perancangan perpustakaan umum dengan ...digilib.unila.ac.id/57142/14/skripsi tanpa bab...

106
PERANCANGAN PERPUSTAKAAN UMUM DENGAN KONSEP LEARNING COMMONS DI BANDAR LAMPUNG (Skripsi) Oleh: Dhea Anggraini Mangunang PROGRAM STUDI S1 ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Upload: others

Post on 27-Dec-2019

44 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERANCANGAN PERPUSTAKAAN UMUM DENGAN KONSEP

LEARNING COMMONS DI BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh:

Dhea Anggraini Mangunang

PROGRAM STUDI S1 ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

ABSTRAK

PERANCANGAN PERPUSTAKAAN UMUM DENGAN KONSEP

LEARNINGCOMMONS DI BANDAR LAMPUNG

Oleh

DHEA ANGGRAINI MANGUNANG

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan terbukti

tentang peringkat indeks pengembangan manusia (Human Development

Index), dimana Indonesia Penurunan peringkat dalam hal pendidikan,

Menurunnya kualitas pendidikan Indonesia memiliki berbagai macam

factor salah satunya adalah kurangnya kesadaraan akan Pendidikan dan

kurangnya minat membaca masayarakat padahal pemerintah menyediakan

fasilitas perpustakaan di setiap daerahnya. Namun kenyataannya masih

banyak masyarakat yang kurang tertarik untuk datang ke perpustakaan,

bahkan sampai ada yang tidak tahu bahwa di daerah tempat tinggalnya ada

perpustakaan daerah. Penyebabnya bisa jadi adalah kurang nyamannya

tempat yang disediakan, sulitnya pengunjung dalam menemukan buku, dan

kurang menariknya perpustakaan tersebut.

Perpustakaan yang ideal adalah perpustakaan yang dapat mewadahi dan

mengikuti perkembangan pola aktivitas masyarakat. Perubahan pola

aktivitas tersebut seperti pola belajar yang tidak perorangan lagi melaikan

kelompok, perpustakaan sebagai tempat berdiskusi, perpustakaan sebagai

tempat pertemuan dan perpustakaan yang menfasilitasi teknologi masa kini.

Maka dari itu dengan adanya konsep Learning Commons ini diharapkan

dapat membantu mewujudkan segala kebutuhan masyarakat generasi digital

di zaman modern ini dengan membuat sesuatu yang fleksibel dan tidak

monoton diharapakan mampu menjawab permasalahan perpustakaan masa

kini dan dapat terwujud secara sepenuhnya.

Kata Kunci : Perpustakaan, Learning Commons, Generasi Digital

PERANCANGAN PERPUSTAKAAN UMUM DENGAN KONSEP

LEARNING COMMONS DI BANDAR LAMPUNG

Oleh:

DHEA ANGGRAINI MANGUNANG

(Skripsi)

Sebagai Salah Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Arsitektur

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bengkulu, pada tanggal 05 Desember 1996.

Merupakan anak Kedua dari Tiga bersaudara, yang terlahir dari pasangan suami

istri, Bapak Drs. M.Husni Thamrin,.M.P dan Ibu Dra. Elia Betty.

Pendidikan Taman Kanak – kanak (TK) Pertiwi, Manna, Bengkulu Selatan,

Bengkulu, 2002, Pendidikan Sekolah Dasar Negeri 1 Yukum Jaya, Lampung

Tengah, Lampung 2008, Pendidikan Sekolah Menengah Pertama, SMP Negeri 2

Poncowati, Lampung Tengah, Lampung, 2011, dan sekolah menengah akhir

(SMA) di Madrasah Aliya, MAN 1 Terbanggi Besar, Lampung, 2014.

Pada tahun 2014 Penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Program Studi

S1 Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa

penulis aktif mengikuti organisasi di Himpunan Mahasiswa Arsitektur

(HIMATUR) Unila, dan juga aktif mengikuti organisasi Dewan Perwakilan

Mahasiswa (DPM) Fakultas Teknik Unila.

PERSEMBAHAN

Bismillahirahmanirahim..

Karya Ilmiah ini akan saya persembahkan kepada ayahanda dan

ibunda tercinta. Saya sangat berterimakasih sebesar – besarnya atas

dukungan materil dan doa – doanya.

Yang Kedua, Terimakasih Kepada Teman – teman Arsitektur 2014

atas gelak tawa dan solidaritasnya, terimakasih karena telah menjadi partner

seperjuangan selama 5 tahun terakhir ini.

Dan terimakasih yang terdalam Especially untuk Zulfahmi Afif,

M.Hariansyah Putra, Intiyas P Wibisono, dan HQ CORP. Terimakasih

kalian udah jadi partner curhat dan selalu support selama 5 tahun ini. “you

are one of best part in my life guys”hehe.

SANWACANA

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tujuan YME yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan

Skripsi ini.

Skripsi dengan judul “Perancangan Perpustakaan Umum dengan

Konsep Learning Commons di Bandar Lampung” adalah salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana Arsitektur di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih pada semua

pihak yang dengan tulus ikhlas membantu dan meluangkan waktu untuk

saya baik dari segi pikiran maupun materil, langsung maupun tidak

langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Terima kasih

yang sebesar – besarnya saya ucapkan kepada :

1. Tuhan YME karena telah memberikan hidayah yang sebesar –

besarnya sehingga dapat menjalankan Persiapan Tugas Akhir ini

dengan lancar.

2. Kedua Orang Tua yang senantiasa memberikan support dan doa

yang tiada henti, serta dukungan fasilitas dan finansial.

3. Drs. Nandang.,M.T. selaku Ketua Jurusan S1 Teknik Arsitektur

Fakutas Teknik Universitas Lampung.

4. MM. Hizbullah Sesunan,.S.T,.M.T. selaku dosen pembimbing

utama yang dengan sabar membimbing serta memberikan

masukan – masukan yang bermanfaat.

5. Yunita Kesuma,.S.T,.M.Sc. selaku dosen pembimbing utama

yang dengan sabar membimbing serta memberikan masukan –

masukan yang bermanfaat.

6. Teman – teman Arsitektur angkatan 2014 yang telah membantu

dan memberikan dorongan, saran, dan kritikan yang

membangun.

7. Semua pihak yang ikut andil dalam Tugas Akhir ini yang tidak

bisa disebutkan satu persatu oleh penulis. Terimkasih atas

bantuan dan sarannya.

Bandar Lampung, April ,2019

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……………………………………………………………... i

DAFTAR TABEL ……………………………………………………... vi

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………... vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ……………………………………………………. 1

1.2. Rumusan Masalah …………………………………………………. 5

1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………. 5

1.4. Batasan Penelitian………………………………………………….. 5

1.5. Manfaat Penelitian ………………………………………………... 6

1.6. Metode Pengumpulan Data………………………………………… 6

1.7. Sistematika Pembahasan…………………………………………… 7

1.6. Kerangka Pikir…………...………………………………………… 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Perpustakaan…...………………………………………… 10

2.1.1. Pengertian Perpustakaan ..…………………………………. 10

2.1.2. Tujuan Perpustakaan …...…………………………………. 10

2.1.3. Fungsi Perpustakaan ..……………………………………. 13

2.1.4. Jenis Perpustakaan ..……………………………………….. 15

ii

2.1.5. Kegiatan Perpustakaan ..………………………………….. 17

2.2. Tinjauan Perpustakaan Modern ..………………………….………. 17

2.2.1. Pengertian Modern …..…………………………………. 17

2.2.2. Pengertian Arsitektur Modern ……………………………. 21

2.2.3. Pengertian Perpustakaan Modern ………………………… 23

2.3. Tinjauan Learning Commons ..………………………….……….. 27

2.3.1. Pengertian Learning Commons ...………………………… 27

2.3.2. Karakteristik Learning Commons ………………………… 30

2.3.3. Learning Commons Pada Perpustakaan Umum…………… 33

2.3.4. Komponen Kunci Learning Commons ...………………… 39

2.4. Studi Kasus ……………...………………………….………….. 39

2.4.1. Seattle Public Library ………. ...………………………… 39

2.4.2. Perpustakaan Tianjin Binhai .....………………………… 58

2.4.3. James B. Hunt Jr. Library, Raleigh, N.C.………………… 70

2.4.4. Kesimpulan Studi Kasus.………………….……………… 75

BAB III METODE PERANCANGAN

3.1. Studi Literatur ……………...………………………….………….. 76

3.2. Sumber Data ……………...………………………….………….. 76

3.3. Waktu Penelitian ...………...………………………….………….. 77

3.4. Teknik Pengumpulan Data ...………………………….………….. 77

3.5. Metode Analisis Data ...…...………………………….………….. 80

iii

BAB IV ANALISIS DAN KONSEP TAPAK PERENCANAAN

4.1. Analisa Konsep Makro....………………………………………… 82

4.1.1. Kondisi Site………………………………………………. 83

4.1.2. Potensi Kota Bandar Lampung Sebagai Lokasi Terpilih…. 83

4.2. Analisa Kontekstual ..…...………………………………………… 84

4.2.1. Lokasi ……………….. ..…………………………………. 84

4.2.2. Potensi di sekitar tapak …......……………………………. 85

4.2.3. Analisa Pencapaian dan Sirkulasi Tapak …………………. 87

4.2.4. Analisa dan Konsep Pencapaian ………………………….. 87

4.2.5. Analisa dan Konsep Orientasi Bangunan …….………….. 89

4.2.6. Analisa dan Konsep Kebisingan ………..…….………….. 91

4.2.7. Analisa dan Konsep Zonifikasi. ………..…….………….. 92

4.2.8. Analisa dan Konsep Klimatologi. ………..…….……….. 93

BAB V PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN

5.1. Analisa Kebuuhan Ruang .……………………………………… 102

5.2. Dimensi Kebutuhan Ruang .……………………………………… 104

5.2.1. Kebutuhan Ruang ……...…………………………………. 104

5.3. Analisa Aspek Bangunan .………………………..……………… 109

5.3.1. Sistem Massa Bangunan ……...………..…..……………. 109

5.3.2. Analisa tata ruang dalam ……...………..…..……………. 112

5.4. Analisa besaran ruang luar ………………………..……………… 118

5.4.1. Analisa ruang parkir … ……...………..…..…………….. 118

iv

5.5. Alur Sirkulasi ………….………………………..……………… 121

5.6. Alur Skematik ………….………………………..……………… 123

5.7. Analisa Program Ruang……………………………..…………….. 127

5.8. Analisa Sistem Struktur……………………………..…………….. 129

5.9. Material Struktur.…………………………………..………….….. 134

5.10. Sistem Utilitas …………………………………..……………….. 135

5.10.1. Sistem Jaringan Air Bersih dan Air Kotor …………..…… 136

5.10.2. Sistem Jaringan Listrik ……………………………..…… 139

5.10.3. Sistem Pencahayaan …………………..…………..…… 140

5.10.4. Sistem Proteksi Kebakaran …………..…………..……. 141

5.10.5. Sistem Keamanan ………..…………..…………..……. 144

5.10.6. Teknologi ……….………..…………..…………..……. 146

BAB VI KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

6.1. Konsep Tata Ruang Dalam ……………….……………………. 151

6.1.1. Konsep Zonasi Tata Ruang Dalam ..….…………………. 152

6.1.2. Integrasi Antar Ruan……………… ….…………………. 152

6.2. Konsep Sirkulasi dan Pencapaian ……………………………….. 155

6.2.1. Sirkulasi Kendaraan …..…………………………………. 156

6.2.2. Parkir …………..…..…………………………………. 157

6.2.3. Sirkulasi Pejalan Kaki …..………………………………. 158

6.2.4. Konsep Landscape …..…..………………………………. 159

6.3. Konsep Perancangan Arsitektur ……………………………….. 161

6.2.1. Konsep Gubahan Massa …..……………………………. 161

v

6.2.2. Konsep Fasade Bangunan ………………………………. 162

6.4. Konsep Struktur ………….……………………………………. 165

6.5. Material Bangunan …………..…………………………………. 167

6.6. Konsep Utilitas …………………………………………………. 168

6.6.1. Konsep Jaringan Air Bersih dan Air Kotor …………….. 168

6.6.2. Konsep Jaringan Listrik ………………....…………….. 169

6.6.3. Konsep Penghawaan ………………....………………… 170

6.6.4. Konsep Pencahayaan ………………....………………… 172

6.6.5. Konsep Transportasi dalam Bangunan ....……………… 173

6.6.6. Konsep Keamanan …………………….....……………… 175

6.6.7. Konsep Penangkal Petir ………………....……………… 176

6.6.8. Konsep Penanggulangan Kebakaran …....……………… 177

6.6.9. Konsep Pembuangan Sampah …………....……………… 178

BAB VII PENUTUP

7.1. Kesimpulan………………..……………….……………………. 179

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

Tabel.1 Kesimpulan dari Studi Kasus.……………………………. 75

Tabel.2 Unit pelayanan pengunjung …………..………………….. 106

Tabel.3 Unit penunjunang pelayanan pengunjung..………………. 107

Tabel.4 Unit Service………………………………………………. 108

Tabel.5 Unit staff pengelola…………….…….…………………... 108

Tabel.6 Bentuk Dasar Massa……………………………………… 110

Tabel.7 Analisa Sirkulasi Horizontal…………..…………………. 113

Tabel.8 Analisa Ruang Parkir………………………….…………. 118

Tabel.9 Analisa Parkir Pengunjung…………...………………….. 118

Tabel.10 Analisa Parkir Pengelola….........………………………... 119

Tabel.11 Konsep Strukur ………………………………………….. 165

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1. Tabel Kerangka Pikir…………………………………….. 9

