perancangan buku visual batik madura
DESCRIPTION
Bab i PendahuluanTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada awalnya, batik hanya digunakan oleh keluarga dan lingkungan
Kraton. Namun karena banyak abdi dalem yang tinggal di luar Kraton, maka
pemakaian batik pun ditiru oleh rakyat. Para abdi dalem (pekerja dalam keraton)
mempersembahkan kain batik kepada raja untuk mempersembahkan karya
terbaiknya.
Secara historis batik dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada
daun lontar. Motif dan pola batik pada saat itu masih didominasi oleh bentukan
flora dan fauna. Lalu batik berkembang dengan bentukan alam dan abstrak yang
menyerupai awan, relief candi dan wayang. Jenis dan corak batik tradisional
tergolong beragam, corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya
masing-masing daerah.
Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan
Kerajaan Majapahit dan perkembangan penyebaran agama Islam di Pulau Jawa1.
Perkembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa Kerajaan Mataram di
derah Solo dan Yogyakarta. Batik cap baru dikenal sekitar tahun 1920 setelah
perang dunia pertama. Terciptanya teknologi batik cap dikarenakan adanya
revolusi industri sehingga krisis ekonomi global yang berpengaruh terhadap
perekonomian dunia. Hal ini menyebabkan melambung tinggi harga batik tulis
sehingga terjadinya penurunan minat masyarakat. Pengrajin batik akhirnya
membuat batik cap dengan alasan biaya produksi yang rendah dan tetap masih
bisa mejalankan bisnis batiknya.
Kini, batik yang semula dianggap resmi mengalami pergeseran cukup
tajam dalam penggunaannya. Kain tradisional ini dirancang sedemikian rupa
untuk memenuhi selera pasar. Hasilnya bisa dilihat di pusat-pusat perbelanjaan.
Batik dengan ragam motif pun menawarkan pilihan-pilihan gaya fashion. Jika
1 Depth Interview, Bpk Ruslan, Pengrajin Batik Madura
2
ditelusuri, setiap motif memiliki sejarah dan makna tersendiri. Batik khas
Indonesia memiliki ratusan bahkan ribuan motif. Tidak menutup kemungkinan
setiap daerah memiliki motif yang sama. Sebab dalam perkembangannya pun
beberapa daerah dipengaruhi unsur kebudayaan yang sama. Misalnya, batik
pesisir yang khas dengan warna cerah dipengaruhi budaya Cina dan Arab.
Secara politis Madura secara berabad-abad menjadi subordinat daerah
kekuasaan yang berpusat di Jawa. Sekitar tahun 900-1500 pulau ini berada di
bawah pengaruh kekuasaan kerjaan Hindu di Jawa Timur seperti Kediri, Singosari
dan Majapahit2. Antara tahun 1500 sampai 1624 beberapa penguasa Madura
bergantung pada kerajaan Islam di pantai Utara Jawa seperti Demak, Gresik dan
Surabaya. Pada 1624 Madura ditaklukkan oleh Mataram lalu pada paruh pertama
abad 18 Madura berada di dalam kekuasaan kolonial Belanda (mulai 1882), mula-
mula oleh VOC kemudian oleh pemerintah Hindia-Belanda.
Sebelum abad 18, Madura terdiri dari berbagai kerajaan-kerajaan yang
saling bersaingan, akan tetapi sering bersatu dengan melaksanakan politik
perkawinan. Diantaranya kerajaan-kerajaan tersebut adalah Arosbaya, Blega,
Sampang Pamekasan dan Sumenep3. Pada saat pembagian provinsi oleh Hindia-
Belanda pada tahun 1920 Madura menjadi bagian Provinsi Jawa Timur. Setelah
proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Pulau Madura berstatus sebagai
karesidenan Propinsi Jawa Timur. Pada Akhir tahun 1947, Madura diduduki
kembali oleh pemerintahan Belanda. Untuk memperkuat kekuatannya dalam
mempertahankan Pulau Madura dan daerah lainnya di Indonesia pada tahun 1948,
Pemerintah Belanda membentuk Negara Madura. Status sebagai negara tersebut
berlangsung sampai kurun waktu pengakuan kedaulatan Republik Indonesia
Serikat pada tahun 1949 sampai 1950 oleh Belanda. Dalam Negara Republik
Indonesia Serikat (RIS), Madura merupakan salah satu negara bagian yang sama
dengan Negara-Negara bagian lainnya seperti Republik Indonesia Yogyakarta,
Indonesia Timur, Pasundan, Sumatra Timur, Sumatra Selatan, Jawa Timur,
Kalimantan Barat. Status Madura dalam RIS hanya berusia pendek karena pada
2 http://disbudparpora.sumenep.go.id/id/index3 Mien A.Rifai, Lintas Sejarah Madura, Yayasan Lebur Legga
3
tahun 1950 rakyat Madura telah membubarkan Parlemen dan Negara Madura dan
kembali bergabung dengan Republik Indonesia (kesatuan di Yogyakarta).
