ibukota jakarta

60
PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR10 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang a. bahwa diskriminasi terhadap penyandang disabilitas masih berlangsung atas dasar kecacatan yang dapat menghambat, membatasi dan/atau menghilangkan hak-hak konstitusional penyandang disabilitas sebagai warga negara; b. bahwa untuk meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan penyandang disabilitas, perlu ada jaminan perlindungan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas yang merupakan tangung jawab Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Masyara!<at; c. bahwa kedudukan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai ibukota negara, pemenuhan hak-hak konsitusional penyandang disabilitas cerminan secara nasional; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Perlindungan Penyandang Disabilitas; Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3298); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3344) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4380); 3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3702);

Upload: others

Post on 24-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IBUKOTA JAKARTA

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUSIBUKOTA JAKARTA

NOMOR10 TAHUN 2011

TENTANG

PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

Menimbang a. bahwa diskriminasi terhadap penyandang disabilitas masihberlangsung atas dasar kecacatan yang dapat menghambat,membatasi dan/atau menghilangkan hak-hak konstitusionalpenyandang disabilitas sebagai warga negara;

b. bahwa untuk meningkatkan kemandirian dan kesejahteraanpenyandang disabilitas, perlu ada jaminan perlindunganpemenuhan hak-hak penyandang disabilitas yang merupakantangung jawab Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Masyara!<at;

c. bahwa kedudukan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakartasebagai ibukota negara, pemenuhan hak-hak konsitusionalpenyandang disabilitas cerminan secara nasional;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalamhuruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerahtentang Perlindungan Penyandang Disabilitas;

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang OrganisasiKemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1985 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3298);

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan TataUsaha Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor3344) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor9 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4380);

3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang PenyandangCacat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3702);

Page 2: IBUKOTA JAKARTA

2

4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak AsasiManusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3886);

5. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 112,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4132)sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4132);

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang PerlindunganAnak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4235);

7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang BangunanGedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4247);

8. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279);

9. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4301);

10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tenlang PemerinlahanDaerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437)sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang­Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4844);

11. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4444);

12. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang SistemKeolahragaan Nasional (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2005 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4535);

Page 3: IBUKOTA JAKARTA

3

13. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4586);

14. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang AdministrasiKependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2006 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4674);

15. Undang-Undang Nomor Nomor 22 Tahun 2007 tentangPenyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2007 Nomor 59, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4721);

16. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang PenanggulanganBeneana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4723);

17. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang PemerintahanProvinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota NegaraKesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4744);

18. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 te"lang PcrseroanTerbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4756);

19. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 129,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4774);

20. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan UmumAnggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2008 Nomor 51, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4836);

21. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang KeterbukaanInformasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4846);

22. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,Keeil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4866);

Page 4: IBUKOTA JAKARTA

4

23. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);

24. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang KesejahteraanSosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4967);

25. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas danAngkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5025);

26. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

27. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

28. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);

29. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan danKawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5188);

30. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang PembentukanPeraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5234);

31. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1998 tentang UpayaPeningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 70, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3754);

32. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 tentangPenyelenggaraan Keolahragaan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2007 Nomor 35, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4702);

Page 5: IBUKOTA JAKARTA

5

33. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2007 tentangPenyelenggaraan Pekan dan Kejuaran Olahraga (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 36, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4703);

34. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang PembagianUrusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan DaerahProvinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

35. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata CaraPelaksanaan Kerjasama Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2007 Nomor 112, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4761);

36. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang WajibBelajar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4863);

37. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang PendanaanPendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4864);

38. Peraturan Pemerintah 74 Tahun 2008 tentang Guru (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 194, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4941);

39. Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2008 tentan9 Persyaratandan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 214,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4955);

40. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentangPengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5105);

41. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2010 tentangPelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 TentangKeterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2010 Nomor 99, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5149);

42. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2002 tentang PerpasaranSwasta di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (LembaranDaerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2002Nomor 76);

Page 6: IBUKOTA JAKARTA

6

43. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2003 tentang Lalu Lintas danAngkutan Jalan, Kereta Api, Sungai dan Danau sertaPenyeberangan Di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta(Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota JakartaTahun 2003 Nomor 87);

44. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2004 tentang Ketenagakerjaan(Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota JakartaTahun 2004 Nomor 60);

45. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Kepariwisataan(Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota JakartaTahun 2004 Nomor 65);

46. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2006 tentang SistemPendidikan (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus IbukotaJakarta Tahun 2006 Nomor 8);

47. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang OrganisasiPerangkat Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Daerah KhususIbukota Jakarta Tahlln 2008 Nomor 10);

48. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2009 tentang SistemKesehatan Daerah (Lembaran Daerall Provinsi Daerah KhusllsIbukota Jakarta Tahun 2009 Nomor 4);

49. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 tentang PembentukanPeraturan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Daerah KhllsllsIbukota Jakarta Tahun 2010 Nomor 2, Tambahan LembaranDaerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1);

50. Peratllran Daerah Nomor 7 Tahun 2010 tentang BangunanGedung (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus IbukotaJakarta Tahun 2010 Nomor 7, Tambahan Lembaran DaerahProvinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 4);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAHPROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

dan

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan: PERATURAN DAERAHPENYANDANG DISABILITAS.

TENTANG PERLINDUNGAN

Page 7: IBUKOTA JAKARTA

7

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

2. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan urusanpemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan PerwakilanRakyat Daerah menurut asas otonomi dan tug as pembantuandengan prinsip otonomi seluas-Iuasnya dalam sistem dan prinsipNegara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksuddalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945.

3. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerahsebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebutDPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsurpenyelenggara pemerintahan daerah.

5. Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi Daerah Khusus IbukotaJakarta yang karena jabatannya berkedudukan juga sebagaiWakil Pemerintah di wilayah Provinsi Daerah Khusus IbukotaJakarta.

6. Dinas Sosial adalah Dinas Sosial Pemerintah Provinsi DKIJakarta.

7. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPDadalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Daerah KhususIbukota Jakarta.

8. Unit Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat UKPD,adalah Unit Kerja atau bagian atau subordinat Satuan KerjaPerangkat Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

9. Penyandang disabilitas atau nama lain adalah setiap orang yangmempunyai kelainan fisik dan/atau mental, yang dapatmengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginyauntuk melakukan aktivitas sehari-hari secara selayaknya, yangterdiri atas penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental,serta penyandang cacat fisik dan mental.

10. Perlindungan penyandang disabilitas adalah segala kegiatanuntuk menjamin dan melindungi hak-hak konstitusional

Page 8: IBUKOTA JAKARTA

8

penyandang disabilitas agar dapat hidup, tumbuh, berkembang,dan berpartisipasi secara optimal sesuai harkat dan martabatkemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari diskriminasi.

11. Kesejahteraan adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan ekonomi/material, spiritual, dan sosial penyandang disabilitas agar dapathidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapatmelaksanakan fungsi sosialnya.

12. Derajat kecacatan adalah tingkat berat ringannya keadaan cacatyang disandang seseorang.

13. Kesamaan kesempatan adalah keadaan yang memberikanpeluang kepada penyandang disabilitas untuk mendapatkankesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan danpenghidupan.

14. Aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan untukpenyandang disabilitas guna mewujudkan kesamaan kesempatandalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.

15. Rehabilitasi adalah proses refungsionalisasi dan pengembanganuntuk memungkinkan penyandang disabilitas mampumelaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupanmasyarakat.

16. Bantuan adalah upaya pemberian bantuan kepada penyandangdisabilitas untuk berusaha bersifat tidak tetap agar mereka dapatmeningkatkan taraf kesejahteraannya.

17. Pemeliharaan taraf kesejahteraan adalah upaya perlindungan danpelayanan yang bersifat terus menerus, agar penyandangdisabilitas dapat mewujudkan taraf hidup yang wajar.

18. Diskriminasi adalah setiap pembedaan, pelecehan ataupengucilan yang langsung ataupun tak langsung kepadapenyandang disabilitas yang didasarkan pada pembedaanmanusia atas dasar jenis dan derajat kecacatan dan/atauberdasarkan agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, statussosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik,yang berakibat pengurangan, penyimpangan atau penghapusan,pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak-hak konstitusionalpenyandang disabilitas dan kebebasan dasar dalam kehidupanbaik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi,hukum, sosial, budaya dan aspek kehidupan lainnya .

19. Badan hukum atau badan usaha adalah sekumpulan orangdan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukanusaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputiperseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya,

Page 9: IBUKOTA JAKARTA

9

badan usaha milik negara (BUMN) atau daerah (BUMD) dengannama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi,yayasan, persekutuan, perkumpulan, organlsasiorganisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis,bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya.

koperasi,massa,

lembaga,

20. Masyarakat adalah perseorangan, kelompok, dan organisasisosial dan/atau organisasi kemasyarakatan.

21. Orangtua adalah ayah dan/atau ibu kandung, atau ayah dan/atauibu liri, atau ayah dan/atau ibu angkat.

22 Keluarga adalah orang yang mempunyai hubungan darah dalamgaris lurus ke atas atau ke bawah dan garis menyamping sampaiderajat ketiga, atau yang mempunyai hubungan perkawinan, atauorang yang menjadi tanggungan.

BAB II

PRINSIP, TUJUAN, DAN RUANG L1NGKUP

Pasal2

Per!indungan penyandang disabilitas diselenggarakan berdasarkal'prinslp sebagai berikut

a. kemanusiaan;b. keadilan;c. kesetaraan;d. pengayoman;e. kepentingan terbaik bagi penyandang disabilitas; danf. non diskriminasi.

Pasal 3

Tujuan perlindungan penyandang disabilitas:

a. meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, serta kelangsunganhidup dan kemandirian penyandang disabilitas;

b. meningkatkan ketahanan sosial dan ekonomi penyandangdisabilitas;

c. meningkatkan kemampuan, kepedulian, dan tanggung jawab duniausaha dan masyarakat dalam perlindungan penyandang disabilitassecara melembaga dan berkelanjutan; dan

d. meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan penyandangdisabilitas.

Page 10: IBUKOTA JAKARTA

10

Pasal4

Ruang lingkup perlindungan penyandang disabilitas, meliputi:

a. kesamaan kesempatan;b. aksesibilitas;c. rehabilitasi;d. pemeliharaan taraf kesejahteraan; dane. perlindungan khusus.

BAB III

KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB

Pasal5

Kewajiban penyelenggaraan perlindungan penyandang disabilitassebagailllana dimaksud dalam Pasal 4 merupakan tanggung jawabbersama, meliputi:

a. Pemerintah Daerah;b. badan hukum atau badan usaha;c. Illasyarakat; dand. keluarga dan orangtua.