Gambar 2.1. Contoh Arsitektur Modern pada Perpustakaan ………….. 22

Gambar 2.2. Contoh Perpustakaan Modern ……………………………. 27

Gambar 2.3. Komponen Kunci Learning Commons…………………... 39

Gambar 2.4. Konsep Seatlle Public Library …….……………………. 46

Gambar 2.5. Contoh tata ruang dalam Seatlle Public Library…………. 43

Gambar 2.6. Contoh Ilustrasi Seatlle Public Library…………………... 47

Gambar 2.7. Contoh Program Ruang Seatlle Public Library………….. 48

Gambar 2.8. Koleksi Buku Sistem Sirkulasi Spiral …………………... 52

Gambar 2.9. Detail Struktur….........…………………………………... 54

Gambar 2.10. Detail Material…………………………………………... 56

Gambar 2.11. Tampilan Fasad Tianjin Library.………………………... 58

Gambar 2.12. Tata Ruang Dalam..……………………………………... 60

Gambar 2.13. Tata Ruang Dalam 2....……………………………………. 61

Gambar 2.14. Tata Ruang Dalam 3………………………………………. 63

Gambar 2.15. Tampilan Fasad Tianjin Library………………………… 63

Gambar 2.16. Tampilan Interior Tianjin Library………………………. 64

Gambar 2.17. Zonasi Ruang………….………………………………… 67

Gambar 2.18. Sirkulasi dan Program Ruang…………………………… 68

viii

Gambar 2.19. Ekterior Media Library..…………………………………. 73

Gambar 2.20. Site Plan…...………..……………………………………. 73

Gambar 2.21. Pencahayaan di dalam bangunan..….……………………. 75

Gambar 2.22. Contoh sudut yang menarik di Perpustakaan.……………. 76

Gambar 2.23. Contoh sudut yang menarik di Perpustakaan……..……… 77

Gambar 2.24. Gambar Denah…...………………………………………. 78

Gambar 2.25. Zoning dan Sirkulasi...…………………………………… 79

Gambar 2.26. Sirkulasi Sirkulasi………………………………………… 80

Gambar 4.1 Analisa Makro..……………..……………………………. 83

Gambar 4.2 Lokasi Site Perencanaan..………………………………… 84

Gambar 4.3 Peta Lokasi Site Perencanaan…..………………………… 85

Gambar 4.4 Foto Sekitar Lokasi Tapak…..…………………………… 86

Gambar 4.6 Peta Lokasi Analisa Pencapaian……..…………………... 89

Gambar 4.7 Analisa Orientasi Bangunan……………………………… 90

Gambar 4.8 Konsep Orientasi Bangunan……………………………… 90

Gambar 4.9 Analisa Kebisingan….…………………………………… 92

Gambar 4.10 Konsep Kebisingan…………….………………………… 92

Gambar 4.11 Analisa Zonafikasi……………………………………….. 94

Gambar 4.12 Konsep Zonafikasi……………………………………….. 95

Gambar 4.13 Pembagian Zonafikasi …………………………………… 97

Gambar 4.14 Analaisa Matahari……………………………………….. 97

Gambar 4.15 Konsep Matahari………………………………………… 98

Gambar 4.16 Analisa Angin …………………………………………… 99

Gambar 4.17 Konsep Angin ………………………………………….... 100

ix

Gambar 5.1 Hubungan Skematik Program Ruang Secara umum…….. 123

Gambar 5.2 Hubungan Skematik Unit Pelayanan Pengunjung………. 124

Gambar 5.3 Hubungan Skematik Unit P. Pelayanan Pengunjung……. 125

Gambar 5.4 Hubungan Skematik Staff Pengelolah…………….……... 125

Gambar 5.5 Hubungan Skematik Staff Pengelolah……………….…... 126

Gambar 5.6 Skematik Ruang…………………………………..……… 127

Gambar 5.7 Buble Ruang……………………………………………... 128

Gambar 5.8 Buble Ruang……………………………………………... 128

Gambar 5.9 Buble Ruang…………………………………………....... 129

Gambar 5.10 Contoh Struktur Rangka Baja ………………………….... 133

Gambar 5.11 Contoh Penggunaan Mesh Glass………………………… 134

Gambar 5.12 Contoh Bangunan yang menggunakan LED…………….. 135

Gambar 5.13 Sistem Jaringan air Bersih……………………………….. 137

Gambar 5.14 Sistem Jaringan Listrik…………………………………... 139

Gambar 5.15 Contoh Labeling buku dengan sensor anti maling............. 145

Gambar 5.16 Contoh Gambar Sensor Anti Maling……………………. 145

Gambar 5.17 Contoh Konfigurasi Jaringan Komputerisasi………….... 147

Gambar 5.18 Contoh gambar tablet reader…………………………….. 149

Gambar 5.19 Contoh penggunaan computer pencarian………………... 154

Gambar 5.20 Contoh Komputer Pencarian…………………………….. 150

Gambar 6.1 Penjabaran konsep learning commons………................... 151

Gambar 6.2 Pembagian ruang berdasarkan konsep………..................... 153

Gambar 6.3 Skema Zonasi Horizontal……………………………….. 154

Gambar 6.4 Elemen ruang pendukung interaksi………………........... 154

x

Gambar 6.5 Konsep sirkulasi kendaraan…………………………….. 155

Gambar 6.6 Konsep Parkir…………………………………………... 156

Gambar 6.7 Konsep sirkulasi pejalan kaki…………………………... 157

Gambar 6.8 Contoh vegetasi peredam kebisingan………………. ….. 158

Gambar 6.9 Konsep tata hijau……………………………………….. 159

Gambar 6.10 Konsep jenis tanaman ………………………………….. 160

Gambar 6.11 Contoh batik Lampung untuk Fasad…………………… 163

Gambar 6.12 Tone warna untuk perpustakaan……………………….. 164

Gambar 6.13 Conton tone warna untuk perpustakaan………………... 164

Gambar 6.14 Kaca jenis stropsol……………………………………... 167

Gambar 6.15 Kaca transparan………………………………………… 168

Gambar 6.16 Konsep jaringan air bersih……………………………... 168

Gambar 6.17 Konsep jaringan air kotor……………………………… 169

Gambar 6.18 Konsep jaringan listrik………………………………… 169

Gambar 6.19 Konsep kerja solar panel………………………………. 170

Gambar 6.20 konsep arah sirkulasi angin…………………………... 171

Gambar 6.21 Cara kerja penghawaan buatan……………................... 172

Gambar 6.22 Konsep pencahayaan alami………………………….... 176

Gambar 6.23 Pencahayaan buatan di ruang perpustakaan……….….. 173

Gambar 6.24 Konsep penggunaan atap…………………………….... 178

Gambar 6.25 Konsep penggunaan tangga…………………………… 174

Gambar 6.26 Jenis escalator yang akan digunakan….………………. 178

Gambar 6.27 Jenis lift yang akan digunakan………………………… 179

Gambar 6.28 Konsep keamanan koleksi…………………………….. 175

xi

Gambar 6.29 Konsep penangkal petir……………………………….. 176

Gambar 6.30 Konsep pengelolahan sampah ………………………… 178

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini

dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2014) tentang peringkat

indeks pengembangan manusia (Human Development Index), yaitu

komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, dan kesehatan yang

menunjukan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin

menurun. Diantara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-

113 tahun (2013), ke-110 tahun (2014). (CNN Indonesia, 2017, Ranking

indeks Pengembangan Manusia). Sedangkan tingkat pendidikan di

Lampung saat ini berada di nomer 3 (tiga) dari belakang dengan tingkat

pendidikan cukup rendah. Predikat ini cukup memprihatinkan dunia

pendidikan di Lampung.1

1 Deri sisnanda,S.S,MA,Ph.D “Pendidikan Lampung Nomer Tiga Terendah”, diakses dari ,pada tanggal 15 januari

2019.

2

Menurunnya kualitas pendidikan Indonesia memiliki berbagai

macam faktor, salah satunya adalah minat baca masyarakat Indonesia yang

masih rendah2. Wakil Ketua Komisi X DPR RI3, dilansir dari website liputan

6 mengatakan minat baca masyarakat Indonesia termasuk rendah yakni

berada di kisaran 0,001 persen. Hal ini berarti dari 1000 masyarakat, hanya

1 orang yang memiliki minat baca. Rendahnya minat baca ini dikhawatirkan

Sutan akan sangat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia dan bangsa

Indonesia. (Liputan6, 2016, Ini Penyebab Rendahnya Minat Baca

Masyarakat Indonesia.).

Kepala dinas perpustakaan dan kearsipan Provinsi Lampung Herlina, warga

negara kepada RRI mengungkapkan, sarana dan prasarana penunjung yang

belum memadai, menjadi salah satu unsur utama dalam menumbuh

kembangkan minat baca ditengah masyarakat. Dari 2.640 desa di lampung,

baru 678 desa yang punya perpustakaan, itupun bahan bacaannya belum

memenuhi standar. Selain itu harga buku bacaan yang mahal juga menjadi

penyebab utama masyarakat enggan membeli buku bacaan,”4

Salah satu alternatif untuk membaca buku tanpa harus membayar

mahal adalah dengan membaca buku di perpustakaan. Namun dalam

kenyataannya masih banyak masyarakat yang kurang tertarik untuk datang

ke perpustakaan, bahkan sampai ada yang tidak tahu bahwa di daerah

tempat tinggalnya ada perpustakaan daerah.

2Sutan Adil Hendra, “ Penyebab Rendahnya Minat Baca Masyarakat indonesia dari

https://www.liputan6.com/news/read/2514698/ini-penyebab-rendahnya-minat-baca-masyarakat-indonesia, pada

tanggal 1 january 2019 3Wakil ketua Komisi DPR RI Periode 2014 - 2019 4Herlina, “Penyebab Minat Baca di Lampung Rendah,” dari http://rri.co.id/post/berita/

438659/daerah/ini_penyebab_minat_baca_di_lampung_rendah.html, pada tanggal 1 january 2019

3

Penyebab dari kurangnya minat masyarakat untuk datang

keperpustakaan terdapat beberapa faktor yang bisa terbagi menjadi 2(dua),

yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal dalam hal ini dapat

berupa kondisi dari perpustakaan itu sendiri, misalnya kurangnya fasilitas,

kurang nyamannya tempat yang disediakan, dan sulitnya pengunjung dalam

menemukan buku yang tersedia sampai dengan kurang lengkapnya buku

yang tersedia di perpustakaan tersebut. Faktor eksternal dapat berupa

sulitnya jangkauan dan akses menuju perpustakaan tersebut.

Dalam proses memahami isi dari bacaan buku, faktor yang paling

mendukung salah satunya adalah tingkat kenyamanan dari ruang yang

diciptakan perpustakaan tersebut, sehingga dibutuhkannya suatu konsep

desain yang dapat mewujudkan tingkat kenyamanan yang sesuai dengan

kebutuhan pengguna bangunan itu sendiri.

Kini perpustakaan tidak lagi hanya sekedar tempat memajang

koleksi buku yang dilengkapi dengan sudut membaca, ataupun sekedar

dilengkapi dengan mesin pencari digital (katalog digital) saja, perpustakaan

kini dituntut untuk terus berkembang dengan munculnya berbagai fasilitas

baik untuk kegiatan pokok maupun penunjangnya. Perpustakaan umum

yang dengan misinya melayani masyarakat luas yang bersinggungan

teknologi digital. Dengan tujuan memberikan informasi secara Cuma –

Cuma kepada masyarakat, perpustakaan umum menjadi sumber daya vital

terutama dalam masyarakat yang di dominasi oleh kehadiran internet. Bagi

mereka yang tidak memiliki akses digital perpustakaan digunakan sebagai

peluang untuk meningkatkan ekuitas digital. Sebuah survei 2010 yang

4

dilakukan oleh Bill dan Melinda Gates Foundation menemukan bahwa

“67% perpustakaan adalah satu-satunya penyedia komputer dan akses

internet publik gratis di komunitas mereka."

Perpustakaan pada masa depan lebih mengutamakan ruangan yang

nyaman dan menfasilitasi berbagai kegiatan masyarakat. Konsep yang

dikembangkan adalah mendekatkan perpustakaan dengan masyarakat

dengan cara memberikan fasilitas tempat dan berbagai sumber daya untuk

menfasilitasi berbagai kegiatan masyarakat untuk melakukan interaksi

sosial. Interaksi sosial yang dimaksud adalah diskusi, workshop, pertemuan

komunitas dan pengembangan kreativitas, dll. Membuka pintu terhadap

semua kegiatan masyarakat yang bersifat positif dan membangun. Secara

ringkas, "apapun kegiatannya tidak menjadi soal, selama dilaksanakan di

perpustakaan". Perpustakaan yang modern diharapkan dapat mampu

menyediakan fasilitas – fasilitas modern dan tidak hanya itu perpustakaan

modern juga harus bisa menjadi sesuatu yang sustainable bagi pengguna

dan bagi lingkungan sekitarnya

Perpustakaan ideal adalah perpustakaan yang mampu mewadahi dan

mengikuti perkembangan pola aktivitas masyarakat dalam mencari

informasi. Perubahan pola belajar kelompok, kecondongan pemanfaatan

teknologi digital untuk mencari literatur digital daripada literatur fisik,

pemanfaatan ruang belajar yang fleksibel dan menarik. Oleh karenanya,

pemilihan konsep learning commons ini diharapkan dapat membantu

mewujudkan tipe perpustakaan ideal pada zaman sekarang ini

5

Rumusan Masalah

a. Bagaimana menciptakan desain perpustakaan untuk belajar, berdiskusi,

dan menambah wawasan dengan mengikuti perkembangan yang sangat

pesat di masa kini?

b. Bagaimana mewujudkan penerapan konsep learning commons ke dalam

desain perpustakaan modern?

Tujuan Penelitian

a. Mendapatkan rumusan konsep perencanaan dan perancangan

Perpustakaan dengan penerapan arsitektur modern dengan pendekatan

konsep learning commons Perpustakaan agar dapat menarik minat

masyarakat.

b. Dapat merumuskan konsep perencanaan dan perancangan dengan aspek

peruangan yang dapat memfasilitasi semua kebutuhan dari masyarakat

abad ke – 21 ini.

