perancangan buku visual batik madura

23
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awalnya, batik hanya digunakan oleh keluarga dan lingkungan Kraton. Namun karena banyak abdi dalem yang tinggal di luar Kraton, maka pemakaian batik pun ditiru oleh rakyat. Para abdi dalem (pekerja dalam keraton) mempersembahkan kain batik kepada raja untuk mempersembahkan karya terbaiknya. Secara historis batik dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar. Motif dan pola batik pada saat itu masih didominasi oleh bentukan flora dan fauna. Lalu batik berkembang dengan bentukan alam dan abstrak yang menyerupai awan, relief candi dan wayang. Jenis dan corak batik tradisional tergolong beragam, corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah. Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan Kerajaan Majapahit dan perkembangan penyebaran agama Islam di Pulau Jawa 1 . Perkembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa Kerajaan Mataram di derah Solo dan Yogyakarta. Batik cap baru dikenal sekitar tahun 1920 setelah perang dunia pertama. 1 Depth Interview, Bpk Ruslan, Pengrajin Batik Madura

Upload: rangga-paramayoga

Post on 09-Dec-2014

64 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Bab i Pendahuluan

TRANSCRIPT

Page 1: Perancangan Buku Visual Batik Madura

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada awalnya, batik hanya digunakan oleh keluarga dan lingkungan

Kraton. Namun karena banyak abdi dalem yang tinggal di luar Kraton, maka

pemakaian batik pun ditiru oleh rakyat. Para abdi dalem (pekerja dalam keraton)

mempersembahkan kain batik kepada raja untuk mempersembahkan karya

terbaiknya.

Secara historis batik dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada

daun lontar. Motif dan pola batik pada saat itu masih didominasi oleh bentukan

flora dan fauna. Lalu batik berkembang dengan bentukan alam dan abstrak yang

menyerupai awan, relief candi dan wayang. Jenis dan corak batik tradisional

tergolong beragam, corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya

masing-masing daerah.

Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan

Kerajaan Majapahit dan perkembangan penyebaran agama Islam di Pulau Jawa1.

Perkembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa Kerajaan Mataram di

derah Solo dan Yogyakarta. Batik cap baru dikenal sekitar tahun 1920 setelah

perang dunia pertama. Terciptanya teknologi batik cap dikarenakan adanya

revolusi industri sehingga krisis ekonomi global yang berpengaruh terhadap

perekonomian dunia. Hal ini menyebabkan melambung tinggi harga batik tulis

sehingga terjadinya penurunan minat masyarakat. Pengrajin batik akhirnya

membuat batik cap dengan alasan biaya produksi yang rendah dan tetap masih

bisa mejalankan bisnis batiknya.

Kini, batik yang semula dianggap resmi mengalami pergeseran cukup

tajam dalam penggunaannya. Kain tradisional ini dirancang sedemikian rupa

untuk memenuhi selera pasar. Hasilnya bisa dilihat di pusat-pusat perbelanjaan.

Batik dengan ragam motif pun menawarkan pilihan-pilihan gaya fashion. Jika

1 Depth Interview, Bpk Ruslan, Pengrajin Batik Madura

Page 2: Perancangan Buku Visual Batik Madura

2

ditelusuri, setiap motif memiliki sejarah dan makna tersendiri. Batik khas

Indonesia memiliki ratusan bahkan ribuan motif. Tidak menutup kemungkinan

setiap daerah memiliki motif yang sama. Sebab dalam perkembangannya pun

beberapa daerah dipengaruhi unsur kebudayaan yang sama. Misalnya, batik

pesisir yang khas dengan warna cerah dipengaruhi budaya Cina dan Arab.

