bab i pendahuluan a. latar belakang · secara visual doodle bisa memberi gaya baru dalam corak dan...

33
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan seni dan desain era sekarang yang lebih cair dan tanpa batas telah menjadi tantangan baru dalam desain tekstil. Desain tekstil tidak lagi berkutat dengan olahan motif konvensional seperti dahulu, tetapi sekarang lebih berani menggabungkan praksis artistik lain seperti seni lukis, seni grafis, fotografi, dan juga eksperimen visual lewat pengolahan digital (Goode dan Townsend, 2011). Perkembangan-perkembangan tersebut telah merombak industri tekstil dan berhasil mewadahi kebutuhan pasar akan ide-ide kreatif untuk memenuhi kebutuhan tekstil masa kini yang kian baragam. Perkembangan konsep di atas sejalan dengan kemajuan teknologi dan perkembangan aspirasi konsumen masa kini. Perkembangan tersebut membuka berbagai peluang baru dalam dunia pembuatan produk tekstil, tidak terkecuali batik yang seiring waktu menjadi sebuah produk yang mengikuti dinamika selera modern dan teknologi (Asti dkk., 2011). Batik berkembang dinamis dengan mempertimbangkan perkembangan resepsi pengguna batik (konsumen) era sekarang yang bisa menerima keragaman visual batik dan memiliki kecintaan terhadap citarasa visual dan penghargaan terhadap ekspresi yang unik dan relevan dengan gaya hidup masa kini (Setyawan, dkk, 2013). Perancangan batik tulis bertema bahari dengan gaya doodle ini didorong oleh beragam perkembangan di atas. Batik tulis yang dikembangkan adalah batik

Upload: others

Post on 02-Sep-2019

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan seni dan desain era sekarang yang lebih cair dan tanpa batas

telah menjadi tantangan baru dalam desain tekstil. Desain tekstil tidak lagi berkutat

dengan olahan motif konvensional seperti dahulu, tetapi sekarang lebih berani

menggabungkan praksis artistik lain seperti seni lukis, seni grafis, fotografi, dan

juga eksperimen visual lewat pengolahan digital (Goode dan Townsend, 2011).

Perkembangan-perkembangan tersebut telah merombak industri tekstil dan berhasil

mewadahi kebutuhan pasar akan ide-ide kreatif untuk memenuhi kebutuhan tekstil

masa kini yang kian baragam.

Perkembangan konsep di atas sejalan dengan kemajuan teknologi dan

perkembangan aspirasi konsumen masa kini. Perkembangan tersebut membuka

berbagai peluang baru dalam dunia pembuatan produk tekstil, tidak terkecuali batik

yang seiring waktu menjadi sebuah produk yang mengikuti dinamika selera modern

dan teknologi (Asti dkk., 2011). Batik berkembang dinamis dengan

mempertimbangkan perkembangan resepsi pengguna batik (konsumen) era

sekarang yang bisa menerima keragaman visual batik dan memiliki kecintaan

terhadap citarasa visual dan penghargaan terhadap ekspresi yang unik dan relevan

dengan gaya hidup masa kini (Setyawan, dkk, 2013).

Perancangan batik tulis bertema bahari dengan gaya doodle ini didorong

oleh beragam perkembangan di atas. Batik tulis yang dikembangkan adalah batik

2

tulis kreasi baru (batik modern, batik kontemporer) agar bisa mewadahi ekspresi-

ekspresi kebaharuan seperti doodle. Batik kreasi baru sendiri adalah batik yang

berkembang dari segi gaya, motif, serta pengembangan teknik-teknik batik. Motif

dan isen tergantung kepada si pencipta. Satu hal yang menjadi ciri batik kreasi baru

tidak memiliki keterkaitan dengan tradisi tertentu (Sewan,1980). Mengambil

garapan batik kreasi baru juga mempertimbangkan pemikiran Biranul Anas dkk,

batik kreasi baru mampu menjawab tuntutan zaman yang menuntut sesuatu

mengandung kebaruan, mempunyai karakter khusus (unik), dan sesuai dengan

semangat zaman mengikuti perkembangan corak lingkungan usaha yang ditandai

oleh kesementaraan atau trend (Anas, dkk, 1997).

Batik kreasi baru menjadi pijakan utama perancangan ini karena batik kreasi

baru (batik kontemporer) membuka kemungkinan-kemungkinan baru dalam batik

dari segi visual dan semangat penciptaan yang tidak terkungkung oleh batasan-

batasan yang selama ini dianggap pakem dalam batik. Pemilihan tema bahari karena

kekayaan laut Indonesia memiliki potensi yang luar biasa baik dari segi

keberagaman hasil laut maupun kuantitas yang dihasilkan. Secara historis kekayaan

bahari juga telah mewarnai kasanah tekstil tradisi Indonesia, dalam hal ini batik.

Batik pesisiran yang berkembang di daerah seperti Kudus, Pekalongan, Gresik,

Lasem, dan Cirebon banyak mengolah kekayaan bahari untuk motif batik.

Gaya visual doodle dipilih untuk mengembangkan batik kreasi baru karena

secara visual doodle bisa memberi gaya baru dalam corak dan motif batik. Doodle

dalam bahasa Indonesia berarti mencoret. Visual doodle yang simple, spontan, dan

mengandalkan garis-garis yang repetitif dalam bidang gambar maupun background

sangat tepat dijadikan motif batik. Dari segi visual dan estetis, doodle untuk motif

3

batik menawarkan visual unik berupa alur-alur garis ritmis dan repetitif yang dapat

memberikan efek ilusif bagi yang melihat maupun yang memakainya. Selama ini

belum ada batik kreasi baru yang mengolah visual doodle sebagai motif batik.

Pemilihan gaya visual doodle untuk motif batik bisa menjadi kekuatan

desain dan nilai diferisiansi produk pada perancangan ini. Muara dari perancangan

ini adalah membuat produk batik kreasi baru yang mengedepankan inovasi,

kompetitif, dan mengikuti perkembangan corak lingkungan usaha yang ditandai

oleh kesementaraan (trend). Mengingat persaingan di dunia tekstil makin terbuka,

usaha dibidang batik harus berani memunculkan diversifikasi produk inovatif. Agar

lebih fokus maka perancangan ini diarahkan untuk memenuhi kebutuhan tekstil

untuk fesyen remaja putri. Pemilihan pasar remaja ini dengan pertimbangan remaja

lebih dinamis, selalu up to date akan hal-hal baru, dan bisa menerima perubahan-

perubahan secara cepat.

B. Studi Pustaka

Selama ini motif batik batik yang mengambil tema bahari sudah banyak

ditemui. Garapan motif batik bertema bahari tersebut banyak berkembang di

daerah-daerah yang memunculkan batik pesisir. Namun, batik bertema bahari

dengan gaya visual doodle belum ada yang mengeksplorasi maupun mengadopsi

menjadi motif batik. Dalam studi pustaka ini akan dipilih beberapa tulisan dari hasil

penelitian berupa buku, jurnal penelitian, maupun tulisan ilmiah lain yang

berhubungan dengan doodle, batik, dan tema bahari dalam batik baik yang dicetak

maupun yang berada di website.

4

1. Batik Tulis

Keindahan tekstil tradisional Indonesia telah menarik perhatian warga

dunia. Dan, salah satu dari produk tekstil tersebut adalah batik. Bila para ahli

membicarakan batik, itu berarti Indonesia atau lebih spesifik lagi, Jawa. Sebagai

teknik menghias, batik bukan hanya ada di Indonesia. Akan tetapi, dunia mengakui

bahwa di Jawa-lah batik mengalami pencanggihan dalam pengolahan corak ragam

hias, teknik pewarnaan, dan teknis pembuatan paling sempurna dibandingkan batik

dari daerah lain (Ninuk, 2000: 236).