Batasan Penelitian

Batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

- lingkup disiplin ilmu Arsitektur untuk membahas

perwujudan konsep perancangan.

- Hal-hal diluar disiplin ilmu arsitektur sejauh masih

berpengaruh pada perwujudan konsep perancangan akan

dibahas dengan disiplin ilmu penunjang.

6

- Program, proses, macam dan sifat dari kegiatan di dalamnya

disesuaikan dengan pedoman dan standar yang berlaku.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ouput :

- Tercapainya Rancangan Bangunan Perpusakaan.

Outcome :

- Dapat meningkat presentase membaca masyarakat

khususnya masyarakat Lampung.

- Dapat menarik perhatian dan meningkatkan minat membaca

masyarakat Lampung.

Metode Pengumpulan Data

Metode yang dilakukan dalam pengumpulan data untuk Tugas Akhir

di lakukan dalam beberapa cara yang diantaranya sebagai berikut :

1. Studi literatur

Dalam menyusun landasan teori, penulis melakukan studi literatur yang

didapat dari referensi buku – buku, majalah desain, media internet. Yang

ada pada umumnya di gunakan untuk lebih membantu dan menambah

wawasan dalam perancangan.

2. Wawancara

7

Wawancara di gunakan untuk memperkuat landasan teori, penulis juga

melakukan beberapa wawancara dengan orang yang bersangkutan di

dalam sebuah perpustakaan.

3. Studi Kasus

Studi banding digunakan untuk membandingkan Perpustakaan satu dan

lainnya agar dapat melihat fasilitas, dan juga system yan ada di

bangunan tersebut.

Sistematika Pembahasan

Agar kajian penelitian ini dapat tersaji dengan baik dan terarah,

maka diperlukan sistematika pembahasan dalam bentuk sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, metodologi

penelitian, sistematika pembahasan, dan kerangka pikir.

BAB II. TINJAUAN TEORI

Berisi data-data literatur mengenai Perpustakaan Modern.

BAB III. METODE PENELITIAN

Berisi tentang metode yang digunakan dalam penelitian. Metode

yang digunakan adalah experimental yang merupakan suatu tindakan

pengamatan maupun percobaan dimana dalam penelitian ini peneliti

mencoba menggabungkan beberapa variabel menjadi suatu kesatuan yang

baru.

8

BAB IV. ANALISIS TAPAK PERENCANAAN

Berisi tentang analis tapak perencanaan atau analisa eksisting di

dalam tapak perencanaan di luar site maupun di di dalam site perancangan.

BAB V. PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN

PERANCANGAN

Berisi tentang kajian / analisa perencanaan yang pada dasarnya

berkaitan dengan pendekatan aspek fungsional, aspe kinerja, aspek teknis,

aspek kontekstual, dan aspek visual arsitektur.

BAB VI. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Membahas konsep perencanaan yang akan di gunkaan untuk

merancang Perpustakaan Modern, seperti konsep penacapaian, konsep

gubahan massa, konsep utillitas, konsep struktur dll.

DAFTAR PUSTAKA

9

Kerangka Pikir

Diagram 1. 1 Kerangka Pikir

Sumber : Analisa Pribadi, 2018

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Perpustakaan

2.1.1. Pengertian Perpustakaan

Perpustakaan berasal dari kata dasar pustaka. Dalam Kamus

Umum Bahasa Indonesia kata Pustaka memiliki arti kitab atau buku,

sedangkan dalam bahasa inggris Perpustakaan dikenal dengan nama

library. Library berasal dari bahasa latin liber atau libri yang

Perpustakaan berasal dari kata dasar pustaka. Dalam Kamus

Umum Bahasa Indonesia kata pustaka memiliki arti kitab atau buku,

sedangkan dalam bahasa inggris perpustakaan dikenal dengan nama

library. Library berasal dari bahasa latin liber atau libri yang artinya

buku. dari kata lain tersebut didapatlah istilah libraries yang

mempunyai arti tentang buku. di dalam bahasa asing lainnya

perpustakaan sering disebut dengan nama bibliotheek dalam bahasa

Belanda, bibliothek dalam bahasa jerman, bibliotheque dalam

bahasa Perancis, bibliotheca dalam bahasa Spanyol, bibliotheca

dalam bahasa Portugis. Semua istilah tersebut berasal dari kata

biblia yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti buku atau kitab.

11

Jadi isilah library atau biblia akan selalu dikaitkan dengan buku atau

bahan pustaka.

Menurut Sulistio Basuki (1991: 3) dalam bukunya

menyatakan bahwa Perpustakaan yaiu “sebuah ruangan atau gedung

yang dipergunakan untuk menyimpan buku atau bahan pustaan

lainnya yang disusun menurut sistem tertentu”

Jadi pengertian Perpusakaan secara umum adalah sebuah

bangunan fisik yang di dalamnya menyimpan berbagai jenis koleksi

baik terceak maupun tidak tercetak yang bermanfaat bagi para

pengguna dalam mencari sebuah informasi.

2.1.2. Tujuan Perpustakaan

Setia Perpustakaan memiliki tujuan yang ingin dicapai

seperti Perpustakaan lainnya, begitu pula dengan Perpustakaan

umum, Berikut beberapa tujuan Perpustakaan menurut ahli :

Menurut Hermawan dan Zulfikar (2006:31), menyatakan

bahwa tujuan Perpustakaan umum adalah:

1. Memberikan kesempatan kepada warga masyarakat untuk

menggunakan bahan pustaka dalam meningkatkan pengetahuan

keterampilan dan kesejahteraan

2. Menyediakan informasi yang murah, mudah, cepat dan tepat

yang berguna bagi masyarakat dalam kehidupannya sehari –

hari.

12

3. Membantu dalam pengembangan dan pemberdayaan komunitas

melalui penyediaan bahan pustaka dan informasi.

4. Bertindak sebagai agen kultural, sehingga menjadi pustaka

utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitar dan

5. Memfasilitasi masyarakat untuk belajar sepanjang hayat.

Menurut Manifesto Perpustakaan Umum UNESCO yang

dikutip oleh Sulistyo, (1993:46), menyatakan bahwa perpustakaan

umum mempunyai 4 tujuan utama yaitu :

1. Memberikan kesempatan bagi umum untuk membaca bahan

pustaka yang dapat membantu meningkatkan mereka kearah

kehidupan yang lebih baik.

2. Menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat dan murah

bagi masyarakat, terutama informasi mengenai topik yang

berguna bagi mereka dan yang sedang hangat dalam kalangan

masyarakat.

3. Membantu warga untuk mengembangkan kemampuan yang

dimilikinya sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi

masyarakat sekitarnya, sejauh kemampuan tersebut dapat

dikembangkan dengan bantuan bahan pustaka.

4. Bertindak selaku agen kultural, artinya perpustakaan umum

merupakan pusat utama kehidupan sosial budaya bagi

masyarakat sekitarnya. Perpustkaan umum bertugas

menumbuhkan apresiasi budaya masyarakat sekitarnya dengan

cara menyelenggarakan pameran budaya, ceramah, pemutaran

13

film, dan penyediaan informasi yang dapat meningkatkan

keikutsertaan, kegemaran dan apresiasi masyarakat terhadap

sesuatu.

Dari uraian ujuan Perpustakaan umum diatas dapat

disiimpulkan tujuan dari Perpustakaan umum adalah untuk

menyediakan sumber informasi kepada masyarakat secara cepat dan

tepat sesuai kebutuhan, dan dapat juga digunakan untuk

memfasilitasi masyarakat untuk belajar sepanjang hayat yang

nantinya akan membawa masyarakat ke kehidupan yang lebih baik.

2.1.3. Fungsi Perpustakaan

Untuk mencapai tujuan di atas maka perpustakaan harus

menjalankan fungsinya dengan baik.Menurut Yusuf (1995:23),

fungsi perpustakaan umum adalah:

1. Fungsi Informatif, segala informasi yang dimiliki perpustakaan

umum sanggup menjawab segala pertanyaan yang diajukan oleh

segenap anggota masyarakat. Sumber informasinya berpotensi

memberitahukan atau memberikan informasi kepada segenap

anggota masyarakat yang membutuhkannya.

2. Fungsi Edukatif, segala informasi yang dimiliki Perpustakaan

umu dimaksudkan untuk mendidik segenap anggota masyarakat

yang memanfaatkannya, termasuk anggota masyarakat yang

belum sempat menggunakannya.

14

3. Fungsi Rekreatif, koleksi yang disediakan perpustakaan umum

banyak yang berisi informasi ringan, artinya tidak mendalam

seperti halnya pada perpustakaan – perpustakaan khusus. Hal ini

disebabkan kondisi masyarakat yang yang dilayani sangat

beragam, baik pada tingkat pengetahuan, pendidikan, maupun

usianya sehingga sumber informasi yang disediakan pun harus

disesuaikan dengan keragaman kondisi masyarakat.

Sedangkan menurut Samosir (2004:8), Perpusakaan Umum

sebagai perangkat dan bagian yang tidak lepas dari sisem

pembelajaran sepanjang hayat berfungsi sebagai :

1. Pusat informasi, menyediakan informasi yang dibutuhkan

masyarakat pemakai;

2. Preservasi kebudayaan, menyimpan dan menyediakan tulisan -

tulisan tentang kebudayaan masa lampau, kini dan sebagai

pengembangan kebudayaan di masa yang akan datang

3. Pendidikan, mengembangkan dan menunjang pendidikan non

formal diluar sekolah dan universitas dan sebagai pusat

kebutuhan penelitian.

4. Rekreasi, dengan bahan - bahan bacaan yang bersifat hiburan

perpustakaan umum dapat digunakan oleh masyarakat pemakai

untuk mengisi waktu luang.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan fungsi

perpustakaan umum adalah sebagai fungsi informatif, edukatif,

15

rekreatif, yang sistem pembelajarannya dapat dilakukan sepanjang

hayat sebagai pusat informasi, preservasi budaya, dan pendidikan.

2.1.4. Jenis Perpustakaan

Menurut Sulistio Basuki (1991: 42-52) ada beberapa jenis

perpustakaan diantaranya:

1. Perpustakaan Internasional

Perpustakaan International yaitu Perpustakaan yang

didirikan oleh 2 negara atau lebih, dimana Perpustakaan

merupakan bagian dari sebuah organisasi international.

2. Perpustakaan National

Perpustakaan Nasional merupakan perpustakaan utama

yang didirikan di ibu kota negara dan paling komprehensif dalam

melayani keperluan informasi dan para penduduk.

3. Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang dibiayai

oleh dana umum terbuka untuk umum atau terbuka bagi siapa saja

tanpa memandang jenis kelamin, agama, ras, usia, pandangan

politik dan pekerjaan.

4. Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan sekolah yaitu perpustakaan yang terdapat

pada sebuah sekolah dan dikelola sepenuhnya oleh sekolah yang

bersangkutan dengan tujuan membantu sekolah dalam mencapai

tujuan pendidikan yang diinginkan.

16

5. Perpustakaan Pribadi

Perpustakaan swasta atau perpustakaan pribadi yaitu

perpustakaan yang dikelola oleh pihak swasta atau pribadi yaitu

perpustakaan yang dikelola oleh pihak swasta atau pribadi dengan

tujuan melayani keperluan bahan pustakan bagi kelompok,

keluarga, atau individu tertentu.

6. Perpustakaan Khusus

Perpustakaan khusus merupakan perpustakaan yang

terdapat di sebuah departemen, lembaga negara, lembaga

penelitian organisasi masa, industri maupun perusahaan swasta.

Perpustakaan khusus mempunyai koleksi buku yang hanya

terbatas pada beberapa disiplim ilmu saja dan keanggotaan

perpustakaan terbatas pada sejumlah anggota yang ditentukan

oleh kebijakan perpustakaan.

7. Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi ialah perpustakaan yang

terdapat dilingkungan perguruan tinggi yang bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan informasi masyarakat perguruan tinggi

yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi masyarakat

perguruan tinggi yaitu para dosen, mahasiswa, dan staff pegawai

yang terdapat di lingkungan perguruan tinggi tersebut.

Berdasarkan pernyataan tersebut diatas maka dapat

disimpulkan bahwa ada beberapa jenis perpustakaan yaitu

perpustakaan international, perpustakaan nasional, perpustakaan

17

umum, perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi,

perpustakaan khusus dan perpustakaan pribadi.

2.1.5. Kegiatan Perpustakaan

Kegiatan pokok yang dilakukan dalam perpusakaan yang

direncanakan adalah kegiatan penyediaan materi pustaka dan

menyediakan ilmu pengetahuan dan informasi, yang terdiri dari :

1. Kegiatan penunjang Perpusakaan

a. Kegiatan Seminar

b. Kegiatan Diskusi

c. Pameran dan Bedah Buku

2.2. Tinjauan Modern

2.2.1. Pengertian Modern

Kata modern berasal dari Bahasa latin moderna yang berarti

masa kini, terbaru atau mutakhir. Modern juga bisa berarti sikap atau

cara berpikir serta cara bertindak sesuai dengan tuntutan jaman

Istilah modern ini terutama ditunjukan untuk perubahan

sistem kehidupan, dalam konteks lebih luas peradaban yang bersifat

baru. Kapan perubahan itu mulai terjadi sulit untuk diketahui, hanya

saja ada orang yang mengira, misalnya orang mengatakan pada

zaman Renaissance gejala perubahan itu sudah keliatan. Ada juga

18

yang mengatakan perubahan Drastic terjadi pada masa Revolusi

industry, diteruskan dengan revolusi kebudayaan. Pada Negara

tertentu yang di tandai oleh terjadinya perubahan politik yang sangat

medasar.

