provinsi daerah khusus ibukota jakarta tahun 2019 fileprovinsi daerah khusus ibukota jakarta tahun...

152
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2019 BUKU STATISTIK Dinas Komunikasi Informatika, dan Statistik Provinsi DKI Jakarta

Upload: trancong

Post on 17-Aug-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Provinsi Daerah KhususIbukota Jakarta

Tahun 2019

BUKU STATISTIK

Dinas KomunikasiInformatika, dan StatistikProvinsi DKI Jakarta

Tim Penyusun

Editor

Pengolah Data

Design Grafis

Pengarah Atika Nur Rahmania

Penanggung JawabHerlinda Harmaini

Nur Izzudin Ardika Iman Satria Hepy Dinawati

Dwi Puspita Sari Adhitya Akbar Suryani Putri Khoirun Nisa

Eko Wahyudi Ahmad Fauzi

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 v

Buku Statistik Provinsi DKI Jakarta Tahun 2019 merupakan salah satu media diseminasi statistik sektoral Provinsi DKI Jakarta yang diterbitkan oleh Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Provinsi DKI Jakarta. Data dan Informasi yang dimuat dalam buku ini merupakan hasil kompilasi data statistik sektoral dari Perangkat Daerah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Badan Pusat Statistik dan instansi lain sampai dengan tahun 2018.

Buku ini membahas data statistik sektoral dan analisis deskriptif yang mencakup data umum, sosial budaya, sumber daya alam, infrastruktur, ekonomi, keuangan daerah, politik, hukum dan keamanan, serta data insidensial seperti bencana alam dan penyakit menular. Dengan adanya buku ini diharapkan dapat memberikan gambaran terhadap Provinsi DKI Jakarta berdasarkan data statistik sektoral yang disajikan.

Penghargaan dan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi sehingga penyusunan Buku Statistik Provinsi DKI Jakarta Tahun 2019 dapat terlaksana dengan baik, semoga buku ini dapat memberikan manfaat.

Jakarta, Mei 2019Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan

Statistik Provinsi DKI Jakarta

Atika Nur RahmaniaNIP. 197204061998032006

KATA PENGANTAR

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 vii

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I. DATA UMUM

1.1 Geografi

1.2 Pemerintahan

1.3 Demografi

BAB II. SOSIAL dan BUDAYA

2.1 Kesehatan

2.2 Pendidikan

2.3 Kebudayaan Nasional

2.4 Kesejahteraan Sosial

2.5 Agama

BAB III. SUMBER DAYA ALAM

3.1 Pertanian

3.2 Perikanan

3.3 Peternakan

3.4 Pertambangan dan Energi

3.5 Lingkungan Hidup

BAB IV. INFRASTRUKTUR

4.1 Perumahan dan Pemukiman

4.2 Pariwisata

4.3 Pos

4.4 Telekomunikasi dan Informatika

4.5 Perhubungan dan Transportasi

=

=

DAFTAR ISI

v

vii

1

3

6

15

18

22

23

32

39

43

48

52

53

69

73

78

79

82

K

Bab 1. Data Umum (Geografi, Pemerintahan, dan Demografi)viii

BAB V. EKONOMI dan KEUANGAN DAERAH

5.1 Industri

5.2 Perdagangan

5.3 Perbankan

5.4 Ekspor Impor

5.5 Produk Domestik Regional Bruto

5.6 Inflasi

5.7 APBD dan Realisasi

BAB VI. POLITIK, HUKUM, dan KEAMANAN

6.1 Politik Dalam Negeri dan Pengawasan

6.2 Hukum 6.3 Keamanan dan Ketertiban Masyarakat

BAB VII. INSIDENSIAL

7.1 Bencana Alam

7.2 Penyakit Menular

95

97

100

104

108

110

113

119

122

123

131

135

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 ix

D��� U���

B��01

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 xi

Kepulauan Seribu = 8,70Jakarta Barat = 129,54Jakarta Selatan = 141,27Jakarta Pusat = 48,13Jakarta Timur = 188,03Jakarta Utara = 146,66Total = 662,33Luas lautan = 6.977,5 Km²

Luas WilayahKabupaten/Kota DKI Jakarta (Km²)

Batas WilayahKota DKI Jakarta

Sebelah Selatan = Kota Depok

Sebelah Timur = Provinsi Jawa Barat

Sebelah Barat = Provinsi Banten

Sebelah Utara = Laut Jawa

Selatan

Barat Timur

Utara

Kelembaban, Temperatur , Curah Hujan dan Hari Hujandi DKI Jakarta Tahun 2018

Desember

Kelembaban UdaraRata - rata (%)

Temperatur UdaraRata - rata (%)

Curah Hujan(mm) Hari Hujan

75,0 28,9 45,5 16,0

GeografiProvinsi DKI Jakarta

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 1

Bab IDATA UMUM

1.1 Geografi

1.1.1 Keadaan Geografi

Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi 6o 12’ LS dan 106o 48’ BT dengan ketinggian tujuh meter di atas permukaan laut. Provinsi ini terbagi menjadi lima kota dan satu kabupaten administrasi yaitu Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu dengan luas total wilayah 662,33 km2.

Luas Daerah (Km2) Menurut Kabupaten/Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta 2017

200

129,54

48,13

141,27

188,03

146,66

8,7

150

100

50

0Jakarta Barat Jakarta Pusat Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Utara Kepulauan Seribu

Sumber: Biro Tata Pemerintahan

Di antara enam kabupaten/kota di Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Timur merupakan wilayah dengan luas terbesar yaitu 188,03 km2 atau 28,39% dari total wilayah di Provinsi DKI Jakarta. Sedangkan, Kepulauan Seribu merupakan wilayah dengan luas terkecil, hanya 8,7 km2 atau 1,31% dari total luas wilayah di Provinsi DKI Jakarta.

Berdasarkan data Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan, batas wilayah Provinsi DKI Jakarta yaitu sebelah selatan berbatasan dengan Kota Depok, sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat, sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Banten, dan sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa.

1.1.2 Iklim

Temperatur Udara Rata-rata (oC) Provinsi DKI Jakarta dari Lokasi Stasiun MeterologiMaritim dan Stasiun Meteorologi Kemayoran Tahun 2018

30,0

27,927,5

28,228,829,0 29,0

29,7 29,729,1 29,1

28,7 28,729,529,028,528,027,527,026,526,0

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.

K

Bab 1. Data Umum (Geografi, Pemerintahan, dan Demografi)2

Temperatur udara di Provinsi DKI Jakarta diukur dari dua lokasi titik yang berbeda yaitu lokasi Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Priok dan Stasiun Meteorologi Kemayoran. Pada tahun 2018, rata-rata temperatur udara sebesar 28,8oC, dengan temperatur udara rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Mei dan Oktober yaitu 29,7oC, sedangkan temperatur udara rata-rata terendah terjadi pada bulan Februari yaitu 27,5oC.

Kelembaban Udara Rata-Rata (oC) Provinsi DKI Jakarta dari Lokasi Stasiun MeterologiMaritim dan Stasiun Meteorologi Kemayoran Tahun 2018

76,6

85,0

80,0

75,0

70,0

65,0

60,0Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

81,778,9

77,1

73,1 74,2

69,6 70,068,6

71,5

75,9 75,0

Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

Kelembaban udara rata-rata di Provinsi DKI Jakarta di tahun 2018 adalah 74,4% dengan kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu 81,7% dan terendah pada bulan September yaitu 68,6%.

Curah Hujan Rata-rata (mm) dan Rata-rata Hari Hujan Provinsi DKI Jakarta di Lokasi Stasiun Meteorologi Maritim dan Stasiun Meteorologi Kemayoran Tahun 2018

30,0

250

20,0

15,0

10,0

5,0

0,0

500

450400

350300

250200150100

500

Januari Februari Maret April

Curah Hujan Rata-rata Rata-rata Hari Hujan

Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

186,5

21,524,0

457,8

20,0

25,45 16,3

7,25 39,4

44,6586,6

166,3

48,9

14,5

6,04,5

1,0 1,0

5,06,0

12,0

14,5

243,5

174,45

Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

Curah hujan rata-rata di Provinsi DKI Jakarta tahun 2018 adalah 125,1 mm dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari sebesar 457,8 mm dan terendah pada bulan Juli sebesar 7,25 mm.

Banyaknya rata-rata hari hujan di Provinsi DKI Jakarta sepanjang tahun 2018 adalah 10 hari/bulan dengan hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Februari sebanyak 24 hari dan terendah pada bulan Juli dan Agustus yaitu hanya 1 hari.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 3

1.2 Pemerintahan

1.2.1 Wilayah Administrasi

Jumlah Kecamatan dan Kelurahan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017

70

26

10 10 8

65 65

44

60

50

40

30

20

10

0Kepulauan Seribu Jakarta Selatan

Jumlah Kecamatan Jumlah Kelurahan

Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara

8

56

6

31

Sumber: Biro Tata Pemerintahan

Provinsi DKI Jakarta mempunyai total keseluruhan 44 kecamatan dan 267 kelurahan yang tersebar pada enam wilayah kabupaten/kota administrasi. Dari enam kabupaten/kota administrasi tersebut, Kota Jakarta Timur dan Jakarta Selatan mempunyai kecamatan dan kelurahan terbanyak dengan jumlah 10 kecamatan dan 65 kelurahan. Sedangkan, kabupaten Kepulauan Seribu adalah wilayah dengan jumlah kecamatan dan kelurahan paling sedikit dengan jumlah dua kecamatan dan enam kelurahan.

1.2.2 Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)

Jumlah PNS dan CPNS per Desember 2018 Menurut Jenis Kelamin

40.000

30.705

Laki-laki Perempuan

34.72835.000

30.00025.00020.00015.00010.000

5.0000

Sumber: Badan Kepegawaian Daerah

Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Provinsi DKI Jakarta sebanyak 65.433 orang dengan jumlah pegawai laki-laki sebanyak 30.705 orang dan perempuan 34.728 orang.

K

Bab 1. Data Umum (Geografi, Pemerintahan, dan Demografi)4

Jumlah PNS dan CPNS per Desember 2018 Menurut Golongan

35.000

705

11.544

32.915

20.269

30.00025.00020.00015.00010.000

5.0000

Golongan I Golongan II Golongan III Golongan IV

Sumber: Badan Kepegawaian Daerah

Jumlah PNS dan CPNS terbanyak pada golongan III yakni 32.915 orang atau sebesar 50,30%.

Jumlah PNS dan CPNS per Desember 2018 Menurut Status Pegawai

70.000

2.816

62.61760.000

50.000

40.000

30.000

20.000

10.0000

CPNS PNS

Sumber: Badan Kepegawaian Daerah

Berdasarkan status pegawai, jumlah PNS sebanyak 62.617 orang atau sebesar 95,70%, sedangkan jumlah CPNS sebanyak 2.816 orang atau sebesar 4,30%.

Jumlah PNS dan CPNS per Desember 2017-2018 Menurut Wilayah

18.00016.00014.000

12.00010.000

8.0006.000

4.000

2.0000

Provinsi

10.116 7.933 7.570 10.568 14.057 18.389 907

9.582 7.449 7.21920172018 9.995 13.175 17.124 888

Jakarta Pusat Jakarta Utara Jakarta Barat Jakarta Selatan Jakarta Timur Kepulauan Seribu

Sumber: Badan Kepegawaian Daerah.

Berdasarkan wilayah, Jakarta Timur mempunyai jumlah PNS tertinggi dari tahun 2017-2018, sedangkan jumlah PNS terendah berada di Kepulauan Seribu.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 5

Rekapitulasi Jumlah PNS dan CPNS Provinsi DKI Jakarta Tahun 2016-2018

74.000

72.00070.00068.00066.00064.00062.00060.000

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember73.215 72.997 72.673 72.372 72.022 71.627 71.680 72.061 71.868 71.530 71.577 71.223

71.789 71.728 71.462 71.459 71.078 70.687 70.406 69.973 69.999 70.169 69.810 69.540

69.126 68.825 68.522 68.200 67.814 67.394 67.031 66.627 66.166 65.826 65.772 65.431

2016

20172018

Sumber: Badan Kepegawaian Daerah

Jumlah PNS di Provinsi DKI Jakarta tahun 2016-2018 mengalami penurunan di setiap tahunnya berdasarkan rekapitulasi jumlah PNS dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember.

Jumlah Guru PNS dan CPNS per Desember 2018 Menurut Golongan

18.00016.00014.00012.00010.000

8.0006.0004.0002.000 210

1.714

15.12916.490

0

20.000

Golongan I Golongan II Golongan III Golongan IV

Sumber: Badan Kepegawaian Daerah

Berdasarkan golongan, jumlah guru PNS tertinggi terdapat pada golongan IV sebanyak 16.490 orang dan yang terendah pada golongan I sebanyak 210 orang.

Jumlah Guru PNS dan CPNS per Desember 2018 Menurut Status Pegawai

40.000

30.000

20.000

10.000

0CPNS PNS

2.777

30.766

Sumber: Badan Kepegawaian Daerah.

Di tahun 2018, guru yang berstatus PNS sebanyak 30.766 orang atau sebesar 91,72% sedangkan guru berstatus CPNS sebanyak 2.777 orang atau sebesar 8,28% dari total pegawai.

K

K

Bab 1. Data Umum (Geografi, Pemerintahan, dan Demografi)6

Jumlah Guru PNS dan CPNS per Desember 2018 Menurut Jenis Kelamin

25.000

20.000

15.000

10.000

5.000

0Laki-laki Perempuan

11.195

22.348

Sumber: Badan Kepegawaian Daerah

Jumlah Guru perempuan adalah 22.348 orang atau 66,62% dari total Guru. Sedangkan jumlah Guru laki-laki adalah 11.195 orang atau 33,38%. Jumlah Guru perempuan dua kali lipat lebih banyak dari jumlah Guru laki-laki.

1.3 Demografi

1.3.1 Kependudukan

Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta Menurut Jenis Kelamin

6.000.000 5.230.298 5.113.7205.000.000

4.000.000

3.000.000

2.000.000

1.000.000

0Laki-laki Perempuan

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Tercatat hingga akhir tahun 2018, jumlah penduduk di Provinsi DKI Jakarta yang teregistrasi di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sebanyak 10.344.018 jiwa dengan jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak 5.230.298 jiwa dan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 5.113.720 jiwa yang seluruhnya berstatus sebagai Warga Negara Indonesia (WNI).

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 7

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rentang Usia

Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018

600.000

500.000

400.000

300.000

200.000

100.000

0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-75 >750

Laki-laki Perempuan

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Jika dihitung dari rentang usia penduduk WNI di Provinsi DKI Jakarta tahun 2018, rentang usia 35–39 tahun mempunyai persentase tertinggi untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Persentase tersebut masing-masing sebesar 9,89% untuk laki-laki dan 10,15% untuk perempuan dengan jumlah masing-masing sebanyak 517.686 jiwa dan 518.858 jiwa. Sedangkan, kelompok usia diatas 75 tahun memiliki persentase terendah untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Persentase tersebut masing-masing sebesar 1,06% untuk laki-laki dan 1,36% untuk perempuan dengan jumlah masing-masing sebanyak 55.618 jiwa dan 69.791 jiwa.

2.139 2.4822.891

1.661

Jumlah WNA Berdasarkan Jenis KelaminTahun 2016-2018

WNA Laki-laki

2016

4.000

3.000

2.000

1.000

02017 2018

WNA Perempuan

Jumlah WNI Berdasarkan Jenis KelaminTahun 2016-2018

2016

5.300.000

5.200.000

5.100.000

5.00.000

4.90.0002017 2018

WNI Laki-laki WNI Perempuan

5.165.058

5.027.828

5.216.683

5.088.7255.230.298

5.113.720

1.148 1.420

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Dalam kurun waktu 2016 - 2018, jumlah penduduk wajib KTP untuk Warga Negara Indonesia (WNI) dan Warga Negara Asing (WNA) berjenis kelamin laki-laki dan perempuan selalu mengalami peningkatan.

Dalam kurun waktu tersebut, terjadi kenaikan jumlah penduduk WNI di Provinsi DKI Jakarta sebesar 1,46% atau sebanyak 151.132 jiwa. Sementara persentase jumlah WNA di Provinsi DKI Jakarta menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan sebesar 27,79% atau sebanyak 1.265 jiwa.

K

Bab 1. Data Umum (Geografi, Pemerintahan, dan Demografi)8

Distribusi WNI dan WNA di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2016-2018

3.000.000

2.500.000

2.000.000

1.500.000

1.000.000

500.000

WNI WNI WNIWNA WNA WNA

25.535

2.923.502

1.134.96127.041

1.706.2762.317.1812.184.2642.935.685 2.946.594

2.189.0152.326.721

1.715.5811.138.516

27.591

2.146.804

2.304.0021.695.2911.097.752

Kepulauan SeribuJakarta PusatJakarta Utara

Jakarta BaratJakarta SelatanJakarta Timur

633

724407

1280243 273

1549

541819

720 7691010537

1904

332

0 0 0

0

2016 2017 2018

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Dari enam wilayah kabupaten/kota di provinsi DKI Jakarta, Jakarta Timur mempunyai jumlah penduduk WNI tertinggi dari tahun 2016 - 2018. Pada tahun 2018, jumlah penduduk WNI di Jakarta Timur sebanyak 2.946.594 jiwa. Jumlah ini naik sebesar 0,78% atau sebanyak 23.092 jiwa dari tahun 2016–2018. Sedangkan, jumlah WNA terbanyak terdapat di Jakarta Selatan. Di tahun 2018, terdapat 1.904 jiwa WNA yang bermukim di kota tersebut. Peningkatan persentase penduduk WNA di Jakarta Selatan cukup signifikan dari tahun 2016–2018 dengan jumlah kenaikan sebesar 23,09% atau sebanyak 624 jiwa.

Kepulauan Seribu yang merupakan satu-satunya kabupaten di Provinsi DKI Jakarta memiliki jumlah WNI dan WNA terendah. Dari tahun 2016–2018 tidak ada WNA yang berdomisili di kabupaten ini. Sedangkan, jumlah WNI berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan mengalami peningkatan selama tiga tahun terakhir. Di tahun 2016, jumlah WNI sebanyak 25.535 jiwa lalu mengalami kenaikan di tahun 2017 sebesar 5,57% atau sebanyak 1,506 jiwa. Dari tahun 2017 – 2018 terjadi kenaikan sebanyak 550 jiwa.

Presentase WNI dan WNA di Provinsi DKI Jakarta 2018

0,04

WNIWNA

99,96

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 9

Di tahun 2018, WNI berkontribusi sebesar 99,96% dari total penduduk di Provinsi DKI Jakarta dan sisanya 0.04% merupakan WNA.

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Provinsi DKI JakartaTahun 2018

Wajib KTP Laki-laki

5.000.0003.843.277 3.806.0754.000.000

3.000.000

2.000.000

1.000.000

0Wajib KTP Perempuan

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Persentase penduduk DKI Jakarta wajib KTP di tahun 2018 adalah 73,95% dari jumlah penduduk DKI Jakarta yang terbagi menjadi 3.843.277 laki-laki dan 3.806.075 perempuan.

Penduduk Wajib KTP Menurut Jenis Kelamin di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018

Jakarta Timur 1.080.4071.088.490

814.709814.942

868.678883.872

620.900630.112

412.270416.567

9.1119.294

0 200.000 400.000

Wajib KTP Perempuan Wajib KTP Laki-laki

600.000 800.000 1.000.000 1.200.000

Jakarta Selatan

Jakarta Barat

Jakarta Utara

Jakarta Pusat

Kepulauan Seribu

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Jakarta Timur merupakan kota dengan jumlah penduduk wajib KTP tertinggi bila dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya yakni sebesar 2.168.897 jiwa, dengan jumlah laki-laki sebesar 1.088.490 jiwa dan perempuan sebesar 1.080.407 jiwa. Sedangkan, Kepulauan Seribu merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk wajib KTP terendah yakni sebesar 18.405 jiwa, dengan jumlah laki-laki sebanyak 9.294 jiwa dan 9.111 jiwa.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 11

B��02

S����� &

B�����

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 13

K

Bab 2. Sosial & Budaya (Kesehatan, Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Kesejahteraan Sosial, dan Agama)PB

Persentase Penduduk Miskin/Tingkat Kemiskinan (P0)

September2015

3,613,75 3,78

3,55

September2018

September2017

September2016

Indeks KedalamanKemiskinan (P1)

September2018

September2017

September2016

September2015

0,2740,433

0,6120,503

Indeks KeparahanKemiskinan (P2)

September2018

September2017

September2016

September2015

0,0440,075

0,1490,107

Persentase Penduduk Miskin,P1, P2, Gini RasioBulan September(2015 - 2018)

Gini RasioSeptember

0,421

September2015

0,397

September2016

0,409

September2017

0,390

September2018

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 15

K

Bab 2. Sosial & Budaya (Kesehatan, Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Kesejahteraan Sosial, dan Agama)PB

Bab IISOSIAL dan BUDAYA

2.I Kesehatan

2.1.1 Jumlah Fasilitas Kesehatan

Jumlah Fasilitas Kesehatan DKI Jakarta 2014-2017

Rumah Sakit

2014 159

159

187

187

36

36

29

29

44

44

44

44

301

301

296

296

77,9

77,9

76,8

120,3

175

175

175

175

437,1

439

437,2

438,4

2015

2016

2017

RumahSakit/Rumah

Bersalin

Puskesmas Kecamatan

Puskesmas Kelurahan

BalaiPengobatanUmum (x10)

Laboratorium Posyandu (x10)

450400350300250200150100

500

Sumber: Dinas Kesehatan

Dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi masyarakat DKI Jakarta, pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama Dinas Kesehatan DKI Jakarta terus memperbaiki dan menambah jumlah fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan yang terdapat di Provinsi DKI Jakarta terdiri dari fasilitas pelayanan kesehatan yang meliputi puskesmas, rumah sakit dan sarana keafirmasian. Fasilitas kesehatan yang terus meningkat adalah rumah sakit, balai pengobatan umum, dan posyandu. Dalam periode 2014–2017, jumlah rumah sakit bertambah sebanyak 28 rumah sakit menjadi 187 rumah sakit. Begitupun dengan balai pengobatan umum yang jumlahnya sudah mencapai 1.203 di tahun 2017.

Selain itu, jumlah posyandu sudah mencapai 4.384 posyandu yang tersebar di enam wilayah kabupaten/kota administrasi DKI Jakarta. Sedangkan untuk puskesmas kecamatan dan laboratorium, jumlahnya sama dari tahun 2014, yakni masing-masing 44 dan 175. Setiap kecamatan di DKI Jakarta sudah memiliki satu puskesmas kecamatan.

Sementara itu, jumlah puskesmas kelurahan mengalami penurunan dikarenakan beberapa puskesmas berubah status menjadi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) kelas D. Pembangunan RSUD kelas D dimaksudkan agar dapat memberikan pelayanan kesehatan rujukan pasien dari puskesmas yang lebih dekat dan cepat, sebelum pasien dirujuk ke Rumah Sakit Kelas C atau B.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 PB

K

Bab 2. Sosial & Budaya (Kesehatan, Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Kesejahteraan Sosial, dan Agama)16

2.1.2 Rasio Dokter per 2500 Penduduk

Rasio Dokter Per 2500 Penduduk, 2017

1,63

0,41

1,97

0,20

1,80

0,31

Umum

Dokter Dokter Gigi

Spesialis Total

Sumber: Dinas Kesehatan

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Pemprov DKI Jakarta, jumlah dokter umum dan dokter gigi yang dimaksud adalah dokter yang bekerja di puskesmas dan di rumah sakit, belum termasuk yang bekerja di klinik. Sedangkan, untuk dokter spesialis dan dokter gigi spesialis hanya ada di rumah sakit, sementara di puskesmas memang tidak ada.

Pada tahun 2017, rasio dokter umum dan spesialis per 2.500 penduduk DKI Jakarta adalah 1,8. Artinya 1 dokter melayani 1.390 penduduk. Maka layanan dokter ini sudah memenuhi standar WHO. Adapun standar ideal WHO adalah satu dokter melayani 2.500 penduduk. Jika dibandingkan per kategori dokter, rasio dokter spesialis lebih tinggi dibandingkan dokter umum, yakni 1 dokter umum untuk 1.535 penduduk, sedangkan 1 dokter spesialis untuk 1.271 penduduk. Angka ini menunjukkan bahwa SDM untuk dokter umum dan spesialis sudah memenuhi standar WHO.

Namun, tidak untuk layanan dokter gigi, rasio dokter gigi per 2.500 penduduk masih sangat rendah. Rasio dokter gigi masih di bawah satu, artinya DKI Jakarta masih kekurangan SDM untuk dokter gigi dan dokter gigi spesialis.

2.1.3 Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 Kelahiran

Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 Kelahiran

2016

JAKPUS JAKUT JAKBAR JAKSEL JAKTIM KEP.SERIBU DKI JAKARTA

2017 2018

12

10

8

6

4

2

0

Sumber: Dinas Kesehatan

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 17

K

Bab 2. Sosial & Budaya (Kesehatan, Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Kesejahteraan Sosial, dan Agama)PB

Angka kematian bayi (AKB) menunjukkan jumlah bayi yang meninggal dari setiap 1000 bayi yang lahir hidup pada periode tahun tertentu. AKB di DKI Jakarta setiap tahunnya mengalami penurunan. Pada tahun 2016 tercatat ada empat bayi yang meninggal dari 1000 kelahiran. Kemudian, pada tahun 2017 AKB hanya dua bayi per 1000 kelahiran. Hingga pada tahun 2018 hanya satu bayi yang meninggal dari 1000 kelahiran.

Jika dirinci menurut kota/kabupaten, maka kota dengan AKB dibawah AKB DKI Jakarta adalah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Artinya, Jakarta Selatan dan Jakarta Timur sudah lebih baik dari rata-rata DKI Jakarta. Sedangkan, kota dengan AKB di atas AKB DKI Jakarta adalah Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Kepulauan Seribu.

Pada tahun 2017 dan 2018, Kepulauan Seribu memiliki AKB tertinggi dibanding lima kota lainnya, dimana ada 10 bayi yang meninggal dari 1000 kelahiran di tahun 2017, namun angka ini menurun pada tahun 2018 yakni ada enam bayi yang meninggal dari 1000 kelahiran.

Secara keseluruhan, rata-rata AKB tiap kabupaten/kota selalu menurun dalam tiga tahun terakhir, kecuali Jakarta Selatan. Pada tahun 2016, jumlah bayi meninggal sebanyak dua dari 1000 kelahiran, kemudian turun menjadi 0.436 di tahun 2017, lalu naik menjadi satu bayi dari 1000 kelahiran pada tahun 2018.