Pasal6

(1) KewaJiban dan tanggung jawab Peillerinlah Daerall sebagalmanadimaksud dalam Pasal 5 huruf a, meliputi:

a. melaksanakan kebijakan perlindungan penyandang disabilitasyang diletapkan oleh pemerintah;

b. menelapkan kebijakan, program, dan kegiatan perlindunganpenyandang disabilitas;

c. melakukan kerja sarna dalam pelaksanaan perlindunganpenyandang disabilitas ;

d. memberikan dukungan sarana dan prasarana pelaksanaanperlindungan penyandang disabilitas;

e. mengalokasikan anggaran penyelenggaraan perlindunganpenyandang disabilitas sesuai kemampuan keuangan daerah;dan

f. membina dan mengawasi penyelenggaraan perlindunganpenyandang disabilitas.

(2) Dalam rangka melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabsebagaimana dimaksud pada ayat (1), Gubernur menetapkanprogram dan kegiatan aksi perlindungan penyandang disabilitas

Page 11: IBUKOTA JAKARTA

11

dalam satu Rencana Aksi Daerah Perlindungan PenyandangDisabilitas sebagai dasar bagi SKPD dan UKPD dalammemberikan perlindungan penyandang disabilitas.

(3) Rencana Aksi Daerah Perlindungan Penyandang Disabilitassebagaimana dimaksud pada ayat (2), merupakan bag ianRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenal Rencana Aksi DaerahPerlindungan Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksudpada ayat (2), diatur dengan Peraturan Gubernur.

Pasal?

Kewajiban dan tanggung jawab badan hukum atau badan usahasebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b, dalam memberikanperlindungan kepada penyandang disabilitas sebagai mitra PemerintahDaerah dalam pelaksanaan perlindungan penyandang disabilitas.

Pasal8

(1) Kewajiban dan tanggung jawab masyarakat sebagaimanadimaksud dalam Pasal 5 huruf c, diselenggarakan dal20m bentukperan serta masyarakat.

(2) Bentuk peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat(1), meliputi:

a. memberikan perlindungan kepada penyandang disabilitas;b. turut serta pelaksanaan perlindungan kepada penyandang

disabilitas; danc. memberikan data dan informasi dan/atau melaporkan kepada

aparat pemerintah daerah dan/atau aparat penegak hukumapabila terjadi pelanggaran pelaksanaan perlindunganpenyandang disabilitas.

(3) Bentuk peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat(2), dilaksanakan secara bertanggungjawab.

Pasal9

Kewajiban keluarga dan/atau orangtua sebagaimana dimaksud dalamPasal 5 huruf d, yang secara hukum merniliki tanggung jawab penuhsebagai anggota keluarga.

Page 12: IBUKOTA JAKARTA

12

BAB IV

KESAMAAN KESEMPATAN

Bagian KesatuUmum

Pasal 10

Setiap penyandang dlsabilitas mempunyai kesamaan kesempatandalam bidang :

a. pendidikan;b. kesehatan;c. olahraga;d. seni budaya;e. ketenagakerjaan;f. berusaha;g. pelayanan umum;h. politik;i. bantuan hukum; danJ informasi.

Bagian KeduaPendidikan

, Pasal11

(1) Setiap penyelenggara pendidikan memberikan kesempatan danperlakuan yang sama dalam pendidikan bagi penyandangdisabilitas sesuai jenis, derajat kecacatan, dan kemampuannya.

(2) Pendidikan bagi penyandang disabilitas sebagaimana dimaksudpada ayat (1), dapat berbentuk kelas terpadu atau inklusi padasatuan pendidikan umum, satuan pendidikan kejuruan, danpendidikan keagamaan.

(3) Penyelenggaraan kelas terpadu atau inklusi sebagaimanadimaksud pada ayat (2), dapat melibatkan satu atau beberapajenis dan/atau derajat kecacatan peserta didik.

Pasal 12

Penyelenggara pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11,menyediakan :

Page 13: IBUKOTA JAKARTA

13

a. guru dan pembimbing khusus yang memiliki kompelensi dansertifikasi di bidangnya;

b. prasarana dan sarana sesuai jenis dan derajal kecacalan pesertadidik;dan

c. program kegialan pembelajaran unluk dikembangkan menjadi kelasinklusi.

Pasal 13

(1) Seliap penyelenggara saluan pendidikan bertanggungjawab alaspemberian kesempalan dan perlakuan yang sama kepadapenyandang disabililas unluk memperoleh pendidikan.

(2) Dalam hal peserta didik mengalami kecacalan, pada satuanpendidikan bersangkutan belum lersedia aksesibililas dan/alaulidak menyelenggarakan kelas terpadu alau inklusi, dapal pindahpada satuan pendidikan lain yang setara yang sudah tersediaaksesibililas dan/atau menyelenggarakan kelas terpadu alauinklusi aiau pada pendidikan khusus penyandang disabilitas.

Pasal 14

Kelentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan kelas terpadu dankelas inklusi sebagaimana dimoksud dal<:m Pasal 11, Pasal 12, danPasal 13, diatur dengan Peraluran Gubernur.

Pasal15

(1) Bagi penyandang cacat yang karena jenis dan/atau derajatkecacaiannya tidak dapat mengikuti kelas terpadu atau inkusisebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Pemerintah Daerahdan/atau masyarakat menyediakan pendidikan khusus dalambentuk sekolah luar biasa (SLB) sesuai dengan standarpendidikan.

(2) Kelentuan lebih lanjui mengenai penyelenggaraan sekolah luarbiasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur denganPeraturan Gubernur.

Bagian KeligaKesehatan

Pasal16

(1) Penyandang disabilitas mempunyai kesempatan yang samadalam pelayanan kesehatan yang diselenggarakan PemerintahDaerah dan Masyarakat.

Page 14: IBUKOTA JAKARTA

14

(2) Pemerintah Daerah menjamin ketersediaan fasilitas pelayanankesehatan dan memfasilitasi penyandang disabilitas agar tetaphidup mandiri dan produktif secara sosial dan ekonomis.

Pasal 17

Pemerintah Daerah menyediakan pelayanan dan program jaminankesehatan daerah bagi penyandang disabilitas dengan kualitas danstandar layanan yang sama dengan warga rnasyarakat padaumumnya.

Pasal 18

(1) Gubernur dapat bekerjasama dengan badan hukurn atau badanusaha dalam menyelenggarakan program jarninan kesehatanpenyandang disabilitas.

(2) Program jaminan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat(1). dituangkan dalarn perjanjian kerjasama dan dilaksanakansesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal19

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan dan pr(l~ram jaminankesehatan bagi penyandang disabilitas sebagaimana dirnaksud ualamPasal16, Pasal17, dan Pasal18, diatur dengan Peraturan Gubernur.

Bagian KeempatOlahraga

Pasal20

Pemerintah Daerah berkewajiban membina dan mengembangkanolahraga bagi penyandang disabilitas, yang dilaksanakan dandiarahkan untuk meningkatkan kesehatan, rasa percaya diri, danprestasi penyandang disabilitas dalam olahraga.

Pasal21

(1) Pembinaan dan pengembangan olahraga penyandang disabilitassebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, diselenggarakan padalingkup olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahragaprestasi berdasarkan jenis olahraga bagi penyandang disabilitasdan sesuai jenis, derajat kecacatan, dan kemampuannya.

(2) Pembinaan dan pengembangan olahraga bagi penyandang cacatsebagaimana dimaksud pada ayat (1), diselenggarakan kegiatan

Page 15: IBUKOTA JAKARTA

15

pengenalan olahraga, penataran dan/atau pelatihan olahraga, dankompetisi berjenjang dan berke/anjutan baik tingkat daerahmaupun nasional dan internasional.

(3) Pembinaan dan pengembangan olahraga bagi penyandangdisabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), PemerintahDaerah dan/atau organisasi olahraga penyandang disabilitasberkewajiban membentuk sentra pembinaan dan pengembanganolahraga khusus bagi penyandang disabilitas.

Pasa/22

(1) Pemerintah Daerah dan/atau organisasi olahraga penyandangcacat menyelenggarakan pekan olahraga penyandang disabilitastingkat daerah secara berjenjang sekurang-kurangnya 1 (satu) kalisetiap tahun.

(2) Pekan olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapatdiselenggarakan antar daerah.

Pasal 23

Pemerintah Daerah memfasilitasi pembinaan dan pengembanganolahraga bagi peny2.ndang disabilitas yang diselenggarakanmasyarakat dan/atau organisasi olahraga penyandang disabilitas.

Pasal 24

Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan pengembanganolahraga penyandang disabilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal21, Pasal 22, dan Pasal 23, diatur dengan Peraturan Gubernur.

Bagian KelimaSeni Budaya

Pasal25

(1) Pemerintah Daerah, klub dan/atau perkumpulan seni budaya,serta pelaku seni budaya, membina dan mengembangkan senibudaya bagi penyandang disabilitas sesuai minat dan bakat sertajenis dan/atau derajat kecacatannya.

(2) Pembinaan dan pengembangan seni budaya sebagaimanadimaksud pada ayat (1), sebagai upaya mengembangkan ataumenumbuhkan minat dan bakat dan/atau kemampuanpenyandang disabilitas di bidang seni budaya.

Page 16: IBUKOTA JAKARTA

16

(3) Pembinaan dan pengembangan sen; budaya sebagaimanad!maksud pada ayat (1) dan ayat (2), dengan cara membangundan memanfaatkan patensi sumber daya, serta prasarana dansarana seni bUdaya.

Pasal26

Pembinaan dan pengembangan seni budaya sebagaimana dimaksuddalam Pasal 25, dapat bersifat seni tradisianal dengan cara ll1enggali,mengembangkan, melestarikan, dan memanfaatkan sen! budayatradisianal yang ada di masyarakat.

Pasal 27

Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan pengembangan senibudaya bagi penyandang cacat sebagaill1ana dill1aksud dalall1 Pasal25 dan Pasal 26, diatur dengan Peraturan Gubernur.

Bagian KeenamKetenagakerjaan

Pasal28

(1) Pemerintah Daerah berkewajiban menyelenggarakan pelatihankerja bagi calan tenaga kerja penyandang disabilitas.

(2) Penyelenggaraan pelatihan kerja sebagaimana dimaksud padaayat (1), dapat diselenggarakan aleh masyarakat.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelatihan kerja bag! penyandangdisabilitas sebagaimana dill1aksud pada ayat (1) dan ayat (2),diatur dengan Peraturan Gubernur.

Pasal29

(1) Setiap penyandang disabilitas mempunyai kesamaan kesempatanmendapatkan pekerjaan sesuai dengan jenis dan derajatkecacatannya.

(2) Kesamaan kesempatan mendapatkan pekerjaan bagipenyandang disabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diPemerintah Daerah, badan hukum atau badan usaha, danperusahaan sesuai jabatan dan kualifikasi yang diperlukan.

Pasal 30

(1) Pemerintah Daerah, badan hukum atau badan usaha, danperusahaan wajib mempekerjakan penyandang cacatsekurang-kurangnya 1 (satu) orang penyandang disabilitas yangmemenuhi persyaratan jabatan dan kualifikasi pekerjaan sebagai

Page 17: IBUKOTA JAKARTA

17

pekerja untuk setiap 100 (seratus) orang pekerja.