Hal yang menarik dari batik yaitu batik mencakup konsep yang kompleks

baik dari segi teknik, estetis, maupun etimologinya. Banyak makna yang bisa

disematkan pada batik sejalan dengan sejarah dan konteks daerah yang

mengembangkannya. Secara etimologi kata “Batik” berasal dari bahasa Jawa. Dari

kata “amba” yang berarti menggambar dan “tik” yang berarti titik. Seperti misalnya

terdapat dalam kata-kata Jawa lainnya,yakni “klitik” (warung kecil), dan “bentik”

(persinggungaan kecil antara dua benda), “klithik” (kutu kecil) dan sebagainya

(Suwarto, dkk, 1998:8). Dalam bahasa Jawa “batik” ditulis dengan “bathik”,

mengacu pada huruf Jawa “tha” yang menunjukkan bahwa batik adalah rangkaian

dari titik-titik yang membentuk gambaran tertentu. Namun sampai saat ini belum

ada kesepakatan tentang apa sebenarnya arti kata batik. Ada yang mengatakan

bahwa sebutan batik berasal dari kata “tik” yang terdapat dalam kata titik, yang

berarti juga tetes. Dan memang, di dalam membuat kain batik dilakukan pula

penetesan malam di atas kain putih (Handayani, 2009).

Sacara istilah batik mencakup bermacam pengertian. Berkaitan dengan

pengertian batik, para seniman batik berlomba-lomba mendeskripsikan batik. Batik

5

adalah cara membuat bahan sandang berupa tekstil yang bercorak pewarnaan

dengan menggunakan lilin sebagai penutup untuk mengamankan warna dari

perembesan warna yang lain didalam pencelupan (Murtihadi, 1979). Batik adalah

suatu kegiatan yang berawal dari menggambar suatu bentuk misalnya ragam hias

di atas sehelai kain dengan menggunakan lilin batik (malam), kemudian diteruskan

dengan pemberian warna (Karmila, 2010). Istilah batik juga bisa mengacu lukisan

atau gambar pada mori yang dibuat dengan menggunakan alat berupa canting.

Orang melukis atau menggambar atau menulis pada mori memakai canting disebut

membatik. Membatik menghasilkan batik atau batikan berupa macam-macam motif

dan mempunyai sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh batik itu sendiri (Hamzuri,

1985: VI) .

Pengertian batik juga mencakup dalam proses pembuatannya, Arini dkk

menjelaskan cara pembuatan batik secara garis besar yaitu dengan cara ditulis

dengan canting disebut batik tulis dan batik dengan cara dicetak dengan cap disebut

batik cap (Arini, dkk. 2008). Menurut Ismunandar batik lebih mengacu pada proses

pemberian lilin (malam) batik untuk mencapai pewarnaan tertentu pada bidang kain

(Ismunandar, 1985). Pewarnaan pada latar dilakukan dengan cara celupan,

sedangkan pada bagian pola dalam beberapa warna dilakukan secara coletan atau

gabungan dari kedua cara pewarnaan tersebut (Wulandari, 2011).

Kekhasan batik tulis adalah kerumitan yang menuntut tingkat ketelitian

dan kesabaran yang sangat tinggi. Bukan hanya dalam hal kerumitan gambar,

namun proses pengerjaannya yang sifatnya bertingkat-tingkat dan berlapis-lapis

juga menjadi kerumitan tersendiri. Semua proses yang ada di dalam batik

menyimpan pengetahuan-pengetahuan khas yang diturunkan dari ingatan

6

keingatan. Kenyataan inilah yang membuat batik begitu manusiawi, semua

keindahannya datang dari sanubari manusia, roh yang tak tertirukan oleh mesin

tercanggih sekalipun. Setiap lembar kain batik yang dihasilkan mempunyai makna

dan filosofi tersendiri. Banyak hal yang dapat terungkap dari seni batik, seperti latar

belakang kebudayaan, kepercayaan, adat-istiadat, sifat dan tata kehidupan, alam

lingkungan, cita rasa, tingkat keterampilan dan lain-lain. Makna yang terkandung

dalam batik inilah yang menjadikan batik sebagai wahana untuk menanamkan nilai-

nilai luhur, doa, harapan, dan ungkapan kasih (Herawati, 2010).

Industri batik di Indonesia secara tidak langsung telah muncul sejak

adanya tradisi membatik di Nusantara. Lewat perjalanan yang panjang, industri

batik Indonesia tetap eksis hingga sekarang. Bahkan dengan adanya pengukuhan

dari PBB bahwa batik adalah warisan budaya dunia asli dari Indonesia, muncul

semangat baru untuk melestarikan dan mengembangkan batik (Wulandari, 2011).

Batik tidak lagi sekedar masalah produk tradisi dalam arti sempit, namun batik juga

menyangkut permasalahan menciptakan berbagai peluang pengembangan gagasan,

nilai, identitas, praktek, dan arah perubahan sosial, Iptek dan media-media baru

(Ninuk, 2000). Dalam arus perubahan ini, batik perlu dikembangkan sesuai dengan

konteks perkembangan zaman. Langkah pengembangan ini perlu agar batik tidak

sekedar menjadi warisan tradisi masa lampau yang menjadi fenomena residual,

anakronisme, dan perlahan-lahan akan punah (Walker, 2010).

Kain batik adalah kain tradisional di pulau Jawa yang cukup populer

dibandingkan dengan kerajinan tekstil tradisional Indonesia lainnya. Motif-motif

batik tradisonal pada awalnya mendapat pengaruh dari luar, terutama daerah pesisir

utara, seperti Kudus, Pekalongan, Gresik , Lasem, Cirebon dan daerah-daerah lain

7

sehingga muncul batik pesisir. Dengan motif-motif batik ini, dapat memperkaya

batik Indonesia. Batik kita kaya motif, kaya warna. Salah satu penyumbang budaya

yang memberi warna warni pada batik adalah budaya yang dibawa bangsa Cina.

Lalu lintas perdagangan antar benua pada akhirnya membawa pengaruh budaya.

Para pedagang dari Cina yang kemudian menetap di Jawa berhasil mengembangkan

bisnis mereka, dan salah satu bidang usaha yang mereka tangani ialah pertekstilan

(Jusuf, 2010).

2. Motif Batik dan Perkembangannya

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia motif adalah pola, corak hiasan

yang indah pada kain, bagian rumah dan sebagainya. Bagian-bagian bentuk,

berbagai macam garis/elemen, yang terkandung begitu kuat dipengaruhi oleh

bentuk-bentuk stilisasi alam, benda, dengan gaya dan ciri khas tersendiri. Untuk

batik, motif adalah kerangka gambar yang mewujudkan batik secara keseluruhan

(Susanto, 1980). Motif merupakan corak, ragam yang mempunyai ciri tersendiri

yang menghiasi kain batik. Pengertian motif batik adalah kerangka gambar yang

mewujudkan batik secara keseluruhan (Riyanto, 1997).