Secara politis Madura secara berabad-abad menjadi subordinat daerah

kekuasaan yang berpusat di Jawa. Sekitar tahun 900-1500 pulau ini berada di

bawah pengaruh kekuasaan kerjaan Hindu di Jawa Timur seperti Kediri, Singosari

dan Majapahit2. Antara tahun 1500 sampai 1624 beberapa penguasa Madura

bergantung pada kerajaan Islam di pantai Utara Jawa seperti Demak, Gresik dan

Surabaya. Pada 1624 Madura ditaklukkan oleh Mataram lalu pada paruh pertama

abad 18 Madura berada di dalam kekuasaan kolonial Belanda (mulai 1882), mula-

mula oleh VOC kemudian oleh pemerintah Hindia-Belanda.

Sebelum abad 18, Madura terdiri dari berbagai kerajaan-kerajaan yang

saling bersaingan, akan tetapi sering bersatu dengan melaksanakan politik

perkawinan. Diantaranya kerajaan-kerajaan tersebut adalah Arosbaya, Blega,

Sampang Pamekasan dan Sumenep3. Pada saat pembagian provinsi oleh Hindia-

Belanda pada tahun 1920 Madura menjadi bagian Provinsi Jawa Timur. Setelah

proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Pulau Madura berstatus sebagai

karesidenan Propinsi Jawa Timur. Pada Akhir tahun 1947, Madura diduduki

kembali oleh pemerintahan Belanda. Untuk memperkuat kekuatannya dalam

mempertahankan Pulau Madura dan daerah lainnya di Indonesia pada tahun 1948,

Pemerintah Belanda membentuk Negara Madura. Status sebagai negara tersebut

berlangsung sampai kurun waktu pengakuan kedaulatan Republik Indonesia

Serikat pada tahun 1949 sampai 1950 oleh Belanda. Dalam Negara Republik

Indonesia Serikat (RIS), Madura merupakan salah satu negara bagian yang sama

dengan Negara-Negara bagian lainnya seperti Republik Indonesia Yogyakarta,

Indonesia Timur, Pasundan, Sumatra Timur, Sumatra Selatan, Jawa Timur,

Kalimantan Barat. Status Madura dalam RIS hanya berusia pendek karena pada

2 http://disbudparpora.sumenep.go.id/id/index3 Mien A.Rifai, Lintas Sejarah Madura, Yayasan Lebur Legga

Page 3: Perancangan Buku Visual Batik Madura

3

tahun 1950 rakyat Madura telah membubarkan Parlemen dan Negara Madura dan

kembali bergabung dengan Republik Indonesia (kesatuan di Yogyakarta).

Pulau Madura salah satu daerah yang memiliki khas dalam hasil karya

batiknya. Wilayah yang termasuk dalam Propinsi Jawa timur ini terkenal sebagai

penghasil batik dengan warna yang mencolok dan garis yang kebanyakan tebal.

Batik Madura menggunakan pewarna alami sehingga warnanya cukup mencolok.

Selain warna yang mencolok, seperti kuning, merah dan hijau, Batik Madura juga

memiliki perbendaharaan motif yang beragam. Beberapa motif yang terkenal dari

Madura adalah pucuk tombak, belah ketupat, dan rajut. Bahkan, ada sejumlah

motif mengangkat aneka flora dan fauna yang ada dalam kehidupan sehari-hari

masyarakat Madura. Akan tetapi banyak masyarakat kita yang masih belum tahu

perbedaan-perbedaan yang terdapat di kain batik Indonesia. Masih ada beberapa

peninggalan batik bersejarah dari Madura yang sekarang masih tersimpan dengan

baik. Beberapa contohnya seperti gambar dibawah ini.

Sejarah batik tulis Madura yang masih ada dan berumur kurang lebih 80

Tahun, batik ini dahulu di pakai oleh Raja Terakhir Adipati Sumenep yaitu Raden

Tumenggung Prabuwinoto ( Adipati Sumenep tahun 1929 M ).