Pulau Madura salah satu daerah yang memiliki khas dalam hasil karya
batiknya. Wilayah yang termasuk dalam Propinsi Jawa timur ini terkenal sebagai
penghasil batik dengan warna yang mencolok dan garis yang kebanyakan tebal.
Batik Madura menggunakan pewarna alami sehingga warnanya cukup mencolok.
Selain warna yang mencolok, seperti kuning, merah dan hijau, Batik Madura juga
memiliki perbendaharaan motif yang beragam. Beberapa motif yang terkenal dari
Madura adalah pucuk tombak, belah ketupat, dan rajut. Bahkan, ada sejumlah
motif mengangkat aneka flora dan fauna yang ada dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat Madura. Akan tetapi banyak masyarakat kita yang masih belum tahu
perbedaan-perbedaan yang terdapat di kain batik Indonesia. Masih ada beberapa
peninggalan batik bersejarah dari Madura yang sekarang masih tersimpan dengan
baik. Beberapa contohnya seperti gambar dibawah ini.
Sejarah batik tulis Madura yang masih ada dan berumur kurang lebih 80
Tahun, batik ini dahulu di pakai oleh Raja Terakhir Adipati Sumenep yaitu Raden
Tumenggung Prabuwinoto ( Adipati Sumenep tahun 1929 M ).
Gambar 1.1 Batik Tulis Madura berumur 80 Tahun
Sumber: Ruslan, Nuri Collection, Sampang
Spesifikasi Batik Tulis Madura :
Jenis Kain = Sarung Bermotif Matahari
Pewarnaan = Menggunakan Bahan Warna Alami
Catatan = Batik Tulis Madura ini di pakai oleh Raja Terakhir
Adipati Sumenep yaitu Raden Tumenggung Prabuwinoto
( Adipati Sumenep tahun 1929 M ).
4
Salah satu saksi hidup sejarah batik tulis Madura yang masih ada dan berumur
kurang lebih 198 Tahun, batik ini dahulu di pakai oleh anak dari Bindara Saud
atau Muhammad Saud (Adipati Sumenep 1750-1762) yaitu Sultan Abdurrahman
Pakunataningrat I (Sultan Sumenep 1811-1854)
Gambar 1.2 Batik Tulis Madura berumur 198 Tahun
Sumber: Ruslan, Nuri Collection, Sampang
Spesifikasi Batik Tulis Madura :
Jenis Kain = Sarung Sekar Jagad
Catatan = Batik Tulis Madura ini masih tersimpan baik oleh salah
satu keturunan dari Bindara Saud atau Muhammad Saud
dan Ratu Raden Ayu Tirtonegoro (Adipati Sumenep
Tahun 1750 M - 1762 M)
Salah satu saksi hidup sejarah batik tulis Madura yang masih ada dan berumur
kurang lebih 250 Tahun, batik ini dahulu dipakai oleh Raja Raden Tumenggung
Tirtonegoro (Bendoro M. Saod) Suami dari Ratu Raden Ayu Tirtonogoro(adipati
Sumenep 1750-1762 M).
