perancangan struktur atas jembatan busur baja tipe tied
TRANSCRIPT
34
Perancangan Struktur Atas Jembatan Busur Baja Tipe
Tied Arch Bridge Bentang 60 M
(Studi Kasus: Jembatan Kali Putih, Magelang)
Budi Setiawan1, a, Algazt Aryad Masagala2, b 1,2Program Studi Teknik Sipil, Universitas Teknologi Yogyakarta
aEmail: [email protected], bEmail: [email protected]
Abstrak
Jembatan merupakan suatu konstruksi yang berguna menunjang sarana transportasi sebagai
penghubung antara kedua sisi jalan yang terputus karena rintangan dibawahnya. Jembatan existing
Kali Putih berada di ruas jalan Srumbung-Jurangjero merupakan jembatan tipe Truss A-60 dengan
bentang 60 meter, lebar 9,4 meter, dan tinggi rangka 6,4 meter. Jembatan existing rangka baja
dibangun pada tahun 2019 dimana merupakan penggantian dari jembatan lama berstruktur girder.
Jembatan Kali Putih direncanakan ulang menggunakan jembatan busur baja tipe Tied Arch Bridge
dengan dimensi panjang serta lebar jembatan yang sama.
Tujuan dari penelitian ini untuk memperoleh hasil analisis struktur jembatan busur baja tipe
Tied Arch Bridge, peraturan perancangan yang digunakan mengacu pada SNI 1725-2016 tentang
Pembebanan Jembatan, SNI 2833-2016 tentang Perencanaan Jembatan Terhadap Beban Gempa,
RSNI T-03-2005 tentang Perencanaan Struktur Baja Untuk Jembatan, serta peraturan lain yang
berkaitan dengan perencanaan jembatan busur baja. Dalam perencanaan ulang digunakan software
SAP 2000 v.14 untuk analisa struktur serta software AutoCad 2013 untuk penggambaran DED.
Didapatkan komponen struktur utama menggunakan material baja BJ 55 dengan tegangan leleh fy
410 MPa serta tegangan putus fu 550 MPa, sedangkan perencanaan slab lantai jembatan
menggunakan material beton fc’ 25 MPa.
Dari hasil perencanaan ulang Jembatan Kali Putih menggunakan jembatan busur baja tipe
Tied Arch Bridge didapatkan dimensi profil baja arch rib dan chord tie beam BOX 1200.500.20.20,
profil baja top bracing BOX 300.150.10.10, profil baja end cross girder IWF 700.300.13.24, profil
baja cross girder IWF 900.300.16.28, profil baja stringers IWF 450.200.9.14, profil baja wind
bracing IWF 200.200.8.12, dimensi hanger Ø40 mm, plat lantai kendaraan komposit tebal 20 cm
dengan tulangan pokok Ø16-150 dan tulangan bagi Ø13-150, serta sambungan menggunakan baut
mutu tinggi A-325. Didapatkan nilai lendutan terbesar berada di tengah bentang sebesar 0,057 m
kurang dari lendutan ijin sebesar 0,075 m.
Kata Kunci : Jembatan, Perencanaan Ulang, Tied Arch Bridge.
Pendahuluan
Latar Belakang
Jembatan existing Kali Putih yang berada di ruas jalan Srumbung-Jurangjero merupakan
jembatan Truss tipe A-60 dengan bentang 60 meter, lebar 9,4 meter, dan tinggi rangka jembatan 6,4
meter. Jembatan existing rangka baja dibangun pada tahun 2019 dimana merupakan penggantian dari
jembatan lama berstruktur girder, berlandaskan kasus tersebut penulis mencoba melakukan analisis
perancangan jembatan baru dengan bentuk yang berbeda untuk menambah variasi tipe jembatan yang
dapat digunakan.
Dipilihnya jembatan busur baja karena dianggap lebih efektif untuk bentang menengah, selain
itu jembatan busur memiliki vertical clearance lebih tinggi dibandingkan jembatan rangka baja tipe
truss. Adapun pemberian bentuk busur dimaksudkan untuk mengurangi momen lentur pada jembatan
sehingga penggunaan bahan lebih efisien dibandingkan gelagar paralel, selain itu dari segi arsitektural
jembatan busur memiliki nilai artistik dan dapat memberi kesan monumental karena masih belum
35
banyak perencanaan jembatan di Indonesia yang menggunakan tipe tersebut sehingga dapat menjadi
ikon dari suatu daerah dimana jembatan itu berada.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas timbul permasalahan, adapun rumusan masalah dalam analisa ini
adalah:
a. Bagaimana hasil perencanaan ulang struktur atas Jembatan Kali Putih menggunakan sistem
jembatan busur baja tipe Tied Arch Bridge ?
