perancangan geometri dan bahan penyerap untuk ruang anti gema elektromagnetik menggunakan algoritma...

9
1 PERANCANGAN GEOMETRI DAN BAHAN PENYERAP UNTUK RUANG ANTI GEMA ELEKTROMAGNETIK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Mulya Erik Hidayatulloh 1 , Suprayogi 2 , Bambang Sumajudin 3 1, 2, 3 Fakultas Elektro Dan Komunikasi Institut Teknologi Telkom, Bandung Ruang anti gema merupakan ruang yang digunakan untuk pengukuran, terutama untuk antena gelombang mikro. Dengan adanya ruang anti gema, pengukuran antena akan menjadi lebih akurat karena tidak ada gelombang elektromagnetik yang dipantulkan. Ruang anti gema elektromagnetik memberikan ketepatan pengukuran dan lingkungan elektromagnetika yang terkontrol, serta mencegah interferensi elektromagnetik dari dalam dan ke luar ruangan. Gelombang elektromagnetik yang dipancarkan antena akan diserap dan didisipasikan oleh bahan penyerap yang ada di setiap dinding ruang anti gema. Tugas Akhir ini bertujuan menentukan bahan yang tepat dengan mempertimbangkan berat bahan dan ketersediaan bahan tersebut untuk digunakan sebagai bahan penyerap, mengoptimasi sudut piramida yang dirancang dengan menggunakan algoritma genetik. Dengan menggunakan kombinasi parameter dalam algoritma genetika seperti: representasi kromosom biner, ukuran populasi 100, probabilitas pindah silang 0,9, probabilitas mutasi 0,125, dan jumlah generasi 200, didapatkan hasil sebagai berikut : Untuk bahan teflon, yang memiliki nilai permitivitas relatif = 2.1, permeabilitas relatif = 1.58, dan konduktivitas = 0, diperoleh nilai fitness terbaik yaitu 4.1441, sudut piramida sebesar 111.094 o untuk frekuensi 2000 MHz 11000 MHz, koefisien refleksi polarisasi TE = 0.141254 dan koefisien refleksi polarisasi TM = 0.00005178. Untuk bahan polyethylen, yang memiliki nilai permitivitas relatif = 2.25, permeabilitas relatif = 1.7, dan konduktivitas = 0, diperoleh nilai fitness terbaik yaitu 4.1796, sudut piramida sebesar 113.438 o untuk frekuensi 2000 MHz 11000 MHz, koefisien refleksi polarisasi TE = 0.138256 dan koefisien refleksi polarisasi TM = 0.00100374. Untuk bahan styrofoam, yang memiliki nilai permitivitas relatif = 1.5, permeabilitas relatif = 1.1, dan konduktivitas = 0, diperoleh nilai fitness terbaik yaitu 3.9394, sudut piramida sebesar 92.343 o untuk frekuensi 2000 MHz 11000 MHz, koefisien refleksi polarisasi TE = 0.15373 dan koefisien refleksi polarisasi TM = 0.000119417. Kata Kunci : Ruang Anti Gema, Algoritma Genetika, Sudut Piramida. Design Geometry and Absorber Material for Anechoic Chamber Using Genetic AlgorithmAnechoic chamber is the space used for measurement, especially for microwave antennas. With the anechoic chamber, antenna measurement will become more accurate because there is no electromagnetic waves are reflected. Anechoic chamber provides the measurement accuracy and a controlled electromagnetic environment, and prevent electromagnetic interference from inside and outside the room. Electromagnetic waves emitted by the antenna will be absorbed and dissipated by the absorbent material that is on every wall of anechoic chamber. The Purposes of this thesis are determine the right material with considering material weight and availability of such materials for use as absorber material, optimizing the angle of the pyramid using genetic algorithm. By using a combination of genetic algorithm parameters such as: binary chromosome representation, population size 100, crossover probability 0.9, mutation probability 0.125, and the number of generation 200, obtained the following results: for teflon material, which has a value of relative permittivity = 2.1, relative permeability = 1.58, and conductivity = 0, obtained the best fitness value is 4.1441, the angle of the pyramid of 111.094 o for the frequency 2000 MHz - 11,000 MHz, TE polarization reflection coefficient = 0.141254 and TM polarization reflection coefficient = 0.00005178. For polyethylen material, which has a value of relative permittivity = 2.25, relative permeability = 1.7, and conductivity = 0, obtained the best fitness value is 4.1796, the angle of the pyramid of 113.438 o for the frequency 2000 MHz - 11,000 MHz, TE polarization reflection coefficient = 0.138256 and TM polarization reflection coefficient = 0.00100374. For styrofoam material, which has a value of relative permittivity = 1.5, relative permeability = 1.1, and conductivity = 0, obtained the best fitness value is 3.9394, the angle of the pyramid of 92.343 o for the frequency 2000 MHz - 11,000 MHz, TE polarization reflection coefficient = 0.15373 and TM polarization reflection coefficient = 0.000119417. Keywords: Anechoic Chamber, Genetic Algorithm, Angle of Pyramid

Upload: josua-christanto

Post on 24-Sep-2015

12 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Feel free to use

TRANSCRIPT

  • 1

    PERANCANGAN GEOMETRI DAN BAHAN PENYERAP

    UNTUK RUANG ANTI GEMA ELEKTROMAGNETIK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK

