perancangan motion graphic sebagai media publikasi …

23
PERANCANGAN MOTION GRAPHIC SEBAGAI MEDIA PUBLIKASI KTP ANAK DI KOTA SALATIGA Artikel Ilmiah Diajukan Kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Desain Peneliti : Pratama Dody Kurniawan - 692014023 Michael Bezaleel Wenas, S.Kom., M.Cs. Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2019

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERANCANGAN MOTION GRAPHIC SEBAGAI MEDIA PUBLIKASI …

PERANCANGAN MOTION GRAPHIC SEBAGAI

MEDIA PUBLIKASI KTP ANAK DI KOTA SALATIGA

Artikel Ilmiah

Diajukan Kepada

Fakultas Teknologi Informasi

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Desain

Peneliti :

Pratama Dody Kurniawan - 692014023

Michael Bezaleel Wenas, S.Kom., M.Cs.

Program Studi Desain Komunikasi Visual

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

2019

Page 2: PERANCANGAN MOTION GRAPHIC SEBAGAI MEDIA PUBLIKASI …
Page 3: PERANCANGAN MOTION GRAPHIC SEBAGAI MEDIA PUBLIKASI …
Page 4: PERANCANGAN MOTION GRAPHIC SEBAGAI MEDIA PUBLIKASI …
Page 5: PERANCANGAN MOTION GRAPHIC SEBAGAI MEDIA PUBLIKASI …
Page 6: PERANCANGAN MOTION GRAPHIC SEBAGAI MEDIA PUBLIKASI …

1

1. Pendahuluan

Seiring perkembangan zaman, pemerintah terus melakukan perbaikan dan

perkembangan pendataan masyarakat di Indonesia. Dalam Peraturan Menteri

Dalam Negeri (Permendagri) No 2 Tahun 2016 mengenai Kartu Identitas Anak

(KIA), program KIA rencananya akan berjalan secara bertahap hingga 2019

menurut pertimbangan anggaran yang ada, mengingat saat ini jumlah anak di

Indonesia yang berumur kurang dari 17 tahun sekitar 79 juta sedangkan dari 514

kabupaten atau kota di Indonesia saat ini baru 110 kabupaten atau kota yang telah

menerbitkan KIA.

Menurut Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo tujuan program

KIA yaitu untuk meningkatkan pendataan, perlindungan dan pelayanan publik serta

sebagai upaya memberikan perlindungan dan pemenuhan hak konstitusional warga

Negara khususnya anak. Keunggulan dari program KIA yaitu dapat dijadikan

sebagai pengganti Kartu Tanda Penduduk (KTP) apabila anak tersebut belum

berusia 17 tahun. Jika anak tersebut sudah berusia 17 tahun KIA akan berubah

menjadi KTP dengan NIK yang sama. Keunggulan dari KIA bisa juga untuk

membuka rekening tabungan di bank serta membuat paspor atas nama anak [1].

Menurut sensus Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2016, jumlah anak usia

0-16 tahun di Kota Salatiga berjumlah 40.451 anak. Data tersebut didapat dari

seluruh Kecamatan yang terdapat di Kota Salatiga [2].

Menurut data dari Disdukcapil Kota Salatiga dari hasil wawancara dengan

Bapak Brian Ardianto selaku Database Operator KIA Kota Salatiga, tercatat

sebanyak 23.440 anak sudah memiliki atau sudah membuat KIA, jumlah tersebut

hanya 45% dari jumlah seluruh anak yang wajib memiliki KIA di Kota Salatiga

pada tahun 2018. Jumlah tersebut sangatlah sedikit mengingat Kota Salatiga

mempunyai luas 56.781 km2 dan menduduki peringkat luas wilayah ke-18 kota

madya terkecil di Indonesia. Pihak Disdukcapil sudah melakukan beberapa

sosialisasi yang isinya manfaat memiliki data kependudukan serta syarat dan tata

cara membuat KIA melalui radio yang disiarkan setiap hari di radio Suara Salatiga,

melalui koran Salatiga yang diterbitkan setiap tiga bulan sekali, menggunakan

leafleat yang disebarkan ke kelurahan dan ditempelkan di tempat strategis seperti

mading dan papan pengumuman di Kota Salatiga, memberikan formulir

pendaftaran KIA kepada pihak Sekolah Dasar (SD) di Kota Salatiga setiap tahun

dimana formulir tersebut mewajibkan anak dengan usia dibawah 17 tahun yang

berdomisili di Kota Salatiga untuk wajib memiliki KIA.

Dari data yang diambil di beberapa SD di Kota Salatiga, ada beberapa SD

yang sudah menerapkan wajib membuat KIA di dalam sekolah dengan memberikan

formulir pendaftaran KIA secara langsung kepada murid, namun masih banyak SD

yang tidak memberikan informasi mengenai program KIA. Sebagian besar SD yang

sudah menerapkan wajib membuat KIA hanya SD swasta, sedangkan untuk SD

Negeri banyak yang belum menerapkan wajib membuat KIA di sekolah. Kurangnya

media publikasi KIA di Kota Salatiga membuat banyak masyarakat yang belum

mengenal betul tentang bagaimana dan apa manfaat dari KIA. Dari data yang

diambil melalui wawancara langsung kepada beberapa masyarakat dengan anak

yang masih menginjak tingkat SD dan Taman Kanak-Kanak (TK) di Kota Salatiga,

Page 7: PERANCANGAN MOTION GRAPHIC SEBAGAI MEDIA PUBLIKASI …

2

masyarakat banyak yang belum mengenal tentang program KIA yang sedang

berjalan sekarang ini, beberapa masyarakat yang sudah membuat KIA hanya

sebatas mengetahui tentang adanya KIA dari mulut ke mulut tanpa mengerti

bagaimana dan apa manfaat dari KIA.