Gambar 1.1 Batik Tulis Madura berumur 80 Tahun

Sumber: Ruslan, Nuri Collection, Sampang

Spesifikasi Batik Tulis Madura :

Jenis Kain = Sarung Bermotif Matahari

Pewarnaan = Menggunakan Bahan Warna Alami

Catatan = Batik Tulis Madura ini di pakai oleh Raja Terakhir

Adipati Sumenep yaitu Raden Tumenggung Prabuwinoto

( Adipati Sumenep tahun 1929 M ).

Page 4: Perancangan Buku Visual Batik Madura

4

Salah satu saksi hidup sejarah batik tulis Madura yang masih ada dan berumur

kurang lebih 198 Tahun, batik ini dahulu di pakai oleh anak dari Bindara Saud

atau Muhammad Saud (Adipati Sumenep 1750-1762) yaitu Sultan Abdurrahman

Pakunataningrat I (Sultan Sumenep 1811-1854)

Gambar 1.2 Batik Tulis Madura berumur 198 Tahun

Sumber: Ruslan, Nuri Collection, Sampang

Spesifikasi Batik Tulis Madura :

Jenis Kain = Sarung Sekar Jagad

Catatan = Batik Tulis Madura ini masih tersimpan baik oleh salah

satu keturunan dari Bindara Saud atau Muhammad Saud

dan Ratu Raden Ayu Tirtonegoro (Adipati Sumenep

Tahun 1750 M - 1762 M)

Salah satu saksi hidup sejarah batik tulis Madura yang masih ada dan berumur

kurang lebih 250 Tahun, batik ini dahulu dipakai oleh Raja Raden Tumenggung

Tirtonegoro (Bendoro M. Saod) Suami dari Ratu Raden Ayu Tirtonogoro(adipati

Sumenep 1750-1762 M).

Gambar 1.3 Batik Tulis Madura berumur 250 Tahun

Sumber: Ruslan, Nuri Collection, Sampang

Page 5: Perancangan Buku Visual Batik Madura

5

Warga Tanjungbumi, Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur, boleh

berbangga. Sebab, dari daerah itulah konon asal batik Tanjungbumi yang banyak

dicari turis mancanegara. Selain itu, batik yang awet sampai ratusan tahun ini

disebut-sebut sebagai cikal bakal semua motif batik khas Madura. Di

Tanjungbumi tidak akan mendapatkan pemandangan seperti di Pekalongan (Jawa

Tengah) dimana terdapat outlet batik. Disini harus mengetuk pintu rumah dahulu,

sebab kebanyakan pengrajin tidak memasang nama sanggarnya. Batik Madura

mulai dilihat sebagai potensi Tanjungbumi, dan Madura secara umum. Beberapa

tahun silam, di Tanjungbumi pernah didirikan Unit Pelayanan Teknik Batik (UPT

Batik) oleh Dinas Perindustrian Kabupaten Bangkalan. Namun pada kenyataannya

para pengrajin setempat mempunyai kultur yang berbeda. Harapan semula UPT

ini bisa menjadi wadah komunikasi sekaligus koordinasi. Akan tetapi para

pengrajin setempat lebih suka menjual batik karyanya langsung secara sendiri-

sendiri.

Warga kampung Banyumas, Desa Klampar, Kecamatan Proppo,

Pamekasan, Madura dikenal sebagai daerah yang memiliki pengrajin paling

banyak di Pamekasan. Warga Desa Klampar seirama dengan keinginan

pemerintah kabupaten dalam mengembangkan dan melestarikan batik tulis di

kabupaten yang mencanangkan Gerakan Pembangunan Islami (Gerbang Salam).

Pada 24 Juli 2009 lalu, Pemkab Pamekasan membuat terobosan dengan

mencanangkan kota tersebut sebagai kota batik yang ditandai dengan diadakannya

kegiatan “Pamekasan Membatik” yang digelar disekitar monumen Arek Lancor.