Salah satu penyebab AKB ini menurun adalah meningkatnya beberapa indikator kesehatan maternal. Indikator ini seperti cakupan kunjungan ibu hamil K4 (kontak minimal empat kali selama masa kehamilan), cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, cakupan kunjungan bayi, dan cakupan imunisasi dasar lengkap.

Tabel 2.1 Indikator Kesehatan Maternal

Indikator 2016 2017 2018

Cakupan kunjungan ibu hamil K4 96.99% 98.28% 98.78%

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan

97.27% 98.32% 98.54%

Cakupan kunjungan bayi 98.03% 99.59% 99.90%

Cakupan imunisasi dasar lengkap 100.72% 95.14% 98.64%

Sumber: Dinas Kesehatan

Semua indikator tersebut menunjukkan bahwa kesehatan maternal di DKI Jakarta sudah sangat baik. Ke-empat indikator tersebut terus mengalami kenaikan dalam tiga tahun terakhir. Rata-rata semua indikator mencapai angka 98,35% dalam tiga tahun terakhir. Cakupan kunjungan ibu hamil sampai tahun 2018 sudah mencapai 98,78%, selanjutnya cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan sudah mencapai 98,54%. Artinya, 98,54% ibu yang melahirkan di DKI Jakarta sudah dibantu oleh tenaga medis. Cakupan kunjungan bayi pun sudah mencapai 99,9%. Selain itu, sebanyak 98,64% bayi sudah mendapat imunisasi dasar lengkap, hanya 1,36% yang belum mendapatkannya. Pada tahun 2016, jumlah bayi yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap melebihi jumlah bayi yang lahir pada tahun itu, hal ini menyebabkan cakupan imunisasi dasar lengkap melebihi 100%.

K

K

2.2 Pendidikan

2.2.1 Fasilitas dan Tenaga Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu aspek untuk mengukur keberhasilan pembangunan suatu wilayah. Melalui pendidikan yang baik dan berkualitas diharapkan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Capaian kualitas pendidikan ini juga dipengaruhi oleh fasilitas pendidikan yang tersedia.

Sekolah (x10) Siswa (x1000)Guru (x100) Rasio Guru dan Siswa

Jumlah Sekolah, Tenaga Pendidik, Siswa, dan RasioGuru-Siswa, 2018

900

SD SMP SMA SMK

800700600500400300200100

0

245,2

107,1

381 364

185 171111

57,9

219103

48,9

818

2018

15

20 20

15

10

5

0

25

Sumber: Dinas Pendidikan

Pada jenjang pendidikan SD untuk tahun ajaran 2017/2018 terdapat 2.452 sekolah, dengan 818.000 siswa, 38.100 guru, dan rasio guru dan siswa yakni 20. Artinya rata-rata seorang guru SD di DKI Jakarta mengajar 20 murid. Semakin tinggi jenjang pendidikan, maka beban guru semakin sedikit. Untuk jenjang pendidikan SMP rata-rata seorang guru mengajar 18 murid, dan di jenjang pendidikan SMA 15 murid. Kecuali untuk jenjang pendidikan SMK seorang guru mengajar 20 murid, hal ini bisa disebabkan karena jenjang pendidikan SMK lebih banyak praktek mandiri dibanding di SMA.

Rasio Siswa/Rombongan Belajar, 2018

SD

3135 35 32

29242523

SMP

Swasta Negeri

SMA SMK

Sumber: Dinas Pendidikan

K

Bab 2. Sosial & Budaya (Kesehatan, Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Kesejahteraan Sosial, dan Agama)18

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 19

K

Bab 2. Sosial & Budaya (Kesehatan, Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Kesejahteraan Sosial, dan Agama)PB

Rasio siswa per rombongan belajar untuk tingkat SD hingga SMK menurut jenis sekolah menunjukkan bahwa rasio siswa per rombongan belajar sekolah swasta untuk setiap jenjang pendidikan selalu lebih tinggi dibanding sekolah negeri.

Pada Pasal 24 Permendikbud No. 17 Tahun 2017 tertulis bahwa jumlah peserta didik dalam satu Rombongan Belajar diatur sebagai berikut: 

SD dalam satu kelas berjumlah paling sedikit 20 peserta didik dan paling banyak 28 peserta didik;

SMP dalam satu kelas berjumlah paling sedikit 20 peserta didik dan paling banyak 32 peserta didik;

SMA dalam satu kelas berjumlah paling sedikit 20 peserta didik dan paling banyak 36 peserta didik;

SMK dalam satu kelas berjumlah paling sedikit 15 peserta didik dan paling banyak 36 peserta didik.

Sekolah swasta di DKI Jakarta sudah sesuai dengan aturan Permendikbud, namun tidak untuk sekolah negeri di jenjang pendidikan SD dan SMP, di mana jumlah siswa lebih tiga orang dari kondisi ideal.

2.2.2 Angka Partisipasi Kasar (APK)

Angka Partisipasi Kasar (APK) menunjukkan partisipasi penduduk yang sedang mengenyam pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya. APK merupakan persentase jumlah penduduk yang sedang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan (berapapun usianya) terhadap jumlah penduduk usia sekolah yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. APK digunakan untuk mengukur keberhasilan program pembangunan pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka memperluas kesempatan bagi penduduk untuk mengenyam pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. Nilai APK bisa lebih dari 100%, hal ini disebabkan karena populasi murid yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan mencakup anak berusia di luar batas usia sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan. Sebagai contoh, banyak anak-anak usia diatas 12 tahun masih sekolah di tingkat SD atau juga banyak anak-anak yang belum berusia 7 tahun, tetapi telah masuk SD.

Adanya siswa dengan usia lebih tua dibanding usia standar di jenjang pendidikan tertentu menunjukkan terjadinya kasus tinggal kelas atau terlambat masuk sekolah. Sebaliknya, siswa yang lebih muda dibanding usia standar yang duduk di suatu jenjang pendidikan menunjukkan siswa tersebut masuk sekolah di usia yang lebih muda.

APK Menurut Jenjang Pendidikan

APK SD/MI/ PK-A APK SMP/Mts/ Pk-B APK SMA/MA/SMK/ Pk-C

APK SD/MI/ PK-A

APK SMP/Mts/ Pk-B

APK SMA/MA/SMK/ Pk-C

2014

104,64103,90

85,41

104,82109,01

86,54

104,55108,01

91,36

103,99108,19

97,25

104,97105,40103,69

2015 2016 2017 2018

110,00105,00100,00

95,0090,0085,0080,00

Sumber: Dinas Pendidikan

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 PB

K

Bab 2. Sosial & Budaya (Kesehatan, Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Kesejahteraan Sosial, dan Agama)20

Rata-rata APK untuk setiap jenjang pendidikan di DKI Jakarta bersifat fluktuatif, kecuali untuk jenjang pendidikan SMA yang meningkat setiap tahunnya. Untuk APK SD/MI, rata-rata terdapat 4% penduduk yang tidak berusia 7-12 tahun bersekolah di SD. Dalam tiga tahun (2015- 2017) nilai APK SMP/MTs merupakan yang paling tinggi dari jenjang pendidikan lainnya. Rata-rata dalam tiga tahun tersebut terdapat 8,4% penduduk yang tidak berusia 13- 15 tahun yang bersekolah di SMP.

2.2.3 Angka Partisipasi Murni (APM)

Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase jumlah anak pada kelompok usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya terhadap jumlah seluruh anak pada kelompok usia sekolah yang bersangkutan Bila APK digunakan untuk mengetahui seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan di suatu jenjang pendidikan tertentu tanpa melihat berapa usianya, maka Angka Partisipasi Murni (APM) mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat waktu.

Bila seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah tepat waktu, maka APM akan mencapai nilai 100. Secara umum, nilai APM akan selalu lebih rendah dari APK karena nilai APK mencakup anak diluar usia sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan. Selisih antara APK dan APM menunjukkan proporsi siswa yang terlambat atau terlalu cepat bersekolah. Keterbatasan APM adalah kemungkinan adanya under estimate karena adanya siswa diluar kelompok usia yang standar di tingkat pendidikan tertentu. Contoh: Seorang anak usia 6 tahun bersekolah di SD kelas 1 tidak akan masuk dalam penghitungan APM karena usianya lebih rendah dibanding kelompok usia standar SD yaitu 7-12 tahun.

APM Menurut Jenjang Pendidikan

APM SD/MI/Pk-A

APM SD/MI/Pk-A

APM SMP/Mts./Pk-B

APM SMP/Mts./Pk-B

APM SMA/MA/SMK/Pk-C

APM SMA/MA/SMK/Pk-C

2014

100,0095,0090,0085,0080,0075,0070,0065,0060,00

95,43 95,5493,5264,32 67,91

95,8095,38 96,15

84,7971,87 76,83

96,0683,2794,66

63,53

2015 2016 2017 2018

Sumber: Dinas Pendidikan

Pada jenjang pendidikan SD dan SMA, persentase penduduk usia sekolah yang bersekolah tepat waktu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Sedangkan pada jenjang pendidikan SMP dari tahun 2015 sampai 2018 persentasenya selalu turun. SMA merupakan jenjang pendidikan dengan nilai APK terendah. Artinya, masih banyak penduduk usia sekolah di DKI Jakarta yang belum mendapatkan pendidikan hingga SMA, padahal pemerintah sudah mewajibkan program belajar 12 tahun.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 21

K

Bab 2. Sosial & Budaya (Kesehatan, Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Kesejahteraan Sosial, dan Agama)PB

2.2.4 Kartu Jakarta Pintar Plus (KJP Plus)

Kartu Jakarta Pintar Plus adalah program strategis untuk memberikan akses bagi warga DKI Jakarta dari kalangan masyarakat tidak mampu untuk mengenyam pendidikan minimal sampai dengan tamat SMA/SMK dengan dibiayai penuh dari dana APBD Provinsi DKI Jakarta. Pada tahun 2018, KJP Plus merupakan peningkatan dari Kartu Jakarta Pintar (KJP). Perbedaan antara KJP dan KJP Plus adalah: KJP Plus bisa digunakan untuk diskon belanja pendidikan, gratis masuk Ancol, belanja enam jenis pangan murah, dapat ditarik tunai, dan peningkatan alokasi dana yang diterima siswa perbulannya.

Jumlah Penerima KJP

2017 2018

Tahap I Tahap II

805.015

905.919

778.058792.495

Sumber: Dinas Pendidikan

Pada tahun 2018, jumlah penerima KJP Plus meningkat dibanding pada tahun sebelumnya. Adapun total penerima KJP pada tahun 2017 adalah 1.570.553 siswa, dan tahun 2018 sebesar 1.710.934 siswa. Jumlah ini naik 8,94% dari tahun 2017.

Alokasi Bulanan KJP Plus

Rp.800.000,00Rp.700.000,00

Rp.600.000,00

Rp.500.000,00

Rp.400.000,00

Rp.300.000,00

Rp.200.000,00Rp.100.000,00

Rp-SD/MI

Negeri 2017 Negeri 2018 Swasta 2017 Swasta 2018

SMP/MTs SMA/MA SMK PKBM A PKBM B PKBM C

Sumber: Dinas Pendidikan

Pada tahun 2017, besaran alokasi bulanan yang diterima untuk tiap jenjang pendidikan berbeda. Untuk tingkat SD/MI, dan PKBM A/B/C penerima KJP mendapat bantuan sebesar Rp210.000/bulan, tingkat SMP/MTs sebesar Rp260.000/bulan, tingkat SMA/MA sebesar Rp375.000/bulan, dan SMK sebesar Rp390.000/bulan. Sedangkan, alokasi bulanan untuk siswa yang bersekolah di swasta berbeda dengan negeri. Siswa sekolah swasta mendapat tambahan alokasi dana untuk SPP yakni sebesar Rp130.000/bulan untuk tingkat SD/MI, Rp170.000/bulan untuk tingkat SMP/MTs, Rp290.000/bulan untuk tingkat SMA/MA, dan Rp240.000/bulan untuk tingkat SMK.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 23

K

Bab 2. Sosial & Budaya (Kesehatan, Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Kesejahteraan Sosial, dan Agama)22

Alokasi bulanan untuk penerima KJP Plus di tahun 2018 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Untuk tingkat SD/MI dan SMP/Mts naik sebesar Rp40.000/bulan, tingkat SMA/MA naik sebesar Rp45.000/bulan, tingkat SMK naik sebesar Rp60.000/bulan, dan PKBM A/B/C naik sebesar 90.000/bulan.

2.3 Kebudayaan Nasional

Jumlah Event di DKI Jakarta

600

325

169

530

500

400

300

200

100

02016 2017 2018

184

100

7455

30

Pameran Festival Musik Atraksi Budaya

5 Event Terbanyak di Tahun 2018

Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Pada tahun 2017, jumlah event yang diadakan di DKI Jakarta turun 48% dari tahun sebelumnya. Namun, tahun 2018 banyak event yang diadakan di DKI Jakarta. Jumlah ini meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Peningkatan ini terjadi karena event pameran yang mencapai 184 event. Dimana jumlah ini lebih banyak dari total event yang diadakan pada tahun 2017.

Ada lima event terbanyak yang diadakan pada tahun 2018, yakni pameran sebanyak 184 event, festival 100 event, musik 74 event, atraksi 55 event, dan budaya 30 event.

Event yang Rutin Diadakan dalam Tiga Tahun Terakhir

Atraksi Budaya Edukasi Fashion Festival Kuliner Musik Pameran Sport Talkshow

2016

200180160140

120100

80604020

0

2017 2018

1714

5537

1830

1026

2 26 1

55

100

16 191 1

59

37

74

108

184

33

10 10 122 21

Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 23

K

Bab 2. Sosial & Budaya (Kesehatan, Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Kesejahteraan Sosial, dan Agama)22

Berikut 10 event yang rutin diadakan dari tahun 2016 hingga 2018, yakni atraksi, budaya, edukasi, fashion, festival, kuliner, musik, pameran, sport, dan talkshow. Dibanding tahun 2017, hampir semua event tersebut mengalami kenaikan pada tahun 2018, kecuali untuk event edukasi. Sedangkan, jika dibandingkan dengan tahun 2016, event yang mengalami penurunan adalah budaya, edukasi, fashion, dan talkshow.

Tiga Event Terbanyak di DKI Jakarta, 2015-2018

171

350

300

250

200

150

100

50

0Festival Musik Pameran

170

325

Budaya Kesenian Tradisional Sport

Jumlah Event Tradisional dan Sport di DKI Jakarta, 2016-2018

37

18

30

3

10 10

2016 2017 2018

2

Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Selama tahun 2018, ada tiga event terbanyak yang diadakan di DKI Jakarta, yakni festival, musik, dan pameran. Ketiga event tersebut ternyata juga rutin diadakan dalam tiga tahun terakhir. Namun, untuk kegiatan yang berhubungan dengan event tradisional masih sangat kurang, seperti event budaya dimana pada tahun 2018 hanya ada 30 event, sementara kesenian tradisional hanya ada di tahun 2017, sedangkan di tahun 2018 sudah tidak diadakan lagi. Hal ini bisa disebabkan karena masyarakat kurang tertarik dengan event-event yang berbau budaya tersebut. Sehingga diperlukan perbaikan untuk meningkatkan minat masyarakat terhadap budaya tradisional khususnya Betawi. Disamping itu, event seperti olahraga juga masih sedikit, bahkan di tahun 2017 hanya ada dua event.

2.4 Kesejahteraan Sosial

2.4.1 Kemiskinan

Berdasarkan Badan Pusat Statistik, kemiskinan didefinisikan sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.

Angka kemiskinan merupakan salah satu indikator kesejahteraan rakyat sehingga menjadi pusat perhatian pemerintah. Sebagai permasalahan global, pengurangan penduduk miskin merupakan tujuan bersama negara-negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dalam tujuan pembangunan berkelanjutan, seperti yang tertuang dalam Perpres Nomor 59 Tahun 2018 yang menguraikan tujuan global Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJMN), disebutkan bahwa tujuan pertama yaitu mengakhiri segala bentuk kemiskinan di manapun.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 25

K

Bab 2. Sosial & Budaya (Kesehatan, Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Kesejahteraan Sosial, dan Agama)24

2.4.1.1 Perkembangan Tingkat Kemiskinan, Maret 2012-September 2018

Sumber: Badan Pusat Statistik

DKI Jakarta sebagai pusat pemerintahan sekaligus pusat kegiatan perekonomian menjadi cerminan keberhasilan pembangunan nasional. Indikator yang paling dekat dalam merefleksikan keberhasilan pembangunan nasional bisa dilihat dari tingkat kemiskinan. Selain kemacetan dan banjir, kemiskinan juga merupakan masalah utama yang menjadi pusat perhatian pemerintah DKI Jakarta.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memiliki target pada tahun 2022 tingkat kemiskinan di DKI Jakarta turun 1% melalui agenda “The Magic One Percent”. Berdasarkan Susenas Maret 2012-September 2018, jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta mengalami fluktuasi. Pada September 2018, angka kemiskinan sama dengan Maret 2013 yakni sebesar 3,55%. Angka ini merupakan angka kemiskinan terendah selama periode tersebut. Sementara jumlah penduduk miskin pada September 2018 berjumlah 372.260 orang atau turun 20.870 orang dari September 2017.

Tren Kemiskinan Menurut Kota/Kabupatendi DKI Jakarta Tahun 2018

120 14

2,88

63,38

91,38

33,19

86,4295,86100 12

80 10

608

406

204

020

Kep. Seribu

Jumlah Penduduk Miskin (ribu orang) Persentase Penduduk Miskin

Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara

11,98

2,83 3,14 3,59 3,39

5,35

Sumber: Badan Pusat Statistik

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 25

K

Bab 2. Sosial & Budaya (Kesehatan, Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Kesejahteraan Sosial, dan Agama)24

Berdasarkan Susenas Maret 2018, jumlah penduduk miskin terbanyak ada di wilayah Jakarta Utara yaitu sebanyak 95,86 ribu orang dengan persentase penduduk miskin 5,35%. Sementara wilayah Jakarta Timur yang memiliki jumlah penduduk terbanyak hanya 3,14% dari penduduknya yang dikategorikan penduduk miskin. Sedangkan, jumlah penduduk miskin yang paling sedikit ada di wilayah Kepulauan Seribu yaitu sebanyak 2,88 ribu orang. Meskipun begitu, persentase penduduk miskin di wilayah Kepulauan Seribu merupakan yang paling tinggi dibandingkan wilayah lainnya yaitu sebesar 11,98%. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk di Kepulauan Seribu sangat sedikit dibandingkan wilayah lainnya yaitu hanya sekitar 0,3% dari jumlah penduduk DKI Jakarta.

2.4.1.2 Garis Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta, Maret 2015 - September 2018

Sumber: Badan Pusat Statistik

Jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh besarnya Garis Kemiskinan (GK). GK merupakan ukuran untuk melihat tingkat kemiskinan di suatu wilayah. Hal ini berdasarkan metode yang digunakan Badan Pusat Statistik untuk menghitung angka kemiskinan. Komponen dari GK adalah Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). GKM setara dengan pemenuhan kebutuhan kalori 2.100 Kkal per kapita per hari. GKNM setara dengan kebutuhan dasar bukan makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Dengan kata lain, GK adalah sejumlah uang untuk membeli makanan yang mengandung 2.100 Kkal per hari dan keperluan mendasar bukan makanan. Sehingga dapat didefinisikan bahwa penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.

Selama periode Maret 2015-September 2018, GK di Provinsi DKI Jakarta terus mengalami peningkatan. Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan yang dialami dengan GK makanan maupun non makanan. Terhitung pada Maret 2015, GK sebesar 487.388 rupiah per kapita per bulan dan terus meningkat mencapai 607.778 rupiah per kapita per bulan di September 2018. Rata-rata pertumbuhan GK di DKI Jakarta sebesar 3,72% setiap tahunnya. Sedangkan, rata-rata pertumbuhan GK makanan dan non makanan masing-masing sebesar 3,62% dan 2,47%.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 27

K

Bab 2. Sosial & Budaya (Kesehatan, Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Kesejahteraan Sosial, dan Agama)26

BerasDaging Ayam

Rokok KretekTelur AyamLainnyaMie Instant

Distribusi Garis Kemiskinan Maret 2018 (%)

Garis Kemiskinan MakananGaris Kemiskinan Non-Makanan

33,54

66,46

Distribusi Garis Kemiskinan Makanan (%)

3,99 6,49 7,63

15,89

42,28

23,72

PerumahanBensin

ListrikPendidikanLainnyaAngkut

Distribusi Garis Kemiskinan Non-Makanan (%)

25,4335,48

17,611,68

4,19

5,62

Sumber: Badan Pusat Statistik

Dengan memperhatikan komponen GK, terlihat bahwa peranan komoditas makanan lebih besar dibandingkan peranan non makanan, dengan nilai persentase sebesar 66,46%. Beras merupakan bahan makanan paling utama dengan menyumbang 23,72% terhadap Garis Kemiskinan. Kebutuhan terbesar kedua setelah beras yaitu rokok kretek dengan kontribusi 15,89%. Sedangkan pada kebutuhan non makanan, perumahan dan listrik merupakan kebutuhan terbesar bagi penduduk miskin dengan kontribusi 35,48% dan 17,6%.

2.4.1.3 Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Provinsi DKI Jakarta

Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Provinsi DKI Jakarta

Mar2012

Sept2012

Sept2013

Sept2014

Sept2015

Sept2016

Sept2017

Sept2018

Mar2013

Mar2014

Mar2015

Mar2016

Mar2017

Mar2018

0,700

0,600

0,500

0,400

0,300

0,200

0,100

0,000

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

0,5000,560

0,629

0,388 0,387

0,6000,517

0,274

0,457 0,4330,488

0,612

0,514 0,503

0,1070,1060,149

0,0970,0750,0830,044

0,1040,1310,0690,073

0,1690,1500,130

Sumber: Badan Pusat Statistik

Selain melihat Garis Kemiskinan untuk mengukur tingkat kemiskinan, perkembangan indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan juga perlu diperhatikan. Mengatasi masalah kemiskinan tidak hanya dengan memperkecil persentase penduduk miskin, namun juga mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 27

K

Bab 2. Sosial & Budaya (Kesehatan, Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Kesejahteraan Sosial, dan Agama)26

Sedangkan, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) memberikan informasi mengenai gambaran penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin.

Selama periode Maret 2012-September 2018, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) maupun Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami fluktuasi. Kenaikan paling signifikan untuk P1 terjadi pada September 2014 yaitu sebesar 0,213 poin, sedangkan penurunan paling signifikan terjadi pada September 2015 yaitu 0,243 poin. Sementara, Indeks Kedalaman Kemiskinan pada September 2018 sebesar 0.503, jumlah ini turun 0,011 poin dari Maret 2018. Indeks Keparahan Kemiskinan lebih stabil daripada Indeks Kedalaman Kemiskinan. Artinya, pengeluaran di antara penduduk miskin tidak berbeda jauh.

Kep.Seribu Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat

Garis Kemiskinan (rupiah/kapita/bulan)

800.000 1,8680.167

580.080

490.331 512.689502.152

1,6

1,4

1,2

0,8

0,6

0,4

0,2

0

1

700.000

600.000

500.000

400.000

300.000

200.000

100.000

-Jakarta Barat Jakarta Utara

Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks KeparahanKemiskinan (P2) Menurut Kabupaten/Kota DKI Jakarta, Maret 2018

576.713

17

0,42

P1 P2

0,29

0,05

0,36

0,06

0,77

0,25

0,55

0,14

0,83

0,18

Sumber: Badan Pusat Statistik

Jika dilihat menurut kabupaten/kota di DKI Jakarta, garis kemiskinan yang tertinggi berada di Jakarta Selatan yaitu sebesar 680.167 rupiah per kapita per bulan. Sedangkan, Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan di Jakarta Selatan merupakan yang terendah. Sementara itu, garis kemiskinan terendah berada di Jakarta barat yaitu sebesar 490.331 rupiah per kapita per bulan. Kepulauan Seribu merupakan wilayah dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan tertinggi dibandingkan wilayah lainnya dengan indeks masing-masing 1,7 dan 0,42.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 29

K

Bab 2. Sosial & Budaya (Kesehatan, Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Kesejahteraan Sosial, dan Agama)28

2.4.1.4 Distribusi Pendapatan Penduduk (Gini Ratio)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Gini Rasio merupakan indikator hasil perhitungan statistik yang menggambarkan ketimpangan pendapatan masyarakat. Nilai Gini Ratio berkisar antara 0-1. Semakin tinggi nilai Gini Ratio menunjukkan ketimpangan yang semakin tinggi. Berdasarkan tren grafik di atas dapat dilihat bahwa selama periode Maret 2012-September 2018, Gini Ratio Provinsi DKI Jakarta selalu lebih tinggi dari rata-rata nasional kecuali pada September 2013.

Selama periode Maret 2012-September 2018, Gini Ratio Provinsi DKI Jakarta cenderung mengalami penurunan. Penurunan terbesar selama periode tersebut yaitu pada September 2013 sebesar 0,029 poin. Sedangkan, kenaikan terbesar pada Maret 2014 sebesar 0,027 poin. Sementara, Gini Ratio pada September 2018 sebesar 0,39. Angka ini merupakan yang terendah selama periode Maret 2012-September 2018.

Selama periode Maret 2012-September 2018, Gini Ratio nasional juga terus mengalami penurunan setiap periodenya dengan nilai Gini Ratio pada September 2018 sebesar 0,384.

2.4.2 Ketenagakerjaan

2.4.2.1 Struktur Ketenagakerjaan DKI Jakarta

Ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek mendasar dalam kehidupan manusia karena ketenagakerjaan tidak hanya berpengaruh pada dimensi ekonomi, tetapi juga menyangkut dimensi sosial. Dimensi ekonomi menjelaskan kebutuhan hidup sehari-hari, sedangkan dimensi sosial berkaitan dengan pengakuan masyarakat terhadap kemampuan individu.