    Mulya Erik Hidayatulloh1, Suprayogi 2, Bambang Sumajudin3

    1, 2, 3 Fakultas Elektro Dan Komunikasi Institut Teknologi Telkom, Bandung

    Ruang anti gema merupakan ruang yang digunakan untuk pengukuran, terutama untuk antena gelombang mikro. Dengan adanya ruang anti gema, pengukuran antena akan menjadi lebih akurat karena tidak ada

    gelombang elektromagnetik yang dipantulkan. Ruang anti gema elektromagnetik memberikan ketepatan

    pengukuran dan lingkungan elektromagnetika yang terkontrol, serta mencegah interferensi elektromagnetik dari

    dalam dan ke luar ruangan. Gelombang elektromagnetik yang dipancarkan antena akan diserap dan

    didisipasikan oleh bahan penyerap yang ada di setiap dinding ruang anti gema.

    Tugas Akhir ini bertujuan menentukan bahan yang tepat dengan mempertimbangkan berat bahan dan

    ketersediaan bahan tersebut untuk digunakan sebagai bahan penyerap, mengoptimasi sudut piramida yang

    dirancang dengan menggunakan algoritma genetik.

    Dengan menggunakan kombinasi parameter dalam algoritma genetika seperti: representasi kromosom

    biner, ukuran populasi 100, probabilitas pindah silang 0,9, probabilitas mutasi 0,125, dan jumlah generasi 200,

    didapatkan hasil sebagai berikut : Untuk bahan teflon, yang memiliki nilai permitivitas relatif = 2.1,

    permeabilitas relatif = 1.58, dan konduktivitas = 0, diperoleh nilai fitness terbaik yaitu 4.1441, sudut piramida sebesar 111.094o untuk frekuensi 2000 MHz 11000 MHz, koefisien refleksi polarisasi TE = 0.141254 dan koefisien refleksi polarisasi TM = 0.00005178. Untuk bahan polyethylen, yang memiliki nilai permitivitas

    relatif = 2.25, permeabilitas relatif = 1.7, dan konduktivitas = 0, diperoleh nilai fitness terbaik yaitu 4.1796,

    sudut piramida sebesar 113.438o untuk frekuensi 2000 MHz 11000 MHz, koefisien refleksi polarisasi TE = 0.138256 dan koefisien refleksi polarisasi TM = 0.00100374. Untuk bahan styrofoam, yang memiliki nilai

    permitivitas relatif = 1.5, permeabilitas relatif = 1.1, dan konduktivitas = 0, diperoleh nilai fitness terbaik yaitu

    3.9394, sudut piramida sebesar 92.343o untuk frekuensi 2000 MHz 11000 MHz, koefisien refleksi polarisasi TE = 0.15373 dan koefisien refleksi polarisasi TM = 0.000119417.

    Kata Kunci : Ruang Anti Gema, Algoritma Genetika, Sudut Piramida.

    Design Geometry and Absorber Material for Anechoic Chamber

    Using Genetic Algorithm

    Anechoic chamber is the space used for measurement, especially for microwave antennas. With the

    anechoic chamber, antenna measurement will become more accurate because there is no electromagnetic waves

    are reflected. Anechoic chamber provides the measurement accuracy and a controlled electromagnetic

    environment, and prevent electromagnetic interference from inside and outside the room. Electromagnetic

    waves emitted by the antenna will be absorbed and dissipated by the absorbent material that is on every wall of

    anechoic chamber.

    The Purposes of this thesis are determine the right material with considering material weight and

    availability of such materials for use as absorber material, optimizing the angle of the pyramid using genetic

    algorithm. By using a combination of genetic algorithm parameters such as: binary chromosome representation,

    population size 100, crossover probability 0.9, mutation probability 0.125, and the number of generation 200,

    obtained the following results: for teflon material, which has a value of relative permittivity = 2.1, relative

    permeability = 1.58, and conductivity = 0, obtained the best fitness value is 4.1441, the angle of the pyramid of

    111.094o for the frequency 2000 MHz - 11,000 MHz, TE polarization reflection coefficient = 0.141254 and TM

    polarization reflection coefficient = 0.00005178. For polyethylen material, which has a value of relative

    permittivity = 2.25, relative permeability = 1.7, and conductivity = 0, obtained the best fitness value is 4.1796,

    the angle of the pyramid of 113.438o for the frequency 2000 MHz - 11,000 MHz, TE polarization reflection

    coefficient = 0.138256 and TM polarization reflection coefficient = 0.00100374. For styrofoam material, which

    has a value of relative permittivity = 1.5, relative permeability = 1.1, and conductivity = 0, obtained the best

    fitness value is 3.9394, the angle of the pyramid of 92.343o for the frequency 2000 MHz - 11,000 MHz, TE polarization reflection coefficient = 0.15373 and TM polarization reflection coefficient = 0.000119417.

    Keywords: Anechoic Chamber, Genetic Algorithm, Angle of Pyramid

  • 2

    1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Ruang anti gema merupakan ruang yang

    digunakan untuk pengukuran, terutama untuk

    antena gelombang mikro. Dengan adanya ruang

    anti gema, pengukuran antena akan menjadi lebih akurat karena tidak ada gelombang elektromagnetik

    yang dipantulkan. Ruang anti gema

    elektromagnetik memberikan ketepatan

    pengukuran dan lingkungan elektromagnetika yang

    terkontrol, serta mencegah interferensi

    elektromagnetik dari dalam dan ke luar ruangan.