Kegiatan membatik yang masuk dalam catatan Museum Rekor Indonesia (MURI)

tersebut diikuti 600 pembatik, dengan kain sepanjang 1.530 meter, angka yang

sesuai dengan hari jadi Kabupaten Pamekasan. “Kegiatan membatik masal ini

sebagai simbol bahwa Kabupaten Pamekasan merupakan kota batik, serta sebagai

upaya promosi dan melestarikan batik tulis Pamekasan,” kata Wakil Bupati

Pamekasan, Kadarisman Sastrodiwirdjo. Promosi batik Pamekasan ke luar daerah

memang terkesan kurang, sehingga masih banyak warga diluar Pamekasan yang

belum mengetahui tentang kondisi batik yang ada di wilayah tersebut. Ketua

sementara DPRD Kabupaten Pamekasan, Iskandar menyatakan bahwa untuk

Page 6: Perancangan Buku Visual Batik Madura

6

kedepan pemerintah perlu melakukan pembinaan khusus kepada pengrajin batik,

terutama kepada yang telah memberikan kontribusi dalam mengurangi

pengangguran dan ikut melestarikan batik tulis Pamekasan. “Di satu sisi,

pemerintah perlu melakukan terobosan dengan mematenkan motif batik yang ada

di masing-masing daerah, terlebih khusus lagi motif batik yang ada di Pamekasan

ini,” katanya. Sebab, meski di Pamekasan telah menyatakan diri sebagai kota

batik, sampai saat ini tak satupun jenis motif batik yang sudah dipatenkan.

Promosi yang dilakukan Disperindag Jawa Timur untuk meningkatkan

batik sudah baik dengan dibuktikan selalu mengadakan pameran setahun sekali.

Akan tetapi media untuk pengenalan batik Madura dan Jawa Timur masih belum

ada4. Bapak Ruslan sebagai pengusaha dan budayawan batik Madura juga

mengatakan bahwa media yang sudah dibuat adalah katalog batik dari Sampang

yang bekerja dengan desainer fashion terkenal Ramly. Katalog ini tercipta karena

adanya pemilihan semacam Cak dan Ning dari Madura yang mengharuskan

panitia dan peserta memakai batik. Di dalamnya tidak tertera informasi apapun,

hanyalah foto model yang memakai batik asal Madura.

Gambar 1.4 Media Buklet Kabupaten Sampang

Sumber: Ruslan, Nuri Collection, Sampang

4 Depth Interview Bapak Agus, Kepala Bagian Promosi Desperindag Jawa Timur

Page 7: Perancangan Buku Visual Batik Madura

7

Batik Madura memiliki ciri khas seperti batik pesisir lainnya yang

mempunyai warna-warna mencolok seperti merah, hijau dan biru. Batik pesisir

sangat berbeda dengan asal muasal batik yang berada di Yogyakarta maupun Solo

yang warnanya hanya ada hitam, putih dan coklat. Motif yang ada dalam batik

Madura umumnya mengambil tema flora dan fauna serta kebudayaan masyarakat

sekitar5. Motif flora yang sering digunakan adalah gambar pohon kelapa dan

ranting pohon kering yang terkenal dengan nama Kayu Mati atau Pohon Mati.

Kayu Mati atau Pohon Mati ini maksudnya adalah motif ujung pohon kering yang

biasanya dibatik dengan gambar terputus-putus. Sedangkan motif fauna yang

paling sering digunakan dalam batik madura adalah binatang burung. Seringkali

burung yang terdapat digambarkan dengan gaya gambar abstrak yang sangat

berbeda sekali dengan motif Batik Solo maupun Yogyakarta yang detail. Dan

motif-motif burung abstrak inilah kebanyakan disukai oleh masyarakat pencinta

batik. Untuk binatang laut yang sering digunakan adalah motifgambar udang.