Untuk melihat sejauh mana hasil pembangunan bidang ketenagakerjaan yang telah dicapai di suatu wilayah, dapat menggunakan beberapa indikator ketenagakerjaan seperti penduduk usia kerja, jumlah penduduk yang bekerja, dan jumlah pengangguran.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 29

K

Bab 2. Sosial & Budaya (Kesehatan, Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Kesejahteraan Sosial, dan Agama)28

Tabel 2.2 Struktur Ketenagakerjaan DKI Jakarta

Status Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2016 (000) Agustus 2017 (000) Agustus 2018 (000)

Penduduk Usia Kerja 7 739.89 7 836.40 7 884.02

Angkatan Kerja (AK) 5 178.84 4 856.12 5 041.62

Bekerja 4 861.83 4 509.17 4 726.78

Pengangguran 317 346.95 314.84

Bukan Angkatan Kerja 2 561.05 2 980.29 2 842.40

Sekolah 650.64 879.52 696.36

Mengurus Rumah Tangga 1 604.98 1 734.21 1 723.01

Lainnya 305.42 366.56 423.03

Sumber: Badan Pusat Statistik

Secara keseluruhan struktur ketenagakerjaan di DKI Jakarta disajikan pada tabel 2.2 Penduduk usia kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Penduduk usia kerja merupakan penduduk yang berusia diatas 15 tahun. Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan yang sedang mencari pekerjaan atau mempersiapkan suatu usaha. Penduduk yang bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang masih sekolah, mengurus rumah tangga, atau melaksanakan kegiatan lainnya.

Dalam tiga tahun terakhir jumlah penduduk usia kerja selalu mengalami peningkatan. Pada bulan Agustus tahun 2016, jumlah penduduk usia kerja mencapai 7,73 juta. Kemudian meningkat hingga satu juta di tahun 2017, dan di tahun 2018 meningkat sebesar 47.620 orang.

Sumber: Badan Pusat Statistik

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 31

K

Bab 2. Sosial & Budaya (Kesehatan, Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Kesejahteraan Sosial, dan Agama)30

Gambaran indikator ketenagakerjaan DKI Jakarta tahun 2018 menurut kota/kabupaten administrasi disajikan dalam jumlah penduduk yang bekerja, pengangguran, tingkat partipisasi angkatan kerja, dan pengangguran terbuka. Jumlah penduduk yang bekerja terbanyak terdapat di Jakarta Timur sebanyak 1,25 juta orang, disusul oleh Jakarta Barat sebanyak 1,14 juta orang, Jakarta Selatan 1,05 juta orang, dan Jakarta Pusat 432 ribu orang. Sementara itu jumlah penduduk bekerja terendah terdapat di Kepulauan Seribu sebanyak 9,4 ribu orang.

Jakarta Utara memiliki Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tertinggi, sedangkan yang terendah ada di Kepulauan Seribu. Jakarta Selatan menempati urutan kedua dalam TPAK, namun tidak untuk TPT yang hanya menempati urutan keempat. Hal ini menunjukkan bahwa angkatan kerja di Jakarta Selatan terserap dengan baik (jumlah penduduk yang bekerja tinggi).

2.4.2.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka

Tingkat Pengangguran Terbuka

7,14%

6,24%6,12%

2016 2017 2018

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

62,82%

61,97%

63,95%

2016 2017 2018

Sumber: Badan Pusat Statistik

Sasaran utama pembangunan di bidang ketenagakerjaan adalah terciptanya lapangan kerja baru dengan jumlah dan kualitas yang memadai sehingga dapat menyerap angkatan kerja yang memasuki pasar kerja.

Keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi diukur dengan jumlah penduduk yang masuk dalam pasar kerja (bekerja atau mencari kerja) yang biasanya disebut sebagai Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Kesempatan kerja memberikan gambaran besarnya tingkat penyerapan tenaga kerja. Keterlibatan penduduk usia 15 tahun ke atas dalam kegiatan ekonomi di DKI Jakarta dalam tiga tahun terakhir bersifat fluktuatif. Tahun 2017 terjadi penurunan partisipasi angkatan kerja sebesar 0,85 poin. Kemudian naik pada tahun 2018 sebesar 1,98 poin.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di DKI Jakarta dalam tiga tahun terakhir juga mengalami fluktuasi. Berbeda dengan tingkat partisipasi angkatan kerja, pada tahun 2017 justru terjadi kenaikan tingkat pengangguran terbuka yakni naik sebesar 1,02 poin dari tahun sebelumnya. Namun, pada tahun 2018 terjadi penurunan sebesar 0,9 poin dari tahun sebelumnya.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 31

K

Bab 2. Sosial & Budaya (Kesehatan, Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Kesejahteraan Sosial, dan Agama)30

TPT Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (persen)

SD Ke Bawah SMP SMA Umum SMA Kejuruan Diploma I/II/III Universitas

2017

4,13

7,27,97 8,09

10,869,65

6,56

4,81 4,76 4,81

2,75

5,01

2018

Sumber: Badan Pusat Statistik

Menurut jenjang pendidikan yang ditamatkan, tingkat pengangguran disemua jenjang pendidikan mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, kecuali jenjang pendidikan SMA Umum dan Universitas. Penurunan TPT tertinggi terjadi pada tingkat pendidikan SMP sebesar 2,91 poin.

TPT tertinggi menurut jenjang pendidikan adalah SMA kejuruan, sementara TPT terendah adalah tingkat pendidikan SD ke bawah.

2.4.2.3 Upah Minimum Provinsi (UMP) DKI Jakarta

UMP DKI Jakarta 2013-2018

2013

2.200.0002.441.000

2.700.000

3.355.750 3.648.035

3.100.000

2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

UMP DKI Jakarta selalu mengalami kenaikan dalam enam tahun terakhir. Rata-rata kenaikan setiap tahunnya adalah 11%. Kenaikan UMP tertinggi terjadi pada tahun 2016 yakni sebesar 15%. Tahun 2018, UMP di DKI Jakarta mencapai Rp3.648.035 yang naik sebesar 9% dari tahun sebelumnya.

2.5 Agama

Jumlah Sarana Ibadah Menurut Kab/Kota Administrasi, 2017

20001800160014001200

1000800600400200

0Kepulauan

SeribuJakarta Selatan

Masjid Mushola Kristen Katholik Pura/Kuil Vihara

Jakarta Timur

Jakarta Pusat

Jakarta Barat

Jakarta Utara

13 29

748

1285

1676 4 510 23

1051

1741

276

11

435505

210

8 10 42

507

1297

241

11 1142 8499

455

912

204

Sumber: Kanwil Kementerian Agama

Sarana ibadah terbanyak yang ada di DKI Jakarta adalah mushola dengan total 5.769 mushola, kemudian masjid sebanyak 3.209, gereja kristen 1.098, gereja katholik 45, pura/kuil 29, dan vihara 301. Sarana ibadah tersebut tersebar di enam wilayah yang ada di DKI Jakarta, kecuali gereja, pura/kuil, dan vihara tidak ada di Kepulauan Seribu. Jakarta Timur merupakan kota dengan jumlah sarana ibadah terbanyak. Hal ini disebabkan karena memang jumlah penduduk terbanyak ada di Jakarta Timur. Jakarta Barat memiliki jumlah vihara terbanyak yakni 142 vihara. Jakarta Pusat memiliki jumlah pura terbanyak yakni 10 pura.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 33

K

Bab 2. Sosial & Budaya (Kesehatan, Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Kesejahteraan Sosial, dan Agama)PBK

33K

KepulauanSeribu

Jakarta Selatan

Jakarta Timur

Jakarta Pusat

Jakarta Barat

Jakarta Utara

Jumlah Juru Penerang Agama Menurut Kabupaten/Kota Administrasi, 2017

Juru Penerang Agama Dai Mubaligh Ulama

20 5 11122

701

31243

801

43 40 29 2711099

653

164

1.853

1.033

Sumber: Kanwil Kementerian Agama

Pada tahun 2017, Jakarta Timur memiliki jumlah juru penerang agama dan ulama terbanyak dibanding enam kota lainnya yakni masing-masing 243 dan 164 orang. Sementara itu, Jakarta Pusat memiliki jumlah dai mubaligh terbanyak yakni 1.853 orang. Adapun kota yang memiliki jumlah juru penerang agama yang paling sedikit adalah Kepulauan Seribu, yakni 20 juru penerang agama, lima dai mubaligh, dan 11 ulama.

K

33

B��03

S����� D��� A���

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 37

K

Bab 3. Sumber Daya Alam (Pertanian, Perikanan, Peternakan, Pertambangan & Energi, dan Lingkungan Hidup)PBK

Buku Tahunan Pusat Pelayanan Statistik 2019 37

Baik Sedang Tidak sehat Sangat tidak sehat Berbahaya Tidak ada data

DKI 3

208

88

64

5

DKI 2

236

8342

4DKI 1

117

208

28 120 0 0 00 0

0 00 0 0DKI 5

206

43

116

DKI 4

263

21 3

78

Sepanjang tahun 2018 kualitas udara di wilayah DKI Jakarta cukup mengkhawatirkan karena hari dengan kualitas udara tidak sehat bertambah di beberapa wilayah bahkan ada hari

dengan kategori sangat tidak sehat.

Keterangan lokasi:

DKI 1 : Bundaran HI, Jakarta PusatDKI 2 : Kelapa Gading, Jakarta PusatDKI 3 : Jagakarsa, Jakarta SelatanDKI 4 : Lubang Buaya, Jakarta TimurDKI 5 : Kebon Jeruk, Jakarta Barat

Tingkat Pencemaran UdaraDi Wilayah DKI Jakarta

Januari-November Tahun 2018

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 39

K

Bab 3. Sumber Daya Alam (Pertanian, Perikanan, Peternakan, Pertambangan & Energi, dan Lingkungan Hidup)PB

Bab IIISUMBER DAYA ALAM

3.1 Pertanian

3.1.1 Tanaman Pangan

Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Sawah di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2010 -2017

12000

10000

8000

6000

4000

2000

0

Luas Panen Padi Sawah (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha)

6,00

5,90

5,80

5,705,605,50

5,40

5,30

5,20

5,10

5,002010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

787,11002,3

4238

53426361

7541

1744

9516

189717232015

1104411164

11371400

5,54 5,52

5,82 10268

5,89

5,39

5,59

5,335,38

Sumber: Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian

Tanaman pangan dalam publikasi ini meliputi tanaman padi sawah yang terdiri dari tanaman jagung, ketela pohon dan kacang tanah.

Sektor agrikultur (pertanian, kehutanan dan perikanan) merupakan salah satu sektor yang menyumbang nilai PDRB di DKI Jakarta. Namun kontribusi sektor agrikultur masih sangat kecil dibandingkan sektor lainnya, bahkan setiap tahunnya semakin menurun. Pada tahun 2018, kontribusi sektor agrikultur pada triwulan III hanya sebesar 0,08% dengan nilai tambah sebesar Rp539 Miliar. Walaupun hanya berkontribusi kecil, sektor ini masih memiliki potensi besar. Salah satunya adalah urban farming (pertanian perkotaan) yang menciptakan lingkungan hijau untuk keseimbangan ekosistem lingkungan terutama pada subsektor tanaman pangan.

DKI Jakarta sebagai pusat kota dengan gedung-gedung tinggi ternyata masih memberikan lahan untuk ditanami tanaman pangan seperti padi. Meskipun selama periode tahun 2010–2017 luas panen padi sawah mengalami penurunan, namun rata-rata produktivitasnya masih di atas 5,3 ton per hektar. Pada tahun 2010, luas panen padi sawah sebesar 2.015 hektar dan dengan seiring waktu terus menurun hingga 787,1 hektar pada tahun 2017. Penurunan luas panen padi sawah membuat hasil produksi juga ikut turun selama periode 2010–2017. Sedangkan, untuk produktivitas padi sawah, tahun 2010 merupakan tahun dengan produktivitas terbesar yaitu 5,54 ton per hektar. Sementara, pada tahun 2017 produktivitas padi sawah sebanyak 5,38 ton per hektar dengan produksi sebanyak 4.238 ton.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 PB

K

Bab 3. Sumber Daya Alam (Pertanian, Perikanan, Peternakan, Pertambangan & Energi, dan Lingkungan Hidup)40K

40

Persentase Luas Lahan Sawah Menurut Jenis Pengairan, 2017

Irigasi Non Irigasi

17%

83%

Luas Lahan Sawah MenurutKabupaten/Kota (Ha), 2017

Jakarta Timur Jakarta Barat Jakarta Utara

500

74 96,5

414400300200100

0

Sumber: Badan Pusat Statistik

Lokasi lahan sawah di DKI Jakarta hanya terdapat di tiga wilayah yakni Jakarta Utara, Jakarta Barat dan Jakarta Timur, sedangkan Kepulauan Seribu, Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat tidak memiliki lahan sawah. Berdasarkan Laporan Statistik Pertanian Tanaman Pangan tahun 2017, Provinsi DKI Jakarta memiliki 83% lahan sawah dengan pengairan irigasi. Lahan sawah dengan pengairan irigasi terbesar berada di wilayah Jakarta Utara dengan luas 414 hektar. Di wilayah Jakarta Utara memang tidak ada sawah dengan pengairan selain irigasi. Sedangkan, luas lahan sawah terbesar untuk pengairan non irigasi berada di wilayah Jakarta Barat dengan luas 96,5 hektar. Di Jakarta Barat memang tidak memiliki sawah dengan pengairan selain non irigasi.

Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Sawah di DKI Jakarta 2017

3000 5,40

5,39

5,39

5,38

5,38

5,37

5,37

5,36

2500

2000

1500

1000

500

0Jakarta Timur Jakarta Barat Jakarta Utara

Produktivitas (ton/ha)Produktivitas (ton)Luas Panen (ha)

5,37

68365

1097

203,7

2776

515,4

5,38

5,39

Sumber: Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian

Berdasarkan Laporan Statistik Pertanian Tanaman Pangan tahun 2017, Jakarta Utara memiliki lahan sawah terbesar sehingga produksi padi sawah juga memiliki jumlah terbanyak dari wilayah lainnya. Produksi padi sawah di Jakarta Utara yaitu 2.776 ton dengan produktivitas sebesar 5,39 ton per hektar.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 41

K

Bab 3. Sumber Daya Alam (Pertanian, Perikanan, Peternakan, Pertambangan & Energi, dan Lingkungan Hidup)PB

3.1.2 Hortikultural

Sumber: Badan Pusat Statistik

Selain tanaman pangan, subsektor lainnya yang berkembang di DKI Jakarta adalah hortikultural yang meliputi tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman obat dan tanaman hias. Selama periode 2010–2017, jumlah produksi terbesar tanaman sayuran yaitu pada tahun 2012 meskipun pada tahun tersebut luas panen sayuran paling kecil dibandingkan tahun lainnya. Hal ini membuat produktivitas pada tahun tersebut meningkat tajam. Peningkatan produksi ini didominasi oleh produksi kangkung dengan jumlah 49.469 ton atau naik 521% dari tahun 2011. Sementara, produktivitas sayuran selama periode 2013–2017 cenderung meningkat dengan jumlah produksi sebesar 12.085 ton di tahun 2017.

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tanaman sayuran dalam publikasi ini meliputi bayam, kangkung, ketimun, kacang panjang, petsai dan lainnya. Namun, jumlah produksi ketimun dan kacang panjang memiliki persentase di bawah satu persen sehingga tidak dimasukkan dalam diagram di atas.

Wilayah Jakarta Timur memiliki luas panen sayuran terbesar yaitu 958 hektar atau 59% dari total luas panen sayuran. Luas panen sayuran terbesar yaitu pada jenis sayuran kangkung sebesar 751 hektar. Hal ini membuat jumlah produksi kangkung sangat tinggi yaitu 48% atau sebanyak 58.246 kuintal.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 43

K

Bab 3. Sumber Daya Alam (Pertanian, Perikanan, Peternakan, Pertambangan & Energi, dan Lingkungan Hidup)42

Jumlah Produksi Buah-buahan (kuintal) di Provinsi DKI Jakarta, 2010-2017

126.061

2010

500.000

450.000

400.000

350.000

300.000

250.000

200.000

150.000

100.000

50.0000

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

135.107

241.130

361.029

111.341 86.379

134.027

432.741

Sumber: Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian

Jumlah produksi buah-buahan di Provinsi DKI Jakarta selama periode 2010–2017 mengalami fluktuasi. Jumlah produksi buah-buahan terbesar yaitu pada tahun 2012 dengan jumlah 432.741 kuintal. Sedangkan, pada tahun 2016 merupakan tahun dengan jumlah produksi buah-buahan terendah yaitu hanya 86.379 kuintal. Sementara, pada tahun 2017 jumlah produksi buah-buahan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya menjadi 134.027 kuintal.

Produksi Buah-buahan Menurut Jenis, 2017

5% Mangga

DurianJerukPisangPepayaJambu Air

Sukun

14%

45%

0,3%33%

3%

Produksi Buah-buahan Menurut Kabupaten/Kota, 2017

Kepulauan Seribu

Jakarta Selatan

Jakarta Timur

Jakarta Pusat

Jakarta Barat

Jakarta Utara

17%

48%

17%

9% 8%

1%

Sumber: Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian

Wilayah Jakarta Timur memiliki jumlah produksi buah-buahan terbesar yaitu 64.436 kuintal atau 48% dari total jumlah produksi buah-buahan di DKI Jakarta. Jumlah ini didominasi oleh produksi buah pisang sebanyak 36.671 kuintal. Sedangkan, Jakarta Pusat memiliki produksi buah-buahan terendah yaitu hanya 1.363 kuintal atau 1% dari total produksi buah-buahan.

Jenis tanaman buah-buahan yang memiliki produksi terbesar di DKI Jakarta adalah mangga yaitu sebesar 60.002 kuintal atau 33%. Sementara, buah jeruk merupakan buah yang memiliki jumlah produksi paling rendah dibandingkan lainnya yaitu hanya 0,3% dari total produksi buah-buahan.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 43

K

Bab 3. Sumber Daya Alam (Pertanian, Perikanan, Peternakan, Pertambangan & Energi, dan Lingkungan Hidup)42

3.2 Perikanan

Jumlah Produksi Perikanan DKI Jakarta, 2012-2018

350.000,00 9000,00

8000,00

7000,00

6000,00

5000,00

4000,00

3000,00

2000,00

1000,00

0,00

5.784,236.970,63

7.959,29

5.069,23

219.835,00

2012 2013

Produksi Perikanan tangkap (ton) Produksi Perikanan Budidaya (ton)

2014 2015 2016 2017 2018

209.743,10 225.355,30289.214,10

143.143,30 135.619,00 103.305,87

4.836,364.368,50 3.812,20

300.000,00

250.000,00

200.000,00

150.000,00

100.000,00

50.000,00

0,00

Sumber: Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian

Selain subsektor pertanian tanaman pangan, di DKI Jakarta juga memiliki potensi pada subsektor perikanan. Perikanan dalam publikasi ini meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya (laut, tambak dan kolam).

Berdasarkan grafik di atas, selama periode 2012–2015 produksi ikan tangkap dan budidaya secara garis besar mengalami peningkatan, terutama di tahun 2015 yang meningkat secara signifikan. Terhitung di tahun 2012, jumlah produksi ikan sebesar 225.620,30 ton meningkat menjadi 297.173,40 ton di tahun 2015. Namun, pada tahun 2016 produksi ikan tangkap maupun budidaya mulai mengalami penurunan. Pada tahun 2017 produksi ikan sebesar 139.987 ton atau turun 38% dari tahun 2012. Rata-rata 97% jumlah produksi ikan di DKI Jakarta berasal dari produksi ikan tangkap, terutama dari wilayah Jakarta Utara.

Persentase Pencapaian Terget Produksi Perikanan,2012-2016

2012

140%120%100%

80%60%40%20%

0%2013 2014 2015 2016

100% 92,28% 97,19% 120,33%61,46%

Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017-2022

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 45

K

Bab 3. Sumber Daya Alam (Pertanian, Perikanan, Peternakan, Pertambangan & Energi, dan Lingkungan Hidup)44

Berdasarkan target daerah produksi perikanan di DKI Jakarta, selama periode 2012–2016 rata-rata persentase pencapaian target produksi perikanan sangat baik yaitu sebesar 94%. Namun di tahun 2016 mengalami penurunan produksi ikan yang cukup signifikan sehingga pencapaian produksi ikan tidak memenuhi target yaitu hanya 61,46%.

Nilai Produksi Perikanan (Miliar Rupiah), 2012-2018

7000,00

6000,00

5000,00

4000,00

3000,00 2.862

3.519

4.464

6.192

3.5663.378

2.8332000,00

1000,00

2012 2013 2014 2015 2016 2017 20180,00

Sumber: Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian

Nilai produksi perikanan selama periode 2012–2015 mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2012 nilai produksi perikanan tangkap maupun budidaya sebesar 2.862 Miliar rupiah dan terus meningkat hingga pada tahun 2015 yang mencapai 6.192 Miliar rupiah.

Namun mulai tahun 2016, nilai produksi perikanan mengalami penurunan. Pada tahun 2018 nilai produksi perikanan sebesar 2.833 Miliar rupiah, nilai ini turun 16,1% dibanding tahun sebelumnya atau hanya 45,8% dari nilai produksi di tahun 2015.

Tabel 3.1 Jumlah Produksi Ikan (ton) dan Nilai Produksi Ikan (M, Rp) Menurut Wilayah Kabupaten/Kota, 2017

Kabuaten/Kota

Hasil Perikanan Persentase

Jumlah Produksi Ikan (ton)

Nilai Produksi Ikan (M,Rp)

Jumlah Produksi Ikan (ton)

Nilai Produksi Ikan (M,Rp)

Kepulauan Seribu 1.270,56 23,19 0,69% 0,91%

Jakarta Selatan 270,17 6,28 0,19% 0,19%

Jakarta Timur 548,96 12,98 0,38% 0,39%

Jakarta Pusat 2,17 0,05 0,001% 0,002%

Jakarta Barat 235,56 3,96 0,12% 0,17%

Jakarta Utara 137.660,07 3.331,48 98,62% 98,34%

Total 139.987,50 3.377,93 100,00% 100,00%

Sumber: Badan Pusat Statistik

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 45

K

Bab 3. Sumber Daya Alam (Pertanian, Perikanan, Peternakan, Pertambangan & Energi, dan Lingkungan Hidup)44

Jumlah produksi ikan terbesar di tahun 2017 berasal dari wilayah Jakarta Utara yaitu sebanyak 137.660 ton atau sekitar 98% dari total produksi dengan nilai produksi 3,331 Triliun rupiah. Jumlah produksi ikan terbesar kedua yaitu berasal dari wilayah Kepulauan Seribu dengan jumlah dan nilai produksi ikan masing-masing yaitu 1.270,56 ton dan 23,19 Miliar rupiah.

Pencapaian Target Konsumsi Ikan, 2012-2016

118,93% 125,19%

32,95

25,01

29,53

32,55

2012

Jumlah Konsumsi Ikan (Kg/Kap/tahun) Target Daerah Pencapaian Target Konsumsi Ikan

2013 2014 2015 2016

25,09

31,31

36,00

34,00

32,00

30,00

28,00

26,00

24,00

22,00

34,0633,0133,52 33,52106,54%

97,08%103,18%

140,00%

120,00%

100,00%

80,00%

60,00%

40,00%

20,00%

0,00%

Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017-2022

Berdasarkan tren di atas, jumlah konsumsi ikan masyarakat DKI Jakarta per kapita cenderung mengalami peningkatan yang signifikan selama periode 2012–2016 bahkan melampaui target daerah. Terhitung pada tahun 2012 jumlah konsumsi ikan 31,31 kg/kapita meningkat hingga 34,06 kg/kapita pada tahun 2016.

Rata-rata persentase pencapaian target konsumsi ikan masyarakat DKI Jakarta sangat baik yaitu sebesar 110,18%. Artinya, selama periode tahun 2012–2016 konsumsi ikan masyarakat DKI Jakarta mencapai target melebihi 100% kecuali di tahun 2015 yang tidak mencapai target. Hal tersebut dikarenakan peningkatan jumlah konsumsi ikan per kapita masyarakat DKI Jakarta lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan target daerah.

Cakupan Bina Kelompok Nelayan Provinsi DKI Jakarta

140 9080706050403020100

120

100

80

60

4038

51

74,5

57,14

2012

Jumlah Kelompok nelayan yang mendapat bantuan pemda

Jumlah kelompok nelayan

Cakupan Bina Kelompok Nelayan

2013 2014 2015

78,65

40

70 7089 85

120

20

0

70,8

Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017-2022

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 47

K

Bab 3. Sumber Daya Alam (Pertanian, Perikanan, Peternakan, Pertambangan & Energi, dan Lingkungan Hidup)46

Selama periode 2012–2015 jumlah kelompok nelayan yang tercatat oleh Sistem Informasi Pembangunan Daerah 2018 terus bertambah dengan rata-rata pertumbuhan sekitar 33%. Oleh karena itu, Pemda DKI Jakarta juga meningkatkan jumlah kelompok nelayan untuk dibina atau kelompok yang mendapat bantuan dari Pemda. Pada tahun 2012 jumlah kelompok nelayan yang mendapat bantuan yaitu 38 kelompok dan meningkat terus hingga 85 kelompok di tahun 2015.

Berdasarkan perbandingan dengan jumlah kelompok nelayan DKI Jakarta tiap tahunnya, cakupan bina kelompok nelayan masih perlu ditingkatkan. Meskipun selama periode tahun 2012–2015 jumlah kelompok nelayan yang mendapat bantuan dari Pemda mengalami peningkatan, tetapi persentase cakupan bina kelompok mengalami fluktuasi. Hal ini dikarenakan jumlah kelompok nelayan juga mengalami peningkatan yang cukup besar tiap tahunnya terutama pada tahun 2015 yang meningkat sangat signifikan sehingga cakupan bina kelompok mengalami penurunan dari tahun 2014. Sementara, pada tahun 2016 tidak ada nelayan yang dibina oleh Pemda DKI Jakarta.

Volume Ekspor Hasil Perikanan (Ton) Yang Melalui LaboratoriumPengujian Mutu Hasil Perikanan (LPMHP), 2012-2017

200.000

150.000

100.000

50.000

02012 2013 2014 2015 2016 2017

60.563 57.391 58.00093.108

142.205

179.967

Sumber: Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian

Berdasarkan Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta tahun 2012–2017, volume ekspor hasil perikanan cenderung mengalami peningkatan terutama dari tahun 2015, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 27% per tahun.

Peningkatan volume ekspor hasil perikanan yang paling signifikan terjadi pada tahun 2015 yaitu naik 61% dari tahun sebelumnya. Namun, sempat terjadi penurunan volume ekspor pada tahun 2013 sebanyak 5%.

Nilai Ekspor Hasil Perikanan (Juta USD) Yang MelaluiLaboratorium Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPMHP), 2012-2017

2000,00

1500,00

1000,00

500,00

0,002012 2013 2014 2015 2016 2017

462,51 425,93 431,61675,62

1.666,62

1.139,15

Sumber: Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 47

K

Bab 3. Sumber Daya Alam (Pertanian, Perikanan, Peternakan, Pertambangan & Energi, dan Lingkungan Hidup)46

Nilai ekspor perikanan Provinsi DKI Jakarta cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2012–2016 namun pada tahun 2017 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Rata-rata pertumbuhan nilai ekspor hasil perikanan selama periode 2012–2017 yaitu sebesar 33% per tahun. Peningkatan nilai ekspor hasil perikanan terbesar yaitu pada tahun 2016 dengan nilai 1.667 juta USD atau naik sebesar 147% dari tahun sebelumnya.

