perancangan strategi mitigasi resiko supply chain di pt...
TRANSCRIPT
.
Perancangan Strategi Mitigasi Resiko Supply Chain di PT Atlas Copco Nusantara denganMetoda House of Risk
Retno Utari - NRM 9111202 805
Dosen Pembimbing :
Imam Baihaqi, PhD
PROGRAM STUDI
MAGISTER MANAJEMEN TEKNOLOGI
BIDANG KEAHLIAN
MANAJEMEN PROYEK
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH
NOPEMBER
SURABAYA
2014
.Latar Belakang
Perusahaan yang ingin bertahan (minimal) dan berkembang, harus
mulai waspada dan mau berubah dalam mengelola dan
mengoperasikan supply chainnya agar dapat beradaptasi dengan
kebutuhan perusahaan.
PT. Atlas Copco Nusantara (PTACN), perusahaan distributor yang
bergerak dalam bidang pengembangan, pembuatan dan pemasaran
kompressor, peralatan konstruksi dan tambang, peralatan perkakas dan
sistem perakitan (assembly) juga perlu mengelola dengan baik produk-
produk yang dipasarkannya, berupa alat-alat produk Atlas Copco
dengan beberapa Allied Product, untuk memenuhi kebutuhan
pelanggannya dengan baik.
PTACN sangat proakfit dalam melakukan :
• berbagai peluncuran produk baru (a.l. mobile boring machine, 18
tonne underground loader, water treatment facility)
• melakukan kerjasama (Petro Industrial) dan merger dengan
perusahaan lain (PT Fluidcon Jaya),
.Latar Belakang
PTACN perlu mengetahui faktor-faktor utama yang berpengaruh
terhadap kelancaran supply chainnya, berupa :
• resiko-resiko yang mungkin terjadi, terdiri dari penyebab resiko dan
kejadian resiko, serta strategi mitigasi resiko yang dapat diterapkan
untuk menanggulangi penyebab resiko yang terjadi.
Model Supply Chain PTACN dapat digambarkan sebagai berikut :
.Permasalahan & Tujuan Penelitian
PERMASALAHAN
Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah identifikasi resiko
potensial beserta penyebabnya dan bagaimana strategi pencegahannya
dengan menggunakan metoda HOR.
TUJUAN PENELITIAN
Mengindentifikasi kejadian resiko yang berpotensi timbul dalam proses
bisnis supply chain PTACN.
Mengindentifikasi penyebab-penyebab yang mendorong timbulnya
resiko yang terjadi di dalam proses bisnis PTACN.
Merancang strategi mitigasi yang tepat sebagai upaya meminimalkan
atau menghilangngkan resiko yang kemungkinan terjadi di PTACN.
.Ruang Lingkup & Manfaat Penelitian
RUANG LINGKUP
Lingkup kajian pada penelitian yang akan dilaksanakan ini, dibatasi oleh
hal-hal sebagai berikut :
Studi kasus untuk penelitian ini di perusahaan PT Atlas Copco
Nusantara (PTACN), yang berlokasi di Jakarta.
Resiko yang dianalisis adalah resiko yang berkaitan dengan supply
chain PTACN yang berlokasi di Jakarta, bagian hulu sampai hilir
Respondennya adalah manager Supply Chain Management (SCM) dan
manager Purchasing di PTACN.
Metode pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara
.Ruang Lingkup & Manfaat Penelitian
MANFAAT PENELITIAN
Mengetahui resiko-resiko utama yang terjadi di PTACN dan strategi
mitigasi resiko yang dapat diterapkan untuk menanggulangi resiko-
resiko tersebut.
Implikasi manajerial diutarakan agar mitigasi resiko berhasil diterapkan.
.Kajian Pustaka
Supply Chain Management
Supply Chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara
bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu
produk ke tangan pemakai akhir atau konsumen (Pujawan dan
Mahendrawathi, 2010).