Gambar 1.3 Batik Tulis Madura berumur 250 Tahun
Sumber: Ruslan, Nuri Collection, Sampang
5
Warga Tanjungbumi, Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur, boleh
berbangga. Sebab, dari daerah itulah konon asal batik Tanjungbumi yang banyak
dicari turis mancanegara. Selain itu, batik yang awet sampai ratusan tahun ini
disebut-sebut sebagai cikal bakal semua motif batik khas Madura. Di
Tanjungbumi tidak akan mendapatkan pemandangan seperti di Pekalongan (Jawa
Tengah) dimana terdapat outlet batik. Disini harus mengetuk pintu rumah dahulu,
sebab kebanyakan pengrajin tidak memasang nama sanggarnya. Batik Madura
mulai dilihat sebagai potensi Tanjungbumi, dan Madura secara umum. Beberapa
tahun silam, di Tanjungbumi pernah didirikan Unit Pelayanan Teknik Batik (UPT
Batik) oleh Dinas Perindustrian Kabupaten Bangkalan. Namun pada kenyataannya
para pengrajin setempat mempunyai kultur yang berbeda. Harapan semula UPT
ini bisa menjadi wadah komunikasi sekaligus koordinasi. Akan tetapi para
pengrajin setempat lebih suka menjual batik karyanya langsung secara sendiri-
sendiri.
Warga kampung Banyumas, Desa Klampar, Kecamatan Proppo,
Pamekasan, Madura dikenal sebagai daerah yang memiliki pengrajin paling
banyak di Pamekasan. Warga Desa Klampar seirama dengan keinginan
pemerintah kabupaten dalam mengembangkan dan melestarikan batik tulis di
kabupaten yang mencanangkan Gerakan Pembangunan Islami (Gerbang Salam).
Pada 24 Juli 2009 lalu, Pemkab Pamekasan membuat terobosan dengan
mencanangkan kota tersebut sebagai kota batik yang ditandai dengan diadakannya
kegiatan “Pamekasan Membatik” yang digelar disekitar monumen Arek Lancor.
Kegiatan membatik yang masuk dalam catatan Museum Rekor Indonesia (MURI)
tersebut diikuti 600 pembatik, dengan kain sepanjang 1.530 meter, angka yang
sesuai dengan hari jadi Kabupaten Pamekasan. “Kegiatan membatik masal ini
sebagai simbol bahwa Kabupaten Pamekasan merupakan kota batik, serta sebagai
upaya promosi dan melestarikan batik tulis Pamekasan,” kata Wakil Bupati
Pamekasan, Kadarisman Sastrodiwirdjo. Promosi batik Pamekasan ke luar daerah
memang terkesan kurang, sehingga masih banyak warga diluar Pamekasan yang
belum mengetahui tentang kondisi batik yang ada di wilayah tersebut. Ketua
sementara DPRD Kabupaten Pamekasan, Iskandar menyatakan bahwa untuk
6
kedepan pemerintah perlu melakukan pembinaan khusus kepada pengrajin batik,
terutama kepada yang telah memberikan kontribusi dalam mengurangi
pengangguran dan ikut melestarikan batik tulis Pamekasan. “Di satu sisi,
pemerintah perlu melakukan terobosan dengan mematenkan motif batik yang ada
di masing-masing daerah, terlebih khusus lagi motif batik yang ada di Pamekasan
ini,” katanya. Sebab, meski di Pamekasan telah menyatakan diri sebagai kota
batik, sampai saat ini tak satupun jenis motif batik yang sudah dipatenkan.
Promosi yang dilakukan Disperindag Jawa Timur untuk meningkatkan
batik sudah baik dengan dibuktikan selalu mengadakan pameran setahun sekali.
Akan tetapi media untuk pengenalan batik Madura dan Jawa Timur masih belum
ada4. Bapak Ruslan sebagai pengusaha dan budayawan batik Madura juga
mengatakan bahwa media yang sudah dibuat adalah katalog batik dari Sampang
yang bekerja dengan desainer fashion terkenal Ramly. Katalog ini tercipta karena
adanya pemilihan semacam Cak dan Ning dari Madura yang mengharuskan
panitia dan peserta memakai batik. Di dalamnya tidak tertera informasi apapun,
hanyalah foto model yang memakai batik asal Madura.