Jika diperhatikan, meskipun volume ekspor hasil perikanan di tahun 2017 meningkat, namun nilai ekspornya mengalami penurunan. Hal ini berarti harga ekspor hasil perikanan mengalami penurunan yang drastis. Nilai ekspor pada tahun 2017 sebesar 1.139 juta USD atau turun 32% dari tahun 2016.

Volume Ekspor dan Nilai Ekspor Hasil Perikanan yang Melalui LaboratoriumPengujian Mutu Hasil Perikanan (LPMHP) Menurut Negara Tujuan, 2017

50.000,00 90,00

80,00

70,00

60,00

50,00

40,00

30,00

20,00

10,00

0,00

45.000,00

40.000,00

35.000,00

30.000,00

25.000,00

20.000,00

15.000,00

10.000,00

5.000,00

0,00

23,9% 7,1%

12,1%

8,2%

1,1%

3,8%

18,7%

0,4%0,7%

0,1% 0,1% 0,4%0,5%

1,3%

0,5%

Cina Jepang Amerika Serikat

Taiwan Korea Selatan Singapura Perancis Belgia

Volume Ekspor Nilai Ekspor

1,9%

Sumber: Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian

Berdasarkan data Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta, negara tujuan ekspor hasil perikanan yang tercatat yaitu Singapura, Jepang, Australia, Hongkong, Saudi Arabia, Belanda, Belgia, Korea Selatan, Jerman, Perancis, Taiwan, Amerika Serikat, Kanada, Cina, dan lainnya.

Volume ekspor hasil perikanan terbesar dikirim ke Cina yaitu sebesar 43.005 ton atau 24% dari total volume ekspor hasil perikanan. Volume ekspor hasil perikanan terbesar berikutnya dikirim ke Jepang, Amerika Serikat dan Taiwan. Sedangkan, pada nilai ekspor hasil perikanan yang terbesar yaitu ke Jepang dengan nilai 80,49 juta USD atau 7% dari total nilai ekspor hasil perikanan dan terbesar berikutnya yaitu ke Cina. Nilai ekspor terbesar setelah Cina dan Jepang cenderung mengikuti tren volume ekspor hasil perikanan.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 PB

K

Bab 3. Sumber Daya Alam (Pertanian, Perikanan, Peternakan, Pertambangan & Energi, dan Lingkungan Hidup)48K

48

3.3 Peternakan

Luas Tempat Usaha Peternakan (M2) Tahun 2013-2017

2013 2014 2015 2016 2017

Sapi Potong Sapi Perah Ayam Kerbau Kambing/Domba Itik

825

5055.

270

4.49

94.

830

16.0

1016

.006

14.0

6815

.434

15.6

00

928

1.92

03.

952

2.03

23.

248

14.8

70

42.9

7642

.208

38.9

2834

.577

30.3

52

33.7

2817

.504

14.2

88 21.9

36 27.6

80

Sumber: Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian

Jenis ternak yang terdapat di DKI Jakarta meliputi sapi potong, sapi perah, ayam, kerbau, kambing/domba dan itik. Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa selama periode 2013–2017 tren luas tempat usaha peternakan di DKI Jakarta cenderung semakin menurun. Terutama luas tempat usaha untuk jenis ternak sapi perah yang setiap tahunnya mengalami penurunan. Terhitung pada tahun 2013 luas tempat usaha ternak sapi perah 42.976 m2 dan tahun 2017 sebesar 30.352 m2.

Luas tempat usaha ternak itik dan kerbau juga pernah mengalami penurunan yang cukup signifikan. Luas tempat usaha ternak itik tahun 2016 sebesar 504,6 m2 atau turun sekitar 90% dari tahun 2015. Sedangkan, luas tempat usaha ternak kerbau sejak tahun 2015 semakin menurun hingga tahun 2017. Luas tempat usaha kerbau tahun 2017 sebesar 928 m2 atau turun 52% dari tahun sebelumnya.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 49

K

Bab 3. Sumber Daya Alam (Pertanian, Perikanan, Peternakan, Pertambangan & Energi, dan Lingkungan Hidup)PBK

49

Sejak tahun 2014, ternak ayam sudah tidak memiliki luas tempat usaha atau tidak tercatat pada Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta. Berbeda dengan ternak sapi potong dan kambing/domba yang cenderung mengalami peningkatan terutama di tahun 2017. Terhitung pada tahun 2017, luas tempat usaha sapi potong dan kambing masing-masing yaitu 27.680 m2 dan 16.010 m2.

Luas Tempat Usaha Peternakan (M2) Menurut Kabupaten/KotaTahun, 2017

800

6.46

580

3.55

2

1437

640

7.48

8

408

416

3.62

6

6.65

6

3.75

1

14.4

489.

984

321

25 268

268

15.4

88

Kepulauan Seribu

Jakarta Selatan

Sapi Potong Sapi Perah Kerbau Kambing/Domba Itik

Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara

Sumber: Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian

Tempat usaha sapi perah terbesar ada di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Untuk jenis sapi potong dan kerbau terdapat tempat usaha di setiap wilayah DKI Jakarta kecuali di kepulauan Seribu dan Jakarta Pusat. Tempat usaha ternak itik hanya tercatat di wilayah Kepulauan Seribu dan Jakarta Utara dengan luas 25 m2 dan 800 m2. Wilayah Kepulauan Seribu hanya memiliki tempat usaha untuk jenis kambing/domba dan itik.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 PB

K

Bab 3. Sumber Daya Alam (Pertanian, Perikanan, Peternakan, Pertambangan & Energi, dan Lingkungan Hidup)50K

50

20172016201520142013

Populasi Ternak (Ekor) Tahun 2013-2017

Itik/Itik ManilaDombaKambingKudaKerbauSapi PerahSapi Potong

2.10

81.

165

905

1.37

11.

730

2.68

62.

638

2.43

32.

411

1.89

7

203

257

247

120

58 184

107

96 290

313

6.67

65.

506

5.68

85.

739

4.53

7

1.17

42.

211

2.18

02.

267

2.13

4

2.52

326

.358

22.4

9524

.111

4.12

5

Sumber: Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian

Sejalan dengan luas tempat usaha yang cenderung mengalami penurunan, populasi ternak di DKI Jakarta juga cenderung menurun terutama pada tahun 2016 yang turun 61% dari tahun sebelumnya. Penurunan ini diakibatkan oleh populasi ternak pada setiap jenis mengalami penurunan kecuali ternak kuda yang cenderung meningkat. Pada tahun 2013 populasi kuda sebanyak 184 ekor lalu menjadi 313 ekor di tahun 2017 atau naik 70% dari tahun 2013.

Tren populasi pada jenis sapi potong, kerbau, kambing, dan domba mengalami fluktuasi. Hal ini berbeda dengan populasi ternak sapi perah yang memang setiap tahunnya mengalami penurunan. Terhitung jumlah populasi sapi perah sebanyak 2.686 ekor pada tahun 2013 lalu turun menjadi 1.897 ekor di tahun 2017. Sementara, untuk ternak itik/itik manila pernah mengalami penurunan yang sangat signifikan yaitu di tahun 2016 dengan penurunan sekitar 90% dari tahun 2015.

Selama periode 2013–2017 ternak yang populasinya terbanyak setiap tahunnya dibandingkan ternak lainnya yaitu kambing dan itik/itik manila. Populasi ternak kambing sebanyak 4.537 ekor dan itik/itik manila sebanyak 4.125 ekor di tahun 2017. Sedangkan, jenis ternak yang populasinya paling sedikit setiap tahunnya yaitu kerbau dengan jumlah populasi hanya 58 ekor di tahun 2017.

Populasi Ternak (Ekor) Menurut Kabupaten/Kota, 2017

134

0 0 0 0 0 0 00 0 0 0 000 000

624 90

3

871.

266

297 41

6 1.01

613 86

1.02

348

8

26 170 46

8

40 115 36

723

2

222

251.

577

1.11

74.

000

5

Kepulauan Seribu

Jakarta Selatan

Itik/Itik ManilaDombaKambingKudaKerbauSapi PerahSapi Potong

Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara

Sumber: Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 51

K

Bab 3. Sumber Daya Alam (Pertanian, Perikanan, Peternakan, Pertambangan & Energi, dan Lingkungan Hidup)PBK

51

Berdasarkan diagram di atas populasi ternak menurut kabupaten/kota sesuai dengan tren pada diagram luas tempat usaha peternakan menurut kabupaten/kota DKI Jakarta. Jenis ternak yang paling banyak diusahakan di DKI Jakarta pada tahun 2017 adalah sapi perah dan itik/itik manila. Terhitung populasi ternak sapi perah tahun 2017 sebanyak 1.897 ekor dengan populasi ternak sapi perah tertinggi ada di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Sementara itu, populasi ternak itik/itik manila pada tahun 2017 mencapai 4.125 ekor.

Rata-rata di setiap wilayah DKI Jakarta memiliki populasi ternak kambing dan yang terbesar ada di Jakarta Utara yaitu sebesar 1.577 ekor. Selain itu populasi ternak terbesar untuk jenis ternak domba dan itik/itik manila juga ada di Jakarta Utara yaitu sebesar 1.117 ekor dan 4.000 ekor. Sedangkan, di wilayah Kepulauan Seribu hanya memiliki populasi ternak untuk kambing dan itik dengan jumlah ternak masing-masing yaitu 134 ekor dan 125 ekor.

Jumlah Peternak, Sapi Perah, Produksi Susu dan Distributor, 2011-2017

3.000 5.600.000

5.400.000

5.200.000

5.000.000

4.800.000

4.600.000

4.400.000

4.200.000

2.500

2.000

1.500

1.000

500 135

2.728 2.775 2.686 2.6382.433 2.411

1.897

2017201620152014201320122011

Jumlah Peternak (orang)Jumlah Peternak (orang) Jumlah Sapi Perah (ekor) Produksi Susu (lt)

115 133 113 115 111 770

5.342.9605.439.000

5.264.5605.170.480

5.102.480

4.725.5604.780.440

Sumber: Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian

Berdasarkan diagram di atas, selama periode 2011–2017 jumlah peternak sapi perah cenderung mengalami penurunan sehingga jumlah sapi perah yang diternak dari tahun ke tahun juga mengalami penurunan. Hal ini membuat produksi susu di DKI Jakarta ikut mengalami penurunan. Terhitung pada tahun 2011 produksi susu sapi yaitu 5.342.960 liter, sedangkan pada tahun 2017 sebesar 4.780.440 liter atau turun 11% dari tahun 2011.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 53

K

Bab 3. Sumber Daya Alam (Pertanian, Perikanan, Peternakan, Pertambangan & Energi, dan Lingkungan Hidup)52

3.4 Pertambangan dan Energi

3.4.1 Listrik

Jumlah Pelanggan Listrik PLN (juta) di DKI Jakarta dan Indonesia, 2013-2017

6,00

5,00

4,00

3,00

2,00

1,00

0,00

80,00

70,00

60,00

50,00

40,00

30,00

20,00

10,00

0,00

4,484,80

5,17

4,00 4,2154,00

2013

DKI Jakarta Indonesia

2014 2015 2016 2017

57,4961,17 64,28

68,07

Sumber: Perusahaan Listrik Negara

DKI Jakarta sebagai ibukota Indonesia merupakan pusat pemerintahan dan pusat bisnis, sehingga pembangunan gedung-gedung tinggi untuk perkantoran, apartemen, pusat perbelanjaan dan berbagai bangunan lainnya meningkat pesat setiap tahunnya. Bangunan-bangunan ini membutuhkan listrik baik untuk penerangan maupun sumber energi, yang membuat kebutuhan dan konsumsi listrik di DKI Jakarta sangat tinggi.

Berdasarkan data Perusahaan Listrik Negara (PLN), jumlah pelanggan listrik selama periode 2013–2017 di Indonesia mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan 5,96% tiap tahunnya. Sementara, di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2016 mengalami penurunan sebesar 22%. Walaupun tahun 2017 mengalami peningkatan jumlah pelanggan yaitu mencapai 4,2 juta pelanggan dengan jumlah daya yang terjual mencapai 2.634 juta kwh, namun jumlah ini masih lebih rendah dibandingkan jumlah pelanggan di tahun 2013-2015.

Jumlah Pelanggan dan Jumlah Daya Terjual Menurut Jenis Pelanggan, 2017

3.856,24 1.063,27

962,72

352,93

126,66279,03

Sosial Rumah Tangga

Jumlah Pelanggan (ribu) Jumlah Daya (GwH) Terjual

PerkantoranIndustriUsaha Lainnya

6,27100,1640,30 14,31 9,23

0,000

200,000

100,000

600,000

800,000

1.000,000

1.200,0004.500,00

4.000,00

3.500,003.000,00

2.500,002.000,00

1.500,001.000,00

500,000,00 31,85

Sumber: Perusahaan Listrik Negara

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 53

K

Bab 3. Sumber Daya Alam (Pertanian, Perikanan, Peternakan, Pertambangan & Energi, dan Lingkungan Hidup)52

Berdasarkan data PT PLN, jenis pelanggan listrik digolongkan menjadi beberapa kelompok yaitu sosial, rumah tangga, usaha/bisnis, industri, perkantoran/pemerintahan dan lainnya. Kelompok rumah tangga merupakan jumlah pelanggan listrik terbesar di DKI Jakarta yaitu 3.856.239 pelanggan atau 92% dari total jumlah pelanggan listrik di DKI Jakarta. Konsumsi listrik kelompok rumah tangga juga merupakan yang terbesar yaitu sebesar 1.063 juta kwh. Kelompok pelanggan listrik terbesar kedua adalah kelompok usaha sebanyak 279.028 pelanggan dengan jumlah konsumsi listrik sebesar 962 juta kwh.

Jumlah Pelanggan dan Jumlah Daya Terjual Pada Cabang Rumah Tangga Menurut Rentang Daya, 2017

800,00700,00

600,00

500,00

400,00300,00

200,00

100,00

0,00

4.000,00

3.500,00

3.000,002.500,00

2.000,001.500,00

1.000,00

500,00

0,00

693,68

199,39 170,20

450-2200VA > 2,2 kVA - 5500VA 6600 VA

312,25

3.442,25

101,74

Jumlah Daya (GwH) Terjual Jumlah Pelanggan (ribu)

Sumber: Perusahaan Listrik Negara

Kelompok rumah tangga merupakan jumlah pelanggan listrik terbesar terutama pada rentang daya antara 450 – 2200 VA yakni sebesar 3.442.239 pelanggan atau 82% dari total pelanggan listrik di DKI Jakarta dengan rentang daya sebanyak 693,68 juta kwh.

3.5 Lingkungan Hidup

3.5.1 Air Bersih

Jumlah Pelanggan, Produksi dan Kubikasi Air Terjual Perusahaan Air Minum (PAM), 2013-2017

860,00850,00840,00

830,00820,00810,00800,00790,00780,00

Pelanggan (ribu) Produksi (juta m3) Kubikasi Air Terjual (juta m3)

770,002013 2014 2015 2016 2017

537,02 548,19

320,88 330,50

830,86

341,160

700,00

600,00

500,00

400,00

300,00

200,00

100,00

0,00

560,38 594,18851,16

613,25839,39

337,14

813,36314,32

803,60

Sumber: Perusahaan Air Minum Jaya

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 55

K

Bab 3. Sumber Daya Alam (Pertanian, Perikanan, Peternakan, Pertambangan & Energi, dan Lingkungan Hidup)54

Seperti halnya listrik, air bersih juga merupakan kebutuhan utama bagi masyarakat di DKI Jakarta. Kebutuhan air bersih warga Jakarta dipasok oleh PAM Jaya yang bermitra dengan PT Palyja dan PT Aetra. Pelayanan air bersih untuk warga Jakarta dibagi menjadi dua wilayah yakni wilayah barat yang dilayani oleh PT Palyja dan wilayah timur yang dilayani PT Aetra.

Seiring dengan bertambahnya penduduk dan kebutuhan masyarakat DKI Jakarta akan air minum membuat jumlah pelanggan air bersih dari PAM (Perusahaan Air Minum) terus bertambah. Hal ini dapat dilihat bahwa selama periode 2013–2017 pelanggan air bersih terus meningkat tiap tahunnya. Pertumbuhan jumlah pelanggan air bersih yang meningkat sejalan dengan meningkatnya produksi dan kubikasi air yang terjual oleh PAM. Terhitung pada tahun 2017 jumlah pelanggan air bersih sebanyak 851.155 pelanggan dengan jumlah produksi dan kubikasi air yang terjual masing-masing sebesar 613,25 juta m3 dan 341,6 juta m3. Artinya, setiap satu pelanggan PAM rata-rata menghabiskan 401,3 m3 selama tahun 2017.

Kubikasi Air Terjual (juta m3) Nilai (Miliar Rupiah)

Kubikasi Air yang Disalurkan/Terjual dan Nilai Rupiah, 2013-2017

345337,14

341,60

330,50

320,88

314,32

2.7002.6502.6002.5502.5002.4502.4002.3502.3002.2502.200

340335330325

320315

310305300

2013 2014 2015 2016 2017

2.422,60

2.373,14

2.479,62

2.554,79

2.635,72

Sumber: Perusahaan Air Minum Jaya

Kubikasi air yang disalurkan atau terjual oleh PAM di DKI Jakarta pada setiap tahunnya terus meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2%. Hal ini membuat nilai rupiah yang didapat oleh PAM juga terus meningkat setiap tahunnya kecuali pada tahun 2014. Terhitung pada tahun 2013 nilai rupiah yang didapatkan PAM sebanyak 2,4 Triliun rupiah, sedangkan pada tahun 2014 sebanyak 2,37 Triliun rupiah atau turun sekitar 2%. Meskipun begitu pada tahun 2015 dan seterusnya nilai rupiah yang didapat oleh PAM terus mengalami peningkatan kembali hingga 3 sampai 4%. Nilai rupiah dari air yang terjual oleh PAM pada tahun 2017 sebanyak 2,63 Triliun rupiah.

Jumlah Pelanggan Perusahaan Air Minum (PAM) Menurut Jenis Pelanggan, 2017

Sosial

6627 3326 133 820

Non Niaga Niaga Industri Khusus/Rumah Susun

Lain-lain

800.000

600.000

400.000

200.000

0

720.406

119.843

Sumber: Perusahaan Air Minum Jaya

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 55

K

Bab 3. Sumber Daya Alam (Pertanian, Perikanan, Peternakan, Pertambangan & Energi, dan Lingkungan Hidup)54

Berdasarkan data PAM Jaya DKI Jakarta kelompok non niaga merupakan jumlah pelanggan air bersih terbesar di DKI Jakarta yaitu sebesar 720.406 pelanggan atau sekitar 85% dari total pelanggan air bersih di DKI Jakarta. Jumlah pelanggan air bersih terbesar selanjutnya yaitu kelompok niaga dengan jumlah pelanggan sebesar 119.843 pelanggan.

Jumlah Pelanggan Menurut Kelompok Non Niaga, 2017

800.000700.000600.000500.000400.000300.000200.000100.000

0Rumah Tangga Kedutaan/Konsulat Instansi Pemerintah

717.048

100 3.258

Sumber: Perusahaan Air Minum Jaya

Dalam kelompok non niaga rumah tangga merupakan jumlah pelanggan air bersih terbesar yaitu sebesar 717.048 pelanggan atau 84,24% dari total pelanggan kelompok non niaga.

Jumlah Air yang Disalurkan Menurut Pelanggan, 2017

2.000.000200

180160140

120

100

80

6040

200

1.800.000

1.600.0001.400.000

1.200.000

1.000.000

800.000600.000

400.000200.000

189,211.085.305,18 799.463 408.657 217.545 39.619 85.126

Rumah Tempat Tinggal

Perusahaan Toko & Industri

Hotel/Obyek Wisata

Instansi Pemerintah

Badan Sosial dan Rumah

SakitLain-lain

Volume (Juta m3)

Volume (Juta m3)

Nilai (Juta Rupiah)

Nilai (Juta Rupiah)

Banyaknya Pelanggan

Banyaknya Pelanggan

717.048 119.788 1.437 4.164 1.715 7.003

72 33 23 10 16

0

Sumber: Perusahaan Air Minum Jaya

Volume air yang disalurkan oleh Perusahaan Air Minum terbanyak pada tahun 2017 yaitu kepada pelanggan rumah tempat tinggal, ini sesuai dengan jumlah pelanggan air bersih pada kelompok rumah tangga yang juga terbanyak di DKI Jakarta. Volume air yang disalurkan PAM kepada rumah tempat tinggal hingga 189,21 juta m3 atau sekitar 55% dari total volume air yang disalurkan di DKI Jakarta. Hal ini membuat nilai rupiah yang didapat PAM dari kelompok rumah tempat tinggal juga terbanyak yaitu sebesar 1,08 Triliun rupiah atau 41%.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 57

K

Bab 3. Sumber Daya Alam (Pertanian, Perikanan, Peternakan, Pertambangan & Energi, dan Lingkungan Hidup)56

Meskipun jumlah pelanggan instansi pemerintah lebih banyak 65% dari jumlah pelanggan hotel/obyek wisata, namun jumlah volume air yang disalurkan kepada kelompok pelanggan hotel/obyek wisata lebih banyak yaitu sebesar 33 juta m3. Sehingga nilai rupiah yang didapat juga jauh lebih banyak yaitu sebanyak 408,65 Miliar rupiah.

3.5.2 Kebersihan

Jumlah Truk Sampah, 2013-2017

2000

1500

1000

500

02013 2014 2015 2016 2017

1.692

1.749

1.496971801

Sumber: Dinas Lingkungan Hidup

Sebagai upaya terciptanya lingkungan bersih dan sehat untuk masyarakat DKI Jakarta, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menyediakan sarana dan prasarana untuk menunjang kebersihan lingkungan DKI Jakarta salah satunya yaitu truk sampah. Jumlah truk sampah selama periode 2013–2017 cenderung mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2017 yang turun sekitar 4% dari tahun sebelumnya. Rata-rata peningkatan jumlah truk sampah sebesar 22%. Pada tahun 2016, jumlah truk sampah yang disediakan Pemda DKI Jakarta sebanyak 1.755 truk, sedangkan pada tahun 2017 hanya sebanyak 1.694 truk.

Jumlah Truk Sampah Menurut Lokasi, 2017

Jakarta Selatan

400310

356

264302 315

18

94

6

350300250200150100

500

Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara DKI Jakarta KepulauanSeribu

UPK BadanAir

Unit PengelolaSampahTerpadu

Sumber: Dinas Lingkungan Hidup (Dinas Kebersihan) Jumlah truk sampah terbanyak yang disediakan Provinsi DKI Jakarta yaitu di wilayah Jakarta Timur dengan jumlah 356 truk sampah. Sedangkan, jumlah truk sampah di Kepulauan Seribu hanya enam truk sampah.

27

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 57

K

Bab 3. Sumber Daya Alam (Pertanian, Perikanan, Peternakan, Pertambangan & Energi, dan Lingkungan Hidup)56

Tabel 3.2 Tempat Pembuangan Sampah Sementara Menurut Jenis TPS/ Fasilitas Pengumpul Sampah Sementara di Wilayah DKI Jakarta Tahun 2018

Kota Administrasi

Jenis TPSJumlah

TPS PersentaseBak Beton Dipo Pool

GerobakPool

KontainerTPS/TPS

3R

Jakarta Utara 44 13 58 31 11 157 14%

Jakarta Barat 19 20 107 66 6 218 20%

Jakarta Timur 130 26 101 110 29 396 36%

Jakarta Selatan 24 23 57 78 10 192 17%

Jakarta Pusat 27 12 73 28 12 152 14%

Jumlah 244 94 396 313 68 1115 100%

Sumber: Dinas Lingkungan Hidup

Tempat Pembuangan Sampah Sementara Menurut JenisTPS/Fasilitas Pengumpul Sampah Sementara, 2018

Bak Beton Dipo Pool Gerobak Pool Kontainer TPS/TPS 3R

68

313396

94

244

500

400

300

200

100

0

Sumber: Dinas Lingkungan Hidup

Sebelum sampah masyarakat DKI Jakarta di angkut truk sampah untuk didistribusikan ke tempat pembuangan akhir atau ke tempat penglolaan sampah lainnya, sampah tersebut di tampung terlebih dahulu ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup status lahan TPS tidak hanya milik Pemda DKI, tetapi ada beberapa milik perusahaan swasta dan milik warga pribadi. Tercatat pada tahun 2018, terdapat 1.115 TPS di DKI Jakarta. Sebanyak 36% dari jumlah tersebut ada di wilayah Jakarta Timur dan ini merupakan jumlah TPS terbanyak dari wilayah lainnya.

Terdapat lima Jenis TPS atau fasilitas pengumpul sampah sementara dalam publikasi ini yaitu bak beton, dipo, pool gerobak, pool konteiner dan TPS/TPS 3R (Reduce, Reuse & Recycle). Jumlah TPS di DKI Jakarta didominasi oleh pool gerobak dan pool konteiner yaitu masing-masing sebanyak 396 dan 313 TPS. Di setiap wilayah DKI Jakarta, jumlah pool gerobak merupakan jumlah terbanyak dibandingkan jenis TPS lainnya. Sedangkan jenis TPS yang paling sedikit yaitu TPS 3R dengan jumlah 68 TPS.

100%

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 59

K

Bab 3. Sumber Daya Alam (Pertanian, Perikanan, Peternakan, Pertambangan & Energi, dan Lingkungan Hidup)58

Timbangan Sampah (ton/hari) yang Masuk ke TPST Bantargebang Menurut Bulan, 2017

8000,007000,006000,005000,004000,003000,002000,001000,00

0,00

Januari

FebruariMaret

April MeiJuni Juli

Agustus

September

Oktober

November

Desember

6.53

4,77

6.61

0,78

6.43

1,20

6.46

2,82

6.88

1,19

6.13

7,33

7.03

7,94

7.08

4,18

7.11

0,56

7.01

6,35

7.07

3,20

7.05

1,44

Sumber: Dinas Lingkungan Hidup

Jumlah sampah yang masuk ke Tempat Pembungan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang setiap bulannya mengalami fluktuasi. Sampah terbanyak terjadi pada bulan September yakni sebesar 7.110,56 ton/hari. Sedangkan yang paling sedikit terjadi pada bulan Juni yakni sebesar 6.137,33 ton/hari.