Motif adalah desain yang dibuat dari bagian-bagian bentuk, berbagai

macam garis atau elemen-elemen, yang terkadang begitu kuat dipengaruhi oleh

bentuk-bentuk stilasi alam benda, dengan gaya dan ciri khas tersendiri. Setiap motif

dibuat dengan berbagai bentuk dan dasar atau berbagai macam gaya, misalnya garis

berbagai segi (segitiga, segiempat), garis ikal atau spiral, melingkar, berkelok-kelok

(horizontal dan vertikal), garis yang berpilin-pilin dan saling jalin-menjalin, garis

yang berfungsi sebagai pecahan (arsiran) yang serasi, garis tegak, miring, dan

sebagainya. Jadi dapat disimpulkan bahwa motif adalah dasar dari penciptaan suatu

8

bentuk ornamen penghias baik pada benda fungsional maupun non fungsional

kedalam bidang maupun ruang (Suhersono, 2004).

Menurut Sewan Susanto (1980) susunan motif batik memiliki unsur-unsur

tersendiri yang dibagi menjadi dua bagian utama yaitu:

Pertama Ornamen motif batik, hal ini dibedakan lagi atas ornamen utama

dan ornamen pengisi bidang atau ornamen tambahan. Ornamen utama adalah suatu

ragam hias yang menentukan motif tersebut. Ornamen-ornamen utama ini

mempunyai arti tersendiri, sehingga susunan ornamen utama dalam suatu motif

membuat jiwa atau arti dari pada motif itu. Sedangkan ornamen tambahan tidak

mempunyai arti dalam pembentukan motif dan fungsi sebagai pengisi bidang.

Kedua, Isen-isen Motif Batik, Isen-isen motif berupa titik-titik, garis-

garis, gabungan titik dan garis, yang berfungsi untuk mengisi ornamen-ornamen

dari motif atau mengisi bidang diantara ornamen-ornamen tersebut. Tetapi sering

kali kita dapati bahwa pada suatu motif, tidak dapat dibedakan mana yang ornamen

utama dan mana yang ornamen tambahan sehingga hanya mempunyai susunan

yang indah saja dan tidak mempunyai jiwa yang mendalam.

Pola atau motif batik Indonesia dapat diuraikan menjadi unsur-unsur pola,

yaitu:

1) Unsur-unsur pokok pola, berupa gambar-gambar bentuk tertentu, bisa

di sebut ornamen. Karena merupakan unsur pokok, maka disebut

dengan ornamen pokok.

2) Biasanya dalam pola terdapat gambar-gambar yang dibuat untuk

mengisi bidang, bentuknya lebih kecil dan tidak turut membentuk arti

atau jiwa pola tersebut, ini biasa disebut dengan ornamen pengisi.

9

3) Untuk memperindah pola secara keseluruhan, baik ornamen pokok

maupun ornamen pengisi diberi hiasan yang berupa titik-titik, garis-

garis, gabungan titik dan garis, yang disebut isen. Biasanya isen dalam

seni batik mempunyai bentuk dan nama tertentu, sedang jumlahnya

banyak sekali. Diantaranya terdapat yang tinggal nama saja artinya

sudah jarang dijumpai dalam susunan motif batik. Bentuk-bentuk isen

yang masih banyak dijumpai dalam motif-motif berkembang sampai

saat ini, antara lain: cecek-cecek, cecek pitu, sisik melik, cecek-sawut,

cecek sawut daun, harangan, sisik, gringsing, sawut, galaran,

rambutan atau rawan, sirapan, cacah gori. (Susanto, 1880).

Dalam perkembangannya apabila ditinjau dari segi gaya, menurut Susanto

(1980), batik terbagi dalam dua jenis yaitu batik gaya klasik dan gaya modern.

Adapun uraian tentang gaya batik adalah sebagai berikut:

1) Gaya Klasik Batik dengan gaya klasik yaitu semua jenis batik yang

semua macam ataupun jenis batik tersebut dengan menggunakan motif

dan mengikuti aturan tertentu dan dengan menggunakan isen-isen

tertentu serta dengan fungsi tertentu pula. Batik klasik ini telah

mencapai puncak perkembangannya pada abad ke 20, 23 adapun batik

yang telah berkembang pada zaman tersebut adalah kawung, semen,

sidoluhur, dan sidomukti.

2) Gaya Modern Batik dengan gaya modern ini selalu mengikuti

perkembangan zaman, sehingga penerapan motif pada batik ini susunan

motifnya tidak terikat pada aturan yang telah berlaku dalam pembatikan

(pakem). Dalam perkembangannya batik mempunyai motif dan

10

susunan yang lebih bervariasi, maka timbullah beberapa jenis batik

dalam batik modern ini antara lain:

a) Gaya Abstrak Dinamis, misalnya menggambarkan burung terbang,

ayam tarung, garuda melayang, ledakan senjata, dan sebagainya.

b) Gaya Gabungan, pengolahan dan stilirisasi ornamen dari berbagai

daerah menjadi suatu rangkaian yang indah.

c) Gaya Lukisan, menggambarkan yang serupa lukisan, serta

pemandangan, bentuk bangunan, dan sebagainya. Diisi dengan isen-

isen yang telah diatur rapi, sehingga menghasilkan suatu hasil yang

seni dan indah.

d) Gaya Khusus dari Cerita Lama, misalnya diambil dari Ramayana

atau Maha Barata. Gaya ini kadang seperti campuran real dan

abstrak (Sewan Susanto 1980).

Dari uraian tersebut diatas batik dapat dilihat dari segi teknik dan gayanya,

akan tetapi batik juga dapat dilihat dari segi sifatnya adalah sebagai berikut:

1) Batik Tradisional Batik tradisional merupakan batik yang dikerjakan

secara turun-temurun, dan dalam proses pembuatannya batik ini

membutuhkan waktu yang cukup lama. Pada batik tradisional tersebut

susunan motifnya terikat pada suatu ikatan tertentu atau pakem, dan

biasanya mempunyai makna tertentu. Misalnya motif parang,

mempunyai makna bahwa motif parang hanya dipakai oleh golongan

prajurit atau kesatria saja.

2) Batik Modern Batik modern merupakan batik yang telah mengikuti

perkembangan zaman dan dengan model yang selalu mengikuti mode.

11

Batik tersebut berkembang tidak mengikuti aturan pembatikan

melainkan batik dapat berkembang dengan mengikuti selera pasar atau

mode yang sedang berkembang. Adapun susunan motif tersebut tidak

terikat pada aturan tertentu dan penerapannya secara bebas (Susanto,

1980: 15)

Jika dikaitkan dengan bahari, ada pula Batik pesisiran adalah batik yang

berkembang di kawasan Pantai Utara Pulau Jawa. Kemunculannya dengan

membawa ciri yang sangat kuat membuat para pengamat batik di zaman

pendudukan Belanda dengan tegas mengelompokkan batik Jawa menjadi dua, yaitu

batik Vorstenlanden dan batik pesisiran (Kusrianto, 2013).

Gambar 1. Motif Sisik dari Tanjung Bumi.

Koleksi Batik Zulpah berusia lebih dari 62 tahun.

(Sumber : Kusrianto,A. 2013 “Batik : Filosofi, Motif & Kegunaan”)

3. Unsur Desain, Azas Desain, dan Prinsip Desain

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) menjelaskan tentang

desain berarti kerangka, bentuk atau rancangan. Secara etimologis kata desain

berasal dari kata designo (Itali) yang artinya gambar (Jervis dalam Sachari, 2002:

12

2). Sedangkan dari bahasa latin berasal dari kata designore, yang artinya membuat

suatu rancangan berupa gambar, sketsa yang melibatkan unsur-unsur visual seperti

garis, bentuk tekstur, warna dan nilai (Prawira, 1989).