Strategi supply chain adalah kumpulan kegiatan dan aksi strategis
disepanjang supply chain yang menciptakan rekonsiliasi antara apa
yang dibutuhkan pelanggan akhir dengan kemampuan sumber daya
yang ada pada supply chain tersebut (Pujawan dan Mahendrawathi,
2010).
Supply Chain Management (SCM) merupakan pengelolaan rantai siklus
yang lengkap mulai bahan mentah dari para supplier, ke kegiatan
operasinal perusahaan, berlanjut ke distribusi sampai kepada
pelanggan.
Tujuan dari SCM adalah untuk memastikan sebuah produk berada pada
tempat dan waktu yang tepat untuk memenuhi permintaan konsumen
tanpa menciptakan stok yang berlebihan atau kekurangan.
.Kajian Pustaka
SCOR
Salah satu model supply chain berupa Supply Chain Operation
References (SCOR), yang digunakan dalam lingkup industri sebagai alat
diagnosa suatu SCM. Salah satu segmennya adalah proses modeling,
yang kemudian dibagi lagi menjadi 5 proses manajemen / bisnis proses,
yaitu :
Plan (Perencanaan)
Source (Sumber)
Make (Produksi)
Delivery (Pengiriman)
Return (Pengembalian)
.Kajian Pustaka
Resiko
Resiko dalam supply chain berpusat pada gangguan aliran dalam
organisasi. Aliran-aliran ini berhubungan dengan informasi, material,
produk dan biaya. Mereka tidak independen satu sama lain tetapi jelas
saling berhubungan.
Resiko mempunyai karakteristik :
Ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa
Ketidakpastian yang bila terjadi akan menimbulkan kerugian.
Resiko Supply Chain
Resiko supply chain dalam bahasa sederhananya mengacu pada
kemungkinan dan dampak ketidakcocokan antara penawaran dan
permintaan.
Adapun definisi resiko supply chain adalah suatu resiko dari aliran produk,
material dan informasi dari supplier awal sampai pengiriman produk akhir
kepada pelanggan.
.Kajian Pustaka
Supply Chain Risk Management (SCRM)
SCRM dapat didefinisikan sebagai identifikasi dan pengelolaan resiko bagi
supply chain, melalui pendekatan terkoordinasi diantara anggota supply
chain, untuk mengurangi kerentanan supply chain secara keseluruhan.
Strategi Mitigasi Resiko Supply Chain
Strategi mitigasi resiko adalah strategi yang melangkahkan organisasi
secara sengaja untuk berusaha mengurangi ketidakpastian yang
teridentifikasi dari berbagai sumber resiko (Miller, 1992).
Metoda-Metoda Resiko Supply Chain
Banyak metoda yang dapat digunakan dalam resiko supply chain, seperti
AHP, Fuzzy AHP, FMEA dan QFD, HOR, dan lain sebagainya.
.Kajian Pustaka
Quality Function Deployment (QFD)
Quality Function Deployment (QFD) adalah metodologi dalam proses
perancangan dan pengembangan produk atau layanan yang mampu
mengintegrasikan ‘suara-suara konsumen’ ke dalam proses
perancangannya.
Salah satu alat QFD
adalah HOQ yang
menyediakan sarana
untuk mengenali
hubungan antara
kebutuhan pelanggan,
Karakteristik teknik,
karakteristik bagian,
operasi proses, dan
persyaratan produksi
.Kajian Pustaka
Failure Modes and Effects Analysis (FMEA)
FMEA adalah teknik analisis rekayasa untuk memastikan bahwa semua
potensi kegagalan suatu produk telah dipertimbangkan dan dianalisis
dalam hal mode kegagalan, penyebab terkait dan kemungkinan efek pada
pelanggan.
Yang diamati dalam FMEA berupa : Fungsi, Kegagalan, Effects,
Penyebab, Kontrol.
Kunci sukses FMEA adalah menjadi “risk conscious" dan menjaga tim
tetap fokus pada risiko. Dua pendekatan yang umum digunakan untuk
penilaian risiko dengan kerangka FMEA adalah Risk Priority Number
(Severity x Terjadinya x Detection) dan Critical Analysis.