Gambar 1.4 Media Buklet Kabupaten Sampang
Sumber: Ruslan, Nuri Collection, Sampang
4 Depth Interview Bapak Agus, Kepala Bagian Promosi Desperindag Jawa Timur
7
Batik Madura memiliki ciri khas seperti batik pesisir lainnya yang
mempunyai warna-warna mencolok seperti merah, hijau dan biru. Batik pesisir
sangat berbeda dengan asal muasal batik yang berada di Yogyakarta maupun Solo
yang warnanya hanya ada hitam, putih dan coklat. Motif yang ada dalam batik
Madura umumnya mengambil tema flora dan fauna serta kebudayaan masyarakat
sekitar5. Motif flora yang sering digunakan adalah gambar pohon kelapa dan
ranting pohon kering yang terkenal dengan nama Kayu Mati atau Pohon Mati.
Kayu Mati atau Pohon Mati ini maksudnya adalah motif ujung pohon kering yang
biasanya dibatik dengan gambar terputus-putus. Sedangkan motif fauna yang
paling sering digunakan dalam batik madura adalah binatang burung. Seringkali
burung yang terdapat digambarkan dengan gaya gambar abstrak yang sangat
berbeda sekali dengan motif Batik Solo maupun Yogyakarta yang detail. Dan
motif-motif burung abstrak inilah kebanyakan disukai oleh masyarakat pencinta
batik. Untuk binatang laut yang sering digunakan adalah motifgambar udang.
Batik Madura tidak memakai pakem dalam penggambarannya, mereka
para pembatik sangat bebas sekali menggambar batiknya. Kebudayaan sekitar
yang sering diangkat dalam motif Batik Madura ini biasanya masyarakat para
nelayan dan petani yang merupakan gambaran dominan mata pencarian oleh
sebagian besar masyarakat Madura. Motif perahu, pantai, lautan dan para nelayan
sering digunakan dalam motif. Ciri khas motif Batik Madura dapat dilihat pada
bagian tumpalnya yang sering dijumpai pada sarung batik Madura.
Kebiasaan masyarakat Madura sering sekali memakai sarung untuk
menghadiri acara resmi, temu keluarga, manten, dan upacara. Maka dari itu
banyak sarung batik Madura yang memiliki harga sekitar delapan ratus ribu
sampai satu juta rupiah. Pewarnaan pada batik madurapun sangat berbeda
detailnya dengan Solo maupun Yogyakarta. Umumnya warna-warna batik madura
tidaklah rapi dan mencolok, hal ini dapat menandakan kalau masyarakat Madura
terkesan tidak sabaran. Gambar dibawah adalah motif batik madura yang
mengangkat kebudayaan sekitar yaitu masyarakat yang bermata pencarian sebagai
nelayan.
5 Depth Interview, Bpk Ruslan, Pengrajin Batik Madura
8
Gambar 1.5 Batik Madura Motif Nelayan
Sumber: Ruslan, Nuri Collection, Sampang
Dalam pewarnaan dan penggambaran motif di Madura masing-masing
daerah memiliki ciri khas yang berbeda. Dan tiap pengrajin di daerah tersebut
tidak akan dapat menggambar dan mewarna sama dengan daerah yang lain. Motif
dalam Batik Sampang lebih detail dan warnanya paling gelap diantara daerah lain
di madura. Sedangkan Batik Pamekasan memiliki ciri khas warna merah sebagai
warna yang dominan. Batik Pamekasan memilik motif yang kontemporer karena
sudah banyak yang masuk dalam outlet Batik Keris. Batik Bangkalan yang paling
memiliki warna beragam diantara daerah lainnya. Dan Batik Sumenep memiliki
warna yang tidak begitu mencolok dan terlihat kalem.
Disperindag (Dinas Perindustrian dan Perdagangan) Jawa Timur
merupakan instansi yang menangani toko dan pengrajin-pengrajin. Toko dan
pengrajin yang terdaftar disini pada tahun 2008 sebanyak 86. Pada tahun 2009
masih belum ada penambahan6. Kegiatan yang dilakukan Desperindag untuk
memajukan Batik Madura yaitu dengan mengadakan pameran tiap tahun sekali.
Banyak masyarakat Surabaya dan Jawa Timur yang tertarik untuk mendatangi dan
membeli sehingga membuat penjualan batik madura naik setiap tahunnya. Berikut
adalah daftar jumlah toko maupun pengrajin yang terdaftar di Desperindag Jawa
Timur.