Berdasarkan permasalahan yang ada, dapat disimpulkan bahwa Disdukcapil

Kota Salatiga memerlukan media tambahan untuk membantu publikasi KIA di Kota

Salatiga. Video Motion Graphic KIA merupakan media yang dinilai lebih efektif

mengingat perkembangan zaman membuat teknologi yang mengarah ke arah digital

sangat berkembang cepat. Penyampaian informasi mengenai KIA dapat

disampaikan dengan mudah melalui Motion Graphic karena informasi yang

disampaikan memalui media visual akan lebih menarik audience dalam memahami

isi dari informasi yang disampaikan. Saat ini era digital telah menjadi gaya hidup

baru bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia.

2. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan penelitian Chandy Afrizal dari jurnal yang berjudul

“Pelaksanaan Kebijakan Pembuatan Kartu Identitas Anak Di Kota Bandar

Lampung” menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Kemendagri

berharap KIA bisa menjadi kertu identitas bagi anak, namun semenjak program ini

diluncurkan, banyak tanggapan dan kritikan yang datang. Sebagian kalangan

menganggap bahwa KIA adalah program yang penting. Namun tidak sedikit yang

menganggap KIA tidak memiliki tujuan yang jelas. Berbagai tanggapan tersebut

seharusnya menjadi masukan untuk pemerintah dalam rangka mematangkan

program KIA di Indonesia. Namun belum adanya realisasi dari fasilitas umum

seperti rumah sakit, sekolah dan tempat umum lainnya membuat masyarakat

banyak yang masih memandang remeh atau tidak menganggap penting KIA [3].

Pada penelitian Chandy Afrizal dan penelitian yang sedang dilakukan,

terdapat beberapa persamaan objek dan subjek penelitian, yaitu KIA sebagai fokus

penelitiannya dan masyarakat sebagai subjek penelitiannya, selain itu juga memiliki

permasalahan yang sama yaitu masyarakat banyak yang masih memandang remeh

dan tidak menganggap penting KIA.

Terdapat juga penelitian Yessica Brigitta dari jurnal yang berjudul

“Perancangan Video Company Profile Lembah Kamuning Dairy Farm, Desa

Cigugur, Kuningan dengan Teknik Motion Graphic” menggunakan metode

kualitatif. Informasi adalah hal yang penting dan selalu dibutuhkan manusia.

Perkembangan teknologi saat ini membuat informasi dapat diakses dengan cepat,

mudah, dan akurat. Publikasi sebuah perusahaan merupakan cara yang ampuh

untuk menyampaikan informasi yang ingin di sampaikan, dengan begitu

masyarakat dapat mengerti tentang profil dari perusahaan tersebut. Motion Graphic

sebagai teknik yang dipilih untuk video Company Profile sudah diuji dan dianggap

cocok karena penonton lebih mudah mengingat dan lebih tertarik karena

kelengkapan informasi yang disampaikan sangat mudah dipahami [4].

Berdasarkan penelitian Yessica Brigitta dan penelitian yang sedang

dilakukan, ditemukan adanya perbedaan dan persamaan. Perbedaannya adalah

Page 8: PERANCANGAN MOTION GRAPHIC SEBAGAI MEDIA PUBLIKASI …

3

objek penelitian yang dilakukan berbeda, yaitu Lembah Kamuning Dairy Farm.

Selain itu subjek yang dituju juga berbeda, pada penelitian Yessica Brigitta subjek

penelitian ditujukan kepada masyarakat luas dengan tujuan berwisata, sedangkan

subjek pada penelitian yang sedang dilakukan ditujukan kepada orang tua yang

memiliki anak berumur 0 sampai kurang dari 17 tahun yang berdomisili di Kota

Salatiga. Lalu terdapat juga adanya persamaan yang digunakan untuk

menyelesaikan permasalahan yang ada di objek penelitian, yaitu merancang sebuah

Motion Graphic. Pada penelitian yang sedang dilakukan, penempatan publikasi

video Motion Graphic menggunakan fasilitas umum dimana kondisi fasilitas umum

seperti TV yang ada di ruang tunggu Disdukcapil, poliklinik, dan kantor kelurahan

desa tidak selalu kondusif dalam penyampaian informasi melalui suara.

Penyampaian informasi menggunakan text serta gaya desain yang sederhana dalam

Motion Graphic akan membuat informasi yang disampaikan akan dapat diterima

dengan mudah oleh audience.

Lalu ada juga penelitian Ni Kadek Sumiari dan Putu Setyarini dengan judul

“Perancangan Media Publikasi Kesenian Tari Bali Berbasis Web” dengan

menggunakan metode kualitatif. Dalam kebudayaan Bali, kesenian tari merupakan

salah satu aspek penunjang yang penting. Perkembangan zaman membuat banyak

perubahan dalam kebudayaan seni tari seperti munculnya banyak tarian kreasi yang

lebil modern. Kebutuhan informasi tentang kesenian tari Bali menjadi salah satu

aspek yang penting untuk menarik minat wisatawan. Teknologi yang berkembang

pesat saat ini, khususnya dalam bidang informasi harus dimanfaatkan sebagai media

publikasi tentang kesenian tari Bali. Dengan memanfaatkan teknologi, kesenian tari

Bali dapat dipublikasikan dengan mudah dan cepat, sehingga informasi yang

disampaikan lebih valid, hemat biaya serta tidak membuang banyak waktu [5].