Batik Madura tidak memakai pakem dalam penggambarannya, mereka

para pembatik sangat bebas sekali menggambar batiknya. Kebudayaan sekitar

yang sering diangkat dalam motif Batik Madura ini biasanya masyarakat para

nelayan dan petani yang merupakan gambaran dominan mata pencarian oleh

sebagian besar masyarakat Madura. Motif perahu, pantai, lautan dan para nelayan

sering digunakan dalam motif. Ciri khas motif Batik Madura dapat dilihat pada

bagian tumpalnya yang sering dijumpai pada sarung batik Madura.

Kebiasaan masyarakat Madura sering sekali memakai sarung untuk

menghadiri acara resmi, temu keluarga, manten, dan upacara. Maka dari itu

banyak sarung batik Madura yang memiliki harga sekitar delapan ratus ribu

sampai satu juta rupiah. Pewarnaan pada batik madurapun sangat berbeda

detailnya dengan Solo maupun Yogyakarta. Umumnya warna-warna batik madura

tidaklah rapi dan mencolok, hal ini dapat menandakan kalau masyarakat Madura

terkesan tidak sabaran. Gambar dibawah adalah motif batik madura yang

mengangkat kebudayaan sekitar yaitu masyarakat yang bermata pencarian sebagai

nelayan.

5 Depth Interview, Bpk Ruslan, Pengrajin Batik Madura

Page 8: Perancangan Buku Visual Batik Madura

8

Gambar 1.5 Batik Madura Motif Nelayan

Sumber: Ruslan, Nuri Collection, Sampang

Dalam pewarnaan dan penggambaran motif di Madura masing-masing

daerah memiliki ciri khas yang berbeda. Dan tiap pengrajin di daerah tersebut

tidak akan dapat menggambar dan mewarna sama dengan daerah yang lain. Motif

dalam Batik Sampang lebih detail dan warnanya paling gelap diantara daerah lain

di madura. Sedangkan Batik Pamekasan memiliki ciri khas warna merah sebagai

warna yang dominan. Batik Pamekasan memilik motif yang kontemporer karena

sudah banyak yang masuk dalam outlet Batik Keris. Batik Bangkalan yang paling

memiliki warna beragam diantara daerah lainnya. Dan Batik Sumenep memiliki

warna yang tidak begitu mencolok dan terlihat kalem.

Disperindag (Dinas Perindustrian dan Perdagangan) Jawa Timur

merupakan instansi yang menangani toko dan pengrajin-pengrajin. Toko dan

pengrajin yang terdaftar disini pada tahun 2008 sebanyak 86. Pada tahun 2009

masih belum ada penambahan6. Kegiatan yang dilakukan Desperindag untuk

memajukan Batik Madura yaitu dengan mengadakan pameran tiap tahun sekali.

Banyak masyarakat Surabaya dan Jawa Timur yang tertarik untuk mendatangi dan

membeli sehingga membuat penjualan batik madura naik setiap tahunnya. Berikut

adalah daftar jumlah toko maupun pengrajin yang terdaftar di Desperindag Jawa

Timur.

Ada beberapa keunikan Batik Madura dari proses pembatikan, pewarnaan,

dan beragam motif yang perlu diangkat dan dilestarikan. Banyak pencinta batik

6 Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur

Page 9: Perancangan Buku Visual Batik Madura

9

pun yang ingin mengetahui makna dan arti yang terdapat dalam motif batik

madura. Beberapa keunikan dalam pembatikan antara lain yaitu:

1.1.1 Proses Pembuatan

Proses pembuatan batik tulis madura melalui berbagai proses yang

panjang dan berulang-ulang7. Pertama-tama yang dilakukan adalah proses

penggambaran menggunakan pensil. Kedua adalah proses pembatikan

menggunakan lilin. Ketiga adalah pengeringan, dan yang terakhir adalah

pewarnaan. Pewarnaan dalam batik tulis dilakukan satu persatu yang

maksudnya apabila batik terdiri dari tiga warna, maka proses pewarnaan

dilakukan tiga kali pencelupan warna. Dibawah merupakan beberapa foto

mengenai proses pembatikan.