Ada beberapa keunikan Batik Madura dari proses pembatikan, pewarnaan,
dan beragam motif yang perlu diangkat dan dilestarikan. Banyak pencinta batik
6 Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur
9
pun yang ingin mengetahui makna dan arti yang terdapat dalam motif batik
madura. Beberapa keunikan dalam pembatikan antara lain yaitu:
1.1.1 Proses Pembuatan
Proses pembuatan batik tulis madura melalui berbagai proses yang
panjang dan berulang-ulang7. Pertama-tama yang dilakukan adalah proses
penggambaran menggunakan pensil. Kedua adalah proses pembatikan
menggunakan lilin. Ketiga adalah pengeringan, dan yang terakhir adalah
pewarnaan. Pewarnaan dalam batik tulis dilakukan satu persatu yang
maksudnya apabila batik terdiri dari tiga warna, maka proses pewarnaan
dilakukan tiga kali pencelupan warna. Dibawah merupakan beberapa foto
mengenai proses pembatikan.
Gambar 1.7 Proses penggambaran batik menggunakan pensil
Sumber: Nuri Collection, Sampang
Gambar 1.8 Pembatikan menggunakan lilin
Sumber: Nuri Collection, Sampang
7 Depth Interview, Bpk Ruslan, Pengrajin Batik Madura
10
Gambar 1.9 Proses Pengeringan
Sumber: Nuri Collection, Sampang
Gambar 1.10 Proses Pewarnaan
Sumber: Nuri Collection, Sampang
1.1.2 Keragam motif
Batik Madura memiliki motif yang berbeda dalam setiap daerahnya. Batik
dari Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep memiliki karakter
gambar dan warna yang berbeda-beda walaupun semuanya dapat disebut
dengan nama Batik Madura8. Batik dari Bangkalan memiliki gambar yang
detail dibandingkan dengan daerah lain, dan memiliki warna yang lebih
beragam. Batik dari Sampang memiliki karakteristik dengan warna yang
cenderung gelap dan motif gambar yang rapat. Warna ciri khas dari
Sampang kebanyakan menggunakan warna merah tua, coklat dan hitam.
Sedangkan dari Pamekasan warna cenderung cerah dan menggunakan
waarna merah di sebagian besar batiknya. Sedangkan Sumenep
8 Depth Interview, Bpk Ruslan, Pengrajin Batik Madura
11
mempunyai warna yang cenderung kalem dan kurang mencolok
dibandingkan daerah lainnya.
1.1.3 Pola dalam kain batik
Batik Madura memiliki beberapa pola seperti pada sebagian besar batik
pesisir lainnya9. Pola ini biasanya digunakan pada kain panjang, sarung,
dan penempatan kepala tumpal dalam melipat batik. Pada desain kain
panjang terdapat beberapa bagian yang perlu diperhatikan yaitu kepala
atau tumpal, seret atau ujung pinggir kain, pinggiran atau frame pada
batik, dan papan (terletak antara kepala dan badan) yang terakhir yaitu
badan batik yang terletak di tengah-tengah. Sedangkan pada desain sarung
batik terdiri dari bagian badan, tumpal, pinggir, papan, seret dan kepala.
Patern pada sarung batik tumpal berada ditengah-tengah badan. Yang
terakhir yaitu penempatan kepala batik dalam melipat kain sarung yang
berbeda-beda. Teknik pelipatan berbeda-beda antara melipat kain panjang,
sarung kepala pasung, sarung kepala tumpal, dan sarung kepala gigi
balang. Akan tetapi patern yang ada hanya untuk batik klasik dan
kontemporer tidak untuk batik modern. Dikarenakan batik modern Madura
hanya untuk kebutuhan pasar dan perekonomian pengrajin batik saja.
1.1.4 Material dan teknik pembatikan
Metode pembatikan pada daerah Madura telah berbeda dengan pembatikan
yang dilakukan di Jawa Tengah10. Umumnya berbeda sekali dalam
pewarnaan dan detail penggarapan. Beberapa material kain yang sering
digunakan di madura yaitu kain katun dan sutra walaupun sekarang sudah
menemukan banyak sekali perkembangan antara lain primis, prisima, dan
kain santun.
