perancangan pusat pemerintahan kota purwokertoeprints.ums.ac.id/70138/12/binder1fix.pdf · dan...
TRANSCRIPT
PERANCANGAN PUSAT PEMERINTAHAN KOTA
PURWOKERTO
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Oleh:
YUSFIRA ANISA RAHMA
D 300 170 030
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
1
PERANCANGAN PUSAT PEMERINTAHAN KOTA PURWOKERTO
Abstrak
Purwokerto adalah sebuah kota yang tidak otonom karena masih menjadi bagian
dan sekaligus menjadi ibukota dari Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Mulai
tahun 2000-an Purwokerto mulai berkembang pesat di berbagai bidang, dengan
munculnya beberapa fasilitas yang di dalam kota antara lain pusat perbelanjaan,
pusat pertokoan, restoran/ pusat kuliner, sarana olah raga, perguruan tinggi, hotel
berbintang bekelas internasional, pusat layanan kesehatan, instansi pemerintah
hingga transportasi umum Trans Jateng. Untuk menyikapi pekermbangan kota
yang sangat pesat tersebut, pada tahun 2005 Pemerintah Kabupaten Banyumas
sudah mulai mengkaji pemekaran wilayah Kota Purwokerto, sehingga nanti Kota
Purwokerto akan menjadi sebuah kota madya yang memiliki otonomi sendiri.
Dalam mendukung perkembangan daerah yang semakin pesat, direncanakan akan
dibangun sebuah kota baru di daerah Tanjung, Purwokerto Selatan. Daerah
tersebut dinilai cocok dengan alasan wilayah tersebut masih memiliki lahan yang
luas dan sebagai salah satu antisipasi penyelamatan lahan resapan air di daerah
utara kota. Lahan ini diproyeksikan akan menjadi sebuah kota baru sebagai
landmark Purwokerto yang berisi CBD (Central Business District) dan kantor
pelayanan pemerintahan baru. Atas dasar pemikiran tersebut, akan dirancang
sebuah kantor pusat pemerintahan yang meliputi Kantor Bupati, Kantor DPRD
dan Kantor Dinas yang terpusat agar kegiatan pemerintahan lebih efektif dan
efisien dan juga akan menjadi salah satu landmark baru di Purwokerto yang akan
dirancang dengan konsep eco architecture, konsep tersebut diharapkan dapat
mengatasi permasalahan yang ada pada calon lahan Pusat Pemerintahan
Purwokerto yang merupakan bekas persawahan, dan juga dapat menjadi pelopor
bangunan ramah lingkungan di Purwokerto.
Kata kunci: kota purwokerto, kota madya, pusat pemerintahan
Abstract
Purwokerto is a city that is not autonomous because it is still a part and at the
same time becomes the capital of Banyumas Regency, Central Java. Starting in
the 2000s, Purwokerto began to grow rapidly in various fields, with the
emergence of several facilities within the city including shopping centers,
shopping centers, restaurants / culinary centers, sports facilities, colleges,
international class hotels, health care centers, government agencies to Trans
Jateng public transportation. To respond to the rapid development of the city, in
2005 the Banyumas Regency Government had begun to study the division of
Purwokerto City, so that later the City of Purwokerto would become a
municipality that had its own autonomy. In supporting the rapid development of
the region, a new city is planned to be built in the area of Tanjung, South
Purwokerto. The area is considered suitable with the reason that the area still has a
large area and as an anticipation of saving water catchment land in the northern
part of the city. This land is projected to be a new city as a Purwokerto landmark
that contains the CBD (Central Business District) and a new government service
office. Based on this rationale, a central government office that includes the
2
Regent's Office, the DPRD Office and the Central Service Office will be designed
so that more effective and efficient government activities and will also be one of
the new landmarks in Purwokerto which will be designed with the eco
architecture concept, the concept is expected can overcome the problems that exist
in the prospective land of the Purwokerto Government Center which is a former
rice field, and can also be a pioneer of environmentally friendly buildings in
Purwokerto.