(2) Persyaratan jabatan dan kualifikasi pekerjaan bagi penyandangdisabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1). memperhatikanfaktor:

a. jenis dan derajat kecacatan;b. pendidikan;c. keterampilan dan/atau keahlian;d. kesehatan;e. formasi yang tersedia;f. jenis atau bidang usaha; dan9 faktor lain.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan jabatan dankualifikasi pekerjaan bagi penyandang disabilitas sebagaimanadimaksud pada ayat (2), diatur dengan Peraturan Gubernur.

Pasal31

Setiap pekerja penyandang disabilitas berhak memperoleh pelakuanyang sama dengan pekerja lain tanpa diskriminasi.

Bagian KetujuhBerusaha

Pasal 32

(1) Pemerintah Daerah, badan hukum atau badan usalla, dan duniausaha dan/atau pelaku usaha memberikan kesempatan kepadapenyandang disabilitas yang memiliki keterampilan dan/ataukeahlian untuk melakukan usaha sendiri atau melalui kelompokusaha bersama.

(2) Badan hukum atau badan usaha, dunia usaha dan/atau pelakuusaha, dan masyarakat berperan secara aktif membantumemasarkan hasil produk yang dihasilkan penyandang disabilitas.

Pasal 33

Pemerintah Daerah, badan hukum atau badan usaha, dan dunia usahadan/atau pelaku usaha, dan masyarakat dapat memberikan bantuanusaha kepada penyandang disabilitas yang melakukan usaha sendiridan/atau melalui kelompok usaha bersama sebagaimana dimaksuddalam Pasal 32, dalam bentuk:

a. pendanaan/permodalan;b. sarana dan prasarana;

Page 18: IBUKOTA JAKARTA

18

c. informasi usaha;d. perizinan usaha;e. kesempatan berusaha;f. promosi; dang. dukungan kelembagaan.

Pasal 34

(1) Pendanaan/permodalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33huruf a, ditujukan untuk:

a. mengembangkan dan/atau meningkatkan usaha yangdilakukan penyandang disabilitas antara lain mendapatkanmengakses kredit dari perbankan dan/atau lembaga keuanganbukan bank;

b. memperluas jaringan usaha yang dilakukan penyandangdisabilitas;

c. memberikan kemudahan memperoleh pendanaan secaracepat, tepat, dan murah kepada usaha yang dilakukanpenyancang disabilitas;dan

d. membantu penyandang disabilitas untuk mendapatkanpembiayaan dan jasa/produk keuangan lain yang disediakanperbankan dan/atau lembaga keuangan bukan bank, baikyang mengGun;~kan sistem konvensional maupun sistemsyariah dengan jaminan yang disediakan pemerintah.

(2) Sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33huruf b ditujukan untuk:

dapat mendorong dandilakukan penyandang

yangyang

a. mengadakan prasaranamengembangkan usahadisabilitas; dan

b. memberikan keringanan tarif prasarana, pajak daerah dan/atau retribusi.

(3) Informasi usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf c,ditujukan untuk:

a. membentuk dan mempermudah pemanfaatan bank data danjaringan informasi usaha penyandang disabilitas;

b. mengadakan dan menyebarluaskan informasi mengenaipasar, sumber pembiayaan, komoditas, penjaminan, desaindan teknologi, serta mutu; dan

c. memberikan jaminan transparansi dan akses informasi usahabagi penyandang disabilitas atas segala informasi usaha.

(4) Perizinan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf dditujukan untuk:

Page 19: IBUKOTA JAKARTA

19

a. memberikan kemudahan dalam penzlnan usaha yang akandan/atau pengembangan usaha dilakukan penyandangdisabilitas; dan

b. memberikan keringanan biaya perizinan bagi usaha kedl yangdilakukan penyandang disabilitas.

(5) Kesempatan berusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33huruf e ditujukan untuk:

a. memberikan tempat usaha berupa !okasi di pasar, pusatperbelanjaan/mall, pertokoan, lokasi sentra industri, dan/ataulokasi lain bagi penyandang disabilitas untuk melakukanusahanya;

b. memberikan prioritas penggunaan produk yang dihasilkan olehpenyandang disabilitas terutama dalam pengadaan barangyang dilakukan oleh Pemerintah Daerah; dan

c. memberikan bantuan konsultasi dalam melakukan usaha.

(6) Promosi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf f, ditujukanuntuk:

a. meningkatkan promosi produk yang dihasilkan penyandangdisabilitas di daerah, di luar daerah, dan/atau di luar negeri;

b. memperluas sumber pendanaan untuk promosi produk yangdihasilkan penyandang disabilitas b~ik di dnlam maupun diluar negeri;

c. memberikan insentif kepada pelaku usaha penyandangdisabilitas yang tidak mampu menyediakan pendanaan secaramandiri dalam kegiatan promosi produknya; dan

d. memfasilitasi pemilikan hak atas kekayaan intelektual atasproduk dan desain usaha yang dihasilkan oleh pelaku usahapenyandang disabilitas.

(7) Dukungan kelembagaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33huruf h ditujukan untuk mengembangkan dan meningkatkanfungsi inkubator, lembaga layanan pengembangan usaha,konsultan keuangan mitra bank dan/atau lembaga profesi sejenislainnya sebagai lembaga pendukung pengembangan usaha yangdilakukan oleh penyandang disabilitas.

Pasal 35

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan pelaksanaan bantuanusaha bagi penyandang disabiitas sebagaimana dimaksud dalamPasal 33 dan Pasal 34, diatur dengan Peraturan Gubernur.

Page 20: IBUKOTA JAKARTA

20

Bagian KedelapanPelayanan Umum

Pasal 36

Setiap penyelenggara pelayanan umum berkewajiban memberikanpelayanan dengan perlakuan khusus kepada penyandang disabilitas.

Pasal 37

Gubernur berkewajlban rnernfasilitasi, mernbina, dan rnengawasipelaksanaan pelayanan umurn yang diberikan SKPD/UKPD dan/ataumasyarakat kepada penyandang disabilitas sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

Bagian KesembilanPolitik

Pasal 38

Partai politik rnemberikan kesempatan kepada penyandang disabilitasuntuk ikut serta menjadi anggota partai politik sesuai dengan AnggaranDasar (AD) dan Anggaran Rurnah Tangga (ART) partai politik.

Pasal 39

(1) Dalarn setiap penyelenggaraan pemilihan umurn dan pemilihankepala daerah, penyelenggara pemilihan umum dan pemilihankepada daerah wajib menyediakan fasilitas bagi penyandangdisabilitas sesuai jenis dan derajat kecacatannya.

(2) Pemerintah daerah dan/atau penyelenggara pemilihan urnum danpemilihan kepala daerah wajib mengalokasikan anggaran bagiterselenggaranya pernilihan umum dan/atau pemilihan kepaladaerah tersebut.

(3) Pengalokasian anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2),ditujukan untuk penyediaan aksesibilitas bagi penyandangdisabilitas pada saat kegiatan berlangsung.

Bagian KesepuluhBantuan Hukum

Pasal40

Penyandang disabilitas berhak mendapatkan bantuan hukum dalamrangka perlindungan hukum kepada penyandang disabilitas.

Page 21: IBUKOTA JAKARTA

21

Pasal41

(1) Perlindungan hukum sebagaimana dirnaksud dalam Pasal 40,rneliputi:

a. pendampingan,b. pembelaan; danc. rnelakukan tindakan hukurn lain untuk kepentingan pencari

keadilan.

(2) Advokat dan/atau lembaga bantuan hukum wajib memberikanbantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), secaracurna-cuma kepada penyandang disabilitas tidak rnampu sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian KesebelasInformasi

Pasal42

(1) Setiap penyandang disabilitas berhak mernperoleh informasiseluas-Iuasnya secara benar dan akurat mengenai berbagai halyang dibutuhkan.

(2) Penyediaan sarana dan prasarana akses informasi dankornunikasi bagi penyandang disabilitas sebagairnana dimaksudpada ayat (1), menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah,badan hukum atau badan usaha, dan anggota masyarakat.

Pasal43

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara memperoleh inforrnasisebagairnana dirnaksud dalam Pasal 42, diatur dengan PeraturanGubernur.

BAB V

AKSESIBILITAS

Bagian KesatuUmum

Pasal44

(1) Pernerintah Daerah, badan hukurn atau badan usaha, danmasyarakat, wajib menyediakan aksesibilitas bagi penyandangdisabilitas.

Page 22: IBUKOTA JAKARTA

22

(2) Penyediaan aksesibilitas bagi penyandang disabilitassebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk menciptakankeadaan dan lingkungan yang lebih menunjang penyandangdisabilitas agar dapat sepenuhnya hidup bermasyarakat.

(3) Penyediaan aksesibilitas bagi penyandang disabilitassebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), termasukkegiatan yang melibatkan langsung dan/atau tidak langsung bagipenyandang disabilitas.

Pasal45

Penyediaan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas sebagaimanadimaksud dalam Pasal44, berbentuk:

a. fisik; danb. non fisiko

Bagian KeduaAksesibilitas Fisik

Pasal46

Penyediaan aksesibilitas berbentuk fisik sebagaimana dimaksud dalamPasal 45 huruf a dilaksanakan pada sarana dan prasarana umum yangmeliputi:

a. aksesibilitas pada bangunan umum;b. aksesibilitas pada jalan umum;C. aksesibilitas pada pertamanan dan permakaman; dand. aksesibilitas pada angkutan umum.

Pasal47

(1) Aksesibilitas pada bangunan umum sebagaimana dimaksuddalam Pasal 46 huruf a, baik yang diselenggarakan pemerintahmaupun swasta dengan menyediakan :

a. akses ke, dari dan di dalam bangunan;b. pintu, ramp, tangga, lift khusus untuk bangunan bertingkat;C. tempat parkir dan tempat naik turun penumpang;d. toilet;e. tempat minum;f. tempat telepon;g. peringatan darurat; danh. tanda-tanda.

Page 23: IBUKOTA JAKARTA

23

(2) Aksesibilitas pada jalan umum sebagaimana dimaksud dalamPasal 46 huruf b dilaksanakan dengan menyedlakan:a. akses ke, dan dari jalan umum;b. akses ke tempat pemberhentian bis/kendaraan;c. jembatan penyeberangan;d. jalur penyeberangan bagi pejalan kaki;e. tempat parkir dan naik turun penumpang;f. tempat pemberhentian kendaraan umum;g. tanda-tanda/rambu-rambu dan/atau marka jalan;h. trotoar bagi pejalan kaki/pemakai kursi roda; danI. terowongan penyeberangan.

(3) Aksesibilitas pada pertamanan dan pemakaman umumsebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 huruf c dilaksanakandengan menyediakan:

a. akses ke, dari, dan di dalam pertamanan dan pemakamanumum;

b. tempat parkir dan tempat turun naik penumpang;c. tempat duduk/istirahat;d. tempat minum;e. tempat telepon;f. toilet; dang. ta '1da-tanda.