Perlu didasari bahwa perubahan peradaban tersebut tidak

dilewati begitu saja. Setiap langkah perubahan sering mendatangkan

kegocangan dibidang Social, bidang politik, ekonomi dan bidang –

bidang lainnya. Berbagai bentuk persiapan untuk melaksanakan

perubahan harus direncanakan secara baik dan cermat untuk

memudahkan bagaiman memulainya maupun untuk menghadapi

akses yang akan ditimbulkannya di dalam berbagai pranata social.

Tujuannya agar proses perubahan tersebut sesuai dengan harapan

dan dapat pula memajukan kehidupan masyarakat pendukungnya

serta meminimalisir dampak negatifnya proses yang seperti ini

dinamakan modernisasi.

Dalam buku modernisasi dinamika pertumbuhan karangan

alex inkeles menguraikan sembilan sikap mental modern yang dapat

mendukung proses modernisasi yaitu :

a) Manusia modern memiliki kesediaan memiliki kesediaan untuk

menerima pengalaman – pengalaman yang baru dan keterbukaan

terhadap inovasi. Dalam hal ini penekanannya adalah pada alam

fikiran, kesiagaan dan ketersediaan batin menerima sesuatu yang

baru dalam kehidupan

19

b) Manusia memiliki sikap modern mampu membuat opini dan

mengutarakannya pada orang lain dengan penuh rasa tanggung

jawab. Opini meliputi semua kejadian di lingkungan

kehidupannya. Tetapi ia juga dapat menerima dan menghargai

pendpat orang lain. Yang lebih penting lagi adalah mampu

menganalisis berbagai pemikiran yang mungkin bermanfaat

untuk kepentingan bersama.

c) Orang modern sangat menghargai waktu. Waktu yang telah

berlalu disadari dan diyakini tidak dapat di ulang kembali. Oleh

karena itu dia berorientasi untuk masa yang akan datang

d) Orang modern bekerja menurut rencana terprogram, baik

rencana jangka pendek maupun jangka panjang. Setiap program

kerja sudah difikirkan untung ruginya dikemudian hari.

e) Setiap orang modern yang berkeyakinan akan kemampuannya

(percaya diri), dengan belajar akan dapat meningkatkan

kemampuannya dalam menguasai atau menyesuaikan diri

dengan lingkungan. Dengan demikian terkandung makna bahwa

kegagalan bukan suatu hal yang menharuskan dia berputus asa

f) Manusia modern tidak percaya begitu saja pada keadaan.

Berbagai keadaan dapat diperhitungkan secara tertib dan

dikerjakan menurut rasio. Ini berarti selalu melakukan

pendekatan ilmiah.

g) Manusia modern sangat menjunjung tinggi harga diri fitrah

manusia, sadar akan martabat manusia, mulai dari anak-anak

20

sampai lanjut usia. Dalam hal ini tentu terkandung makna bahwa

penjajahan dan eksploitasi tidak berkenaan di hati mereka.

h) Manusia modern sangat berorientasi pada implementasi ilmu

dan teknologi. Dalam hal ini lebih mengutamakan kemanfaatnya

untuk kelangsungan hidup, bukan prestasinya.

i) Orang modern lebih sadar dan percaya bahwa ganjaran yang

diterima sesuai dengan apa yang telah diusahakannya. Dan tidak

mau menerima apa-apa yang tidak ada hubungannya dengan

usahanya.

Penegertian atau definisi Modernisasi menurut Para Ahli Sosiologi

:

1. Menurut Ogburn dan Nimoff, menyatakan bahawa Modernisasi

adalah suatu usaha untuk mengarahkan masyarakat agar dapat

memproyeksikan diri ke masa depan yang nyata dan bukan pada

angan – angan.

2. Menurut Soerjono Soekanto, menyatakan bahwa modernisasi

adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang biasanya terarah

dan didasarkan pada suatu perencanaan (Social Planning).

3. Menurut Wibert E. Moore, menyatakan bahwa modernisasi

adalah suatu transformasi adalah suatu transformasi total

kehidupan bersama dalam bidang teknologi dan organisasi sosial

dari tradisional dari yang tradisional ke arah pola – pola

ekonomis dan politikus yang didahului oleh negara - negara

barat yang telah stabil.

21

4. Menurut Astrid S. Susanto, menyatakan bahwa modernisasi

adalah suatu proses pembangunan yang memberikan

kesempatan ke arah perubahan demi kemajuan.

5. Menurut Koentjaraningrat, menyatakan bahwa modernisasi

adalah usaha untuk hidup sesuai dengan zaman dan keadaan

dunia sekarang.

2.2.2. Pengertian Arsitektur Modern

Arsitektur Modern adalah suatu istilah yang diberikan

kepada sejumlah bangunan dengan gaya karakeristik yang

mengutamakan kesederhanaan bentuk dan menghapus segala

macam ornament. Karakter ini disinyalir perama muncul pada

sekitar tahun 1900. Pada tahun 1940 gaya ini telah diperkuat dan

dikenali dengan gaya inernasional dan menjadi bangunan yang

dominan untuk beberapa decade dalam abad ke – 20 ini.

Arsitek Frank Llyod Wright adalah yang sangat berpengaruh

dalam perkembangan arsitektur modern di Eropa. Melalui karya-

karya gedung tingginya yang tersebar, Wright merupakan salah satu

dari sekian banyaknya arsitek yang sangat berpengaruh dalam dunia

perarsitekturan

Beberapa pendapat tentang Arsitektur Modern :

22

a. Bentuk mengikuti fungsi (form follows function) yang

dicetuskan oleh pemahat Horatio Greenough atau yang lebih

dikenal sebagai Louis Sullivan.

b. Sedikit adalah lebih (Less is More) diumumkan oleh arsitek

Mies van der Rohe.

c. Sedikit adalah lebih dan lebih adalah banyak (Less is More and

More only when More is Too Much) yang diungkapkan oleh

Frank Llyod Wright.

Dalam Arsitektur Modern, gaya hidup modern berimbas

kepada keinginan untuk memiliki bangunan yang simple, bersih dan

fungsional, sebagai simbol dari semangat modern. Namun, gaya

hidup semacam ini hanya dimiliki oleh sebagian masyarakat saja,

terutama yang berada di kota besar, dimana kehidupan menuntut

gaya hidup yang lebih cepat, fungsional dan efisien

Gambar 2. 1 Contoh Arsitektur Modern pada Perpustakaan

Sumber : https://en.wikiarquitectura.com/

23

2.2.3. Pengertian Perpustakaan Modern

Perpustakaan dalam bahasa inggris disebut “Library”

berasal dari bahasa romawi yaitu “Librarium” yang terdiri dari kata

Liber artinya buku sedangkan armarium artinya Lemari. Jadi dilihat

dari kata asalnya, berarti lemari yang di dalamnya terdapat

kumpulan buku – buku.

Perpustakaan adalah suatu tempat menyimpan atau

mengkoleksi buku atau media cetak lain yang berisi informasi

untuk dipinjamkan kepada pembaca. Perpustakaan merupakan

sarana untuk membantu mencari informasi bagi pengunjung.

Sebagai perpustakaan modern harus desain agar dapat

menarik minat pengunjung dan memudahkan pengunjung. Oleh

karena itu perlu di tingkatkannya fasilitas dan desain ruang

perpustakaan seperti :

1. Ruang yang nyaman, bersih, tenang, aman, suasana

menyenangkan

2. Tempat duduk, meja, rak buku, meja layanan petugas, asesories

ruang, lighting, design interior, semua bersifat home (serasa

dirumah)

3. Komputerisasi yang memudahkan searching koleksi, atau

penataan buku untuk memudahkan penelusuran, pengkodean,

system barcode yang mempercepat layanan.

4. Delivery service baik pinjam maupun pengembalian

24

5. Penyajian data dan informasi yang dikemas menarik untuk bisa

diakses tanpa harus datang ke perpustakaan (digitalisasi

layanan dan koleksi)

6. Sistem layanan tanpa batas waktu dan ruang (24 jam)

Perpustakaan modern juga membuthkan penambahan dan

pemeliharaan koleksi (digital dan non digital) Perpustakaan

merupakan lembaga informasi yang memiliki fungsi informatif,

edukatif, kultural, dan rekreatif. Konsep perpustakaan selalu

berkembang sesuai dengan kondisi masyarakat yang dinamis.

Perkembangan perpustakaan selalu berorientasi kepada pemakai

(pemustaka atau user). Perkembangan teknologi informasi dan

keanekaragaman bentuk koleksi perpustakaan adalah faktor yang

menuntut perpustakaan dan pustakawan untuk “berlari” lebih cepat.

Koleksi adalah peran vital keberadaan dan kelangsungan

Perpustakaan karena itulah yang dibutuhkan user.

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin

canggih, pustakawan juga harus bisa untuk mengembangkan

perpustakaan yang lebih modern. Ada beberapa tahap dalam

pengembangan perpustakaan agar lebih maju yaitu:

25

A. PACKAGING DATA DAN INFORMASI

B. SOCIAL NETWORKING

a. Publish Data

Ketika social networking sudah diikuti oleh banyak

pengguna, maka publish data bisa dilakukan di social

networking.

b. Pembuktian korelasi peminjam buku dan prestasi kerja

Ketika data diproses menjadi lebih detail per devisi,

perwaktu, kemudian akan terlihat yang paling tinggi

tingkatannya. Analisis yang tajam serta penelitian lebih

lanjut akan nampak adanya hasil dan tercapainya tujuan.

Contoh perpustakaan modern adalah:

1. Perpustakaan Digital

Perpustakaan digital adalah perpustakaan dimana seluruh

koleksinya sudah berbentuk digital. sementara menurut Digital Library

Federation di Amerika Serikat memberikan definisi perpustakaan digital

sebagai organisasi-organisasi yang menyediakan sumber-sumber,

termasuk staff dengan keahlian khusus, untuk menyeleksi, menyusun,

menginterpretasi, memberikan akses intelektual, mendistribusikan,

melestarikan, dan menjamin keberadaan koleksi karya-karya digital

sepanjang waktu sehingga koleksi tersebut dapat digunakan oleh

komunitas masyarakat tertentu atau masyarakat terpilih, secara ekonomis

dan mudah.

26

2. Perpustakaan Hibrida

Perpustakaan Hibrida adalah Perpustakaan dimana koleksinya

terdiri dari koleksi cetak dan juga koleksi elektronik. Semenara teknologi

yang digunakan sebagai pendukung dalam aktivitas Perpustakaan seperti

temu kembali informasi. Proyek perpustakaan Hibrida ini terutama

banyak dikembangkan oleh perpustakaan – perpustakaan universitas di

Inggris. Perbedaan yang mendasar antara perpustakaan digital dan

perpustakaan hibrida adalah tentunya jenis koleksinya, dimana

Perpustakaan digital selururh koleksinya berbentuk digital sementara

koleksi untuk perpustakaan hibrida ada 2 jenis yaitu ceak dan elektronik.

Selain itu, Perpustakaan digital tidak memerlukan sebuah bangunan

(gedung) untuk koleksinya, karena user hanya tidak mengakses saja

lewat interne, sementara Perpustakaan hibrida masih memerlukan sebuah

gedung untuk menempatkan koleksinya. Tentunya Perpustakaan hibrida

ini membutuhkan pustakawan atau ahli informasi untuk membantu para

penggunanya sementara Perpustkaan digital tidak membutuhkan

pustakawan karena memangnya sifatnya yang seperti itu.

Perpustakaan yang akan di gunakan sebagai jenis Perpustakaan

perencanaan adalah jenis Perpustakaan hibrida dan Perpustakaan

perencanaan adalah jenis Perpustakaan hibrida dan Perpustakaan useless

book dengan penggunaan e-reader sebagai alat pengganti buku.

27

2.3. Tinjauan Learning Commons

2.3.1. Pengertian Learning Commons

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang

sangat cepat tanpa disadari telah membawa manusia pada suatu

kehidupan dan kebiasaan baru. Hadirnya teknologi internet yang

memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memenuhi

kebutuhan informasinya kemudian dianggap sebagai salah satu

faktor penyebab masyarakat kurang menaruh minat terhadap

Perpustakaan. Teknologi internet yang dimanfaatkan oleh berbagai

Gambar 2. 2 Contoh Perpustakaan Modern

Sumber : https://en.wikiarquitectura.com/

28

pihak untuk melakukan berbagai macam penyebaran dan

penelusuran informasi turut merubah kebutuhan masyarakat

terhadap Perpustakaan dan prilaku pencarian informasi1.1

Abad 21 ini membawa manusia memasuki area digital, saat

informasi dapat diakses tanpa batas ruang dan waktu, telah

memberikan dampak yang cukup besar terhadap perpustakaan. Pada

masa ini eksistensi perpustakaan mulai dipertanyakan. Perubahan

perilaku pencarian informasi dan perubahan kebutuhan terhadap

perpustakaan membuat pustakawan dituntut untuk terus mengikuti

perkembangan terkini dalam mengelola perpustakaan. Generasi

internet merupakan generasi yang tidak bisa lepas dari teknologi

internet dan menyukai melakukan kegiatan dengan berkelompo di

tempat yang nyaman serta didukung dengan teknologi yang tinggi.