Keywords: purwokerto city, municipality, central government
1. PENDAHULUAN
Purwokerto adalah sebuah kota yang tidak otonom karena masih menjadi bagian
dan sekaligus menjadi ibukota dari Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Pada
2000-an Purwokerto mulai berkembang pesat, dengan munculnya beberapa
fasilitas yang di dalam kota antara lain pusat perbelanjaan, pusat pertokoan,
restoran/ pusat kuliner, sarana olah raga, perguruan tinggi, hotel berbintang
bekelas internasional, pusat layanan kesehatan, instansi pemerintah (Banyumas
Corner, 2015).
Untuk menyikapi pekermbangan kota yang sangat pesat tersebut, pada
tahun 2005 Pemerintah Kabupaten Banyumas sudah mulai mengkaji pemekaran
wilayah Kota Purwokerto. Diamanatkan di Perda RPJMD (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah) tahun 2005-2025 bahwa pemekaran
wilayah harus dilaksanalan pada periode 2014-2019. Menurut Pemerintah dengan
adanya pemekaran tersebut Kabupaten Banyumas akan terbagi menjadi 2 wilayah
yaitu Kabupaten Banyumas dan Kota Madya Purwokerto yang masing-masing
akan berdiri sendiri (Widiyatno, 2015). Selain itu direncanakan pula akan
dibangun sebuah kota baru di daerah Tanjung, Purwokerto Selatan. Rencana
tersebut diawali dengan pembukaan jalan penghubung dari Jalan Gerilya ke Jalan
Jenderal Sudirman untuk mengatasi kepadatan lalu lintas di kedua jalan tersebut.
Mega proyek tersebut di mulai dengan pembebasan lahan seluas 50 hektar pada
tahun 2014. Lahan ini diproyeksikan akan menjadi sebuah kota baru sebagai
landmark Purwokerto yang berisi CBD (Central Business District) dan kantor
pelayanan pemerintahan baru khususnya kantor DPRD (Banyumasnews.com,
2015).
Namun pada Agustus 2016 Ketua Pansus RDTRK Purwokerto, Subagyo
menjelaskan bahwa perencanaan pembangunan CBD tersebut terpaksa dibatalkan,
3
disebutkan batalnya pembangunan tersebut didasarkan pada pertimbangan alokasi
RTH (Ruang Terbuka Hijau) publik kawasan perkotaan yang masih kurang.
Sehingga kawasan yang rencananya diplot sebagai CBD akan tetap dipertahankan
sebagai zona hijau (Radar Banyumas, 2016). Akan tetapi dengan adanya
pembangunan jalan penghubung antara Jalan Gerilya dan Jalan Sudirman
dipastikan akan tetap tumbuh secara alami menjadi kota baru. Dijelaskan oleh
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Banyumas bahwa direncanakan di
sepanjang jalan penghubung tersebut akan dibangun perkantoran dan masjid,
namun akan lebih banyak RTH karena lokasi merupakan bekas persawahan. (Ely,
2018).
1.1 Rumusan Masalah
Bagaimana rancangan kantor pemerintahan Kota Purwokerto menjadi salah satu
landmark baru Purwokerto menggunakan konsep eco architecture.
1.2 Tujuan
Tujuan dari “Perancangan Pusat Pemerintahan Kota Purwokerto” yaitu :
1) Merancang kantor pemerintahan Kota Purwokerto sekaligus menjadi salah satu
landmark baru Purwokerto.
2) Merancang kantor pemerintahan menggunakan konsep eco architecture.
1.3 Lingkup Pembahasan
Dasar Program Perencanaan dan Perancangan yang disusun dalam laporan ini
perlu batasan pembahasan sebagai berikut :
1) Pembahasan mengacu pada sasaran berupa analisis yang menghasilkan
konsep penyelesaian.
2) Pembahasan perancangan dan perencanaan berpedoman pada studi
literatur dengan membandingkan studi sejenis yang sudah ada.
3) Pembahasan dibatasi pada permasalahan di bidang arsitektur,
permasalahan lain yang tidak terkait dengan proses perencanaan dan
perancangan arsitektur akan dibahas secara asumsi, logika dan mengacu pada
hasil studi pihak lain yang terkait dengan pusat pemerintahan atau kantor
pemerintahan.