b. Berapa nilai lendutan maksimum jembatan Kali Putih menggunakan sistem jembatan busur baja
tipe Tied Arch Bridge ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang didapat pada perancangan ulang Jembatan Kali Putih, maka
tujuan penelitian yang dituju adalah:
a. Mengetahui hasil perencanaan ulang struktur atas Jembatan Kali Putih menggunakan sistem
jembatan busur baja tipe Tied Arch Bridge.
b. Mengetahui nilai lendutan maksimum jembatan Kali Putih menggunakan sistem jembatan busur
baja tipe Tied Arch Bridge.
Tinjauan Pustaka
Jembatan busur pada dasarnya memiliki struktur utama berbentuk lengkung yang ditopang oleh
abutment dikedua sisinya, desain pelengkung secara alami akan mengalihkan beban yang diterima
lantai kendaraan jembatan menuju abutment. Setiap memikul beban baik beban mati maupun hidup,
keseluruhan bagian rangka pelengkung menerima gaya tekan oleh karena itu material yang digunakan
harus solid dan kuat gaya tekan yang diterima oleh pelengkung juga bervariasi yaitu tergantung
bentang, beban yang dipikul, serta sudut kelengkungan.
Landasan Teori
Jembatan busur tipe Tied Arch Bridge memiliki elemen horizontal pada bagian dasarnya yang
disebut balok pengikat atau tension tie sekaligus berfungsi sebagai deck jembatan, fungsi utama dari
balok pengikat ini menerima gaya tarik yang terjadi pada struktur dan menyalurkanya pada kedua sisi
perletakan. Struktur utama yang berbentuk pelengkung memiliki fungsi utama menerima gaya tekan
yang disalurkan melalui hanger akibat beban dari elemen struktur dibawahnya.
Pembebanan Jembatan
Jembatan harus direncanakan sesuai dengan keadaan batas yang disyaratkan untuk mencapai
target pembangunan, keamanan, dan aspek layan, dengan memperhatikan kemudahan inspeksi, faktor
ekonomi, dan estetika. Standar ini menetapkan persyaratan minimum untuk pembebanan beserta
batasan penggunaan setiap beban, faktor beban dan kombinasi pembebanan yang digunakan untuk
perencanaan jembatan jalan raya.
Beban Mati
Beban mati adalah beban yang terdiri dari berat masing-masing bagian struktural dan elemen-
elemen non-strukturalnya. Masing-masing berat elemen ini harus dianggap sebagai aksi yang
terintegrasi pada waktu menetapkan faktor beban biasa dan yang terkurangi. Besar beban mati
jembatan dipengaruhi oleh bahan yang digunakan sebagai elemen jembatan.
Berat Sendiri (MS)
Berat sendiri (MS) adalah berat bagian struktur jembatan itu sendiri dan elemen-elemen
struktural lain yang dipikulnya, beberapa faktor beban yang termasuk dalam hal ini adalah berat bahan
dari bagian jembatan yang merupakan elemen struktural utama ditambah dengan berbagai elemen
non-struktural yang dianggap tetap. Faktor beban untuk beban sendiri pada jembatan dapat dilihat
pada tabel yang tertera.
36
Tabel 1. Faktor beban untuk berat sendiri
Tipe
beban
Faktor beban (γMS)
Keadaan Batas Layan (γsMS) Keadaan Batas Ultimit (γu
MS)
Bahan Biasa Terkurangi
Tetap
Baja 1,00 1,10 0,90
Alumunium 1,00 1,10 0,90
Beton dicor di tempat 1,00 1,30 0,75 (Sumber: SNI 1725:2016, Pasal 7.2 hal 14)
Beban Mati Tambahan/Utilitas (MA)
Beban Mati Tambahan (MA) adalah berat seluruh bahan yang membentuk suatu beban pada
jembatan yang merupakan elemen non-struktural dan besarnya dapat berubah selama umur jembatan.
Yang termasuk beban mati tambahan adalah beban pelapisan ulang aspal, sarana lain yang menjadi
pelengkap jembatan seperti pipa saluran air, railing, light, serta sarana pelengkap lainya.