    Gelombang elektromagnetik yang dipancarkan

    antena akan diserap dan didisipasikan oleh bahan

    penyerap yang ada di setiap dinding ruang anti

    gema.

    Di dalam ruang anti gema itu sendiri

    terdapat dua jenis penyerap yang digunakan, yaitu penyerap menggunakan limas (piramida), dan

    penyerap menggunakan prisma segitiga. Penyerap

    bentuk limas (piramida) bekerja sangat baik dalam

    insiden normal dan bentuk ini bersifat

    menghamburkan seperti di permukaan yang kasar.

    IT Telkom sendiri belum mempunyai ruang

    anti gema elektromagnetik, sehingga beberapa

    mahasiswa yang melakukan pengukuran antena

    terpaksa melakukan pengukuran di ruangan terbuka

    yang tentunya akan banyak pantulan, interferensi,

    dsb sehingga pengukuran tidak optimal. Oleh karena itu, dalam Tugas Akhir ini telah

    dirancang bahan penyerap untuk ruang anti gema

    elektromagnetik dengan bentuk piramida. Dalam

    tugas akhir ini dipilih bahan yang mudah didapat

    dan ringan, sedangkan penentuan sudut piramida

    dilakukan dengan menggunakan algoritma genetik

    untuk mendapatkan sudut yang paling optimal

    sehingga koefisien refleksinya sangat kecil

    (mendekati 0).

    2. DASAR TEORI

    2.1 RUANG ANTI GEMA

    Anechoic chamber atau dalam bahasa Indonesia artinya ruang anti gema adalah ruangan

    yang digunakan untuk pengukuran, terutama untuk

    antena gelombang mikro. Dengan adanya ruang

    anti gema, pengukuran antena akan menjadi lebih

    akurat karena tidak ada gelombang elektromagnetik

    yang dipantulkan. Ruang anti gema

    elektromagnetik memberikan ketepatan

    pengukuran dan lingkungan elektromagnetika yang

    terkontrol, serta mencegah interferensi

    elektromagnetik dari dalam dan ke luar ruangan[5].

    Di dalam ruangan anti gema, dinding yang menyelimuti tidaklah seperti kebanyakan ruangan

    pada umumnya yang berbentuk datar. Dinding

    penyerap yang dimiliki ruangan anti gema bersifat

    khusus dan mempunyai bentuk-bentuk tertentu.

    Beberapa jebis penyerap yang sering digunakan

    dalam ruangan anti gema diantaranya[5]:

    Gambar 2.1 Penyerap Bentuk Piramida

    2.2 Sifat Bahan

    Setiap bahan mempunyai sifat yang dinilai

    dari konstanta bahan yang meliputi konduktivitas,

    prmitivitas, dan permeabilitas.

    2.2.1 Konduktivitas

    Konduktivitas adalah kebalikan dari

    resistivitas () atau hambatan jenis.

    =1

    (2.1)

    Tetapan perbandingan disebut konduktivitas listrik. Sutau kawat berpenampang (A) sama dialiri

    arus (I). Bila medan listrik dalam logam bisa

    dianggap sama, maka medan listrik dalam logam

    haruslah sama.

    Bila tetapan =1

    kita tulis

    1

    R maka

    persamaan menjadi V = IR untuk logam

    berpenampang sama, persamaan matematiknya

    ditulis [1]:

    =1

    RA (2.2)

    2.2.2 Permitivitas

    Kapasitor adalah piranti yang berguna untuk

    menyimpan muatan dan energi. Kapasitor yang

    sering digunakan adalah kapasitor dua keping

    sejajar yang menggunakan dua keping konduktor sejajar. Apabila keping berjarak d dengan luas

    keping A makan rumusnya adalah[1]:

    = x A

    d (2.3)

    Dimana :

    C = kapasitansi (Farad) = o x r o = Permitivitas udara (8.854 x 10

    -12)

    r = Permitivitas relatif bahan d = Jarak antara 2 keping sejajar (m)

    A = Luas penampang dielektrika (m2)

    A = x l >>d Sehingga, dari nilai kapasitansi pada

    persamaan 2.3 diatas dapat diketahui nilai

    kapasitansi (r).

    2.2.3 Permeabilitas Ada satu jenis induktor yang kita kenal

    dengan nama toroida. Jika biasanya induktor

  • 3

    berbentuk silinder memanjang, maka toroida

    berbentuk lingkaran. Biasanya berbentuk lingkaran

    seperti kue donat.