4
2. METODE
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu
suatu metode yang bertujuan memberikan gambaran tentang objek studi melalui
analisis secara sistematis, faktual, dan akurat berdasarkan fakta-fakta yang
diperoleh baik data primer maupun sekunder.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Lokasi Site
Lokasi rencana site kota baru merupakan bekas calon lahan kota baru yang
berada di kecamatan Purwokerto Barat dan Purwokerto Selatan. Dengan analisa
pemilihan lahan sebagai berikut :
Gambar 1 Analisa Site Terpilih
(sumber : Data Penulis, 2018)
Gambar 2 Terpilih Bentuk dan Luas Site
(sumber : Data Penulis, 2018)
5
3.2 Konsep Eco Architecture
3.2.1 Analisa Konsep Angin
Angin berhembus dari arah tenggara
Gambar 3 Analisa Angin
(sumber : Data Penulis, 2018)
Konsep angin sebagai berikut:
Bangunan menghadap arah utara dan selatan dengan bentuk bangunan
aerodinamis/melengkung pada arah selatan (arah hembusan angin). Bentuk
bangunan tersebut memiliki fungsi untuk mengendalikan angin dan
mengalirkannya kedalam bangunan melalui sirip angin berupa kaca nako dan
roaster
Gambar 4 Konsep Bangunan Terhadap Angin
(sumber : Data Penulis, 2018)
6
3.2.2 Analisa Konsep Matahari
Gambar 5 Analisa Konsep Matahari Kawasan
(sumber : Data Penulis, 2018)
Gambar 6 Analisa Konsep Matahari Bangunan
(sumber : Data Penulis, 2018)
Gambar 7 Analisa Konsep Matahari pada Interior Bangunan
(sumber : Data Penulis, 2018)
3.2.3 Analisa Konsep Air
a. Konsep Air Sungai
Sungai yang melintasi site dimanfaatkan sebagai view dan orientasi jalan.
7
Disepanjang sungai dijadikan sebagai area relaksasi, jalur sepeda dan
pedestrian. Pada area tersebut akan diperbanyak RTH.
Pemanfaatan sungai sebagai view juga bertujuan agar sungai tetap terjaga
kebersihannya dan terjaga juga ekosistem yang ada disekelilingnya.
Gambar 8 Konsep Sungai
(sumber : Data Penulis, 2018)
b. Konsep pengolahan air hujan sebagai berikut :
Gambar 9 Skema pengolahan air hujan
(sumber : Data Penulis, 2018)
3.3 Konsep Landmark
Bentuk bangunan utama yang ikoni dan memiliki bentuk yang jelas agar
mudah diingat. Dengan tampilan modern.
Bangunan kantor Bupati dan DPRD merupakan bangunan yang paling tinggi
di kawasan, bertujuan agar dapat dilihat dari segala arah (distant landmark).
Adanya plaza pada area dekat dengan persimpangan juga membantu
pengamat melihat ke arah kawasan dan mengarahkan pandangan ke bangunan
utama.
8
Gambar 10 Konsep Landmark
(sumber : Data Penulis, 2018)
4. PENUTUP
Perancangan sebuah kantor pusat pemerintahan yang meliputi Kantor Bupati,
Kantor DPRD dan Kantor Dinas yang terpusat dan juga akan menjadi salah satu
landmark baru di Purwokerto yang akan dirancang dengan konsep eco
architecture, konsep tersebut diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang ada
pada calon lahan Pusat Pemerintahan Purwokerto yang merupakan bekas
persawahan, dan juga dapat menjadi pelopor bangunan ramah lingkungan di
Purwokerto.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, M. J. (2015, November 11). Metaforabayang. Dipetik September 18,
2018, dari Metaforabayang:
http://metaforabayang.blogspot.com/2015/11/norman-foster-sub-
indonesia.html
Alfari, S. (t.thn.). Arsitag. Dipetik September 1, 2018, dari Arsitag:
https://www.arsitag.com/article/kawasan-pusat-pemerintahan
Ayulindia, A. (2016). Pengembangan Kawasan PusatPemerintahan Tingkat Nasional Dan Tingkat Provinsi Di Jakarta Pusat. Pengembangan Kawasan Pusat Pemerintahan Tingkat Nasional Dan Tingkat Provinsi Di Jakarta Pusat.