Tabel 2. Faktor beban untuk beban mati tambahan
Tipe
beban
Faktor beban (γMA)
Keadaan Batas Layan (γsMA) Keadaan Batas Ultimit (γu
MA)
Keadaan Biasa Terkurangi
Tetap Umum 1,00(1) 2,00 0,70
Khusus (terawasi) 1,00 1,40 0,80
Catatan(1) : faktor beban layan 1,3 digunakan untuk beban utilitas
(Sumber: SNI 1725:2016, Pasal 7.3 hal 14)
Beban Lajur “D”
Beban lajur “D” terdiri dari beban tersebar merata (BTR) yang digabung dengan beban garis (BGT)
seperti yang tergambar dalam gambar 1.
Gambar 1. Beban Lajur “D”
(Sumber: SNI 1725:2016 pasal 8.3.1)
a. Beban Terbagi Rata (BTR)
Mempunyai intensitas q kPa, dimana besarnya q tergantung pada panjang total yang dibebani L
seperti berikut:
L ≤ 30 m : q = 9,0 kPa............................................................................................................(1)
L ≥ 30 m : q = 8,0 (0.5 + 15
𝐿) kPa .............................................................................................(2)
Dengan pengertian q adalah intensitas beban terbagi rata (BTR) dalam arah memanjang jembatan,
sedangkan L adalah panjang total jembatan antar as yang dibebani (meter).
b. Beban Garis (BGT)
Merupakan beban dengan intensitas p kN/m harus ditempatkan tegak lurus terhadap lalu lintas
jembatan. besar intensitas p = 49 kN/m. Untuk mendapatkan momen lentur negatif maksimum
jembatan menerus, BGT kedua indentik harus ditempatkan pada posisi dalam dengan arah
melintang jembatan pada bentang lainnya.
Beban Truk (T)
Selain beban “D” terdapat beban lalu lintas lainya yaitu beban truk “T”. Beban truk “T” tidak
dapat digunakan bersamaan dengan beban “D”. Beban truk dapat digunakan untuk perhitungan
struktur lantai. Pembebanan truk “T” terdiri atas kendaraan truk semi-trailer yang mempunyai
37
susunan dan berat gandar disebarkan menjadi 2 beban merata sama besar yang merupakan bidang
kontak antara roda dengan permukaan lantai. Jarak antar 2 gandar bisa berubah dari 4,0 meter sampai
9,0 meter untuk mendapatkan pengaruh terbesar pada arah memanjang jembatan.
Tabel 3. Faktor beban untuk beban “T”
Tipe
Beban
Jembatan
Faktor beban
Keadaan Batas Layan Keadaan Batas
Ultimit
Beton 1,00 1,80
Baja 1,00 2,00
(Sumber: SNI 1725:2016 Pasal 8.4 hal 41)
Gambar 2. Distribusi Trailer “T” 500 kN
(Sumber: SNI 1725-2016 Pasal 8.4.1 hal 41)
Pembebanan Untuk Pejalan Kaki (TP)
Trotoar yang memiliki lebar lebih dari 60 cm harus direncanakan untuk memikul beban dengan
intensitas 5 kPa dan dianggap bekerja secara bersamaan dengan beban kendaraan pada tiap lajur.
Jembatan pejalan kaki dan trotoar harus direncanakan dapat memikul beban per m² dari luas yang
dibebani.
Gaya Rem (TB)
Gaya rem harus ditempatkan di semua lajur rencana yang dimuati berisi lalu lintas dengan arah
yang sama, gaya ini diasumsukan bekerja secara horizontal pada jarak 1,8 m diatas permukaan jalan
pada masing-masing arah longitudinal dan dipilih yang paling menentukan. Gaya rem diambil yang
terbesar dari 25% berat gandar truk desain atau 5% berat truk rencana ditambah dengan beban lajur
terbagi rata atau BTR.