    Untuk menentukan nilai induktansi (L)

    dengan jumlah lilitan (N), luas penampang (A), dan

    keliling rata-rata toroida (I) dapat menggunakan persamaan[1]:

    L = .4 N2A102

    (2.4)

    Dimana :

    L = Induktansi (H)

    N = Jumlah lilitan

    = 0 x r

    0 = Permeabilitas udara (410-7 H/m)

    r = Permeabilitas relatif bahan (m2)

    L = Keliling rata-rata dari inti toroida (m)

    Dari nilai induktansi dapat diketahui nilai

    permeabilitas relatif bahan (r)

    2.3 Penyerap Elektromagnetik Piramida

    Berikut tabel yang menunjukkan nilai

    perbandingan besarnya redaman (koefisien pantul)

    pada berbagai nilai frekuensi yang dikemukakan oleh Jasik[4] :

    Tabel 2.1 Koefisien Panttul Penyerap

    Piramida

    Redaman (dB) vs Frekuensi

    Tebal

    (inch

    i)

    12

    0

    20

    0

    30

    0

    50

    0

    100

    0

    2000

    -

    4000

    4000

    -

    8000

    3 ... ... ... ... ... ... 30

    5 ... ... ... ... ... 30 40

    8 ... ... ... ... 30 40 45

    12 ... ... ... ... 35 40 45

    18 ... ... ... 30 40 45 50

    24 ... ... 30 35 40 45 50

    45 ... 30 35 40 45 50 50

    70 30 35 40 45 50 50 50

    Sebagai acuan ketebalan dalam pembuatan

    bahan penyerap elektromagnetik disesuaikan

    dengan persamaan[7]:

    2 = 60 dB

    8.686 (2.5)

    Dimana :

    = Konstanta redaman (Np/m) h = Tinggi bahan (m)

    Sedangkan dapat diperoleh dari[7]:

    = 1

    + ( + ) (2.6)

    Dimana: = + j = konstanta fasa (rad/m) = konduktivitas bahan (mho/m) 0 = Permeabilitas udara (410

    -7 H/m)

    r = Permeabilitas relatif bahan (m2)

    o = Permitivitas udara (8.854 x 10-12)

    r = Permitivitas relatif bahan

    2.4 Algoritma Genetik

    Algoritma genetik merupakan

    evolusi/perkembangan dunia komputer dalam

    bidang kecerdasan buatan (artificial intellegent).

    Sebenarnya algoritma genetik ini terinspirasi oleh

    teori evolusi Darwin (walaupun pada kenyataannya teori tersebut terbukti keliru).

    Algoritma genetik adalah algoritma

    pencarian berdasarkan pada mekanisme sistem

    natural yakni genetik dan seleksi alam. Dalam

    aplikasi algoritma genetik, variabel solusi

    dikodekan keadaan struktur string yang

    merepresentasikan barisan gen, yang merupakan

    karakteristik dari solusi problem.

    Berbeda dengan teknik pencarian

    konvensional, algoritma genetik berangkat dari

    himpunan solusi yang dihasilkan secara acak.

    Himpunan ini disebut populasi. Sedangkan setiap invidu dalam populasi disebut kromosom yang

    merupakan representasi dari solusi. Kromosom-

    kromosom berevolusi dalam suatu proses iterasi

    yang berkelanjutan yang disebut generasi. Pada

    setiap generasi, kromosom dievaluasi berdasarkan

    suatu fungsi evaluasi ( Gen dan Cheng, 1997).

    Setelah beberapa generasi maka algoritma genetik

    akan konvergen pada kromosom terbaik, yang

    diharapkan merupakan solusi optimal (Goldberg,

    1989).

    3. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI

    SISTEM

    Sesuai dengan tujuan di BAB I, maka dalam

    Tugas Akhir ini akan dirancang bahan penyerap

    untuk ruang anti gema elektromagnetik dengan

    sudut tertentu menggunaan Algoritma Genetik.

    Langkah pertama dari perancangan tersebut adalah

    mencari persamaan (penurunan persamaan) untuk

    dijadikan sebagai fungsi fitness di dalam Algoritma

    Genetik. Setelah persamaan tersebut di dapat, maka

    langkah selanjutnya adalah membuat Algoritma

    Genetik dengan Matlab untuk mendapatkan nilai sudut piramida yang paling optimal agar koefisien

    refleksi kecil. Langkah terakhir adalah dengan

    memverifikasi hasil perancangan dengan

    perhitungan manual apakah hasil perancangan

    sesuai yang diharapkan atau tidak.

    Hasil akhir dari penelitian ini akan diperoleh bahan

    penyerap gelombang elektromagnetik berbentuk

    piramida dengan nilai karakteristik bahan

    (permitivitas, permeabilitas, konduktivitas) dan

    sudut tertentu.

  • 4

    3.1 Diagram Alir Perancangan

    3.1.1 Persamaan Koefisien Refleksi

    Gelombang elektromagnetik yang jatuh miring dapat dibagi menjadi dua polarisasi.

    Polarisasi yang pertama adalah jika medan elektrik

    tegak lurus dengan bidang kejadian. Pada kasus ini

    disebut polarisasi tegak lurus atau lebih dikenal

    dengan transverse electric (TE) polarization. Kasus

    kedua adalah jika medan magnetik tegak lurus

    dengan bidang kejadian. Pada kasus ini disebut

    polarisasi sejajar atau lebih dikenal dengan

    transverse magnetic (TM) polarization

    3.1.1.1 Koefisien Refleksi Polarisasi TE

    Koefisien refleksi untuk polarisasi TE dapat

    dirumuskan sebagai berikut :

    =2cos i 1cos t

    2cos i+ 1cos t (3.1)

    dimana :

    1 = Impedansi intrinsik daerah 1 (udara = 377 ohm)

    2 = Impedansi intrinsik bahan penyerap i = Sudut datang t = Sudut bias

    2 =

    + (3.2)

    t = asin 1

    2 i (3.3)

    1 =

    (3.4)

    2 =

    2 1 + 1 +

    12

    (3.5)