Dari beberapa potensi dan keunikan diatas serta permintaan dari Dinas
Perindustrian dan Perdagangan, maka media yang memadai untuk membahas
9 Depth Interview, Bpk Ruslan, Pengrajin Batik Madura10 Depth Interview, Bpk Ruslan, Pengrajin Batik Madura
12
Batik Madura adalah Buku Visual sebagai buku koleksi. Berikut adalah beberapa
kelebihan dan kelemahan media11.
Media internet memiliki keukatan yaitu dapat digunakan untuk menjangkau
konsumen diseluruh dunia untuk para pengguna internet. Dengan semakin
naiknya pengguna internet terutama dinegara-negara maju membuat media meiliki
jangkauan yang tinggi. Kedua adalah internet adalah medium yang paling jelas
diukur efektifitas dan efisiensinya. Pengunjung yang sekedar main-main sampai
yang serius dapat ditelusuri dengan parangkat lunak. Tetapi internet memiliki
kelemahan yaitu informasi di internet umumya hanya dapat digunakan untuk
menjangkau kaum muda, kelas menengah di perkotaan. Tingkat pengguna internet
di negara berkembang masih sangat rendah. Jadi, cakupan pasar masih terbatas.
Sumber pendapatan portal yang masih kurang memadai membuat media ini
kurang berkembang – setidaknya itu terjadi di Indonesia. Akibatnya, banyak
portal bertumbangan alias bangkrut. Portal-portal yang ada masih konvensional
dan mendapat uang dari beberapa sumber.
Sedangkan media cetak memiliki kelebihan beberapa kelebihan yang cocok
untuk menjadi media buku visual batik Madura12. Kelebihan media cetak yaitu
repeatable, dapat dibaca berkali-kali dengan menyimpannya atau mengklipingnya.
Kelebihan kedua adalah analisa lebih tajam, dapat membuat orang berfikir lebih
spesifik isi tulisan. Kekurangan media cetak yaitu lambat, dari segi waktu media
cetak adalah yang terlambat karena media cetak tidak dapat menyebar langsung
berita yang terjadi di masyarakat dan harus menunggu turun cetak. Media cetak
seringkali memuat berita yang telah disebarluaskan oleh media lainnya. Tidak
adanya audio, media cetak hanya berupa tulisan yang tentu saja tidak dapat
didengar. Visual yang terbatas, media cetak hanya memberikan visual berupa
gambar yang memiliki keseluruhan isi berita. Produksi, biaya produksi yang
cukup mahal karena media cetak harus mencetak dan mengirimkannya sebelum
dapat dinikmati masyarakat.
11 Invasi Pasar dengan Iklan yang Efektif, Darmadi Durianto dkk, Jakarta, hal 3512 http://periodismoenlinea.wordpress.com/2008/01/29/kekurangan-dan-kelebihan-media/
13
Melihat kelebihan dan kekurangan kedua media diatas, maka media cetak
berupa buku merupakan media yang cocok untuk mengkomunikasikan salah satu
warisan budaya bangsa yaitu Batik Madura.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia tentang perbedaan-
perbedaan karakter batik antar daerah13
2. Tidak adanya media informasi untuk melestarikan batik Madura14
3. Banyaknya pengrajin batik sehingga sulit bagi Pemerintah untuk
mengkoordinasi guna memberikan quality control pada Batik Madura15
4. Tidak satupun motif batik Madura yang sudah dipatenkan oleh pengrajin
maupun pemerintah setempat dikarenakan motif batik yang ada terlalu
beragam16
5. Kurangnya pengetahuan pengrajin batik tentang pentingnya identitas dan
media informasi, dibuktikan dari 86 outlet yang terdaftar di Desperindag
(Dinas Perindustrian dan Perdagangan) tidak ada satupun yang memiliki
website sendiri. Hanya keterangan alamat, email, nomer telepon yang ada
di internet seperti Yellow Pages17
6. Keterbatasan media untuk mengangkat dan membahas Batik Madura
sebagai warisan budaya bangsa. Ditemukan hanya satu buku dokumentasi
yang dimiliki Kabupaten Sampang. Didalamnya hanya tertera foto batik