Kondisi demikian terus menyulut keresahan pada

lingkungan perpustakaan. Jika internet terus mendominasi dan jika

hampir semua informasi baik ilmiah maupun hiburan dapat

diperoleh dengan mudah oleh masyarakat akademik bahkan dalam

berbagai bentuk (file, teks, audio, video) kapanpun dan dimanapun,

lalu apakah keberadaan perpustakaan masih dibutuhkan? Seperti

yang dikatakan oleh stewart perkembangan teknologi informasi

yang terus meningkat telah menyebabkan munculnya berbagai

macam pertimbangan tentang keberadaan bangunan perpustakaan2.2

1 Fourie, D.K & Dowell, D.R. Libraries in the information Age: An Introduction and career

Exploration. (Colorado: Libraries Unlimited Greenwood Publishing Group, Inc.2002), 1 2 Stewart,C.The Academic Library Building In He Digital Age: A Study Of New Library Construction

And Planning, Design, And Use Of New Library Space, (A Dessetation: Pennsylvania University,

2009),.1

29

Generasi digital atau net generation atau generasi Z adalah

generasi yang lahir tumbuh dalam tingginya perkembangan

teknologi informasi dan komunikasi sehingga sebagian besar

kegiatannya tidak dapat lepas dari penggunaan komputer dan

internet. Mengajak generasi digital untuk datang dan memanfaatkan

perpustakaan konvensional bukanlah hal mudah, lingkungan yang

dikelilingi oleh teknologi informasi dan komunikasi yang mampu

menembus batas ruang dan waktu membuat generasi ini bisa

mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan dalam waktu

singkat dan cepat. Perpustakaan yang masih mempertahankan

bentuk ruangnya sebagai tempat menyimpan bahan pustaka dengan

menyediakan beberapa meja dan kursi baca tentu tidak akan

mendapat perhatian dari generasi ini

Kondisi demikian melahirkan paradigma baru: “suatu

perpustakaan yang menyediakan informasi cetak harus diubah ke

paradigma perpustakaan yang juga menyediakan informasi digital”

terutama yang tidak tersedia dalam bentuk cetak. User oriental

service juga harus menjadi fokus perubahan selain desain ruangan

yang kontenporer perlu juga dirubah agar perpustakaan tidak

sebagai tempat penyimpanan buku saja.

Menjawab keresahan dan pertanyaan tersebut Donald

Beagle menawarkan suatu ide untuk merubah konsep, bentuk, dan

desain ruang perpustakaan menjadi sesuatu yang menarik untuk

mewadahi dan memfasilitasi kebutuhan generasi digital terhadap

30

ruang yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat melakukan berbagai

macam kegiatan di dalam perpustakaan dengan di dukung oleh

teknologi internet dan bukan hanya memberikan pemandangan

tumpukan buku di rak. Konsep ini yang kemudian dikenal dengan

nama Learning Commons3. 3Keterlibatan semua pihak dalam hal ini

berkaitan baik dari pemustaka, pustakawan, dan pengajar menjadi

pertimbangan penting juga dalam pengembangan perpustakaan ini

agar tepat sasaran dan efektif. Mengkaji penerapan dan aspek –

aspek learning commons (memanfaatkan ruang kosong sebagai

tempat belajar di perpustakaan).

2.3.2. Karakteristik Learning Commons

Net generation disebut juga sebagai Z generation atau

generasi platinum atau the native gadget4. Mengatakan bahwa

generasi digital memiliki kebiasaan memiliki kebiasaan dan

karakteristik yang berbeda dengan generasi sebelumnya khususnya

dalam cara belajarnya dan melakukan penelususran informasi

sehingga membuat keberadaan perpustakaan sebagai sumber

informasi tidak lagi mendominasi saat generasi ini membutuhkan

informasi.5

3 Beagle, D, The Learning Commons In Historical Context, 2008 4 Suprapto, Kahardityo. Generasi Platinum Yang Lekat Dengan Gadget. Tribunnews. Retrieved April

1, 2011, From Http://2010/03/14/Generasi - Platinum-Yang-Lekat-Dengan-Gadget.Diakses10 Des 2014

5 D wulandari, “layanan Perpustaaan Perguruan tinggi di era digital native”,

31

Learning Commons dapat didefinisikan sebuah konsep untuk

memanfaatkan ruang – ruang yang ada di dalam perpustakaan

sebagai tempat belajar dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang

mendukung kemajuan teknologi dan berada dalam satu lokasi yang

dapat diakses secara bebas dan mandiri guna mendukung proses

pembelajaran.6

Dalam hal ini Learning Commons memberikan bentuk baru

dari sebuah perpustakaan yang bukan hanya sekedar menyediakan

ruang dan materi belajar tetapi juga pembelajaran yang melibatkan

semua pihak akademik. Hal yang terpenting dalam penerapan

Learning Commons adalah terciptanya suasana yang nyaman di

perpustakaan dengan berorientasi pada kenyamanan pemustaka.

3 karakteristik learning commons dalam menciptakan Ruang

Belajar Kolaboratif di Perpustakaan umum para masyarakat

membutuhkan kebutuhan yang berbeda, namun satu ruang dapat di

rancang untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut pada saat yang

bersamaan. Setiap zona memiliki perabotan khusus untuk

mendukung berbagai gaya belajar pustakawan.

a. The Collaborative Zone

Zona kolaboratif difokuskan pemelajaran berbasis proyek

dan kerja kelompok. Kerja tim, kolaborasi multimedia. Tempat

duduk yang dapat di pindahkan dengan mudah untuk mendorong

kolaborasi spontan.

6 S. Donkai, A Toshimori, C. Mizou “Academic Libraries As Learning Space In Japan: Toward The

Development Of Learning Commons”, The International & Library Review, 2011,215

32

b. The Social Media Learning Zone (zona belajar sosial)

Yang membedakan zona ini dengan zona ini dari zona kolaborasi

adalah bahwa ini dimaksudkan untuk menjadi lebih

menyenangkan, santai dan nyaman. Bahkan mengambil nuansa

ruang tamu dengan tempat duduk yang cukup lembut dan

berbagai permukaan kerja. Misalnya kursi dan meja seperti di

cafe.

c. The Individual Study Zone (zona belajar individu)

Zona ini diperuntukan bagi pengunjung yang ingin belajar

sendiri atau memiliki ruang tersendiri di tengah – tengah orang

yang sedang berdiskusi atau berbicara. Dalam hal ini tidak perlu

ada margin pemisah yang lebar anatar zona ini dan zona lainnya,

namun masih ada beberapa elemen privasi. Ciri zona ini meliputi

tempat duduk individual, layar privasi, carrels atau meja yang

kecil dengan satu atau 2 kursi.

Fitur utama learning commons :

1. Ruang belajar dengan area monitor besar dan penyediaan

drawing surface

2. Kursi santai yang dapat di pindahkan

3. Makanan kecil, dan tersedianya cafe

4. Outlet listrik yan tersedia di setiap sudut learning commons

5. Group study room dengan layar display besar

6. Ruang presentasi yang dengan layar yang besar

33

7. Buku refrensi dan koleksi popular

2.3.3. Learning Commons Pada Perpustakaan Umum

Konsep learning commons mengarah kepada bagaimana

pustakawan mampu memiliki cara pandang yang baru dalam

menghadapi generasi digital, dari yang semula sangat melindungi

informasi dan sumber – sumber lain yang ada di perpustakaan

menjadi lebih terbuka dan mampu mengarahkan pemustaka untuk

melakukan akses informasi dan sumber – sumber yang ada di

perpustakaan, dari yang semula tertutup dan membatasi diri dengan

pemustaka menjadi terbuka dalam melakukan pelayanan dan

mampu berinteraksi dengan pemustaka.

Keberadaan learning commons sudah banyak dikembangkan

di perpustakaan luar negeri. Hal ini mengingatkan bahwa generasi

pada era digital ini berbeda dengan generasi – generasi sebelumnya,

sehingga perlu pendektana yang berbeda. Learning commons sendiri

lebih menekankan bagaimana menyediakan fasilitas ruang atau

tempat bagi pemustaka baik untuk belajar secara serius maupun

belajar santai, atau bahkan sekedar melakukan eksplorasi ke dalam

sumber – sumber yang diminati.

Maka tak heran apabila dalam learning commons terdapat

fasilitas yang merupakan kolaborasi dari perpustakaan, teknologi

informasi dan komunikasi, serta lingkungan yang menyenangkan.

34

Pustakawan sendiri dapat mewakili kebutuhan semua generasi yang

memanfaatkan perpustakaan dan juga learning commons.

Bahkan pustakwan dapat menjadi supervisor, maupun

sekedar teman berdisksi dan belajar bagi pemustaka, terutama

terkait dengan sumber – sumber informasi yang mendukung proses

belajar mereka. Keberadaan learning commons merupakan satu

bentuk upaya peningkatan layanan perpustakaan dari segi

penyediaan fasilitas yang dapat mendorong iklim belajar dan

pendidikan yang lebih baik. karena dengan fasilitas yang memadai

maka perpustakaan akan dapat benar – benar hadir sebagai solusi

edukatif bagi para pemustakanya.

Diana Chan dan Gabrielle Wong mengungkapkan beberapa

faktor yang mempengaruhi hadirnya konsep Learning Commons7 :

1. Pemustaka cenderung menolak untuk berkunjung ke

perpustakaan

Masyarakat merasa tidak perlu lagi berkunjung ke perpustakaan

karena semua akses informasi dan koleksi digital (e-journal, e-

book, e-resources) dapat diakses secara langsung dimanapun

dan kapanpun melalui perangkat elektronik/perangkat mobile

phone.

7D.L.H Chan, G. K. W Wong. “If You Build It, They Will Come: An Intrainstitutional User

Engagement Process In The Learning Commons”, 2003. New Library World, Vol. 114; Issue ½,

44-53

35

2. Rendahnya pandangan dari perpustakaan dan pustakawan

tentang hadirnya koleksi digital

Saat perpustakaan mulai mengembangkan koleksi digitalnya

dengan membeli dan menyediakan sebanyak – banyaknya

koleksi dalam format digital nampaknya koleksi cetak kurang

mendapatkan perhatian sehingga yang tersedia hanyalah koleksi

lama.

3. Perubahan pola belajar pemustaka akademik di era digital

Pemustaka saat ini masuk dalam generasi digital, kehidupan

mereka sangat dekat dengan teknologi informasi dan

komunikasi, mereka pada umumnya belajar dengan

mendengarkan musik, menikmati makanan kecil dan melakukan

akses internet seperti menjawab email, chat online, dan sesekali

aktif di sosial media. Menanggapi pola belajar yang seperti ini

perpustakaan perlu penyediaan ruangan yang fleksibel dan

nyaman. Jika perpustakaan masih saja bertahan dengan konsep

perpustakaan tradisional maka pemustaka juga akan enggan

untuk berlama – lama berada di perpustakaan. Melihat adanya

faktor – faktor tersebut jelas bahwa perpustakaan perlu untuk

melakukan pengembangan dan perubahan konsep pengelolaan

perpustakaan. Dan fenomena yang terjadi pada perpustakaan

akademik di Amerika Utara pada awal tahun 1990 menunjukkan

munculnya bentuk baru ruang – ruang belajar di perpustakaan

yang belajar di perpustakaan yang disebut sebagai learning

36

commons8. Aspek tentang upaya yang dapat dilakukan oleh

perpustakaan untuk menerapkan konsep learning commons pada

perpustakaan umum.

• User- Centered

Perpustakaan akan dikatakan sukses jika berorientasi

kepada kebutuhan pemustaka dan bukan hanya fokus kepada

pengadaan teknologi. Mengenali dan memahami apa yang

dibutuhkan dan sering dimanfaatkan oleh pemustaka

merupakan hal penting yang harus diketahui oleh

perpustakaan. Salah satu yang bisa dilakukan oleh

perpustakaan misalnya dengan memanfaatkan salah satu

sudut perpustakaan untuk menyediakan perlengkapan ATK

seperti bolpoint, pensil, gunting, cutting, penggaris, dan

kelengkapan lainnya yang bisa dimanfaatkan oleh

pemustaka. Melalui cara sederhana ini perpustakaan akan

dapat sedikit memahami dan memenuhi kebutuhan

pemustaka saat berada di perpustakaan.

• Fleksibel

Menciptakaan perpustakaan yang fleksibel, tidak kaku, dan

mudah beradaptasi. Kebijakan dan aturan yang berlaku di

perpustakaan diharapkan dapat disesuaikan dengan

perkemabngan dan kondisi kebutuhan pemustaka. Generasi

8 S. Donkai, A. Toshimori, C. Mizoue, “Academic Libraries As Learning Spaces In Japan: Toward

The Development Of Learning Commons” Dalam The International Information And Library

Review, Diakses 10 Desember 2014.

37

digital adalah generasi yang tidak menyukai aturan yang

kaku dan ketat. Generasi ini tidak akan merasa nyaman jika

berada di dalam ruangan yang memiliki banyak larangan,

misalnya larangan “tidak boleh ramai”, “tidak boleh

membawa makanan”, “tidak boleh memakai topi”. Generasi

ini membutuhkan penjelasan yang bisa di nalar untuk setiap

larangan untuk setiap larangan yang diberlakukan. Misalnya

“anda akan terlihat rapi jikat tidak memakai jaket ke dalam

ruangan Perpustakaan” akan lebih bisa diterima daripada

hanya sekedar larangan “dilarang memakai jacket”

• Information Desk

Menyediakan layanan help desk atau layanan informasi

yang dapat membantu pemustaka menemukan informasi

yang dibutuhkan. Layanan ini yang sangat penting bagi

perpustakaan guna memenuhi kebutuhan informasi

pemustaka. Tidak semua pemustaka paham apa yang

harus dilakukan di dalam perpustakaan untuk itu layanan

information desk perlu untuk ditempatkan di satu

ruangan khusus yang dapat mejadi one stop shopping of

information bagi seluruh pemustaka. Layanan ini akan

sangat bermanfaat jika ditempatkan pada posisi pintu

masuk perpustakaan.

38

• Keterbukaan

Menghilangkan penghalang antara pemustaka dan

pustakawan, ciptakan keterbukaan antara pemustaka dan

pustakawan untuk dapat menciptakan interaksi yang baik

dan memberikan kenyamanan kepada pemustaka.

Cobalah untuk menyapa atau setidaknya sedikit

membuka pembicaraan dengan pemustaka. Cara ini

diharapkan dapat menciptakan suasana terbuka antara

pemustaka dan perpustakaan sehingga tidak terkesan

kaku.