    1 = Impedansi intrinsik daerah 1 (udara) 2 = Impedansi intrinsik daerah 2 (bahan penyerap) i = Sudut datang t = Sudut bias 1 = Konstansa fasa daerah 1 2 = Konstanta fasa daerah 2 (bahan penyerap)

    3.1.1.2 Koefisien Refleksi Polarisasi TM

    Koefisien refleksi untuk polarisasi TM dapat

    dirumuskan sebagai berikut :

    =2cos t 1cos t

    2cos t+ 1cos i

    (3.6)

    3.1.2 Algoritma Genetik

    Gambar 3.2 Diagram alir Algoritma Genetik

  • 5

    Karakter utama yang harus

    dipertimbangkan untuk mengoptimalkan proses

    algoritma genetika adalah:

    a. Kromosom merepresentasikan sudut piramida b. Kromosom tersusun atas beberapa gen (dalam

    hal ini 8 gen) c. Populasi merepresentasikan variasi sudut

    piramida

    d. Individu merepresentasikan calon sudut piramida

    3.1.2.1 Inisialisasi Populasi

    Tujuan dari fungsi ini adalah

    membangkitkan populasi yang berisi sejumlah

    kromosom. Setiap kromosom berisi sejumlah gen. Kode program yang ditulis adalah sebagai berikut :

    function Populasi =

    InisialisasiPopulasi(UkPop,JumGen)

    Populasi = fix(2*rand(UkPop,JumGen));

    Perintah rand(UkPop,JumGen)

    menghasilkan sebuah matriks dua dimensi

    berukuran UkPop x JumGen yang berisi nilai

    real dalam interval [0,1). Sedangkan fix digunakan

    untuk pembulatan ke bawah. Dengan demikian fix(2*rand(UkPop,JumGen))

    menghasilkan sebuah matriks dua dimensi, UkPop

    x JumGen , yang bernilai biner (0 dan 1). Dimana

    :

    UkPop = Ukuran populasi atau jumlah

    kromosom dalam populasi

    JumGen = Jumlah gen dalam kromosom

    3.1.2.2 Dekode Kromosom

    Fungsi ini bertujuan untuk mendekodekan

    kromosom yang berisi bilangan biner menjadi

    individu w yang bernilai real dalam interval yang

    yang diinginkan. Kode program yang ditulis adalah

    sebagai berikut :

    w = 0;

    for jj=1:Nbit,

    w = w + Kromosom(jj)*2^(-jj);

    end

    w = Rb + (Ra-Rb)*w;

    Kromosom adalah sebuah matriks yang

    berukuran 1 x JumGen atau biasa dikenal sebagai

    vektor baris. Nbit adalah jumlah bit yang

    digunakan untuk mengkodekan satu variabel. Ra

    adalah batas atas interval, Rb adalah batas bawah

    interval. Keluaran dari kode program ini adalah w,

    yaitu sebuah individu yang bernilai real dalam

    interval [Ra,Rb].

    3.1.2.3 Evaluasi Fitness

    Fungsi ini bertujuan untuk menghitung nilai

    fitness dari suatu individu w. Fungsi ini sangat

    bergantung pada masalah yang akan diselesaikan.

    Kode program yang ditulis adalah sebagai berikut :

    function fitness =

    EvaluasiIndividu1(x,y,z,w,f,BilKecil)

    beta1=2*pi*f/(3*10^8);

    beta2=(2*pi*f*sqrt(x*y)/(3*sqrt(2)*10^8))*(

    sqrt(1+sqrt(1+(z/(f*10^(-9)*x/18))^2)));

    eta1=120*pi;

    eta2=sqrt((j*f*8*pi*pi*10^(-

    7)*y)/(z+(j*f*10^(-9)*x)/18));

    tetat=asin(beta1*sin(w*pi/180)/beta2)*180/p

    i;

    gamma=(eta2*cos(tetat*pi/180)-

    eta1*cos(w*pi/180))/(eta2*cos(tetat*pi/180)

    +eta1*cos(w*pi/180));

    b=abs(gamma);

    fitness = 1/ (b + BilKecil);

    Karena tujuannya adalan minimisasi, maka

    nilai fitness yang digunakan adalah fitness =

    1/ (b + BilKecil). Dimana b adalah fungsi

    yang diminimisasi, dan BilKecil adalah sebuah

    bilangan yang dianggap kecil dan menghindari

    pembagian dengan 0.

    3.1.2.4 Linier Fitness Ranking Untuk menghindari kecenderungan

    konvergen pada optimum lokal, maka digunakan

    penskalaan nilai fitness sehingga diperoleh nilai

    fitness baru yang lebih baik, yaitu yang memiliki

    variansi tinggi.

    3.1.2.5 Seleksi Orang Tua

    Metode yang dipakai pada proses seleksi

    orang tua di Tugas Akhir ini adalah Roulette Wheel yang masing masing kromosom menempati potongan lingkaran pada roda roulette. Semakin

    besar nilai fitness yang dimiliki maka semakin

    besar pula peluang untuk menjadi orang tua.

    Roulette wheel menyeleksi populasi baru

    dengan distribusi probabilitas yang berdasarkan

    nilai fitness, dimana setiap individu mendapatkan

    luas bagian sesuai dengan prosentase nilai

    fitnessnya. Seleksi dilakukan berdasarkan fitness

    cost yang telah diurutkan dari hasil Linear Fitness

    Ranking.

