visible-light. Hal tersebut didukung oleh nilai estetik yang dimiliki adalah yang

terbaik dibandingkan GIC maupun modifikasinya yaitu RMGIC karena memiliki banyak

pilihan warna akibat kandungan resin yang tinggi sehingga dapat disesuaikan dengan warna

gigi yang direstorasi. Selain itu, dibutuhkan juga perlekatan yang kuat dan kekuatan bahan

yang baik dalam menerima beban oklusi dimana resin komposit memiliki sifat fisis dan

mekanisyang lebih baik dengan sistem adhesive paling kuat dan compresive strength paling

baik diantara ketiganya karena kandungan bahan pengisi resin komposit yang lebih

kompleks.Selain itu, RMGIC memiliki kelemahan yaitu wrking time yang pendek namun

setting time panjang, kekerasan dan kekuatan rendah,mudah fraktur pada saat pengerasan,

daya tahan terhadap asam sangat lemah.

Pada GIC dan RMGIC memang memiliki keunggulan dapat melepaskan fluor dengan baik

tidak seperti Resin Komposit dan dapt beradaptasi dengan baik pada suasana lembab. Namun

keunggulan tersebut tidak diutamakan dibandingkan kelebihan yang dimiliki Resin komposit

berupa nilai estetis yang terbaik dan compressive strength yang tinggi dalam memenuhi

tuntutan terhadap preparasi kavitas Klas IV.

DAFTAR PUSTAKA

1. Baum L, Phillips RW, Lund MR. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. Alih Bahasa .Rasinta

Tarigan. Jakarta: EGc, 1997: 1-2; 251-285.

2. Roberson T, Heymann HO, Ritter AV, Pereira PN, Ed 5. Art and Science of Operative

Dentistry. Missouri: Mosby Elsevier ,2006: 529-563.

3. Van Noort R. Introduction to Dental Materials. Ed 3. Edinburgh: Mosby Elsevier, 2007:

127-143.

4. Chestnutt IG, Ed 3. Clinical Dentistry. Edinburg : Elsevier, 2007:124-126: 246-248.

5. Moore BK. Dental Material. In McDonald, Avery’s. Ed 9. Dentistry for the Child and

Adolescent. Missouri: Mosby Elsevier, 2011: 296-311.

6. Syafiar L, Rusfian, Sumadhi S, Yudith A, Harahap KI, Adiana ID. Ilmu Material dan

Teknologi Kedokteran Gigi. Medan: Usu Press, 2012: 161-173

7. Ibrahim I, Luthfia P. Kemampuan reesin Komposit Berbahan Dasar Silorane untuk

Meminimalisasi Proses Penyusutan polimerisasi. JITEKGI 2011,8 (2): 28-31.

8. Sockwell CL, Heymann HO. Tooth-colored Restoration. Iin: Sturdevant CM. Ed 2. The

Art and Science of Operative Dentistry. St.Louis : Mosby Company, 2001 :267-279.

9. Stephen HY. Pediatric Dentistry : Total Patient Care. Philadelphia: Lea & Febiger, 1988 :

203-210.