Timbangan Sampah (ton/hari) yang Masuk ke TPST BantargebangMenurut Instansi Asal Kendaraan, 2017

Kepulauan Seribu 155,97

1.044,91

1.582,98

1.362,43

870,46

1.294,94

190,59

69,11

217,02

Jakarta Utara

Jakarta Timur

Jakarta Selatan

Jakarta Pusat

Jakarta Barat

UPK Badan Air

Dinas Lingkungan Hidup

Business to Busisness (B2B)

Sumber: Dinas Lingkungan Hidup

Sampah yang masuk ke TPST Bantargebang berasal dari sembilan kendaraan instansi yang ada di wilayah DKI Jakarta yakni Kepulauan Seribu, Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, UPK Badan Air, Dinas Lingkungan Hidup, dan Business to business (B2B). Dari sembilan kendaraan tersebut, Jakarta Timur merupakan wilayah dengan sampah terbanyak yang masuk ke TPST Bantargebang setiap harinya yakni sebesar 1.582,98 ton/hari. Sedangkan, sampah yang dibawa oleh Dinas Lingkungan Hidup adalah yang paling sedikit yakni 69,11 ton/hari. Jika dilihat berdasarkan enam wilayah yang ada di DKI Jakarta, Kepulauan Seribu merupakan wilayah dengan jumlah sampah paling sedikit yang masuk ke TPST Bantargebang yakni sebanyak 155,97 ton/hari.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 59

K

Bab 3. Sumber Daya Alam (Pertanian, Perikanan, Peternakan, Pertambangan & Energi, dan Lingkungan Hidup)58

3.5.3 Pencemaran Udara

3.5.3.1 Uji Emisi Kendaraan

Total Uji Emisi Kendaraan, 2017

6.000

3.339 3.105

424

5.1585.000

4.000

3.000

2.000

1.000

0Februari Maret April Mei

Sumber: Dinas Lingkungan Hidup

Berdasarkan hasil uji emisi kendaraan yang diadakan pada bulan Februari hingga Maret 2017 total kendaraan yang diuji sebanyak 12.026 kendaraan. Bulan Mei merupakan uji emisi kendaraan terbanyak yaitu 5.158 kendaraan, sedangkan yang paling sedikit ada di bulan April hanya 424 kendaraan.

Persentase Hasil Uji Emisi Kendaraan, 2017

Februari

7,79%

15,01% 11,08% 12,89%

92,21%

84,99% 88,92% 87,11%

Maret

Lulus Tidak Lulus

April Mei

Sumber: Dinas Lingkungan Hidup

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 61

K

Bab 3. Sumber Daya Alam (Pertanian, Perikanan, Peternakan, Pertambangan & Energi, dan Lingkungan Hidup)60

Berdasarkan hasil uji emisi kendaraan tahun 2017, rata-rata kendaraan yang lulus yakni 88,31%, sementara 11,69% kendaraan tersebut tidak lulus. Persentase kendaraan yang lulus uji emisi terbesar ada di bulan Februari yang sudah diatas 90%. Sementara tiga bulan lainnya rata-rata masih sekitar 87%.

Hasil Uji Emisi Kendaraan Menurut Bahan Bakar, 2017

Bensin

Lulus Tidak Lulus

Solar

8.634

1.954

1.171

267

Sumber: Dinas Lingkungan Hidup

Kendaraan yang berbahan bakar bensin lebih banyak dilakukan uji emisi dibanding yang berbahan bakar solar, yakni masing-masing sebanyak 8.901 dan 3.125 kendaraan. Dari 8.901 kendaraan berbahan bakar bensin sebanyak 8.634 atau 97% nya sudah dinyatakan lulus uji emisi, sedangkan 3% nya tidak lulus uji emisi. Untuk kendaraan berbahan bakar solar dari 3.125 kendaraan yang diuji hanya 62,53%yang dinyatakan lulus uji emisi, sementara 37,47% nya belum lulus uji emisi.

3.5.3.2 Indeks Standar Pencemaran Udara

Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengoperasikan Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) mobile untuk memantau kulitas udara setiap harinya di lima titik tempat yang dinamakan dengan DKI1, DKI2, DKI3, DKI4 dan DKI5. Lima lokasi ini mewakili lima wilayah DKI Jakarta. Berikut keterangan lokasi berdasarkan lima titik tempat tersebut:

1. DKI1: Bundaran HI, Jakarta Pusat2. DKI2: Kelapa Gading, Jakarta Utara3. DKI3: Jagakarsa, Jakarta Selatan4. DKI4: Lubang Buaya, Jakarta Timur5. DKI5: Kebon Jeruk, Jakarta Barat

Alat pemantau ini akan menghasilkan data untuk parameter senyawa pencemar seperti Partikel Debu (PM10), Karbon Monooksida (CO), Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen Dioksida (NO2), dan Ozon Permukaan (O3). Data tersebut selanjutnya diolah server yang berada di UPT Laboratorium Lingkungan Hidup Daerah (LLHD) Dinas Lingkungan Hidup dan diinformasikan sebagai Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU). Berikut ini tabel ISPU berdasarkan tingkat pencemaran udara dan dampak kesehatan bagi manusia.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 61

K

Bab 3. Sumber Daya Alam (Pertanian, Perikanan, Peternakan, Pertambangan & Energi, dan Lingkungan Hidup)60

ISPU Tingkat Pencemaran Udara Dampak Kesehatan

0–50 BaikTingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika

51–100 SedangKualitas udara yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitive dan nilai estetika

101–199 Tidak SehatTingkat kualitas udara yang bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan yang sensitive atau bias menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika

200–299 Sangat Tidak SehatTingkat kualitas udara yang dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar

300–500 BerbahayaTingkat kualitas udara berbahaya yang secara umum dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi

Sumber: kualitasudara.menlhk.go.id

Jumlah Hari Dalam Kategori Tingkat Pencemaran Udara DiWilayah DKI Jakarta (Januari-Desember Tahun 2017)

DKI 1 DKI 2 DKI 3 DKI 4 DKI 5

Baik Sedang Tidak sehat Sangat tidak sehat Berbahaya Tidak ada data

117

208 23

6

208

263

206

28

12

0 0 0 0 00 0 0 0 0 0

83

42

4

88

64

5

43

21

3

78

116

Sumber: Dinas Lingkungan Hidup

Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup yang diambil dari data.jakarta.go.id, sepanjang tahun 2017 kualitas udara di wilayah DKI Jakarta cukup baik dengan rata-rata 225 hari dalam kategori sedang dan rata-rata 97 hari dalam kategori baik di tingkat pencemaran udara. Meskipun begitu, kategori tidak sehat yang dialami udara DKI Jakarta cukup tinggi. Jumlah hari terbanyak dengan kulitas udara tidak sehat ada di wilayah DKI3 yaitu selama 64 hari.

Tabel 3.3 Indeks Standar Pencemaran Udara DKI Jakarta (Januari-Desember Tahun 2017)

Wilayah Tanggal Max ISPU Critical (parameter ISPU) Kategori critical

DKI1 11/11/2017 150 O3 tidak sehat

DKI2 9/08/2017 153 O3 tidak sehat

DKI3 27/05/2017 164 O3 tidak sehat

DKI4 17/11/2017 126 O3 tidak sehat

DKI5 20/10/2017 168 O3 tidak sehat

Sumber: Dinas Lingkungan Hidup

Dalam kategori tidak sehat, nilai ISPU tertinggi ada di DKI5 dengan indeks 168 dan terjadi pada tanggal 20 Oktober 2017.

Jumlah Hari Dalam Kategori Tingkat Pencemaran Udara DiWilayah DKI Jakarata (Januari-November Tahun 2018)

Baik Sedang Tidak Sehat

DKI 1

156

162

5 0 0 11

49

165

106

10 0 4

4120

578

0 010 10

4127

8

5 25 0 2

1916

4

124

00

DKI 2 DKI 3 DKI 4 DKI 5

Sangat Tidak Sehat Berbahaya Tidak ada data

Sumber: Dinas Lingkungan Hidup

Sepanjang tahun 2018 kualitas udara di wilayah DKI Jakarta cukup mengkhawatirkan karena hari dengan kualitas udara tidak sehat bertambah di beberapa wilayah bahkan ada hari dengan kategori sangat tidak sehat. Di DKI2 dan DKI3, jumlah hari dengan kualitas udara tidak sehat betambah dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 106 dan 78 hari. Sementara DKI5 memiliki jumlah hari terbanyak dengan kulitas udara tidak sehat yaitu selama 164 hari. Selain itu, DKI5 juga memiliki hari terbanyak dengan kualitas udara sangat tidak sehat yaitu selama 19 hari.

K62

Tabel 3.4 Indeks Standar Pencemaran Udara DKI Jakarta (Januari-November Tahun 2018)

Wilayah Tanggal Max ISPU Critical (parameter ISPU) Kategori critical

DKI1 20/03/2018 133 O3 tidak sehat

DKI2 16/11/2018 234 O3 sangat tidak sehat

DKI3 10/06/2018 181 O3 tidak sehat

DKI4 28/07/2018 118 O3 tidak sehat

DKI5 28/07/2018 234 O3 sangat tidak sehat

Sumber: Dinas Lingkungan Hidup

Dalam kategori sangat tidak sehat, nilai ISPU tertinggi ada di DKI2 dan DKI5 dengan indeks yang sama yaitu 234 dan terjadi masing-masing pada tanggal 16 November 2018 dan 28 Juli 2018.

K

63

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 65

K

Bab 4. Infrastruktur (Perumahan & Pemukiman, Pariwisata, Pos, Telekomunikasi & Informatika, dan Perhubungan & Transportasi)PBK

65

B��04

I������������

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 67

K

Bab 4. Infrastruktur (Perumahan & Pemukiman, Pariwisata, Pos, Telekomunikasi & Informatika, dan Perhubungan & Transportasi)PB

Jumlah Rumah Susun Sewa di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018

Jumlah Pembangunan Rumah oleh Perum Perumnas di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007-2017

INFRASTRUKTURJumlah Pembangunan Perumahan dan Jalan Tol di Provinsi DKI Jakarta

404.862

437.784

246.313320.862

293.464

Jakarta Selatan

Jakarta Timur Jakarta Pusat

Jakarta Barat

Jakarta Utara

Panjang Jalan (Meter) di Provinsi DKI JakartaTahun 2017

2

0

3

5

13

Pembangunan rumah oleh perum perumnas di DKI Jakarta mengalami �uktuasi dalam kurun waktu 10 tahun terhitung dari tahun 2007–2017

2008

500

0

1.000

1.5002.000

2.500

3.0003.500

915

2.939

710448

210662 715

1.148

1.933

1.232

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 20172007

35

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 69

K

Bab 4. Infrastruktur (Perumahan & Pemukiman, Pariwisata, Pos, Telekomunikasi & Informatika, dan Perhubungan & Transportasi)PB

Bab IVINFRASTRUKTUR

4.1 Perumahan dan Pemukiman

Jumlah Pembangunan Rumah Oleh Perum Perumnas di Provinsi DKI JakartaTahun 2007-2017

3.500

3.000

915

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

2.939

448210

662 7151.148

1.933

1.232

2.500

2.000

1.500

1.000

500

0

710

35

Sumber: Perum Perumnas

Pembangunan rumah oleh Perum Perumnas di DKI Jakarta mengalami fluktuasi dalam kurun waktu 10 tahun terhitung dari tahun 2007–2017. Pada tahun 2009, terjadi pembangunan yang sangat signifikan yakni sebanyak 2.939 rumah, jumlah ini meningkat 2.024 rumah dibanding tahun sebelumnya.

Jumlah Pembangunan Rumah Oleh Perum Perumnas di JabodetabekTahun 2007-2017

3.026

4.5304.040

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

1.360

6.194

1.148

223

1.441

368791952

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

0

Sumber: Perum Perumnas

Jumlah pembangunan rumah oleh Perum Perumnas di wilayah Jabodetabek tertinggi terjadi pada tahun 2017 yakni sebanyak 6.194 rumah. Jumlah ini naik sebesar 53,3% dari tahun sebelumnya.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 PB

K

Bab 4. Infrastruktur (Perumahan & Pemukiman, Pariwisata, Pos, Telekomunikasi & Informatika, dan Perhubungan & Transportasi)70

Jumlah Pembangunan Rumah oleh Perumnas di Setiap Kota Jabodetabek Tahun 2007-2017

3500

3000

2500

2000

1500

1000

500

0200735865250

200891512250

20092.939

205

62

2010710230

708

2011448

00

700

2012210

08

150

2013662100

029

2014715525

0120

20151.1482.061687634

2016 20171.2324.940

1.933 924

01183

022

Jakarta

Jakarta Depok Tanggerang Bekasi

DepokTanggerang

Bekasi

Sumber: Perum Perumnas

Dalam kurun waktu 2007–2017, rata-rata pembangunan rumah oleh Perum Perumnas terbanyak pada DKI Jakarta, yakni sebanyak 995 rumah/tahun, disusul oleh Bogor dan Depok sebanyak 790 rumah/tahun. Sedangkan Bekasi dan Tangerang masing-masing 333 dan 71 rumah/tahun. Pembangunan di wilayah Tangerang memang paling jarang dilaksanakan.

Jumlah Rumah Susun Sederhana Menurut Lokasi di Kota Administrasi Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017

Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara

20

18

16

14

12

10

8

6

4

22

0

19

9 9

6

Sumber: Perum Perumnas Selain mengelola pembangunan rumah di kota Jabodetabek, Perum Perumnas juga membangun rumah susun sederhana di setiap wilayah kabupaten/kota DKI Jakarta. Pada tahun 2017, terdapat total 88 lokasi pembangunan rumah susun sederhana di DKI Jakarta. Lokasi pembangunan terbanyak terdapat di Jakarta Timur dengan jumlah lokasi pembangunan sebanyak 19 lokasi dan lokasi pembangunan terendah terdapat di Jakarta Selatan dengan jumlah lokasi pembangunan sebanyak dua lokasi.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 71

K

Bab 4. Infrastruktur (Perumahan & Pemukiman, Pariwisata, Pos, Telekomunikasi & Informatika, dan Perhubungan & Transportasi)PB

Jumlah Rumah Susun Sederhana Menurut Jumlah Unit di KotaAdministrasi Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017

Jakarta Selatan

9.000

8.0007.000

6.0005.000

4.0003.000

3.0001.000 440

2.786 2.465

6.428

0Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara

8.456

Sumber: Perum Perumnas

Di tahun yang sama, Jakarta Timur juga menduduki posisi tertinggi untuk jumlah rumah susun sederhana menurut jumlah unit dan blok, sedangkan Jakarta Selatan mempunyai jumlah unit dan blok terendah dibandingkan dengan kota administrasi lainnya. Jumlah rumah susun sederhana menurut unit dan blok di Jakarta Timur sebanyak 8.456 unit dan 195 blok.

Jumlah Rumah Susun Sederhana Menurut Jumlah Blok di KotaAdministrasi Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017

Jakarta Selatan

100 89

6

80

60

40

20

0Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara

21

61

18

Sumber: Perum Perumnas

Adapun jumlah rumah susun sederhana menurut unit dan blok di Jakarta Selatan sebanyak 440 unit dan enam blok.

Jumlah Rumah Susun Sederhana Menurut Jumlah Tower diKota Administrasi Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017

Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara

6

5

4

3

2

1

0

2

3

5

1

Sumber: Perum Perumnas

K72

Berdasarkan jumlah tower rumah susun sederhana, Jakarta Barat mempunyai jumlah tower terbanyak dengan lima tower, sedangkan Jakarta Selatan tidak mempunyai tower yang merupakan jumlah tower terendah.

Jakarta Pusat

Jumlah Rumah Susun Sewa di Provinsi DKI JakartaTahun 2018

18

0

68

2

Jakarta Utara

Jakarta Barat

Jakarta Selatan

Jakarta Timur

Jakarta Pusat

Jumlah Tower Pada Rumah Susun Sewa di ProvinsiDKI Jakarta Tahun 2018

21

11

16

0 0

Jakarta Utara

Jakarta Barat

Jakarta Selatan

Jakarta Timur

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman

Rumah susun di wilayah DKI Jakarta selain dibangun oleh Perum Perumnas, juga ada yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah DKI Jakarta salah satunya rumah susun sewa (rusunawa). Jumlah rusunawa yang dikelola Pemprov DKI Jakarta di tahun 2018 terbanyak berada di Jakarta Timur dengan jumlah rusunawa sebanyak 18 buah. Sedangkan, Jakarta Selatan tidak mempunyai rusunawa.

Dari sebanyak 34 rusunawa yang dibangun oleh Perum Perumnas, Jakarta Utara mempunyai jumlah tower terbanyak dibandingkan dengan kota/kabupaten lainnya yaitu sebanyak 21 .

Jumlah Blok Pada Rumah Susun Sewadi DKI Jakarta Tahun 2018

62

18

78

06

Jakarta Pusat

Jakarta Utara

Jakarta Barat

Jakarta Selatan

Jakarta Timur

Jumlah Unit Pada Rumah Susun Sewadi DKI Jakarta Tahun 2018

11.437

4.435

11.072

538 0

Jakarta Pusat

Jakarta Utara

Jakarta Barat

Jakarta Selatan

Jakarta Timur

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman

Di tahun yang sama, Jakarta Timur juga mempunyai jumlah blok dan unit terbanyak yaitu sebanyak 73 blok dan 7.370 unit. Jumlah blok dan unit terbanyak berikutnya yaitu Jakarta Utara yaitu sebanyak 62 blok dan 6.425 unit.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 73

K

Bab 4. Infrastruktur (Perumahan & Pemukiman, Pariwisata, Pos, Telekomunikasi & Informatika, dan Perhubungan & Transportasi)PB

2015 2016 2017

Indikator Perumahan di DKI Jakarta Pada Tahun 2015-2017

120

100

80

60

40

20

0

2015 99,8599,7899,70 94,76

93,71 44,18 99,94 84,98 80,53 93,1497,9993,00

81,4183,69

85,2286,09

99,4599,8

42,5248,02

95,76

Lantai selain tanah

Dinding (tembok)

Atao (kayu/sirap, beton,

genteng)

Fasilitas penerangan

(listrik)

Fasilitas air minum

Jamban (milik sendiri)

Tempat pembuangan

akhir tinja (tangki septik)

20162017

Sumber: Badan Pusat Statistik

Indikator perumahan di DKI Jakarta diklasifikasikan menjadi tujuh karakteristik yang meliputi lantai selain tanah, dinding (tembok), atap (kayu/sirap, beton, genteng), fasilitas penerangan (listrik), fasilitas air minum, jamban (milik sendiri), dan tempat pembuangan akhir tinja (tangki septik).

Dari ketujuh karakteristik di atas, kategori fasilitas air minum dan jamban (milik sendiri) mengalami kenaikan setiap tahunnya. Namun, lima karakteristik lainnya mengalami fluktuasi dalam kurun waktu 2015–2017.

4.2 Pariwisata

Kunjungan Wisatawan Mancanegara Tahun 2014-2018 ke DKI Jakarta

2.319.295 2.377.226 2.512.0052.658.055

2.811.956

2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Dalam kurun waktu 2014 sampai dengan 2018, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke DKI Jakarta terus meningkat. Terjadi kenaikan sebesar 21,24% atau sebesar 492.661 orang dalam kurun waktu tersebut, dengan rata-rata kenaikan per tahunnya mencapai 4,94%.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 75

K

Bab 4. Infrastruktur (Perumahan & Pemukiman, Pariwisata, Pos, Telekomunikasi & Informatika, dan Perhubungan & Transportasi)74

Kunjungan Wisatawan Nusantara Tahun 2014-2018 ke DKI Jakarta

2014 2015 2016 2017 2018

34.192.57735.464.110

31.645.33330.512.989

26.994.509

Sumber: Badan Pusat Statistik

Dalam kurun waktu yang sama, jumlah kunjungan wisatawan nusantara ke DKI Jakarta tertinggi terdapat pada tahun 2017 yaitu sebanyak 35.464.110 orang. Telah terjadi peningkatan jumlah wisatawan nusantara dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2017 yaitu sebesar 31,38% dengan rata-rata kenaikan pertahun 9,6%. Namun, terjadi penurunan di tahun 2018 sebesar 3,59% atau sekitar 1.271.533 jumlah wisatawan nusantara yang berkunjung ke DKI Jakarta.

Kunjungan Wisatawan Obyek Wisata Unggulan di DKI Jakarta 2013-2017

26.122.718 26.461.93329.848.339 31.080.070

32.384.985

2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Jumlah kunjungan wisatawan ke obyek wisata unggulan di DKI Jakarta dari tahun 2013–2017 selalu mengalami peningkatan hingga mencapai 39,8 juta pengunjung pada tahun 2017, jumlah ini meningkat 1,2% dari tahun sebelumnya.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 75

K

Bab 4. Infrastruktur (Perumahan & Pemukiman, Pariwisata, Pos, Telekomunikasi & Informatika, dan Perhubungan & Transportasi)74

Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Terdapat delapan lokasi wisata yang dikunjungi oleh wisatawan di DKI Jakarta dari tahun 2013 sampai dengan 2017 meliputi Taman Impian Jaya Ancol, TMII, Ragunan, Monumen Nasional, Museum Nasional, Museum Satria Mandala, Museum Sejarah Jakarta, dan Pelabuhan Sunda Kelapa.

Taman Impian Jaya Ancol adalah lokasi wisata yang mempunyai pengunjung terbanyak dari tahun 2013–2017. Di tahun 2017, total wisatawan yang mengunjungi tempat ini sebanyak 19.261.212 wisatawan. Sedangkan, Museum Satria Mandala adalah lokasi wisata yang kurang diminati oleh wisatawan, hal ini terlihat dari rendahnya jumlah pengunjung selama periode 2013–2017.

Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, data diolah

Pada tahun 2017, Taman Impian Jaya Ancol menduduki peringkat pertama dengan jumlah wisatawan tertinggi sebanyak 32.387.002 wisatawan atau sebesar 59,47% dari total wisatawan. Sedangkan, Museum Satria Mandala, Pelabuhan Sunda Kelapa, dan Museum Nasional menduduki posisi tiga terbawah dengan persentase kurang dari 1%.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 77

K

Bab 4. Infrastruktur (Perumahan & Pemukiman, Pariwisata, Pos, Telekomunikasi & Informatika, dan Perhubungan & Transportasi)76

2015 2016

Jumlah Hotel di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015-2016

Kepulauan Seribu

250

200

150

100

50

0

23 26

58 5931 37

192175

82 8154 59

Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara

Sumber: Badan Pusat Statistik

Selain jumlah wisatawan yang berkunjung di DKI Jakarta, hotel sebagai sarana akomodasi para wisatawan juga harus perlu diperhatikan perkembangannya. Jumlah hotel di DKI Jakarta dari tahun 2015–2016 mengalami penurunan yaitu dari 440 hotel menjadi 437 hotel.

Secara umum terjadi penurunan persentase hotel di DKI Jakarta sebesar 0,68% dari tahun 2015 ke tahun 2016 terutama di wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Barat. Penurunan jumlah hotel di Jakarta Barat dan Jakarta Pusat masing-masing sebanyak satu hotel dan 17 hotel.

Jumlah Kamar di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015-2016

Kepulauan Seribu

25.000

646

7.834

23.380

2.144

8.146

5.513

405

8.047

2.415

23.594

7.8185.825

20.000

15.000

10.000

5.000

0

Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara

Sumber: Badan Pusat Statistik

Walaupun terjadi penurunan sebanyak 18 hotel pada tahun 2015–2016, jumlah kamar dan tempat tidur di DKI Jakarta mengalami kenaikan sebesar 0,93% dan 1,9%.

Secara umum terjadi kenaikan persentase jumlah kamar di DKI Jakarta, kecuali di dua kota yaitu Kepulauan Seribu dan Jakarta Barat. Di Kepulauan Seribu terjadi penurunan jumlah kamar sebesar 37,31% atau sebanyak 241 kamar. Selain itu, di Jakarta Barat mengalami penurunan jumlah kamar sebesar 4,03% atau sebanyak 328 kamar.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 77

K

Bab 4. Infrastruktur (Perumahan & Pemukiman, Pariwisata, Pos, Telekomunikasi & Informatika, dan Perhubungan & Transportasi)76

Sumber: Badan Pusat Statistik

Sama seperti jumlah kamar di DKI Jakarta yang mengalami kenaikan, jumlah tempat tidur juga mengalami peningkatan sebesar 1,86% atau sebanyak 1.236 buah pada tahun 2015–2016. Namun, di wilayah Kepulauan Seribu dan Jakarta Barat mengalami penurunan tempat tidur masing-masing sebesar 15,42% dan 2,13%.

Sumber: Badan Pusat Statistik

Persentase tingkat penghunian kamar hotel dan akomodasi lainnya menurut jenis hotel mengalami fluktuasi disetiap bulannya di tahun 2017. Untuk klasifikasi kamar hotel dan akomodasi bintang 1, 2 dan 3 mengalami persentase tertinggi di bulan Agustus masing-masing sebesar 86,97%, 81,25%, dan

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 79

K

Bab 4. Infrastruktur (Perumahan & Pemukiman, Pariwisata, Pos, Telekomunikasi & Informatika, dan Perhubungan & Transportasi)78

87,62%. Namun, untuk klasifikasi kamar hotel dan akomodasi bintang 4 dan 5 mengalami persentase tertinggi di bulan September masing-masing sebesar 66,17% dan 78,83%. Dari kelima klasifikasi kamar hotel dan akomodasi, klasifikasi bintang 3 mempunyai persentase tertinggi di tahun 2017.

Pada tahun 2017, persentase tingkat penghunian kamar hotel dan akomodasi di Provinsi DKI Jakarta untuk klasifikasi bintang 4 menduduki persentase terendah sebesar 52,26%.

Kunjungan Wisatawan Mancanegara Yang Datang Ke DKI Jakarta dan Indonesia 2009-2017

16.000.000

14.000.000

12.000.000

10.000.000

8.000.000

6.000.000

4.000.000

1.451.9146.323.730 7.002.944 7.649.731 8.044.462 8.802.129 9.435.411 10.406.75 11.519.27 14.039.79

1.892.866 2.003.944 2.125.513 2.313.742 2.319.295 2.377.226 2.512.005 2.658.055

2.000.000

DKI JakartaIndonesia

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Kunjungan wisatawan mancanegara yang datang baik ke Provinsi DKI Jakarta maupun Indonesia selalu meningkat di setiap tahunnya dari tahun 2009–2017. Pada tahun 2010 persentase jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke DKI Jakarta merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 27,03% dari total keseluruhan wisatawan yang datang ke Indonesia.