    3.1.2.6 Pindah Silang

    Proses pindah silang (crossover) ini

    menukar gen - gen yang tepilih antar dua orang tua

    untuk menghasilkan individu baru yang diharapkan

    mempunyai nilai fitness yang lebih baik.

    Pindah silang pada tugas akhir ini

    dilakukan dengan cara yang paling sederhana yaitu

    pindah silang satu titik potong (one point crossover). Probabilitas pindah silang yang

    diobservasi pada tugas akhir ini adalah 0,8 dan 0,9.

    Salah satu dari empat probabilitas hasil observasi

    tersebut digunakan seterusnya dalam simulasi.

    3.1.2.7 Mutasi

    Mutasi bisa terjadi secara random pada

    setiap gen dalam kromosom. Proses mutasi dilakukan secara random dengan probabilitas

    mutasi yang dapat diatur. Nilai probabilitas mutasi

  • 6

    diatur 1/n, dengan n adalah jumlah gen dalam

    kromosom.

    3.1.2.8 Pergantian Populasi

    Dalam tugas akhir ini menggunakan skema

    pergantian populasi yang disebut generational

    replacement, yang berarti semua individu dari

    suatu generasi digantikan sekaligus oleh individu

    baru hasil pindah silang dan mutasi.

    3.1.2.9 Faktor Penghenti

    Dalam membatasi lamanya proses pencarian nilai fitness yang optimum digunakan jumlah

    generasi maksimal dimana pencarian nilai optimal

    akan berhenti pada generasi yang telah ditentukan

    yaitu pada generasi ke-200.

    3.2 Spesifikasi Perangkat 3.2.1 Perangkat Keras

    Perangkat keras yang digunakan adalah

    notebook. Notebook yang digunakan Acer Aspire

    4736G dengan spesifikasi sebagai berikut.

    1. Intel Core 2 Duo processor T6600. 2. 2GB RAM DDR2. 3. Harddisk 320 GB. 4. Nvidia GeForce G105M 512MBVRAM.

    Notebook digunakan sebagai alat

    pemprosesan data dengan menggunakan software

    MATLAB 7.8.0 R2009a.

    3.2.1 Perangkat Lunak

    Spesifikasi perangkat lunak yang

    digunakan untuk membangun sistem ini adalah:

    1. Sistem operasi Microsoft Windows 7 Ultimate 2. Matlab versi 7.8.0 (R2009a)

    3.3 Implementasi Sistem 3.3.1 Deskripsi Sistem

    Sistem ini bekerja untuk mencari nilai yang

    sudut piramida yang paling optimum untuk

    digunakan sebagai dinding ruang anti gema. Dalam

    Tugas Akhir ini, bahan yang digunakan untuk

    membuat piramida tersebut adalah teflon, polyethylen, dan styrofoam.

    3.3.2 Pengambilan Data

    Pengambilan data dilakukan untuk bahan

    teflon, polyethylen, dan styrofoam. Setiap bahan

    tersebut memiliki nilai permitivitas relatif,

    permeabilitas relatif dan konduktivitas tertentu.

    Kemudian nilai-nilai itu digunakan untuk input dari

    program. Pengambilan data dilakukan pada frekuensi 2 GHz 11 GHz dengan rentang frekuensi 100 MHz.

    4. PENGUJIAN DAN ANALISIS

    Bab ini berisi tentang analisis masalah

    dengan bantuan implementasi sistem dan juga

    sumber-sumber yang ada. Membahas dan

    melakukan analisis hasil pengujian sistem tersebut

    4.1 Pengujian Sistem

    Setelah melakukan perancangan dan

    implementasi sistem, maka langkah selanjutnya

    adalah melakukan pengujian terhadap sistem

    kemudiah menganalisis hasil pengujian. Beberapa

    tujuan dari pengujian ini antara lain:

    1. Untuk menganalisis hasil kinerja sistem

    sehingga diketahui kekurangan dan

    kelebihan sistem.

    2. Mencari nilai optimum dari sudut

    piramida yang akan digunakan sebagai

    bahan penyerap.

    4.2 Langkah-Langkah Pengujian Sistem Pengujian sistem dilakukan dengan

    mengambil tiga buah contoh bahan yang

    direkomendasikan untuk digunakan sebagai bahan

    penyerap gelombang elektromagnetik yatiu teflon,

    polyethylen, dan styrfoam. Bahan-bahan tersebut

    masing-masing mempunyai nilai permitivitas

    relatif, permeabilitas relatif, dan konduktivitas

    tertentu. Langkah-langkah pengujian tersebut

    adalah sebagai berikut :

    1. Ambil bahan pertama yaitu teflon, kemudian

    input nilai permitivitas relatif, permeabilitas

    relatif, dan konduktivitas ke program dan

    jalankan. Frekuensi awal yang dinputkan adalah

    2000 MHz.

    2. Naikkan Frekuensi dengan interval 100 MHz. Kemudian jalankan program. Langkah ini

    dilakukan sampai frekuensi mencapai 11000

    MHz.

    3. Melakukan langkah 1 dan langkah 2 untuk bahan

    polyethylen dan styrofoam.

    4.3 Data Hasil Pengujian Sistem

    Data hasil pengujian sistem yang didapat

    dari menjalankan program dilampirkan pada

    lampiran B.