Gambar 1.7 Proses penggambaran batik menggunakan pensil

Sumber: Nuri Collection, Sampang

Gambar 1.8 Pembatikan menggunakan lilin

Sumber: Nuri Collection, Sampang

7 Depth Interview, Bpk Ruslan, Pengrajin Batik Madura

Page 10: Perancangan Buku Visual Batik Madura

10

Gambar 1.9 Proses Pengeringan

Sumber: Nuri Collection, Sampang

Gambar 1.10 Proses Pewarnaan

Sumber: Nuri Collection, Sampang

1.1.2 Keragam motif

Batik Madura memiliki motif yang berbeda dalam setiap daerahnya. Batik

dari Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep memiliki karakter

gambar dan warna yang berbeda-beda walaupun semuanya dapat disebut

dengan nama Batik Madura8. Batik dari Bangkalan memiliki gambar yang

detail dibandingkan dengan daerah lain, dan memiliki warna yang lebih

beragam. Batik dari Sampang memiliki karakteristik dengan warna yang

cenderung gelap dan motif gambar yang rapat. Warna ciri khas dari

Sampang kebanyakan menggunakan warna merah tua, coklat dan hitam.

Sedangkan dari Pamekasan warna cenderung cerah dan menggunakan

waarna merah di sebagian besar batiknya. Sedangkan Sumenep

8 Depth Interview, Bpk Ruslan, Pengrajin Batik Madura

Page 11: Perancangan Buku Visual Batik Madura

11

mempunyai warna yang cenderung kalem dan kurang mencolok

dibandingkan daerah lainnya.

1.1.3 Pola dalam kain batik

Batik Madura memiliki beberapa pola seperti pada sebagian besar batik

pesisir lainnya9. Pola ini biasanya digunakan pada kain panjang, sarung,

dan penempatan kepala tumpal dalam melipat batik. Pada desain kain

panjang terdapat beberapa bagian yang perlu diperhatikan yaitu kepala

atau tumpal, seret atau ujung pinggir kain, pinggiran atau frame pada

batik, dan papan (terletak antara kepala dan badan) yang terakhir yaitu

badan batik yang terletak di tengah-tengah. Sedangkan pada desain sarung

batik terdiri dari bagian badan, tumpal, pinggir, papan, seret dan kepala.

Patern pada sarung batik tumpal berada ditengah-tengah badan. Yang

terakhir yaitu penempatan kepala batik dalam melipat kain sarung yang

berbeda-beda. Teknik pelipatan berbeda-beda antara melipat kain panjang,

sarung kepala pasung, sarung kepala tumpal, dan sarung kepala gigi

balang. Akan tetapi patern yang ada hanya untuk batik klasik dan

kontemporer tidak untuk batik modern. Dikarenakan batik modern Madura

hanya untuk kebutuhan pasar dan perekonomian pengrajin batik saja.

1.1.4 Material dan teknik pembatikan

Metode pembatikan pada daerah Madura telah berbeda dengan pembatikan

yang dilakukan di Jawa Tengah10. Umumnya berbeda sekali dalam

pewarnaan dan detail penggarapan. Beberapa material kain yang sering

digunakan di madura yaitu kain katun dan sutra walaupun sekarang sudah

menemukan banyak sekali perkembangan antara lain primis, prisima, dan

kain santun.

Dari beberapa potensi dan keunikan diatas serta permintaan dari Dinas

Perindustrian dan Perdagangan, maka media yang memadai untuk membahas

9 Depth Interview, Bpk Ruslan, Pengrajin Batik Madura10 Depth Interview, Bpk Ruslan, Pengrajin Batik Madura

Page 12: Perancangan Buku Visual Batik Madura

12

Batik Madura adalah Buku Visual sebagai buku koleksi. Berikut adalah beberapa

kelebihan dan kelemahan media11.