Desain adalah penataan atau penyusunan berbagai garis, bentuk, warna,

dan fitur yang diciptakan agar mengandung nilai-nilai keindahan. Jika disimpulkan,

ada 4 bentuk dasar desain , yaitu:

Bentuk alami, bentuk desain ini sangat kuat dipengaruhi oleh bentuk alam

benda, atau bentuk yang bersifat dan berwujud dari alam, yang penggambarannya

sangat serupa dengan objek alam benda seperti daun, buahbuahan, bunga,

tumbuhan, batu, kayu, kulit, awan, pelangi, bintang, bulan, matahari, dan berbagai

figur (binatang dan manusia).

Bentuk dekoratif, bentuk desain yang berbentuk dari alam,

ditransformasikan ke dalam bentuk dekoratif dengan stilasi (gubahan) menjadi

mode dan khayalan (biasanya didukung oleh berbagai variasi serta susunan nuansa

warna yang indah dan serasi).

Bentuk geometris, bentuk desain ini berdasarkan elemen geometris, seperti

persegi panjang, lingkaran, oval, kotak, segitiga, segienam (berbagai segi), kerucut,

jajaran genjang, silinder, dan berbagai garis.

Bentuk abstrak adalah suatu bentuk yang tidak lazim, atau perwujudan

bentuk yang tidak ada kesamaan dari berbagai objek, baik objek alami ataupun

Bentuk Abstrak, bentuk abstrak adalah imajinasi bebas yang terealisasi dari objek

buatan manusia. Dengan kata lain, bentuk abstrak adalah sebuah desain bentuk yang

dibentuk (tidak nyata) (Suhersono, 2004).

13

a. Unsur- unsur Desain

Dalam menggambar motif batik harus mengetahui dahulu apa itu unsur-

unsur desain. Berikut ini unsur-unsur desain diantaranya garis, bidang, bangun,

tekstur, dan warna. unsur-unsur tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut yakni:

1) Garis (lines)

Garis merupakan titk-titik yang digabungkan, titik-titik yang dihubungkan

akan membentuk ilusi garis, sedangkan perwujudan garis bermacam dari yang

sederhana dan putus-putus sampai pada yang rumit (Rizali,N. 2013).

Garis merupakan unsur rupa yang terbuat dari rangkaian titik yang terjalin

memanjang menjadi satu (Setyobudi, 2006).

2) Bidang/Bentuk (Form)

Garis yang dihubung-hubungkan akan membentuk suatu daerah yang

disebut bentuk (Rizali, 2013). Segala macam bentuk yang memiliki dimensi

panjang dan lebar dapat disederhanakan sebagai bidang. Sebuah garis yang

bertemu ujung pangkalnya akan membentuk sebuah bidang (Sipahelut, 2004).

Bidang merupakan unsur rupa yang terjadi karena pertemuan dari beberapa garis

(Setyobudi, 2006).

3) Bangun (Shape)

Setiap benda, baik benda alam maupun benda buatan, mempunyai bentuk.

Istilah bentuk dalam bahasa Indonesia dapat berarti bangun (shape). Bangun ialah

bentuk benda yang polos seperti yang terlihat oleh mata (Sipahelut, 2004). Shape

(bidang) yang terjadi: shape yang menyerupai wujud alam (figur), dan shape yang

tidak sama sekali menyerupai wujud alam (non figur). Keduanya akan terjadi

menurut kemampuan senimannya dalam mengolah objek. Didalam pengolahan

14

objek akan terjadi perubahan wujud sesuai dengan selera maupun latar belakang

sang senimannya. Perubahan wujud tersebut antara lain: stilisasi, distorsi,

transformasi, dan deformasi.

a) Stilisasi

Merupakan cara penggambaran untuk mencapai bentuk keindahan dengan

cara menggayakan objek dan atau benda yang digambarkan, yaitu dengan cara

menggayakan setiap kontur pada objek atau benda tersebut. Contohnya motif batik,

tatah sungging kulit, lukisan tradisional bali.

b) Distorsi

Adalah penggambaran bentuk yang menekankan pada pencapaian

karakter, dengan cara menyangatkan wujud-wujud tertentu pada benda atau objek

yang digambar.

c) Transformasi

Adalah penggambaran bentuk yang menekankan pada pencapaian

karakter, dengan cara memindahkan wujud atau figur objek lain keobjek yang

digambar. Penggambaran manusia berkepala binatang pada pewayangan untuk

menggambarkan perpaduan sifat antara binatang dan manusia. Menggambarkan

manusia setengah dewa, semuanya mengarah pada penggambaran wujud untuk

mencapai karakter ganda.

d) Deformasi

Merupakan penggambaran bentuk yang menekankan pada interpretasi

karakter, dengan cara mengubah bentuk objek dengan cara menggambarkan objek

tersebut dengan hanya sebagian yang dianggap mewakili, atau penggambilan unsur

15

tertentu yang mewakili karakter hasil interpretasi yang sifatnya sangat hakiki.

Perubahan bentuk semacam ini banyak dijumpai pada seni lukis modern, unsur-

unsur yang dihadirkan merupakan komposisi yang setiap unsurnya menimbulkan

getaran karakter dari wujud ekspresi simbolis (Darsono, 2004).

4) Tekstur

Penampilan yang memberikan arti tersendiri dalam sebuah desain, karena

akan memberikan efek-efek tertentu (Rizali, 2013). Permukaan benda, benda alam

maupun benda buatan, keadaan permukaan benda, tetapi juga menyangkut kesan

yang timbul dalam perasaan dari apa yang terlihat pada permukaan benda

(Sipahelut, 2004).

Tekstur merupakan nilai permukaan suatu benda (halus, kasar, licin, atau

lainnya) (Setyobudi, 2006). Tekstur adalah nilai raba dari suatu permukaan, bisa

halus, kassar, licin, dan lain-lain (Nursantara, 2004). Tekstur mempunyai arti nilai

raba suatu permukaan baik benda nyata maupun semu. Tekstur dapat melukiskan

sebuah permukaan obyek/benda, seperti kulit, rambut, kayu plastik, kaca dan bisa

merasakan kasar halusnya, keras lunaknya, teratur tidaknya suatu permukaan obyek

(Purnomo, 2004).

5) Gelap terang

Gelap terang merupakan keadaan suatu bidang yang dibedakan dengan

warna tua dan muda yang disebabkan oleh perbedaan warna atau pengaruh cahaya

(Setyobudi, 2006). Ada pendapat lain dari Nusantara (2004) mengenai gelap terang,

gelap terang terjadi karena adanya perbedaan intensitas cahaya yang diterima oleh

suatu objek. Suatu objek terbentuk karena adanya gelap terang. Gelap terang

menimbulkan kesan tekstur dan kedalaman.

16

6) Warna

Warna merupakan unsur desain yang paling menonjol. Kehadiran unsur

warna menjadikan benda dapat dilihat, dan melalui unsur warna orang dapat

mengungkapkan suasana perasaan, atau watak benda yang dirancang (Sipahelut

2004).

Warna merupakan unsur rupa yang terbuat dari pigmen (zat warna). Secara

umum warna dapat digolongkan menjadi tiga kelompok utama, yaitu:

Warna pokok/primer dikatakan demikian karena warna ini tidak bisa

didapat dengan mencampurnya, warna primer ada tiga yaitu merah, kuning, biru.

Warna sekunder: warna hasil campuran yang seimbang antara warna

primar dengan warna primer. Warna ungu (violet) campuran dari merah dan biru,

warna orange campuran dari warna merah dan kuning, dan warna hijau

percampuran antara warna kuninng dan biru.