    4.4 Analisis Simulasi Menggunakan

    Algoritma Genetik

    4.4.1 Analisis Observasi Paket Parameter

    Algoritma Genetik

    Observasi paket parameter dalam

    algoritma genetika dilakukan untuk mencari

    parameter terbaik dalam mencapai nilai fitness

    yang optimum. Metode ini dilakukan karena tidak

  • 7

    ada panduan yang pasti tentang parameter yang

    terbaik dalam mencapai fitness yang optimum.

    Observasi paket parameter dilakukan dengan

    mengkombinasikan berbagai kemungkinan

    parameter yaitu: jumlah populasi (50,100,200),

    jumlah bit (8), probabilitas pindah silang (0,8; 0,9). Fitness yang dihasilkan merupakan rata rata nilai fitness hasil pengujian.

    Berikut merupakan hasil observasi paket

    parameter Algoritma Genetika:

    Tabel 4.1 Hasil Observasi Paket Parameter

    Algoritma Genetika

    No. Ukur

    an

    Juml

    ah Prob.

    Prob

    .

    Rata Rata

    Obser

    vasi

    Popul

    asi Bit

    Crosso

    ver

    Mut

    asi Fitness

    1 50 8 0.8 0.05 4.2143

    2 50 8 0.8 0.1 4.3412

    3 50 8 0.8 0.12

    5 4.4539

    4 50 8 0.9 0.05 4.1145

    5 50 8 0.9 0.1 4.5237

    6 50 8 0.9 0.12

    5 4.6218

    7 100 8 0.8 0.05 3.9657

    8 100 8 0.8 0.1 4.1234

    9 100 8 0.8 0.12

    5 4.5132

    10 100 8 0.9 0.05 4.3756

    11 100 8 0.9 0.1 4.6643

    12 100 8 0.9 0.12

    5 5.1521

    13 200 8 0.8 0.05 4.1622

    14 200 8 0.8 0.1 4.3678

    15 200 8 0.8 0.12

    5 5.0122

    16 200 8 0.9 0.05 4.1278

    17 200 8 0.9 0.1 4.4249

    18 200 8 0.9 0.12

    5 4.5571

    Untuk memudahkan pembacaan tabel, data nilai

    fitness rata-rata pada hasil observasi disajikan

    dalam bentuk grafik berikut:

    Gambar 4.1 Grafik Nilai Fitness Rata-rata

    Observasi

    Berdasarkan hasil observasi diatas, nilai

    fitness rata- rata mencapai nilai maksimum, yaitu

    5.152 di observasi ke-12 dengan paket parameter

    ukuran populasi 100, probabilitas pindah silang 0,9,

    dan probabilitas mutasi 0,125. Parameter tersebut

    yang digunakan dalam simulasi pencarian sudut piramida.

    4.4.2 Faktor Penghenti (Generasi Maksimum)

    Dengan menggunakan parameter hasil

    observasi di atas, yaitu populasi 100, probabilitas

    pindah silang 0,9, dan probabilitas mutasi 0,125,

    dilakukan simulasi untuk mendapatkan generasi

    maksimum sebagai faktor penghenti. Simulasi ini

    dilakukan untuk melihat hubungan antara generasi dan nilai fitness terbaik, generasi yang dijadikan

    sample adalah generasi 10, 50, 100 dan 200.

    Berikut ini merupakan grafik

    perbandingan antara jumlah generasi dan fitness

    terbaik yang dihasilkan:

    Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Generasi dan

    Fitness terbaik

    Berdasarkan grafik diatas, dapat

    disimpulkan bahwa semakin besar jumlah generasi

    maka semakin baik nilai fitnessnya, karena semakin

    banyak kemungkinan-kemungkinan yang dapat

    diolah oleh Algoritma Genetika untuk mencapai

    fitness yang paling optimum.

    4.4.3 Analisis Hasil Simulasi Pencarian Sudut

    Menggunakan Algoritma Genetik Dengan menggunakan parameter hasil

    observasi sebelumnya, yaitu ukuran populasi 100,

    probabilitas pindah silang 0,9, dan probabilitas

    mutasi 0,125 dilakukan simulasi pencarian sudut

    optimum piramida dengan faktor penghenti

    simulasi adalah jumlah generasi maksimal yaitu

    200 generasi.

    4.4.3.1 Bahan Teflon

    Berikut merupakan hasil simulasi yang

    menunjukkan nilai fitness terbaik dalam 200

    generasi untuk frekuensi 2000 MHz:

    5.152

    0

    2.000

    4.000

    6.000

    1 3 5 7 9 11131517

    Fitness Rata-Rata

    Fitness Rata-Rata

    3.939

    4.023

    4.614

    5.121

    0

    2.000

    4.000

    6.000

    10 50 100 200

    Perbandingan Generasi dan Fitness Terbaik

    Fitness Terbaik

  • 8

    Gambar 4.3 Hasil Simulasi Nilai Fitness Terbaik

    (Teflon)

    Berdasarkan grafik hasil simulasi diatas,

    diketahui bahwa fitness maksimum dengan 200

    generasi adalah 4,1441. Sudut piramida yang

    optimum untuk bahan teflon adalah 111,094o. Pada sudut tersebut, koefisien refleksi polarisasi TE

    sebesar 0.141254 dan koefisien refleksi polarisasi

    TM adalah 0.00005178.