Pada penelitian Ni Kadek Sumiari dan Putu Setyarini dan penelitian yang

sedang dilakukan, terdapat perbedaan objek dan subjek penelitian yaitu tari Bali

sebagai fokus penelitiannya dan wisatawan sebagai subjek penelitiannya. Namun

terdapat persamaan media yaitu sebagai media publikasi.

Publikasi menurut Wasiun, Nugraha dan Prabawani adalah sekumpulan

informasi yang berkaitan tentang makhluk hidup, barang maupun organisasi yang

disebarkan kepada masyarakat melalui media. Publikasi adalah serangkaian

promosi yang efisien dengan kelebihan dan kekurangan, sebagai berikut [6] :

Kelebihan publikasi :

1. Sumber informasi lebih dapat dipercaya kerena informasi berasal dari pihak

terkait.

2. Lebih menarik untuk dibaca karena publikasi menyajikan informasi yang

lebih rinci serta informasi yang disampaikan lebih lengkap daripada iklan

pada umumya.

Kekurangan publikasi :

1. Perusahaan atau lembaga tidak memilliki jaminan mengenai publikasi akan

dimuat atau disiarkan melalui media.

Page 9: PERANCANGAN MOTION GRAPHIC SEBAGAI MEDIA PUBLIKASI …

4

2. Informasi yang disampaikan hanya sekali saja tanpa banyak menggunakan

pengulangan informasi, maka jika informasi terlewatkan tidak ada

pengulangan informasi pada menit selanjutnya.

Motion Graphic menurut Ranang A.S dalam Prasetya adalah gabungan dari

tipografi, fotografi, musik, video, dan visual animasi yang berbasis pada waktu

dengan menggunakan animasi dan atau video untuk menciptakan ilusi gerak

ataupun tranformasi [7].

Menurut Ahli Teori Perfilman Michael Betancourt, artikelnya yang berjudul

“The Origins of Motion Graphics” dalam Algiffari, Motion Graphic adalah

kombinasi dari ilusi gerak dengan audio yang dihasilkan dari rekaman video dan

teknologi animasi yang biasanya ditampilkan melalui teknologi media elektronik

dalam bentuk multimedia [9].

Menurut Ping Zhang, artikelnya yang berjudul “Pop-Up Animations:

Impacts and Implications for Website Design and Online Advertising” Animation

pop up adalah efek animasi gambar dimana dalam lingkungan internet mengacu

pada animasi yang mengawali atau muncul pada layar ketika penonton tidak

menduganya. Animation pop-up sudah banyak dijumpai dalam berbagai media

grafis dan sudah digunakan secara luas di lingkungan internet [10].

Penelitian Raharjo yang mengatakan media visual memegang peranan yang

sangat penting dalam proses penyampaian informasi. Media visual dapat

mempercepat pemahaman serta memperkuat ingatan. Menurut Jacoby dan Dallas

(dalam Snodgrass dkk, 1996), stimulasi visual adalah bentuk stimulasi suatu objek

yang sudah dilihat kemudian dimasukan ke dalam ingatan.

Menurut Udik dalam Raharjo, terdapat beberapa prinsip penggunaan media

visual yang efektif [11].

1. Penggunaan unsur visual yang sederhana akan lebih mudah dipelajari

dibanding penggunaan unsur visual yang rumit dan akan terkesan

mengganggu perhatian.

2. Unsur visual dengan tambahan tulisan dapat memberikan penekanan

informasi sehingga informasi akan tersampaikan dengan baik.

3. Penggunaan grafik akan mambantu dalam memahami keseluruhan

informasi sebelum informasi dijabarkan.

Menurut Peraturan Dalam Negeri Nomor 2 tahun 2016 tentang Kartu

Identitas Anak yang disingkat menjadi KIA adalah suatu identitas resmi anak pada

usia kurang dari 17 tahun dan belum menikah yang diterbitkan oleh Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil kabupaten atau kota. Tujuan dari

diterbitkannya KIA yaitu untuk meningkatkan pendataan, perlindungan dan

pelayanan publik serta sebagai upaya memberikan perlindungan dan pemenuhan

hak konstitusional warga negara.

Pemerintah telah mewajibkan semua anak harus memiliki kartu identitas diri

yang disebut Kartu Identitas Anak. Kartu tersebut diharapkan dapat mengurangi

kesalahan dalam pendataan penduduk di Indonesia. Dengan proses pembuatan yang

tidak dipungut biaya akan mempermudah masyarakat dalam proses pembuatan

Page 10: PERANCANGAN MOTION GRAPHIC SEBAGAI MEDIA PUBLIKASI …

5

KIA. Pemerintah masih berusaha untuk menyelesaikan target pemerataan KIA yang

diharapkan dapat selesai pada tahun 2019 [12].

3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analisis data dengan menggunakan

metode deskriptif kualitatif dengan subjek penelitian petugas atau operator KIA dan

masyarakat Kota Salatiga. Hal yang diteliti yaitu tentang bagaimana publikasi KIA

di Kota Salatiga. Penggumpulan data mengunakan wawancara kepada petugas atau

operator KIA, beberapa SD dan TK, serta masyarakat Kota Salatiga. Teknik analisis

data menggunakan langkah-langkah yang masih bersifat umum, yakni reduksi data,

penyajian data, dan menarik kesimpulan. Tahapan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Tahapan Perancangan Motion Graphic.