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Jadi, QFD dapat dilihat sebagai pembela kebutuhan pelanggan,
sedangkan FMEA adalah pembela suara insinyur
.Kajian Pustaka
House of Risk (HOR) = Rumah Resiko
Adalah kerangka yang dikembangkan, dengan menggabungkan ide-ide
dasar dari dua alat yang terkenal: HOQ (penyebaran fungsi kualitas)
dan FMEA (modus kegagalan dan analisis efek).
Model pendekatan HOR bertujuan untuk mengidentifikasi resiko dan
merancang strategi mitigasi untuk mengurangi probabilitas kemunculan
dari penyebab resiko dengan memberikan tindakan pencegahan pada
penyebab resiko.
Model HOR ini menempatkan probabilitas terjadinya resiko berkaitan
dengan penyebab resiko sedangkan untuk severity berkaitan dengan
kejadian resiko.
.Kajian Pustaka
Dalam HOR juga mempertimbangkan hubungan korelasi antara kejadian
resiko dan penyebab resiko. Nilai dari tingkat severity dari kejadian resiko,
probabilitas dari penyebab resiko dan tingkat korelasi yang telah diperoleh
akan digunakan untuk menghitung nilai aggregate risk potensial (ARP).
Ada 2 tahapan dalam HOR, yaitu :
- HOR1 digunakan untuk menentukan peringkat masing-masing agen
risiko berdasarkan potensi agregat risiko mereka.
- HOR2 untuk memprioritaskan tindakan proaktif perusahaan untuk
mengejar usaha memaksimalkan efektivitas biaya dalam berurusan
dengan agen risiko yang dipilih di HOR1
Karena sebagian besar masukan yang diperlukan dalam model didasarkan
pada penilaian subjektif maka keterlibatan lintas fungsional diperlukan.
.Kajian Pustaka
.HOR 1 :
Fase Identifikasi Resiko
1. Menilai dampak keparahan /
severity dari kejadian resiko.
2. Mengidentifikasi agen-agen resiko
dan menilai kecenderungan
(likelihood / occurance) dari
munculnya masing-masing agen
resiko.
3. Kembangkan hubungan matriks,
antara setiap penyebab resiko dan
setiap kejadian resiko.
4. Menghitung ARP dari agen j.
Formula yang diperoleh adalah:
.Kajian Pustaka
.
5. Merangking nilai ARP dengan Pareto Analysis, dan menentukan
penyebab resiko utama yang perlu segera ditangani oleh perusahaan
.Kajian Pustaka
HOR 2
Fase Penanganan Resiko
1. Mengambil rangking tertinggi dari nilai
ARP hasil HOR1 (Pareto Analysis)
2. Identifikasi tindakan pencegahan
3. Menentukan besarnya korelasi antara tiap
tindakan pencegahan dan penyebab
resiko.
4. Menghitung nilai total efektifitas setiap
tindakan pencegahan.
Formulanya sebagai berikut :
.Kajian Pustaka
.
5. Nilai tingkat kesulitan tampilan dalam setiap tindakan, Dk, dengan skala
3,4,5
6. Menghitung rasio efektifitas total terhadap tingkat kesulitan
7. Merangking nilai rasio efektifitas total terhadap tingkat kesulitan dengan
Pareto Anaysis dan diambil nilai tertinggi
8. Tindakan pencegahan dari nomor 7 diatas merupakan prioritas
perusahaan untuk dilakukan tindakan pencegahan / strategi mitigasi untuk
menghilangkan penyebab resiko.
.Metode Penelitian
METODA PENELITIAN
.Metode Penelitian
Variabel yang diteliti :
- Penyebab resiko
- Kejadian resiko
- Tindakan Pencegahan
Responden dalam penelitian ini ada 2 responden :
- SCM Manager
- Purchasing Manager
Dilakukan dengan cara wawancara
.Metode Penelitian
Langkah-langkah penelitian : SCOR
1. Mengidentifikasi proses bisnis yang ada pada perusahaan PTACN
melalui tahapan-tahapan SCOR (plan, source, make, deliver, return).