(4) Aksesibilitas pada angkutan umum sebagaimana dimaksud dalamPasal 46 huruf d, baik yang diselenggarakan pemerintah maupunswasta dengan menyediakan:

a. ramp;b. tempat duduk; danc. tanda-tanda.

Pasal48

Ketentuan lebih lanjut mengenai aksesibilitas sebagaimana dimaksuddalam Pasal47, diatur dengan Peraturan Gubernur.

Pasal49

(1) Penyediaan aksesibilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47,dilaksanakan secara bertahap dengan memperhatikan prioritasaksesibilitas yang dibutuhkan penyandang disabilitas.

(2) Dalam hal sarana dan prasarana umum yang telah ada dan belumdilengkapi aksesibilitas dan belum standar, wajib dilengkapi dandisesuaikan dengan standar yang ditetapkan.

Page 24: IBUKOTA JAKARTA

24

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai prioritas aksesibilitas yangdibutuhkan penvandang disabilitas sebagaimana dimaksud padaayat (1) da'l ayClt (2) rliCltur dengan Peraturan Gubernur.

Bagian KetigaAksesibilitas Non Fisik

Pasal50

Penyediaan aksesibilitas berbentuk non fisik sebagaimana dimaksuddalam Pasal 45 huruf b meliputi

a. pelayanan informasi; danb. pelayanan khusus.

Pasal51

(1) Pelayanan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50huruf a, untuk memberikan informasi kepada penyandangdisabilitas berkenaan dengan akseslbilitas yang tersedia padabangunan pemerintah, swasta, bangunan umum atau fasilitasumum, jalan umum, pertamanan, pemakaman umum, danangkut3n umum.

(2) Pelayanan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 hurufb, ditujukan untuk memberikan kemudahan bagi penyandangdisabilitas dalam melaksanakan kegiatan di bangunanpemerintah, swasta, bangunan umum atau fasilitas umum, jalanumum, pertamanan, pemakaman umum, dan angkutan umum.

Pasal 52

Setiap penyedia pelayanan informasi bagi kepentingan publik wajibmenyediakan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas sesuai denganjenis dan derajat kecacatannya.

Pasal 53

Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian pelayanan informasisebagaimana dimaksud dalam Pasal 50, Pasal 51, dan Pasal 52,diatur dengan Peraturan Gubernur.

Page 25: IBUKOTA JAKARTA

2S

BABVI

REHABILITASI

Bagian KesatuUmum

Pasal 54

Rehabilitasi penyandang disabilitas dilaksanakan untuk memfungsikankembali dan mengembangkan kemampuan fisik, mental, dan sosialpenyandang disabilitas agar dapat melaksanakan fungsi sosial secarawajar sesuai bakat, kemampuan, pendidikan, dan pengalaman.

Pasal55

(1) Rehabilitasi bagi penyandang disabilitas sebagaimana dimaksuddalam Pasal 54, melalui kegiatan:

a. rehabilitasi medik;b. rehabilitasi pendidikan;c. rehabiitasi pelatihan; dand. rehabilitasi sosial.

(2) Rehabilitasi sebc:gaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakanpada fasilitas rehabilitasi yang diselenggarakan PemerintahDaerah dan masyarakat.

Pasal 56

(1) Penyelenggaraan rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalamPasal 55, dilaksanakan secara terpadu dalam satu atap.

(2) Masyarakat yang akan menyelenggarakan rehabilitasi sebagai­mana dimaksud pada ayat (1), wajib mendapatkan izin dariGubernur

(3) Untuk mendapatkan IZln penyelenggaraan rehabilitasi sebagai­mana dimaksud pada ayat (2), harus memenuhi persyaratanadministrasi dan teknis.

(4) Ketentuan lebih ianjut mengenai persyaratan, tata cara perizinan,dan pelaksanaan rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam ayat(1), ayat (2), dan ayat (3), diatur dengan Peraturan Gubernur.

Pasal 57

(1) Bagi penyandang disabilitas yang tidak mampu, penyelenggara

Page 26: IBUKOTA JAKARTA

26

rehabilitas penyandang disabilitas wajib memberikan keringananpembiayaan rehabilitasi.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan mendapatkankeringanan biaya rehabilitasl sebagaimana dimaksud pada ayat(1), diatur dengan Peraturan Gubernur.

Bagian KeduaRehabilitas i Medik

Pasal 58

Rehabilitasi medik bagi penyandang disabilitas bertujuan agarpenyandang disabilltas dapat mencapai kemampuan fllngsional secaramaksimal.

Pasal 59

(1) Rehabilitasi medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58,melalui pelayanan kesehatan secara lItllh dan terpadll melaillitindakan medik.

(2) Tindakan medlk sebagalmana dimaksud pada ayat (1), berllpapelayanan:

a. dokter;b. psikolog;c. fisioterapi:d. okllpasi terapi;e. terapi wicara;f. pemberian alat bantu atau alat pengganti;g. sosial medik; danh. pelayanan medik lainnya.

Pasal60

Ketentuan lebih lanjllt mengenai pelaksanaan rehabilitasi medik bagipenyandang disabilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, diaturdengan Peraturan Gubernur.

Bagian KetigaRehabilitasi Pendidikan

Pasal61

(1) Rehabilitasi pendidikan dimakslldkan agar penyandang disabilitasdapat mengikuti pendidikan secara optimal sesuai dengan bakat,minat dan kemampuannya.

Page 27: IBUKOTA JAKARTA

27

(2) Rehabilitasi pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),dilakukan dengan pemberian pelayanan pendidikan secara utuhdan terpadu melalui proses belajar mengajar, yangpelaksanaannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang­undangan di bidang pendidikan.

Bagian KeempatRehabilitasi Pelatihan

Pasal 52

Rehabilitasi pelatihan bagi penyandang disabilitas dimaksudkan agarpenyandang disabilitas dapat memiliki keterampilan kerja sesuaidengan bakat dan kemaillpuan penyandang disabilitas.

Pasal53

(1) Rehabilitasi pelatihan kepada penyandang disabilitassebagailllana dilllaksud dalam Pasal 52, dilakukan denganpeillberian pelayanan pelatihan secara utuh dan terpadu.

(2) Pelayanan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)melalui kegiatan :

a. asesmen pelatihan;b. bimbingan dan penyuluhan jabatan;c. latihan keterampilan dan permagangan:d. penempatan; dane. pembinaan lanjut.

Pasal54

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan rehabilitasi pelatihanbagi penyandang disabilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53,diatur dengan Peraturan Gubernur.

Bagian KelimaRehabilitasi Sosial

Pasal55

Rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas, untuk memulihkan danmengembangkan kemauan dan kemampuan penyandang disabilitasagar dapat melaksanakan fungsi sosial secara optimal dalambermasyarakat.

Page 28: IBUKOTA JAKARTA

28

Pasal66

(1) Rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65,dilakukan dengan pemberian pelayanan sosial secara uluh danterpadu melalui kegiatan pendekatan fisik, mental, dan sosia!.

(2) Rehabilitasi sosial sebagaimana dllnaksud pada ayat (1), melaluikegiatan :

a. motivasi dan asesmen psikososial;b. bimbingan mental;c. bimbingan fisik;d. bimbingan sosial;e. bimbingan kelerampilan;f. terapi penunjang;g. bimbingan resosialisasi;h. bimbingan dan pembinaan usaha; danI. bimbingan lanjut.

Pasal67

Kelentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan rehabililasi sosial bagipenyandang disabililas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66, diaturdengan Peraturan Gubernur.

BAB VII

PEMELIHARAAN TARAF KESEJAHTERAAN

Pasal68

(1) Pemerinlah daerah dan masyarakal berkewajiban melakukanpemeliharaan taraf kesejahleraan penyandang disabililas yangdiarahkan pada pemberian perlindungan dan pelayanan agarpenyandang disabilitas dapat memperoleh taraf hidup yang wajar.

(2) Pemeliharaan taraf kesejahteraan sebagaimana dimaksud padaayat (1), diberikan kepada penyandang disabilitas yang derajatkecacatannya tidak dapat direhabilitasi dan kehidupannya secaramutlak tergantung pada bantuan orang lain.

(3) Bentuk kegiatan pemeliharaan taraf kesejahteraan bagipenyandang disabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2),berupa bantuan keuangan yang wajar dan sesuai dengankemampuan keuangan daerah.

Page 29: IBUKOTA JAKARTA

29

Pasal59

Ketentuan lebih lanjllt mengenai pemeliharaan taraf kesejahteraanpenyandang disabilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58, diaturdengan Peraturan Gubernllr.

Pasal 70

(1) Setiap penyandallg disabilitas dilarang mengeksploitasikecacatannya dl tempat lImum.

(2) Setiap anggota keluarga penyandang cacat dan/atau orang laindilarang mengekspolitasi dan/atau menelantarkan penyandangdisabilitas.

BAB VIII

PERLIN DUNGAN KHUSUS

Pasal71

Pada saat keadaan darurat dan bencana, Pemerintah Daerah, BadanPenanggulangan Bencana baik nasional maupun daerah, danmasyarakat wajlb ;-'iE:mpnoritaskan penyelamatan dan/ataumeillberikan pertolongan dan evakuasi kepada penyandang disabilitas.

Pasal 72

Perlindllngan penyandang disabilitas pada saat kedaan daruratdan/atau bencana sebagailllana dilllaksud dalalll Pasal 71,dilaksanakan sesual dengan ketentuan peraturan perundang­undangan.

BAB IX

PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal73

Peran serta Illasyarakat dalalll upaya peningkatan kesejahteraanpenyandang disabilitas bertujuan untuk Illendayagunakan keillampuanyang ada pada masyarakat guna mewujudkan kemandirian dankesejahteraan penyandang disabilitas.

Pasal74

(1) Peran serta masyarakat dapat dilakukan perorangan, kelompok,

Page 30: IBUKOTA JAKARTA

30

badan hukum atau badan usaha, dan lembaga atau organisasiyang bergerak di bidang sosial.

(2) Peran serta masyarakat sebagairnana dirnaksud pada ayat (1),dilakukan rnelalui.

a. pernberian saran dan pertimbangan kepada PernerintahDaerah;

b. pengadaan aksesibililas bagi penyandang disabilitas;c. penyediaan fasililas dan penyelenggaraan rehabilitasi

penyandang disabilitas;d. pengadaan dan pernberian bantuan tenaga ahli atau sosial

unluk rnelaksanakan atau rnernbantu rnelaksanakanpeningkalan kesejahteraan penyandang disabilitas;

e. pernberian bantuan yang berupa rnateriil, finansial, danpelayanan bagi penyandang disabililas;

f. pernberian kesernpatan dan perlakuan yang sarna bagipenyandang disabilitas di segala aspek kehidupan danpenghidupan;

g. pengadaan lapangan pekerjaan bagi penyandang disabililas;h. pengadaan sarana dan prasarana bagi penyandang

disabilitas; danI. kegialan lain dalarn upaya peningkatan kesejahteraan

penyandang disabilitas.

Pasal75

(1) Peran serta masyarakat sebagairnana dirnaksud dalarn Pasal 74,dapat bersifat wajib atau sukarela.