Warna tersier: merupakan hasil campuran warna sekunder dengan warna

primer. Warna merah kebiruan campuran warna merah dengan ungu, warna ungu

kebiruan campuran dari ungu dan biru, warna kuning kehijauan percampuran antara

warna kuning dengan warna hijau, warna merah orange campuran dari warna merah

dan warna orange (Setyobudi 2006).

b. Asas Desain

Berikut ini akan dijelaskan asas desain oleh Darsono (2004: 59-65) sebagai

berikut:

1) Kesatuan (Unity)

Kesatuan adalah kohesi, konsistensi, ketunggalan atau keutuhan, yang

merupakan isi pokok dari komposisi. Kesatuan merupakan efek yang dicapai dalam

17

suatu susunan atau komposisi diantara hubungan unsur pendukung karya, sehingga

secara keseluruhan menampilkan kesan tanggapan secara utuh. Berhasil tidaknya

pencapaian bentuk estetik suatu karya ditandai oleh menyatunya unsurunsur estetik,

yang ditentukan oleh kemampuan memadukan keseluruhan. Dapat dikatakan

bahwa tidak ada komposisi yang tidak utuh (Darsono, 2004: 59).

Kesatuan adalah penyusunan atau pengorganisasian dari unsur-unsur

visual/elemen seni sedemikian rupa sehingga menjadi kesatuan, organik, ada

harmoni antara bagian-bagian dengan keseluruhan (Purnomo, 2004: 58).

2) Keseimbangan (Balance)

Keseimbangan menurut Darsono (2004: 59) adalah keadaan atau

kesamaan antara kekuatan yang saling berhadapan dan menimbulkan adanya kesan

seimbang secara visual ataupun secara intensitas kekaryaan.

Keseimbangan adalah stabilitas atau kesan adanya daya tarik yang sama

antara bagian yang satu dengan yang lain tanpa meniadakan aksentuasi/klimaks

atau yang menjadi pusat perhatian pada susunan karya seni (Nursantara, 2007).

Balance adalah seimbang atau tidak berat sebelah. Keseimbangan bisa

didapat dengan menggerombolkan/ mengelompokkan bentuk-bentuk dan warna-

warna disekitar pusat sedemikian rupa sehingga akan terdapat suatu daya perhatian

yang sama pada tiap-tiap sisi dan pusat tersebut (Purnomo, 2004).

Bobot visual ditentukan oleh ukuran, wujud, warna, tekstur, dan kehadiran

semua unsur dipertimbangkan dan memperhatikan keseimbangan. Ada dua macam

keseimbangan yang diperhatikan dalam penyusunan bentuk, yaitu:

18

Keseimbangan Formal (Formal Balance) Keseimbangan formal adalah

keseimbangan pada dua pihak berlawanan dari satu poros. Keseimbangan formal

kebanyakan simetris secara eksak atau ulangan berbalik pada sebelah menyebelah.

Keseimbangan Informal (Informal Balance) Keseimbangan informal

adalah keseimbangan sebelah menyebelah dari susunan unsur yang menggunakan

prinsip susunan ketidaksamaan atau kontras dan selalu asimetris. Keseimbangan ini

mempunyai keunikan yang didasarkan atas perhitungan kesan bobot visual dari

unsur-unsur yang dihadirkan ataupun ukuran bentuk yang dominan. Jadi dapat

disimpulkan bahwa keseimbangan yaitu persamaan bobot dari unsur-unsur karya.

Secara wujud dan jumlahnya mungkin tak sama, tapi nilainya dapat seimbang.

3) Kesederhanaan (Simplicity)

Kesederhanaan dalam desain pada dasarnya adalah kesederhanaan selektif

dan kecermatan pengelompokan unsur-unsur artistik dalam desain. Adapun

kesederhanaan ini tercakup beberapa aspek, diantaranya sebagai berikut:

kesederhanaan unsur artinya unsur-unsur dalam desain atau komposisi hendaklah

sederhana, sebab unsur yang terlalu rumit sering menjadi bentuk yang mencolok

dan penyendiri, asing atau terlepas sehingga sulit diikat dalam kesatuan

keseluruhan. Kesederhanaan struktur artinya suatu komposisi yang baik dapat

dicapai melalui penerapan terstruktur yang sederhana, dalam artinya sesuai dengan

pola, fungsi atau efek yang dikehendaki. Kesederhanaan teknik artinya suatu

komposisi jika mungkin dapat dicapai dengan teknik yang sederhana. Kalaupun

memerlukan perangkat bantu, diupayakan untuk menggunakan perangkat apa saja,

bagaimanapun nilai estetik dan ekspresi sebuah komposisi, tidak ditentukan oleh

19

kecanggihan penerapan perangkat bantu teknis yang sangat kompleks kerjanya

(Ahmad Sjafi‟I dalam Darsono, 2004).

4) Aksentuasi (Emphasis)

Desain yang baik mempunyai titik berat untuk menarik perhatian (center

of interest). Ada berbagai cara untuk menarik perhatian kepada titik berat tersebut,

yang dapat dicapai dengan melalui perulangan ukuran serta kontras antara tekstur,

nada warna, garis, ruang, bentuk, atau motif. Susunan beberapa unsur visual atau

penggunaan ruang dan cahaya bisa menghasilkan titik perhatian pada fokus

tertentu. Berbagai macam cara untuk menarik perhatian kepada titik berat suatu

ruang, yaitu dengan beberapa cara. Aksentuasi melalui perulangan, misalnya kain

bermotif dengan beberapa warna hijau, dan biru, didekatkan pada kain polos

berwarna hijau, maka warna hijau dalam kain bermotif akan nampak lebih

menonjol, dan begitupun sebaliknya pada warna biru (Darsono, 2004).

Dengan demikian bahwa perulangan unsur desain dan perulangan warna

dapat memberikan penekanan pada aksentuasi.

c. Prinsip Desain

Hakekat suatu komposisi yang baik, jika suatu proses penyusunan unsur

pendukung motif, senantiasa memperhatikan prinsip-prinsip komposisi, harmoni,

kontras, keseimbangan, kesatuan, kesederhanaan, aksentuasi, dan proporsi.

Untuk mencapai kesatuan (unity) sebuah desain memiliki kriteria dan

prinsip-prinsip desain antara lain :

1) Irama

Terbentuk karena pengulangan (repetition) dan gerakan (movement).

Pengulangan diwujudkan melalui warna, nada, bidang, garis dan tekstur.

20

Jika bagian-bagian tertentu dihubungkan kembali dengan cara yang

ritmis maka desain akan menghasilkan unity dan keseimbangan pada

sebuah desain. Irama merupakan susunan dalam seluruh desain.

2) Balance

Adalah suatu kondisi atau kesan optis tentang kesan berat, tekanan,

tegangan dan kestabilan. Penciptaan desain dapat diasosiasikan dalam

keseimbangan horizontal, vertikal dan radikal. Faktor atau variabel

pendukung keseimbangan adalah posisi atau penempatan ukuran,

proporsi, kualitas dan arah dari unsur-unsur itu. Pada sebuah desain

terdapat dua jenis kualitas keseimbangan yang berbeda yaitu

keseimbangan simetris dan keseimbangan asimetris.