Selama periode 2013–2017, jumlah wisatawan di Provinsi DKI Jakarta yang terdiri dari wisatawan lokal dan mancanegara selalu meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2017, jumlah wisatawan sebanyak 39.808.080 wisatawan atau naik 25,12% dari tahun 2013.

4.3 Pos

Jumlah Kantor Pos di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018

Jakarta Pusat

350

254290

198178

108

1

300

250

200

150

100

50

0Jakarta Barat Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Utara Kepulauan Seribu

Sumber: Pos Indonesia

Kantor pos yang ada di Provinsi DKI Jakarta berjumlah 1.029 kantor yang tersebar di enam wilayah DKI Jakarta. Kantor pos terbanyak ada di Jakarta Barat yakni 290 kantor, dan yang paling sedikit ada di Kepulauan Seribu yakni hanya satu kantor.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 79

K

Bab 4. Infrastruktur (Perumahan & Pemukiman, Pariwisata, Pos, Telekomunikasi & Informatika, dan Perhubungan & Transportasi)78

4.4 Telekomunikasi dan Informatika

Persentase Rumah Tangga yang Mengakses Internet Tahun 2014-2017

90,00

66,61

35,64

74,32

41,98

76,96

47,22

85,70

57,33

2014 2015 2016 2017

DKI Jakarta Indonesia

80,00

70,00

60,00

50,00

40,00

30,00

20,00

10,00

0,00

Sumber: Badan Pusat Statistik

Selama periode 2014–2017, Provinsi DKI Jakarta mempunyai jumlah persentase rumah tangga pengakses internet tertinggi dibandingkan dengan semua provinsi di Indonesia. Jumlah rumah tangga pengakses internet meningkat disetiap tahunnya dari tahun 2014–2017. Dalam kurun waktu tersebut, terjadi kenaikan persentase pengguna internet di DKI Jakarta sebesar 22,28%.

Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Pernah Mengakses Internetdalam 3 Bulan Terakhir di Provinsi DKI Jakarta dan Jenis Kelamin Tahun 2017

Laki-laki Perempuan

57,563,7970

60

50

40

30

20

10

0

Sumber: Badan Pusat Statistik

DKI Jakarta merupakan provinsi dengan jumlah penduduk diatas 15 tahun tertinggi di Indonesia yang mengakses internet di tahun 2015–2017. Di tahun 2017, persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang mengakses internet berdasarkan jenis kelamin masing-masing 63,79% atau sebanyak 2.477.612 laki-laki dan 57,5% atau 2.249.228 perempuan. Artinya penduduk laki-laki lebih banyak mengakses internet dibandingkan dengan penduduk perempuan.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 81

K

Bab 4. Infrastruktur (Perumahan & Pemukiman, Pariwisata, Pos, Telekomunikasi & Informatika, dan Perhubungan & Transportasi)80

5.000.000

3.567.8003.870.912

4.726.840

2015 2016 2017

4.500.000

4.000.000

3.500.000

3.000.000

2.500.000

2.000.000

1.500.000

1.000.000

500.000

0

Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta Usia 15 Tahun Keatas Yang MengaksesInternet dalam 3 Bulan Terakhir di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015-2017

Sumber: Badan Pusat Statistik

Jumlah penduduk DKI Jakarta yang mengakses internet tahun 2015–2017 meningkat setiap tahunnya. Persentase kenaikan dalam periode tersebut sebesar 32,49% atau sebanyak 1.159.040 pengakses internet.

5.000.000

7.000.000

6.000.000

5.000.000

4.000.000

3.000.000

2.000.000

1.000.000

0

7.102.009 7.079.620 7.277.863

2015 2016 2017

Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta Usia 5 Tahun Keatas Yang MemilikiInternet dalam 3 Bulan Terakhir di Provinsi DKI Telepon Seluler Tahun 2015-2017

Sumber: Badan Pusat Statistik

Provinsi DKI Jakarta juga menduduki peringkat pertama di Indonesia untuk persentase penduduk usia 5 tahun ke atas yang memiliki telepon seluler dari tahun 2015–2017. Jumlah penduduk yang memiliki telepon seluler meningkat sebesar 2,42% atau sebanyak 175.854 orang.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 81

K

Bab 4. Infrastruktur (Perumahan & Pemukiman, Pariwisata, Pos, Telekomunikasi & Informatika, dan Perhubungan & Transportasi)80

Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta Usia 5 Tahun Keatas Yang Memiliki TeleponSeluler Tahun 2015-2017 Berdasarkan Jenis Kelamin

Perempuan 3.486.931

3.790.933

3.386.172

3.693.448

3.373.489

3.728.520

3.100.000 3.200.000 3.300.000 3.400.000 3.500.000 3.600.000 3.700.000 3.800.000 3.900.000

Perempuan

Perempuan

Tahu

n

2017

2016

2015

Laki-Laki

Laki-Laki

Laki-Laki

Sumber: Badan Pusat Statistik

Di tahun 2017, terdapat 80,09% laki-laki dan 73,88% perempuan dengan usia diatas 5 tahun yang memiliki telepon seluler. Dari persentase tersebut, sebanyak 3.790.933 laki-laki dan 3.486.931 perempuan yang memiliki telepon seluler.

Persentase Rumah Tangga yang Memiliki/ Menguasai Telepon Tetap Kabel di Provinsi DKI Jakarta dan Indonesia Tahun 2014-2017

2014

20,00 18,78

5,54

18,36

4,01 3,49 3,23

15,4614,58

18,00

16,0014,0012,00

10,00

8,006,00

4,002,000,00

2015 2016 2017

DKI Jakarta Indonesia

Sumber: Badan Pusat Statistik

DKI Jakarta merupakan provinsi dengan persentase penduduk yang memiliki telepon tetap kabel dan komputer tertinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia dari tahun 2014–2017. Persentase jumlah rumah tangga dengan kepemilikan telepon kabel tertinggi terjadi pada tahun 2014 yakni sebesar 18,78%. Persentase ini selalu diatas rata-rata Indonesia dari tahun 2014–2017.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 83

K

Bab 4. Infrastruktur (Perumahan & Pemukiman, Pariwisata, Pos, Telekomunikasi & Informatika, dan Perhubungan & Transportasi)82

Persentase Rumah Tangga yang Memiliki/ Menguasai Komputer di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014-2017

34,51 36,95 35,66 35,40

19,1119,1418,7117,30

2014

DKI Jakarta Indonesia

40,00

30,00

20,00

10,00

0,002015 2016 2017

Sumber: Badan Pusat Statistik

Sama halnya dengan kepemilikan telepon kabel, persentase kepemilikan komputer di DKI Jakarta juga merupakan yang tertinggi di Indonesia. Tahun 2015 persentasenya mencapai 36,95%, angka ini merupakan persentase tertinggi dalam kurun waktu 2014–2017. Dalam hal kepemilikan komputer, DKI Jakarta juga memiliki persentase diatas rata-rata Indonesia dari tahun 2014 sampai dengan 2017, dimana tahun 2015 merupakan selisih persentase tertinggi yakni sebesar 18,24 poin.

4.5 Perhubungan dan Transportasi

404.862500.000

400.000

300.000

200.000

100.000

0Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara

Panjang Jalan di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017

437.784

246.313320.862

293.464

Sumber: Dinas Bina Marga

DKI Jakarta mempunyai total panjang jalan sebesar 1.703.285 meter. Jakarta Timur adalah kota yang memiliki jalan terpanjang dengan panjang 437,784 meter. Sedangkan, jalan terpendek ada di Jakarta Pusat dengan panjang 246.313 meter.

Luas Jalan di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017

8.000.000

6.000.000

4.000.000

4.705.6886.161.785

3.783.466 3.862.776 4.065.980

2.000.000

0Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara

Sumber: Dinas Bina Marga

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 83

K

Bab 4. Infrastruktur (Perumahan & Pemukiman, Pariwisata, Pos, Telekomunikasi & Informatika, dan Perhubungan & Transportasi)82

Sama halnya dengan total panjang jalan di Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Timur juga memiliki luas jalan terbesar yaitu sebesar 6.161.785 m2, sedangkan yang terendah di Jakarta Pusat dengan luas 3.783.466 m2. Sementara, total luas jalan di DKI Jakarta sebesar 22.579.695 m2.

Flyover Terpanjang Menurut Nama di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018

Flyover Akses Terminal Pulo Gebang

Flyover Daan Mogot (Pesing)

Simpang Susun Semanggi

Jalan Antasari-Blok M (Paket Lapangan Mabak-Elevated Tanpa UP)

Jalan Layang Kapt. Tendean-Blok M-Cileduk

100009000800070006000500040003000

1.316,60

1.552,00

1.622,00

1.641,72

9.383,10

200010000

Sumber: Dinas Bina Marga

Dari semua jenis jalan di Provinsi DKI Jakarta, underpass dan flyover merupakan jalan yang menjadi salah satu perhatian pemerintah. Hal ini dikarenakan pembangunan jalan ini merupakan salah satu solusi untuk mengurai kemacetan lalu lintas di ibukota DKI Jakarta.

Flyover terpanjang di DKI Jakarta pada tahun 2018 terletak pada Jalan Layang Kapten Tendean-Blok M-Cileduk dengan panjang 9.383,1 meter. Selain itu, terdapat empat flyover terpanjang lainnya yaitu Jalan Antasari-Blok M (Paket Lapangan Mabak-Elevated Tanpa UP), Simpang Susun Semanggi, Daan Mogot (Pesing), dan Akses Terminal Pulo Gebang dengan panjang masing-masing 1.641,72 meter, 1.622 meter, 1.552 meter, dan 1.316,6 meter.

Flyover Terpendek Menurut Nama di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018

Jalan Kampung Melayu-Tanah Abang (Paket On/Off Ramp Cassablanca Timur)

Jembatan Layang Mampang

Jalan Kampung Melayu-Tanah Abang (Paket Mas Mansyur Barat)

Jembatan Layang Kiapang (Slipi Jaya)

Jembatan Layang Tomang (Jl.Raya Tomang)

0 50 100 150 200 250 300 350

222,35

240,00

276,92

285,00

287,13

Sumber: Dinas Bina Marga

Sedangkan, lokasi Jembatan Layang Tomang mempunyai flyover terpendek dan luas terkecil dibandingkan dengan lokasi lainnya dengan panjang 222,35 meter dan luas 2.201 m2.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 85

K

Bab 4. Infrastruktur (Perumahan & Pemukiman, Pariwisata, Pos, Telekomunikasi & Informatika, dan Perhubungan & Transportasi)84

Flyover Terlebar Menurut Nama di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018

Simpang Tidak SebidangBintaro Permai-Rel KA 20,00

22,00

29,70

31,73

0 50 100 150

132,11

Jembatan Layang Ks. Tubun(Jatibaru)

Pasar Pagi

Jembatan Layang PramukaStage 2

Jembatan Layang Latuharhari(Sisi Barat)

Flyover Lebar Terkecil Menurut Nama di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018

Jalan Antasari-Blok M (Paket Lapangan Mabak-Elevated

Tanpa UP)8,75

8,50

8,50

7,10

0 2 4 6 8 10

Jembatan Layang PramukaStage 2

Flyover Akses Terminal Pulo Gebang

Jembatan Layang Tendean-Gattot Subroto

Sumber: Dinas Bina Marga

Flyover terlebar di DKI Jakarta dimiliki oleh Jembatan Layang Latuharhari (Sisi Barat) dengan lebar 132,11 meter. Lalu, diikuti oleh Jembatan Layang Pramuka Stage 2, Pasar Pagi, Jembatan Layang Ks. Tubun (Jatibaru) dan Simpang Tidak Sebidang Bintaro Permai-Rel KA. Sedangkan, flyover terkecil dimiliki oleh Jembatan Layang Tendean-Gatot Subroto dengan lebar sebesar 7,1 meter.

Flyover Terluas Menurut Nama di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018

Jembatan Layang Pramuka Stage 2 17.152,00

18.846,43

20.000,00

20.132,11

10.3174,86

0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000

Jalan Kampung Melayu-Tanah Abang (Paket On/OffRamp Cassablanca Timur)

Simpang Tidak Sebidang Bintaro Permai-Rel KA

Jembatan Layang Jembatan Dua

Jembatan Layang Latuharhari (Sisi Barat)

Sumber: Dinas Bina Marga

K

Bab 4. Infrastruktur (Perumahan & Pemukiman, Pariwisata, Pos, Telekomunikasi & Informatika, dan Perhubungan & Transportasi)84

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 85

K

Bab 4. Infrastruktur (Perumahan & Pemukiman, Pariwisata, Pos, Telekomunikasi & Informatika, dan Perhubungan & Transportasi)84

Selain memiliki flyover terlebar di DKI Jakarta, Jembatan Layang Latuharhari (Sisi Barat) juga memiliki luas terbesar yakni 103.174,86 m2. Kemudian, diikuti oleh Jembatan Dua, Simpang Tidak Sebidang Bintaro Permai-Rel KA, Jalan Kampung Melayu-Tanah Abang dan Jembatan Layang Pramuka Stage 2.

Underpass Terpanjang Menurut Nama diProvinsi DKI Jakarta Tahun 2018

Underpass Senen 601,7

672

705

724,4

827

0 200 400 600 800 1000

Underpass Matraman-Salemba

Underpass Pasar MingguTerowongan di

Panjaitan/Gembrong

Underpass Mampang-Kuningan

Underpass Terpendek Menurut Nama diProvinsi DKI Jakarta Tahun 2018

Underpass Jamblang 300

239,5

191,4

155

50,85

0 100 200 300 400

Underpass Pramuka

Underpass Ciputat-Pasar Jum'at

Terowonngan Manggarai

Terowonngan Dukuh Atas

Sumber: Dinas Bina Marga

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 85

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 87

K

Bab 4. Infrastruktur (Perumahan & Pemukiman, Pariwisata, Pos, Telekomunikasi & Informatika, dan Perhubungan & Transportasi)86

Sementara itu, underpass terpanjang di DKI Jakarta ada di Mampang-Kuningan yaitu 827 meter. Lalu, diikuti oleh Terowongan DI Panjaitan/Gembrong, underpass Pasar Minggu, underpass Matraman-Salemba dan underpass Senen. Sedangkan, underpass terpendek ada di Terowongan Dukuh Atas dengan panjang 50,85 meter.

Sumber: Dinas Bina Marga

Selain termasuk dalam lima besar underpass terpanjang, underpass Pasar Minggu juga merupakan yang terlebar di DKI Jakarta yaitu sebesar 22,8 meter. Sedangkan, underpass dengan lebar terkecil ada di underpass Tomang dengan lebar 7,15 meter.

Sumber: Dinas Bina Marga

Underpass Mampang-Kuningan yang memiliki panjang terbesar ternyata juga merupakan underpass terluas yaitu sebesar 15.215 m2. Sedangkan, Terowongan Dukuh Atas yang memiliki panjang terpendek juga merupakan underpass dengan luas terkecil yaitu hanya sebesar 1.032,25 m2.

Sumber: Dinas Perhubungan

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 87

K

Bab 4. Infrastruktur (Perumahan & Pemukiman, Pariwisata, Pos, Telekomunikasi & Informatika, dan Perhubungan & Transportasi)86

Selain membangun prasarana underpass dan flyover sebagai salah satu solusi mengurai kemacetan, pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga telah menyediakan sarana alat transpotasi Transjakarta Busway bagi penduduk DKI Jakarta. Pada tahun 2017, ada 1.179 jumlah bus Transjakarta yang beroperasi. Perusahaan dengan jumlah kendaraaan transjakarta terbanyak adalah Perum PPD dengan total 494 bus, sedangkan PT Eka Sari Lorena adalah perusahaan yang memiliki jumlah kendaraan transjakarta terendah di tahun 2017 dengan total 47 bus.

Sumber: PT. Trans Jakarta

Pada tahun 2017, bus Transjakarta telah melayani sebanyak 144.868.949 penumpang yang terbagi dalam 13 rute. Rute Blok M–Kota merupakan rute dengan jumlah penumpang terbanyak yakni 24.870.678 orang atau sebesar 17,17% dari total penumpang di tahun 2017. Sedangkan, jumlah penumpang paling sedikit sepanjang tahun 2017 yaitu pada rute Ciledug-Tendean dengan jumlah penumpang 1.357.719 orang.

Sumber: PT. Trans Jakarta

Pada tahun 2017 , jumlah pendapatan Transjakarta sebesar Rp445.427.622.500. Rute Blok M-Kota sebagai penghasil pendapatan tertinggi dengan persentase sebesar 18,34% dengan jumlah Rp81.700.926.500.

Jumlah Penumpang Transjakarta 2017-2018

200.000.000

150.000.000

100.000.000

50.000.000

144.868.949

187.946.602

2017 20180

Sumber: PT. Trans Jakarta

Pada tahun 2017–2018 terjadi kenaikan jumlah penumpang dari sebesar 22,92% atau sebanyak 43.077.653 penumpang.

Jumlah Penerbitan STNK Menurut Bulan dan Statusnya Tahun 2016

Januari

140.000

120.000100.000

80.00060.00040.00020.000

0Februari

Status Kendaraan Baru Status Balik Nama Status Pindah Daerah Status Hilang/Salinan

Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

Sumber: Badan Pusat Statistik

Penerbitan STNK dikategorikan pada empat status yaitu kendaraan baru, balik nama, pindah daerah, dan hilang atau salinan. Sepanjang tahun 2016, status penerbitan STNK dengan ketegori kendaraan baru menempati peringkat tertinggi. Status penerbitan STNK untuk kendaraan baru dan hilang atau salinan memiliki jumlah tertinggi di bulan Juni dengan jumlah masing-masing 133.214 dan 11.030 STNK. Sedangkan, penerbitan STNK dengan status balik nama dan pindah daerah tertinggi terjadi pada bulan November dengan jumlah masing-masing 44.544 dan 39.482 STNK.

K

88

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 89

140.000 119.699 115.052 115.833 118.175 110.189

133.214

76.591

131.894121.869 120.432 120.920 116.982

120.000100.000

80.00060.00040.00020.000

0Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

Jumlah Penerbitan STNK Kendaraan Baru di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2016

Sumber: Badan Pusat Statistik

Jumlah penerbitan STNK untuk status kendaraan baru di Provinsi DKI Jakarta sepanjang tahun 2016 memiliki jumlah tertinggi dibandingkan dengan 3 status lainnya. Rata-rata penerbitan STNK dengan status ini di tahun 2016 sebesar 116.737 STNK dengan jumlah tertinggi pada bulan Juni sebesar 133.214 STNK.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 91

B��05

E������ &K������� D�����

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 93

PERTUMBUHAN EKONOMI

INFLASI DKI Jakarta

2018201720162015

3,30 %

2,37 %

3,72 %3,27 %

6,22%6,17%

5,85%

5,60%2016 2017 2018

5,70%

5,80%

5,90%

6,30%

Pertumbuhan ekonomi diukur berdasarkan pertumbuhan PDRB ADHK. Pada tahun 2018, pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta mencapai 6,17%, turun 0,05 poin dari tahun 2017.

6,00%

6,10%

6,20%

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 95

Bab V EKONOMI DAN KEUANGAN DAERAH

5.1 Industri

IBS (Industri Besar dan Sedang) DKI Jakarta

2018Y on YQ to Q

21,4

17,59

3,141,24

4,073,90

0,90

6,933,89

-1,7

25

20

15

10

5

0

-5

5,665,38

IBS (Industri Besar dan Sedang) Nasional

IMK (Industri Mikro dan Kecil) DKI Jakarta

IMK (Industri Mikro dan Kecil) Nasional

Persentase Pertumbuhan Industri DKI Jakarta dan Nasional 2018

Sumber: Badan Pusat Statistik

Industri secara garis besar dapat dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu Industri Besar Sedang (IBS) dan Industri Mikro Kecil (IMK). Pertumbuhan IBS DKI Jakarta pada Triwulan IV (Q4) 2018 tumbuh negatif sebesar -1,7% dibandingkan dengan Triwulan III (Q3) 2018 (Q to Q). Sementara itu, IBS Nasional tumbuh sebesar 0,90%, atau unggul 2,60 poin dibandingkan dengan IBS DKI Jakarta. Secara year-on-year (Y on Y), IBS DKI Jakarta tumbuh sebesar 3,89%, hanya selisih 0,01 poin dengan IBS Nasional yang tumbuh sebesar 3,90%. Secara tahunan, IBS DKI Jakarta tumbuh sebesar 6,93%, unggul 2,86 poin dari pertumbuhan IBS Nasional.

Dalam pertumbuhan IMK, DKI Jakarta cukup unggul jauh dari Nasional. Secara Q to Q, IMK DKI Jakarta tumbuh sebesar 3,14%, sedangkan IMK Nasional hanya 1,24%. Sementara IMK DKI Jakarta unggul 12,21 poin dengan pertumbuhan 17,59% (Y on Y), dan secara tahunan unggul 15,74 poin dengan pertumbuhan 21,4%.

K

Bab 5. Ekonomi (Industri, Perdagangan, dan Perbankan)96

Sumber: Badan Pusat Statistik

Dalam Industri Besar Sedang (IBS), Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman menjadi industri dengan tingkat pertumbuhan tahunan tertinggi sebesar 9,78%, disusul oleh Industri Tekstil sebesar 9,5% dan Industri Peralatan Listrik sebesar 9,41%. Sedangkan, pertumbuhan terendah di antaranya berasal dari Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki tumbuh negatif sebesar -9,9%, Industri Barang Galian Bukan Logam tumbuh negatif sebesar -8,4%, serta Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat Tradisional tumbuh negatif sebesar -5,73%.

Sumber: Badan Pusat Statistik

Dalam Industri Mikro dan Kecil (IMK), Industri Minuman menjadi industri dengan tingkat pertumbuhan tahunan tertinggi sebesar 44,17%, disusul oleh Industri Kayu dan Barang dari Kayu sebesar 36,87% serta Industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman sebesar 34,35%. Sedangkan pertumbuhan terendah di antaranya berasal dari Industri Alat Angkutan Lainnya tumbuh negatif sebesar -40,62%, Industri Kulit, barang dari Kulit dan Alas Kaki tumbuh negatif sebesar -8,77%, serta Industri Barang Galian Bukan Logam tumbuh negatif sebesar -7,69%.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 97

5.2 Perdagangan

5.2.1 Harga Pangan Jakarta

Sumber: Biro Perekonomian, data diolah

Ketersediaan dan kestabilan harga pangan merupakan hal yang sangat penting. Di tahun 2018, harga rata-rata Daging Sapi Has (paha belakang) mencapai Rp123.300/kg, sedangkan Daging Sapi Murni (semur) mencapai Rp117.200/kg; Cabai Merah Besar mencapai Rp44.300/kg; Ayam Broiler mencapai Rp35.000/ekor; Bawang Merah dan Bawang Putih masing-masing Rp30.700/kg dan Rp30.600/kg. Sedangkan, beras IR I mencapai Rp11.700/kg.

Sumber: Biro Perekonomian, data diolah

Sepanjang tahun 2018, beras Setra merupakan jenis beras termahal, dengan harga rata-rata Rp12.493/kg. Harga tertinggi berada di bulan Februari sebesar Rp12.820/kg, sedangkan harga terendah berada di bulan Desember sebesar Rp12.355/kg. Beras IR I mencapai harga tertinggi di bulan Februari sebesar Rp11.952/kg dan harga terendah di bulan Juli sebesar Rp11.596/kg, dengan harga rata-rata Rp11.710/kg. Beras IR II dan IR III juga mengalami harga tertinggi di bulan Februari, dengan harga rata-rata masing-masing sebesar Rp10.764/kg dan Rp9.552/kg.

K

Bab 5. Ekonomi (Industri, Perdagangan, dan Perbankan)98

Sumber: Biro Perekonomian, data diolah

Dari segi kestabilan harga, Gas LPG 3 Kg merupakan yang paling stabil. Selama kurun waktu 2018, harga terendah nya Rp20.438 di bulan Juli dan harga tertinggi nya Rp20.682 di bulan Januari, hanya selisih Rp244 atau 1,2% dari harga rata-rata tahunan. Sedangkan, bahan makanan yang paling tidak stabil harganya di tahun 2018 adalah Cabai Rawit Merah dengan tingkat penyimpangan 65,8% dari harga rata-rata, dengan harga terendah Rp32.881 dan harga tertinggi Rp62.059 atau 1,8 kali dari harga terendahnya.

Sumber: infopangan.jakarta.go.id, data diolah

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 99

Dalam periode September–Desember 2018, harga rata-rata Daging Sapi Has di wilayah Jakarta Utara mencapai Rp128.073/kg, harga ini merupakan harga rata-rata tertinggi di wilayah DKI Jakarta, sedangkan harga rata-rata terendah berada di wilayah Jakarta Selatan sebesar Rp119.896/kg. Selisih harga ini mencapai Rp8.177.

Harga rata-rata tertinggi Cabai Merah Besar dalam periode yang sama berada di Jakarta Selatan sebesar Rp38.489/kg, sedangkan harga rata-rata terendahnya berada di Jakarta Pusat sebesar Rp35.653/kg. Harga rata-rata tertinggi Ayam Broiler berada di Jakarta Selatan sebesar Rp36.461/ekor, sedangkan harga rata-rata terendahnya berada di Jakarta Pusat sebesar Rp33.336/ekor.

Dari kelima harga bahan makanan tersebut, tingkat fluktuasi harga terbesar terjadi pada Ayam Broiler sebesar 9,0%, lalu beras IR I 8,6%, Cabai Merah Besar 7,7%, Daging Sapi Has 6,6%, dan yang terendah Telur Ayam Ras dengan tingkat fluktuasi harga 3,5%.

5.2.2 Stok Beras

Pemasukan dan Pengeluaran Stok Beras 2018 (Ribu Ton)

120,00

100,00

80,00

60,00

40,00

20,00

0,00Jan

85,56 94,78 95,51 87,34 96,40 53,28 99,55 77,41 75,15 82,38 75,52 69,90

97,88 86,17 88,11 84,52 96,87 58,78 94,50 74,78 73,84 77,26 71,79 70,86

Pemasukan

Pengeluaran

Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sep Okt Nov Des

Sumber: foodstation.co.id, data diolah

Sepanjang tahun 2018, terdapat pemasukan stok beras sebanyak 992.822 ton, sedangkan pengeluaran stok beras sebanyak 975.406 ton. Artinya, masih terdapat surplus pemasukan beras sebanyak 17.416 ton. Pada bulan Juni, pemasukan dan pengeluaran beras berada di titik terendah, hal ini disebabkan momen bulan Ramadhan (puasa) dan lebaran. Pada bulan Juli, pemasukan dan pengeluaran beras meningkat kembali, bahkan pemasukan beras tertinggi terjadi di bulan ini, sedangkan pengeluaran beras tertinggi terjadi di bulan Januari.