Beban Angin
Tekanan angin yang diasumsikan disebabkan oleh angin rencana dengan kecepatan dasar (VB)
sebesar 90 hingga 126 km/jam. Perencana dapat menggunakan kecepatan rencana dasar yang berbeda
untuk kombinasi pembebanan yang tidak melibatkan kondisi beban angin yang bekerja pada
kendaraan. Arah angin rencana harus diasumsikan horizontal. Tekanan angin rencana dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut:
𝑃𝐷 = 𝑃𝐵 (𝑉𝐷𝑍
𝑉𝐵)
2
Dengan,
PB : Tekanan angin dasar
VDZ : Kecepatan angin rencana pada elevasi rencana
VB : Kecepatan angin 90 hingga 126 km/jam pada elevasi 1000 mm
38
Tabel 4. Tekanan angin dasar
Komponen bangunan atas Angin tekan (MPa) Angin hisap (MPa)
Rangka, kolom, dan
pelengkung 0,0024 0,0012
Balok 0,0024 N/A
Permukaan datar 0,0019 N/A (Sumber: SNI 1725:2016, Pasal 9.6 hal 56)
Beban Gempa
Perencanaan beban gempa dalam pembebanan jembatan yang digunakan mengacu pada
peraturan yang dibuat Badan Standarisasi Nasional (SNI 2833:2016 Standar Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Jembatan). Prosedur analisis yang digunakan tergantung dari beberapa kriteria yang
terkait dengan tipe dan jenis jembatan yang akan dianalisis.
Faktor Beban dan Kombinasi Pembebanan
Gaya total terfaktor yang digunakan dalam perencanaan harus dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
𝑄 = ∑ 𝜂𝑖𝛾𝑖𝑄𝑖
Dengan,
η1 = faktor pengubah respon
γi = faktor beban
Qi = gaya atau beban yang bekerja pada jembatan
Persyaratan Bahan Untuk Struktur Jembatan Rangka Baja
Penggunaan bahan untuk elemen struktur jembatan harus memenuhi persyaratan mutu yang
diisyaratkan di dalam peraturan standar yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.
Tabel 5. Sifat Mekanis Baja Struktural
Jenis
Baja
Tegangan mutu
minimum, fu (MPa)
Tegangan leleh
minimum, fy
(MPa)
Peregangan
minimum
(%)
BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13 (Sumber: RSNI T-03-2005, Pasal 4.4.1)
Sifat-sifat mekanis baja struktural lainnya untuk maksud perencanaan ditetapkan sebagai berikut:
Modulus elastisitas (E) = 200.000 MPa
Modulus geser (G) = 80.000 MPa
Angka poissonc (μ) = 0,3
Koefisien pemuaian (α) = 12 x 10-6 per ⁰C
Komponen Struktur Jembatan Busur Baja
Struktur Busur
a. Tinggi busur 1
6≤
𝑓
𝐿≤
1
5 ....................................................................................................................(3)
b. Lebar jembatan 𝑏
𝐿≤
1
20 .....................................................................................................................(4)
c. Tinggi efektif
Perhitungan tinggi efektif dapat dihitung menggunakan rumus parabola sebagai berikut:
39
𝑌 =4𝑓𝑥(𝐿−𝑥)
𝐿² ...................................................................................................................(5)
Dengan:
f : tinggi lengkung busur
t : tinggi tampang busur
b : lebar jembatan antar perletakan
x : jarak tertentu yang diukur dari tumpuan ke lapangan
L : panjang total jembatan antar perletakan
Komponen Struktur Tarik
Terdapat 2 macam kondisi keruntuhan
Leleh : ØTn = 0,9 x Ag x Fy .......................................................................................(6)
Fraktur : ØTn = 0,75 x An x U x Fu ..............................................................................(7)
Geser blok:
a. Geser leleh – tarik fraktur (Fu x Ant > 0,6 x Fu x Anv)
ØTn : 0,75 x (Fu x Ant > 0,6 x Fu x Anv) .................................................................(8)
b. Geser fraktur – tarik leleh (Fu x Ant x < 0,6 x Fu x Anv)
ØTn : 0,75 x (0,6 x Fu x Anv......................................................................................(9)
Dengan:
Tn : tahanan nominal (Newton),
Ag : luas penampang kotor (mm²)
Fy : tegangan leleh (MPa)
An : luas netto penampang (mm²)
Fu : tegangan putus (MPa)
Agv : luas kotor akibat geser
Anv : luas bersih akibat geser
Agt : luas kotor akibat tarik
Ant : luas bersih akibat tarik
Komponen Struktur Tekan
Syarat desain komponen struktur tekan:
Nu < Øc x Nn ...............................................................................................................(10)
Dengan:
Ø : 0,85
Nu : beban terfaktor
Nn : kuat tekan nominal komponen struktur
Daya dukung nominal:
Nn : Ag x Fcr = Ag x (Fy)/ω ...................................................................................(11)