3) Pusat Perhatian (Emphasis)

Adalah setiap bagian tertentu dari suatu desain hendaknya memiliki

perhatian atau tingkat dominan yang layak atau pantas. Untuk dapat

menarik perhatian tersebut, suatu ciri visual bagian hendaknya

dikontraskan dengan daerah sekitarnya. Bagian yang mendominasi ini

akan menjadi pusat perhatian yang disebarkan dalam suatu ukuran

susunan akan menciptakan tema pokok yang berwujud oleh motif dan

warna serta tekstur (Rizali, 2006)

Beberapa pendapat yang telah mendefinisikan desain melalui sudut

pandangnya tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa desain adalah rancangan

gambar yang tersusun atas garis, tekstur, bentuk, warna (unsur rupa) yang tersusun

dalam suatu komposisi dan proporsi yang diperhatikan keindahan untuk

mengungkapkan sebuah ide atau gagasan dalam menempatkan suatu karya.

21

4. Ide Dasar Perancangan Karya

Setiap penciptaan atau perancangan karya seni, ide dasar penciptaan

mempunyai peranan yang sangat penting karena konsep merupakan ide, rancangan

atau cita-cita dari suatu proses penciptaan. Sadar atau tidak dalam penciptaan karya

seni, seorang seniman berusaha menyampaikan gagasan atau pemahaman hasil

kontemplasi terhadap sesuatu melalui perwujudan gagasan ke dalam bentuk karya

yang nyata. Perwujudan gagasan kedalam bentuk karya yang nyata, didasarkan

pada keyakinan orang lain akan dapat membaca dan berkomunikasi melalui

sinyalsinyal yang ditampilkan dalam bentuk simbol-simbol tertentu. Dari hasil

interaksi itulah diharapkan orang akan mengerti konsepsi yang terkandung dalam

karya seni tersebut. Penciptaan berasal dari kata cipta yaitu kesanggupan pikiran

untuk mengadakan suatu yang baru, angan-angan yang kreatif (Moeliono dalam

Shaman, 1993).

Jadi penciptaan adalah proses, perbuatan menciptakan. Konsep penciptaan

karya seni merupakan pemahaman, pandangan atau pemikiran terhadap, sesuatu

yang dapat dinikmati secara inderawi melalui proses manisfestasi kedalam suatu

bentuk karya seni. Karya seni yang dihasilkan, merupakan refleksi pribadi

penciptanya yang diperoleh dari pengalaman estetik, baik pengalaman yang bersifat

eksternal maupun pengalaman yang bersifat internal. Hal itu diharapkan dapat

menjadi transfer of feeling bagi orang lain yang melihatnya. Lebih jauh lagi,

melalui proses situ pula orang akan dapat memahami konsepsi yang terkandung

didalamnya.

Agar konsep dapat dimengerti oleh orang lain, maka perlu dilakukan

upaya-upaya untuk menciptakan suatu bentuk karya yang secara lahiriah dapat

22

diamati dengan panca indera. Mencipta ialah menyatakan apa yang ada dalam

sanubari, tetapi bahannya berasal dari dunia sekeliling kita. Mencipta merupakan

proses asimilasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) yang dimaksud

dengan ide yaitu rancangan yang tersusun didalam pikiran/gagasan, cita-cita.

Sedangkan penciptaan diambil dari kata cipta adalah kemampuan pikiran untuk

mengadakan sesuatu yang baru, angan-angan yang kreatif. Sedangkan penciptaan

yaitu proses, cara pembuatan menciptakan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008).

Berikut ini akan diterangkan tentang aktivitas mencipta menurut beberapa ahli :

a. Pemahaman Proses Kreatif

1) Tahapan (Stages of the Artistic Process)

Proses mencipta itu terdiri atas 3 tahapan menurut L.H. Champman:

Tahapan awal yang berupa tahapan mencari inspirasi atau ilham, atau

minimal mencari sumber inspirasi. Ilham atau bisikan hati adalah sesuatu, yang

menggerakkan hati untuk mencipta (A.M. Moeliono dalam Sahman, 1993).

Mencari inspirasi adalah upaya seniman mendapatkan the creative impulse.

Agaknya pada tahapan awal seniman memerlukan dorongan yang kuat untuk

mencipta, yang muncul pada saat ditemukannya gagasan.

Tahapan berikutnya adalah mengembangkan dan memantapkan gagasan

awal (elaboration and refinement). Menyempurnakan, artinya mengembangkannya

menjadi gambaran pravisual yang nantinya dimungkinkan untuk diberi bentuk atau

wujud konkrit-lahiriah. Jadi gagasan yang muncul pada tahapan awal itu, pada

tahapan berikutnya masih harus disempurnakan menjadi gagasan sedemikian rupa,

sehingga nantinya pada kerja penuangannya kedalam medium (bahan, dengan

23

bantuan alat dan teknik tertentu), dengan mudah akan bisa memperoleh bentuk

terminalnya (Sahman, 1993).

Tahap terakhir adalah visualisasi kedalam medium (Heention in a medium)

dengan memanfaatkan medium tertentu (bahan, alat, teknik) (R.Mayer dalam

Sahman, 1993). Medium memang harus digunakan, jika kita ingin menuntaskan

proses mencipta sampai kepada tahapan finalnya. Bisa saja terjadi bahwa sudah

pada tahapan awal, si seniman melibatkan peran medium, dalam kerangka

menemukan gagasan, baik yang awal maupun yang dikembangkan pada tahapan

berikutnya. Sebagian besar seniman yang mengawali proses mencipta dengan

membuat sketsa atau model awal. Sehubungan dengan peran medium, harus diingat

bahwa medium pada umumnya hanya berkedudukan sebagai sarana bagi si seniman

untuk mengekspresikan gagasan.

2) Berbagai Pendekatan dalam Mencipta

Sebagai sudah dikemukakan sebelumnya, pada tahapan awal, siseniman

mencoba mendekati sumber inspirasi (sources of inspiration) dalam kerangka

memperoleh gagasan. tujuannya untuk mencatat seluruh sumber inspirasi yang

pernah dimanfaatkan, sebab upaya inventarisasi ini agaknyaa akan bermuara

kepada keseluruhan universum atau jagad raya ini. Namun untuk praktisnya kita

bisa menyebut sumber-sumber sbb: alam belum terjamah (natural evironment)

lingkungan alami, lingkungan buatan (constructed environment): lingkungan yang

telah diubah oleh tangan-tangan manusia), kehidupan rukhaniah dan dunia

imajinasi (inner feelings and imagination) atau dunia fantasi, berbagai pokok

renungan dan system (broad themes and forms of order), dan kehidupan seharihari

(everyday life) (Sahman, 1993).

24

3) Cara-cara Mengembangkan Gagasan

Menurut Champman dalam Sahman (1993) tidak selamanya bahwa karya

itu terlahir secara spontan. Kekhilafan itu biasanya dipersiapkan sebelumnya.

Dicari terlebih dahulu wadah visual yang cocok untuk gagasan yang ingin

disampaikan. Pencarian ini terkadang disebut juga problem solving. Langkah

pencarian wadah yang cocok atau pemecahan masalah ini mencakup: pengamatan

dan pembuatan studi visual (observing and making visual studies), merubah cara

kerja (changing habits of work), menelusuri makna dan symbol (eksploring

meanings and symbolism), mempertimbangkan tujuan dan sarana (considering

purpose and means).

4) Pendekatan terhadap Penggunaan Media

Setiap seniman menggunakan caranya sendiri di dalam memanfaatkan

media. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa para seniman menyadari arti atau

nilai penguasaan media, penyesuaian media dan gagasan, serta gagasan dan media,

seleksi media dari segi makna simboliknya, dan eksperimentasi dengan media.

a) Penguasaan Media (Control)

Penguasaan diperoleh dengan jalan praktek atau latihan. Harry Broundy

(dalam Sahman, 1993), berpendapat bahwa penguasaan itu tak hanya untuk

mencakup kemahiran memanipulatif atau memanfaatkan sesuatu (medium) tetapi

juga pertimbangan yang benar (dexterity in manipulation and sound jugment).