    4.4.3.2 Bahan Polyethylen

    Berikut merupakan hasil simulasi yang

    menunjukkan nilai fitness terbaik dalam 200

    generasi untuk frekuensi 2000 MHz:

    Gambar 4.4 Hasil Simulasi Nilai Fitness Terbaik

    (Polyethylen)

    Berdasarkan grafik hasil simulasi diatas,

    diketahui bahwa fitness maksimum dengan 200

    generasi adalah 4,1796. Sudut piramida yang

    optimum untuk bahan teflon adalah 113,438o. Pada

    sudut tersebut, koefisien refleksi polarisasi TE

    sebesar 0.138256 dan koefisien refleksi polarisasi TM adalah 0.00100374.

    4.4.3.3 Bahan Styrofoam

    Berikut merupakan hasil simulasi yang

    menunjukkan nilai fitness terbaik dalam 200

    generasi untuk frekuensi 2000 MHz:

    Gambar 4.5 Hasil Simulasi Nilai Fitness Terbaik

    (Styrofoam)

    Berdasarkan grafik hasil simulasi diatas,

    diketahui bahwa fitness maksimum dengan 200

    generasi adalah 3,9394. Sudut piramida yang

    optimum untuk bahan teflon adalah 92.343o. Pada sudut tersebut, koefisien refleksi polarisasi TE

    sebesar 0.15373 dan koefisien refleksi polarisasi

    TM adalah 0.000119417.

    5. PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Dari pengujian dan analisis yang telah

    dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Berdasarkan hasil observasi, parameter yang

    digunakan dalam simulasi pencarian sudut

    piramida adalah ukuran populasi 100,

    probabilitas pindah silang 0,9, dan

    probabilitas mutasi 0,125.

    2. Untuk bahan teflon, yang memiliki nilai permitivitas relatif = 2.1, permeabilitas relatif

    = 1.58, dan konduktivitas = 0, diperoleh nilai

    fitness terbaik yaitu 4.1441, sudut piramida

    sebesar 111.094o untuk frekuensi 2000 MHz 11000 MHz, koefisien refleksi polarisasi TE =

    0.141254 dan koefisien refleksi polarisasi TM = 0.00005178.

    3. Untuk bahan polyethylen, yang memiliki nilai permitivitas relatif = 2.25, permeabilitas

    relatif = 1.7, dan konduktivitas = 0, diperoleh

    nilai fitness terbaik yaitu 4.1796, sudut

    piramida sebesar 113.438o untuk frekuensi

    2000 MHz 11000 MHz, koefisien refleksi polarisasi TE = 0.138256 dan koefisien refleksi polarisasi TM = 0.00100374.

    4. Untuk bahan styrofoam, yang memiliki nilai permitivitas relatif = 1.5, permeabilitas relatif = 1.1, dan konduktivitas = 0, diperoleh nilai

    fitness terbaik yaitu 3.9394, sudut piramida

    sebesar 92.343o untuk frekuensi 2000 MHz 11000 MHz, koefisien refleksi polarisasi TE =

    0.15373 dan koefisien refleksi polarisasi TM = 0.000119417.

    5. Dari hasil perhitungan manual, dapat disimpulkan bahwa koefisien refleksi

    polarisasi TE dan koefisien refleksi polarisasi

    TM sesuai dengan hasil simulasi

    menggunakan Algoritma Genetik.

  • 9

    5.2 Saran

    Berikut adalah saran untuk pengembangan

    tugas akhir kedepannya :

    1. Penelitian selanjutnya, diharapkan mampu mencari tinggi piramida yang digunakan

    untuk bahan penyerap gelombang elektromagnetik.

    2. Perlu algoritma lain selain Algoritma Genetika sebagai pembanding untuk melihat

    performansi dalam pencarian sudut piramida.

    DAFTAR PUSTAKA

    [1] Bowrick, Chris. 1985. RF Circuit Design.

    Howard W. Sams & Co., Indianapolis

    [2] Foster, Bob. 2003. Fisika SMU. Jakarta :

    Erlangga.

    [3] Hemming, Leland H. 2002.

    Electromagnetic Anechoic Chamber : A

    Fundamental Design and Spesification

    Guide. Wiley Interscience. USA.

    [4] Jasik. 1961. Antennas Engineering Handbook. Mc-graw-Hill Company. New

    York.

    [5] Kraus, J.D. 1988. Antennas for

    Application, 3rd

    edition, Mc-graw-Hill

    Company. New York.

    [6] Nachwan Mufti A. 2006. Materi dan Slide

    Kuliah Antena. IT Telkom. Bandung.

    [7] Soetams, Drs. 2006. Diktat Kuliah

    Antena. IT Telkom. Bandung.

    [8] Gen, M. And Cheng, R. 1997. Genetic

    Algorithm and Engineering Design. Ashikaga Institut of Technology Ashikaga,

    Japan, A wilet-Interscience publication,

    wiley & Sons, Inc.

    [9] Goldberg, D.E. 1989. Genetic Algorithm

    in Search, Optimization, And Machine Learning. Addition wesley publishing

    company, Inc, USA.

    [10] Suyanto. 2005. Algotima Genetika dalam

    Matlab. Yogyakarta : Andi.

    [11] Iskander, Magdy.F. 1992.

    Electromagnetic Field & Waves.

    University of Utah. A Paramount

    Communication Company, Prentice Hall,

    Inc.