Tahap 1

Tahap pertama adalah pengumpulan data dengan melakukan observasi yang

dilakukan di Kota Salatiga diketahui kurangnya media publikasi tentang KIA di

Kota Salatiga. Media publikasi KIA hanya dapat dilihat pada bagian dalam kantor

Dukcapil Kota Salatiga serta tidak ada media digital ataupun cetak yang tersebar di

Kota Salatiga. Data diperkuat dengan dilakukannya wawancara kepada Database

Operator KIA Kota Salatiga Bapak Brian Ardianto, SE, MM yang mengatakan

bahwa masih kurangnya media publikasi KIA di Kota Salatiga serta masih

kurangnya pemahaman masyarakat tentang program KIA di Kota Salatiga. Bapak

Brian juga mengatakan akan lebih bagus jika ada media publikasi tambahan seperti

media digital supaya masyarakat lebih tertarik untuk mengenal program KIA. Dari

data yang diperoleh dari Bapak Brian, pada bulan Juli 2018 tercatat sebanyak

24.411 anak sudah memiliki KIA, namun jumlah tersebut masih 48% dari total

jumlah seluruh anak dibawah 17 tahun di Kota Salatiga. Pihak Dukcapil sebenarnya

sudah melakukan kerjasama dengan seluruh SD di Kota Salatiga, namun masih

belum bisa memenuhi target. Dukcapil juga sudah membuat beberapa program

untuk mempermudah proses pembuatan KIA seperti cetak langsung jadi dan

program “3 in 1” dimana program tersebut berupa pengurusan Akta Kelahiran

dengan bonus Kartu Keluarga dan KIA. Wawancara juga dilakukan kepada

masyarakat Kota Salatiga dengan target para orang tua yang memiliki anak dengan

jenjang pendidikan TK hingga SD. Hasil dari wawancara tersebut adalah

masyarakat banyak yang belum mengenal betul tentang apa itu KIA dan untuk apa

KIA dibuat, bahkan masyarakat yang sudah memiliki KIA belum bisa merasakan

manfaat dari program KIA karena belum tahu manfaat dan kegunaan dari KIA.

Begitu juga dengan wawancara yang dilakukan dengan anak-anak SD, Sekolah

Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), beberapa anak SD

mengatakan bahwa sudah memiliki KIA dari program yang diadakan di sekolah

yaitu anak yang berasal dari dalam Kota Salatiga langsung dibuatkan KIA oleh

Page 11: PERANCANGAN MOTION GRAPHIC SEBAGAI MEDIA PUBLIKASI …

6

pihak sekolah, sedangkan SD Negeri tidak. Anak-anak yang sudah memiliki KIA

pun tidak semua mengerti tentang kegunaan dan manfaat KIA yang sebenarnya.

Ditambah lagi anak SMP dan SMA dimana pihak sekolah tidak menerapkan

pembuatan KIA di sekolah, dari hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa

anak SMP dan SMA, sebagian besar tidak memiliki KIA, beberapa anak SMP dan

SMA tersebut mengatakan tidak tahu untuk apa KIA dan kurang tertarik untuk

membuat KIA.

Tahap 2

Tahap kedua adalah analisis data dimana data yang sudah diperoleh dipilih

untuk dilakukan pengolahan data. Metode analisis data menggunakan metode

deskriptif kualitatif dilakukan dengan memecah data menjadi komponen-komponen

yang lebih kecil berdasarkan elemen dan struktur tertentu. Pada proses analisis data

dibagi menjadi beberapa bagian yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan. Reduksi data adalah sebuah proses penyederhanaan, pemusatan,

pemilihan dan tranformasi dari data yang sudah terkumpul. Reduksa data berjalan

terus-menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berjalan [13].

Tabel 1. Segmen pasar yang dituju dari program KIA

No Informan Deskripsi Intisari

1. Database

Operator KIA

Kota Salatiga

(Bapak Brian

Ardianto, SE,

MM).

Target program KIA di kota salatiga

adalah seluruh anak berusia kurang

dari 17 tahun yang berdomisili di

Kota Salatiga. Dari total jumlah anak

yang ada di Kota Salatiga dengan

umur dibawah 17 tahun sejak 2016

hinnga 2018 tercatat hanya 48%

yang sudah memiliki KIA.

Anak berusia

kurang dari tujuh

belas tahun yang

berdomisili di

salatiga wajib

memiliki KIA.

48% anak sudah

memiliki KIA di

Kota Salatiga.

2. Peraturan

Menteri Dalam

Negeri

(Permendagri)

No 2 Tahun

2016 mengenai

Kartu Identitas

Anak (KIA).

Program KIA rencananya akan

berjalan secara bertahap hingga

2019. jumlah anak di Indonesia yang

berumur kurang dari 17 tahun sekitar

79 juta sedangkan dari 514

kabupaten atau kota di Indonesia

saat ini baru 110 kabupaten atau kota

yang telah menerbitkan KIA.

Program KIA akan

terus berjalan

secara bertahap

hingga 2019.

Salatiga menjadi

salah satu kota

yang sudah

menerbitkan KIA.

Kesimpulan kategori inti :

Berdasarkan hasil wawancara dan informasi dari Database Operator KIA

Kota Salatiga dan Peraturan Permendagri No 2 Tahun 2016 program KIA akan

berjalan bertahap hingga 2019 dan seluruh anak di Indonesia yang berumur

kurang dari 17 tahun wajib memiliki KIA serta tercatat hanya 48% anak dari tahun

2016 hingga 2018 yang sudah memiliki KIA di Kota Salatiga.