• Asas kepercayaan

Beri kepercayaan kepada pemustaka sehingga

pemustaka juga akan mempercayai perpustakaan.

Misalnya kepercayaan dalam melakukan akses

informasi. Adanya batasan dalam melakukan akses

koleksi seperti koleksi karya ilmiah tentunya akan

membuat pemustaka merasa tidak dipercaya. Sampai

saat ini masih ada pro dan kontra tentang hak akses karya

ilmiah. Tidak akan ada salahnya jika perpustakaan mulai

mencoba membuka akses karya ilmiah untuk dapat

dimanfaatkan secara terbuka dan bebas oleh pemustaka.

Belajar untuk mempercayai mereka bahwa informasi

yang mereka dapatkan akan dapat digunakan dengan

bertanggungjawab.

39

• Publikasi

Gunakan setiap kesempatan untuk melakukan publikasi

tentang perpustakaan untuk lebih medekatkan

perpustakaan dengan pemustaka, misalnya dengan

membuat buletin perpustakaan yang berisi informasi

kegiatan perpustakaan, koleksi baru, layanan dan

fasilitas.

2.3.4. Komponen Kunci Learning Commons

2.4. Studi Kasus

Seattle Public Library

Seattle Public Library ini di desain oleh Architect

OMA, LMN dan Rem Koolhaas, Joshua Prince Ramus sebagai

Gambar 2. 3 Komponen Kunci Learning Commons

Sumber : https://en.wikiarquitectura.com/

40

partner. Memiliki Lokasi di Seattle, WA, United States. Memiliki

total Area 38300.0 sqm, proyek pembangunan ini dimulai pada

tahun 1999 - 2004 juga memiliki material pabrikan seperti Sistem

Mekanik, Pembingkaian Logam dan Drywall, Besi Lain-Lain &

Logam Hias, Konstruksi Kanron Barat, Perusahaan Ereksi,

Perusahaan Konstruksi Bomel, Sistem Listrik, Sistem Pelapisan

Seattle Public Library dibuka pada Mei 2004. Desain karier

arsiteknya direbut oleh Rem Koolhaas karena merupakan bangunan

yang mengesankan yang menggabungkan garis futuristik dengan

fungsi perpustakaan.

Sebelum menyelesaikan desain bangunan, Koolhaas

bertemu dengan perwakilan dari Microsoft, Amazon dan organisasi

lain untuk membahas masa depan buku dan perpustakaan. Di dunia

modern yang didominasi oleh Internet dan media digital, buku

konvensional sepertinya dilupakan. Namun, setelah berbulan-bulan

penyelidikan menyimpulkan bahwa "buku" itu sangat jauh dari masa

lalu. Oleh karena itu, "spiral", adalah cara baru untuk mengirimkan

buku ke pelanggan dalam sistem perpustakaan. Alih-alih buku di rak

dan lantai yang berbeda, spiral cenderung memungkinkan deretan

buku terus-menerus yang membuat mereka "mudah dinavigasi".

Dari luar, Anda bisa melihat bangunan kaca besar, garis-

garis lurus yang berpotongan. Itu diartikulasikan oleh blok-blok

besar pada tingkat yang berbeda sesuai dengan tempat perpustakaan.

41

Merupakan bangunan yang selaras dengan cakrawala kota Seattle

dan lanskap kota.

Perpustakaan telah menjadi sukses besar bagi kota,

membantu menarik kegiatan ekonomi baru, yang sebagian besar

berasal dari pariwisata. Pada tahun pertama, perpustakaan menerima

2,3 juta pengunjung. Paul Goldberger, The New Yorker mengatakan

bangunan itu "adalah perpustakaan baru yang paling penting untuk

dibangun dalam satu generasi, dan yang paling menarik ..."

Konstruksi telah memenangkan banyak penghargaan termasuk

Penghargaan Platinum dari ACEC dan AIA National Penghargaan

Arsitektur 2005.

a. Konsep

Gambar 2. 2 Konsep Seattle Public Library

Sumber : https://en.wikiarquitectura.com/

42

Konsep melibatkan penciptaan kembali perpustakaan

sebagai titik akses ke informasi yang disajikan dalam berbagai

media. "Perpustakaan baru tidak menemukan kembali atau

memodernisasi tradisional, mereka hanya dikemas dengan cara

yang baru," jelas dalam studi OMA. Untuk merealisasikan hal

ini, Koolhaas menerapkan interpretasinya atas set fitur dan

arsitektur untuk proyek yang bangunannya akan fleksibel untuk

ekspansi di masa depan, dengan kemungkinan pengelompokan

ruang sesuai dengan kebutuhan bangunan dan platform yang

terhubung dengan studi akan menyediakan ruang terbuka, kerja

dan interaksi sosial.

Seattle Central Library mendefinisikan kembali

perpustakaan sebagai sebuah institusi yang tidak lagi secara

khusus didedikasikan untuk buku itu, tetapi sebagai sebuah toko

informasi di mana semua media yang kuat, bentuk-bentuk baru

atau lama, disajikan secara setara dan jelas. Di zaman di mana

informasi dapat diakses di mana saja, adalah keserentakan dari

semua media dan, yang lebih penting, kurasi konten mereka

yang akan membuat perpustakaan menjadi vital.

Fleksibilitas dalam perpustakaan kontemporer dipahami

sebagai penciptaan lantai umum di mana hampir semua kegiatan

dapat dikembangkan. Program tidak dipisahkan, ruang atau

ruang individual tidak diberi karakter unik. Dalam praktiknya,

ini berarti bahwa rak buku mendefinisikan area baca yang murah

43

hati, meskipun tidak berbahaya, pada hari pembukaan, tetapi

melalui perluasan koleksi yang tak henti-hentinya datang untuk

merambah ruang publik. Singkatnya, bentuk fleksibilitas ini,

perpustakaan mencekik objek wisata yang membedakannya dari

sumber informasi lainnya.

Alih-alih fleksibilitas ambigu saat ini, perpustakaan

dapat mengembangkan pendekatan yang lebih halus dalam

mengatur kompartemen spasial, masing-masing didedikasikan

untuk dan dilengkapi untuk layanan tertentu. Fleksibel dalam

setiap kompartemen, tetapi tanpa ancaman satu bagian

menghambat adaptasi lainnya.

b. Space

Gambar 2. 4 Contoh Tata Ruang Dalam di Seattle Public Library

Sumber : https://en.wikiarquitectura.com/

Di dalam bangunan, struktur spiral menyediakan

permukaan yang kontinu dengan rak sisi yang dilapisi yang

44

menawarkan koleksi bertema berbeda. Spiral ini yang menjulang

empat lantai, membutuhkan penciptaan sistem jalur zigzag yang

dapat diakses oleh segala usia dan kebutuhan. Jalan landai ini

didukung pada kolom ramping yang dibangun secara ekonomis.

Interior dibagi menjadi 5 blok yang dapat dibedakan dari

luar: area parkir, area membaca publik dan kafe yang

ditempatkan di atrium besar dan ruang perpustakaan utama,

informasi area, koleksi dan ruang baca dan administrasi,

semuanya memuncak di teras di atap. Lantai tiga perpustakaan

disebut "ruang tamu". Perpustakaan tidak secara konsisten

menggunakan nama-nama tradisional yang membantu membuat

masa menginap Anda menyenangkan. Lokasi seri buku disebut

"spiral" dan ruang komputasi disebut "ruang pencampuran". Rak

memiliki panel dalam indikator ekstrem yang membantu dalam

organisasi.

Fitur utama dari interior adalah ruang publiknya yang

luas dan bacaan santai, diterangi dengan cahaya alami yang

menembus dinding kaca. Juga koleksi tanaman yang patut

dicatat, terdiri dari tanjakan yang melewati lebih dari 4 lantai.

Semua Area diikat dengan eskalator berwarna cerah (kecuali

koleksi), dan furnitur dan objeknya berdesain modern dan

berwarna-warni.

45

Perpustakaan menyediakan "tingkat pertemuan" dengan

dinding melengkung yang dicat merah dan area anak-

anakdengan kolom miring yang menyenangkan.

c. DENAH

DENAH LT. 1 DENAH LT. 2

DENAH LT. 3 DENAH LT. 4

46

DENAH LT. 5 DENAH LT. 6 - 8

DENAH LT. 10 DENAH LT. 9

47

Denah L.T 11

d. level

Gambar 2. 5 Contoh Ilustrasi Seattle Public Library

Sumber : https://en.wikiarquitectura.com/

48

Gambar 2. 6 Contoh Program ruang dan Sirkulasi Seattle Public Library

Sumber : https://en.wikiarquitectura.com/

1. Level 0

Pada level 0 garasi yang dapat dijangkau dari Spring

Street berada, memiliki 143 kursi.

49

2. Tingkat 1

Dapat diakses melalui Fourth Avenue di lantai ini

adalah aula besar bagian komputer publik seluas 1200m2,

meja depan, telepon umum, dan taman bermain.

- Tempat bermain

Anak-anak memiliki perpustakaan sendiri di

dalam perpustakaan. Kursi-kursinya berwarna biru,

lantainya bambu dengan lingkaran besar dengan karet

merah muda yang kuat dan asam kuning. Anak-anak

secara alami memiliki ruang mereka sendiri untuk

komputasi, serta area cerita berlumut hijau di bawah

sinar dukungan diagonal. Tergantung pada sudut

pandang Anda, menyerupai bunker atau rahim.

Area ini memiliki 22 komputer, kamar mandi

keluarga, toilet untuk anak-anak, dan tempat parkir untuk

kereta bayi.

- Auditorium

Di lantai ini juga ada Auditorium Microsoft

dengan 275 kursi. Bagian belakang penutup dapat

diperluas, menambahkan 150 kursi tambahan untuk

program yang lebih lama.

- Bagian idiom

50

Pusat Pembelajaran Evelyn W. Foster, dengan

bagian keaksaraan dan bahasa dunia juga terletak di

lantai ini. Ini memiliki seniman visual datar Ann

Hamilton adalah Bahasa pesta: 11 huruf yang berbeda

ditandai di kayu. Di sepanjang dinding bilik suara untuk

pembelajaran bahasa didistribusikan, dengan bantalan

berlapis tinggi yang bertindak sebagai layar latar

belakang permanen. Area ini memiliki pembelajaran

bahasa workstation dengan program pembelajaran audio,

video dan bahasa dengan komputer, dan lab teknologi

yang menyediakan akses ke teknologi adaptasi.

3. Level 2

Level 2 adalah untuk staf dan tidak terbuka untuk

umum. Dari level ini layanan pengiriman, penerimaan,

penyortiran, dan teknis dari buku dan koleksi dilakukan.

4. Tingkat 3

Area hidup tingkat ini disebut "ruang tamu" (Living

Room), dan termasuk area membaca atau meditasi. Ini

adalah ruang yang luas dan lapang, dengan ketinggian

maksimum 15m. Polanya sesuai dengan perkebunan karpet

luar yang cerah yang terletak di pintu masuk perpustakaan di

Fifth Avenue.

51

Di pabrik ini, juga ditemukan tanda terima atau

pengiriman buku, toko suvenir, kafe, koleksi video dan

koleksi DVD, buku baru, majalah dan surat kabar populer

dan telepon umum.

Basis atrium terletak pada level ini. Ruang dramatis

memungkinkan pengunjung untuk melihat ruang pertemuan

di lantai 4, dan Charles Simonyi Mixing Chamber di lantai 5

5. Level 4

Level 4 memiliki empat ruang pertemuan besar.

Dinding, lantai, dan langit-langit lorong dicat dalam warna

merah dan merah muda yang dalam, sementara bertemu

dalam warna-warna yang menenangkan dan nada netral

seperti coklat dan abu-abu. Dua laboratorium Pusat Pelatihan

Teknologi Boening digunakan untuk instruksi komputer

umum dan pribadi.

52

6. Level 6-9 ‘buku Spiral” ‘

Gambar 2. 7 Koleksi Buku Menggunakan System Sirkulasi Spiral Spiral

Sumber : https://en.wikiarquitectura.com/

7. Bagan “Buku spiral”

Menempati 4 tingkat rak "buku spiral" dihubungkan

oleh landai yang landai. Spiral memungkinkan semua

pelanggan, termasuk orang-orang cacat, untuk bergerak di

sepanjang seluruh koleksi tanpa bergantung pada tangga

eskalator atau elevator. Perhentian tangga dan lift dilabeli

dengan angka Dewey Decimal System, untuk membantu

orang menemukan barang di setiap lantai.

8. Level 10

Atrium yang naik di level 4 cahaya memenuhi

ruangan 1114.84m2 Betty Jane Narver Reading, dengan 400

kursi, atap setinggi 12,19m, dan menghadap ke Teluk Elliott.

Kamar-kamar The Hugh dan Jane Ferguson Seattle juga

53

berada di lantai ini yang menghadap ke ruang baca. Itu

diakses melalui eskalator atau lift.

9. Tingkat 11

Level 11 memiliki kantor administrasi, termasuk

kantor Pustakawan Kota, Ruang Dewan Virginia Burnside,

Sumber Daya Manusia dan kafetaria staf Pada malam hari,

Seattle Public Library lampu menyorot di antara gedung-

gedung lainnya. Ini adalah bangunan luar biasa dan

fungsional dari salah satu arsitek terpenting di dunia.

e. Struktur

Dalam penelitian elegan ini tentang "bentuk" diikuti oleh

"fungsi" dilakukan. Project Architects mengorganisasikan

persyaratan program perpustakaan ke dalam lima platform

independen, meskipun terhubung, ditumpuk secara vertikal

memungkinkan optimalisasi pandangan di sekitarnya,

terbungkus kulit baja dan kaca.