Dengan besarnya ω ditentukan oleh λc, yaitu:
Untuk λc < 0,25 maka ω = 1
Untuk 0,25 < λc < 1,2 maka ω = 1,34 / (1,67-0.67 λc)
Untuk λc > 1,2 maka ω = 1,25 2 ×λc²
kuat tekan nominal komponen struktur = Ag x Fcr ..............................................................(12)
λc : (λ)/π.√(f_y/E) .......................................................................................................(13)
λc : parameter kelangsingan batang tekan
Kabel Penggantung (Hanger)
b. Gaya (P) yang digunakan dalam perhitungan diameter penampang (A) pada hanger adalah:
P = qtotal x 1/n + berat sendiri kabel .............................................................(14)
Dimana,
qtotal : qLL+qDL .....................................................................................................(15)
l : bentang utama (main span)
n : jumlah section ditambah berat sendiri kabel
40
c. Menghitung luas strand (Aps) yang dibutuhkan pada kabel jembatan busur dapat dihitung
menggunakan persamaan:
Aps = p/fps .........................................................................................................(16)
Dengan,
Fps = 0,74 x fpu .................................................................................................(17)
Dimana,
P : tegangan maksimum setiap kabel
fpu : tegangan ultimate kabel
d. Menghitung jumlah kabel strand yang diperlukan menggunakan rumus:
n = Aps/As .....................................................................................................(18)
Dimana,
n : jumlah kabel strand
Aps : luas strand yang dibutuhkan
As : luas strand tiap kabel
Perhitungan Sambungan
Tabel 6. Spesifikasi Baut
Baut Mutu db (mm) Proof Stress
(MPa)
Kuat Tarik
Min Fu(MPa)
A307 Normal 6,35 - 10,4 - 60
A325 Tinggi 12,7 – 25,4 585 825
28,6 - 36,1 510 725
A490 Tinggi 12,7 – 38,1 825 1035 (Sumber: RSNI-T-03-2005-perencanaan struktur baja untuk jembatan)
Tahanan baut:
Geser øRn : ø x m x r1 x Fub x Ab .............................................................................(19)
Tumpu øRn : ø x 2,4 x db x tp x Fu ..............................................................................(20)
Tarik øRn : ø x Fub x Ab ...........................................................................................(21)
Pu : 1,2Pdi + 1,6Pll .........................................................................................(22)
Dengan:
Ø : faktor reduksi = 0,75,
Rn : kuat nominal baut (kg),
Fub : kuat tarik baut = 825 MPa (untuk baut mutu tinggi jenis A325),
M : jumlah bidang geser,
Ab : luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir (mm2),
P : gaya yang bekerja pada profil (N),
n : jumlah baut,
r1 : 0,50 untuk baut tanpa ulir pada bidang geser,
r1 : 0,40 untuk baut dengan ulir pada bidang geser
Metode Penelitian
Perencanaan ulang jembatan busur baja tipe Tied Arch Bridge merupakan proses redesign dari
jembatan truss rangka baja tipe A-60 yang berlokasi di ruas jalan Srumbung – Jurangjero, Kabupaten
Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Analisa perencanaan ulang hanya meninjau struktur atas dan
dilakukan dengan program bantu SAP 2000 v.14 untuk mempermudah proses analisis serta
mengetahui kinerja struktur jembatan yang direncanakan, serta program AutoCad 2013 untuk
penggambaran DED. Bagan alir perencanaan dapat dilihat pada Gambar 3 sebagai berikut:
41
Gambar 3. Diagram Alir Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Perhitungan Pembebanan
a. Beban Tetap
Merupakan beban yang berasal dari berat jembatan sendiri dan sudah didefinisikan langsung
oleh program SAP 2000.
b. Beban Mati Tambahan
Beban mati yang berasal dari bagian jembatan yang sifatnya bisa dihilangkan atau sementara
disebut beban mati tambahan.
Tabel 7. Spesifikasi Baut
No Jenis Beban Mati
Tambahan
Tebal
(m)
W
(kN/m3)
Berat
(kN//m2)
1 Lap. Aspal &
overlay 0,05 22 1,10
2 Railing, light, dll 0,1 0,10
3 Air Hujan 0,05 10 0,50
W.ma 1,70
(Sumber: Hasil Analisis, 2020)
42
c. Beban Lajur
Beban kendaraan yang berupa beban lajur (D) terdiri dari beban terbagi rata (Uniformly
Distributed Load) UDL dan beban garis (Knife Edge Load) KEL. UDL mempunyai intensitas
q (kPa) yang besarnya bergantung pada panjang bentang L yang dibebani lalu-lintas.