Page 12: PERANCANGAN MOTION GRAPHIC SEBAGAI MEDIA PUBLIKASI …

7

Tabel 2. Media Publikasi program KIA di Kota Salatiga

No Informan Deskripsi Intisari

1. Database

Operator

KIA Kota

Salatiga

(Bapak Brian

Ardianto, SE,

MM).

Pihak Dukcapil Kota Salatiga

sudah melakukan publikasi KIA

dengan cara melakukan kerjasama

dengan seluruh SD di Kota

Salatiga, lalu mengirimkan surat

ke seluruh Kacamatan di Kota

Salatiga, serta dengan

menerapkan cetak langsung jadi

dan program “3 in 1”.

Penambahan media publikasi

seperti media digital akan

menambah minat minat

masyarakat untuk lebih mengenal

program KIA.

Program publikasi

yang dilakukan

oleh Dukcapil

adalah kerjasama

dengan seluruh SD

dan Kecamatan di

Kota Salatiga, lalu

catak langsung jadi

dan program ”3 in

1”. Penambahan

media digital akan

menambah minat

masyarakat untuk

mengenal program

KIA.

2. Orang tua

yang

memiliki

anak umur

empat sampai

delapan tahun

dengan

tingkatan

pendidikan

TK dan SD

awal.

Belum adanya pemberitahuan dari

sekolah (TK) mengenai program

KIA. Orang tua murid hanya

mengetahui tentang program KIA

dari mulut ke mulut tanpa

mengerti tujuan dan pentingnya

KIA. Sebagian SD swasta di Kota

Salatiga sudah menerapkan wajib

memiliki KIA serta pembuatan

KIA di sekolah. Namun pada SD

Negeri belum ada informasi

mengenai KIA di sekolah.

Tidak ada

Informasi dari TK

serta SD Negeri

tentang KIA. Orang

tua murid kurang

memahami tentang

apa dan untuk apa

KIA.

3. Anak SMP

dan SMA

yang

berdomisili di

Kota Salatiga

dengan umur

dibawah 17

tahun.

Belum mengenal KIA dan tidak

memiliki KIA. Hanya anak SMP

yang pada saat SD diwajibkan

memiliki KIA saja yang sudah

memiliki KIA.

Masih banyak anak

SMP dan SMA

dengan usia

dibawah 17 tahun

yang belum

mengenal KIA.

Kesimpulan kategori inti :

Berdasarkan hasil wawancara dan informasi dari Database Operator KIA

Kota Salatiga, orang tua murid, Anak SMP dan SMA Kota Salatiga. Masih banyak

orang tua serta anak-anak yang belum mengenal KIA, serta hanya SD swasta saja

yang sudah menerapkan wajib memiliki KIA di sekolah. Dengan menambah media

digital diharapkan akan menambah minat masyarakat dalam mengenal program

KIA.

Page 13: PERANCANGAN MOTION GRAPHIC SEBAGAI MEDIA PUBLIKASI …

8

Dari hasil Reduksi Data dapat dilihat bahwa tingkat kepemilikan KIA di

Kota Salatiga hanya sebesar 48% tercatat dari tahun 2016 hingga 2018. Hasil

tersebut sangatlah sedikit mengingat program tersebut sudah berjalan dua tahun.

Tingkat kepemilikan KIA terbesar ada pada usia balita dan pada jenjang SD, jumlah

tersebut masih jauh dari target jumlah KIA yang diharapkan. Serta masih kurangnya

informasi membuat masyarakat banyak yang belum mengerti tenang program KIA.

Setelah mendapatkan hasil Penyajian Data maka dapat ditarik kesimpulan

target audience, media publikasi, gaya publikasi, penempatan publikasi, serta isi

publikasi.

Tabel 3. Kesimpulan

No. Kesimpulan Hasil

1. Target audience Orang tua yang memiliki anak dibawah 17 tahun yang

berdomisili di Kota Salatiga.

2. Media Publikasi Media Digital.

3. Gaya Publikasi Motion Graphic dengan infografis didalamnya. Dilihat

dari target audience adalah orang tua yang sudah bisa

membaca serta dibutuhkannya informasi yang lebih

rinci berupa tulisan.

4. Penempatan

Publikasi

Fasilitas umum berupa TV yang ada di ruang tunggu

Disdukcapil, poliklinik, dan kantor kelurahan desa.

Dilihat dari kegiatan masyarakat yang dekat dengan

fasilitas umum.

5. Isi Publikasi Informasi tentang manfaat dan fungsi KIA serta cara

pembuatan KIA di Kota Salatiga.

Tahap 3

Dari data yang sudah diperoleh maka dirancang sebuah Video Infografis

dengan bentuk Motion Graphic media publikasi Kartu Identitas Anak Kota

Salatiga. Proses perancangan terdiri dari tiga tahap yaitu pra produksi, produksi dan

Pasca Produksi. Proses perancangan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Proses Perancangan Motion Graphic.

Page 14: PERANCANGAN MOTION GRAPHIC SEBAGAI MEDIA PUBLIKASI …

9

Pra Produksi

a. Ide Dan Konsep

Dalam proses perancangan berisikan tentang tujuan, manfaat, syarat, dan

cara pembuatan KIA di Kota Salatiga. Media dirancang untuk anak yang

berdomisili di Kota Salatiga dengan umur kurang dari 17 tahun dengan target

audience orang tua yang memiliki anak dengan umur kurang dari 17 tahun yang

berdomisili di Kota Salatiga. Pada bagian awal Motion Graphic akan ditampilkan

apa itu KIA, tujuan serta manfaat dari KIA. Pada bagian selanjutnya ditampilkan

bagaimana syarat pembuatan dan bagaimana cara membuat KIA di Kota Salatiga.