54

paket transparan telah diserahkan kepada insinyur

struktural dengan serangkaian permintaan: jangan gunakan

kolom apa pun di sudut, jangan letakkan kolom vertikal apa pun,

dan dalam kata menggunakan jumlah kolom paling sedikit pada

umumnya. Intinya, keberhasilan proyek bergantung pada

pembuatan gedung kaca dengan 12 lantai, yang tampaknya

mengapung tanpa dukungan, di area seismik yang memenuhi

syarat Zona UBC 3.

Solusi para insinyur MKS, bekerja sama dengan Arup,

adalah menggunakan dua sistem struktur yang berbeda, berlapis,

dengan balok beton sentral yang menyediakan banyak kekakuan

struktural.

Gambar 2. 8 Detail Struktur

Sumber : https://en.wikiarquitectura.com/

55

A. Sistem Pertama

Pada sistem pertama, truss perimeter platform,

terdiri dari beban gravitasi multundad bertingkat yang

mendukung bangunan. Gulungan didukung oleh kolom

miring dan diposisikan dengan hati-hati untuk

meningkatkan peluang penyeimbang, platform kantilever

1,32 m

B. Sistem Kedua

Sistem kedua, kisi-kisi baja berbentuk berlian,

bangunan membentuk exoskeleton. Kisi-kisi baja

menyediakan sistem lateral bangunan, rangka atap yang

saling berhubungan, berfungsi sebagai pelapis interior

arsitektur, dan mendukung konstruksi tirai penutup kaca.

Menghubungkan penggeser yang dirancang khusus

secara lateral yang terpasang pada perkuatan kisi baja

platform. Sambungan kedua sistem struktural menyatu

sekaligus mencegah transfer beban gravitasi dari kisi-kisi

baja. Sistem ini mempertahankan jaringan tipis tanpa

perlindungan terhadap api, dan yang paling penting, dengan

estetika yang diinginkan. Model dibuat koneksi skala penuh,

dicetak dalam 3-D, untuk menguji dan memverifikasi

hasilnya.

56

f. Material

Bangunan itu ditutupi oleh struktur kaca dan baja yang

mencolok.

Biaya konstruksi lebih rendah daripada kebanyakan

perpustakaan baru yang dibangun di kota-kota besar. Dirancang

dengan mempertimbangkan fungsi dan estetika, bangunan ini

telah memasukkan banyak elemen yang mendukung

keberlanjutan, sehingga telah dianugerahi Sertifikasi "Perak"

yang diberikan oleh US.Green Building Council, menjadi salah

satu bangunan terbesar dalam menerima sertifikasi

Kepemimpinan dalam energi dan Pengembangan.

Koolhaas dikenal karena penggunaan material duniawi

yang kreatif dan ekonomis. Masing-masing dari 11 lantai layak

untuk dipelajari secara terperinci. Ada lantai aluminium yang

Gambar 2. 9 Detail Material

Sumber : https://en.wikiarquitectura.com/

57

memberi penghormatan kepada lantai minimalis Carl Andre.

Potongan-potongan kayu daur ulang dari ujungnya terkelupas

dan ternoda dalam berbagai warna solid. Sebagian besar karpet

dibuat dengan kabel logam langsung untuk membersihkannya

dengan air. Lalu ada rumah-rumah di mana beton dituangkan

ditutupi dengan lapisan tebal poliuretan berwarna.

Koolhaas menyukai warna-warna cerah. Tangga dan

pintu masuk ke area pertemuan publik dicat dengan warna merah

dan kuning limau. Di dalam struktur logam dicat biru bayi.

Di area yang didedikasikan untuk pembelajaran bahasa,

lantai 669m2 adalah kayu maple dengan seniman visual

dekoratif Ann Hamilton.

Pilar putih cerah dengan basis memiliki warna hitam,

isolasi api ditaburi glitter. Hanya di area alun-alun umum di

tingkat karpet yang naik, dengan foto-foto bahan tanaman Petra

Blaisse di layar dicetak pada kain karpet, menciptakan efek

laboratorium biologi.

Eskalator selesai dalam warna kapur neon, dilapisi

dengan panel backlit. Mereka hanya naik tangga, turun karena

lift atau eskalator.

Selain asimetri dan warna, Koolhaas menggunakan

beton dengan sangat baik. Bongkahan besar beton bertulang,

dengan retakan kecil yang mengikat dan dibanjiri dengan

variasi tonal tampaknya menarik semacam waktu geologis.

58

Dalam konstruksi digunakan: 18.400m3 beton, rebar

2.050tn, 4.644tn Steel Outdoor 9.994 lembar tirai eksterior kaca

126.767m2. Sekitar setengah dari panel adalah konstruksi kaca

dari tiga lapisan dengan jala logam yang diperluas yang

terperangkap di antara dua lapisan luar. Mesh, lembaran

aluminium dipotong dan diregangkan, mengurangi panas dan

silau. Sebagian besar gelas dibersihkan dua kali setahun, dan

lebih sering untuk area yang membutuhkannya.

Perpustakaan Tianjin Binhai / MVRDV + Lembaga

Perencanaan dan Desain Kota Tianjin

Gambar 2. 10 Tampilan Fasad dari Tianjin Library

Sumber : : https://www.archdaily.com/

59

Lokasi: Tianjin Binhai, Cina

Arsitek: MVRDV

Project team : Winy Maas, Jacob van Rijs, Nathalie de Vries

bersama Wenchian Shi, María López Calleja, Kyosuk Lee, Sen

Yang, Marta Pozo, Chi Li, Ray Zhu, Ángel Sánchez Navarro,

Daehee Suk, Guang Ruey Tan, Xichen Sun, Michael Zhang, Mariya

Gyaurova, Jaime Dominguez Bálgoma, Antonio Luca Coco,

Costanza Cuccato, Matteo Artico, dan Tomaso Maschietti

Concept Design: Winy Maas, Jacob van Rijs, Nathalie de Vries

bersama Renske van der Stoep, Martine Vledder, Kyosuk Lee,

Gerard Heerink, Chi Li, Francisco Pomares, Nicolas Lee, Claudia

Bode, Sharon Sin, Jaap Baselmans, Herman Gaarman, Hui Hsin

Liao, Antonio Luca Coco, Costanza Cuccato, Matteo Artico dan

Tomaso Maschietti

Co-Architect: Institut Desain dan Perencanaan Kota Tianjin

(TUPDI), Tianjin, Cina

Program & Ukuran: 33.700 m2 Perpustakaan

Tahun: 2017

disediakan oleh para arsitek. MVRDV bekerja sama dengan

arsitek lokal TUPDI telah menyelesaikan Tianjin Perpustakaan

Binhai, sebuah pusat budaya seluas 33.700m2 yang menampilkan

auditorium bola bercahaya di mana kaskade lantai ke langit-langit.

Rak buku bergelombang adalah perangkat spasial utama bangunan,

dan digunakan baik untuk membingkai ruang dan untuk membuat

60

tangga, tempat duduk, langit-langit berlapis dan bahkan louvres di

façade.TianjinPerpustakaanBinhai dirancang dan dibangun dalam

waktu pemecahan rekor hanya tiga tahun karena jadwal ketat yang

diberlakukan oleh pemerintah kota setempat. Di samping banyak

ruang media, ia menawarkan ruang untuk 1,2 juta buku.

Perpustakaan ini ditugaskan olehTianjin Kotamadya Binhai

dan terletak di pusat budaya distrik Binhai diTianjin, sebuah kota

pantai di luar Beijing, Cina. Perpustakaan, terletak berdekatan

dengan taman, adalah salah satu dari sekelompok lima bangunan

budaya yang dirancang oleh kader arsitek internasional termasuk

Bernard Tschumi Architects, Bing Thom Architects, HH Design dan

MVRDV. Semua bangunan dihubungkan oleh koridor umum di

Gambar 2. 11 Tatta Ruang Dalam

Sumber : : https://www.archdaily.com/

61

bawah kanopi kaca yang dirancang oleh GMP. Dalam GMP,

masterplan MVRDV diberi volume yang ketat di mana semua desain

terkonsentrasi.

a. Concept

“The Tianjin Binhai Library memiliki interior hampir seperti

gua, rak buku yang terus menerus. Karena tidak bisa menyentuh

volume gedung, kami 'menggulirkan' auditorium berbentuk bola

yang dituntut oleh pengarahan singkat ke dalam gedung dan

bangunan hanya membuat ruang untuk itu, sebagai 'pelukan' antara

media dan pengetahuan, ”kata Winy Maas”, salah satu pendiri

MVRDV. “Kami membuka gedung dengan menciptakan ruang

publik yang indah di dalam; ruang tamu urban yang baru adalah

pusatnya. Rak buku adalah tempat yang bagus untuk duduk dan pada

Gambar 2. 12 Tata Ruang Dalam

Sumber : : https://www.archdaily.com/

62

saat yang sama memungkinkan akses ke lantai atas. Sudut dan kurva

dimaksudkan untuk merangsang penggunaan ruang yang berbeda,

seperti membaca, berjalan, rapat, dan berdiskusi. Bersama-sama

mereka membentuk 'mata' bangunan: untuk dilihat dan dilihat

Gambar 2. 13 Tatta Ruang Dalam

Sumber : : https://www.archdaily.com/

63

Bangunan lima tingkat juga berisi fasilitas pendidikan yang

luas, tersusun di sepanjang tepi interior dan dapat diakses melalui

ruang atrium utama. Program publik didukung oleh ruang layanan

bawah tanah, penyimpanan buku, dan arsip besar. Dari lantai dasar

pengunjung dapat dengan mudah mengakses area baca untuk anak-

anak dan orang tua, auditorium, pintu masuk utama, akses bertingkat

ke lantai di atas dan koneksi ke kompleks budaya. Lantai pertama dan

kedua terdiri terutama dari ruang baca, buku dan area lounge

sementara lantai atas juga termasuk ruang pertemuan, kantor,

komputer dan ruang audio dan dua teras di atas atap.

Gambar 2. 14 Tampilan Fasad dari Tianjin Library

Sumber : : https://www.archdaily.com/

64

Lima tingkat bangunan berisi program fasilitas pendidikan

yang luas. Tingkat bawah tanah di dalamnya memiliki ruang layanan,

penyimpanan buku, dan arsip besar, sementara di atas lantai dasar ini

mudah diakses area baca untuk anak-anak dan orang tua.

Pintu masuk utama dan akses ke kompleks budaya,

auditorium, dan akses teras ke lantai-lantai di atas. Lantai pertama

dan kedua terutama terdiri dari ruang baca, buku, dan area lounge,

sedangkan dua lantai teratas juga mencakup ruang rapat, kantor,

ruang komputer, dan ruang audio.

Perpustakaan Tianjin adalah bagian dari masterplan arsitek

GMP Jerman seluas 120.000 m2 yang bertujuan untuk menonjolkan

karakteristik daerah sekitarnya.

Gambar 2. 15 Tampilan Interior dari Tianjin Library

Sumber : : https://www.archdaily.com/

65

Melalui desainnya, kompleks ini akan menjadi titik

persimpangan untuk CBD, kota tua, disrik perumahan, area

komersial, dan kawansan pemerintahan: berharap untuk

mengkompernsasi setiap program yang di masing – masing Volume

luar perpustakaan diberikan dalam masterplan sehingga Eye dan area

semi-publik di sekitarnya adalah ruang internal, seperti ikon terbalik,

bertindak sebagai titik pusat dan kebodohan dalam bangunan. Proyek

ini akan menjadi desain kedua MVRDV di Tianjin.

b. DENAH

66

67

c. Program Ruang dan Sirkulasi

Gambar 2. 16 Zoansi Ruang

Sumber : : https://www.archdaily.com/

68

A. PROGRAM RUANG

B1

a. Service

b. Archive

c. Office

F1

a. Service

b. Reception

c. Reading Room

ATRIUM

a. Reading Area

b. Profection /

Video Area

F2

a. Service

b. Reading Room

c. Lounge

F3

a. Reading Room

b. Lounge

F4

a. Reading Room

b. Lounge

meeting Room

c. Seminar Room

d. Offices

F5

a. Compuer /

Media Room

b. Music Room

c. Office

d. Lounge

e. Mechanical

ROOF

Gambar 2. 17 Sirkulasi dan Program Ruang

Sumber : : https://www.archdaily.com/

70

James B. Hunt Jr. Library, Raleigh, N.C.

a. Concept

Gambar 2. 18 Tata Ruang Luar

Sumber : : https://www.archdaily.com/

Ruang terbuka yang luas menghubungan semua lantai

perpustakaan dan tangga terbuka menekankan lingkungan yang

interaktif dan sosial di samping area belajar yang lebih fokus.

Berbagai macam lingkungan belajar, dan laboratorium

esperimental yang berfokus pada teknologi mematahkan model

pembelajaran bersama yang sekarang ada di mana – mana.

Ruang belajar “disruptive”dengan perabotan penuh warna dan

dinamis ada di samping ruang belajar yang lebih tradisional.

Desain mengakui kekuatan pertemuan kebetulan dan merayakan

peran ruang fisik dalam stimulasi intelektual penggunanya.

71

Proyek LEED Silver (pending) yang baru menyediakan

ruang yang dibanjiri dengan cahaya alami, pemandangan luas ke

danau terdekat dan area outdoor dan area tempat duduk. Bagian

depan gedung dari kaca fritted dan sistem naungan alumunium

eksternal yang tetap membantu membantu mengurangi panas

yang didapat sambil memaksimalkan pandangan dan cahaya

alam sekitar. Bahan – bahan yang kuat membentuk ruang –

ruang interior dan tangga kayu bernoda cerah yang unik

membantu pengguna perpustakaan mengorientasikan diri

mereka diseluruh bangunan. Balok dingin aktif yang terpasang

di langit – langit dan panel bercahaya memberikan pemanasan

dan pendinginan untuk ruang interior.

Arsitektur terintegrasi dan praktis Arsitektur lansekap

snohetta juga merancang lansekap sekitar Perpustakaan Hunt.