(2) Peran serta rnasyarakat yang bersifal wajib sebagairnanadirnaksud pada ayat (1), dilaksanakan sesuai dengan kelentuanperaturan perundang-undangan.

Pasal 76

(1) Gubernur rnembentuk Lernbaga Perlindungan PenyandangDisabilitas Daerah (LPPDD).

(2) Lernbaga Perlindungan Penyandang Disabilitas Daerah (LPPDD)sebagairnana dirnaksud pada ayal (1), bersifat non strukturalberkedudukan di Provinsi.

(3) Keanggotaan Lernbaga Perlindungan Penyandang DisabilitasDaerah (LPPDD) sebagairnana dirnaksud pada ayat (2),sekurang-kurangnya terdiri atas:

Page 31: IBUKOTA JAKARTA

31

a unsur Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya 10 (sepuluh)SKPD;

b. unsur pengusaha sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang;c. unsur akademisi sekurang-kurangnya 2 (dua) orang;d. unsur tokoh masyarakat sekurang-kurangnya 2 (dua) orang;

dane. perwakilan komunitas penyandang cacat sekurang-kurangnya

10 (sepuluh) orang.

(4) Lembaga Perlindungan Penyandang Disabilitas Daerah (LPPDD)sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas:

a. memberikan pertimbangan, nasihat, dan saran bagiperurnusan kebijakan dalam penyelenggaraan perlindunganpenyandang disabilitas;

b. rnenarnpung dan menyampaikan aspirasi masyarakat dan/ataupenyandang disabilitas terhadap penyelenggaraanperlindungan penyandang disabilitas;

c. rnelakukan pengawasan dan audit penyelenggaraanperlindungan penyandang disabilitas; dan

d. rnelakukan kerjasama lembaga independan yang kornpetendalarn penyelenggaraan perlindungan penyandang disabilitas.

(5) Keanggotaan Lembaga Perlindungan Penyandang DisabilitasDaerah (LPPDD) sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilantikoleh Gubernur untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapatdiangkat kernbali untuk 1 (satu) kali masa bakti.

(6) Lernbaga Perlindungan Penyandang Disabilitas Daerah (LPPDD)dapat rnernbentuk kelompok kerja tenaga ahli yang bersifat ad­hoc.

Pasal 77

(1) Untuk kelancaran pelaksanaan tugas Lembaga PerlindunganPenyandang Disabilitas Daerah (LPPDD) dibentuk SekretariatLernbaga Perlindungan Penyandang Disabilitas Daerah (LPPDD).

(2) Sekretariat LPPDD sebagaimana dirnaksud pada ayat (1),dilaksanakan oleh satu unit kerja di Dinas Sosial sebagai KepalaSekretariat LPPDD.

(3) Dalarn rnelaksanakan tugas, Kepala Sekretariat LPPDDsebagairnana dimaksud pada ayat (2), secara fungsionalbertanggungjawab kepada Ketua Lernbaga PerlindunganPenyandang Disabilitas Daerah (LPPDD).

Page 32: IBUKOTA JAKARTA

32

Pasal78

Lembaga Perlindungan Penyandang Disabilitas Daerah (LPPDD)dalam melaksanakan tugas dlbiayai oleh Anggaran Pendapatan danBelanja Daerah (APBD) dan sumber lain yang sah.

Pasal 79

Ketentuan lebih lanjut rnengenai tata cara pernbentukan, susunankelernbagaan, tugas, fungsi, dan tata kerja Lembaga PerlindunganPenyandang Disabilitas Daerah (LPPDD), diatur dengan PeraturanGubernur.

BAB X

KERJASAMA DAN KEMITRAAN

Pasal 80

(1) Dalarn rangka rnencapai tujuan perlindungan penyandangdisabilitas sebagairnana dimaksud dalarn Pasal 3, PernerintahDaerah bekerjasarna dengan:

a. Pernerintah; danb. Pemerintah Daerah lain.

(2) Kerjasarna sebagairnana dirnaksud pada ayat (1) dituangkandalarn bentuk Kesepakatan Bersarna dan dilaksanakan sesualketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 81

(1) Setiap pelaku usaha berkewajiban mernberikan prioritas dalarnpernanfaatan dana tanggung jawab sosial perusahaan bagiprogram pernberdayaan dan kernandirian penyandang disabilitas.

(2) Pernberdayaan sebagairnana dirnaksud pada ayat (1) diarahkanpernberdayaan ekonorni, pengernbangan sumber daya rnanusia,penyediaan sarana dan prasarana akses, serta penyediaan alatbantu bagi penyandang disabilitas.

Pasal 82

(1) Pemerintah Daerah mernbentuk kemitraan dengan dunia usahadalarn perlindungan penyandang disabilitas.

Page 33: IBUKOTA JAKARTA

33

(2) Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditujukan untuk:

a. mewujudkan kemitraan dengan usaha yang dilakukan olehpenyandang disabilitas;

b. mewujudkan hubungan yang saling menguntungkan dalampelaksanaan transaksi dengan usaha yang dilakukanpenyandang disabilitas;

c. mengembangkan kerjasama dalam peningkatan usaha yangdilakukan penyandang disabilitas; dan

d. mencegah terjadinya penguasaan pasar dan pemusatanusaha oleh orang perorangan atau kelompok tertentu yangmerugikan usaha yang dilakukan penyandang disabilitas.

Pasal 83

Ketentuan lebih lanjut mengenai kemitraan usaha penyandangdisabilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82, diatur denganPeraturan Gubernur.

BABXI

PENGHARGAA

Pasal 84

(1) Gubernur dapat memberikan pengharga'ln kepada badan hukumdan masyarakat yang telah berjasa dalam mewujudkanperlindungan penyandang disabilitas.

(2) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapatberupa:

a. piagam atau sertifikat;b. lencana atau rnedali kepedulian;c. tropy atau rniniatur kernanusiaan; dan/ataud. insentif.

(3) Pernberian penghargaan sebagairnana dirnaksud pada ayat (1)dan ayat (2), dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

BAB XII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Bagian Kesatu

Pernbinaan

Pasal 85

Pernerintah Daerah dan rnasyarakat rnelakukan pembinaanperlindungan penyandang disabilitas.

Page 34: IBUKOTA JAKARTA

34

Pasal 86

(1) Pembinaan perlindungan penyandang disabilitas sebagaimanadimaksud dalam Pasal 85, yang dilakukan oleh PemerintahDaerah, melalm

a. penetapan pedoman teknis;h. penyuluhan,c. bimbingan;d. pemberian bantuan; dane. penzlnan.

(2) Pembinaan berupa penetapan pedoman teknis sebagaimanadlmaksud pada ayat (1) huruf a, berupa penyusunan dan/ataumenetapkan kebijakan perlindungan penyandang disabilitasdalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.

(3) Pembinaan berupa penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf b dilakukan untuk:

a. menumbuhkan rasa kepedulian masyarakat kepadapenyandang disabilitas;

b. memberikan penerangan berkenaan dengan pelaksanaanupaya peningkatan kesejahteraan penyandang disabilitas; dan

c. meningkatkan peran aktif penyandang disabilitas dalampembangunan daerah.

(4) Pembinaan berupa bimbingan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf c dilakukan untuk:

a. meningkatkan kualitas penyelenggaraan dalam upayameningkatkan perlindungan penyandang disabilitas; dan

b. menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan danproduktivitas penyandang disabilitas secara optimal.

(5) Pembinaan berupa pemberian bantuan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf d dilakukan untuk:

a. membantu penyandang disabilitas agar dapat berusahameningkatkan taraf kesejahteraannya; dan

b. membantu penyandang disabilitas agar dapat memeliharataraf hidup yang wajar.

(6) Pembinaan berupa perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf e dilakukan dengan:

a. penetapan persyaratan pengadaan aksesibilitas bagipenyandang disabilitas dalam pemberian ijin mendirikanbangunan atau ijin lainnya;

Page 35: IBUKOTA JAKARTA

35

b. memberikan kemudahan dalam memperoleh perizinan dalampenyelenggaraan rehabilitasi bagi penyandang disabilitas; dan

c. memberikan kemudahan dalam memperoleh perizinan dalampenyelenggaraan usaha yang dilakukan oleh penyandangdisabilitas dalam perizinan usaha.

Pasal 87

(1) Peillbinaan penyelp.nggaraan perlindungan penyandangdisabilitas dapat dilaksanakan oleh Illasyarakat sebagailllanadimaksud dalam Pasal 86, melalui kegiatan yang diarahkan dalamupaya penJamlllan dan/atau pemenuhan hak-hak dasarpenyandang disabilitas.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakanoleh pimpinan atau penyelenggara kegiatan dalam upayaperlindungan penyandang disabilitas terhadap unit kerjapelaksana kegiatan yang bersangkutan agar berdayaguna danberhasilguna.

Bagian KeduaPengawasan

Pasc.:88

(1) Pemerintah Daerah melakukan pengawasan pelaksanaanperlindungan penyandang disabilitas.

(2) Pengawasan penyelenggaraan perlindungan penyandangdisabilitas dapat dilaksanakan oleh masyarakat.

Pasal89

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan pelaksanaanperlindungan penyandang disabilitas sebagaimana dimaksud dalamPasal 88, diatur dengan Peraturan Gubernur.

BAB XIII

PEMBIAYAAN

Pasal 90

Pembiayaan penyelenggaraan perlindungan penyandang disabilitasbersumber dari:

Page 36: IBUKOTA JAKARTA

36

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN);b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), danc. surnber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

BAB XIV

HAK GUGAT

Pasal 91

(1) Bagi para pihak yang haknya tidak terpenllhi dan/atau rnerasadirugikan sebagairnana diatur dalarn Peraturan Daerah ini, dapatrnengajukan gugatan pengembalian atau pernulihan hak-haknyarnelailli pengadilan.

(2) Penyelesaian gllgatan sebagairnana dirnaksud pada ayat (1)dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB XV

SANKSI ADMINISTRASI

Pasal92

(1) Setiap orang dengan sengaja dan terbukti tidak rnernberikankesernpatan dan perlakuan yang sarna kepada penyandangdisabilitas dan !Idak rnelaksanakan kewajiban seba9airnanadirnaksud dalam Pasal 11 ayat (1), Pasal 29 ayat (1), Pasal 32ayat (1), Pasal 36, Pasal 38, dan Pasal 42, dikenai sanksiadrninistrasi.

(2) Sanksi adrninistrasi sebagaimana dirnaksud pada ayat (1),diberikan dengan tahapan:

a. peringatan tertulis;b. pembekuan izin; danc. pencabutan izin.

Pasal 93

(1) Peringatan tertlilis sebagaimana dimakslid dalarn Pasal 92 ayat(2) hllruf a, dikenakan paling banyak 2 (dua) kali secara bertllrllttllrut rnasing-rnasing dalam jangka waktll 30 (tiga pllillh) harikalender.