Banyumas, P. K. (2016, August 26). Pemerintah Kabupaten Banyumas. Dipetik
August 28, 2018, dari Pemerintah Kabupaten Banyumas:
https://www.banyumaskab.go.id/read/19720/pemekaran-banyumas-belum-
jadi-diusulkan#.W4Vqv_lTLDc
9
Banyumas, P. K. (2017). Pemerintah Kabupaten Banyumas. Dipetik September 7,
2018, dari Web Site Pemerintah Kabupaten Banyumas:
https://www.banyumaskab.go.id/page/312/eksekutif
Banyumas, R. (2016, August 4). Radar Banyumas. Dipetik September 14, 2018,
dari Radar Banyumas: https://radarbanyumas.co.id/bangunan-baru-di-
purwokerto-harus-ikuti-aturan-zonasi/
Banyumasnews. (2015, January 2). BanyumasNews.com. Dipetik August 28,
2018, dari BanyumasNews.com:
https://banyumasnews.com/85157/menanti-hadirnya-kawasan-kota-baru-
purwokerto/
Corner, B. (2015, February 3). Membangun Kawasan Kota Baru Puwokerto.
Eisner, S., Gallion, A., & Eisner, S. (1993). Urban Pattern. John Wiley & Sons.
Ely. (2018, June 27). Radar Banyumas. Dipetik September 14, 2018, dari Radar
Banyumas: https://radarbanyumas.co.id/pengerjaan-jalan-tembus-gerilya-
jensud-tahap-dua-capai-rp-45-miliar/
Fauzi, M. A. (2011). Perancangan Kantor Pemerintahan Kabupaten Blitar.
Perancangan Kantor Pemerintahan Kabupaten Blitar, 3.
Fitriana, A. N. (2013). Kantor Sewa Di Mega Kuningan DenganPendekatan Arsitektyr Hemat Energi. Tugas Akhir.
Jamala, N. (2015). Desain Bangunan Hemat Energi: Kajian Tentang Pencahayaan
Pada Ruang Kerja Kantor. Penelitian unggulanperguruan tinggi.
Kusuma, A. R. (2016). Eco Design. Eco Design.
Lynch, K. (1960). The Image of the City. Amerika.
Narita, S. P. (2010). Pemaknaan Fisik dan Sosial Terhadap Landmark dalam
Sebuah Lingkungan. Skripsi.
Pane, K. A. (2012). Kajian Prinsip ‘Eco Friendly Architecture’,
Studi Kasus: Sidwell Friends Middle School. Jurnal Arsitektur Daseng Unsrat Manado.
Purba, H. S. (2005). Prinsip Perancangan Kawasan Pemerintahan Di
Pelabuhanratu, Sukabumi. Prinsip Perancangan Kawasan Pemerintahan
Di Pelabuhanratu, Sukabumi. Regional and City Planning Magister
Programme.
Sudarwani, M. M. (2012). Penerapan Green Architecture DanGreen Building Sebagai Upaya Pencapaian Sustainable Architevture.
Jurnal Arsitektur.
10
Tanuwidjaja, G. (2013). Desain Rumah Heinz Frick yang Ramah Lingkungan dan
Terjangkau. Desain Rumah Heinz Frick yang Ramah Lingkungan dan
Terjangkau.
Tjahjadi, S., & Ferryanto, C. (2002). Data Arsitek. Jakarta: Erlangga.
Widiyatno, E. (2015, November 13). Republika News. Dipetik August 28, 2018,
dari Republika News: https://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/11/13/nxqq91346-banyumas-usulkan-pemekaran-wilayah
Zahnd, M. (2006). Perancangan Kota Secara Terpadu. Semarang:
Soegijapranata University Press.