Media internet memiliki keukatan yaitu dapat digunakan untuk menjangkau

konsumen diseluruh dunia untuk para pengguna internet. Dengan semakin

naiknya pengguna internet terutama dinegara-negara maju membuat media meiliki

jangkauan yang tinggi. Kedua adalah internet adalah medium yang paling jelas

diukur efektifitas dan efisiensinya. Pengunjung yang sekedar main-main sampai

yang serius dapat ditelusuri dengan parangkat lunak. Tetapi internet memiliki

kelemahan yaitu informasi di internet umumya hanya dapat digunakan untuk

menjangkau kaum muda, kelas menengah di perkotaan. Tingkat pengguna internet

di negara berkembang masih sangat rendah. Jadi, cakupan pasar masih terbatas.

Sumber pendapatan portal yang masih kurang memadai membuat media ini

kurang berkembang – setidaknya itu terjadi di Indonesia. Akibatnya, banyak

portal bertumbangan alias bangkrut. Portal-portal yang ada masih konvensional

dan mendapat uang dari beberapa sumber.

Sedangkan media cetak memiliki kelebihan beberapa kelebihan yang cocok

untuk menjadi media buku visual batik Madura12. Kelebihan media cetak yaitu

repeatable, dapat dibaca berkali-kali dengan menyimpannya atau mengklipingnya.

Kelebihan kedua adalah analisa lebih tajam, dapat membuat orang berfikir lebih

spesifik isi tulisan. Kekurangan media cetak yaitu lambat, dari segi waktu media

cetak adalah yang terlambat karena media cetak tidak dapat menyebar langsung

berita yang terjadi di masyarakat dan harus menunggu turun cetak. Media cetak

seringkali memuat berita yang telah disebarluaskan oleh media lainnya. Tidak

adanya audio, media cetak hanya berupa tulisan yang tentu saja tidak dapat

didengar. Visual yang terbatas, media cetak hanya memberikan visual berupa

gambar yang memiliki keseluruhan isi berita. Produksi, biaya produksi yang

cukup mahal karena media cetak harus mencetak dan mengirimkannya sebelum

dapat dinikmati masyarakat.

11 Invasi Pasar dengan Iklan yang Efektif, Darmadi Durianto dkk, Jakarta, hal 3512 http://periodismoenlinea.wordpress.com/2008/01/29/kekurangan-dan-kelebihan-media/

Page 13: Perancangan Buku Visual Batik Madura

13

Melihat kelebihan dan kekurangan kedua media diatas, maka media cetak

berupa buku merupakan media yang cocok untuk mengkomunikasikan salah satu

warisan budaya bangsa yaitu Batik Madura.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia tentang perbedaan-

perbedaan karakter batik antar daerah13

2. Tidak adanya media informasi untuk melestarikan batik Madura14

3. Banyaknya pengrajin batik sehingga sulit bagi Pemerintah untuk

mengkoordinasi guna memberikan quality control pada Batik Madura15

4. Tidak satupun motif batik Madura yang sudah dipatenkan oleh pengrajin

maupun pemerintah setempat dikarenakan motif batik yang ada terlalu

beragam16

5. Kurangnya pengetahuan pengrajin batik tentang pentingnya identitas dan

media informasi, dibuktikan dari 86 outlet yang terdaftar di Desperindag

(Dinas Perindustrian dan Perdagangan) tidak ada satupun yang memiliki

website sendiri. Hanya keterangan alamat, email, nomer telepon yang ada

di internet seperti Yellow Pages17

6. Keterbatasan media untuk mengangkat dan membahas Batik Madura

sebagai warisan budaya bangsa. Ditemukan hanya satu buku dokumentasi

yang dimiliki Kabupaten Sampang. Didalamnya hanya tertera foto batik

yang diperankan oleh model dan tidak ada isi yang membahas mengenai

sejarah, karakter, dan motif batik Madura18

7. Keunikan Batik Madura yang perlu diangkat dan diinformasikan kepada

masyarakat sebagai warisan budaya bangsa. Antara lain adalah proses

pembuatan dan pewarnaan, berbagai macam motif dan arti yang

13 Depth Interview, Bpk Ruslan, Pengrajin Batik Madura14 Depth Interview, Bpk Agus, Kepala Bagian Promosi Desperindag Jawa Timur15 Pamekasan Sindo, Jumat 13/07/200716 http://www.mediaindonesia.co m , Sabtu, 10 Oktober 200917 Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur18 Depth Interview, Bpk Ruslan, Pengrajin Batik Madura