Page 37: IBUKOTA JAKARTA

37

(2) Badan hukum atau badan usaha yang tidak melaksanakankewajiban setelah berakhirnya jangka waktu peringatan tertuliskedua dikenai sanksi administrasi berupa pembekllan izin.

Pasal 94

(1) Pembekllan izin sebagaimana dimakslld dalam Pasal 92 ayat (2)hurllf b, dikenakan untuk jangka waktll 30 (tiga pllillh) harikalender.

(2) Dalam jangka waktll sebagaimana dimakslld pada ayat (1),Badan hllkllm atall badan usaha tetap tidak melaksanakankewajibannya setelah berakhir pembekuan izin, GlIbernllr wajibmemberikan sanksi administrasi berllpa pencabutan izin.

Pasal 95

(1) Selain saksi administrasi sebagaimana dimakslld dalam Pasal 92,GlIbernur dapat memberikan sanksi denda administrasi sebagaiberikllt:

a setiap penyelenggara satuan pendidikan yang terbllkti tidakmenerima penyandang disabilitas sebagai peserta didikdengan alasan kecacatan sebagaimana dima~sud dalamP:::sai 11 ayat (1), dikenakan denda administrasi paling banyakRp 35.000000,- (tiga puluh lima juta rupiah);

b. setiap penyelenggara pendidikan yang terbllkti tidakmenyediakan guru dan pembimbing khllslls serta prasaranadan sarana bagi peserta didik penyandang disabilitassebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, dikenakan dendaadministrasi paling banyak Rp. 25.000.000,- (dlla pllluh limajuta rupiah);

c. setiap penyelenggara kesehatan terbukti tidak memberikanperlakuan yang sama dalam pelayanan kesehatan kepadapenyandang disabilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal16 ayat (1), dikenakan denda administrasi paling banyak Rp.25.500.000,- (dua puluh lima juta lima ratus ribu rupiah); dan

d. setiap penyelenggara penyediaan'layanan publik yang terbuktitidak menyediakan layanan dan/atau sarana prasarana yangtidak selayaknya kepada penyandang disabilitas sebagaimanadimaksud dalam Pasal 38 dikenakan denda administrasi palingbanyak Rp. 50.000.000.- (lima puluh juta rupiah).

(2) Denda administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajibdisetorkan ke Kas Daerah sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

Page 38: IBUKOTA JAKARTA

kebenaran laporan atautindakan pidana di dalam

38

BAB XVI

PENYIDIKAN

Pasal 96

(1) Selain pejabat penyidik Kepolisian Negara Republik Indoensia,pejabat pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah daerahyang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang sosial diberiwewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikanterhadap pelanggaran Peraturan Daerah ini.

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1),meliputi:

a. melakukan pemeriksaan atasketerangan berkenaan denganPeraturan Daerah ini;

b. menerima, meneari, rnengumpulkan dan rneneliti keteranganatau laporan berkenaan dengan pelanggaran pidana dalamPeraturan Daerah ini, agar keterangan atau laporan tersebutrnenjadi lebih lengkap dan jelas;

e. rneneliti, meneari, dan mengumpulkan keterangan mengenaiorang pribadi atau badar. :zntang i\ebenaran perbuatan yangdilakukan sehubungan dengan adanya pelanggaran;

d. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi ataubadan sehubungan dengan pelanggaran;

e. memeriksa buku, eatatan, dan dokumen berkenan denganadanya tindakan pelanggaran;

f. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan buktipembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukanpenyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

g. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugaspenyidikan terhadap pelanggaran;

h. pejabat penyidik pegawai negeri sipil, memberitahukandimulainya penyidikan dan hasil penyidikan kepada pejabatpenyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan

i. pejabat penyidik pegawai negeri sipil menyampaikan hasilpenyidikan kepada penuntut umum melalui pejabat penyidikKepolisian Negara Republik Indonesia.

Page 39: IBUKOTA JAKARTA

39

BAB XVII

KETENTUAN PI DANA

Pasal97

Dipidana dengan pidana sesuai peraturan perundang-undangan,sebagai berikut:

a. setiap orang dengan sengaja tidak memberikan h.csempatanpendidikan kepada penyandang disabilitas dengan alasankecacatan;

b. setiap orang dengan sengaja tidak rnemberikan kesempatankepada tenaga kerja penyandang disabilitas untuk memperolehpekerjaan; dan

c. setiap perusahaan dengan sengaja rnemberikan perlakukandiskriminasi kepada penyandang disabilitas.

Pasal98

Setiap orang dengan sengaja tidak menyediakanpenyandang disabilitas di bangunan gedungketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 99

aksesibilitas bagidipidana ~esual

Denda pidana sebagairnana dimaksud dalam Pasal 97 dan Pasal 98,wajib disetorkan ke Kas Daerah sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

Page 40: IBUKOTA JAKARTA

40

BAB XVIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 100

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran DaerahProvinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 14 November 2011

GUBERNUR PR VINSI DAERAH KHUSUSIBU TA JAKARTA,

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 15 November 2011

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUSIBUKOTA JAKARTA,

FADJAR PANJAITANNIP. 195508261978011001

LEMBARAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTATAHUN 2011 NOMOR 10

Page 41: IBUKOTA JAKARTA

41

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUSIBUKOTA JAKARTA

NOMOR 10 TAHUN 2011

TENTANG

PERLIN DUNGAN PENYANDANG DISABILITAS

A. UMUM

Tidak seorangpun menghendaki dirinya cacat baik cacat bawaanmaupun oleh sebab-sebab lainnya yang terjadi dalam kehidupan seseorang,karena itu keberadaan warga negara yang mengalami cacat suatu kenyataanyang harus diterima, dan memiliki kedudukan, hak, dan kewajiban yang samasebagai warga negara sesuai jenis dan derajad kecacatan sebagaimana diaturdalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat.Untuk mendapatkan kesamaan tersebut bagi penyandang cacat (disabledperson) atau nama lain hanya dapat diwujudkan jika tersedia aksebilitas, yaitusuatu kemudahan bagi penyandang disabilitas untuk mencapai kesamaankesempatan dalam memperoleh kesamaan kedudukan, hak, dan kewajiban,sehingga perlu diadakan upaya penyediaan aksebilitas bagi penyandangdisabilitas. Dengan demikian, penyandang disabilitas dapat berintegrasi secaratotal dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan dan kesejahteraanpenyandang disabilitas. Kesamaan kesempatan bagi penyandang disabilitaspada hakikatnya menjadi tanggung jawab bersama Pemerintah, PemerintahDaerah, masyarakat, keluarga termasuk orangtua, dan penyandang disabilitassendiri. Oleh karena itu semua unsur tersebut berperan aktif untukmewujudkannya.

Para penyandang disabilitas seringkali tidak menikmati kesempatanyang sama dengan orang lain karena kurangnya akses terhadap pelayanandasar, maka perlu mendapatkan perlindungan. Dengan memberikanperlindungan kepada penyandang disabilitas, hak konstitusional penyandangdisabilitas terjamin dan terlindungi sehingga penyandang disabilitas dapatmandiri dan berpartisipasi secara optimal sesuai harkat dan martabatkemanusiaan serta terhindar dari tindak kekerasan dan diskriminasi.

Berbagai fakta memperlihatkan adanya perlakuan yang tidak adil dansikap diskriminatif yang masih sering dialami penyandang disabilitas saatmemenuhi kebutuhan dasarnya. Diantaranya, penolakan anak penyandangdisabilitas untuk masuk sekolah umum, tidak adanya fasilitas informasi atauperangkat seleksi kerja yang dapat di akses bagi peserta penyandangdisabilitas, penolakan untuk akses lapangan kerja, ku~angnya fasi~itas layananpublik yang dapat diakses penyandang disabilitas, kurangnya kesempatan dandukungan pemerinlah dalalll partisipasi olahraga bagi penyandang disabililas,

Page 42: IBUKOTA JAKARTA

42

stigma negatif terhadap keberadaan penyandang disabilitas, dan sebagainya.Stigma kecacatan yang negatif telah menafsirkan kecacatan identik denganorang sakit, lemah, tidak memiliki kemampuan, dan hanya akan membebaniorang disekitarnya Kondisi tersebut antara lain disebabkan penyandangdisabilitas dipandang bag ian dari masalah dan tidak dapat berpartisipasi dalampembangunan sehingga menimbulkan aksi untuk 'penanggulangan' cepatseperti membuat panti, sekolah luar biasa, dan lain o1ain. Sehubungan itu,penanganan penyandang disabilitas harus dilakukan secara komprehensifmulai dari anak-anak sampai dewasa.

Kedudukan provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai IbukotaNegara sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai IbukotaNegara Kesatuan Republik Indonesia, harus menjadi barometer bagi daerahlain dalam memberikan perlindungan kepada penyandang disabilitas.

Untuk memberikan kepastian hukum atas hak-hak konstitusional penyandangdisabilitas, diperlukan Peraturan Daerah sebagai dasar hukum bagi PemerintahDaerah dan masyarakat dalam memberikan perlindungan kepada penyandangdisabilitas.

B. PASALDEMIPASAL

Pasal 1Cukup jelas.

Pasal 2Huruf a

Prinsip kemanusiaan menjadi landasan konsep perlindungan danpenghormatan hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiapwarganegara dan penduduk Indonesia secara proporsional

Huruf bPrinsip keadilan, bahwa keadilan rnerupakan suatu proses untukmenjadi adil terhadap penyandang disabilitas.

Huruf cPrinsip kesetaraan adalah kesamaan bagi penyandang disabilitasuntuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia,agar rnampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial,ekonomi, bUdaya, politik, pemerintahan, dan kesamaan dalammenikmati hasil pembangunan.

Huruf d

Prinsip pengayoman merupakan prinsip yang berfungsi memberikanperlindungan dalam rangka memberikan keterrtraman sebagai warga

masyarakat.

Page 43: IBUKOTA JAKARTA

43

Huruf ePrinsip kepentingan terbaik bagi penyandang disabilitas bahwasemua tindakan yang menyangkut diskriminasi yang dilakllkan o!ehPemerintah Daerah, masyarakat, legis latif, dan yudikatif, adalahdalam rangka memenuhi hak-hak penyandang disabilitas.

HuruffPrinsip non diskriminasi, bahwa sikap dan perlakuan terhadappenyandang disabilitas dengan tidak melakukan pembedaan atasdasar usia, jenis kelamin, ras, etnis, suku, agama dan antargolongan.

Pasal 3Cukup jelas.

Pasal4Huruf a

Yang dimaksud dengan kesamaan kesempatan dimaksudkan untukmewlljudkan kesamaan kedudukan, hak, kewajiban dan peranpenyandang disabilitas, agar dapat berperan dan berintegrasi sesuaidengan kemampuannya dalam segala aspek kehidllpan danpenghidupan.

Huruf bPenyediaan aksesibilitas dimaksudkan menciptakan keadaan danlingkungan yang lebih menunjang penyandang disabilitas agar dapatsepenuhnya hidup berrnasyarakat.