Desainnya menciptakan transisi yang lancar antara lansekap

yang direncanakan ke arah Hunt Library di utara dengan

lingkungan alami Danau Raleigh ke selatan, dan

menghubungkan Perpustakaan ke tepi barat NCSU’s Centennial

Campus. Rencana Snohetta memecah rencana induk yang lebih

besar menjadi pengalaman beragam individu, menciptakan

lingkungan belajar di luar ruangan dan ruang pengajaran untuk

siswa NCSU, dan menggabungkan kebun hujan dan atap hijau

ke dalam infrastruktur bangunan untuk pengelolaan air badai.

72

Integrasi teknologi perpustakaan mutakhir sangat terlihat

dalam desain bangunan. Book robotic bookbot dari The Library

Perpustakaan 5 lantai. Sistem pengamanan otomatisnya mampu

menampung dua juta volume di 1/9 ruang rak convensional.

Sistem ini di dukung oleh virtual Browse, perangkat lunak

penelusuran ramah pengguna melihat rak materi virtual yang

diklasifikasikan di dekat sumber daya yang di temukan oleh

pencarian awal mereka. BookBot secara efektif mengurangi luas

total bangunan hingga 200.000 GSF, memungkinkan lebih

banyak ruang untuk lingkungan dan teknologi pembelajaran.

Selain BookBot, fitur bangunan inovatif memberi

pengajar dan mahasiswa pengalaman langsung dengan alat

visualisasi skala besar. Game Lab mendukung Pusat Penelitian

Game Digital NC State dengan menyediakan percobaan umum

untuk mengeksplorasi desain game kolaboratif dan peran game

dalam pendidikan. Laboratorium Pengajaran dan Visualisasi

perpustakaan, Studio Kreativitas, lokakarya pencetakan 3D, dan

fasilitas produksi media digital yang luas memungkinkan

fakultas dan siswa dengan kemampuan prototipe, pemodelan,

dan visualisasi yang cepat. Teknologi konferensi video dan

telepresensi mutakhir memungkinkan kolaborasi dengan kolega

di seluruh negara bagian dan di seluruh dunia. Siswa ROTC

bahkan dapat berlatih memerintah kapal selam dalam

lingkungan simulasi yang dikembangkan dalam kemitraan

73

dengan Angkatan Laut sebagai alat untuk melatih taruna yang

lebih baik.

Ruang terbuka yang luas yang menghubungkan lantai

dan tangga terbuka menekankan lingkungan yang interaktif dan

sosial di samping area studi yang lebih fokus. Berbagai macam

lingkungan belajar dan belajar, dan laboratorium eksperimental

teknologi mematahkan model mana-mana dari ruang belajar

bersama. Ruang belajar "Disruptive" dengan perabotan penuh

warna dan dinamis ada di samping ruang belajar yang lebih

tradisional. Pengenalan desain adalah kekuatan pertemuan

kebetulan dan merayakan peran ruang fisik dalam stimulasi

intelektual penggunanya

B. DENAH

74

C. PROGRAM RUANG

1. Entrance

2. Lobby

3. Auditorium

4. BookBot

5. Reading Lounge

6. Learning Lounge

7. Learning Commons

8. Group Study Room

9. Creativity Studio

10. Visualization Lab

11. Institute of emerging issues

12. Offices

13. Green roof

14. terrace

D. SIRKULASI

75

Kesimpulan dari Studi Kasus

Tab

el 2

. 1

Kes

imp

ula

n S

tudi

Kas

us

Su

mb

er :

An

alis

is P

rib

adi,

20

19

BAB III

METODE PERANCANGAN

3.1. Studi Literatur

Dalam melakukan penelitian ilmiah harus dilakukan teknik

penyusunan yang yang sistematis untuk memudahkan langkah – langkah

yang akan diambil. begitu pula yang dilakukan penulis dalam penelitian ini,

langkah pertama yaitu dengan melakukan studi literatur pada buku – buku

yang membahas tentang Theory of Constraints, jurnal, dan penelitian yang

telah dilakukan yang berkaitan dengan TOC. Data yang didapat dari studi

literatur ini akan digunakan sebagai acuan untuk membuat kuesioner

penelitian.

3.2. Sumber Data

Dalam suatu penelitian harus disebutkan dari mana data diperoleh

sebagaimana yang dinyatakan oleh (Arikunto 20012:129). Data adalah

sekumpuan informasi, fakta – fakta, atau simbol – simbol yang

77

menerangkan tentang keadaan objek penelitian. Sedangkan data yang sudah

didapat akan dibagi menjadi dua macam yaitu:

1. Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung

dari lapangan. Data ini dapat diperoleh melalui pengamatan langsung

maupun hasil wawancara kepada informan berdasarkan perdasarkan

pedoman wawancara yang dibuat oleh peneliti

2. Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini didapat melalui peninggalan tertulis

yang dilakukan dengan cara membaca buku – buku literature, dokumen,

dan tulisan yang dianggap peneliti berkenaan dengan permasalahan

yang sedang diteliti.

3.3. Waktu Penelitan

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai

dengan bulan november 2018.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data adalah bagian terpenting dari suatu penelitian, karena dengan

data peneliti dapat mengetahui hasil dari penelitian tersebut. Pada penelitian

ini, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik

78

pengumpulan data yang bermacam-macam dan dilakukan secara terus

menerus sampai datanya mencukupi. Sesuai dengan karateristik data yang

diperlukan dalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yang

dilakukan adalah:

1. Observasi

Observasi merupakan teknik yang mendasar dalam penelitian

non tes. Observasi dilakukan dengan pengamatan yang jelas, rinci,

lengkap, dan sadar tentang perilaku individu sebenarnya di dalam

keadaan tertentu. Pentingnya obsevasi adalah kemampuan dalam

menentukan faktor-faktor awal mula perilaku dan kemampuan untuk

melukiskan akurat reaksi individu yang diamati dalam kondisi tertentu.

Observasi dalam penelitian kualitatif dilakukan terhadap situasi

sebenarnya yang wajar, tanpa dipersiapkan, dirubah atau bukan

diadakan khusus untuk keperluan penelitian. Observasi dilakukan pada

obyek penelitian sebagai sumber data dalam keadaan asli atau

sebagaimana keadaan sehari-hari. Observasi ini bertujuan untuk

mendapatkan data yang lebih lengkap mengenai situasi ruang dan

perilaku para pengguna perpustakaan.

2. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sambil menatap muka antara

penanya atau pewawancara dengan penjawab atau responden dengan

menggunakan panduan wawancara. Dalam penelitian ini, peneliti

mencatat semua jawaban dari responden sebagaimana adanya.

79

Pewawancara sesekali menyelingi jawaban responden, baik untuk

meminta penjelasan maupun untuk meluruskan bilamana ada jawaban

yang menyimpang dari pertanyaan. Jenis wawancara yang digunakan

dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur. Maksudnya, dalam

melakukan wawancara peneliti sudah menyiapkan instrumen penelitian

berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis. Di sini, peneliti melakukan

wawancara terhadap Pengnjung Perpustakaan yang dianggap dapat

memberikan informasi yang dibutuhkan.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan mencari teori – teori apa yang

akan digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang akan diteliti,

serta mendapatkan dasar – dasar referensi yang kuat bagi peneliti untuk

merancang suatu model perpustakaan.

4. Dokumentasi

Menurut Djam’an Satori (2011: 149), studi dokumentasi yaitu

mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam

permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat

mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu

kejadian. Dokumen yang digunakan pada penelitian ini berupa daftar

responden penelitian, foto situasi di dalam perpustakaan maupun di luar

perpustakaan.

Data – data yang didapat dari observasi, wawancara, studi

pustaka kemudian diolah pada tingkat aspek berkaitan, yaitu:

80

a. Aspek Manusia

Adalah aspek untuk mencapai penyelesaian masalah

yang berkaitan dengan aktivitas, perilaku presepsi pelaku

kegiatan, menentukan kebutuhan dan kapasitas ruang yang

menentukan dimensi ruang yang dibutuhkan dan pola sirkulasi

dalam bangunan.

b. Aspek Lingkungan

Merupakan aspek untuk mencapai penyelesaian masalah

yang berkaitan dengan lokasi, peraturan daerah setempat serta

instansi terkait, tipologi bangunan dan potensi lingkungan yang

mendukung perencanaan dan perancangan

c. Aspek Induktif

Mengkomplikasikan data – data yang diperoleh

kemudian dianalisa dan dari hasil analisa disintesis untuk

menuju transformasi desain.

3.5. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data model interaktif

yang dikemukakan oleh Miles & Huberman, yaitu di mulai dari tahapan

pengumpulan data dilanjutkan dengan reduksi data, display data dan

tahapan terakhir yaitu penarikan kesimpulan.

Dimulai dari pengumpulan data, yaitu peneliti berusaha

mendapatkan data – data yang relevan dari informan untuk dapat dijadikan

81

sebagai landasan dalam meneliti tentang tema yang sudah ditentukan oleh

peneliti sebelum penelitian dimulai.

Reduksi data yaitu pengumpulan data, yaitu peneliti berusaha

mendapatkan data –data yang relevan dari informan unduk dapat dijadikan

sebagai rujukan maupun landasan dalam penelitian tentang tema yang sudah

ditentukan oleh peneliti sebelum penelitian dilakukan.

Teknik selanjutnya yaitu display data, di mana peneliti mengolah

data yang masih berbentuk setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk

tulisan dan sudah memiliki alur untuk tema yang jelas kedalam matriks yang

selanjutnya akan digunakan untuk menarik satu kesimpulan.

Kesimpulan berisi tentang uraian dari jawaban yang peneliti ajukan

pada tujuan penelitian dengan berlandaskan hasil penelitian yang sudah di

lakukan selama proses penelitian dan pada akhirnya peneliti memberikan

penjelasan simpulan dari jawaban pertanyaan penelitian yang diajukan.

BAB VII

PENUTUP

7.1. Kesimpulan

Penyusunan Persiapan Tugas akhir yang berjudul “Perancangan

Perpustakaan dengan konsep learning commons di bandar lampung” ini

dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Konsep learning commons diharapkan mampu membawa perubahan

paradigma dalam pemanfaatan perpustakaan masa kini yang

disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat di era modern dengan

menggabungkan 3 aspek yakni fleksibilitas, interaksi, dan teknologi.

2. Bangunan dengan gaya modern

Dengan mengikuti generasi ditigal sekarang bentuk bangunan harus

memiliki sesuatu yang menarik agar masyarakat ingin dating ke

perpustakaan ini.

3. Dengan konsep tata ruang luar yang menjadi ruang public diharapkan

dapat membantu konsep learning commons di perpustakaan ini

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. 2001. SNI – 03 – 6576 – 2001. Bandung: Badan

Standarisasi Nasional.

Career Exploration. Colorado: Libraries Unlimited Greenwood Publishing Group,

Inc, 2002

Chan, D.L.H., Wong, G.K.W., “If You Build It, They Will Come: An

IntraInstitutional

Davies, Colin. 1988. High Tech Architecture. London : Thames And Hudson

Donkai, S., Toshimori, A., Mizoue, C., “Academic Libraries as Learning

Spaces in

Donkai, S., Toshimori, A., Mizou, C., “Academic Libraries As Learning Space In

Fourie, D.K & Dowell, D.R., Libraries In The Information Age: An Introduction

and

Gerard, James. 2003. Planning The Modern Public Library Building. London :

Library Unlimited

http://www.academia.edu/7858409/Upaya_Perpustakaan_dalam_Mewujudkan_La

yanan_Layanan_Eduatif , diakses 20 Desember 2018.

Japan: Toward The Development Of Learning Commons”, Dalam The

International Information & Library Review, Desember, 43 (4), 2011,

Diakses 10 Desember Desember 2019

Neufert, Data Arsitek Jilid 2 (terjemahan Sunarto Tjahjadi) , Erlangga, Jakarta,

2002

Neufert, Data Arsitek (terjemahan Sunarto Tjahjadi) , Erlangga, Jakarta, 1996

Stewart, C., “The Academic Library Building in the Digital Age: A Study of New

Library Construction and Planning, Design, and Use of New Library

Space”, A Dessertation: Pennsylvania University, 2009.

Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 1991

Suprapto, Kahardityo. (March 14, 2010). Generasi platinum yang lekat dengan

gadget.

User, Engagment Process In The Learning Commons”, Dalam New Library World,

Vol.114, Issue 1/2, Diakses 10 Desember 2019

Wulandari, D., 2013, Layanan Perpustakaan Perguruan Tinggi Di Era Digital

Native.

Website

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmm/article/view/328

https://aridwansiregar.wordpress.com/2014/11/25/internet-vs-perpustakaan-dan-

isu-keterbukaan-informasi/

http://digilib.polban.ac.id/files/disk1/67/jbptppolban-gdl-giligretar-3326-3-bab2--

6.pdf

file:///C:/Users/Windows%2010/Downloads/Pencahayaan%20(2).pdf

http://mediaindonesia.com/read/detail/128483-menghidupkan-perpustakaan

https://www.kompasiana.com/rhsnanaretno/5a31aa48ab12ae748219b582/perpusta

kaan-modern-yang-tanpa-buku?page=all

http://lisaraqiqta.blogspot.com/2014/01/perpustakaan-modern-tanpa-buku-

yang.html

https://en.wikiarquitectura.com/building/seattle-public-library/#

https://www.frameawards.com/project/99374-media-library-third-place-in-

thionville

https://www.dezeen.com/2017/02/03/dominique-coulon-associes-media-third-

place-library-thionville-france/

https://urbannext.net/coulon-architecte/media-library-in-thionville/

https://aasarchitecture.com/2017/11/tianjin-binhai-library-mvrdv.html

https://www.mvrdv.nl/projects/246/tianjin-binhai-library