2. Kemudian mengidentifikasi kejadian resiko apa yang dapat terjadi pada
setiap prosesnya.
Data penelitian : HOR 1
.Metode Penelitian
Data penelitian : HOR 2
.Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Kejadian Resiko yang telah Terindentifikasi + Nilai Severity
.Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil wawancara dengan responden perusahaan : SCM Manager dan
Purchasing Manager, teridentifikasi 48 Kejadian Resiko yang terjadi di
perusahaan
.Hasil Penelitian dan Pembahasan
2. Penyebab Resiko yang Terindetifikasi dan Nilai Probabilitas
Hasil wawancara dengan
responden perusahaan :
SCM Manager dan
Purchasing Manager,
teridentifikasi 25 Penyebab
Resiko yang terjadi di
perusahaan
.Hasil Penelitian dan Pembahasan
3. Korelasi Kejadian Resiko dan Penyebab Resiko serta Nilai ARP
(Aggregate Risk Potential) dan Perangkingannya
.Hasil Penelitian dan Pembahasan
M
.Hasil Penelitian dan Pembahasan
5. Penentuan Nilai ARP terbesar4. Pareto Analisis
penentuan Nilai
ARP terbesar
Hasil wawancara dengan
responden perusahaan : SCM
Manager dan Purchasing
Manager, teridentifikasi 6
(enam) ARP utama yang
terjadi di perusahaan.
.Hasil Penelitian dan Pembahasan
5. Identifikasi Tindakan Pencegahan / Strategi Mitigasi
Hasil wawancara dengan
responden perusahaan :
SCM Manager dan
Purchasing Manager,
teridentifikasi 17 Tindakan
Pencegahan / Strategi
Mitigasi yang dapat
diterapkan di perusahaan
.Hasil Penelitian dan Pembahasan
7. Korelasi Nilai ARP utama (penyebab resiko utama) dengan Tindakan
Pencegahan / Strategi Mitigasi
.Hasil Penelitian dan Pembahasan
9. Penentuan Nilai ETDk terbesar8. Pareto Analisis
penentuan Nilai
ETDk terbesar
Hasil wawancara dengan
responden perusahaan :
SCM Manager dan
Purchasing Manager,
memberikan 7 (tujuh)
ETDk utama
.Hasil Penelitian dan Pembahasan
Implikasi Manajerial
Implikasi manajerial dimaksudkan untuk mengetahui apa yang dapat
perusahaan lakukan agar strategi mitigasi dapat berjalan dengan baik,
dan perusahaan dapat meningkatkan produktifitasnya dengan cara
meningkatkan kapasitas, kualitas, efisiensi dan efektivitas dari sumber
daya yang ada.
Penetapan tindakan pencegahan / strategi mitigasi utama ada 7, dan akan
langsung diutarakan implikasi manajerial masing-masing.
1. Membangun distribution center yang menyetok barang-barang
kritical (strategis)
Pendistribusian stock-stock strategis dilakukan jika ada permintaan dari
warehouse cabang-cabang ditempat lain..
Implikasi manajerial :
Mempunyai sistem inventory control yang sangat baik sehingga
pergerakan stock strategik dapat dipantau dengan baik.
.Hasil Penelitian dan Pembahasan
Menetapkan level atau jumlah stock strategik yang optimum
Bekerjasama dengan erat warehouse DC dan cabang agar pergerakan
stock strategik terbuka dan diketahui bersama, sehingga distribusinya
menjadi efektif dan efisien
Kerjasama bersama supplier dalam penyediaan stock strategik (kontrak)
Melakukan strategi Near Sourcing, yaitu bekerjasama dengan supplier
yang secara fisik dekat dengan distribusi manufaktur OEM. (mengurangi
lead time pengiriman barang)
2. SOP dijalankan secara lebih baik dengan memberikan Reward and
Punishment yang sesuai
Bertujuan agar karyawan tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan
perusahaan.