Huruf cRehabilitasi dimaksudkan memfungsikan kembali danmengembangkan kemampuan fisik mental. sosial, dan ekonomipenyandang disabilitas agar dapat melaksanakan fungsi sosialnyasecara wajar sesual dengan bakat, kemampuan, pendidikan, danpengalaman.

Hurllf dPemeliharaan taraf kesejahteraan dimaksudkan memberikanperlindungan dan pelayanan sosial dan ekonomi agar penya'1dangdisabilitas dapat memperoleh taraf hidup yang wajar.

Hliruf eYang dimaksud dengan perlindungan khllsus adalah memberikanperlindungan kepada penyandang disabilitas pada sa at bencana.

Pasal 5Cukup jelas.

Page 44: IBUKOTA JAKARTA

44

Pasal 6Ayat(1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Yang dimaksud dengan Rencana Aksi Daerah adalah tahapanprogram dan kegiatan Pemerintah Daerah dalam pemenuhan hak­hak konstitusional penyandang disabilitas yang diselenggarakansecara terarah, terkoordinasi, terpadu, dan berkesinambungan.Dalam penyusunan Rencana Aksi Daerah didasarkan pada datapenyandang disabilitas antara lain meliputi jumlah penyandangdisabilitas berdasarkan jenis kecacatan, kondisi sosial dan ekonomipenyandang disabilitas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Pasal?Yang dimaksud dengan sebagai mitra Pemerintah Daerah adalahbadan hukum atau badan usaha bersama-sama dengan Pemerintahmewujudkan tujuan perlindungan penyandang disabilitas.

Pasal 8Cukup jelas.

Pasal 9Kewajiban dan tanggung jawab penuh anggota keluarga dalamperlindungan penyandang disabilitas termasuk dalam pencegahankecacatan pada saat hamil, pada usia balita, dan perlindungan dalamrumah tangga.

Pasal 10Huruf a

Yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar danterencana untuk mewujudkan suasana belajar dan prosespembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkanpotensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, sertaketerampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dannegara.

Huruf bYang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan sehat, baiksecara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkansetiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Page 45: IBUKOTA JAKARTA

45

Penyandang disabilitas tidak diartikan sebagai seseorang yangrnengalarni sakit atau orang yang tidak sehat.

Huruf cYang dirnaksud dengan olahraga adalah segala kegiatan yangsisternatis untuk rnendorong, rnernbina, serta rnengernbangkanpotensi jasrnani, rohani, dan sosial.

Huruf dCukup jelas.

Huruf eYang dirnaksud dengan ketenagakerjaan adalah segala hal yangberhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelurn, selarna, dansesudah rnasa kerja.

Huruf fCukup jelas

Huruf 9Cukup jelas

Huruf hCukup jelas

Huruf iYang dirnaksud dengan bantuan hukurn adalah pernberian konsultasihukurn, rnenjalankan kuasa, rnewakili, rnendarnpingi, rnernbela, danrnelakukan tindakan hukurn lain untuk kepentingan pencari keadilan

Huruf jYang dirnaksud dengan inforrnasi adalah keterangan, pernyataan,gagasan, dan tanda-tanda yang rnengandung nilai, rnakna, danpesan, baik data, fakta rnaupun penjelasannya yang dapat dilihat,didengar, dan dibaca yang disajikan dalarn berbagai kernasan danforrnat sesuai dengan perkernbangan teknologi inforrnasi dankornunikasi secara elektronik ataupun nonelektronik.

Pasal11Ayat (1)

Yang dirnaksud dengan penyelenggara pendidikan adalahPernerintah, Pernerintah Daerah atau MasyarakatlSwasta yangrnenyelenggarakan satuan pendidikan sesuai dengan peraturanperundang-undangan di bidang pendidikan

Ayat (2)Kelas terpadu dan/atau kelas inklusi diselenggarakan denganbertujuan rnernberi kesernpatan kepada peserta didik penyandang

Page 46: IBUKOTA JAKARTA

46

disabilitas untuk memenuhi tuntutan kebutuhan pendidikan sesualkecerdasannya.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 12Cukup jelas.

Pasal 13Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Yang dimaksud dengan peserta didik mengalaml kecacatan adalahpeserta didik mengalami cacal akibal kecelakaan atau penyakit.

Pasal 14Cukup jelas.

Pasal15Ayal (1)

Yang dimaksud dengan pendidikan khusus adalah pendidikan yangkhusus diselenggarakan bagi peserta didik yang menyandangkelainan fisik dan/atau mental.

Sekolah Luar Blasa alau SLB, adalah pendidikan formal yangmenyelenggarakan pendidikan khusus bersifat segregatif dan terdiriatas Taman Kanak-Kanak Luar Biasa (TKLB), Sekolah Dasar LuarBiasa (SDLB), Madrasah Ibtidaiyah Luar Biasa (MILB), SekolahMenengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Madrasah TsanawiyahLuar Biasa (MTsLB), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB),dan Madrasah Aliyah Luar Biasa (MALB)

Standar pendidikan adalah krileria minimal lenlang berbagai aspekyang relevan dalam pelaksanaan pendidikan yang harus dipenuhioleh penyelenggara dan/alau saluan pendidikan di wilayah ProvinsiDaerah Khusus Ibukota Jakarta.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 16Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayal (2)Yang dimaksud dengan fasililas pelayanan kesehatan adalah suatualat dan/atau tempal yang digunakan untuk menyelenggarakan

Page 47: IBUKOTA JAKARTA

47

upaya pelayanan kesehatan, baik preventif, kuralif maupunrehabilitatif yang dilakukan pemerintah dan/atau masyarakat.

Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahanterhadap suatu masalah kesehatan/penyakit yang diderilapenyandang disabilitas.

Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/alauserangkaian kegiatan pengobatan bagi penyandang d:sabilitas yangditujukan penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibalpenyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agarkualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.

Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan dan/atauserangkaian kegialan bagi penyandang disabililas untukmengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehinggadapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna bagidirinya dan masyarakal semaksimal mungkin sesuai dengankemampuannya.

Pasal 17Yang dimaksud dengan program jaminan kesehatan daerah bagipenyandang disabililas adalah program jaminan kesehatan bagipenyadang disabilitas tidak mampu secara sosial dan ekonomi.

Pasal 18Ayat (1)

Program jaminan kesehatan penyandang disabilitas dalam ayat inimerupakan bagian dari program jaminan kesehatan daerah.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 19Cukup jelas.

Pasal20Cukup jelas.

Pasal21Ayat(1)

Yang dimaksud dengan olahraga penyandang disabilitas adalaholahraga yang khusus dilakukan sesuai dengan kondisi kelainanfisik danfatau mental seseorang.

Pembinaan dan pengembangan olahraga dilaksanakan melalui jalurpendidikan danfatau di luar jalur pendidikan.

Page 48: IBUKOTA JAKARTA

48

Yang dimaksud dengan olahraga pendidikan adalah pendidikanjasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian prosespendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperolehpengetahuan, keterampilan, kesehatan, kebugaran jasmani dankepercayaan diri.

Yang dimaksud dengan olahraga rekreasi adalah olahraga yangdilakukan oleh masyarakat dengan kegemaran dan kemampuanyang tumbuh berkembang sesuai dengan kondisi dan nilai bud2yamasyarakat untuk kesehatan, kebugaran, dan kesenangan.

Yang dimaksud dengan olahraga prestasi adalah olahraga yangmembina dan mengembangkan olahragawan secara terencana,berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapalprestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologikeolahragaan.

Ayat (2)Yang dimaksud dengan pengenalan olahraga adalah kegiatanuntuk menyadarkan dan membangkitkan minat penyandangdisabilitas agar gemar berolahraga.

Ayat (3)Yang dimaksud dengan organisasi olahraga penyandang disabilitasadalah sekumpulan penyandang disabilitas yang menjalin kf'rjasama dengan membentuk organisasi untuk penyelenggaraanolahraga penyadang disabilitas sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

Pasal 22Ayat (1)

Yang dimaksud dengan berjenjang adalah pekan olahragaKelurahan, kecamatan, Kota / Kabupaten Administrasi, dan Provinsiatau daerah.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal23Cukup jelas.

Pasal24Cukup jelas.

Pasal25Cukup jelas.

Page 49: IBUKOTA JAKARTA

49

Pasal26Cukup jelas.

Pasal 27Cukup jelas.

Pasal 28Ayal (1)

Pelalihan kerja bagi tenaga kerja penyandang disabilitasdilaksanakan dengan memperhatikan jenis, derajat kecacatan, dankemampuan tenaga kerja penyandang disabilitas bersangkulan.

Ayal (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 29Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Yang dimaksud dengan perusahaan adalah:a. setiap bemuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang

perseorangan, milik persekuluan, atau milik badan hukum, baikmilik swasta maupun milik negara yang mempekerjakanpekerja/buruh dengan membayar upah alau imbalan dalambentuk lain;

b. usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyaipengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upahatau imbalan dalam bentuk lain.

Pasal 30Cukup jelas.

Pasal 31Cukup jelas.

Pasal 32Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayal (2)Hasil produk yang dihasilkan dimaksud dalam ayal ini sesuai denganstandar yang ditentukan.

Page 50: IBUKOTA JAKARTA

50

Pasal 33Tanggung jawab badan hukum atau badan usaha, dan dunia usahadan/atau pelaku usaha dalam pernberian bantuan usaha yangdilakukan penyandang disabilitas merupakan bentuk tanggung jawabsosial pelaku usaha untuk berperan serta dalam pembangunanekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupanpenyandang disabilitas baik bagi pelaku usaha sendiri maupun bagipenyandang disabilitas.

Pasal 34Ayat (1)

Huruf aAkses kredit dari perbankan dan/atau lernbaga keuangan bukan banksesuai persyaratan yang ditentukan ketentuan peraturan perundang­undangan.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cPemberian pendanaan yang berasal dari Pemerintah Daerah dalamayat ini sesuai kemampuan keuangan daerah dan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan di bidang keuangandaerah.

Huruf dBantuan yang dapat diberikan oleh Pernerintah Daerah dalam ayat inisesuai dengan kewenangan Pemerintah Daerah.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Ayat (5)Huruf a

Cukup jelas.

Huruf bPenggunaan produk yang dihasilkan penyandang disabilitas dalamayat ini harus memenuhi standar mutu yang ditetapkan dalamperaturan perundang-undangan dan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan dalam pengadaan barang.

Page 51: IBUKOTA JAKARTA

51

Huruf cCukup jelas.

Ayat (6)Huruf a

Produk yang dapat dipromosikan adalah produk yang memenuhistandar yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.

Huruf bPerluasan sumber pendanaan untuk promosi produk dalam ayat inibagi Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangan daerah dankemampuan keuangan daerah.

Huruf cCukup jelas.

Huruf cCukup jelas.

Ayat (7)Yang dimaksud dengan "inkubator" adalah lembaga yangmenyediakan layanan penumbuhan wirausaha baru dan perkuatanakses sumber daya kemajuan usaha kepada usaha penyandangdisabilitas baik usaha mikro, kecil, dan menengah sebagai mitrausahanya. Inkubator yang dikembangkan meliputi: inkubatorteknologi, bisnis, dan inkubator lainnya sesuai dengan potensi dansumber daya ekonomi loka!.