yang diperankan oleh model dan tidak ada isi yang membahas mengenai
sejarah, karakter, dan motif batik Madura18
7. Keunikan Batik Madura yang perlu diangkat dan diinformasikan kepada
masyarakat sebagai warisan budaya bangsa. Antara lain adalah proses
pembuatan dan pewarnaan, berbagai macam motif dan arti yang
13 Depth Interview, Bpk Ruslan, Pengrajin Batik Madura14 Depth Interview, Bpk Agus, Kepala Bagian Promosi Desperindag Jawa Timur15 Pamekasan Sindo, Jumat 13/07/200716 http://www.mediaindonesia.co m , Sabtu, 10 Oktober 200917 Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur18 Depth Interview, Bpk Ruslan, Pengrajin Batik Madura
14
terkandung, patern dalam pembatikan, serta material dan karakter batik
Madura dari masing-masing daerah19
1.3 Batasan Masalah
1. Koordinasi antar pengrajin untuk memberikan kontrol kualitas yang baik
pada konsumen
2. Peran Pemerintah dalam keikut-sertaan mewadahi, mempatenkan dan
memajukan batik Madura
1.4 Rumusan Masalah
Dari uraian tersebut maka didapatkan permasalahan untuk diangkat dalam
studi ini yaitu :
Bagaimana merancang Buku Visual Batik Madura sebagai upaya
mengangkat potensi dan kekayaan ragam motif batik Madura.
1.5 Ruang Lingkup
Dalam hal ini ruang lingkup yang akan dikerjakan adalah media informasi
yang mendukung untuk melestarikan batik Madura sebagai warisan budaya
bangsa. Dimana untuk pencapaian perancangan tersebut melalui proses
pengumpulan data, penyeleksian data, pemilihan data, studi literatur dan yang
terakhir melakukan proses desain. Untuk menginformasikan Batik Madura
sebagai pelestarian budaya bangsa dibutuhkan media sebagai panduan untuk
informasi yang berisi mengenai sejarah, keunikan, proses pembuatan, pewarnaan,
karakter, material dan patern batik Madura.
1.6 Tujuan Penelitian
Membuat media informasi kepada masyarakat agar dapat mengetahui dan
mendapatkan informasi mengenai keunikan batik madura dengan membaca dan
melihat visual berupa fotografi.
1.7 Manfaat Penelitian
Sebagai bentuk pendokumenstasian kepada masyarakat untuk melestarikan
Batik Madura sebagai warisan budaya bangsa.
1.8 Sistematika Penulisan19 Depth Interview, Bpk Agus, Kepala Bagian Promosi Desperindag Jawa Timur
15
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah,
Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat dan Sistematika Penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas kajian tentang buku, kajian tentang batik Madura, kajian
tentang teori-teori desain komunikasi visual meliputi elemen layout, elemen teks
dalam layout, elemen visual dalam layout, fotografi jurnalistik, prinsip dasar
layout, teori warna, metode segmen pasar dan studi eksisting.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini membahas tentang gambaran atau wacana yang lebih detail mengenai
subyek desain dan kaitannya dengan masalah dan tinjauan tentang produk
eksisting, teknik sampling, jenis dan sumber data, serta metode penelitian yang
digunakan.
BAB IV : KONSEP DESAIN
Bab ini membahas tentang konsep poin-poin isi buku, strategi komunikasi dan
visual, fotografi, ilustrasi, ornamen, sistem grid dan layout, warna dan ukuran
media buku. Selanjutnya adalah tahapan sketsa desain manual dilanjutkan dengan
digital meliputi alternatif cover buku, judul, pembabagan dan alternatif layout.
BAB V : IMPLEMENTASI DESAIN
Bab ini menjelaskan hasil desain yang terpilih yaitu tipografi yang digunakan,
sistem halaman sebagai quick open, judul bab, grid, anatomi buku, desain cover,
fotografi, isi dan pembabagan dalam buku.
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan kesimpulan keseluruhan hasil penelitian serta saran yang
diperlukan untuk pembahasan penilitian ini.