K

Bab 5. Ekonomi (Industri, Perdagangan, dan Perbankan)100

Stok Beras Periode Tiap Akhir Bulan 2018 (Ribu Ton)

60,00

23,0

31,6

39,041,8 41,4

35,940,9 49,5 44,9

50,053,7 52,7

50,00

40,00

30,00

20,00

10,00

Jan Feb Mar Apr May Jun Juli Aug Sep Oct Nov Des0,00

Sumber: foodstation.co.id

Dengan melihat stok awal, stok beras DKI Jakarta di Pasar Induk Beras Cipinang cenderung mengalami tren naik. Di tahun 2018, per tanggal 31 Januari, stok beras masih menyisakan 22.997 ton, sedangkan per tanggal 31 Desember stok beras melonjak menjadi 52.741 ton atau meningkat 129%. Kenaikan tertinggi terjadi di bulan Februari yaitu sebanyak 8.617 ton atau naik 37,5% dibanding bulan Januari. Namun, pada bulan Mei, Juni, dan Desember mengalami penurunan, terutama pada bulan Juni yaitu sebanyak 5.496 ton atau turun 13,3% dibanding bulan Mei.

5.3 Perbankan

5.3.1 Perbankan DKI Jakarta Secara Umum

Jumlah Kantor Bank Menurut Jenis Bank 2018

Bank Syariah 279

335

3.772

0 500 1000 15002000 25003000 3500 4000

Bank Umum Bukan Devisa

Bank Umum Devisa

Jumlah Bank Menurut Jenis Bank 2018

17

44

Bank Umum Devisa

Bank Umum Bukan Devisa

Bank Syariah

7

Sumber: Bank Indonesia

Terdapat total 68 bank dan 4.386 kantor bank di DKI Jakarta pada tahun 2018. Menurut jenisnya, bank terbagi menjadi 3, yakni Bank Umum Devisa, Bank Umum Bukan Devisa, dan Bank Syariah. Bank Umum Devisa berjumlah 44 bank dengan 3.772 kantor bank, jumlah ini mencakup 65% jumlah bank dan 86% jumlah kantor bank di DKI Jakarta. Bank Umum Bukan Devisa berjumlah 17 bank dengan 335 kantor bank, sedangkan Bank Syariah berjumlah 7 bank dengan 279 kantor bank.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 101

Tabel 5.1 Jumlah Bank dan Kantor Bank Menurut Jenis Bank, 2018

Jenis Bank Kelompok Bank Jml Bank Jml Kantor

Bank Umum Devisa

Bank Pemerintah 4 1.629

Bank Pembangunan Daerah 1 149

Bank Swasta Nasional 25 1.741

Bank Swasta Asing 14 253

Jumlah Bank Umum Devisa 44 3.772

Bank Umum Bukan Devisa Bank Swasta Nasional 17 335

Bank Syariah Bank Syariah 7 279

TOTAL 68 4.386

Sumber: Bank Indonesia

Tabel 5.2 Jumlah Kantor Bank Umum Menurut Status dan Kelompok, 2018

Status KantorKelompok Bank

Pemerintah Pembangunan Daerah Swasta Asing Total

Kantor Pusat 4 1 42 14 61

Kantor Cabang 103 16 243 42 404

Cabang Pembantu 827 30 1.563 91 2.511

Kantor Kas 695 102 238 106 1.141

Total 1.629 149 2.086 253 4.117

Sumber: Bank Indonesia

Berdasarkan status kantor, terdapat total 61 kantor pusat, 404 kantor cabang, 2.511 kantor cabang pembantu, dan 1.141 kantor kas. Sebagian besar kantor bank tersebut merupakan milik swasta nasional dan pemerintah.

Posisi Simpan Masyarakat Rupiah dan Valuta Asing di Bank Umum dan BPR 2016-2018 (Juta Rupiah)

3.000.000.000

Total SimpananSimpanan Berjangka TabunganGiro

2.328.226.590

2016

2016

2017

2017

2018

2018

678.337.712

731.637.641

764.475.417 1.342.244.433

1.284.708.162

1.222.941.329 426.947.549

457.107.318

482.073.253

2.473.453.122

2.588.793.103

2.500.000.0002.000.000.0001.500.000.0001.000.000.000

500.000.0000

Sumber: Bank Indonesia

K

Bab 5. Ekonomi (Industri, Perdagangan, dan Perbankan)102

Total simpanan masyarakat yang terdiri dari uang Rupiah dan Valuta Asing di Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sampai dengan Desember 2018 berjumlah 2.588 Triliun Rupiah, meningkat 4,7% dibandingkan tahun 2017. Total simpanan tersebut terdiri atas Giro, Simpanan Berjangka dan Tabungan. Simpanan Berjangka berkontribusi sebesar 51,8% dari total simpanan atau sebanyak 1.342 Triliun, berikutnya ada Giro yang berkontribusi sebesar 29,5% atau sebanyak 764 Triliun Rupiah, lalu Tabungan dengan proporsi 18,6% atau sebanyak 482 Triliun Rupiah.

Posisi Kredit UMKM yang Diberikan Bank Umum2016-2018 (Juta Rupiah)

180.000.000160.000.000140.000.000120.000.000100.000.000

80.000.00060.000.00040.000.00020.000.000

125.278.879 10.631.090 18.438.179 96.209.610

107.968.603

118.316.978

20.964.351

23.564.549

12.992.548

11.133.491

141.925.501

153.014.417

0

2016 2017 2018

201620172018

Sumber: Bank Indonesia

Posisi kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang diberikan Bank Umum per Desember 2018 mencapai 153 Triliun Rupiah atau meningkat 7,8% dari tahun 2017, namun pertumbuhan ini tidak sebesar pertumbuhan tahun 2017 yang mencapai 13,3%. Kredit tersebut disalurkan kepada Usaha Menengah sebanyak 118,3 Triliun Rupiah atau 77,3%, Usaha Kecil mendapat 23,5 Triliun Rupiah atau 15,4%, sedangkan Usaha Mikro mendapat 11,1 Triliun Rupiah atau 7,3%. Kredit yang diberikan untuk usaha kecil dan menengah masing-masing meningkat 12,4% dan 9,6%, namun lain halnya dengan kredit untuk usaha mikro yang turun 14,3%, walaupun masih meningkat 4,7% bila dibandingkan dengan tahun 2016. Pemberian kredit kepada UMKM ini diperlukan untuk mengembangkan dan meningkatkan produktivitas industri terkait.

5.3.2 Bank DKI

Jumlah Bank DKI menurut Jenis 2017-2018

Konvensional Syariah

2017 2018

300250

232275

20 20

200150100

50

0

Sumber: Bank DKI

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 103

Jumlah kantor cabang Bank DKI per 31 Desember 2018 mencapai 295 cabang, meliputi 275 cabang konvensional dan 20 cabang syariah. Sepanjang tahun 2018, telah bertambah sebanyak 43 kantor cabang konvensional.

Jumlah Bank DKI Menurut Wilayah, 2018

Luar Jabodetabek

Jakarta Utara

Jakarta timur

Jakarta Selatan

Jakarta Pusat

Jakarta Barat

Syariah Konvensional

448

40

70

67

37

13

2

8

4

1

1

Sumber: Bank DKI

Bank DKI cabang konvensional terbanyak berada di Jakarta Timur dengan 70 kantor cabang, sedangkan cabang syariah terbanyak berada di Jakarta Selatan dengan 8 kantor cabang.

Kredit Pembiayaan Bank DKI 2016-2018(Miliar Rupiah)

40.000

24.871 27.132

34.700

2016 2017 2018

35.00030.00025.00020.00015.00010.000

5.000-

Kredit Pembiayaan Bank DKI Menurut Jenis 2018

Komersial & Korporasi

Konsumen

Syariah

Mikro dan Usaha Kecil

Fasilitas Kesejahteraan Karyawan

46%

33%

16%4%

1%

Sumber: Bank DKI

Kredit pembiayaaan yang diberikan oleh Bank DKI di tahun 2018 sebesar 34,7 Triliun Rupiah atau tumbuh sebesar 27,9%. Pertumbuhan ini mencapai 3 kali lipat bila dibandingkan dengan pertumbuhan pada tahun 2017. Sebanyak 46% dari pembiayaan tersebut digunakan untuk kebutuhan komersial dan korporasi, 33% untuk konsumen, 16% pada sektor Syariah, 4% untuk Usaha Mikro dan Kecil, dan 1% sisanya untuk Fasilitas Kesejahteraan Karyawan.

K

Bab 5. Ekonomi (Industri, Perdagangan, dan Perbankan)104

5.4 Ekspor Impor

5.4.1 Ekspor dan Impor Melalui DKI Jakarta

Ekspor dan Impor Melalui DKI Jakarta 2010-2018(Miliar USD)

Ekspor Impor

2010

120,0

100,080,060,0

40,0

20,0

-2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

70,1

36,1 32,5

88,996,9

39,648,1

90,1 84,671,1

48,1 46,4 46,0 51,7 54,5

93,9

71,481,8

Sumber: Badan Pusat Statistik

Sebagai salah satu unsur ekonomi makro, ekspor dan impor memainkan peranan penting dalam kestabilan ekonomi, khususnya harga-harga, tidak terkecuali di wilayah ibukota DKI Jakarta. Pada tahun 2018, nilai ekspor melalui DKI Jakarta mencapai 54,5 Miliar USD yang merupakan nilai ekspor tertinggi sejak 1999 atau naik 5,5% dari tahun 2017. Sedangkan, nilai impor mencapai 93,9 Miliar USD yang merupakan nilai impor tertinggi kedua sejak 1999 atau naik 14,9% dari tahun 2017. Impor tertinggi pernah dicapai di tahun 2012 dengan nilai 96,9 Miliar USD.

Neraca Perdagangan DKI Jakarta 2010-2018(Miliar USD)

0,0

- 10,0

- 20,0

- 30,0

- 40,0

- 50,0- 60,0

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018- 70,0

-34,0

-56,3 -57,3

-42,0-36,5

-24,7 -25,4-30,1

-39,4

Sumber: Badan Pusat Statistik, data diolah

Neraca perdagangan merupakan selisih antara nilai ekspor dengan impor, diukur menggunakan mata uang yang berlaku.  Neraca positif artinya terjadi surplus perdagangan yaitu nilai ekspor lebih tinggi dari impor dan sebaliknya untuk neraca negatif.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 105

Pada tahun 2018, neraca perdagangan bernilai -39,4 Miliar USD. Artinya, nilai impor lebih tinggi 39,4 Miliar USD dari ekspor. Neraca perdagangan melalui DKI Jakarta berada di titik terendahnya pada tahun 2012 dengan nilai -57,3 Miliar USD. Neraca perdagangan pernah bernilai positif di tahun 1999, 2000, 2002, dan terakhir 2003.

5.4.2 Kontribusi Produk DKI Jakarta Terhadap Ekspor Melalui DKI Jakarta

Persentase Ekspor Produk DKI Jakarta 2018

Jan

19,5%19,0%18,5%18,0%17,5%17,0%16,5%16,0%

Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des

17,3%

17,9%

19,0% 18,8% 18,5%

19,1%

18,0%18,3%

17,6%

18,5%18,2% 18,0%

Sumber: Badan Pusat Statistik, data diolah

Di tahun 2018, nilai ekspor melalui DKI Jakarta mencapai 54,5 Miliar USD, sementara nilai ekspor produk DKI Jakarta mencapai 9,9 Miliar USD atau berkontribusi sebesar 18,3%. Kontribusi produk DKI tertinggi dicapai di bulan Juni dengan 19,1%, sedangkan terendah di bulan Januari dengan 17,3%. Berdasarkan pelabuhan angkut, sebanyak 88% Ekspor melalui pelabuhan Tanjung Priok dan 12% melalui bandara Soekarno-Hatta. Berdasarkan kelompok barang utama, sektor migas hanya menyumbang 0,12%, sedangkan non-migas 99,88%.

5.4.3 Ekspor dan Import Melalui DKI Jakarta Menurut Komoditas

Ekspor Melalui DKI Jakarta 2017(Nilai dalam Juta USD)

10 Komoditas Utama Lainnya

17.266 33,4%

34.428 66.6%

Impor Melalui DKI Jakarta 2017(Nilai dalam Juta USD)

10 Komoditas Utama Lainnya

52.111 63,7%

29.652 36,3%

Sumber: Badan Pusat Statistik

K

Bab 5. Ekonomi (Industri, Perdagangan, dan Perbankan)106

Pada 2017, 10 komoditas utama ekspor DKI Jakarta berkontribusi sebesar 67% terhadap total ekspor DKI Jakarta. Tidak berbeda jauh, 10 komoditas utama impor DKI Jakarta juga turut berkontribusi sebesar 64% dari total impor.

Kesepuluh komoditas utama ekspor dan impor sebagai berikut:

10 Komoditas Utama Ekspor 2017 (Juta USD)

Ikan dan Udang

1.000- 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000

Plastik dan Barang dari Plastik

Perhiasan/Permata

Pakaian Jadi Bukan Rajutan

Karet dan Barang dari Karet

Barang Rajutan

Alas Kaki

Mesin-mesin/Pesawat Mekanik

Mesin/Peralatan Listrik

Kendaraan dan Bagiannya

1.337

1.859

2.452

2.899

3.031

3.117

4.232

4.256

5.009

6.238

10 Komoditas Utama Impor 2017 (Juta USD)

Berbagai Produk Kimia

Karet dan Barang dari Karet

Bahan Bakar Mineral

Perangkat Optik

Bahan Kimia Organik

Besi dan Baja

Plastik dan Barang dari Plastik

Kendaraan dan Bagiannya

Mesin/Peralatan Listrik

Mesin-mesin/Pesawat Mekanik

2.000- 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000

1.432

1.460

1.894

2.156

2.254

4.705

4.958

5.967

12.747

14.538

Sumber: Badan Pusat Statistik

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 107

5.4.4 Ekspor Melalui DKI Jakarta Menurut Negara Tujuan

Sumber: Badan Pusat Statistik

Pada tahun 2017, berdasarkan benua, sebanyak 60% ekspor DKI Jakarta dikirim ke Asia, 22% ke Amerika, 13% ke Eropa, 3% ke Australia dan Oceania, dan 2% sisanya ke Afrika. Sedangkan, ekspor DKI berdasarkan negara, USA menduduki peringkat pertama dengan 17,16%, diikuti dengan Jepang 9,01% dan Tiongkok 7,74%, kemudian disusul oleh negara-negara tetangga seperti Filipina 6,66%, Thailand 5,84%, dan Singapura 5,13%.

5.4.5 Impor Melalui DKI Jakarta Menurut Negara Asal

Sumber: Badan Pusat Statistik

Pada tahun 2017, berdasarkan benua, sebanyak 78% impor DKI Jakarta dikirim dari Asia, 11% dari Eropa, 7% dari Amerika, 3% dari Australia dan Oceania, dan 1% sisanya dari Afrika. Sedangkan, berdasarkan negara, Tiongkok menjadi negara pengimpor terbesar bagi DKI Jakarta dengan 26,48%, diikuti dengan Jepang 14,92%, Thailand 7,83%, Korea 6,62%, dan Singapura 6,08%.

EROPA13%

ASIA60%

AMERIKA22% AFRIKA

2%

AUSTRALIA & OCEANIA3%

AMERIKA7%

ASIA78%

AFRIKA1%

EROPA11%

AUSTRALIA & OCEANIA3%

K

Bab 5. Ekonomi (Industri, Perdagangan, dan Perbankan)108

5.5 Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di suatu daerah.

Perhitungan PDRB menggunakan dua jenis harga yaitu harga berlaku dan harga konstan. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) merupakan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada periode saat ini, sementara PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) dihitung dengan menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar dan saat ini menggunakan tahun 2010.

3.000,00

2.159,07

2016 2017 2018

2.365,36

PDRB ADHB (Triliun Rupiah) PDRB ADHK (Triliun Rupiah)

2.599,17

1.539,921.635,37 1.736,20

2.500,00

2.000,00

1.500,00

1.000,00

500,00

-

PDRB ADHB dan ADHK

Sumber: Badan Pusat Statistik

Pertumbuhan ADHB dan ADHK selalu positif. Sampai dengan akhir 2018, PDRB ADHB DKI Jakarta mencapai 2.599 Triliun Rupiah, sedangkan PDRB ADHK mencapai 1.736 Triliun Rupiah.

Pertumbuhan Ekonomi

2016

6,30%

6,20%

6,10%

6,00%

5,90%

5,80%

5,70%

5,60%2017 2018

5,85%

6,22%6,17%

Sumber: Badan Pusat Statistik

Pertumbuhan ekonomi diukur berdasarkan pertumbuhan PDRB ADHK. Pada tahun 2018, pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta mencapai 6,17%, turun 0,05 poin dari tahun 2017.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 109

210,08

228,00

248,31260,00

PDRB ADHB Per Kapita (Juta Rupiah)

250,00

240,00

230,00

220,00

210,00

200,00

190,002016 2017 2018

Sumber: Badan Pusat Statistik

PDRB per Kapita atau disebut juga dengan Pendapatan per Kapita menggambarkan pendapatan rata-rata penduduk di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu (biasanya dalam periode 1 tahun). PDRB per Kapita dihitung berdasarkan PDRB ADHB dibagi dengan jumlah penduduk. PDRB per kapita DKI Jakarta pada tahun 2018 mencapai Rp248,31 Juta/tahun. Artinya, rata-rata pendapatan penduduk DKI Jakarta mencapai Rp248,31 Juta/tahun atau Rp20,69 Juta/bulan, naik 8,9% dari tahun 2017.

Kontribusi 10 Sektor Utama PDRB 2018

9,6%

Top 10

Lainnya

90,4%

Sumber: Badan Pusat Statistik, data diolah

Berdasarkan PDRB ADHK, pada tahun 2018, 10 sektor utama berkontribusi sebesar 90,4%, sedangkan lainnya 9,6%. Hal ini tidak berbeda jauh dengan perbandingan kontribusi di tahun 2017, di mana 10 sektor utama berkontribusi sebesar 90,6%, sedangkan lainnya 9,4%.

K

Bab 5. Ekonomi (Industri, Perdagangan, dan Perbankan)110

10 Sektor Utama PDRB ADHK 2018 (Triliun Rupiah)

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan

Jasa Pendidikan 81

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Real Estate

Jasa Perusahaan

Jasa Keuangan dan Asuransi

Informasi dan Komunikasi

Konstruksi

Industri Pengolahan

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil

68

86

112

139

184

189

216

220

276

0 100 200 300

Sumber: Badan Pusat Statistik

Berikut ini merupakan 10 sektor utama PDRB ADHK tahun 2018. Perdagangan Besar, Eceran dan Reparasi Mobil & Sepeda Motor memiliki kontribusi terbesar dengan 15,9% atau Rp 276 Triliun. Diikuti oleh Industri Pengolahan 12,7%, Konstruksi 12,4%, Informasi dan Komunikasi 10,9% serta Jasa Keuangan dan Asuransi 10,6% dan lainnya.

5.6 Inflasi

5.6.1 Inflasi Tahunan

Inflasi Tahunan DKI Jakarta

2014 2015 2016 2017 2018

8,95

3,302,37

3,72 3,27

Sumber: Badan Pusat Statistik

Inflasi adalah kenaikan harga-harga, diukur berdasarkan pertumbuhan dari Indeks Harga Konsumen (IHK) dengan tahun dasar dan periode yang sama. Inflasi DKI Jakarta 2018 mencapai 3,27% atau lebih rendah 0,45 poin dari tahun sebelumnya. Inflasi tahun 2014 yang bernilai 8,95% merupakan inflasi terbesar sejak 2009.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 111

5.6.2 Inflasi Menurut Kelompok Pengeluaran

Sumber: Badan Pusat Statistik

Faktor utama inflasi tahun 2018 adalah meningkatnya harga Makanan Jadi, Rokok, dan Tembakau sebesar 4,96%. lalu disusul oleh inflasi Bahan Makanan (4,72%), Sandang (4,63%), dan Perumahan (2,99%). Bila dibandingkan dengan tahun 2017, inflasi Makanan Jadi, Rokok, dan Tembakau tetap nomor satu yakni sebesar 5,06%. Kemudian disusul oleh Sandang (4,98%), Transportasi dan Komunikasi (4,69%), serta Perumahan (3,54%).

5.6.3 Inflasi 2018 per Bulan

Inflasi Per Bulan DKI Jakarta 2018

Jan

0,430,37

0,09

0,450,48

0,26

0,06

Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des

0,03

0,28 0,30

0,60

-0,13

Sumber: Badan Pusat Statistik

Inflasi terbesar pada bulan Desember 2018 disebabkan oleh kelompok pengeluaran Bahan Makanan 1,83%, hal ini terutama disebabkan tingginya inflasi pada sub Kelompok Telur, Susu dan Hasil Olahannya yaitu sebesar 4,56%. Sebaliknya, DKI Jakarta pernah mengalami deflasi pada bulan September 2018 yakni sebesar -0,13%.

K

Bab 5. Ekonomi (Industri, Perdagangan, dan Perbankan)112

5.6.4 Indeks Harga Konsumen

Sumber: Badan Pusat Statistik

Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Perhitungan IHK mengacu pada tahun dasar, dengan rumus IHK = (Pn/Po)x100 Di mana, Pn = Harga sekarang dan Po = Harga pada tahun dasar.

Mulai Januari 2014 menggunakan tahun dasar baru 2012 (2012 = 100), di mana sebelumnya menggunakan tahun dasar 2007. IHK 2018 adalah 135,25. Artinya, pada tahun 2018 telah mengalami inflasi sebesar 35,25% bila diukur dari tahun 2012.

5.6.5 IHK Menurut Kelompok Pengeluaran

IHK Menurut Kelompok Pengeluaran

160

145,

8

153,

03

148,

47

155,

48

123,

54

129,

26

128,

92

132,

77

123,

36

126,

55

110,

85

113,

07

126,

23

127,

95

Makanan Jadi,Minuman,Rokok dan Tembakau

Pendidikan,Rekreasi dan

Olahraga

Transportasidan

Komunikasi

BahanMakanan

Sandang Perumahan Kesehatan

140

120

100

80

60

40

20

0

2017 2018

Sumber: Badan Pusat Statistik

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 113

Pertumbuhan IHK menyebabkan inflasi. Indeks makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau tahun 2018 sebesar 153,03, sedangkan tahun 2017 sebesar 145,80 sehingga mengalami inflasi 4,96%. Indeks bahan makanan tahun 2018 sebesar 155,48, sedangkan tahun 2017 sebesar 148,47 sehingga mengalami inflasi 4,72%.

5.6.6 IHK 2018 per Bulan

Indeks Harga Konsumen 2018 Per Bulan

Mei

132,82133,46

133,81 133,85 133,68134,05

134,45

135,25

Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des

Sumber: Badan Pusat Statistik

Secara bulanan di tahun 2018, IHK mengalami tren naik, artinya inflasi terus terjadi, kecuali pada bulan September di mana terjadi penurunan 0,17 poin dari bulan sebelumnya, artinya pada bulan September terjadi deflasi.

5.7 APBD dan Realisasi

70,00

60,4459,00

62,47

43,03 46,9250,72

64,82

53,78

44,21

Anggaran dan Realisasi 2015-2017

TRIL

IUN

RU

PIA

H

Anggaran Pendapatan Realisasi Pendapatan Realisasi Belanja

60,00

50,00

40,00

30,00

20,00

10,00

-2015 20172016

Sumber: Badan Pengelola Keuangan Daerah

Anggaran pendapatan DKI Jakarta di tahun 2018 mencapai 66,03 Triliun Rupiah atau naik sebesar 5,7% dibanding anggaran tahun 2017. Total pendapatan Pemprov DKI Jakarta pada tahun 2017

K

Bab 5. Ekonomi (Industri, Perdagangan, dan Perbankan)114

mencapai Rp64,82 Triliun atau telah memenuhi target dari anggaran yang telah ditetapkan. Jumlah tersebut meningkat 20,5% dari pendapatan tahun 2016 yakni Rp53,78 Triliun. Dibanding tahun 2015 dan 2016, hanya tahun 2017 yang telah memenuhi target pendapatan.

Persentase Belanja Daerah dan Sisa 2015-2017

Belanja Daerah Sisa

2015

0% 10%

78,2% 21,8%

12,8%

2,7%

87,2%

97,3%

20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

2017

2016

Sumber: Badan Pengelola Keuangan Daerah

Dari Rp64,82 Triliun pendapatan Pemprov DKI Jakarta pada tahun 2017, sebanyak Rp50,72 Triliun atau 78,2% telah dibelanjakan. Persentase pembelanjaan ini menurun dari tahun 2016 dan 2015 seiring dengan bertambahnya pendapatan.

Distribusi Realisasi Pendapatan 2017

Pendapatan Asli Daerah Pendapatan TransferPendapatan Lain-lain yang sah

3,0%

67,7%

29,3%

Belanja Operasi Belanja ModalBelanja Tak Terduga

Distribusi Realisasi Belanja Daerah 2017

78,19%

21,78%

0,03%

Sumber: Badan Pengelola Keuangan Daerah

Sebanyak 67,7% pendapatan Pemprov DKI Jakarta tahun 2017 berasal dari Pendapatan Asli Daerah yang meliputi Pendapatan Pajak Daerah, Pendapatan Retribusi Daerah, Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan Pendapatan Asli Daerah Lain-lain yang Sah. Sebanyak 29,3% lainnya berasal dari Pendapatan Transfer yang merupakan Dana Perimbangan dari pemerintah pusat yang sebagian besar merupakan Dana Bagi Hasil Pajak, serta 3% sisanya dari Pendapatan Lain-lain yang Sah.