Berdasarkan SNI 1725:2016 pasal 8.3.1 memiliki rumus sebagai berikut:
q = 9,0 kPa untuk L ≤ 30 m
q = 9,0 (0,5 + 15/L)kPa untuk L > 30 m
Gambar 4. Distribusi Beban Lajur “D” (Sumber: SNI 1725-2016, Hal. 39)
Bentang > 30 m
L = 60 m ; maka:
q = 9,0 (0,5 + 15/60)
= 6,75 kN/m
KEL mempunyai intensitas:
P = 49 kN/m
Faktor beban dinamis (Dinamic Load Allowance) untuk KEL diambil sebagai berikut:
DLA = 0,4 untuk L ≤ 50 m
DLA = 0,4 – 0,0025 (L – 50)
DLA = 0,3 untuk L > 90 m
Jarak antar gelagar
s = 1,1 m
L = 60 m ; maka:
DLA = 0,4 – 0,0025 (60 – 50)
DLA = 0,375
Q TD = q . s
= 7,425 kN/m
P TD = (1 + DLA) p . s
= 74,113 kN
d. Beban Kendaraan
Beban kendaraan yang diperhitungkan adalah truk. Sesuai SNI 1725-2016 pasal 8.4.1
As roda depan = 50 kN
As roda tengah = 225 kN
As roda belakang = 225 kN
e. Gaya Rem
Pengaruh pengereman dari lalu-lintas diperhitungkan sebagai gaya dalam arah memanjang, dan
dianggap bekerja pada jarak 1,80 m di atas lantai jembatan.
H TB = 250 untuk L ≤ 80 m
H TB = 250 + 2,5 (L – 80)
H TB = 500 untuk L > 180 m
Gambar 5. Distribusi Gaya Rem (Sumber: SNI 1725-2016, Hal. 41)
43
Gaya rem dengan 9 buah stringers/segmen dengan total 13 joint pada area deck
TB/n = 250/9 = 27,78 kN
TB/joint = 27,78/13 = 2,14 kN
f. Beban Pejalan Kaki
Berdasarkan SNI 1725:2016 pasal 8.9 trotoar direncanakan dengan intensitas 5 kPa.
g. Beban Angin
Tekanan angin yang diasumsikan disebabkan oleh angin rencana dengan kecepatan dasar (VB)
sebesar 90 hingga 126 km/jam Berdasarkan SNI 1725:2016 pasal 9.6
VDZ = 2,5 x Vo (V10/VB) ln (Z/Z0)
VDZ = 101,31 km/jam
Angin Tekan
PD = PB (VDZ/VB)²
PD = 3,04 kN/m < 4,4 kN/m
Beban angin disyaratkan tidak boleh kurang dari 4,4 kN/m, span 60 meter sehingga beban angin
tekan tiap joint sebesar:
EWs.L = 264 kN
Perjoint = 11 kN
Angin Hisap
PD = PB (VDZ/VB)²
PD = 3,04 kN/m < 4,4 kN/m
Beban angin Hisap disyaratkan tidak boleh kurang dari 2,2 kN/m, span 60 meter sehingga beban
angin tekan tiap joint sebesar:
EWs.L = 132 kN
Perjoint = 5,5 kN
h. Beban Gempa
Perhitungan gempa berdasarkan SNI 2833-2016. Perhitungan gempa secara statik ekivalen.
Lokasi = Magelang (Tanah Keras/SC)
As = FPGA x PGA = 0,312 g
SDS = Fa x Ss = 0,625 g
SD1 = Fv x S1 = 0,412 g
Waktu getar alami struktur (T)
Ts = SD1/ SDS = 0,660 s
T0 = 0,2 Ts = 0,132 s
T = 0,69428 s (Periode pada SAP)
Ketentuan
T < To; Csm = (SDS – As) (T/To) + As
To ≤ T ≤ Ts; Csm = SDS
T > TS; Csm = SD1/T
Didapat T = 0,69428 s > Ts = 0,660 s dengan berat struktur (Wt) 4679,085 kN
EQ = (Csm/R) x Wt
= 1853,357 kN
i. Kombiasi Pembebanan
Kombinasi beban adalah penjumlahan jenis beban kerja yang diperkirakan dapat berkerja
bersamaan dengan jenis beban lain dalam waktu yang sama. Kombinasi beban yang digunakan
untuk analisis struktur Jembatan (Sumber: SNI 1725-2016)
Analisis Struktur
Proses analisis struktur menggunakan program SAP2000 akan menghasilkan output data yang
diantaranya berupa gaya dalam elemen struktur dan nilai lendutan yang terjadi.