Informasi tentang KIA akan disajikan dalam bentuk Motion Graphic dengan

tambahan text didalamnya. Perancangan Motion Graphic digambarkan dengan

menggunakan gaya Flat Design karena memiliki beberapa ciri khas yang terletak

pada penggunaan ikon, ilustrasi dan elemen yang terkesan sederhana serta warna

yang mencolok membuat gaya Flat Design dapat dinikmati oleh orang tua maupun

anak dengan jelas, informasi yang banyak serta kondisi ruang publik yang ramai

akan membuat audience harus fokus pada informasi yang terdapat pada Motion

Graphic, dengan gambaran informasi yang sederhana akan membuat media lebih

mudah dimengerti dan dipahami oleh masyarakat. Effect yang digunakan dalam

Motion Graphic adalah Animation pop-up dengan alasan supaya setiap objek yang

digambarkan terlihat lebih menarik dan tidak membosankan. Video Motion

Graphic KIA memiliki durasi 1-2 menit karena akan di tayangkan pada fasilitas

umum dimana durasi lebih dari 3 menit akan membuat audience merasa bosan dan

tidak efektif untuk dilihat.

b. Konten

Konten yang akan disajikan yaitu tentang informasi singkat mengenai apa

itu KIA dan bagaimana fungsi dan proses pembuatan di Kota Salatiga serta apa saja

syarat yang dibutuhkan untuk memiliki KIA.

c. Storyboard

Kemudian pada tahap selanjutnya dilanjutkan dengan pembuatan

storyboard yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai Motion Graphic

yang akan dibuat dan juga informasi yang akan dicantumkan dalam Motion Graphic

tersebut berupa Informasi mengenai KIA dan juga bagaimana proses pembuatan

KIA di Kota Salatiga. Perancangan storyboard dapat dilihat pada Gambar 3.

Page 15: PERANCANGAN MOTION GRAPHIC SEBAGAI MEDIA PUBLIKASI …

10

Gambar 3. Storyboard Perancangan Motion Graphic.

d. Sketsa Karakter dan Aset

Tahap selanjutnya setelah ide, konsep dan konten sudah ditentukan yaitu

membuat sketsa untuk menggambarkan isi dari Motion Graphic KIA. Proses

pembuatan sketsa dilakukan dengan membuat gambar menggunakan pensil. Sketsa

yang dibuat akan menyesuaikan ciri khas dari KIA dengan maksud penggambaran

karakter dan aset yang dibuat akan mencerminkan tentang KIA.

Sketsa pertama yang dibuat yaitu sketsa karakter utama dari Motion

Graphic KIA. Sketsa karakter bertujuan untuk mencernimkan pengguna dari KIA

yaitu anak yang memiliki umur dibawah tujuh belas tahun. Penggambaran karakter

digambarkan dengan ilustrasi karakter seorang bayi, anak SD, anak SMP dan anak

SMA dengan tujuan karakter tersebut akan mewakili anak dengan umur dibawah

tujuh belas tahun. Aset berfungsi sebagai gambaran pendukung untuk memperjelas

isi dari Motion Graphic KIA. Penggambaran aset akan berhubungan dengan fungsi

dan manfaat dari KIA dengan bentuk ilustrasi yang sederhana. Proses sketsa

karakter terdapat dilihat pada Gambar 4 dan proses sketsa aset dapat dilihat pada

Gambar 5.

Gambar 4. Sketsa Karakter Perancangan Motion Graphic.

Page 16: PERANCANGAN MOTION GRAPHIC SEBAGAI MEDIA PUBLIKASI …

11

Gambar 5. Sketsa Aset Perancangan Motion Graphic.

Produksi

a. Digital Artwork

Tahap selanjutnya adalah tahap Digital Artwork. Pada tahap ini sketsa yang

sudah dibuat akan dibuat kembali dalam bentuk digital dimana sketsa tersebut akan

diberi warna, garis, serta shading supaya tampilan gambarnya menjadi lebih jelas

dan lebih menarik. Pada penggambaran aset menggunakan pemilihan warna dan

bentuk yang terkesan lucu dengan gaya flat design yang sederhana dan tidak

menambahkan banyak detail. Proses Digital Artwork karakter dan aset terdapat

dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Digital Artwork karakter dan aset.

Untuk font yang digunakan adalah Arial Rounded MT Bold & Arial dengan

jenis huruf sans serif lebih bersifat sederhana dan mudah dibaca. Font Arial

Rounded MT Bold & Arial dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Font Arial Rounded MT Bold & Arial.

b. Audio Mixing

Selanjutnya masuk pada tahap Audio Mixing musik yang telah dipilih

sebagai backsound music video Motion Graphic untuk menetukan durasi dan

Page 17: PERANCANGAN MOTION GRAPHIC SEBAGAI MEDIA PUBLIKASI …

12

transisi pada video. Audio Mixing menggunakan efek Constant Power untuk

menghaluskan penggabungan musik. Efek Constant Gain digunakan untuk

menurunkan Volume suara musik secara perlahan. Proses Audio Mixing dapat

dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Proses Audio Mixing.

c. Animating

Setelah selesai tahap Audio Mixing, selanjutnya masuk pada proses

Animating. Pada proses ini, semua aset yang telah dibuat kemudian dirangkai dan

dianimasikan sesuai dengan durasi yang telah ditentukan. Penggunaan efek pop-up

bersifat gambar yang ditampilkan akan muncul dari kecil ke besar atau sebaliknya

ketika audience tidak menduganya. Efek Moving dan Masking juga digunakan

untuk menambah kesan hidup pada gambar. Proses Animating dapat dilihat pada

Gambar 9.