Yang dimaksud dengan "Iembaga layanan pengembangan usaha"(bussines development services-providers) adalah lembaga yangmemberikan jasa konsultasi dan pendampingan untukmengembangkan usaha yang dilakukan penyandang disabilitas.

Yang dimaksud dengan "konsultan keuangan mitra bank" adalahmemfasilitasi untuk melakukan konsultan kepada lembagapengembangan usaha yang melakukan konsultasi danpendampingan kepada pelaku usaha penyandang disabilitas agarmampu mengakses kredit perbankan danfatau pembiayaan darilembaga keuangan selain bank.

Pasal 35Cukup jelas.

Pasal 36Yang dimaksud dengan pelayanan umum atau pelayanan publikadalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhankebutuhan pelayanan sesuai ketentuan peraturan perundang­undangan bagi penyandang disabilitas atas barang, jasa, dan/atau

Page 52: IBUKOTA JAKARTA

52

pelayanan administratif yang disediakan penyelenggara pelayananpublik.

Yang dimaksud dengan pelakuan khusus misalnya loket pelayananumum, tempat lokel penjualan tiket angkutan umum yangdiperuntukkan khusus bagi penyandang disabilitas

Pasal 37Yang dimaksud dengan pelayanan umurn antara lain: pelayananKartu Tanda Penduduk, Kartu Keluarga (KK), akta perkawinan, aktakelahiran.

Pasal 38Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentukoleh sekelompok warga negara Indonesia seeara sukarela atas dasarkesamaan kehendak dan eita-Gila untuk mernperjuangkan danmembela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dannegara, serta mernelihara keutuhan Negara Kesatuan RepublikIndonesia berdasarkan Paneasila dan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945.

Pasal 39Ayat(1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Yang dimaksud dengan mengalokasikan anggaran dalam hal untukpenyediaan alat bantu bagi pemilih penyandang disabilitas netra danpenyelenggaraan sosialisasi dan pendidikan pemilihan umumdan/atau pemilihan kepala daerah.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal40Cukup jelas.

Pasal41Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Yang dimaksud dengan advokat adalah orang yang berprofesimemberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yangmemenuhi persyaratan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Yang dimaksud dengan lembaga bantuan hukum adalah lembagayang memberikan bantuan hukum kepada peneari keadilan tanpamenerima pembayaran honorarium.

Page 53: IBUKOTA JAKARTA

53

Yang dimaksud dengan bantuan Ilukum secara cuma-cuma adalahjasa hukum yang diberikan Advokat tanpa menerima pembayaranhonorarium me/iputi: pemberian konsultasi hukum, menja/ankankuasa, mewaki/i, mendampingi, membela, dan melakukan tindakanhukum lain untuk kepentingan pencari keadilan kepada penyandangdisabilitas yang tidak mampu.

Pasa/42Cukup jelas.

Pasal43Cukup jelas.

Pasal44Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)Penyediaan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas diupayakanberdasarkan kebutllhan penyandang disabilitas sesuai dengan jenisdan derajat kecacatan serta standar yang ditentukan.

Ayat (3)Yang dimakslld dengan kegiatan dalam ayat ini adalah ~egiatan

seperti: seminar, kampanye, pemilihan umllm, pemilihan kepaladaerah, pertunjukan.

Pasa/45Cukup jelas.

Pasal46Cukllp je/as

Pasal47Cukup jelas.

0

Pasal48Cukup jelas.

Pasal49Ayat (1)

Yang dimaksud dengan penyediaan aksesibilitas dilakukan secarabertahap adalah mempertimbangkan kemampuan PemerintahDaerah dan masyarakat serta didasarkan kepada kebutuhan danprioritas penyandang disabilitas.

Ayat (2)Penyediaan aksesibilitas pada sarana dan prasarana umum yang

Page 54: IBUKOTA JAKARTA

54

telah ada pelaksanaannya secara bertahap dengan memperhatikanprioritas aksesibilitas yang dibutuhkan oleh penyandang disabilitas.Sekalipun secara bertahap, penyediaan aksesibilitas merupakankewajiban yang harus dilaksanakan oleh penyelenggara/pengelolasa~nadanp~sa~naumum.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 50Huruf a

Pelayanan informasi dapat diberikan melalui antara lain suara, bunyi,atau tulisan yang diperuntukkan bagi penyandang disabilitas.

Huruf bPelayanan khusus misalnya tempat loket penjualan tiket angkutanumum yang diperuntukkan khusus bagi penyandang disabilitas.

Pasal 51Cukup jelas

Pasal 52Yang dimaksud penyedla pelayanan informasi antara lain: televisi,layanan inforrnasi di stasiun. terminal, bandar udara, pelabuhan,rumah sakit,bank dan kantor pos.

Pasal 53Cukup jelas.

Pasal 54Yang dirnaksud dengan fungsi sosial adalah kernampuan dan peranseseorang untuk berintegrasi melalui kornunikasi dan interaksi dalamhidup berrnasyarakat secara wajar.

Pasal 55Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Yang dimaksud dengan fasilitas rehabilitasi adalah sarana danprasarana pelayanan rehabilitasi, antara lain pusat rehabilitasi, pantisosial, rurnah sakit, lembaga pelatihan dan unit rehabilitasi sosialkeliling

Pasal 56Ayat (1)

Yang dimaksud dengan rehabilitasi yang dilaksanakan secaraterpadu adalah penanganan rehabilitasinya baik rnedik, pendidikan,pelatihan, dan sosial dilakukan sebagai satu kesatuan di dalam satulernbaga rehabilitasi.

Page 55: IBUKOTA JAKARTA

55

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayal (4)Cukup jelas.

Pasal 57Ayat (1)

Yang dimaksud dengan tidak mampu adalah lidak mampu dari segikondisi serta keadaan finansial untuk membiayai pelaksanaanrehabilitasi.

Keringanan pembiayaan dapat seluruh a(au sebagaian biayapelaksanaan rehabilitasi

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 58Yang dimaksud dengan kemampuan fungsional secara maksimaladalah dapat melaksanakan fungsi organ tubuhnya dalam rangkamelaksanakan kegiatan dengan selayaknya sesuai kecacatan yangdisandang.

Pasal 59Cukup jelas.

Pasal60Cukup jelas.

Pasal61Cukup jelas.

Pasal62Cukup jelas.

Pasal63Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Huruf a

Asesmen pelatihan dimaksudkan sebagai kegiatan pendaftaran bagipenyandang disabilitas dalam rangka menemu kenali bakat, minat

Page 56: IBUKOTA JAKARTA

56

untuk menentukan jenis keterampilan yang akan diberikan.

Huruf bBimbingan dan penyuluhan jabatan dimaksudkan sebagai prosespemberian penerangan tentang potensi diri, meliputi: intelegensia,bakat, minat, dan kepribadian.

Huruf cLatihan keterampilan dimaksudkan sebagai upaya peningkatanmutu/kualitas tenaga kerja penyandang disabilitas agar pemakai jasatenaga kerja penyandang disabilitas merasa saling membutuhkandan ditangani secara profesional.

Huruf dPenempatan dimaksudkan sebagai upaya penggunaan tenaga kerjapenyandang disabilitas secara optimal dan produktif berdasarkanprinsip penempatan tenaga kerja yang tepat pada pekerjaannya.

Huruf ePembinaan lanjut dimaksudkan sebagai upaya pemantapan danpengembangan kemampuan penyandang disabilitas.

Pasal64Cukup jelas.

Pasal 65Cukup jelas.

Pasal66Cukup jelas.

Pasal67Cukup jelas.

Pasal68Cukup jelas.

Pasal69Cukup jelas.

Pasal 70Ayat (1)

Yang dimaksud dengan eksploitasi kecacatannya adalah tindakanyang dilakukan oleh penyandang disabilitas yang memanfaatkankecacatannya untuk mengemis dan/atau belas kasihan orang lainbaik materiil maupun non-materiil dan/atau untuk kepentinganapapun, seperti: politik, pengumpulan dana.

Ayat (2)Cukup jelas.

Page 57: IBUKOTA JAKARTA

57

Pasal71Cukup jelas.

Pasal 72Cukup jelas.

Pasal73Cukup jelas.

Pasal74Cukup jelas.

Pasal 75Cukup jelas.

Pasal76Cukup jelas.

Pasal 77Cukup jelas.

Pasal 78Cukup jelas.

Pasal 79Cukup jelas.

Pasal80Cukup jelas.

Pasal81Cukup jelas.

Pasal82Ayal (1)

Yang dimaksud dengan kemilraan adalah kerjasama dalamkelerkailan usaha yang dilakukan oleh penyandang disabililas baiklangsung maupun lidak langsung, alas dasar prinsip salingmemerlukan, mempercayai, memperkuat, dan mengunlungkan yangmelibalkan pelaku usaha mikro, kecil, dan/alau menengah denganusaha besar.

Yang dimaksud dengan dunia usaha adalah usaha mikro, usahakecil, usaha menengah, dan usaha besar yang melakukan keg/alanekonomi di Indonesia dan berdomisili di Provinsi Daerah KhususIbukota Jakarta.

Ayal (2)Cukup jelas.

Page 58: IBUKOTA JAKARTA

Pasal83Cukup jelas.

Pasal84Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Pemberian penghargaan dapat dilakukan pada setiap peringatan HariPenyandang Cacat atau disabilitas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 85Cukup jelas

Pasal 86Cukup jelas.

Pasal 87Cukup jelas.

Pasal 88Cukup jelas.

Pasal89Cukup jelas.

Pasal 90Huruf a

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) antara lainmelalui dana dekonsentrasi.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cCukup jelas.

Pasal 91Cukup jelas.

Pasal92Cukup jelas.

Page 59: IBUKOTA JAKARTA

59

Pasal93Cukup jelas.

Pasal 94Cukup jelas.

Pasal 95Ayat (1)

Huruf aCukup jelas.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cCukup jelas.

Huruf dYang dimaksud dengan setiap penyelenggara layanan publik adalahsetiap instansi pemerintah, swasta dan perorangan yang secaranyata-nyata mengabaikan layanan, tidak menyediakan penyediaansarana prasarana akses bagi penyandang disabilitas, padahal saranatersebut diperuntukkan sebagai sarana publik, seperti perpustakaanumum, tempat rekreasi, gedung olahraga, sarana layanan informasipada tv, statiun kereta api, terminal, bioskop, da'~ sebagaillya.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 96Cukup je/as.

Pasal 97Yang dimaksud dengan sesuai dengan peraturan perundang­undangan dalam ayat ini sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 28Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 9,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3670).

Pasal98Yang dimaksud dengan sesuai peraturan perundang-undangandalam ayat ini adalah sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 46Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Banguan Gedung(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134,Tambahan Lembaran Negara Nomor 4247).

Page 60: IBUKOTA JAKARTA

60

Pasal 99Cukup jelas.

Pasal 100Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

NOMOR 24