Page 14: Perancangan Buku Visual Batik Madura

14

terkandung, patern dalam pembatikan, serta material dan karakter batik

Madura dari masing-masing daerah19

1.3 Batasan Masalah

1. Koordinasi antar pengrajin untuk memberikan kontrol kualitas yang baik

pada konsumen

2. Peran Pemerintah dalam keikut-sertaan mewadahi, mempatenkan dan

memajukan batik Madura

1.4 Rumusan Masalah

Dari uraian tersebut maka didapatkan permasalahan untuk diangkat dalam

studi ini yaitu :

Bagaimana merancang Buku Visual Batik Madura sebagai upaya

mengangkat potensi dan kekayaan ragam motif batik Madura.

1.5 Ruang Lingkup

Dalam hal ini ruang lingkup yang akan dikerjakan adalah media informasi

yang mendukung untuk melestarikan batik Madura sebagai warisan budaya

bangsa. Dimana untuk pencapaian perancangan tersebut melalui proses

pengumpulan data, penyeleksian data, pemilihan data, studi literatur dan yang

terakhir melakukan proses desain. Untuk menginformasikan Batik Madura

sebagai pelestarian budaya bangsa dibutuhkan media sebagai panduan untuk

informasi yang berisi mengenai sejarah, keunikan, proses pembuatan, pewarnaan,

karakter, material dan patern batik Madura.

1.6 Tujuan Penelitian

Membuat media informasi kepada masyarakat agar dapat mengetahui dan

mendapatkan informasi mengenai keunikan batik madura dengan membaca dan

melihat visual berupa fotografi.

1.7 Manfaat Penelitian

Sebagai bentuk pendokumenstasian kepada masyarakat untuk melestarikan

Batik Madura sebagai warisan budaya bangsa.

1.8 Sistematika Penulisan19 Depth Interview, Bpk Agus, Kepala Bagian Promosi Desperindag Jawa Timur

Page 15: Perancangan Buku Visual Batik Madura

15

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat dan Sistematika Penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas kajian tentang buku, kajian tentang batik Madura, kajian

tentang teori-teori desain komunikasi visual meliputi elemen layout, elemen teks

dalam layout, elemen visual dalam layout, fotografi jurnalistik, prinsip dasar

layout, teori warna, metode segmen pasar dan studi eksisting.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini membahas tentang gambaran atau wacana yang lebih detail mengenai

subyek desain dan kaitannya dengan masalah dan tinjauan tentang produk

eksisting, teknik sampling, jenis dan sumber data, serta metode penelitian yang

digunakan.

BAB IV : KONSEP DESAIN

Bab ini membahas tentang konsep poin-poin isi buku, strategi komunikasi dan

visual, fotografi, ilustrasi, ornamen, sistem grid dan layout, warna dan ukuran

media buku. Selanjutnya adalah tahapan sketsa desain manual dilanjutkan dengan

digital meliputi alternatif cover buku, judul, pembabagan dan alternatif layout.

BAB V : IMPLEMENTASI DESAIN

Bab ini menjelaskan hasil desain yang terpilih yaitu tipografi yang digunakan,

sistem halaman sebagai quick open, judul bab, grid, anatomi buku, desain cover,

fotografi, isi dan pembabagan dalam buku.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan kesimpulan keseluruhan hasil penelitian serta saran yang

diperlukan untuk pembahasan penilitian ini.