Gambar 9. Proses Animating.

d. Sound Effects

Selanjutnya masuk pada proses Sound Effect dimana proses ini merupakan

proses terakhir pada tahapan produksi. Dalam proses Sound Effect animasi dan

backsound music yang sudah jadi diberi tambahan Sound Effects yang berguna

untuk memberikan tekanan pada setiap pergerakan animasi dan pergantian Scene.

Proses Sound Effects dapat dilihat pada Gambar 10.

Page 18: PERANCANGAN MOTION GRAPHIC SEBAGAI MEDIA PUBLIKASI …

13

Gambar 10. Proses Sound Effects.

Pasca Produksi

a. Rendering

Tahap selanjutnya yaitu proses rendering, proses rendering merupakan

proses terakhir setelah proses editing selesai. Pada proses ini semua file yang sudah

dibuat yaitu ilustrasi, animasi, Sound Effects, dan background music disatukan

menjadi satu bentuk output yang berupa video. Format video yang digunakan

adalah H.264 (Mp4) dengan resolusi 1920 x 1080 (1.0) pixel, 29.97 fps. Format

tersebut bertujuan supaya video memiliki resolusi yang besar ketika ditampilkan

pada layar dengan resolusi tinggi. Proses Rendering dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Proses Rendering.

4. Hasil dan Pembahasan

Berikut adalah hasil dari perancangan video Motion Graphic yang telah

dibuat. Dalam video Motion Graphic KIA terbagi menjadi tiga bagian yaitu

opening, isi dan closing. Hasil dari perancangan ini dapat dilihat pada Gambar 12.

Page 19: PERANCANGAN MOTION GRAPHIC SEBAGAI MEDIA PUBLIKASI …

14

Gambar 12. Desain opening, isi, dan closing.

Pada bagian opening video disambut dengan animasi dari bentuk KIA dan

animasi karakter dua orang anak SD. Hasil dari perancangan opening Motion

Graphic dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Desain opening Motion Graphic.

Selanjutnya pada scene 2 menampilkan tentang peraturan pemerintah yang

membahas tentang KIA ditambah dengan animasi karakter anak yang bertujuan

untuk menggambarkan umur dari pengguna KIA. Scene 2 dapat dilihat pada

Gambar 14.

Gambar 14. Peraturan pemerintah tentang KIA.

Page 20: PERANCANGAN MOTION GRAPHIC SEBAGAI MEDIA PUBLIKASI …

15

Pada scene 3 berisikan penjelasan dan animasi tentang manfaat dari KIA.

Manfaat dari KIA terbagi menjadi enam bagian yaitu tentang pelayanan publik,

pendidikan, dokumen keimigrasian, tabungan di bank, tiket kereta api dan data diri

yang sah. Scene 3 dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Manfaat KIA.

Lanjut pada scene 4. Dalam scene ini berisikan animasi ilustrasi dari gedung

Disdukcapil Kota Salatiga yang bertujuan untuk memberikan informasi bahwa

tempat pembuatan KIA di Kota Salatiga adalah di Disdukcapil Kota Salatiga. Scene

4 dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16. Animasi ilustrasi Gedung Disdukcapil Kota Salatiga.

Selanjutnya pada scene 5 menampilkan animasi ilustrasi bagian lobby

Disdukcapil Kota Salatiga dengan tambahan informasi tentang syarat pembuatan

KIA di Kota Salatiga. Scene 5 dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17. Syarat pembuatan KIA.

Page 21: PERANCANGAN MOTION GRAPHIC SEBAGAI MEDIA PUBLIKASI …

16

Pada scene 6 berisikan animasi ilustrasi dari KIA beserta penjelasan tentang

apa saja isi kartu KIA. Scene 6 dapat dilihat pada Gambar 18.

Gambar 18. Isi dari Kartu KIA.

Lanjut pada scene 7. Scene ini menampilkan animasi dua anak SD yang

sedang memegang KIA. Scene ini menggambarkan bahwa setelah mengenal apa itu

KIA dan tau apa saja syarat untuk membuat KIA, anak tersebut bisa mendapatkan

KIA milik sendiri. Scene 7 dapat dilihat pada Gambar 19.

Gambar 19. Anak mendapatkan KIA.

Scene terakhir yaitu scene 8 berisikan logo dari Disdukcapil Kota Salatiga.

Scene 8 dapat dilihat pada Gambar 20.

Gambar 20. Logo Disdukcapil Kota Salatiga.

Dari hasil perancangan video Motion Graphic kemudian dilakukan evaluasi.

Evaluasi yang pertama dilakukan wawancara kepada Bapak Brian Ardianto selaku

Database Operator KIA dan Bapak Noegroho Agoes Setijono selaku kepala

Disdukcapil Kota Salatiga. Ada beberapa hal yang perlu ditambahkan dan penulisan

yang harus diperbaiki sehingga perlu dilakukan revisi pada video yaitu penambahan

informasi Permendagri No 2 tahun 2016 mengenai KIA dan perbaikan kata dalam

penulisan informasi pada video Motion Graphic. Setelah dilakukan perbaikan dari

Page 22: PERANCANGAN MOTION GRAPHIC SEBAGAI MEDIA PUBLIKASI …

17

evaluasi konten atau isi dari video Motion Graphic sudah bagus dan menarik, dari

segi informasi dan tampilan juga sudah cukup jelas.