44
Tabel 8. Gaya Dalam Maksimal
No Nama Elemen Struktur Aksial Tekan, Nu
Aksial Tarik,
Tu
Momen Gaya Geser
(kN/m) (kN)
(kN) (kN) Mu+ Mu- Vu+ Vu-
1 Arch Rib
4862.08 88.33 1267.43 -189.91 239.66 -239.66 BOX 1200.500.20.20
2 Chord Tie Beam
0.00 0.00 615.91 -1266.89 357.37 -357.37 BOX 1200.500.20.20
3 Top Bracing
23.84 118.55 16.37 -18.76 7.47 -7.47 BOX 300.150.10.10
4 End Cross Girder
0.00 0.00 462.00 -367.83 325.63 -325.63 IWF 700.300.13.24
5 Cross Girder
0.00 0.00 1042.64 -161.03 625.03 -625.03 IWF 900.300.16.28
6 Stringers
0.00 0.00 196.43 -95.10 184.11 -184.11 IWF 450.200.9.14
7 Wind Bracing
192.41 84.18 6.64 -9.61 4.35 -4.06 IWF 200.200.8.12
8 Hanger
24.11 503.90 0.37 -0.74 0.35 -0.35 cable Ø40 mm
(Sumber: Hasil Analisis, 2019)
Evaluasi Struktur
Tabel 9. Hasil Evaluasi Gaya Aksial
Nama Elemen Struktur Aksial tekan, Nu (kN) Aksial tarik,
Tu (kN)
Tahanan tekan,
ϕ Nn (kN)
Tahanan tarik ϕ
Tn (kN) Ket.
Arch Rib
BOX 1200.500.20.20 4862,08 88,33 22123,40 24501,60 Aman
Chord Tie Beam
BOX 1200.500.20.20 0,00 0,00 22268,33 24501,60 Aman
Top Bracing
BOX 300.150.10.10 23,84 118,55 621,84 1676,36 Aman
End Cross Girder
IWF 700.300.13.24 0,00 0,00 1635,08 7951,95 Aman
Cross Girder
IWF 900.300.16.28 0,00 0,00 2240,77 11431,62 Aman
Stringers
IWF 450.200.9.14 0,00 0,00 1004,75 3570,44 Aman
Wind Bracing
IWF 200.200.8.12 192,41 84,18 204,30 2343,89 Aman
(Sumber: Hasil Analisis, 2019)
Tabel 10. Hasil Evaluasi Momen dan Gaya Geser Nama Elemen
Struktur
MomenUltimit
Mu (kN)
Tahanan Momen Nominal
ϕ Mn (kN)
Gaya Geser
Vu (kN)
Tahanan Gaya Geser
ϕ Vn (kN) Ket.
Arch Rib
BOX 1200.500.20.20 1267,43 13189,54 239,66 9367,68 Aman
Chord Tie Beam
BOX 1200.500.20.20 615,91 13189,54 357,37 9367,68 Aman
Top Bracing
BOX 300.150.10.10 161,37 434,682 7,47 1087,32 Aman
End Cross Girder
IWF 700.300.13.24 462,00 2305,80 325,63 1772,33 Aman
Cross Girder
IWF 900.300.16.28 1042,64 3754,64 625,03 2823,69 Aman
Stringers
IWF 450.200.9.14 196,43 655,012 184,11 700,731 Aman
Wind Bracing
IWF 200.200.8.12 6,64 189,352 4,35 294,41 Aman
(Sumber: Hasil Analisis, 2019)
45
Lendutan Ledutan ijin, (ΔL) = 1/800 × L (60 m)
= 0,075 m
Tabel 11. Nilai Lendutan Variasi
Pembebanan Lendutan Lendutan Izin Keterangan
Comb 1 0,028 0,075 Aman
Comb 2 0,057 0,075 Aman
Comb 3 0,044 0,075 Aman
Comb 4 0,044 0,075 Aman
Comb 5 0,044 0,075 Aman
Comb 6 0,044 0,075 Aman
Comb 7 0,044 0,075 Aman
Comb 8 0,044 0,075 Aman
Comb 9 0,044 0,075 Aman
Comb 10 0,044 0,075 Aman
Comb 11 0,044 0,075 Aman
Comb 12 0,044 0,075 Aman
Comb 13 0,038 0,075 Aman
Comb 14 0,021 0,075 Aman
Comb 15 0,037 0,075 Aman
(Sumber: Hasil Analisis, 2019)
Kabel Penggantung (Hanger)
Kuat tarik kabel penggantung
Ag = ¼ .π.D2
= 690,80 mm2
Kuat tarik nominal
(Tu) = Ag.fu
= 690,80 kN
ФTn = 0,9. Tn
= 621,72 kN
Diketahui hasil output SAP2000 dari Hanger sebesar:
Tu = 505,90 kN
Cek kuat Tarik
Tu (kN) < ФTn
505,90 < 621,72 kN Aman
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis evaluasi struktur serta pembahasan perencanaan ulang yang telah
dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil perencanaan ulang struktur atas Jembatan Kali Putih menggunakan sistem jembatan busur
baja tipe Tied Arch Bridge.