Sedangkan 78,19% belanja daerah dialokasikan untuk Belanja Operasi yang meliputi Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, dll; sebanyak 21,78% untuk Belanja Modal yang meliputi Belanja Tanah, Belanja Peralatan dan Mesin, Belanja Gedung dan Bangunan, dll. Sedangkan, Belanja Tak Terduga hanya 0,03% dari distribusi Belanja Daerah.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 115

K

Bab 6. Politik, Hukum, dan Keamanan (Politik Dalam Negri dan Pengawasan, Hukum, dan Keamanan dan ketertiban)PB

B��06

P������, H����, D�� K�������

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 117

K

Bab 6. Politik, Hukum, dan Keamanan (Politik Dalam Negri dan Pengawasan, Hukum, dan Keamanan dan ketertiban)PB

Jumlah Permasalahan yang DisampaikanDelegasi MasyarakatKepada DPRD

JumlahKeputusanDPRD

Tahun PeraturanDaerah

KeputusanDewan

PrakarsaDewan

KajianHukum

2014 18 37 1 0 562015 5 42 0 0 472016 6 51 0 0 572017 6 82 1 0 89

Total

Tahun2014

18 Permasalahan

Tahun2016

65 PermasalahanTahun2015

22 Permasalahan

Tahun2017

49 Permasalahan

HUKUM

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 119

K

Bab 6. Politik, Hukum, dan Keamanan (Politik Dalam Negri dan Pengawasan, Hukum, dan Keamanan dan ketertiban)PB

Bab VIPOLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

6.1 Politik Dalam Negeri dan Pengawasan

6.1.1 Jumlah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Jumlah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Menurut Partai Politikdan Jenis Kelamin di Provinsi DKI Jakarta, Periode 2014-2019

20

15

10

5

0

18

10

52 2 1 0 0 0 0

10 10 109 9 96 5

PDI-P Gerindra Demokrat-PAN PKS PPP Hanura Golkar PKB Nasdem

Sumber: Sekretariat DPRD

Pada periode 2014-2019, jumlah kursi DPRD DKI Jakarta mengalami penambahan dari 94 kursi menjadi 106 kursi. Jumlah ini sudah sesuai dengan ketetapan Undang-Undang Republik Indonesia. Dalam UU Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu, anggota DPRD Provinsi maksimal 100 orang untuk kota yang memiliki penduduk antara 9-10 juta jiwa. Selain itu, berdasarkan UU Nomor 29 Tahun 2007 bahwa Pemprov DKI Jakarta sebagai ibu kota negara Indonesia diberikan kuota lebih sebanyak 25% dari ketentuan DPRD provinsi lainnya untuk jumlah anggota DPRD.

Sekitar 81% jumlah anggota DPRD DKI Jakarta merupakan anggota yang berjenis kelamin laki-laki. Jumlah anggota terbanyak berasal dari fraksi partai PDI-P dengan jumlah anggota laki-laki 18 orang dan perempuan 10 orang. Jumlah anggota terbanyak berikutnya yaitu dari fraksi Gerindra dan PKS dengan jumlah masing – masing 15 anggota dan 12 anggota.

6.1.2 Perkembangan Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Provinsi DKI Jakarta

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) adalah indikator komposit yang mengukur tingkat perkembangan demokrasi di Indonesia dalam tiga aspek, yaitu kebebasan sipil, hak-hak politik dan kelembagaan demokrasi. Metodologi penghitungan IDI menggunakan empat sumber data yaitu: (1) review surat kabar lokal, (2) review dokumen (Perda, Pergub, dll), (3) Focus Group Discussion (FGD), dan

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 121

K

Bab 6. Politik, Hukum, dan Keamanan (Politik Dalam Negri dan Pengawasan, Hukum, dan Keamanan dan ketertiban)120

(4) wawancara mendalam. Klasifikasi tingkat demokrasi dikelompokkan menjadi tiga kategori dalam skala 0 sampai 100, yakni “baik” untuk indeks > 80, “sedang” untuk indeks 60–80, dan “buruk” untuk indeks < 60.

Perkembangan IDI Provinsi DKI Jakarta, 2009-2017

100

2009 2010

DKI Jakarta Indonesia

73,9177,44 77,81 77,72

71,18

84,70 85,32

70,85

84,73

72,1170,0972,0273,04

63,7262,6365,4863,17

67,3

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

80

60

40

20

0

Buru

kSe

dang

Baik

Sumber: Badan Pusat Statistik Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Provinsi DKI Jakarta 2017 mengalami peningkatan sebesar 13,88 poin dari tahun 2016 dengan indeks mencapai 84,73. Peningkatan ini merupakan yang terbesar sepanjang periode tahun 2009–2017. Capaian kinerja demokrasi tersebut sudah berada pada kategori “baik”. Sedangkan, penurunan indeks terbesar ada di tahun 2016 sebesar 14,47 poin dengan indeks 70,85.

Selama periode 2009–2017, capaian kinerja demokrasi Provinsi DKI Jakarta tiga kali masuk dalam kategori “baik”, yakni pada tahun 2014, 2015 dan 2017. Indeks tertinggi terjadi pada tahun 2015 dengan angka mencapai 85,32, sedangkan indeks terendah ada di tahun 2016 dengan angka 70,85. Sementara, kinerja demokrasi secara nasional sepanjang periode tersebut belum pernah masuk dalam kategori “baik” dan selalu berada di bawah DKI Jakarta.

Perlu dipahami bahwa IDI nasional merupakan rerata dari capaian setiap provinsi. Dengan demikian, capaian sesungguhnya dari provinsi-provinsi di Indonesia tentu ada yang lebih buruk (di bawah rata-rata) dan ada yang lebih “baik” (di atas rata-rata) dari gambaran nasional ini.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 121

K

Bab 6. Politik, Hukum, dan Keamanan (Politik Dalam Negri dan Pengawasan, Hukum, dan Keamanan dan ketertiban)120

Indeks Demokrasi Indonesia pada Empat Provinsi Teratas, 2017

Bangka Belitung

80,1181,06

83,6184,73

Kalimantan Utara DI Yogyakarta DKI Jakarta

Baik

Sumber: Direktorat Politik dan Komunikasi Kementerian PPN/Bappenas

Berdasarkan publikasi yang dikeluarkan oleh Direktorat Politik dan Komunikasi Kementerian PPN/Bappenas terkait Indeks Demokrasi Indonesia 2017, DKI Jakarta meraih indeks tertinggi dibandingkan provinsi lainnya. Terdapat empat provinsi yang mencapai kinerja demokrasi dalam kategori “baik” yaitu DKI Jakarta (84,73 poin), DI Yogyakarta (83,61 poin), Kalimantan Utara (81,06 poin), dan Kepulauan Bangka Belitung (80,11 poin). Di luar keempat provinsi ini, provinsi lainnya menunjukkan capaian kondisi demokrasi dalam kategori “sedang”

Perkembangan Indeks Aspek IDI Provinsi DKI Jakarta, 2009-2017

91,65 92,46 93,50

52,20

86,09

92,30 89,9488,11

74,69

91,7283,26

87,12

67,54

56,19 58,3262,52

55,08

73,94

63,19

80,8683,19

88,81 88,7292,97

89,64

81,11

87,73

100

Buru

kSe

dang

Baik90

80

70

60

50

402009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Kebebasan Sipil Hak-hak Politik Lembaga Demokrasi

Sumber: Badan Pusat Statistik

Angka IDI Provinsi DKI Jakarta 2017 yang mencapai 84,73 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai indeks tiga aspek yaitu Kebebasan Sipil yang bernilai 87,73; Hak-hak Politik yang bernilai 80,86; dan Lembaga Demokrasi yang bernilai 87,12.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 123

K

Bab 6. Politik, Hukum, dan Keamanan (Politik Dalam Negri dan Pengawasan, Hukum, dan Keamanan dan ketertiban)122

Selama periode 2009–2017, aspek Kebebaasan Sipil merupakan aspek yang menyumbang kontribusi paling besar dalam IDI dibandingkan aspek lainnya. Selama periode tersebut, aspek ini selalu mencapai kondisi demokrasi dalam kategori “baik”. Selain itu, aspek Lembaga Demokrasi juga hanya di tahun 2013 dan 2016 yang capaian kinerja demokrasinya dalam kategori “sedang”, lainnya dalam kategori “baik”. Sedangkan, aspek Hak-hak Politik hanya di tahun 2015 dan 2017 yang capaian kinerja demokrasinya dalam kategori “baik”, bahkan pada tahun 2009, 2010, 2011 dan 2013 capaian kinerja demokrasinya dalam kategori “buruk”.

6.2 Hukum

Jumlah Permasalahan yang Disampaikan Delegasi Masyarakat Kepada DPRD, 2013-2017

2013

70605040302010

02014 2015 2016 2017

49

65

221831

Sumber: Badan Pusat Statistik

Jumlah Permasalahan Yang Disampaikan Delegasi MasyarakatKepada DPRD Menurut Jenis Permasalahan, 2013-2017

Pasar/Pedagang Kaki Lima

2013 2014 2015 2016 2017

121415

30

24

13

8

222222

64 333 3 3 3

1111

6766 555

Pertanahan dan Tempat TinggalTenaga Kerja Perjudian, Narkoba dan Tempat MaksiatPembangunan Transportasi

Lain-lainPemerintahan dan Politik Sumber: Badan Pusat Statistik

Berdasarkan data Sekretariat DPRD Provinsi DKI Jakarta, jumlah permasalahan terbanyak yang disampaikan delegasi masyarakat kepada DPRD yaitu sebanyak 65 laporan pada tahun 2016. Jumlah ini didominasi oleh permasalahan pertanahan dan tempat tinggal dengan jumlah 30 laporan. Sedangkan, pada tahun 2013 dan 2015 jumlah permasalahan terbanyak yaitu terkait pemerintahan dan politik

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 123

K

Bab 6. Politik, Hukum, dan Keamanan (Politik Dalam Negri dan Pengawasan, Hukum, dan Keamanan dan ketertiban)122

dengan jumlah masing-masing yaitu 13 dan 24. Sementara, pada tahun 2017 jumlah permasalahan terbanyak terkait pertanahan dan tempat tinggal serta pemerintahan dan politik dengan jumlah masing-masing 14 dan 12 laporan.

Jumlah Keputusan DPRD Menurut Jenisnya 2013-2017

2013

Peraturan Daerah Keputusan Dewan Prakarsa Dewan

13

50

18

3742

51

82

1

2014 2015 2016 2017

1 05 6 6

0 1

Sumber: Badan Pusat Statistik

Keputusan DPRD yang dimaksud dalam buku ini yaitu peraturan daerah, keputusan dewan, prakarsa dewan dan kajian hukum. Namun, selama periode 2013–2017 tidak ada keputusan DPRD terkait kajian hukum sehingga tidak dimasukkan dalam bagan di atas. Keputusan dewan merupakan keputusan DPRD terbanyak pada setiap tahunnya. Pada tahun 2017 jumlah keputusan DPRD sebanyak 89 keputusan yang mencakup 82 Keputusan Dewan, 6 Peraturan Daerah dan 1 Prakarsa Dewan.

6.3 Keamanan dan Ketertiban Masyarakat

Jumlah Kejahatan/Pelanggaran Kamtibmas Menurut Kabupaten/Kota Administrasi, 2017

2500

53

1.858

Kep. Seribu Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara

1.561 1.6211.990

1.5642000

1500

1000

500

0

Sumber: Badan Pusat Statistik

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 PB

K

Bab 6. Politik, Hukum, dan Keamanan (Politik Dalam Negri dan Pengawasan, Hukum, dan Keamanan dan ketertiban)124K

124

Jumlah Kejahatan/Pelanggaran Kamtibmas Menurut Jenis DanKabupaten/Kota Administrasi, 2017

Pembunuhan

Kep. Seribu

48 1617

1 349

539

492

345

165

117 24

516 37 10 8214

142

3315

3 198

7491

2

309

1.25

1

72 63 86121

662 4 9

111 21

7 392 50

713

588453317212337

130

323

237

5980 646 731

Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara

Perkosaan Penganiayaan Berat PengerusakanPenipuanPencurian Pencurian dengan Kekerasan

Pencurian Biasa NarkotikaPencurian dengan PemberatanPencurian Kendaraan Bermotor

Sumber: Badan Pusat Statistik

Jenis kejahatan/pelanggaran kamtibmas yang tercatat dalam Polda Metro Jaya DKI Jakarta sebanyak 18 jenis kejahatan yaitu pembunuhan, perkosaan, penganiayaan ringan, penganiayaan berat, penculikan, pembakaran dengan sengaja, pengrusakan, pencurian dengan pemberatan, pencurian, pencurian dengan kekerasan, pencurian dalam keluarga, penipuan, penadahan, pencurian kendaraan bermotor, pencurian biasa, narkotika, obat keras, dan demonstrasi. Namun, untuk pelanggaran yang berjumlah kosong maupun di bawah 10 tidak dimasukkan dalam laporan ini seperti penganiayaan ringan, pembakaran dengan sengaja, demonstrasi, penculikan, pencurian dalam keluarga, penadahan dan obat keras.

Jumlah pelanggaran kamtibmas di DKI Jakarta selama periode 2017 sebanyak 8.647 pelanggaran. Pelanggaran narkotika merupakan pelanggaran terbanyak di setiap wilayah dengan jumlah 3.749 atau sekitar 43% dari seluruh pelanggaran di DKI Jakarta. Kejahatan terbanyak berikutnya yaitu penipuan dan pencurian dengan pemberatan dengan jumlah masing-masing sebanyak 1.522 dan 1.077.Sedangkan Jakarta barat merupakan wilayah dengan jumlah pelanggaran kamtibmas terbanyak dengan jumlah 1.990. Jumlah ini didominasi oleh pelanggaran atas narkotika dengan jumlah 1.251 atau 63% dari jumlah pelanggaran di Jakarta Barat. Bahkan jumlah pelanggaran narkotika di Jakarta Barat merupakan jumlah terbanyak di antara wilayah lainnya.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 125

K

Bab 6. Politik, Hukum, dan Keamanan (Politik Dalam Negri dan Pengawasan, Hukum, dan Keamanan dan ketertiban)PBK

125

Jumlah Kantor Polisi Menurut Wilayah KepolisianDan Kabupaten/Kota Administrasi, 2017

1600

1400

1200

1000

800

600

400

200

0

181

663515

743

587500

69

1.2981.431

1.0191.122

808

Polres/Resta Polres/Sekta/Pospol

Kep. Seribu Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara

Sumber: Badan Pusat Statistik

Berdasarkan data Polda Metro Jaya DKI Jakarta jumlah kantor polres maupun polsek di DKI Jakarta sebanyak 12.125 kantor. Jumlah kantor polsek di setiap wilayah DKI Jakarta memiliki jumlah terbanyak dibandingkan jumlah kantor polres kecuali di wilayah Kepulauan Seribu. Jumlah kantor polsek terbanyak ada di wilayah Jakarta Timur dengan jumlah 1.431 kantor polisi. Sedangkan, jumlah kantor polres terbanyak ada di wilayah Jakarta Pusat sebanyak 743 kantor polisi.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 127

B��07

I����������

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 129

Kebencanaan di DKI Jakarta, 2018

BENCANA 2018

Sepanjang tahun 2018, total kejadian bencana yang terjadi di DKI Jakarta sebanyak 1.074 yang bersifat fluktuatif setiap bulannya

Kebakaran

Banjir

Konflik Sosial

Kejadian Luar Biasa

Tanah Longsor

Puting Beliung

Pohon Tumbang692

46

23

10

249

46

8

160

8979 78 81 84

68 7691

7284

157

115140

120

100

80

60

40

20

0

JanuariFebruari

MaretApril Mei

Juni JuliAgustus

SeptemberOktober

November

Desember

Kebencanaan DKI Jakarta Menurut Jenisnya, 2018

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 131

Bab VIIINSIDENSIAL

7.1 Bencana Alam

160

8979 78 81 84

68 7691

7284

157

115140

120

100

80

60

40

20

0

JanuariFebruari

MaretApril Mei

Juni JuliAgustus

SeptemberOktober

November

Desember

Jumlah Kebencanaan di DKI Jakarta, 2018

Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Sepanjang tahun 2018, total kejadian bencana yang terjadi di DKI Jakarta sebanyak 1.074 yang bersifat fluktuatif setiap bulannya. Kejadian bencana tertinggi terjadi pada bulan November dengan jumlah 157 kejadian. Hal ini disebabkan karena pada bulan tersebut memang terjadi banjir dan puting beliung terbanyak dibanding bulan lainnya. Sedangkan kejadian bencana terendah terjadi pada bulan Juni yakni sebanyak 68 kejadian.

Kebencanaan DKI Jakarta Menurut Jenisnya, 2018

Kebakaran (692) Tanah Longsor (8)

Puting Beliung (10)

Pohon Tumbang (249)

Banjir (46)

Konflik Sosial (23)

Kejadian Luar Biasa (46)

Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah

K

Bab 7. Insidensial (Bencana Alam dan Penyakit Menular)132

Jika dilihat berdasarkan jenisnya, sepanjang tahun 2018 kejadian bencana terbanyak adalah kebakaran yakni 692 kejadian, kemudian pohon tumbang 249 kejadian , banjir 46 kejadian, kejadian luar biasa 46 kejadian, konflik sosial 23 kejadian, tanah longsor 8 kejadian, dan puting beliung 10 kejadian. Artinya sebesar 64,43% bencana yang terjadi di DKI Jakarta adalah kebakaran, selanjutnya pohon tumbang sebesar 23,18% yang disebabkan karena puting beliung sebesar 0,93%, kemudian ada banjir dan longsor sebesar 4,28%.

Kejadian Bencana Menurut Bulan, 2018

Desember

November

Oktober

September

Agustus

Juli

Juni

Mei

April

Maret

Februari

Januari

Kebakaran

Konflik Sosial Pohon Tumbang

Tanah Longsor Banjir Puting Beliung

Kejadian Luar Biasa

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

54

59

59

65

61

79

65

63

57

42

43

45 7 1

1

1

1

1

1

1 1

8

7

12

82

3

33

32 449

3

3

2

2

11 4

5 2

4

4

6

10 9 3

2

2

4 6

453

3

2 20

24

30 6

6

6

Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Sepanjang tahun 2018, setiap bulannya bencana yang paling banyak terjadi di DKI Jakarta adalah kebakaran, dan pohon tumbang. Rata-rata kebakaran terjadi sebanyak 57 kali setiap bulannya. Kebakaran terbanyak terjadi pada bulan Agustus sebanyak 79 kejadian. Kemungkinan hal ini disebabkan karena dari bulan Juli hingga Agustus merupakan musim kemarau (dilihat dari tidak ada kejadian banjir pada bulan tersebut). Tanah longsor selama tahun 2018 terjadi pada bulan Februari, Maret, Mei, Oktober, dan November. Kejadian longsor terbanyak terjadi pada bulan November, yakni sebanyak tiga kali. Longsor ini salah satunya bisa disebabkan oleh banjir. Sepanjang tahun 2018, banjir terjadi hampir setiap bulannya kecuali dari bulan Juni hingga September. Banjir terbanyak terjadi pada bulan November dan Desember, masing-masing tujuh dan sembilan kejadian. Tahun 2018, bencana puting beliung terjadi pada bulan Januari sebanyak satu kejadian, Februari sebanyak dua kejadian, dan Oktober hingga Desember, masing-masing dua dan tiga kejadian. Kejadian pohon tumbang di DKI Jakarta cukup banyak. Selama tahun 2018 selalu ada pohon yang tumbang setiap bulannya. Kejadian pohon tumbang terbanyak terjadi pada bulan November yakni sebanyak 82 pohon, dan yang terendah pada bulan Juni hanya sebanyak tiga pohon. Selain bencana alam, di DKI Jakarta juga terjadi bencana seperti konflik sosial dan kejadian luar biasa seperti kapal terbakar, orang tenggelam, atau bangunan roboh. Selama tahun 2018, terjadi sebanyak 23 konflik sosial, dimana konflik terbanyak terjadi pada bulan Mei yakni 10 kejadian. Untuk kejadian luar biasa, rata-rata terjadi sebanyak empat kejadian setiap bulannya.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 133

Total RW Terdampak Banjir, 2018

Jakarta Barat Jakarta Pusat Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Utara

106100

139

176

Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Dari 46 kejadian banjir di DKI Jakarta pada tahun 2018, total RW yang terkena dampak banjir berjumlah 368 RW yang tersebar dalam lima wilayah kota. RW yang banyak terkena banjir adalah Jakarta Timur sebanyak 139 RW. Kemudian ada di Jakarta Barat sebanyak 106 RW, Jakarta Selatan sebanyak 100 RW, dan Jakarta Utara sebanyak 17 RW. Sedangkan, RW yang terkena banjir paling sedikit adalah Jakarta Pusat hanya enam RW.

Ketinggian Air Akibat Banjir, 2018

Min Max Rata-rata

300

44

2

Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Dari 46 kejadian banjir tersebut, rata-rata banjir di DKI Jakarta memiliki ketinggian 44 cm. Adapun ketinggian air maksimum adalah 300 cm atau tiga meter, sedangkan ketinggian terendah adalah dua cm. Untuk ketinggian air diatas satu meter tersebar di dua wilayah DKI Jakarta yakni di Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur. Ketinggian air tertinggi ini paling banyak terjadi pada bulan Februari.

K

Bab 7. Insidensial (Bencana Alam dan Penyakit Menular)134

Penyebab Kebakaran, 2018

2%2%

Kompor Gas Pembakaran SampahTabung GasKorsleting Listrik

LainnyaPuntung rokokPercikan Api/Las

3%3%

71%

11%

8%

Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Kebakaran paling banyak disebabkan oleh korsleting listrik yakni sebesar 71%, kemudian 11% disebabkan karena tabung gas, 3% karena kompor gas serta pembakaran sampah, 2% karena percikan api/las serta puntung rokok. Sementara 8% disebabkan oleh beberapa hal seperti anak kecil yang bermain api, dupa ibadah, obat bakar nyamuk, sengaja dibakar orang, dan masih dalam investigasi.

Tempat Kejadian Kebakaran, 2018

Rumah Makan 2,62%

2,91%

3,49%

4,51%

4,80%

57,27%

Kontrakan

Gedung

Gudang

Ruko

Rumah Tinggal

Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Berdasarkan tempat kejadian, kebakaran paling banyak terjadi di rumah tinggal yakni sebesar 57,27%, selanjutnya 4,80% terjadi di ruko, 4,51% terjadi di gudang, 3,49% terjadi di gedung, 2,91% terjadi di kontrakan, 2,62% terjadi di rumah makan, dan sisanya sebanyak 24,42% tersebut terjadi di bengkel, kios, pabrik, toko, warung, lapak, rumah bedeng, apartemen, mall, dll.

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 135

Persentase Jumlah Kerugian Akibat Kebakaran, 2018

0,29%

10,32%

37,50%

48,98%

0,00%

>5 m

1-5 M

50 jt-0,99 M

<50 jt

10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00%

Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Kerugian akibat kebakaran tertinggi dengan jumlah kurang dari 50 juta sebesar 48,98%, selanjutnya 50 juta-0,99 Miliar sebesar 37,50%, 1-5 Miliar sebesar 10,32%, dan >5 M sebesar 0,29%, sedangkan sisanya 2,91% masih dalam pendataan. Pada kerugian dengan jumlah <50 juta hingga 1-5 Miliar paling banyak terjadi di rumah tinggal yang disebabkan oleh korsleting listrik. Sementara untuk kerugian di atas 5 Miliar terjadi di pabrik dan gudang yang disebabkan oleh percikan api/las.

7.2 Penyakit Menular

Jumlah Penderita Penyakit Menular

30000 18.00016.00014.00012.00010.0008.0006.0004.0002.000-

25000

20000

15000

10000

5000

2015

Total Laki-laki Perempuan

2016 20170

Sumber: Dinas Kesehatan

Jumlah penderita penyakit menular yang terjadi di DKI Jakarta meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2016 terjadi kenaikan hampir tiga kali lipat dari tahun sebelumnya, dan pada tahun 2017 terjadi kenaikan empat kali lipat dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2017, jumlah penyakit menular meningkat tajam hingga mencapai 26.000 orang, dibandingkan dengan tahun 2015 yang masih 1.300 orang. Peningkatan ini terjadi salah satunya disebabkan karena penderita mulai sadar untuk melaporkan dirinya ke rumah sakit agar mendapat pertolongan.

K

Bab 7. Insidensial (Bencana Alam dan Penyakit Menular)136

Penderita penyakit menular pada tahun 2015 dan 2016 lebih banyak laki-laki dibanding perempuan. Namun, pada tahun 2017, jumlah penderita perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki yakni 59,24% perempuan dan 40,76% laki-laki.

Jumlah Penderita Penyakit Menular Menurut Usia

≤ 4 Tahun 5 - 14 Tahun

18.253

33483 961

6.084

2.1071.308425135 28 35 107 4661 256 874

2.23246

15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun 25 - 49 Tahun

2015 2016 2017

≥ 50 Tahun

Sumber: Dinas Kesehatan

Selama periode 2015–2017 jumlah penderita penyakit menular terbanyak adalah usia 20-49 tahun yakni sebanyak 29.806 orang atau sebesar 89,31%. Usia tersebut adalah usia produktif dimana masih besar kemungkinan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Berdasarkan kelompok umur, penderita penyakit menular terbanyak berada pada rentang usia 25 hingga 49 tahun, yakni berjumlah 21.359 orang. Selanjutnya pada usia 20-24 tahun yang berjumlah 8.447 orang. Tiap tahunnya terjadi peningkatan jumlah penderita penyakit menular menurut kelompok umur. Peningkatan yang signifikan terjadi pada kelompok umur 25 hingga 49 tahun.

Jumlah Penderita Penyakit Menular Menurut Jenisnya

HIV AIDS SYPHILIS

1.115 1.715

6.610

116

19.638

3.4791026000

2015 2016 2017

Laki-lakiPerempuan

HIV

27%

73%

Laki-lakiPerempuan

AIDS

83%

17%

Laki-lakiPerempuan

SYPHILIS

67%

33%

Sumber: Dinas Kesehatan

KBuku Statistk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2019 137

Berdasarkan jenis penyakit menular, jumlah penyakit menular terbanyak dari 2015–2017 adalah Syphilis, kemudian HIV dan AIDS. Jumlah penderita penyakit Syphilis mencapai 23.219 orang selama 2015–2017. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2017, yang naik hampir lima kali lipat dari tahun sebelumnya. Tidak ada penderita penyakit AIDS di tahun 2016. Hal ini bisa disebabkan karena memang tidak ada penderita yang melapor ke rumah sakit sehingga tidak terdata oleh Dinas Kesehatan. Menurut jenis kelamin, jumlah penderita penyakit HIV dan AIDS terbanyak adalah laki-laki, yakni masing-masing 73% dan 83%. Namun, untuk penyakit Syphilis jumlah penderita terbanyak adalah perempuan, yakni sebesar 67%.

K

137

CATATAN:

CATATAN:

Pusat Pelayanan Statistik Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik

Provinsi DKI JakartaJalan Medan Merdeka Selatan 8-9 Blok H

Lt.13, Jakarta 10110