Dengan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian dan penguasaan

medium, lebih dari sekedar koordinasi tangan dan mata, karena juga memerlukan

renungan, pertimbangan, dan pemecahan masalah.

25

b) Adaptasi (Adaptation)

Keterampilan kreatif perlu didukung oleh kemampuan menyesuaikan

media dan gagasan, dan sebagainya gagasan dan media (sarang laba-laba sulit untuk

dipresentasikan dengan bahan tanah liat). Apa yang ingin diwujudkan, ternyata

kemudian perlu diubah agar lebih sesuai dengan bahan yang dipilih. Sebaiknya

siseniman harus membuat rancangan tuntas atau mungkin tanpa rincian terlebih

dahulu jika medium yang dipilih sulit diadaptasi atau dikerjakan (Sahman, 1993).

c) Seleksi (Selection)

Memilih medium yang cocok dengan gagasan, tidak hanya penting bagi

desain benda-benda pakai atau bangunan, tetapi juga bagi seni lukis, seni patung

dan kerajinan.

d) Eksperimentasi (Eksperimentation)

Pada dasarnya ada dua tujuan yang ingin dicapai dengan

bereksperimentasi. Pertama adalah memecahkan masalah khusus umpamanya efek

fisual khusus lewat sapuan kuas. Sapuan-sapuan itu dijadikan objek eksperimen.

Berbagai sapuan dicobakan, sampai ditemukan sapuan dengan efek tertentu yang

katakanlah bisa memberikan kesan tentang suasana sejuk-nyaman, keringgersang,

rapuh-mudah retak. Tujuan kedua adalah penyusunan repertoire teknik dan

kemungkinannya untuk diterapkan di kemudian hari, apabila diperlukan (Sahman,

1993).

b. Tahap Mencipta

Penting sekali dalam memahami seni itu harus secara utuh, atau

melihatnya sebagai proses yang utuh, dari intuisi keseniman sampai kepada

26

apresiasi para pengamat/pemirsanya. Menurut Stephenson-Debrix (dalam Humar

Sahman 1993) aktivitas artistik dapat dibagi menjadi tiga tahapan,

Tahap Pertama, pengalaman atau intuisi si seniman (the artist’s experience

and intuition)

Tahap Kedua, penuangan intuisi tersebut ke dalam karya seni sebagai

media (ekspression of this intuition in an artistic medium)

Tahap ketiga, penikmatan oleh dan berbagai pengalaman dengan

pengamat (enjoyment by, and ideally the kindling of similar experience in an

audience).

Dalam menciptakan motif-motif baru perlu adanya kreativitas, berikut

akan dideskripsikan oleh ip (2008) mengenai kreativitas meliputi tiga hal, yaitu:

1) Kreativitas merupakan kemampuan (ability) untuk membayangkan

atau menemukan sesuatu yang baru.

2) Kreativitas merupakan sikap (attitude) yaitu kemampuan untuk

menerima perubahan dan sesuatu yang baru.

3) Kreativitas merupakan sebuah proses. Orang kreatif adalah orang

yang terus menerus membuat perubahan dan perbaikan dalam pekerjaan mereka.

Kreativitas juga bisa ditinjau dari perspektif yang luas, bukan sekedar

menghasilkan ide-ide baru, yang dapat diterjemahkan dalam kemampuan

memenuhi tuntutan profesi, menciptakan kemungkinan dan terobosan baru, serta

menyelesaikan masalah atau problem. Dengan demikian dari penjelasan di atas

dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan, proses seseorang dalam

membuat kombinasi, mengembangkan, kemampuan untuk menemukan, sehingga

menghasilkan suatu yang baru.

27

5. Doodle Art

Membahas mengenai Doodle, aktivitas mencoret, aktivitas yang bisa

dilakukan siapapun dan dimanapun asalkan tersedia medianya. Studi menunjukkan

bahwa sketsa dan mencoret-coret meningkatkan pemahaman dan berpikir kreatif

seseorang. Sunni Brown mengatakan : doodlers , bersatu ! Dia membuat kasus

untuk membuka otak Anda melalui pad dan pena .Setelah lelah metode

pembelajaran kuno seperti memberi tanda stabilo, mencatat pada memo kecil,

menghafal, Alat primitif tersebut dilepaskan, dan dia menemukan penyelamatnya:

Doodle. (Sunni Brown – 2011).

Pada zaman dahulu orang-orang menggambar pada atap-atap dan dinding

gua untuk menceritakan sebuah cerita hidup secara turn-temurun. Aktivitas ini

disebut sebagai doodle.

Gambar 2. Lukisan di dinding dalam gua

(Sumber : http://vsa-art.blogspot.co.id/2014/12/sejarah-doodle-art.html)

Etimologi kata doodle pertama kali muncul pada awal abad ke-17 berarti

bodoh atau bodoh. Berasal Jerman atau Nudeltopf Dusseldorf, berarti bodoh atau

mie (harfiah "minum-minum"). Makna "bodoh " yang dimaksud dalam judul lagu

"Yankee Doodle", awalnya dinyanyikan oleh pasukan kolonial Inggris sebelum

Perang Revolusi Amerika. Ini juga merupakan asal dari kata kerja abad kedelapan

28

belas dini untuk mencoret-coret, yang berarti "untuk menipu atau membodohi". Arti

modern muncul pada 1930-an baik dari makna ini atau dari kata kerja "untuk

berlama-lama", yang sejak abad XVII telah memiliki makna membuang-buang

waktu karena malas.Sebuah doodle adalah gambar tidak fokus atau gambar yang

dibuat secara tidak sadar dimana saat perhatian seseorang sedang tidak pada apa

yang dia lakukan.

"Gambar adalah cara yang bagus untuk menangkap pikiran Anda” - Paul

benney.

Terkadang seseorang tidak menganggap coretan tangan hasil sifat iseng

ketika bosan menunggu adalah sebuah karya seni, sebagian dari mereka hanya

menganggapnya coretan tangan yang tidak punya makna, atau hanya coretan tangan

yang asal-asalan hasil dari senuah keisengan seseorang ketika jenuh. Nyatanya

tidak demikian, " Setiap pelukis mencelupkan kuas dalam jiwanya sendiri, dan cat

alam sendiri ke dalam gambar -Nya “( Henry Ward Beecher).

Gambar 3. Karya Luise von Mecklenburg-Strelitz, Queen of Prussia, c.

1795

(Sumber : http://doodles12.blogspot.co.id/2013/12/sejarah-dan-

pengertian-doodle.html )

29

Di dalam memahami darimana dorongan mencorat-coret berasal, hal

pertama yang perlu dilakukan adalah melihat lebih dekat apa yang terjadi pada otak

ketika ia menjadi bosan , meskipun banyak orang menganggap bahwa otak tidak

aktif ketika mereka bosan , sebaliknya justru tidak demikian. Jika melihat kinerja

otak seseorang ketika bosan ditemukan bahwa pada saat seperti itulah otak

menggunakan banyak energi, otak adalah organ penting di dalam tubuh dan sangat

aktif. Tidak boleh dilupkanbahwa otak memang dirancang untuk terus memproses

informasi . Tapi ketika otak tidak melakukan tanggapan kepada suasana yang sepi,

itu baru masalah (Andrade,2009).