.Hasil Penelitian dan Pembahasan
Implikasi manajerial :
Perusahaan menetapkan kepada seluruh karyawan untuk membaca
kembali SOP masing-masing.
Manajer mengontrol kegiatan diatas dan tambahan kontrol agar
departemennya berjalan sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan.
Sikap tegas para manajer diperlukan dalam mengarahkan karyawannya
melaksanakan SOP yang benar.
Memasukkan ketaatan karyawan dalam menjalankan SOP kedalam
sistem manajemen Reward (kriteria penilaian kinerja karyawan diakhir
tahun, penentuan besaran upah karyawan) and Punishment (tindakan
disipliner), agar karyawan disadarkan pentingnya menerapkan SOP
ditempat kerja.
.Hasil Penelitian dan Pembahasan
3. Peramalan permintaan dan perencanaan inventory dilakukan
secara bersama-sama (kolaboratif)
Bertujuan agar inventory yang direncanakan dan diramalkan akan dibeli
dan di stok berjumlah optimal / akurat sesuai kebutuhan perusahaan
dan pelanggan
Implikasi manajerial :
Kerjasama kolaboratif dapat dilakukan jika semua pihak mempunyai
pemahaman visi, misi dan arahan yang sama.
Perusahaan inventory memerlukan suatu nilai budgeting tertetnu
sebagai dasar pembelian inventory yang akan dilakukan oleh pihak
supply chain
Perlu adanya pihak yang mengkoordinasi perencanaan inventory di
perusahaan (supply chain)
.Hasil Penelitian dan Pembahasan
4. Integrasi antar fungsi-fungsi dalam perusahaan ditingkatkan
Sistem kerjasama lintas fungsi dalam perusahaan akan mempercepat
selesainya suatu pekerjaan.
Implikasi manajerial :
Perusahaan menetapkan misi dan tujuan strategis perusahaan menjadi
perekat yang mendorong terjadinya integrasi antara unit fungsional.
Budaya perusahaan meningkatkan persatuan dan inovasi.
Kepemimpinan yang bersifat strategis untuk mencapai integrasi lintas
fungsional
Sistem komunikasi berkualitas tinggi untuk memfasilitasi integrasi lintas
fungsional.
.Hasil Penelitian dan Pembahasan
Sistem komunikasi berkualitas tinggi untuk memfasilitasi integrasi lintas
fungsional.
Berbagi pengetahuan diantara anggota tim, membentuk sinergi diantara
anggota tim di seluruh organisasi.
5. Pemenuhan stock yang dilakukan secara silang (cross fulfillment)
dari warehouse lain
Khususnya jika terjadi stock out dan diperlukan metoda transportasi
transship, yaitu memindahkan barang dari satu alat angkut ke alat
angkut lainnya.
Implikasi manajerial :
Penerapan inventory di distribution center yang optimal.
Bekerjasama dengan warehouse cabang untuk mendapatkan angka
inventory yang optimal
.Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bekerjasama dengan rekanan logistics/3PL untuk memberikan bantuan
penyimpanan barang atau parts di area rekanan logistics/3PL tersebut,
semakin dekat tempatnya dengan perusahaan, semakin baik.
Bekerjasama dengan pihak penyedia transportasi untuk dapat
melakukan pengiriman emergency jika diperlukan
6. Pemberdayaan karyawan agar dapat mengerjakan pekerjaan
multtasking
Multitasking adalah kinerja nyata oleh seorang individu, menangani lebih
dari satu tugas pada waktu yang sama. (baik / tidak baik)
Implikasi Manajerial :
Pimpinan tetap berpandangan terbuka untuk menambah jumlah
karyawan yang mampu, untuk melakukan multitasking.
Penyempurnaan Job description dan kesempatan pekerjaan tersebut
dikerjakan oleh rekan karyawan lainnya.