a. Data Umum jembatan:
1) Lebar jembatan : 9,60 m
2) Panjang jembatan : 60,00 m
3) Tinggi busur : 12,00 m
4) Lebar jalan : 7,00 m
5) Lebar trotoar : 2 x 1 m
6) Vertical clearance : 6,00 m
b. Data Struktur Jembatan:
1) Arch Rib : Box 1200.500.20.20
2) Tie Beam : Box 1200.500.20.20
3) Top Bracing : Box 300.150.10.10
4) Wind Bracing : IWF 200.200.8.12
46
5) Cross Girder : IWF 900.300.16.28
6) End Cross Girder : IWF 700.300.13.24
7) Stringers : IWF 450.200.9.14
8) Hanger : Cable Ø 40 mm
9) Mutu Baut : A-325
10) Diameter Baut : Ø 25 mm
: Ø 16 mm
11) Tebal plat sambung : 20 mm
12) Tebal plat lantai : 200 mm
13) Mutu Beton : f’c 25 MPa
14) Diameter tulangan : Tulangan Pokok Ø 16 – 150
: Tulangan Bagi Ø 13 – 150
2. Nilai lendutan maksimum jembatan Kali Putih menggunakan sistem jembatan busur baja tipe
Tied Arch Bridge terjadi pada tengah bentang yaitu 0,057 m, lendutan tersebut dibawah nilai
lendutan ijin yang disyaratkan sebesar 0,075 m sehingga lendutan yang terjadi masih dalam
kategori aman.
Daftar Pustaka
Akbar, D, J. (2018) Modifikasi Perencanaan Jembatan Sipait Pekalongan dengan Menggunakan
Sistem Jembatan Busur Rangka Baja. Institut Teknologi Sepuluh November.
Azra, Aulia. Perencanaan Bangunan Atas Jembatan Lengkung Rangka Baja Krueng Kecamatan
Sungai Mas Kabupaten Aceh Barat. Politeknik Negeri Lhokseumawe Buketrata.
Badan Standar Nasional. (2005). RSNI T-03-2005 Perencanaan Struktur Baja untuk Jembatan,
Jakarta.
Badan Standar Nasional. (2016). SNI 1725-2016 Standar Pembebanan untuk Jembatan, Jakarta.
Badan Standar Nasional. (2016). SNI 2833-2016 Perencanaan Jembatan Terhadap Gempa, Jakarta.
Badan Standar Nasional. (2008). SNI 0076-2008 Tali Kawat Baja, Jakarta.
Gunawan, R. (1987). Tabel Profil Konstruksi Baja. PT Kasinus, Yogyakarta.
Hakikie, P, N. (2017). Perencanaan Ulang Jembatan Lemah Ireng II pada Jalan Tol Semarang-Bawen
Menggunakan Jembatan Busur Rangka Baja. Institut Teknologi Sepuluh November.
Hidayat, R, A. (2018). Studi Variasi Tinggi Busur Pada Perencanaan Ulang Jembatan Sardjito II
terhadap Pengaruh Perilaku dan Kekuatan Through Arch Bridge. Universitas Islam Indonesia.
Widowati, W, T. (2019). Penerapan Value Engineering Untuk Perbandingan Desain Jembatan Truss
Warren With Vertical Supports Dengan Beton Prategang I Girder Pada Jembatan Mataram Di
Ruas Jalan Bligo-Blaburan. Universitas Teknologi Yogyakarta.