6. Remaja dan Fesyen

Menurut G. Stanley Hall ahli psikologi dan pendidikan remaja merupakan

masa “Strum and Drang”, yaitu sebagai periode yang berada dalam dua situasi:

antara kegoncangan, penderitaan, asmara dan pemberontakan dengan otoritas orang

dewasa. Selanjutnya, dia mengemukakan bahwa pengalaman sosial selama remaja

dapat mengarahkannya untuk menginternalisasi sifat-sifat yang diwariskan oleh

generasi sebelumnya (Yusuf , 2000).

Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa

dewasa yang disertai dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan, dengan

semakin bertambahnya usia menuju masa dewasa, remaja mulai mencari jati diri

dan mampu berfikir lebih dewasa. Selain itu juga disertai dengan pertumbuhan fisik

yang terus berkembang. Dengan terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pada

remaja juga mempengaruhi sikap dan perilaku, faktor tersebut bisa terjadi karena

beberapa faktor yang mempengaruhinya diantaranya faktor endogen, exogen, dan

interaksi antara endogen dan exogen.

30

Steele mengemukakan teori fesyen yang melihat fesyen sebagai

“perwujudan identitas kontruksi budaya”, karena itu mengemukakan segala bentuk

penciptaan diri, mulai dari gaya jalanan hingga Fesyen bernilai tinggi yang dibuat

oleh para desainer dan fesyenista (orang yang mengikuti tren fesyen)

mengkontruksikan identitas. Sehingga fesyen mewakili dari banyak kalangan

berbeda, dari bermacam-macam status sosial. Hal itu yang pada akhirnya membuat

fesyen mampu membentuk sebuah identitas dari suatu individu maupun kelompok

(Steele, 2005). Simon (Steele, 2005) menjelaskan fesyen memiliki kecenderungan

terhadap kesesuaian dan individualitas jika menyangkut pemilihan terhadap gaya

fesyen seseorang, yaitu individu akan menemukan kesenangan dalam berpakaian

untuk mengekspresikan diri, namun pada saat yang sama juga mendapat dukungan

dari berpakaian yang sama dengan orang lain.

Dalam perjalanannya, gaya fesyen menentukan kelas-kelas dari kelompok

remaja di kehidupan sosial mereka. Kelas-kelas ditunjukkan dari bagaimana sebuah

kelompok berpenampilan dengan fesyen yang mengikuti tren.

Berganti dari kehidupan tradisional menjadi kehidupan modern sering

menyelimuti masyarakat Indonesia. Semua jenis media, baik itu internet, televisi,

film, musik, maupun majalah dan games berpengaruh besar terhadap gaya hidup

remaja masa kini. Kebanyakan media menginformasikan tentang gaya hidup remaja

di perkotaan, yang sebagian besar meniru gaya hidup modern, maka tak heran para

remaja menjadi konsumtif, karena adanya pengaruh dari berbagai media yang telah

menyebar luas. Remaja selalu up-to-date dalam mengikuti perkembangan fesyen

dunia. Para remaja umumnya mulai mencari identitas dirinya dan mereka mulai

memilih-milih mana yang sesuai selera mereka. Para remaja mulai belajar

31

menerapkan gaya hidup yang dianggap sesuai dengan trend mereka yang kian hari

kian cepat berkembang.

Menurut Conger (1991), Walaupun remaja mencapai tahap perkembangan

kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri. Namun tekanan

dari kelommpok bisa mempengaruhi perilaku dalam diri remaja. Oleh karena itu,

pada tahap remaja biasanya seseorang mudah terpengaruh dengan sesuatu yang

dianggapnya bagus atau sensasional. Fesyen adalah sesuatu yang tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan manusia, terutama wanita. Siapa yang tidak kenal

dengan fesyen, semua orang mengenal dan membutuhkanya.

Pakaian merupakan bagian utama dalam fesyen, pakaian adalah cara yang

digunakan individu untuk membedakan dirinya sendiri dengan orang lain dan

menyatakan beberapa bentuk keunikannya. Bahwa dengan pakaian yang langka,

baik karena sudah sangat tua atau sangat baru dapat digunakan untuk menciptakan

dan keunikannya. Karena dengan memakai pakaian tersebut seseorang bisa terlihat

beda dari orang lain, dan perbedaan itu merupakan keunikannya.

Dengan pakaian seseorang dapat mengekspresikan diri sesuai dengan

keinginan dan suasanan hati, dan melalui warna pakaian yang digunakan dapat

diketahui makna dari warna tersebut. Pakaian selain untuk mengekspresikan diri

juga untuk mengungkapkan perasaaan dari pemakainnya sesuai dengan warna yang

digunakan, dengan demikian ekspresi seseorang dapat diungkapkan dengan sebuah

warna dan dapat untuk mewakili perasaan dari pemakainya tanpa harus

menggunakan kata.

Berikut ini dituliskan beberapa karakter warna-warna sebagai

pertimbangan dalam perancangan ini, yaitu:

32

1) Kuning

Kuning adalah warna emosional yang menggerakkan energi dan

keceriaan, kejayaan dan keindahan. Karakternya terang, gembira,

ramah, supel, riang, cerah.

2) Jingga

Karakter warna jingga: memberi dorongan, merdeka, anugerah,

bahaya. Lambang dari warna jingga: kemerdekaan, penganugrahan,

kehangatan, bahaya.

3) Merah

Merah adalah warna paling kuat dan enerjik, merah adalah positif,

agresif dan enerjik. Karakternya kuat, enerjik, marah, berani, bahaya,

positif, agresif, merangsang, panas.

4) Ungu

Ungu memiliki watak keangkuhan, kebebasan, kekayaan.

5) Violet

Wataknya dingin, negatif, diam, melankolis, kesusahan dan kesedihan.

6) Biru

Watak warna biru: dingin, pasif, melankolis, sayu, sendu, sedih,

tenang, jauh, cerah. Melambangkan keagungan, keyakinan, kesetiaan,

kecerdasan.

7) Hijau

Karakter/ watak warna hijau: segar, muda, hidup, tumbuh. Simbol dari

kesuburan, kesegaran, kemudaan, keremajaan, keyakinan,

pengharapan, kepercayaan.

33

8) Putih

Karakter/watak warna putih: positif, merangsang, cerah, tegas,

mengalah. Simbol/lambang, kesucian, kemurnian, kekanak-kanakan,

kejujuran, ketulusan, kedamaian, kesopanan.

9) Coklat

Karakter/watak: kedekatan hati, sopan, hormat, hemat. Melambangkan

kesopanan, kearifan, kehormatan, kebijaksanaan.

10) Abu-abu

Karakter/watak: menyenangkan, mengalah. Simbul/ lambang

kebijaksanaan, mengalah, ragu-ragu, kelabu (Sanyoto, 2005).

C. Fokus Permasalahan

Mengingat persaingan di dunia tekstil makin terbuka, usaha di bidang batik

harus berani memunculkan diversifikasi produk inovatif. Perancangan diarahkan

menghasilkan produk tekstil berupa kain batik tulis doodle yang memiliki

kebaharuan (inovatif), mempunyai orisinalitas, dan unik. Proyek perancangan ini

diharapkan menghasilkaan produk pakaian yang mempunyai nilai pembeda khas

dengan produk lain serta bisa diterima pasar. Untuk mencapai itu maka

perancangan ini diarahkan pada dua fokus permasalahan:

1. Bagaimana merancang batik tulis mengangkat tema kekayaan bahari

Indonesia menggunakan gaya doodle?

2. Bagaimana mengaplikasikan motif batik tersebut untuk busana remaja

putri?