.Hasil Penelitian dan Pembahasan
Manager melakukan rotasi secara regular
Memberikan pelatihan kepada karyawan, (formal / one on one
coaching)
7. Pemenuhan barang di warehouse dilakukan secara dinamis,
mengikuti kondisi barang (fast moving, slow moving dan
obsolete).
Seberapa sering diatur ulang, tentunya bergantung seberapa sering
parts tersebut dibutuhkan oleh pelanggan.
Implikasi manajerial :
Melakukan kontrol terhadap penempatan barang di dalam warehouse
dan melakukan stock take dengan efisien.
Menggunakan sistem barcoding sehingga pendataan lokasi
barang/parts sangat tepat, kesalahan lokasi dapat diminimalisir.
.Hasil Penelitian dan Pembahasan
Merubah sistem manual warehouse menjadi sistem bin alokasi otomatis
dengan penggunaan alat pengambil dan penyimpan barang elektronis
.Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang diperoleh adalah:
1. Penggunaan metoda House of Risk terbukti sebagai solusi tepat untuk
merancang strategi mitigasi terhadap penyebab resiko.
2. Penyebab resiko utama berdasarkan hasil penelitian ini menghasilkan 6
penyebab resiko yang harus diperhatikan, meliputi :
A1 : Peningkatan permintaan yang signifikan
A2 : Kekurangan dalam kapasitas supply
A4 : PR mendesak dari user
A7 : Ketergantungan pada satu supplier
A11 : Masalah custom clearance
A14 : Kedatangan kapal tidak tepat waktu
3. Sedangkan hasil 7 (tujuh) tindakan pencegahan utama / strategi mitigasi
utama yang perlu dilakukan terlebih dahulu oleh perusahaan adalah :
.Kesimpulan dan Saran
- PA3 : Membangun distribution center yang menyetok barang-barang
kritical (strategis)
- PA14 : SOP dijalankan secara lebih baik dengan memberikan Reward
and Punishment yang sesuai
- PA15 : Peramalan permintaan dan perencanaan inventory dilakukan
secara bersama-sama (kolaboratif)
- PA5 : Integrasi antar fungsi-fungsi dalam perusahaan ditingkatkan
- PA4 : Pemenuhan stock yang dilakukan secara silang (cross fulfillment)
dari warehouse lain
- PA16 : Pemberdayaan karyawan agar dapat mengerjakan pekerjaan
multtasking
- PA13 : Pemenuhan barang di warehouse dilakukan secara dinamis,
mengikuti kondisi barang (fast moving, slow moving dan obsolete).
.Kesimpulan dan Saran
4. Pelaksanaan strategi mitigasi resiko dapat disertai dengan penerapan
implikasi manajerial sesuai dengan hasil korelasi penyebab resiko dan
tindakan pencegahan, dimana dari penelitian ini banyak implikasi
manajerial berkaitan dengan perlunya jumlah inventory yang optimum
dengan peramalan dan perencanaan kolaboratif serta kecakapan para
karyawan dalam pelaksanaan pekerjaan mereka untuk mendukung
terlaksananya keadaan inventory optimum tersebut.
Saran
Beberapa saran yang ingin diajukan agar penelitian ini dapat dilanjutkan
ke tingkatan yang lebih baik lagi adalah :
1. Penelitian resiko ini diperluas meliputi seluruh perusahaan, dan tidak
hanya Supply Chain saja.
.Kesimpulan dan Saran
2. Dengan memperluas cakupan penelitian sesuai point a. diatas, maka
variabel-variabel peninjauan penyebab resiko, kejadian resiko dan
tindakan pencegahan dapat diidentifikasi lebih detail kesemua bagian
perusahaan.
3. Dengan demikian, jumlah responden juga perlu diperbanyak dan ada
baiknya diambil dari pimpinan departemen dan beberapa orang yang
berada pada posisi yang mengetahui dengan baik pekerjaan di dalam
departemen dan perusahaan tersebut.
.