Pegujian pertama dilakukan wawancara kepada Raffael A. Gumelar selaku

Head Animator dari Kumata Studio. Memberikan pendapat soal pergerakan Motion

Graphic untuk diperhalus lagi dan disarankan untuk menentukan skema warna

utama dan pola yang mau ditampilkan pada sequence. Selain itu, informasi yang

disampaikan sudah cukup jelas dan karakter yang dibuat sudah mencerminkan

pengguna KIA.

Pengujian yang kedua dilakukan kepada target audience yaitu orang tua

yang mempunyai anak dengan usia dibawah 17 tahun yang berdomisili di Kota

Salatiga berjumlah 10 orang. Proses pengujian yaitu dengan melakukan wawancara

langsung kepada target audience dengan menunjukan hasil video yang sudah jadi.

Hal-hal yang ditanyakan kepada audience meliputi keseluruhan penyampaian

informasi pada video. Dari hasil wawancara target audience mengatakan bahwa

video Motion Graphic KIA dapat dipahami dengan jelas. Dari segi animasi dan

durasi tampilan video ini tidak menimbulkan rasa bosan dan menarik untuk di

tonton.

5. Simpulan

Dari hasil video Motion Graphic sebagai media publikasi KTP Anak di Kota

Salatiga dapat disimpulkan melalui evaluasi dan pengujian bahwa video ini dapat

menjadi media publikasi baru bagi Disdukcapil Kota Salatiga khususnya untuk

program KIA. Selain itu, video Motion Graphic ini menggunakan ilustrasi dan

animasi dengan teknik pop-up yang dibuat semenarik mungkin sudah dapat

memberikan informasi yang mudah dipahami kepada para orang tua yang memiliki

anak dengan umur dibawah 17 tahun yang berdomisili di Kota Salatiga.

Untuk kedepannya, video Motion Graphic KIA dapat digunakan sebagai

landasan media publikasi baru pada berbagai program KIA di Kota Salatiga seperti

Program Layanan Online KIA, Program Jemput Bola, dan KIA keliling dengan

tujuan untuk mempermudah penyampaian informasi mengenai tujuan dan manfaat

KIA serta syarat dan cara pembuatan KIA di Kota Salatiga. Maka dari itu, video ini

sudah layak untuk dipakai dan dipublikasikan secara umum.

Page 23: PERANCANGAN MOTION GRAPHIC SEBAGAI MEDIA PUBLIKASI …

18

Daftar Pustaka

[1] Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No 2 Tahun 2016

mengenai Kartu Identitas Anak (KIA).

[2] BPS Kota Salatiga. 2018. Banyaknya penduduk kota Salatiga menurut

kelompok umur dan jenis kelamin 2016. BPS [Internet]. [diunduh 2018

Januari 31]. Tersedia pada https://salatigakota.bps.go.id.

[3] Afrizal, C. 2017. Pelaksanaan kebijakan pembuatan Kartu Identitas

Anak di Kota Bandar Lampung [Skripsi]. Bandar Lampung (ID).

Universitas Lampung.

[4] Brigitta, Y. 2016. Perancangan video company profile Lembah

Kamuning Dairy Farm, desa Cigugur, Kuningan dengan teknik motion

graphic [Skripsi]. Salatiga (ID). Universitas Kristen Satya Wacana.

[5] Sumiari, N. K., & Setyarini, P. 2015. Perancangan media publikasi

kesenian tari Bali berbasis web. Makalah. Dalam: Konferensi nasional

sistem & informatika 2015 di STMIK STIKOM Bali, 9-10 Oktober.

[6] Wasiun, R., Nugraha, H. S., & Prabawani, B. 2015. Pengaruh pelayanan

sistem online, tarif, dan publikasi terhadap keputusan pembelian secara

online tiket kereta api relasi Semarang-Jakarta. Diponegoro journal of

social and political of science tahun 2015 [Internet]. [diunduh 2018

Mar 27]; 1(1): 1-11. Tersedia pada: http://ejournal-

s1.undip.ac.id/index.php/jiab/article/viewFile/8208/7980.

[7] Prasetya, Y. 2017. Perancangan media informasi “ayo bawa bekal

makan sehat” berbentuk motion graphic 2 dimensi (studi kasus SD Al

Azhar 22 Salatiga) [Skripsi]. Salatiga (ID). Universitas Kristen Satya

Wacana.

[9] Algiffari, M. 2015. Perancangan motion graphic (bumper in) dan video

dokumenter permainan tradisional Jawa Barat. Jurnal sketsa. 4(1): 51.

[10] Zhang, P. 2006. Pop-Up Animations: Impacts and Implications for

Website Design and Online Advertising. Advances in Management

Information. 5: 2

[11] Raharjo, T., & Kawuryan, F. 2012. Pengaruh stimulasi visual untuk

meningkatkan kemampuan membaca pada anak disleksia. Jurnal

psikologi pitutur. 1(1): 17-18.

[12] Ardianto, B. 2017. Strategi peningkatan pelayanan publik dengan

metode SWOT pada kartu identitas anak. Karya tulis ilmiah inovasi.

1(1): 7-8.

[13] Lisa, R., Maschandra., & Iskandar, R. 2010. Analisis Data Kualitatif

Model Miles dan Huberman [Skripsi]. Padang (ID). Universitas Negeri

Padang.